Anda di halaman 1dari 11

RIVIEW MATERI MATERI MATA KULIAH

PROFESIONALISME KEBIDANAN

Oleh :

HALIMATUSSAKDIAH
NIM : 223302080101

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA FAKULTAS KEPERAWATAN &


KEBIDANAN S1 KEBIDANAN JALUR KHUSUS
TA. 2022/2023
PROFESIONALISME KEBIDANAN
Profesinalisme kebidanan adalah dasar untuk kontrak sosial antara profesi bidan
dengan masyarakat sehingga profesinalisme termasuk prilaku profesinal yang sangat penting.
Sehingga bidan dalam melagsanakan profesionalitasnya pada praktek mandiri diatur oleh
peraturan perundang-undangan.
Profesionalisme merupakan suatu sikap yang profesional yang tiada lain adalah
perilaku yang mengacu pada kecakapan, keahlian, dan disiplin dalam bentuk komitmen dari
anggota suatu profesi yang mendasari tindakan atau aktifitas seseorang yang merupakan
sikap dalam menekuni pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya yang dikuasai dengan
malaksanakan aturan-aturan kede etik profesi yang berlaku dalam hubungannya dengan
masyarakat. Bidan harus profesinal dengan meningkatkan pemahaman tentang tanggung
jawab bidan sebagai tenaga kesehatan yang memiliki regulasi.

I. KEBIDANAN BERBASIS BUKTI ( EVIDENCE BASED MIDWIFERY )


A. Pengertian Evidence Based Midwifery
Berbasis bukti dalam kebidanan (Evidence Based Midwifery ) adalah pemberian
informasi kebidanan berdasarkan bukti dan penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktik terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Pemerintah di berbagai negara telah mendukung pembangunan sistem pelayanan
kesehatan berfdasarkan hasil penelitian dimana keputusan yang dibuat oleh pelaksana
pelayanan kesehatan, manajer, pembuat keputusan, dan pasien berdasarkan ilmu pengetahuan
yang berkualitas tinggi.
Jadi pengertian Evidence Based Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan
kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
sistematis.
B. Manfaat Evidence Based
Manfaat yang dapat diperoleh dari dari pemanfaatan Evidence Based antara lain:
 Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
 Meningkatkan kompetensi ( kognitif)
 Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesiol dalam memberikan asuhan yang
bermutu

1
 Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Kategori Evidence Based Menurut WHO
Menurut WHO, Evidence Based terbagi menjadi :
 Evidence Based Medicine adalah proses yang digunakan mengenai pemberian
informasi obat- obatan secara sistematik untuk melakukan evaluasi, menemukan,
menelaah dan memanfaatkan hasil hasil studi sebagai dasar dari pengambilan
keputusan klinik.
 Evidence Based policy adalah suatu sistem yang meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan juga kedokteran ( Clinic Governance ) yang merupakan tantangan
profesi kesehatan dan kedokteran di masa yang akan datang.
 Evidence Based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti
dan penelitian yang telah dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 Evidence Based report adalah merupakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru
berkembang yang memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada
semua tahapan pelaksanaan pasien.

II. SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN


Pelayanan kebidanan adalah semua tugas yang menjadi tanggung jawab praktik
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu,
anak dan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Perkembangan pelayanan kebidanan dimulai ketika Belanda menjajah Indonesia.
Pada masa pemerintahan Belanda, Indonesia masih mengikuti kebiasaan lama di tolong oleh
dukun paraji.
Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu
mengalami perkembangan baik suatu kemajuan atau justru kemunduran. Perkembangan ini
terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sejarah kebidanan dimulai sejak awal
kehidupan atau awal peradaban manusia.
Zaman dahulu persalinan dan perempuan menstruasi dianggap kotor dan
menjijikkan sehingga cara persalinan terkesan tidak manusiawi. Tidak ada yang mencatat
kapan dimulainya persalinan dilakukan bidan. Dalam sejarah, perempuan dalam proses
melahirkan dapat dilakukan sendiri atau dibantu oleh suami mereka. Ketika manusia tidak
lagi berpindah-pindahan dan membentuk kelompok masyarakat, para ibu melahirkan dijaga
2
atau ditolong oleh seorang perempuan yang dianggap mampu, yaitu seorang perempuan
setengah baya yang telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar pengetahuan
dia mengembangkan keahliannya yang disebut dengan seorang dukun bayi.
Kemudian zaman terus berkembang dengan dimulai diadakan pelatihan bidan secara
formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan, pelatihan untuk dukun
masih berlangsung sampai sekarang yang diberikan oleh bidan. Seiring pelatihan tersebut
didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak ( BKIA ) dengan bidan penanggung jawab.
Kemudian selanjutnya terbentuk suatu pelayanan terintegrasi bagi masyarakat yang
dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ). Bidan dalam melaksanakan peran
dan fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan serta kewenangan yang diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan ( Permenkes ). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan
selalu mengalami perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

III. PERAN BIDAN DI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERMASUK


KESHATAN MASYARAKAT
Pelayanan kesehatan adalah rangkaian pelayanan kesehatan dasar terintegrasi yang
dimulai dari upaya promosi kesehatan, pencegaha, diagnosis penyakit, sampai kepada upaya
pananganan dan rehabilitasi.
Pelayanan kesehatan primer ( Primary Health Care/PHC ) merupakan landasan awal
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan.
Ada tiga unsur yang terkandung dalam pelayanan kesehatan primer:
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan peran serta masyarakat
3) Melibatkan kerja sama lintas sektoral
Prinsip pelayanan kesehatan primer yaitu:
1) Pemerataan upaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
4) Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
5) Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan
kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

3
bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan
kesehatan masyarakat.
Tugas pelayanan kesehatan primer yaitu sebagai berikut:
 Menyusun dan melaksanakan rencana program dan kegiatan yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi.
 Menyiapkan perumusan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer meliputi upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat kesehatan masyarakat
di semua wilayah serta kesehatan primer pada klinik dan praktek perorangan.
 Menyiapkan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer melalui upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat kesehatan masyarakat
di semua wilayah serta kesehatan primer pada klinik dan praktek perorangan.
 Menyiapkan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pelayanan
kesehatan primer melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
pada pusat kesehatan masyarakat di semua wilayah serta kesehatan primer pada klinik
dan praktik perorangan.
 Menyiapkan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan kesehatan
primer melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat
kesehatan masyarakat di semua wilayah, serta kesehatan primer pada klinik dan praktik
perorangan.
 Melaksanakan pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
primer melaui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat
kesehatan masyarakat di semua wilayah, serta kesehatan primer pada klinik praktik
perorangan.
 Melaksanakan peran pelayanan kesehatan primer dalam krisis kesehatan.
 Melaksanakan peran pelayanan kesehatan primer dalam jaminan kesehatan.
 Melaksanakan peran pelayanan kesehatan primer dalam proses perizinan sarana
pelayanan kesehatan primer.
 Membuat pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fiungsi.
 Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah.
 Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

4
Fungsi pelayanan kesehatan primer yaitu:
 Pemeliharaan kesehatan
 Pencegahan penyakit
 Diagnosis dan pengobatan
 Pelayanan tindak lanjut
 Pemberian sertifikat
Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan memiliki beberapa peran yaitu :
 Pemberi pelayanan kebidanan
 Pengelola pelayanan kebidanan
 Penyuluh dan konselor
 Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
 Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan
 Dan peneliti
Sedangkan fungsi bidan terdiri dari sebagai pelaksana, sebagai pengelola, sebagai
pendidik, dan sebagai peneliti.
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
 Melakukan bimbingan dan penyuluhan praperkawinan.
 Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal dan komplikasi
kehamilan.
 Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis.
 Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan resiko tinggi.
 Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
 Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
 Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah.
 Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
 Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan reproduksi.
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
 Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat.
 Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan.
 Melakukan kerjasama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan.
 Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

5
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
 Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB.
 Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab.
 Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
masyarakat.
 Mendidik tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
 Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
kelompok.
 Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB.

IV. RUJUKAN DAN RECORD KEEPING


A. Rujukan
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara
vertikal dan horizontal.
Rujukan vertikal adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah
lengkap. Misalnya dari RS kabupaten ke RS provinsi atau RS tipe C ke RS tipe B yang lebih
spesialistik fasilitas dan personilnya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi
antar unit yang ada dalam satu RS misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu
kesehatan anak.
Layanan Kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan rujukan yang dilakukan Bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertikal, atau profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang
tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Rujukan dan pelayanan kebidanan:
a) Rujukan kasus patologis dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b) Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.
c) Pengiriman bahan laboratorium.

6
d) Jika penderita sudah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan
kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai keterangan yang lengkap.
e) Pengiriman kasus reproduksi manusia lainnya, seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penangan spesialis.
Tanggung jawab kebidanan rujukan meliputi:
 Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada hamil dengan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit.
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa nifas.
 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan
keluarga.
 Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu.
Jenis rujukan yaitu :
1) Rujukan medik, meliputi :
 Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain, disebut Transfer of Patient.
 Pengiriman bahan ( spesimen ) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap,
disebut Transfer of Specimen.
 Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat, disebut Transfer of
Knowledge/Personal.
2) Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat
yang bersifat preventif dan promotif.
B. Record Keeping ( Dokumentasi )
Dokumentasi kebidanan adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi
data fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan individu, keluarga dan masyarakat khususnya masalah kesehatan ibu dan anak.

7
Fungsi dokumentasi kebidanan :
 Catatan pasien itu juga dihitung sebagai akreditasi, untuk keperluan asuransi sebagai
catatan medis untuk perencanaan anggaran dan keuangan.
 Sebagai data/fakta yang dapat dipakai untuk mendukung ilmu pengetahuan.
 Alat untuk mengambil keputusan, perencanaan, dan pengontrolan.
 Sebagai sarana penyampaian berkas agar tetap aman dan terpelihara dengan baik.
 Sebagai bahan bagi bidan untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang diperlukan
dan sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan.
Sifat dokumentasi kebidanan ada 2 yaitu:
1) Mempunyai sifat terbuka yaitu dokumentasi sellu berinteraksi dengan lingkungan
untuk menerima dan menghimpun informasi.
2) Mempunyai sifat tertutup yaitu apabila didalam berisi rahasia yang tidak pantas
diperhatikan/diungkapkan dan disebar luaskan kemasyarakat.

V. KONSELING DALAM KEBIDANAN


Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik,
pemberian bantuan, dan bentuk kerjasama yang dilakukan secara profesional ( sesuai dengan
bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan
perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan koseling dilakukan dalam praktek kebidanan adalah sebagai layanan yang
membantu masalah yang dihadapi klien. Maka bidan sebagai konselor harus berusaha
mengembangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara efektif. Ada 2 fungsi
dalam tujuan konseling kebidanan yang harus diperhatikan bidan yaitu:
1) Fungsi kuratif yaitu bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien
dalam proses perkembangannya atau membantu mengatasi masalah klien. Dimana klien
tidak dapat mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang diterima, mka klien
dibantu untuk memahami dan menyelesaikan perkembangannya.
2) Fungsi preventif yaitu tidak hanya mengatasi masalah yang telah terjadi, tetapi juga
agar masalah tidak bertambah serta muncul masalah baru yang dapat mengganggu diri
klien dan orang lain. Fungsi preventif dapat diberikan dengan beberapa terapi sesuai
dengan masalah dan keadaan klien sendiri.
Sedangkan secara garis besar tujuan konseling dalam praktik kebidanan adalah
mengubah pengetahuan, sikap, dan prilaku klien.

8
Hambatan- hambatan dalam dalam konseling kebidanan:
 Hambatan internal merupakan hambatan pribadi yang bersal dari diri bidan sebagai
konselor. Hambatan pribadi yang sering terjadi adalah bidan krang percaya diri, kurang
pengetahuan, dan keterampilan tentang konseling, serta ketidakmampuan dalam
membentuk jejaring.
 Hambatan eksternal yaitu pada persaingan-persaingan dalam pekerjaan, fasilitas
(keuangan, alat peraga, dsb), dan budaya seringkali menjadi faktor pemicu hambatan
eksternal dalam proses pemberian konseling.

VI. KONSEP PERKEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN


( CONTINUOUS PROFESSIONAL DEVELOPMENT )
CPD adalah suatu usaha pembinaan secara sistematis bagi bidan yang bertujuan
untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi baik pengetahuan, keterampilan serta
mengembangkan sikap profesionalisme. CPD merupakan pengembangan keprofesian wajib
diikuti oleh setiap bidan sebagai bagian dari pembinaan melalui mekanisme sertifikasi,
registrasi, dan lisensi.

VII. PENGANTAR KEPEMIMPINAN DALAM KEBIDANAN


Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tugas-tugas pimpinan:
 Sebagai pengambil keputusan
 Sebagai pemikul tanggung jawab
 Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
 Bekerja dengan atau melaui orang lain
 Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.
Bidan sebagai seorang pemimpin harus:
 Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan kesehatan.
 Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktek kebidan di masyarakat.
 Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta mengimplementasikan upaya
perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.

9
 Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan prespektif luas dan
kritis.
 Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik
kebidanan.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut
tanggungjawab. Bidan juga nantinya akan menjadi pemimpin di tengah masyarakat. Bidan
adalah orang yang berperan penting dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga
bahagia serta generasi bangsa yang sehat.

VIII. KEWIRAUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN DIRI


Kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah pola pikir yang harus dikuasai
seorang bidan sebagai wirausahaan dalam memulai dan mengelola sebuah usaha praktek
profesional (BPS maupun Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan
berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan
masyarakat untuk kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.
Bidan sebagai wirausahaan harus menetapkan sebuah tujuan dalam berpraktek agar
visi misi nya tercapai di dalam praktek mandirinya sebagai kewirausahaan.
Langkah-langkah sukses mengembangkan usaha:
 Tetapkan tujuan hidup yang realistis
 Berani menjadi sosok yang unik
 Menghindari kebiasaan pasif
 Berteman dengan orang sukses (mempunyai visi misi)
 Membeli barang sekalian untuk berinvestasi
 Jangan menghindari kegagalan.

10

Anda mungkin juga menyukai