Anda di halaman 1dari 15

ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah
kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi mempunyai
batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar
wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk pembangunan
dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidaup sehat bagi setiap warga negara indonesiamelalaui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya
manusia yang berkualitas.dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu
mempunyai daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas
sumber daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan, masa kelahiran dan masa bayi
serta masa tumbuh kembang balita. Hany asumber daya manusia yang berkualitas, yang
memiliki pengetahuan dankemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing.
Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Karena pelayanan bidan
meliputi kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin,masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan menoupause serta memantau
tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
Visi pembangunan kesehatan indonesia  sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang optimal
dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme, JPKM dan desentralisasi.
Dalam profesi kebidanan, standar praktik kebidanan merupakan suatu acuan atau
pedoman bagi seorang bidan dalam melakukan sebuah tindakan. Namun, masih saja ada bidan
yang tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar praktik kebidanan yang telah
ditetapkan. Hal ini menimbulkan penurunan kualitas suatu pelayanan yang diberikan oleh bidan.
            Standar adalah ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai
tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah ditetapkan.
Penentuan standar profesi selalu berkaitan erat dengan situasi dan kondisi dari tempat standar
profesi itu berlaku. Dalam melakukan tugasnya, bidan wajib memenuhi standar profesi sesuai
UU No. 23/92 tentang kesehatan, bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya 
berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dn menghormati hak  pasien.
            Pasal 53 UU No. 23/92 menetapkan bahwa standar profesi adalah pedoman yang
digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Tenaga Kesehatan yang
berhadapan dengan pasien seperti dokter, bidan dan perawat dalam melaksanakan tugasnya
harus menghormati hak pasien.
            Standar  praktik kebidanan dibuat dan disusun oleh organisasi profesi bidan (IBI)
berdasarkan kompetensi  inti bidan, dimana kompetensi ini lahir sebagai bukti bahwa bidan
telah menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dimilki bidan
sebagai hasil belajar dalam pendidikanya.

B.      Rumusan Masalah
1.    Apa  definisi dari aspek legal dalam pelayanan kebidanan?
2.    Jelaskan otonomi dalam pelayanan kebidanan?
3.    Jelaskan tahapan legislasi dalam pelayanan kebidanan?
4. untuk memahami pengertian dan bagian bagian dalam standar praktik kebidanan

C.     Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui definisi aspek legal dalam pelayanan kebidanan
2.    Untuk mengetahui otonomi dalam pelayanan kebidanan
3.    Untuk mengetahui tahapan legislasi dalam pelayanan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi dari Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan membantu melayani
apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya  menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jika
dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam
hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan Umum, terdapat pengertian
pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek pelayanan yaitu  pelayanan kesehatan
yang ditujukan pada jenis upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif)  pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan  (rehabilitatif). 
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI Nomor:
369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar
(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat disimpulkan
pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien,
oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi peningkatan, pencegahan,  pengobatan  dan
pemulihan) yang sesuai dengan wewenang  dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal
sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya  adalah sah menurut undang-
undang atau menurut kamus  Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang
atau hukum.
Aspek legal didefinisakn sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan
suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam
pelayanan kebidanan adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik
bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta memberikan kejelasan batas-batas
kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan. (Ristica & Julianti, 2014)
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian Aspek Legal dalam
Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang
ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh
Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

B.   Otonomi Bidan dalam Pelayanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan
hukumyang mengatur batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak
secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :
1.    Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2.    Penelitian dalam kebidanan
3.    pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
4.    Akreditasi
5.    Sertifikasi
6.    Registrasi
7.    Uji Kompetensi
8.    Lisensi

C.  Legislasi dalam Pelayanan Kebidanan


Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi),
registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan
tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah dengan
mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para bidan yang membuka
praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke dunia kerja. Uji
kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga kesehatan tersebut layak bekerja
sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus
tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa menjalankan profesinya.
Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji
kompetensi.
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang
telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :(Farelya & Nurrobikha, 2015)
1.      Mempertahankan kualitas pelayanan
2.      Memberi kewenangan
3.      Menjamin perlindungan hukum
4.      Meningkatkan profisionalisme

Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia


a.     UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya pembangunan nasional
yaitu pembangunan disegadan bidang guna kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b.     UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya saing
adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
dibentuk sejak janin di dalam kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh
kembang balita. Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu
bersaing.
c.     Penyiapan Sumber Daya Manusia.
Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan reproduksi wanita,
sejak remaja, masa calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval,
masa klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra
sekolah.
d.   Visi Misi Indonesia Sehat 2015
Visi Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang optimal
dengan strategi: Paradigma sehat, Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi.
Aspek legislasi bidan Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:

1.    Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan pendidikan formal
maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal misalnya
organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh
profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang
terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a.    Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai
kekuatan hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan
formal.
b.    Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari
kegiatan pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non
formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan sertifikasi antara lain: (Farelya & Nurrobikha, 2015)
a.    Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
 Meningkatkan mutu pelayanan
 Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.
b.   Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
 Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga
profesi.
 Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
  Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) pendidikan tambahan
tenaga profesi.
 Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga profesi.
 Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.

2.    Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk
melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh badan tesebut.
Registrasi bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan minimal
yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
(Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya untuk
ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi. Tujuan
dilakukannya registrasi antara lain:
a.    Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi yang berkembang pesat.
b.    Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus mal
praktik.
c.    Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru lulus
mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan )
selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi
transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar.
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan
lisensi praktik kebidanan atau SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi karena:
dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya dan
tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.

3.    Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang
berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang teregistrasi untuk pelayanan
mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan
yang telah ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi adalah untuk melindungi masyarakat dari
pelayan profesi. Tujuan khusus dari lisensi adalah memberikan kejelasan batas wewenang dan
menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan Praktik
Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang
menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan
praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut : fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat
keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus
SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali. (Farelya & Nurrobikha, 2015)
Standar Praktik Kebidanan
Standar praktek dalam kebidanan dikelompokkan menjadi 9, meliputi :
      1.      Standar pertama          : Metode Asuhan
      2.      Standar kedua             : Pengkajian
      3.      Standar ketiga             : Diagnois Kebidanan
      4.      Standar keempat         : Rencana Asuhan
      5.      Standar kelima            : Tindakan
      6.      Standar keenam          : Patisipasi Klien
      7.      Standar ketujuh           : Pengawasan
      8.      Standar kedelapan      : Evaluasi
      9.      Standar kesembilan     : Dokumenstasi

     A.    Standar  1  Metode Asuhan


Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah
pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan dokumentasi.
Definisi Operasional:
a)      Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis
b)      Format manajemen kebidanan terdiri dari :
1.      Format pengumpulan data
2.      Rencana format pengawasan resume
3.      Tindak lanjut catatan kegiatan
4.      Evaluasi

     B.     Standar  2  Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional :
a)      Format pengumpulan data
b)      Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, meliputi data:
1.       Demografi identitas klien
2.       Riwayat penyakit terdahulu
3.       Riwayat kesehatan reproduksi
4.       Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
5.       Analisis data

c)      Data dikumpulkan dari:


1.      Klien/pasien, keluarga dan sumber lain
2.      Tenaga kesehatan
3.      Individu dalam lingkungan terdekat
d)     Data diperoleh dengan cara:
1.      Wawancara
2.      Observasi
3.      Pemeriksaan fisik
4.      Pemeriksaan penunjang

     C.     Standar  3  Diagnosis Kebidanan


Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.
Definisi Operasional :
a)      Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau
suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan
dan kebutuhan klien.
b)      Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada asuhan
kebidanan yang diperlukan oleh klien.

     D.    Standar  4  Rencana Asuhan


Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Definisi Operasional :
a)      Ada format rencana asuhan kebidanan
b)      Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi.
      E.     Standar  5  Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien
tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Definisi Operasional :
a)      Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
b)      Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
c)      Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.
d)     Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau
tugas kolaborasi.
e)      Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan dan etika
kebidanan serta memberikan hak klien aman dan nyaman.
f)       Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.

      F.      Standar  6  Partisipasi Klien


Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :
a)      Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:
1.      Status kesehatan saat ini
2.      Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
3.      Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
4.      Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan
5.      Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
b)      Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindak kegiatan.

     G.    Standar  7  Pengawasan
Monitor atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dan tujuan untuk
mengetahui perkembangan klien.
Difinisi Operasional :
a)      Adanya format pengawasan klien.
b)      Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis untuk mengetahui keadaan
perkembangan klien.
c)      Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan

     H.    Standar  8  Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional :
a)      Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakannya tindakan kebidanan, menyesuaikan
dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
b)      Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan.
c)      Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.

      I.       Standar  9  Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuh kebidanan yang
diberikan.
Difinisi Operasional:
a)      Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.
b)      Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang bertanggung jawab.
c)      Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan
BAB III
PENUTUP

B.  Kesimpulan
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum yang telah
disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau
pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan kesehatan. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan meliputi legislasi, registrasi,
dan lisensi serta sertifikasi
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan kami sebagian penulis
menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
menghayati dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi
dalam pelayanan kebidanan.
Standar adalah ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai
tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan tugasnya, bidan wajib memenuhi standar profesi sesuai UU No. 23/92
tentang kesehatan, bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya  berkewajiban untuk
memenuhi standar profesi dn menghormati hak  pasien.
Standar praktek dalam kebidanan dikelompokkan menjadi 9, meliputi :
1.      Standar  pertama               : Metode Asuhan
2.      Standar  kedua                  : Pengkajian
3.      Standar  ketiga                  : Diagnosis Kebidanan
4.      Standar  keempat              : Rencana Asuhan
5.      Standar  kelima                 : Tindakan
6.      Standar  keenam               : Patisipasi Klien
7.      Standar  ketujuh                : Pengawasan
8.      Standar  kedelapan           : Evaluasi
9.      Standar  kesembilan          : Dokumenstasi
C.  Saran
Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan aspek legal dalam
praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran dan dapat menjalankan tugas kita
sesuai peraturan pemerintah ataupun standar praktek kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Farelya, G., & Nurrobikha. (2015). Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta:


Deepublish.
Ristica, O. D., & Julianti, W. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.
Purwoastuti, Endang dan Siwi walyani, Elisabeth. 2015. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.
Pustakabarupress, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai