Oleh:Kelompok 3
Nabila tsurayya
Ezi Olivia
Viona febiola
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul transisi
mahsiswa ke otonom serta tanggung jawab bidn dalam berbagai setting pelayanan
kesehatan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ibuk riri aprianti S.Keb,Bd pada mata kuliah politik profesionalisme bidan . Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang transisi mahasiswa
ke otonom serta tanggung jawab bidan dalam berbagai setting pelayanan kesehatan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu riri aprianti S.Keb,Bd selaku
dosen politik profesionalisme bidan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Bukittinggi,1,November 2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 5
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................. 5
A. Kesimpulan .................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disabilitas merupakan kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau
difabel. Bagi masyarakat awam, kata disabilitas mungkin terkesan kurang familiar
Para kaum disabilitas membutuhkan bantuan dan respon positif dari masyarakat untuk
Alasannya sederhana, karena mereka tidak ingin mendapatkan efek negatif dari
kemunculan kaum disabilitas dalam kehidupan mereka seperti sumber aib, dikucilkan
dalam pergaulan, dan permasalahan lainnya. Contoh disabilitas yang biasa kita temui
sehari-hari adalah orang yang terlahir cacat tanpa penglihatan yang bagus (tunanetra),
sebagainya. Disabilitas yang mengarah pada cacat mental juga dapat kita lihat pada
dalam sebuah negara itu setidaknya sebesar 10% dari total keseluruhan penduduk
sebuah negara. Di indonesia sendiri menurut catatan dari kementerian sosial jumlah
kaum disabilitas mencapai 7 juta orang atau sekitar 3% dari total penduduk Indonesia
yang berjumlah 238 juta pada tahun 2011. Keberadaan kaum disabilitas ini layak
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Upaya pemerintah dalam melindungi
4
yang ada. Contohnya adalah perlindungan hukum seperti yang tercantum dalam UUD
praktiknya hal ini tidak berjalan sebagai mana mestinya. Kebanyakan disabilitas tidak
mampu mengakses pendidikan yang lebih baik karena mereka minim sekali untuk
mendapatkan akses melakukan hal itu. Misalnya, dari segi persyaratan pendidikan
muridnya tidak boleh cacat karena berkaitan dengan kinerjanya nanti selama masa
pendidikan. Akan tetapi, hal itu bukan lah harus berlaku secara umum. Banyak
disabilitas tidak dapat bersekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka
dianggap cacat fisik yang dianggap tidak dapat mengikuti proses pendidikan dengan
baik. Padahal dalam UU No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dinyatakan
bahwa setiap institusi pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan
yang menyediakan kemudahan bagi para kaum disabilitas dalam mengakses fasilitas
pendidikan.
Pada bidang pekerjaan pun juga demikian. Perhatikan bunyi UUD 1945 pasal
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Ayat 2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Dua ayat tersebut secara tegas dan jelas
memperlihatkan bahwa semua warga negara baik yang normal dan disailitas memiliki
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Kita dapat memahami dan mendalami definisi dari Disabilitas secara keilmuan.
2. Kita dapat mengelompokkan jenis-jenis disabilitas yang ada dan yang kita ketahui
serta mengerti bagaimana sikap dan tindakan kita terhadapn jenis disabilitas
tetentu.
3. Kita mampu menjelaskan apa itu disabilitas fisik dan apa saja kelompok-
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Disabilitas
pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau
strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu
merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi
interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
didefinisikan sebagai setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental,
yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari Penyandang cacat fisik, Penyandang
B. Peraturan Perundang-undangan
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Pasal 3 Pelaksanaan dan
7
a) Mewujudkan Penghormatan, pemajuan, Pelindungan, dan Pemenuhan
manusia; dan
kelainan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
& hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun
8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
disabilitas. Rapat Paripurna DPR yang digelar pada Kamis, 17 Maret 2016,
adalah interaksi antara kondisi biologis dan lingkungan sosial, Penyandang cacat
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat
lengan, atau atau alat gerak lain dengan efektif karena paralisis (kelumpuhan),
9
kelainan neuro-muscular, struktur tulang , atau akibat kecelakaan, genetik,
maupun imun seperti celebral palsy, multiple sclerosis,, amputasi, polio, dll.
a) Tuna Netra
b) Tuna Rungu
c) Tuna wicara
d) Tuna daksa
tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan yang
masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan). Alat bantu untuk mobilitasnya
bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih
10
a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan:
1) Tunanetra ringan
3) Tunanetra berat.
11
b) Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan
d. Penyebab :
post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir, antara lain:
kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan hamil
2) Fisik: Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya
kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan dan cepat, mata
12
3) Psikis: Tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ
anak tunanetra ada pda batas atas sampai batas bawah. Kadangkala
ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tuna
pada pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau anak kecil.
13
Tuli/Tuna Rungu dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi
telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.
dengan tuli. Bayi terlahir tuli dan bisu dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Bisa
14
dekat, seperti antara sepupu kandung, sehingga terjadi mutasi gen yang tidak
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa satu dari seribu
bayi yang lahir mengalami tuli (tunarungu) dan bisu (tunawicara) dan hampir 50
persen kondisi tuli dan bisu tersebut dialami oleh anak-anak karena faktor
Bibir sumbing
Cenderung pendiam
Suara sengau
Cadel
15
4. Tuna Daksa
Anak tunadaksa dapat diartikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada
sistem otot, tulang, dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang dapat
keutuhan pribadi (Musjafak Assjari,1995 :34). Tunadaksa berasal dari kata “tuna”
yang berarti rugi, kurang dan “daksa” berarti tubuh. Tunadaksa ditujukan kepada
atau cacat. Istilah cacat ortopedi diterjemahkan dari bahasa inggris “ortopedically
aspek otot, tulang, dan persendian.Istilah Tunadaksa merupakan istilah lain dari
cacat tubuh atau tuna fisik yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang
dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dan yang kedua dilihat dari
sistem kelainannya.
dibedakan atas :
16
Kerusakan otak yaitu jenis Cerebral Palsy. Jenis ini cirinya sangat
kelainan kecerdasan.
anak saat dalam kandungan (pra-natal) atau kecacatan terjadi pada saat
anak dilahirkan
intelektual.
17
Tunadaksa yang tidak diketahui penyebabnya, Kelainan tunadaksa jenis
letak penyebab kelainan yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otak
18
motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Yang termasuk dalam
Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system). Sistem
Poliomyelitis
Muscle dystrophy
Spina Bifida
tunadaksa atau cacat ortopedi dapat terjadi karena faktor bawaan yang
disebabkan oleh faktor endogeen (gen) dari ayah, ibu, dari kedua-duanya,
cacat, Kelainan ini terjadi karena faktor exogen, yaitu pada awal-awal
pertumbuhan sel.
faktor yang mempengaruhi diri anak tunadaksa, yaitu: (1) usia terjadinya
19
ketunadaksaan, Faktor usia terjadinya kelainan berpengaruh terhadap diri
tampak, (4) dukungan keluarga dan sosial, (5) sikap terhadap anak
perawat dan klien secara langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk
menghargai klien.
fisik :
20
Hindari menggunakan kata – kata yang menyinggung.
pendampingnya
tidak bisa.
Tawarkan bantuan yang sudah pasti anda bisa lakukan. Jangan yang
Jika pasien disabilitas fisik yang memakai kursi roda usahakan apabila
pengguna kursi roda. Jangan bersandar pada kursi rodanya ataupun alat
bantu lainnya.
BAB III
21
PENUTUP
A. Kesimpulan
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,
fisik, Penyandang cacat mental, dan Penyandang cacat fisik dan mental. Penyandang
cacat fisik terdiri dari Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna wicara, Tuna daksa, Tuna laras..
Nomor 8 Tahun 2016 dan UU Nomor 4 Tahun 1997. Para kaum disabilitas
B. Saran
Pada bidang pekerjaan pun juga demikian. Perhatikan bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat
2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dua ayat tersebut secara tegas dan jelas memperlihatkan bahwa semua
warga negara baik yang normal dan disailitas memiliki peluang yang setara dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya. Ayat 2, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
undangan yang melindungi hak-hak kaum disabilitas, tetapi pada praktiknya hal ini
22
mengakses pendidikan yang lebih baik karena mereka minim sekali untuk
mendapatkan akses melakukan hal itu. Misalnya, dari segi persyaratan pendidikan
muridnya tidak boleh cacat karena berkaitan dengan kinerjanya nanti selama masa
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
23
https://id.wikipedia.org/wiki/Difabel
http://inspirasikecilku.blogspot.co.id/2011/11/disabilitas-dan-pandangan-masyarakat.html
https://ycaitasikmalaya46111.wordpress.com/konseling-abk/pendidikan-khusus/tunagrahita/
https://m.tempo.co/read/news/2010/01/19/107219937/tunarungu-tak-lagi-bisu
https://bisamandiri.com/blog/2014/11/tingkatkan-potensi-anak-tunadaksa-dengan-pendidikan-
jasmani-adaptif/
http://ikakustikabungsu.blogspot.co.id/2011/07/spes-tunalaras.html
http://mrifki92.blogspot.co.id/2013/12/aplikasi-nvda-tuna-netra-full-version.html
24