Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI

PAP SMEAR TEST

Dosen Pengampu:

Misbahul Huda. S.Si,M.Kes

Disusun oleh :

Anlaily Rahmadia 2013453004

Hanifah Kurniati 2013453008

Lulut Putri Fadilah 2013453036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Aksi
Mahasiswa Berantas Korupsi : Peran Dan Keterlibatan Mahasiswa”. Kami
berharap dengan laporan makalah ini semakin menajamkan keretampilan
berbahasa kami, khususnya keterampilan menulis. Makalah ini dapat diselesaikan
atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada anggota kelompok 1 yang sudah menyempatkan waktunya untuk
membantu mengerjakan makalah ini tepat waktu serta para Dosen yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembacanya.

Bandar Lampung, 5 Agustus 2021

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... 3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 4

1.1. Latar Belakang…………………………………………….……... 4

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………... 4

1.3. Tujuan…………………………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 5

2.1 Pengertian Pap Smear Test……………………………………… 5

2.2 Manfaat Pap Smear Test…………………………………………5

2.3 Faktor Resiko…………………………………………………….. 6

2.4 Wanita yang Dianjurkan Melakukan Pemeriksaan ……………7

2.5 Syarat Pengambilan Sampel……………………………………... 8

2.6 Syarat Pasien Yang Akan Melakukan Pemeriksaan …………..8

2.7 Ketepatan Diagnostik Sitologi……………………………………13

2.8 Petunjuk untuk penapisan………………………………………..13

2.9 Interprestasi Hasil Pap Smear……………………………………13

2.10 Gambaran Mikroskopis Pap Smear…………………………….. 16

BAB III PENUTUP………………………………………………………..17

3.1 Kesimpulan………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada
wanita, juga merupakan penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang
menyerang wanita. Penyebabnya yaitu adanya perubahan gen mikroba seperti;
virus HPV (human papilloma virus), radiasi atau pencemaran bahan kimia.
Kanker leher rahim stadium dini yang cepat ditangani dapat sembuh 100%.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (organ V). Kanker ini biasa
terjadi pada wanita berumur, tetapi beberapa data menemukan kasus ini juga
dialami wanita yang berumur 20-30 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mencegah kanker leher seviks?

1.3 Tujuan

Dengan cara melakukan Pap smear


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pap Smear Test


Pap Smear Test adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio
untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau
porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau pra kanker.
Pemeriksaan ini bermanfaat sebagai tes skrining awal untuk mendeteksi
adanya kanker leher rahim.

2.2 Manfaat Pap Smear Test

Pemeriksaan Pap Smear selain berguna sebagai pemeriksaan penyaring


(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini
sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi
lebih murah dan mudah. Pap Smear juga mampu mendeteksi lesi prekursor
pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat terapi masih
mungkin bersifat kuratif. Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan
sebagai berikut
a) Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b) Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
mendapat kemoterapi dan radiasi.
c) Interpretasi hormonal wanita.
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi
atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkunan keguguran pada hamil muda.
d) Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai
infeksi bakteri dan jamur. Sebagian besar organisme akan memberi
gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan
organisme penyebabnya tetapi ada pula yang tidak menimbulkan reaksi
khas pada sediaan pap smear.

2.3 Faktor Resiko

Faktor yang menyebabkan wanita beresiko terkena kanker servik yaitu:


(Dalimarta, 2004).
a. Infeksi Human Papiloma Virus (HpV)
Lebih dari 90% kasus kandiloma serviks, semua NIS dan kanker
serviks mengandung DNA virus HpV. Dari 70 tipe HpV yang diketahui
saat ini, ada 16 tipe HpV yang erat kaitannya dengan kejadian kanker
serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang
beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi
virus ini sehingga mempunyai resiko terkena kanker serviks.
b. Perilaku Seksual
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks uteri meningkat lebih
dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila
hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun. Resiko juga meningkat
bila berhubungan seks dengan banyak laki-laki beresiko tinggi (laki-laki
yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki yang
mengidap penyakit kandiloma okuminatun di zakarnya (penis).
c. Rokok Sigaret
Wanita perokok mempunyai resiko 2x lipat terhadap kanker
serviks uteri dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Dalam lendir
serviks wanita perokok terkandung nikotin zat-zat tersebut menurunkan
daya tahan dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga
timbul kanker serviks uteri, disamping merupakan kokarsinogen infeksi
virus.
d. Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (anak
banyak) adanya infeksi dan iritasi menahan.
e. Kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko
1,5 – 2,5 kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari
4 tahun
f. Defesiensi Zat Besi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa definisi asam folat
dalam meningkatkan resiko terjadinya NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin
juga meningkatkan resiko terkena kanker serviks uteri pada wanita yang
rendah konsumsi vitamin (A, C dan E).

2.4 Wanita yang Dianjurkan Melakukan Pemeriksaan Pap Smear


Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya
mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksual tinggi
memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita
sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
 Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah
atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
 Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan
seksual atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
 Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
 Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
 Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
 Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap
smear.
 Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks.
2.5 Syarat Pengambilan Sampel
Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker
dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat
bila memenuhi syarat yaitu:
a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
b. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar
masa haid, yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai
dengan masa pramenstruasi.
c. Apabila pasien mengalami gejala perdarahan diluar masa
haid dan dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan
pap smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda
sampai selesai pengobatan.
e. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina
(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat
melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-
kurangnya 24jam, sebaiknya 48 jam.
f. Pasien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan
kapan saja .

2.6 Syarat Pasien Yang Akan Melakukan Pemeriksaan Pap Smear


Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut:
o Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan
sebelum menstruasi sebelumnya.
o Pasien harus memberitahukan sejujur-jujurnya kepada
petugas mengenai aktivitas seksualnya.
o Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari
sebelum pengambialn bahan pemeriksaan.
o Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh
dilakukan dalam 24 jam sebelumnya.
o Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang
pemeriksaan pap smear.

Pemeriksaan Pap Smear


 Persiapan Pasien
- Melakukan informent concent.
- Menyiapkan lingkungan sekitar Pasien, tempat tidur
ginekologi dan lampu sorot.
- Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
- Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi
dengan posisi litotomi.
 Persiapan alat
1. Menyiapkan alat untuk pemeriksaan Pap Smear (hanscun,
speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi,
lidi kapas atau cytobrush, objek glass, botol khusus berisi
alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang, kasa steril
pada tempatnya, formulir permintaan pemeriksaan sitologi pap
smear, lampu sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat
sampah, tempat tidur ginekologi, sampiran.
2. Menyusun perlengkapa/bahan secara ergonomis.
 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
- Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk
kering dan bersih.
- Memakai APD (Jas Laboratorium, sarung tangan ,dan
masker)
- Melakukan vulva higyene.
- Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda
infeksi.
- Memasang speculum dalam vagina.
- Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung
spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh
permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan
mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar
melingkar 360o.
- Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass
secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
- Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
a) Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil,
sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam
alkohol 95%.Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan
dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam
keadaan kering terfiksasi atau dapat pula sediaan
dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam
botol.
- b) Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai
diambil, sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep
atau
hair spray pada object glass yang mengandung asupan
secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object
glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian keringkan
sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-
10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke
laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan
formulir permintaan.
- Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril
dengan menggunakan tampon tang.
- Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
- Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
- Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung
tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%).
- Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
metode tujuh langkah.Temui klien kembali.
- Mencatat hasil tindakan dalam status.

 Pengecatan untuk Preparat Apusan Pap Smear


Pengecatan Papanicolau umumya digunakan untuk
pewarnaan Papsmear (tapi terkadang ada juga selain papsmear
diwarnai dengan metode ini). Papsmear digunakan untuk
mendignosis Kanker serviks. Melihat ada tidaknya sel ganas
- Sampel : apusan daerah peralihan endoserviks.
- Bahan:
 Haematoksilin mayer
 EA (Eosin alkohol) 65/EA 36
 Alkohol 95% dan Alkohol absolut
 Untuk EA 65 isinya: Eosine Y, Phospotung stic acid, light
green, alk. Absolute
- Prosedur Kerja :
 Sedian apusan difiksasi dengan alcohol 95% 15 menit
 Air mengalir sampai bebas alkohol 5 menit (rak preparat
diletakan di wadah yang di beri air mengalir)
 Mayer haematoksilin 3-5 menit
 Air Mengalir 15 menit
 Alkohol 95% 10 kali celup
 Alkohol 95% 10 kali celup
 EA 3-5 menit
 Alkohol 95% 5 kali celup
 Alkoho 95% 5 kali celup
 Alkohol absolute 5 kali celup
 Keringkan diudara
 Xylol/clearing
 Tutup dengan EZ mount

 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Sediaan Apus Pap


Smear
 Membuat sediaan apusan tipis merata
 Segera fiksasi sesuai metode pewarnaan PAP;
 Membuat sediaan sedikit mungkin mengandung darah;
 Menjaga kebersihan obyek glass yang digunakan;
 Menghindari bahan kimia yang merusak sel;
 Menyimpan sediaan ditempat yang bersih, kering dan
aman;
 Memberi label pada obyek glas yang digunakan

 Kesalahan yang sering terjadi dalam pembuatan sediaan apus pap


smear
 Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit
sel.
 Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel
bertumpuk-tumpuk sehingga menyulitkan pemeriksaan.
 Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu
lama diluar, tidak segera direndam di dalam cairan
fiksatif).
 Cairan fiksatif tidak memakai alkohol 96 %.

2.7Ketepatan Diagnostik Sitologi

Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :


a. Sensitivitas : Kelompok wanita dengan tes positif diantara yang
sakit.
b. Spesifisitas : Kelompok wanita dengan tes negatif diantara yang
tidak sakit.

2.8 Petunjuk untuk penapisan :


 Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam aktifitas
seksual.
 Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali
diambil setiap 2 tahun, sedangwanita dengan kelainan atau hasil
abnormal perlu evaluasi lebih sering.
 Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat hasil
2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir.

2.9 Interprestasi Hasil Pap Smear


Banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap
Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma
(CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas
(Saviano, 1993), yaitu:
 Kelas I : tidak ada sel abnormal. Lakukan pemeriksaan ulang 1
tahun kemudian.
 Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan. Menunjukkan adanya infeksi ringan
non spesifik, kadang disertai:
o Kuman atau virus tertentu.
o Sel dengan kariotik ringan.

Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai


dengan kausalnya. Bila ada erosi atau radang bernanah,
pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.

 Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia


ringan sampai sedang.
 Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat. Biasanya
dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
 Dilakukan biopsi.
 Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih
dalam diambil 3 sediaan.
 Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

 Kelas V : keganasan. Dilakukan tindak lanjut seperti pada kelas IV.


Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di
Amerika Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini,
pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):
 CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel
neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
 CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.
 CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang
dimana telah melibatkan sampai ke basement membrane dari
epitelium.
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah
melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi
Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut
(Marquardt, 2002):
a. Sel skuamosa
 Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
 Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
 High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
 Squamous Cells Carcinoma
b. Sel glandular
 Atypical Endocervical Cells
 Atypical Endometrial Cells
 Atypical Glandular Cells
 Adenokarsinoma Endoservikal In situ
 Adenokarsinoma Endoserviks
 Adenokarsinoma Endometrium
 Adenokarsinoma Ekstrauterin
 Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
2.10 Gambaran Mikroskopis Pap Smear

Cervical PAP smear showing Human papilloma virus infected squamous


cell

Sel-sel servik normal yang mengalami pengelupasan (exfoliated)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan yag kami dapatkan:

Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang beresiko


terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi virus ini
sehingga mempunyai resiko terkena kanker serviks.

kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali apabila berhubungan dengan 6


atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun.
Resiko juga meningkat bila berhubungan seks dengan banyak laki-laki beresiko
tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki
yang mengidap penyakit kandiloma okuminatun di zakarnya (penis).

DAFTAR PUSTAKA
Dalimarta, setyawan. 2002. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker.
Jakarta : Penebar Swadaya
Evennett, K. 2004. Pap Smear: Apa Yang perlu Anda Ketahui ?. Jakarta:Arcan.
Mukhlis, Ramli, dkk. 2005. Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Tambunan, G. W., 1995. Diagnosis Dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak Di Indonesia. Jakarta: EGC.
www.cytologystuff.com
Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/ Leher

Anda mungkin juga menyukai