Anda di halaman 1dari 22

WANITA SEBAGAI LANSIA

DOSEN : Etik Khusniyati, SST., S.Psi., M.Keb

DISUSUN OLEH :

DEVIE CESTLAVIE PUTRI ( 201902001 )

NUR FATIMAH ( 201902001 )

AJENG PARADINAR PUTRI ANDYKHA ( 201902006 )

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah PSIKOLOGI. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah kesehatan tentang
WANITA SEBAGAI LANSIA Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.

Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam
bidang kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Mojokerto, 25 Februari 2020


penulis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan psikologi pada manusia pada umumnya terbagi ke dalam cakupan-
cakupan khusus. Yang biasanya dibagi berdasarkan umur mulai dari masa bayi, kanak-kanak, anak-anak,
remaja, dewasa, sampai kepada lansia. Dalam makalah ini pembahasan lebih ditekankan pada
perkembangan masa dewasa. Yang didalamnya akan dibahas sub-sub kategorinya, tugas-tugas
perkembangannya, dan perubahan yang minat yang terjadi. Setiap individu adalah unik dengan bakat
dan potensinya masing-masing. Individu adalah hasil interaksi dari nature dan nurture, menjadi dengan
caranya masing-masing. Lingkungan yang bijak akan mendukung kemungkinan seseorang untuk menjadi
walau tidak mutlak menjamin.

Wanita memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah

kemampuan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau merasakan
suatu peristiwa di luar dirinya sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan sebagai
pengalaman sendiri. Ketajaman intuisi ini bergantung pada ketajaman emosional seseorang yang
didasari oleh penghayatan

batiniah, kemampuan mawas diri, dan relasi psikis dengan subjek yang

diminati.

Yang dapat memupuk perkembangan fungsi-fungsi individu (kognitif, emosi, sosial, psikologis, fisik,
moral) adalah waktu dan usaha belajar dari yang bersangkutan.

Pada setiap proses perkembangan terdapat perpaduan antara dorongan

mengembangkan diri dan mempertahankan diri yang akan menjadikan

seseorang semakin matang dan penghayatan hidup yang semakin

mendalam.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana periode klimakterium atau menopause?

2. Bagaimana perilaku pada periode klimakterium?

3. Bagaimana kondisi psikis wanita setengah baya?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami periode klimakterium atau menopause

2. Untuk mengetahui perilaku pada periode klimakterium

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Periode Menopause/ Klimakterium

Sehubungan dengan faktor usia, kapasitas untuk reproduksi yang berlangsung selama menstruasi atau
haid pertama itu masih terus berlangsung selama menstruasi atau haid pertama itu masih terus
berlangsung secara teratur. Dengan berhentinya fungsi ini akan berkahir pula fungsi pelayanan,
pengabdian, dan pengekalan species manusia. Sebab dengan berakhirnya haid, proses ovulasi atau
pembuahan sel telur juga jadi terhenti oleh karenanya. Lalu segenap aparat kelenjar mengalami
hambatan dan pengurangan aktivitasnya. Ditambah lagi, organ kelamin turut mengalami proses atrofi,
yaitu menjadi lisut dan mundur fungsinya. Akhirnya, segenap bagian pada tubuh secara lambat laun
menampakkan gejala-gejala ketuaan. Fase sedemikian ini pada diri wanita disebut sebagai menopause.

(menopause, men = bulan, pause = pausa, pausis, pauoo= periode atau tanda berhenti, menopause=
berhentinya secara definitif menstruasi)

Fase menopause disebut pula sebagai periode klimakterium (climacter = tahun perubahan, pergantian
tahun yang berbahaya). Pada saat inilah terjadi banyak perubahan dalam fungsi-fungsi psikis dan fisik.,
sedang vitalitasnnya jadi semakin mundur dan berkurang. Periode klimakterium ini disebut pula
sebagai : periode kritis. Sebabnya ialah : perubahan-perubahan dalam sistem hormonal itu
mempengaruhi segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani), sehingga berlangsungnya proses
kemunduran yang progresif dan total. Oleh banyaknya perubahan dan kemunduran tersebut terjadilah
kemudian krisis-krisis dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan.

Menopause merupakan suatu gejala dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus
menstruasi. Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya
masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang
sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya
hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak
memproduksi hormon estrogen.

Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti dialami setiap orang, terjadi pula kemunduran fungsi organ-
organ tubuh termasuk salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium
menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa
penurunan atau gangguan pada aspek fisik-biologis – seksual. Pada sebagian wanita, munculnya gejala
atau gangguan fisik sebagai akibat dari berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan berpengaruh
pada kondisi psikologis, dan sosialnya.

Pada umumnya, klimakterium ini di awali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer, yang
menandai suatu proses “pengakhiran”. Maka muncullah kemudian tanda-tanda antara lain;

1. Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur, biasanya datang dalam interval waktu yang lebih
lambat atau lebih awal dari biasanya.

2. “ Kotoran” haid yang keluar banyak sekali, ataupun sangat sedikit.

3. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pada pembuluh-


pembuluh darah

4. Merasa pusing-pusing saja, disertai sakit kepala terus-menerus

5. Berkeringat tidak hentinya.

6. Neuralgia atau gangguan/ sakit syaraf, dan lain-lain

Semua keluhan ini disebut fenomena klimakteris, sebagai akibat dari timbulnya modifikasi atau
perubahan fungsi kelenjar-kelenjar. Sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik tersebut, terjadi
pula “pergeseran” atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan
perubahan-perubahan psikis ini mengakibatkan timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam
simptom-simptom psikologis, antara lain ialah :

Depresi-depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi
banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung atau gelisah, dan lain-lain.
Simptom-simptom psikologis klimakterium ini dapat di anggap sebagai “jeritan minta tolong”, agar
wanita tersebut masih di perbolehkan meneruskan aktivitasnya. Proses yang progresif menuju pada
kelayuan dan ketuaan itu selalu dibarengi denagn penaampakkan yang regresif (mundur atau surut
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah).

Klimakterium itu sendiri dapat kita bagi menjadi dua tahapan, yaitu :

a. Tahun-tahun dimana saat haid/ menstruasi sudah tidak teratur, sering terganggu, atau sudah tehenti
sama sekali. Namun demikian, aparat endokrin seksual masih terus berfungsi. Periode ini disebut
sebagai masa pra-klimakteris

b. Tahap kedua menampilkan gejala keberhentian secara definitif organisme yang membentuk sel-sel
telur, yaitu berhentinya organisme tersebut sebagai lembaga kehidupan.

Tahap pertama yang disebut sebagai masa pra-klimakteris biasanya dibarengi dengan meningkatnya
aktivitas-aktivitas pra klimakteris, yang ditandai oleh gejala meningkatnya rangsangan seksual. Pada
masa ini ada timbul nafsu yang besar untuk melakukan hubungan seksual. Sekaligus muncul kegairahan
berjuang yang menyala-nyala bagaikan di masa puber. Oleh karena itu pada usia ini sering muncul
tingkah laku yang aneh-aneh dan kurang mapan, bahkan timbul tingkah laku yang tidak sesuai dengan
atribut ketuaan.

Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan
petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu:

1. Klimakterium, yaitu merupakan masa peralihaan anatara masa reproduksi dan masa senium.
Biasanya periode ini disebut juga dengan pramenopause.

Masa Klimakterium

Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke
periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa
peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan
sesudah menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.

Fase klimakterium berlangsung bertahap sebagai berikut :

a. Sebelum menopause adalah Masa sebelum berlangsungnya saat menopouse, yaitu fungsi
reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.

b. Saat menopause adalah Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-
tahun sesudah menopouse. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama
sekali. Pada masa ini menopouse masih berlangsung.

c. Setelah menopause adalah Masa setelah perimenopouse sampai munculnya perubahan-perubahan


patologic secara permanen disertai dengan kondisi memburuknya kondisi badan pada usia lanjut
(Senilitas). (Kasdu, 2002 : 67).

2. Menopause, adalah saat haid terakhir, dan bila sesudah manopause disebut pasca menopause.

3. Senium, adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan
dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik

Masa klimkateris ini mirip sekali dengan masa pra pubertas. Oleh karena itu masa ini disebut pula
sebagai pubertas kedua. Sedang periiode klimakterium sendiri banyak kemiripannya dengan periode
pubertas. Tingkah laku orang pada periode pubertas kedua ini sifatnya sering lucu-lucu, aneh-aneh,
janggal, dan tidak pada tempatnya. Misalnya, pada umur lebih dari limapuluh tahun, seorang wanita
kaya dan gemuk memakai rok panjang mewah berwarna merah jambu di siangg bolong, menyusuri
lorong kompleks pertokoan, sambil memakai perhiasan emas yang berwaarna-warni. Tampaknya saja
tingkah laku wanita yang “berlebih-lebihan” tersebut bermaksud untuk :

Mengingkari ketuaannya, dan ingin mengulangi kembali pla kebiasaan di masa muda.

Menimbuni dirinya dengan pakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam bahan kosmetik,
agar kelihatan masih “remaja”.
Sekalipun tingkah laku wanita-wanita setengah tua ini kadang-kadang kelihatan komis lucu, namun
biasanya kebiasaan tersebut mengakibatkan akibat-akibat yang cukup tragis. Maka oleh manifestasi
yang janggal dan aneh-aneh itu, klimakterium disebut pula sebagai “usia berbahaya”(the dangerous
age).

Dengan berhentinya aktivias indung telur, maka sistem endokrin (kelenjar atnpa pembuluh-bunga)
menjadi kacau balau fungsinya, sehingga mengakibatkan kekecauan pula pada fungsi-fungsi organis dan
fingsi psikis lainnya. Namun demikian, manifestasi individual periode klimakterium tetrsebut sebgaian
besar dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing individu. Sabab struktur kepribadian yang
terintegrasi dengan baik, akan mempengaruhi secara positif proses gangguan-gangguan kelenjar.
Artinya sebagai berikut:

Kepribadian tadi bisa mengkompensasikan gangguan-gangguan fisiologis dan gangguan-gangguan


fisiologis dan gangguan psikis dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang intelligen.

Ini berarti, bahwa individu tersebut mampu mengendalikan diri, dan mampu mnegatasi gangguan-
gangguan psikosomatis jika hal ini muncul, dengan jalan menyalurkan keresahan batinnya pada
perbuatan-perbuatan yang intelligent, produktif atau kreatif.

Dengan terjadinya proses retrogresi genital (retro=surut, susut, gressus= langkah, genital= alat kelamin
penghasil), maka aktivitas pencipta keindahan dari sekresi-sekresi kelenjar intern yang membuat wanita
tampak ayu remaja dan awet muda, menjadi semakin mundur fungsinya. Sehingga ciri-ciri kelamin
sekunder jadi terpengaruh. Juga ciri-ciri feminitas yang memekar, serta semua unsur keindahan yang
diperoleh selama masa puber, sedikit demi sedikit menjadi pudar. Dan pada akhirnya akan punah habis
sama sekali, lalu pribadinya tampak tua dan layu.

Secara perlahan-laham proses pra klimakterium berubah menjadi klimakterium sebenarnya. Selaput
lendir di dalam rahim tidak berproduksi lagi. Untuk beberapa waktu lamanya memang masih terbentuk
benih- telur, akan tetapi benih ini tidak pernah mencapai kematangan. Dan dalam waktu relatif pendek
(tapi kadang-kadang juga bisa agak lama, biasanya ssesudah beberapa tahun), semua tanda-tanda
genetis dan smeua sel-sel kelamin jadi hilang sama sekali, seolah-olah tanda-tanda tersebut tidak
pernah ada sebelumnya. Dan indung telur kini berubah menjadi satu gumpalan jaringan yang keras
massif. Lalu sedikit demi sedikit alat kelamin wanita itu ditramnsformasikan seluruhnya menjadi struktur
yang tidak aktif, tidak berguna lagi, atau dianggap berlebihan.

Perubahan-perubahan yang sama beruapa kemunduran-kemunduran, juga terjadi pada aktivitas organ-
organ endokrin lainnya. Lapisan lemak di bawah kulit jadi menebal dan kulit-kulit kehilangan gaya
tegangnya, serta menjadi lisut berkeriputan. Tidak hanya pada segi organik dan jasmaniah saja terjadi
kemunduran, akan tetapi juga pada segi psikis dan sifat-sifat kepribadiannya. Kualitas-kualitas feminin
yang individual sifatnya, kecantikan dan charme, vitalitas, daya ingatan, daya pendengaran, daya
berpikir dan fungsi-fungsi psikis lainnya, semuanya juga mengalami proses kemunduran yang progresif.
Semua kemekaran dan ciri-cirii keindahan feminin yang diperoleh pada usia puber dan usia muda., mulai
susut dan menghilang sedikit demi sedikit. Pendek kata, dengan terjadinya dekadensi atau kemunduran
fungsi reproduktif, mulai hilang pula kecantikan dirinya. Biasanya hilang pula kehidupan emosional
feminin yang hangat mesra.

2.2.Perilaku yang aneh pada periode kelimakterium

Oleh karena sel-sel indung telur sudah tidak diprodusir lagi, maka semua proses organik untuk
pengabdian dan pengawetan spesies manusia menjadi tterhenti pula. Dan berakhirlah keberadaannya
(eksistensi dirinya) sebagai pendungkung kehidupan baru. Sampailah wanita itu pada batas akhir yang
alamiah yaitu kematian parsiil sebagai pengabdi pada spesiesnya. Sehubungan dengan hal ini, mulailah
ia sibuk bergulat melawan proses dekadensi atau kemunduran, melawan usia tua.

Satu tipe wanita-wanita klimakteris ada yang memperlihatkan aktivitas hypomanis semu. Wanita
tersebut merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi bertambah. Jika ia dahulu menghindari
pengalamn-pengalaman yang menggunakan kekerasan atau kesembronoan, maka sekarang ini seakan-
akan ia dikejar-kejar oleh nafsu untuk menyerempet-nyerempet bahaya, guna memperkaya pengalaman
hidupnya. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi
atau mampu memulai kehidupannya dari awal lagi.

Ia mulai membuat catatan-catatan harian, ingin melakukan perjalanan jauh, dan menjalin kisah-kisah
hidup baru. Dia menjadi sangat enthusiast tentang ide-ide dan paham politik tertentu. Ia mengubah
sikapnya terhadap keluarga sendiri, dan seringkali meninggalkan rumah dengan alasan-alasan yang sama
seperti alasan gadis-gadis puber. Dengan enthusiasme yang menyala-nyala, bahkan sering melebihi
anak-anaknya sendiri, wanita klimakteris tersebut menjadi sangat tertarik pada ideologi-ideologi politik
tertentu.

Pada usia 50 tahun itu, ia sama sekali tidak bersedia meninggalkan segala macam kegiatan. Dengan
semangat yang berkobar-kobar ia berusaha meneruskan perjuangannya melawan proses ketuaan dan
proses biologis dari feminitasnya dengan jalan “berlindung” di balik macam-macam kegiatan psikis. Ia
merasa senang dan bangga bahwa ia mendapatkan kemajauan-kemajuan dalam mencobakan
potensinya sebagai wanita. Sebab, ibunya sendiri, menurut anggapan wanita tadi, sudah menjadi nenek-
nenek tua yang loyo pada usia yang sama dengan dirinya sekarang. Maka oleh kegiatan yang berkobar-
kobar dari para wanita usia klimakteris ini, ada kalanya kegiatan-kegiatan kaum pria menjadi sedikit
tersisih.

Mode-mode paling baru, alat-alat kosmetik yang mahal-mahal dan kekayaan yang cukup, rupa-rupanya
banyak mendorong wanita-wanita usia setengah tua ini bertingkah laku bagaikan anak puber. Delusi diri
(gambaran kegila-gilaan, kecohan diri, tipuan diri sendiri) yang narsistis seakan-akan menampilkan
“keremajaan wajahnya” pada cermin kaca. Maka sikap memberontak terhadap proses ketuaan tadi
membuat dirinya jadi naif, dan menjadikan dirinya lupa daratan, melupakan pengalaman-pengalaman
positif dimasa lalu yang membuat ia jadi bijaksana.

Ada pula wanita-wanita usia ini yang di kala mudanya menunjukkan tingkah laku halus dan terhormat,
kini mulai bergaul dengan dan mengumpulkan anak-anak muda serta kaum pria yang jauh lebih inferior
daripada dirinya. Lalu ia berilusi bahwa dirinya dikagumi dan dicintai oleh banyak pria muda. Pada
zaman sekarang, kerap klai kita menjumpai wanita semacam ini yang dikenal sebagai tante-tante girang
atau nenek-nenek lincah.

Bagaikan gadis puber, wanita klimakteris tersebut membuat tentang kemampuan dan kepribadiannya.
Maka sesudah 25-30 tahun perkawinannya yang sukses dan bahagia, kini ia dijangkiti pikiran aneh-aneh,
yaitu ilusi, apakah suaminya cukup berharga bagi dirinya? Dan apakah perkawinannya sekarang ini
bukannya merupakan tindak salah langkah.

Kadangkala, ada wanita setengah baya yang secraa sentimentil banyak melamun tentang masa-masa
mudanya. Mereka ingin mengulang kembali pengalaman-pengalaman lama, dengan menjalin hubungan
cinta mesra baru, atau mencari pengalaman baru yang belum pernah dialaminya pada masa lalu. Ia
menjalin persahabatan dengan pria-pria muda yang dubious dan mencurigakan sifatnya, yang cuma
tertarik pada harta kekayaannya bagaikan tertarik pada cahaya lampu di malam hari kenalan-kenalan
lama yang terhormat (respectable) dari kalangan atas dan kelas menengah, dimatanya kini tampak
menjemukan, dan tidak berharga lagi baginya . dia menunjukkan minat besar terhadap wanita-wanita
pelacur dan wanita-wanita yang mempunyai reputasi buruk. Ia jadi iri terhadap “kebahagiaan serta
kekayaan pengalaman” para wanita reputasi buruk tadi.

Bahkan ada pula wanita-wanita setengah umur yang tergoda ikut-ikutan melakukan perbuatan yang
kurang terhormat, misalnya melakukan relasi seks bebas, dengan alasan yang sama seperti motif-motif
gadis prapuber atau pubertas yang tengah salah langkah.Biasanya faktor sugestibilitas para wanita
setenngah umur ini menjadi makin besar, karena nalar pertimbangannya menjadi semakin berkurang. Ia
mengira, bahwa gairah keremajaannya masih tetap membara seperti pada usia puber. Oleh karena itu,
wanita-wanita semacam ini sering tertipu, dan menjadi “makanan empuk” bagi para penasehat dan
konsultan-konsultan yang jahat.

2.3.Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya

Relasi persahabatan wanita-wanita klimakteris ini sering kali juga mengalami perubahan. Persahabatan
yang dahulunya bersifat loyal dan harmonis, menjadi retak berantakan oleh rasa iri hati, keemasan
ketakutan, serta panik tanpa sebab-sebab yang jelas. Wanita- wanita ini jadi cerewet, menjadi sangat
gila, suka mencari setori, dan mengguagah pertengkaran dimana-mana. Relasi sosialnya menjadi
patologis sifatnya. Ada kalanya terjadi ledakan-ledakan emosional yang paranoid, sebagai produk dari
semakin intensifnya konflik-konflik batin/ psikis pada periode klimaktteris.

Baik di masa pubertas maupun pada periode klimakteris. Selama dua periode ini anak gadis dan wanita
setengah baya tadi berusaha mengkonstruksikan “dunia masa sekarang” atau das Sein. Namun jika gadis
puber mengarahkan pandangannya pada masa depan, maka wanta setengah tua itu justru
menengokkan pandangannya pada masa lampau dengan rasa-rasa kerinduan (nostalgia).

Pada anak-anak gadis yang mempunyai predisposisi neurotisobsesif, gejala-gejala ini segera lenyap,
kemudian digantikan dengan tendens maskulinitas yang kuat dan proses intelektualisasi. Pada umumnya
mereka bersifat sangat maskulin, kejantan-jantanan, sangat ambisius, sangat intelek, namun miskin
kehidupan emosionalnya.

Selama periode produktif sampai masa klimakteris, maskulinitas wanita tersebut dengan sukses
tersublimasikan dan pribadinya tidak menampilkan gejala-gejala neuortis. Akan tetapi pada periode
klimakteris, tendens-tendens feminitaas yang selalu ditekan kuat-kuat dan biasanya sukses, kini mulai
menampilkan “haknya”. Lalu terjadilah konflik-konflik batin di antara tendens feminitas melawan
keenderungan-kecenderungan hypermaskulin. Jika pertentangan di antara dua tendens itu pada usia
pubertas dengan sukses bisa disublimasikan, atau bisa diselesaikan dengan baik, maka biasanya pada
usia setengah tua itu wanita tersebut justru gagal dalam perjuangan psikis tersebut., lalu jatuh sakit
karena ia tidak memiliki daya tahan, sedangkan kondisi fisik dan psikis sudah menjadi lemah. Jelasnya, ia
tidak mampu menerima dengan hati yang pasrah. Sifat-sifat femininnya yang sejati yang kini muncul
secara spontan.

Hampir semua wanita usia klimakteris mengalami dalam tempo yang relatif pendek atau relatif panjang
suasana hati depresif dan melankolis. Sebab utamanya adalah:

1. Karena ia ingin mengingkari dan memproses proses biollogis mengarah pada ketuaan

2. Ia terlampau melebih-lebihkan keadaan dirinya, serta terlalu menganggap dramatis proses


ketuaannya.

3. Kemunduran jasmaniah itu dirasakan sebagai kemungkinan dan mendekatnya kematian juga sebagai
tidak ada gunanya lagi untuk terus hidup.

4. Hidupnya kini dianggap tidak mengandung harapan, penuh kepedihan dan pribadinya dilupakan oleh
semua orang.

Banyaknya rasa depresi pada usia menjelang tua ini memang berkaitan dengan kepahitan dan
kepedihan hati, karena wanita yang bersangkutan merasa kehilangan “dunia remaja” indah yang sudah
lampau. Dan seperti depresi anak gadis puber yang kadang kala diselingi dengan perasan-perasaan
extatis (gelora semangat yang menyala-nyala), demikian pula kondisi-kondisi depresif wanita setengah
baya ini kerap kali diselingi dengan cinta birahi dan kegairahan hati, bagaikan kelip gemerlapnya cahaya
pelita yang hampir redup kehabisan minyak. Maka kondisi “ senja hari” pada wanita setengah umur ini
masih memberikan berkas-berkas pancanaran sinar-sinar indah dalam ketidaksadarannya. Devaluasi
(adanya kemunduran nilai dan kerusakan) pada organ-organ vital, mengakibatkan munculnya perasaan
destruksi atau kerusakan pada fungsinya. Kemudian mengakibatkan perubahan-perubahan berupa
kemunduran pada kemampuan psikisnya.

Dengan sendirinya, kondisi psikis wanita setengah umur ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan sosialnya di masa lampau. Wanita-wanita feminin yang selalu hidup dalam suasana
harmonis, ekonomis berkecukupan, bahagia dan selalu mendapatkan kepuasan seksual, pasti bisa
menghayati badai-badai terakhir dalam kehidupannya dengan rasa tenang, bagaikan berlayar dalam
sebuah perahu di teluk yang teduh. Maka banyak pasangan tua yang ingin mengalami lagi bulan-bulan
madu kedua pada usia sudah lanjut ini.

Wanita-wanita yang mempunyai masa lampau penuh kenangan cinta indah dan bahagia, kewanitaan
dan kecantikannya akan tetap awet bertahan lama. Tampaknya, faktor cinta itu merupakan resep bagi
rahasia kecantikan dan keremajannya. Wanita-wanita yang sangat erotis feminin dan berpengalaman
dalam hal cinta, akan menerima dengan rasa tenang dan penuh kemartabatan diri segala nasib serta
proses ketuaannya. Berbeda sekali dengan reaksi seorang perawan tua yang banayk mengalami frustasi,
dan selalu merasa tertipu di masa mudanya. Maka dalam periode istirahat di masa tua ini, banyak
wanita setengah umur merasakan nostalgia (kerinduan) pada masa-masa mudanya yang cemerlang, lalu
mencoba menjalin dunia fantasi pribadi dalam lamunan di hari-hari tuanya.

Wanita-wanita cantik yang narsisitis, yang menganggap kecantikan wajahdan tubuhnya sebagai pusat
dari eksistensinya, dan mempunyai harga diri serta cinta diri yang besar, biasanya mencoba
mengkompensasikan ketuaannya dengan suatu pekerjaan atau profesi. Dia berusaha membuat dirinya
tetap berguna dan tetap penting sambil mencoba melupakan bahwa kini ia mulai jadi tua. Sebab proses
ketuaan tersebut benar-benar menyinggung perasaan narsismenya.

Sebenarnya, reaksi-reaksi psikis wanita pada usia klimakteris itu sangat bergantung pada pandangan
hidup atau lebensanschauungnya dan terhadap eksistensi diri sendiri. Jika ia tidak bisa menemukan
harmoni dan keseimbangan maka terjadilah trauma biologis dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan
degradasi diri, disertai tingkah laku yang aneh-aneh. Dengan demikian psikoterapi yang diterapkan pada
usia klimakterium ini menjadi sulit sebab:

a. Orang tidak bisa berbuat sesuatupun untuk mencegah proses ketuaan yang progresif, sebab
proses ketuaan itu merupakan proses biologis yang alami.

b. Biasanya orang tidak bisa berbuat banyak untuk menciptkan pengganti bagi penugasan fantasi-
fantasi pada usia klimakteris ini. Kegiatan berfantasi itu tidak bisa dicegah.

Pada masa setengah baya wanita mengalami kecemasan menghadapi menopause.

1. Pengertian kecemasan menghadapi menopause

a. Pengertian kecemasan.

Salah satu gejala yang dialami oleh semua orang dalam hidup adalah kecemasan.

Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk
mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimanapun juga bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding
dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.

-Menurut Bryne (1966),


bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang dialami individu, sepertiapabila ia mengalami ketakutan.
Pada kecemasan

perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya sedangkan

pada ketakutan obyeknya jelas.

-Menurut Hurlock (1990),

kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,

gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya

perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak
mampu menghadapi suatu masalah.

-Menurut Kartono (1997),

ketidakberanian individu dalam menghadapi

suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas merupakan
tanda-tanda kecemasan pada individu.

-Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan

merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila

orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi

tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau

situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan.

-Dari uraian di atas diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah

suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan,

kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.

b. Pengertian kecemasan menghadapi menopause. Burn (1988), bahwa

kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana

kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur.

Setiap orang mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda.

Karena perbedaan itu maka tidak ada dua orang yang akan memberikan reaksi

yang sama, meskipun tampaknya mereka seakan-akan bereaksi dengan cara yang
sama. Situasi yang membuat cemas adalah situasi yang mengandung masalah

tertentu yang akan memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada

orang lain. (Tallis, 1995)

Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi

pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain

yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis

seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi

banyak kecemasan.

Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause

mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus

menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah

tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak

berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya

kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan

meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan wanita pada masa

menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. (Muhammad,1981)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari adanya perubahanperubahan

fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan menopause.

2. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause

Sebuah permasalahan yang muncul pasti ada yang melatarbelakanginya,

sehingga permasalahan itu timbul demikian juga kecemasan yang dialami oleh

seseorang, ada penyebab yang melatarbelakanginya.

Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh dorongan-dorongan

seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga


mengakibatkan banyak konflik batin.

Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari.

b. Ancaman terhadap system diri, dapat membahayakan identitas, harga diri,

dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam

harga diri. Faktor eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat kematian,

cerai, atau perubahan jabatan. Faktor internal meliputi kesulitan interpersonal

di rumah atau tempat kerja.

-Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan

munculnya kecemasan yaitu :

a. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar

manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.

b. Situasional (orang dan lingkungan)

Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya

kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang

lain.

a). Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian,

perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan

sementara atau permanen.

b). Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena

penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap

sakit.
c). Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya :

pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.

d). Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya

pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.

e). Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.

Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah

lingkungan disekitar individu.dan menurut Priest (1987), bahwa sumber umum

dari kecemasan adalah pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah

tangga, dan adanya problem. Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak

terpenuhinya kebutuhan seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang

diingini baik material maupun sosial.

Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas adalah masalah

yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan

adalah penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa

kecemasan disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal

yang tidak disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi

merupakan reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi. Sedangkan menurut

Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan pada individu adalah

motif sosial dan motif seksual.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak

terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif

sosial dan motif seksual.

3. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause

Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut waswas
akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas.

Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu :

a. Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak

mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget,

berkeringat, jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, mulut

kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas

dingin, sering kencing, diare, rasa tak enak di ulu hati, kerongkongan

tersumbat, muka merah dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu

istirahat.

b. Gejala psikologis : rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan

datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan

akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan

yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan secara berlebihan

sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit konsentrasi, merasa

nyeri, dan sukar tidur.

Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi

menopause bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson

(dalam Zainuddin, 2000) adalah sebagai berikut:

a. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:

mudah marah, persaaan sangat tegang.

b. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar

konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri

sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya,.

c. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari

situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan.


d. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup,

kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.

e. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar,

pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang gejala-gejala

kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas

lebih cepat, jantung berdenyut cepat.

Selain hal diatas Weekes (1992),

menambahkan tentang gejala-gejala

kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya,

tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal

menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada

gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat,

gemetar dan seringkali diare.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang gejala-gejala kecemasan

menghadapi menopause adalah suasana hati yang menunjukan ketidaktenangan

psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi untuk mencapai sesuatu, reaksireaksi

biologis yang tidak terkendali.

4. Periode terjadinya menopause

Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap

akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga

begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama

sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian

besar masalah yang terjadi disekitar menopause atau yang berkembang

sesudahnya.
Muhammad (1981),

menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba

waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai

menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi

secara mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang

bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu

sudah mulai memasuki usia menopause

Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh.

Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya

mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui

saluran terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui

perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut.

Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,

yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause

hormon-hormon ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987)

Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex

hormones). Esrtogen pada wanita menampilkan tanda-tanda kewanitaan, seperti

kulit halus, suara lemah lembut, payudara membesar. Dalam setiap bulan, kadar

estrogen dan progesteron bergelombang, bergantian naik turun. Gelombang itu

yang menyebabkan terjadinya haid pada wanita. Lain halnya dengan estrogen

yang hanya dihasilkan oleh indung telur selam persediaan sel tulur masih ada.

Tugas estrogen sebenarnya ialah mematangkan sel telur sebelum dikeluarkan.

Oleh karena itu selam estrogen masih ada, sel telur tetap akan diproduksi.

Kemudian setelah wanita berusia sekitar 45 tahun, ketika persediaan sel telur
habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen akibatnya haid tidak

muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti

berhentinya masa kesuburannya. (Sadli, 1987)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya

menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan

produksi estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut

menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya.

2.4.Masa Nenek-nenek

Dengan berhentinya fungsi reprduksi pada seorang wanita itu bukan berarti keberhentian hidupnya. Jika
fungsi keibuan untuk melayani dan mengabdi pada species manusia itu sudah berhenti. Wanita tersebut
masih bisa melanjutkan fungsi keibuannya dengan jalan mencari pengalaman-pengalaman individual
yang baru. Pada masa ini wanita cenderung masuk ke masa tua. Serta mengalami perubahan-perubahan
fisik pada usia tua dan mempengaruhi psikologis mereka.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan psikologi pada manusia pada umumnya terbagi ke dalam cakupan-
cakupan khusus. Yang biasanya dibagi berdasarkan umur mulai dari masa bayi, kanak-kanak, anak-anak,
remaja, dewasa, sampai kepada lansia. Dalam makalah ini pembahasan lebih ditekankan pada
perkembangan masa dewasa. Yang didalamnya akan dibahas sub-sub kategorinya, tugas-tugas
perkembangannya, dan perubahan yang minat yang terjadi. Setiap individu adalah unik dengan bakat
dan potensinya masing-masing. Individu adalah hasil interaksi dari nature dan nurture, menjadi dengan
caranya masing-masing. Lingkungan yang bijak akan mendukung kemungkinan seseorang untuk menjadi
walau tidak mutlak menjamin.

Wanita memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah
kemampuan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau merasakan
suatu peristiwa di luar dirinya sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan sebagai
pengalaman sendiri.

3.2.Saran

Bagi penyusun makalah dapat dijadikan sebagai pengalaman dan perbandingan antara teori yang di
dapat dengan kasus nyata yang ada di lapangan.Agar upaya lebih banyak menyediakan literatur yang
berhubungan dengan kasus sehingga memudahkan dalam penyusunan makalah.

Daftar pustaka

Marmi dan margiyati.2013.pengantar psikologi kebidanan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan : Istiwidayanti dan
Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

https://mpo188.info/?
cid=ur58e51ce45ca911ea94440a642c190787b855962afd324ec99a527ccbefKartini, (1992). Psikologi
wanita.

http://masgoz.blogspot.com/2013/09/makalah-pisikologi-wanita-sebagai-lansia.html?m=1

Kartini, 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju

Kartini, 1999. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai