Anda di halaman 1dari 36

TRANSISI DARI MAHASISWA KE OTONOM, BIDAN YANG

AKUNTABEL DAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL


BERKELANJUTAN, DAN RENCANA BELAJAR SEPANJANG
HAYAT, KETERAMPILAN BELAJAR MANDIRI
Sesi 3

Dr.Hj. Lilik Susilowati, S.SiT., SKM., M.Kes., MARS


Definisi

• Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya


sendiri, dan nomosyang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian
otonomi adalah pengundangan sendiri
• Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa
menurut perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki
pengertian sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian
"pemerintahan" (bestuur)
• otonomi kebidanan adalah kekuasaan untuk mengatur persalinan peran dan
fungsi bidan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki seorang
bidan ( suatu bentuk mandiri dalam memberikan pelayanan).
Tujuan Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan

Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai


dengan   kewenangan yang didasari oleh undang-undang kesehatan yang berlaku.
Selain itu tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini meliputi :
• Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan.
• Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan
• Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
• Berperan sebagai anggota tim kesehatan.
• Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan.
Kegunaan Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan

Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan, meningkatkan


kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif untuk meningkatkansumbar daya manusia yang
berkualitas
Bidan Yang Akuntabel Dan Pengembangan
Profesional Berkelanjutan

Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah


pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang
profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi
dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam 
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

2. Penelitian dalam bidang kebidanan.

3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.

4. Akreditasi.

5. Sertifikasi.

6. Registrasi.

7. Uji Kompetensi.

8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:

1) Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan praktik bidan.

2) Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.

3) Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan.

4) UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

5) PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.

6) Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasidan tata kerja Depkes.

7) UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.


8) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

9) UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.

10) KUHAP, dan KUHP, 1981.

11) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medik.

12) UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana:

 UUNo.10/1992Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

 UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam Rumah Tangga.


Pengembangan Profesi

Pengembangan Profesi adalah kegiatan bidan dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
pendidikan kebidanan
Pengembangan Profesi

• Pimpinan institusi pendidikan/ Direktur/ Wadir/ Kajur/Kaprodi

• Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

• Direktur RS (Eselon II /Setara)

• Kepala Puskesmas (Eselon III/setara)


• Kepala Seksi (Eselon IV/Setara)
• Manajer Keperawatan/Kebidanan
• Pimpinan Daerah Eksekutif/Legislatif
• pembimbing klinik dan penguji klinik (Clinical Instruktur, preceptor mentor)
• Penyusun pedoman/standar/modul
• Reviewer secara terstruktur
• Pembimbing dan penguji Laporan Tugas Akhir (KTI, skripsi, tesis dan disertasi),
• Menjadi narasumber pada kegiatan selain kegiatan pendidikan berkelanjutan.
• Mengajar sebagai dosen tetap maupun tidak tetap
• Dosen yang melakukan bimbingan klinik dapat dihitung dalam kegiatan pengembangan profesi.
• Tenaga Laboram institusi Pendidikan
Rencana Belajar Sepanjang Hayat

• Pendidikan Sepanjang Hayat adalah sebuah konsep yang


menyatakan bahwa proses pendidikan dapat dilakukan kapan
saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh usia. Tujuan
Pendidikan Seumur Hidup yaitu mengembangkan
potensi manusia secara optimal dan menyelaraskan
pendidikan wajib belajar dengan pengembangan kepribadian
manusia.
• Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dapat dilakukan
pada lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Melalui proses Pendidikan Sepanjang
Hayat ini, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya
secara berkesinambungan, mampu mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti
perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi
tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang.
• Pendidikan Sepanjang Hayat dipahami
sebagai sebuah konsep yang menyatakan
bahwa proses pendidikan dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi
oleh usia
• Pendidikan Sepanjang Hayat didasarkan pada
pemikiran yang ditinjau dari aspek filosofis,
psikofisis, sosial budaya, ekonomi, politik, dan
aspek tekonologi. Dasar pemikiran ini
menjadikan Pendidikan Sepanjang Hayat sangat
penting untuk diterapkan dalam kehidupan
manusia.
• Tujuan Pendidikan Seumur Hidup adalah untuk
mengembangkan potensi manusia secara optimal.
Selain itu, Pendidikan Seumur Hidup juga bertujuan
untuk menyelaraskan antara pendidikan wajib
belajar dengan proses pengembangan kepribadian
manusia yang bersifat berubah-ubah.
• Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dapat
dilakukan pada lingkungan rumah tangga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Tanggung jawab penyelenggaraan Pendidikan
Sepanjang Hayat diemban bersama oleh keluarga,
sekolah, dan pemerintah. Konsep Pendidikan
Sepanjang Hayat sesuai untuk diterapkan pada
kehidupan manusia dengan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
pesat.
• Pendidikan Sepanjang Hayat memberikan
kesempatan kepada
setiap orang untuk belajar sesuai dengan
minat, usia, dan kebutuhan belajarnya.
Kesempatan ini merupakan peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar di berbagai tempat
dan kondisi. Kegiatan belajar tersebut dapat
dilakukan secara berkelompok maupun
perorangan
TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM
BERBAGAI TATANAN PELAYANAN
KESEHATAN, LINGKUP PRAKTIS DAN
Sesi 4 LEGISLASI

Dr.Hj.Lilik Susilowati, M.Kes., Mars


Tanggung jawab dalam memberi pelayanan ANC
Menurut kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar
pelayanan antenatal dimulai dengan :
1. Ukur tinggi badan
2. Timbang berat badan dan lingkar lengan atas (LILA)
3. Ukur tekanan darah
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
5. Imunisasi tetanus toxoid (TT)
6. Pemberian tablet besi (fe)
7. Tentukan presentasi janin
8. Test laboratorium
9. Tatalaksana kasus
10. Tanya/temu wicara
Tanggung jawab bidan dalam memberi
pelayanan pada ibu bersalin

Standar pertolongan persalinan:


1. Asuhan persalinan kala I
2. Asuhan persalinan kala II
3. Penatalaksanaan aktif kala III
4. Penanganan gawat janin melalui episiotomi
Tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan pada bayi
baru lahir
Standar pelayanan bayi baru lahir:
1. Bidan memeriksa dan dan menilai BBL untuk memeriksa
pernafasan dan mencegah terjadinya hipotermi
2. Penanganan pada 2 jam setelah persalinan
3. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan bayi akan terjadinya
komplikasi pada 2 jam pertama
4. Melakukan kunjungan rumah pada hari ketiga minggu kedua
dan minggu keenam setelah persalinan, mencakup, tali pusat,
komplikasi yang terjadi pada masas nifas, gizi dan kebersihan.
Tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan pada ibu nifas

Standar pelayanan ibu nifas


1. Memberikan pelayanan kepda ibu dan bayi selama 42 hari
setelah persalihan dan memberikan penyuluhan tentang ASI
ekslusif.
2. Penanganan pada 2 jam setelah persalinan
3. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan bayi akan
terjadinya komplikasi pada 2 jam pertama
4. Melakukan kunjungan rumah pada hari ketiga minggu kedua
dan minggu keenam setelah persalinan, mencakup, tali pusat,
komplikasi yang terjadi pada masas nifas, gizi dan
kebersihan.
Tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan KB

Pelayanan keluarga berencana yang


merupakan salah satu di dalam paket
pelayanan kesehatan reproduksi esensi perlu
mendapatkan perhatian yang serius ,
karena dengan mutu pelayanan keluarga
berencana berkualitas
Tanggung jawab bidan dalam mamberi pelayanan rujukan kebidanan

Standar pelayanan rujukan kebidanan:


1. Pengkajian
2. Perumusan diognosa atau masalah kebidanan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan asuhan kebidanan
Tanggung Jawab Bidan Dalam Lingkup Praktis dan Legislasi

Kewenangan bidan menurut UU no. 36 tahun 2014 tentang


2 tenaga kesehatan dan permenkes no. 1464/menkes/X/2010
tentang izin penyelenggaraan praktek bidan dan
kewenangan bidan
Wewenang bidan dalam menjalankan praktik adalah
memberikan pelayanan yang meliputi (pasal 9 permenkes
1464/2010):
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak; dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana.
Tanggung Jawab Bidan Dalam Lingkup Praktis dan Legislasi

2
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu berwenang untuk (pasal 10 ayat 3
permenkes 1464/2010):
1. Episiotomi;
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
4. Pemberian tablet fe pada ibu hamil;
5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
6. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
8. Penyuluhan dan konseling;
9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil;
10.Pemberian surat keterangan kematian; dan
11.Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
Tanggung Jawab Bidan Dalam Lingkup Praktis dan Legislasi

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk (pasal 11 ayat
(2) permenkes 1464/2010):
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat;
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
6. Pemberian konseling dan penyuluhan;
7. Pemberian surat keterangan kelahiran; dan
8. Pemberian surat keterangan kematian.
Tanggung Jawab Bidan Dalam Lingkup Praktis dan Legislasi

Selain itu, bidan yang menjalankan program


pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi pemberian alat kontrasepsi
suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah
kulit (pasal 13 ayat (1) huruf a permenkes
1464/2010).
Tanggung Jawab Bidan Dalam Lingkup Praktis dan Legislasi

Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia


nomer 1464/menkes/per/X/2010 bab 1 pasal 6 yang
berbunyi “standar adalah pedoman yang harus di gunakan
sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi
standar pelayanan, standar profesi dan standar operasional
prosedur” dan pasal 18 ayat 1 (g) yang berbunyi
“mematuhi standar”.

Dengan adanya ketentuan tentang standarisasi, dengan


demikian ruang lingkup standar pelayanan kebidanan
meliputi 24 standar.
Sanksi Terhadap Bidan yang Melanggar Undang-Undang Peraturan Pemerintah
dan Kode Etik Kebidanan

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, bidan dalam


menjalankan praktik harus sesuai dengan
kewenangan yang didasarkan pada kompetensi
yang dimilikinya (lihat pasal 62 ayat (1) UU tenaga
kesehatan).
Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam
pasal 62 ayat (1) uu tenaga kesehatan, ia dikenai
sanksi administratif. Ketentuan sanksi ini diatur
dalam pasal 82 ayat (1) UU tenaga kesehatan.
Sanksi Terhadap Bidan yang Melanggar
Undang-Undang Peraturan Pemerintah dan
Kode Etik Kebidanan

Pasal 63 ayat (1) UU tenaga kesehatan:


“Dalam keadaan tertentu tenaga kesehatan dapat
memberikan pelayanan di luar kewenangannya.”
Sanksi Terhadap Bidan yang Melanggar Undang-Undang Peraturan Pemerintah
dan Kode Etik Kebidanan

Contoh pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh bidan adalah


penanganan kasus kelahiran sungsang, melakukan aborsi, menolong
partus patologis dan yang lainnya.
1. Undang-undang kesehatan pasal 5 ayat (2) yang
menyatakan bahwa “setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman”.
2. Permenkes ri tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan pada pasal 10 point (d) disebutkan bahwa “pelayanan
kebidanan kepada ibu meliputi pertolongan persalinan
normal”.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai