DEPRESI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Community Mental Health Nursing
KEPERAWATAN REGULER D
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Depresi” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Community Mental Health Nursing. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Nurwulan,S.Kep.,M.Kep selaku dosen
mata kuliah Community Mental Health Nursing yang telah memberikan tugas kelompok ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah diatas maka tujuan dibuatnya makalah ini sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian depresi
2. Mengetahui penyebab depresi
3. Mengetahui tanda dan gejala depresi
4. Mengetahui tingkatan depresi
5. Mengetahui klasifikasi gangguan depresi
6. Mengetahui patofisiologi depresi
7. Mengetahui depresi
8. Mengetahui penanganan depresi sebelum ke RS
9. Mengetahui penanganan depresi setelah dari RS
2
BAB II
PEMBAHASAN
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahaan pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor,konsentrasi,keindahan,rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
gangguan bunuh diri. Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung
tidak bersemangat, merasa tidak berguna, merasa tak berharga, merasa kosong dan taka
da harapan berpusat pada kegagalan dan bunuh diri, sering disertai ide dan pikiran bunuh
diri klien tidak berniat pada pemeliharaan diam dan aktivitas sehari-hari (Budi Anna
Kaliat,1996).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kekecewaan pada alam perasaan,
(affective atau mood disorder) yang ditandi dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan
gairah hiduh, perasaan tidak berguna, putus asa. Depresi merupakan kondisi emosional
yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan
bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-
hari. Depresi ialah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood)
yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan
putus asa.
Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal
dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan
(kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya
kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus
patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap
perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus
asa. Sedangkan menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa
3
inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu
psikotis sifatnya, maka disebut melankholi.
Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di dalam riwayat
kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan
untuk mengalami depresi juga. Faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab
dapat dibagi atas : faktor biologis, faktor fisik, faktor psikologis/kepribadian, dan faktor
sosial. Dimana keempat faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
a. Faktor Biologis
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik
dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian
biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotrasmiter yang paling
berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan hormon
dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress
dan juga dapat menyebabkan depresi.
b. Faktor Fisik
Perubahan di otak karena berbagai penyakit, misalnya, infeksi, hipotiroidisme
dan trauma, dan penyalahgunaan minuman beralkohol atau obat-obatan bisa
menyebabkan depresi. Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah faktor
fisik, contoh indivindu yang mempunyai penyakit kronis seperti ca.mamae dapat
4
menyebabkan depresi. Selain itu, orang yang lebih produktif dan aktif sering
menyebabkan depresi.
c. Faktor Psikologis/Kepribadian
Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan
menggunakan ruminative coping. Ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung
fokuspada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada
mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional
yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas
ketidak beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung
menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi
dirinya. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.
Selain itu, faktor kekecewaan, perbandingan yang tidak adil, dan penolakan
dapat menyebabkan sesseorang mengalami depresi. Karena adnya tekanan dan
kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau
kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dari pada cinta
pada orang lain yang menghimpun kita,kita akan terluka, tidak senang dan cepat
kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus
akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan. Setiap kali kita membandingkan diri
dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa
kurang dan tidak bisa sebaik diam aka depresi mungkin terjadi. Setiap manusia butuh
akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah
depresi.
d. Faktor Sosial
1. Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan
pekerjaan
2. Paska bencana
3. Melahirkan
4. Masalah keuangan
5. Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol
6. Trauma masa kecil
7. Terisolasi secara sosial
8. Faktor usia dan gender
5
9. Tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah
ataupun tempat kerja maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
a. Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi
atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan
(diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
b. Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitive
7. Kehilangan rasa percaya diri
c. Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
a. Depresi Ringan
Secara alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses piker komunikasi sosial dan rasa
tidak nyaman.
b. Depresi Sedang
6
1. Afek : murung,cemas,kesal,marah,menangis
2. Proses pikir : perasaan sempit, berpikir lambat, berkurang komunikasi verbal
komunikasi non verbal meningkat
3. Pola kuminikasi : bicara lambat, berkurang kumunikasi verbal, komunikasi non
verbal meningkat.
4. Partisipasi sosial : menarik diri tak mau bekerja /sekolah, mudah tersinggung.
c. Depresi Berat
1. Ganguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung inisiatif berkuran
2. Gangguan proses pikir
3. Sensasi somatic dan aktifitas motoric : diam dalam waktu lama, tiba-tiba
hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak
peduli dengan lingkungan.
Gejala-gejala ini muncul hamper sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2
(dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena
suami/istri meninggal. MDD sering disebut masyarakat umumdengan istilah depresi.
7
b. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia)
Merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami
distimik mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua)
tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu
ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) gejala di bawah ini :
1. Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
2. Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
3. Merasa diri tidak berharga
4. Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
5. Merasa kehilangan harapan
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD
selama 2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada
MDD namun dengan waktu yang lebih lama.
Alam perasaan adalah kekuatan atau perasaan hati yang mempengaruhi seseorang
dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam efek yang tidak
stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih,kecewa, takut, cemas,
marah,dan saying emosi ini terjadi sebagai kasih saying sesorang terhadap rangsangan
yang diterimanya dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini
bervariasi dalam rentang dari reaksi adaftif sampai maladaptif.
8
- Beralangsung tidak lama
b. Reaksi emosi maladaftif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini dapat dibagi 3
tingkatan yaitu :
1. Supresi
Tahap awal respon maladaftif indivindu menyangkal perasaannya dan
menekan atau menginterlisasi aspek perasaan terhadap lingkungan
2. Reaksi kehilangan yang memanjang
Supersi memanjang mengganggu fungsi kehidupan indivindu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih,rendah diri.
3. Mania/Depresi
Gangguan alam perasaan kesal dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial
dan fungsi fisik yang hebat dan menetap pada indivindu yang bersangkutan.
Beberapa cara mencegah depresi agar tidak terjadi atau tidak datang kembali adalah
sebagai berikut:
1. Bersikap realistis terhadap apa yang kita harapkan dan apa yang bisa kita lakukan.
2. Tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain saat kita melakukan suatu kesalahan
atau mengalami kegagalan.
3. Tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain ataupun kehidupan orang lain.
4. Pikirkan untuk menyimpan keputusan besarsampai sembuh dari depresi, seperti
menikah, bercerai, tentang pekerjaan atau sekolah. Bicarakanlah dengan teman,
professional (psikolog, konselor atau psikiater)atau orang yang kita sayangi atau kita
anggap mampu membantu untuk melihat gambaran besarnya.
5. Dukungan keluarga, social dengan mengatakan jika kita mengalami masalah atau
sedang mengalami depresi.
6. Rutin lakukan olahraga dan kegiatan outdoor
7. Tidak terlalu menyesali suatu kejadian, bersikap tenang dan tidak mudah marah
8. Bangunlah harga diri dan mencoba bersikap dan berpikir positif.
9. Tidak menyendiri, menjauhi diri dari pergaulan, lebih bersosialisasi, melakukan
aktivitas dengan lingkungan sekitar
9
10. Lebih religious, mendekatkan diri kepada Tuhan YME
Depresi dapat ditangani dengan beberapa cara, dan penanganan yang dapat dilakukan
di rumah dapat diberikan dengan bantuan KKJ (Kader Kesehatan Jiwa). Berikut
merupakan penanganan depresi yang dapat dilakukan di rumah (sebelum masuk Rumah
Sakit), diantaranya sebagai berikut:
a. Berolahraga
Orang yang menderita depresi mengalami stress, kecemasan, galau,
kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut. Hal ini disebabkan oleh pikiran
dan perasaan yang negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan
pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif adalah
dengan berolahraga.
b. Mengatur pola makan
Gejala depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh,
diantaranya yaitu:
1. Konsumsi kafein secara berkala
2. Konsumsi sukrosa (gula)
3. Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium atau kelebihan
magnesium dan tembaga
4. Ketidakseimbangan asam amino
5. Alergi makanan.
c. Berdoa
Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk berpaling dari agama dalam
memperoleh kekuatan dan hiburan. Dengan berdoa seseorang melakukan dan
mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berdoa kita akan
menemukan ketenangan dan ketentraman di dalam hatinya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan depresi dalam dirinya.
d. Mengelola Stress
Manajemen stress yaitu tentang bagaimana kita melakukan suatu tindakan
dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana, atau jadwal pelaksnaan, dan
cara penyelesaian masalah. Manajemen stress diawali dengan mengidentifikasikan
sumber-sumber stress yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Langkah selanjutnya
10
dari manajemen stress adalah memilih strategi penyelesaian masalah yang efektif.
Secara umum, terdapat dua cara yaitu mengubah situasi (hindari sumber masalah) dan
mengubah reaksi kita terhadap sumber stress tersebut.
e. Memiliki keberanian untuk berubah
Penderita depresi harus memiliki keberanian untuk melewati kegelapan
menuju terang, serta keberanian untuk berubah.
f. Rekreasi
Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran
menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang menjadi minat
sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing dll yang bisa membuat
penderita menjadi rileks dan nyaman.
Berikut merupakan beberapa terapi yang dapat diberikan pada pasien depresi pasca
dari Rumah Sakit, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul
kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini
setiap anggota keluarga diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah
kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat
satu sama lain dan saling bergantung, serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
Keluarga memiliki hubungan satu sama lain dalam suatu sistem keluarga terikat
begitu ruwet sehingga suatu perubahan yang terjadi pada satu bagian pasti
menyebabkan perubahan dalam seluruh sistem keluarga. Setiap anggota keluarga dan
subsistem akan dipengaruhi oleh stresor transisional dan situasional, tetapi efek
tersebut berbeda intensitas ataupun kualitas.
Oleh karena itu, jika ada seorang anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan baik fisik maupun psikososial maka hal tersebut akan dapat memengaruhi
kondisi keluarga secara keseluruhan. Manfaat terapi keluarga bagi pasien yai
11
mempercepat proses penyembuhan pasien yang berdampak positif bagi dinamika
keluarga, memperbaiki hubungan interpersonal, dan menurunkan angka kekambuhan.
b. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar dapat
membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari Bahasa
Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau environment,
sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah
sama dengan terapi suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik.
Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek negatif
perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir, adopsi nilai-nilai
dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang sesuai, serta pasien akan
kehilangan kontak dengan dunia luar.
Tujuan dari terapi lingkungan yaitu mengembangkan keterampilan emosional dan
sosial yang akan menguntungkan kehidupan setiap hari, dengan cara memanipulasi
lingkungan atau suasana lingkungan sebagai tempat pasien untuk mendapatkan
perawatan seperti di rumah sakit.
c. Terapi Perilaku
Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat perilaku tersebut dirasa
kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu perilaku tidak dapat diterima
oleh budaya setempat karena bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi
dengan pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang
berperilaku sesuai dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia berinteraksi
dengan lingkungan yang mendukung.
Asumsi dasar yang dapat menyatakan bahwa terdapat masalah perilaku apabila
terjadi pembelajaran yang tidak adekuat dan perilaku tersebut dapat dibenahi dengan
pembelajaran yang tepat. Prinsip terapi perilaku yang masih dianut hingga saat ini
berdasarkan dua ilmuwan besar yaitu pengondisian klasik (classical conditioning) dan
pengondisian operant (operant conditioning).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan emosional atau suasana hati yang buruk yang ditandai
dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan tidak
berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) tersebut
dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari maupun
pada hubungan interpersonal. Selain itu, depresi merupakan gangguan alam perasaan
yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatik yang terjadi akibat
mengalami kesedihan yang panjang.
Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, Faktor – faktor yang
dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi diataraya faktor biologis, faktor fisik, faktor
psikologis/kepribadian, dan faktor sosial, faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya.
3.2 Saran
Penulis menyadari didalam makalah tugas kelompok ini banyak sekali kekurangan
baik didalam materi, sehingga penulis mengharapkan pembaca dapat mencari sumber
lain yang dapat memperkaya materi Community Mental Health Nursing.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A., Fitriyasari PK, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Salemba Medika: Jakarta.
WHO. (2013). Mental Health Action Plan 2013-2020. Switzerland : World Helath
Organization
Dewi, Shofia Roshma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit
Deepublish
iii