dan KESPRO KB
BLUD PUSKESMAS PERAK
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karuniaNya Pedoman UnitKIA Puskesmas Perak dapat di selesaikan dengan baik.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pelaksana KIA dan
Kespro KB serta tenaga kesehatan lain termasuk pengelola program kesehatan di Puskesmas
dalam melakukan pelayanan yang berkualitas di Puskesmas.
Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyusunan
Pedoman UnitKIA Puskesmas Perak.
OISATIN,S.ST,M.M. DAYAROH,S.ST
NIP. 19661105 198812 2 002 NIP. 19721020 199301 2 003
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam pelaksanaannya,
pembangunan kesehatan diselanggarakan berdasarkan azas perkemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian serta adil dan merata dengan mengutamakan aspek
manfaat utamanya bagi kelompok rentan seperti ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga
tidak mampu.
Upaya menurunan angka kematian ibu, bayi dan balita, meningkatan status gizi
masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular masih menjadi
prioritas utama dalam pembangunan nasioal bidang kesehatan sebagaimana tercantum
dalam dokumen Rencana Pemabngunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional.
Untuk meningkatkan status kesehatan ibu, puskesmas dan jaringannya serta
rumah sakit rujukan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan ibu, baik bersifat
promotif, preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif. Upaya tersebut berupa pelayanan
kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penangan
komplikasi, pelayanan konseling KB dan kesehatn reproduksi.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,
bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu, setiap ibu
hamil harus dapat dengan udah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatt pelayanan
sesuai standar, termasuk deteksi an janinnya.
Ada beberapa masalah atau penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan
pertumbuhan janin dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan pesalinan
yng kelak dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi serta mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin seperti kurang energi kronis, anemia gizi besi,, HIV/AIDS,
malaria, TB dan COVIT- 19.
Melihat kenyatan tersebut, maka pelayanan antenatal harus dilaksanakan secaggra
komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya masalah/penyakit tersebut dapat
dideteksi dan ditangani secara dini. Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil
akan mendapatkan pelayananan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak
reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan secara lebh efekstif dan efisien. (Buku Pedoman
Pelayanan Antenatal Terpadu 2015)
Hasil pengamatan lapangan yang dilaksankan secara intensif dalam beberapa
tahun terakhir, memperlihatkan bahwa pelayanan antenatal masih terfokus pada
pelayanan 10 T (timbang, tensi, tinngi fundus, Tetanus Texoid, tablet tambah darah, temu
wicara, dan tes laboratorium). Hal ini menyebabkan berbagai masalah/penyakit yang
diderita ibu hamil tidak terdeteksi secar dini. Untuk menjawab kebutuhan tersebut,
Kementrian Kesehatan RI telah menyusun Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
[Pelayanan 10 T] Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberian pelayanan antenatal yang berkualitas untuk meningkatkan status kesehatan
ibu yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kematian
ibu.
Pedoman ini juga dapat digunkan untuk memperkaya materi ajar pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi tenaga
kesehatan.
E. Batasan Operasional
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Adalah unit pelayanan yang memberikan pelayanan pada pasien hamil, pelayanan
KB (keluarga berencana), pelayanan deteksi dini karena CA servic IVA ,PAPSMER,
pasien anak sakit.
2. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
untuk ibu selama masa keahamilannya, sesuai pelayanan standart yang telah ditetapkan
yaitu 10 T.,serta deteksi bumil resiko tinggi melalui scor PUJI ROKYATI
3. Pelayanan, Post partum/NIFAS & neonatus
Pelayanan Postpartum/Nifas& Neonatus oleh tenaga profesional yang diberikan
kepada ibu nifas & Neonatus sesuai kebutuhan
4. Pelayanan keluarga berencana [KB]
Pelayanan Keluarga berencana merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga
profesinal yang meliputi konseling keluarga berencana serta pelayanan kontrasepsi
IUD,IMPLAN,SUNTIK ,PIL ,KONDOM,
5. Pelayanan kesehatan Reproduksi
Pelayanan kesehatan Reproduksi merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga
Profesional tentang kesehatan reprodoksi wanita
4. CAKUPAN ibu hamil
Adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang yang
mendapatkan pelayanan tenaga kesehatan .
5. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Adalah presentasi ibu bersalinan disuatu wilayah dalm kurun waktu tertentu, yang
ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan.
6. Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
Adalah presentasi ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi.
Kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenakes, dalam kurun waktu tertentu.
7. Cakupan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan
Adalah presentase ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenaga kesehatan baik
melalui kader/dukun bayi.
F. Landasan Hukum
1. Undang Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang Undang Kesehatan Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas
4. PeraturanMenteriKesehatanNomor 75 tentangPusatKesehatanMasyarakat
5. Keputusan Bupati Jombang Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat
Perak
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM KIA yaitu terdiri dari penanggung jawab
pelayanan KIA yang dipegang oleh seorang dokter, kepala ruangan yang dipegang oleh
seorang bidan yang memiliki sertifikat APN dan CTU serta MTBS. Dan dibantu oleh
tenaga administrasi minimal lulusan SMA / sederjat.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Di Poli KIA
Yang bertugas sejumlah 5 (lima) :
1. Penanggung jawab : dr. Gesti Ratna Indradiwati
2. Bidan Koordinator :Dayaroh,S.ST.
3. Kesehatan ibu : Ika Purwaningsih ,Amd.Keb
4. Kesehatan anak :NurhayatiAmd.Keb
5. Kespro KB :Yasri,Amd.Keb
6.Administrasi UKM : Laila Furaida
7.Administrasi pelayanan UKP; Haniul Munjidah
Yang bertugas di desa ada 13 bidan desa 7 bidan yg bertugas di puskesmas,.
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DenahRuangan
4 3 2 1
PINTU MASUK
7 5
6
KETERANGAN :
1. Meja Bidan (administrasi)
2. Meja Bidan
3. Meja Bidan
4. Meja BidanKoordinator
5. Meja Anamnesa
6. Bed pemeriksaan pasien
7. Meja gynekologi
8. Ruang cuci alat dan wastafel
B. Standart Fasilitas
Meja tempat tidur1buah, 1 meja ginekologi, , 1 buah sterilisatot,, 2 set alat implant, 2
set alat IUD, 1 buah tempat sampah medis dan 1 buah tempat sampah non medis.
C. Peralatan
Peralatan yang tersedia di KIA mengacu pada standart pelayanan KIA sesuai
department kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien.
1. Alat untuk pemeriksaan ibu hamil
a) Timbangan badan
b) Ukur tinggi badan
c) Ukur lingkar lengan
d) Tensi meter
e) Metelin
f) Funandoscope
g) Palu reflek patella
h) Dopler
i) stetoskop
2. Alat untuk pemeriksaan anak dan balita
a) Timbangan duduk
b) Timbangan badan
c) Ukuran tinggi badan
d) Thermometer
3. Alat untuk tindakan KB suntik
a) Timbang badan
b) Tensimeter
c) Spuit dan obat KB (Depo atau Cyclofem)
4. Alat untuk tindakan pasang implant
a) Meja periksa untuk berbaring klien
b) Alat penyanggalengan (tambahan)
c) Batang implant dalamkantong
d) Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat
meletakkan implant norplant.
e) Sepasang sarung tangan karet bebas bedak yang sudah disteril (atau
didisinfeksi tingkattinggi).
f) Sabun untuk mencuci tangan
g) Larutan antiseptic untuk disinfeksi kulit (missal: larutan betadin atau jenis
golongan povidone iodin lainnya), lengkap dengan cawan atau mangkok
anti karat
h) Zat anastesilokal (konsentrasi 1% tanpaepinefrin)
i) Semprit (5-10 ml), danjarumsuntik (22 G) ukuran 2,5sampai 4 cm (1-11/2
per inch).
j) Trokar 10 dan madrin.
k) Scalpel 11 atau 15.
l) Kasapembalut, band aid, atau plaster.
m) Kasasteril dan pembalut
n) Epinefrin untuk renjatan anafilaktik harus tersedia untuk keperluan darurat).
o) Klem penjepit atau forcep mosquito (tambahan)
p) Bak atau tempat instrument (tertutup)
5. Alat untuk pemasangan IUD
a) Kombesar 2 buah
b) Bengkok
c) IUD steril
d) KO sedang 1 buah
e) Air DTT
f) Larutan bayclean atau klorin 0,5%
g) Kapas sublimat
h) Bak instrument
i) Sarung tangansteril 2 pasang
j) Bivatue speculum (speculum cocorbebek)
k) Tampon tang
l) Tenakulum
m) Extraktor IUD
n) Sonde uterus
o) Gunting IUD
6. Alat untuk tindakan pemeriksaan IVA
a) Speculum
b) Lampusorot
c) Handsconsteril
d) Kapaslidisteril
e) Aquabides
f) Asamacetat 6%
7. Obat-obatan emergency
BABIV
TATA LAKSANA PELAYANAN
,
BAB V
LOGISITIK
1. Asammefenamat Tablet -
B. INJEKSI
NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH JENIS OBAT
C. CAIRAN INFUS
NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH JENIS OBAT
1. NaCl 0,9 % Flask -
2. RL Flask -
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui instalasi farmasi.
Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap dua minggu berdasarkan
analisis kebutuhan obat dan bahan habis pakai dua minggu yang lalu dengan cadangan 10
%, dianjurkan kepada panitia pengadaan obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan
obat dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan
dari kepala puskesmas.
Distribusi obat, alat medis dan bahan habis pakai dari instalasi farmasi
dilakukanberdasarkan permintaan dari KIA. Pendistribusian obat dilaksanakan tidak
lebih dari 3 jam sesudah order diterima oleh instalasi farmasi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
a. Pengertian
Keselamatan pasien (pasien Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
- Asesmenresiko
- Identifikasidanpengelolaanhal yang berhubungandenganresikopasien
- Pelaporandananalisisinsiden
- Kemampuanbelajardariinsidendantindaklanjutnya
- Implementasisolusiuntukmeminimalkantimbulnyaresiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
- Kesalahanakibatmelksanakansuatutindakan
- Tidakmengambiltindakan yang seharusnyadiambil
b. Tujuan
- Terciptanya udaya keselamatan pasien di puskesmas
- Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
- Terlaksananya program –program pecegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamata pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keelamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KESALAHAN MEDIS
Medical Erors :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti
ampulasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
c. Tata laksana
a. Memberi pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga KIA
c. Memberi tindakan sesuai dengan instruksi dokter dan bidan jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan “
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di puskesmas dan fasilitas medis
lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang
ada dipuskesmas serta metode pengembangan program keselantan dan kesehatan kerja
disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindugan baik terhadap penyakit infeksi
maupun non-efeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain
sebagaianya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit,
keselamatan dan kesehtan kerja dipuskesmas juga “concern” keselamatan dan hak–hak
pasien, yang masuk kedalam program patient safety.
Angka pengidap HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dan telah menjadi
ancaman global. Ancaman penyearan HIVmenjadi lebih tinggi karena pengidap HIV
tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak bersia kurang dari 15 tahun dan
14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV dari keseluruhan kasus baru 25%
pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO
adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui“
Kewaspadaan Umum” atau Universal Precaution” yaitu dimulai dsejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “ petugas Kesehatan”. Tenaga
kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpejan
infeksi, oleh karena itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan msyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehtan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular diinginkan tempat kerjanya untuk menghindarkan
paparan tersebut setiap petugas harus menrapkan prinsip “Universal Precaution”.
Buku pedoman ini akan menjadi pelengkap dari berbagai petunjuk teknis sesuai
dengan jenis pelaynan yang diberikan oleh KIA. Oleh karena itu dalam penggunaan buku
ini diharapkan disertai dengan pemanfaatan buku petunjuk teknis yang relevan.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di
puskesmas Perak dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan KIA. Untuk
meningkatkan efektifitas pemanfatan buku pedoman pelayanan KIA di puskesmas ini,
Hendaknya tenaga kesehatan di puskesmas dapat menjabarkannya dalam protab
(prosedur tetap) yang berisi langkah-langkah dari setiap kegiatan sesuai kondisi masing-
masing puskesmas.