Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DEPRESI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang diampu oleh
Ibu Titin Suheri, S.Kp, M.Sc

Disusun oleh :
Erika Aditya Ningrum P1337420617018
Yuni Tri Winanti P1337420617045
Sapna Luthfiyana P1337420617073

PROGRAM STUDI S 1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
D. Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian depresi ........................................................................................... 3
B. Etiologi depresi pada lansia ............................................................................ 3
C. Gambaran klinis depresi pada lansia .............................................................. 4
D. Tingkatan depresi pada lansia ......................................................................... 6
E. Cara mengukur depresi pada lansia ................................................................ 7
F. Penatalaksanaan depresi pada lansia .............................................................. 8
G. Konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan depresi ............................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT
yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah
Keperawatan Gerontik yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Depresi”
ini telah selesai tepat pada waktunya.
Guna untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik. Terimaksih
kami ucapkan kepada yang mana telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan
makalah ini.
Dan juga pihak – pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan
terimakasih. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Semarang, 02 Maret 2020

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan). Jumlah lansia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan usia
harapan hidup tentunya mempunyai dampak lebih banyak terjadinya gangguan penyakit
pada lansia. Salah satu gangguan psikologis lansia adalah depresi.
Menurut Nur Asniati (2013) depresi memiliki ciri yang khas karena terjadi
bersamaan dengan adanya penurunan fungsi-fungsi tubuh akibat dari penuaan. Gangguan
alamiah tersebut akan mengakibatkan perubahan perilaku pada dirinya dan dapat
menganggu fungsi kehidupannya mulai dari kognitif, motivasi, emosi dan perasaan,
tingkah laku sampai pada penurunan kondisi fisik. Dampak depresi menurut Baguhlo,
(2002) dalam Zauszniewski & Wykle (2006) antara lain; timbulnya penyakit fisik,
bertambah parahnya penyakit fisik, kerusakan kognitif, kehilangan fikir sehat, bahkan
kematian yang disebabkan karena upaya bunuh diri.
Tahun 2010 jumlah lansia telah mencapai 19 juta orang dengan usia harapan
hidup rata-rata 72 tahun, bahkan ada yang mencapai 80 tahun (Kemensos, 2012). Badan
Pusat Statistik (BPS) memperkirakan tahun 2020 lansia di Indonesia akan berjumlah 28,8
juta atau 11,34 % dari jumlah penduduk Indonesia (Kemensos, 2012).
Resiko bunuh diri pada pasien yang mengalami depresi sangat nyata. Depresi
adalah suatu faktor resiko terkuat upaya bunuh diri dan bunuh diri yang telah dilakukan
serta kemungkinan penyebab pada sekitar 75% bunuh diri yang dilakukan. Sekitar 39%
bunuh diri yang berhasil dilakukan oleh individu diatas usia 65 tahun, angka tertinggi
antara usia 75 dan 85 tahun. Upaya bunuh diri pada mereka di atas usia 60 tahun lima kali
kemungkinan lebih berhasil dilakukan. Angka bunuh diri pada lansia pria tujuh kali lebih
besar dibandingkan lansia wanita (Jaime & Liz, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari depresi?
2. Apa etiologi dari depresi pada lansia?
3. Bagaimana gambaran klinis depresi pada lansia?
4. Apa saja tingkatan depresi pada lansia?
5. Bagaimana cara mengukur depresi pada lansia?

1
6. Bagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan depresi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari depresi
2. Untuk mengetahui etiologi dari depresi pada lansia
3. Untuk mengetahui gambaran klinis depresi pada lansia
4. Untuk mengetahui tingkatan depresi pada lansia
5. Untuk mengetahui cara mengukur depresi pada lansia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan depresi pada lansia
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan depresi
D. Manfaat
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca menegani asuhan
keperawatan pada lansia dengan depresi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Depresi merupakan suatu gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan yang
meresap dan menetapyang dialami secara internal dan yang mempengaruhiperilaku
seseorang dan persepsinya terhadap dunia(Sadock & Sadock, 2007).
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian
(Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal
(Hawari Dadang, 2001).
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih dan
Sukamto, 2004).
Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,
murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah
depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal,
tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. (Suryantha Chandra, 2002:8)
B. Etiologi
Etiologi diajukan para ahli mengenai depresipada usia lanjut (Damping, 2003) adalah:
1. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapatmenimbulkan depresi, antara lain:
analgetika, obat anti-inflamasi nonsteroid, antihipertensi,antipsikotik, antikanker,
ansiolitika, dan lain-lain.
2. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan
endokrin,neoplasma, gangguan neurologis, dan lain- lain.
3. Teori neurobiology

3
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia.Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada depresi lansia,
seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta
meningkatnya konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi
otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia.
4. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut
sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap
objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri.Akibatnya terjadi perasaan
bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna,dan sebagainya.
5. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti keadaan
tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness pada
pasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif
adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana
interpretasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
6. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut misalnya
ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara
ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat
memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.
7. Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan religius yang kurang dihubungkan dengan
terjadinya depresi pada lansia. Suatu penelitian komunitas di Hongkong menunjukkan
hubungan antara dukungan sosial yang buruk dengan depresi. Kegiatan religius
dihubungkan dengan depresi yang lebih rendah pada lansia di Eropa. “Religious
coping” berhubungan dengan kesehatan emosional dan fisik yang lebih baik.
“Religious coping” berhubungan dengan berkurangnya gejala-gejala depresif
tertentu, yaitu kehilangan ketertarikan, perasaan tidak berguna, penarikan diri dari
interaksisosial, kehilangan harapan, dan gejala- gejala kognitiflain pada depresi
(Blazer, 2003).
C. Gambaran Klinis

4
Individu dengan depresi juga harus mengalami paling sedikit empat gejala
tambahan yang ditarik dari suatu daftar yang meliputi perubahan-perubahan dalam nafsu
makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotorik; energi yang berkurang;
perasaan tidak berharga atau bersalah; kesulitan dalam berpikir,berkonsentrasi, atau
membuat keputusan; atau pemikiran-pemikiran berulang tentang kematian atau
pemikiran, rencana-rencana, atau usaha untuk bunuh diri (American Psychiatric
Association).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi lain pada lanjut
usia:
1. Kecemasan dan kekhawatiran
2. Keputusasan dan keadaan tidak berdaya
3. Masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan
4. Iritabilitas
5. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
6. Psikosis
Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih
muda.Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Keluhan somatik
cenderung lebih dominan dibandingkan dengan mood depresi. Gejala fisik yang dapat
menyertai depresi dapat bermacam-macam seperti sakit kepala, berdebar-debar, sakit
pinggang,gangguan gastrointestinal dan sebagainya.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
1. Suasana Hati
a. Sedih
b. Kecewa
c. Murung
d. Putus Asa
e. Rasa cemas dan tegang
f. Menangis
g. Perubahan suasana hati
h. Mudah tersinggung
2. Fisik
a. Merasa kondisi menurun, lelah
b. Pegal-pegal
c. Sakit

5
d. Kehilangan nafsu makan
e. Kehilangan berat badan
f. Gangguan tidur
g. Tidak bisa bersantai
h. Berdebar-debar dan berkeringat
i. Agitasi
j. Konstipasi.
D. Tingkatan Depresi
Menurut Depkes RI tahun 2001 tingkatan depresi yaitu:
1. Depresi Ringan
Suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat, kesenangan dan mudah lelah,
konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang, perasaan
salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan dan perbuatan
yang membahayakan diri, tidak terganggu dan nafsu makan kurang.
2. Depresi Sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
3. Depresi Berat Tanpa Gejala Manic
Biasanya gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna, keinginan bunuh
diri.
E. Dampak Depresi Pada Lansia
Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan
penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena bila tidak diobati
dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis. Pada depresi dapat
dijumpai hal-hal seperti dibawah ini (Mudjaddid, 2003):
1. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler.
2. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit
kardiovaskular (Misal: peningkatan hormone adrenokortikotropin akan meningkatkan
kadar kortisol).
3. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek
trombogenesis.
4. Perubahan suasana hati (mood) berhubungandengan gangguan respons imunitas
termasukperubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
5. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural killer.

6
6. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan
maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan
dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik,
kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat
bunuh diri dan penyebab lainnya (Unützer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan
outpatient medical services (Blazer, 2003).
F. Skala Pengukuran Depresi Pada Lansia
Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap
lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala
yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis
adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan oleh Yesavagepada
tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah
digunakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus dari pengguna.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
Apakah bapak/ibu sebenarnya puas dengan kehidupan
1. Ya Tidak
bapak/ibu?
Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan
2. dan minat atau kesenangan bapak/ibu? Ya Tidak

Apakah bapak/ibu merasa kehidupan bapak/ibu kosong?


3. Ya Tidak

Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?


4. Ya Tidak
Apakah bapak/ibu mempunyai semangat yang baik setiap
5. Ya Tidak
saat?
Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan
6. terjadi pada bapak/ibu? Ya Tidak

Apakah bapak/ibu merasa bahagia untuk sebagian besar


7. Ya Tidak
hidup bapak/ibu?
Apakah bapak/ibu sering merasa tidak berdaya?
8. Ya Tidak

7
Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal di rumah daripada
9. Ya Tidak
pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?

Apakah bapak/ibu merasa mempunyai banyak masalah


10. dengan daya ingat bapak/ibu dibandingkan kebanyakan Ya Tidak
orang?
Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang
11. Ya Tidak
ini menyenangkan?
Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga seperti perasaan
12. Ya Tidak
bapak/ibu saat ini?
13. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat? Ya Tidak
Apakah bapak/ibu merasa bahwa keadaan bapak/ibu tidak
14. Ya Tidak
ada harapan?

Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih baik


15. Ya Tidak
keadaannya dari bapak/ibu?

Keterangan :
1. Jawaban yang bercetak tebak dengan bergaris bawah bernilai 1
2. Untuk mengetahui skor total ditentukan tingkatan depresi dengan kriteria :
a. 0 – 4 = Tidak ada gejala depresi
b. 5 – 8 = Gejala depresi ringan
c. 9 – 11 = Gejala depresi sedang
d. 12 – 15 = Gejala depresi berat (Sherry, 2012)

G. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia


1. Terapi fisik
a. Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis
antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap
berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh
dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau
retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT
diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat inap, unilateral

8
untuk mengurangi confusion/memory problem.Terapi ECT diberikan sampai ada
perbaikan mood(sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk
mencegah kekambuhan.
2. Terapi Psikologik
a. Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-
sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun
kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih
mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu
negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan
sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut
dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan
secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas
tertentu terapi kognitif bertujuan merubah perilaku dan pola pikir.
c. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah
dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada
orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah
untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki
sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.
d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk
menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
2. Struktur keluarga : Genogram
3. Riwayat Keluarga
4. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
5. Kaji adanya depresi dengan geriatric depresion scale.
6. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
7. Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atau apatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja
atau yang sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?

10
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
8. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada,
anoreksia, sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup,
merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
tergang¬gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai
daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk
akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien
suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan
tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan
keterbelakangan psikomotor.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptive
2. Resiko bunuh diri berhubungan dengan depresi
C. Nursing Care Plans
1. Diagnosa 1 : Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping
maladaptive
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam lansia merasa tidak stres
dan depresi.

11
Kriteria Hasil:
a. Klien dapat meningkatkan harga diri
b. Klien dapat menggunakan dukungan social
c. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapatMembangun motivasi pada lansia
mengatasi keputusasaannya.
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internalIndividu lebih percaya diri
individu
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapanMenumbuhkan semangat hidup
(misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-lansia
hal untuk diselesaikan). Klien dapat menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemalLansia tidak merasa sendiri
individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan
kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai,Meningkatkan nilai spiritual lansia
pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: konselingUntuk menangani klien secara
pemuka agama). cepat dan tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi,Klien dapat menggunakan obat
efek dan efek samping minum obat). dengan benar dan tepat
Untuk memberi pemahaman
kepada lansia tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benarPrinsip 5 benar dapat
(benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). memaksimalkan fungsi obat secara
efektif
9 Anjurkan membicarakan efek obat dan efekMenambah pengetahuan lansia
samping yang dirasakan. tentang efek-efek samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila menggunakan obatLansia merasa dirinya lebih
dengan benar. berharga
2. Diangnosa 2 : Resiko bunuh diri berhubungan dengan depresi
Tujuan:
a) Klien tidak membahayakan dirinya sendiri

12
b) Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.
Kriteria hasil:
a) Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
b) Mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
c) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif
No Intervensi Rasional
1.        Diskusikan dengan pasien tentang ide-Menggali ide dalam pikiran klien tentang
         ide bunuh diri bunuh diri
2 Buat kontrak dengan pasien untuk tidakMeminimalkan resiko pasien bunuh diri
melakukan bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan yangMenggali perasaan pasien tentang penyebab
menjadi penyebab timbulnya ide bunuhbunuh diri
diri
4 Ajarkan beberapa alternatif caraMembantu pasien  dalam membentuk koping
penyelesaian masalah yang konstruktif adaptif
5 Bantu pasien untuk memilih cara yangMeringankan masalah pasien
paling tepat untuk menyelesaikan
masalah secara konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang telahPujian dapat menyenangkan perasaan pasien
dibuat pasien dengan tepat.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Gangguan depresif merupakan salah satu gangguan mental-emosional yang cukup
sering dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor
penyebab dari gangguan depresif begitu besar kemungkinan akan dialami oleh orang usia
lanjut. Di lain pihak, walaupun terapi untuk gangguan depresif tersebut bisa dilaksanakan
namun hasilnya tidaklah dapat mencapai hasil yang maksimal, mengingat kekurangan
secara fisik dan psikososial pada orang usia lanjut tidaklah dapat dikembalikan seperti
semula.
B. Saran
Asuhan keperawatan pada lansia haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensip, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual pada
lansia. Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tak kala penting dari aspek
yang lain, olehnya itu pelaksanaan asuhan keperawataan lansia dengan gangguan
psikososial harus dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya lansia yang sehat
jasmani dan rohani.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta : EGC

Davies,T.2009. ABC Kesehatan Mental (Dimanti, Alifa, Penerjemah). Jakarta : EGC

Faham Muhammad, Sagiran. 2009. Pengaruh Brain Gym Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Usia Lanjut. Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Diunduh dari http://journal.umy.ac.id pada tanggal 2 Maret 2020.

Ma’rifatul, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

15

Anda mungkin juga menyukai