Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PELAYANAN KESEHATAN IBU

UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas kehendak dan
pertolonganNya sehingga kami bisa menyelesaikan Pedoman Pelayanan Kesehatan Ibu
UPTD Puskesmas Sidomulyo buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk
memberikan pedoman dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan Ibu
oleh penanggung jawab maupun pelaksana Program Kesehatan Ibu UPTD Puskesmas
Sidomulyo
Pedoman ini merupakan perubahan pada beberapa subtansi sesuai perkembangan
situasi dan rekomendasi terbaru. Pada pedoman ini dijelaskan mengenai prinsip umum
pencegahan Penularan penyakit dan Kesiapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan khususnya
pada ruang Pelayanan KIA.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua karyawan UPTD Puskesmas Sidomulyo
yang telah berupaya maksimal dalam memberikan pelayanan kepada mayarakat. Akhirnya
semoga Pedoman Pelayanan KIA ini membawa manfaat yang sebesar besarnya kepada
banyak pihak yang berkepentingan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas bantuan
dan dukungan berbagai pihak hingga laporan ini terselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Kepala Puskemas, Ketua Tim Akreditasi serta seluruh pendamping yang telah memberi
masukan dan membantu kami dalam proses penyusunan Pedoman Program Kesehatan Ibu di
UPTD Puskesmas Sidomulyo.
Semoga dengan digunakannya buku pedoman ini dapat mempermudah petugas
dalam melaksanakan semua kegiatan Program Kesehatan Ibu di UPTD Puskesmas
Sidomulyo.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
F. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Sarana

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
B. Metode Kegiatan
C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan pertama yang harus
dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota adalah Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standar pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan
oleh tenaga profesional yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan, dengan frekuensi kunjungan 6 kali selama
kehamilannya, yaitu 2 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 3 kali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan medis dalam pelayanan antenatal meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan
diagnosis penunjang (Depkes RI, 2001). Sebagai wujud dari implementasi pelaksanaan
SPM tersebut, Wilayah Puskesmas Sidomulyo menargetkan seluruh ibu/calon ibu hamil
wajib/berhak mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan.
Standar Pelayanan antenatal sendiri Menurut Depkes RI (2010), pelayanan
antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care adalah
perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan.

Sedangkan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain:

1. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta
janin
3. Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan
mengurangi sekecil mungkin  terjadinya trauma pada ibu dan bayi
5. Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian
asi eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh
kembang bayi.
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat mandeteksi terjadinya risiko pada
kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan berkualitas, memperoleh
kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap komplikasi yang mungkin timbul
sehingga kematian maternal dapat dihindari (Mufdlilah, 2009). Kualitas pelayanan
antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman
pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan
kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan
kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.

Beberapa jenis pelayanan antenatal antara lain meliputi (Carolli et al, 2001):

1. Permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan secara umum serta deteksi


dini terhadap risiko tinggi pada kehamilan
2. Screening untuk mengidentifikasi faktor risiko, upaya pengobatan penyakit yang
diderita juga untuk mencegah komplikasi, serta intervensi dalam upaya
mencegah penyakit yang timbul.

Melalui deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai peluang dan persalinan
yang beresiko tinggi pada fasilitas kesehatan yang mempunyai peralatan yang lengkap,
perawatan antenatal yang dilakukan secara benar, dapat mengurangi kesakitan dan
kematian secara langsung. Pelayanan antenatal yang sesuai standar dapat mendeteksi
gejala dan tanda yang berkembang selama kehamilan.

Sedangkan sesuai rekomendasi Depkes RI (2007), pelayanan antenatal antara lain:

1. Identifikasi ibu hamil yaitu bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi
ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur
2. Pemantauan dan pelayanan antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali
pelayanan antenatal. Beberapa pelayanan tersebut antara lain seperti anamnesis
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko
tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular
seksual (PMS) dan infeksi human immune deficiency virus/aquired immune
deficiency syndrome (HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila
ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan
dan melakukan rujukan
3. Palpasi abdominal yaitu bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala
janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu
4. Pengelolaan anemia pada kehamilan yaitu bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan yaitu bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gej
ala preeklamsi serta mengambil tindakan yang tepat untuk merujuk
6. Persiapan persalinan yaitu bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami serta keluarganya pada trimester III, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat darurat.

Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali
pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga untuk memantau keadaan ibu
dan janin secara seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat
memberikan intervensi secara tepat (WHO, 2007).

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan KIA di Puskesmas Sidomulyo dalam menentukan sikap
menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global,nasional maupun
regional.
2. Tujuan Khusus
Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi petugas yang bertanggung jawab di
Ruang KIA dalam menjalankan tugasnya setiap hari agar sesuai dengan standart
Puskesmas yang berlaku.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Bagi fungsional medis dan petugas KIA sebagai pedoman pelaksanaan kebidanan di
Puskesmas Sidomulyo
2. Bagi manajemen medis sebagai pengelola pelayanan kebidanan di Puskesmas
Sidomulyo
3. Bagi Kepala Puskesmas sebagai pedoman untuk mengevaluasi kinerja pelayanan
medis dan kebidanan

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Pedoman ini mengatur tentang ruang lingkup penyelenggaraan Program
Kesehatan Ibu meliputi :
1. Standart ketenagaan Ruang KIA
2. Standart fasilitas di Ruang KIA
3. Tata laksana pelayanan di Ruang KIA
4. Logistik
5. Keselamatan pasien Ruang KIA\
6. Keselamatan kerja petugas Ruang KIA
7. Pengendalian mutu

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Atenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama kehamilan, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan meliputi anamnesa, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), dan pemeriksaan laboratorium.
2. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan pelayanan ibu hamil, ibu niflas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarg aberencana, neonatus, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi dan balita.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan bagi pasangan usia subur (PUS) untuk mengatur kehamilan.
4. Pelayanan Kesehatan Reproduksi adalah pelayanan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi wanita.
5. Anamnesa adalah kegiatan penggalian informasi pasien tentang penyakit sekarang
dan yang pernah diderita untuk kepentingan penegakan diagnosa.
6. Layanan Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi
dan anak balita serta prasekolah.
7. Diagnosa adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu
penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Terapi adalah kegiatan pengobatan sesuai
dengan diagnosa.
8. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik
secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, rujukan bahan
pemeriksaan laboratorium.
9. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang
membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan
dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah.
10. Pencatan pada Rekam Medik adalah penulisan hasil pemeriksaan yang di dapat
oleh petugas yang ditulis pada rekam medik.
11. Pengembalian Rekam medik adalah kegiatan setelah pencatatan rekam medik
dimana rekam medik dalam satu kali 24 jam harus segera di kembalikan lagi ke loket
untuk kelancaran pelayanan
12. Kegiatan Pelayanan Antenatal : Timbang BB dan ukur TB, ukur tekanan darah Nilai
status gizi (ukur LILA), ukur TFU tentukan presentasi janin dan DJJ, berikan bila
diperlukan skrinning status TT, berikan bila diperlukan pemberian tablet Fe 90 tablet
selama kehamilan, test laboratorium rutin dan khusus,tatalaksana kasus temu wicara
(konseling) termasuk P4K dan KB pasca bersalin, semua ibu hamil harus disarankan
periksa HIV.
13. Frekuensi minimal 4 kali : Minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada
triwulan kedua, minimal 2 kali pada triwuran ketiga. standar diatas untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil dengan deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
14. Pertolongan persalinan pencegahan infeksi metode persalinan sesuai standart
merujuk kasus yang tidak bisa ditangani, melaksanakan IMD, memberikan injeksi
Vit.K1 dan salep mata pada BBL.
15. Pelayanan Kesehatan Ibu nifas KF1 dalam waktu 6 jam sampai 3 hari setelah
persalinan, KF2 dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari), KF3 dalam
waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)
16. Pelayanan yang diberikan : Pemeriksaan tensi, nadi, respirasi dan suhu,
pemeriksaan involusi utetus, pemeriksaan lokhea dan pengeluaran per vaginam
lainnya, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian kapsul
Vit.A 2 kali dan pelayanan KB pasca bersalin.
17. Pelayanan Kesehatan Neonatus KN1 dilakukan pada 6-48 jam setelah lahir, KN2
dilakukan pada 3-7 hari setelah lahir, dan KN3 dilakukan pada 8-28 hari setelah
lahir.
18. Pemeriksaan menggunakan MTBM : Pemeriksaan tanda bahaya seperti.
kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, Pemberian lmunisasi HB 0 bila blm, BB rendah
dan masalah pemberian ASI, konseling ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
Eksklusif, diberikan pencegahan hipotermi, dan melaksanakan perawatan BBL di
rumah dengan Penanganan dan rujukan kasus bila perlu.
19. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan:
a. Faktor resiko bumil Primigravida 35 tahun
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dg kehamilan < 2 thn
d. Lila < 23,5 cm dan penambahan BB < 9 kg
e. Anemia < 11 g/dl
f. TB < 145 cm atau kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
g. Riwayat hipertensi sebelum kehamilan ini
21. Komplikasi kebidanan : Ketuban pecah dini, Perdarahan pervaginam,
Antepartum : Abortus, Placenta Previa, Solusio Plasenta.
22. Postpartum : atonia, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan-lahir
pembekuan darah, sub involusi, Hipertensi Dalam Kehamilan dengan atau tanpa
oedem. Ancaman persalinan premature, Infeksi berat dalam kehamilan : Demam
Berdarah, Tipoid, Sepsis, Persalinan macet, Infeksi masa nifas.
Neonatus Komplikasi ( Gawat Darurat Neonatal)
a. Prematuritas dan BBLR (< 2500 gr)
b. Asfiksia
c. Infeksi Bakteri
d. Kejang
e. Ikterus
f. Diare
g. Hipotermia
h. Tetanus Neonaturum
i. Masalah pemberian ASI
j. Trauma lahir, sindrom gangguan pernafasan, kelainan kongenital, dll
23. Pelayanan Kesehatan Bayi (Kunjungan Bayi) Pelaksanaan pelayanan kesehatan
bayi:
a. Kunjungan bayi 1 x pada umur 29 hari – 3 bln
b. Kunjungan bayi 1 x pada umur 4-6 bln
c. Kunjungan bayi 1 x pada umur 7-9 bln
d. Kunjungan bayi 1 x pada umur 10-12 bln
Pelayanan Kunjungan Bayi meliputi : Pemberian imunisasi dasar lengkap sebelum
usia 1 tahun dan tercatat dalam Buku KIA dan Kohort. SDIDTK Minimal 4 kali dan
tercatat dalam Buku KIA dan Kohort. Pemberian Vit A 100.000 IU (6-11 bln) 1 x dan
tercatat dalam Buku KIA dan Kohort. Konseling ASI Eksklusif, MP ASI, tanda-tanda
sakit dan perawatan bayi di rumah Buku KIA
24. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
a. Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun dan tercatat dalam Buku KIA
dan kohort
b. SDIDTK minimal 2 kali setahun dan tercatat dalam buku KIA dan Kohort
c. Pemberian Vit A 200.000 IU 2 x setahun tercatat dalam buku KIA dan Kohort
d. Kepemilikan dan pemanfaatan Buku KIA setiap balita
e. Pelayanan anak sakit dengan algoritma MTBS
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang - undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang - undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktik Bidan
4. Peraturan mentri pendayaan aparatur negara No 36 tahun 2019 tentang Jabatan
fungsional Bidan
5. Undang-undang No 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
6. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) https://aimi-asi.org/layanan/lihat/buku-kia-
2021-revisi-lengkap
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia Pelayanan Kesehatan Ibu :

Kepala Puskesmas

Dokter Penaggung Jawab

Kordinator Bidan

Bidan Pelaksana Bidan Pelaksana

Nama Jenis Ketenagaan Kompetensi Kompetensi Tambahan

dr. Khairiyah S. Sunu Fungsional dokter Profesi Dokter ACLS

Versa Deviana Agustin Bidan Pelaksana DIII Kebidanan Pelatihan APN


A.Md.Keb

Sulastri A.Md.Keb Bidan Pelaksana DIII Kebidanan Pelatihan APN

Pelatihan CTU

Mira Lufti DI Kebidanan

Febrianti Finelda DIII Kebidanan Pelatihan APN


A.Md.Keb
Pelatihan BTCLS

Wiwin Widiyawati DIII Kebidanan Pelatihan CTU


A.Md.Keb
Pelatihan MU

Pelatihan ABPK

Pelatihan HBB

Kasmaliah A.Md.Keb DIII Kebidanan Pelatihan APN

Pelatihan CTU

Pelatihan ABPK

Pelatihan IVA Test

Pelatihan MU

Sabrina Siyani DIII Kebidanan Pelatihan APN


A.Md.Keb
Pelatihan CTU
Pelatihan ABPK

Pelatihan MU

Vina Anggraini DIII Kebidanan Pelatihan CU


A.Md.Keb
Pelatihan ABPK

Pelatihan MU

Nur Hikmah A.Md.Keb DIII Kebidanan MTBS

Pelatihan MU

Syarifah Serli Wahyuni DIII Kebidanan BHD


A.Md.Keb

Nurul Ainun Jariah DIII Kebidanan Pelatihan BTCLS


A.Md.Keb
Pelatihan Konseling
ASI

Pelatihan MU

Elisa Nainggolan DIII Kebidanan Pelatihan APN


A.Md.Keb
Pelatihan CTU

Pelatihan MU

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi tenaga pelayanan Pelayanan Kesehatan Ibu terdiri dari :
1. Puskesmas Induk
1 orang tenaga teknis
11 orang tenaga pelaksana
2. Puskesmas Pembantu
1 orang tenaga pelaksana

C. JADWAL KEGIATAN
Petugas dibagi peruangan sesuai dengan struktur ruangan
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

1 PINTU MASUK
2

40 5 8 9

3
10

13

6 7 11 12

Keterangan gambar :
1. Wastafel
2. Kamar mandi /WC
3. Tempat tidur (tindakan)
4. Tempat sampah medis
5. Tempat sampah non medis
6. Meja alat
7. Lemari
8. Kursi pasien
9. Kursi pasien
10. Meja
11. Kursi petugas
12. Kursi petugas
13. Meja komputer

B. STANDAR SARANA
Lingkup ruangan pelayanan ibu hamil dan nifas adalah
1. Lagit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan
2. Dinding berwarna terang, berbahan keras, tidak berpori-pori, kedap air
3. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah
dibersihkan
4. Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang cukup
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Melayani pemeriksaan kehamilan (ANC)
2. Melayani pemeriksaan ANC Terpadu 10 T dengan kolaborasi lintas Program melalui
rujukan internal(Labolatorium, Ruang Gigi, Ruang Gizi, Ruang Imunisasi, Ruang KB,
Ruang Anak, Ruang TB, Ruang Umum, Ruang Tindakan) sebagai skrining deteksi
faktor resiko dan pencegahan kehamilan resiko tinggi.
3. Melaksanakan pelayanan post partum (Ibu Bersalin) lanjutan
4. Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka operasi saat melahirkan
5. Melayani wanita usia subur dengan masalah kesehatan reproduksi (KesPro)

B. METODE
Pemeriksaan di Ruang KIA dilakukan sesuai dengan standart oprasional prosedur
pelayanan yang sudah ditetapkan di Puskesmas Sidomulyo

C. LANGKAH KEGIATAN
Prosedur yang dilakukan oleh Bidan
1. Menerima pasien dan melakukan serah terima oleh petugas pendaftaran atau dari
perawat/ bidan ruangan lainnya
2. Melihat ketepatan identitas pasiendengan bertanya langsung kepada pasien
3. Melakukan asuhan kebidanan dengan SOAP
 Pengkajian asuhan kebidanan dengan anamnesa data subjektif
 Pengkajian asuhan kebidanan data objektif
 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
4. Memutuskan assesment kebidanan hasil dari asuhan kebidanan dari data subjektif
dan data objektif serta pemeriksaan penunjang lainnya
5. Dilakukan konseling terhadap pasien sesuai dengan masalahnya
6. Melakukan rujukan ke poli lain jika dibutuhkan
7. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi jika dibutuhkan
8. Memberikan resep bila dibutuhkan
9. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam rekam medik pasien yang ditanda
tangani oleh Bidan pemeriksa, Buku KIA, serta Kohort.
10. Petugas menginput data pasien di register dan mengembalikan rekam medik di
loket/ruang RM.
Prosedur yang dilakukan oleh Dokter
1. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi ibu hamil yang dirujuk dari poli KIA/KB
2. Dokter memberitahukan hasil pemeriksaan
3. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medik pasien yang
ditandatangani oleh dokter panaggung jawab yang melakukan pemeriksaan lanjutan
4. Melakukan rujukan kefasiltas yang lebih tinggi bila dibutuhkan
BAB V
LOGISTIK

Lemari Arsip
Kursi Lipat
Kursi putar
Meja 1/2biro
Kipas Angin
Meja komputer
AC 0,5 PK
Komputer
Printer
UPS
Hardisk 500 GB
Tempat tidur periksa
Dopler
Tensimeter air raksa
Tensimeter Digital
Timbangan BB (Dewasa)
Pengukur Tinggi Badan + BB
Gorden tirai
Stetoskop Dewasa
Troly/meja instrumen
Interkom PABX
Pelvimeter panggul/jangka panggul
Stetoskop janin / fetoskop
Manual resucitator
Anuskup
1/2 klem koher
Bak instrumen tertutup
Baki logam tempat alat steril
Gunting benang tali pusat
Gunting verban
kocher tang
mangkok untuk larutan
palu reflek
pen lancet
pinset anatomi
pinset anatomi pendek
pinset sirugis/bedah
silinder korentang steril
sonde mulut
korentang
termometer Digital
spekulum vagina besar
spekulum vagina sedang
spekulum vagina kecil
spekulum vagina (sims)
sudip lidah logam panjang 12 cm
spekulum lidah logam panjang 16,5 cm
tampon tang
lenek logam
lenek kayu
metal kateter
nal fuder
klem arteri
gunting episiotomi
tempat tisu
tempat sabun
Bak sampah plastik
Pengukur lila
Gayung Plastik
Lampu UV
Figura Struktur ruangan
Papan pengumuman
Kursi plastik non sandaran
Kursi plastik sandaran
Figura Poster
Timbangan BB Digital
Tempat kartu plastik
.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. KESELAMATAN PASIEN
I. Pengertian
Keselamatan pasien (pasien safety)
Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan terhadap pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi :
7. Assesment resiko
8. Identifikasidan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
9. Pelaporan dan analisis
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan
II. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan di Puskesmas
2. Meningkatkan akuntanilitas Puskesmas terhadap pasien masyarakat
3. Menurunkannya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas
4. Terlaksanakannya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
III. 7 Langkah Keselamatan Pasien
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3.
IV. Insiden Keselamatan Pasien
Pasien safety insident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien.
Program keselamatan bagi sasaran kegiatan dipoli KIA/KB dalam hal ini meliputi :
1. Ketepatan identitas pasien
Untuk menghundari kesalahan identitas pasien dalam memberikan pelyanan
klinis dipoli KIA dilakukan dengan cara : pada saat pemanmggilan pasien selain
disebutkan nama disebutkan juga alamat pasien dan sebelum melakukan
pemeriksaan ditanyakan dulu nama dan alamat pasien apakah sesuai dengan
rekaam medis apa tidak, setelah sesuai baru dilakukan pemeriksaan
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Peningkatan komunikasi yang efektif dipoli KIA dilkukan dengan cara :
 Anamnesa mengenai keluhan pasien dilakukan secara cermat dan teliti
 Selalu menanyakan kepada pasien tentang pemahaman dan kejelasan
yang diberikan mengenai hal-hal yang berhubungan denagn
penyakitnyaserta mempersilahkan menanyakan ha-hal yang mungkin
belum dipahami oleh pasien
 Komunikasi yang efektif juga dilakukan antar unit pelayanan untuk pasien
yang memerlukan pelayanasn lebih dari satu poli /perlu pemeriksaan
penunjang
3. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Upaya untuk mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan diruang KIA
dilakukan dengan cara :
 Bidan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan
pemeriksaan dan tidakan pada pasien
 Sterilisasi alat-alat kesehatan setelah dipakai dan secara berkala
 Pemakaian alat-alat yang disposible
Pemilahan sampah medis dan non medis untuk menghindari resiko infeksi baik
bagi pasien maupun masyarakat
4. Penmgurangan resiko pasien jatuh
Upaya untuk mengurangi resikom pasien dari cidera karena jatuh diruang KIA
dilakukan dengan cara terutama dengan pasien yang keselitan untuk naik ke bed
pemeriksa maka akan dibantu oleh Bidan saat melakukan hal tersebut
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena mengidap HIV tidak menampakakan gejala. Setiap ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduuk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kkasusu bau 25% terjadi dinegara-negara nerkembang yyang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIP di Indonesia terus meningkat dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIP/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, semantara petensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa perlindungan,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkan kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tatoo, tindik dll).
Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut dat PMI angka
kesakitan Hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan
angka kesakitan Hepatitis C dimasyarakat menurut WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untu
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan
Umum” atau Universal Procaution yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang
terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
lansung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko infeksi oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya dari reseiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindari
paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precation”

C. TINDAKAN YANG BERESIKO


1. Cuci tangan yang kurang benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedor Universal Precaution dalam kaitan keselamat kerja adalah menjaga
hygiene sanitasi individu, hygienie sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat perlindungan diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. PENGENDALIAN MUTU
Upaya pengendalian mutu pelayanan klinis diruang KIA dilakukan meliputi 9 dimensi mutu
pelayanan yaitu :
1. Kompetensi petugas
Pelayanan diruang KIA dilakukan oleh petugas yang sesuai kompetensinya dan
petugas diwajibkan untuk selalu mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan
dalam hal kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi.
2. Akses terhadap pelayanan
Letak ruang KIA berdekatan dengan poli lainnya untuk memudahkan koordinasi
3. Efektifitas
4. Pelayanan klinis yang dilakukan diruang KIA selalu dilakuan sesuai dengan
standart yang ada
5. Efisiensi
Tarif yang berlaku di ruang KIA sesuai dengan PERDA kota Samarinda
6. Kontiunitas
Pelayanan diberikan secara berkesinambungan sesuai dengan metode kerja yang
ada
7. Keamanan
Upaya keamanan bagi pasien sesuai dengan prigram keselamatan pasien
Puskesmas Sidomulyo
8. Interpersonal relation
Hubungan antar manusia meliputi hubungan antar bidan dan pasien, bidan dengan
kepala Puskesmas, hubungan ini akan selalu dibina dengan baik dalam rangka
menanamkan kepercayaan kepada masyarakat dan meningkatkan kredibilitas
puskesmas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsive,
dan memberikan perhatian
9. Kenyamanan ruang KIA diupayakan melalui upaya selalu menjaga kebersihan
ruangan KIA dan selalu menjaga kelayakan peralatan medis dari non medis .
Ruang KIA juga dilengkapi dengan dengan AC untuk menambah kenyamanan
pasien oleh karena tindakan diruang KIA sering membutuhkan waktu yang lama
BAB IX

PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Ibu ini merupakan kumpulan dari beberapa
reverensi buku panduan pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas, diharapkan dapat membantu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu di puskesmas agar pelayanan kesehatan ibu dapat
berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususunya
ibu hamil dan ibu nifas secara optimal.

Pedoman penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Ibu merupakan acuan puskesmas


dalam membuat standar operasional prosedur ( SOP ) pelayanan kesehatan ibu hamil dan ibu
nifas. Diharapkan standar ini bermanfaat dan dapat membantu petugas memberikan pelayanan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan di dalam gedung, yang pada akhirnya
diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan ibu nifas di
Puskesmas meningkat.

Penyusunan pedoman Pelayanan Kesehatan Ibu ini telah diusahakan sebaik-baiknya.


Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan pedoman
ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan pedoman penyelenggaraan Program
Kesehatan Ibu ini kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait demi kesempurnaan
pedoman ini.

Semoga hasil Pedoman Pelayanan Pelayanan KIA ini bisa menjadi pedoman terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat di UPTD Puskesmas Sidomulyo . Apapun hasil dari laporan
ini adalah sebuah Itikad baik semua karyawan terhadap tanggung jawab yang di emban dan
semoga memberi manfaat kepada banyak pihak yang berkepentingan

Anda mungkin juga menyukai