Anda di halaman 1dari 23

KEGAWATDARURATAN

PADA MASA PERSALINAN


DI KALA I,II,III & IV

OLEH : KELOMPOK 3
Pengertian Kegawatdaruratan &
Persalinan
 Kegawatdaruratan adalah kejadian tidak terduga
yang memerlukan tindakan segera.
Kegawatdaruratan dapat terjadi baik penanganan
obsteri maupun neonatal.
 Persalinan adalah proses alamiah alamiah dimana
terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta
dari rahim ibu.
KEGAWATDARURATAN PADA PERSALINAN KALA I &
II

 1. EMBOLI AIR  2. Etiologi


KETUBAN Faktor predisposisi
a) Multiparitas
Emboli cairan ketuban b) Usia lebih dari 30 tahun
merupakan sindrom dimana c) Janin besar intrauteri
setelah sejumlah cairan d) Kematian janin intrauteri
ketuban memasuki sirkulasi e) Meconium dalam cairan
darah maternal, tiba-tiba ketuban
terjadi gangguan pernafasan f) Kontraksi uterus yangkuat
yang akut dan shock. g) Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi
Tanda, Gejala & Komplikasi yang
sering terjadi
Tanda & Gejala :
 Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran ( Hipotensi )
 Dyspnea
 Batuk
 Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia.
 Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung janin dapat turun hingga kurang dari
110 denyut per menit (dpm). Jika penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah
Bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5 menit mungkin menunjukkan Bradycardia
terminal.
 Pulmonary edema
 Cardiac arrest
 Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan yang berlebihan setelah
melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi perusahaan dengan pijat bimanual diagnostik.
 Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.)

Komplikasi
a. Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung kanan.
b. Ganguan pembekuan darah.
Penatalaksanaan :
 Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi dan bantuan sirkulasi
 Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia &
perdarahan .
 Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
 Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas
 Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses
perbekuan.
 Aminofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme ..
 Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus, dan peningkatan
frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk
menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg.
 Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
 Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan menghambat proses
pembekuan.
 Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
k Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian
trombosit.
2. Distosia Bahu
 Pengertian  Etiologi
Distosia bahu ialah kelahiran Distosia bahu terutama
kepala janin dengan bahu disebabkan oleh deformitas
anterior macet diatas sacral panggul, kegagalan bahu untuk
promontory karena itu tidak bisa “melipat” ke dalam panggul
lewat masuk ke dalam panggul, (misal : pada makrosomia)
atau bahu tersebut bisa lewat disebabkan oleh fase aktif dan
promontorium, tetapi mendapat persalinan kala II yang pendek
halangan dari tulang sacrum pada multipara sehingga
(tulang ekor). penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan
lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II
sebelah bahu berhasil melipat
masuk ke dalam panggul.
Faktor Risiko

 Komplikasi pada Ibu


 Ibu dengan diabetes, Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan
Janin besar (macrossomia postpartum karena atonia uteri, rupture uteri,
atau karena laserasi vagina dan servik yang
Riwayat obstetri/persalinan dengan
merupakan risiko utama kematian ibu
bayi besar
(Benedetti dan Gabbe, 1978; Parks dan Ziel,
Ibu dengan obesitas 1978)
Multiparitas  Komplikasi pada Bayi
 Kehamilan posterm, dapat
menyebabkan distosia bahu karena
Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan
janin terus tumbuh setelah usia 42
mingu.
mortalitas janin yang signifikan. Kecacatan
pleksus brachialis transien adalah cedera yang
 Riwayat obstetri dengan persalinan
lama/persalinan sulit atau riwayat paling sering, selain itu dapat juga terjadi
distosia bahu
fraktur klavikula, fraktur humerus, dan
 Cephalopelvic disproportion kematian neonatal.
Penatalaksanaan Distosia Bahu

 Langkah pertama Manuver Mc. Robert


Maneuver Mcrobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi Mcrobert,
yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat
mungkin kedada dan rotasikan kedua kaki kearah luar (aduksi).
 Langkah kedua Manuver Rubin
Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada
diameter oblik atau tranversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu
diubah menjadi posisi oblik atau transversa untuk memudahkan melahirkannya
 Langkah ketiga melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau maneuver
Wood
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu
posisi punggung bayi. Manuver Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari
dari tangan yang berseberangan dengan punggung bayi (pumggung kanan berarti
tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan di bagian depan
bahu posterior.
 Langkah Ke empat dengan Cara Pematahan Klavikula
Dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
3. Letak Sungsang
 Pengertian  Etiologi
 Fiksasi kepala pada pintu atas
Letak Sungsang adalah janin panggul tiak baik atau tidak
ada, misalnya pada panggul
yang letaknya memanjang ( sempit, hodrosefalus,
membujur ) dalam rahim, annensefali, plasenta previa,
tumor-tumor pelvis.
kepala berada di fundus dan  Janin mudah bergerak seperti
pada hidramnion, multipara,
bokong bawah. janin kecil
 Gameli
 Kelainan uterus seperti uterus
arkuatus, bikornis, mioma
uteri
 Janin sudah lama mati
Prognosis
 Bagi ibu kemungkinan robekan pada perinium lebih
besar juga karena di lakukan tindakan, selain itu
ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama jadi
mudah terkena infeksi.
 Bagi anak prognosis tidak begitu baik karena adanya
gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong
lahir dan juga setelah perut lahir, talu pusat terjepit
antara kepala dan panggul, anak bisa menderita
asfiksia.
Penanganan

 Lebih dulu bokong lepaskan dari Cara melahirkan bahu dan lengan
PAP dan ibu berada dalam posisi per vaginam dapat dilakukan dengan
trendelen burg teknik
 Tangan kiri diletakan di kepala dan
tangan kanan pada bokong  Cara Klasik ( deventer )
 Putar ke arah muka/perut janin  Cara lovset
 Lalu tukar tangan kiri diletakkan di  Cara Muller
bokpng dan tangan kanan di kepala
 Cara Bracht
 Observasi tensi, Djj dan keluhan
 Cara Potter
 Melahirkan bokong
Cara melahirkan kepala dapat
 Mengawasi sampai lahir spontan dilakukan dengan teknik
 Mengait dengan jari
 Mengait dengan pengait bokong  Maruiceau
 Mengait dengan tali sebesar  De snoo
kelingking
 Wigand marin-wincle
4. Partus Lama
 Etiologi
 Pengertian
 Kelainan letak janin
Adalah persalinan yang  Kelainan-kelainan panggung
berlangsung lebih dari 24 jam  Kelainan his
 Pimpinan partus yang salah
pada primi, dan lebih dari 18  Janin besar atau ada kelainan
jam pada multi. kongenital
 Primitua
 Perut gantung, grandemulti
 Ketuban pecah dini
Gejala Klinik & Penanganan :
Gejala Klinik  Penanganan
 Perawatan pendahuluan
- Pada ibu
 Gelisah, letih, suhu badan menongkat, berkeringat,
nadi cepat, pernapasan cepat, dan meteorismus.  Pasang infus RL atau Nacl 0,9% dangan tetesan
 Pada janin cepat
 Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan
negatif, air ketuban terdapat mekonium, kental  Dexamethasone 10mg secara IV
kehijauan berbau
 Pemberian antibitika
 Kaput sueksedenum yang besar
 Moulage kepala yang hebat  Ceftriaxone 1 gr/IV
 Kematian janin dalam kandungan ( KJDK )
 Cefotaxime 1 gr/IV
 Kematian janin intra partal ( KJIP )
 Pasang oksigen 2-3 liter per menit

 Pertolongan dapat dilakukan partus spontan,


ekstraksi vakum, forcep.
KEGAWATDDARURATAN PADA
PERSALINAN KALA II & IV
Etiologi
1. ATONIA UTERI  Regangam rahim yang berlebihan karena
kehamilan gemeli, polihidramnoin, dan
 Keadaan dimana lemahnya anak terlalu besar
 Kelelahan karena persalinan lama
tonus/kontraksi rahim yang  Kehamilan grande multi para
menyebabkan uterus tidak mampu  Ibu dengan keadaan umum yang jelek,
anemis atau penderita penyakit yang
menutup perdarahan yang terbuka menahun
 Moima uteri yang mengganggu kontraksi
dari tempat implantasi plasenta rahim
 Infeksi uterin
setelah bayi dan plasenta lahir.  Adanya riwayat pernah atonia uteri
sebelumnya
 Kelainan uterus
 Persalinan yang terlalu cepat
 Plasenta previa dan solusi plasenta
 Preeklampsi dan Eklampsi
Penatalaksanaan
 Lakukan masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta ( maksimal 15 detik )
 Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban vagina, pastika tidak ada perlukaan jalan lahir
 Pastikan kandung kemih kososng
 Lakukan kompresi bimanual interna selama 1-2 menit.
 Jika KBI tidak berhasil anjurkan keluarga mulai membantu Kompresi Bimanual Eksterna ( KBE ).
 Saat keluarga melakukan KBE, penolong segera memberikan suntikan ergometrin 0,2mg ( Pastikan px
tidak memiliki riwayat Hipertensi ) atau misoprostol 600-1000 mcg per rectal.
 Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin, sesuaikan tetesan guyur
 Ulangi KBI, jika tidak berhasil. Segera rujuk ibu
 Selama dalam perujukan lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan
 Lakukan KBE selama dalam rujukan.
Komplikasi
 Komplikasi kehilangan darah yang banyak adalah syok hipovolemik di sertai dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat.
2. Retensio Plasenta
 Pengertian Etiologi
Retensio plasenta adalah bila  Plasena yang sukar di
plasenta tidak lepas atau lepaskan dengan pertolongan
keluar selama 30 menit aktif kala tiga bisa di
setelah persalinan. Disebut sebabkan oleh adhesi yang
sebagai plasenta akreta bila kuat antara plasenta dan
implantasi menembus desidua uterus
basalis. Disebut plasenta  Faktor predisposisi
inkreta bila plasenta sampai terjandinya plasenta akreta
menembus miometrium dan adalah plasenta previa,
disebut plasenta perkreta bekas seksio secaria, pernah
bila vili korialis sampai kuret yang berulang, dan
menembus perimetrium. multipara
Penatalaksanaan
 Pasang infus
 Lakukan desinfektan tangan dan vulva termasuk daerah seputarannya
 Labia dibuka dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan di masukan secara
obstetri ke dalam vagina
 Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolpeksis
 Tangan kanan menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, sambil menyusuri
tali pusat agar tidak salah jalan
 Agar talipusat mudah teraba , mintalah bantuan asisten untuk meneregangkan
 Sebelah tangan menyentuh plasenta, pindahkan ke pinggir lalu cari bagia plasenta
yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat
 Dengan menggunakan tangan kanan bagian bawah kelingking, plasenta di
lepaskan dari bagian yang sudah terlepas dari dinding rahim dengan gerakan
yang sejajar dengan dinding rahim
 Setelah seluruh plasenta lepas, tarik plasenta keluar secara perlahan-lahan
 Pastikan plasenta terlepas semua dan tidak ada plasenta yang tertinggal
3. Robekan jalan lahir/luka perinium
 Pengertian  Etiologi
Luka perinium adalah  Kepala janin terlalu cepat
perlukaan yang terjadi lahir
akibat persalinan pada  Persalinan tidak di pimpin
bagian perinium. sebagai mana mestinya
 Jaringan parut pada
perinium
 Bayi besar/ Makrosomnia
 Persentasi Bokong
 Distosia bahu
Luka perinium dibagi atas 4 tingkatan :
 Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender

vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium


 Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender

vagina dan otot perinea transveralis, tetapi tidak


mengenai sfingter ani
 Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan
otot sfingter ani
 Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
Penanganan/penatalaksanaan :
Penjahitan Robekan Tingkat I & II
 Sebagian besar derajat I akan menutup secara spontan tanpa di jahit
 Berikan dukungan emosional, gunakan anastesi lokal
 Periksa uterus berkontraksi dengan baik
 Periksa vagina, perinium dan serviks secara cermat
 Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa tidak terdapat
robekan derajat III dan IV
 Masukan jari yang memakai sarung tangan ke dalam anus
 Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter
 Periksa tonus otot atau sfingter
 Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau DTT
 Jika sfingter cidera, lihat bagian penjahitan derajat III & IV

Penjahitan Robekan Tingkat III & IV


 Tindakan ini biasanya dilakukan di ruang operasi atau jika menjumpai kasus robekan tingkat III
& IV dilakukan rujukan agar tidak terjadi perdarahan yang hebat sambil melihat dan
memperbaiki keadaan umum pasien
4. Perdarahan Post Partum
 Pengertian Etiologi
Perdarahan post  Atonia Uteri

pertum adalah  Sisa plasenta dan


perdarahan dalam selaput ketuban
kala IV yang lebih  Jalan lahir, robekan
dari 500-600 cc perinium, vagina
dslam 24 jam setelah serviks, forniks dan
anak dan plasenta rahim
lahir.
 Penyakit darah
Perdarahan post partum yang tidak ditangani dapat
mengakibatkan:

 Syok Hemoragie,
 Anemia

 Sindrom sheehan

Penanganan
Penaganan atau pengobatan pada perdarahan
post partum dapat dilihat dari gejala atau faktor
penyebab yang menimbulkan perdarahan tersebut

Anda mungkin juga menyukai