Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Antenatal Care (ANC)

2.1.1 Pengertian

Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan yang profesional (dokter spesialis kandungan, kebidanan

umum, bidan dan perawat) untuk ibu selama kehamilannya sesuai elemen dan

standar yang telah di tetapkan (RISKESDAS, 2013). ANC merupakan langkah

penting dalam upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk

meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

ANC adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

bagi ibu hamil untuk mengoptimalkan kesehatan fisik maupun mental ibu hamil.

Sehingga ibu hamil mampu menghadapai persalinan, kala nifas, persiapan

pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara normal (Manuaba,

2010). Menurut Mufdhilah (2009) ANC adalah suatu program yang terencana

berupa observasi, edukasi, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan

persalinan yang aman dan memuaskan.

2.1.2 Tujuan

Secara umum tujuan pelayanan ANC yaitu untuk memenuhi hak setiap ibu

hamil untuk melakukan pemeriksaan ke pelayanan antenatal yang berkualitas

sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan

9
10

melahirkan secara sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Menurut WHO (2006) tujuan ANC antara lain untuk mencegah,

mengurangi, mengobati atau mengelola masalah kesehatan yang berkaitan dengan

ibu hamil, untuk menyediakan informasi tepat dan saran kepada wanita hamil,

keluarga mereka terkait kehamilan yang sehat, melahirkan dan pemulihan pasca

melahirkan termasuk perawatan bayi baru lahir, promosi ASI eksklusif serta

memberi bantuan untuk memutuskan kehamilan berikutnya dalam rangka

meningkatkan hasil kehamilan yang lebih baik dan sehat (WHO, 2006).

Tujuan khusus ANC menurut Kemenkes (2010) antara lain :

a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,

termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan

pemberian ASI.

b. Memberikan kesempatan atau hak pada ibu hamil dalam mendapatkan

pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.

c. Mendeteksi secara dini terhadap kelainan/penyakit/gangguan yang di alami

oleh ibu hamil.

d. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil

sedini mungkin.

e. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan

sistem rujukan yang ada.

Sedangkan, menurut Handayani (2011) tujuan khusus pelayanan ANC

adalah antara lain;

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin yang terdapat saat kehamilan, saat
11

persalinan dan kala nifas.

b. Mengenal dan menangangi penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan

dank ala nifas.

c. Memberikan pendidikan kesehatan berupa nasehat dan petunjuk yang

berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek

keluarga.

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bagi ibu maupun perinatal.

2.1.3 Manfaat

ANC merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu hamil yang mempunyai

manfaat yaitu ntuk memfasilitasi kehamilan yang sehat baik bagi ibunya maupun

untuk janinnya, untuk membina hubungan saling percaya dengan ibu, untuk

mendeteksi secara dini adanya komplikasi atau risiko yang mengancam jiwa ibu dan

janinnya, untuk mempersiapkan persalinan dan memberikan informasi atau

pendidikan kesehatan untuk ibu hamil (Mufdlilah, 2009).

2.1.4 Pentingnya Kunjungan ANC

Ibu hamil sebaiknya mengunjungi bidan atau petugas kesehatan lainnya

sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan

antenatal (Prawirohadjo, 2006). Menurut Prawirohadjo (2014) beberapa alasan

penting ibu hamil mendapatkan asuhan antenatal antara lain:

a. Untuk menjalin rasa saling percaya antara pasien dengan petugas kesehatan.

b. Mengupayakan terwujudkan kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya.

c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan janinnya.


12

d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi.

e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

keseahatan ibu dan janin.

2.1.5 Indikator

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas

kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan di sini dapat diartikan ibu hamil yang

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, atau sebaliknya petugas kesehatan yang

mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu.

a. Kunjungan pertama (K1)

K1 merupakan kunjungan pertama kali ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan

komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin

pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke delapan.

b. Kunjungan keempat (K4)

K4 merupakan kunjungan ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih

dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan

pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan

sebagai berikut: sekali pada trimester petama (kehamilan hingga 12 minggu) dan

trimester keda (>12-24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ketiga

dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.

Kunjungan ANC bisa lebih dari empat kali sesuai kebutuhan dan jika ada

keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan, kunjungan tersebut termasuk dalam


13

kategori K4.

c. Penanganan Komplikasi (PK)

Penagangan komplikasi adalah penanganan terhadap komplikasi

kebidanan penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang

terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai kompetensi.

Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang sering terjadi

adalah: perdarahan, preeklampsia/eklampsia, persalinan macet, infeksi, abortus,

malaria, HIV/AIDS, Sifilis, Tuberkolosis (TB), hipertensi, diabetes meliitus

(DM), anemia gizi besi (AGB) dan kurang energi kronis (KEK) (Kementerian

Kesehatan RI, 2010).

2.1.6 Standar Pelayanan

a. Kebijakan Program

Menurut WHO dan Depkes RI, 2015 kunjungan ANC sebaiknya dilakukan

4 kali selama kehamilan;

1) Satu kali pada trimester pertama (K1) dengan usia kehamilan 1 –12 minggu

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, perencanaan persalinan dan

pelayanan kesehatan trimester pertama.

2) Satu kali pada trimester kedua (K2) dengan usia kehamilan 13 –24 minggu

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode

berlangsung.

3) Dua kali pada trimester ketiga (K3 & K4) dengan usia kehamilan >24

minggu untuk memantapkan rencana persalinan dan mengenali tanda-tanda


14

persalinan.

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan

tertentu.

Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang

sangat penting, seperti asuhan maternal (Standar Pelayanan Kebidanan, 2001

dalam Sembiring, 2015) :

1) Kunjungan Trimester Pertama

Informasi penting dalam kunjungan pertama antara lain:

a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan

ibu hamil.

b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi.

e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat,

dan sebagainya).

2) Kunjungan Trimester Kedua

Informasi penting sama seperti informasi pada kunjungan pertama, ditambah

kewaspadaan khusus mengenal preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala

preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk

mengetahui proteinuria).
15

3) Kunjungan Pertama Trimester Ketiga

Informasi penting sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah

palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

4) Kunjungan Kedua Trimester Ketiga

Informasi penting sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah

deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan

kelahiran di rumah sakit.

b. Pelayanan ANC

Pelayanan ANC yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang professional

(dokter spesialis kandungan dan kebidanan umum, bidan dan perawat). Pelayanan

yang diberikan ibu hamil selama kehamilannya harus memenuhi standar yang

telah ditentukan, adapun standar atau elemen yang harus diberikan kepada ibu

hamil antara lain: menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB),

mengukur tekanan darah (TD), mengukur lingkar lengan atas (LilA), mengukur

fundus uteri atau puncak rahim, mennetukan status imunisasi tetanus dan

memberikan imunisasi tetanus toxoid (TT), memberikan tablet Fe minimal 90

tablet selama keahmilan, melaksanakan temu wicara (konseling atau memberikan

informasi termasuk keluarga berencana), melakukan tes laboratorium sederhana,

minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan

golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) dan tatalaksana kasus

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Dalam buku Pedoman Pelayanan ANC dari Kementrian Kesehatan (2010)

yang telah merumuskan bentuk-bentuk pelayanan yang harus diberikan oleh


16

tenaga kesehatan yang berkualitas dengan standar yang telah ditetapkan, antara

lain:

1. Timbang Berat Badan (BB)

Setiap kali ibu melakukan kujungan antenatal maka harus dilakukan

penimbangan berat badan yang bertujuan untuk mendeteksi adannya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya

gangguan pertumbuhan janin.

2. Ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Selain penimbangan berat badan, ibu juga dilakukan pengukuran LiLA

hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang

energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekuranga gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)

dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan

bayi berat lahir rendah (BBLR).

3. Ukur tekanan darah (TD)

Pengukuran tekanan darah juga diperlukan setiap kali kunjungan antenatal

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawah; dan atau proteinuria).

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Pengukuran tinggi fundus uteri juga diukur tiap kali kunjungan antenatal

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
17

Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur

setelah kehamilan 24 minggu.

5. Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari

160/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6. Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,

atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul

sempit atau ada masalah lain.

7. Tetanus Toksoid (TT)

Pemberian Imunisasi TT untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum,

ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi TT nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,

disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.

8. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Pada Ibu hamil diberikan tablet Fe ini untuk mencegah anemia gizi besi,

setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan diberikan sejak kontak pertama.


18

9. Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

pemeriksaan protein dalam urin, pemeriksaan kadar gula darah., pemeriksaan

darah malaria, pemeriksaan tes sifilis, pemeriksaan HIV dan pemeriksaan Basil

Tahan Asam (BTA).

10. Tatalaksana/penanganan Kasus

Hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,

setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan

standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

11. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Efektif

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga dalam

kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan

dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala

penyakit menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan konseling dan

testing HIV didaerah tertentu (risiko tinggi), Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan

pemberian ASI ekslusif, Keluarga Berencana (KB) setelah persalinan, Imunisasi

TT, peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Bra Booster) (Kemenkes

RI, 2010).

2.1.7 Jenis pelayanan

Pelayanan ANC terpadu yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang


19

kompeten antara lain: dokter, bidan dan perawat terlatih sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

a. Pelayanan antenatal

Pelayanan antenatal terpadu menurut Panduan Antenatal 2010 dan

Prawirohardjo dan 2006 antara lain;

1) Anamnesa

a) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.

b) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah

kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil seperti :

muntah berlebihan, pusing, sakit kepala, perdarahan, sakit perut hebat,

demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar

bernafas, keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku berubah selama

hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi,

dsb. Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan.

c) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang

sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat

penyakit yang diderita ibu.

d) Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.

e) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

f) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:antihipertensi, diuretika,

anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.

g) Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat

pemakaian obat Malaria. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala


20

IMS dan riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk

langkah-langkah penanggulangan penyakit menular seksual.

h) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,

frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan

gizinya.

i) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi

kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain: Siapa

yang akan menolong persalinan? Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong

tenaga kesehatan. Dimana akan bersalin?, Ibu hamil dapat bersalin di

Poskesdes, Puskesmas atau di rumah sakit? dan lain-lain.

Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader

ataupun sumber inforasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada

kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama

kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan.

b. Pemeriksaan antenatal

Ada beberapa pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu antara lain

menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.

c. Penanganan dan tindak lanjut kasus.

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium/penunjang lainnya, dokter akan menegakkan diagnosa kerja atau

diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan

keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.


21

d. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu

Hasil dari pemeriksaan antenatal maka petugas kesehatan melakukan

pencatatan hasil pemeriksaan yang merupakan bagian dari standar pelayanan

antenatal terpadu. Hasil tersebut di catat ke dalam rekam medis. Kartu ibu dan

buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat

lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan

ketersediaan pelayanan antenatal. Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian

dari standar pelayanan, maka ketersediaan pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.

e. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif

KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan

antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil

dalam mengatasi masalahnyan (Kementerian Kesehatan RI, 2010 &

Prawirohardjo, 2014).

f. Pemeriksaan Antenatal Ulangan

Pemeriksaan antenatal ulangan merupakan kunjungan ulang antenatal yang

dilakukan setelah pemeriksaan antenatal pertama. Kunjungan ulang ini lebih

memprioritaskan untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi, mempersiapkan

kelahiran dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terarah serta

penyuluhan bagi ibu hamil.

Pemeriksaan yang dilakukan saat pemeriksaan antenatal ulangan meliputi;

Riwayat kehamilan sekarang (keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan dan lain-lain),

Pemeriksaan fisik, pemeriksann laboratorium (Depkes RI, 2007).


22

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia dipoeroleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan sseorang (overt behavior) karena itu dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala

sesuatu perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan

dapat terwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara

persepsi baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami

oleh manusia berbentuk ideal (Nursalam, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah proses mengetahui dan

menghasilkan sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk

tahu, dengan kata lain pengetahuan adalah hasil ungkapan apa yang diketahui atau

hasil dari pekerjaan.


23

2.2.2 Kategori pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarisebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untukmenjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

d. Aplikasi diarttikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

e. Analisis (analysis)

f. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

g. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.
24

h. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasiatau

penilaian terhadap sutu materi atau objek.

Menurut Nursalam (2009), cara orang yang bersangkutan mengungkapkan

apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik lisan atau

tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari stimulus yang dapat

berupa pertanyaan lisan maupun tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan yang

tinggi apabila mampu mengungkapkan sebahagian besar informasi dari suatu

objek dengan benar. Demikian juga bila seseorang hanya mampu menggunakan

sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka sikategorikan

berpengetahuan rendah tentang objek tersebut.

Pengetahuan perawat merupakan hasil tahu yang dimiliki perawat terhadap

sesuatu sesuai dengan praktek keperawatan atau segala sesuatu memahami Teori

dan keterampilan yang dimiliki saat dipendidikan keperawatan (Friedman, 2010).

Salah satu tugas penting perawat adalah memberikan pelayanan yang

aman dan nyaman bagi klien. Salah satunya yaitu dengan memberikan

pencegahan penularan TB paru. Seorang perawat memiliki tanggung jawab penuh

dalam memperhatikan status kesehatan dengan memberikan asuhan dasar

keperawatan khususnya pencegahan penularan TB paru kepada klien (Depkes,

2010).
25

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo

(2010), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan suatu

rekasi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pengahayatan

terhadap objek.

2.3.2 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.


26

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang memerima

tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.Pengukuran dapat dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

Mengupayakan terselenggaranya pelayanan yang aman dan nyaman adalah

salah satu kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan yang bermutu,

suasana pelayanan yang aman tersebut harus dapat dipertahankan. Kenyamanan

yang dimaksud disini tidak hanya menyangkut fasilitas yang disediakan tetapi

yang terpenting lagi yang menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika

penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Aris, 2010).

Sikap merupakan kemampuan Perawat dalam melayani pasien dan

keluarga pasien secara tepat dan cepat terhadap pelayanan dengan memenuhi

prosedur. Perawat sebagai kunci penting dalam pelayanan kesehatan di rumah


27

sakit mempunyai peran srategis dan sekaligus unik, apalagi bila mengingat peran

dan fungsinya (Mustafa, 2014).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Maulana (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu :

a. Faktor Internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu

sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia itu sendiri.

Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara

manusia dalam bentuk kebudayaaan yang sampai kepada individu melalui

surat kabar, televisi, majalah, dan sebagainya.

Sikap perawat merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu khususnya dalam praktek

keperawatan (Friedman, 2010).

Sikap Perawat adalah Kompetensi Perawat dalam memberikan pelayanan

kepada pasien dan keluarga pasien secara tepat dan cepat terhadap pelayanan

dengan memenuhi prosedur. Perawat sebagai kunci penting dalam pelayanan

kesehatan di rumah sakit, kemampauan perawat dalam melayani pasien dapat

meningkatkan kepuasan pasien (Nursalam, 2009).

Keperawatan sebagai salah satu profesi di rumah sakit yang cukup

potensial dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena selain jumlahnya yang

dominan, juga pelayanannya menggunakan metoda pemecahan masalah secara

ilmiah melalui proses keperawatan yang menjadi prinsip dasar dalam program
28

quality assurance. Peran perawat dalam mensukseskan program dan menjaga

mutu secara menyeluruh menjadi sangat penting, karena perawat adalah kunci

dalam mengindentifikasi dan memecahkan masalah pelayanan dan asuhan pasien

dalam sistem pelayanan di rumah sakit (Adisaputra, 2009).

2.3.4 Tindakan atau praktek (Practsice)

Menurut Notoatmodjo (2010) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik

ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

a. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat pertama.

b. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mancapai praktik tingkat kedua.

c. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses


29

selanjutnya diharapkan akan dilaksanakan atau dipraktekkan apa yang diketahui

atau disikapinya atau dinilai baik. Inilah yang disebut praktek (practice)

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).

2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin

Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi menurut Romauli (2011)

yaitu:

2.4.1 Pertumbuhan janin

a. Perkembangan awal embrio

Segera setelah fertilisasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel

mitosis, yang disebut pembelahan atau cleavage. Melalui serangkaian tahapan,

massa sel yang membelah disebut morula. Setelah mengalami reorganisasi sel

dan cairan yang masuk ke dalam sel, morula menjadi blastosit. Blastosit inilah

yang tertahan pada lapisan uterus. Saat proses implantasi berakhir pada hari ke-10

atau ke-11 setelah fertilisasi, periode embrionik telah dimulai.

b. Perkembangan embrio lebih lanjut

Pada 14 hari pertama, blastula diberi makan oleh sitoplasmanya sendiri.

Pembuluh darah primitif untuk embrio mulai berkembang pada mesoderm. Pada

hari ke 14–28, pembuluh darah embrio berhubungan dengan pembuluh darah

pada vili chorion plasenta primitif. Sirkulasi embrio/maternal dengan demikian

telah terbentuk dan darah dapat beredar. Perkembangan yang terjadi pada embrio

adalah kepala embrio dapat dibedakan dari badannya, tunas-tunas tungkai dan

lengan telah nampak, terjadi sikap fleksi yang terjadi secara perlahan, sistem
30

utama didalam tubuh telah ada dalam bentuk rudimenter, jantung menonjol dari

tubuh dan mulai berdenyut. Hari ke 28–42. Panjang embrio kira-kira 12 mm pada

akhirnya minggu ke enam. Perkembangan yang terjadi adalah dengan mulai

memanjang dan tangan mendapatkan bentuknya, timbul mata dan telinga

rudimenter, telinga tampak, tetapi terletak lebih rendah, gerakan pertama dapat

dideteksi dengan ultrasound mulai dari minggu ke-6. Minggu ke-8. Menandai

akhir dari masa embrio.

2.4.2 Perkembangan Janin

Perkembangan janin menurut Romauli (2011) yaitu:

a. Minggu ke 8-10

Gambar 2.1 Janin 8 minggu (Romauli, 2011)

a) Kepala mempunyai ukuran kira-kira sama dengan tubuh.

b) Leher lebih panjang sehingga dagu tidak menyentuh tubuh.

c) Pusat-pusat penulangan/osifikasi muncul pada tulang rawan/kartilago.

d) Terbentuk kelopak mata, tetapi tetap menutup sampai minggu ke-25 usus

mengalami penonjolan/herniasi ke dalam funiculus umbilicalis karena tidak

tersedia cukup ruang di dalam perut.

e) Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada abdomen. Apabila perut ibu
31

diraba terlalu keras maka fetus akan bergerak menjauh.

Pada akhir minggu ke-8, semua sitem tubuh dan organ telah terbentuk, dan

embrio sekarang disebut sebagai janin atau fetus. Selama 14 hari pertama setelah

konsepsi, embrio dapat terpajan oleh teratogen yang bersikulasi dalam cairan tubuh

ibu. Teratogen adalah setiap subtansi, proses, atau agen apa pun yang menghasilkan

malformasi pada embrio atau janin. Teratogen dapat menimbulkan kerusakan

strukktur minor berupa abnormalitas fungsi organ ringan hingga berat seperti retardasi

mental atau kebutaan.

Perkembangan Janin dan Pembentukan Anggota Tubuh yang Dapat

Terganggu Akibat Teratogen seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Efek Teratogens (Romauli, 2011)


32

b. Minggu ke 12

Gambar 2.3 Janin 12 minggu (Romauli, 2011)

a) Panjang tubuh kira-kira 9 cm dan berat 14 gram.

b) Sirkulasi fetal telah berfungsi secara penuh.

c) Traktus renalis mulai berfungsi.

d) Terdapat refleks menghisap dan menelan.

e) Genetalia eksterna telah tampak dan dapat ditetapkan jenis kelaminnya.

c. Minggu ke 12-16

Gambar 2.4 Janin 16 minggu (Romauli, 2011)

a) Panjang badan kira-kira 16 cm pada akhir.

b) Minggu ke-16 dengan berat 100 gram.

c) Kulit sangat tembus pandang/transparan sehingga vasa darah dapat terlihat.

d) Deposit (timbunan) lemak subkutan terjadi menjelang minggu ke-16.


33

e) Rambut mulai tumbuh pada kepala dan lanugo (bulu halus).

f) Tungkai lebih panjang daripada lengan.

d. Minggu 16-20

Gambar 2.5 Janin 20 minggu (Romauli, 2011)

a) Kecepatan pertumbuhan mulain berkurang.

b) Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh panjang badan.

c) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pada tempatnya

yang normal.

d) Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuh dengan sempurna.

e) Tungkai mempunyai proporsi relatif yang baik terhadap tubuh.

f) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x (walaupun sinar-x tidak

digunakan untuk keperluan diagnosis).

g) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa (zat seperti salep) akan

melapisi tubuh fetus/janin.

h) Gerakan fetus dapat dirasakan oleh ibu setelah kehamilan minggu ke-18.

i) Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop setelah minggu ke-20.

j) Traktus renalis mulai berfungsi, dan sebanyak 7–17 ml urine dikeluarkan

setiap 24 jam.
34

e. Minggu ke 20-24

Gambar 2.6 Janin 24 minggu (Romauli, 2011)

a) Kulit sangat berkeriput karena terdapat terlalu sedikit lemak subkutan.

b) Lanugo menjadi lebih gelap dan verniks caseosa meningkat.

c) Dari minggu ke-24 dan seterusnya, fetus akan menyepak dalam merespon

rangsangan (stimulus) misalnya bising yang keras dari luar.

d) Bayi tampak tenang apabila ibu mendengarkan musik yang tenang dari

merdu.

e) Semua organ telah tumbuh.

f) Pemberian sakarin (gula) ke dalam cairan ketuban memperlihatkan adanya

kecepatan menelan dua kali lebih besar.

f. Minggu ke 24-28

Gambar 2.7 Janin 28 minggu (Romauli, 2011)

a) Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan baik.
35

b) Rambut menutupi kepala.

c) Lebih banyak deposit lemak subkutan yang menyebabkan kerutan kulir

berkurang.

d) Testis mengalami penurunan dari abdomen ke dalam skrotum pada minggu

ke-28.

e) Fetus lahir pada akhir masa ini mempunyai angka kematian atau mortalitas

yang tinggi karena gangguan pernapsan atau respirasi.

g. Minggu ke 28-32

Gambar 2.8 Janin 32 minggu (Romauli, 2011)

a) Lanugo mulai berkurang.

b) Tubuh mulai lebih membulat karena lemak disimpan disana.

c) Testis terus turun.

h. Minggu ke 32-36

Gambar 2.9 Janin 36 minggu (Romauli, 2011)


36

a) Lanugo sebagian besar besar telah terlepas/rontok tetapi kulit masih tertutup

oleh vernix caseosa.

b) Testis fetus laki-laki terdapat didalam skrotum pada minggu ke-36.

c) Ovarium perempuan masih berada di sekitar cavitas pelvic.

d) Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari.

e) Umbilicus sekarang terletak lebih dipusat abdomen.

i. Minggu ke 36-40

Gambar 2.10 Janin 40 minggu (Romauli, 2011)

a) Penulangan/osifikasi tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi

keadaan ini merupakan keuntungan dan memudahkan lewatnya fetus melalui

jalan lahir.

b) Gerakan pernapasan fetus dapat di identifikasi pada pemindaian ultrasound.

Sekarang terdapat cukup jaringan lemak subkutan, dan fetus mendapat

tambahan berat badan hampir 1 kg pada minggu tersebut.


37

Selanjutnya terjadi perkembangan organ janin dalam rahim mula dari usia 6

minggu sampai 40 minggu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Perkembangan Organ Janin

Usia Gestasi
Organ
(Minggu)
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-jari telah
berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.
7 Mata tampak pada muka.Pembentukan alis dan lidah.
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin, kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu.
13-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit
janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin).
Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah
terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120–150
x/menit.
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks keseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
25-28 Terjadi perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan
hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50–70 %).
Tulang telah tebentuk sempurna, gerakan nafas telah reguler, suhu
relatif stabil.
33-36 Berat janin 1500–2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat
hidup tanpa kesulitan.
36-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, di mana bayi akan
memiliki seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih
dalam batas normal.
Sumber: Saifuddin (2009)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah bagian penelitian yang menyajikan konsep atau

teori dalam bentuk kerangka konsep. Pembuatan mengacu pada masalah-masalah

yang diteliti dan dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat, 2007). Jadi kerangka
38

konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-

variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilaksanakan. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Ibu Hamil
Pertumbuhan Kepatuhan Kunjungan
Janin ANC
Sikap Ibu
Hamil

Skema 2.1 Kerangka konsep penelitian

2.6 Hipotesa

Hipotesis merupakan jawaban atau dalil sementara yang kebenarannya

akan dibuktikan melalui hasil penelitian. Hipotesis ditarik dari serangkaian

fakta yang muncul sehubungan dengan masalah yang diteliti (Sastroasmoro &

Ismael, 2011). Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Hipotesis nol (H0)

Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang

pertumbuhan janin dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan

ANC di Puskesmas Karang Baru Aceh Tamiang.

2. Hipotesis alternatif

Ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pertumbuhan

janin dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di

Puskesmas Karang Baru Aceh Tamiang.

Anda mungkin juga menyukai