Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN PENYULUHAN 1000 HPK DAN CONTINUM OF CARE


DI TINGKAT KELURAHAN KEBONLEGA
UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2019

I. Pendahuluan
Kesehatan ibu serta anak adalah penentu kualitas sumber
daya manusia. Kesehatan ibu dan status gizi pada masa
sebelum hamil, saat pembuahan, selama hamil, nifas dan
menyusui, serta kesehatan bayi/baduta mulai janin, dilahirkan
sampai dengan berusia dua tahun (1000 hari). Periode 1000 hari
adalah periode emas yang dimulai dari 270 hari sejak
pembuahan, selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan
pertama bayi yang dilahirkannya. Sehingga periode 1000 HPK
(Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode yang sangat kritis
yang berpotensi kearah angka kejadian kematian ibu, bayi,
balita serta angka kejadian balita gizi buruk dan balita pendek.
Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pasal 20 dan pasal
21 bahwa Kebijakan Pemerintah untuk membantu calon atau
pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan
mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang
usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah
ideal anak, jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan
kesehatan reproduksi, maka kepada calon pengantin agar
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan mengikuti
penyuluhan kesehatan reproduksi.
Masa sebelum menikah yaitu saat menjadi calon pengantin
memerlukan persiapan yang matang baik secara fisik, psikologis
dan sosial. Tidak hanya untuk calon pengantin wanita tetapi
juga pasangannya. Penjelasan tentang perkawinan dan
penyuluhan kesehatan reproduksi sangat diperlukan untuk

1
dapat membentuk keluarga yang sejahtera dan menghasilkan
generasi penerus yang berkualitas. Selain penyuluhan kesehatan
reproduksi, status gizi pada calon pengantin juga harus
diperhatikan hal ini bertujuan untuk mempersiapkan wanita
mencapai status gizi yang optimal sebelum memasuki masa
kehamilan.
Kecukupan gizi sebelum menikah perlu diperhatikan untuk
memiliki anak yang sehat dan bergizi baik, jika gizi ibu
mencukupi maka setelah menikah ibu memiliki bekal yang
cukup untuk mempersiapkan kehamilan berlanjut hingga
menjalani kehamilan dan menyusui. Kecukupan gizi membuat
ibu menjadi lebih sehat dan lebih siap secara medis untuk
memiliki anak dalam rahim dan memiliki anak yang sehat dalam
kandungan sampai melahirkan. Asupan gizi tidak hanya penting
untuk pertumbuhan, tetapi juga untuk fertilitas sehingga gizi
prakonsepsi merupakan investasi penting sebelum kehamilan.
Seorang ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti
anemia dan KEK (Kekurangan Energi Kronis) akan berpotensi
menghasilkan bayi BBLR, keguguran, kelahiran premature dan
dapat beresiko terhadap kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi
yang merupkan faktor kematian utama ibu.
Angka Kematian Ibu menunjukkan rawannya derajat
kesehatan ibu yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan
janin yang dikandungnya. Kejadian lahir mati dan kematian bayi
dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, komplikasi pada ibu dan
bayi baru lahir, serta pertolongan persalinan disamping kondisi
yang berkaitan dengan perawatan bayi baru lahir. Menjaga
kesehatan janin di dalam kandungan ibu, mencegah penularan
penyakit dari ibu ke anak, menstimulasi perkembangan otaknya
(brain booster) dapat meningkatkan perkembangan dan
pertumbuhan janin selama dalam kandungan ibu.
Bayi yang lahir dengan BBLR sejak awal kehidupan akan
mengalami hambatan pertumbuhan, baik pertumbuhan fisik

2
maupun pertumbuhan mental. Pertumbuhan fisik berkait
dengan pertumbuhan otak, BBLR akan membawa akibat tidak
dapat berkembangnya potensi intelegensi anak secara optimal.
Oleh karena itu pemeliharaan gizi anak bukan dimulai setelah
anak lahir, melainkan harus dimulai sejak bayi masih dalam
kandungan.
Pemeliharaan gizi ibu semasa hamil bukan saja akan berguna
untuk ibu menghindari kesulitan semasa kehamilan dan waktu
melahirkan, akan tetapi juga membawa manfaat bagi bayi. Bayi
yang lahir dari ibu yang gizinya baik, selain dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik juga akan mendapat ASI dalam jumlah
cukup karena produksi ASI oleh ibu juga dipengaruhi oleh
keadaan gizi ibu semasa kehamilan.
Pengawalan bayi tidak hanya perlu diperhatikan saat bayi
dalam kandungan, bayi baru lahir hingga anak usia 2 tahun
juga perlu diperhatikan, hal tersebut sangat mendukung dalam
menciptakan generasi yang platinum. Pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal pada anak hingga usia 2 tahun
harus didukung dengan melakukan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh
Kembang) pada anak.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak. Dengan ditemukan
secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak,
maka intervensi apa yang harus diberikan akan lebih mudah
dilakukan. Anak yang sakit dan kurang gizi akan tumbuh lebih
pendek dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif
sehingga akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan, serta
menurunkan produktivitas pada usia dewasa.
Melalui SK No. 284/MenKes/SK/III/2004 Tentang Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Menteri kesehatan RI
memutuskan Buku KIA sebagai buku pedoman resmi yang berisi
informasi dan catatan Kesehatan Ibu dan Anak. Sebagai buku
resmi Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan

3
pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan
dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun.
Penggunaan Buku KIA sejalan dengan Konvensi Hak Anak
yang disetujui PBB pada 20 November 1089 dan mulai berlaku 2
September 1990 khusus tentang: 1) hak untuk kelangsungan
hidup dan berkembang, 2) hak untuk mendapatkan standar
hidup yang layak, 3) hak untuk mendapatkan standar kesehatan
yang paling tinggi, 4) hak untuk mendapatkan pelatihan dan
ketrampilan , dan 50 hak untuk bermain.

II. Latar Belakang

Berkaitan dengan kondisi permasalahan di atas perlu


dilakukan intervensi untuk mencegah dampak yang ditimbulkan
seperti kejadian kematian ibu, bayi, baduta serta angka kejadian
baduta gizi buruk dan baduta pendek, sehingga dirasa perlu
dilaksanakan kegiatan penyuluhan HPK (Hari Pertama
Kehidupan) dan continum of care di wilayah kerja UPT
Puskesmas kopo ( kelurahan kebonlega dan situsaeur ) dengan
melibatkan kecamatan, Kelurahan, dan lapisan masyarakat
untuk mendukung kegiatan tersebut.
Dengan masih adanya kematian neonatus ,bayi, balita dan
ibu maka di anggap perlu di adakan penyuluhan 1000 HPK dan
continum of care.

III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Menurunkan Kematian Ibu, Bayi dan Baduta serta Baduta
Pendek (Stunting)
2. Tujuan Khusus
a. Mempersiapkan kesehatan calon pengantin melalui
pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan meliputi
kesehatan reproduksi dan status gizi sebelum masuk ke
periode kehamilan

4
b. Mempersiapkan kesehatan ibu hamil dan status gizi serta
tumbuh kembang janin
c. Mempersiapkan dan mengoptimalkan upaya untuk
keselamatan ibu serta bayi saat proses persalinan
d. Mempersiapkan kesehatan ibu saat saat masa nifas dan
menyusui
e. Mengoptimalkan tumbuh kembang dan status gizi saat
bayi hingga anak usia 2 tahun.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Kegiatan penyuluhan 1000 HPK dan continum of care


terdiri dari
1. Registrasi
2. Pembukaan oleh panitia
3. Penjelasan/penyuluhan
4. Diskusi dan tanya jawab
5. Evaluasi dan RTL

V. Cara Melakukan Kegiatan


Metode pemaparan ,diskusi dan tanya jawab

VI. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Penyuluhan 1000 HPK dan continum of care dilaksanakan di
Kelurahan kebonlega
 Tanggal 11 Juli 2019

VII. Sasaran
TP PKK kecamatan dan kelurah ,kasie kesos, Ibu ibu
kader kelurahan kebonlega.

5
VIII. Rencana Pembiayaan

Rencana pelaksanaan Penyuluhan 1000 HPK dan


continum of care Kelurahan Kebonleha pada tahun 2019 di
UPT Puskesmas Kopo bersumber dari BOK kota Bandung.
Dengan rincian pembiayaan sebagai berikut :

N Nama Volum Tota


o Komponen e l
IX.
1. Snack 40 x 15.000 600.000
2. Mamin 40 x 35.000 1.400.000
2. Penggandaan 400 x 250 100.000
Total Pembiayaan 2.100.000

Penutup
Demikian kerangka acuan ini disusun sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan Kelas Ibu Balita dan dapat dijadikan
instrument untuk monitoring dan evaluasi.

Bandung, 5 Juli 2019


Mengetahui, Penanggung jawab
Kepala UPT Puskesmas Kopo Program Kesehatan Ibu dan Anak

dr. Hj. Ike Puri Punama Dewi Anita Rosmiati Am.Keb.

Anda mungkin juga menyukai