Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MASALAH KESEHTAN MATERNAL

DOSEN PEMBIMBING

MONA GUSWIRA ,M.Psi.

MATA KULIAH :

PSIKOLOGI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH

EZI OLIVIA ( 191012115201001 )

FALKULTAS S1 KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa

Ta’ala,Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya

memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua makhluk-Nya

sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah seminar ini. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu

‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang

mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas

makalah ini Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak

kekurangan, karena keterbatasan kemampuan maupun pengalaman

kami.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang

ada.Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam bidang

kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih

terdapat kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah

ini.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

BUKITTINGGI ,19 DESEMBER 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR..........................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.............................................................................

B. Rumusan masalah .....................................................................

C. Tujuan ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definifi Maternal .........................................................................

B. Masalah kesehatan maternal .....................................................

C. Hubungan anatara kondisi klinis emosi,sosial............................

D. Penyebab kematian ibu ..........................................................

E. Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kematian maternal....

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan maternal dewasa ini masih merupakan salah

satu isu pembangunan global. Dibeberapa negara khususnya

negara berkembang dan negara belum berkembang, kesehatan

maternal masih menjadi salah satu masalah yang sulit diperbaiki,

para ibu masih memiliki resiko tinggi baik selama proses

kehamilan, persalinan maupun selama masa nifas. Menurut data

WHO di dunia ada 303.000 wanita meninggal selama proses

kehamilan, persalinan dan nifas dalam tahun 2015, angka ini

meningkat dari tahun 2010 yang hanya sebesar 287.000 kematian

(WHO Group, 2015).

Tingginya jumlah angka kematian ibu disebabkan oleh

beberapa faktor seperti hipertensi, pendarahan selama persalinan,

dan komplikasi setelah persalinan (Say et al., 2014). Angka

kematian ibu sebenarnya dapat dikurangi dengan peningkatan

baik secara kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan maternal dan

perbaikan serta penambahan jumlah sumber daya manusia

profesional dibidang kesehatan. Nilai ideal angka kematian Ibu

tercantum dalam goal ke tiga dalam target


Sustainable Development Goal (SDG) yaitu 70 kematian

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Sustainable

Development Goals Team, 2016).

Di Indonesia masalah kesehatan maternal terfokus pada

tingginya angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI, 2015). Angka

Kematian Ibu didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan dan nifas ataupun pengelolaannya. Pada

tahun 2015 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 305

kematian per 100.000 kelahiran hidup, meskipun angka ini

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012

sebesar 359 kematian per 100.00 kelahiran hidup, namun masih

berada jauh dibawah target SDG tahun 2030 mendatang (Depkes

RI, 2015).

Di Jawa Tengah status kesehatan maternal telah

mengalami banyak peningkatan, hal ini terlihat dalam laporan

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bahwa angka kematian

ibu menurun menjadi 112 kematian per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015, meskipun demikian pemerintah Provinsi Jawa

Tengah masih harus bekerja untuk mencapai angka target SDG

2030. Kematian ibu di Jawa Tengah didominasi oleh usia produktif

20 - 35 tahun dengan persentase mencapai 68.5% dari

total kasus kematian yang ada. Angka kematian ibu

biasanya dipengaruhi oleh status gizi, komplikasi pada kehamilan


dan persalinan, infeksi dan pendarahan. Angka kematian ibu dapat

dikurangi dengan pemanfaatan secara maksimal layanan

kesehatan primer yang terdapat di sekitar lingkungan tempat

tinggal, sebagai penyedia layanan kesehatan tingkat pertama dan

paling dekat dengan masyarakat (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,

2015).

Layanan kesehatan primer memiliki beberapa sub sistem

pelayanan. Salah satu sub sistem dalam layanan kesehatan

primer adalah layanan kesehatan maternal primer. Layanan

kesehatan maternal primer merupakan salah satu sub sistem

layanan kesehatan primer yang memberikan pelayanan kesehatan

tingkat pertama kepada wanita selama proses kehamilan,

persalinan dan masa nifas (Wibisono, 2007). Di Indonesia

penyelenggaraan layanan kesehatan maternal primer menjadi

tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang

pelaksanaan operasionalnya didelegasikan kepada Puskesmas

dan jaringan yang terdapat dibawahnya (Depkes RI, 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Apayang dimaksud dengan maternal ?

2. Bagaimana masalah kesehatan maternal ?

3. Bagaimana gubungan antara kondisi klinis emosi,sosial pada ibu

maternal
4. Bagaimana penyebab angka kematian ibu (AKI)?

5. Bagaimana Faktor –faktor resiko yang memperngaruhi kematian

ibu ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu maternal ?

2. Mengetahui masalah kesehatan maternal ?

3. Mengetahui hubungan antara kondisi klinis emosi,sosial pada

ibu maternal

4. Mengetahui penyebab angka kematian ibu (AKI)?

5. Mengetahui Faktor –faktor resiko yang memperngaruhi

kematian ibu ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi maternal

B. Masalah Kesehatan Maternal

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi

berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih

tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan

persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei 1988

dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas

pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama pada

masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang

amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan

kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga


pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan

kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui

dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Facta berbagai

kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang

menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan

kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara

rutin ke bidan ataupun dokter.

Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari

pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak

terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh

mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang

sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa

akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.

Pada penelitian yang dilakukan di RS Hasan Sadikin,

Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69 diantaranya tidak

pernah memeriksakan kehamilannya atau baru datang pertama

kali pada kehamilan 7 -9 bulan (Wibowo, 1993). Selain dari

kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,

permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan

dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih

banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan

masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya

pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami


kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif

pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat

melahirkan.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada

kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya

kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan terhadap

beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak

berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap

beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh

wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap

kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang

gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.

Dari data penelitian Universitas bandung, terlihat bahwa prevalensi

anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%, dan angka

menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi

33% pada tahun 1995. Dikatakan bahwa penyebab utama dari

tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena

kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

Disini, Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil

pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan

pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan

yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu

yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus

mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan


mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan

makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat

menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang,

ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar

karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit

persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan

bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat

mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu,

larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas,

ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh

beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah

pedesaan.

Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang

kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi

sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian.

Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini, mulai

dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong

persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan

kesehatan, kemampuan penolong persalinan sampai sikap

keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih

mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang

biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah

Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong


oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan

mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan

oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar

dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang

membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina

dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok"

(memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk

rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu

duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan

selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan

pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan

pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain

dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu

dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta

merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih

adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.

Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun

praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan.

lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan

kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil

persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, .

penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah

perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-


kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional

dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun,

kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang

kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan

pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, terutama di

daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang

akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau

keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik

melihat keadaan krisis yang terjadi.

Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu

saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya

dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang

diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan

yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor

geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan

kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh

faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa

si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari

faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor

geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari

pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan

sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi

merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.


Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau

anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.

Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan

proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu

yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI;

ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat

mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-

praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan

kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang

bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula;

memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam

vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan

yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu

untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).

C. Maslaah kesehatan ibu dan anak

Masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah satu

indikator kesejahteraan suatu bangsa. Meskipun pemerintah sudah

mengadakan berbagai macam upaya perbaikan, namun belum

mengalami kemajuan yang signifikan. Masalah yang terjadi pada

kematian ibu (AKI) dan kematian bayi (AKB) berkaitan dengan berbagai

faktor, seperti akses (geografis, kapasitas, mutu layanan, dan

ketersebaran fasilitas kesehatan, serta system pembiayaan), SDM


(kualitas, kompetensi, distribusi dan availabilitas), dan penduduk (tingkat

pendidikan, faktor sosial-budaya, kemiskinan, daya beli dan kepadatan

penduduk); serta kebijakan dan kemauan politik pemerintah (yang

mengatur dan mengupayakan keterjangkauan akses kesehatan, SDM

dan kebijakan tentang kependudukan) (PPIBI, 2016; h.1).

AKI di Indonesia menunjukkan penurunan dalam waktu 2012-2015 yaitu

pada tahun 2012 terdapat 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

dan pada tahun 2015 menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil SUPAS (Survey Penduduk Antar Sensus)

tahun 2015 terdapat empat penyebab yaitu terlalu tua pada saat

melahirkan, terlalu rapat jarak kelahiran. (Kemenkes RI, 2018;h. 111).

D. Hubungan antara kondisi klinis emosi , sosial ibu maternal

1. Emosional

Regulasi emosi berhubungan dengan suasana hati. Konsep

regulasi emosi itu luas dan meliputi kesadaran dan ketidak-

sadaran secara psikologis, tingkah laku, dan proses kognitif.

Selain itu, regulasi emosi beradaptasi dalam kondisi situasi emosi

yang stimulusnya berhubungan dengan lingkungan. Penelitian

secara konsisten menunjukkan bahwa regulasi emosi berkaitan

dengan perasaan tertentu pada kecemasan. Banyak contoh klinis

dari kecemasan melalui percobaan perilaku untuk meregulasi

emosi yang tidak dikehendaki. Penelitian mengenai regulasi

emosi dapat dijadikan alternatif penanganan masalah kecemasan

(Gross, 2007). Kecemasan yang terjadi saat kehamilan hampir

dialami oleh semua ibu hamil, karena mempertaruhkan dua


nyawa sekaligus pada saat kehamilan sampai pada kelahiran.

Seorang ibu yang tabah akan berusaha menguasai keadaan dan

menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak yang telah

dapat dilalui akan mendatangkan kebahagiaan. Regulasi emosi

yang baik sangat diperlukan demi meng- urangi kecemasan ibu

pada masa kehamilan.

Menurut Dennis (2007), komponen regulasi emosi ada dua, yaitu

cognitive reappraisal dan expressive suppression. Cognitive

reappraissal (pemikiran penilaian kembali) adalah sebuah

perubahan kognitif yang menjelaskan dampak negatif dari emosi

untuk menjelaskan aspek peristiwa emosi positif untuk

kedepannya, sedangkan expressive suppression (penekanan

perasaan), yaitu bentuk dari modulasi respon yang menghambat

tingkah laku penindasan emosi. Dua tipe regulasi emosi menurut

Frijda (dalam Gross, 2007) dari kronfontasi dengan peristiwa

emosional adanya reapprasisal (penilaian kembali) setiap

peristiwa emosi mereka yang memicu suppression (tekanan)

atau pengerasan pada perasaan dan sebab untuk

memeriksa,membentuk, atau penggatian kejelasan respon.

2. Sosial

Seperti yang diungkapkan oleh Sarason (dalam Kuntjoro, 2002)

bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepe-

dulian dari orang-orang yang dapat diandal- kan, menghargai dan

menyayangi kita. Hal di atas penting dipahami oleh individu yang

ingin memberikan dukungan sosial, karena menyangkut persepsi


tentang keberadaan (availability) dan ketepatan (adequacy)

dukungan sosial bagi seseorang. Dukungan sosial bukan

sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah

bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan

itu. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial

yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat

merasakan manfaat ban- tuan bagi dirinya, karena sesuatu yang

aktual dan memberikan kepuasan.Dukungan sosial dalam bentuk

informasi adalah bentuk dukungan sosial yang lebih mudah

diberikan karena sifat bantuannya yang lebih efisien dan efektif

serta tidak memerlukan keadekuatan inter- personal namun

dapat diberikan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan

melalui sarana/media apa saja, seperti memberikan rujukan

rumah sakit untuk bersalin yang bagus, memberikan bimbingan

dalam hal menghadapi persalinan, memberikan brosur mengenai

proses persalian yang paling terbaru, memberikan buku

mengenai ke- hamilan dan proses persalinan, dan lain

sebagainya. Hal-hal tersebut tentulah sangat bermanfaat untuk

ibu hamil dan sangat aktual karena sesuai dan sangat tepat

dengan apa yang ibu hamil butuhkan pada saat menjelang

persalinan.

E. Penyebab kematian Ibu

Indonesia belum memiliki data statistik vital, yang langsung

dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Estimasi AKI dalam

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) diperoleh


dengan mengumpulkan informasi dari saudara perempuan yang

meninggal semasa kehamilan, persalinan, atau setelah

melahirkan. Meskipun hasil survei menunjukkan bahwa AKI di

Indonesia telah turun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup, hal

itu perlu ditafsirkan secara hati-hati mengingat keterbatasan

metode penghitungan yang digunakan. Dari lima juta kelahiran

yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya

diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi

kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan seperti ini,

pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa

terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk

mempercepat laju penurunannya.

Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, preeklampsia

atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus

lama, komplikasi aborsi, dan infeksi.

1. Perdarahan,

Sebab – sebab perdarahan yang berperan penting dalam

menyebabkan kematian maternal selama kehamilan adalah

perdarahan, baik yang terjadi pada usia kehamilan muda /

trimester pertama, yaitu perdarahan karena abortus (termasuk di

dalamnya adalah abortus provokatus karena kehamilan yang

tidak diinginkan) dan perdarahan karena kehamilan ektopik

terganggu (KET), maupun perdarahan yang terjadi pada

kehamilan lanjut akibat perdarahan antepartum. Penyebab


perdarahan antepartum pada umumnya adalah plasenta previa

dan solusio plasenta.

yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara

mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian

ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas

terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini

mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga

proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan

perawatan neonatal yang tepat waktu.

2. Preeklampsia

Ciri khas komplikasi kehamilan ini adalah tekanan darah

tinggi dan kerusakan organ-organ tertentu yang seringkali

ginjal. Preeklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu

kehamilan pada wanita yang memiliki tekanan darah

normal sampai saat itu.Jika dibiarkan tidak diobati, itu

dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi,

termasuk kurangnya aliran darah yang tepat ke plasenta

dan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi. Gejala

preeklampsia yang umum adalah pembengkakan pada

tangan dan kaki, yang sayangnya dapat juga terjadi

selama kehamilan yang sehat. Lainnya termasuk sesak

napas, sakit kepala, dan volume air urine yang keluar

kurang dari biasanya.


kehamilan dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada

wanita yang sebelum kehamilannya memiliki tekanan darah

normal (normotensi) atau dapat memperberat keadaan

hipertensi yang sebelumnya telah ada. Hipertensi pada

kehamilan merupakan keadaan pada masa kehamilan yang

ditandai dengan terjadinya kenaika tekanan darah lebih dari 140

/ 90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30

mmHg dan atau diastolik lebih dari 15 mmHg. Hipertensi pada

kehamilan yang sering dijumpai adalah preeklamsia dan

eklamsia.Preeklamsia berat dan khususnya eklamsia

merupakan keadaan gawat karena dapat mengakibatkan

kematian ibu dan janin. Preeklamsia ringan dapat mudah

berubah menjadi preeklamsia berat, dan preeklamsia berat

mudah menjadi eklamsia dengan timbulnya kejang. Tanda khas

preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi, ditemukannya

protein dalam urin dan pembengkakan jaringan (edema) selama

trimester kedua kehamilan. Pada beberapa kasus, keadaan

tetap ringan sepanjang kehamilan, akan tetapi pada kasus yang

lain, dengan meningkatnya tekanan darah dan jumlah protein

urin, keadaan dapat menjadi berat. Terjadi nyeri kepala,

muntah, gangguan penglihatan, dan kemudian anuria. Pada

stadium akhir dan paling berat terjadi eklamsia, pasien akan

mengalami kejang. Jika preeklamsia / eklamsia tidak ditangani

secara cepat, akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian

maternal karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal,

kegagalan hati atau perdarahan otak.


Faktor predisposisi preeklamsia dan eklamsia adalah

nullipara, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

status ekonomi kurang, kehamilan kembar, diabetes melitus,

hipertensi kronis dan penyakit ginjal sebelumnya.Kematian

maternal akibat hipertensi pada kehamilan sering terjadi

(merupakan 12% dari seluruh penyebab kematian maternal)

dan membentuk satu dari tiga trias penyebab utama kematian

maternal, yaitu perdarahan dan infeksi.1, Menurut perkiraan, di

seluruh dunia kurang lebih 50.000 wanita meninggal setiap

tahun akiba preeklamsia. Menurut Depkes RI tahun 2004,

kematian maternal akibat hipertensi pada kehamilan sebesar

14,5% - 24%.4)

D. Faktor – Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal

Faktor Penyebab Kematian Ibu

Masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, termasuk

AKI tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya,

antara lain status kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil, pemeriksaan

antenatal (masa kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan

segera setelah persalinan, serta faktor sosial budaya (E. Kristi

Poerwandari dan Yenina Akmal, 2000: 436). Dalam konteks Indonesia,

akses perempuan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi

yang berkualitas, terutama bagi perempuan miskin di Daerah Tertinggal,

Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) merupakan salah satu

tantangan yang dihadapi dalam pencapaian MDG 5 Target 5A

(Bappenas, 2010: 90). Penyediaan fasilitas PONEK, PONED, posyandu,


dan unit transfusi darah belum merata dan belum seluruhnya terjangkau

oleh seluruh penduduk. Sistem rujukan dari rumah ke Puskesmas dan

ke rumah sakit juga belum berjalan dengan optimal. Faktor lain yang

mempengaruhi tingginya AKI adalah akses jalan yang buruk ke tempat

pelayanan kesehatan. Bappenas (2010: 90) menambahkan faktor lain,

yaitu faktor budaya di daerah tertentu.

Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal,

berdasarkan kerangka dari McCarthy dan Maine (1992) .

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tingginya jumlah angka kematian ibu disebabkan oleh

beberapa faktor seperti hipertensi, pendarahan selama persalinan,

dan komplikasi setelah persalinan (Say et al., 2014). Angka

kematian ibu sebenarnya dapat dikurangi dengan peningkatan

baik secara kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan maternal dan

perbaikan serta penambahan jumlah sumber daya manusia

profesional dibidang kesehatan. Nilai ideal angka kematian Ibu

tercantum dalam goal ke tiga dalam target diperkirakan 20.000 ibu

meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan

kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk


menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan

upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Penyelenggaraan Puskesmas di

EraDesentralisasi.Jakarta,2001

Depkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.28/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar

PusatKesehatan Masyarakat, Jakarta, 2004

Wijono,Djoko Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi

Kesehatan,Airlangga University Press Surabaya, 1999

Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 27 Tahun 2004 Tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan Kab/Kota di


Jawa Timur. Masalah yang berkaitan dengan evaluasi Program

KIA, internet/http://www.papuaweb.org / tanggal 26-2-2008

Kuntjoro, Z. (2002). Dukungan sosial pada lansia.

http://www.e-psikologi.com/usia/htm+dukungan+sosial.

Diakses tanggal 12 Februari 2008

Anda mungkin juga menyukai