Anda di halaman 1dari 17

1

PENDAHULUAN

Kematian perinatal merupakan salah satu tolak ukur yang peka untuk menilai derajat
kesehatan masyarakat karena melalui angka kematian perinatal kita dapat menilai tingkat
pelayanan obstetri pada suatu rumah sakit atau suatu negara. Berdasarkan data dari rumah
sakit besar serta penilaian secara kasar, didapatkan bahwa angka kematian perinatal di
Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju lainnya. Dengan pemantauan
yang lebih dini, 70% kematian akibat pertumbuhan janin terhambat dapat dicegah bila
kelainan ini dikenal sebelum kehamilan 34 minggu, sehingga diharapkan dapat menurunkan
angka kematian perinatal. Dengan melakukan pemeriksaan pengawasan wanita hamil secara
teratur dapat mengenali secara lebih dini adanya gangguan pertumbuhan janin intrauterine
serta merujuk ke pusat yang lebih tinggi dalam upaya menurunkan angka kematian perinatal
akibat gangguan pertumbuhan janin intrauterine (Sastrawinata US, 2009).
Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO), angka kematian ibu
diperkirakan sebesar 500.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap
tahunnya. Kejadian kematian ibu dan bayi sebagian besar terdapat di Negara berkembang
yaitu sekitar 98% sampai 99% maka kemungkinan kematian ibu dan bayi di Negara
berkembang 100 kali lebih tinggi dibanding dengan Negara maju (Manuaba IG, 1998).
Segala usaha dan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
telah banyak dilakukan. Sejak tahun 1997 ke 2007, AKI telah menurun sebanyak 38%. Pada
tahun 2003 AKI di Indonesia menjadi 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs
pada tahun 2015, AKI diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun AKI
mengalami penurunan tapu belum signifikan dan jauh dari harapan. AKI di Indonesia masih
relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN. (Stalker, Peter, 2008).
Bank dunia, WHO, UNFPA dan beberapa organisasi donor dunia menyelenggarakan
konferensi Safe Matherhood di Nairobi, Kenya dengan tujuan mendorong gerakan dunia
untuk memperhatikan kesejahteraan ibu sehingga angka kematian maternal dan perinatal
dapat diturunkan (Manuaba IG, 1998).


2

PARTOGRAF
SEJARAH PERKEMBANGAN
Friedman menemukan hubungan antara serviks dan turunnya kepala janin (bagian terendah)
berkaitan dengan waktu persalinan yang dikenal dengan Kurva Friedman. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan ditemukan perbedaan antara primigravida dan multigravida pada
fase aktif maupun fase latennya. Oleh karena itu badan pekerja WHO mencetuskan gagasan
modifikasi kurva friedman menjadi Partograf WHO.
DEFINISI
Partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari
yang dikandung selama dalam persalinan waktu ke waktu (WHO, 1994). Partograf adalah
catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, untuk
menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk tindakan kebidanan
jauh sebelum persalinan menjadi macet (Rangkuti Z, 2011). Partograf terdiri dari grafik
penilaian persalinan dan dianggap sebagai sumber informasi yang sangat baik untuk
menganalisis dilatasi serviks uteri dan presentasi kepala janin dalam kaitannya dengan waktu
persalinan (Fauveau V, de Bernis L, 2006).
Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk;
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2007)
Dengan demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara dini, setiap kemungkinan terjadinya
partus lama dan partus macet yang di gunakan selama fase aktif persalinan (depkes RI, 2004).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama
3

persalinan dan kelahiran, serta menggunakan informasi yang tercatat, sehingga secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan ibu dan janin telah
mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Keman K, 2010).
Partograf sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan, berfungsi untuk
mencegah terjadinya partus lama dan partus macet. Partograf diperlukan guna mencegah
terjadinya komplikasi persalinan dan kematian ibu akibat partus lama. Pengetahuan partograf
harus dimiliki setiap tenaga penolong kesehatan, termasuk dokter
.
Sebanyak 9,4 persen
kematian ibu adalah karena partus lama, yang jika tidak ditangani dengan baik dan adekuat,
akan berlanjut menjadi partus macet. Banyak fungsi dari penggunaan partograf, salah satunya
adalah akan mencegah partus lama dan partus macet (Sastrawinata US, 2009).
PENGGUNAAN PARTOGRAF
World Health Organization (WHO) telah memodifikasi partograf agar lebih sederhana dan
lebih mudah digunakan. Partograf WHO menetapkan dasar sebagai berikut :
1. Fase aktif mulai pembukaan 3 cm
2. Fase laten lamanya 8 jam
3. Pada fase aktif pembukaan untuk primi dan multi sama tidak boleh kurang dari
1cm/jam
4. Pemeriksaam dalam hanya dilakukan dengan interval waktu 4 jam
5. Keterlambatan persalinan selama 4 jam, memerlukan intervensi medis, dengan
mempertimbangkan indikasi dan KU ibu maupun janin. (Prawirohardjo, 2002)
Partograf harus digunakan untuk;
1. Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi,
sebagai elemen penting asuhan persalinan normal.
2. Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit, dan lain-lain)
3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan
dan kelahiran (Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen, dan
Mahasiswa Kedokteran).
4

HALAMAN DEPAN PARTOGRAF
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif
persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, termasuk;
a. Informasi tentang Ibu :
1. Nama, Umur;
2. Gravida, Para, Abortus (keguguran);
3. Nomor catatan medik/nomor Puskesmas;
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah: tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu).
b. Waktu pecahnya selaput ketuban
c. Kondisi Janin :
1. DJJ (Denyut Jantung Janin)
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Penyusupan (molase) kepala janin
d. Kemajuan Persalinan:
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
e. Jam dan Waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian
f. Kontraksi Uterus
1. Frakuensi dan lamanya
g. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan ciran I.V yang diberikan.
h. Kondisi Ibu:
1. Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh;
2. Urin (volume, aseton, atau protein).
i. Asuhan, pengamatan, dan Keputusan Klinik lainnya (dicatat dalam kolom tersedia di
sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan) (Keman K, 2010).
5

CARA PENGISIAN HALAMAN DEPAN PARTOGRAF

6


1. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban (Keman K,
2010).
2. Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Kolom, lajur, dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung
janin (DJJ), air ketuban, dan penyusupan tulang kepala janin.
a. Denyut Jantung Janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan Fisik,
nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100.
Akan tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari
kedua sisi partograf (Keman K, 2010).
b. Warna dan Adanya Air Ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur
DJJ. Gunakan lambing-lambang berikut.
U : Ketuban utuh (Belum Pecah)
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (Kering)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan gawat janin. Jika terdapat
meconium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
(denyut jantung janin <100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai. Akan tetapi, jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu
7

ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
(Keman K, 2010).
c. Molase
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian kepas panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang
panggul (Cephalo Pelvic Disproportion - CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan
benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau
kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas
kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, bilai penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah jalur air ketuban. Gunakan lambang-lambang
berikut;
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
(Keman K, 2010)
3. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0 -
10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Tiap angka
mempunyai lajur dan kotak yang lain pada jalur diatasnya, menunjukkan penambahan
dilatasi sebesar 1 cm skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin.
Tiap kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit (Keman K, 2010).
a. Pembukaan Serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks tiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-
tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil
temuan setiap pemeriksaan. Tanda X harus ditulis di garis waktu yang sesuai
dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari
pemeriksaan dalan yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (Keman
K, 2010).
8

b. Penurunan Bagian Terendah atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penylulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Namun, kadangkala, turunnya janin
diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan
symbol 5/5 sampai 0/5. Simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin belum
memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa bagian
kepala janin sudah tidak dapat dipalpasi di atas simfisis pubis. Kata-kata turunnya
kepala dan garis terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda (o) pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala
bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda (o) di nomor 4. Hubungkan tanda (o) dari setiap
pemeriksaan dengan garis terputus (Keman K, 2010).
c. Garis Waspada dan Garis Bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan,
misalnya; amniotomi, infus oksitosin atau persiapan rujukan (ke RS atau Puskesmas)
yang mampu menangani penyulit kegawatdaruratan obstetric. Garis bertindak tertera
sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan, jika
pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan (Keman K, 2010).
4. Jam dan Waktu
a. Waktu Mulainya Fase Aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunannya) tertera kotak-
kotak diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.
b. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan Dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di
9

atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai (Keman K, 2010).
5. Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur kotak dengan tulisan kontraksi per 10
menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap
30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik.
Nyatakan jumlah kontaksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada
kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (Keman K, 2010).
6. Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per
menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya (Keman K, 2010).
7. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
a. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu.
1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai.
3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan
mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh
pada kotak yang sesuai (Keman K, 2010).
10

b. Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkernih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan
aseton dan protein dalam urin (Keman K, 2010).
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
a. Jumlah cairan per oral yang diberikan
b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obsgin, bidan, dokter umum)
d. Persiapan sebelum melakukan rujukan
e. Upaya Rujukan (Keman K, 2010)
HALAMAN BELAKANG PARTOGRAF
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala
I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah
diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana
telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman (Keman K, 2010).
11


12

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
a. Data dasar
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir
f. Kala IV (Keman K, 2010)
Cara Pengisian Lembar Belakang Partograf :
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian
catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut
unsur-unsurnya sebagai berikut;
1. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
di samping jawaban yang sesuai (Keman K, 2010).
2. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut
(Keman K, 2010).
3. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya (Keman K, 2010).
4. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban
pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai
(Keman K, 2010).
5. Bayi baru lahir
13

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak
di samping jawaban yang sesuai (Keman K, 2010).
6. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama
untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian
pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan,
dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah
disediakan (Keman K, 2010).
GRAVIDOGRAM
DEFINISI
Suatu rekam grafik (normogram) untuk menilai pertumbuhan janin secara klinis sederhana
untuk mengenali gangguan pertumbuhan janin intrauterine (Protap UNPAD, 2005).
Gravidogram ketika pertama kali diperkenalkan di Rumah Sakit Danderyds pada 1972 dapat
menurunkan kurang lebih 50% mortalitas antepartum, intrapartum, dan neonatal (Westin
Bjrn, 2011).
TUJUAN :
1. Dengan gravidogram kita dapat memantau pertumbuhan janin dengan mengukur tinggi
fundus uteri dari simfisis pubis (cm). Apakah tinggi fundus uteri tersebut sesuai dengan
umur kehamilan. Dengan demikian dapat membantu apakah janin tersebut mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan.
2. Dengan gravidogram kita dapat mengetahui status kesehatan ibu selama hamil. Dengan
melihat tensi apakah lebih dari normal (preeklamsi). Apakah gizinya cukup dengan
melihat petambahan berat badan.
3. Dengan gravidogram kita dapat mengetahui adanya kehamilan ganda (gemeli),
hidramion. Dimana tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan kehamilan.
4. Kesejahteraan janin dapat dipantau dengan hal yang disebut diatas dan dari bunyi jantung
janin.
14

Program nasional menganjurkan penggunaan gravidogram untuk memberikan interpretasi
pertumbuhan janin dari pengukuran tinggi fundus uteri yang diukur dengan menggunakan
pita ukur standar. Dengan memantau grafik kehamilan (gravidogram) sesuai petunjuk yang
tertera di buku KIA maka dapat diketahui bila tinggi puncak rahim berada di luar garis hijau.
Bila hal itu terjadi, maka harus segera dirujuk ke dokter ahli terdekat untuk dilakukan
evaluasi lebih lanjut sehingga dapat mencegah lebih awal adanya kelainan akibat
pertumbuhan janin sebelum kehamilan 34 minggu (Sastrawinata US, 2009).
MANFAAT
1. Dengan pencatatan unsur-unsur dalam gravidogram ini, dapat dimonitor perkembangan
janin dalam kandungan, pertambahan berat badan apakah sesuai dengan standart rata-rata
atau kurang dari 10 persentil (bayi KMK), lebih 10 persentil (bayi BMK).
2. Untuk ibu, faktor-faktor fisik dan laboratorium bisa diperiksa sehingga dapat diketahui
bila ada faktor resiko atau perkembangan kehamilan kearah patologik.
PERSIAPAN :
Form status antenatal ibu yang memuat pemeriksaan :
a. Karakteristik pasien
b. Tinggi fundus uteri
c. Lingkaran perut
d. Presentasi janin
e. BJA (Bunyi Jantung Anak)
f. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, USG, kardiotokograf
Penggunaan dan penilaian :
1. Identitas : Nama , alamat, No. CM, HPHT, TTP
2. Lembar gravidogram harus tersedia
3. Pengisian dilakukan setiap pasien datang untuk PNC
4. Hari pertama haid terakhir (HPHT) harus jelas
5. Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setelah kandung kencing dikosongkan
Ukuran tinggi fundus uteri diukur dari pinggir atas simfisis sampai puncak fundus
uteri (dlm cm) (S-F)
6. Tekanan darah ibu
7. Berat badan ibu ditimbang dan dinilai apakah sesuai ;
15

a. Trimester I kenaikan sekitar 1 kg
b. Trimester II kenaikan sekitar 5 kg
c. Trimester III kenaikan sekitar 5,5 kg
8. Lingkar Perut, diukur melalui pusat (dlm cm)
9. Letak anak ; sudah masuk PAP atau belum, PuKa/PuKi
10. Presenting part, bagian terendah anak kepala/bokong, lintang
11. Nilai ada tidaknya gangguan pertumbuhan janin secara klinis dengan melihat tinggi
(S-F) yang sesuai usia kehamilannya pada grafik.
Catatan : Bila Tinggi Fundus uteri tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, kemungkinan;
a. Apabila tinggi fundus uteri dibanding umur kehamilan < 10 persentil maka janin
KMK
b. Apabila tinggi fundus uteri dibanding umur kehamilan > 10 persentil maka janin
BMK
Harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, diantaranya :
1. Tanya Ulang HPHT
2. USG (Protap Unpad, 2005)

16


Belizan et al melaporkan bahwa meramalkan berat badan janin melalui pengukuran
tinggi fundus uteri mempunyai sensitifitas sampai 86% (untuk berat badan lebih kecil dari
normal) dan untuk berat badan normal spesifitasnya sampai 90%. Hal ini didukung Ogunranti
yang dalam penelitiannya menemukan bahwa pengukuran tinggi fundus uteri dalam
sentimeter yang dicantumkan dalam gravidogram dapat meramalkan kejadian bayi-bayi
small for date dan large for date. Quaranta et al, melakukan penelitian prediksi berat
badan lahir rendah dengan pengukuran jarak simfisis-fundus, didapatkan sensitifitas 17%
pada kehamilan 20-30 minggu (Sastrawinata US, 2009).

















17

DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta: Biro
Pusat Statistik; 2003
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta : Badan Litbang Kesehatan. 2008.
Fauveau V, de Bernis L. Good obstetrics revisited: Too many evidence-based practices and
devices are not used. Int J Gynecol Obstet 2006;94:179-84.
Keman Kusnarman. Partograf. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirhardjo. Jakarta. PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo. 2010
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. 2005. Bandung: RSHS.
Rangkuti Z. Penilaian Penggunaan Partograf APN Oleh Bidan di Puskesmas PONED Kota
Medan. 2011
Sastrawinata US. Pengetahuan dan Sikap Bidan di Rumah Sakit Immanuel Mengenai
Gravidogram Menurut JICA. JKM. Vol.8 No.1. 2008: 52 58
Stalker, Peter. Laporan MDGs 2008 : Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di
Indonesia. Jakarta : Bappenas. 2008.
Suzeta P H. Rancang bangun percepatan penurunan angka kematian ibu untuk mencapai
sasaran millennium development goals. Jakarta , mei 2007, 40 66.
Westin Bjrn. Gravidogram And Fetal Growth. Acta Obstetricia et Gynecologica
Scandinavica. Vol 56. 2011

Anda mungkin juga menyukai