Anda di halaman 1dari 179

LAPORAN HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN


USIA DINI DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

TIM
PENGUSUL

KETUA : Bintang Agustina P, SKM.,MKM


ANGGOTA : Betrianita, SKM., MKM
Henni Febriawati, SKM., MARS
Wulan Angraini, SKM., MKM
Riska Yanuarti, SKM., MKM
Fori Yumita, SKM., M.Kes

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH BENGKULU
NOVEMBER 2017
 

 
 

ii 

 
 

RINGKASAN

Informasi yang diperoleh dari portal berita BKKBN Provinsi Bengkulu (2017),
Kabupaten Bangkulu tengah masuk dalam kategorik 3 besar kasus pernikahan usia dini.
Angka tertinggi di Kabupaten Mukomuko 32,83%, seluma 30,83% dan Bengkulu tengah
29,12%. Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak didapatkan kasus yang cukup tinggi di kabupaten Bengkulu
Tengah, dimana pernikahan < 14 tahun berjumlah 4,50%, 15-16 tahun 20%, 17-18
tahun 23,54% dan 19-24 tahun 41,1%. Penyebab tingginya angka menikah di usia
dini Faktor utamanya adalah masalah ekonomi yang kurang, faktor pendukung lainnya
adalah pengaruh teman sebaya, keinginan dari informan, keluarga, dan hamil di luar
nikah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian gabungan (mix metode),yaitu
menggunakan dua atau lebih metode yang diambil dari dua pendekatan yang berbeda
yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasinya adalah orang yang menikah pada
bulan januari-Maret. Sampel diambil menggunakan teknik Prrpotional Random Sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 237 orang. Untuk informan di ambil menggunakan teknik
Purposive Sampling, dengan jumlah informan sebanyak 12 orang. Data di analisis secara
kuantitatif (univariat, bivariat dan multivariate) dan kualitatif.
Sebagian besar responden tidak menikah dini (73,4%), Pendidikan rendah (96,2%),
Tidak bekerja (64,1%), Pendidikan ayah rendah (99,6%), pendidikan ibu rendah (99,2%),
Pekerjaan petani/pedagang/buruh/swasta (96,2%), Ibu tidak bekerja (63,7%), Status
ekonomi keluarga rendah (60,8%), Usia Menarche Normal (98,4%), Tidak Pernah
mendapat penyuluhan Kesehatan reproduksi (72,6%), Pengetahuan kurang (56,5%), Sikap
tidak mendukung (59,5%) kurang terpapar media (58,2%), tidak terpengaruh budaya
(62%), tidak ada pengaruh teman (54,9%), orang tua berperan (59,5%) dan stigma
(57,8%). Faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini yaitu pengetahuan (0,041),
Sikap (0,037), Budaya (0,009), Stigma (0,039), Paparan Media Informasi (0,032), Peran
orang tua (0,017). Budaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan
pernikahan usia dini (P = 0.009)
Masyarakat berpandangan menikah usia dini merupakan hal yang biasa saja terjadi di
lingkungan mereka, jika anak sudah meminta untuk menikah maka orang tua akan langsung
setuju.
BKKBN bekerja sama dengan lintas sector lainnya seperti KUA, Sekolah-sekolah,
Puskesmas untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pernikahan usia dini.
Serta mengajak pemerintah kabupaten Bengkulu Tengah untuk membuat peraturan dan
sangsi bagi masyarakat yang menikah di usia dini.

Kata Kunci : Pernikahan Usia Dini, Penyuluhan Kesehatan, Pengetahuan, Sikap,


Paparan Media, Budaya, Peran Orang Tua, Stigma

iv 

 
 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……….…………………………….………………… i


HALAMAN PENGESAHAN ..............................................………………….. ii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... v
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….... viii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………..……………………… 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ………………............................. 4
1.3 Tujuan ………………………………………........................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..…………………………………………. 5
1.5 Luaran Penelitian ……………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja ..……………………………………………………… 7
2.2 Pernikahan Dini ………………………………………………. 8
2.3 Dampak Pernikahan ….............................…………………….. 14
2.4 Kerangka Teori ……………………………………………….. 18
2.5 Kerangka Konsep …………………………………………….. 20
2.6 Hipotesis ………………………………………………………. 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian ……………………………………………. 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian …….…………………………. 21
3.3 Penelitian Kuantitatif ……………….………………………... 22
3.4 Penelitian Kualitatif …..……………………………………... 31
BAB IV JADWAL PENELITIAN DAN BIAYA
4.1 Rincian Biaya ..……………………………............................... 33

 
 

4.2 Jadwal Penelitian …………..……………………………….. 33


BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Tempat Penelitian …………….................................. 35
5.2 Karakterikstik Responden ….…………………………………. 36
5.3 Analisis Univariat ……………………………………………… 37
5.4 Analisis Bivariat ……………………………………………….. 40
5.5 Analisis Multivariat ……………………………………………. 53
5.6 Analisis Kualitatif ……………………………………………… 58
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN
6.1 Hubungan Pendidikan dengan Pernikahan Usia Dini di 63
Kabupaten Bengkulu Tengah ……………………………………
6.2 Hubungan Pekerjaan dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten 65
Bengkulu Tengah ……………………………………………..…
6.3 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini 66
di Kabupaten Bengkulu Tengah ………………………………
6.4 Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini di 67
Kabupaten Bengkulu Tengah ……………………………………
6.5 Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Pernikahan Usia 68
Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah ……..……………………
6.6 Hubungan Umur Menarche dengan Pernikahan Usia Dini di 69
Kabupaten Bengkulu Tengah ……………………………………
6.7 Hubungan Pengetahuan dengan Pernikahan Usia Dini di 69
Kabupaten Bengkulu Tengah ……………………………………
6.8 Hubungan Sikap dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten 71
Bengkulu Tengah ………………………………………….……
6.9 Hubungan Budaya dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten 73
Bengkulu Tengah ……………………………………………..…
6.10 Hubungan Stigma dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten 74
Bengkulu Tengah …………….…………………………………

vi 

 
 

6.11 Hubungan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dengan 75


Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah …………
6.12 Hubungan Keterpaparan Media Informasi dengan Pernikahan 77
Usia Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah………………………
6.13 Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Pernikahan Usia 77
Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah ……..……………………
6.14 Hubungan Peran Orang Tuaa dengan Pernikahan Usia Dini di 78
Kabupaten Bengkulu Tengah …………..….……………………

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN


7.1 Kesimpulan ………………………………............................... 80
7.2 Saran ………………………………………………………. 80

DAFTAR PUSTAKA

vii 

 
 

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
Lampiran 4. Master Tabel
Lampiran 5. Hasil Analisis Kuantitatif
Lampiran 6. Matrik Hasil Wawancara
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

viii 

 
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pernikahan Usia dini atau dikenal dengan pernikahan usia Anak (< 18 tahun)
mengalami perhatian khusus, informasi yang diperoleh dari Council on Foreign
Relation (2013) bahwa satu dari tiga anak menikah pada usia kurang 18 tahun dan satu
dari Sembilan anak menikah pada usia kurang dari 15 tahun. Negara Indonesia
termasuk urutan ke tujuh (458 ribu) tertinggi pernikahan usia kurang dari 15 tahun
yaitu sebesar anak. Adapun Negara tertinggi sebelum Indonesia yaitu India (10.068),
Banglades (2.359), Nigeria (1.193), Brazil (887), Ethiopia (673), dan Pakistan (600).
Berdasarkan data BPS tetang Kesejahteraan Rakyat pada tahun 2013 terdapat 10
Provinsi memiliki persentase pernikahan pada usia10 - 15 tahun yaitu Kalimantan
Selatan (15,48), Jawa Barat (15,4), Jawa Timur (14,92), Banten (13,42), Jambi (11,89),
Sulawesi Barat (11,66), Jawa Tengah (11,57), Bengkulu (10,98), Sulawesi selatan
(10,95), Kalimantan Tengah (10,22). Berdasarkan data tahun 2015, terdapat 20
provinsi dengan prevalensi perkawinan usia anak yang lebih tinggi dibandingkan
angka nasional (22,82 persen). Provinsi Bengkulu menempati urutan ke lima belas
dengan angka 24,92 persen.
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012
Tingginya angka perempuan menikah di usia anak (< 18 Tahun) merupakan dampak
dari praktik hubungan seksual yang terlalu dini. 8 persen wanita umur 25- 49 tahun
melakukan hubungan seksual yang pertama pada umur 15 tahun, dan 45 persen pada
umur 20 tahun. Terdapat perbedaan wanita berdasarkan kelompok umur dalam
pertama kali melakukan hubungan seksual. Sebagai contoh, persentase wanita umur
45-49 tahun yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur 15 tahun
sebesar 15 persen, 6 persen wanita umur 30-34 tahun dan 3 persen wanita umur
20-24 tahun. Selain itu lingkungan tempat tinggal juga sangat berpengaruh dalam
membentuk perilaku anak. Wanita yang tinggal di daerah perdesaan hanya sedikit


 

lebih aktif secara seksual dalam empat minggu sebelum survei (61 persen)
dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah perkotaan (57 persen).
Persentase wanita berumur 15-49 tahun di daerah perdesaan yang tidak pernah
melakukan hubungan seksual lebih kecil daripada yang tinggal di perkotaan (17
persen dibandingkan dengan 26 persen). Wanita yang tidak bersekolah lebih
aktif secara seksual daripada wanita yang berpendidikan perguruan tinggi; hanya
5-6 persen wanita tidak tamat SD atau tidak sekolah yang tidak pernah melakukan
hubungan seksual. Proporsi wanita tidak tamat SMTA keatas yang tidak pernah
melakukan hubungan seksual sebesar 24 persen atau lebih (BKKBN, 2012)
Proporsi remaja yang telah memiliki anak meningkat menurut umur. Walaupun
kurang dari satu persen wanita umur 15 tahun telah menjadi ibu, 24 persen wanita
umur 19 tahun telah menjadi ibu atau sedang hamil anak pertama. Remaja di perdesaan
lebih banyak yang telah menjadi ibu dibandingkan dengan remaja di perkotaan (13
persen berbanding 6 persen). (BKKBN, 2012).
Hasil Riskesdas Provinsi Bengkulu tahun 2010 menunjukan, usia perkawinan
pertama perempuan kelompok umur 15-19 tahun di Bengkulu mencapai 45,9
persen angka ini lebih tinggi dari angka rata rata nasional yang sebesar 41,9 persen,
sedangkan usia perkawinan pertama kelompok umur 10 – 14 tahun di Provinsi
Bengkulu termasuk tertinggi nomor 6 (enam) se Indonesia yaitu 6,5 Persen
(Riskesdas, 2010)
Berdasarkan Profil Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Bengkulu
tahun 2015 usia menikah pertama menunjukkan tren yang naik dari tahun 1991
sebesar 17 tahun, 1997 sebesar 18 tahun dan tahun 2012 sebesar 14,43 tahun. Rata-
rata umur menikah pertama di Provinsi Bengkulu adalah 19,79 tahun masih terdapat
7 kabupaten yang berada di bawah rata-rata yaitu Seluma (18,96), Muko-
muko(19,06), Bengkulu Tengah dan Kepahiang (19,13), Kaur (19,35), Lebong
(19,43) dan Rejang Lebong (19,56).
Informasi yang diperoleh dari portal berita BKKBN Provinsi Bengkulu (2017),
Kabupaten Bangkulu tengah masuk dalam kategorik 3 besar kasus pernikahan usia
dini. Angka tertinggi di Kabupaten Mukomuko 32,83%, seluma 30,83% dan Bengkulu


 

tengah 29,12%. Selain itu Sekretaris KPI Bengkulu Irna Riza Yuliastuti pada
rangkaian kegiatan antikekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Bengkulu Tengah
pada kompas.com mengungkapkan, kasus pernikahan anak berusia 11 tahun terjadi di
Kabupaten Bengkulu Tengah. Umur 11 tahun merupakan masa pendidikan di sekolah
dasar. Menikah pada umur yang terlalu muda akan berbaha pada ibu dan bayinya.
Evenhuis (2014) mengungkapkan Setiap tahun, hampir 14 juta anak usia 15-19 tahun
di negara berkembang melahirkan setelah menikah. Komplikasi Pada kehamilan dan
persalinan adalah penyebab utama Kematian bagi anak perempuan yang berusia 15-
19 tahun di negara berkembang.
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak didapatkan kasus yang cukup tinggi di
kabupaten Bengkulu Tengah, dimana pernikahan < 14 tahun berjumlah 4,50%,
15-16 tahun 20%, 17-18 tahun 23,54% dan 19-24 tahun 41,1%.
Penelitian yang dilakukan oleh Khaparistia (2015) membuktikan bahwa
terdapat beberapa factor yang menjadi penyebab tingginya angka menikah di usia
muda. Faktor utamanya adalah masalah ekonomi yang kurang, faktor pendukung
lainnya adalah pengaruh teman sebaya, keinginan dari informan, keluarga, dan hamil
di luar nikah.
Penelitian Hotchkiss (2016) yang dilakukan di kota Roma (Serbia) ditemukkan
Praktik perkawinan anak (15-17 tahun) paling umum terjadi pada anak perempuan
yang tinggal di rumah tangga miskin, berpendidikan kurang, dan tinggal di
pedesaan.
Evenhuis (2014) menyampaikan perempuan di daerah pedesaan dua kali lebih
mungkin untuk menikah pada usia 18 tahun bila dibandingkan dengan perempuan di
kota. Selain itu perempuan yang tidak sekolah tiga kali lebih mungkin untuk
menikah Bila dibandingkan dengan perempuan yang menempuh pendidikan sampai
sekolah menengah. Anak yang menikah usia dini lebih cenderung memilih pasangan
sendiri; Artinya, anak perempuan memilih untuk menikah karena alasan kompleks
termasuk stigma seks pra nikah dan kehamilan.
Perkawinan usia kurang dai 18 tahun paling sering terjadi pada masyarakat


 

patriarkal di mana orang tua memiliki peran penting dalam memilih pasangan untuk
anak-anak mereka. Anak perempuan sering menikah tak lama setelah pubertas
untuk memaksimalkan potensi melahirkan anak mereka. Banyak budaya memberi
penekanan pada perempuanan, yang sangat terkait dengan kehormatan keluarga.
Orangtua dapat menikahkan seorang anak perempuan pada usia dini untuk
memastikan bahwa dia menikah sebagai perawan dan untuk mencegah kelahiran di
luar nikah (Council on Foreign Relation, 2013)..
Orang-orang dari berbagai agama mendukung pernikahan dini, yang
diperdebatkan di dalam banyak komunitas religius. Di Ethiopia, misalnya,
perkawinan anak masuk dalam kebiasaan komunitas Kristen Ortodoks seperti di
wilayah Amhara, meskipun gereja Ortodoks di negara tersebut menentang praktik
tersebut. Beberapa Muslim mengizinkan anak menikah karena Quran menentukan
bahwa anak perempuan dapat menikah saat mencapai kedewasaan, yang oleh para
ilmuwan konservatif didefinisikan sebagai masa pubertas. Namun, ada perdebatan
di dalam Islam tentang berapa umur seorang gadis mencapai kedewasaan. Banyak
komunitas Muslim dan ilmuwan Islam setuju dengan usia kedewasaan yang diakui
secara internasional, delapan belas tahun (Council on Foreign Relation, 2013).
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji Faktor-faktor
yang berhubungan dengan pernikahan usia dini di kabupaten Bengkulu Tengah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Provinsi Bengkulu menempati urutan ke lima belas dengan angka 24,92 persen
dengan kasus pernikahan dini tertinggi di atas rata-rata nasional. Angka tertinggi di
Kabupaten Mukomuko 32,83%, seluma 30,83% dan Bengkulu tengah 29,12%. Kasus
pernikahan anak berusia 11 tahun terjadi di Kabupaten Bengkulu Tengah. jika di
konversi dengan pendidikan Umur 11 tahun merupakan masa pendidikan di sekolah
dasar. Menikah pada umur yang terlalu muda akan berbahaya pada ibu dan bayinya.
Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu
yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi


 

adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di antara perempuan-perempuan yang
berpendidikan
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan menikah di
usia dini. Bedasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian
ini adalah apa saja faktor - faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini
di kabupaten Bengkulu Tengah.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini di
Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui distribusi Frekuensi Pernikahan Usia Dini, Pendidikan, Pekerjaan,
Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua, Status Ekonomi Keluarga, Umur
Menarche, Pengetahuan dan Sikap, Stigma, Budaya, Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi, Keterpaparan Media Informasi, Teman Sebaya,Peran Orang Tua)
2. Diketahui hubungan faktor predisposisi (Pendidikan, Pekerjaan, Pendidikan,
Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua, Status Ekonomi Keluarga, Umur
Menarche, Pengetahuan, Sikap, Budaya dan Stigma) dengan Pernikahan Usia Dini
3. Diketahui hubungan faktor Pemungkin (Penyuluhan Kesehatan Reproduksi,
Keterpaparan Media Informasi) dengan Pernikahan Usia Dini
4. Diketahui hubungan faktor Penguat (Teman Sebaya,Peran Orang Tua) dengan
Pernikahan Usia Dini

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi BKKBN Pusat
Sebagai acuan dalam penyusunan program kependudukan dan pengambilan
kebijakan guna menurunkan angka pernikahan usia dini.
2. Bagi BKKBN Provinsi Bengkulu dan KUA


 

Dijadikan refrensi dasar dalam penyusunan program kerjasama antara


BKKBN Provinsi Bengkulu dan KUA Kecamatan Bengkulu Utara. Sehingga
permasalahan Pernikahan Usia Dini dapat di atasi atau membuat program
binaan untuk keluarga yang sudah terlanjur menikah di Usia Dini.
3. Bagi Penelitian Lain dan Pemabaca
Tambahan ilmu pengetahuan terkait dengan penyebab Pernikahan Usia
Dini.

1.5 LUARAN PENELITIAN


1. Peta Pernikahan Usia Dini Berbasis Kecamatan
2. Model untuk menurunkan Angka Pernikahan Usia Dini Berdasarkan variabel
Penelitian
3. Publikasi Internasional


 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti
puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),berasal dari
bahasa Latin “adolescere kerard tumbuh ke arah kematangan.Kematangan yang
dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan
sosial dan psikologi. (Kumalasari 2013)
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Sedangkan dari program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin (Erna).
2.1.2 Ciri- Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau cirri
perkembangan, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu (Erna, 2015) :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir khayal (abstrak)
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin mencari identiras diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
3. Masa remaja akhir (16-19)


 

1) Memperlihatkan pengungkapan kebebasan diri.


2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.
2.2 Pernikahan Usia Dini
2.2.1 Definisi Pernikahan Usia Dini
Menurut Africa Charter on the rights and Walfare of the child dalam Thomas
(2009), pernikahan dini didefinisikan sebagai penyatuan dua orang dengan salah
satu pasangannya yang berada di bawah 18 tahun.
Pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh Pasangan
atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak -anak atau remaja yang
berusia dibawah usia 19 tahun (WHO, 2010).
Hal ini sesuai dengan Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002
menyatakan pernikahan di usia 18 tahun ke bawah termasuk pernikahan dini.
2.2.2 Faktor Penyebab Pernikahan Usia Dini
Pernikahan dini merupakan praktik kekerasan yang sering kali tidak
didasari oleh masyarakat karena telah menjadi salah satu kebudayaan yang
meluas diberbagai Negara dan sukar untuk di rubah (Ibekwe, 2010). Pernikahan
dini terutama terjadi pada perempuan, hal ini terlihat dari tingginya kejadian
pernikahan dini pada perempuan dibandingkan laki-laki diberbagai Negara
(UNICEF, 2001). Pernikahan dini pada perempuan merupakan permasalahan
yang unik; seolah-olah tidak terlihat, padahal terjadi pada sekelompok atau
segolongan orang (UNICEF, 2005)
Tergolong miskin, pendidikan yang rendah serta tinggal di pedesan. Di
roma praktik pernikahan usia muda terjadi pada perempuan yang mempunyai
keluarga miskin, yang memiliki pendidikan kurang, dan yang tinggal di pedesaan.
Hasil analisis bivariat menunjukan keputusan untuk sekolah dan menikah
dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan masyarakat sekitar (Hotchkiss, 2016).
Keputusan untuk menikah merupakan bentuk dari perilaku manusia.


 

Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan, jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah
suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu perilaku manusia
mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian dan lain sebagainya, bahkan kegiatan internal seperti berfikir,
persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia, dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah apa yang dikerjakan organisme baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Teori Lawrence Green (1980) terapat 3 faktor determinan yang
membentuk perilaku seseorang, yaitu:
1. Predisposing factor (Faktor Predisposisi)
Faktor Predisposisi adalah faktor penyebab atau pencetus atau faktor
yang mempengaruhi, yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, perasaan,
nilai, norma, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki, yang mana
berhubungan dengan motivasi seorang individu atau kelompok terhadap suatu
perbuatan, faktor faktor tersebut tergolong kedalam aspek psikologis yang meliputi
dimensi kognitif dan affektif.
Faktor faktor demografi seperti status sosial, ekonomi, umur, jenis
kelamin, pendidikan dan keluarga juga dapat mempengaruhi sikap atau
perilaku seseorang, namun faktor demografi ini tidak ada didalam daftar faktor
yang mempengaruhi (Predisposing) karena faktor demografi tidak bisa dengan
mudah dan secara langsung dipengaruhi oleh program promosi kesehatan.
Pengetahuan atau Kesadaran
Meningkatnya pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku seseorang atau organisasi, tetapi pengetahuan berhubungan positif
terhadap sikap seseorang. Pengetahuan diperlukan sebelum kesadaran seseorang
muncul, tetapi tindakan belum tentu muncul kecuali jika seseorang menerima
ransangan yang cukup kuat untuk memicu motivasi dalam bertindak. Pengetahaun
diperlukan seperti didalam mengenali sesuatu sebelum seseorang bertindak.
Perubahan dalam kesadaran atau pengetahuan akan membawa


 

perubahan pada area lain karena keinginan manusia terhadap konsistensi.


Pengetahuan baru, tingginya kesadaran, meningkatnya pemahaman dan
mengenali fakta fakta kedalam kepercayaan, nilai nilai, sikap, dan keyakinan
diri dapat memungkinkan perubahan perilaku.
Pendidikan
Ada hubungan yang kompleks antara perkawinan usia anak dan pendidikan di
Indonesia. Anak perempuan yang menikah sebelum usia 18 tahun (pengantin
anak) memiliki tingkat pencapaian pendidikan yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak perempuan yang belum menikah, khususnya setelah sekolah dasar
(SD). Selain itu, anak yang menikah lebih muda memiliki pencapaian
pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang menikah
lebih tua. Anak perempuan cenderung tidak melanjutkan sekolah setelah
mereka menikah. Persentase perkawinan usia anak perempuan usia 20-24
tahun semakin kecil sejalan dengan meningkatnya capaian pendidikan.
Persentase perkawinan usia anak perempuan yang lulus SD (40,5 persen)
berbeda sangat tajam dengan mereka yang melanjutkan sekolah sampai lulus
sekolah menengah atas (5,0 persen). Angka-angka ini menunjukkan bahwa
berinvestasi dalam pendidikan sekolah menengah untuk anak perempuan,
khususnya untuk menyelesaikan sekolah menengah atas, adalah salah satu cara
terbaik untuk memastikan anak perempuan mencapai usia dewasa sebelum
menikah. Analisis dalam laporan ini juga menunjukkan bahwa perkawinan
usia anak sangat terkait dengan kemiskinan, tetapi prevalensi perkawinan
usia anak yang tinggi terdapat pada provinsi dengan tingkat kemiskinan yang relatif
rendah. Selain kemiskinan, praktik tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain, termasuk norma-norma sosial dan budaya. (BPS, 2015).
Kepercayaan, nilai dan sikap
Kepercayaan, nilai dan sikap dibangun secara mandiri, diantara tiga hal
tersebut sering kali sulit untuk dibedakan.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan terhadap fenomena atau objek yang benar dan

10 
 

riil, keimanan, kepercayaan dan kebenaran adalah kata kata untuk


mengekspresikan kepercayaan. Contoh pernyataan kepercayaan seseorang yang
berhubungan dengan kesehatan “ saya tidak percaya bahwa pengobatan medis
mampu menyembuhkan”, “ olah raga tidak akan mempengaruhi kesehatan”, “
ketika ajal mu tiba maka tidak ada yang bisa kamu perbuat”. Kepercayaan
kepercayaan seperti contoh di atas akan sangat mempengaruhi perilaku
seseorang.
Ada teori yang erat kaitannya dengan kepercayaan yaitu Teori Health Belief
Model (Model percaya terhadap kesehatan) Model ini dikembangkan untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan yang berhubungan dengan pola
kepercayaan, model ini didasarkan pada asumsi perubahan perilaku sebagai
berikut :
a. Seseorang harus percaya bahwa dia rentan
b. Seseorang harus merasakan potensi keseriusan
c. Seseorang harus percaya bahwa melindungi diri dari perilaku yang salah atau
tidak sesuai adalah bermanfaat.
d. Harus ada sebuah “isyarat terhadap perilaku” atau percepatan yang
membuat seseorang merasakan kebutuhan untuk mengambil tindakan.
Nilai-nilai dan stigma masyarakat
Budaya, pandangan antar generasi merefleksikan nilai yang dimiliki
oleh seseorang, nilai nilai cenderung berkelompok di dalam grup etnik dan
berbeda generasi yang saling berbagi sejarah dan identitas geografi. Nilai nilai
adalah dasar dalam menjustifikasi perbuatan seseorang baik moral maupun
etika, nilai nilai yang dianut bisa benar dan salah, dimensi baik dan buruk
dapat dilihat dari perilaku khusus. Stigma diartikan sebagai pandangan negatif
seseorang terhadap objek dan perilaku yang ada sehingga stigma yang berkembang
sangat mempengaruhi perilaku seseorang.
Sikap
Setelah motivasi, salah satu yang paling sering dibicarakan dalam ilmu
perilaku adalah sikap. Mucchielli menjelaskan sikap sebagai kecenderungan dalam

11 
 

berfikir atau perasaan tentang objek, orang maupun situasi. Kirscht menilai
sikap sebagai kumpulan kepercayaan yang meliputi aspek evaluatif, oleh
karena itu sikap bisa dinilai positif atau negatif, sikap berbeda dengan nilai.
Menurut Rokeach nilai lebih dalam posisinya dan tidak terlalu berubah ubah
dibandingkan sikap dan kepercayaan.
Ada dua konsep tentanng sikap yaitu : 1) sikap adalah perasaan yang konstan,
yang berhadapan langsung dengan objek misalnya orang, perbuatan, situasi, ide;
2) sikap melekat pada strukturnya adalah evaluasi dimensi baik dan buruk.
2. Enabling factors (Faktor Pemungkin)
Faktor faktor yang memungkinkan meliputi ketersediaan, ketercapaian,
kemampuan atau ketersedian sumber sumber komunitas dan pusat kesehatan, selain
itu juga meliputi kondisi kehidupan seseorang yang bertindak sebagai
penghambat aksi, seperti contohnya “ketersediaan transportasi yang mampu
membuat seorang ibu mau berpartisipasi dalam program kesehatan. Faktor
pemungkin juga meliputi sumber sumber dan skiil baru dimana seseorang,
organisasi atau komunitas perlu untuk melakukan perubahan sikap dan aksi
yang dibutuhkan untuk memodifikasi lingkungan. Contoh sumber sumber
tersebut meliputi : organisasi dan ketersediaan fasilitas pusat kesehatan,
personil, sekolah, klinik dipedesaan atau sumber sumber lain yang serupa,
sedangkan skiil yang dimaksud adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki
personal atau organisasi yang dapat mempengaruhi fisik atau lingkungan.
Pada penelitian tentang enabling factor (faktor pemungkin), Milo mengatakan
“ bahwa perilaku kesehatan suatu populasi bisa dibatasi oleh tingkat atau
level sumber sumber atau fasilitas kesehatan yang tersedia dan terjangkau.
3. Reinforcing factor (Faktor Penguat)
Faktor penguat adalah konsekuensi perbuatan yang menentukan
apakah si pelaku menerima umpan balik positif atau negatif dan didukung
secara sosial setelah hal tersebut terjadi. Faktor penguat meliputi dukungan
sosial, pengaruh pasangan dan nasehat serta umpan balik dari penyedia pusat
pelayanan, faktor penguat juga meliputi konsekuensi fisik contoh perasaan

12 
 

sehat atau sakit, selain itu faktor penguat juga meliputi konsekuensi perilaku
yang merugikan atau hukuman yang bisa mengarah kepada hilangnya perilaku
positif.
Faktor penguat memberikan manfaat sosial seperti (pengakuan atau
penghargaan), manfaat fisik seperti (kesenangan, rasa nyaman, berkurangnya
rasa sakit), manfaat ekonomi (penghargaan nyata) dan hayalan atau
penghargaan imajinasi seperti (perbaikan penampilan, harga diri atau
kerjasama dengan seseorang yang diidolakan yang mendemonstrasikan
perilaku).
Untuk tiap tiap perilaku prioritas dari diagnosa perilaku, faktor penguat yang
penting bisa ditentukan, sebagai contoh “ penghentian merokok”, penguat bisa
diperoleh dalam bentuk dukungan sosial dari pasangan dan nasehat dari
penyedia layanan pusat kesehatan.
Beberapa faktor penguat yang memiliki penguatan sosial bisa menjadi
enabling factor jika faktor tersebut menghasilkan dukungan sosial, seperti
keuangan atau transportasi atau bahkan nasehat yang bersahabat. Penguat juga bisa
menjadi khayalan, seperti model perilaku pada iklan di televisi yang terlihat
menyenangkan.
Sumber penguat bervariasi tergantung pada tujuannya. Positif atau tidaknya
penguatan pada sikap dan perilaku orang orang tertentu, beberapa mereka akan
lebih berpengaruh dibandingkan yang lain dalam mempengaruhi perilaku. Sebagai
contoh penelitian menunjukan bahwa perilaku merokok, minum, obat obatan pada
orang dewasa sangat dipengaruhi oleh teman, terutama teman baik. Perilaku
merokok pada anak usia 6-8 tahun biasanya dipengaruhi oleh orang tua,
sedangkan perilkau merokok pada usia 9-11 tahun bisa dipengaruhi oleh teman
sebaya. Sikap orang tua, kepercayaan dan tindakan terutama ibu, menempati
posisi kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan remaja. Perencana
program harus hati hati menilai faktor penguat, untuk meyakinkan partisipan
memiliki kesempatan maksimum untuk memberikan timbal balik yang suportif
bagi perilaku baru mereka.

13 
 

2.3 Dampak Pernikahan Usia Dini


Praktik perkawinan usia anak seringkali menimbulkan dampak buruk
terhadap status kesehatan, pendidikan, ekonomi, keamanan anak perempuan dan
anak-anak mereka, serta menimbulkan dampak yang merugikan bagi
masyarakat. Berikut dampak pernikahan usia dini menurut Badan Pusat Statistik
(2015):
1) Bagi Anak Perempuan
a. Kehamilan Berisiko
Perkawinan usia anak menyebabkan kehamilan dan persalinan dini, yang
berhubungan dengan angka kematian yang tinggi dan keadaan tidak normal
bagi ibu karena tubuh anak perempuan belum sepenuhnya matang untuk
melahirkan (Centre for Reproductive Rights, 2013)). Anak perempuan usia
10-14 tahun memiliki risiko lima kali lebih besar untuk meninggal dalam kasus
kehamilan dan persalinan daripada perempuan usia 20-24 tahun, dan secara global
kematian yang disebabkan oleh kehamilan merupakan penyebab utama kematian
anak perempuan usia 15-19 tahun (WHO. 2014). Anak Perempuan menghadapi
risiko tingkat komplikasi yang terkait dengan persalinan yang jauh lebih
tinggi, seperti fistula obstetri, infeksi, perdarahan hebat, anemia dan eklampsia.
Terdapat kajian yang menunjukkan bahwa perkawinan usia anak di Indonesia
berhubungan dengan buruknya kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran
anak perempuan terhadap risiko persalinan dini.
b. Pendidikan Terhenti
Anak perempuan yang telah menikah cenderung memiliki tingkat
pendidikan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan perkawinan dan
pendidikan dianggap bertentangan ketika anak perempuan yang menikah
menghadapi keterbatasan mobilitas, kehamilan dan tanggung jawab
terhadap perawatan anak. Menurut salah satu laporan, 85 persen anak perempuan di
Indonesia mengakhiri pendidikan mereka setelah mereka menikah, namun
keputusan untuk menikah dan mengakhiri pendidikan juga dapat diakibatkan
kurangnya kesempatan kerja (Evenhuis, 2014). Terdapat sekolah di Indonesia

14 
 

yang menolak anak perempuan yang telah menikah untuk bersekolah


(Simanjuntak, 2015). Anak perempuan dengan tingkat pendidikan yang lebih
rendah lebih tidak siap untuk memasuki masa dewasa dan memberikan
kontribusi, baik terhadap keluarga mereka maupun masyarakat (Evenhuis, 2014).
Mereka memiliki lebih sedikit suara dalam pengambilan keputusan dalam rumah
tangga dan kurang mampu mengadvokasi diri mereka sendiri atau anak-anak
mereka. Mereka juga kurang mampu untuk memperoleh penghasilan dan
memberikan kontribusi finansial bagi keluarga. Hal-hal tersebut dapat
meningkatkan angka kemiskinan (ICRW, 2015).
c. Beban Ganda
Perkawinan pada usia muda membebani anak perempuan dengan tanggung jawab
menjadi seorang istri, pasangan seks, dan ibu, peran-peran yang seharusnya
dilakukan orang dewasa, yang belum siap untuk dilakukan oleh anak perempuan.
Perkawinan ini juga menimbulkan beban psikologis dan emosional yang hebat bagi
mereka. Selain itu juga terdapat kesenjangan usia, dimana anak perempuan jauh
lebih muda dari pasangan mereka. Berbagai kajian menunjukkan bahwa anak
perempuan yang menikah pada usia dini memiliki risiko tinggi untuk mengalami
kecemasan, depresi, atau memiliki pikiran untuk bunuh diri, sebagian dapat
disebabkan mereka tidak memiliki status, kekuasaan, dukungan, dan kontrol atas
kehidupan mereka sendiri (Raj, 2013). Selain itu mereka juga kurang mampu untuk
menegosiasikan hubungan seks aman, sehingga meningkatkan kerentanan mereka
terhadap infeksi menular seksual seperti HIV.
d. Kekerasan Rumah Tangga
Kajian lain juga menunjukkan bahwa pengantin anak memiliki peluang lebih
besar untuk mengalami kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan emosional, serta
isolasi sosial, yang merupakan akibat dari kurangnya status dan kekuasaan
mereka di dalam rumah tangga mereka. Pengantin muda lebih sering mengalami
kekerasan. Di Indonesia, kekerasan dalam rumah tangga dianggap wajar oleh
sebagian besar orang muda: 41 persen anak perempuan usia 15-19 tahun percaya
bahwa suami dapat dibenarkan dalam memukul istrinya karena berbagai alasan

15 
 

termasuk ketika istri memberikan argumen yang bertentangan (UNICEF, 2012).


2) Bagi Anak-anak yang dilahirkan
Perkawinan usia anak memiliki dampak antargenerasi. Bayi yang
dilahirkan oleh anak perempuan yang menikah pada usia anak memiliki risiko
kematian lebih tinggi, dan kemungkinannya dua kali lebih besar untuk
meninggal sebelum usia 1 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan
oleh seorang ibu yang telah berusia dua puluh tahunan. Bayi yang dilahirkan oleh
pengantin anak juga memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk lahir
prematur, dengan berat badan lahir rendah, dan kekurangan gizi. Hal ini
berhubungan langsung perempuan menikah yang pada saat kehamilan dan persalinan
masih berusia sangat muda, ketika mereka sendiri memiliki tingkat kekurangan gizi
yang lebih tinggi dan tubuh mereka belum tumbuh sempurna (Mason, 2014). Ketika
anak perempuan masih dalam proses pertumbuhan, kebutuhan gizi pada tubuhnya
akan bersaing dengan kebutuhan gizi pada janinnya (Fall, 2015).
Menurut kajian di antara 5 negara berpenghasilan rendah dan menengah,
terdapat 20-30 persen peningkatan risiko kelahiran prematur dan berat bayi lahir
rendah di antara anak-anak ketika ibu mereka berusia kurang dari 20 tahun.
Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang berusia kurang dari 19 tahun
memiliki 30-40 persen peningkatan risiko hambatan pertumbuhan (stunting) selama
2 tahun dan kegagalan untuk menyelesaikan sekolah menengah .(Fall, 2015).
Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa dampak dari perkawinan usia anak yang
dialami oleh anak perempuan juga akan dialami oleh anak-anak mereka, dengan
kecilnya kesempatan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, besarnya
kemungkinan untuk tetap miskin, dan lebih rentan terhadap kekerasan dalam
rumah tangga (International Planned Parenthood Foundation and United Nations
Population Fund. (2006)).
3) Bagi Masyarakat
Perkawinan usia anak tidak hanya mendasari, tetapi juga mendorong
ketidaksetaraan gender dalam masyarakat. Perkawinan usia anak dapat
menyebabkan siklus kemiskinan yang berkelanjutan, peningkatan buta huruf,

16 
 

kesehatan yang buruk kepada generasi yang akan datang, dan merampas
produktivitas masyarakat yang lebih luas baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Meskipun kajian-kajian untuk mengetahui dampak perkawinan usia
anak terhadap masyarakat sangat sedikit, tetapi perhatian terhadap topik tersebut
terus berkembang.
Kajian yang dilakukan oleh The World Bank memperkirakan bahwa
perkawinan usia anak di beberapa negara di sub-Sahara Afrika memberikan
kontribusi terhadap seperlima pelajar perempuan yang putus sekolah
menengah. Kajian tersebut menghitung bahwa setiap penundaan satu
perkawinan dapat berpotensi untuk meningkatkan kemungkinan melek huruf dan
menyelesaikan sekolah menengah beberapa persen. Kajian tersebut menyimpulkan
bahwa "investasi pada anak perempuan sampai mereka menyelesaikan tingkat
pendidikan selanjutnya akan menghasilkan pendapatan seumur hidup dari kelompok
anak perempuan saat ini yang setara dengan 68 persen produk domestik bruto
tahunan."(Chaaban. 2011) Kajian lain yang dilakukan oleh UNICEF di Nepal
menyatakan bahwa hilangnya kesempatan bersekolah sebagai akibat dari
perkawinan usia anak adalah sebesar 3,87 persen dari Produk Domestik Bruto
(PDB)(Rabi.2014). Kajian-kajian dengan temuan yang sama telah dilakukan di
Bangladesh dan di negara-negara lain, dan lebih banyak riset sedang dilakukan
untuk lebih memahami kerugian ekonomi dari perkawinan usia anak.
Kajian tentang pembiayaan eksploratif yang dilakukan oleh UNICEF
mengkaji dampak perkawinan usia anak dan remaja terhadap perekonomian
Indonesia dengan memperkirakan dampak penundaan perkawinan anak perempuan
terhadap pasar tenaga kerja. Kajian tersebut menjelaskan kelompok anak
perempuan menikah usia 15-19 tahun selama 36 tahun ke depan. Dengan
menggunakan perkiraan konservatif, kajian tersebut menunjukkan bahwa
penundaan usia perkawinan anak perempuan sampai 20 tahun dapat meningkatkan
1,70 persen PDB pada tahun 2014. Hasil ini menunjukkan bahwa investasi pada
anak perempuan memiliki dampak besar terhadap perekonomian Indonesia
selama masa produktif mereka dan penundaan perkawinan mendukung potensi

17 
 

ini. Hasilnya menunjukkan bahwa kurangnya investasi dalam penundaan


perkawinan bagi remaja perempuan dan hilangnya kesempatan pendidikan dan
hilangnya penghasilan seumur hidup yang diakibatkannya akan terus
menimbulkan dampak negatif yang kuat terhadap perekonomian Indonesia
(Rabi, 2015).
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan teori mengenai perilaku, maka kerangka teori yang melandasi
penelitian ini adalah menggunakan teori Green (1980) yang menyatakan bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perilaku dan non perilaku.
Perilaku manusia terbentuk dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu predisposisi, faktor
pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi (Predisposing Factor)
mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan
unsur-unsur lainnya yang terdapat dalam diri inividu dan masyarakat. Faktor
pendukung (Enabling Factor) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan
kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (Reinforcing Factor)
adalah sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan.
Sebagaimana telah dijabarkan dalam skema perilaku menurut Green di bawah
ini.

18 
 

Faktor pemudah (predisposisi)

1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Nilai
4. Sikap
5. keyakinan

Perubahan perilaku
Faktor pemungkin (enabling) dan gaya hidup
1. Ketersediaan sumber daya
kesehatan.
2. Keterjangkauan sumber daya
kesehatan Sehat
3. Komitmen masyarakat,
pemerintah dan pengambil
kebijakan/keputusan untuk
meningkatkan keterampilan
tenaga kesehatan

Faktor penguat (reinforcing)

1. Keluarga Lingkungan
2. Rekan/kerabat sebaya
3. Guru (kondisi hidup )
4. Pengusaha
5. Penyedia pelayanan kes
6. Tokoh masyarakat
7. Pengambil kebijakan/keputusan

Gambar 2.1
Teori Perubahan Perilaku (L.Green, 1980 dalam Sarwono)

19 
 

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori diatas terdapat beberapa variable yang perlu diteliti.
Variable yang termasuk dalam penelitian ini akan digambarkan pada kerangka
konsep sebagai berikut:

Faktor Predisposisi :
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendidikan Orang Tua
- Pekerjaan Orang Tua
- Status Ekonomi
Keluarga
- Umur Menarche
- Pengetahuan
- Sikap
- Budaya
- Stigma

Faktor Pendukung:
- Penyuluhan Kesehatan Pernikahan Usia
Reproduksi, Dini
- Keterpaparan Media
Informasi

Faktor Pendorong :
- Teman Sebaya
- Peran Orang Tua

Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitia. Adapun hipotesis pada penelitian
ini adalah
Ha : Ada Hubungan Faktor Predisposisi dengan Penikahan Usia Dini
Ha : Ada Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pernikahan Usia Dini
Ha : Ada Hubungan Faktor Penguat dengan Pernikahan Usia Dini

20 
 

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian gabungan (mix metode),yaitu
menggunakan dua atau lebih metode yang diambil dari dua pendekatan yang
berbeda yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif (dapat sebaliknya) (Sarwono,
2011). Pada penelitian ini menggunakan desain gabungan secara berurutan
(Squential) peneliti melakukan pendekatan kuantitatif kemudian diikuti
dengan metode kualitatif. Model ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

Rumusan Masalah
Riset Pertama

Riset Kuantitatif  Temuan Riset Rumusan M asalah


Kuantitatif  Riset Kedua

Riset Kuantitatif

Temuan Riset
Kuantitatif

Gambar. 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian dengan


Pendekatan Kuantitatif d a n Kualitatif

3.2 Tempat da Waktu Penelitian


Bengkulu Tengah Merupakan kabupaten di Provinsi Bengkulu yang menjadi
lokasi penelitian, dikarenakan angka Pernikahan Dini di Kabupaten ini terus

21 
 

meningkat dan ditemukan umur menikah yang terlalu dini. Bengkulu Tengah terdiri
dari 10 Kecamatan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2017

3.3 Penelitian Kuantitatif


3.3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental atau survei analitik
dengan pendekatan cross sectional, suatu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan untuk mempelajari adanya suatu dinamika korelasi (hubungan) antara
faktor risiko dengan efek secara bersamaan. (Imron, 2010)
3.3.2 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pasangan yang menikah pada
bulan januari-Maret 2017 yang berjumlah 300 pasangan atau 600 orang, data
populasi diperoleh dari KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkulu
Tengah. Penentuan besar sampel minimum yang akan akan dihitung
menggunakan rumus uji beda dua proporsi, dengan tingkat kepercayaan 95%
dan persisi penelitian sebasar 5% (Dahlan, 2009).
n = {Z1-α/2 √ 2P (1-P) + Z1-β√P1 (1-P1) + P2 (1- P2)}2
(P1- P2)2
Keterangan:

n = Jumlah Sampel

Z1-α/2 = 1,28 (90% derajat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini)

Z1-β = 0,84 (90% power study yang digunakan dalam penelitian ini)

P1 = Perkiraan proporsi pada populasi 1

P2 = Perkiraan proporsi pada populasi 2

P = Rata-rata P1dan P2 (P1 + P2)/2

Untuk menentukan besarnya sampel dengan melihat nilai P2 dari penelitian-

penelitian sebelumnya. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas

maka besarnya sampel :


22 
 

Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel


Nilai Sampel
Penelitian
Variabel P1 P2 OR

Pendidikan
Desiyanti, 2017 0,627% 0,311% 3,737 41
Orang Tua

Pendidikan
Rahardjo, 2013 0,608% 0,410% 2,23 108
responden

Rahardjo, 2013 Pengetahuan 0,681% 0,365% 3,71 41

Peran Orang
Desiyanti, 2017 0,714% 0,301% 5,781 24
Tua

Rahardjo, 2013 Media 0,712% 0,309 5,53 25

Berdasarkan perhitungan sampel minimum pada penelitian ini adalah


berjumlah 108 orang, dikarenakan perhitungan sampel menggunakan uji beda
dua proporsi maka 108 x 2 = 216. Untuk mengantisipasi kemungkinan
responden no respon maka peneliti menambah jumlah responden sebesar 10%
dari jumlah sampel hasil sehingga sampel berjumlah 237 orang.
Sampel diambil menggunakan teknik Porpotional Random Sampling,
adapun hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Porpotional Random Sampling
No Kecamatan Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 Karang Tinggi 66/600x237 26
2 Taba Penanjung 90/600x237 36
3 Pondok Kelapa 166/600x237 66

23 
 

4 Talang Empat 70/600x237 28


5 Pematang Tiga 36/600x237 14
6 Bang Haji 30/600x237 12
7 Pagar Jati 44/600x237 17
8 Pondok Kubang 56/600x237 22
9 Merigi Kelindang 26/600x237 10
10 Merigi Sakti 16/600x237 6
Total 600 237

Terdapat kriteria dalam pemilihan sampel, yang tediri dari kriteria inklusi dan
kriteria Ekslusi.
Kriteria Inklusi:
1. Menikah Pada Tahun 2017
2. Pernikahan Pertama
3. Betempat tinggal di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah
4. Bersedia menjadi responden
Kriteria Ekslusi:
1. Janda/Duda
2. Istri Berasal dari kabupaten lain

3.3.3 Definisi Operasional


Untuk mendefinisikan variable penelitian, maka dibuat definisi
operasional penelitian. Adapun definisi operasional penelitian dapat dilihat
pada table 1.
Tabel 3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
1 Pernika Pernikahan Kuesione Pengisia 0. Menikah Ordinal
han yang r n dini, jika <
Usia dilakuan Kuesio 18 tahun
Dini oleh ner 1. Normal,
24 
 

responden jika ≥ 18
sebelum tahun
18 tahun (BKKBN
PROV, 2017)
2 Pendidi Jenjang Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
kan pendidikan r n jika tamat
Respon formal Kuesio ≤ SLTA
den terakhir ner 1. Tinggi,
yang telah jika tamat
ditamatkan > SLTA
(Permendikbud
, 2016)
3 Pekerja Status Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
an Pekerjaan r n Bekerja,
Respon yang Kuesion jika tidak
den dimiliki oleh er memiliki
responden pekerjaan/se
saat dang
menikah sekolah
1. Bekerja,
jika
TNI/POLRI
, PNS,
Petani,
Wiraswasta
4 Pendidi Jenjang Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
kan pendidikan r n jika tamat ≤
Orang formal Kuesio SLTA
Tua terakhir ner 1. Tinggi,
yang telah jika tamat
ditamatkan > SLTA
ayah/ibu (Permendikbu
remaja d, 2016)
4 Pekerja Status Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
an pekerjaan r n Bekerja, Jika
Orang yang Kuesio orang tua
Tua dimiliki ner tidak bekerja
oleh ayah 1.TANI/BUR
atau ibu UH/SWAST
remaja A
2.TNI/POLRI
PNS
6 Status Tingkat Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
Ekono kemamuan r n jika < UMK
mi ekonomi Kuesio Benkulu
25 
 

Keluarg yang di ner Tengahg


a bandingkan 1. Tinggi, jika
dengan ≥ UMK
UMK Bengkulu
Bengkulu Tengah
Tengah
(1.800.000)
7 Umur Usia Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
Menarc Responden r n Normal, jika
he perempuan Kuesio menarce umur
mendapat ner < 8 tahun
menstruasi dan > 17
Pertama kali tahun
2. Normal,
jika
menarche
umur 8-17
tahun
(BKKBN,
2013)
8 Penyulu Pengalaman Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
han memperoleh r n Pernah
Kesehat informasi Kuesio 1. Pernah
an melalui ner
Reprod penyuluhan
uksi kesehatan
reproduksi
9 Pengeta Pemahaman Kuesione Pengisia 0. Kurang, Ordinal
huan seseorang r n Jika skor ≤
tentang Kuesio Median (6)
pernikahan ner 1. Baik, jika
dini, mulai skor >
dari apa median (6)
itu
pernikahan
dini,
dampak
secara
keseluruhan.
10 Sikap Bentuk Kuesione Pengisia 0. Mendukung Ordinal
dukungan r n jika skor
seseorang Kuesio jawaban >
terhadap ner Median (29)
pernikahan 0. Tidak
usia dini Mendukung
26 
 

jika skor
jawaban ≤
median (29)
11 Keterpa Informasi Kuesione Pengisia 0. Terpapar, Ordinal
paran yang r n jika jika skor
Media didapatka Kuesio jawaban >
Informa n ner Median (1)
si responde 1. Kurang
n tentang Terpapar, jika
seksual skor jawaban
(pornografi) ≤ median (1)
12 Budaya Kebiasaan Kuesione Pengisia 0. Ada Ordinal
Masyarakat r n pengaruh
setempat Kuesio budaya,jika
yang ner skor >
secara turun median (1)
temurun 1. T i d a k Ada
yang diikuti Pengaruh
oleh budaya,
responden jika skor ≤
median (1)
13 Teman Keinginan Kuesione Pengisia 0. Ada Ordinal
Sebaya untuk r n Pengaruh,
menikah Kuesio jika skor >
di usia ner median (5)
muda 1. Tidak
dikarenakan Pengaruh, ≤
dorongan median (5)
teman
sebaya
14 Peran seperangkat Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
orang perilaku r n Berperan,
tua ayah dan Kuesio jika skor ≤
ibu dalam ner mean (2)
membimbin 1. Berperan,
g dan jika skor
melakukan > mean (2)
pengawasa
n terhadap
anaknya
termasuk
hubungan
komunikasi
orang tua
27 
 

dengan
anaknya
tentang
segala h a l
15 Stigma Pandangan Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
negative r n Jika > skor
responden Kuesion median (4)
tentang er 1. Tinggi, jika
menikah skor ≤
usia dini median (4)

3.3.4 Uji Coba Instrumen


Pengujian ini dilakukan untuk memastikan ketepatan dan ketetapan atau
konsistensis jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan. Untuk mengetahui
hal tersebut, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen/kuesioner.

3.3.4.1 Uji Validitas


Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut
berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Uji validitas dilakukan pada
21 responden di Kabupaten Kepahiang, dengan nilai r table adalah 0,433.
Keputusan uji: 
 Bila r hitung lebih besar dari r tabel maka, Ho ditolak, artinya pertanyaan
valid.
 Bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka, Ho gagal ditolak, artinya
pertanyaan tidak valid.
Hasil uji validitas instrument dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
Butir r-hitung Status
Pengetahuan 1 0,679 Valid
Pengetahuan 2 0,654 Valid
Pengetahuan 3 0,692 Valid
Pengetahuan 4 0,621 Valid
Pengetahuan 5 0,621 Valid
Pengetahuan 6 0,679 Valid
Pengetahuan 7 0,511 Valid
28 
 

Pengetahuan 8 0,746 Valid


Pengetahuan 9 0,679 Valid
Pengetahuan 10 0,525 Valid
Sikap 1 0,612 Valid
Sikap 2 0,825 Valid
Sikap 3 0,852 Valid
Sikap 4 0,744 Valid
Sikap 5 0,754 Valid
Sikap 6 0,579 Valid
Sikap 7 0,457 Valid
Sikap 8 0,904 Valid
Sikap 9 0,684 Valid
Sikap 10 0,807 Valid
Sikap 11 0,793 Valid
Sikap 12 0,703 Valid
Pengaruh Media 1 0,688 Valid
Pengaruh Media 2 0,576 Valid
Pengaruh Media 3 0,871 Valid
Pengaruh Media 4 0,511 Valid
Pengaruh Media 5 0,862 Valid
Pengaruh Media 6 0,710 Valid
Pengaruh Media 7 0,637 Valid
Pengaruh Media 8 0,451 Valid
Pengaruh Media 9 0,561 Valid
Pengaruh Budaya 1 0,741 Valid
Pengaruh Budaya 2 0,485 Valid
Pengaruh Budaya 3 0,612 Valid
Pengaruh Budaya 4 0,666 Valid
Pengaruh Budaya 5 0,645 Valid
Peran Orang Tua 1 0.544 Valid
Peran Orang Tua 2 0,451 Valid
Peran Orang Tua 3 0,708 Valid
Peran Orang Tua 4 0,604 Valid
Peran Orang Tua 5 0,541 Valid
Peran Orang Tua 6 0,559 Valid
Peran Orang Tua 7 0,753 Valid
Peran Orang Tua 8 0,552 Valid
Peran Orang Tua 9 0,604 Valid
Peran Orang Tua 10 0,641 Valid
Pengaruh Teman 1 0,632 Valid
Pengaruh Teman 2 0,594 Valid
Pengaruh Teman 3 0,771 Valid
Pengaruh Teman 4 0,620 Valid
Pengaruh Teman 5 0,529 Valid
Pengaruh Teman 6 0,596 Valid
29 
 

Pengaruh Teman 7 0,666 Valid


Pengaruh Teman 8 0,772 Valid
Pengaruh Teman 9 0,678 Valid
Pengaruh Teman 10 0,599 Valid
Stigma 1 0,763 Valid
Stigma 2 0,710 Valid
Stigma 3 0,784 Valid
Stigma 4 0,544 Valid
Stigma 5 0,782 Valid
Stigma 6 0,698 Valid
Stigma 7 0,593 Valid
Stigma 8 0,818 Valid
Stigma 9 0,563 Valid
Stigma 10 0,515 Valid
Stigma 11 0,448 Valid
Stigma 12 0,784 Valid

Tabel di atas menunjukkan nilai r hitung item pertanyaan pada masing-masing


variable lebih dari r tabel (0,433) sehingga dapat desimpulkan pertanyaan valid.
3.3.4.2 Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas nilai alpha cronbach’s untuk masing-masing variabel yaitu
Pengetahuan sebesar 0,896, Sikap sebesar 0,939, Pengaruh media 0,890, Pengaruh
Budaya sebesar 0,828, Peran orang tua sebesar 0,874, pengaruh teman sebesar 0,898
dan Stigma sebesar 0,919. Berdasarkan nilai alpha cronbach’s yang didapatkan
maka semua variabel dinyatakan reliabel, karena lebih besar dari r tabel.
3.3.5 Pengumpulan Data
3.3.5.1 Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh peneliti dari jawaban responden pada Kuesioner
Penelitian.
3.3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data-data laporan
KUA setempat, data laporan Puskesmas dan bidan desa setempat.
3.3.6 Analisis Data
3.3.6.1 Analisis univariat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

30 
 

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2010).


3.3.6.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas
(independent) dengan variable terikat (dependent) digunakan analisis uji chi
squeare dengan kemaknaan 5% tingkat kepercayaan 95%. (Hastono, 2010):
3.3.5.3. Analisis multivariat
Analisis multivariat merupakan teknik analisis perluasan/pengembangan dari
analisis bivariat. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji
regresi logistik berganda, yaitu menghubungkan beberapa variabel bebas
dengan variabel terikat secara bersamaan. Dari uji regresi logistik berganda
akan diperoleh hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dan besar
pengaruh variabel bebas terhadap perilaku seksual berisiko yang dinyatakan
dalam Adjusted Odds Ratio dengan Confidence Interval 95%/ α = 0,05.
(Hastono, 2010).

3.4 Penelitian Kualitatif


3.4.1 Jenis Penelitian
Pendekatan yang medeskripsikan dan menganalisis perilaku individu dan
kelompok dari sudut padang yang diteliti. Penelitian kualitatif dilakukan setelah
mendapatkan hasil analisis kuantitatif terkait faktor yang paling Dominan
behubungan dengan Pernikahan Usia Dini.
3.4.2 Informan
Informan kunci pada penelitian ini adalah Kepala Desa yang akan memberikan
informasi tentang warganya yang menikah di usia dini. Informan utama adalah
remaja yang menikah usia dini, orang tua dan tokoh agama/tokoh adat. Informan
dipilih sesuai dengan konsep pemilihan dalam penelitian kualitatif yaitu
kesesuaian dan kecukupan dengan prinsip saturasi. Pemilihan informan
menggunakan teknik Purposive Sampling.
3.4.3 Definisi Istilah
Stigma adalah suatu pandangan negative pada seseorang yang menikah di uisa

31 
 

dini yang muncul dari dalam diri individu.


3.4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang
dilakukan terhadap informan di kediaman informan atau ditempat yang telah
ditentukan bersama informan sehingga membuat informan merasa lebih
nyaman. Pada kesempatan yang berbeda kemudian peneliti melakukan
wawancara terhadap key informan yang terlebih dahulu membuat janji dengan
key informan apakah wawancara dilakukan dirumah atau ditempat lain yang
dirasakan informan cukup nyaman.
3.4.5 Triangulasi Data
Untuk mendapatkan data yang obyektif dilakukan tehnik triangulasi sumber.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang sudah diperoleh dari informan.
3.4.6 Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan model analisis interaksi, di mana
komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan proses
pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka tiga komponen analaisis
(reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan).

32 
 

BAB IV
RINCIAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Rincian Biaya


Rencana anggaran Penelitian mengenai faktor yang berhungan dengan
Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah dipilah menjadi 5 (Lima)
Komponen yaitu : honorarium, bahan habis pakai peralatan, perjalanan, konsumsi
dan lain-lain, lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini
di Kabupaten Bengkulu Tengah

N0 Jenis Pengeluaran Biaya Yang Usulkan (Rp)

1 Honorarium 6.375.000,-
2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan 8.545.000,-
3 Perjalanan 18.700.000,-
4 Konsumsi 5.880.000,-
5 Lain-lain : Publikasi, seminar, laporan 10.500.000,-
Jumlah 50.000.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan


Pelaksanaan Penelitian mengenai Identifikasi Faktor Penyebab Menikah
Usia Dini dan Stigma Masyarakat tentang Pernikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu Tengah dilaksanakan selama 6 bulan, satu bulan persiapan, 4 bulan
pelaksanaan dan 1 bulan penyusunan laporan. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel
4.2.

33 
 

Tabel 4.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini
di Kabupaten Bengkulu Tengah

No Kegiatan BULAN
Mei Jun Jul Au Sept Okt Nov
I. PERSIAPAN
1. Pengurusan ijin √
2. Menyusun rencana dan pembagian √

3. k j
Menyusun rencana tahapan kegiatan √

4. Menyiapkan perlengkapan √
5. Pengorganisasi √
II. PELAKSANAAN
1. Sosialisasi kegiatan dengan unsur √

2. k i
Pengumpulan data KUA dan Kantor √
Pemerintahan terkait
3 Seminar Proposal dan Revisi Proposal √ √
4. Pengumpulan data identifikasi √ √ √
pernikahan dini

5. Interpretasi dan Kesimpulan. √ √ √


III PELAPORAN
1. Menyusun Draft laporan. √ √
2. Laporan Kemajuan √ √
3. Perbaikan Laporan. √ √
4. Penggandaan Laporan. √
5. Pengiriman Laporan √

34 
 

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Tempat Penelitian


Kabupaten Bengkulu Tengah secara administrasi termasuk wilayah Propinsi
Bengkulu yang terletak pada posisi antara 1010 32’ – 1020 8’ BT dan 20 15’ – 40 LS yang
meliputi 10 kecamatan, 142 desa, dan 1 kelurahan, dengan jumlah penduduk 116.669 jiwa.
(Dukcapil Bengkulu Tengah, 2014).
Luas wilayah berdasarkan Geografic Information System (GIS) adalah 1.223,94
Km2. Kondisi topografi sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian
mencapai 541 m dpl. Kabupaten Bengkulu tengah memiliki batas wilayah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Rejang
Lebong.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepahiyang.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Bengkulu Tengah terletak pada ketinggian 0 – 541 m dpl dengan


persebaran sporadic sehingga tofografi wilayah bergelombang dan berbukit dengan derajat
kelerengan antara 5 – 35%. Wilayah yang relative datar dengan tingkat keterangan rata-rata
5% dan terletak di wilayah Kecamatan Pondok Kelapa. Lokasi dengan titik tertinggi hingga
541 m dpl berada di kawasan hutan lindung di perbatasan dengan Kabupaten Kepahiang.
Sedangkan Daerah terendah terletak di wlayah Kabupaten Pondok Kelapa dengan
ketinggian 0 – 15 m dpl.

Tabel 5.1
Luas wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
1 Taba Penanjung 148,38
2 Karang Tinggi 137,47

35 
 

3 Talang Empat 93,62


4 Pagar Jati 188,57
5 Pondok Kelapa 165,20
6 Pematang Tiga 129,64
7 Merigi Kelindang 98,42
8 Merigi Sakti 99,93
9 Pondok Kubang 92
10 Bang Haji 70,71
Total 1.223,94

5.2 Karakteristik Responden


5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table
5.2 berikut :
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 49 20,7
Perempuan 188 79,3
Total 237 100

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa


sebagian besar yakni 188 (79,3%) responden berjenis kelamin perempuan dan 49
(20,7%) berjenis kelamin laki-laki.
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI
Umur 19,45 2,86 15 - 37 (19,08 – 19,81)

36 
 

Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa rata rata umur


responden adalah 19,45 tahun dengan standar deviasi 2,86. Umur terendah 15 tahun
dan umur tertinggi 37 tahun.
5.3 Analisis Univariat
5.3.1 Distribusi Frekuensi Variabel Dependen
Hasil analisis univariat distribusi frekuensi variabel dependen yakni
pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini
Pernikahan Dini Frekuensi Persentase
Menikah dini 63 26.6
Tidak menikah dini 174 73.4
Total 237 100

Distribusi frekuensi pernikahan dini menunjukkan bahwa sebanyak 63


(26.6%) responden menikah di usia dini. Sedangkan 174 orang (73.4%) tidak menikah
dini.

5.3.2 Distribusi Frekuensi Variabel Independen


Hasil analisis univariat distribusi frekuensi variabel independen dapat dilihat pada
tabel 5.5
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Variabel Independen
No. Variabel Frekuensi Persentase
1 Pendidikan Responden
- Rendah 228 96,2
- Tinggi 9 3,8
Jumlah 237 100
2 Pekerjaan Responden
- Tidak Bekerja 152 64.1
- Bekerja 85 35.9
Jumlah 237 100
3 Pendidikan Ayah
37 
 

- Rendah 236 99.6


- Tinggi 1 0.4
Pendidikan Ibu
- Rendah 235 99.2
- Tinggi 2 0.8
Jumlah 237 100
4 Pekerjaan Ayah
- Petani/Pedagang/Buruh/Swasta 228 96.2
- PNS/POLRI 4 1.7
- Tidak Bekerja 5 2.1
Pekerjaan Ibu
- Petani/Pedagang/Buruh/Swasta 83 35.0
- PNS/KADES 3 1.3
- Tidak Bekerja 151 63.7
Jumlah 237 100
5 Status Ekonomi Keluarga
- Rendah 144 60.8
- Tinggi 93 39.2
Jumlah 237 100
6 Usia Menarche
- Tidak Normal 3 1.6
- Normal 185 98.4
Jumlah 188 100
7 Penyuluhan
- Tidak Pernah 172 72.6
- Pernah 65 27.4
Jumlah 237 100
8 Pengetahuan
- Kurang 134 56.5
- Baik 103 43.5
Jumlah 237 100
9 Sikap
- Mendukung 96 40.5
- Tidak Mendukung 141 59.5
Jumlah 237 100
10 Keterpaparan Media Informasi
- Terpapar 99 41.8
- Kurang Terpapar 138 58.2
Jumlah 237 100
11 Budaya
- Ada Pengaruh 90 38.0
- Tidak Ada Pengaruh 147 62.0
Jumlah 237 100
12 Teman Sebaya
38 
 

- Ada pengaruh 107 45.1


- Tidak Ada Pengaruh 130 54.9
Jumlah 237 100
13 Peran Orang Tua
- Tidak Berperan 96 40.5
- Berperan 141 59.5
Jumlah 237 100
14 Stigma
- Rendah 100 42.2
- Tinggi 137 57.8
Jumlah 237 100

Distribusi frekuensi variabel independen menunjukkan bahwa dari 237


responden terdapat 228 responden (96,2%) memiliki pendidikan yang rendah, 152
responden (64,1%) tidak bekerja, 99% orang tua responden berpendidikan rendah, lebih
dari 50% orang tua bekerja sebagai petan, 144 responden (60,8%) memiliki status
sosial ekonomi keluarga yang rendah. Selanjutnya dari 188 responden perempuan,
terdapat 185 (98,4%) mengalami usia menarche yang normal.
Distribusi frekuensi variabel lain menunjukkan bahwa dari 237 responden,
terdapat 172 responden (72,6 %) yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan
kesehatan reproduksi. 134 responden (56,5%) memiliki pengetahuan yang kurang baik
tentang pernikahan dini. 96 responden (40,5%) memiliki sikap yang mendukung
terhadap pernikahan dini. 99 (41,8 %) terpapar media informasi tentang pornografi.
Selanjutnya, dari 237 responden, 147 (62%) menyatakan, tidak ada pengaruh
budaya. 130 responden (54.9%) tidak terpengaruh terhadap teman. 96 responden
(40.5%) tidak terdapat peran orang tua dan 100 (42,2%) stigma yang rendah terhadap
pernikahan dini.

39 
 

5.4 Analisis Bivariat


5.4.1 Hubungan Pendidikan dengan Pernikahan Usia Dini
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan pernikahan usia dini dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:
Tabel 5.6
Hubungan Pendidikan dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Tidak P OR
Pendidikan Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
N % n % n %
Rendah 63 27,6 165 72,4 288 100 0,724
Tinggi 0 0 9 100 9 100 0,117 (0,668-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 0,784)

Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pernikahan usia dini


menunjukkan bahwa dari 288 responden yang berpendidikan rendah, terdapat 63
(27,6%) yang menikah dini dan 165 (72,4%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 9
responden yang berpendidikan secara keseluruhan tidak menikah dini. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,117 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara pendidikan dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR =
0,117, artinya orang yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang 0,117 kali untuk
tidak menikah dini dibandingkan yang berpendidikan rendah.

5.4.2 Hubungan Pekerjaan dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan pernikahan usia dini dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:

40 
 

Tabel 5.7
Hubungan Pekerjaan dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Tidak P OR
Pekerjaan Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
N % n % n %
Tidak
45 29,6 107 70,4 152 100 1,565
Bekerja
18 21,2 67 78,8 85 100 0,209 (0,837-
Bekerja
2,928)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan pernikahan usia dini menunjukkan
bahwa dari 152 responden yang tidak bekerja, terdapat 45 (29,6%) menikah dini dan 107
(70,4%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 85 responden yang bekerja terdapat 18
(21,2%) yang menikah dini dan 67 (78,8%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,209 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 1,565artinya orang yang
bekerja mempunyai peluang 1,565 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang tidak
bekerja.

41 
 

5.4.3 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan pendidikan ayah dengan pernikahan usia dini dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Tidak OR
Pendidikan Menikah Total P value
Menikah 95%CI
Dini
Dini
n % N %
Ayah : 0.733
- Rendah 63 26,7 173 73,3 236 100 1,000 (0,679 –
- Tinggi 0 0 1 100 1 100 0.792)
Ibu : 0,732
- Rendah 63 26,8 172 73,2 235 100 1,000 (0,677-
- Tinggi 0 0 2 100 2 100 0,791)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara pendidikan ayah dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 236 yang berpendidikan rendah, terdapat 63 (26,7%) yang
menikah dini dan 173 (73,3%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
1,000 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pendidikan ayah dengan
pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,733, artinya responden
dengan pendidikan ayah yang tinggi mempunyai peluang 0,733 kali untuk tidak
menikah dini dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 235 yang berpendidikan rendah, terdapat 63 (26,8%) yang
menikah dini dan 172 (73,2%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
1,000 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan
42 
 

pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,732, artinya responden
dengan pendidikan ibu yang tinggi mempunyai peluang 0,733 kali untuk tidak menikah
dini dibandingkan yang berpendidikan rendah.

5.4.4 Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan pekerjaan ayah dengan pernikahan usia dini dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel 5.9
Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Pekerjaan Tidak
Menikah Total P value
Ayah Menikah
Dini
Dini
n % n % n %

Ayah :
- Petani/Pedagang/Buruh/
61 26,8 167 73,2 228 100
Swasta 0,384
- PNS/POLRI
0 0 4 100 4 100
- Tidak Bekerja
2 40,0 3 60,0 5 100
Ibu:
- Petani/Pedagang/Buruh/ 29 34,9 54 65,1 83 100
Swasta 0,069
- PNS/KADES 0 0 3 100 3 100
- Tidak Bekerja 34 22,5 117 77,5 151 100

Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ayah dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 228 yang bekerja sebagai petani/pedagang/buruh/swasta, terdapat
43 
 

61 (26,8%) menikah dini dan 167 (73,2%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,384 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan
pernikahan usia dini.

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 83 yang bekerja sebagai petani/pedagang/buruh/swasta, terdapat
29 (34,9%) menikah dini dan 54 (65,1%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 151 ibu yang
tidak bekerja terdapat 34 (22,5%) anaknya menikah dini dan 117 (77,5%) tidak menikah
dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,069 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pernikahan usia dini.
5.4.5 Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Pernikahan Usia Dini
Hasil analisis hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan pernikahan usia dini
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 5.10
Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini


Status
Tidak P OR
Ekonomi Menikah Total
Menikah value 95%CI
Keluarga Dini
Dini
n % n % n %
Rendah 40 27,8 104 72,2 144 100 1,171
Tinggi 23 24,7 70 75,3 93 100 0,604 (0,645-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 2,124)

Hasil analisis hubungan antara status ekonomi keluarga dengan pernikahan usia
dini menunjukkan bahwa dari 144 dengan status ekonomi rendah, terdapat 40 (27,8%)
yang menikah dini dan 104 (72,2%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 93 dengan
status ekonomi keluarga tinggi terdapat 23 (24,7%) menikah dini dan 70 (75,3%) tidak
menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,604 maka dapat disimpulkan tidak
44 
 

ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan pernikahan usia dini. Dari hasil
analisis diperoleh nilai OR = 1.171 artinya responden dengan status ekonomi keluarga
yang tinggi mempunyai peluang 1,171 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan
yang memiliki status ekonomi rendah.

5.4.6 Hubungan Usia Menarche dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan usia menarche dengan pernikahan usia dini dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel 5.11
Hubungan Usia Menarche dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Usia Tidak P OR
Menikah Total
Menarche Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Tidak
0 0 3 100 3 100 1,412
Normal
54 29,2 131 70,8 185 100 0,558 (1,287-
Normal
1,549)
Jumlah 54 28,7 134 71,3 188 100

Hasil analisis hubungan antara usia menarche dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 185 responden perempuan dengan usia menarche yang
normal, terdapat 54 (29,2%) yang menikah dini dan 131 (70,8%) tidak menikah dini.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,558 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
antara usia menarche dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai
OR = 1.412 artinya responden dengan usia menarche yang normal mempunyai peluang
1,412 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang memiliki usia menarche tidak
normal.

45 
 

5.4.7 Hubungan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan pernikahan usia
dini dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 5.12
Hubungan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Penyuluha Tidak P OR
Menikah Total
n Kespro Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Tidak
41 23,8 131 76,2 172 100 0,612
Pernah
22 33,8 43 66,2 65 100 0,164 (0,328-
Pernah
1,140)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara penyuluhan kesehatan reproduksi dengan


pernikahan usia dini menunjukkan bahwa dari 172 responden dengan status ekonomi
rendahyang tidak pernah mendapatkan penyuluhan, terdapat 41 (23,8%) yang menikah
dini dan 131 (76,2%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 65 responden yang pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi, terdapat 22 (33,8%) menikah dini dan
43 (66,2%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,164 maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara penyuluhan kesehatan reproduksi dengan
pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,612 artinya responden
yang pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi mempunyai peluang 0,612
kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang tidak pernah mendapatkan
penyuluhan kesehatan reproduksi.

46 
 

5.4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan pernikahan usia dini dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:
Tabel 5.13
Hubungan Pengetahuan dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Pengetahu Tidak P OR
Menikah Total
an Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % N % n %
Kurang 43 32,1 91 67,9 134 100 1,961
Baik 20 19,4 83 80,6 103 100 0,041 (1,067-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 3,603)

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan usia dini


menunjukkan bahwa dari 134 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang
pernikahan dini, terdapat 43 (32,1%) yang menikah dini dan 91 (67,9%) tidak menikah
dini. Selanjutnya dari 103 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang
pernikahan dini, terdapat 20 (19,4%) menikah dini dan 83 (80,6%) tidak menikah dini.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,041 maka dapat disimpulkan ada hubungan
antara pengetahuan dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR
= 1,961 artinya responden yang memiliki pengatahuan yang baik mempunyai peluang
1,961 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang memiliki pengetahuan kurang.

47 
 

5.4.9 Hubungan Sikap dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan sikap dengan pernikahan usia dini dapat dilihat pada Tabel
berikut ini:
Tabel 5.14
Hubungan Sikap dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Tidak P OR
Sikap Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Mendukung
33 34.4 63 65,6 96 100 1,938
Tidak
30 21.3 111 78,7 141 100 0,037 (1,082-
Mendukung
3,472)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pernikahan usia dini menunjukkan
bahwa dari 96 responden yang memiliki sikap mendukung pernikahan dini, terdapat 33
(34,4%) yang menikah dini dan 63 (65,6%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 141
responden yang memiliki sikap tidak mendukung pernikahan dini, terdapat 30 (21,3%)
menikah dini dan 111 (78,7%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,037 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap dengan pernikahan usia dini.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 1,938 artinya responden yang memiliki sikap
yang tidak mendukung mempunyai peluang 1,938 kali untuk tidak menikah dini
dibandingkan yang memiliki sikap mendukung.

5.4.10 Hubungan Keterpaparan Media Informasi dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis keterpaparan media informasi dengan pernikahan usia dini dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:

48 
 

Tabel 5.15
Hubungan Keterpaparan Media Informasi dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini


Keterpapa
Tidak P OR
ran Media Menikah Total
Menikah value 95%CI
Informasi Dini
Dini
n % n % n %
Terpapar
34 34,3 65 65,7 99 100 1,966
Kurang
29 21.0 109 79,0 138 100 0,032 (1,098-
Terpapar
3,522)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara keterpaparan media informasi dengan


pernikahan usia dini menunjukkan bahwa dari 99 responden yang terpapar media
informasi tentang pornografi, terdapat 34 (34,3%) yang menikah dini dan 65 (65,7%)
tidak menikah dini. Selanjutnya dari 138 responden yang kurang terpapar media
informasi tentang pornografi, terdapat 29 (21,0%) menikah dini dan 109 (79,0%) tidak
menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,032 maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara keterpaparan media informasi dengan pernikahan usia dini. Dari hasil
analisis diperoleh nilai OR = 1,966 artinya responden yang kurang terpapar media
informasi mempunyai peluang 1,966 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang
terpapar media informasi.

5.4.11 Hubungan Budaya dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan pengaruh budaya dengan pernikahan usia dini dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:

49 
 

Tabel 5.16
Hubungan Budaya dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Pengaruh Tidak P OR
Menikah Total
Budaya Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % N % n %
Ada
Pengaruh 33 36,7 57 63,3 90 100 2,258
Tidak Ada 30 20,4 117 79,6 147 100 0,009 (1,255-
Pengaruh 4,061)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara budaya dengan pernikahan usia dini


menunjukkan bahwa dari 90 responden yang terpengaruh budaya, terdapat 33 (36,7%)
yang menikah dini dan 57 (63,3%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 147 responden
yang tidak terpenagruh budaya, terdapat 30 (20,4%) menikah dini dan 117 (79,6%)
tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 maka dapat disimpulkan
ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan pernikahan usia dini. Dari hasil
analisis diperoleh nilai OR = 2,258 artinya responden yang tidak terpengaruh budaya
mempunyai peluang 2,258 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang ada
pengaruh budaya.

5.4.12 Hubungan Pengaruh Teman dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan pengaruh teman dengan pernikahan usia dini dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:

50 
 

Tabel 5.17
Hubungan Pengaruh Teman dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Pengaruh Tidak P OR
Menikah Total
Teman Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Ada
Pengaruh 33 30,8 74 69,2 107 100 1,486
Tidak Ada 30 23,1 100 76,9 130 100 0,231 (0,833-
Pengaruh 2,651)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara pengaruh teman dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 107 responden yang terpengaruh teman, terdapat 33 (30,8%)
yang menikah dini dan 74 (69,2%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 130 responden
yang tidak terpengaruh teman, terdapat 30 (23,1%) menikah dini dan 100 (76,9%) tidak
menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,231 maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan antara pengaruh teman dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis
diperoleh nilai OR = 1,486 artinya responden yang tidak terpengaruh teman
mempunyai peluang 1,486 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang ada
pengaruh teman.

5.4.13 Hubungan Peran Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan peran orang tua dengan pernikahan usia dini dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:

51 
 

Tabel 5.18
Hubungan Peran Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Peran Tidak P OR
Menikah Total
Orang Tua Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Tidak
34 35,4 62 64,6 96 100 2,118
Berperan
29 20,6 112 79,4 141 100 0,017 (1,180-
Berperan
3,800)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100

Hasil analisis hubungan antara peran orang tua dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 96 dengan orang tua tidak berperan, terdapat 34 (35,4%) yang
menikah dini dan 62 (64,6%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 141 dengan orang
tua yang berperan, terdapat 29 (20,6%) menikah dini dan 112 (79,4%) tidak menikah
dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,017 maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara peran orang tua dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis
diperoleh nilai OR = 2,118 artinya responden yang memiliki orang tua yang berperan
mempunyai peluang 2,118 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang tidak ada
peran orang tua.

5.4.14 Hubungan Stigma dengan Pernikahan Usia Dini


Hasil analisis hubungan Stigma dengan pernikahan usia dini dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:

52 
 

Tabel 5.19
Hubungan Stigma dengan Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini

Tidak P OR
Stigma Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Rendah 34 34,0 66 66,0 100 100 1,918
Tinggi 29 21,2 108 78,8 137 100 0,039 (1,072-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 3,435)

Hasil analisis hubungan antara stigma dengan pernikahan usia dini


menunjukkan bahwa dari 100 dengan stigma rendah, terdapat 34 (34,0%) yang menikah
dini dan 66 (66,0%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 137 dengan yang memiliki
stigma tinggi terdapat 29 (21,2%) menikah dini dan 108 (78,8%) tidak menikah dini.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,039 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara stigma dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai
OR = 1.918 artinya responden dengan stigma yang tinggi terhadap pernikahan dini
mempunyai peluang 1,918 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang memiliki
stigma rendah.

5.5 Analisis Multivariat


Pada analisis multivariat teknik pemodelan yang digunakan untuk menilai
hubungan variabel independen atau pajanan utama menggunakan metode backward.
Dimana software akan mengeluarkan secara otomatis tidak berpengaruh dengan
variabel terikat. Tahap pertama adalah dengan melakukkan analisis bivariat antara
masing-masing variabel independen dengan variabel dependennya. Bila hasil uji
bivariat mempunyai nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat masuk model
multivariat. Hasil uji multivariat dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
53 
 

Tabel 5.20
Seleksi Analisis Bivariat antara Variabel Bebas dengan Pernikahan Usia Dini
Variabel P value OR 95% CI
Pendidikan 0,117 0,724 (0,668 – 0,784)
Pekerjaan 0,209 1,565 (0,837-2,928)
Pekerjaan Ibu 0,069
Penyuluhan 0,164 0,612 (0,328 – 1,140)
Pengetahuan 0,041 1,961 (1,067-3,603)
Sikap 0,037 1,938 (1,082-3,472)
Keterpaparan Media Informasi 0,032 1,966 (1,098-3,522)
Pengaruh Budaya 0,009 2,258 (1,255-4,061)
Pengaruh Teman 0,231 1,486 (0,833 – 2,651)
Peran Orang Tua 0,017 2,188 (1,180 – 3800)
Stigma 0,039 1,918 (1,072 – 3,435)

Tabel di atas menunjukkan variabel yang masuk ke dalam analisis multivariat


adalah pendidikan, pekerjaan, pekerjaan ibu, penyuluhan, pengetahuan, sikap,
keterpaparan media informasi, pengaruh budaya, pengaruh teman, peran orang tua,
stigma yang memiliki nila p < 0,25.
Tahap selanjutnya memasukkan semua variabel yang terseleksi ke dalam
analisis multivariat. Secara bertahap, variabel yang tidak berpengaruh akan
dikeluarkan dari analisis secara otomatis. Proses akan berhenti sampai tidak ada lagi
variabel yang dikeluarkan dari analisis.
Hasil analisis multivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan
usia dini dapat dilihat pada Tabel 5.21

54 
 

Tabel 5.21
Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini
Tahapan Analisis B p OR 95% CI
Step 1
- Pendidikan 19.884 0,999 4,322 0,000 – 0,000
- Pekerjaan 0,463 0,180 1,588 0,808 – 3,123
- Pekerjaan Ibu 0,211 0,208 1,235 0,889 – 1,714
- Penyuluhan -0,777 0,030 0,460 0,228 – 0,927
- Pengetahuan 0,178 0,718 1,195 0.456 – 3,132
- Sikap 0,536 0,108 1,708 0,890 – 3,280
- Pengaruh Media 0,415 0,389 1,514 0,590 – 3,888
- Pengaruh Budaya 1,086 0,349 2,962 0,305 – 28.80
- Pengaruh Teman -0,005 0,989 0,995 0,521 – 1,903
- Peran Orang Tua 18,410 0,999 9894 0,000 – 0,000
- Stigma -18,591 0,999 0,000 0,000 – 0,000
- Constant -0,346 0,401 0,708
Step 2
- Pendidikan 19.881 0,999 4,311 0,000 – 0,000
- Pekerjaan 0,463 0,180 1,588 0,808 – 3,123
- Pekerjaan Ibu 0,211 0,207 1,235 0,890 – 1,713
- Penyuluhan -0,777 0,028 0,460 0,230 – 0,920
- Pengetahuan 0,178 0,717 1,195 0.457 – 3,128
- Sikap 0,536 0,108 1,708 0,890 – 3,280
- Pengaruh Media 0,414 0,387 1,513 0,592 – 3,868
- Pengaruh Budaya 1,083 0,343 2,953 0,315 – 27.67
- Peran Orang Tua 18,411 0,999 9901 0,000 – 0,000
- Stigma -18,590 0,999 0,000 0,000 – 0,000
- Constant -0,348 0,369 0,706
Step 3
- Pendidikan 19.914 0,999 4,455 0,000 – 0,000
55 
 

- Pekerjaan 0,471 0,172 1,601 0,815 – 3,146


- Pekerjaan Ibu 0,202 0,221 1,224 0,886 – 1,693
- Penyuluhan -0,790 0,025 0,454 0,228 – 0,904
- Sikap 0,563 0,082 1,757 0,931 – 3,313
- Pengaruh Media 0,544 0,089 1,724 0,920 – 3,228
- Pengaruh Budaya 1,065 0,351 2,902 0,310 – 27.20
- Peran Orang Tua 18,371 0,999 9518 0,000 – 0,000
- Stigma -18,542 0,999 0,000 0,000 – 0,000
- Constant -0,347 0,370 0,707
Step 4
- Pendidikan 20.063 0,999 5,177 0,000 – 0,000
- Pekerjaan 0,465 0,178 1,592 0,810 – 3,131
- Pekerjaan Ibu 0,204 0,217 1,227 0,887 – 1,697
- Penyuluhan -0,799 0,023 0,450 0,226 – 0,896
- Sikap 0,562 0,083 1,753 0,930 – 3,306
- Pengaruh Media 0,548 0,087 1,730 0,923 – 3,243
- Pengaruh Budaya 1,333 0,232 3,792 0,426 – 33,74
- Stigma -0,436 0,694 0,646 0,073 – 5,696
- Constant -0,346 0,371 0,707
Step 5
- Pendidikan 20.112 0,999 5,433 0,000 – 0,000
- Pekerjaan 0,459 0,183 1,583 0,806 – 3,111
- Pekerjaan Ibu 0,212 0,196 1,237 0,896 – 1,707
- Penyuluhan -0,804 0,022 0,447 0,225 – 0,891
- Sikap 0,556 0,085 1,744 0,926 – 3,285
- Pengaruh Media 0,557 0,082 1,745 0,932 – 3,268
- Pengaruh Budaya 0,917 0,005 2,501 1,315 – 4,758
- Constant -0,354 0,359 0,702
Step 6
- Pendidikan 20.090 0,999 5,311 0,000 – 0,000
56 
 

- Pekerjaan 0,514 0,131 1,673 0,857 – 3,263


- Penyuluhan -0,802 0,022 0,448 0,226 – 0,890
- Sikap 0,645 0,041 1,906 1,028 – 3,535
- Pengaruh Media 0,596 0,061 1,815 0,974 – 3,384
- Pengaruh Budaya 0,892 0,006 2,440 1,288 – 4,623
- Constant -0,170 0,635 0,843
Step 7
- Pendidikan 20.216 0,999 6,022 0,000 – 0,000
- Penyuluhan -0,807 0,020 0,446 0,225 – 0,883
- Sikap 0,632 0,044 1,881 1,018 – 3,474
- Pengaruh Media 0,570 0,071 1,768 0,952 – 3,284
- Pengaruh Budaya 0,851 0,009 2,342 1,241 – 4,420
- Constant 0,044 0,892 1,045

Hasil akhir analisis multivariat terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan
pernikahan usia dini yaitu penyuluhan, sikap dan pengaruh budaya(p < 0,05). Untuk
melihat faktor mana yang paling berhubungan dengan pernikahan dini adalah dengan
melihat nilai OR.
Untuk variabel penyuluhan diperoleh OR= 0,446 berarti responden dengan
yang pernah mendapat penyuluhan mempunyai peluang 0,446 kali untuk tidak
menikah dini. Variabel sikap diperoleh OR=1,881 berarti responden yang memiliki
sikap yang tidak mendukung memiliki peluang 1,881 kali untuk tidak menikah dini.
Variabel pengaruh diperoleh OR=2,342 berarti responden yang tidak terpengaruh
budaya memiliki peluang 2,342 kali untuk tidak menikah dini. Dari ketiga faktor
tersebut, faktor yang paling berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah pengaruh
budaya (OR = 2,342).

57 
 

5. 6 Analisis Kualitatif
Untuk mendapa informasi tentang faktor yang berhubungan dengan pernikahan
dini peneliti mewawancarai delapan orang informan yang terdiri dari informan yang
menikah dini, orang tua, tokoh agama, kades dan tokoh masyarakat.
Karakteristik Informan
Tabel 5.22
Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Keterangan

Informan 1 17 Tahun Tidak Tamat SMA  Perempuan Anak

Informan 2 17 Tahun  Tidak Tamat SMA  Perempuan  Anak 

Informan 3 15 Tahun Tidak Tamat SMA Perempuan  Anak 

Informan 4 17 Tahun Tidak Tamat SD Perempuan  Anak 

Informan 5 17 Tahun  Tamat SD  Perempuan  Anak 

Informan 6 17 Tahun  Tamat SD  Perempuan  Anak 

Informan 7 17 Tahun Tamat SD Perempuan  Anak 

Informan 8 - - Perempuan  Orang Tua

Informan 9 - - Perempuan  Orang Tua

Informan 10 - - Laki-laki Tokoh Agama

Informan 11 - Tamat SMA Laki-Laki Kades

Informan 12 - - Laki-laki Tokoh Masy

5.6.1 Pengetahuan
Informan mengatakan umur seseorang dikatakan menikah usia dini jika menikah di
bawah 17 tahun, serta umur yang tepat untuk menikah adalah berusia 20 tahun.
Informan juga mengatakan bahwa menikah di Usia dini tidak bermasalah selagi
sehat dan memiliki badan yang besar. Hasil wawancara dengan informan terdapat
pada kutipan di bawah ini.

“…. Pernikahan di bawah umur 18 tahun, sebenarnya kalu yang bersangkutan


sehat idak ado dampak nyo apolagi kalu badannyo besak…”
58 
 

(Pernikahan umur 17 tahun, kalau yang bersangkutan sehat dan secara fisik cukup
besar maka pernikahan dini tidak ada dampak negatifnya)
Informan 1

“….Kalau usia ideal nyo cewek tu nikah tu umur 18 tahun kalau cowok umur 20
tahun, jadi kalu di bawah itu berarti pernikahan dini, paling dampak ekonomi
karena belum mapan kerjo nyo, kalu dampak kesehatan idak ado dak …..nyo lebih
mudo lebih sehat….”
(Usia ideal menikah perempuan 18 tahun dan laki-laki 20 tahun, maka jika di
bawah usia itu disebut pernikahan dini, menurut saya yang berdampak hanya
masalah ekonomi karena belum ada pekerjaan mapan, kalau dampak kesehatannya
tidak ada.
Informan 2

“….Orang yang menikah 17 tahun ke bawah, kalau 17 tahun ke atas idak lagi…”
(orang yang menikah di bawah 17 tahun, jika sudah 17 tahun ke atas tidak dini
lagi)
Informan 4

“….nikah usia 15 tahun, umur yang tepat untuk nikah tu 20 tahun…”


Informan 5

5.6.2 Sikap
Sikap informan tentang menikah dini setuju, dengan alasan supaya mempunyai
teman hidup serta tidak menjadi beban orang tua. Seperti kutipan hasil wawancara
dengan informan sebagai berikut.

“….kalau aku setuju ajo asal memang suko samo suko dan lanang tu memang ndak
bertanggung jawab…”
(saya setuju, asal memang suka sam suka dan laki-laki nya juga mau bertanggung
jawab)
Informan 1

“….biaso ajo nengok orang nikah dini tu. Ado kawan hidup beduo… nikah tu
lemak, bisa bantu nyuci pakaian laki, nyiapi makanan. Dari pado dak ado kerjo
dirumah….”
(biasa saja melihat orang menikah dini. Ada teman hidup berdua… nikah itu enak,
bisa bantu nyuci baju suami, nyiapin makanan. Dari pada tidak ada kerjaan di
rumah…”
59 
 

Informan 4

‘’…ngurangi beban orang tua…”


(Mengurangi beban orang tua)
Informan 5

5.6.3 Media
Media komunikasi untuk dareah/desa yang jauh dari kota tidak begutu di
manfaatkan dikarenakan tidak memiliki jaringan. Namun untuk daerah yang
terdapat jaringan media komunikasi seperti Hp menjadi sarana bagi informan untuk
berkomunikasi dengan pacarnya. Seperti yang disampaikan informan dalam kutipan
wawancara berikut :

“…Pengaruh Hp pulo cag nyo karno anak anak kini ni kan pacak bekenal kenalan
pakai Hp, la lancer galo bejanjian betemu tu, la dag pacak pulo lagi kito ndak
ngontrol nyo nian…”
(Pengaruh Hp juga sepertinya, anak anak sekarang semua sudah terlalu mengikuti
perkembangan zaman terutama dengan HP jadi orang tua sudah sulit
mengontrolnya)
Informan 8

5.6.4 Budaya
Informan berpandangan menikah muda itu faktor lingkungan dan adat, karena
mereka beranggapan menikah diusia dini itu sudah biasa terjadi di lingkungan
tempat tinggal.

“….Lingkungan, kan la sering orang nikah muda...faktor adat jugo…”


(lingkungan, kan sering orang menikah muda…faktor adat juga”
Informan 5

“…biaso bae, iyo lah terbiaso jugo orang nikah mudodi siko..”
(biasa saja, iya karena sudah terbiasa juga orang nikah muda di sini)
Informan 6

5.6.5 Peran Ortu


Informan mengatakan menikah atas dorongan orang tua, peran orang tua dalam
uapaya pengurangan pernikahan usia dini sangat diperlukan. Seperti dalam kutipan
hasil wawancara di bawah ini.

60 
 

“….Lingkungan, kan la sering orang nikah muda...faktor adat jugo…setuju,


kebanyakkan disuruh orang tua. Kalau kami samo-samo ini, ndak….”
(Lingkungan, kan sudah sering orang menikah muda…factor adatj uga…setuju,
kebanyakan di suruh orang tua. Kalau kami sama-sama ini, mau)
Informan 5
“…Sebenarnyo untuk mengurangi pernikahan dini tu mudah dari orangtuo
nyo.kalau pembinaan orangtuo nyo bagus mungkin dak terjadi.dan selaku
pemerintah Cuma ngasih saran…”
(sebenarnya untuk mengurangi pernikahan dini itu mudah dari orang tua nya.
Kalau pembinaan orang tua nya baik mungkin tidak terjadi. Dan sebagai
pemerintah hanya memberikan saran).
Informan 11

5.5.6 Stigma
Informan berpandangan menikah muda itu sudah biasa saja, ada karena dorongan
orang tua dan ada juga atas keginginan sendiri. Semua persyaratan menikah
langsung di urus oleh orang tua. Seperti hasil kutipan wawancara dibawah ini.

“….lebih baik kami nikah kan dari pado kami bebas idag keruan, kalo nikah kan
justru idak malu, samo juga kek orang-orang lain yang nikah biaso, paling dikecek-
kecek orang sebentar udah tu ilang….”
(lebih baik kita menikah dari pada kita melakukan pergaulan bebas berlama-lama,
perlakuan yang kita terima sama seperti orang umumya yang mau menikah,
asalkan orang tua kita merestui, memang akan menjadi pembicaraan orang tapi itu
hanya sebentar saja)
Informan 1

“….Kalo aku cemas nian bu karno idak tau kalo la hamil, jadi takut jugo kenai
marah gaek, tapi akhirnya nikah jugo tapi belum ado surat nikahnyo, aku belum
bisa nikah KUA karno masih 15 tahun…”
(kalau saya takut sekali, karena saya tidak tahu sama sekali kalau saya sudah
hamil, dan takut di marah orang tua, tapi akhirnya saya dinikahkan juga walau
tidak di KUA karena masih umur 15 tahun)
Informan 2

“….Biaso bae dak ado masalah, kawan-kawan jugo la banyak nikah…”


(Biasa saja tidak ada masalah, kawan-kawan juga sudah banyak yang nikah)
Informan 4

61 
 

“…. Biaso bae, iyo la tebiaso jugo orang nikah mudo di siko…kalau aku idak
nyesal nikah muda, entah wong lain. Tapi alasan kami nikah tu takdir. Kemarin tu
bukan kami yang ngurus ke KUA. Segalonyo yang ngurus mertuo aku yang
ngurus…”
(biasa saja, iya sudah terbiasa nikah muda di sini…. Kalau saya tida menyesal
nikah muda, tidak tahu kalau orang lain. Alasan menikah karena sudah takdir,
waktu itu bukan kami yang mengurus ke KUA. Semuanya di bantu oleh mertua)
Informan 6

“….Kalau anak anak kini kalau nyo la ndak nikah elok lah nikah kan ajo karno idak
pulo ado gunonyo lagi di tahan tahan apo lagi kalo nyo la metean lamo, sekolah
idak ndak lagi, zaman kini idak pulo jadi kecek an orang lagi nikah cepat, la
biaso….”
(anak zaman sekarang kalau mereka sudah minta dinikahkan ya lebih baik dinikah
kan saja, apalagi kalau kita tahu mereka sudah lama berpacaran dan sudah tidak
mau melanjutkan sekolah lagi, dan dizaman sekarang sudah biasa menikah dini,
semua sudah mengerti apa sebabnya)
Informan 8

“…Sebenarnyo untuk mengurangi pernikahan dini tu mudah dari orangtuo


nyo.kalau pembinaan orangtuo nyo bagus mungkin dak terjadi.dan selaku
pemerintah Cuma ngasih saran…”
(sebenarnya untuk mengurangi pernikahan dini itu mudah dari orang tua nya.
Kalau pembinaan orang tua nya baik mungkin tidak terjadi. Dan sebagai
pemerintah hanya memberikan saran).
Informan 11

“….Kito perangkat desa ni sebenarnyo idak nian sesuai dengan nikah cepat cepat
ni, tapi kiniko segalo la serba salah, kito buat aturan hukum adat, hokum adat tu
nian dilanggar, jadi kini biar idak malu ajo desa ni..yo di atur atur cak itu lah,
apolagi kalo yang la hamil duluan ndak diapokan lagi daripado mencoreng namo
desa yo dinikahkan ajo…”
(Para perangkat desa kalau mau sesuai aturan tidak setuju dengan pernikahan dini,
namun sekarang semua juga tidak tunduk lagi dengan hukum adat yang berlaku,
dan demi menjaga nama baik kampong juga akhirnya di nikahkan saja apalagi
yang sudah hamil duluan, tidak ada pilihan lain lagi)
Informan 12

62 
 

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Hubungan Pendidikan dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu


Tengah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Hal ini sejalan
dengan penelitian Sarkar (2009) dan Kyari (2014) yang mengatakan tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini. Variabel tingkat pendidikan
remaja, secara kuantitatif tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap motif
menikah dini. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak selamanya tingkat
pendidikan yang tinggi akan menunjukkan motif menikah dini yang kuat. Data
dilapangan menunjukkan bahwa motif menikah dini yang tinggi cenderung terjadi
pada tingkat pendidikan sedang yakni SLTP, sehingga data tersebut tidak
menunjukkan bahwa semakin rendah pendidikan remaja maka akan semakin kuat
motif remaja untuk menikah dini maupun sebaliknya. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan tingkat pendidikan remaja memang bukan menjadi faktor
yang mempengaruhi pernikahan dini yang terjadi, tingkat pendidikan remaja
bahkan menjadi salah satu akibat yang diterima dari pernikahan dini yang terjadi.
Para responden beranggapan bahwa menikah dini adalah jalan keluar untuk
meringankan beban orang tua dengan menikah lepas lah tanggung jawab dari orang
tua dan beranggapan bahwa akan bahagia orang tua bila anaknya sudah menikah.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Qibtiyah, 2014 menyebutkan
responden dengan berpendidikan tingkat dasar akan menikah di usia muda 4,46 kali
lebih besar jika dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tingkat
menengah keatas. yang mengatakan pendidikan remaja merupakan faktor dalam
menentukan usia kawin pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
pendidikan responden masih tergolong rendah. Faktor biaya pendidikan yang
mahal menjadi alasan responden tidak melanjutkan pendidikan. Tingkat pendidikan
yang berbeda akan mempengaruhi perilaku berbeda pula dalam mengambil

63 
 

keputusan untuk menikah atau tidak menikah. Responden tidak mengetahui


tentang dampak negatif yang bisa terjadi akibat dari pernikahan dini. Penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Rafidah dkk (2009), bahwa responden yang
memiliki pendidikan rendah lebih berisiko 2,9 kali menikah dini pada usia <20
tahun dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan tinggi (RP=2,90,
95% CI= 1,30-6,49). Demikian pula, penelitian Jisun (2016) juga menyatakan
bahwa pendidikan responden yang rendah berhubungan dengan pernikahan dini
dengan nilai OR=8,711.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wong (2005), menyatakan bahwa
wanita yang memiliki pendidikan rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk
melakukan pernikahan dini dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan
lebih tinggi. Pernikahan dini seringkali menyebabkan anak tidak lagi bersekolah
karena istri memiliki tanggung jawab baru yaitu sebagai istri dan calon ibu.
Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi
seorang wanita dapat mendorong untuk cepat menikah. Permasalahan yang terjadi
karena mereka tidak mengetahui seluk beluk perkawinan sehingga cenderung untuk
cepat berkeluarga dan melahirkan anak. Tingkat pendidikan yang rendah juga
mengakibatkan masyarakat sulit memperoleh pekerjaan layak sehingga orang tua
lebih memilih untuk menikahkan anaknya daripada menambah beban hidup
keluarga.
Menurut peneliti rendahnya pendidikan responden cenderung tidak
memiliki pilihan kecuai menikah khususnya remaja putri karena tidak ada aktifitas
lain kecuali di rumah, kemudian rendahnya ekonomi keluarga sehingga mendorong
remaja putri agar segera menikah untuk meringankan beban keluarga karena
setelah menikah akan menjadi tangggung jawab suami. Kemungkinan lain
untukmenceegah pergaulan bebas sehingga keluarga memilih untuk menikahkan
anaknya agar mencegah hamil di luar nikah.

64 
 

6.2 Hubungan pekerjaan dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu


tengah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara status pekerjaan dengan usia perkawinan pertama wanita. Didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2014), bahwa tidak ada hubungan antara
pekerjaan dengan kejadian pernikahan usia muda pada remaja putri di Desa
Pagerejo Kabupaten Ponorogo. Diartikan bahwa pekerjaan bukan merupakan
faktor risiko untuk meningkatkan terjadinya pernikahan muda.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pekerjaan bukan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini di Kabupaten
Bengkulu Tengah tahun 2017. Tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan
kejadian pernikahan usia muda ini didukung oleh teori dari Notoatmodjo (2007)
yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan salah satu bagian dari faktor sosial
yang bersifat dinamis. Suatu lingkungan sosial tertentu tidak begitu saja memberi
pengaruh yang sama kepada setiap orang, akan tetapi kebiasaan sosial akan
memberi pengaruh terhadap kesehatan. Dengan teori tersebut, maka memberikan
makna bahwa pengaruhnya tidak langsung diterima oleh seseorang. Sehingga
antara seseorang yang bekerja dan tidak bekerja tidak ada bedanya dalam
mendapatkan pengaruh untuk melakukan pernikahan.
Menurut penelitian yang dilakukan Rafidah (2009), yang mempengaruhi
kejadian pernikahan jika ditinjau dari sudut pandang pekerjaan adalah bukan
karena pekerjaan remaja putri, namun lebih dikarenakan pekerjaan dari orang tua
remaja putri tersebut. Kehidupan seseorang sangat ditunjang oleh kemampuan
ekonomi keluarga, sebuah keluarga yang berada di garis kemiskinan akan
mengambil keputusan bahwa untuk meringankan beban orang tuanya maka anak
wanita dikawinkan dengan orang-orang yang dianggap mampu.
Pada penelitian ini juga diperoleh hasil yang sama, yaitu akibat adanya
perbedaan karakteristik penduduk di kabupaten Bengkulu Tengah, aktivitas
bekerja bukan merupakan hal yang dapat menunda perkawinan. Tetapi bekerja
dilakukan hanya untuk memperoleh pengalaman, mengisi kegiatan karena tidak

65 
 

ingin melanjutkan sekolah, dan untuk memperoleh uang tambahan jajan. Sehingga
ketika orang tua menginginkan anak wanitanya menikah, bahkan tanpa
mempertimbangkan usia maka perjodohan akan tetap dilakukan tanpa
mempertimbangkan umur.
Pekerjaan ibu yang menikah pada usia dini adalah pekerjaan yang
dilakukan saat baru dan akan menikah, baik pekerjaan halus maupun pekerjaan
kasar, Bahwa pekerjaan adalah suatu aktivitas manusia berdasarkan pada keahlian
dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupannya, dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi meningkatnya pernikahan
dini adalah kerjasama lintas sektoral untuk pemberian kursus-kursus kepada
masyarakat khususnya remaja putus sekolah seperti memasak, menjahit, otomotif
dan lain-lain, sehingga mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

6.3 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu tengah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ayah
dengan pernikahan dini., hal ini sejalan dengan penelitian Wulanuari, 2017 yang
menunjukkan tidak ada hubunga antara pendidikan ayah dengan pernikahan dini.
Hal ini tidak sejalan dengan Landung dkk (2009) menyatakan bahwa pendidikan
ayah merupakan sebuah aspek yang penting dalam mendidik anak untuk
berkembang dan berfikir secara mandiri. Tingkat pendidikan ayah akan
mempengaruhi pemahaman tentang kehidupan dalam berkeluarga. Tingkat
pendidikan ayah akan mempengaruhi pemahaman tentang kehidupan dalam
berkeluarga. Ayah yang memiliki pemahaman rendah terhadap keluarga akan
memandang bahwa dalam kehidupan berkeluarga akan tercipta suatu hubungan
silaturahmi yang baik, sehingga pernikahan yang semakin cepat merupakan solusi
utama bagi orang tua.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan pernikahan dini, hal ini didukung oleh hasil dari penelitian Wulanuari, 2017

66 
 

yang mengatakan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pernikahan
dini. Tingkat pendidikan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan. Hal ini juga
berarti bahwa bila tingkat pendidikan rendah maka tingkat pengetahuanpun akan
rendah dan berlaku sebaliknya. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pengetahuan termasuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
yang akan diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya yang di dalamnya
memuat norma pergaulan antara remaja putri dan lawan jenisnya. Termasuk juga
pola asuh terhadap anak-anaknya yang akan mempengaruhi perilaku anak-anaknya
dalam bergaul dan bermasyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan ayah yang tinggi
yakni perguruan tinggi tidak berpengaruh terhadap motif menikah dini pelaku
menjadi rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh mengumpul pada kategori rendah atau
tingkat pendidikan rendah yakni setingkat SMA, sehingga hasil tersebut tidak
menunjukkan bahwa semakin rendah pendidikan remaja maka akan mempengaruhi
semakin kuat motif remaja untuk menikah dini maupun sebaliknya, data tidak
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu remaja maka akan semakin
lemah motif menikah dini pada remaja.
Dalam penelitian ini tidak terlihat hubungan signifikan antara pendidikan
orang tua dengan pernikahan usia dini, kemungkinan dapat disebabkan oleh karena
pendidikan orang tua yang rendah tidak menjamin adanya pengetahuan dalam
bidang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi pada responden

6.4 Hubungan pekerjaan Orang Tua dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan pekerjaan ayah dan ibu
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Meskipun sebgaian
besar responden memiliki orang tua yang bekerja, jenis pekerjaan orang tua sebagai
petani, pedagang, buruh, swasta tetapi membuat responden berada dalam siklus
kemiskinan atau status ekonomi rendah.

67 
 

6.5 Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu Tengah
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulanuari (2017 dan Rahardjo
(2013) yang menunjukkan tidak ada hubungan adntara status ekonomi dengan
pernikahan dini. Status ekonomi erat kaitan nya dengan oendapatan keluarga.
Penelitian ini juga sejalan dengan Rosmawar (2013) yang menyatakan bahwa
pendapatan orang tua tidak ada hubungan dengan pernikahan dini karena
seseorang melakukan pernikahan dini dikarnakan tata cara dalam pergaulan yang
mengharuskan mereka
melakukan pernikahan dini. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muzaffak, bahwa pendapatan orang tua memiliki
hubungan yang signifikan dengan pernikahan dini. Hal yang mempengaruhi
kejadian pernikahan usia muda bukan dari sudut pandang pekerjaan remaja
melainkan lebih ke pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua mencerminkan status
sosial ekonomi dari keluarga remaja tersebut. Kehidupan seseorang sangat
ditunjang oleh kemampuan ekonomi keluarga, sebuah keluarga yang berada di
garis kemiskinan akan mengambil keputusan bahwa untuk meringankan beban
orang tuanya maka anak wanita dinikahkan dengan orang-orang yang dianggap
mampu. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial,
pendidikan dan masalah kesehatan bagi orang itu sendiri.
Dalam penelitian ini status ekonomi keluarga tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan terhadap pernikahan usia dini. Status ekonomi keluarga diukur
menggunakan pendapatan keluarga dalam satu bulan yang dihitung dari hasil
orang tua, namun mungkin terjadi bias informasi sewaktu wawancara dimana tidak
semua responden yang ingat secara pasti pendapatan orang tuanya disaat mereka
belum menikah. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut di mana
diusahakan pengukuran pendapatan keluarga yang lebih valid, seperti pengukuran
menggunakan pengeluaran keluarga dalam satu bulan.

68 
 

6.6 Hubungan Umur Menarche dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu
Tengah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur menarche
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah,. Hal ini sejalan
dengan penelitian Wulandari (2014) yang menunjukan tidak ada pengaruh umur
menarche terhadap motif menikah dini di Desa Anjatan Utara. Hal ini sejalan
dengan hasil di
lapangan bahwa pernikahan yang terjadi tidak dipengaruhi oleh cepat
lambat remaja mengalami menstruasi pertama dimana mayoritas menikah dini
memang terjadi pada remaja putri yang sudah mengalami menstruasi pertama. Hal
ini berkaitan dengan pengertian kedewasaan seorang remaja putri di lapangan
yang tidak dilihat dari kemampuannya secara reproduksi, melainkan dilihat dari
standarisasi umur yakni 17 tahun.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Raj (2015) yang mengatakan bahwa
ada hubungan atara umur menarche dengan pernikahan usia dini. Menstruasi
pertama merupakan salah satu tanda bahwa seorang gadis berada pada masa
pubertas. Lebih besarnya prevalensi kejadian pernikahan di usia dini dengan umur
menarche cepat diperkirakan karena perilaku seksual yang didorong oleh hasrat
seksual yang tidak diimbangi dengan kematangan berpikir sehingga dapat
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan yang diakhiri dengan pernikahan di
usia dini.
6.7 Hubungan Pengetahuan dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu
Tengah
Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Sejalan dengan
penelitian Dwinanda, Wijayanti, Werdani, 2015 menyatakan ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian pernikahan usia dini (p-value : 0,000). Diketahui
responden yang memiliki pengetahuan rendah mengenai pernikahan usia dini
memiliki risiko untuk melakukan pernikahan dini sebesar 4,286 kali dari pada

69 
 

responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai pernikahan usia dini (95%
CI: 2,082-8,825).
Pengetahuan merupakan informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman. Banyak faktor yang berhubungan antara lain jarak daerah yang jauh
dari keramaian atau daerah terisolir menyebabkan kurangnya informasi pada
seseorang. Seperti contoh di daerah desa Kebun Lebar Kecamatan Pematang Tiga
Kabupaten Bengulu Tengah, daerah tersebut jauh dari pusat kota dan
masyarakatnya tidak berusaha menggali informasi sehingga informasi yang
didapat sangat minim diantaranya mengenai bahaya melakukan pernikahan dini
pada anaknya.
Dalam hal ini ketidaktahuan responden akan resiko pernikahan usia dini
merupakan salah satu faktor pendukung responden melakukan pernikahan di usia
dini. Mereka tidak mengetahui konsekuensi dari pernikahan usia dini dan
melahirkan di usia remaja berisiko untuk melahirkan prematur dan berat badan
lahir rendah. Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih
panjang berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi. Perkawinan
usia dini juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi
ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi
rumah tangga.
Resiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orang
tua yang bertanggung jawab, kegagalan perkawinan, kehamilan usia dini berisiko
terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung
dan melahirkan bayinya. Wanita di bawah 20 tahun memiliki resiko tinggi untuk
penyakit dan kematian ketika menjalankan fungsi reproduksi. Memasuki usia 20
tahun secara medik (fisik, biologis, endokrinologi serta psikologis, dan
emosional), perempuan memiliki kematangan menjalankan hak reproduksinya
secara aman terutama dalam menghasilkan generasi bangsa Indonesia yang
berkualitas.

70 
 

6.8 Hubungan Sikap dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara sikap dengan
pernikahan usia dini di kabupaten Bengkulu Tengah. Hasil ini didukung dengan
teori Ahmadi (2008), yang menyatakan sikap remaja yang memandang pernikahan
dini tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan reproduksi menyebabkan remaja
cenderung tanpa pertimbangan mengambil keputusan untuk menikah dini yang
hanya didasarkan kepada pola pikir danpandangan bahwa telah saling mencintai
dan siap untuk menikah.
Menurut peneliti ada hubungan sikap dengan pernikahan usia dini di
Kabupaten Bengkulu Tengah karena perempuan yang memiliki sikap negatif
tentang pernikahan dini tidak mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan jika
melakukan pernikahan dini seperti kurangnya persiapan masing-masing pasangan
dalam menghadapi masalah ekonomi, tanggung jawab, kematangan fisik, psikis
dan sosial.
Hal ini karena kurangnya pendidikan kesehatan tentang dampak dari
pernikahan dini, maka remaja sulit menyelesaikan masalah secara cerdas dan
matang, ditambah pula jika remaja memiliki kepribadian labil. Kemungkinan
kedua karena remaja putri belum mengetahui secara biologis alat-alat
reproduksinya dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya, apalagi jika hamil dan melahirkan. Jika
dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa remaja putri itu
sendiri sehingga remaja putri tetap melakukan pernikahan dini.
Begitupun sebaliknya remaja putri yang telah mengetahui dampak jika
melakukan pernikahan dini yang dapat membahayakan diri karena dapat
menyebabkan penyakit kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia
dini, antara lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim serta kehilangan
masa depannya, maka remaja tidak akan melakukan pernikahan dini.

71 
 

Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan pada seseorang untuk bertindak


secara tertentu terhadap hal-hal tertentu dan sikap dapat bersifat positif maupun
negatif. Apabila bersifat positif maka cenderung akan melakukan trindakan
mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu, sebaliknya apabila
bersikap negatif maka cenderung akan melakukan tindakan menjauhi,
menghinbdari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu. Sikap dapat pula
diartikan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku
(Notoatmodjo, 2003).
Jika individu mempunyai sikap yang baik terhadap menikah muda maka
individu tersebut akan mempunyai prilaku yang baik terhadap menikah muda.
Seperti yang dikatakan oleh Notoatmojo (2003) diatas bahwa sikap merupakan
respon tertutup terhadap suatu stimulus.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman
yang berkaitan dengan obyek tersebut, apakah penghayatan tersebut kemudian
akan membentuk sikap positif atau negatif, dan tergantung pada berbagai faktor
lain.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
tersebut harus meninggalkan kesan kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan
akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Dalam hal ini ada
kemungkinan responden memiliki pengalaman pribadi yang kuat dan akhirnya
mempengaruhi sikapnya.

72 
 

6.9 Hubungan Budaya dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah
Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara budaya dengan
pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Hal ini sejalan dengan
Mubasyaroh (2016) , Karena tradisi dikeluarga (kebiasaan nikah usia dini pada
keluarga dikarenakan agar tidak dikatakan perawan tua). Pada beberapa keluarga
tertentu, dapat dilihat ada yang memiliki tradisi atau kebiasaan menikahkan
anaknya pada usia muda, dan hal ini berlangsung terus menerus, sehingga anak-
anak yang ada pada keluarga tersebut secara otomatis akan mengikuti tradisi
tersebut. Karena kebiasaan dan adat istiadat setempat. Misalnya keyakinan bahwa
tidak boleh menolak pinangan seseorang pada putrinya walaupun masih dibawah
usia 18 tahun terkadang dianggap menyepelekan dan menghina menyebabkan
orang tua menikahkan putrinya.
Anak perempuan kebanyakan diperintahkan untuk segera menikah oleh
orangtuanya, alasan yang melatar belakangi adalah mematuhi kebiasaan yang ada.
Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran orang tua agar anak perempuannya
tersebut selamat dari mitos perawan tua, selain alasan tersebut, alasan ekonomi
juga menjadi latar belakang orangtua segera menikahkan anak perempuannya,
sehingga pendidikan untuk anak perempuan tidak dianggap penting. (Munawara,
2015). Selain itu, karena di dalam kebudayaan terdapat norma dan nilai yang harus
ditaati oleh individu untuk mencapai tujuan dari kebudayaan itu sendiri. Misalnya
menganggap pentingnya keperawanan pada remaja putri sehingga pernikahan usia
dini dianggap satu-satunya cara untu menyelamatkan anak dari seks bebas, agar
keperawanan anak tetap terjaga.
Perjodohan dan pernikahan dini sudah menjadi kebiasaan, sehingga memanipulasi
umur pun dianggap sah-sah saja bagi masyarakat, para informan mengakui bahwa
pencatatan umur di KUA itu hanya untuk mendapatkan surat nikah. Ada juga
masyarakat yang masih belum memiliki surat nikah sampai saat mereka menikah.
Mitos tentang perawan tua menjadi paradigma masyarakat kecamatan Pematang
Tiga kabupaten Bengkulu Tengah terhadap para perempuan, hal tersebut membuat
para perempuan merasa tidak nyaman dan merasa dirinya akan mendapat fitnah

73 
 

jika tidak mengikuti perintah orangtuanya untuk segera menikah. Sehingga


perempuan tidak punya pilihan lain, selain mengikuti apapun yang telah
diperintahkan oleh orang tuanya. Rasa takut dibicarakan oleh tetangga, rasa tidak
percaya diri terhadap pertumbuhan fisiknya yang terlihat dewasa dan umurnya
yang sudah mencapai belasan tahun membuat para perempuan memilih untuk
pasrah mengikuti kemauan orang tua, termasuk dalam hal perjodohan atau
pernikahan.
Analisis peneliti pernikahan usia dini terjadi dikarenakan mereka berpendapat
bahwa menolak lamaran akan menjadi perawan tua. Maka dapat disimpulkan ada
hubungan budaya dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Selain itu, faktor pendukung lain para orangtua tersebut memberikan izin kepada
anaknya menikah di usia muda adalah kalau sudah anak meminta menikah
seharusnya orang tua tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan. Dalam hal ini
pemahaman orangtua dipengaruhi oleh proses belajar yang diperoleh. Jadi mereka
mengizinkan anaknya untuk menikah muda. Orangtua tidak memahami risiko
dalam pernikahan usia muda.

6.10 Hubungan Stigma dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan stigma dengan
pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Keluarga yang merupakan
unit terkecil dalam masyarakat dimana di dalamnya perdapat orangtua yang
menjadi panutan, motivasi dan penghormatan anak. Kadang kala orangtua yang
menempatkan hubungan antara anak dengan orangtua pada hubungan yang tidak
setara, dimana posisi anak subordinat terhadap orangtua secara psikologis, sosio-
kultural, maupun agama. Hubungan yang tidak setara antara orangtua-anak,
membuat anak diwajibkan menunjukkan rasa hormat dan baktinya dengan
menuruti permintaan orangtua bila orangtua tidak dipatuhi maka akan dicap
sebagai anak durhaka dan akan dihukum secara supernatural, atau kualat.
Saat ini beberapa desa di Kabupaten Bengkulu Tengah masih memandang
bahwa ketika anak tidak melanjutkan sekolah maka pilihan terakhirnya adalah

74 
 

menikah. Hal tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan usia anak saat itu.
Meskipun tradisi ini tidak seketat dahulu, namun masih banyak orang yang
melakukannya. Jika tidak menikah justru akan menjadi “aib” (beban moral) bagi
keluarga, karena umur terus bertambah dan tidak memungkinkan lagi untuk
bersekolah.
Beberapa informan mengatakan menolak lamaran” akan menyebabkan
seseorang sulit mendapatkan jodoh. Pada akhirnya jika ada lamaran datang maka
tidak akan ditolak. Sikap dari orang tua hanya menerima apabila itu memang
keinginan si anak. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat Bengkulu tengah
adalah dengan berbagai masalah yang akan dihadapi dalam keluarga akan
menjadikan mereka lebih dewasa, mandiri, bebas dalam melakukan tindakan
apabila mereka menikah di usia dini. Selain itu menikah pada usia dini dianggap
biasa saja walaupun terkadang pernikahan itu terjadi akibar kecelakaan (Married
By Accident) menjadi pergunjingan atau dikucilkan oleh masyarakat hanya
beberapa waktu saja setelah itu normal seperti kalanya, seperti tidak terjadi apa-
apa.

6.11Hubungan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dengan penikahan Usia Dini di


Kabupaten Bengkulu Tengah
Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan penyuluhan kesehatan
reproduksi dengan Pernikahan usia dini di Kabuaten Bengkulu Tengah. Hal ini
terjadi kemungkinan dikarenakan dari hasil wawancara di lapangan para
responden mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan atauun sosialisasi
tentang kesehatan reproduksi dan pernikahan dini. Karena dari hasil penelitian
Amelia (2017) mengatakan remaja yang diberikan penyuluhan kesehatan
reproduksi memiliki pengetahuan 6 kali tentang pernikahan dini. Hal ini
membuktikan bahwa penyuluhan berperan dalam perubahan pengetahuan
pernikahan dini.

75 
 

Promosi kesehatan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan terhadap


masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005)
Hal ini sejalan dengan Bulahari (2015) yang mengatakan bahwa sebagian
besar remaja menganggap orang tua adalah orang yang penting bagi mereka,
karena nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua dapat mempengaruhi
pengetahuan remaja, mereka menganggap bila orang tua mampu memberikan
pemahaman mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya,
maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya yang dapat
berpengaruh pada organ reproduksi. Hal ini terjadi karena pada dasarnya
pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan
dapat pula di wujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai
suami istri yang bersatu dalam perkawinan.
Ketersediaannya pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi seseorang
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Karena suatu pelayanan kesehatan
dimanfaatkan karena tersedia suatu sumber daya, dikatakan sumber daya tersedia
jika terdapat dan diperoleh tanpa mempertimbangkan mudah atau sulitnya
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan reproduksi bertujuan untuk mencegah
dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku lainnya yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Perilaku seksual berisiko antara
lain seks pranikah yang dapat berakibat pada kehamilan tidak diinginkan, perilaku
seksual berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman dan perilaku berisiko tertular
infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Pelayanan kesehatan
reproduksi mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang
sehat dan bertanggung jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis dan sosial untuk
menikah dan menjadi orang tua pada usia yang matang.

76 
 

6.12 Hubungan Keterpaparan Media Informasi dengan penikahan Usia Dini di


Kabupaten Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,000
yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara keterpaparan media informasi
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Penelitian ini juga sejalan dengan teori Bungin (2001), semakin banyak
media yang memuat gambar ke arah pornografi maka semakin kuat memberikan
rangsangan kepada para pembaca dan semakin menikmati tayangan-tayangan
pornografi yang disajikan bahkan cenderung berperilaku seksual. Hal ini juga
sejalan dengan peneltian Rahardjo, 2013 yang mengatakan responden menggunaan
media untuk melihat hal-hal negative memiliki risiko melakukan pernikahan dini
5,53 kali lebih besar dbandingkan dengan responden yang menggunakan media
untuk melihat hal-hal positif (p value = 0,000 dan OR = 5,53 (95% CI: 3,08-9,95)
Berdasarkan BKKBN (2017), paparan informasi seksualitas dari media
massa baik cetak maupun elektronik cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi
sehingga dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi remaja yang dapat
menyebabkan remaja ingin tahu, ingin mencoba, akan meniru apa yang diliha dan
didengarnya dari media massa tersebut. Wuri (2007) menyatakan bahwa remaja
semakin banyak mendapatkan materi pornografi dari media massa maka tentunya
akan cenderung bersikap mendukung terhadap terjadinya hubungan seksual
pranikah bahkan dapat mendorong terjadinya pernikahan dini.

6.13 Hubungan Teman Sebaya dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten


Bengkulu tengah
Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara teman
sebaya dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu. Hal ini sejalan
dengan penelitian Bulan, Masni, dan Stang (2016) yang menunjukan tidak ada
hubungan antara teman sebaya dengan pernikahan dini di desa Pa’bentegang
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Karjono 2014 yang mengatakan peran teman sebaya (p=0,001; OR=2,492;

77 
 

95%CI=0,906-2,457) terhadap pernikahan dini pada remaja di daerah pesisir


pantai kuta kabupaten Lombok tengah
Peran teman sebaya yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman
sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila dihadapkan pada suatu masalah.
Hal tersebut dapat menimbulkan keyakinan pada diri remaja bahwa apapun yang
dilakukan oleh remaja akan mendapatkan dukungan dari teman sebayanya.
Hal ini terjadi kemungkinan teman sebaya tidak ada hubungan dengan
pernikahan usia dini dikarenakan menikah adalah pilihan individu bukan atas dasar
pengaruh dari teman yang sudah menikah melainkan atas dasar pilihan individu
yang mengganggap kalau sudah menikah maka akan berkurang beban orang tua
mereka dan orang tua akan bahagia. Ada pula responden yang menikah dini
berasal dari keinginan orang tua karena merasa takut jika anaknya suatu saat
melakukan perbuatan yang membuat malu nama baik orang tua.

6.14 Hubungan Peran Orang Tua dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu Tengah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan peran orang tua
dengan pernikahan usia dini di Kapaten Bengkulu Tengah. Penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Desiyanti (2015), bahwa terdapat hubungan antara peran
orang tua dengan pernikahan dini pada anaknya dengan nilai OR 5,781.
Landung (2009) mengemukakan bahwa peran orang tua terhadap
kelangsungan pernikahan dini pada dasarnya tidak lepas dari tingkat pengetahuan
orang tua yang dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan orang tua. Menurut
Soetjiningsih (2006), bahwa semakin baik hubungan orang tua dengan anak
remajanya maka semakin baik perilaku seksual pranikah remaja. Orang tua yang
sibuk, kualitas pengasuhan yang buruk, dan perceraian orang tua, remaja dapat
mengalami depresi, kebingungan, dan ketidakmantapan emosi yang menghambat
untuk tanggap terhadap kebutuhan remaja sehingga remaja dapat dengan mudah
terjerumus pada perilaku yang menyimpang seperti seks pranikah.

78 
 

Peran orangtua dalam menentukan perkawinan anak dipengaruhi oleh


faktor sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan keluarga, kepercayaan dan adat
istiadat yang berlaku dalam keluarga dan kemampuan yang dimilik dalam
menghadapi masalah remaja. Adanya dukungan keluarga terhadap kelangsungan
pernikahan usia dini tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari tingkat pengetahuan
orangtua yang dapat dihubungkan dengan tingkat pendidikan keluarga.
Orang tua mempunyai kewajiban untuk melihat, mengawasi, sikap dan
perilaku remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan tindakan yang
merugikan diri sendiri dan lebih mengawasi pergaulan anak baik di dalam sekolah
maupun di luar sekolah sehingga tidak terjadi sesuatu yang berakibat vatal yang
akhirnya muncul pernikahan dini.
Para orang tua agar dapat menambah pengetahuan mengenai faktor yang
berhubungan dengan terjadinya pernikahan dini sehingga dengan bantuan tenaga
kesehatan, para orang tua dapat lebih menjaga anakanaknya dan orang tua dapat
lebih mempertimbangkan dalam keputusan menikahkan anaknya. Orang tua juga
harus mengutamakan pendidikan daripada menikahkan anak, karena dengan
pendidikan yang baik maka anak akan mendapatkan pekerjaan yang baik sebagai
bekal pada saat menikah.
Keluarga adalah salah satu motivator handal bagi pasangan suami istri
muda ini yang bisa dijadikan panutan oleh mereka, tapi ada pula keluarga yang
malah mendukung mereka untuk segera menikah dengan usia yang masih terlalu
muda, sehingga kejadian seperti ini terus berulang dari zaman dahulu sampai
zaman modern sekarang. Motivasi remaja terhadap pernikahan usia dini bisa
berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Salah satu faktor yang berasal
dari luar yaitu dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang dibutuhkan anak pada
usia remaja dengan orang tuanya adalah seputar masalah pertemanan, penampilan,
hobi dan cita-cita. Remaja membutuhkan kehadiran orang tua untuk
mendengarkan, berdiskusi dan memahami perasaan remaja

79 
 

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7. 1 Kesimpulan
1. Sebagian besar responden tidak menikah dini (73,4%), Pendidikan rendah (96,2%),
Tidak bekerja (64,1%), Pendidikan ayah rendah (99,6%), pendidikan ibu rendah
(99,2%), Pekerjaan petani/pedagang/buruh/swasta (96,2%), Ibu tidak bekerja
(63,7%), Status ekonomi keluarga rendah (60,8%), Usia Menarche Normal (98,4%),
Tidak Pernah mendapat penyuluhan Kesehatan reproduksi (72,6%), Pengetahuan
kurang (56,5%), Sikap tidak mendukung (59,5%) kurang terpapar media (58,2%),
tidak terpengaruh budaya (62%), tidak ada pengaruh teman (54,9%), orang tua
berperan (59,5%) dan stigma (57,8%).
2. Faktor predisposisi yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah variable
Pengetahun (0,041), Sikap (0,037), Budaya (0,009) dan Stigma (0,039).
3. Faktor Pendukung yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah variable
Paparan Media Informasi (0,032),
4. Faktor Pendorong yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah variable
Peran orang tua (0,017)
5. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah
Budaya (P = 0.009)
6. Masyarakat berpandangan menikah usia dini merupakan hal yang biasa saja terjadi
di lingkungan mereka, jika anak sudah meminta untuk menikah maka orang tua
akan langsung setuju.

7. 2 Saran
1. Untuk BKKBN, KUA dan Instansi Pemerintah Lainnya
a. BKKBN bekerja sama dengan lintas sector lainnya seperti KUA, Sekolah-sekolah,
Puskesmas untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pernikahan usia
dini. Serta mengajak pemerintah kabupaten Bengkulu Tengah untuk membuat
peraturan dan sangsi bagi masyarakat yang menikah di usia dini.

80 
 

b. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai dampak kesehatan dan


administrasi
c.Bekerja sama dengan pihak-pihak sekolah dalam memberikan edukasi tentang
pernikahan dini.
d. Mngeikutsertakan tokoh masyarakat untuk menegakkan peraturan sebagai
pengontrol perilaku salah pada masyarakat
2. Untuk Orang Tua
a.Melakukan pendekatan kepada anak dan menjalin komunikasi yang baik
b. Mengajarkan Ilmu agama sejak dini sehingga anak memiliki kemampuan untuk
mengontrol diri dari perbuatan yang tidak baik
3. Untuk Peneliti dan Pembaca lainnya
Menjadi masukan yang bermanfaat bagi peneliti lain untuk dapat melakukan tindak
lanjut atau memperluas penelitian yang serupa mengenai pernikahan usia dini dengan
desain penelitian yang berbeda.
 

81 
 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2008. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta


Amelia, Rizky. Mohdari. Azizah, Aulia. 2017. Pengaruh penyuluhan terhadap
pengetahuan remaja tentang pernikahan dini di kelas VII di SMP negeri 4
Banjarmasin. Dinamika Kesehatan, Vol.8 No. 1, Juli 2017
BPS. 2016. Perkawinan Usia Anak Di Indonesia Tahun 2013 dan 2015. Jakarta; BPS
BPS. 2015. Kemajuan yang Tertunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak
di Indonesia.Jakarta;BPS
BPS. 2013. Survey Sosial Ekonomi Nasional: Statistik Kesejahteraan Rakyat.
Jakarta;BPS
BKKBN. 2012. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta;
BKKBN
BKKBN. 2013. Kurikulum Diklat Teknis Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa bagi
pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya PIK Remaja/Mahasiswa. Jakarta.
Direktorat Bina Ketahanan Remaja.
BKKBN Prov Bengkulu. 2017. Tingginya Angka menikah dini BKKBN Gelar Workshop
Genre yang diakses dari
http://bengkulu.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.aspx?ID=1736&ContentTypeId
=0x0100A28EFCBF520B364387716414DEECEB1E
Bulan, Yusti Aksyari, Masni, Stang. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan
Dini di Desa Pa’bentengang Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Bagian
biostatistik/KKB Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/18710.Artikel
Bulahari, Susanti Nirawati. Korah, Hermien B. Lontaan, Anita. 2015. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. Jurnal Ilmiah
Bidan. 3(2) : 15-20.
Bungin, B. (2001). Erotika Media Massa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Centre for Reproductive Rights. (2013). Accountability for Child Marriage: Key
U.N Recommendations to Governments in South Asia on Reproductive Health
and Sexual Violence (Fact Sheet). New York: CFRR, p. 4; and Kim, M. et al.,
(2013). When Do Laws Matter? National Minimum-Age-of-Marriage
Laws, Child Rights, and Adolescent Fertility, 1989–2007. Law & Society
Review, 47, (3), pp. 589, 591.
Chaaban, J. and W. Cunningham. (2011). Measuring the Economic Gains of
Investing in Girls: The girl effect dividend. Policy Research Working Paper. The
World Bank, Washington, D.C.: The World Bank.
Choe M.K., Thapat S., dan Mishra V. 2005. Early Marriage and Early Motherhood in
Nepal. J. Biosoc. Sci. (2005) 37, 143-162.
Council on Foreign Relation (2013). Child Marriage. Diakses dari
https://www.cfr.org/peace-conflict-and-human-rights/child-
marriage/p32096#!/?cid=otr_marketing_use-child_marriage_Infoguide#!%2F
Desiyanti, I.W. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada
Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Mapanget Kota Manado. JIKMU, Vol. 5, No. 2,
April 2015..
 

Dahlan, M.Sopiyudin. 2009. Besar sampel dan Cara pengambilan sampel dalam penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika
Dwinanda, Aditya Risky. Wijayanti, Anisa Catur. Wwerdani, Kusuma Estu. 2016. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas. Oktober 2015 - Maret 2016 , Vol. 10, No. 1, Hal.
76-81
Erna, Setiyaningrum. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi.Jakarta : TIM.
Hastono, Sutanto Priyo.2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press
Hotchkiss, David R.. Godha, Deepali. Gage, Anastasia J. Cappa, Claudia. 2016. Risk
factors associated with the practice of child marriage among Roma girls in Serbia.
BMC International Health and Human Rights (2016) 16:6 DOI 10.1186/s12914-
016-0081-3
Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 3; and World Bank. (2012),
World Development Report on Gender Equality and Development. p. 154, fig. 4.3.
Evenhuis, Mark and Jennifer Burn. (2014). Just Married, Just a Child: Child marriage in
the Indo-Pacific region. Melbourne: Plan International Australia
Fall, C.H.D., et al. (2015). Association between maternal age at childbirth and child
and adult outcomes in the offspring: a prospective study in five low-income
and middle- income countries (COHORTS collaboration). Lancet Glob Health
2015; 3: e366-77, p 366.
Firmansyah. 2016. 20 Persen Perempuan di Bengkulu Menikah di Usia Muda. Diakses dari
http://regional.kompas.com/read/2016/11/25/05383241/33.persen.perempuan.di.beng
kulu.menikah.di.bawah.umur
Global Health Action, 7..; and Prentice, A.M. et al. (2013). Critical windows for
nutritional interventions against stunting, American Journal of Clinical
Nutrition. 97, (5), pp. 911-8.
Green, L, W., et, al 1980. Health Education Planning: Diagnostic Approach,
Mayfield Publishing Company. Calofornia
ICRW. (2005). Development Initiative on Supporting Health Adolescents (DISHA)
Project: Analysis of quantitative baseline survey data conducted in 2004.
Washington, D.C: ICRW and Mathur, Greene and Malhotra. (2003). Too Young
to Wed: The lives, rights and health of young married girls. Washington, D.C.:
ICRW.
Imron, M & Amrul Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Bahan ajar
untuk Mahasiswa. Sagung Seto
International Planned Parenthood Foundation and United Nations Population Fund.
(2006). Ending Child Marriage: A guide for global policy action, UNFPA, p. 14
Jisun. T.F. (2016). Early Marriage of Women: The Case of Bangladesh. World Journal of
Social Sciences Vol. 6. No. 2. July 2016 Special Issue. Pp. 51 – 61.
Kemenkes. 2010. Survei Kesehatan Nasional.Jakarta
Khaparistia, EKa. Edward. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia
Muda ( Studi Kasus di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang
Kabupaten Langkat). Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015
Kumalasari, Intan. 2013. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika
Kurniawati, Lia. Nurrochmah, Siti. Katmawanti, Septa. 2017. Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan, Status Pekerjaan Dan Tingkat Pendapatan Dengan Usia Perkawinan
 

Pertama Wanita Di Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.


Jurnal Preventia, Vol. 2 no 1 Juni 2017
Khomsatun, Trisnawati Y., dan Pantiawati I. 2012. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri
Menikah Dini tentang Kehamilan dengan Kecemasan menghadapi Kehamilan di
Kecamatan Pulosaari Kabupaten Pemalang. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Vol.3 No.1 Edisi Juni 2012.
Karjono, Muhammad. Murtiananingsih. 2014. Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini Pada
Remaja di Daerah Pesisir Pantai Kuta Kabupaten Lombok Tengah. Media Bina
Ilmiah. Vol. 8, No. 7, Desember 2014, 34-37
Kyari, Gimba Victor. 2014. The Sosio Economic Effect of Early Marriage in North
Western Nigeria. Mediterranean Journal of Social Sciences. Vo. 5, No. 14, July 2014
Landung, J., Thaha, R., dan Abdullah, A.Z. (2009). Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan
Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Jurnal
MKMI, Vol 5 No.4. Oktober 2009, hal 89-94.
Mason, J. B., et al. (2014). The first 500 days of life: policies to support maternal
nutrition
Mubasyaroh. 2016. Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya Bagi
Pelakunya. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan. Vol. 7, No. 2,
Desember 2016.
Munawara. Yasak, Ellen Meianzi. Dei, Sulih Indra. 2015. Budaya Pernikahan Dini
Terhadap Kesetaraan gender Masyarakat Madura. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Vol. 4, No. 3. 2015
Muzaffak. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Ekonomi Terhadap Pola Keputusan
Orang Tua Untuk Mengkawinkan Anaknya di Desa Karang Duwak Kecamatan
Arosbaya Kabupaten Bangkalan. Paradigma. 2013;1(1):1–8.
Nilakesuma, 2009. Hubungan sikap dengan pernikahan dini pada remaja di Puskesmas
pembantu Kelurahan Mojo Surabaya. dalam www.Mulia.com diakses tanggal 14
Maret 2017
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Program Indonesia Pintar
Qibtiyah, Mariyatul. (2014). Faktor yang mempengaruhi perkawinan Muda Perempuan.
Jurnal Biometrika dan kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014
Rabi, A. (2014). Cost of Inaction: Child and adolescent marriage in Nepal. UNICEF.
-------- (2015). Technical Note. Cost of Inaction: Child and adolescent marriage
in Indonesia. UNICEF Indonesia (unpublished).
Rafidah, Emilla O., dan Wahyuni B. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol.25, No. 2, Juni 2009.
Rahardjo, Sumardi. Imron, Riyanti. 2013. Determinan Pernikahan Dini Di Kecamatan
Kalianda. Jurnal Kesehatan, Vo. IV, No. 2, Oktober 2013, hlm 357-363
Raj, A. When the mother is a child, p. 931; Gage, A.J. (2013). Association of child
marriage with suicidal thoughts and attempts among adolescent girls in
 

Ethiopia. Journal of Adolescent Health, 52, (5), p. 654; and Evenhuis and Burn,
Just Married, Just a Child, p. 20.
Raj, Anita. et al. 2015. Age at menarche, education, and child marriage among ypung
wives in rural Maharashtra, India. Int J Gynaecol Obstet. Oktober 2015; 131(1):
103-104
Rosmawar C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkawinan Di Usia Dini Pada
Wanita Di Desa Ceurih Kupula Kecamatan Delima Kabupaten Pidie Tahun 2013.
Stikes Ubudiyah Banda Aceh; 2013.
Sarkar. 2009. Determinant and effect of early marriage in Bangladesh, 2007. Research
Journal of Applied Sciences 4 (5): 178-184
Sarwono, J. (2011). Mixed Methodes Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset
Kualitatif Secara Benar. Jakarta: Gramedia.
Simanjuntak, H. (2015). Aceh student expelled from school over marriage. Jakarta:
The Jakarta Post. Available from:
http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/23/aceh- student-expelled-school-
over-marriage.html. Accessed 23 June 2017.
Soetjiningsih. (2006). Remaja Usia 1-18 Tahun Banyak Lakukan Perilaku Seksual
Pranikah. Diakses: 25 Oktober 2017. Http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=1659.
Thomas, Cheryl. (2009, June 19). Forced and Early Marriage : A Focus On Central
and Eastern Europe and Former Soviet Union Countries With Selected Laws
From Other Countries. United Nations Conference Centre.
Diakses dari
http://un.org/womenwatch/daw/egm/vaw_legislation_2009/Expert%20Paper%20E
GM GPLHP%20_Cheryl%20Thomas%20revised_pdf.
Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002
UNICEF. 2001..Early Marriage Child Spouses. Innocenti Degest, No. 1 Maret 2001.
Diakses dari http://www.unicef-irc.org/publication/pdf/digest7e.pdf
UNICEF. 2005. Early Marriage A Harmful Tradisional Practice A Statistical
Exploration. Diakses dari http://www.
Unicef.org/publication/files/EarlyOMarriage_12.lo.pdf
UNICEF. (2012). Progress for Children: A report card on adolescents: Number 10.
New York: New York: UNICEF. p. 47.
WHO dan Depkes, 2010. Konsep Perkawinan. Jakarta : Depkes RI
WHO. (2014). World Health Statistics 2014. Geneva, Switzerland: World
Health Organization; Raj, A. (2010). When the mother is a child: The impact of
child marriage on the health and human rights of girls. Boston. Archives of
disease in childhood. 9
Wong, O.M.H. (2005). The Socioeconomic Determinants of the Age at First Marriage
among Women in Hong Kong. Journal of Familiy and Economic Issues. Vol. 26(4).
Wulandari.Sarwoprasodjo, Sarwititi. 2014. Pengaruh Status Ekonomi Keluarga Terhadap
Motif Menikah Dini di Pedesaan. Jurnal Sosiologi Pedesaan. April 2014.
Wulanuari, Kanella Ayu. Napida, Anggi. Suparman. 2017. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia. Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 68-75
 

Yunita, A. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pernikahan Usia


Muda Pada Remaja Putri Di Desa Pagerejo Kabupaten Wonosobo. Wonosobo:
Artikel.
 

Lampiran 1. Biodata Peneliti

Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Bintang Agustina Pratiwi
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lain 1154631
5 NIDN 0217088701
6 Tempat dan Tanggal Lahir Bengkulu, 17 Agustus 1987
7 Email bintang170887@gmail.com
8 No Telepon/HP 0852 6755 7125
9 Alamat kantor Jl. Bali Kota Bengkulu 38119
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1 = 50 orang. S2 = 0 orang
dihasilkan
12 . Mata Kuliah yang diampu 1. Dasar Kesehatan Reproduksi
2. Ilmu Gizi
3. Ekologi Gizi Kesehatan Masyarakat
4. Aplikasi Komputer (Software Statistik)
5. Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
6. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
7. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dst

B. Riyawat Pendidikan
Nama Pergurun Tinggi S1. Universitas S2. Universitas S3
Muhammadiyah Muhammadiyah
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan

Tahun Masuk – lulus M k t


2006 - 2010 M k t
2010 - 2012
Judul Skipsi/Tesis/Disertasi Hubungan IMT dan Faktor-Faktor yang
Persentase Lemak berhubungan
dengan Usia dengan Perilaku
Merache Pada Seksual Berisiko
siswa Tertular HIV-AIDS
Nama Pembimbing/Promotor 1. Drs. Rifa’i, M.Pd 1. Dr. Effek
2. Desri Alamsyah, S.P.oG
Suryani, SKM., 2. Sarah
 

C. Pengalaman Penelitian Dalan 5 Tahun Terkahir


(Bukan skripsi/ Tesis/Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaa
Sumber Jumlah (juta
1 2016 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Universitas Rp. 2.500.000
Dengan Kinerja Kader Posyandu Muhammadiyah
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bengkulu.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Sumber Jumlah (juta
No Tahun Judul Pengabdian Masyarakat
1 2014 Melaksanakan kegiatan penyuluhan Mandiri Rp. 2.000.000
di
Puskesmas Lingkar Barat
2 2015 Melaksanakan Penyuluhan Mandiri Rp. 2.000.000
di
Lingkungan Masyarakat bertema
3 2015 Melaksana Penyuluhan di Mandiri Rp. 2.000.000
MTS
Pancasila bertema “Upaya
4 2016 Peningkatan Pemahaman Remaja Universitas Rp. 1.000.0000
Tentang Bahaya Seks Bebas, Muhammadiyah
Rokok dan Minuman Beralkohol Bengkulu
5 2016 Pernikahan Dini dan Peran Penting Universitas Rp. 1.000.0000
PIK Remaja di Sekolah Menengah Muhammadiyah
Atas (SMA) Negeri 1 Kerkap Bengkulu

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/No/Tahun
1 2014 Hubungan Kebiasaan Minum Avicenna Vol. 9, No. 3
Kopi, Desember 2014
kebiasaan minum the dan umur
 

2 2015 Pengaruh Peer Education terhadap Avicenna Vol. 10, No. 1


pegetahuan dan sikap remaja Apri 2015
dalam menanggulangi HIV/AIDS
3 2016 di
Determinani Kegagalan
j Pemberian
ffl i KESMAS Volume 12
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
Asi UNNES No.2
2015
 

Anggota 1

Biodata Peneliti

D. Identitas Diri
1 Nama Lengkap BETRIANITA, SKM. MKM
2 Jenis kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional LEKTOR
4 NIP/NIK/Identitas lain 090971135
5 NIDN 0211098101
6 Tempat dan Tanggal Lahir BENGKULU/ 11 SEPTEMBER 1981
7 Email betrianita@gmail.com
8 No Telepon/HP 085263435757
9 Alamat kantor Jl. Bali Kota Bengkulu 38119
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1 = 60 orang. S2 = 0 orang
dih ilk
12 . Mata Kuliah yang diampu 8. Metodologi Penelitian
9. Riset Keperawatan
10. Prinsip Epidemiologi
11. Aplikasi Perangkat Lunak Statistik
12. Isu Terkini Gizi
13. Penilaian Status Gizi
Dst

E. Riyawat Pendidikan
Nama Pergurun Tinggi S1 S2 S3
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan

Tahun Masuk – lulus M k t


1999 – 2003 M k t
2007 - 2010
Judul Skipsi/Tesis/Disertasi Hubungan Personal Hubungan
Higiene dan infeksi Karakteristik
Kecacingan Individu, Asupan
Terhadap Status Makan dan Faktor
Gizi Pada Anak Pra Lainnya Terhadap
Sekolah di Sindrom Metabolik
Kepulauan Seribu Pada Pegawai Negeri
Nama Pembimbing/Promotor Drh. Siti Riftitah Ir. Trini Sudiarti,
 

F. Pengalaman Penelitian Dalan 5 Tahun Terkahir (Bukan skripsi/ Tesis/Disertasi)


No Tahun Judul Penelitian Pendanaa
Sumber Jumlah (juta
1 2011 Perbedaan Perkembangan Anak Usia Mandiri Rp. 3.500.000
2- 3 Tahun yang Mengikuti dan
Tidak Mengikuti Program Bina
Keluarga Balita (bkb) di Wilayah
2 2012 Peran Badan Penyelenggara dan DIKTI Rp. 12.500.000
Pemerintah Terhadap Puskesmas
Dalam Upaya Meningkatkan
Efisiensi dan Efektifitas Pelayanan
3 2014 Analisis Perilaku Seksual DIKTI Rp. 13.000.000
Remaja Dan Stigma Masyarakat
Tentang Perilaku Seksual
Remaja Di Kecamatan Lubuk
4 2015 Peningkatan Peran Puskesmas DIKTI Rp. 52.000.000
Sebagai Gate Keeper atau
5 2016 Peningkatan Peran Puskesmas DIKTI Rp. 50.000.000
Sebagai Gate Keeper atau

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Sumber Jumlah (juta
No Tahun Judul Pengabdian Masyarakat
Rp)
1 2008 Gizi Buruk Mandiri Rp. 1.000.000
2 2010 Anemia Ibu Hamil Mandiri Rp. 1.000.000
3 2010 Pedoman Umum Gizi Seimbang Mandiri Rp. 1.000.000
4 2010 Terlibat dalam Rangkaian Perayaan Mandiri Rp. 1.500.000
Hari Kemerdekaan RI
5 2016 Pembentukan Pos Kesehatan Remaja Universitas Rp. 5.000.000
di SMUM 4 Kota Bengkulu
 

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/No/Tahun
1 2009 Manfaat dan Kontroversi Food Avicenna Vol.4, No.1
Supplement April 2009
2 2009 Sindrom Metabolik dan Faktor Avicenna Vol.4, No.2
Risiko Agustus 2009
3 2010 Prevalensi Sindrom Metabolik Pada Avicenna Vol.5, No.2
PNS di Lingkungan Pemerintahan April 2010

4 2011 Karakteristik Individu dan Gaya Avicenna Vol.6, No.3


Hidup Desember 2011
Terhadap Sindrom Metabolik Pada
5 2012 i Perkembangan
Perbedaan i i il di Anak Usia Avicenna Vol.7, No.1
2- April 2012
3 Tahun Yang Mengikuti dan
Tidak Mengikuti Program Bina
6 2013 Analisis Kebijakan Jaminan Jurna Vol. 02, No. 03,
Kesehatan l September 2013
Kota Bengkulu dalam Upaya Kebijaka
2014 Faktor-faktor yang Avicenna Vol.9, No.1
Berhubungan April 2014
dengan Kejadian Anemia Pada
7 2014 b il di
Faktor-faktor k yang Avicenna Vol.9, No.3
Berhubungan Desember 2014
dengan Kejadian Hipertensi
7 2015 Improvement The Role of Public Proceeding 21-23 Oktober
Health As The Gate Keeper Control APACH 47th 2015
or Use The Insured National City
8 2016 Analisis Faktor-faktor Kejadian Avicenna Vol.11, No.1
BBLR April 2016
8 2016 Peran Puskesmas sebagai Gate KEMAS (Jurnal Vol. 12, No. 01,
Keeper Kesehatan Juli 2016
 

9 2016 Analisis Perilaku Sehat dan Sakit Avicenna Vol.11, No.3


dalam Perawatan Kehamilan, Desember 2016
Persalinan dan Pasca Persalinan
di k h
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Judul Artikel Tempat dan Waktu
1 International Conference on Enhancing The Semarang, 15-17
Public Role of Public Okrober 2016
Health for Tropical and Coastal Health Center as
Development (ICOPH-TCD 2016) Gate Keeper On

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit
1 2015 Puskesmas dan Jaminan 2015 140 halaman Deepublish
Kesehatan Nasional

J. Pengharagaan dalam 10 Tahun Terakhir


No Jenis Penghargaan Instansi Tahun

1 Mitra Bestari FakultasPKesehatan


b i 2011
M k t UNAND

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian.

Bengkulu, 21 Maret 2017


Dosen Pembimbing

Betrianita, SKM. MKM


 

Anggota 2
BIODATA
A. IdentitasDiri
1 Nama Lengkap HenniFebriawati, SKM, MARS

2 Jeniskelamin PEREMPUAN

3 JabatanFungsional LEKTOR

4 NIP/NIK/Identitas lain 19800221 200501 2 001

5 NIDN 0021028001

6 TempatdanTanggalLahir Palembang, 21 Februari 1980

7 Email henni_febriawati@yahoo.com

8 No Telepon/HP 081927713417

9 Alamatkantor Kampus II UMB JalanSalak Raya LingkarTimur

10 Nomor Fax 26161

11 Lulusan yang S1 = 30 orang. S2 = 0 orang


telahdihasilkan
12 . Mata Kuliah yang diampu 1. Pengantar Administrasi kebijakan kesehatan
2. Seminar RumahSakit
3. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit
4. Manajemen SDM RumahSakit
5. Analisis Kebijakan Kesehatan

B. RiyawatPendidikan
Nama Perguruan S1 S2
Tinggi
Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat (Kajian
Manajemen Administrasi Rumah Sakit)
Tahun Masuk – 2001 – 2003 2007 - 2009
lulus
Judul Gambaran Sistem Perencanaan Analisis Sistem Manajemen
Skipsi/Tesis/Dis Pengadaan Obat Di Rumah Sakit Piutang Pasien Jaminan Pihak
er tasi Medika Permata Hijau Jakarta ke
3 di RSUD Dr M Yunus
 

Nama Drg. A. Mary Wangsaraharja DR. Ede Surya


Pembimbin Darmawan, MKM
g
 

C. PengalamanPenelitianDalan 5 TahunTerkahir (Bukanskripsi/ Tesis/Disertasi)


N Tahun Judul Penelitian Pendanaan
o Sumber Jumlah
(JutaRp)
1 2013 Peran badan penyelenggara dan pemerintah Hibah 15
Terhadap Dosen
Puskesmas Dalam Upaya Meningkatkan Pemul
Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Jaminan a
2 2014 Peningkatan Peran Puskesmas Sebagai Gate Penelitian 52,5
Keeper Atau Pengendali Pengunaan Peserta Hibah
Jaminan Bersaing

J. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 TahunTerakhir


No Tahun Judul Pengabdian Masyarakat Pendanaan

Sumber Jumlah (Rp)

1 2012 Penyuluhan “Mencuci tangan yang baik Mandiri 500.000


dan benar dengan Menggunakan Sabun”
2 2012 Penyuluhan “Perilaku Hidup Bersih dan Mandiri 500.000
Sehat
3 2012 Penyuluhan “Gizi Anak Sekolah dan Mandiri 500.000
Jajanan
4 2012 Penyuluhan “Kesehatan Gigi danMulut Mandiri 500.000
(Cara
5. 2013 Penyuluhan “Mencuci tangan yang baik Mandiri 500.000
dan benar dengan Menggunakan Sabun”
6. 2016 Pengembangan Pendidikan Seksual Universitas 5.000.000,0
Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku 0
Menyimpang Pada Remaja Melalui
Organisasi Osis dan Pembentukan Pos
Kesehatan Remaja Di SMA
Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu
 

7. 2016 Penyuluhan Tentang Gizi Remaja dan Mandiri 2.500.000,0


Permasalahannya di Sekolah Menengah 0
Atas Luar Biasa dan di Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa Kel. Lingkar Timur,

K. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir


No Tahun JudulArtikelIlmiah Nama
Jurnal/Vol/No/Tahu
1 2017 Analisis Penulisan Resep Obat di Prosiding
Luar Seminar
Formularium Nasional Pada Peserta Nasional FKM
BPJS Non PBI di Rumah Sakit UAD Yogyakarta
2 2017 Pemahaman Peserta terhadap Prosiding
Pemanfaatan Pelayanan BPJS di FKTP Pertemuan
Puskesmas Padang Ulak Tanding Ilmiah Tahunan
Kabupaten Rejang Lebong 1
3 2016 The Role of Public Health Centers Jurnal Kesehatan
(Puskesmas) as the Gatekeeper of Masyarakat Vol. 12
National No.1, Juli 2016
4 2016 Analisis Manajemen Bencana Gempa di Prosidng SemNas
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. FKm
Yunus Universitas Sriwijaya
5 2016 Program Prolanis dalam Penerapan Prosidng SemNas
Kebijakan Kapitasi Berbasis
Pemenuhan Komitmen Pelayanan KONAS IAKMI
Kesehatan di Puskesmas Kota
k l
 
 

Anggota 3
Biodata Peneliti

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap WULAN ANGRAINI, SKM, MKM
2 Jenis Kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/Identitas Lain -
5 NIDN 0230088801
6 Tempat dan Tanggal Lahir BENGKULU, 30 AGUSTUS 1988
7 Email angrainiwulan88@gmail.com
8 No Telepon/HP 085283983636
9 Alamat Kantor Jl. Salak Raya Lingkar Timur Bengkulu
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1=0 orang S2=0 orang
12 Mata Kuliah yang diampu 1. Biostatistik Deskriptif dan Inferensial
I
2. Biostatistik Deskriptif dan Inferensial
II

B. Riwayat Pendidikan
Nama perguruan S1 S2 S3
Ti
Bidangi Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan -
Masyarakat Masyarakat

Tahun Masuk - Lulus 2007 – 2011 2013 - 2015 -


Judul Perbedaan Konsumsi Hubungan Pemberian -
Skripsi/Tesis/Disertas Junk Food, Status Gizi ASI eksklusif
i dan Uang Saku Pada dengan Lamanya
Siswi SMA Negeri 1 Amenorrhea Laktasi

Nama d Drs.
1. SMA N i5
Sukaryana, di1.I dr.
d Iwan
i -
Pembimbing/Promoto M.Kes Ariawan., MSPH
r 2. Betrianita, 2. Dr. Besral,
 

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi/Tesis/Disertasi)


Pendanaa
Jumlah
No Tahun Judul Penelitian
Sumber (Juta
1 2016 Hubungan Pemberian ASI Universitas 2,5
Eksklusif dengan Lamanya
Amenorrhea Laktasi di
( li i

Pendanaa
Jumlah
No Tahun Judul Pengabdian
Sumber (Juta
Masyarakat
1 2016 Perilaku Hidup Bersih dan Mandiri 2
Sehat di Tatanan Sekolah
2 2016 Penerapan Yuk Kita Sarapan Universitas 1
(YKS) Untuk Siswa MTs
Negeri 01 Di Desa Karang
Anyar II Kecamatan Arga
Dst

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/No/Tahun


1 - Belum Ada
2
3
Dst
 

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


Nama Pertemuan
No Ilmiah/Seminar Judul Artikel Tempat dan Waktu
1 Seminar Nasional “Peran Partisipasi Yogyakarta, 26
Tenaga Kesehatan Dalam Pria Januari
Pelaksanaan SDGs” Dalam Penggunaan 2017
2 d
Pertemuan Ilmiah Tahunan ke Faktor-faktor Yangi Jakarta, 3 Februari 2017
1 Kesmas FKK UMJ – Berhubungan
AIPTKMMI 2017 Dengan
Kejadian
Hipertensi pada

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Jumlah
No Judul Buku Tahun Halaman Penerbit
1 Belum Ada
2
3
Dst
 

No Judul / Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID


1 Belum Ada

43
 

Anggota 4

Biodata Peneliti

A. Identitas Diri
Nama Lengkap FORI YUMITA SUMARTIN, SKM. M.Kes
1
2 Jenis kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional TENAGA PENGAJAR
4 NIP/NIK/Identitas lain -
5 NIDN 0231038103
6 Tempat dan Tanggal Lahir BENGKULU/ 31 MARET 1981
7 Email foriyumita@yahoo.com
8 No Telepon/HP 081210559256
9 Alamat kantor Jl. Bali Kota Bengkulu 38119
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1 = 15 orang. S2 = 0 orang

12 dih
Matailk
Kuliah yang diampu 1. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
2. Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat
3. Promosi Kesehatan
Dst

B. Riyawat Pendidikan
Nama Pergurun Tinggi S1 S2 S3
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Masyarakat
Tahun Masuk – lulus 2000 - 2004 2012 - 2014
Judul Skipsi/Tesis/Disertasi Analisis Studi Kualitatif
Perilaku Perilaku Seks
Merokok Pada Pranikah Pada
Mahasiswi Remaja di
Universitas Kabupaten
Nama Pembimbing/Promotor Dian Ayubi, Prof. Sudarti
SKM. M.Qih Kresno

C. Pengalaman Penelitian Dalan 5 Tahun Terkahir


57
 

(Bukan skripsi/ Tesis/Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian Pendanaa


Sumber Jumlah (juta
1 2014 Analisis Perilaku Seksual DIKTI Rp. 13.000.000
Remaja Dan Stigma Masyarakat
Tentang Perilaku Seksual
Remaja Di Kecamatan Lubuk
Bengkulu Tahun 2014Sandi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian

Bengkulu, 21 Maret 2017


Anggota Tim Peneliti

Fori Yumita Sumartin, SKM . M.Kes

58
 

Anggota 5
Biodata Peneliti

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap RISKA YANUARTI, SKM, MKM
2 Jenis Kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/Identitas Lain -
5 NIDN 0223018902
6 Tempat dan Tanggal Lahir KEPAHIANG, 23 JANUARI 1989
7 Email yanuarti.riska@gmail.com
8 No Telepon/HP 081539353500
9 Alamat Kantor Jl. Salak Raya Lingkar Timur Bengkulu
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1=0 orang S2=0 orang
12 Mata Kuliah yang diampu 4. Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat
5. Prinsip Administrasi dan Kebijakan
h

B. Riwayat Pendidikan
Nama perguruan S1 S2 S3
Tinggi
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan -

Tahun Masuk - Lulus M k t


2006 – 2010 M – 2012
2010 k t -
Judul Hubungan Waktu Analisis Faktor-faktor -
Skripsi/Tesis/Disertas Tunggu Pelayanan yang Mempengaruhi
i dengan Kepuasan Minat Kunjungan
Pasien di Ulang Pasien di
 

Nama 3. Drs. Dzufiardi, 3. dr. Mary Siti -


Pembimbing/Promoto M.Pd Maryam,
r 4. Henni M.H.A, Ph.D.
Febriawati, 4. Dr. Emma

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi/Tesis/Disertasi)


Pendanaa
Jumlah
No Tahun Judul Penelitian
Sumber (Juta
1 2014 Analisis Faktor-faktor yang Mandiri 2
Mempengaruhi Kepuasan
Pasien di Laboratorium Klinik
Kimia Farma Bengkulu
dst

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam Lima Tahun Terakhir


Pendanaa
Jumlah
No Tahun Judul Pengabdian
Sumber (Juta
Masyarakat
1 2014 Perilaku Hidup Bersih dan Mandiri 2
Sehat di Desa Lubuk
2 2015 Kesiapan Organ Reproduksi Mandiri 2
Wanita di Desa Lubuk
3 2015 Deteksi Dini Kanker Mandiri 2
Payudara
Dst
 

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/No/Tahun
1 - Belum Ada
2
3
Dst

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


No Nama Pertemuan Judul Artikel Tempat dan Waktu
1 Belum Ada
2
3
Dst

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Jumlah
No Judul Buku Tahun Halaman Penerbit
1 Belum Ada
2
3
Dst
 
 

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Penelitian


Uraian Penggunaan Dana Penelitian BKKBN 2017

Harga Jumlah
No. Uraian Vol Satuan Satuan
(Rp) (Rp)
I Gaji Upah
1
Honorarium Ketua 100 Jam 15,000.00 1,500,000.00
2
Honorarium Anggota 1 75 Jam 13,000.00 975,000.00
3
Honorarium Anggota 2 75 Jam 13,000.00 975,000.00
4
Honorarium Anggota 3 75 Jam 13,000.00 975,000.00
5
Honorarium Anggota 4 75 Jam 13,000.00 975,000.00
6
Honorarium Anggota 5 75 Jam 13,000.00 975,000.00

Jumlah I 6,375,000.00

II Belanja Bahan
b Bahan Habis Pakai

1 Catrid Hitam 3 buah 210,000.00 630,000.00

2 Catrid Warna 2 buah 225,000.00 450,000.00

3 Pulsa Komunikasi Ketua 6 Paket 100,000.00 600,000.00


Pulsa Komunikasi 5 orang
4 Anggota 30 Paket 50,000.00 1,500,000.00

5 Pulsa Internet 6 bulan 115,000.00 690,000.00

6 Plasdisk 8 GB 2 buah 125,000.00 250,000.00

7 Materai 6000 30 lembar 6,000.00 180,000.00


 

8 Materai 3000 25 lembar 3,000.00 75,000.00

9 Map Polio Kertas 20 lembar 5,000.00 100,000.00

10 Map Tulang 10 buah 11,000.00 110,000.00

11 Kertas A4 10 rim 40,000.00 400,000.00

12 Steples Besar 3 buah 18,000.00 54,000.00

13 Isi Steples Besar 5 Kotak 6,000.00 30,000.00

14 Steples Kecil 3 buah 10,000.00 30,000.00

15 Isi Steples Kecil 5 Kotak 3,000.00 15,000.00


Modem Ekternal + SIM
16 CARD 1 unit 375,000.00 375,000.00
Jilid Proposal untuk
17 pengajuan awal 5 buku 20,000.00 100,000.00

18 Foto Copy Untuk Proposal 500 lbr 200.00 100,000.00


Jilid Proposal Untuk
19 presentasi 2 buku 20,000.00 40,000.00
Foto Copy Proposal Untuk
20 presentasi 110 lbr 200.00 22,000.00

21 Jilid Proposal Revisi 5 buku 20,000.00 100,000.00

22 HVS Warna Untuk Sekat 1 rim 45,000.00 45,000.00

23 Stabilo 3 buah 11,000.00 33,000.00

24 Paper Clips 2 kotak 5,000.00 10,000.00

25 Spidol 6 buah 7,000.00 42,000.00


Jilid Proposal Untuk izin
26 penelitian 3 buku 20,000.00 60,000.00
Foto Copy untuk proposal
27 izin penelitian 160 lbr 200.00 32,000.00
 

Jilid proposal untuk lokasi


28 KUA dan Bupati 10 buku 20,000.00 200,000.00
Foto Copy proposal untuk
29 lokasi 1000 lbr 200.00 200,000.00

30 Pena 5 lusin 100,000.00 500,000.00

31 Map Jaring 10 buah 30,000.00 300,000.00

32 Blocknote 15 buah 10,000.00 150,000.00

33 Binder Klip Sedang 1 kotak 21,000.00 21,000.00

34 Jilid Laporan kemajuan 10 buku 20,000.00 200,000.00


Foto Copy untuk laporan
35 kemajuan 1000 lbr 200.00 200,000.00

36 Foto Copy Kuesioner 3505 lbr 200.00 701,000.00

Jumlah II 8,545,000.00

III Perjalanan
Transport Pengurusan Izin
1
Penelitian (1 Unit) 2 hari 850,000.00 1,700,000.00
Transport Pengumpulan data
2
awal (1 Unit ) 2 hari 850,000.00 1,700,000.00
Transport Pengumpulan data
3
kwantiatif (1 Unit ) 15 hari 850,000.00 12,750,000.00
Transport Pengumpulan data
4
kwalitatif (1 Unit ) 2 hari 850,000.00 1,700,000.00
Transport Pertemuan
6
Sosialisasi Hasil Penelitian 1 hari 850,000.00 850,000.00

Jumlah III 18,700,000.00


IV Konsumsi
Makan Pengurusan Izin
1
Penelitian (2 Orang ) 3 hari 40,000.00 240,000.00
2 Makan data awal (2 Orang ) 3 hari
 

40,000.00 240,000.00
Makan Pengumpulan data
3
kuantiatif ( 8 Orang ) 15 hari 40,000.00 4,800,000.00
Makan Pengumpulan data
4
kualitatif (3 orang) 3 hari 40,000.00 360,000.00
Makan Pertemuan
6 Sosialisasi Hasil Penelitian
(6 Orang) 1 hari 40,000.00 240,000.00

Jumlah IV 5,880,000.00
V Lain-lain
pembuatan Laporan
1
Kemajuan 1 pt 1,000,000.00 1,000,000.00
Menyusun Konsep Buku
2
Ajar 1 pt 2,000,000.00 2,000,000.00
Menyusun Materi
3
Penyuluhan 1 pt 2,000,000.00 2,000,000.00
4
Publikasi Ilmiah 1 Paket 3,000,000.00 3,000,000.00
5
Seminar Nasional 1 Paket 2,500,000.00 2,500,000.00

Jumlah IV 10,500,000.00
Total Keseluruhan = I + II
+ III + IV 50,000,000.00
Terbilang : Lima Puluh Juta Rupiah
 

Lampiran 3. Instrumen Penelitian

Persetujuan menjadi Responden

Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Saya adalah Dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini Di Kabupaten Bengkulu Tengah”. Saya
berharap anda dapat mengisi kuesioner ini dengan jujur/apa adanya sesuai dengan keadaan
saudara sebenarnya, karena informasi yang saudara berikan menentukan hasil dari penelitian
saya. Jawaban yang anda berikan akan di jaga kerahasiaannya, karena kuesioner ini tanpa
identitas.
Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan
terima kasih yang sebesar - besarnya.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bengkulu Tengah, 2017


Peneliti Partisipan

Bintang Agustina Pratiwi, SKM., MKM (…………………………)


 

INSTRUMEN PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN USIA
DINI DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Desa :
Kecamatan :

Petunjuk Pengisian Instrumen


Berilah tanda (√) atau tanda (X). Cukup 1 (satu) kali pengisian pada pernyataan yang
membutuhkan pilihan.

A. Data Pribadi
1. Inisial Responden : ………………………………………………….
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan (Coret yang bukan pilihan)
3. Usia Menstruasi Pertama : …… Tahun
4. Usia menikah pertama : …… Tahun
5. Usia sekarang : …… Tahun
6. Lama menikah : …… Bulan/Tahun (*Pilih salah Satu)
7. Status Pernikahan : Kawin/Cerai hidup/Cerai Mati (*Pilih salah Satu)
8. Jumlah anak :
- Hidup : …… Orang (Abaikan jika tidak ada)
- Mati : …… Orang (Abaikan jika tidak ada)
9. Jumlah Saudara Kandung: ……. Orang

10. Pendidikan
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT (Perguruan Tinggi)
 

11. Pekerjaan :
Tidak Bekerja
Bekerja, sebutkan………………..
B. Data Orang Tua
1. Pekerjaan
a. Ayah : …………………………
b. Ibu : …………………………
2. Penghasilan
a. Ayah : Rp………………………
b. Ibu : Rp………………………
3. Pendidikan orang tua
Ayah : Ibu :
Tidak Tamat SD Tidak Tamat SD
SD SD
SMP SMP
SMA SMA
Akademi/ Sarjana Akademi/ Sarjana
C. Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi
1. Apakah saudara/i pernah mendapatkan penyuluhan/informasi tentang Kesehatan
Reproduksi ?
Ya, jika YA informasi apa saja yang pernah saudara dapatkan:
Bina Keluarga Sejahtera
Pendewasaan Usia Pernikahan
Generasi Berencana
Lainnya, Sebutkan ……………….
Tidak (Lanjut ke poin D)
2. Darimanakah Informasi Tersebut saudara dapatkan? (Boleh pilih lebih dari satu)
Dinas Kesehatan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (BPP-PA)
Lainnya, sebutkan …………….

D. Pengetahuan
1. Pada umur berapa seorang wanita dikatakan menikah usia dini?
a. Pernikahan yang terjadi pada usia kurang dari20 tahun
b. Pernikahan yang terjadi pada usia lebih dari 20 tahun
c. Pernikahan yang terjadi pada usia lebih dari 25 tahun
2. Berapakah Usia yang baik /ideal bagi wanita untuk menikah dan melahirkan?
a. 10-14 tahun
 

b. 15-20 tahun
c. 21-35 tahun
3. Pada usia berapakah seorang pria sebaiknya menikah?
a. lebih dari atau sama dengan 25 tahun
b. kurang dari 25 tahun
c. kurang dari 20 tahun
4. Apakah tujuan dari pernikahan?
a. Untuk mendapat rejeki
b. Untuk membentuk keluarga
c. Untuk mendapat keuntungan
5. Secara psikologis persiapan apa yang diperlukan sebelum menikah?
a. Pekerjaan yang menetap
b. Suami/istri yang bertanggung jawab
c. Kematangan baik fisik maupun mental
6. Apakah dampak pernikahan usia dini terhadap keadaan ekonomi keluarga?
a. Mendapat penghasilan yang besar
b. Sukar mendapat pekerjaan
c. Mendapatkan penghasilan tambahan
7. Dampak kehamilan pada usia dini terhadap kesehatan ibu dan bayi adalah …
a. Hanya bayi yang akan mengalami gangguan kesehatan
b. Ibu dan bayi yang dilahirkan sehat karena usia ibu masih muda
c. Meningkatkan jumlah angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
8. Pernikahan pada usia dini dapat menimbulkan dampak pada kesehatan pada ibu yaitu ...
a. Otot menjadi kendor
b. Ca cerviks (kanker mulut rahim)
c. Kegemukan
9. Pernikahan pada usia dini dapat menimbulkan dampak pada kesehatan bayi seperti …
a. Sesak nafas
b. Berat badan lahih rendah (BBLR)
c. Kegemukan pada bayi
10. Menurut anda apakah pengertian pendewasaan usia pernikahan (PUP)?
a. Upaya untuk menekan jumlah penduduk dan transmigrasi
b. Program pemerintah untuk mensejahterakan penduduk
c. Upaya untuk meningkatkan usia pada pernikahan pertama
 

E. Sikap tentang Pernikahan Usia Dini


Sangat
No Pernyataan Sangat Tidak
Setuju Tidak
setuju Setuju
Setuju
1. Pernikahan dini merupakan sebuah
strategi/cara untuk bertahan secara ekonomi.
2. Pernikahan di usia dini merupakan motif untuk
memperoleh pengakuan yang sah tentang
pemenuhan kebutuhan biologis atau pencegah
perilaku seks pra-nikah.
3. Pernikahan dini umumnya dilakukan karena
telah saling mencintai, rasa takut kehilangan
pasangan dan merasa siap untuk menikah .
4. Perjodohan yang dilakukan orang tua memiliki
pengaruh besar dalam terjadinya pernikahan di
usia dini.
5. Kurangnya informasi mengenai kesehatan
reproduksi menyebabkan terjadinya pernikahan
dini.
6 Kurangnya informasi mengenai menikah diusia
dini menyebabkan terjadinya pernikahan dini.
7. Rasa keinginan untuk segera mendapatkan
keturunan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pernikahan usia dini.
8. Pergaulan bebas (married by accident)
berpengaruh tinggi untuk melakukan
pernikahan dini
9. Rendahnya tingkat pendidikan pengetahuan
orang tua dan anak menyebabkan adanya
kecenderungan mengawinkan anaknya yang
masih dibawah umur.
10 Mudahnya akses pornografi di media,
mempengaruhi remaja untuk menikah di usia
dini .
11. Latar belakang adat istiadat merupakan salah
satu pendorong untuk melakukan pernikahan
dini.
12. Bila teman sebaya sudah banyak menikah
maka dorongan untuk menikah bertambah
besar tanpa mempertimbangkan usia.
 

F. Keterpaparan Media Informasi


No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya pernah menggunakan media komunikasi, majalah/ koran/
komik/ buku bacaan untuk mendapatkan informasi tentang
seksual.
2 Saya membaca majalah dewasa yang menampilkan gambar-
gambar seks.
3 Saya membaca cerita-cerita dalam majalah/ koran/ komik/ buku
bacaan yang merangsang gairah seks
4 Saya sering menonton VCD/DVD/film yang memiliki unsur-unsur
porno/seks.
5 Saya akan meniru adegan percintaan yang Saya lihat di sinetron
terhadap pacar/pasangan Saya
6 Saya langsung membeli majalah/ koran/ buku bacaan yang
dihalaman sampulnya bergambar cewek/cowok seksi
7 Saya memiliki waktu khusus menonton/melihat film percintaan,
dan mengakses internet situs porno/seks
8 Saya pernah menonton film adegan porno/seks di internet
9 Saya mendapatkan informasi seksual dari handphone

G. Budaya tentang pernikahan usia dini


No Pernyataan Ya Tidak
1 Dengan menikah akan meningkatkan rejeki.
2 Belum menikah pada usia 18 tahun disebut tidak laku
3 Jika seseorang menolak lamaran pernikahan akan menjadi
perawan tua dan tidak menikah
4 Orang tua akan dikucilkan masyarakat jika anaknya lama menikah.
5 Menikah pada usia dini sudah menjadi kebiasaan di keluarga.

H. Peran Orang Tua


No Pernyataan Ya Tidak
1. Orang tua meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang
permasalahan yang saya hadapi.
2. Orang tua memberi nasehat kepada saya tentang menikah usia
dini
3. Orang tua melarang saya untuk menikah jika belum tamat
Sekolah Menengah Atas (SMA)
4. Orang tua mengingatkan saya untuk pulang jangan terlalu malam
5. Orang tua mengajarkan saya ilmu agama
6. Orang tua melarang saya berpacaran
7. Orang tua menghubungi saya jika tidak tepat waktu pulang ke
rumah
 

8. Orang tua melarang saya untuk menonton film yang berbau


pornografi
9. Orang tua mengingatkan saya jika menggunakan pakaian yang
kurang sopan
10. Orang tua menjalin komunikasi yang baik dengan teman-teman
saya

I. Teman Sebaya
No Pernyataan Ya Yidak
1 Saya menikah dengan pria yang dikenalkan oleh
teman saya
2 Saya menikah karena mendengarkan cerita
seksual dari teman yang sudah menikah
3 Saya menikah dengan lelaki yang pernah
menjadi pacar saya
4 Saya menikah karena takut kehilangan pacar
5 Saya menikah karena telah melakukan hubungan
seks
6 Teman yang sudah menikah terlihat bahagia
dengan suami dan anak mereka
7 Teman Saya yang sudah menikah dan
kehidupannya mapan mempengaruhi Saya untuk
menikah.
8 Teman yang sudah menikah terlihat semakin
dewasa
9 Melihat teman yang sudah menikah masih
bergantung kepada orang tua mempengaruhi
Saya untuk tidak menikah di usia dini
10 Teman yang sudah menikah mengajak saya
untuk segera menikah

G. STIGMA

No Pernyataan Ya Tidak
1. Malu jika orang lain tahu saya menikah dini
2 Malu jika orang lain tahu kakak/adik saya
menikah di usia dini
3 Merasa malu untuk melamar pekerjaan karena
sudah menikah di usia dini
4 Merasa takut atau cemas ketika akan
menikah usia dini
5 Orang yang menikah dini dikucilkan oleh
masyarakat
6 Orang yang menikah dini dianggap orang
yang bebas dalam bergaul
7 Orang menikah dini karena berhubungan
seksual sebelum menikah
 

8 Keluarga membiarkan ketika saya


memutuskan untuk menikah
9 Orang menikah dini karena perekonomian
yang sulit
10 Teman menjauhi saya ketika saya
memutuskan menikah usia dini
11 Pemerintah sebaiknya membuat peraturan
hukuman untuk orang yang menikah usia dini
12 Hidup Saya merasa lebih baik dan terjamin
jika menikah dini
 

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


Informan Inti
1. Apa yang menjadi alasan anda untuk menikah usia muda? (Probing: Takut kehilangan
pacar, tidak ada harapan untuk sekolah, ingin hidup lebih baik, meringankan beban
orang tua)
2. Bagaimana perasaan saudara, ketika memututuskan untuk menikah usia
muda?(Probina: Malu, Cemas, Takut, Depresi, Merasa tidak nyaman bertemu orang
lain)
3. Siapa yang pertama kali anda kasih tahu untuk keputusan tersebut?
4. Apa yang anda lakukan ketika perasaan dan keinginan untuk menikah muncul?
(probing: Menjauh dari keluarga, meminta saran dari teman, mengurung diri di
rumah)
5. Bagaimana perlakuan keluarga ketika mengetahui keputusan anda untuk menikah
muda ? (Probing: Menentang, mengucilkan, membiarkan, mendukung dan member
saran)
6. Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap keputusan anda menikah
muda? (Probing: Menentang, mengucilkan, membiarkan, mendukung dan member
saran)
7. Menurut anda mengapa teman/tetangga/masyarakat bersikap dan melakukan hal
tersebut?
8. Bagaimana perlakuan keluarga ketika anda sudah menjalani pernikahan (Probing:
Mendukung, Menjauh, Membiarkan, Mengucilkan)
9. Bagaimana Perlakuan Tokoh Masyarakat terhadap anda? (Probing: Menasehati,
menentang, member sangsi, membuat kesepakatan bersama masyarakat)
10. Bagaimana reaksi anda terhadap perlakuan teman, tetangga, masyarakat dan tokok
masyarakat terhadap anda?
 

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


Informan Inti
1. Apa yang menjadi alasan anda untuk menikah usia muda? (Probing: Takut kehilangan
pacar, tidak ada harapan untuk sekolah, ingin hidup lebih baik, meringankan beban
orang tua)
2. Bagaimana perasaan saudara, ketika memututuskan untuk menikah usia
muda?(Probina: Malu, Cemas, Takut, Depresi, Merasa tidak nyaman bertemu orang
lain)
3. Siapa yang pertama kali anda kasih tahu untuk keputusan tersebut?
4. Apa yang anda lakukan ketika perasaan dan keinginan untuk menikah muncul?
(probing: Menjauh dari keluarga, meminta saran dari teman, mengurung diri di
rumah)
5. Bagaimana perlakuan keluarga ketika mengetahui keputusan anda untuk menikah
muda ? (Probing: Menentang, mengucilkan, membiarkan, mendukung dan member
saran)
6. Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap keputusan anda menikah
muda? (Probing: Menentang, mengucilkan, membiarkan, mendukung dan member
saran)
7. Menurut anda mengapa teman/tetangga/masyarakat bersikap dan melakukan hal
tersebut?
8. Bagaimana perlakuan keluarga ketika anda sudah menjalani pernikahan (Probing:
Mendukung, Menjauh, Membiarkan, Mengucilkan)
9. Bagaimana Perlakuan Tokoh Masyarakat terhadap anda? (Probing: Menasehati,
menentang, member sangsi, membuat kesepakatan bersama masyarakat)
10. Bagaimana reaksi anda terhadap perlakuan teman, tetangga, masyarakat dan tokok
masyarakat terhadap anda?
 

LAMPIRAN 5. HASIL ANALISIS KUANTITATIF

Frequencies
Statistics

STATUS
PERNIKAHAN PENDIDIKAN PEKERJAAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN PEKERJAAN PEKERJAAN EKONOMI
DINI RESPONDEN RESPONDEN AYAH IBU AYAH IBU KELUARGA
N Valid 237 237 237 237 237 237 237 237
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table
PERNIKAHAN DINI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MENIKAH DINI 63 26.6 26.6 26.6
TIDAK MENIKAH DINI 174 73.4 73.4 100.0
Total 237 100.0 100.0

PENDIDIKAN RESPONDEN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 228 96.2 96.2 96.2
TINGGI 9 3.8 3.8 100.0
Total 237 100.0 100.0

PEKERJAAN RESPONDEN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 152 64.1 64.1 64.1
BEKERJA 85 35.9 35.9 100.0
Total 237 100.0 100.0

PENDIDIKAN AYAH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 236 99.6 99.6 99.6
TINGGI 1 .4 .4 100.0
Total 237 100.0 100.0

PENDIDIKAN IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 235 99.2 99.2 99.2
TINGGI 2 .8 .8 100.0
Total 237 100.0 100.0
 

PEKERJAAN AYAH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PETANI/PEDAGAN
228 96.2 96.2 96.2
G/BURUH/SWASTA
PNS/POLRI 4 1.7 1.7 97.9
TIDAK BEKERJA 5 2.1 2.1 100.0
Total 237 100.0 100.0

PEKERJAAN IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PETANI/PEDAGAN
83 35.0 35.0 35.0
G/BURUH/SWASTA
PNS/KADES 3 1.3 1.3 36.3
TIDAK BEKERJA 151 63.7 63.7 100.0
Total 237 100.0 100.0

STATUS EKONOMI KELUARGA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 144 60.8 60.8 60.8
TINGGI 93 39.2 39.2 100.0
Total 237 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

USIA MENARCHE
N Valid 188
Missing 0

USIA MENARCHE

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK NORMAL 3 1.6 1.6 1.6
NORMAL 185 98.4 98.4 100.0
Total 188 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

PENGETAHU KETERPAPA
PENYULUH AN SIKAP RAN MEDIA PENGARUH PENGARUH PERAN
AN KESPRO RESPONDEN RESPONDEN INFORMASI BUDAYA TEMAN ORANG TUA STIGMA
N Valid 237 237 237 237 237 237 237 237
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
 

Frequency Table
PENYULUHAN KESPRO

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 172 72.6 72.6 72.6
PERNAH 65 27.4 27.4 100.0
Total 237 100.0 100.0

PENGETAHUAN RESPONDEN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 134 56.5 56.5 56.5
BAIK 103 43.5 43.5 100.0
Total 237 100.0 100.0

SIKAP RESPONDEN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MENDUKUNG 96 40.5 40.5 40.5
TIDAK MENDUKUNG 141 59.5 59.5 100.0
Total 237 100.0 100.0

KETERPAPARAN MEDIA INFORMASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TERPAPAR 99 41.8 41.8 41.8
KURANG TERPAPAR 138 58.2 58.2 100.0
Total 237 100.0 100.0

PENGARUH BUDAYA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ADA PENGARUH 90 38.0 38.0 38.0
TIDAK ADA PENGARUH 147 62.0 62.0 100.0
Total 237 100.0 100.0

PENGARUH TEMAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ADA PENGARUH 107 45.1 45.1 45.1
TIDAK ADA PENGARUH 130 54.9 54.9 100.0
Total 237 100.0 100.0
 

PERAN ORANG TUA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BERPERAN 96 40.5 40.5 40.5
BERPERAN 141 59.5 59.5 100.0
Total 237 100.0 100.0

STIGMA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 100 42.2 42.2 42.2
TINGGI 137 57.8 57.8 100.0
Total 237 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENDIDIKAN
RESPONDEN * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PEKERJAAN
RESPONDEN * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENDIDIKAN AYAH *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENDIDIKAN IBU *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PEKERJAAN AYAH *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PEKERJAAN IBU *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
STATUS EKONOMI
KELUARGA * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
 

PENDIDIKAN RESPONDEN * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENDIDIKAN RENDAH Count 63 165 228
RESPONDEN Expected Count 60.6 167.4 228.0
% within PENDIDIKAN
27.6% 72.4% 100.0%
RESPONDEN
TINGGI Count 0 9 9
Expected Count 2.4 6.6 9.0
% within PENDIDIKAN
.0% 100.0% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENDIDIKAN
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.387b 1 .066
Continuity Correctiona 2.119 1 .145
Likelihood Ratio 5.690 1 .017
Fisher's Exact Test .117 .059
Linear-by-Linear
3.373 1 .066
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2.39.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = .724 .668 .784
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 237
 

PEKERJAAN RESPONDEN * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PEKERJAAN TIDAK BEKERJA Count 45 107 152
RESPONDEN Expected Count 40.4 111.6 152.0
% within PEKERJAAN
29.6% 70.4% 100.0%
RESPONDEN
BEKERJA Count 18 67 85
Expected Count 22.6 62.4 85.0
% within PEKERJAAN
21.2% 78.8% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PEKERJAAN
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.985b 1 .159
Continuity Correctiona 1.576 1 .209
Likelihood Ratio 2.031 1 .154
Fisher's Exact Test .171 .104
Linear-by-Linear
1.976 1 .160
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22.59.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PEKERJAAN
1.565 .837 2.928
RESPONDEN (TIDAK
BEKERJA / BEKERJA)
For cohort PERNIKAHAN
1.398 .867 2.254
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .893 .768 1.039
DINI
N of Valid Cases 237
 

PENDIDIKAN AYAH * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENDIDIKAN RENDAH Count 63 173 236
AYAH Expected Count 62.7 173.3 236.0
% within
26.7% 73.3% 100.0%
PENDIDIKAN AYAH
TINGGI Count 0 1 1
Expected Count .3 .7 1.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PENDIDIKAN AYAH
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PENDIDIKAN AYAH

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .364b 1 .547
Continuity Correctiona .000 1 1.000
Likelihood Ratio .620 1 .431
Fisher's Exact Test 1.000 .734
Linear-by-Linear
.362 1 .547
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.27.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = .733 .679 .792
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 237
 

PENDIDIKAN IBU * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENDIDIKAN RENDAH Count 63 172 235
IBU Expected Count 62.5 172.5 235.0
% within
26.8% 73.2% 100.0%
PENDIDIKAN IBU
TINGGI Count 0 2 2
Expected Count .5 1.5 2.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PENDIDIKAN IBU
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PENDIDIKAN IBU

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .730b 1 .393
Continuity Correctiona .003 1 .959
Likelihood Ratio 1.242 1 .265
Fisher's Exact Test 1.000 .538
Linear-by-Linear
.727 1 .394
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.53.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = .732 .677 .791
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 237
 

PEKERJAAN AYAH * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PEKERJAAN PETANI/PEDAGAN Count 61 167 228
AYAH G/BURUH/SWASTA Expected Count 60.6 167.4 228.0
% within
26.8% 73.2% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
PNS/POLRI Count 0 4 4
Expected Count 1.1 2.9 4.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
TIDAK BEKERJA Count 2 3 5
Expected Count 1.3 3.7 5.0
% within
40.0% 60.0% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PEKERJAAN AYAH

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.913a 2 .384
Likelihood Ratio 2.899 2 .235
Linear-by-Linear
.017 1 .896
Association
N of Valid Cases 237
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.06.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
PEKERJAAN AYAH a
(PETANI/PEDAGAN
G/BURUH/SWASTA
/ PNS/POLRI)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.
 

PEKERJAAN IBU * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PEKERJAAN PETANI/PEDAGAN Count 29 54 83
IBU G/BURUH/SWASTA Expected Count 22.1 60.9 83.0
% within PEKERJAAN IBU 34.9% 65.1% 100.0%
PNS/KADES Count 0 3 3
Expected Count .8 2.2 3.0
% within PEKERJAAN IBU .0% 100.0% 100.0%
TIDAK BEKERJA Count 34 117 151
Expected Count 40.1 110.9 151.0
% within PEKERJAAN IBU 22.5% 77.5% 100.0%
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PEKERJAAN IBU 26.6% 73.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.336a 2 .069
Likelihood Ratio 5.983 2 .050
Linear-by-Linear
4.067 1 .044
Association
N of Valid Cases 237
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .80.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
PEKERJAAN IBU a
(PETANI/PEDAGA
NG/BURUH/SWAS
TA / PNS/KADES)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.
 

STATUS EKONOMI KELUARGA * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
STATUS EKONOMI RENDAH Count 40 104 144
KELUARGA Expected Count 38.3 105.7 144.0
% within STATUS
27.8% 72.2% 100.0%
EKONOMI KELUARGA
TINGGI Count 23 70 93
Expected Count 24.7 68.3 93.0
% within STATUS
24.7% 75.3% 100.0%
EKONOMI KELUARGA
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within STATUS
26.6% 73.4% 100.0%
EKONOMI KELUARGA

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .269b 1 .604
Continuity Correctiona .135 1 .713
Likelihood Ratio .270 1 .603
Fisher's Exact Test .653 .358
Linear-by-Linear
.268 1 .605
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
24.72.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for STATUS
EKONOMI KELUARGA 1.171 .645 2.124
(RENDAH / TINGGI)
For cohort PERNIKAHAN
1.123 .722 1.747
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .960 .822 1.120
DINI
N of Valid Cases 237
 

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
USIA MENARCHE *
188 100.0% 0 .0% 188 100.0%
PERNIKAHAN DINI

USIA MENARCHE * PERNIKAHAN DINI Crosstabulation

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
USIA MENARCHE TIDAK NORMAL Count 0 3 3
Expected Count .9 2.1 3.0
% within USIA
.0% 100.0% 100.0%
MENARCHE
NORMAL Count 54 131 185
Expected Count 53.1 131.9 185.0
% within USIA
29.2% 70.8% 100.0%
MENARCHE
Total Count 54 134 188
Expected Count 54.0 134.0 188.0
% within USIA
28.7% 71.3% 100.0%
MENARCHE

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.229b 1 .268
Continuity Correctiona .216 1 .642
Likelihood Ratio 2.051 1 .152
Fisher's Exact Test .558 .360
Linear-by-Linear
1.222 1 .269
Association
N of Valid Cases 188
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.86.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = 1.412 1.287 1.549
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 188
 

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENYULUHAN KESPRO *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENGETAHUAN
RESPONDEN * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
SIKAP RESPONDEN *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
KETERPAPARAN MEDIA
INFORMASI * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENGARUH BUDAYA *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENGARUH TEMAN *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PERAN ORANG TUA *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
STIGMA * PERNIKAHAN
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
DINI

PENYULUHAN KESPRO * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENYULUHAN TIDAK PERNAH Count 41 131 172
KESPRO Expected Count 45.7 126.3 172.0
% within PENYULUHAN
23.8% 76.2% 100.0%
KESPRO
PERNAH Count 22 43 65
Expected Count 17.3 47.7 65.0
% within PENYULUHAN
33.8% 66.2% 100.0%
KESPRO
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENYULUHAN
26.6% 73.4% 100.0%
KESPRO
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.421b 1 .120
Continuity Correctiona 1.936 1 .164
Likelihood Ratio 2.350 1 .125
Fisher's Exact Test .139 .083
Linear-by-Linear
2.411 1 .120
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
17.28.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENYULUHAN KESPRO
.612 .328 1.140
(TIDAK PERNAH /
PERNAH)
For cohort PERNIKAHAN
.704 .457 1.085
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH 1.151 .949 1.396
DINI
N of Valid Cases 237

PENGETAHUAN RESPONDEN * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENGETAHUAN KURANG Count 43 91 134
RESPONDEN Expected Count 35.6 98.4 134.0
% within PENGETAHUAN
32.1% 67.9% 100.0%
RESPONDEN
BAIK Count 20 83 103
Expected Count 27.4 75.6 103.0
% within PENGETAHUAN
19.4% 80.6% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENGETAHUAN
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.792b 1 .029
Continuity Correctiona 4.164 1 .041
Likelihood Ratio 4.896 1 .027
Fisher's Exact Test .037 .020
Linear-by-Linear
4.772 1 .029
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
27.38.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENGETAHUAN
1.961 1.067 3.603
RESPONDEN (KURANG /
BAIK)
For cohort PERNIKAHAN
1.653 1.039 2.629
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .843 .725 .979
DINI
N of Valid Cases 237

SIKAP RESPONDEN * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
SIKAP RESPONDEN MENDUKUNG Count 33 63 96
Expected Count 25.5 70.5 96.0
% within SIKAP
34.4% 65.6% 100.0%
RESPONDEN
TIDAK MENDUKUNG Count 30 111 141
Expected Count 37.5 103.5 141.0
% within SIKAP
21.3% 78.7% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within SIKAP
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.021b 1 .025
Continuity Correctiona 4.372 1 .037
Likelihood Ratio 4.961 1 .026
Fisher's Exact Test .036 .019
Linear-by-Linear
5.000 1 .025
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
25.52.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for SIKAP
RESPONDEN
1.938 1.082 3.472
(MENDUKUNG / TIDAK
MENDUKUNG)
For cohort PERNIKAHAN
1.616 1.061 2.461
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .834 .704 .986
DINI
N of Valid Cases 237

KETERPAPARAN MEDIA INFORMASI * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
KETERPAPARAN MEDIA TERPAPAR Count 34 65 99
INFORMASI Expected Count 26.3 72.7 99.0
% within
KETERPAPARAN 34.3% 65.7% 100.0%
MEDIA INFORMASI
KURANG TERPAPAR Count 29 109 138
Expected Count 36.7 101.3 138.0
% within
KETERPAPARAN 21.0% 79.0% 100.0%
MEDIA INFORMASI
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
KETERPAPARAN 26.6% 73.4% 100.0%
MEDIA INFORMASI
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.248b 1 .022
Continuity Correctiona 4.587 1 .032
Likelihood Ratio 5.198 1 .023
Fisher's Exact Test .026 .016
Linear-by-Linear
5.225 1 .022
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
26.32.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
KETERPAPARAN MEDIA
1.966 1.098 3.522
INFORMASI (TERPAPAR /
KURANG TERPAPAR)
For cohort PERNIKAHAN
1.634 1.071 2.494
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .831 .704 .982
DINI
N of Valid Cases 237

PENGARUH BUDAYA * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENGARUH ADA PENGARUH Count 33 57 90
BUDAYA Expected Count 23.9 66.1 90.0
% within PENGARUH
36.7% 63.3% 100.0%
BUDAYA
TIDAK ADA PENGARUH Count 30 117 147
Expected Count 39.1 107.9 147.0
% within PENGARUH
20.4% 79.6% 100.0%
BUDAYA
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENGARUH
26.6% 73.4% 100.0%
BUDAYA
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.561b 1 .006
Continuity Correctiona 6.751 1 .009
Likelihood Ratio 7.419 1 .006
Fisher's Exact Test .010 .005
Linear-by-Linear
7.529 1 .006
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
23.92.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENGARUH BUDAYA
2.258 1.255 4.061
(ADA PENGARUH / TIDAK
ADA PENGARUH)
For cohort PERNIKAHAN
1.797 1.182 2.732
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .796 .666 .950
DINI
N of Valid Cases 237

PENGARUH TEMAN * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENGARUH ADA PENGARUH Count 33 74 107
TEMAN Expected Count 28.4 78.6 107.0
% within
30.8% 69.2% 100.0%
PENGARUH TEMAN
TIDAK ADA PENGARUH Count 30 100 130
Expected Count 34.6 95.4 130.0
% within
23.1% 76.9% 100.0%
PENGARUH TEMAN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PENGARUH TEMAN
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.813b 1 .178
Continuity Correctiona 1.437 1 .231
Likelihood Ratio 1.807 1 .179
Fisher's Exact Test .187 .115
Linear-by-Linear
1.805 1 .179
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
28.44.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENGARUH TEMAN (ADA
1.486 .833 2.651
PENGARUH / TIDAK ADA
PENGARUH)
For cohort PERNIKAHAN
1.336 .875 2.040
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .899 .768 1.053
DINI
N of Valid Cases 237

PERAN ORANG TUA * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PERAN ORANG TIDAK BERPERAN Count 34 62 96
TUA Expected Count 25.5 70.5 96.0
% within PERAN
35.4% 64.6% 100.0%
ORANG TUA
BERPERAN Count 29 112 141
Expected Count 37.5 103.5 141.0
% within PERAN
20.6% 79.4% 100.0%
ORANG TUA
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PERAN
26.6% 73.4% 100.0%
ORANG TUA
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.453b 1 .011
Continuity Correctiona 5.715 1 .017
Likelihood Ratio 6.373 1 .012
Fisher's Exact Test .016 .009
Linear-by-Linear
6.426 1 .011
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
25.52.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PERAN
ORANG TUA (TIDAK
2.118 1.180 3.800
BERPERAN /
BERPERAN)
For cohort PERNIKAHAN
1.722 1.129 2.626
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .813 .686 .964
DINI
N of Valid Cases 237

STIGMA * PERNIKAHAN DINI


Crosstab

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
STIGMA RENDAH Count 34 66 100
Expected Count 26.6 73.4 100.0
% within STIGMA 34.0% 66.0% 100.0%
TINGGI Count 29 108 137
Expected Count 36.4 100.6 137.0
% within STIGMA 21.2% 78.8% 100.0%
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within STIGMA 26.6% 73.4% 100.0%
 

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.877b 1 .027
Continuity Correctiona 4.242 1 .039
Likelihood Ratio 4.836 1 .028
Fisher's Exact Test .037 .020
Linear-by-Linear
4.857 1 .028
Association
N of Valid Cases 237
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
26.58.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for STIGMA
1.918 1.072 3.435
(RENDAH / TINGGI)
For cohort PERNIKAHAN
1.606 1.052 2.452
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .837 .710 .988
DINI
N of Valid Cases 237

 
 

Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 237 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 237 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 237 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


MENIKAH DINI 0
TIDAK MENIKAH DINI 1

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH Percentage
Observed DINI DINI Correct
Step 0 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 0 63 .0
TIDAK MENIKAH DINI 0 174 100.0
Overall Percentage 73.4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant 1.016 .147 47.738 1 .000 2.762
 

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step Variables DIDIK1 3.387 1 .066
0 KERJA 1.985 1 .159
KERJA.I1 4.085 1 .043
SULUH 2.421 1 .120
TAHU1 4.792 1 .029
SIKAP1 5.021 1 .025
MEDIA1 5.248 1 .022
BUDAYA1 7.561 1 .006
TEMAN1 1.813 1 .178
ORTU1 6.453 1 .011
STIGMA1 4.877 1 .027
Overall Statistics 26.571 11 .005

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 30.405 11 .001
Block 30.405 11 .001
Model 30.405 11 .001
Step 2a Step .000 1 .989
Block 30.405 10 .001
Model 30.405 10 .001
Step 3a Step -.131 1 .718
Block 30.274 9 .000
Model 30.274 9 .000
Step 4a Step -.482 1 .488
Block 29.792 8 .000
Model 29.792 8 .000
Step 5a Step -.169 1 .681
Block 29.623 7 .000
Model 29.623 7 .000
Step 6a Step -1.660 1 .198
Block 27.963 6 .000
Model 27.963 6 .000
Step 7a Step -2.357 1 .125
Block 25.606 5 .000
Model 25.606 5 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the
Chi-squares value has decreased from the
previous step.
 

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 244.070 .120 .176
2 244.070 .120 .176
3 244.200 .120 .175
4 244.682 .118 .172
5 244.851 .117 .171
6 246.511 .111 .162
7 248.868 .102 .149

Classification Tablea

Predicted

PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH Percentage
Observed DINI DINI Correct
Step 1 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 2 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 3 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 4 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 5 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 6 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 12 51 19.0
TIDAK MENIKAH DINI 9 165 94.8
Overall Percentage 74.7
Step 7 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 8 55 12.7
TIDAK MENIKAH DINI 5 169 97.1
Overall Percentage 74.7
a. The cut value is .500
 

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
DIDIK1 19.884 12381.417 .000 1 .999 4.3E+08 .000 .
1 KERJA .463 .345 1.799 1 .180 1.588 .808 3.123
KERJA.I1 .211 .167 1.584 1 .208 1.235 .889 1.714
SULUH -.777 .358 4.723 1 .030 .460 .228 .927
TAHU1 .178 .492 .131 1 .718 1.195 .456 3.132
SIKAP1 .536 .333 2.590 1 .108 1.708 .890 3.280
MEDIA1 .415 .481 .743 1 .389 1.514 .590 3.888
BUDAYA1 1.086 1.161 .875 1 .349 2.962 .305 28.800
TEMAN1 -.005 .331 .000 1 .989 .995 .521 1.903
ORTU1 18.410 17882.591 .000 1 .999 9.9E+07 .000 .
STIGMA1 -18.591 17882.591 .000 1 .999 .000 .000 .
Constant -.346 .411 .706 1 .401 .708
Step
a
DIDIK1 19.881 12381.719 .000 1 .999 4.3E+08 .000 .
2 KERJA .463 .345 1.799 1 .180 1.588 .808 3.123
KERJA.I1 .211 .167 1.595 1 .207 1.235 .890 1.713
SULUH -.777 .353 4.827 1 .028 .460 .230 .920
TAHU1 .178 .491 .132 1 .717 1.195 .457 3.128
SIKAP1 .536 .333 2.589 1 .108 1.708 .890 3.280
MEDIA1 .414 .479 .748 1 .387 1.513 .592 3.868
BUDAYA1 1.083 1.142 .900 1 .343 2.953 .315 27.674
ORTU1 18.411 17885.202 .000 1 .999 9.9E+07 .000 .
STIGMA1 -18.590 17885.202 .000 1 .999 .000 .000 .
Constant -.348 .387 .807 1 .369 .706
Step
a
DIDIK1 19.914 12379.634 .000 1 .999 4.5E+08 .000 .
3 KERJA .471 .345 1.866 1 .172 1.601 .815 3.146
KERJA.I1 .202 .165 1.499 1 .221 1.224 .886 1.693
SULUH -.790 .351 5.054 1 .025 .454 .228 .904
SIKAP1 .563 .324 3.030 1 .082 1.757 .931 3.313
MEDIA1 .544 .320 2.892 1 .089 1.724 .920 3.228
BUDAYA1 1.065 1.142 .870 1 .351 2.902 .310 27.205
ORTU1 18.371 17928.951 .000 1 .999 9.5E+07 .000 .
STIGMA1 -18.542 17928.950 .000 1 .999 .000 .000 .
Constant -.347 .387 .804 1 .370 .707
Step
a
DIDIK1 20.063 12747.299 .000 1 .999 5.2E+08 .000 .
4 KERJA .465 .345 1.817 1 .178 1.592 .810 3.131
KERJA.I1 .204 .165 1.527 1 .217 1.227 .887 1.697
SULUH -.799 .352 5.166 1 .023 .450 .226 .896
SIKAP1 .562 .324 3.012 1 .083 1.753 .930 3.306
MEDIA1 .548 .321 2.922 1 .087 1.730 .923 3.243
BUDAYA1 1.333 1.115 1.429 1 .232 3.792 .426 33.748
STIGMA1 -.436 1.110 .155 1 .694 .646 .073 5.696
Constant -.346 .387 .801 1 .371 .707
Step
a
DIDIK1 20.112 12812.756 .000 1 .999 5.4E+08 .000 .
5 KERJA .459 .345 1.776 1 .183 1.583 .806 3.111
KERJA.I1 .212 .164 1.669 1 .196 1.237 .896 1.707
SULUH -.804 .351 5.236 1 .022 .447 .225 .891
SIKAP1 .556 .323 2.961 1 .085 1.744 .926 3.285
MEDIA1 .557 .320 3.029 1 .082 1.745 .932 3.268
BUDAYA1 .917 .328 7.805 1 .005 2.501 1.315 4.758
Constant -.354 .387 .840 1 .359 .702
Step
a
DIDIK1 20.090 12896.916 .000 1 .999 5.3E+08 .000 .
6 KERJA .514 .341 2.276 1 .131 1.673 .857 3.263
SULUH -.802 .350 5.260 1 .022 .448 .226 .890
SIKAP1 .645 .315 4.195 1 .041 1.906 1.028 3.535
MEDIA1 .596 .318 3.521 1 .061 1.815 .974 3.384
BUDAYA1 .892 .326 7.480 1 .006 2.440 1.288 4.623
Constant -.170 .359 .225 1 .635 .843
Step
a
DIDIK1 20.216 13063.174 .000 1 .999 6.0E+08 .000 .
7 SULUH -.807 .348 5.372 1 .020 .446 .225 .883
SIKAP1 .632 .313 4.069 1 .044 1.881 1.018 3.474
MEDIA1 .570 .316 3.250 1 .071 1.768 .952 3.284
BUDAYA1 .851 .324 6.896 1 .009 2.342 1.241 4.420
Constant .044 .327 .018 1 .892 1.045
a. Variable(s) entered on step 1: DIDIK1, KERJA, KERJA.I1, SULUH, TAHU1, SIKAP1, MEDIA1, BUDAYA1, TEMAN1,
ORTU1, STIGMA1.
 

Model if Term Removed

Change in
Model Log -2 Log Sig. of the
Variable Likelihood Likelihood df Change
Step DIDIK1 -124.027 3.984 1 .046
1 KERJA -122.960 1.851 1 .174
KERJA.I1 -122.823 1.577 1 .209
SULUH -124.383 4.696 1 .030
TAHU1 -122.100 .130 1 .719
SIKAP1 -123.332 2.595 1 .107
MEDIA1 -122.414 .758 1 .384
BUDAYA1 -122.553 1.036 1 .309
TEMAN1 -122.035 .000 1 .989
ORTU1 -122.284 .498 1 .480
STIGMA1 -122.365 .661 1 .416
Step DIDIK1 -124.079 4.088 1 .043
2 KERJA -122.961 1.851 1 .174
KERJA.I1 -122.829 1.588 1 .208
SULUH -124.434 4.798 1 .028
TAHU1 -122.100 .131 1 .718
SIKAP1 -123.332 2.595 1 .107
MEDIA1 -122.417 .764 1 .382
BUDAYA1 -122.573 1.077 1 .299
ORTU1 -122.284 .498 1 .480
STIGMA1 -122.365 .661 1 .416
Step DIDIK1 -124.205 4.209 1 .040
3 KERJA -123.061 1.921 1 .166
KERJA.I1 -122.846 1.492 1 .222
SULUH -124.613 5.025 1 .025
SIKAP1 -123.621 3.041 1 .081
MEDIA1 -123.549 2.897 1 .089
BUDAYA1 -122.620 1.040 1 .308
ORTU1 -122.341 .482 1 .488
STIGMA1 -122.417 .633 1 .426
Step DIDIK1 -124.660 4.639 1 .031
4 KERJA -123.276 1.870 1 .171
KERJA.I1 -123.101 1.519 1 .218
SULUH -124.908 5.134 1 .023
SIKAP1 -123.852 3.023 1 .082
MEDIA1 -123.805 2.928 1 .087
BUDAYA1 -123.262 1.841 1 .175
STIGMA1 -122.426 .169 1 .681
Step DIDIK1 -124.867 4.882 1 .027
5 KERJA -123.340 1.828 1 .176
KERJA.I1 -123.255 1.660 1 .198
SULUH -125.028 5.204 1 .023
SIKAP1 -123.911 2.971 1 .085
MEDIA1 -123.943 3.034 1 .082
BUDAYA1 -126.398 7.944 1 .005
Step DIDIK1 -125.661 4.811 1 .028
6 KERJA -124.434 2.357 1 .125
SULUH -125.867 5.224 1 .022
SIKAP1 -125.369 4.228 1 .040
MEDIA1 -125.022 3.533 1 .060
BUDAYA1 -127.053 7.596 1 .006
Step DIDIK1 -127.110 5.351 1 .021
7 SULUH -127.100 5.332 1 .021
SIKAP1 -126.484 4.100 1 .043
MEDIA1 -126.062 3.255 1 .071
BUDAYA1 -127.927 6.985 1 .008
 

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 2a Variables TEMAN1 .000 1 .989
Overall Statistics .000 1 .989
Step 3b Variables TAHU1 .132 1 .716
TEMAN1 .001 1 .971
Overall Statistics
.132 2 .936

Step 4c Variables TAHU1 .115 1 .735


TEMAN1 .002 1 .967
ORTU1 .285 1 .593
Overall Statistics .417 3 .937
Step 5d Variables TAHU1 .102 1 .749
TEMAN1 .000 1 .990
ORTU1 .017 1 .896
STIGMA1 .157 1 .692
Overall Statistics .498 4 .974
Step 6e Variables KERJA.I1 1.678 1 .195
TAHU1 .016 1 .899
TEMAN1 .003 1 .959
ORTU1 .059 1 .808
STIGMA1 .281 1 .596
Overall Statistics 2.131 5 .831
Step 7f Variables KERJA 2.298 1 .130
KERJA.I1 2.219 1 .136
TAHU1 .048 1 .827
TEMAN1 .009 1 .925
ORTU1 .047 1 .828
STIGMA1 .226 1 .634
Overall Statistics 4.472 6 .613
a. Variable(s) removed on step 2: TEMAN1.
b. Variable(s) removed on step 3: TAHU1.
c. Variable(s) removed on step 4: ORTU1.
d. Variable(s) removed on step 5: STIGMA1.
e. Variable(s) removed on step 6: KERJA.I1.
f. Variable(s) removed on step 7: KERJA.
 

Lampiran 6. Matrik Hasil Wawancara

Informan 3
PERTANYAAN Informan Informan 8 (Orang Informan 2 (Anak) Informan 9 Anak Orang Tua
1(Anak) Tua) (Orang Tua)
Tolong ceritakan yang Yang kami tau Kesehatan Kesehatan Ntalah bu..idak Belum pernah
diketahui tentang kesehatan tu..tentang Reproduksi tu Reproduksi tu pulo kami tau nian dengar…
Reproduksi? mens tu lah, kesehatan kito kito tentang kesehatan apo, karno
kalu la mens cewek ni lah dak kehamilan, untuk rasonyo idak
Probing : (dari mana, kapan
berarti la besak, buk, karno kito ibu ibu yang sedang pernah ado
dan siapa yang memberi
biasonyo SMP cewek ni kan hamil, biar ibu penyuluhan itu,
informasi)
tu lah mens, bakalan hamil jadi hamil samo anak apo aku nyo yang
yang di kandung
jadi kalu la kesehatan idak ngikut karno
nyo sehat.
tamat SMP la reproduksi harus lagi di kebun.
boleh kalu ndak bagus biar idak
nikah. Kami bermasalah hamil
(Kesehatan
cuman dengar nyo kelak. (saya tidak tahu
Reproduksi adalah
dengar ajo, idak apa itu kesehatan
tentang kesehatan
ado kalu reproduksi dan
kehamilan, agar ibu
pefnmnyuluhan (kesehatan rasanya belum
dan bayi sehat)
langsung. reproduksi itu pernah ada
kesehatan untuk penyuluhan
perempuan, tentang itu, atau
(yang kita karena perempuan mungkin ada
ketahui hanya akan hamil, maka namun saya
masalah harus baik sedang di kebun)
menstruasi, dan reprodusinya agar
 

biasanya SMP kehamilan tidak


sudah bermasalah)
menstruasi,
kalau sudah
menstruasi
sudah dianggap
dewasa dan
boleh klau mau
menikah)

Pernikahan dini
tu, pernikahan di
bawah umur di
bawah umur 17 Nikah kecepatan
tahun, sebenarnyo kalu, yang
kalu yang seharusnyo nikah tu
bersangkutan la tamat SMA, nah
sehat idak ado ini baru tamat tamat Nikah dini tu yo
dampak nyo SMP la banyak yang nikah dibawah
Kalau usia ideal nyo umur bu, tapi asal
Tolong Ceritakan apa yang apolagi kalu nikah, kalu
cewek nikah tu nyo la meraso
diketahui tentang pernikahan badan nyo besak. dampaknyo idak ado
umur 18 tahun sanggup dak pulo
dini ? takut kecepatan tu
kalau cowok umur masalah, paling
lah..udah tuh la nikah Paleng-paleng kan
Probing : (umur berapa, 20 tahun, jadi kalu
masih minta kek kelak kami cepat umur 18 tahon.
dampak, usia ideal menikah (Pernikahan dini dibawah itu berarti
orang tuo. jadi nenek. Dapek informasi
laki laki dan perempuan) itu adalah pernikahan dini, dari TV, kami kan
pernikahan di paling dampak walau cak mano
 

bawah umur 17 ekonomi karno (pernikahan dini masih tengok berita,


tahun, kalau yang belum mapan kerjo itu adalah kadang kita
bersangkutan (Nikah terlalu cepat, nyo, kalu dampak pernikahan di bertanya sama orang
sehat dan secara yang seharusnya kesehatan idak ado bawah umur, tapi yang tau.
fisik cukup besar tamat SMA baru dak..bukan nyo jika yang
maka pernikahan menikah, kalau lebih mudo lebih bersangkutan
dini tidak ada pernikahan dini baru sehat. merasa sudah siap (mungkin kan umur
dampak tamat SMP sudah tidak ada 18 tahun, dapat
menikah, kalau informasi dari TV,
negatifnya) masalah, kita
dampak kesehatan kami kan walau
(Usia ideal menikah orang tua lebih
nya tidak ada, hanya seperti apapun
perempuan 18 cepat jadi nenek
terlalu muda saja, masih melihat
tahun dan laki laki nantinya) berita, kadang kita
tapi biasanya masih
merepotkan orang 20 tahun, maka jika bertanya dengan
di bawah usia itu orang yang tau).
tua kalau masih kecil
sudah menikah) disebut pernikahan
dini, menurut saya
yang berdampak
hanya masalah
ekonomi karena
belum ada
pekerjaan mapan,
Kalau aku setuju
ajo asal memang kalau dampak
suko samo suko Aku setuju dari pada sehatan tidak ada)
dan lanang tu anak aku terlanjur
memang ndak jauh hubungan nyo,
bertanggung karno memang Yo setuju idak
jawab, karno bemetean la lamo setuju lah bu kalo
biasonyo yang la nian,udah tu memang
 

ndak nikah tu pengaruh HP pulo tepakso karno


memang idak cak nyo karno anak memang la hamil,
ndak sekolah lagi, anak kini ni kan dari pado Kalo dari ati kecik
dan la ado sebenar nyo iak
pacak bekenal melahirkan idak
komitmen pulo, nian setuju karno
kenalan pakai HP, la belaki.
idak ado lagi kini keinginan orang
lancar galo bejanjian
ni adat istiadat tuo ni ndak nengok
betemu tu, la dak anak lebih dari Tanggapan orang
yang
Bagaimana menurut saudara menjodohkan, jadi pacak pulo lagi kito (Ya bagaimana kito, tapi kalo la kan gimana lagi,
dengan maraknya pernikahan kalu ado yang ndak ngontrol nyo tidak setuju bu, kejadian hamil cak kalau emang udah
dini ? nian. mano lagi mau tak iko kan dak biso di
ndak nikah kalau memang
mau. larang lagi. Kalau
Probing : (motif, faktor yang memang nyo la sudah hamil
bemetean la suko duluan, dari pada izin nyo belum tapi
mempengaruhi, pengaruh
samo suko, di tambahkan umur.
budaya, adat istiadat, (saya setuju saja, akhirnya
bahkan mungkin (kalau dari hati Kalo nikah resmi
peraturan pemerintah) daripada terjadi hal melahirkan tapi
la jauh belom, nyo nikah di
hal yang tidak tidak ada suaminya) kecil yang paling
berhubungan. dalam sebenarnya bawah tangan.
diinginkan, karena
anak anak sekarang tidak setuju,
semua sudah terlalu namun apa mau
(saya setuju, asal dikata kalau (tanggapan orang
mengikuti
memang suka sudah hamil tua gimana lagi,
perkembangan
sama suka dan diluar nikah, ya kalau memang
zaman terutama
laki laki nya mau harus dinikahkan) sudah ini tidak bisa
dengan HP jadi
bertanggung dilarang lagi.
orang tua sudah sulit
jawab, karena Kalau di izinkan
mengontrolnya)
biasanya yang belum tapi dituakan
sudah mau umurnya. Kalau
menikah itu menikah resmi
memang sudah belum, dia menikah
 

tidak ada dibawah tangan)


keinginan
meneruskan
sekolah lagi dan
biasanya sudah
berhubungan
lebih jauh maka
sudah membuat
semacam
komitmen)

Yo lebih baik
kami nikah kan
dari pado kami
bebas bebas idak
keruan, kalo nikah
kan justru idak
malu, samo jugo
kek orang orang
lain yang nikah
biaso, paling
dikecek kecek
orang sebentar
udah tu ilang. Kalau anak anak kini
kalau nyo la ndak
nikah elok lah nikah
kan ajo karno idak
 

(ya lebih baik kita pulo ado gunonyo


menikah dari pad lagi di tahan tahan
kita melakukan apo lagi kalo nyo la
metean lamo, sekolah
pergaulan bebas
idak ndak lagi, zaman
berlama lama, kini idak pulo jadi
perlakuan yang kecek an orang lagi
kita terima sama nikah cepat, la biaso. Kalo aku cemas
seperti orang nian bu karno idak
umumnya mau tau kalo la hamil,
(anak zaman jadi takut jugo kenai
menikah, asalkan
sekarang kalau marah gaek, tapi yo Sebagai orang tua
orang tua kita
mereka sudah minta akhirnyo nikah jugo sebenarnyo kami
merestui, memang
dinikahkan ya lebih tapi belum ado surat malu dengan
akan menjadi nikahnyo, aku
baik dinikah kan keadaan anak
pembicraan orang belum bisa nikah di
saja, apalagi kalau kami, tetanggo
tapi itu hanya KUA karno masih
kita tahu mereka jugo nyindir
sebentar saja) 15 tahun, orang
sudah lama nyindir terus, tapi
orang sekitar
berpacaran dan yo lebih malu lagi
Nampak nian
sudah tidak mau kalau kami punyo Agak khawatir jugo
mencibir, kami ndak
Bagaimana pandangan melanjutkan sekolah minta doa ajo idak cucung dak ado pas melahirkan,
saudara terhadap orang yang lagi, dan dizaman disuruh bu. bapaknyo, yang sebenarnya kami
melakukan pernikahan dini ? sekarang sudah biasa penting anak kami dak
menikah dini, semua sudah pernah ngizinkan…anaknya
Probing : Perasaan malu,
sudah mengerti apa (kalau saya takut nikah la bu sebelom apo sudah,
perlakuan yang diterima, cap
sebabnya) sekali, karena saya walaupun kadang aku
negative, tindakan yang
memang masih ngomong samo
dilakukan pemerintah, tidak tahu sama
nikah di bawah lanangnyo kek (p)
dampak sosial sekali kalau saya
nyo jugo bangun
sudah hamil, dan tangan, yang jelas
siang dio marah cak
 

takut di marah waktu melahirkan mano kan,


orang tua, tapi nyo ado lakinyo. seharusnyo anak ku
akhirnya saya bukan, walaupun
dinikahkan juga cakmano belom aku
walau tidak di KUA nak nyuruh anak
(sebagai orang tua
karena masih umur aku nikah.
sebenarnya kita
15 tahun, Pandangan negative
malu, karena
nyo orang tuo nyo
masyarakat sekitar semua tetangga
malu. Anak aku ni
mengucilkan, melecehkan kami,
masih kecik ,yo
bahkan kita mau tapi sebenarnya
jelas jangan
buat acara lebih malu lagi
disepelekan nian hal
syukuran kalu kami
ni.
pernikahan saja mempunyai cucu
tidak tidak ada
diperbolehkan) bapaknya, yang
(sedikit khawatir
terpenting saat
melahirkan anak juga waktu
kami ada melahirkan,
suaminya) sebenarnya kami
tidak mengizinkan,
anaknya sebelum
atau sesudah.
Kadang aku bilang
dengan suaminya
dengan (P) dia juga
bangun siang
marah. Seharusnya
anak aku atau
bukan. Walaupun
 

bagaimana belum
aku menizinkan
anak aku menikah.
Pandangan
negative nya orang
tua malu. Anak aku
masih kecil,jelas
jangan sampai di
anggap rendah hal
demikian)
 

Pertanyaan Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7

Apakah pernah ada Anak Orang Tua belum, kalau posyandu yo Dak tau, dak pernah ado yang Pernah, dari puskesmas, kadang-kadang tu
penyuluhan tentang sering…iyo la nikah baru ngasih informasi itu, kalau nah di rumah kepala desa diundang…17
kesehatan organ Dak ado Banyak disini, sebulan, 19 posyandu ado, di rumah bidan…17,
reproduksi? posyandu…aku puskesmas dak ado siko Aku ni dak tau kalo penyuluhan tentang
tu, maap ajo yuk kesehatan organ reproduksi.
aku tu jarang
didusun, aku tu (belum, kalau posyandu
kurang informasi, sering…iya sudah nikah (nggak tau, nggak pernah ada
baru sebulan…19) yang ngasih informasi itu, kalau (pernah, dari puskesmas, kadang-kadang di
inikan dio belumn undang di rumah kepala desa…17
gerti posyandu ada, di rumah bidan…17,
(T)…mungkin puskesmas nggak ada disini) Aku tidak tau kalau penyuluhan tentang
jodoh, dio ni (T) kesehatan organ reproduksi).
idak sekolah,
berhenti dari SD
kelas 4

(banyak disini
posyandu…aku
tuh, maaf aja yuk,
aku jarang di
desa, aku itu
kurang informasi,
(nggak ada) inikan dia belum
ngerti
(T)…mungkin
jodoh, dia ni
hnggak sekolah,
berhenti dari SD
kelas 4)

Menurut anda apa itu Iyo, kalau nikah tu lemak, biso bantu Orang yang menikah 17 Anak Orang Tua Aku tu tamat SD kan, udah lima tahun idak
 

pernikahan dini? nyucikan pakaian laki, nyiapkan makan. kebawahlah, kalau 17 ke Nikah usia Nyo ndak dewek, sekolah lag iterus aku nikah, duo kali aku
Dari pado dak ado kerjo di rumah atas idak lagi yang 15 nyo samo-samo nikah. Nikah tu ke inginan sendiri.
tahun, umur ndak tu. Kito dak
yang tepat nyuruh tu dak pacak
(iya, kalau nikah itu enak, bisa bantu (orang yang menikah 17 untuk nikah jugo…umurn yo (Aku itut amat SD kan, sudah 5 tahun tidak
nyucikan pakaiansuami, nyiapkan kebawah, kalau 17 tahun k tu 20 tahun. sekarang tu 17 sekolah lagi terus aku menikah, dua kali aku
makan. Dari pada nggak ada kerjaan di eatas nggak lagi) dak ado, Cuma nyo nikah menikah. Nikah itu ke inginan sendiri).
rumah) nak nikah kemaren di tuokan,
bae elok nikah muda tu,
bantu
perekonomian,
(nikah usia kerjasamolah wong
yang 15 tuo kek anaktu
tahun,
umur yang
tepat untuk (dia mau sendiri,
nikah 20 mereka sama-sama
tahun) mau. Kita tidak
memberi izin juga
tidak bisa
juga…umurnya
sekarang itu 17
tahun, tapi dia
menikah kemarin itu
di tua kan, bagus
menikah usia muda
itu, membantu
perekonomian, kerja
sama antara orang
tua dengan anak itu)

Bagaimana pendapat anda Biaso bae dak ado masalah, kawan- Dicap negatif, kalau di Biaso bae, Biaso. Di siko ko banyak jugo orang malam mingguan kek malam
tentang maraknya kawan jugo la banyak nikah. dusun-dusun ko la sering, iyo lah kamisan. Hiburan malam masih.
pernikahan dini? selain itu factor pendidikan. tebiaso jugo
Kalau di desa ko idak, orang nikah
(Biasas aja, tidak ada masalah, teman- informasi tu cepek, idak cak mudo (Biasa, di sini banyak juga orang malam minggu dengan malam
 

teman juga sudah banyak yang menikah) di kota orang-orang. disiko. kamis. Hiburan malam masih).

(Di cap negative, kalau di (biasas aja,


desa-desa sini sudah sering, iya terbiasaj
selain itu factor pendidikan. uga orang
Kalau di desa sini tidak, nikah muda
informasi itu cepat, tidak di sini)
seperti di kota orang-orang)

Bagaimana pandangan Idak ado, biaso ajo nengok orang nikah Lingkungan, kan la sering Dak elok, Anak Orang Tua
anda mengenai pernikahan dini tu. Ado kawan idup beduo. Kalau orang nikah muda...faktor malahan cak
dini? nikah tu pasti ado penyesalannyo, kalau adat jugo…setuju, itulah yang Ngurangi beban Sebenarnyo dio kini masih beban kami, nyo
lagi dak ado duit itulah timbul kebanyakkan disuruh orang masih orang tuo. belum punyo pendirian, kalaunyo masih
penyesalan. tua. Kalau kami samo-samo ngebeban bebaru nikah ko mungkin kalaunyo setahun
ini, ndak. wong nikah bukan tanggungan kami lagi.
tuo…kalau (mengurangi
(tidak ada, biasa saja melihat orang aku idak beban orang tua)
menikah dinii tu. Ada teman hidup (Lingkungan, kan sudah nyesal nikah (sebenarnya dia sekarang masih beban kami,
berdua. Kalau nikah itu pasti ada sering orang menikah muda, entah dia belum punya pendirian, kalau dia masih
penyesalannya, kalau lagi tidak ada muda…factor adatj kalau wong baru menikahi ni mungkin kalau dia setahun
uangitulah timbul penyesalan) uga…setuju, kebanyakan di lain…minde menikah bukan tanggungjawab kami lagi)
suruh orang tua. Kalau kami r kami, tapi
sama-sama ini, mau) alasan kami
nikah tu
takdir…kem
aren tu
bukan kami
yang ngurus
ke KUA,
segalonyo
yang ngurus
mertuo aku
yang
ngurus,
buku nikah
 

tu tiga hari
setelah nyo
baru dapek.

(tidak
bagus,
malahan
seperti
itulah yang
masih
ngebebani
orang
tua…kalau
aku tidak
menyesal
nikah muda,
tidak tahu
kalau orang
lain…minde
r kami,
tetapi
alasan kami
menikah itut
akdir…kem
arini tu
bukan kami
yang
mengurus
ke KUA,
semuanya
yang
mengurus
mertua aku
yang
mengurusny
 

a, buku
nikahi
tutiga hari
setelahnya
baru dapat)

Pertanyaan Informan 10 Informan 11 Informan 12


Apakah pernah ada penyuluhan
tentang kesehatan organ
Pernah,tapi jarang sosialisasi kb Ado tiap bulan dari pusat datang Kesehatan reproduksi itu kesehatan alat
reproduksi?
nyo tu diposyandu. langsung tentang kb,tentang kelamin baik perempuan maupun laki
ngasuh anak,penyuluhan nyo laki.
dilaksanakan di balai desa
penyuluhan tentang pernikah dini
dan lansia lah.
(pernah,tapi jarang sosialisasi kb
dilaksanankan di posyandu)
(ada setiap bulan dari pusat
datang langsung tentang
Keluarga Berencana, tentang
mengasuh anak, penyuluhan nya
dilakukan di Balai Desa
penyuluhan tentang pernikahan
dini dan lansia juga).
 

Menurut anda apa itu pernikahan Pernikahan usia diumur 14 Pernikah dini tu dibawah 16 th Pernikahan dini itu adalah pernikahan
dini? th,pernikahan yang terpakso. kebawah. yang dibawah umur 16 tahun, karena
Kebetulan didusun kami ko lah 2 kalau di KUA yang umur di bawah 16
th dak ado yg nikah dini tapi kalo tahun yang tidak bisa di nikahkan, tidak
dulu ado. (pernikahan dini itu dibawah 16 ada dampak negatif nya pernikahan dini
tahun kebawah). itu.

(pernikahan usia di umur 14


th,pernikahan yang terpaksa.
Kebetulan di dusun kami sudah 2
th tidak ada yang nikah dini tapi
kalau dulu ada)
Bagaimana pendapat anda tentang Jelas merugikan nyo. Iyo kalau menurut saya menjalani
maraknya pernikahan dini? hubungan suami istri belum
Kito perangkat desa ni sebenarnyo idak
layak,pandangan ekonomi belum
nian sesuai dengan nikah cepat cepat ni,
(jelas merugikan dia) terpikir.
tapi kiniko segalo la serba salah, kito
Dinasehati,pernikah dini itu karno buat aturan hukum adat, hokum adat tu
faktor lingkungan jugo. nian dilanggar, jadi kini biar idak malu
ajo desa ni..yo di atur atur cak itu lah,
apolagi kalo yang la hamil duluan ndak
(iya kalau menurut saya diapokan lagi daripado mencoreng
menjalani hubungan suami istri namo desa yo dinikahkan ajo.
belum layak, pandangan ekonomi
(Para perangkat desa kalau mau sesuai
belum terfikir. Dinasehati,
aturan tidak setuju dengan pernikahan
pernikahan dini itu faktor
dini, namun sekarang semua juga tidak
lingkungan juga)
tunduk lagi dengan hukum adat yang
berlaku, dan demi menjaga nama baik
kampong juga akhirnya di nikahkan
 

saja apalagi yang sudah hamil duluan,


tidak ada pilihan lain lagi)

Bagaimana pandangan anda Jelas-jelas berdosa.


mengenai pernikahan dini?
Sebenarnyo untuk mengurangi Kalau para perangkat desa sekarang
pernikahan dini tu mudah dari hanya berfikir apa yang terbaik untuk
(jelas-jelas berdosa)
orangtuo nyo.kalau pembinaan warga saja
orangtuo nyo bagus mungkin dak
terjadi.dan selaku pemerintah
Cuma ngasih saran.

(sebenarnya untuk mengurangi


pernikahan dini itu mudah dari
orang tua nya. Kalau pembinaan
orang tua nya baik mungkin tidak
terjadi. Dan sebagai pemerintah
hanya memberikan saran).
 

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.896 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .5714 .50709 21
P2 .5238 .51177 21
P3 .6667 .48305 21
P4 .5238 .51177 21
P5 .5238 .51177 21
P6 .5714 .50709 21
P7 .4762 .51177 21
P8 .5714 .50709 21
P9 .5714 .50709 21
P10 .5238 .51177 21

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
P1 4.9524 10.748 .679 .883
P2 5.0000 10.800 .654 .884
P3 4.8571 10.829 .692 .882
P4 5.0000 10.900 .621 .887
P5 5.0000 10.900 .621 .887
P6 4.9524 10.748 .679 .883
P7 5.0476 11.248 .511 .894
P8 4.9524 10.548 .746 .878
P9 4.9524 10.748 .679 .883
 

P10 5.0000 11.200 .525 .893

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items

5.5238 13.262 3.64169 10

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 21 100.0
Cases Excludeda 0 .0

Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 12

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S1 2.3333 .73030 21
S2 2.1905 .81358 21
S3 2.5238 .87287 21
S4 2.4286 .97834 21
S5 2.2857 .78376 21
S6 1.9524 .49761 21
S7 2.0000 .63246 21
S8 2.1429 .79282 21
S9 2.4286 .81064 21
S10 2.6190 .86465 21
S11 2.5238 .74960 21
S12 2.4762 .92839 21

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
S1 25.5714 48.057 .612 .937
S2 25.7143 45.114 .825 .930
S3 25.3810 44.148 .852 .929
 

S4 25.4762 44.162 .744 .934


S5 25.6190 46.148 .754 .933
S6 25.9524 50.448 .579 .939
S7 25.9048 50.290 .457 .942
S8 25.7619 44.590 .904 .927
S9 25.4762 46.562 .684 .935
S10 25.2857 44.714 .807 .931
S11 25.3810 46.148 .793 .931
S12 25.4286 45.157 .703 .935

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
27.9048 54.790 7.40206 12
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %

Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.890 9

Item Statistics
Mean Std. Deviation N

M1 .2857 .46291 21
M2 .1429 .35857 21
M3 .1905 .40237 21
M4 .1429 .35857 21
M5 .2857 .46291 21
M6 .1429 .35857 21
M7 .0952 .30079 21
M8 .2381 .43644 21
M9 .0952 .30079 21

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
 

M1 1.3333 4.833 .688 .875


M2 1.4762 5.362 .576 .883
M3 1.4286 4.757 .871 .858
M4 1.4762 5.462 .511 .888
M5 1.3333 4.533 .862 .857
M6 1.4762 5.162 .710 .873
M7 1.5238 5.462 .637 .880
M8 1.3810 5.348 .451 .896
M9 1.5238 5.562 .561 .885

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
1.6190 6.448 2.53922 9

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0

Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.828 5

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 .2857 .46291 21
B2 .3810 .49761 21
B3 .1905 .40237 21
B4 .2381 .43644 21
B5 .2857 .46291 21

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
 

B1 1.0952 1.890 .741 .759


B2 1.0000 2.100 .485 .837
B3 1.1905 2.162 .612 .799
B4 1.1429 2.029 .666 .782
B5 1.0952 1.990 .645 .788

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items

1.3810 3.048 1.74574 5

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.874 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Ortu1 .7619 .43644 21
Ortu2 .8571 .35857 21
Ortu3 .6190 .49761 21
Ortu4 .7143 .46291 21
Ortu5 .8095 .40237 21
Ortu6 .7143 .46291 21
Ortu7 .6190 .49761 21
Ortu8 .9048 .30079 21
Ortu9 .7143 .46291 21
Ortu10 .8095 .40237 21

Item-Total Statistics
 

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Ortu1 6.7619 7.290 .544 .866
Ortu2 6.6667 7.733 .451 .871
Ortu3 6.9048 6.690 .708 .852
Ortu4 6.8095 7.062 .604 .861
Ortu5 6.7143 7.414 .541 .866
Ortu6 6.8095 7.162 .559 .865
Ortu7 6.9048 6.590 .753 .848
Ortu8 6.6190 7.748 .552 .866
Ortu9 6.8095 7.062 .604 .861
Ortu10 6.7143 7.214 .641 .858

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
7.5238 8.762 2.96005 10

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Valid 21 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.898 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
TS1 .3810 .49761 21
TS2 .3333 .48305 21
TS3 .3810 .49761 21
TS4 .2381 .43644 21
TS5 .2857 .46291 21
TS6 .5238 .51177 21
TS7 .4762 .51177 21
 

TS8 .5714 .50709 21


TS9 .4286 .50709 21
TS10 .4762 .51177 21

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
TS1 3.7143 10.414 .632 .889
TS2 3.7619 10.590 .594 .891
TS3 3.7143 10.014 .771 .879
TS4 3.8571 10.729 .620 .890
TS5 3.8095 10.862 .529 .895
TS6 3.5714 10.457 .596 .891
TS7 3.6190 10.248 .666 .887
TS8 3.5238 9.962 .772 .879
TS9 3.6667 10.233 .678 .886
TS10 3.6190 10.448 .599 .891

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4.0952 12.690 3.56237 10

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.919 12

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
ST1 .6667 .48305 21
ST2 .7143 .46291 21
ST3 .5714 .50709 21
ST4 .5238 .51177 21
 

ST5 .5238 .51177 21


ST6 .3810 .49761 21
ST7 .4286 .50709 21
ST8 .4762 .51177 21
ST9 .3810 .49761 21
ST10 .4286 .50709 21
ST11 .6190 .49761 21
ST12 .5714 .50709 21

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
ST1 5.6190 15.848 .763 .908
ST2 5.5714 16.157 .710 .910
ST3 5.7143 15.614 .784 .906
ST4 5.7619 16.490 .544 .917
ST5 5.7619 15.590 .782 .906
ST6 5.9048 15.990 .698 .910
ST7 5.8571 16.329 .593 .915
ST8 5.8095 15.462 .818 .905
ST9 5.9048 16.490 .563 .916
ST10 5.8571 16.629 .515 .918
ST11 5.6667 16.933 .448 .921
ST12 5.7143 15.614 .784 .906

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


6.2857 19.014 4.36054 12
 

Anda mungkin juga menyukai