TIM
PENGUSUL
ii
RINGKASAN
Informasi yang diperoleh dari portal berita BKKBN Provinsi Bengkulu (2017),
Kabupaten Bangkulu tengah masuk dalam kategorik 3 besar kasus pernikahan usia dini.
Angka tertinggi di Kabupaten Mukomuko 32,83%, seluma 30,83% dan Bengkulu tengah
29,12%. Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak didapatkan kasus yang cukup tinggi di kabupaten Bengkulu
Tengah, dimana pernikahan < 14 tahun berjumlah 4,50%, 15-16 tahun 20%, 17-18
tahun 23,54% dan 19-24 tahun 41,1%. Penyebab tingginya angka menikah di usia
dini Faktor utamanya adalah masalah ekonomi yang kurang, faktor pendukung lainnya
adalah pengaruh teman sebaya, keinginan dari informan, keluarga, dan hamil di luar
nikah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian gabungan (mix metode),yaitu
menggunakan dua atau lebih metode yang diambil dari dua pendekatan yang berbeda
yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasinya adalah orang yang menikah pada
bulan januari-Maret. Sampel diambil menggunakan teknik Prrpotional Random Sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 237 orang. Untuk informan di ambil menggunakan teknik
Purposive Sampling, dengan jumlah informan sebanyak 12 orang. Data di analisis secara
kuantitatif (univariat, bivariat dan multivariate) dan kualitatif.
Sebagian besar responden tidak menikah dini (73,4%), Pendidikan rendah (96,2%),
Tidak bekerja (64,1%), Pendidikan ayah rendah (99,6%), pendidikan ibu rendah (99,2%),
Pekerjaan petani/pedagang/buruh/swasta (96,2%), Ibu tidak bekerja (63,7%), Status
ekonomi keluarga rendah (60,8%), Usia Menarche Normal (98,4%), Tidak Pernah
mendapat penyuluhan Kesehatan reproduksi (72,6%), Pengetahuan kurang (56,5%), Sikap
tidak mendukung (59,5%) kurang terpapar media (58,2%), tidak terpengaruh budaya
(62%), tidak ada pengaruh teman (54,9%), orang tua berperan (59,5%) dan stigma
(57,8%). Faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini yaitu pengetahuan (0,041),
Sikap (0,037), Budaya (0,009), Stigma (0,039), Paparan Media Informasi (0,032), Peran
orang tua (0,017). Budaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan
pernikahan usia dini (P = 0.009)
Masyarakat berpandangan menikah usia dini merupakan hal yang biasa saja terjadi di
lingkungan mereka, jika anak sudah meminta untuk menikah maka orang tua akan langsung
setuju.
BKKBN bekerja sama dengan lintas sector lainnya seperti KUA, Sekolah-sekolah,
Puskesmas untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pernikahan usia dini.
Serta mengajak pemerintah kabupaten Bengkulu Tengah untuk membuat peraturan dan
sangsi bagi masyarakat yang menikah di usia dini.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………..……………………… 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ………………............................. 4
1.3 Tujuan ………………………………………........................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..…………………………………………. 5
1.5 Luaran Penelitian ……………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja ..……………………………………………………… 7
2.2 Pernikahan Dini ………………………………………………. 8
2.3 Dampak Pernikahan ….............................…………………….. 14
2.4 Kerangka Teori ……………………………………………….. 18
2.5 Kerangka Konsep …………………………………………….. 20
2.6 Hipotesis ………………………………………………………. 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian ……………………………………………. 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian …….…………………………. 21
3.3 Penelitian Kuantitatif ……………….………………………... 22
3.4 Penelitian Kualitatif …..……………………………………... 31
BAB IV JADWAL PENELITIAN DAN BIAYA
4.1 Rincian Biaya ..……………………………............................... 33
v
vi
DAFTAR PUSTAKA
vii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
Lampiran 4. Master Tabel
Lampiran 5. Hasil Analisis Kuantitatif
Lampiran 6. Matrik Hasil Wawancara
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pernikahan Usia dini atau dikenal dengan pernikahan usia Anak (< 18 tahun)
mengalami perhatian khusus, informasi yang diperoleh dari Council on Foreign
Relation (2013) bahwa satu dari tiga anak menikah pada usia kurang 18 tahun dan satu
dari Sembilan anak menikah pada usia kurang dari 15 tahun. Negara Indonesia
termasuk urutan ke tujuh (458 ribu) tertinggi pernikahan usia kurang dari 15 tahun
yaitu sebesar anak. Adapun Negara tertinggi sebelum Indonesia yaitu India (10.068),
Banglades (2.359), Nigeria (1.193), Brazil (887), Ethiopia (673), dan Pakistan (600).
Berdasarkan data BPS tetang Kesejahteraan Rakyat pada tahun 2013 terdapat 10
Provinsi memiliki persentase pernikahan pada usia10 - 15 tahun yaitu Kalimantan
Selatan (15,48), Jawa Barat (15,4), Jawa Timur (14,92), Banten (13,42), Jambi (11,89),
Sulawesi Barat (11,66), Jawa Tengah (11,57), Bengkulu (10,98), Sulawesi selatan
(10,95), Kalimantan Tengah (10,22). Berdasarkan data tahun 2015, terdapat 20
provinsi dengan prevalensi perkawinan usia anak yang lebih tinggi dibandingkan
angka nasional (22,82 persen). Provinsi Bengkulu menempati urutan ke lima belas
dengan angka 24,92 persen.
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012
Tingginya angka perempuan menikah di usia anak (< 18 Tahun) merupakan dampak
dari praktik hubungan seksual yang terlalu dini. 8 persen wanita umur 25- 49 tahun
melakukan hubungan seksual yang pertama pada umur 15 tahun, dan 45 persen pada
umur 20 tahun. Terdapat perbedaan wanita berdasarkan kelompok umur dalam
pertama kali melakukan hubungan seksual. Sebagai contoh, persentase wanita umur
45-49 tahun yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur 15 tahun
sebesar 15 persen, 6 persen wanita umur 30-34 tahun dan 3 persen wanita umur
20-24 tahun. Selain itu lingkungan tempat tinggal juga sangat berpengaruh dalam
membentuk perilaku anak. Wanita yang tinggal di daerah perdesaan hanya sedikit
1
lebih aktif secara seksual dalam empat minggu sebelum survei (61 persen)
dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah perkotaan (57 persen).
Persentase wanita berumur 15-49 tahun di daerah perdesaan yang tidak pernah
melakukan hubungan seksual lebih kecil daripada yang tinggal di perkotaan (17
persen dibandingkan dengan 26 persen). Wanita yang tidak bersekolah lebih
aktif secara seksual daripada wanita yang berpendidikan perguruan tinggi; hanya
5-6 persen wanita tidak tamat SD atau tidak sekolah yang tidak pernah melakukan
hubungan seksual. Proporsi wanita tidak tamat SMTA keatas yang tidak pernah
melakukan hubungan seksual sebesar 24 persen atau lebih (BKKBN, 2012)
Proporsi remaja yang telah memiliki anak meningkat menurut umur. Walaupun
kurang dari satu persen wanita umur 15 tahun telah menjadi ibu, 24 persen wanita
umur 19 tahun telah menjadi ibu atau sedang hamil anak pertama. Remaja di perdesaan
lebih banyak yang telah menjadi ibu dibandingkan dengan remaja di perkotaan (13
persen berbanding 6 persen). (BKKBN, 2012).
Hasil Riskesdas Provinsi Bengkulu tahun 2010 menunjukan, usia perkawinan
pertama perempuan kelompok umur 15-19 tahun di Bengkulu mencapai 45,9
persen angka ini lebih tinggi dari angka rata rata nasional yang sebesar 41,9 persen,
sedangkan usia perkawinan pertama kelompok umur 10 – 14 tahun di Provinsi
Bengkulu termasuk tertinggi nomor 6 (enam) se Indonesia yaitu 6,5 Persen
(Riskesdas, 2010)
Berdasarkan Profil Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Bengkulu
tahun 2015 usia menikah pertama menunjukkan tren yang naik dari tahun 1991
sebesar 17 tahun, 1997 sebesar 18 tahun dan tahun 2012 sebesar 14,43 tahun. Rata-
rata umur menikah pertama di Provinsi Bengkulu adalah 19,79 tahun masih terdapat
7 kabupaten yang berada di bawah rata-rata yaitu Seluma (18,96), Muko-
muko(19,06), Bengkulu Tengah dan Kepahiang (19,13), Kaur (19,35), Lebong
(19,43) dan Rejang Lebong (19,56).
Informasi yang diperoleh dari portal berita BKKBN Provinsi Bengkulu (2017),
Kabupaten Bangkulu tengah masuk dalam kategorik 3 besar kasus pernikahan usia
dini. Angka tertinggi di Kabupaten Mukomuko 32,83%, seluma 30,83% dan Bengkulu
2
tengah 29,12%. Selain itu Sekretaris KPI Bengkulu Irna Riza Yuliastuti pada
rangkaian kegiatan antikekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Bengkulu Tengah
pada kompas.com mengungkapkan, kasus pernikahan anak berusia 11 tahun terjadi di
Kabupaten Bengkulu Tengah. Umur 11 tahun merupakan masa pendidikan di sekolah
dasar. Menikah pada umur yang terlalu muda akan berbaha pada ibu dan bayinya.
Evenhuis (2014) mengungkapkan Setiap tahun, hampir 14 juta anak usia 15-19 tahun
di negara berkembang melahirkan setelah menikah. Komplikasi Pada kehamilan dan
persalinan adalah penyebab utama Kematian bagi anak perempuan yang berusia 15-
19 tahun di negara berkembang.
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak didapatkan kasus yang cukup tinggi di
kabupaten Bengkulu Tengah, dimana pernikahan < 14 tahun berjumlah 4,50%,
15-16 tahun 20%, 17-18 tahun 23,54% dan 19-24 tahun 41,1%.
Penelitian yang dilakukan oleh Khaparistia (2015) membuktikan bahwa
terdapat beberapa factor yang menjadi penyebab tingginya angka menikah di usia
muda. Faktor utamanya adalah masalah ekonomi yang kurang, faktor pendukung
lainnya adalah pengaruh teman sebaya, keinginan dari informan, keluarga, dan hamil
di luar nikah.
Penelitian Hotchkiss (2016) yang dilakukan di kota Roma (Serbia) ditemukkan
Praktik perkawinan anak (15-17 tahun) paling umum terjadi pada anak perempuan
yang tinggal di rumah tangga miskin, berpendidikan kurang, dan tinggal di
pedesaan.
Evenhuis (2014) menyampaikan perempuan di daerah pedesaan dua kali lebih
mungkin untuk menikah pada usia 18 tahun bila dibandingkan dengan perempuan di
kota. Selain itu perempuan yang tidak sekolah tiga kali lebih mungkin untuk
menikah Bila dibandingkan dengan perempuan yang menempuh pendidikan sampai
sekolah menengah. Anak yang menikah usia dini lebih cenderung memilih pasangan
sendiri; Artinya, anak perempuan memilih untuk menikah karena alasan kompleks
termasuk stigma seks pra nikah dan kehamilan.
Perkawinan usia kurang dai 18 tahun paling sering terjadi pada masyarakat
3
patriarkal di mana orang tua memiliki peran penting dalam memilih pasangan untuk
anak-anak mereka. Anak perempuan sering menikah tak lama setelah pubertas
untuk memaksimalkan potensi melahirkan anak mereka. Banyak budaya memberi
penekanan pada perempuanan, yang sangat terkait dengan kehormatan keluarga.
Orangtua dapat menikahkan seorang anak perempuan pada usia dini untuk
memastikan bahwa dia menikah sebagai perawan dan untuk mencegah kelahiran di
luar nikah (Council on Foreign Relation, 2013)..
Orang-orang dari berbagai agama mendukung pernikahan dini, yang
diperdebatkan di dalam banyak komunitas religius. Di Ethiopia, misalnya,
perkawinan anak masuk dalam kebiasaan komunitas Kristen Ortodoks seperti di
wilayah Amhara, meskipun gereja Ortodoks di negara tersebut menentang praktik
tersebut. Beberapa Muslim mengizinkan anak menikah karena Quran menentukan
bahwa anak perempuan dapat menikah saat mencapai kedewasaan, yang oleh para
ilmuwan konservatif didefinisikan sebagai masa pubertas. Namun, ada perdebatan
di dalam Islam tentang berapa umur seorang gadis mencapai kedewasaan. Banyak
komunitas Muslim dan ilmuwan Islam setuju dengan usia kedewasaan yang diakui
secara internasional, delapan belas tahun (Council on Foreign Relation, 2013).
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji Faktor-faktor
yang berhubungan dengan pernikahan usia dini di kabupaten Bengkulu Tengah.
4
adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di antara perempuan-perempuan yang
berpendidikan
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan menikah di
usia dini. Bedasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian
ini adalah apa saja faktor - faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini
di kabupaten Bengkulu Tengah.
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti
puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),berasal dari
bahasa Latin “adolescere kerard tumbuh ke arah kematangan.Kematangan yang
dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan
sosial dan psikologi. (Kumalasari 2013)
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Sedangkan dari program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin (Erna).
2.1.2 Ciri- Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau cirri
perkembangan, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu (Erna, 2015) :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir khayal (abstrak)
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin mencari identiras diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
3. Masa remaja akhir (16-19)
7
8
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan, jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah
suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu perilaku manusia
mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian dan lain sebagainya, bahkan kegiatan internal seperti berfikir,
persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia, dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah apa yang dikerjakan organisme baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Teori Lawrence Green (1980) terapat 3 faktor determinan yang
membentuk perilaku seseorang, yaitu:
1. Predisposing factor (Faktor Predisposisi)
Faktor Predisposisi adalah faktor penyebab atau pencetus atau faktor
yang mempengaruhi, yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, perasaan,
nilai, norma, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki, yang mana
berhubungan dengan motivasi seorang individu atau kelompok terhadap suatu
perbuatan, faktor faktor tersebut tergolong kedalam aspek psikologis yang meliputi
dimensi kognitif dan affektif.
Faktor faktor demografi seperti status sosial, ekonomi, umur, jenis
kelamin, pendidikan dan keluarga juga dapat mempengaruhi sikap atau
perilaku seseorang, namun faktor demografi ini tidak ada didalam daftar faktor
yang mempengaruhi (Predisposing) karena faktor demografi tidak bisa dengan
mudah dan secara langsung dipengaruhi oleh program promosi kesehatan.
Pengetahuan atau Kesadaran
Meningkatnya pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku seseorang atau organisasi, tetapi pengetahuan berhubungan positif
terhadap sikap seseorang. Pengetahuan diperlukan sebelum kesadaran seseorang
muncul, tetapi tindakan belum tentu muncul kecuali jika seseorang menerima
ransangan yang cukup kuat untuk memicu motivasi dalam bertindak. Pengetahaun
diperlukan seperti didalam mengenali sesuatu sebelum seseorang bertindak.
Perubahan dalam kesadaran atau pengetahuan akan membawa
9
10
11
berfikir atau perasaan tentang objek, orang maupun situasi. Kirscht menilai
sikap sebagai kumpulan kepercayaan yang meliputi aspek evaluatif, oleh
karena itu sikap bisa dinilai positif atau negatif, sikap berbeda dengan nilai.
Menurut Rokeach nilai lebih dalam posisinya dan tidak terlalu berubah ubah
dibandingkan sikap dan kepercayaan.
Ada dua konsep tentanng sikap yaitu : 1) sikap adalah perasaan yang konstan,
yang berhadapan langsung dengan objek misalnya orang, perbuatan, situasi, ide;
2) sikap melekat pada strukturnya adalah evaluasi dimensi baik dan buruk.
2. Enabling factors (Faktor Pemungkin)
Faktor faktor yang memungkinkan meliputi ketersediaan, ketercapaian,
kemampuan atau ketersedian sumber sumber komunitas dan pusat kesehatan, selain
itu juga meliputi kondisi kehidupan seseorang yang bertindak sebagai
penghambat aksi, seperti contohnya “ketersediaan transportasi yang mampu
membuat seorang ibu mau berpartisipasi dalam program kesehatan. Faktor
pemungkin juga meliputi sumber sumber dan skiil baru dimana seseorang,
organisasi atau komunitas perlu untuk melakukan perubahan sikap dan aksi
yang dibutuhkan untuk memodifikasi lingkungan. Contoh sumber sumber
tersebut meliputi : organisasi dan ketersediaan fasilitas pusat kesehatan,
personil, sekolah, klinik dipedesaan atau sumber sumber lain yang serupa,
sedangkan skiil yang dimaksud adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki
personal atau organisasi yang dapat mempengaruhi fisik atau lingkungan.
Pada penelitian tentang enabling factor (faktor pemungkin), Milo mengatakan
“ bahwa perilaku kesehatan suatu populasi bisa dibatasi oleh tingkat atau
level sumber sumber atau fasilitas kesehatan yang tersedia dan terjangkau.
3. Reinforcing factor (Faktor Penguat)
Faktor penguat adalah konsekuensi perbuatan yang menentukan
apakah si pelaku menerima umpan balik positif atau negatif dan didukung
secara sosial setelah hal tersebut terjadi. Faktor penguat meliputi dukungan
sosial, pengaruh pasangan dan nasehat serta umpan balik dari penyedia pusat
pelayanan, faktor penguat juga meliputi konsekuensi fisik contoh perasaan
12
sehat atau sakit, selain itu faktor penguat juga meliputi konsekuensi perilaku
yang merugikan atau hukuman yang bisa mengarah kepada hilangnya perilaku
positif.
Faktor penguat memberikan manfaat sosial seperti (pengakuan atau
penghargaan), manfaat fisik seperti (kesenangan, rasa nyaman, berkurangnya
rasa sakit), manfaat ekonomi (penghargaan nyata) dan hayalan atau
penghargaan imajinasi seperti (perbaikan penampilan, harga diri atau
kerjasama dengan seseorang yang diidolakan yang mendemonstrasikan
perilaku).
Untuk tiap tiap perilaku prioritas dari diagnosa perilaku, faktor penguat yang
penting bisa ditentukan, sebagai contoh “ penghentian merokok”, penguat bisa
diperoleh dalam bentuk dukungan sosial dari pasangan dan nasehat dari
penyedia layanan pusat kesehatan.
Beberapa faktor penguat yang memiliki penguatan sosial bisa menjadi
enabling factor jika faktor tersebut menghasilkan dukungan sosial, seperti
keuangan atau transportasi atau bahkan nasehat yang bersahabat. Penguat juga bisa
menjadi khayalan, seperti model perilaku pada iklan di televisi yang terlihat
menyenangkan.
Sumber penguat bervariasi tergantung pada tujuannya. Positif atau tidaknya
penguatan pada sikap dan perilaku orang orang tertentu, beberapa mereka akan
lebih berpengaruh dibandingkan yang lain dalam mempengaruhi perilaku. Sebagai
contoh penelitian menunjukan bahwa perilaku merokok, minum, obat obatan pada
orang dewasa sangat dipengaruhi oleh teman, terutama teman baik. Perilaku
merokok pada anak usia 6-8 tahun biasanya dipengaruhi oleh orang tua,
sedangkan perilkau merokok pada usia 9-11 tahun bisa dipengaruhi oleh teman
sebaya. Sikap orang tua, kepercayaan dan tindakan terutama ibu, menempati
posisi kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan remaja. Perencana
program harus hati hati menilai faktor penguat, untuk meyakinkan partisipan
memiliki kesempatan maksimum untuk memberikan timbal balik yang suportif
bagi perilaku baru mereka.
13
14
15
16
kesehatan yang buruk kepada generasi yang akan datang, dan merampas
produktivitas masyarakat yang lebih luas baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Meskipun kajian-kajian untuk mengetahui dampak perkawinan usia
anak terhadap masyarakat sangat sedikit, tetapi perhatian terhadap topik tersebut
terus berkembang.
Kajian yang dilakukan oleh The World Bank memperkirakan bahwa
perkawinan usia anak di beberapa negara di sub-Sahara Afrika memberikan
kontribusi terhadap seperlima pelajar perempuan yang putus sekolah
menengah. Kajian tersebut menghitung bahwa setiap penundaan satu
perkawinan dapat berpotensi untuk meningkatkan kemungkinan melek huruf dan
menyelesaikan sekolah menengah beberapa persen. Kajian tersebut menyimpulkan
bahwa "investasi pada anak perempuan sampai mereka menyelesaikan tingkat
pendidikan selanjutnya akan menghasilkan pendapatan seumur hidup dari kelompok
anak perempuan saat ini yang setara dengan 68 persen produk domestik bruto
tahunan."(Chaaban. 2011) Kajian lain yang dilakukan oleh UNICEF di Nepal
menyatakan bahwa hilangnya kesempatan bersekolah sebagai akibat dari
perkawinan usia anak adalah sebesar 3,87 persen dari Produk Domestik Bruto
(PDB)(Rabi.2014). Kajian-kajian dengan temuan yang sama telah dilakukan di
Bangladesh dan di negara-negara lain, dan lebih banyak riset sedang dilakukan
untuk lebih memahami kerugian ekonomi dari perkawinan usia anak.
Kajian tentang pembiayaan eksploratif yang dilakukan oleh UNICEF
mengkaji dampak perkawinan usia anak dan remaja terhadap perekonomian
Indonesia dengan memperkirakan dampak penundaan perkawinan anak perempuan
terhadap pasar tenaga kerja. Kajian tersebut menjelaskan kelompok anak
perempuan menikah usia 15-19 tahun selama 36 tahun ke depan. Dengan
menggunakan perkiraan konservatif, kajian tersebut menunjukkan bahwa
penundaan usia perkawinan anak perempuan sampai 20 tahun dapat meningkatkan
1,70 persen PDB pada tahun 2014. Hasil ini menunjukkan bahwa investasi pada
anak perempuan memiliki dampak besar terhadap perekonomian Indonesia
selama masa produktif mereka dan penundaan perkawinan mendukung potensi
17
18
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Nilai
4. Sikap
5. keyakinan
Perubahan perilaku
Faktor pemungkin (enabling) dan gaya hidup
1. Ketersediaan sumber daya
kesehatan.
2. Keterjangkauan sumber daya
kesehatan Sehat
3. Komitmen masyarakat,
pemerintah dan pengambil
kebijakan/keputusan untuk
meningkatkan keterampilan
tenaga kesehatan
1. Keluarga Lingkungan
2. Rekan/kerabat sebaya
3. Guru (kondisi hidup )
4. Pengusaha
5. Penyedia pelayanan kes
6. Tokoh masyarakat
7. Pengambil kebijakan/keputusan
Gambar 2.1
Teori Perubahan Perilaku (L.Green, 1980 dalam Sarwono)
19
Faktor Predisposisi :
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendidikan Orang Tua
- Pekerjaan Orang Tua
- Status Ekonomi
Keluarga
- Umur Menarche
- Pengetahuan
- Sikap
- Budaya
- Stigma
Faktor Pendukung:
- Penyuluhan Kesehatan Pernikahan Usia
Reproduksi, Dini
- Keterpaparan Media
Informasi
Faktor Pendorong :
- Teman Sebaya
- Peran Orang Tua
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitia. Adapun hipotesis pada penelitian
ini adalah
Ha : Ada Hubungan Faktor Predisposisi dengan Penikahan Usia Dini
Ha : Ada Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pernikahan Usia Dini
Ha : Ada Hubungan Faktor Penguat dengan Pernikahan Usia Dini
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Rumusan Masalah
Riset Pertama
Riset Kuantitatif
Temuan Riset
Kuantitatif
21
meningkat dan ditemukan umur menikah yang terlalu dini. Bengkulu Tengah terdiri
dari 10 Kecamatan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2017
n = Jumlah Sampel
Z1-α/2 = 1,28 (90% derajat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini)
Z1-β = 0,84 (90% power study yang digunakan dalam penelitian ini)
Pendidikan
Desiyanti, 2017 0,627% 0,311% 3,737 41
Orang Tua
Pendidikan
Rahardjo, 2013 0,608% 0,410% 2,23 108
responden
Peran Orang
Desiyanti, 2017 0,714% 0,301% 5,781 24
Tua
23
Terdapat kriteria dalam pemilihan sampel, yang tediri dari kriteria inklusi dan
kriteria Ekslusi.
Kriteria Inklusi:
1. Menikah Pada Tahun 2017
2. Pernikahan Pertama
3. Betempat tinggal di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah
4. Bersedia menjadi responden
Kriteria Ekslusi:
1. Janda/Duda
2. Istri Berasal dari kabupaten lain
responden jika ≥ 18
sebelum tahun
18 tahun (BKKBN
PROV, 2017)
2 Pendidi Jenjang Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
kan pendidikan r n jika tamat
Respon formal Kuesio ≤ SLTA
den terakhir ner 1. Tinggi,
yang telah jika tamat
ditamatkan > SLTA
(Permendikbud
, 2016)
3 Pekerja Status Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
an Pekerjaan r n Bekerja,
Respon yang Kuesion jika tidak
den dimiliki oleh er memiliki
responden pekerjaan/se
saat dang
menikah sekolah
1. Bekerja,
jika
TNI/POLRI
, PNS,
Petani,
Wiraswasta
4 Pendidi Jenjang Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
kan pendidikan r n jika tamat ≤
Orang formal Kuesio SLTA
Tua terakhir ner 1. Tinggi,
yang telah jika tamat
ditamatkan > SLTA
ayah/ibu (Permendikbu
remaja d, 2016)
4 Pekerja Status Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
an pekerjaan r n Bekerja, Jika
Orang yang Kuesio orang tua
Tua dimiliki ner tidak bekerja
oleh ayah 1.TANI/BUR
atau ibu UH/SWAST
remaja A
2.TNI/POLRI
PNS
6 Status Tingkat Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
Ekono kemamuan r n jika < UMK
mi ekonomi Kuesio Benkulu
25
jika skor
jawaban ≤
median (29)
11 Keterpa Informasi Kuesione Pengisia 0. Terpapar, Ordinal
paran yang r n jika jika skor
Media didapatka Kuesio jawaban >
Informa n ner Median (1)
si responde 1. Kurang
n tentang Terpapar, jika
seksual skor jawaban
(pornografi) ≤ median (1)
12 Budaya Kebiasaan Kuesione Pengisia 0. Ada Ordinal
Masyarakat r n pengaruh
setempat Kuesio budaya,jika
yang ner skor >
secara turun median (1)
temurun 1. T i d a k Ada
yang diikuti Pengaruh
oleh budaya,
responden jika skor ≤
median (1)
13 Teman Keinginan Kuesione Pengisia 0. Ada Ordinal
Sebaya untuk r n Pengaruh,
menikah Kuesio jika skor >
di usia ner median (5)
muda 1. Tidak
dikarenakan Pengaruh, ≤
dorongan median (5)
teman
sebaya
14 Peran seperangkat Kuesione Pengisia 0. Tidak Ordinal
orang perilaku r n Berperan,
tua ayah dan Kuesio jika skor ≤
ibu dalam ner mean (2)
membimbin 1. Berperan,
g dan jika skor
melakukan > mean (2)
pengawasa
n terhadap
anaknya
termasuk
hubungan
komunikasi
orang tua
27
dengan
anaknya
tentang
segala h a l
15 Stigma Pandangan Kuesione Pengisia 0. Rendah, Ordinal
negative r n Jika > skor
responden Kuesion median (4)
tentang er 1. Tinggi, jika
menikah skor ≤
usia dini median (4)
30
31
32
BAB IV
RINCIAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
1 Honorarium 6.375.000,-
2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan 8.545.000,-
3 Perjalanan 18.700.000,-
4 Konsumsi 5.880.000,-
5 Lain-lain : Publikasi, seminar, laporan 10.500.000,-
Jumlah 50.000.000,-
33
Tabel 4.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini
di Kabupaten Bengkulu Tengah
No Kegiatan BULAN
Mei Jun Jul Au Sept Okt Nov
I. PERSIAPAN
1. Pengurusan ijin √
2. Menyusun rencana dan pembagian √
3. k j
Menyusun rencana tahapan kegiatan √
4. Menyiapkan perlengkapan √
5. Pengorganisasi √
II. PELAKSANAAN
1. Sosialisasi kegiatan dengan unsur √
2. k i
Pengumpulan data KUA dan Kantor √
Pemerintahan terkait
3 Seminar Proposal dan Revisi Proposal √ √
4. Pengumpulan data identifikasi √ √ √
pernikahan dini
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1
Luas wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
1 Taba Penanjung 148,38
2 Karang Tinggi 137,47
35
36
39
Tidak P OR
Pendidikan Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
N % n % n %
Rendah 63 27,6 165 72,4 288 100 0,724
Tinggi 0 0 9 100 9 100 0,117 (0,668-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 0,784)
40
Tabel 5.7
Hubungan Pekerjaan dengan Pernikahan Usia Dini
Tidak P OR
Pekerjaan Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
N % n % n %
Tidak
45 29,6 107 70,4 152 100 1,565
Bekerja
18 21,2 67 78,8 85 100 0,209 (0,837-
Bekerja
2,928)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan pernikahan usia dini menunjukkan
bahwa dari 152 responden yang tidak bekerja, terdapat 45 (29,6%) menikah dini dan 107
(70,4%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 85 responden yang bekerja terdapat 18
(21,2%) yang menikah dini dan 67 (78,8%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,209 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 1,565artinya orang yang
bekerja mempunyai peluang 1,565 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang tidak
bekerja.
41
Tidak OR
Pendidikan Menikah Total P value
Menikah 95%CI
Dini
Dini
n % N %
Ayah : 0.733
- Rendah 63 26,7 173 73,3 236 100 1,000 (0,679 –
- Tinggi 0 0 1 100 1 100 0.792)
Ibu : 0,732
- Rendah 63 26,8 172 73,2 235 100 1,000 (0,677-
- Tinggi 0 0 2 100 2 100 0,791)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
Hasil analisis hubungan antara pendidikan ayah dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 236 yang berpendidikan rendah, terdapat 63 (26,7%) yang
menikah dini dan 173 (73,3%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
1,000 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pendidikan ayah dengan
pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,733, artinya responden
dengan pendidikan ayah yang tinggi mempunyai peluang 0,733 kali untuk tidak
menikah dini dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 235 yang berpendidikan rendah, terdapat 63 (26,8%) yang
menikah dini dan 172 (73,2%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
1,000 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan
42
pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,732, artinya responden
dengan pendidikan ibu yang tinggi mempunyai peluang 0,733 kali untuk tidak menikah
dini dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Pekerjaan Tidak
Menikah Total P value
Ayah Menikah
Dini
Dini
n % n % n %
Ayah :
- Petani/Pedagang/Buruh/
61 26,8 167 73,2 228 100
Swasta 0,384
- PNS/POLRI
0 0 4 100 4 100
- Tidak Bekerja
2 40,0 3 60,0 5 100
Ibu:
- Petani/Pedagang/Buruh/ 29 34,9 54 65,1 83 100
Swasta 0,069
- PNS/KADES 0 0 3 100 3 100
- Tidak Bekerja 34 22,5 117 77,5 151 100
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ayah dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 228 yang bekerja sebagai petani/pedagang/buruh/swasta, terdapat
43
61 (26,8%) menikah dini dan 167 (73,2%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,384 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan
pernikahan usia dini.
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 83 yang bekerja sebagai petani/pedagang/buruh/swasta, terdapat
29 (34,9%) menikah dini dan 54 (65,1%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 151 ibu yang
tidak bekerja terdapat 34 (22,5%) anaknya menikah dini dan 117 (77,5%) tidak menikah
dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,069 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pernikahan usia dini.
5.4.5 Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Pernikahan Usia Dini
Hasil analisis hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan pernikahan usia dini
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 5.10
Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Pernikahan Usia Dini
Hasil analisis hubungan antara status ekonomi keluarga dengan pernikahan usia
dini menunjukkan bahwa dari 144 dengan status ekonomi rendah, terdapat 40 (27,8%)
yang menikah dini dan 104 (72,2%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 93 dengan
status ekonomi keluarga tinggi terdapat 23 (24,7%) menikah dini dan 70 (75,3%) tidak
menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,604 maka dapat disimpulkan tidak
44
ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan pernikahan usia dini. Dari hasil
analisis diperoleh nilai OR = 1.171 artinya responden dengan status ekonomi keluarga
yang tinggi mempunyai peluang 1,171 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan
yang memiliki status ekonomi rendah.
Usia Tidak P OR
Menikah Total
Menarche Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Tidak
0 0 3 100 3 100 1,412
Normal
54 29,2 131 70,8 185 100 0,558 (1,287-
Normal
1,549)
Jumlah 54 28,7 134 71,3 188 100
Hasil analisis hubungan antara usia menarche dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 185 responden perempuan dengan usia menarche yang
normal, terdapat 54 (29,2%) yang menikah dini dan 131 (70,8%) tidak menikah dini.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,558 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
antara usia menarche dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis diperoleh nilai
OR = 1.412 artinya responden dengan usia menarche yang normal mempunyai peluang
1,412 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang memiliki usia menarche tidak
normal.
45
Tabel 5.12
Hubungan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dengan Pernikahan Usia Dini
Penyuluha Tidak P OR
Menikah Total
n Kespro Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Tidak
41 23,8 131 76,2 172 100 0,612
Pernah
22 33,8 43 66,2 65 100 0,164 (0,328-
Pernah
1,140)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
46
Pengetahu Tidak P OR
Menikah Total
an Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % N % n %
Kurang 43 32,1 91 67,9 134 100 1,961
Baik 20 19,4 83 80,6 103 100 0,041 (1,067-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 3,603)
47
Tidak P OR
Sikap Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Mendukung
33 34.4 63 65,6 96 100 1,938
Tidak
30 21.3 111 78,7 141 100 0,037 (1,082-
Mendukung
3,472)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pernikahan usia dini menunjukkan
bahwa dari 96 responden yang memiliki sikap mendukung pernikahan dini, terdapat 33
(34,4%) yang menikah dini dan 63 (65,6%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 141
responden yang memiliki sikap tidak mendukung pernikahan dini, terdapat 30 (21,3%)
menikah dini dan 111 (78,7%) tidak menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,037 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap dengan pernikahan usia dini.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 1,938 artinya responden yang memiliki sikap
yang tidak mendukung mempunyai peluang 1,938 kali untuk tidak menikah dini
dibandingkan yang memiliki sikap mendukung.
48
Tabel 5.15
Hubungan Keterpaparan Media Informasi dengan Pernikahan Usia Dini
49
Tabel 5.16
Hubungan Budaya dengan Pernikahan Usia Dini
Pengaruh Tidak P OR
Menikah Total
Budaya Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % N % n %
Ada
Pengaruh 33 36,7 57 63,3 90 100 2,258
Tidak Ada 30 20,4 117 79,6 147 100 0,009 (1,255-
Pengaruh 4,061)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
50
Tabel 5.17
Hubungan Pengaruh Teman dengan Pernikahan Usia Dini
Pengaruh Tidak P OR
Menikah Total
Teman Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Ada
Pengaruh 33 30,8 74 69,2 107 100 1,486
Tidak Ada 30 23,1 100 76,9 130 100 0,231 (0,833-
Pengaruh 2,651)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
Hasil analisis hubungan antara pengaruh teman dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 107 responden yang terpengaruh teman, terdapat 33 (30,8%)
yang menikah dini dan 74 (69,2%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 130 responden
yang tidak terpengaruh teman, terdapat 30 (23,1%) menikah dini dan 100 (76,9%) tidak
menikah dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,231 maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan antara pengaruh teman dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis
diperoleh nilai OR = 1,486 artinya responden yang tidak terpengaruh teman
mempunyai peluang 1,486 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang ada
pengaruh teman.
51
Tabel 5.18
Hubungan Peran Orang Tua dengan Pernikahan Usia Dini
Peran Tidak P OR
Menikah Total
Orang Tua Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Tidak
34 35,4 62 64,6 96 100 2,118
Berperan
29 20,6 112 79,4 141 100 0,017 (1,180-
Berperan
3,800)
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100
Hasil analisis hubungan antara peran orang tua dengan pernikahan usia dini
menunjukkan bahwa dari 96 dengan orang tua tidak berperan, terdapat 34 (35,4%) yang
menikah dini dan 62 (64,6%) tidak menikah dini. Selanjutnya dari 141 dengan orang
tua yang berperan, terdapat 29 (20,6%) menikah dini dan 112 (79,4%) tidak menikah
dini. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,017 maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara peran orang tua dengan pernikahan usia dini. Dari hasil analisis
diperoleh nilai OR = 2,118 artinya responden yang memiliki orang tua yang berperan
mempunyai peluang 2,118 kali untuk tidak menikah dini dibandingkan yang tidak ada
peran orang tua.
52
Tabel 5.19
Hubungan Stigma dengan Pernikahan Usia Dini
Tidak P OR
Stigma Menikah Total
Menikah value 95%CI
Dini
Dini
n % n % n %
Rendah 34 34,0 66 66,0 100 100 1,918
Tinggi 29 21,2 108 78,8 137 100 0,039 (1,072-
Jumlah 63 26,6 174 73,4 237 100 3,435)
Tabel 5.20
Seleksi Analisis Bivariat antara Variabel Bebas dengan Pernikahan Usia Dini
Variabel P value OR 95% CI
Pendidikan 0,117 0,724 (0,668 – 0,784)
Pekerjaan 0,209 1,565 (0,837-2,928)
Pekerjaan Ibu 0,069
Penyuluhan 0,164 0,612 (0,328 – 1,140)
Pengetahuan 0,041 1,961 (1,067-3,603)
Sikap 0,037 1,938 (1,082-3,472)
Keterpaparan Media Informasi 0,032 1,966 (1,098-3,522)
Pengaruh Budaya 0,009 2,258 (1,255-4,061)
Pengaruh Teman 0,231 1,486 (0,833 – 2,651)
Peran Orang Tua 0,017 2,188 (1,180 – 3800)
Stigma 0,039 1,918 (1,072 – 3,435)
54
Tabel 5.21
Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini
Tahapan Analisis B p OR 95% CI
Step 1
- Pendidikan 19.884 0,999 4,322 0,000 – 0,000
- Pekerjaan 0,463 0,180 1,588 0,808 – 3,123
- Pekerjaan Ibu 0,211 0,208 1,235 0,889 – 1,714
- Penyuluhan -0,777 0,030 0,460 0,228 – 0,927
- Pengetahuan 0,178 0,718 1,195 0.456 – 3,132
- Sikap 0,536 0,108 1,708 0,890 – 3,280
- Pengaruh Media 0,415 0,389 1,514 0,590 – 3,888
- Pengaruh Budaya 1,086 0,349 2,962 0,305 – 28.80
- Pengaruh Teman -0,005 0,989 0,995 0,521 – 1,903
- Peran Orang Tua 18,410 0,999 9894 0,000 – 0,000
- Stigma -18,591 0,999 0,000 0,000 – 0,000
- Constant -0,346 0,401 0,708
Step 2
- Pendidikan 19.881 0,999 4,311 0,000 – 0,000
- Pekerjaan 0,463 0,180 1,588 0,808 – 3,123
- Pekerjaan Ibu 0,211 0,207 1,235 0,890 – 1,713
- Penyuluhan -0,777 0,028 0,460 0,230 – 0,920
- Pengetahuan 0,178 0,717 1,195 0.457 – 3,128
- Sikap 0,536 0,108 1,708 0,890 – 3,280
- Pengaruh Media 0,414 0,387 1,513 0,592 – 3,868
- Pengaruh Budaya 1,083 0,343 2,953 0,315 – 27.67
- Peran Orang Tua 18,411 0,999 9901 0,000 – 0,000
- Stigma -18,590 0,999 0,000 0,000 – 0,000
- Constant -0,348 0,369 0,706
Step 3
- Pendidikan 19.914 0,999 4,455 0,000 – 0,000
55
Hasil akhir analisis multivariat terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan
pernikahan usia dini yaitu penyuluhan, sikap dan pengaruh budaya(p < 0,05). Untuk
melihat faktor mana yang paling berhubungan dengan pernikahan dini adalah dengan
melihat nilai OR.
Untuk variabel penyuluhan diperoleh OR= 0,446 berarti responden dengan
yang pernah mendapat penyuluhan mempunyai peluang 0,446 kali untuk tidak
menikah dini. Variabel sikap diperoleh OR=1,881 berarti responden yang memiliki
sikap yang tidak mendukung memiliki peluang 1,881 kali untuk tidak menikah dini.
Variabel pengaruh diperoleh OR=2,342 berarti responden yang tidak terpengaruh
budaya memiliki peluang 2,342 kali untuk tidak menikah dini. Dari ketiga faktor
tersebut, faktor yang paling berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah pengaruh
budaya (OR = 2,342).
57
5. 6 Analisis Kualitatif
Untuk mendapa informasi tentang faktor yang berhubungan dengan pernikahan
dini peneliti mewawancarai delapan orang informan yang terdiri dari informan yang
menikah dini, orang tua, tokoh agama, kades dan tokoh masyarakat.
Karakteristik Informan
Tabel 5.22
Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Keterangan
5.6.1 Pengetahuan
Informan mengatakan umur seseorang dikatakan menikah usia dini jika menikah di
bawah 17 tahun, serta umur yang tepat untuk menikah adalah berusia 20 tahun.
Informan juga mengatakan bahwa menikah di Usia dini tidak bermasalah selagi
sehat dan memiliki badan yang besar. Hasil wawancara dengan informan terdapat
pada kutipan di bawah ini.
(Pernikahan umur 17 tahun, kalau yang bersangkutan sehat dan secara fisik cukup
besar maka pernikahan dini tidak ada dampak negatifnya)
Informan 1
“….Kalau usia ideal nyo cewek tu nikah tu umur 18 tahun kalau cowok umur 20
tahun, jadi kalu di bawah itu berarti pernikahan dini, paling dampak ekonomi
karena belum mapan kerjo nyo, kalu dampak kesehatan idak ado dak …..nyo lebih
mudo lebih sehat….”
(Usia ideal menikah perempuan 18 tahun dan laki-laki 20 tahun, maka jika di
bawah usia itu disebut pernikahan dini, menurut saya yang berdampak hanya
masalah ekonomi karena belum ada pekerjaan mapan, kalau dampak kesehatannya
tidak ada.
Informan 2
“….Orang yang menikah 17 tahun ke bawah, kalau 17 tahun ke atas idak lagi…”
(orang yang menikah di bawah 17 tahun, jika sudah 17 tahun ke atas tidak dini
lagi)
Informan 4
5.6.2 Sikap
Sikap informan tentang menikah dini setuju, dengan alasan supaya mempunyai
teman hidup serta tidak menjadi beban orang tua. Seperti kutipan hasil wawancara
dengan informan sebagai berikut.
“….kalau aku setuju ajo asal memang suko samo suko dan lanang tu memang ndak
bertanggung jawab…”
(saya setuju, asal memang suka sam suka dan laki-laki nya juga mau bertanggung
jawab)
Informan 1
“….biaso ajo nengok orang nikah dini tu. Ado kawan hidup beduo… nikah tu
lemak, bisa bantu nyuci pakaian laki, nyiapi makanan. Dari pado dak ado kerjo
dirumah….”
(biasa saja melihat orang menikah dini. Ada teman hidup berdua… nikah itu enak,
bisa bantu nyuci baju suami, nyiapin makanan. Dari pada tidak ada kerjaan di
rumah…”
59
Informan 4
5.6.3 Media
Media komunikasi untuk dareah/desa yang jauh dari kota tidak begutu di
manfaatkan dikarenakan tidak memiliki jaringan. Namun untuk daerah yang
terdapat jaringan media komunikasi seperti Hp menjadi sarana bagi informan untuk
berkomunikasi dengan pacarnya. Seperti yang disampaikan informan dalam kutipan
wawancara berikut :
“…Pengaruh Hp pulo cag nyo karno anak anak kini ni kan pacak bekenal kenalan
pakai Hp, la lancer galo bejanjian betemu tu, la dag pacak pulo lagi kito ndak
ngontrol nyo nian…”
(Pengaruh Hp juga sepertinya, anak anak sekarang semua sudah terlalu mengikuti
perkembangan zaman terutama dengan HP jadi orang tua sudah sulit
mengontrolnya)
Informan 8
5.6.4 Budaya
Informan berpandangan menikah muda itu faktor lingkungan dan adat, karena
mereka beranggapan menikah diusia dini itu sudah biasa terjadi di lingkungan
tempat tinggal.
“…biaso bae, iyo lah terbiaso jugo orang nikah mudodi siko..”
(biasa saja, iya karena sudah terbiasa juga orang nikah muda di sini)
Informan 6
60
5.5.6 Stigma
Informan berpandangan menikah muda itu sudah biasa saja, ada karena dorongan
orang tua dan ada juga atas keginginan sendiri. Semua persyaratan menikah
langsung di urus oleh orang tua. Seperti hasil kutipan wawancara dibawah ini.
“….lebih baik kami nikah kan dari pado kami bebas idag keruan, kalo nikah kan
justru idak malu, samo juga kek orang-orang lain yang nikah biaso, paling dikecek-
kecek orang sebentar udah tu ilang….”
(lebih baik kita menikah dari pada kita melakukan pergaulan bebas berlama-lama,
perlakuan yang kita terima sama seperti orang umumya yang mau menikah,
asalkan orang tua kita merestui, memang akan menjadi pembicaraan orang tapi itu
hanya sebentar saja)
Informan 1
“….Kalo aku cemas nian bu karno idak tau kalo la hamil, jadi takut jugo kenai
marah gaek, tapi akhirnya nikah jugo tapi belum ado surat nikahnyo, aku belum
bisa nikah KUA karno masih 15 tahun…”
(kalau saya takut sekali, karena saya tidak tahu sama sekali kalau saya sudah
hamil, dan takut di marah orang tua, tapi akhirnya saya dinikahkan juga walau
tidak di KUA karena masih umur 15 tahun)
Informan 2
61
“…. Biaso bae, iyo la tebiaso jugo orang nikah mudo di siko…kalau aku idak
nyesal nikah muda, entah wong lain. Tapi alasan kami nikah tu takdir. Kemarin tu
bukan kami yang ngurus ke KUA. Segalonyo yang ngurus mertuo aku yang
ngurus…”
(biasa saja, iya sudah terbiasa nikah muda di sini…. Kalau saya tida menyesal
nikah muda, tidak tahu kalau orang lain. Alasan menikah karena sudah takdir,
waktu itu bukan kami yang mengurus ke KUA. Semuanya di bantu oleh mertua)
Informan 6
“….Kalau anak anak kini kalau nyo la ndak nikah elok lah nikah kan ajo karno idak
pulo ado gunonyo lagi di tahan tahan apo lagi kalo nyo la metean lamo, sekolah
idak ndak lagi, zaman kini idak pulo jadi kecek an orang lagi nikah cepat, la
biaso….”
(anak zaman sekarang kalau mereka sudah minta dinikahkan ya lebih baik dinikah
kan saja, apalagi kalau kita tahu mereka sudah lama berpacaran dan sudah tidak
mau melanjutkan sekolah lagi, dan dizaman sekarang sudah biasa menikah dini,
semua sudah mengerti apa sebabnya)
Informan 8
“….Kito perangkat desa ni sebenarnyo idak nian sesuai dengan nikah cepat cepat
ni, tapi kiniko segalo la serba salah, kito buat aturan hukum adat, hokum adat tu
nian dilanggar, jadi kini biar idak malu ajo desa ni..yo di atur atur cak itu lah,
apolagi kalo yang la hamil duluan ndak diapokan lagi daripado mencoreng namo
desa yo dinikahkan ajo…”
(Para perangkat desa kalau mau sesuai aturan tidak setuju dengan pernikahan dini,
namun sekarang semua juga tidak tunduk lagi dengan hukum adat yang berlaku,
dan demi menjaga nama baik kampong juga akhirnya di nikahkan saja apalagi
yang sudah hamil duluan, tidak ada pilihan lain lagi)
Informan 12
62
BAB VI
PEMBAHASAN
63
64
65
ingin melanjutkan sekolah, dan untuk memperoleh uang tambahan jajan. Sehingga
ketika orang tua menginginkan anak wanitanya menikah, bahkan tanpa
mempertimbangkan usia maka perjodohan akan tetap dilakukan tanpa
mempertimbangkan umur.
Pekerjaan ibu yang menikah pada usia dini adalah pekerjaan yang
dilakukan saat baru dan akan menikah, baik pekerjaan halus maupun pekerjaan
kasar, Bahwa pekerjaan adalah suatu aktivitas manusia berdasarkan pada keahlian
dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupannya, dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi meningkatnya pernikahan
dini adalah kerjasama lintas sektoral untuk pemberian kursus-kursus kepada
masyarakat khususnya remaja putus sekolah seperti memasak, menjahit, otomotif
dan lain-lain, sehingga mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
6.3 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu tengah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ayah
dengan pernikahan dini., hal ini sejalan dengan penelitian Wulanuari, 2017 yang
menunjukkan tidak ada hubunga antara pendidikan ayah dengan pernikahan dini.
Hal ini tidak sejalan dengan Landung dkk (2009) menyatakan bahwa pendidikan
ayah merupakan sebuah aspek yang penting dalam mendidik anak untuk
berkembang dan berfikir secara mandiri. Tingkat pendidikan ayah akan
mempengaruhi pemahaman tentang kehidupan dalam berkeluarga. Tingkat
pendidikan ayah akan mempengaruhi pemahaman tentang kehidupan dalam
berkeluarga. Ayah yang memiliki pemahaman rendah terhadap keluarga akan
memandang bahwa dalam kehidupan berkeluarga akan tercipta suatu hubungan
silaturahmi yang baik, sehingga pernikahan yang semakin cepat merupakan solusi
utama bagi orang tua.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan pernikahan dini, hal ini didukung oleh hasil dari penelitian Wulanuari, 2017
66
yang mengatakan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pernikahan
dini. Tingkat pendidikan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan. Hal ini juga
berarti bahwa bila tingkat pendidikan rendah maka tingkat pengetahuanpun akan
rendah dan berlaku sebaliknya. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pengetahuan termasuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
yang akan diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya yang di dalamnya
memuat norma pergaulan antara remaja putri dan lawan jenisnya. Termasuk juga
pola asuh terhadap anak-anaknya yang akan mempengaruhi perilaku anak-anaknya
dalam bergaul dan bermasyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan ayah yang tinggi
yakni perguruan tinggi tidak berpengaruh terhadap motif menikah dini pelaku
menjadi rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh mengumpul pada kategori rendah atau
tingkat pendidikan rendah yakni setingkat SMA, sehingga hasil tersebut tidak
menunjukkan bahwa semakin rendah pendidikan remaja maka akan mempengaruhi
semakin kuat motif remaja untuk menikah dini maupun sebaliknya, data tidak
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu remaja maka akan semakin
lemah motif menikah dini pada remaja.
Dalam penelitian ini tidak terlihat hubungan signifikan antara pendidikan
orang tua dengan pernikahan usia dini, kemungkinan dapat disebabkan oleh karena
pendidikan orang tua yang rendah tidak menjamin adanya pengetahuan dalam
bidang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi pada responden
6.4 Hubungan pekerjaan Orang Tua dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan pekerjaan ayah dan ibu
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Meskipun sebgaian
besar responden memiliki orang tua yang bekerja, jenis pekerjaan orang tua sebagai
petani, pedagang, buruh, swasta tetapi membuat responden berada dalam siklus
kemiskinan atau status ekonomi rendah.
67
6.5 Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu Tengah
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulanuari (2017 dan Rahardjo
(2013) yang menunjukkan tidak ada hubungan adntara status ekonomi dengan
pernikahan dini. Status ekonomi erat kaitan nya dengan oendapatan keluarga.
Penelitian ini juga sejalan dengan Rosmawar (2013) yang menyatakan bahwa
pendapatan orang tua tidak ada hubungan dengan pernikahan dini karena
seseorang melakukan pernikahan dini dikarnakan tata cara dalam pergaulan yang
mengharuskan mereka
melakukan pernikahan dini. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muzaffak, bahwa pendapatan orang tua memiliki
hubungan yang signifikan dengan pernikahan dini. Hal yang mempengaruhi
kejadian pernikahan usia muda bukan dari sudut pandang pekerjaan remaja
melainkan lebih ke pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua mencerminkan status
sosial ekonomi dari keluarga remaja tersebut. Kehidupan seseorang sangat
ditunjang oleh kemampuan ekonomi keluarga, sebuah keluarga yang berada di
garis kemiskinan akan mengambil keputusan bahwa untuk meringankan beban
orang tuanya maka anak wanita dinikahkan dengan orang-orang yang dianggap
mampu. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial,
pendidikan dan masalah kesehatan bagi orang itu sendiri.
Dalam penelitian ini status ekonomi keluarga tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan terhadap pernikahan usia dini. Status ekonomi keluarga diukur
menggunakan pendapatan keluarga dalam satu bulan yang dihitung dari hasil
orang tua, namun mungkin terjadi bias informasi sewaktu wawancara dimana tidak
semua responden yang ingat secara pasti pendapatan orang tuanya disaat mereka
belum menikah. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut di mana
diusahakan pengukuran pendapatan keluarga yang lebih valid, seperti pengukuran
menggunakan pengeluaran keluarga dalam satu bulan.
68
6.6 Hubungan Umur Menarche dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu
Tengah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur menarche
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah,. Hal ini sejalan
dengan penelitian Wulandari (2014) yang menunjukan tidak ada pengaruh umur
menarche terhadap motif menikah dini di Desa Anjatan Utara. Hal ini sejalan
dengan hasil di
lapangan bahwa pernikahan yang terjadi tidak dipengaruhi oleh cepat
lambat remaja mengalami menstruasi pertama dimana mayoritas menikah dini
memang terjadi pada remaja putri yang sudah mengalami menstruasi pertama. Hal
ini berkaitan dengan pengertian kedewasaan seorang remaja putri di lapangan
yang tidak dilihat dari kemampuannya secara reproduksi, melainkan dilihat dari
standarisasi umur yakni 17 tahun.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Raj (2015) yang mengatakan bahwa
ada hubungan atara umur menarche dengan pernikahan usia dini. Menstruasi
pertama merupakan salah satu tanda bahwa seorang gadis berada pada masa
pubertas. Lebih besarnya prevalensi kejadian pernikahan di usia dini dengan umur
menarche cepat diperkirakan karena perilaku seksual yang didorong oleh hasrat
seksual yang tidak diimbangi dengan kematangan berpikir sehingga dapat
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan yang diakhiri dengan pernikahan di
usia dini.
6.7 Hubungan Pengetahuan dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu
Tengah
Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan
dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Sejalan dengan
penelitian Dwinanda, Wijayanti, Werdani, 2015 menyatakan ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian pernikahan usia dini (p-value : 0,000). Diketahui
responden yang memiliki pengetahuan rendah mengenai pernikahan usia dini
memiliki risiko untuk melakukan pernikahan dini sebesar 4,286 kali dari pada
69
responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai pernikahan usia dini (95%
CI: 2,082-8,825).
Pengetahuan merupakan informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman. Banyak faktor yang berhubungan antara lain jarak daerah yang jauh
dari keramaian atau daerah terisolir menyebabkan kurangnya informasi pada
seseorang. Seperti contoh di daerah desa Kebun Lebar Kecamatan Pematang Tiga
Kabupaten Bengulu Tengah, daerah tersebut jauh dari pusat kota dan
masyarakatnya tidak berusaha menggali informasi sehingga informasi yang
didapat sangat minim diantaranya mengenai bahaya melakukan pernikahan dini
pada anaknya.
Dalam hal ini ketidaktahuan responden akan resiko pernikahan usia dini
merupakan salah satu faktor pendukung responden melakukan pernikahan di usia
dini. Mereka tidak mengetahui konsekuensi dari pernikahan usia dini dan
melahirkan di usia remaja berisiko untuk melahirkan prematur dan berat badan
lahir rendah. Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih
panjang berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi. Perkawinan
usia dini juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi
ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi
rumah tangga.
Resiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orang
tua yang bertanggung jawab, kegagalan perkawinan, kehamilan usia dini berisiko
terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung
dan melahirkan bayinya. Wanita di bawah 20 tahun memiliki resiko tinggi untuk
penyakit dan kematian ketika menjalankan fungsi reproduksi. Memasuki usia 20
tahun secara medik (fisik, biologis, endokrinologi serta psikologis, dan
emosional), perempuan memiliki kematangan menjalankan hak reproduksinya
secara aman terutama dalam menghasilkan generasi bangsa Indonesia yang
berkualitas.
70
6.8 Hubungan Sikap dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara sikap dengan
pernikahan usia dini di kabupaten Bengkulu Tengah. Hasil ini didukung dengan
teori Ahmadi (2008), yang menyatakan sikap remaja yang memandang pernikahan
dini tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan reproduksi menyebabkan remaja
cenderung tanpa pertimbangan mengambil keputusan untuk menikah dini yang
hanya didasarkan kepada pola pikir danpandangan bahwa telah saling mencintai
dan siap untuk menikah.
Menurut peneliti ada hubungan sikap dengan pernikahan usia dini di
Kabupaten Bengkulu Tengah karena perempuan yang memiliki sikap negatif
tentang pernikahan dini tidak mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan jika
melakukan pernikahan dini seperti kurangnya persiapan masing-masing pasangan
dalam menghadapi masalah ekonomi, tanggung jawab, kematangan fisik, psikis
dan sosial.
Hal ini karena kurangnya pendidikan kesehatan tentang dampak dari
pernikahan dini, maka remaja sulit menyelesaikan masalah secara cerdas dan
matang, ditambah pula jika remaja memiliki kepribadian labil. Kemungkinan
kedua karena remaja putri belum mengetahui secara biologis alat-alat
reproduksinya dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya, apalagi jika hamil dan melahirkan. Jika
dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa remaja putri itu
sendiri sehingga remaja putri tetap melakukan pernikahan dini.
Begitupun sebaliknya remaja putri yang telah mengetahui dampak jika
melakukan pernikahan dini yang dapat membahayakan diri karena dapat
menyebabkan penyakit kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia
dini, antara lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim serta kehilangan
masa depannya, maka remaja tidak akan melakukan pernikahan dini.
71
72
6.9 Hubungan Budaya dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu Tengah
Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara budaya dengan
pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Hal ini sejalan dengan
Mubasyaroh (2016) , Karena tradisi dikeluarga (kebiasaan nikah usia dini pada
keluarga dikarenakan agar tidak dikatakan perawan tua). Pada beberapa keluarga
tertentu, dapat dilihat ada yang memiliki tradisi atau kebiasaan menikahkan
anaknya pada usia muda, dan hal ini berlangsung terus menerus, sehingga anak-
anak yang ada pada keluarga tersebut secara otomatis akan mengikuti tradisi
tersebut. Karena kebiasaan dan adat istiadat setempat. Misalnya keyakinan bahwa
tidak boleh menolak pinangan seseorang pada putrinya walaupun masih dibawah
usia 18 tahun terkadang dianggap menyepelekan dan menghina menyebabkan
orang tua menikahkan putrinya.
Anak perempuan kebanyakan diperintahkan untuk segera menikah oleh
orangtuanya, alasan yang melatar belakangi adalah mematuhi kebiasaan yang ada.
Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran orang tua agar anak perempuannya
tersebut selamat dari mitos perawan tua, selain alasan tersebut, alasan ekonomi
juga menjadi latar belakang orangtua segera menikahkan anak perempuannya,
sehingga pendidikan untuk anak perempuan tidak dianggap penting. (Munawara,
2015). Selain itu, karena di dalam kebudayaan terdapat norma dan nilai yang harus
ditaati oleh individu untuk mencapai tujuan dari kebudayaan itu sendiri. Misalnya
menganggap pentingnya keperawanan pada remaja putri sehingga pernikahan usia
dini dianggap satu-satunya cara untu menyelamatkan anak dari seks bebas, agar
keperawanan anak tetap terjaga.
Perjodohan dan pernikahan dini sudah menjadi kebiasaan, sehingga memanipulasi
umur pun dianggap sah-sah saja bagi masyarakat, para informan mengakui bahwa
pencatatan umur di KUA itu hanya untuk mendapatkan surat nikah. Ada juga
masyarakat yang masih belum memiliki surat nikah sampai saat mereka menikah.
Mitos tentang perawan tua menjadi paradigma masyarakat kecamatan Pematang
Tiga kabupaten Bengkulu Tengah terhadap para perempuan, hal tersebut membuat
para perempuan merasa tidak nyaman dan merasa dirinya akan mendapat fitnah
73
6.10 Hubungan Stigma dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten Bengkulu tengah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan stigma dengan
pernikahan usia dini di Kabupaten Bengkulu Tengah. Keluarga yang merupakan
unit terkecil dalam masyarakat dimana di dalamnya perdapat orangtua yang
menjadi panutan, motivasi dan penghormatan anak. Kadang kala orangtua yang
menempatkan hubungan antara anak dengan orangtua pada hubungan yang tidak
setara, dimana posisi anak subordinat terhadap orangtua secara psikologis, sosio-
kultural, maupun agama. Hubungan yang tidak setara antara orangtua-anak,
membuat anak diwajibkan menunjukkan rasa hormat dan baktinya dengan
menuruti permintaan orangtua bila orangtua tidak dipatuhi maka akan dicap
sebagai anak durhaka dan akan dihukum secara supernatural, atau kualat.
Saat ini beberapa desa di Kabupaten Bengkulu Tengah masih memandang
bahwa ketika anak tidak melanjutkan sekolah maka pilihan terakhirnya adalah
74
menikah. Hal tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan usia anak saat itu.
Meskipun tradisi ini tidak seketat dahulu, namun masih banyak orang yang
melakukannya. Jika tidak menikah justru akan menjadi “aib” (beban moral) bagi
keluarga, karena umur terus bertambah dan tidak memungkinkan lagi untuk
bersekolah.
Beberapa informan mengatakan menolak lamaran” akan menyebabkan
seseorang sulit mendapatkan jodoh. Pada akhirnya jika ada lamaran datang maka
tidak akan ditolak. Sikap dari orang tua hanya menerima apabila itu memang
keinginan si anak. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat Bengkulu tengah
adalah dengan berbagai masalah yang akan dihadapi dalam keluarga akan
menjadikan mereka lebih dewasa, mandiri, bebas dalam melakukan tindakan
apabila mereka menikah di usia dini. Selain itu menikah pada usia dini dianggap
biasa saja walaupun terkadang pernikahan itu terjadi akibar kecelakaan (Married
By Accident) menjadi pergunjingan atau dikucilkan oleh masyarakat hanya
beberapa waktu saja setelah itu normal seperti kalanya, seperti tidak terjadi apa-
apa.
75
76
77
6.14 Hubungan Peran Orang Tua dengan penikahan Usia Dini di Kabupaten
Bengkulu Tengah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan peran orang tua
dengan pernikahan usia dini di Kapaten Bengkulu Tengah. Penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Desiyanti (2015), bahwa terdapat hubungan antara peran
orang tua dengan pernikahan dini pada anaknya dengan nilai OR 5,781.
Landung (2009) mengemukakan bahwa peran orang tua terhadap
kelangsungan pernikahan dini pada dasarnya tidak lepas dari tingkat pengetahuan
orang tua yang dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan orang tua. Menurut
Soetjiningsih (2006), bahwa semakin baik hubungan orang tua dengan anak
remajanya maka semakin baik perilaku seksual pranikah remaja. Orang tua yang
sibuk, kualitas pengasuhan yang buruk, dan perceraian orang tua, remaja dapat
mengalami depresi, kebingungan, dan ketidakmantapan emosi yang menghambat
untuk tanggap terhadap kebutuhan remaja sehingga remaja dapat dengan mudah
terjerumus pada perilaku yang menyimpang seperti seks pranikah.
78
79
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1 Kesimpulan
1. Sebagian besar responden tidak menikah dini (73,4%), Pendidikan rendah (96,2%),
Tidak bekerja (64,1%), Pendidikan ayah rendah (99,6%), pendidikan ibu rendah
(99,2%), Pekerjaan petani/pedagang/buruh/swasta (96,2%), Ibu tidak bekerja
(63,7%), Status ekonomi keluarga rendah (60,8%), Usia Menarche Normal (98,4%),
Tidak Pernah mendapat penyuluhan Kesehatan reproduksi (72,6%), Pengetahuan
kurang (56,5%), Sikap tidak mendukung (59,5%) kurang terpapar media (58,2%),
tidak terpengaruh budaya (62%), tidak ada pengaruh teman (54,9%), orang tua
berperan (59,5%) dan stigma (57,8%).
2. Faktor predisposisi yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah variable
Pengetahun (0,041), Sikap (0,037), Budaya (0,009) dan Stigma (0,039).
3. Faktor Pendukung yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah variable
Paparan Media Informasi (0,032),
4. Faktor Pendorong yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah variable
Peran orang tua (0,017)
5. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah
Budaya (P = 0.009)
6. Masyarakat berpandangan menikah usia dini merupakan hal yang biasa saja terjadi
di lingkungan mereka, jika anak sudah meminta untuk menikah maka orang tua
akan langsung setuju.
7. 2 Saran
1. Untuk BKKBN, KUA dan Instansi Pemerintah Lainnya
a. BKKBN bekerja sama dengan lintas sector lainnya seperti KUA, Sekolah-sekolah,
Puskesmas untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pernikahan usia
dini. Serta mengajak pemerintah kabupaten Bengkulu Tengah untuk membuat
peraturan dan sangsi bagi masyarakat yang menikah di usia dini.
80
81
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M.Sopiyudin. 2009. Besar sampel dan Cara pengambilan sampel dalam penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika
Dwinanda, Aditya Risky. Wijayanti, Anisa Catur. Wwerdani, Kusuma Estu. 2016. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas. Oktober 2015 - Maret 2016 , Vol. 10, No. 1, Hal.
76-81
Erna, Setiyaningrum. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi.Jakarta : TIM.
Hastono, Sutanto Priyo.2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press
Hotchkiss, David R.. Godha, Deepali. Gage, Anastasia J. Cappa, Claudia. 2016. Risk
factors associated with the practice of child marriage among Roma girls in Serbia.
BMC International Health and Human Rights (2016) 16:6 DOI 10.1186/s12914-
016-0081-3
Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 3; and World Bank. (2012),
World Development Report on Gender Equality and Development. p. 154, fig. 4.3.
Evenhuis, Mark and Jennifer Burn. (2014). Just Married, Just a Child: Child marriage in
the Indo-Pacific region. Melbourne: Plan International Australia
Fall, C.H.D., et al. (2015). Association between maternal age at childbirth and child
and adult outcomes in the offspring: a prospective study in five low-income
and middle- income countries (COHORTS collaboration). Lancet Glob Health
2015; 3: e366-77, p 366.
Firmansyah. 2016. 20 Persen Perempuan di Bengkulu Menikah di Usia Muda. Diakses dari
http://regional.kompas.com/read/2016/11/25/05383241/33.persen.perempuan.di.beng
kulu.menikah.di.bawah.umur
Global Health Action, 7..; and Prentice, A.M. et al. (2013). Critical windows for
nutritional interventions against stunting, American Journal of Clinical
Nutrition. 97, (5), pp. 911-8.
Green, L, W., et, al 1980. Health Education Planning: Diagnostic Approach,
Mayfield Publishing Company. Calofornia
ICRW. (2005). Development Initiative on Supporting Health Adolescents (DISHA)
Project: Analysis of quantitative baseline survey data conducted in 2004.
Washington, D.C: ICRW and Mathur, Greene and Malhotra. (2003). Too Young
to Wed: The lives, rights and health of young married girls. Washington, D.C.:
ICRW.
Imron, M & Amrul Munif. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Bahan ajar
untuk Mahasiswa. Sagung Seto
International Planned Parenthood Foundation and United Nations Population Fund.
(2006). Ending Child Marriage: A guide for global policy action, UNFPA, p. 14
Jisun. T.F. (2016). Early Marriage of Women: The Case of Bangladesh. World Journal of
Social Sciences Vol. 6. No. 2. July 2016 Special Issue. Pp. 51 – 61.
Kemenkes. 2010. Survei Kesehatan Nasional.Jakarta
Khaparistia, EKa. Edward. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia
Muda ( Studi Kasus di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang
Kabupaten Langkat). Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 14, No. 1, Juni 2015
Kumalasari, Intan. 2013. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika
Kurniawati, Lia. Nurrochmah, Siti. Katmawanti, Septa. 2017. Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan, Status Pekerjaan Dan Tingkat Pendapatan Dengan Usia Perkawinan
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Program Indonesia Pintar
Qibtiyah, Mariyatul. (2014). Faktor yang mempengaruhi perkawinan Muda Perempuan.
Jurnal Biometrika dan kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014
Rabi, A. (2014). Cost of Inaction: Child and adolescent marriage in Nepal. UNICEF.
-------- (2015). Technical Note. Cost of Inaction: Child and adolescent marriage
in Indonesia. UNICEF Indonesia (unpublished).
Rafidah, Emilla O., dan Wahyuni B. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol.25, No. 2, Juni 2009.
Rahardjo, Sumardi. Imron, Riyanti. 2013. Determinan Pernikahan Dini Di Kecamatan
Kalianda. Jurnal Kesehatan, Vo. IV, No. 2, Oktober 2013, hlm 357-363
Raj, A. When the mother is a child, p. 931; Gage, A.J. (2013). Association of child
marriage with suicidal thoughts and attempts among adolescent girls in
Ethiopia. Journal of Adolescent Health, 52, (5), p. 654; and Evenhuis and Burn,
Just Married, Just a Child, p. 20.
Raj, Anita. et al. 2015. Age at menarche, education, and child marriage among ypung
wives in rural Maharashtra, India. Int J Gynaecol Obstet. Oktober 2015; 131(1):
103-104
Rosmawar C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkawinan Di Usia Dini Pada
Wanita Di Desa Ceurih Kupula Kecamatan Delima Kabupaten Pidie Tahun 2013.
Stikes Ubudiyah Banda Aceh; 2013.
Sarkar. 2009. Determinant and effect of early marriage in Bangladesh, 2007. Research
Journal of Applied Sciences 4 (5): 178-184
Sarwono, J. (2011). Mixed Methodes Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset
Kualitatif Secara Benar. Jakarta: Gramedia.
Simanjuntak, H. (2015). Aceh student expelled from school over marriage. Jakarta:
The Jakarta Post. Available from:
http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/23/aceh- student-expelled-school-
over-marriage.html. Accessed 23 June 2017.
Soetjiningsih. (2006). Remaja Usia 1-18 Tahun Banyak Lakukan Perilaku Seksual
Pranikah. Diakses: 25 Oktober 2017. Http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=1659.
Thomas, Cheryl. (2009, June 19). Forced and Early Marriage : A Focus On Central
and Eastern Europe and Former Soviet Union Countries With Selected Laws
From Other Countries. United Nations Conference Centre.
Diakses dari
http://un.org/womenwatch/daw/egm/vaw_legislation_2009/Expert%20Paper%20E
GM GPLHP%20_Cheryl%20Thomas%20revised_pdf.
Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002
UNICEF. 2001..Early Marriage Child Spouses. Innocenti Degest, No. 1 Maret 2001.
Diakses dari http://www.unicef-irc.org/publication/pdf/digest7e.pdf
UNICEF. 2005. Early Marriage A Harmful Tradisional Practice A Statistical
Exploration. Diakses dari http://www.
Unicef.org/publication/files/EarlyOMarriage_12.lo.pdf
UNICEF. (2012). Progress for Children: A report card on adolescents: Number 10.
New York: New York: UNICEF. p. 47.
WHO dan Depkes, 2010. Konsep Perkawinan. Jakarta : Depkes RI
WHO. (2014). World Health Statistics 2014. Geneva, Switzerland: World
Health Organization; Raj, A. (2010). When the mother is a child: The impact of
child marriage on the health and human rights of girls. Boston. Archives of
disease in childhood. 9
Wong, O.M.H. (2005). The Socioeconomic Determinants of the Age at First Marriage
among Women in Hong Kong. Journal of Familiy and Economic Issues. Vol. 26(4).
Wulandari.Sarwoprasodjo, Sarwititi. 2014. Pengaruh Status Ekonomi Keluarga Terhadap
Motif Menikah Dini di Pedesaan. Jurnal Sosiologi Pedesaan. April 2014.
Wulanuari, Kanella Ayu. Napida, Anggi. Suparman. 2017. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia. Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 68-75
Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Bintang Agustina Pratiwi
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lain 1154631
5 NIDN 0217088701
6 Tempat dan Tanggal Lahir Bengkulu, 17 Agustus 1987
7 Email bintang170887@gmail.com
8 No Telepon/HP 0852 6755 7125
9 Alamat kantor Jl. Bali Kota Bengkulu 38119
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1 = 50 orang. S2 = 0 orang
dihasilkan
12 . Mata Kuliah yang diampu 1. Dasar Kesehatan Reproduksi
2. Ilmu Gizi
3. Ekologi Gizi Kesehatan Masyarakat
4. Aplikasi Komputer (Software Statistik)
5. Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
6. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
7. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dst
B. Riyawat Pendidikan
Nama Pergurun Tinggi S1. Universitas S2. Universitas S3
Muhammadiyah Muhammadiyah
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan
Anggota 1
Biodata Peneliti
D. Identitas Diri
1 Nama Lengkap BETRIANITA, SKM. MKM
2 Jenis kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional LEKTOR
4 NIP/NIK/Identitas lain 090971135
5 NIDN 0211098101
6 Tempat dan Tanggal Lahir BENGKULU/ 11 SEPTEMBER 1981
7 Email betrianita@gmail.com
8 No Telepon/HP 085263435757
9 Alamat kantor Jl. Bali Kota Bengkulu 38119
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1 = 60 orang. S2 = 0 orang
dih ilk
12 . Mata Kuliah yang diampu 8. Metodologi Penelitian
9. Riset Keperawatan
10. Prinsip Epidemiologi
11. Aplikasi Perangkat Lunak Statistik
12. Isu Terkini Gizi
13. Penilaian Status Gizi
Dst
E. Riyawat Pendidikan
Nama Pergurun Tinggi S1 S2 S3
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian.
Anggota 2
BIODATA
A. IdentitasDiri
1 Nama Lengkap HenniFebriawati, SKM, MARS
2 Jeniskelamin PEREMPUAN
3 JabatanFungsional LEKTOR
5 NIDN 0021028001
7 Email henni_febriawati@yahoo.com
8 No Telepon/HP 081927713417
B. RiyawatPendidikan
Nama Perguruan S1 S2
Tinggi
Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat (Kajian
Manajemen Administrasi Rumah Sakit)
Tahun Masuk – 2001 – 2003 2007 - 2009
lulus
Judul Gambaran Sistem Perencanaan Analisis Sistem Manajemen
Skipsi/Tesis/Dis Pengadaan Obat Di Rumah Sakit Piutang Pasien Jaminan Pihak
er tasi Medika Permata Hijau Jakarta ke
3 di RSUD Dr M Yunus
Anggota 3
Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap WULAN ANGRAINI, SKM, MKM
2 Jenis Kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/Identitas Lain -
5 NIDN 0230088801
6 Tempat dan Tanggal Lahir BENGKULU, 30 AGUSTUS 1988
7 Email angrainiwulan88@gmail.com
8 No Telepon/HP 085283983636
9 Alamat Kantor Jl. Salak Raya Lingkar Timur Bengkulu
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1=0 orang S2=0 orang
12 Mata Kuliah yang diampu 1. Biostatistik Deskriptif dan Inferensial
I
2. Biostatistik Deskriptif dan Inferensial
II
B. Riwayat Pendidikan
Nama perguruan S1 S2 S3
Ti
Bidangi Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan -
Masyarakat Masyarakat
Nama d Drs.
1. SMA N i5
Sukaryana, di1.I dr.
d Iwan
i -
Pembimbing/Promoto M.Kes Ariawan., MSPH
r 2. Betrianita, 2. Dr. Besral,
Pendanaa
Jumlah
No Tahun Judul Pengabdian
Sumber (Juta
Masyarakat
1 2016 Perilaku Hidup Bersih dan Mandiri 2
Sehat di Tatanan Sekolah
2 2016 Penerapan Yuk Kita Sarapan Universitas 1
(YKS) Untuk Siswa MTs
Negeri 01 Di Desa Karang
Anyar II Kecamatan Arga
Dst
43
Anggota 4
Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
Nama Lengkap FORI YUMITA SUMARTIN, SKM. M.Kes
1
2 Jenis kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional TENAGA PENGAJAR
4 NIP/NIK/Identitas lain -
5 NIDN 0231038103
6 Tempat dan Tanggal Lahir BENGKULU/ 31 MARET 1981
7 Email foriyumita@yahoo.com
8 No Telepon/HP 081210559256
9 Alamat kantor Jl. Bali Kota Bengkulu 38119
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1 = 15 orang. S2 = 0 orang
12 dih
Matailk
Kuliah yang diampu 1. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
2. Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat
3. Promosi Kesehatan
Dst
B. Riyawat Pendidikan
Nama Pergurun Tinggi S1 S2 S3
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Masyarakat
Tahun Masuk – lulus 2000 - 2004 2012 - 2014
Judul Skipsi/Tesis/Disertasi Analisis Studi Kualitatif
Perilaku Perilaku Seks
Merokok Pada Pranikah Pada
Mahasiswi Remaja di
Universitas Kabupaten
Nama Pembimbing/Promotor Dian Ayubi, Prof. Sudarti
SKM. M.Qih Kresno
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian
58
Anggota 5
Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap RISKA YANUARTI, SKM, MKM
2 Jenis Kelamin PEREMPUAN
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/Identitas Lain -
5 NIDN 0223018902
6 Tempat dan Tanggal Lahir KEPAHIANG, 23 JANUARI 1989
7 Email yanuarti.riska@gmail.com
8 No Telepon/HP 081539353500
9 Alamat Kantor Jl. Salak Raya Lingkar Timur Bengkulu
10 Nomor Fax (0736) 26161
11 Lulusan yang telah S1=0 orang S2=0 orang
12 Mata Kuliah yang diampu 4. Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat
5. Prinsip Administrasi dan Kebijakan
h
B. Riwayat Pendidikan
Nama perguruan S1 S2 S3
Tinggi
Bidang Ilmu Ilmu Kesehatan Ilmu Kesehatan -
Harga Jumlah
No. Uraian Vol Satuan Satuan
(Rp) (Rp)
I Gaji Upah
1
Honorarium Ketua 100 Jam 15,000.00 1,500,000.00
2
Honorarium Anggota 1 75 Jam 13,000.00 975,000.00
3
Honorarium Anggota 2 75 Jam 13,000.00 975,000.00
4
Honorarium Anggota 3 75 Jam 13,000.00 975,000.00
5
Honorarium Anggota 4 75 Jam 13,000.00 975,000.00
6
Honorarium Anggota 5 75 Jam 13,000.00 975,000.00
Jumlah I 6,375,000.00
II Belanja Bahan
b Bahan Habis Pakai
Jumlah II 8,545,000.00
III Perjalanan
Transport Pengurusan Izin
1
Penelitian (1 Unit) 2 hari 850,000.00 1,700,000.00
Transport Pengumpulan data
2
awal (1 Unit ) 2 hari 850,000.00 1,700,000.00
Transport Pengumpulan data
3
kwantiatif (1 Unit ) 15 hari 850,000.00 12,750,000.00
Transport Pengumpulan data
4
kwalitatif (1 Unit ) 2 hari 850,000.00 1,700,000.00
Transport Pertemuan
6
Sosialisasi Hasil Penelitian 1 hari 850,000.00 850,000.00
40,000.00 240,000.00
Makan Pengumpulan data
3
kuantiatif ( 8 Orang ) 15 hari 40,000.00 4,800,000.00
Makan Pengumpulan data
4
kualitatif (3 orang) 3 hari 40,000.00 360,000.00
Makan Pertemuan
6 Sosialisasi Hasil Penelitian
(6 Orang) 1 hari 40,000.00 240,000.00
Jumlah IV 5,880,000.00
V Lain-lain
pembuatan Laporan
1
Kemajuan 1 pt 1,000,000.00 1,000,000.00
Menyusun Konsep Buku
2
Ajar 1 pt 2,000,000.00 2,000,000.00
Menyusun Materi
3
Penyuluhan 1 pt 2,000,000.00 2,000,000.00
4
Publikasi Ilmiah 1 Paket 3,000,000.00 3,000,000.00
5
Seminar Nasional 1 Paket 2,500,000.00 2,500,000.00
Jumlah IV 10,500,000.00
Total Keseluruhan = I + II
+ III + IV 50,000,000.00
Terbilang : Lima Puluh Juta Rupiah
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Saya adalah Dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini Di Kabupaten Bengkulu Tengah”. Saya
berharap anda dapat mengisi kuesioner ini dengan jujur/apa adanya sesuai dengan keadaan
saudara sebenarnya, karena informasi yang saudara berikan menentukan hasil dari penelitian
saya. Jawaban yang anda berikan akan di jaga kerahasiaannya, karena kuesioner ini tanpa
identitas.
Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan
terima kasih yang sebesar - besarnya.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
INSTRUMEN PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN USIA
DINI DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
Desa :
Kecamatan :
A. Data Pribadi
1. Inisial Responden : ………………………………………………….
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan (Coret yang bukan pilihan)
3. Usia Menstruasi Pertama : …… Tahun
4. Usia menikah pertama : …… Tahun
5. Usia sekarang : …… Tahun
6. Lama menikah : …… Bulan/Tahun (*Pilih salah Satu)
7. Status Pernikahan : Kawin/Cerai hidup/Cerai Mati (*Pilih salah Satu)
8. Jumlah anak :
- Hidup : …… Orang (Abaikan jika tidak ada)
- Mati : …… Orang (Abaikan jika tidak ada)
9. Jumlah Saudara Kandung: ……. Orang
10. Pendidikan
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT (Perguruan Tinggi)
11. Pekerjaan :
Tidak Bekerja
Bekerja, sebutkan………………..
B. Data Orang Tua
1. Pekerjaan
a. Ayah : …………………………
b. Ibu : …………………………
2. Penghasilan
a. Ayah : Rp………………………
b. Ibu : Rp………………………
3. Pendidikan orang tua
Ayah : Ibu :
Tidak Tamat SD Tidak Tamat SD
SD SD
SMP SMP
SMA SMA
Akademi/ Sarjana Akademi/ Sarjana
C. Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi
1. Apakah saudara/i pernah mendapatkan penyuluhan/informasi tentang Kesehatan
Reproduksi ?
Ya, jika YA informasi apa saja yang pernah saudara dapatkan:
Bina Keluarga Sejahtera
Pendewasaan Usia Pernikahan
Generasi Berencana
Lainnya, Sebutkan ……………….
Tidak (Lanjut ke poin D)
2. Darimanakah Informasi Tersebut saudara dapatkan? (Boleh pilih lebih dari satu)
Dinas Kesehatan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (BPP-PA)
Lainnya, sebutkan …………….
D. Pengetahuan
1. Pada umur berapa seorang wanita dikatakan menikah usia dini?
a. Pernikahan yang terjadi pada usia kurang dari20 tahun
b. Pernikahan yang terjadi pada usia lebih dari 20 tahun
c. Pernikahan yang terjadi pada usia lebih dari 25 tahun
2. Berapakah Usia yang baik /ideal bagi wanita untuk menikah dan melahirkan?
a. 10-14 tahun
b. 15-20 tahun
c. 21-35 tahun
3. Pada usia berapakah seorang pria sebaiknya menikah?
a. lebih dari atau sama dengan 25 tahun
b. kurang dari 25 tahun
c. kurang dari 20 tahun
4. Apakah tujuan dari pernikahan?
a. Untuk mendapat rejeki
b. Untuk membentuk keluarga
c. Untuk mendapat keuntungan
5. Secara psikologis persiapan apa yang diperlukan sebelum menikah?
a. Pekerjaan yang menetap
b. Suami/istri yang bertanggung jawab
c. Kematangan baik fisik maupun mental
6. Apakah dampak pernikahan usia dini terhadap keadaan ekonomi keluarga?
a. Mendapat penghasilan yang besar
b. Sukar mendapat pekerjaan
c. Mendapatkan penghasilan tambahan
7. Dampak kehamilan pada usia dini terhadap kesehatan ibu dan bayi adalah …
a. Hanya bayi yang akan mengalami gangguan kesehatan
b. Ibu dan bayi yang dilahirkan sehat karena usia ibu masih muda
c. Meningkatkan jumlah angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
8. Pernikahan pada usia dini dapat menimbulkan dampak pada kesehatan pada ibu yaitu ...
a. Otot menjadi kendor
b. Ca cerviks (kanker mulut rahim)
c. Kegemukan
9. Pernikahan pada usia dini dapat menimbulkan dampak pada kesehatan bayi seperti …
a. Sesak nafas
b. Berat badan lahih rendah (BBLR)
c. Kegemukan pada bayi
10. Menurut anda apakah pengertian pendewasaan usia pernikahan (PUP)?
a. Upaya untuk menekan jumlah penduduk dan transmigrasi
b. Program pemerintah untuk mensejahterakan penduduk
c. Upaya untuk meningkatkan usia pada pernikahan pertama
I. Teman Sebaya
No Pernyataan Ya Yidak
1 Saya menikah dengan pria yang dikenalkan oleh
teman saya
2 Saya menikah karena mendengarkan cerita
seksual dari teman yang sudah menikah
3 Saya menikah dengan lelaki yang pernah
menjadi pacar saya
4 Saya menikah karena takut kehilangan pacar
5 Saya menikah karena telah melakukan hubungan
seks
6 Teman yang sudah menikah terlihat bahagia
dengan suami dan anak mereka
7 Teman Saya yang sudah menikah dan
kehidupannya mapan mempengaruhi Saya untuk
menikah.
8 Teman yang sudah menikah terlihat semakin
dewasa
9 Melihat teman yang sudah menikah masih
bergantung kepada orang tua mempengaruhi
Saya untuk tidak menikah di usia dini
10 Teman yang sudah menikah mengajak saya
untuk segera menikah
G. STIGMA
No Pernyataan Ya Tidak
1. Malu jika orang lain tahu saya menikah dini
2 Malu jika orang lain tahu kakak/adik saya
menikah di usia dini
3 Merasa malu untuk melamar pekerjaan karena
sudah menikah di usia dini
4 Merasa takut atau cemas ketika akan
menikah usia dini
5 Orang yang menikah dini dikucilkan oleh
masyarakat
6 Orang yang menikah dini dianggap orang
yang bebas dalam bergaul
7 Orang menikah dini karena berhubungan
seksual sebelum menikah
Frequencies
Statistics
STATUS
PERNIKAHAN PENDIDIKAN PEKERJAAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN PEKERJAAN PEKERJAAN EKONOMI
DINI RESPONDEN RESPONDEN AYAH IBU AYAH IBU KELUARGA
N Valid 237 237 237 237 237 237 237 237
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
PERNIKAHAN DINI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MENIKAH DINI 63 26.6 26.6 26.6
TIDAK MENIKAH DINI 174 73.4 73.4 100.0
Total 237 100.0 100.0
PENDIDIKAN RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 228 96.2 96.2 96.2
TINGGI 9 3.8 3.8 100.0
Total 237 100.0 100.0
PEKERJAAN RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 152 64.1 64.1 64.1
BEKERJA 85 35.9 35.9 100.0
Total 237 100.0 100.0
PENDIDIKAN AYAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 236 99.6 99.6 99.6
TINGGI 1 .4 .4 100.0
Total 237 100.0 100.0
PENDIDIKAN IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 235 99.2 99.2 99.2
TINGGI 2 .8 .8 100.0
Total 237 100.0 100.0
PEKERJAAN AYAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PETANI/PEDAGAN
228 96.2 96.2 96.2
G/BURUH/SWASTA
PNS/POLRI 4 1.7 1.7 97.9
TIDAK BEKERJA 5 2.1 2.1 100.0
Total 237 100.0 100.0
PEKERJAAN IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PETANI/PEDAGAN
83 35.0 35.0 35.0
G/BURUH/SWASTA
PNS/KADES 3 1.3 1.3 36.3
TIDAK BEKERJA 151 63.7 63.7 100.0
Total 237 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 144 60.8 60.8 60.8
TINGGI 93 39.2 39.2 100.0
Total 237 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
USIA MENARCHE
N Valid 188
Missing 0
USIA MENARCHE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK NORMAL 3 1.6 1.6 1.6
NORMAL 185 98.4 98.4 100.0
Total 188 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
PENGETAHU KETERPAPA
PENYULUH AN SIKAP RAN MEDIA PENGARUH PENGARUH PERAN
AN KESPRO RESPONDEN RESPONDEN INFORMASI BUDAYA TEMAN ORANG TUA STIGMA
N Valid 237 237 237 237 237 237 237 237
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
PENYULUHAN KESPRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 172 72.6 72.6 72.6
PERNAH 65 27.4 27.4 100.0
Total 237 100.0 100.0
PENGETAHUAN RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 134 56.5 56.5 56.5
BAIK 103 43.5 43.5 100.0
Total 237 100.0 100.0
SIKAP RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MENDUKUNG 96 40.5 40.5 40.5
TIDAK MENDUKUNG 141 59.5 59.5 100.0
Total 237 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TERPAPAR 99 41.8 41.8 41.8
KURANG TERPAPAR 138 58.2 58.2 100.0
Total 237 100.0 100.0
PENGARUH BUDAYA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ADA PENGARUH 90 38.0 38.0 38.0
TIDAK ADA PENGARUH 147 62.0 62.0 100.0
Total 237 100.0 100.0
PENGARUH TEMAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ADA PENGARUH 107 45.1 45.1 45.1
TIDAK ADA PENGARUH 130 54.9 54.9 100.0
Total 237 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BERPERAN 96 40.5 40.5 40.5
BERPERAN 141 59.5 59.5 100.0
Total 237 100.0 100.0
STIGMA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 100 42.2 42.2 42.2
TINGGI 137 57.8 57.8 100.0
Total 237 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENDIDIKAN
RESPONDEN * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PEKERJAAN
RESPONDEN * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENDIDIKAN AYAH *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENDIDIKAN IBU *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PEKERJAAN AYAH *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PEKERJAAN IBU *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
STATUS EKONOMI
KELUARGA * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENDIDIKAN RENDAH Count 63 165 228
RESPONDEN Expected Count 60.6 167.4 228.0
% within PENDIDIKAN
27.6% 72.4% 100.0%
RESPONDEN
TINGGI Count 0 9 9
Expected Count 2.4 6.6 9.0
% within PENDIDIKAN
.0% 100.0% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENDIDIKAN
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = .724 .668 .784
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PEKERJAAN TIDAK BEKERJA Count 45 107 152
RESPONDEN Expected Count 40.4 111.6 152.0
% within PEKERJAAN
29.6% 70.4% 100.0%
RESPONDEN
BEKERJA Count 18 67 85
Expected Count 22.6 62.4 85.0
% within PEKERJAAN
21.2% 78.8% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PEKERJAAN
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PEKERJAAN
1.565 .837 2.928
RESPONDEN (TIDAK
BEKERJA / BEKERJA)
For cohort PERNIKAHAN
1.398 .867 2.254
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .893 .768 1.039
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENDIDIKAN RENDAH Count 63 173 236
AYAH Expected Count 62.7 173.3 236.0
% within
26.7% 73.3% 100.0%
PENDIDIKAN AYAH
TINGGI Count 0 1 1
Expected Count .3 .7 1.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PENDIDIKAN AYAH
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PENDIDIKAN AYAH
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = .733 .679 .792
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENDIDIKAN RENDAH Count 63 172 235
IBU Expected Count 62.5 172.5 235.0
% within
26.8% 73.2% 100.0%
PENDIDIKAN IBU
TINGGI Count 0 2 2
Expected Count .5 1.5 2.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PENDIDIKAN IBU
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PENDIDIKAN IBU
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = .732 .677 .791
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PEKERJAAN PETANI/PEDAGAN Count 61 167 228
AYAH G/BURUH/SWASTA Expected Count 60.6 167.4 228.0
% within
26.8% 73.2% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
PNS/POLRI Count 0 4 4
Expected Count 1.1 2.9 4.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
TIDAK BEKERJA Count 2 3 5
Expected Count 1.3 3.7 5.0
% within
40.0% 60.0% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PEKERJAAN AYAH
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.913a 2 .384
Likelihood Ratio 2.899 2 .235
Linear-by-Linear
.017 1 .896
Association
N of Valid Cases 237
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.06.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
PEKERJAAN AYAH a
(PETANI/PEDAGAN
G/BURUH/SWASTA
/ PNS/POLRI)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PEKERJAAN PETANI/PEDAGAN Count 29 54 83
IBU G/BURUH/SWASTA Expected Count 22.1 60.9 83.0
% within PEKERJAAN IBU 34.9% 65.1% 100.0%
PNS/KADES Count 0 3 3
Expected Count .8 2.2 3.0
% within PEKERJAAN IBU .0% 100.0% 100.0%
TIDAK BEKERJA Count 34 117 151
Expected Count 40.1 110.9 151.0
% within PEKERJAAN IBU 22.5% 77.5% 100.0%
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PEKERJAAN IBU 26.6% 73.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.336a 2 .069
Likelihood Ratio 5.983 2 .050
Linear-by-Linear
4.067 1 .044
Association
N of Valid Cases 237
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .80.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
PEKERJAAN IBU a
(PETANI/PEDAGA
NG/BURUH/SWAS
TA / PNS/KADES)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
STATUS EKONOMI RENDAH Count 40 104 144
KELUARGA Expected Count 38.3 105.7 144.0
% within STATUS
27.8% 72.2% 100.0%
EKONOMI KELUARGA
TINGGI Count 23 70 93
Expected Count 24.7 68.3 93.0
% within STATUS
24.7% 75.3% 100.0%
EKONOMI KELUARGA
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within STATUS
26.6% 73.4% 100.0%
EKONOMI KELUARGA
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for STATUS
EKONOMI KELUARGA 1.171 .645 2.124
(RENDAH / TINGGI)
For cohort PERNIKAHAN
1.123 .722 1.747
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .960 .822 1.120
DINI
N of Valid Cases 237
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
USIA MENARCHE *
188 100.0% 0 .0% 188 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
USIA MENARCHE TIDAK NORMAL Count 0 3 3
Expected Count .9 2.1 3.0
% within USIA
.0% 100.0% 100.0%
MENARCHE
NORMAL Count 54 131 185
Expected Count 53.1 131.9 185.0
% within USIA
29.2% 70.8% 100.0%
MENARCHE
Total Count 54 134 188
Expected Count 54.0 134.0 188.0
% within USIA
28.7% 71.3% 100.0%
MENARCHE
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort
PERNIKAHAN DINI = 1.412 1.287 1.549
TIDAK MENIKAH DINI
N of Valid Cases 188
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENYULUHAN KESPRO *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENGETAHUAN
RESPONDEN * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
SIKAP RESPONDEN *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
KETERPAPARAN MEDIA
INFORMASI * 237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENGARUH BUDAYA *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PENGARUH TEMAN *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
PERAN ORANG TUA *
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
PERNIKAHAN DINI
STIGMA * PERNIKAHAN
237 100.0% 0 .0% 237 100.0%
DINI
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENYULUHAN TIDAK PERNAH Count 41 131 172
KESPRO Expected Count 45.7 126.3 172.0
% within PENYULUHAN
23.8% 76.2% 100.0%
KESPRO
PERNAH Count 22 43 65
Expected Count 17.3 47.7 65.0
% within PENYULUHAN
33.8% 66.2% 100.0%
KESPRO
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENYULUHAN
26.6% 73.4% 100.0%
KESPRO
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENYULUHAN KESPRO
.612 .328 1.140
(TIDAK PERNAH /
PERNAH)
For cohort PERNIKAHAN
.704 .457 1.085
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH 1.151 .949 1.396
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENGETAHUAN KURANG Count 43 91 134
RESPONDEN Expected Count 35.6 98.4 134.0
% within PENGETAHUAN
32.1% 67.9% 100.0%
RESPONDEN
BAIK Count 20 83 103
Expected Count 27.4 75.6 103.0
% within PENGETAHUAN
19.4% 80.6% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENGETAHUAN
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENGETAHUAN
1.961 1.067 3.603
RESPONDEN (KURANG /
BAIK)
For cohort PERNIKAHAN
1.653 1.039 2.629
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .843 .725 .979
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
SIKAP RESPONDEN MENDUKUNG Count 33 63 96
Expected Count 25.5 70.5 96.0
% within SIKAP
34.4% 65.6% 100.0%
RESPONDEN
TIDAK MENDUKUNG Count 30 111 141
Expected Count 37.5 103.5 141.0
% within SIKAP
21.3% 78.7% 100.0%
RESPONDEN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within SIKAP
26.6% 73.4% 100.0%
RESPONDEN
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for SIKAP
RESPONDEN
1.938 1.082 3.472
(MENDUKUNG / TIDAK
MENDUKUNG)
For cohort PERNIKAHAN
1.616 1.061 2.461
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .834 .704 .986
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
KETERPAPARAN MEDIA TERPAPAR Count 34 65 99
INFORMASI Expected Count 26.3 72.7 99.0
% within
KETERPAPARAN 34.3% 65.7% 100.0%
MEDIA INFORMASI
KURANG TERPAPAR Count 29 109 138
Expected Count 36.7 101.3 138.0
% within
KETERPAPARAN 21.0% 79.0% 100.0%
MEDIA INFORMASI
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
KETERPAPARAN 26.6% 73.4% 100.0%
MEDIA INFORMASI
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
KETERPAPARAN MEDIA
1.966 1.098 3.522
INFORMASI (TERPAPAR /
KURANG TERPAPAR)
For cohort PERNIKAHAN
1.634 1.071 2.494
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .831 .704 .982
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENGARUH ADA PENGARUH Count 33 57 90
BUDAYA Expected Count 23.9 66.1 90.0
% within PENGARUH
36.7% 63.3% 100.0%
BUDAYA
TIDAK ADA PENGARUH Count 30 117 147
Expected Count 39.1 107.9 147.0
% within PENGARUH
20.4% 79.6% 100.0%
BUDAYA
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PENGARUH
26.6% 73.4% 100.0%
BUDAYA
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENGARUH BUDAYA
2.258 1.255 4.061
(ADA PENGARUH / TIDAK
ADA PENGARUH)
For cohort PERNIKAHAN
1.797 1.182 2.732
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .796 .666 .950
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PENGARUH ADA PENGARUH Count 33 74 107
TEMAN Expected Count 28.4 78.6 107.0
% within
30.8% 69.2% 100.0%
PENGARUH TEMAN
TIDAK ADA PENGARUH Count 30 100 130
Expected Count 34.6 95.4 130.0
% within
23.1% 76.9% 100.0%
PENGARUH TEMAN
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within
26.6% 73.4% 100.0%
PENGARUH TEMAN
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
PENGARUH TEMAN (ADA
1.486 .833 2.651
PENGARUH / TIDAK ADA
PENGARUH)
For cohort PERNIKAHAN
1.336 .875 2.040
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .899 .768 1.053
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
PERAN ORANG TIDAK BERPERAN Count 34 62 96
TUA Expected Count 25.5 70.5 96.0
% within PERAN
35.4% 64.6% 100.0%
ORANG TUA
BERPERAN Count 29 112 141
Expected Count 37.5 103.5 141.0
% within PERAN
20.6% 79.4% 100.0%
ORANG TUA
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within PERAN
26.6% 73.4% 100.0%
ORANG TUA
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PERAN
ORANG TUA (TIDAK
2.118 1.180 3.800
BERPERAN /
BERPERAN)
For cohort PERNIKAHAN
1.722 1.129 2.626
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .813 .686 .964
DINI
N of Valid Cases 237
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH
DINI DINI Total
STIGMA RENDAH Count 34 66 100
Expected Count 26.6 73.4 100.0
% within STIGMA 34.0% 66.0% 100.0%
TINGGI Count 29 108 137
Expected Count 36.4 100.6 137.0
% within STIGMA 21.2% 78.8% 100.0%
Total Count 63 174 237
Expected Count 63.0 174.0 237.0
% within STIGMA 26.6% 73.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for STIGMA
1.918 1.072 3.435
(RENDAH / TINGGI)
For cohort PERNIKAHAN
1.606 1.052 2.452
DINI = MENIKAH DINI
For cohort PERNIKAHAN
DINI = TIDAK MENIKAH .837 .710 .988
DINI
N of Valid Cases 237
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 237 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 237 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 237 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Predicted
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH Percentage
Observed DINI DINI Correct
Step 0 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 0 63 .0
TIDAK MENIKAH DINI 0 174 100.0
Overall Percentage 73.4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Score df Sig.
Step Variables DIDIK1 3.387 1 .066
0 KERJA 1.985 1 .159
KERJA.I1 4.085 1 .043
SULUH 2.421 1 .120
TAHU1 4.792 1 .029
SIKAP1 5.021 1 .025
MEDIA1 5.248 1 .022
BUDAYA1 7.561 1 .006
TEMAN1 1.813 1 .178
ORTU1 6.453 1 .011
STIGMA1 4.877 1 .027
Overall Statistics 26.571 11 .005
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 30.405 11 .001
Block 30.405 11 .001
Model 30.405 11 .001
Step 2a Step .000 1 .989
Block 30.405 10 .001
Model 30.405 10 .001
Step 3a Step -.131 1 .718
Block 30.274 9 .000
Model 30.274 9 .000
Step 4a Step -.482 1 .488
Block 29.792 8 .000
Model 29.792 8 .000
Step 5a Step -.169 1 .681
Block 29.623 7 .000
Model 29.623 7 .000
Step 6a Step -1.660 1 .198
Block 27.963 6 .000
Model 27.963 6 .000
Step 7a Step -2.357 1 .125
Block 25.606 5 .000
Model 25.606 5 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the
Chi-squares value has decreased from the
previous step.
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
PERNIKAHAN DINI
TIDAK
MENIKAH MENIKAH Percentage
Observed DINI DINI Correct
Step 1 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 2 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 3 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 4 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 5 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 10 53 15.9
TIDAK MENIKAH DINI 7 167 96.0
Overall Percentage 74.7
Step 6 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 12 51 19.0
TIDAK MENIKAH DINI 9 165 94.8
Overall Percentage 74.7
Step 7 PERNIKAHAN DINI MENIKAH DINI 8 55 12.7
TIDAK MENIKAH DINI 5 169 97.1
Overall Percentage 74.7
a. The cut value is .500
Change in
Model Log -2 Log Sig. of the
Variable Likelihood Likelihood df Change
Step DIDIK1 -124.027 3.984 1 .046
1 KERJA -122.960 1.851 1 .174
KERJA.I1 -122.823 1.577 1 .209
SULUH -124.383 4.696 1 .030
TAHU1 -122.100 .130 1 .719
SIKAP1 -123.332 2.595 1 .107
MEDIA1 -122.414 .758 1 .384
BUDAYA1 -122.553 1.036 1 .309
TEMAN1 -122.035 .000 1 .989
ORTU1 -122.284 .498 1 .480
STIGMA1 -122.365 .661 1 .416
Step DIDIK1 -124.079 4.088 1 .043
2 KERJA -122.961 1.851 1 .174
KERJA.I1 -122.829 1.588 1 .208
SULUH -124.434 4.798 1 .028
TAHU1 -122.100 .131 1 .718
SIKAP1 -123.332 2.595 1 .107
MEDIA1 -122.417 .764 1 .382
BUDAYA1 -122.573 1.077 1 .299
ORTU1 -122.284 .498 1 .480
STIGMA1 -122.365 .661 1 .416
Step DIDIK1 -124.205 4.209 1 .040
3 KERJA -123.061 1.921 1 .166
KERJA.I1 -122.846 1.492 1 .222
SULUH -124.613 5.025 1 .025
SIKAP1 -123.621 3.041 1 .081
MEDIA1 -123.549 2.897 1 .089
BUDAYA1 -122.620 1.040 1 .308
ORTU1 -122.341 .482 1 .488
STIGMA1 -122.417 .633 1 .426
Step DIDIK1 -124.660 4.639 1 .031
4 KERJA -123.276 1.870 1 .171
KERJA.I1 -123.101 1.519 1 .218
SULUH -124.908 5.134 1 .023
SIKAP1 -123.852 3.023 1 .082
MEDIA1 -123.805 2.928 1 .087
BUDAYA1 -123.262 1.841 1 .175
STIGMA1 -122.426 .169 1 .681
Step DIDIK1 -124.867 4.882 1 .027
5 KERJA -123.340 1.828 1 .176
KERJA.I1 -123.255 1.660 1 .198
SULUH -125.028 5.204 1 .023
SIKAP1 -123.911 2.971 1 .085
MEDIA1 -123.943 3.034 1 .082
BUDAYA1 -126.398 7.944 1 .005
Step DIDIK1 -125.661 4.811 1 .028
6 KERJA -124.434 2.357 1 .125
SULUH -125.867 5.224 1 .022
SIKAP1 -125.369 4.228 1 .040
MEDIA1 -125.022 3.533 1 .060
BUDAYA1 -127.053 7.596 1 .006
Step DIDIK1 -127.110 5.351 1 .021
7 SULUH -127.100 5.332 1 .021
SIKAP1 -126.484 4.100 1 .043
MEDIA1 -126.062 3.255 1 .071
BUDAYA1 -127.927 6.985 1 .008
Score df Sig.
Step 2a Variables TEMAN1 .000 1 .989
Overall Statistics .000 1 .989
Step 3b Variables TAHU1 .132 1 .716
TEMAN1 .001 1 .971
Overall Statistics
.132 2 .936
Informan 3
PERTANYAAN Informan Informan 8 (Orang Informan 2 (Anak) Informan 9 Anak Orang Tua
1(Anak) Tua) (Orang Tua)
Tolong ceritakan yang Yang kami tau Kesehatan Kesehatan Ntalah bu..idak Belum pernah
diketahui tentang kesehatan tu..tentang Reproduksi tu Reproduksi tu pulo kami tau nian dengar…
Reproduksi? mens tu lah, kesehatan kito kito tentang kesehatan apo, karno
kalu la mens cewek ni lah dak kehamilan, untuk rasonyo idak
Probing : (dari mana, kapan
berarti la besak, buk, karno kito ibu ibu yang sedang pernah ado
dan siapa yang memberi
biasonyo SMP cewek ni kan hamil, biar ibu penyuluhan itu,
informasi)
tu lah mens, bakalan hamil jadi hamil samo anak apo aku nyo yang
yang di kandung
jadi kalu la kesehatan idak ngikut karno
nyo sehat.
tamat SMP la reproduksi harus lagi di kebun.
boleh kalu ndak bagus biar idak
nikah. Kami bermasalah hamil
(Kesehatan
cuman dengar nyo kelak. (saya tidak tahu
Reproduksi adalah
dengar ajo, idak apa itu kesehatan
tentang kesehatan
ado kalu reproduksi dan
kehamilan, agar ibu
pefnmnyuluhan (kesehatan rasanya belum
dan bayi sehat)
langsung. reproduksi itu pernah ada
kesehatan untuk penyuluhan
perempuan, tentang itu, atau
(yang kita karena perempuan mungkin ada
ketahui hanya akan hamil, maka namun saya
masalah harus baik sedang di kebun)
menstruasi, dan reprodusinya agar
Pernikahan dini
tu, pernikahan di
bawah umur di
bawah umur 17 Nikah kecepatan
tahun, sebenarnyo kalu, yang
kalu yang seharusnyo nikah tu
bersangkutan la tamat SMA, nah
sehat idak ado ini baru tamat tamat Nikah dini tu yo
dampak nyo SMP la banyak yang nikah dibawah
Kalau usia ideal nyo umur bu, tapi asal
Tolong Ceritakan apa yang apolagi kalu nikah, kalu
cewek nikah tu nyo la meraso
diketahui tentang pernikahan badan nyo besak. dampaknyo idak ado
umur 18 tahun sanggup dak pulo
dini ? takut kecepatan tu
kalau cowok umur masalah, paling
lah..udah tuh la nikah Paleng-paleng kan
Probing : (umur berapa, 20 tahun, jadi kalu
masih minta kek kelak kami cepat umur 18 tahon.
dampak, usia ideal menikah (Pernikahan dini dibawah itu berarti
orang tuo. jadi nenek. Dapek informasi
laki laki dan perempuan) itu adalah pernikahan dini, dari TV, kami kan
pernikahan di paling dampak walau cak mano
Yo lebih baik
kami nikah kan
dari pado kami
bebas bebas idak
keruan, kalo nikah
kan justru idak
malu, samo jugo
kek orang orang
lain yang nikah
biaso, paling
dikecek kecek
orang sebentar
udah tu ilang. Kalau anak anak kini
kalau nyo la ndak
nikah elok lah nikah
kan ajo karno idak
bagaimana belum
aku menizinkan
anak aku menikah.
Pandangan
negative nya orang
tua malu. Anak aku
masih kecil,jelas
jangan sampai di
anggap rendah hal
demikian)
Apakah pernah ada Anak Orang Tua belum, kalau posyandu yo Dak tau, dak pernah ado yang Pernah, dari puskesmas, kadang-kadang tu
penyuluhan tentang sering…iyo la nikah baru ngasih informasi itu, kalau nah di rumah kepala desa diundang…17
kesehatan organ Dak ado Banyak disini, sebulan, 19 posyandu ado, di rumah bidan…17,
reproduksi? posyandu…aku puskesmas dak ado siko Aku ni dak tau kalo penyuluhan tentang
tu, maap ajo yuk kesehatan organ reproduksi.
aku tu jarang
didusun, aku tu (belum, kalau posyandu
kurang informasi, sering…iya sudah nikah (nggak tau, nggak pernah ada
baru sebulan…19) yang ngasih informasi itu, kalau (pernah, dari puskesmas, kadang-kadang di
inikan dio belumn undang di rumah kepala desa…17
gerti posyandu ada, di rumah bidan…17,
(T)…mungkin puskesmas nggak ada disini) Aku tidak tau kalau penyuluhan tentang
jodoh, dio ni (T) kesehatan organ reproduksi).
idak sekolah,
berhenti dari SD
kelas 4
(banyak disini
posyandu…aku
tuh, maaf aja yuk,
aku jarang di
desa, aku itu
kurang informasi,
(nggak ada) inikan dia belum
ngerti
(T)…mungkin
jodoh, dia ni
hnggak sekolah,
berhenti dari SD
kelas 4)
Menurut anda apa itu Iyo, kalau nikah tu lemak, biso bantu Orang yang menikah 17 Anak Orang Tua Aku tu tamat SD kan, udah lima tahun idak
pernikahan dini? nyucikan pakaian laki, nyiapkan makan. kebawahlah, kalau 17 ke Nikah usia Nyo ndak dewek, sekolah lag iterus aku nikah, duo kali aku
Dari pado dak ado kerjo di rumah atas idak lagi yang 15 nyo samo-samo nikah. Nikah tu ke inginan sendiri.
tahun, umur ndak tu. Kito dak
yang tepat nyuruh tu dak pacak
(iya, kalau nikah itu enak, bisa bantu (orang yang menikah 17 untuk nikah jugo…umurn yo (Aku itut amat SD kan, sudah 5 tahun tidak
nyucikan pakaiansuami, nyiapkan kebawah, kalau 17 tahun k tu 20 tahun. sekarang tu 17 sekolah lagi terus aku menikah, dua kali aku
makan. Dari pada nggak ada kerjaan di eatas nggak lagi) dak ado, Cuma nyo nikah menikah. Nikah itu ke inginan sendiri).
rumah) nak nikah kemaren di tuokan,
bae elok nikah muda tu,
bantu
perekonomian,
(nikah usia kerjasamolah wong
yang 15 tuo kek anaktu
tahun,
umur yang
tepat untuk (dia mau sendiri,
nikah 20 mereka sama-sama
tahun) mau. Kita tidak
memberi izin juga
tidak bisa
juga…umurnya
sekarang itu 17
tahun, tapi dia
menikah kemarin itu
di tua kan, bagus
menikah usia muda
itu, membantu
perekonomian, kerja
sama antara orang
tua dengan anak itu)
Bagaimana pendapat anda Biaso bae dak ado masalah, kawan- Dicap negatif, kalau di Biaso bae, Biaso. Di siko ko banyak jugo orang malam mingguan kek malam
tentang maraknya kawan jugo la banyak nikah. dusun-dusun ko la sering, iyo lah kamisan. Hiburan malam masih.
pernikahan dini? selain itu factor pendidikan. tebiaso jugo
Kalau di desa ko idak, orang nikah
(Biasas aja, tidak ada masalah, teman- informasi tu cepek, idak cak mudo (Biasa, di sini banyak juga orang malam minggu dengan malam
teman juga sudah banyak yang menikah) di kota orang-orang. disiko. kamis. Hiburan malam masih).
Bagaimana pandangan Idak ado, biaso ajo nengok orang nikah Lingkungan, kan la sering Dak elok, Anak Orang Tua
anda mengenai pernikahan dini tu. Ado kawan idup beduo. Kalau orang nikah muda...faktor malahan cak
dini? nikah tu pasti ado penyesalannyo, kalau adat jugo…setuju, itulah yang Ngurangi beban Sebenarnyo dio kini masih beban kami, nyo
lagi dak ado duit itulah timbul kebanyakkan disuruh orang masih orang tuo. belum punyo pendirian, kalaunyo masih
penyesalan. tua. Kalau kami samo-samo ngebeban bebaru nikah ko mungkin kalaunyo setahun
ini, ndak. wong nikah bukan tanggungan kami lagi.
tuo…kalau (mengurangi
(tidak ada, biasa saja melihat orang aku idak beban orang tua)
menikah dinii tu. Ada teman hidup (Lingkungan, kan sudah nyesal nikah (sebenarnya dia sekarang masih beban kami,
berdua. Kalau nikah itu pasti ada sering orang menikah muda, entah dia belum punya pendirian, kalau dia masih
penyesalannya, kalau lagi tidak ada muda…factor adatj kalau wong baru menikahi ni mungkin kalau dia setahun
uangitulah timbul penyesalan) uga…setuju, kebanyakan di lain…minde menikah bukan tanggungjawab kami lagi)
suruh orang tua. Kalau kami r kami, tapi
sama-sama ini, mau) alasan kami
nikah tu
takdir…kem
aren tu
bukan kami
yang ngurus
ke KUA,
segalonyo
yang ngurus
mertuo aku
yang
ngurus,
buku nikah
tu tiga hari
setelah nyo
baru dapek.
(tidak
bagus,
malahan
seperti
itulah yang
masih
ngebebani
orang
tua…kalau
aku tidak
menyesal
nikah muda,
tidak tahu
kalau orang
lain…minde
r kami,
tetapi
alasan kami
menikah itut
akdir…kem
arini tu
bukan kami
yang
mengurus
ke KUA,
semuanya
yang
mengurus
mertua aku
yang
mengurusny
a, buku
nikahi
tutiga hari
setelahnya
baru dapat)
Menurut anda apa itu pernikahan Pernikahan usia diumur 14 Pernikah dini tu dibawah 16 th Pernikahan dini itu adalah pernikahan
dini? th,pernikahan yang terpakso. kebawah. yang dibawah umur 16 tahun, karena
Kebetulan didusun kami ko lah 2 kalau di KUA yang umur di bawah 16
th dak ado yg nikah dini tapi kalo tahun yang tidak bisa di nikahkan, tidak
dulu ado. (pernikahan dini itu dibawah 16 ada dampak negatif nya pernikahan dini
tahun kebawah). itu.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.896 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .5714 .50709 21
P2 .5238 .51177 21
P3 .6667 .48305 21
P4 .5238 .51177 21
P5 .5238 .51177 21
P6 .5714 .50709 21
P7 .4762 .51177 21
P8 .5714 .50709 21
P9 .5714 .50709 21
P10 .5238 .51177 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
P1 4.9524 10.748 .679 .883
P2 5.0000 10.800 .654 .884
P3 4.8571 10.829 .692 .882
P4 5.0000 10.900 .621 .887
P5 5.0000 10.900 .621 .887
P6 4.9524 10.748 .679 .883
P7 5.0476 11.248 .511 .894
P8 4.9524 10.548 .746 .878
P9 4.9524 10.748 .679 .883
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 21 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S1 2.3333 .73030 21
S2 2.1905 .81358 21
S3 2.5238 .87287 21
S4 2.4286 .97834 21
S5 2.2857 .78376 21
S6 1.9524 .49761 21
S7 2.0000 .63246 21
S8 2.1429 .79282 21
S9 2.4286 .81064 21
S10 2.6190 .86465 21
S11 2.5238 .74960 21
S12 2.4762 .92839 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
S1 25.5714 48.057 .612 .937
S2 25.7143 45.114 .825 .930
S3 25.3810 44.148 .852 .929
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
27.9048 54.790 7.40206 12
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.890 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
M1 .2857 .46291 21
M2 .1429 .35857 21
M3 .1905 .40237 21
M4 .1429 .35857 21
M5 .2857 .46291 21
M6 .1429 .35857 21
M7 .0952 .30079 21
M8 .2381 .43644 21
M9 .0952 .30079 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
1.6190 6.448 2.53922 9
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.828 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 .2857 .46291 21
B2 .3810 .49761 21
B3 .1905 .40237 21
B4 .2381 .43644 21
B5 .2857 .46291 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.874 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Ortu1 .7619 .43644 21
Ortu2 .8571 .35857 21
Ortu3 .6190 .49761 21
Ortu4 .7143 .46291 21
Ortu5 .8095 .40237 21
Ortu6 .7143 .46291 21
Ortu7 .6190 .49761 21
Ortu8 .9048 .30079 21
Ortu9 .7143 .46291 21
Ortu10 .8095 .40237 21
Item-Total Statistics
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
7.5238 8.762 2.96005 10
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
N %
Valid 21 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 21 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.898 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
TS1 .3810 .49761 21
TS2 .3333 .48305 21
TS3 .3810 .49761 21
TS4 .2381 .43644 21
TS5 .2857 .46291 21
TS6 .5238 .51177 21
TS7 .4762 .51177 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
TS1 3.7143 10.414 .632 .889
TS2 3.7619 10.590 .594 .891
TS3 3.7143 10.014 .771 .879
TS4 3.8571 10.729 .620 .890
TS5 3.8095 10.862 .529 .895
TS6 3.5714 10.457 .596 .891
TS7 3.6190 10.248 .666 .887
TS8 3.5238 9.962 .772 .879
TS9 3.6667 10.233 .678 .886
TS10 3.6190 10.448 .599 .891
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4.0952 12.690 3.56237 10
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 21 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 21 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.919 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
ST1 .6667 .48305 21
ST2 .7143 .46291 21
ST3 .5714 .50709 21
ST4 .5238 .51177 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
ST1 5.6190 15.848 .763 .908
ST2 5.5714 16.157 .710 .910
ST3 5.7143 15.614 .784 .906
ST4 5.7619 16.490 .544 .917
ST5 5.7619 15.590 .782 .906
ST6 5.9048 15.990 .698 .910
ST7 5.8571 16.329 .593 .915
ST8 5.8095 15.462 .818 .905
ST9 5.9048 16.490 .563 .916
ST10 5.8571 16.629 .515 .918
ST11 5.6667 16.933 .448 .921
ST12 5.7143 15.614 .784 .906
Scale Statistics