PENGONTROLAN VENTILASI
Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Ira Hadnasari (P1337420617050)
2. Fina Fitriana (P1337420617041)
3. Inna Nur Hayati (P1337420617015)
4. Astika Nugraheni (P1337420617069)
5. Putri Purwaningrum (P1337420617070)
6. Aska Fauzan (P1337420617028)
7. Achmad Faozi (P1337420617047)
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Reflek Pengontrolan Ventilasi” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. PENGERTIAN VENTILASI 3
B. PUSAT PERNAPASAN DI BATANG OTAK 3
C. PENGATUR VENTILASI 6
D. PENGARUH OLAHRAGA TERHADAP VENTILASI 14
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VENTILASI 16
A. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup kita masih hidup sampai saat ini karena setiap saat kita
selalu bernafas menghirup udara. Makhluk hidup, di dunia ini, baik itu hewan maupun
manusia akan mati (wafat) jika sudah tidak dapat bernafas lagi. Sebenarnya bagaimana
sistem pernafasan yang terdapat dalam tubuh kita ? maka dari itu penulis ingin
mengetahui lebih banyak tentang sistem pernapasan pada mammalia khususnya manusia.
Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran
yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal
hidup memerlukan oksigen dan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus
dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup di sebut
pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan dengan cara difusi.
Pernapasan atau respirasi dapat dibedakan atas dua tahap. Tahap pemasukan
oksigen ke dalam dan mengeluarkan karbon dioksida keluar tubuh melalui organ-organ
pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem respirasi. Tahap
berikutnya adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO 2 dari sel-sel dalam
Pada kondisi tertentu frekuensi respirasi dapat meningkat atau menurun. Medulla
oblongata dan pons mengatur frekuensi nafas. Pusat nafas tediri daerah berirama medulla
(medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medulla terdiri dari area inspirasi dan
ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area. Pneumotaxic
area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan iram respirasi. Sedangkan apneustic
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah proses
Kontrol Pernafasan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
respirasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Proses ini berfungsi untuk menyediakan/menyalurkan oksigen dari udara luar yang
metabolisme sel ke luar tubuh. Proses terdiri atas dua tahap, yaitu inspirasi,
pergerakan udara dari luar ke dalam paru dan ekspirasi, pergerakan udara dari dalam
ke luar paru.
Bernapas, seperti denyut jantung, harus berlangsung dalam pola siklik dan
kontinu agar proses kehidupan dapat terus berjalan. Otot jantung harus berkontraksi
dan berelaksasi secara berirama untuk secara bergantian mengosongkan darah dari
jantung dan mengisinya kembali. Demikian juga, otot-otot pernapasan harus secara
berirama berkontraksi dan berelaksasi agar udara dapat masuk dan keluar paru
secara bergantian. Kedua aktivitas tersebut berlangsung secara otomatis tanpa usaha
sadar. Akan tetapi, mekanisme yang mendasari dan kontrol terhadap kedua sistem
terleteak di pusat kontrol pernapasan di otak, bukan di paru atau otot pernapasan itu
jantung, hanya berfungsi untuk modifikasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung.
3
Sebaliknya, persarapan ke sistem pernapasan merupakan kebutuhan mutlak
terus berubah-ubah. Selain itu, tidak seperti aktivitas jantung, yang tidak berada di
untuk berbicara, bernyanyi, bersiul, memainkan instrument tiup, atau menahan napas
ketika berenang.
inspirasi/ekspirasi berganti-ganti,
pada saat berbicara, atau involunter, misalnya maneuver pernapasan yang terjadi
untuk menghasilkan pola bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer,
agregat badan sel saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran ke otot
pernapasan.
Selain itu, terdapat dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi di batang otak
4
Neuron Inspirasi dan Ekspirasi di Pusat Medula dalam keadaan tenang, kita
dipersarafi oleh saraf frenikus dan saraf interkortalis. Badan sel dari serat-serat saraf
yang membentuk saraf-saraf tersebut terletak di korda spinalis. Impuls yang berasal
dari puasat medual berakhir di badan sel neuron motorik ini. Pada saat diaktifkan,
terjadi inspirasi; sewaktu neuron-neuron ini tidak aktif , otot-otot inspirasi melemas
Pusat pernapasan medulla terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal
group, DRG) terutama terdiri dari neuron inspirasi yang serat-serat densendensnya
dan secara repetitive mengalami potensial aksi spontan seperti nodus SA di jantung.
Pada saat neuron-neuron inspirasi DRG membentuk potensial aksi, terjadi inspirasi;
ketika mereka berhenti melepaskan muatan, terjadi ekspirasi. Ekspirasi berakhir pada
Dengan demikian, DRG pada umumnya dianggap sebagai penentu irama adasar
ventilasi.
masukan sinaptik dari daerah-daerah lain di otak dan dari bagian tubuh lainnya.
Dengan demikian sifat on-off siklus pernafasan kompleks karena interaksi DRG
5
DRG memiliki interkoneksi penting dengan kelompok respirasi ventral. VRG
terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekpirasi, yang keduanya tetap inaktif selama
bernafas tenang. Daerah ini diaktifkan oleh DRG sebagai mekanisme “overdrive”
(penambah kecepatan) selama periode pada saat kebutuhan akan ventilasi meningkat.
VRG terutama penting ppada ekpirasi aktif. Selama bernafas tenang tidak ada impuls
yang dihasilkan di jalur-jalur desendens dari neuron ekpirasi. Hanya selama ekpirasi
ekpirasi (otot abdomen dan antar iga internal.) Selain itu, neuron inspirasi VRG,
apabila dirangsang oleh DRG, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan akan
ventilasi meningkat.
pengaruh “Fine Tuning” pada pusat medulla untuk membantu “mematikan” neuron
neuron inpirasi dari proses “Switch Off”, sehingga menambah dorongan inspirasi.
Pada sistem check and balance ini pusat pneumotaksik lebih dominan daripada
bernafas abnormal ini di sebut apnusis, dengan demikian, pusat yang bertanggung
jawab untuk pola bernafas ini adalah pusat apnustik. Apnusis dapat terjadi pada
yang meninggalkan paru tetap konstan, yang menunjukkan bahwa kandungan gas
darah arteri diatur secara ketat. Gas gas darah arteri dipertahankan dalam rentang
6
kebutuhan tubuh akan penyerapan O 2 dan pengeluaran CO2. Jika lebih banyak O2
yang diekstrasikan dari alveolus dan lebih banyak CO 2 yang masuk ke darah karena
mengenai kebutuhan tubuh akan pertukaran gas. Kemudian pusat ini berespon
dengan mengirim sinyal-sinyal yang sesuai neuron motorik yang mempersarafi otot-
Secara intuitif, anda akan menduga bahwa apabila kadar O 2 dalam darah arteri turun
atau jika terjadi aku mulasi CO 2 ventrikel akan di rangsang untuk memperoleh lebih
Kedua faktor ini memang mempengaruhi tingkat fentilasi, tetap tidak dengan
derajat yang sama dan melalui jalur yang sama. Juga terjadi faktor ketiga H + yang
berpengaruh besar pada tingkat aktifitas pernafasan.kita akan membahas peran tiap-
kemoreseptor perifer yang di kenal sebagai badan karotis dan badan aorta, yang
kanduang kimia darah ateri yang membahasi mereka ini, berbeda dari baroreaptor
sinus karotikus dan arkous aorta yang terletak berdekatan. Yang terakhir, karena
Kemoreseptor perifer tidak peka terhadap penurunan biasa Po 2 arteri. Po2 ateri
harus turun di bawah mmHg (reduksi >40%) sebelum kemoreseptor perifet berespon
7
dengan mengirim impuls aferen ke neuron inspirasi medulauntuk secara reflek ke
tidak lazim, misalnya penyakit paru berat atau penurunan PO 2 atmosfer, PO2 arteri
fungsi primer ventilasi tidak perlu tingkatkan sampai PO 2 ateri turun di bawah 60
mmHg karna batas keamanan % saturasi HB yang di timbulkan oleh bagian darat
(plateau) kurfa di sosilasi O2-Hb. Hemoglobin masih 90% tersatu pada Po 2 ateri 60
mmHg, tetapi% satu rassi Hb turun drastic jika PO2 turun di bawa kadar tersebut.
berfungsi sebagai mekanisme darurat penting pada keadaan PO 2 ateri yang sangat
menekan pusat pernafasan, seperti yang di lakukannya pada bagian otak lainnya.
Kecuali kemoreseptor perifer, tingkat aktifas di semua jaringan saraf akan menirun
jika terjadi kekurangan O2. Jika tidak terdapat intervensi stimulasi dari
komereseptor perifer saat PO2 arteri turun sangat rendah, terjadi lingkaran setan
pernapasan oleh PO2 arteri yang sangat rendah akan sangat menurunkan ventilasi,
sehingga PO2 arteri semakin turun, yang pada gilirannya semakan menekan pusat
kandungan O2 total, kandungan O2 dalam darah arteri dapat turun ketingkat atau
kadar yang berbahaya atau bahkan fatal tanpa menimbulkan respons pada
kemoreseptoe perifer. Ingat lah bahwa hanya O 2 yang larut secara fisik yang
8
Kandungan O2 total dalam darah arteri dapat menueun pada keadaan
anemia, ketika Hb mengangkut O2 berkurang, atau pada keracunan CO2, pada saat
Pada kedua keadaan ini, PO2 arteri normal sehingga respirasi tidak terstimulasi,
Peran peningkatan PCO2 arteri dalam mengatur ventilasi Berbeda dengan Po2
arteri, yang tidak berperan dalam pengaturan pernapasan secara terus menerus
besarnya ventilasi pada keadaan istirahat. Peran ini sesuai, kerena perubahan ventilasi
alveolus menimbulkan efek yang segera dan mencolok pada PC O2 arteri, sementara
kejaringan sampai PO2 turun lebih dari 40 %. Bahkan perubahan ringan PC O2 arteri
akan menginduksi efek refleks yang bermakna pada ventilasi. peningkatan PCO2 arteri
penurunan PCO2 secara refleks menurunkan dorongan untuk bernapas. Ventilasi yang
pernapasan, tidak ada kemoreseptor PCO 2 sendiri. Badan karotis dan aorta berespon
secara lemeh terhadap perubahan PCO 2, sehingga keduanya kurang berperan dalam
arteri.
Yang lebih penting dalam kaitan antara perubahan PCO 2 arteri dan
9
tidak memantau CO2 itu sendiri: kemoreseptor ini peka terhadap konsentrasi H+ yang
di induksi oleh CO2 dalam cairan ekstrasel (CES) otak yang membasahinya.
Perpindahan sebagai zat menembus kapiler otak di batasi oleh sawar darah –
otak. Karena sawar ini mudah di lewati oleh CO 2, setiap peningkatan PCO2 akan
meningkatkan peningkatan serupa PCO 2 CES otak karena CO2 berdifusi mengikuti
penurunan gradient tekanan dari pembuluh darah otak ke CES otak. Peningkatan
Setelah kelebihan CO2 kemudian di kurangi, PCO2 atreri dan Pco2 serta
bawah normal akan di ikuti oleh penurunan PCO 2 dan H+ di CES otak, menyebabkan
Setelah CO2 yang di hasilkan oleh metabolimse di biarkan terakumulasi, PCO 2 arteri
Tidak seperti CO2, H+tidak mudah menembus sewar darah ortak, sehingga H+
kemoreseptor sentral hanya peka terhadap H+ yang di hasilkan kedalam CES otak itu
istirahat secara khusus di tujuakan untuk menatur konsentrasi H+ CES otak, yang
10
juga di pertahankan dalam nilai normalnya oleh mekanisme ventilasi yang di dorong
utama anda secara sengaja menahan nafas secara sengajah lebih dari satu menit.
Sementara anda menahan nafas, CO2 yang di hasilkan peruses metabolism terus
otak.
pulih sebelum PO2 atreri turun kekadar yang sangat rendah yanga mengancam nyawa
dan memicu kemoreseptor perifer. Dengan demikian, anda tidak dapat secara sengaja
menahan napas untuk menciptakan kadar CO 2 yang tinggi atau kadar O2 yang rendah
H+ pada aktifitas pernapasan, kadar CO 2 yang sangat tinggi secara langsung menekan
seluruh otak, termaksud pada pernapasan, seperti kadar O 2 yang sangat rendah.
Sampai PCO2 70-80 mmHg, kadar PCO2 yang secara progresif meningkat akan
meningkat akan menginduksi usaha pernapasan yang semakin kuat sebagian cara
Namun, peningkatan lebih lanjut PCO 2 melebihi 70-80 mmHg tidak semakin
CO2 harus di keluarkan apa pabila tidak demikian CO 2 dapat mencapai kadar yang
11
mematikan,tidak saj karena efek penekanan pernapasan, tetapi juga karena timbulnya
penyakit paru kronik, terjadi peningkatan PCO2 bersamaan pada penurunan mencolok
PO2. Pada sebagian besar kasus, PCO 2 yang meningkat (bekerja melalui
perifer) bersifat sinergistik; yaitu, efek estimulatorik gabungan pada pernapasan daru
kedua factor tersebut bersama lebih besar dari pada jumlah pengaruh independen
mereka.
Namun, sebagian pasien dengan penyakit paru kronik yang parah kehilangan
di pulihkan ke normal. Walaupun PCO2 arteri dan PCO2 ces kitak lebih tinggi.
H+ CES otak normal, karena kemoreseptor sentral tidak lagi merangsang pusat
pernapasan secara refleks sebagai respon terhadap peningkatan PCO 2, pada pasien-
Pada para pasien ini, dorongan terhadap ventilasi terutama di timbulkan oleh
hipoksia, berbeda dengan orang normal,dengar kadar PCO 2 arteri yang merupakan
12
menghilangkan stimulus utama yang mendorog respirasi. Karena bahaya ini, terapi
O2 harus di berikan secara hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronik.
karena H+ tidak mudah menembus sawar otak. Namun, kemoreseptor perifer badan
aorta dan karotis sangat tanggap terhadap fluktuasi H+ arteri, perbedaan dengan
terhadap PO2 arteri sampai tekanan darah parsiar itu turun 40% dibawah normal
konsentrasi H+ darah serta CES otak. Perubahan H+ di darah arteri yang di induksi
oleh CO2 ini di deteksi oleh perifer; hasilnya adalah stimulasi ventilasi secara reflek
fluktuasi PCO2. Pada berbagai keadaan, walau PCO2 normal, konsentrasin H+ arteri
13
Sebaiknya, kemoreseptor perifrt secara fleks menekan aktifitas pernapasan
yang ditimbulakan oleh kausa non-respirasi yang pertama kali memici respons
pernapasan tersebut.
Ventilasi alveolus dapat meningkatkan sampai dua puluh kali lipat selama
spekulatif. Dapatlah diterima akal sehat bahwa penurunan “tiga besar” factor kimia-
arteri tidak menurun tetapi tetap normal atau bahkan sedikit meningkat. Hal
olahraga, CO2 arteri tidak meningkat tetapi tetap normal atau sedikit
berkurang. Hal ini terjadi karena CO 2 tambahan itu dikeluarkan sama cepatnya
ventilasi.
14
konsentarsi H+ memang agak meningkat karena pembebasan asam laktat
menyertai olahraga.
tetapi, pendapat ini tidak menjelaskan pengamatan bahawa selama olahraga berat
peningkatan dengan cepat pada permulaan olahraga (dalam beberapa detik), jauh
sebelum perubahan gas darah arteri menjdi cukup berpengaruh terhadap pusat
Para peneliti berependapat bahwa sejumlaha faktor lain, termasuk yang berikut,
1) Refleks yang terjadi dari gerak tubuh. Respon-respon disendi dan otot
15
2) Peningkatan suhu tubuh. Banyak energi yang dihasilkan selama kontraksi
otot diubah menjadi panas dan bukan menjadi kerja mekanis. Mekanisme
motorik pada permulaan olahraga. Dengan cara ini, daerah motorik otak
yang segera dimulai. Penyesuaian aktisipatorik ini bersifat tidak lasim, yaitu
homeostatis.
Tidak ada di antara faktor faktor atau kombinasi faktor tersebut yang
benar benar memuaskan untuk menjelaskan efek olahraga pada ventilasi yang
bersifat mendadak dan kuat. Faktor faktor tersebut juga tidak dapat secara
16
kebutuhan tubuh akan pertukaran gas selama olahraga, (untuk membahas
Yang daapat di motofikasikan oleh sebab sebab di luar kebutuhan akan pasokan
sebagai usaha untuk mengeluarkan bahan – bahan iritan tertentu sering memicu
penghentian ventilasi.
c. Nyeri
Yang berasal dari bagian lain tubuh secara refleks merangsang pusat pernafasan
antara sistem limbik otak (bertanggung jawab dalam emosi) dan pusat pernafasan.
Selain itu pusat pernafasan secara reflek dihambat selama proses menelan, pada
e. Kontrol Volunter
Manusia juga memiliki kontrol volunter yang cukup besar terhadap ventilasi.
Kontrol pernafasan secara volunter dilakukan oleh korteks serebrum, yang tidak
bekerja pada pusat pernafasan di otak, teteapi melalui inplus yang dikirim secara
17
pernafasan. Kita dapat secara sengaja melakukan hiperventilsi (“bernafas
berlebihan”) atau, pada keadaan ekstrim yang lain, menahan nafas kita, tetapi hanya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventilasi melibatkan dua aspek berbeda, yang keduanya dapat dipengaruhi
oleh control saraf (1) siklus ritmis antara inspirasi dan ekpirasi dan (2)
pengaturan besarnya ventilasi, yang pada gilirannya bergantung pada control
frekuensi bernafas dan kedalaman tidal volume. Irama bernafas terutama
ditentukan oleh aktivitas pemacu yang diperlihatkan oleh neuron-neuron
inspirasi yang terletak dipusat control pernafasan di medulla batang otak.
Sewaktu neuron-neuron inpirasi ini melepaskan muatan secara spontan, impulse
kahirnya mencapai otot-otot inspirasi, sehingga terjadi inspirasi. Apabila neuron
inspirasi berhenti melepaskan muatan, otot inspirasi melemas dan terjadi
ekspirasi di medulla. Irama dasar ini diperhalus oleh keseimbangan aktivitas
dipusat apnustik dan pneumotaksik yang terletak lebih tinggi dibatang otak di
pons. Pusat apnustik memperpanjang inspirasi sementara pusat pneumotaksik
yang lebih kuat membatasi inspirasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Jakarta : EGC
https://www.academia.edu/29063515/MAKALAH_KONTROL_PERNAFASAN
19