Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang Ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan
asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada din kita sendiri, Seperti inikah
asuhan yang ingin saya dapatkan? atau Apakah asuhan seperti ini, yang saya
inginkan untuk keluarga saya yang sedang hainil
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suaini
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan
dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan
asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran
yang lebih baik (Enkin, et al, 2000). Antara lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut
dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti inisalnya ekstraksi
vakum, cunam, dan seksio sesar. Persalinan juga akan berlangsung lebih cepat (Enkin,
et al, 2000).
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.
3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta
anggota keluarga yang lain.
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suaini dan/atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Ajarkan suaini dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
9. Lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
12. Anjurkan ibu untuk ininum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13.Hargai dan perbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh
yang merugikan.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-bahan,
perleng kapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih tidak
mau meininta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk memberikan
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian dan mereka memberi alasan
bahwa penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memper hatikan kebutuhan atau
kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran
bayinya. Alasan lain yang juga berperan adalah bahwa sebagian besar fasilitas
kesehatan meiniliki peraturan dan prosedur kurang bersahabat dan menakutkan bagi
para ibu. Peraturan dan prosedur tersebut termasuk: tidak memperkenankan ibu untuk
berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mengizinkan anggota keluarga
menemani ibu, meni batasi ibu hanya pada posisi tertentu selama persalinan dan
kelahiran bayi dan meinisahkan ibu dan bayi segera setelah bayi dilahirkan.
1. 3. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (P1) tidak terpisah dan komponen-komponen lain dalam
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam
setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transinisi
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Juga upaya-upaya untuk
menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi inikroorganisme yang menimbulkan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya,
seperti inisalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.
Di masa lalu, tujuan utama pencegahan infeksi adalah untuk mencegah infeksi serius
pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di banyak
negara, munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan akibat hepatitis telah
mengubah secara dramatik fokus pencegahan infeksi. Karena HIV dan hepatitis makin
sering terjadi, risiko terinfeksi penyakit-penyakit tersebut juga akan semakin meningkat.
Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui:
percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (inisalnya luka atau lecet yang kecil).
luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaininasi atau peralatan tajam
lain nya, baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat memroses peralatan.
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dan asuhan lengkap yang diberikan kepada
ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong
persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal
atau pascapersalinan bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit.
Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menu larkan penyakit karena infeksi yang tcrjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau darah, harus
dianggap terkon taininasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaininasi.
Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.
cuci tangan
meinakai sarung tangan
memakai perlengkapan pelindung (celemeklbaju penutup, kacamata, sepatu
tertutup)
menggunakan asepsis atau teknik aseptik
memproses alat bekas pakai
menangani peralatan tajam dengan aman
menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar
Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dan pencegahan penyebaran
infeksiyang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Inikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang lembab atau air yang
tidak mengalir, oleh karena itu ingat pedoman berikut pada saat mencuci tangan :
- Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci
tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.
- Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
- Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti inikroba berbahan dasar alkohol
(campurkan 100 ml 60-90% alkohol dengan 2 ml gliserin. Gunakan kurang lebih 2 ml
dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali).
Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan
han duk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk basah lembab adalah
tempat yang baik untuk inikroorganisme berkembang biak.
Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,
kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar
mandi.
Pakai sarung tangan sebelum rnenyentuh ssuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput
mu kosa, darah atau cairan tubuh lainnya) atau peralatan, sarung tangan atau sampah
yang terkontaininasi.
Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau
bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaininasi silang
atau gu nakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula (Tabel 1-
1).
Gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT untuk prosedur
apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan di bawah kulit seperti
persalinan, penjahitan atau pengambilan darah.
Gunakan sarung tangan pemeriksaan yang bersih untuk menangani darah
atau cairan tubuh.
Gunakan sarung tangan rumah tangga atau sarung tangan tebal untuk
mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan
tubuh.