Anda di halaman 1dari 86

Tugas sebagai bidan berdasarkan etik dan kode

etik profesi :
1. Menerapkan kode etik dalam manajemen
asuhan kebidanan pada ibu nifas
2. Menerapkan kode etik dalam manajemen
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi,
balita dan anak pra sekolah
3 Menerapkan kode etik dalam manajemen
asuhan kebidanan pada kesehatan
reproduksi

By : Roslina Yulianty, SST, MKes


Etika Bidan Dalam
Melaksanakan Asuhan
Postnatal

Roslina Yulianty, SST, M.Kes


Filosofi

Tujuan
Intranatal Care

Aplikasi Etika
dalam PNC
Filosofi
• Masa nifas adalah masa dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang memerlukan waktu 6-12 minggu
Tujuan Intra Post Natal Care
• Memberikan asuhan yang adekuat dan
terstandar pada ibu segera setelah
melahirkan
• Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik
fisik maupun psikologis
• Melaksanakan skrinning secara
komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayi
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari
• Memberikan pelayanan KB
• Mendapatkan kesehatan Emosi
Aplikasi Etika Dalam Pelayanan
Kebidanan
Undang-undang yang mengatur Kode Etik Bidan
dalam Asuhan Nifas
• Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan
ibu antara lain pada masa nifas
• Pada ayat 2d menjelaskan bahwa bidan memberikan
pelayanan ibu nifas normal
• Ayat 3e menjelaskan bahwa bidan berwenang
memberikan vitamin A dosis tinggi pada masa nifas

Dengan adanya undang-undang diatas diharapkan


bidan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan dan sesuai etika
kebidanan dan dapat memberikan pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan ibu
Kompetensi Bidan
• Berdasarkan etik kebidanan yaitu bidan
memberikan asuhan pada ibu dan menyusui
yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap
budaya setempat
• Dalam memberikan asuhan , bidan memiliki
pengetahuan dasar antara lain
1. Fisiologis nifas
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah
persalinan
3. Proses laktasi
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat,
aktivitas, dan kebutuhan fisiologis lainnya
seperti pengosongan kandung kemih
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
6. Adaptasi persalinan atau abortus
7. Bonding & Atachement
8. Indikator subinvolusio misalnya pendarahan
yang terus menerus, infeksi.
9. Indikator masalah laktasi
10. Tanda dan gejala mengancam kehidupan, Mis
: perdarahan pervaginam, sisa plasenta,
renjatan (syok) dan PE postpartum
11. Indikator pada komplikasi tertentu
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan
sesudah abortus
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus
Standar Pelayanan Nifas
• Perawatan bayi baru lahir
• Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotermi
• Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Etika Bidan Dalam
Melaksanakan Asuhan Bayi
Baru Lahir

Roslina Yulianty, SST, M.Kes


Filosofi

Tujuan

Aplikasi Etika
dalam BBL
• Isu dan Etika Dalam Asuhan kebidanan Deklarasi
Barcelona tahun 2001 menyatakan bahwa Hak
Asasi Manusia mengacu pada semua tingkat
kehidupan , termasuk juga bayi baru lahir .
• Bayi baru lahir mempunyai hak khusus yang tidak
dapat dituntut karena fisik ( nenonatal 0-28 hari)
dan mental bayi belum berkembang
• Hak bayi baru lahir menentukan serangkaian
kewajiban dan tanggung jawab masyarakat ,
khususnya tenaga medis yang paling berperan
dalam pemenuhan hak tesebut terutama hak
kelangsungan hidup .
Hak-hak Asasi Bayi Baru Lahir
• Deklarasi tentang hak asasi bayi baru lahir
menurut Declaration of Barcelona on the right
of mother and newborn adalah:
1.Deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang
mengacu pada semua tingkat kehidupan.
2.Martabat bayi baru lahir sebagai laki-laki atau
perempuan adalah sangat berharga
3.Setiap bayi baru lahir berhak untuk
• Setiap BBL berhak atas kehidupannya tanpa resiko
yang berkaitan dengan alasan budaya, politik dan
Agama
• Setiap bayi baru lahir berhak atas kehidupannya
tanpa resiko yang berkaitan dengan alas an budaya,
politik dan agama
• Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan
indentitas diri dan kewarganegaraan yang
benar.
• Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan
sanitasi, kasih sayang, dan perawatan social
magar mengalami perkembangan fisik ,
mental, spiritual, moral dan social secara
optimal dalam kehidupannya kelak.
• Setiap bayi baru lahir berhak atas gizi baik
yang mejamin pertumbuhannya.
STANDAR ASUHAN BAYI BARU LAHIR

Standar pelayanan berguna dalam penerapan


norma dan tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain
itu,standar pelayanan dapat menjaga kualitas
pelayanan yang diberikan. ( Depkes RI, 2002)
PERAN DAN FUNGSI BIDAN DALAM ASUHAN
NEONATAL
baru lahir dapat dikategorikan menjadi bayi
normal (sehat) yang hanya memerlukan
perawatan biasa dan bayi beresiko tinggi( high
risk baby ) yang memerlukan penanggulangan
khusus.
Pada kedua keadaan bayi yang berbeda
tersebut, bidan tetap harus menerapkan
asuhan yang mengacu pada standar asuhan
bayi baru lahir dan memenuhi hak-hak asasi
bayi baru lahir.
• Bidan harus mempertimbangkan dan memasukkan
unsur etik pada seluruh bagian asuhan yang
diberikannya. Jika tidak, kewajibannya dalam
memberi asuhan sama sekali dianggap gagal.

• Pada dasarnya, aplikasi etik dalam asuhan neonatal


sama dengan prinsip-prinsip etik dalam memberi
asuhan pada orang dewasa
Oleh karena itu , untuk menentukan jenis asuhan yang
akan diberikan pada bayi baru lahir , diperlukan suatu
pendekatan . Pendekatan tersebut dibagi ke dalam
empat hal yaitu :
1. Nilai penting kehidupan .
2. Hak otonomi orang tua .
3. Hal terbaik yang tidak diinginkan bayi .
4. Lingkungan masyarakat .
Etika Bidan Dalam
Melaksanakan Asuhan
Keluarga Berencana

Roslina Yulianty, SST, M.Kes


Filosofi

Tujuan
KB

Aplikasi Etika
dalam KB
• Visi untuk mewujudkan “keluarga berkualitas tahun
2015” keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak
yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan YME.
• Misinya sangat menekankan upaya menghormati
hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam
meningkatkan kualitas keluarga berdasarkan salah
satu pesan kunci dalam Rencana Strategik MPS di
Indonesia adalah bahwa setiap kehamilan harus
merupakan kehamilan yang diinginkan.
Kode Etik Kebidanan
• Kewajiban yang ke
bidan terhadap – 6 (Enam)
pemerintah, nusa
bangsa dan tanah air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya,
senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
perintah dalam bidang kesehatan, khusunya
dalam pelayanan KIA / KB dan kesehatan
keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi
dan menyumbangkan pemikiranya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga.
Pengertian KB
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah
gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat
dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu
bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan
dengan penggunaan alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, 
spiral, IUD, dan sebagainya.
Pengertian
Keluarga Berencana adalah gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran
Tujuan KB
• Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam
rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
• Tujuan khusus
1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran.

• Manfaat penggunaan KB
a. Aman artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila di
gunakan
b. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat
mencegah kehamilan
c. Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh
lingkungan budaya masyarakat
d. Terjangkau
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaanya, klien akan
segera kembali kesuburanya, kecuali kontap (KBBI,  2005)
Wewenang Bidan Dalam Pelayanan KB
Kewenangan Bidan dalam pelayanan
keluarga berencana tercantum dalam
Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 yaitu
bidan dalam memberikan pelayanan
keluarga berencana harus memperhatikan
kompetensi dan protap yang berlaku
diwilayahnya meliputi :
1. Memberikan pelayanan keluarga berencana
yakni pemasangan IUD, AKBK, pemberian
suntikan, tablet, kondom, diagfragma, jelly
dan melaksanakan konseling.
2. Memberikan pelayanan efek samping
pelayanan kontrasepsi.
3. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit.
Tindakan ini dilakukan atas dasar
kompentensi dan pelaksanaanya berdasarkan
protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan
untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB
keliling.
4. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan
jiwa Bidan berwewenang melakukan
pelayanan kebidanan selain kewenangan yang
diberikan bila tidak mungkin memperoleh
pertolongan dari tenaga ahli.
5. Kewajiban Bidan yang perlu diperhatikan
dalam menjalankan kewenangan :
a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
b. Memberikan informasi.
c. Melakukan rekam medis dengan baik.
Aplikasi Etika Dalam Pelayanan
Keluarga Berencana
1. Konseling
2. Informed choice dan informed consent dalam
pelayanan KB
3. Pencegahan Infeksi
4. Penjelasan/penerangan yang diberikan saat
pemasangan /alat kontrasepsi
5. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan standar
operasional prosedur Berdasarkan KEPMENKES RI
No. 369/MENKEN/SK/III/2007 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN , pada standar V TINDAKAN pada
definisi operasional disebutkan bahwa tindakan
kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
tetap dan wewenang bidan atau hasil kolaborasi
6. Menjaga kerahasiaan dan privasi klien
7. Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB
PENERAPAN ETIKA DALAM PELAYANAN KB
A. Konseling
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
keluarga berencana. Dengan melakukan konseling berarti petugas
membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya. Jika klien
belum mempunyai keputusan karena disebabkan ketidaktahuan
klien tentang kontrasepsi yang akan digunakan, menjadi
kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang
kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan
memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat
dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa
alternative sehingga klien dapat memilih sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan yang dimilikinya.
Tujuan konseling
a. Calon peserta KB memahami manfaat KB bagi
dirinya maupun keluarganya.
b. Calon peserta KB mempunyai pengetahuan
yang baik tentang alasan berKB , cara
menggunakan dan segala hal yang berkaitan
dengan kontrasepsi.
c. Calon peserta KB mengambil keputusan
pilihan alat kontrasepsi 
SIKAP BIDAN DALAM MELAKUKAN KONSELING YANG
BAIK TERUTAMA BAGI CALON KLIEN BARU
a. Memperlakukan klien dengan baik
b. Interaksi antara petugas dan klien
Bidan harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien
serta mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya
c. Member informasi yang baik kepada klien
d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi
klien untuk mengingat hal yang penting.
e. Tersedianya metode yang diinginkan klien
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat 
Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
memahaminya dengan memperlihtkan bagaimana cara penggunaannya.
Dapat dilakukan dengan dengan memperlihatkan dan menjelaskan dengan
flipchart, poster, pamflet atau halaman bergambar.
LANGKAH – LANGKAH KONSELING:
a. Menciptakan suasana dan hubungan saling
percaya
b. Menggali permasalahan yang dihadapi
dengan calon
c. Memberikan penjelasan disertai
penunjukan alat – alat kontrasepsi
d. Membantu klien untuk memilih alat
kontrasepsi yang tepat untuk dirinya sendiri.
KETRAMPILAN DALAM KONSELING
a. Mendengar dan mempelajari dengan menerapkan:
1) Posisi kepala sama tinggi
2) Beri perhatian dengan kontak mata
3) Sediakan waktu
4) Saling bersentuhan
5) Sentuhlah dengan wajar
6) Beri pertanyaan terbuka
7) Berikan respon
8) Berikan empati
9) Refleks back
10) Tidak menghakimi
b. Membangun kepercayaan dan dukungan:
1) Menerima yang dipikirkan dan dirasakan klien
2) Memuji apa yang sudah dilakukan dengan benar
3) Memberikan bantuan praktis
4) Beri informasi yang benar
5) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti/sederhana
6) Memberikan satu atau dua saran.
B. INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT
DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
• Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah mendapat
penjelasan tentang alternative asuhan yang dialami. Pilihan atau
choice lebih penting dari sudut pandang wanita yang memberi
gambaran pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek
etika dalam otonomi pribadi.
• Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan
mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab dari pilihannya.
• Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang dipilih, bidan
berperan dalam proses pembuatan informed concent. Yang
dimaksud.Informed Concent adalah persetujuan sepenuhnya yang
diberikan oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk
melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
• Infomed concent adalah suatu proses bukan suatu formolir atau selembar kertas
dan juga merupakan suatu dialog antara bidan dengan pasien/walinya yang
didasari keterbukaan akal dan pikiran yang sehat dengan suatu birokratisasi yakni
penandatanganan suatu formolir yang merupakan jaminan atau bukti bahwa
persetujuan dari pihak pasien/walinya telah terjadi.
• Dalam proses tersebut, bidan mungkin mengahadapi masalah yang berhubungan
dengan agama sehingga bidan harus bersifat netral, jujur, tidak memaksakan suatu
metode kontrasepsi tertentu. Mengingat bahwa belum ada satu metode
kontrasepsi yang aman dan efektif, maka dengan melakukan informed choice dan
infomed concent selain merupakan perlindungan bagi bidan juga membantu
dampak rasa aman dan nyaman bagi pasien. 
• Sebagai contoh, bila bidan membuat persetujuan tertulis yang berhubungan
dengan sterilisasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sterilisasi bersifat
permanen, adanya kemungkinan perubahan keadaan atau lingkungan klien,
kemungkinan penyelesaian klien dan kemungkinan kegagalan dalam sterilisasi.
C. PENCEGAHAN INFEKSI
a. Tujuan
1. Memenuhi prasyarat pelayanan KB yang bermutu
2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur
KB terutama pada pelayanan kontrasepsi
AKDR,suntik, susuk dan kontrasepsi
mantap
3. Menurunkan resiko transmisi penyakit
menular seperti hepatitis B dan
HIV/AIDS
b. Kewaspadaan standar
Pelayanan KB membutuhkan kepatuhan melaksanakan tindakan
sesuai dengan kewaspadaan standar (standar precaution)
Berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar
1. Anggap setiap orang dapat menularkan infeksi
2. Cuci tangan 
3. Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah
seperti kulit terkelupas, membrane mukosa, darah atau duh tubuh lain, serta alat-alat
yang telah dipakai dan bahan – bahan lain yang terkontaminasi atau sebelum melakukan
tindakan invasive
4. Gunakan pelindung fisik, untuk mengantisipasi percikan duh \
tubuh.
5. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun
membrane mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, menggosok
tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptic berbahan dasar alcohol
6. Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum suntik,
memberikan alat tajam dengan cara yang aman.
7. Buang bahan – bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi
petugas pembuangan dan untuk mencegah cidera maupun penularan infeksi
kepada masyarakat
8. Pemrosesan terhadap instrument , sarung tangan, bahan lain setelah dipakai
dengan cara mendekomentasikan dalam larutan klorin 0,5%, dicuci bersih, DTT dengan
cara-cara yang dianjurkan.
D. PENJELASAN/PENERANGAN YANG DIBERIKAN
SAAT PEMASANGAN/ALAT KONTRASEPSI
1. Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan
2. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah tersebut.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan yang
telah diberikan dan tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
4. Peragakan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang
prosedur apa yang akan dikerjakan
5. Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat
penyuntikan anastesi local, sedangkan insersinya tidak akan
menimbulkan nyeri (bila pemasangan AKBK)
6. Tentramkan hati klien setelah tindakan
E. PELAKSANAAN TINDAKAN SESUAI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Berdasarkan KEPMENKES RI No.
369/MENKEN/SK/III/2007 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN pada standar V TINDAKAN
pada definisi operasional disebutkan bahwa
tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur tetap dan wewenang bidan
atau hasil kolaborasi
F. MENJAGA KERAHASIAAN DAN PRIVASI KLIEN

Berdasarkan KODE ETIK KEBIDANAN salah satu


kewajiban bidan terhadap tugasnya adalah
setiap bidan harus menjamin kerahasiaan
keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta
oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien
G. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN
PELAYANAN KB
Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB Nasional
dilaksanakan sesuai dengan sistim , pencatatan dan pelaporan yang
disempurnakan melalui Instruksi Menteri Pemberdayaan
Perempuan /KepalaBKKBN Nomor 191/HK-011/D2/2000 tanggal 29
September 2000.
Sistim pencatatan dan pelaporan program KB nasional saat ini telah
disesuaikan dengan tuntutan informasi , desentralisasi dan perbaikan
kualitas.
Sistim pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi meliputi:
1. Kegiatan pelayanan kontrasepsi
2. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik
maupun di BPS
3. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB
Sasaran Pelayanan Kebidanan

Sasaran pelayanan kebidanan adalah


masyarakat khususnya perempuan yang
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
• Upaya promotif  meningkatkan kesadaran individu, keluarga dan
masyarakat untuk berprilaku hidup sehat, meningkatkan proporsi
keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dan air bersih dan
melakukan upaya penyuluhan kesehatan baik dengan menggunakan
media ataupun langsung kepada masyarakat.

• Upaya preventif  meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong


oleh tenaga kesehatan terlatih, melakukan kunjungan antenatal secara
rutin, mengkonsumsi makanan gizi seimbang, meningkatkan cakupan
imunisasi dasar, meningkatkan pertolongan persalinan yang aman dan
bersih, meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan sebagainya.

• Upaya Kuratif  meningkatkan sistem rujukan dan kolaborasi yang


berkesinambungan, melakukan perawatan dan pengobatan sesuai
dengan kewenangan dan tanggung jawab.

• Upaya Rehabilitatif  pasien penderita lumpuh melakukan rehabilitasi


dengan mengikuti fisioterapi, pasien pasca operasi gangguan
reproduksi (kanker rahim, kista, dll)
Pelayanan Kebidanan
• Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas
yang menjadi tanggung jawab praktek profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan
dengan tujuan meningkatkan KIA dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat.

• Pelayanan kebidanan dapat dibedakan


menjadi  3 jenis yaitu :
Pelayanan Kebidanan Primer adalah merupakan layanan bidan yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab bidan.

Tugas mandiri
• Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan
melibat klien
• Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
• Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien/keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
• Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana
• Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimaterium dan menopause
• Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga
Pelayanan Kolaborasi / kerjasama

Pelayanan Kolaborasi / Kerjasama


adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu
dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
Pelayanan Kolaborasi / kerjasama terdiri dari :

• Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
• Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi yang melibatkan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga
Pelayanan Rujukan
Pelayanan Rujukan adalah pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke
system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan
ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertikal atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya.
Pelayanan Ketergantungan / Rujukan terdiri dari :

• Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan


kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan
• Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga
• Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga
Dalam asuhan kebidanan dijelaskan beberapa point yang akan
mewarnai asuhan itu. Adapun yang dimaksud adalah  :

• Pemahaman tentang Kehamilan dan persalinan


Bidan harus memahami dan yakin bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan proses
yang alamiah dan fisiologis, walau tidak
dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin
terjadi komplikasi sejak awal karena kondisi
tertentu/ komplikasi tersebut terjadi
kemudian. Proses kelahiran meliputi kejadian
fisik, psikososial dan cultural.
• Pemahaman tentang Perempuan
Setiap perempuan merupakan pribadi yang
mempunyai hak, kebutuhan serta harapan, oleh karena itu
sudah selayaknya perempuan mempunyai partisipasi aktif
dalam pelayanan yang diperolehnya selama kehamilan,
persalinan, nifas dan membuat keputusan mengenai cara
pelayanan yang disediakan untuknya. Keunikan secara
fisik, emosional, sosial dan budaya membedakan tiap
perempuan. Perbedaan dalam kebutuhan dan kebudayaan
merupakan tuntutan untuk lebih memperhatikan
perempuan selama proses hidupnya.
• Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta
mengetahui bahwa kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan
saling terkait satu dengan yang lain.
• Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:

1. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat,


terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan,
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas.
2. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan.
3. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga
ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri
Secara umum pelayanan dan penyuluhan yang diberikan
dapat mengatasi masalah kesehatan untuk:
• bayi dan balita
• ibu hamil
• ibu menyusui
• Keluarga
• reproduksi wanita usia subur
• reproduksi wanita usia lanjut
• kesehatan reproduksi tingkat remaja. 
• Kesadaran kaum perempuan yang semakin meningkat
tentu akan membuat mereka hidup lebih berkualitas.
Lebih lanjut, masyarakat berharap kegiatan penyuluhan
tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan dapat
berkesinambungan.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan, dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya.
• Siklus hidup reproduksi merupakan
permasalahan yang bila tidak ditangani dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya.
• Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima
tahap, yaitu:
1. Konsepsi
2. Bayi dan Anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut
Contoh Pencegahan dan promosi kesehatan, masalah/ tindakan
dalam pelayanan berkesinambungan pada daur kehidupan wanita

• Pra Konsepsi
– Pengenalan dini riwayat infeksi toksoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus,
herves, dan lain-lain.
– Pemeriksaan imunologis dan terapi.

• Konsepsi
– Pengenalan dini kelainan genetik (keturunan) dll.
– Pemeriksaan sitogenetik, tindakan korektif intra uterin (perbaikan dalam
kandungan), dan lain-lain.

• Pra Kelahiran
– (1- 40 mgg) - Pengenalan dini malformasi (kesalahan bentuk) dalam
perkembangan janin.
– Pemeriksaan Ultrasonografi, Terminasi Kehamilan.
• Pra Pubertas
– (0bln–12 bln) Pencegahan infeksi kekurangan kalori, protein,
mineral, dan vitamin.
– Imunisasi, perbaikan gizi, Pembinaan kebugaran jasmani.

• Pubertas/remaja
– (13th-20th) Penkes tentang penyakit seksual menular dan
kehamilan.
– Komunikasi, Informasi dan edukasi Agama, etika dan moral serta
pendidikan seks.

• Reproduksi
– Pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan
persalinan aman - Penggunaan kontrasepsi rasional, perawatan
antenatal, pemberian ASI.
• Menopouse
– (45th-55th) Deteksi dini keganasan (kanker) alat
kelamin dalam (genitalia interna).
– Tes Paps, biopsi dan kurtase.

• Pasca Menopouse
– (50th-65th) Deteksi dini osteoporosis (rapuh tulang)
penyakit jantung koroner. - Terapi hormonal, gizi.

• Lansia (senium)
– Penurunan fungsi fisiologis/fisik yang berat
– Gizi cukup.
Komponen yang termasuk di dalam kesehatan
reproduksi adalah:

• Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi,


infertilitas, infeksi dan penyakit;
• Pendidikan seksualitas dan jender;
• Pencegahan, skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit
menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan
lainnya.
• Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat
kontrasepsi yang ada;
• Pencegahan dan pengobatan infertilitas;
• Pelayanan aborsi yang aman;
• Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca
kelahiran; dan
• Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.
Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus
didukung dengan:

• Menerapkan metode yang kompeten dengan


standar yang tinggi (maintaining high
standards of technical competence);
• Melayani klien dengan rasa hormat dan
bersahabat;
• Merancang pelayanan agar dapat memenuhi
kebutuhan klien; dan
• Menyediakan pelayanan lanjutan.
• Konferensi Internasional tentang
Kependudukan dan Pembangunan
memperkirakan bahwa setiap tahun
diperlukan dana sekitar US$17 juta sampai
tahun 2000 untuk menyediakan pelayanan
kesehatan reproduksi di negara-negara miskin
yang dapat diakses secara umum.
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:

• Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung jawab
terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi
yang berkaitan dengan hal tersebut;
• Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik
serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat
terwujud; dan
• Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas dari
diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
• Hak hidup
• Hak menikah
• Hak hamil atau tidak hamil
• Hak seksualitas
• Hak menggunakan kontrasepsi
• Hak terbebas dari PMS
• Mendapat informasi & pelayanan yang berkualitas
Dengan memodifikasi program KB dan program kesehatan
lainnya agar dapat :

• Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang mempunyai kebutuhan akan


hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan kesehatan seksual;
• Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan memberlakukan sistem-
sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang baik, tidak hanya terpaku kepada jumlah
klien yang dapat dilayani;
• Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong pemberdayaannya;
• Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih muda atau lebih tua
dari usia reproduksi, tanpa melihat status perkawinannya;
• Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam pembagian
tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan reproduksinya, masa kehamilan,
kesehatan ibu dan anak, penjarangan kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan;
dan
• Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan yang berkaitan
dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di dalamnya adalah microbicides,
metode-metode untuk men-diagnosa PMS, pengobatan PMS yang terjangkau serta pelayanan
kegawatdaruratan kebidanan.
Beberapa prinsip yang harus digarisbawahi adalah:

• Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai


dengan kondisi-kondisi yang ada dan menjamin bahwa
pelayanan ini dapat dimanfaatkan dan dijangkau oleh
seluruh perempuan;
• Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan
perempuan dari berbagai latar-belakang; dan
• Program harus mendukung baik laki-laki maupun
perempuan dalam hal pembagian tanggung jawab dari
tingkah laku seksual, masa subur, dan kesehatannya serta
keberadaan pasangan dan anak-anaknya.
Hak-hak Reproduksi dapat Terjamin
• Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan
dan individu yang menginginkan pelayanan kesehatan
reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi
• Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan
dijalankan untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan
kekerasan yang berhubungan dengan sekualitas dan masalah
reproduksi; dan
• Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui
haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak
ini serta membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui
pendidikan dan advokasi.
Tugas sebagai bidan berdasarkan etik dan kode
etik profesi :
1. Menerapkan kode etik dalam manajemen
asuhan kebidanan pada ibu nifas
2. Menerapkan kode etik dalam manajemen
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi,
balita dan anak pra sekolah
3 Menerapkan kode etik dalam manajemen
asuhan kebidanan pada kesehatan
reproduksi

By : Roslina Yulianty, SST, MKes


 Masalah-masalah Etik Moral Yang Mungkin
Terjadi Dalam Praktek Bidan
1. Tuntutan etik adalah hal penting dalam kebidanan
karena :
• a.    Bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat
• b.    Bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
2. Untuk menjalankan praktik kebidanan dengan baik
dibutuhkan :
• a.    Pengetahuan klinik yang baik
• b.    Pengetahuan yang up to date
• c.    Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan
3. Harapan Bidan dimasa depan :
a.    Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan
etika dalam menjalankan praktik kebidanan (Daryl
Koehn, Ground of Profesional Ethis, 1994)
b.    Dengan memahami peran bidan tanggung jawab
profesionalisme bidan terhadap pasien atau klien
akan meningkat
c.    Bidan berada dalam posisi baik  memfasilitasi klien
dan membutuhkan peningkatan pengetahuan
tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik
kebidanan
Langkah-langkah Penyelesaian Masalah
Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui bidan adalah perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data
dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu :
1.        Apa yang menjadi fakta medik ?
2.        Apa yang menjadi fakta psikososial ?
3.        Apa yang menjadi keinginan klien ?
4.        Apa nilai yang menjadi konflik ?
5.        Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam
perencanaan, yaitu:
1.        Tentukan tujuan dari treatment.
2.        Identifikasi pembuat keputusan
3.        Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi/pilihan.
    Implementasi
• Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan
beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang
dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka
dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran Bidan selama implementasi
adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dilema etis sering
kali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih/berduka,
marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan
kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan. Bidan harus ingat
“Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien”.
• Bidan harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua)
alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik,
bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil
keputusan harus menjalankannya. Kadang kala kesepakatan tak tercapai
karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau
lain waktu, Bidan tak dapat menangkap perhatian utama klien. Sering kali
klien/keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam
situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
Evaluasi
• Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment  medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.
• Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek kebidanan dapat bersifat
personal ataupun profesional. Dilema menjadi sulit dipecahkan bila
memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip
etis. Sebagai tenaga profesional perawat kadang sulit karena keputusan
yang akan diambil keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan.
Pada saat berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan
rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan
komunikasi yang baik dari seorang perawat.
MEMECAHKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN
ETIKOLEGAL DALAM ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

1. Paradigma Tentang Kehamilan


Kehamilan merupakan suatu proses yang
alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat, yang telah
mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang
organ reproduksinya sehat kemungkinan akan
mengalami kehamilan.
2. Konseling Asuhan Kehamilan

A. Aspek Pengetahuan
Konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang
bertujuan untuk perubahan pada diri klien. Menurut
Williamson (1961) dalam Latipun (2005) tujuan umum
pelaksanaan konseling adalah membantu klien mencapai
perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensi
yang dimiliki. Secara lebih rinci dinyatakan menjadi tiga
tujuan oleh Krumboltz, yaitu :
1) Mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku
yang sehat.
2) Membimbing klien belajar membuat keputusan.
3) Membimbing klien mencegah timbulnya masalah.
I. Hak – hak wanita hamil :
Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
komprehensif, yang diberikan secara bermartabat dan dengan
rasa hormat.Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau
untuk / semua perempuan dan keluarga. Wanita berhak
memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.

II. Langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan


kehamilan :
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Pendekatan Pada Pelaksanaan Konseling
d. Masalah yang Memerlukan Konseling Ibu Hamil
B. Aspek Keterampilan
keterampilan yang harus dimiliki oleh bidan
untuk melaksanakan konseling adalah :
1. Tehknik membuka pembicaraan
2. Tehknik menerima sasaran apa adanya
3. Tehknik mengulang pembicaraan
4. Tehknik memantulkan perasaan
5. Tehknik bertanya dengan pertanyaan terbuka
6. Tehknik mendukung pertanyaan
7. Tehknik mengakhiri pembicaraan
C. Aspek Sikap
• Sikap yang harus dikembangkan oleh bidan dalam
melaksanakan konseling :
1. Ramah, sopan dan wajar
2. Mudah menyesuaikan diri dan menerima orang
lain
3. Bisa memahami dan merasakan perasaan orang
lain (empati)
4. Hangat, semangat, selalu ceria dan bergairah
5. Sabar dan rendah hati
6. Jujur, lembut, peka dan bijaksana
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai