Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE


DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG

dalam menyelesaikan program Sarjana Keperawata

Oleh :
SITI KUSMIATUL HASANAH
G3A017266

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi Antenatal Care

Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh tenaga profesional (Dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan

perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan standar

pelayanan antenatal yang diterapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)

(Kementerian Kesehatan RI, 2009 dalam Sakinah & Fibriana, 2015).

Antenatal caremerupakan upaya preventif program pelayanan kesehatan

untuk menjadikan keadaan kesehatan paling baik ibu hamil dan janin melalui

serangkaian kegiatan pemeriksaan sebagai pemantauan rutin selama masa

kehamilan.Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal

yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan

laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Selain itu,

aspek yang lain yaitu penyuluhan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi),

motivasi ibu hamil dan rujukan (Depkes RI, 2010).

Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) sangatlah penting diketahui oleh

ibu hamil karena dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Keuntungan yang lain yaitu untuk menjaga agar selalu sehat selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat,

memantau kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan, dan merencanakan

tindakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta


menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin perinatal (Mufdlilah, 2009

dalam Ritonga & Asiah, 2012).

2.1.2 Tujuan Antenatal Care

Perawatan antenatal care mempunyai tujuan khusus yaitu menyiapkan ibu

hamil dalam keadaan sebaik-baiknya yang sehat, tidak hanya fisik tetapi juga

mental, serta menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan dan masa

nifbas dengan baik, sehingga keadaan mereka pada saat kehamila, persalinan,

masa nifas tetap sehat dan selamat.

Ada beberapa tujuan Antenatal Care menurut (Kusmiyati,et al.,2008 dalam

Sakinah & Fibriana, 2015) yaitu mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik

dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan

proses kelahiran bayi, mendeteksi dan melakukan tindakan penatalaksanakan

komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan, mengembangkan

persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi, membantu

menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal,

dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial.

Pedoman pelayanan antenatal care menurut Depkes (2007) memiliki

beberapa tujuan, yaitu: Tujuan yang Pertamauntuk memantau kemajuan

kehamilan dan memastikan kesehatan ibu hamil serta tumbuh kembang

bayi.Kedua untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

dan sosial ibu. Ketiga untuk mengenali dan mengurangi secara dini adanya

penyulit-penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.keempat untuk


mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman dengan trauma

seminimal mungkin. Kelima untuk mempersiapkan peran ibu agar masa nifas

berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara

eksklusif. Keenam untuk mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi, agar dapat tumbuh kembang secara normal. Ketujuh untuk

mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.

Kedelapan untuk mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi ibu hamil dan

janin.

B. Fungsi Antenatal Care

Antenatal care memiliki tiga fungsi terpenting yaitu yang pertama sebagai

promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.

Fungsi yang keduadengan melakukan screening untuk mengidentifikasi wanita

dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu. Fungsi yang ketiga untuk

memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani

masalah yang terjadi sejak dini agar tidak sampai berakibat fatal yang dapat

membahayakan ibu dan janin yang di kandungnya (Padila, 2014).

Aliyanto & Rosmadewi (2014) menyatakan bahwa fungsi antenatal care

yaitu untuk memberikan saran dan informasi pada seorang wanita mengenai

tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya.

Perawatan antenatal juga merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan

kepada para wanita mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan

bantuan segera dari petugas kesehatan.


C. Manfaat Antenal Care

Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini / antenatal care adaalh untuk

memperoleh gambaran dasar mengenai perubahan fisiologik yang terjadi selama

kehamilan dan berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat

diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.

Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko

dan komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan

agar dapat segera mencari cara untuk mengobati secara dini komplikasi yang

mempengaruhi kehamilan. Melalui antenatal care manfaat yang dapat di peroleh ibu

hamil yaitu konseling yang di berikan tenaga kesehatan terkait bagaimana

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam

menghadapi persalinan sehingga ibu tidak panik ketika akan melakukan

persalinan(Manuaba, 2009).

Menurut (Mufdlilah, 2009 dalam Ritonga &Asiah, 2012 ) manfaat Antenatal Care

yaitu: Memfasilitasi yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan

menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat

mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.

D. Standar Pelayanan Antenatal Care Terpadu

Menurut Depkes RI (2010), pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat

dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi

baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan

ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan
antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan

berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu

hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani

persalinan normal.Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko

mengalami penyulit atau komplikasi.

Menurut (Kemenkes RI,2010 dalam Kurniawati, 2012), pelayanan antenatal

terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:Memberikan

pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat,

melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan,

menyiapkan persalinan yang bersih dan aman, merencanakan antisipasi dan persiapan

dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi, melakukan

penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan, melibatkan

ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil,

menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.

Hani & Marjati & Yulifah (2010) menyatakan dalam praktiknya terdapat

standar minimal yang harus terpenuhi. Standard tersebut dikenal dengan istilah

“7T” pelayanan antenatal antara lain:Timbang berat badan, mengukur tekanan

darahnya, mengukur tinggi fudusnya, pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

lengkap, pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilannya,

tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan

rujukan. Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes RI, 2013

dalam Kurniawati, 2012) Penerapan operasional dikenal dengan standar 10T,


dalam melakukan pemeriksaan antenatal tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar terdiri dari:

a) Timbang berat badan, penimbangan berat badan pada setiap kali pemeriksaan

kehamilan dilakukan sebagai upaya untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan pada ibu dan janin . Penambahan berat badan yang kurang dari 9

kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

b) Ukur lingkar lengan atas (LILA), pengukuran LILA dilakukan untuk skrining ibu

hamil yang berisiko mengalami kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis

disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan

KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

c) Ukur tekanan darah, pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ”140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawah; dan atau proteinuria)

d) Ukur tinggi fundus uteri, pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan

umur kehamilan.Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.Standar pengukuran menggunakan

pita pengukur setelah kehamilan minggu.


e) Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), menentukan presentasi janin

dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal.Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui letak janin. Jika, pada

trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke

panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian

DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal.DJJ lambat kurang dari 120kali/menit atau DJJ cepat lebih dari

160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

f) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) diberikan untuk mencegah terjadinya tetanus

neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT.Pada saat kontak pertama, ibu

hamil diskrining status imunisasi TT-nya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,

disesuaikan dengan status imunisasi yang telah di dapatkan ibu saat ini.

g) Beri tablet tambah darah (tablet besi) berfungsi untuk mencegah terjadinya zat gizi

besi yang dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil anemia. Setiap ibu hamil

harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak

kontak pertama.

h) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

1) Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis

golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah

yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2) Pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil dilakukan minimal sekali

pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang

janin dalam kandungan.

3) Pemeriksaan protein dalam urinpada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan

ketiga atas indikasi.Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria

pada ibu hamil.Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-

eklampsia pada ibu hamil.

4) Pemeriksaan kadar gula darah, ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes

Mellitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

sekali pada trimester I, sekali pada trimester II, dan sekali pada trimester III

(terutama pada akhir trimester III).

5) Pemeriksaan darah Malaria dimana semua ibu hamil di daerah endemis malaria

dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama.Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah

malaria apabila ada indikasi.

6) Pemeriksaan Tes Sifilisdilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang

diduga sifilis.Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada

kehamilan.

7) Pemeriksaan HIVterutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu

hamil yang dicurigai menderita HIV.Ibu hamil setelah menjalani konseling

kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk

menjalani tes HIV.


8) Pemeriksaan BTAdilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita tuberkulosis

sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan

janin.Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

i) Tatalaksana/Penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium,

setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus sesuai dengan standar dan

kewenangan tenaga kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak dapat ditangani

dirujuk sesuai dengan sistem rujukan

j) Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling)dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

1) Kesehatan ibukarena setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar

beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

bekerja berat.

2) Perilaku hidup bersih dan sehat, setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,

mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah makan

dan sebelum tidur serta melakukan olahraga ringan.

3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, setiap ibu

hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam

kehamilannya.Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,


kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah.Hal ini penting apabila

terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas

kesehatan.

4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi

komplikasi.Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahayabaik

selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda

maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.Mengenal

tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga

kesehtan kesehatan.

5) Asupan gizi seimbang, selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk

proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil

disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada

kehamilannya.

6) Gejala penyakit menular dan tidak menular karena ibu hamil harus tahu mengenai

gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit

tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu

dan janinnya.

7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko

tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan

HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya

untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka
dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya

apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV

negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

8) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif, Setiap ibu dianjurkan

untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI

mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.Pemberian

ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

9) KB paska persalinan, Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB

setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu

merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

10) Imunisasi, setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster) untuk dapat

meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk

memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain

booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

E. Jadwal Kunjungan Antenatal Care

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera

setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Pemeriksaan antenatal selain

kuantitas (jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya.

Kebijakan program pelayanan antenatal yang ditetapkan oleh Depkes (2007),


yaitu tentang frekuensi kunjungan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali

selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu) = K1.

b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28) = K2.

c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sesudah

minggu ke 36) = K3 dan K4.

Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,

keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, frekuensi

pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan.Standar waktu pelayanan tersebut

dianjurkan untuk menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa

deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Kemenkes RI, 2013).

E. Tempat Pelaksanaan Antenatal Care

Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas,

Bidan Praktek Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal

care hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi (Meilani, et

al., 2009 dalam Ritonga & Asiah, 2012).

F. Tenaga Pelaksana Antenatal Care

Menurut Sarwono (2010) mengenai tenaga-tenaga professional yang

bekerja dalam pelayanan adalah : Dokter spesialis dalam ilmu kebidanan dan

kandungan, dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman di

bidang kebidanan, dokter umum, bidan, public health nurse, tenaga dalam bidang

kesehatan anak, tenaga dalam pelayanan social.

Anda mungkin juga menyukai