Anda di halaman 1dari 12

NAMA KELOMPOK 6:

1. NURYANDINI QORIZA (201902008)


2. ARVEMIN SOVIA GLADIS ANGELINA (201902017)

BAB 6 : ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

TOPIK 1
ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN

Aspek legal didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan


suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang berlaku di Indonesia. hukum yang berlaku di
Indonesia.
Tujuan aspek legal dalam pelayanan kebidanan
Tujuan aspek legal dalam pelayanan kebidanan adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan
untuk melaksanakan praktik bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk
melaksanakan praktik bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta memberikan
kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan.
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI Nomor:
369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian
integral dari sistem pelayanan integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan. Pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau
pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan) yang sesuai dengan wewenang dan tanggung yang sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya.
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum yang telah
disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau
pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, masyarakat oleh Bidan
dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
TOPIK 2
LEGISLASI, REGITRASI, DAN LISENSI PRAKTEK KEBIDANAN

A. Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum
yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi
(pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat
dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah dengan
mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para bidan yang membuka
praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke dunia kerja. Uji
kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga kesehatan tersebut layak bekerja
sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus
tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa menjalankan
profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah
lulus uji kompetensi.
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :(Farelya & Nurrobikha,
2015)
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
2. Memberi kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profisionalisme
Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
a. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya pembangunan
nasional yaitu pembangunan disegadan bidang guna kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya saing
adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
dibentuk sejak janin di dalam kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh
kembang balita. Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu
bersaing.
c. Penyiapan Sumber Daya Manusia.
Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan reproduksi
wanita, sejak remaja, masa calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode
interval, masa klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak
pra sekolah.
d. Visi Misi Indonesia Sehat 2015
Visi Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang optimal
dengan strategi: Paradigma sehat, Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi.

Aspek legislasi bidan Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:


1. Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan pendidikan
formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal
misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan
oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang
terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a. Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai kekuatan
hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.
b. Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan
pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal yang
akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan sertifikasi antara lain: (Farelya & Nurrobikha, 2015)
a. Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
Ø Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
Ø Meningkatkan mutu pelayanan.
Ø Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.
b. Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
Ø Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga
profesi.
Ø Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
Ø Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) pendidikan tambahan
tenaga profesi.
Ø Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga profesi.
Ø Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.

B. registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan dirinya
pada suatu badan tertentu secara dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi
syaratsyarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tesebut
Tujuan Registrasi
a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuanilmu
pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus
mal praktik.
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik.
Aplikasi proses registrasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru
lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB (surat ijin bidan)
selambat-lambatnya satu bulan setelah memperoleh SIB (surat ijin bidan) selambat-lambatnya
satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi:fotokopi ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai
akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5
tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan
atau SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi karena: bidan). SIB tidak berlaku lagi
karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku,habis masa berlakunya
dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
Syarat Registrasi
1. Fotokopi ijasah bidan
2. Fotokopi Transkrip nilai
akademik
3. Surat keterangan sehat
3. Surat keterangan sehat
dari dokter
4. Pas foto ukuran 4 x 6 cm
sebanyak 2 (dua) lembar.

C. Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang
berupa surat ijin praktik yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang
telah ditetapkan. (IBI)
Tujuan lisensi
1) Memberikan kejelasan batas wewenang
2) Menetapkan sarana dan prasarana
3) Meyakinkan klien
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan Praktik Biadan).
SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan
praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus
memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai beriku:
setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai beriku: fotokopi SIB yang masih berlaku,
fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi
dari organisasi profesi, pas foto. Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah
terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap
kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis
masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
Syarat Lisensi
1) Fotokopi SIB yang masih berlaku
2) Fotokopi ijasah bidan
3) Surat keterangan sehat
4) Rekomendasi dari organisasi profesi
5) Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

TOPIK 3
OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

1. Pengertian otonomi
Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya sendiri, dan
nomos yang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri
(Danuredjo, 1979).
a. Menurut Koesoemahatmadja (1979: 9),
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa menurut
perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki pengertian sebagai perundangan
sendiri, juga mengandung pengertian "pemerintahan" (bestuur)
b. Menurut Wayong (1979: 16),
Menjabarkan pengertian otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara dan memajukan
kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukuman sendiri, dan
pemerintahan sendiri.
c. Menurut Syarif Saleh (1963)
Menjelaskan bahwa otonomi ialah hak mengatur dan mmerintah sendiri, hak mana
diperoleh dari pemerintah pusat.
d. Menurut Ateng Syafruddin (1985: 23)
Adalah kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang
terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan.
Jika dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian otonomi kebidanan adalah kekuasaan
untuk mengatur persalinan peran dan fungsi bidan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi
yang dimiliki seorang bidan ( suatu bentuk mandiri dalam memberikan pelayanan).
2. Otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban
dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence
based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas
wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi
dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan
sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji Kompetensi.
8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan
pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan
praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar
Profesi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi
dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana;
· UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera.
· UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam Rumah
Tangga.
3. Tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan
Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai dengan
kewenangan yang didasari oleh undang – undang kesehatan yang berlaku. Selain itu tujuan dari
otonomi pelayanan kebidanan ini meliputi :
1. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan.
Misalnya mengumpulkan data – data dan mengidentifikasi masalah pasien pa
Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.
Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien tersebut.
3. Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
4. Berperan sebagai anggota tim kesehatan.
Misalnya membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, dan menerapkan
keterampilan manajemen
5. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan.
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi perubahan yang terjadi
dan melakukan pendokumentasian.
6. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.
Membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dan melakukan asuhan terhadap pasien.
4. Bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan
Bentuk-Bentuk Otonomi Bidan Dalam Praktek Kebidanan:
1. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
2. Menyusun rencana asuhan kebidanan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan
4. Melaksanakan dokumentasi kebidanan
5. Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup tanggung jawab
5. Persyaratan dalam otonomi kebidanan
Suatu ketentuan untuk melaksanakan praktek kebidanan dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan sesuai dengan bentuk – bentuk otonomi bidan dalam praktek kebidanan.
Syarat – syarat dari otonomi pelayanan kebidanan meliputi :
1. Administrasi
Seorang bidan dalam melakukan praktek kebidanan, hendaknya memiliki sarana dan
prasarana yang melengkapi pelayanan yang memiliki standard dan sesuai dengan fasilitas
kebidanan.
2. Dapat diobservasi dan diukur
Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar
pelayanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan
3. Realistic
Kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap criteria mutu
yang ditentukan, untuk melihat standar pelayanan kesehatan apakah tercapai atau tidak.
6. Kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan
Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan, meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Penggunaan norma hukum yang disahkan oleh badan yang ditugasi menjadi sumber
hukum paling utama memenuhi kebutuhan pasien atau kelompok bidan dalam upaya
peningkatan, merupakan pengertian dari ...
a. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan
b. Visi misi indonesia sehat
c. Untuk meningkatkan mutu pelayanan
d. Otonomi bidan dalam pelayanan kesehatan
e. Pendidikan dan pelatihan
2. Pelayanan kebidanan yang termuat dalam omor 369/Menkes/SK/III/ 2007 tentang ..
a. Tentang kesehatan
b. Tentang ketenagakerjaan
c. Standar Profesi Bidan
d. Tentang Otonomi daerah.
e. Hak reproduksi dan Keluarga Berencana
3. Pengertian legislasi adalah...
a. Kegiatan membantu memenuhi kebutuhan pasien
b. Proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum
yang sudah ada melalui serangkaian sertifikasi
c. Proses dimana tenaga profesi mendaftarkan dirinya pada badan tertentu
d. Proses administrasi disatukan pemerintah yang berwenang
e. Pemberian izin praktek kebidanan
4. Upaya peningkatan mutu bidan melalui praktik kebidanan dan kegiatan penyelenggaraan
upaya kesehatan bisa melalui , kecuali ...
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
b. Lisensi
c. Peneliti dalam bidan kesehatan
d. Uji kompetensi
e. Penyuluhan
5. Kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan, kecuali ...
a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif,
d. Persuasif
e. Rehabilitatif

Anda mungkin juga menyukai