Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan
berdasarkan tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan), serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan.
Kerangka karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka
karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam
Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat
gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan
dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-
gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan.
Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan
dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
Kerangka karangan banyak dipergunakan didalam setiap pembuatan penulisan
karya ilmiah sehingga banyak ketentuan yang harus dilakukan untuk pembuatan
penulisan tersebut. Untuk itu Penulis hanya membatasi penulisan ini pada pola
susunan secara garis besar, macam–macam dan syarat pembuatan outline (kerangka
karangan).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari kerangka karangan?
2. Bagaimana manfaat dari kerangka karangan?
3. Bagaimana penyusunan dari kerangka karangan?
4. Bagaimana pola susunan kerangka karangan?
5. Bagaimana pola alamiah kerangka karangan?
6. Bagaimana pola logis kerangka karangan?
7. Bagaimana macam-macam kerangka karangan?
8. Bagaimana syarat kerangka karangan yang baik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kerangka karangan?
2. Untuk mengetahui manfaat dari kerangka karangan?
3. Untuk mengetahui penyusunan dari kerangka karangan?
4. Untuk mengetahui pola susunan kerangka karangan?
5. Untuk mengetahui pola alamiah kerangka karangan?

1
6. Untuk mengetahui pola logis kerangka karangan?
7. Untuk mengetahui macam-macam kerangka karangan?
8. Untuk mengetahui syarat kerangka karangan yang baik?
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari kerangka karangan?
2. Dapat mengetahui manfaat dari kerangka karangan?
3. Dapat mengetahui penyusunan dari kerangka karangan?
4. Dapat mengetahui pola susunan kerangka karangan?
5. Dapat mengetahui pola alamiah kerangka karangan?
6. Dapat mengetahui pola logis kerangka karangan?
7. Dapat mengetahui macam-macam kerangka karangan?
8. Dapat mengetahui syarat kerangka karangan yang baik?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerangka Karangan


 Pengertian Karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
 Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan
penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline
sementara sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap
disebut outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan
sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi
pokok tulisan.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan
sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi
pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan
karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah
lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.

B. Manfaat Kerangka Karangan


1. Membantu penulis menyusunan karangan agar teratur
Kerangka karangan atau outline memudahkan penulis dalam menemukan gasgan –
gagasan dengan tepat dan cepat, sehingga dapat terbentuk suatu hubungan timbal
balik yang harmonis dan padu antar gagasan – gagasan tersebut. Hasilnya, karangan
akan menajdi karangan yang padu.
Singkatnya, kita bisa mengetahui apakah gagasan utama sudah dikembangkan
secara maksimal dan apakah urutannya sudah teratur dan menggunakan pola yang

3
baik atau tidak, dan juga apakah setiap gagasan tambahan telah dikembangkan secar
terperinci dan urut.
2. Membantu penulis menciptakan klimaks yang beragam
Setiap karangan dikembangkan ke arah suatu klimaks utama. Namun untuk
mencapai klimaks tersebut, ada bagian atau pengantar – pengantar yang
mengarahkan kita ke klimaks utama. Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi dan
peran yang berbeda – beda terhadap klimaks utama. Nah, tiap – tiap bagian tersebut
mempunyai klimaks tersendiri yang berkaitan dengan klimaks utama.
Agar pembaca bisa terdorong untuk terus menerus membaca suatu karangan,
maka klimaks – klimaks pada tiap bagian yang menghantarkan ke klimak utama
haruslah menarik dan menimbulkan rasa penasaran. Dengan kerangka karangan ini,
klimaks – klimaks kecil tersebut bisa diatur dan disusun semenarik mungkin
sehingga akan terbentuk klimaks – klimaks kecil yang menarik pembaca.
3. Menghindari penulis membahas topik berkali – kali
Ketika menyusun karangan ada kemungkinan suatu topik dibahas lebih dari
satu kali. Pengulangan topik dalam sebuah paragraf sangat tidak dianjurkan karena
akan membuat karangan menjadi tidak efektif dan membingungkan. Selain itu, bisa
juga terjadi topik – topik yang dibahas malah tidak saling mendukung atau
bertentangan. Topik sama yang saling bertentangan ini tidak bisa diterima dalam
sebuah karangan.
Di lain pihak, penggarapan topik yang sama lebih dari dua kali hanya akan
membuang – buang waktu, tenaga, dan pikiran. Nah, dengan kerangka karangan ini,
maka penulis bisa memiliki kontrol yang akan mencegah mereka melakukan
kesalahan ini.
4. Memudahkan penulis mengembangkan topik utama
Dengan menggunakan kerangka karangan, penulis akan lebih mudah untuk
mencari data – data pendukung seperti fakta, maupun contoh. Penggunaan data,
fakta, dan contoh ini berfungsi untuk mendukung pendapat atau memperjelas
pendapat yang diajukan oleh pengarang. Hal ini dilakukan agar karagan yang Anda
buat menjadi karangan yang baik karena didukung oleh data – data yang valid.
C. Penyusunan Kerangka Karangan

4
1. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan
dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu
kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
2. Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan
yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud
tadi. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik
yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan
evaluasi terhadap topik-topik tadi.
3. Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua
topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat
dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
 Pertama : Apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian
(relevansi) langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila
ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret
dari daftar di atas.
 Kedua : Semua topik yang masih dipertahankan kemudian
dievaluasi lebih lanjut. Apakah ada dua topik atau lebih yang
sebenarnya merupakan hal yang sama, hanya dirumuskan dengan cara
yang berlainan. Bila ternyata terdapat kasus yang semacam itu, maka
harus diadakan perumusan baru yang mencakup semua topik tadi.
 Ketiga : Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan: apakah
semua topik itu sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya
merupakan bawahan atau perincian dari topik yang lain. Bila ada
masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih
tinggi kedudukannya. Bila topik bawahan itu hanya ada satu usahakan
dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.
 Keempat : Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang
kedudukannya sederajat, tetapi lebih rendah dari topik-topik yang
lain. Bila terdapat hal yang demikian, maka usahakanlah untuk
mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-
topik tadi.
4. Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka
langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-
topik yang lebih rendah tingkatannya.

5
5. Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu
menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan
semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah
diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola
susunan tersebut semua perincian akan disusun kembali sehingga akan
diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.

D. Pola Penyusunan Kerangka Karangan


Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur, hanya
dipergunakan beberapa cara atau tipe susunan. Pola susunan yang paling utama
adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dari suatu kerangka karangan
biasanya didasarkan atas urutan-urutan kejadian, atau urutan-urutan tempat atau
ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masih ada sentuhan dengan keadaan yang
nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi
persoalan yang digarap itu.

E. Pola Alamiah Kerangka Karangan


Pola alamiah adalah suatu urutan unit – unit kerangka karangan sesuai dengan
keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi
tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu ( urutan kronologis ), urutan
berdasarkan ruang ( urutan spasial ), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada
1. Urutan Waktu ( kronologis )
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada
runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian . Yang paling mudah dalam urutan ini
adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.
Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam
roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu
variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan
sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi .
Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan
satu – satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah .
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
1. asal usul penulis
2. pendidikan si penulis
3. kondisi kehidupan penulis
4. keinginan penulis
5. karir penulis
2. Urutan Ruang ( Spasial )

6
Urutan spasial merupakan urutan yang didasarkan pada ruang atau . topik
yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat .
Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
1. Di daerah Kalimantan
2. Di daerah Sulawesi
3. Di daerah Sumatra
3. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan
berdasarkan topik yang ada . Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah di kenal dengan
bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau
tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu,
tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi
tanggapan atas bagian – bagiannya itu .

F. Pola Logis Kerangka Karangan


Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi
setiap persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis
sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren (hubungan erat)
dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Sebenarnya semua topik yang diurutkan dalam suatu hubungan yang logis itu
bertolak dari topik-topik yang sudah ada. Namun, topik yang sudah ada itu oleh
penulis dicarikan hubungannya satu sama lain, diberikan tanggapan dan diberi ciri-
ciri tertentu.
Macam-macam, pola logis yang dikenal adalah :
1. Pola klimaks dan anti klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi
tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau
yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
 Keresahan masyarakat
 Merajalela nya praktek KKN
 Keresahan masyarakat
 Kerusuhan social
 Tuntutan reformasi menggema
2. Pola kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab .
Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di
lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin

7
terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan
persoalan-persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
 Tingginya harga bahan pangan
 Penyebab krisis moneter
 Dampak terjadi krisis moneter
 Solusi pemecahan masalah krisis moneter
3. Pola pemecahan masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan
umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang
mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif
untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
 Apa itu virus H1N1
 Bahaya virus H1N1
 Cara penanggulangannya
4. Pola umum-khusus dan khusus-umum
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan
pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik : Komunikasi Lisan
I. Komunikasi dan Bahasa
A. Bahasa Lisan
B. Bahasa Tulis
II. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
A. Kemampuan Kebahasaan
1. Olah Vokal
2. Volume dan Nada Suara
B. Kemampuan Akting
1. Mimik Muka
2. Gerakan Anggota Tubuh
III. Praktik Komunikasi Lisan …
Dst.
5. Pola familitas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal,
kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal-hal yang kurang di kenal atau belum
di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.
Contoh : Topik (Teknologi Komputer)

 Definisi komputer

 Manfaat komputer

8
 Jenis-jenis hardware dan software

 Aplikasi terbaru

6. Pola akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca,
maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak
oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.
Contoh : Topik (Bantuan untuk korban merapi lebih kepada penyediaan obat-obatan)

Topik tersebut akan mengundang pembaca menyetujui gagasan tersebut atau tidak.

G. Macam-Macam Kerangka Karangan


Berikut ini terdapat beberapa bentuk-bentuk kerangka karangan, terdiri atas:
1. Berdasarkan Perumusan Teksnya
a. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap
untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kalimat meliputi:
 Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan
diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
 Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun
telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana
aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
 Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi
siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang
lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok
bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak
mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan
mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan
cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila
dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara
perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
2. Berdasarkan Rinciannya
a. Kerangka Karangan Sementara

9
Kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu,
sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk
penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap
perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak perlu disusun
secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka
ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara
dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunan-
penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa
memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan
bagian-bagiannya.
Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur.
Mula-mula penulis merumuskan tesis berdasarkan topik dan maksud utama dari
karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua
hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi
tesis tadi. Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyai
hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak
mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai
perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan
diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok
utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka
karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis
segera menggarap karangan itu.
b. Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbangan bahwa topik
yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi
penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama
seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat,
kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang
dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat
diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan
untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian
banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian.

10
Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut
kerangka formal.

H. Syarat Kerangka Karangan yang Baik


a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang
Jelas. Lalu buatlah tesis atau pengungkapan masksud.
b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersbut harus dirinci.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
Sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal
untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam
mengembangkan karangan. kali ini kita coba tinjau terlebih dahulu langkah-langkah
menyusun karangan satu per satu.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa setiap kita membuat suatu topik kita memerlukan kerangka karangan
agar kita dapat membuat kerangka karangan secara teratur, logis dan sistematis.
Setiap membuat kerangka karangan harus melalui tahap atau langkah-langkah agar
rencana pembuatannya bisa teratur dan mudah sehingga memudahkan penulis untuk
membuat kerangka karangan tersebut.
Kerangka karangan secara garis besar suatu rencana yang memuat garis-garis
besar dan suatu karangan yang akan dikerjakan. Agar dalam pembuatan tidak terjadi
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih sehingga kita perlu
mengevaluasi setiap topik yang akan kita kerjakan.
Di dalam bahasa indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus
membuat Outline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut
terarah dan sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan
suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan
yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan
pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
B. Saran
Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka
kita harus mmbuat kerangga terlebih dahulu. Karena dengan kerangka karangan kita
bisa menghindari penggarapan topik yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang
tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari
topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat
konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dosenpendidikan.co.id/contoh-kerangka-karangan/
http://kumpulanmakalahkuliahlengkap.blogspot.com/2017/02/makalah-kerangka-
karangan.html
http://aromblog.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-kerangka.html
https://www.kakakpintar.id/pengertian-kerangka-karangan-dan-manfaatnya/
https://daftarbuku.blogspot.com/2016/07/penyusunan-kerangka-karangan.html

13

Anda mungkin juga menyukai