Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN ASUHAN PADA PEREMPUAN DENGAN

GANGGUAN KESEHATAN MENTAL BAIK LOKAL,NASIONAL


DAN INTERNASIONAL

DSN PENGAMPU: Riri Aprianti S.Keb,Bd

KELOMPOK 1:

1.Mirna Apriani

2.Yenni Putri

3.Pooja Juliani

4.Tasyya

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTRA


BUKITTINGGI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,


Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan
karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah seminar ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-
orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah ini
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami.Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada.Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam bidang kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

03 november 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

a. latar belakang..............................................................................1
b. rumus masalah ............................................................................2
c. tujuan masalah.............................................................................3

BAB 11 PEMBAHASAN

1. defenisi mental atau jiwa.......................................................4


2. gejal dari kesehatan mental ..................................................5
3. penyebab dari kesehatan mental ...........................................6
4. faktor resiko dari kesehatan mental ......................................7
5. pencegahan dari kesehan mental ..........................................8
6. cara pengobatan dari kesehatan mental.................................9
7. penyebab umum dari gangguan jiwa.....................................10
8. proses perjalanan penyakit ...................................................11
9. masalah kesehatan yang umum di Indonesia........................12
10. dampak dari gangguan jiwa...................................................19

BAB 111 penutup

a. kesimpulan..................................................................................21
b. saran ...........................................................................................21
c. daftar pustaka..............................................................................22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan mental menjadi salah satu kekhawatiran utama organisasi


internasional usungan PBB, World Health Organization (WHO). Pada tahun 2012,
WHO mengumumkan bahwa gangguan kesehatan mental paling umum yang
menjangkit masyarakat global yakni Gangguan Depresi menjadi sebuah epidemik.
Depresi merupakan gangguan kesehatan yang dipicu oleh stres yang berkepanjangan
sehingga mempengaruhi kondisi emosional individu menjadi tidak stabil, merasa
terus-menerus sedih dan putus asa secara berkelanjutan, menurunkan performa
kinerja individu, menimbulkan kecenderungan mencelakai diri sendiri dan bunuh diri,
serta menyebabkan gangguan kepada organ lainnya seperti lambung, kelenjar tiroid,
saraf otak, dan jantung (World Health Organization, 2012:4). Gangguan depresi dapat
menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan gender. Akibat dari seriusnya
dampak Gangguan Depresi yang dapat menyebabkan ketidakproduktivan individu
hingga kematian, WHO mengumumkan bahwa penyakit tersebut menjadi prioritas
utama untuk ditangani secara global pada konteks kesehatan mental.

Kesehatan jiwa/mental masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan


yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia (Kemenkes RI, 2016).

Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan


keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah

1
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Kemenkes
RI, 2016).

Semakin tinggi tuntutan hidup seseorang di suatu tempat, maka


kemungkinan seseorang menjadi depresipun meningkat. Hal ini dapat di temui di Ibu
kota Jakarta misalnya, Ronny T. Wirasto, seorang Psikater, yang dalam makalahnya
yang berjudul Suicide Prevention in Indonesia: Providing Public Advocacy
mengatakan ada sebanyak 100.000 orang di Jakarta yang pernah mencoba untuk
bunuh diri pada tahun 2006. Jika dirata-ratakan, setiap harinya ada sekitar 274 orang
di ibu kota yang mencoba untuk bunuh diri pada tahun itu (ILMPI, 2017).

Dalam hal ini peran perawat yaitu perawat harus berusaha mendorong dan
mendukung (mempromosikan) gaya hidup sehat, apakah untuk prenatal atau untuk
anak-anak, remaja, atau orang dewasa (Kaakinen, 2015).

Perawat tentu saja harus mengadvokasi pola asuh yang baik dan harus
menawarkan dukungan orang tua dengan cara tidak menghakimi pada anak atau
individu yang memiliki masalah kesehatan mental (Kaakinen,2015)

B.rumus masalah

1. apa maksut dari defenisi mental atau jiwa ?


2. apa saja gejal dari kesehatan mental ?
3. Apa saja penyebab dari kesehatan mental ?
4. Apasaja faktor resiko dari kesehatan mental ?
5. Apa saja pencegahan dari kesehan mental ?
6. Bagi mana cara pengobatan dari kesehatan mental ?
7. Apa penyebab umum dari gangguan jiwa?
8. Bagai mana proses perjalanan penyakit ?
9. Apa saja masalah kesehatan yang umum di Indonesia ?

2
10. Apa saja dampak darigangguan jiwa?

C..tujuan masalah

1. Untuk mengetahui defenisi mental atau jiwa!


2. Untuk mengetahui gejal dari kesehatan mental !
3. Untuk mengetahui penyebab dari kesehatan mental !
4. Untuk mengetahui faktor resiko dari kesehatan mental !
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dari kesehan mental !
6. Untuk mengetahui cara pengobatan dari kesehatan mental !
7. Untuk mengetahui penyebab umum dari gangguan jiwa!
8. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit !
9. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang umum di Indonesia !
10. Untuk mengetahui dampak darigangguan jiwa!

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Mental atau Jiwa adalah kata yang sering membangkitkan pikiran negatif dan
perasaan. Orang sering mengungkapkan rasa takut dan kebingungan ketika diminta
untuk berbicara tentang masalah kesehatan mental. dalam kebanyakan kasus istilah
ini disamakan dengan penyakit mental dan gejala negatif. Namun istilah"Kesehatan"
pada respon positif yang dihasilkan bermakna, "kesejah teraan", dan"merasa baik
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan cirri menyadari
sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang wajar,
mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta
dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasa
nyaman bersama dengan orang lain.(Danielson .E .2007)

Pengertian di atas menunjukkan bahwa kesehatan mental atau kesehatan jiwa ini
penting bagi kesejahteraan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat pada
umumnya. Kesehatan mental memiliki implikasi untuk belajar, untuk
mengembangkan hubungan yang sehat, untuk produktivitas, untuk sukses dan untuk
pembangunan ekonomi. Sebaliknya masalah kesehatan dan penyakit mental dapat
menyebabkan disfungsi, produktivitas rendah, kemiskinan, masalah sosial.
Sedangkan Gangguan Jiwa digambarkan sebagai “Suatu keadaan dengan adanya
gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang
berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri),
disabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatnya
resiko kematian, kesakitan, dan disabilitas. Gangguan jiawa dapa dibedakan menjadi ;

4
1. Gangguan Jiwa Psikotik : Semua kondisi yang memberi indikasi terdapatnya
hendaya berat dalam kemampuan daya nilai realitas, sehingga terjadi salah
menilai persepsi dan pikirannya, dan salah dalam menyimpulkan dunia luar,
kemudian diikuti dengan adanya waham, halusinasi, atau perilaku yang kacau.
2. Gangguan Jiwa Neurotik : Gangguan jiwa non psikotik yang kronis dan
rekuren, yang ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami atau
dipersepsikan secara langsung, atau diubah melalui mekanisme
pertahanan/pembelaan menjadi sebuah gejala, seperti : obsesi, kompulsi,
fobia, disfungsi seksual, dll.

Sampai saat ini banyak pihak yang memiliki pemahaman yang kurang
tepat mengenai kesehatan mental. Kesehatan mental dipahami untuk
menangani isu-isu kejiwaan yang bersifat individual, padahal kesehatan
mental lebih menekankan pada konteks masyarakat (walau tidak
menafikan kesehatan mental secara individual). Kesehatan mental juga
hendaknya dipahami sebagai isu yang bersifat multidisipliner. Dalam
memahami kesehatan jiwa perlu diperhatikan beberapa prinsip:

1. Kesehatan jiwa tidak sebatas ada atau tidaknya perilaku abnormal. Prinsip ini
berarti bahwa bahwa orang yang sehat mental tidak cukup dimaknai ketika
tidak mengalami abnormalitas saja.
2. Kesehatan jiwa adalah konsep ideal. Artinya kesehatan jiwa adalah tujuan
yang sangat tinggi bagi seseorang/komunitas, apalagi jika kesehatan jiwa
dipandang memiliki sifat kontinum. Dengan demikian, setiap
orang/komunitas berhak memperjuangkan suatu kondisi sehat sebagai salah
satu tujuan hidupnya.

B.Gejala Kesehatan Mental

Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala
berikut ini, antara lain:

5
 Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.
 Delusi, paranoia, atau halusinasi.
 Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
 Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
 Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
 Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
 Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
 Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
 Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
 Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
 Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
 Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam
hubungan dengan orang lain.
 Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan
takut yang tidak biasa.
 Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
 Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan
narkoba.
 Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
 Perubahan gairah seks.
 Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
 Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi
ke sekolah atau tempat kerja.
 Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.

 C. Penyebab Kesehatan Mental

6
Beberapa penyebab umum dari gangguan mental, antara lain:

 Cedera kepala.
 Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam
keluarga.
 Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
 Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak.
 Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
 Mengalami diskriminasi dan stigma.
 Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.
 Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
 Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
 Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
 Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak.
 Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
 Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
 Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
 Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau
kejahatan dan yang pernah dialami.

 D.Faktor Risiko Kesehatan Mental

Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain:

 Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap depresi dan kecemasan,


sedangkan laki-laki memiliki risiko mengidap ketergantungan zat dan
antisosial.
 Perempuan setelah melahirkan.
 Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
 Memiliki profesi yang memicu stres, seperti dokter dan pengusaha.

7
 Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit
mental.
 Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
 Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.
 Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau kehidupan
kerja.
 Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang.

 E. Diagnosis Kesehatan Mental

Dokter ahli jiwa atau psikiater akan mendiagnosis suatu gangguan mental
dengan diawali suatu wawancara medis dan wawancara psikiatri lengkap mengenai
riwayat perjalanan gejala pada pengidap serta riwayat penyakit pada keluarga
pengidap. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang menyeluruh untuk
mengeliminasi kemungkinan adanya penyakit lain.

Jika diperlukan, dokter akan meminta untuk dilakukan pemeriksaan


penunjang, seperti pemeriksaan fungsi tiroid, skrining alkohol dan obat-obatan,
serta CT scan untuk mengetahui adanya kelainan pada otak pengidap.

Jika kemungkinan adanya penyakit lain sudah dieliminasi, dokter akan memberikan
obat dan rencana terapi untuk membantu mengelola emosi pengidap.

 F. Pencegahan Kesehatan Mental

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan mental,


yaitu:

 Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.


 Membantu orang lain dengan tulus.
 Memelihara pikiran yang positif.
 Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.

8
 Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
 Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
 Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.

 G.Pengobatan Kesehatan Mental

Beberapa pilihan pengobatan yang akan dilakukan dokter dalam menangani


gangguan mental, antara lain:

1. Psikoterapi.
Psikoterapi merupakan terapi bicara yang memberikan media yang
aman untuk pengidap dalam mengungkapkan perasaan dan meminta saran.
Psikiater akan memberikan bantuan dengan membimbing pengidap dalam
mengontrol perasaan. Psikoterapi beserta perawatan dengan menggunakan
obat-obatan merupakan cara yang paling efektif untuk mengobati penyakit
mental. Beberapa contoh psikoterapi, antara lain cognitive behavioral therapy,
exposure therapy, dialectical behavior therapy, dan sebagainya.
2. Obat-obatan.
Pemberian obat-obatan untuk mengobati penyakit mental umumnya
bertujuan untuk mengubah senyawa kimia otak di otak. Obat-obatan tersebut
berupa golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin-
norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs), dan antidepresan trisiklik. Obat-
obatan ini umumnya dikombinasikan dengan psikoterapi untuk hasil
pengobatan yang lebih efektif.
3. Rawat inap.
Rawat inap diperlukan jika pengidap membutuhkan pemantauan ketat
terhadap gejala-gejala penyakit yang dialaminya atau terdapat
kegawatdaruratan di bidang psikiatri, misalnya percobaan bunuh diri.
4. Support group. 

9
Support group umumnya beranggotakan pengidap penyakit mental
yang sejenis atau yang sudah dapat mengendalikan emosinya dengan baik.
Mereka berkumpul untuk berbagi pengalaman dan membimbing satu sama
lain menuju pemulihan.
5. Stimulasi otak.
Stimulasi otak berupa terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetik
transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi otak dalam,
dan stimulasi saraf vagus.
6. Pengobatan terhadap penyalah gunaan zat.
Pengobatan ini dilakukan pada pengidap penyakit mental yang
disebabkan oleh ketergantungan akibat penyalahgunaan zat terlarang.
7. Membuat rencana bagi diri sendiri, misalnya mengatur gaya hidup dan
kebiasaan sehari-hari, untuk melawan penyakit mental. Rencana ini bertujuan
untuk memantau kesehatan, membantu proses pemulihan, dan mengenali
pemicu atau tanda-tanda peringatan penyakit

H. Penyebab Umum Gangguan Jiwa

Ada dua faktor utama yang merupakan penyebab terjadinya gangguan


psikologis, yaitu: Faktor-faktor pendukung (predisposing factors): merupakan
keberadaan individu sebelum mengalami situasi yang penuh dengan tekanan (stress).
Faktor ini telah ada dalam diri seseorang, dan faktor-faktor penyebab (precipitating
factors).Kemiskinan merupakan salah satu precipitating factor terjadinya gangguan
jiwa.(APNA.2007)

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat


dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab
gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa
artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur
psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali

10
lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya
badannya, jiwanya atau lingkungannya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah


keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan
psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang
yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan
sebagainya. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-
faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling
mempengaruhi,yaitu :

1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)


2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)

I. Proses perjalanan penyakit

Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai
dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :

1. Fase Prodomal (Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun, Gangguan dapat


berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan,
gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi).
2. Fase Aktif (Berlangsung kurang lebih 1 bulan, Gangguan dapat berupa gejala
psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara,
gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi).
3. Fase Residual (Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan
gangguan peran, serangan biasanya,berulang

11
J.masalah kesehatan jiwa yang umum di Indonesia

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan


masyarakat yang masih perlu di perhatikan. Dampak dari permasalahan
kesehatan jiwa adalah penurunan status kesehatan fisik. produktifitas kerja
dan kualitas sumber daya manusia yang secara signifikan menghambat
pembangunan bangsa. Masalah kesehatan jiwa yang umum ditemukan di
Indonesia adalahsebagai berikut.(ilmpi .2017)

1.Skizofrenia (F20)

Skizofrenia merupakan penyakit kejiwaan yang paling parah dan berat


dariseluruh gangguan jiwa lainnya. Bagi individu dan keluarga yang menderita
skizofrenia,dampak tersebut tidak bisa diperhitungkan. Seseorang yang menderita
skizofrenia dapatmenunjukkan gejala positif seperti halusinasi, delusi/waham,
disorganisasi bicara dan berfikir, dan perilaku di luar kebiasaan/aneh, atau gejala
negative seperti afek datar, tidakfokus, kurang motivasi, apatis/tidak peduli dengan
lingkungan sekitar, kurang rasa senang/bahagia, serta kurang bertenaga. Gejala ini
sering kali muncul selama masa remaja akhir atau dewasa muda pada laki-laki dan
muncul agak belakangan pada wanita.Terdapat peningkatan risiko konsumsi alcohol,
depresi, keinginan bunuh diri, dandiabetes pada penderita skizofrenia. Faktor-faktor
ini mempersulit masalah terkait hidup dengan gangguan psikotik.

Pengobatan skizofrenia harus intensif dan pada tahap awal membutuhkan


hospitalisasi, obat-obatan antipsikotik, serta konseling/psikoterapi. Tindak lanjut
jangka panjang oleh tenaga kesehatan khususnya kesehatan jiwa sangat dibutuhkan
untuk mengawasi efek samping dan komplikasi yang mungkin saja menjadi berat dan
mengancam hidup,selain itu juga untuk mengevaluasi kamampuan klien dalam hidup
di tengah masyarakat.

12
2.Depresi

Depresi merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan yang paling


seringdidiagnosa dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan jiwa. Gangguan ini
termasukgejala depresi umum, gangguan disritmia, serta kelainan seperti bipolar.
Depresi seringterjadi bersamaan dengan gangguan/masalah kesehatan fisik yang
serius seperti serangan jantung, stroke, diabetes, dan kanker.Terapi/pengobatan untuk
depresi mencangkup terapi farmakologi, psikoterapi,terapi perilaku, terapi
electrokonvulsif, atau kombinasi dari semua terapi tersebut APA,2013; NIMH, 2014).
Secara umum, yang paling efektif terapi/pengobatan tahap awal adalah kombinasi
dariobat-obatan antidepresen dan psikoterapi.

3.Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan suatu kelompok gangguan perasaan yang


dikarakteristikkan dengan perubahan mood/perasaan yang cepat dari depresi ke
mania.Fase depresi dicirikan dengan gejala seperti gejala mayor depresi. Fase mania
memiliki karakteristik seperti perubahan abnormal sensitivitas perasaan yang
menetap, ketidak mampuan dalam menentukan pilihan, hilang fokus, penekanan pada
cara bicara,membesar-besarkan, mudah terdistraksi, aktivitas yang terlalu ambisius,
hanya tidur dalam waktu singkat, dan mudah tersinggung.Gejala ini terjadi bersamaan
dengan gejalakhas pada gangguan psikotik seperti halusinasi dan delusi/waham.

Penatalaksanaan pada gangguan bipolar harus berkesinambungan dan


dilakukan monitoring secara ketat. Pengobatan umumnya meliputi penggunaan obat-
obatan untuk stabilisasi perasaan, seringkali dikombinasikan dengan antipsikotik dan
antidepresan.Ketika mengenai klien dengan gangguan bipolar, perawat harus
memantau tanda dan gejala serta respon terhadap pengobatan farmakologi.

13
4.Gangguan Ansietas

Gangguan ansietas merupakan kumpulan dari kondisi yang dikarakteristikkan


sengan perasaan cemas. Gangguan ansietas bisa didapatkan seseorang karena
keturunan atau genetic dan pengalaman hidup individu itu sendiri. Beberapa
gangguan ansietas yang umumnya dijumpai adalah gangguan ansietas umum, panic
(kadang-kadang disertaidengan agoraphobia), fobia,Obsessive-Compulsive Disorder
(OCD), dan Post TraumaticStress Disorder (PTSD)

a.Gangguan Ansietas Umum

Gangguan ansietas umum dicirikan sebagai gangguan kronik, tidak


nyata dan perasaan ketakutan/kecemasan dan tekanan yang dibesar-
besarkan tentang suatukejadian dan berlangsung selama 6 bulan atau
lebih. Gejala yang ditimbulkan dari GAD yaitu gemetar, gugup, kaku pada
otot, sakit kepala, mudah tersinggung, berkeringat atau tampak kemerahan
pada pipi yang terasa hangat, sesak napas, dan perasaan kurang sehat.
Periode peningkatan gejala ini biasanya disertai dengan stressor kehidupan
atau kekhawatiran akan masa depan. GAD mungkin saja menjadi
gangguan yang luput dari diagnosis gangguan mental.

b.gangguan panik

Panik dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya terjadi


pada usia dewasa muda (17-30 tahun). Serangan panik terdiri dari periode
kekuatan yang sangat hebat dan terjadi dengan tiba-tiba dan tidak dapat
diperkirakan. Serangan pertama mungkin dapat terjadi secara tiba-tiba dan
tidak dapat diperkirakan ketika seseorang sedang melakukan kegiatan
sehari-hari. Biasanya, orang tersebut akan mengalami takikardi,sesak
napas, pusing, nyeri dada, lemas, mati rasa atau kesemutan pada area

14
tangandan kaki, tremor, berkeringat, tersedak atau merasa seperti akan
mati, melakukan sesuatu di luar kewajaran dan tidak dikontrol. Hal
tersebut bisa saja dianggap sangat menakutkan atau mengkhawatirkan.
Diagnosis gangguan panik ini dapat ditegakkan ketika seseorang
mengalami serangan panik dengan intensitas yang berat dan frekuensi
yang sering.

Ketakutan pada situasi tersebut dapat mengakibatkan agrofobia (ketakutan


pada tempat-tempat umum seperti tempat perbelanjaan atau tempat berduka).
Seseorang dengan agrofobia seringkali mencapai pada titik dimana mereka bahkan
tidak dapat meninggalkan rumah tanpa perasaan cemas. Angka kejadian depresi
mayor terjadi bersamaan dengan gangguan panik adalah 10% hingga 65% (APA,
2013). Terapi perilku kognitif dan benzodiapines dapat digunakan dalam program
penatalaksanaan pada gangguan panik.

5.Fobia

Fobia merupakan perasaan takut terhadap sesuatu (benda atau situasi) yang
tidak masuk akal/irasional. Fobia social, atau gangguan kemasan social, adalah
ketakutan terus menerus dan intens, dan keinginan kuat untuk menghindari, sesuatu
yang akan mengekspos individu terhadap situasi yang mungkin memalukan dan
merendahkan dirinya (APA, 2013). Fobia ini memiliki kecendrungan familial dan
bisa disertai dengan depresi atau kecanduan alcohol. Fobia social yang paling umum
adalah rasa takut berbicara di depan umum. Kebanyakan orang dengan fobia social
dapat diobati dengan terapi kognitif-perilaku dan obat-obatan.

Fobia sederhana mencakup ketakutan terus-menerus dan keinginan kuat untuk


menghindari, objek atau situasi tertentu. Benda-benda yang umum menjadi objek
fobialaba-laba, ular, anjing, kucing dan situasi seperti terbang, ketinggian, dan
Ruangan tertutup. Penderitanya seringmengakui bahwa ketakutan tersebut tidak
masuk akal tapi tetap menghindari situasi tersebut atau bertahan dengan kecemasan

15
yang intens. Desensitasi sistemasis dan eksposur normal merupakan perawatan yang
paling efektif untuk fobia sederhana.

6.Gangguan Obsesif-Kompulsif

Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) ditandai dengan pikiran cemas dan


ritual bahwa individu memiliki kesulitan mengendalikan suatu hal. Orang dengan
OCD merasa terdorong untuk terlibat dalam beberapa ritual untuk menghindari
pikiran menakutkan yang menetap, ide, gambar, atau peristiwa.Obsesi merupakan
sebuah pikiran, emosi, atau impuls yang berulang dan tidak dapat diberhentikan.
Kompulsi adalah ritual atau perilaku yang berulang kali dilakukan untuk mencegah,
menetralisir atau menghilangkan obsesi yang ditakuti.

Ketika individu mencoba untuk menahan dorongan tersebut, kecemasan


meningkat. Kompulsi perhitungan, perhitungan dan menyentuh (APA, 2013).
Kebanyakan ornag mengakui tidak dapat mengendalikan dorongan tersebut. OCD
sering muncul pada usia remaja atau dewasa awal. Depresi dan kecemasan lainnya
gangguan sering menyertai OCD. Terapi perilaku da pengobatan yang ditunjukkan
untuk mengurangi gejala yang menyertai diketahui cukup bermanfaat bagi klien.

7. Gangguan Stress Pasca Trauma

Post-traumatic stress disorder (PTSD) / gangguan stress pasca trauma adalah


kondisi yang melemahkan yang terjadi setelah peristiwa menakutkan. Individu
dengan PTSD memiliki gejala ketakutan dan kenangan penderitaan mereka yang
berulang dan terusmenerus. Kejadian ini mungkin melibatkan “shell shock” atau
“kelelahan pasca perang” yang umum terjadi pada veteran perang, serangan
kekerasan, kecelakaan serius, atau bencana alam, atau telah menyaksikan permusuhan
massal atau cedera, seperti kecelakaan pesawat. Kadang-kadang individu tidak dapat
mengingat aspek penting dari peristiwa traumatic. Inside tertinggi PTSD terjadi
antara personil militer yang memiliki pengalaman bertempur.

16
8. Gangguan Makan

Gangguan makan-anorexia nervosa dan bulimia nervosa semakin lazim


ditemukan. Gangguan makan terutama diderita oleh kaum perempuan, meskipun
gangguan tersebut pada laki-laki jarang dilaporkan. Kebanyakan klien dengan
diagnosis gangguan makan adalah orang kulit putih (Kaukasia), namun alasannya
mungkin lebih cendrung ke faktor social ekonomi daripada ras. Anorexia dan bulimia
sering dipicu oleh tonggak perkembangan (misalnya pubertas, kontak seksual
pertama) atau krisis lain.

Individu dengan anoreksia nervosa menjadi terobsesi dengan takut gemuk dan
kehilangan berat badan. Faktor resiko untuk gangguan makan adalah perfeksionisme,
rendah hati, stress, kemampuan koping yang buruk, ketergantungan pada pendapat
orang lain dan menghormati keinginan orang lain, dan suka menahan emosi. Dalam
berespons terhadap asupan kaloru yang sangat menurun, tubuh mencoba untuk
mengkompensasi dengan memperlambat proses tubuh. Menstruasi berhenti, tekanan
darah, denyut nadi, dan repirasi lambat, dan aktivitas tiroid berkurang.
Ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi sangat parah. Gejala lainnya adalah
anemia ringan, sendi bengkak dan massa otot berkurang. Anoreksia nervosa dapat
mengancam kehidupan dan memiliki tingkat kematian 5% sampai 21%.

Pengobatan untuk gangguan makan meliputi konseling nutrisi jangka Panjang,


psikoterapi, dan modifikasi perilaku. Rawat inap mungkin diperlukan untuk klien
dengan komplikasi serius. Swadaya kelompok dan kelompok dukungan dapat sangat
bermanfaat baik untuk klien dan keluarga. Perawat perlu menyadari sumber daya
yang tersedia dari American Academy of Childand Adolescent Psychiatry (AACAP),
yang memiliki bagian untuk keluarga dan remaja. Pengetahuan tersebut penting
karena perawat kesehatan masyarakat mengkaji pengaruh social yang berkontribusi
terhadap kondisi tersebut.

17
9. Gangguan Defisit Perhatian / Hiperaktivitas

Dua kondisi yang paling umum yang dihadapi oleh perawat yang bekerja
dengan anak-anak dalam lingkungan masyarakat adalah attention-
deficit/hyperacticity disorder (ADHD) dan gangguan perhatian deficit (ADD).
Perilaku yang mungkin mengindikasikan ADHD/ADD biasanya muncul sebelum usia
7tahun dan sering disertai dengan masalah terkait, seperti ketidak mampuan belajar,
kecemasan, dan depresi. Tiga karakteristik utama ADHD/ADD adalah kurangnya
perhatian, hiperaktif, dan impulsive.

Penyebab ADHD/ADD tidak diketahui, tetapi pentung untuk dicatat bahwa


gangguan tersebut tidak disebabkan oleh luka ringan kepala, komplikasi kelahiran,
alergi makanan, terlalu banyak gula, kehidupan miskin, sekolah miskin, atau terlalu
banyak menonton televisi. Penggunaan dan penyalahgunaan zat terlarang saat
kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi dan menghasilkan gejala
ADHD / ADD di kemudian hari. Kemungkinan ini, bagaimanapun menyumbang
hanya sebagian kecil dari penderita ADHD. Gangguan perhatian menurun dalam
keluarga.

Gejala ADHD / ADD biasanya ditangani melalui kombinasi terapi perilaku,


konseling emosional, dan dukungan praktis. Penggunaan obat kini menjadi semakin
biasa dalam penanganan ADHD / ADD. Hal ini sangat penting, bagaimanapun bagi
anak-anak dengan gangguan perhatian dan keluarganya untuk memahami bahwa obat
tidak menyembuhkan gangguan, obat hanya mengontrol gejala sementara.

Stimulant telah terbukti behasil dalam mengobati gangguan perhatia. Obat


yang paling sering digunakan adalah methylfenidate dan amfetamin. Penekanan nafsu
makan dan kurang tidur adalah efek samping yang umum dari obat tersebut.

18
10. Bunuh Diri

Terdapat sekitar 1 juta kematian akibat bunuh diri per tahun di seluruh dunia.
Menurut sejarah, faktor resiko dan protektif telah digunakan untuk mengidentifikasi
mereka yang beresiko tertinggi untuk bunuh diri. The American Association of
Suicdology (AAS, 2013) telah merekomondasikan pengenalan tanda-tanda peringatan
yang telah relevan dari pada resiko dan faktor pelindung dalam mencegah kematian
akibat bunuh diri. AAS telah mengatur tanda-tanda peringatan sesuai dengan
mnemonic yang mudah diingat, IS PATH WARM (Tabel 18-1). Tanda-tanda
peringatan yang menunjukkan resiko akut untuk bunuh diri dapat diamati pada
individu yang mengancam untuk menyakiti atau membunuh diri mereka sendiri,
mencoba untuk mencari akses ke senjata mematikan atau berbicara tentang kematian
yang mana pikiran atau tindakan ini tidak biasanya mereka lakukan Faktor resiko
meliputi usaha untuk bunuh diri sebelumnya, penyakit mental, penyalahgunaan zat
berbahaya dan hambatan untuk mengakses perawatan kesehatan mental. Faktor
protektif dapat menurunkan resiko bunuh diri termasuk perawatan kesehatan mental
yang tepat, akses mudah ke pengobatan, dukungan masyarakat, dan dukungan terus-
menerus dari penyediaan pelayanan kesehatan medis dan mental.

K. Dampak Gangguan Jiwa

Derajat kesehatan jiwa masyarakat dapat dilihat dari angka kejadian gangguan
jiwa dan disabilitas. Gangguan dan penyakit jiwa termasuk burden disease. WHO
(2001), menyatakan bahwa 12 % dari global burden disease disebabkan oleh masalah
kesehatan jiwa. Angka ini lebih besar dari penyakit dengan penyebab lainnya (fisik).
Meskipun tidak tercatat sebagai penyebab kematian maupun kesakitan utama di
Indonesia,bukan berarti kesehatan jiwa tidak ada atau kecil masalahnya. Kurang
terdatanya masalah kesehatan jiwa disebabkan kesehatan jiwa belum mendapat
perhatian. Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia saat ini diperkirakan sudah
mencapai 11.6%. Kesakitan dan kematian karena masalah gangguan jiwa diketahui

19
semakin meningkat di negara maju. Berbagai masalah kesehatan jiwa di masyarakat
dapat menyebabkan gangguan jiwa yang berdampak menurunkan produktifitas atau
kualitas hidup manusia dan masyarakat.

Masalah kesehatan jiwa di masyarakat adalah sangat luas dan kompleks,


bukan hanya meliputi yang jelas sudah terganggu jiwanya, tetapi juga berbagai
problem psikososial, bahkan berkaitan dengan kualitas hidup dan keharmonisan
hidup.Masalah ini tidak dapat dan tidak mungkin diatasi oleh pihak kesehatan jiwa
saja, tetapi membutuhkan suatu kerjasama yang luas secara lintas sektor, yang
melibatkan berbagai departemen, termasuk peran serta masyarakat dan kemitraan
swasta, terlebih lagi dengan kondisi masyarakat kita yang saat ini sedang dilanda
berbagai macam krisis, maka tindakan pencegahan secara lintas sektor perlu
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, agar masalah tersebut tidak
memberikan dampak yang mendalam terhadap taraf kesehatan jiwa masyarakat.

20
BAB III

PENUTUP

A.kesimpulan

Masalah kesehatan mental tentunya tak lagi dapat dianggap sebagai isu perifer
dalam perancangan kebijakan kesehatan. Faktanya, gangguan kesehatan mental
adalah ancaman global yang juga harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Kebijakan kesehatan mental yang evidence-based tentunya tak mungkin dapat
disusun apabila data epidemiologis yang berkualitas tidak tersedia, sehingga langkah
pertama yang harus diambil oleh pemerintah adalah berupaya untuk memotret kondisi
kesehatan mental masyarakat Indonesia melalui riset yang komperhensif. Dengan
data yang komperhensif, perancangan program-program kunci dan alokasi anggaran
tentunya akan dapat diatur secara proporsional.

B. Saran
Demikian lah makalah ini kami buat dengan sebaik baik nya,namun sebagai
manusia kami tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu ,saran da keritik yang
membangun kami sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini di waktu
yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahlstrom, B., Skarsater, I., & Danielson, E. 2007. Major Depression in a Family:
What Happens and How to Manage A Case Study. Issues in Mental Health
Nursing, 28,691–706.

American Psychiatric Nurses Association (APNA). 2007. Psychiatric-Mental Health


Nursing: Scope and Standards of Practice. Silver Spring, MD: American
Nurses Association.

Brockington, I., Chandra, P., Dubowitz, H., Jones, D., Moussa, S., Nakku, J., &
Ferre, I. 2011. WPA Guidance on The Protection and Promotion of Mental
Health in Children of Persons with Severe Mental Disorders. World
Psychiatry, 10,93–102.

ILMPI. 2017. KALKAPSI; Hari Kesehatan Mental Sedunia.


(http://wilayah2.ilmpi.org/2017/10/12/kalkapsi-hari-kesehatan-sedunia-
2017/)

Kaakinen, et al. 2010. Family Health Care Nursing; Theory, Practice, and Research 4
th Edition. USA: F. A. Davis Company (449 – 467).

Kaakinen, et al. 2015. Family Health Care Nursing; Theory, Practice, and Research 5
th Edition. USA: F. A. Davis Company (521 – 523).

Kamel, A. A., Bond, A. E., & Froelicher, E. S. 2012. Depression and Caregiver
Burden Experienced by Caregivers of Jordanian Patients with Stroke.
International Journal of Nursing Practice, 18, 147–154.

Kemenkes RI. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Ministry of Health Repunblic
of Indonesia). (http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-
keluarga-dukung-kesehatanjiwa-masyarakat.html).

22
Nies, Mary A. 2018. Keperawatan kesehatan komunitas dan keluarga. Edisi Indonesia
1. Jakarta: Elsevier

Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life. Bombay: Taraporevala Sons &
Co; 1970

23

Anda mungkin juga menyukai