Anda di halaman 1dari 34

LEGISLASI DALAM

PRAKTEK KEBIDANAN

Suci Rahmadheny, S.ST,


M.Keb
PELAYANAN
• Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th.
2009, dalam Ketentuan Umum, terdapat
pengertian pelayanan kesehatan yang lebih
mengarahkan pada obyek pelayanan yaitu 
pelayanan kesehatan  yang ditujukan pada jenis
upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif) 
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif)
dan pemulihan  (rehabilitatif). 
Pelayanan Kebidanan
• Menurut UU Kebidanan 2019, Pelayanan
Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan secara mandiri,
kolaborasi, dan/atau rujukan.
ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN (LATAR
BELAKANG SISTEM LEGISLASI TENAGA BIDAN DI
INDONESIA)

a.UUD 1945
Pembangunan disegala bidang guna kepentingan keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu
dan berkesinambungan.

b.UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan


Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia (lanjutan)

a.Pelayanan Kebidanan
Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya
manusia
b.Visi Pembangunan Kesehatan 2010
Paradigma sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi
c. UU Kebidanan 2019
Asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang
didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan
Dalam mempelajari aspek legal dan legislasi
dalam pelayanan terdapat tiga hal yang perlu kita
ketahui yaitu :
1.Latar belakang sistem legislasi tenaga bidan
indonesia
2.Otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan
3.Legislasi pelayanan kebidanan
Legislasi  proses pembuatan Undang-undang
atau penyempurnaan perangkat hukum yang
sudah ada melalui serangkaian kegiatan
Sertifikasi (pengaturan kompetensi), Registrasi
(pengaturan kewenangan), dan Lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
• Tujuan Legislasi  memberikan perlindungan
kepada masyarakat terhadap pelayanan yang telah
diberikan.
• Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi:
1.   Mempertahankan kualitas pelayanan.
2.   Memberikan kewenangan.
3.   Menjamin perlindungan hukum.
4.   Meningkatkan profesionalisme.
LEGISLASI PELAYANAN
KEBIDANAN
Peran legislasi adalah :
•Menjamin perlindungan pada masyarakat
pengguna jasa profesi dan profesi sendiri
•Legislasi sangat berperan dalam
pemberian pelayanan profesional
Bidan dikatakan professional sbb:
• Mandiri
• Peningkatan kompetensi
• Praktik berdasarkan evidence based
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas serta
butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi
Bentuk perlindungan tersebut
adalah :
•Mempertahankan kualitas pelayanan
•Memberikan kewenangan
•Menjamin perlindungan hukum
•Meningkatkan professionalisme
Praktik Bidan  serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada
pasien (individu, keluarga dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
Sertifikasi  dokumen penguasaan
kompetensi tertentu melalui kegiatan
pendidikan formal maupun non formal
(Pendidikan berkelanjutan) untuk
mendapatkan kemampuan/kompetensi sesuai
standar yang berlaku.
Tujuan Umum Sertifikasi adalah sebagai
berikut:
a.Melindungi masyarakat pengguna jasa
profesi.
b.Meningkatkan mutu pelayanan.
c.Pemerataan dan perluasan jangkauan
pelayanan.
Tujuan Khusus Sertifikasi
• Menyatakan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku (kompetensi) tenaga profesi
• Menetapkan kualifikasi dan lingkup kompetensi
• Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
(kompetensi), pendidikan tambahan tenaga profesi
Lanjutan……
• Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup
pendidikan tambahan tenaga profesi
• Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi
SERTIFIKAT KOMPETENSI
UU Kebidanan th 2019 BAB II Pendidikan Kebidanan
Pasal 19 :

(1)Mahasiswa pendidikan vokasi Kebidanan yang lulus Uji


Kompetensi memperoleh Sertifikat Kompetensi yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi.
(2)Mahasiswa pendidikan profesi Kebidanan yang lulus Uji
Kompetensi memperoleh Sertifikat profesi yang diterbitkan
oleh perguruan tinggi.
Registrasi:
Pencatatan resmi terhadap Bidan yang
telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lain serta mempunyai
pengakuan secara hukum untuk menjalankan
praktik Kebidanan (UU Keb, 2019)
Tujuan Umum : Melindungi masyarakat dari
mutu pelayanan profesi

•Registrasi ulang?
Pasal 21 UUKeb 2019:
(1)Setiap Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib
memiliki STR.
(2)STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil
kepada Bidan yang memenuhi persyaratan.
(3)Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah dari perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan Kebidanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
profesi;
e. membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
Tujuan Khusus Registrasi :
a.Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang pesat
b.Meningkatkan mekanisme objektif dan komprehensif
dalam penyelesaian kasus mal praktik
c.Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Lisensi  proses administrasi yang
dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat tanda registrasi
yang diberikan kepada tenaga profesi
yang telah teregistrasi untuk pelayanan
mandiri.
Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi setelah
terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan
dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta
kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya uji coba
di beberapa wilayah.

SIPB berlaku sepanjang SIPB belum habis masa


berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
Aplikasi lisensi dalam praktik kebidanan 
dalam bentuk SIPB (Surat Izin Praktik Bidan).
SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Depkes RI kepada tenaga bidan yang
menjalankan praktik setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang
diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada
kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota setempat
dengan memenuhi persyaratan sbb :
1.Fotocopy SIB yang masih berlaku
2.Fotocopy ijazah bidan
3.Surat persetujuan atasan
4.Surat keterangan sehat dari dokter
5.Rekomendasi dari organisasi profesi
6.Pas foto
Otonomi  Dalam  Praktek  Kebidanan
•Otonomi bidan  kekuasaan untuk mengatur persalinan
peran dan fungsi bidan sesuai dengan kewenangan dan
kompetensi yang dimiliki seorang bidan (suatu bentuk
mandiri dalam memberikan pelayanan)           
•Tujuan  Agar pada bidan mengetahui tugas otonomi atau
mandiri independen sesuai dengan hal kewenangan
berdasarkan undang-undang kesehatan yang berlaku
Otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan
bidan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus
terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :
a.Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
b.Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
c.Akreditasi
d.Sertifikasi
e.Uji kompetensi
f.Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan
kebidanan :
a.PERMENKES NOMOR 1464/Menkes/PER/X2010 TENTANG
IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
b.UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
c.PP No.32/1996 tentang tenaga kesehatan
d.KepMenKes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Depkes
e.UU No.22/1999 tentang Otonomi Daerah
f.UU No.13 2003 tentang ketenagakerjaan
g.UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
Bentuk-Bentuk Otonomi Bidan Dalam
Praktek Kebidanan
•Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
•Menyusun rencana asuhan kebidanan
•Melaksanakan asuhan kebidanan
•Melaksanakan dokumentasi kebidanan
•Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup
tanggung jawab
Faktor – faktor yang menunjang otonomi bidan
1. Ditinjau dari bidan itu sendiri
a. Faktor kesehatan
b. Faktor skill
c.  Etika/perilaku
d.  Kemampuan pembiayaan / dana
e.  Kewenangan bidan
2. Segi birokrasi
3. Perundang undangan.
Ada beberapa hal yang menjadi sumber ketidakpuasan
pasien atau masyarakat, yaitu :

a.Pelayanan yang tidak aman


b.Sikap petugas kurang baik
c.Komunikasi yang kurang
d.Kesalahan prosedur
e.Sarana kurang baik
f.Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau
informasi serta pendidikan kesehatan
Bentuk perlindungan dalam
pelayanan kebidanan:

Mempertahankan kualitas
pelayanan
Memberikan kewenangan
Menjamin perlindungan hukum
Meningkatkan profesionalisme

Anda mungkin juga menyukai