Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung merupakan salah satu


program studi yang mempunyai tujuan menghasilkan tenaga ahli madya
kebidanan yang profesional dan mandiri. Sehingga diadakan kegiatan
pembelajaran, praktik laboratorium dan praktik klinik kebidanan sesuai ketentuan
kurikulum.

Berdasarkan kurikulum di D III Kebidanan STIKes Dharma Husada


Bandung bahwa Mahasiswi dalam menjalankan praktiknya diharuskan mencapai
kompetensi yang telah diterapkan. Sehingga mahasiswi memperoleh pengalaman
belajar dalam tatanan nyata, secara benar dan terarah untuk pencapaian
kompetensi yang telah ada dalam kurikulum.

Untuk itu kami selaku mahasiswi DIII Kebidanan STIKes Dharma Husada
Bandung mengikuti pelaksanaan praktek dan membuat laporan ini yang dirancang
sebagai bahan pertanggung jawaban mahasiswi yang telah melaksanakan Praktik
Klinik Kebidanan Dasar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih
Purwakarta.

B. Tujuan Praktik
Tujuan praktik klinik ini terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Tujuan Umum
Memenuhi target pencapaian kompetensi dari kampus.

2. Tujuan Khusus

Melaksanakan 27 target, yag meliputi :


1) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Ibu Hamil.

1
2) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin.
3) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas.
4) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL).
5) Melaksanakan Asistensi Pertolongan Persalinan.
6) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Leopold.
7) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Dalam.
8) Melaksanakan Asistensi Perhitungan DDJ.
9) Melaksanakan Asistensi Penjahitan Perineum.
10) Melaksanakan Asistensi Perawatan Payudara/ Breast Care.
11) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Protein Urine.
12) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Glukosa Urine.
13) Melaksanakan Asistensi Pemberian Imunisasi Polio.
14) Melaksanakan Asistensi Pemberian Imunisasi BCG.
15) Melaksanakan Asistensi Pemberian Imunisasi DPT.
16) Melaksanakan Asistensi Pemberian Imunisasi Hep B.
17) Melaksanakan Asistensi Pemberian Imunisasi Campak.
18) Melaksanakan Asistensi Pemeriksaan Hb.
19) Melaksanakan Asistensi Pemberian KB Suntik.
20) Melaksanakan Asistensi Pemberian KB PIL.
21) Melaksanakan Asistensi Pemberian KB IUD.
22) Melaksanakan Asistensi Pemberian KB Implant.
23) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil.
24) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Ibu Bersalin.
25) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Ibu Nifas.
26) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Bayi Baru Lahir.
27) Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Wanita dengan Gangguan
Reproduksi

C. Sasaran Kegiatan Praktek


Mahasiswi tingkat II semester 3 DIII Kebidanan STIKes Dharma Husada
Bandung dengan jumlah mahasiswa 12 orang. Praktik Klinik Kebidanan Dasar

2
(PKKD) dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 30 Februari – 10 Februari
2018 di ruang IGD (Ponek), VK/Bersalin, ruang anak (Perinatologi), ruang
Flamboyan (Nifas).

D. Manfaat
1. Mampu menguasai target kompetensi KDK sesuai acuan kurikulum yang
diberikan.
2. Mampu memberikan pelayanan kepada pasien sesuai kompetensi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Asistensi Pemeriksaan Ibu Hamil


ANC (Antenatal Care)/ Pemeriksaan Kehamilam

Menurut Manuaba (2008) dalam asuhan Antenatal Care (ANC) adalah


pemerikasaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.

Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan ANC, petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Syaifuddin, 2005
dalam Harnany, 2006).

1. Tujuan ANC

Menurut Depkes RI (2004), tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik
dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Adapun tujuan umum
ANC menurut Muchtar (2005) dalam Febriani (2010), adalah sebagai
berikut:

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, dan sosial


ibu dan bayi.

4
Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu


maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi


agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan khusus ANC adalah menyiapkan


wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental.

2. Jadwal Pemerikasaan Kehamilan

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu


dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu, yaitu sampai
dengan kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan
trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali
kunjungan (Hanafiah, 2006).

3. Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes (2009), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan


oleh profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan, dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang

5
berat badan, ukut tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi
tetanus toxoid, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal
90 tablet selama masa kehamilan.

Konsep Pemeriksaan Antenatal

Menurut Depertemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal


dilakukan dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan:

1) Anemnese: meliputi identitas ibu hamil, riwayat KB, kehamilan


sebelumnya dan kehamilan sekarang.

2) Pemeriksaan mum: meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus


kedidanan.

3) Pemerisaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa.

4) Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi


(Fe).

5) Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku


sehari-hari, perawatan payu dara dan ASI, tanda-tanda risiko, pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga
terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan ulang.

Menurut Muchtar (2005), pelayanan Antenatal meliputi:

1) Trimester I: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada 3 bulan


pertama usia kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat
badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi) disebut juga K1 (kunjungan
pertama ibu hamil).

2) Trimester II: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada umur


kehamilan 4-6 bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat

6
badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi).

3) Trimseter III: ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali pada


umur kehamilan 7–9 bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang
berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,
pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi), disebut juga K4
(kunjungan ibu hamil ke empat).

Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2002) dalam Pasaribu (2005), kunjungan ibu hamil


adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat diartikan ibu hamil
yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas
kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu.
Kunjungan ibu hamil dlakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, yaitu:

1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan
kesehatan trimester I dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu, meliputi
identitas/ biodata, riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat
kesehatan, riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.

2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemerisaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >32 minggu,
meliputi anamnese, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan,

7
pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada
indikasi/diperlukan, diagnosis akhir (kehamilan normal, terdapat penyakit,
terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), sikap dan
rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal


sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selaman masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut:

Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12minggu.

Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu.

Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

Dengan pelayanan yang baik, dapat diidentifikasi kehamilan beresiko


tinggi dan dilanjutkan dengan perawatan khusus. Pelayanan antinatal yang
berkualitas dan dilakukan sedini mungkin secara teratur akan membantu
pengurangan resiko terhadap kejadian anemia. Secara ringkas pelayanan
antinatal minimal 4 kali salama kehamilan, yaitu: 1 kali pada trimester I, 1
kali pada trimester II. Dan 2 kali pada trimseter III untuk mendapatkan
pelayanan 5T (Depkes RI, 1994).

Pelaksanaa pelayana antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas,


bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang
sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002)

2. Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
ataumasalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan
mengumpulkan dataobyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.

Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan
ibudan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari
hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik,

8
menegakkandiagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang
paling sesuai dengan kondisiibu.

3. Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan
data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik
ibu post partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan
ibu apakah normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh
proses persalinan.
4. Asistensi Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar
bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang
dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi
dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta
alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
5. Asistensi Pertolongan Persalinan
Partus normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala
tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Winkjosastro, 2007).

Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,


danmembran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal
daripembekuan dan dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi,durasi, dan kekuatan yang teratur ( Rohani, 2011).

6. Asistensi Pemeriksaan Leopold


Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu
hamil dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada
perut ibu hamil menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau

9
memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara tertentu
menggunakan tingkat tekanan tertentu.
7. Asistensi Pemeriksaan Dalam
Pengertian Pemeriksaan dalam adalah suatu tindakan pemeriksaan dalam
yang dilakakukan terhadap klien untuk menegakkan penyakit/ diagnosa
tertentu.
8. Asistensi Perhitungan DDJ
Denyut jantung janin baru dapat diketahui dengan menggunakan alat
Ultrasonografi pada usia kehamilan 8 minggu sedangkan apabila
menggunakan alat doppler baru diketahui pada usia kehamilan 10-12
minggu.Sedangkan untuk suara tinggi rendahnya ditentukan karena posisi
janin di dalam rahim, kondisi berat badan ibu hamil dan juga keakuratan
dalam menentukan usia kehamilan.
Denyut jantung janin baru dapat didengar dengan gambaran pada detak
jantung yang normal permenit adalah 120-160x.Sedangkan pada takikardi
berat ditandai dengan detak jantung janin diatas 180x/menit.Untuk kondisi
takikardi ringan antara 160-180x/menit. Sedangkan pada bradikardia
ringan yang ditandai dengan denyut jantung antara 100-
119x/menit.Sedangkan untuk bradikardia sedang ditandai dengan denyut
jantung 80-100x/menit. Terakhir adalah kurang dari 80x/menit yang
menandakan bradikardia berat.
9. Asistensi Penjahitan Perineum
Pengertian Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan
vagina dan rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada
saat proses persalinan maupun tindakan episiotomi (Rukiyah, 2010).
10. Asistensi Perawatan Payudara/ Breast Care
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan
payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi

10
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet

3) Untuk menonjolkan puting susu

4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus

5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

6) Untuk memperbanyak produksi ASI

7) Untuk mengetahui adanya kelainan

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini


mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2
kali sehari.

11. Asistensi Pemeriksaan Protein Urine


Protein adalah rantai molekul panjang yang terdiri dari asam amino yang
bergabung dengan ikatan peptida. Protein membentuk bahan struktural
jaringan tubuh kita. Protein memiliki beberapa fungsi yang berbeda,
misalnya menyediakan struktur (ligamen, kuku, rambut), membantu
pencernaan (enzim perut), membantu gerakan (otot), dan berperan dalam
kemampuan kita untuk melihat (lensa mata kita adalah kristal protein
murni).
Serum protein (bahasa Inggris: globular protein, spheroprotein) merupakan
salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk dari asam
amino berupa larutan koloidal di dalam plasma darah. Serum protein tidak
mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat
terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl[2] atau sekitar
7% dari volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan: Sirkulasi
molekul lipida, hormon, vitamin dan zat besi, Enzim, komponen
komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor, Regulasi aktivitas,
fungsional non seluler dalam sistem kekebalan.

11
12. Asistensi Pemeriksaan Glukosa Urine
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine
setelah melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine,
berbahaya berarti ada yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan
karena kurang hormon insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa
menjadi glikogen (kalau kurang berarti gula di darah tinggi). Kalau gula
darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Dasar teori glukosa:

- Kadar glukosa serum puasa normal adalah 70110 mg/dl dan 16-300
mg/24 jam pada urin (Schteingart, 2005).

- Sel-sel otak bersifat permeabel

Tujuan:

- Mengetahui kandungan amonia, clor, protein, dan glukosa pada urin


- Untuk membandingkan kadar gula (glukosa) yang terkandung dalam
urine normal, urine penderita diabetes mellitus dan urine wanita hamil.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat
(kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar
berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia.
Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika
mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.

Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah


nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa
pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak,
ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat
toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa,
sel darah Kristal kapur dsb). Volume urin normal per hari adalah 900 –

12
1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-
zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH,
dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi
kesehatan organ dalam seseorang.

1. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin


seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.

2. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya
disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti
bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya
perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi
ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.

3. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator
adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.

4. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B


kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Kita cek kondisi organ dalam kita dengan mengamati warna urin. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengetahui pH urin, kadar klorida, kadar glukosa, dan
kadar protein urin.

13. Asistensi Pemberian Imunisasi Polio


Pemberian imunisasi polio adalah pemberian vaksin yang bertujuan untuk
mencegah penyakit polio. Imunisasi bisa diberikan kepada anak-anak dan
orang dewasa. Imunisasi akan mencegah seseorang terkena virus polio
yang bisa menyebar lewat kotoran orang yang terkena virus polio dan air.
Imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin melalui suntikan.

14. Asistensi Pemberian Imunisasi BCG


Vaksin BCG adalah vaksin yang akan melindungi kita dari tuberkulosis
atau lebih sering disingkat TB. TB merupakan penyakit berbahaya yang

13
menyerang paru-paru. Dalam vaksin BCG terkandung bakteri TB yang
telah dimodifikasi. Vaksin ini akan menstimulasi sisem kekebalan tubuh
untuk melawan bakteri TB.
15. Asistensi Pemberian Imunisasi DPT
DPT adalah singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi DPT
adalah salah satu jenis bentuk vaksinasi yang wajib diberikan kepada
balita. Penyakit difteri, pertusis, dan tetanus adalah tiga penyakit berbeda
yang masing-masing memiliki risiko tinggi dan bahkan bisa menyebabkan
kematian.
16. Asistensi Pemberian Imunisasi Hep B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah penyakit hepatitis B.
Vaksin ini berisi HbsAg, yaitu suatu protein virus hepatitis B yang dapat
merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B
(vaksinasi aktif).Vaksinasi hepatitis B saat ini merupakan vaksinasi rutin
atau wajib pada bayi di banyak negara karena telah terbukti efektif
mencegah infeksi hepatitis B pada bayi. Pada beberapa negara, vaksinasi
hepatitis B juga diindikasikan untuk petugas kesehatan dan laboratorium
karena tingginya risiko paparan virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B aman
diberikan pada ibu hamil. Daya proteksi vaksin ini cukup tinggi, yaitu 94 –
96%.Vaksin hepatitis B tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat
rekasi alergi berat (anafilaksis) setelah pemberian vaksin hepatitis B atau
vaksin lain sebelumnya. Vaksin hepatitis B mengandung protein ragi
jamur sehingga dikontraindikasikan pada orang dengan alergi ragi.
Pemberian vaksin ini perlu berhati – hati pada orang dengan sakit sedang
sampai berat dengan atau tanpa demam serta pada bayi di bawah 2000
gram.

17. Asistensi Pemberian Imunisasi Campak


Imunisasi campak merupakan suatu proses memasukkan virus campak
yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh guna merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi atau kekebalan terhadap

14
penyakit campak. Jadi manfaat imunisasi campak pada bayi sangatlah
penting karena campak dapat menular dengan mudah.

18. Asistensi Pemeriksaan Hb


Pengertian Pemeriksaan Hemoglobin yaitu : Mengukur kadar hemoglobin
berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb yang menjadi asam
hematin oleh adanya HCL 0,1 N.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan
penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung
kongestif dan lain-lain

19. Asistensi Pemberian KB Suntik


KB suntik masih merupakan salah satu metode kontrasepsi (pencegahan
kehamilan) yang masih banyak digunakan di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. KB Suntik adalah metode kontrasepsi bagi
wanita yang dilakukan melalui penyuntikan cairan yang mengandung
hormon progesteron atau kombinasi progestron dan estrogen. KB suntik
merupakan pilihan yang baik bagi ibu – ibu yang tidak merasa nyaman
atau sering merasa lupa dengan penggunaan pil KB yang harus diminum
setiap hari. KB suntik dapat mencegah kehamilan melalui beberapa
mekanisme kerja, yaitu : mencegah ovulasi dengan kerjanya yang
menyerupai kerja hormon tubuh. mengentalkan lendir rahim sehingga
sperma sulit untuk menembus rahim. mencegah sel telur menempel di
dinding rahim sehingga tidak terjadi kehamilan.

20. Asistensi Pemberian KB PIL


Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB
disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah.

15
Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal
yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut
(diminum), berisi hormon estrogen dan atau progesteron. bertujuan untuk
mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat
pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan
aman apabila digunakan secara benar dan konsisten

21. Asistensi Pemberian KB IUD


Pemberian KB IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi
jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.

22. Asistensi Pemberian KB Implant


Implant atau disebut dengan susuk adalah suatu alat kontrasepsi bawah
kulit yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul
silastik silicon ( polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon golongan
progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam
yang berfungsi untuk mencegah kehamilan hingga jangka waktu 5 tahun
dan adapula yang jangka waktu 3 tahun. Sedangkan menurut BKKBN
implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas
sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih
pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung
hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan
(BKKBN, 2006). Implant atau susuk ini adalah salah satu jenis alat KB
yang kerap lupa “dicopot”. Sifat KB susuk seperti depot yang dilepaskan
per hari sehingga lama-lama bisa habis.Agar tak hamil, jumlah minimal
levonorgestrel yang dilepaskan sehingga membuat sel telur tidak matang
yang harus diperhatikan. Jika susuk kedaluwarsa, tetap tak akan bereaksi
dengan tubuh, hanya efektivitasnya yang bermasalah. Namun susuk masa
kini sudah lebih canggih. Kalau dahulu yang ditanam bisa sampai 6 tabung

16
untuk jangka waktu 5 tahun, Sekarang cuma perlu satu tabung untuk
jangka 3 tahun. Namanya implanon. Bahkan dari penelitian,implanon yang
tidak dicopot hingga 5 tahun, tetap berjalan efektif.

23. Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil


Pendidikan kesehatan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi ibu hamil agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal.Diharapkan dengan penyuluhan dan
informasi dari bidan bisa setiap ibu hamil dapat menjalani kehamilannya
dengan tenang. Serta siap menghadapi persalinan.
Selama kehamilan ibu membutuhkan tambahan asupan makanan untuk
pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri. Sebagai tenaga
kesehatan sebaiknya melakukan upaya untuk mempromosikan tentang
kebutuhan nutrisi ibu hamil tersebut.
1. Jenis-jenis makanan:

a. Makanan pokok : karbohidrat sebagai sumber energi

b. Makanan pembangun : protein untuk tumbang janin

c. Makanan pelengkap : vitamin dan mineral

d. Makanan penunjang : lemak

2. Tambahan gizi yang diperlukan ibu hamil adalah :

a. Protein : dari 6 gr/hari menjadi 10 gr/hari

b. Energi / kalori : yang dapat diperolieh dari karbohidrat dan lemak

24. Penyuluhan Kesehatan Ibu Bersalin


Pendidikan kesehatan pada ibu bersalin untuk meningkatkan kesadaran
dan kemampuan hidup sehat bagi ibu yang akan menghadapi persalinan
agar terwujud derajad kesehatan yang optimal.Diharapkan dengan
penyuluhan dan informasi dari bidan dapat membuat ibu bersalin dapat
menjalani persalinannya dengan tenang.

17
25. Penyuluhan Kesehatan Ibu Nifas
Masa nifas (postpartum / puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu dari
kata “puer” yang artinya bayi dan “parious” yang berarti melahirkan. Masa
nifas merupakan masa dimulai setelah plasenta dan berakhir ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama
6 – 8 minggu atau dalam agama islam disebut 40 hari (Mochtar R, 1998).

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalian baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

26. Penyuluhan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram dan telah mampu hidup
di luar kandungan.
Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
1. Bayi tidak mau menyusu
2. Kejang
3. Lemah
4. Sesak Nafas
5. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
6. Kulit Terlihat Kuning

27. Penyuluhan Kesehatan Wanita dengan Gangguan Reproduksi


Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah
upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut
WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuhbukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Setyorini, 2014).
Angka Kematian Ibu di Indonesia (AKI) pada tahun 2015 sebesar
305/100.000 kelahiran hidup mengalami penurunan dibandingkan pada

18
tahun 2014 sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup (KemenkesRI, 2015).
AKI di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yaitu dari 126,55/100.000 kelahiran hidup menjadi
111,16/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2015). Penyebab
kematian ibu yang disebabkan oleh gangguan sistem perdarahan sebanyak
4,64%, infeksi sebanyak 3,66%, hipertensi sebanyak 26,44%, perdarahan
sebanyak 22,93% dan lain-lain sebanyak 42,33% (Dinkes Jateng, 2014).
Salah satu penyebab terbesar kedua
AKI yaitu karena perdarahan. Perdarahan tersebut banyak faktor yang
mempengaruhinya salah satunya yaitu karena adanya kista ovarium
(Wiknjosastro, 2011). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia
sebanyak 37,2% dan paling sering terjadi pada wanita usia antara 20-50
tahun, dan jarang sekali pada masa pubertas (Taufiqoh, 2012)

19
BAB III

RUANG LINGKUP LAHAN PRAKTEK

A. Sejarah RSUD Bayu Asih Purwakarta


RSUD Bayu Asih merupakan rumah sakit tertua di wilayah Purwakarta,
Karawang, Bekasi dan Subang dibangun untuk memenuhi kebutuhan warga
masyarakat Purwakarta dan sekitarnya. Diresmikan tanggal 18 Oktober 1930
oleh Gubernur Jenderal ACD de Graeff, Pastoor Van den Brug, dr.Dake dan
dr.Bosman. Berdiri diatas tanah seluas 5 (lima) hektar dan luas bangunan 5000
m2, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu: rawat jalan,
rawat inap yang terdiri dari 7 (tujuh) bangsal (belum terbagi menjadi
spesialistik), bengkel, apotek, sekolah kejuruan kesehatan dan asrama.
Merupakan sebuah rumah sakit yang sangat dibanggakan dan dibuat
oleh Nederlandsch Zendings Vereeniging untuk Pemerintah (Hindia Belanda),
diberi nama : “Bajoe Asih” berarti : “Pemeliharaan didalam kekuatan derma
pengasihan”. RSUD Bayu Asih pada awalnya dikelola oleh Yayasan GKP
(Gereja Kristen Pasundan). Sejak tahun 1965 dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Purwakarta. Dalam pengelolaan Pemerintah Kabupaten Purwakarta,
kepemimpinan rumah sakit telah berganti sebanyak 9 (Sembilan) kali, yaitu :
1) Tahun 1965 - 1978 dipimpin oleh dr Sigit Soeroso
2) Tahun 1978 - 1994 dipimpin oleh dr. Kustinah Djajawinata
3) Tahun 1994 - 2001 dipimpin oleh dr. Yuke Pudiatuti GS, MHA
4) Juni 2001 - Februari 2002 dipimpin oleh Drs. Lily Hambali Hasan,Msi
5) Februari 2002 - Januari 2005 dipimpin oleh dr. Gatami, Sp.A
6) Januari 2005 - Maret 2007 dipimpin oleh Ir. Sufiat Sulaeman,MM
7) April 2007 - Maret 2009 dipimpin oleh dr. Anne Hediana K.,MM
8) April 2009 - Juni 2013 dipimpin oleh Syarifuddin Yunus, SH
9) Juni 2013 - sekarang dipimpin oleh Dr. H Agung Darwis S, M. Kes

20
B. Visi dan Misi
1) Visi RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adalah : “Bayu Asih
Mandiri, Professional dan dipercaya.
2) Misi RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adalah :
a) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu, menjadi rumah
sakit rujukan dan rumah sakit mitra industri di wilayah Purwakarta
dan sekitarnya.
b) Mengembangkan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) agar
memiliki kompetensi, loyalitas, ramah dan berkarakter.
c) Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan serta memiliki kualifikasi teknologi terkini.
d) Menerapkan manajemen dan sistem informasi yang baik, akuntabel
dan transparan.
e) Menjadikan RSUD Bayu Asih yang menerapkan prinsip-prinsip pola
pengelolaan keuangan yang mandiri.
C. Fasilitas pelayanan RSUD Bayu Asih:
1) Instalasi Rawat Inap
Ruang Flamboyan (Perawatan Nifas), Ruang VK (Tindakan Obstetri &
Ginekologi), Ruang Perinatologi (Perawatan Bayi), Ruang Kemuning
(Perawatan Anak), Ruang PICU/NICU (Perawatan ICU Anak dan Bayi),
Ruang Mawar (Perawatan Bedah Kelas 1 dan 2), Ruang Bougenvile
(Perawatan Bedah Kelas 3), Ruang Anyelir (Perawatan Dalam kelas 3,
Ruang Melati (Perawatan Dalam kelas 2), Ruang Teratai (Perawatan
Syaraf, THT, dan Mata) kelas 1, 2 dan 3, Ruang Anggrek (Perawatan
Dalam kelas 1), Ruang Dahlia (Perawatan VIP B dan VIP A), Ruang ICU
(Perawatan Intensif), Ruang IGD, dan Ruang Haemodialisa.
2) Instalasi Rawat Jalan
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Orthopedi, Poliklinik Anak,
Poliklinik Bedah, Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik
DOTS, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Neurologi, Poliklinik

21
Jiwa, Poliklinik Kandungan, Poliklinik THT, Poliklinik Mata, dan
Poliklinik PKBRS.
3) Kantor
Kantor direktur, Kantor tata usaha, kantor sub bagian program, dan kantor
umum dan kepegawaian.
4) Pelayanan Penunjang
Unit diklat, loket rawat inap, loket rawat jalan, loket IGD, instalasi gizi,
instalasi laundry, instalasi radiologi, OK, gudang obat, apotek tengah,
apotek IGD, apotek BPJS, apotek OK, instalasi sanitasi, ruang jenazah,
mini market, kantin, dan masjid.

(Sumber Unit DIKLIT RSUD Bayu Asih tahun 2016)

22
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir

Target pemeriksaan fisik pada Ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
sebanyak 12 atau seluruh mahasiswi telah mencapai target. Pelaksanaan
pemeriksaan fisik diawali dengan dibimbing, membantu, dan mandiri. Karena
pasien cukup untuk di observasi sehingga terget tercapai.

B. Asistensi Pertolongan Persalinan

Target ini sebanyak seluruh mahasiswa tidak mencapai target dikarenakan


kurangnya jumlah pasien dengan persalinan normal.

C. Asistensi pemeriksaan Leopold


Target ini sebanyak 12 mahasiswa telah mencapai target. Pasien banyak baik
ibu hamil ataupun ibu bersalin dilakukan pemeriksaan leopold sehingga target
dapat tercapai.

D. Asistensi Pemeriksaan Dalam


Target ini sebanyak 12 mahasiswa telah mencapai target dikarenakan untuk
pemeriksaan dalam dilakukan pada satu pasien bisa 1 sampai 2 kali dan dapat
dilakukan pada ibu dengan persalinan normal ataupun operasi.

E. Asistensi Pemeriksaan DJJ


Target ini sebanyak 12 mahasiwa mampu mencapai target karena pasien
datang selalu dilakukannya pemeriksaan DJJ dan untuk 1 pasien dapat
dilakukan beberapa kali pemeriksaan DJJ saat observasi.

23
F. Asistensi Penjahitan Perineum
Target ini sebanyak 12 mahasiswa tidak mampu mencapai target.
Kebayakan dari mahasiswa hanya menyiapkan peralatan penjahitan karena
untuk penjahitan diperlukan pengalaman, keberanian, dan pengawasan
sehingga mahasiswa perlu persiapan untuk melakukannya.

G. Asistensi Perawatan Payudara / Breast Care


Target ini sebanyak 12 mahasiswa semua dapat mencapai target karena
banyaknya pasien yang setelah melahirkan tidak ada pengeluaran ASI
sehingga harus dilakukannya perawatan payudara.

H. Asistensi Pemeriksaan Protein dan Glukosa Urine


Target ini sebanyak 12 mahasiswa tidak mencapai target. Untuk
pemeriksaan protein dan glukosa urine dilakukan dilaboratorium dan yang
dilakukan hanya membantu mengantar urine untuk di periksa.

I. Asistensi Pemberian Imunisasi Polio, BCG, DPT, Hep.B, dan Campak


Target ini sebanyak 12 mahasiswa tidak mencapai target 0%. Untuk
aistensi pemberian imunisasi biasanya dilakukan di Poli Anak tetapi untuk
praktik ini tidak adanya jadwal dinas di Poli Anak.

J. Asistensi Pemeriksaan Hb
Target ini sebanyak 12 mahasiswa tidak mencapai target. Pemeriksaan Hb
biasanya mahasiswi hanya melakukan pengambilan sample darah saja
untuk pemeriksaan Hb dilakukan oleh petugas di laboratorium.

K. Asistensi Pemberian KB Suntik, KB PIL, Pemasangan IUD, dan


Pemasangan Implant
Target ini sebanyak 12 mahasiswa tidak mencapai target. Karena rumah
sakit belum menyediakan poli PKBRS.

24
L. Penyuluhan Kesehatan pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru
Lahir
Target ini sebanyak 12 seluruh mahasiswa mampu mencapai target.
Karena setiap observasi banyaknya pertanyaan dari keluarga pasien
dengan keluhan yang dirasakan sehingga kita mampu memberikan
penyuluhan mengenai masalahnya.

25
BAB V
PENCAPAIAN TARGET

A. Pencapaian Target
Tabel 3.1 Rekapitulasi Pencapaian Target Praktik Klinik Kebidanan
Dasar (PKKD) Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung.

1. Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - 10 10 100%
2 Asry 10 - 14 14 140%
3 Asri Septiani 10 2 9 11 110%
4 Ayu Rihan P 10 1 9 10 100 %
5 Dela Febrianti 10 1 9 10 100%
6 Elvaramitha 10 1 9 10 100%
7 Helen Armarista 10 3 7 10 100%
8 Lusi 10 2 9 11 110%
9 Nenden Kurnia O 10 2 8 10 100%
10 Ritnawati 10 5 5 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 2 8 10 100%
12 Widi Napisa 10 7 3 10 100%

Keterangan :
DB = Dengan Bantuan
M = Mandiri

2. Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 3 2 5 50%
2 Asry 10 2 5 7 70%
3 Asri Septiani 10 1 3 4 40%
4 Ayu Rihan P 10 1 3 4 40%
5 Dela Febrianti 10 1 5 6 60%
6 Elvaramitha 10 2 2 4 40%

26
7 Helen Armarista 10 - 5 5 50%
8 Lusi 10 - 4 4 40%
9 Nenden Kurnia O 10 - 4 4 40%
10 Ritnawati 10 2 2 4 40%
11 Sylvia Nurlatip 10 1 4 5 50%
12 Widi Napisa 10 3 1 4 40%

3. Asistensi Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 4 6 10 100%
2 Asry 10 1 12 13 130%
3 Asri Septiani 10 1 10 11 110%
4 Ayu Rihan P 10 1 10 11 110%
5 Dela Febrianti 10 2 12 14 140%
6 Elvaramitha 10 - 11 11 110%
7 Helen Armarista 10 - 15 15 150%
8 Lusi 10 1 9 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 3 10 13 130%
10 Ritnawati 10 2 8 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 - 15 15 150%
12 Widi Napisa 10 7 8 15 150%

4. Asistensi Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 5 5 10 100%
2 Asry 10 2 8 10 100%
3 Asri Septiani 10 8 2 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 3 7 10 100%
5 Dela Febrianti 10 9 1 10 100%
6 Elvaramitha 10 1 9 10 100%
7 Helen Armarista 10 1 9 10 100%
8 Lusi 10 8 6 14 140%
9 Nenden Kurnia O 10 3 7 10 100%

27
10 Ritnawati 10 2 8 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 4 6 10 100%
12 Widi Napisa 10 6 4 10 100%

5. Asistensi Pertolongan Persalinan

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 5 - 5 50%
2 Asry 10 7 - 7 70%
3 Asri Septiani 10 4 - 4 40%
4 Ayu Rihan P 10 4 - 4 40%
5 Dela Febrianti 10 6 - 6 60%
6 Elvaramitha 10 4 - 4 40%
7 Helen Armarista 10 5 - 5 50%
8 Lusi 10 4 - 4 40%
9 Nenden Kurnia O 10 4 - 4 40%
10 Ritnawati 10 4 - 4 40%
11 Sylvia Nurlatip 10 5 - 5 50%
12 Widi Napisa 10 4 - 4 40%

6. Asistensi Pemeriksaan Leopold

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 2 10 12 120%
2 Asry 10 2 10 12 120%
3 Asri Septiani 10 2 10 12 120%
4 Ayu Rihan P 10 1 11 12 120%
5 Dela Febrianti 10 6 4 10 100%
6 Elvaramitha 10 1 9 10 100%
7 Helen Armarista 10 2 8 10 100%
8 Lusi 10 3 7 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 5 5 10 100%
10 Ritnawati 10 3 7 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 1 10 11 110%
12 Widi Napisa 10 6 4 10 100%

28
7. Asistensi Pemeriksaan Dalam

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 16 - 16 160%
2 Asry 10 14 - 14 140%
3 Asri Septiani 10 10 - 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 10 - 10 100%
5 Dela Febrianti 10 16 - 16 160%
6 Elvaramitha 10 10 - 10 100%
7 Helen Armarista 10 7 3 10 100%
8 Lusi 10 10 - 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 10 - 10 100%
10 Ritnawati 10 14 - 14 140%
11 Sylvia Nurlatip 10 10 - 10 100%
12 Widi Napisa 10 10 - 10 100%

8. Asistensi Perhitungan DJJ

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 2 14 16 160%
2 Asry 10 3 16 19 190%
3 Asri Septiani 10 1 12 13 130%
4 Ayu Rihan P 10 1 14 15 150%
5 Dela Febrianti 10 - 18 18 180%
6 Elvaramitha 10 1 10 11 120%
7 Helen Armarista 10 1 9 10 100%
8 Lusi 10 5 5 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 - 15 15 150%
10 Ritnawati 10 2 18 20 200%
11 Sylvia Nurlatip 10 1 15 16 160%
12 Widi Napisa 10 8 10 18 180%

9. Asistensi Penjahitan Perineum

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 5 - 5 50%

29
2 Asry 10 7 - 7 70%
3 Asri Septiani 10 4 - 4 40%
4 Ayu Rihan P 10 4 - 4 40%
5 Dela Febrianti 10 6 - 6 60%
6 Elvaramitha 10 4 - 4 40%
7 Helen Armarista 10 5 - 5 50%
8 Lusi 10 4 - 4 40%
9 Nenden Kurnia O 10 4 - 4 40%
10 Ritnawati 10 4 - 4 40%
11 Sylvia Nurlatip 10 5 - 5 50%
12 Widi Napisa 10 4 - 4 40%

10. Asistensi Perawatan Payudara / Breast Care

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - 10 10 100%
2 Asry 10 - 11 11 110%
3 Asri Septiani 10 4 6 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 5 5 10 100%
5 Dela Febrianti 10 2 8 10 100%
6 Elvaramitha 10 2 8 10 100%
7 Helen Armarista 10 - 11 11 110%
8 Lusi 10 4 6 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 2 8 10 100%
10 Ritnawati 10 8 2 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 3 7 10 100%
12 Widi Napisa 10 - 10 10 100%

11. Asistensi Pemeriksaan Protein Urine dan Glukosa Urine

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - - 0 0%
2 Asry 10 - - 0 0%
3 Asri Septiani 10 - - 0 0%
4 Ayu Rihan P 10 - - 0 0%
5 Dela Febrianti 10 - - 0 0%

30
6 Elvaramitha 10 - - 0 0%
7 Helen Armarista 10 - - 0 0%
8 Lusi 10 - - 0 0%
9 Nenden Kurnia O 10 - - 0 0%
10 Ritnawati 10 - - 0 0%
11 Sylvia Nurlatip 10 - - 0 0%
12 Widi Napisa 10 - - 0 0%

12. Asistensi Pemberian Imunisasi Polio, BCG, DPT, dan


Campak
No Nama Target DB M Tercapai Persentase
1 Adefiani 10 - - 0 0%
2 Asry 10 - - 0 0%
3 Asri Septiani 10 - - 0 0%
4 Ayu Rihan P 10 - - 0 0%
5 Dela Febrianti 10 - - 0 0%
6 Elvaramitha 10 - - 0 0%
7 Helen Armarista 10 - - 0 0%
8 Lusi 10 - - 0 0%
9 Nenden Kurnia O 10 - - 0 0%
10 Ritnawati 10 - - 0 0%
11 Sylvia Nurlatip 10 - - 0 0%
12 Widi Napisa 10 - - 0 0%

13. Asistensi Pemberian Imunisasi Hep. B


No Nama Target DB M Tercapai Persentase
1 Adefiani 10 2 8 10 100%
2 Asry 10 5 5 10 100%
3 Asri Septiani 10 3 7 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 2 9 11 110%
5 Dela Febrianti 10 4 6 10 100%
6 Elvaramitha 10 2 8 10 100%
7 Helen Armarista 10 7 3 10 100%
8 Lusi 10 3 7 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 3 7 10 100%
10 Ritnawati 10 9 3 12 120%
11 Sylvia Nurlatip 10 4 6 10 100%
12 Widi Napisa 10 6 4 10 100%

31
14. Asistensi Pemeriksaan Hb

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - - 0 0%
2 Asry 10 - - 0 0%
3 Asri Septiani 10 - - 0 0%
4 Ayu Rihan P 10 - - 0 0%
5 Dela Febrianti 10 - - 0 0%
6 Elvaramitha 10 - - 0 0%
7 Helen Armarista 10 - - 0 0%
8 Lusi 10 - - 0 0%
9 Nenden Kurnia O 10 - - 0 0%
10 Ritnawati 10 - - 0 0%
11 Sylvia Nurlatip 10 - - 0 0%
12 Widi Napisa 10 - - 0 0%

15. Asistensi Pemberian KB PIL, IUD, dan Implant

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - - 0 0%
2 Asry 10 - - 0 0%
3 Asri Septiani 10 - - 0 0%
4 Ayu Rihan P 10 - - 0 0%
5 Dela Febrianti 10 - - 0 0%
6 Elvaramitha 10 - - 0 0%
7 Helen Armarista 10 - - 0 0%
8 Lusi 10 - - 0 0%
9 Nenden Kurnia O 10 - - 0 0%
10 Ritnawati 10 - - 0 0%
11 Sylvia Nurlatip 10 - - 0 0%
12 Widi Napisa 10 - - 0 0%

32
16. Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 2 8 10 100%
2 Asry 10 - 12 12 120%
3 Asri Septiani 10 - 11 11 110%
4 Ayu Rihan P 10 - 10 10 100%
5 Dela Febrianti 10 2 8 10 100%
6 Elvaramitha 10 - 10 10 100%
7 Helen Armarista 10 - 10 10 100%
8 Lusi 10 - 10 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 3 7 10 100%
10 Ritnawati 10 - 10 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 - 10 10 100%
12 Widi Napisa 10 2 8 10 100%

17. Penyuluhan Kesehatan Ibu Bersalin

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - 10 10 100%
2 Asry 10 - 10 10 100%
3 Asri Septiani 10 - 10 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 - 10 11 110%
5 Dela Febrianti 10 - 10 10 100%
6 Elvaramitha 10 - 10 10 100%
7 Helen Armarista 10 - 10 10 100%
8 Lusi 10 - 10 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 - 10 10 100%
10 Ritnawati 10 - 10 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 - 10 10 100%
12 Widi Napisa 10 - 10 10 100%

18. Penyuluhan Kesehatan Ibu Nifas

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - 10 10 100%
2 Asry 10 - 17 17 170%

33
3 Asri Septiani 10 - 10 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 - 11 11 110%
5 Dela Febrianti 10 - 11 11 110%
6 Elvaramitha 10 - 11 11 110%
7 Helen Armarista 10 - 15 15 150%
8 Lusi 10 4 7 11 110%
9 Nenden Kurnia O 10 - 10 10 100%
10 Ritnawati 10 5 5 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 - 10 10 100%
12 Widi Napisa 10 4 10 14 140%

19. Penyuluhan Kesehatan Bayi Baru Lahir (BBL)

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 3 7 10 100%
2 Asry 10 - 15 15 150%
3 Asri Septiani 10 - 10 10 100%
4 Ayu Rihan P 10 - 10 10 100%
5 Dela Febrianti 10 - 10 10 100%
6 Elvaramitha 10 - 10 10 100%
7 Helen Armarista 10 - 17 17 170%
8 Lusi 10 4 6 10 100%
9 Nenden Kurnia O 10 2 8 10 100%
10 Ritnawati 10 3 7 10 100%
11 Sylvia Nurlatip 10 - 10 10 100%
12 Widi Napisa 10 3 10 13 130%

20. Penyuluhan Kesehatan Wanita dengan Gangguan Reproduksi

No Nama Target DB M Tercapai Persentase


1 Adefiani 10 - 2 2 20%
2 Asry 10 - 3 3 30%
3 Asri Septiani 10 - 2 2 20%
4 Ayu Rihan P 10 - 2 2 20%
5 Dela Febrianti 10 - 1 1 10%
6 Elvaramitha 10 - 2 2 20%
7 Helen Armarista 10 - 1 1 10%

34
8 Lusi 10 - 2 2 20%
9 Nenden Kurnia O 10 - 2 2 20%
10 Ritnawati 10 - 2 2 20%
11 Sylvia Nurlatip 10 - 2 2 20%
12 Widi Napisa 10 - 2 2 20%

Keterangan :
DB = Dengan Bantuan
M = Mandiri

35
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan pada klien dengan pemeriksaan fisik


(TTV) pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dan
keseluruhannya mencapai target dengan jumlah minimal pencapaian 10
kasus.
2. Mahasiswi mampu melakukan asistensi pertolongan persalinan sebagian
besar mehasiswi belum mampu mencapainya dengan jumlah minimal
pencapaian 10 kasus.
3. Mahasiswi mampu melakukan asistensi pemeriksaan leopold dan sebagian
kecil mahasiswi mencapainya dengan jumlah minimal pencapaian 10 kasus.
4. Mahasiswi mampu melakukan pemeriksaan dalam dan sebagian mahasiswi
belum mampu mencapainya dengan jumlah minimal pencapaian 10 kasus.
5. Mahasiswi mampu melakukan perhitungan DDJ dan sebagian mahasiswi
mampu mencapainya dengan jumlah minimal pencapaian 10 kasus.
6. Mahasiswi mampu melakukan asistensi penjahitan prineum dan sebagian
besar mahasiswi belum mampu mencapainya denagn jumlah minimal
pencapaian 10 kasus.
7. Mahasiswi mampu melakukan asistensi perawatan payudara dan tidak
keseluruhannya mencapai target dengan jumlah minimal pencapaian 10
kasus.
8. Mahasiswi mampu melakukan pemeriksaan protein urine dan glukosa urine
dan sebagian besar mahasiswi tidak mampu mencapainya dengan jumlah
minimal pencapaian 10 kasus.

36
9. Mahasiswi mampu melakukan asistensi pemberian imunisasi polio, BCG,
DPT, Hep.B dan Campak dan keseluruhannya tidak mencapai target
dengan jumlah minimal pencapaian 10 kasus.
10. Mahasiswi tidak mampu melakukan asistensi pemeriksaan Hb dengan
jumlah minimal pencapaian 10 kasus.
11. Mahasiswi tidak mampu melakukan asistensi pemberian KB suntik, KB
PIL, IUD dan Implant dengan jumlah minimal pencapaian 10 kasus.
12. Mahasiswi mampu melakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan wanita dengan gangguan reproduksi dan
sebagian kecil mahasiswi mampu mencapainya dengan jumlah minimal
pencapaian 10 kasus.

B. Saran
1. Pendidikan
Mampu meningkatkan bimbingan dan pengarahan kepada
mahasiswi dalam proses pembelajaran.
2. Rumah Sakit

Mampu membimbing mahasiswa agar dapat memberikan pelayanan


terbaik dalam menjalankan keterampilan praktiknya untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya kota purwakarta.

3. Mahasiswi

Mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu yang telah di dapat


selama praktek di rumah sakit serta mahasiswi dapat meningkatkan
keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Komunikasi terhadap klien harus lebih ditingkatkan dan dipelajari tehnik-
tehnik komunikasi.

37
Lampiran

38
LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN
DASAR PADA Ny. R DENGAN ANEMIA DI RSUD
BAYU ASIH PURWAKARTA

39
BAB I
PENDAHULUAN

E. Latar Belakang
Pelayanan dalam bidang kesehatan saat ini sangat di perlukan untuk
menunjang suksesnya tujuan negara Indonesia yaitu Indonesia sehat 2015.
Oleh karena itu pemerintah memerlukan upaya yang energis dan terpadu
untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di indonesia dalam mencapai
target Milleneum Developement Goals ( MDG’s ), yaitu menuntaskan
kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar bagi semua
mendorong adanya kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan
mengurangi jumlah anak, meningkatkan derajat kesehatan ibu, memerangi
penyakit HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainya, menjamin kelestarian
lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk tujuan
pembangunan. ( Depkes RI 2007 ).
Berdasarkan data yang di peroleh dari World Health Organizing ( WHO )
Penyebab utama Angka Kematian Ibu ( AKI ) adalah perdarahan 28%,
preeklampsi/eklampsi 24%, sepsis 10%, infeksi 11 % Selain Itu Angka
Kematian Ibu ( AKI ) bisa juga di sebabkan oleh anemia di negara
berkembang mencapai 40 % , dan di Indonesia persentase ibu hamil dengan
anemia mencapai hingga 63,5 % bahkan frekuensi ibu hamil dengan anemia di
Amerika hanya sekitar 6 % relatif lebih rendah. Sedangkan penyebab
terjadinya anemia pada ibu hamil di akibatkan kurang zat difesiensi pada
tubuh ibu yang dalam kehamilan mengakibatkan prematuritas , BBLR, atau
meningkatnya resiko ke guguran ( Prawihardjo, 2009 ).
Di ASEAN Angka Kematian Ibu merupakan angka yang tertinggi dengan
jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450 per seratus ribu kelahiran
hidup yang jauh diatas angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170 per
seratus ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per seratus ribu kelahiran hidup.
Penyebab langsung Angka Kematian Ibu ( AKI ) yaitu perdarahan ( 28% ),
preeklamsi/eklamsi ( 24% ), infeksi ( 11% ), sedangkan penyebab tidak

40
langsung adalah trauma obstetrik ( 5% ), dan lain-lain ( 11% ) ( Profil
Kesehatan Indonesia, 2010 ).
Berdasarkan Survey Demografi ( SDKI ) penyebab Angka Kematian Ibu (
AKI ), di bagi menjadi dua yaitu kematian langsung dan tidak langsung.
Penyebab Angka Kematian Ibu ( AKI ) secara langsung adalah perdarahan
28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5 %. Kematian
secara tidak langsung di sebabkan anemia dan penyakit infeksi, seperti :
malaria, TBC,dan hepatitis. Salah satu penyebab perdarahan bisa terjadi
karena anemia, prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia mencapai 70%.
Artinya, dari 10 wanita hamil, 7 di antaranya terkena anemia. Biasanya, ibu
hamil baru terserang anemia ketika kehamilan menginjak trimester kedua
karena pada trimester pertama peningkatan volume darah belum terlalu
signifikan sehingga gejala anemia kurang begitu dirasakan. ( SDKI, 2007 ).
Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar hemoglobin ( Hb ) dalam
darah kurang normal dan di katakan anemia apabila mempunyai kadar
hemoglobin < 10 gr /dl ( Rahmawati, 2012 ), Anemia dalam kehamilan sangat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, karena kadar hemoglobin kurang
dari 11 gr/dl selama masa kehamilan trimester III serta pada kehamilan
trimester kedua kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl ( Proverawati, 2009 ).
Hal ini di sebabkan karena kurang gizi ( malnutrisi ), kurangnya zat besi
yang di konsumsi dalam makanan, kehilangan darah pada saat masa haid atau
pada persalinan dan penyakit-penyakit kronik ( seperti TBC, cacing usus, dan
malaria ). Pemecahan eritrosit terlalu cepat ( hemolisis ) darah bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim di sebut hidremia atau hiperpolemia,
akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang berbanding dengan
pertambahan plasma, sehingga terjadinya pengeceran darah. Pertambahan
tersebut berbanding plasma 30 %, sel darah 18 % , dan hemoglobin ( Hb )
0,19 %. ( Prawihardjo , 2007 ).

41
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dengan adanya kasus ibu hamil dengan
Anemia di RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA maka penulis dapat
merumuskan masalah studi kasus ini adalah Asuhan Kebidanan Dasar pada
Ny. R G1P0A0 dengan Anemia sedang di RS Bayu Asih Purwakarta.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Agar dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan serta sikap dalam melaksanakan asuhan kebidanan dasar
pada Ny. R G1P0A0 dengan Anemia sedang.
2. Tujuan Khusus
Dapat melaksanakan manajemen kebidanan dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan denga sebaik-baiknya yang terdiri dari :
a. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil.
b. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu berslin dengan
anemia sedang.
c. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis.
d. Dapat melakuka asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis.

D. Manfaat dan Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan diri dalam
melakukan awal dan berkelanjutan terhadap masalah yang muncul pada
Anemia sedang.
2. Manfaat Praktis
Merupakan ilmu dan keterampilan praktik dalam melakukan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir serta
menggali pengalaman dalam memberikan asuhan kebidanan dan

42
diharapkan dapat menjadi tambahan keputusan dalam asuhan
kebidanan patologis.

E. Ruang Lingkup
Studi kasus membahas tentang asuhan kebidanan dasar pada Ny. R yang
meliputi berbagai masalah yang terdapat pada persalinan, masa nifas dan bayi
baru lahir serta penatalaksanaan dari masalah yang ditimbulkan karena Anemia
sedang.
F. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi
Asuhan kebidanan komprehensif ini mulai dilaksanakan di ruang PONEK,
ruang bersalin (VK), ruang bayi (Periatologi), ruang nifs (Flamboyan), RSUD
Bayu Asih Purwakarta dan rumah pasien yang bertempat di Kp. Pangkalan
Plered Rt 05/ Rw 03 Kecamatan Plered Purwakarta.

2. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilaksanakan tanggal 12 Februari 2018
sampai 13 Februari 2018.

G. Sistematika Penulisan
Studi kasus ini terdiri dari bebeapa bab, antara lain sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasimasalah,
maksud dan tujuan masalah, manfaat, ruang lingkup, lokasi dan
waktu serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori menjelaskan tentang teori kehamilan, Anemia,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
BAB III : Tinjauan kasus merupakan hail penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu hamil, asuhan kebidanan pada ibu bersalin,
asuhan kebidanan pada ibu nifas, asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dan catatan perkembangan.
BAB IV : Pembahasan dalam bab ini akan mengungkapkan tetan kesesuaian

43
dan kesejangan antara teori dengan asuhan yang diberikan.
BAB V : Kesimpulan dan saran membahas tentang kesimpulan asuhan
komprehensif yang telah dibahas dari bab-bab sebelumnya serta
saran yang terkait dengan kesimpulan untuk perubahan kearah
yang lebih baik.
DAFTAR : Berisi tentang sumber pustaka atau referensi-referensi yang di
PUSTAKA gunakan dalam penyusunan studi kasus ini.

44
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah dimulainya konspsi smapai lahirnya janin, lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
tergantung dari hari trakhirnya. Kehamilan adalah mulai dari ovulasi
sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari
300 hari (43 minggu).
a. Trimester Pertama : 0 - 12 minggu
b. Trimester kedua : 3 - 28 minggu
c. Trimester ketiga : 29 - 42 minggu

2. Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan
yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan
evaluasi kemajuan kehamilan. Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan
anatomis yang menyertai kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang
memberikan bukti adanya kehamilan.Gejala dan tanda tersebut dibagi
menjadi tiga kelompok, antara lain :
a. Bukti Presumtif (tidak pasti)
1) Gejalanya :
a) Mual atau tanpa muntah.
b) Gangguan berkemih
c) Fatigue atau rasa mudah lelah.
d) persepsi adanya gerakan janin.
2) Tanda :
a) Terhentinya menstruasi
b) Perubahan pada payudara.

45
c) Perubahan warna mukosa vagina.
d) Meningkatnya Pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada abdomen.
b. Bukti Kemungkinan kehamilan
1) Pembesaran abdomen
2) Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
3) Perubahan anatomis pada serviks.
4) Kontraksi Braxton Hicks
5) Ballotement
6) Kontur Fisik janin.
7) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c. Tanda Positif Kehamilan
1) Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan terdiri dari
kerja jantung ibu
2) Presepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa
3) pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamiLAN dengan USG
atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua
kehamilan.

3. Perubahan Anatomi Fisiologis Kehamilan


a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama
kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu mempunyai
janin, plasenta dan cairan amnion yang volume totalnya mencapai 51 bahkan
dapat mencapai 201 atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon
estrogen dan sedikit oleh progesteron. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu
lebih penambahan ukuran uterus didominisi oleh desakan dari hasil konsepsi.
Pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum rotundum berada
sedikit dibawah apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada

46
sedikit diatas peretngahan uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan
sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta
akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan
menyebabkan uterus tidak rata. Pada minggu – minggu pertama kehamilan uterus
masih seperti buah alpukat kehamilannya, perkembangan kehamilannya, daerah
fundus dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia
kehamilan 12 minggu.
Pada trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat
dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini disebut Braxton Hicks.
Pada bulan terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat
pada satu atau dua minggu sebelum persalinan.
b) Vagina dan Vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan
mukosa, mengendornya jaringan ikat dan hipertrofi sel otot polos. Peningkatan
volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna keputihan,
menebal dan PH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi
asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidophilus.
c) Payudara
Pada awal kehamilan peremian akan merasakan payudaranya menjadi lunak.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah
kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak.
Setelah bulan pertama cairan kuning bernama colostrum akan keluar. Kolostrum
ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan
oleh prolaktin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan
estrogen menurun sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap a-
laktalbumin akan hilang.peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktosa
dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.

47
4. Perubahan Fisik dan Psikologi Ibu Hamil
a) Perubahan Fisik Ibu Hamil
1) System Hormonal
Ibu yang sedang hamil tidak mengalami menstruasi sebab ketika hamil
dihasilkan hormone human chironic gonadotropin (hCG) yang menstimulasi
korpus luteum untuk menghasilkan hormone progesterone. Pada usiaa kehamilan
dua bulan, plasenta akan menghasilkan kedua hormon ini. Secara umum kadar
estrogen dan progresteron yang tinggi akan merangsang pertumbuhan dan
perubahan fungsional rahim dan payudara.
Hormon strogen dan progresteron akan berpean dalam meningatkan retensi
cairan, adaptasi metabolisme basal dan mempengaruhi produksi hormon tiroid,
meningkatkan penyimpanan lemak dan sintesis protein, meningkatkan aliran
darah ke plasenta, serta mendorong fleksibilitas ligament. Sementara hormone
progresteron berperan dalam stimulasi pertumbuhan edometrium (dinding rahim)
dan penyauran zat gizi, relaksasi pembuluh daah dan saluran pencernaan, serta
enstimulasi pertumbuhan payudara dan penyimpanan lemak. Selain itu terdapat
pula hormon human chorionic somatotropin (iCS) yang akan menigkatkan
resistensi insulin ibu untuk mengatur ketersediaan glukosa bagi pertumbuhan
janin, sintesis protein, dan pemecahan jaringan lemak untuk pemenuhan
kebutuhan energi ibu.
2) Perubahan Payudara
Pada awal kehamilan, kelunakan payudara, kepekaan puting susu da
peningkatan ukuran payudara terjadi sebagai bagian penyesuaian tubuh yang
normal. Pada saat awal kehamilan, payudara tidak mengalami perubahan yang
berarti sampai pada trimester ketiga, ketika kelenjar susu mulai aktif. Sampai pada
bulan ke tujuh, payudara memproduksi sedikit kolostrum, cairan kekuning-
kuningan yang merupakan makanan berarti bagi bayi di awal kehidupannya.
Perubahan warna putting susu yang makin menghitam juga terjadi selama
kehamilan.
3) Perubahan metabolic dan kenaikan berat badan

48
Sebagian kecil pertambahan berat badan tersebut dilibatkan oleh perubahan
metabolic yang menyebabkan pertambahan air selular dan penumpukan lemak
serta protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan, terjadi
peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat bahkan
lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat timbul pada
pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu.
Akumulasi cairan ni juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena di bagian
yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan tekanan
osmotik koloid interstisial juga cenderung menimbulkan edema pada akhir
kehamilan.
4) System Respirasi
Saat hamil terjadi perubahan system respirasi yang berfungsi untuk dapat
memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin. Selain itu terjadi desakan diafragma
kaena dorongan rahim yang mebesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu
hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25 % dibandiingkan saat ibu
tidak hamil.
5) System Pencernaan
Selama kehamilan, perubahan hormonal menyebabkan timbulnya efek radiasi
pada otot-otot halus di seluruh tubuh. Hal ini akan mengakibatkan mekanisme
kerja otot perut dan usus kecil menjadi lebih lambat, sehingga tidak jarang wanita
hamil menderita panas lambung. Selain itu, gerakan kontraksi usus juga berkurang
dan biasanya sering terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
b) Perubahan Psikologis Ibu Hamil
Setiap wanita mengalami perubahan emosi selama menjalani kehamilan. Raga
reaksi berbea-beda mulai dari senang dan bahagia hingga binggung, marah,
kecewa atau takut. Hal ini terlihat pada trimester pertama hingga ketiga suasana
ibu hamil biasanya gampang menangis, lelah, takut bila terjadi keguguran, lebih
merasakan sakit dari pada hamil. Perubahan ini disebabkan adanya aktivitas
hormonal yang meningkat pesat dan sebagian faktor fisik.

49
Pada trimester kedua kondisi emosi akan lebih baik. Keluhan berkurang selama
bulan keempat hingga keenam, karenanya periode ini disebut periode kecemasan.
Memasuki trimester akhir perut semakin membesar membuat susah bergerak,
cepat lelah, cepat lupa, dan gampang cemas. Emosinya menjadi lebih sukar
dikendalikannya bahkan lebih sensitif.

5. Keluhan selama Masa Kehamilan


a. Mual dan Hiperemesis
Sekitar 70-85%wanita mengalami mual dan muntah saat hamil, namun
frekuensinya berkurang pada trimester dua kehamilan. Meski ibu hamil
mengalami mual muntah, ibu tetap harus memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini
dapat diatasi dengan mengonsumsi asupan dengan porsi kecil tapi sering.
Kejadian mual muntah ringan tidak berdampaj dapa kenaikan berat badann ibu
atau outcome kehamilan. Namun wanita yang mengalami mual muntah yang tidak
normal (hiperemesis gravidarum) lebih beresiko berhubungan dengan penyakit,
ketonuria, dan penurunan berat badan sebesar 5% pada usis kehamilan kerung
lebih 16 minggu. Penyebab persis sindrom ini belum diketahui, namun terjadi
peningkatan sirkulasi hormone hCG dan estrogen.
b. Hypertensive Disoders
Hypertensive Disoders selama hamil terdiri dari hipertensi (tekanan darah
tinggi), pre-eklamsi, dan eklamsi. Pre-eklamsi adalah kondisi keracunan pada
akhir kehamiln yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, edema,
ditemukannya protein dalam urin (proteinuria), dan sakit kepala. Pre-eklamsi yang
terjadi pada akhir masa kehamilan beresiko terhadap kehilangan kesadaran yang
disebut dengan eklamsi. Meski penyebab utamanya pre-eklamsi belum diketahui,
wanita dengan status gizi pra-hamil obesitas dan overweight sebaiknya lebih
berhati-hati karena lebih beresiko untuk mengalami Hypertensive Disorders saat
hamil.
c. Edema
Sejumlah 60-70% ibu hamil mengalami edema. Edema adalah pembengkakan
yang terjadi akibat efek fisiologis, yaitu menigkatnya volume plasma dalam tubuh

50
ibu hamil. Edema biasanya terjadi di bagian kaki, namun apabila ibu hamil tetap
mengonsumsi makanan tinggi natrium, edema dapat menyebar ke seluruh bagian
tubuh. Edema yang timbul dapat dikurangi dengan pembatasan makanan yang
mengandung natrium dan konsumsi garam maksimal ½ sendok teh per hari.

6. Tanda dan Bahaya pada Ibu Hamil


1. Pendarahan Pervaginam
Perdarahan pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, seangkan
perdarahan pada ibu hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu
dan bayi dalam kandungan.
2. Oedem/bengkak di kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala kadang
kala disertai kejang. Bengkak dan sakit kepala pada ibu hamil bisa
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.
3. Demam Tinggi Biasanya karena infeksi atau malaria. Demam tinggi
bisa menyebabkan keguguran atau kelahiran kurang bulan.
4. Anemia
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai
pada kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan dapat dilihat dari
hasil pemeiksaan konjungtiva pucat, selain itu anemia apat ditegakan
apabila dilakukan pemeriksaan hemoglobin dalam darah (Hb) <11 d/dL
dan hematokrit < 0,33. Penyebabnya karena kekurangan gizi untuk
pembentukan darah misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
6. Ibu muntah terus-menerus dan tidak mau makan

7. Nutrisi Ibu Hamil


Makanan yang diperlukan ibu hamil diperlukan untuk pertumbuhan janin,
plsenta, uterus, payudara dan kenaikan metabolisme. Anak aterm memerlukan 400
gr protein, 220 gr lemak, 80 gr karbohidrat dan 40 gr mineral. Uterus dan plasenta
membutuhkan masing-masing 500 gr dan 55 gr protein. Kebutuhan total protein

51
950 gr, kalsium 30 gr, Fe 0,8 gr dan asam folik 300 gr perhari. Adapun kenaikan
normal 6,5 kg sampai 16 kg.

B. IUGR
1. Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakan apabila pda pemeriksaan
ultasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10
dibawah usis kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik).
Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak
sesuai dngan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau
prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan resiko
kcacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan
ataupun setelah melahirkan. PJT terbagi atas dua, yaitu :
a. Pertumbuhan janin terhambat tipe I : simetriss atau proporsional (kronis)
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan
dengan hal ini adalah kelahiran kromosom, kelainan organ (terutama jantung),
infeksi TORCH (Toksoplasmosis, other Agent (Coxsackie virus, Listeria),
Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan
nutrisi berat pada bu hamil dan wanita hamil yang merorok.
b. Pertumbuhan janin terhambat tipe II : Asimetris atau disproportional (akut)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih
terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang
terganggu untuk yang pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya
terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang.
Faktor yang mempengaruhi adalah insufiensi plasenta yang terjadi karena
gangguan kondisi ibu termasuk diantaranyaa tekanan darah tinggi dan diabetes
dalam kehamilan.
Ada dua bentuk IUGR menurut Renfield (1975) yaitu :
1. Proportionate IUGR

52
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannnya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak
menunjukan adanya wasted oleh karena itu retardasi pada janin ini tejadi
sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress. Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar
kepalanya normal akan tetapu berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit,
kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang.

2. Penyebab
a. Penyebab Ibu
a) Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dariibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan
berat tidakadekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan
berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. Apabila wanita
dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal
ditambah dengan 10-12 kg.
b) Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hioertensi kronil, penyakit jantung sianotik,
diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua
penyakit dapat menyebabkan pre-eklamsi yang dapat membawa PJT.
c) Kebiasaa seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

b. Penyebab Janin
a) Infeksi selama kehamilan

53
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabakan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering meyebebkan PJT.
b) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelainan kromososm seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung
bawaab yang beat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan
dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT.
c) Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macsm zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rorok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.

c. Penyebab plasenta (ari-ari)


a) Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat
menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti abruptio plasenta, infark
plasenta (kematian sel pada lasenta), korioangioma, dan plasenta previa.
b) Kehamilan kembar
c) Twin-to-twin transfusion syndrome

d. Problematik Bayi IUGR


Bayi IUGR harus diwaspadai akan terjainya beberapa komplikasi yang
harus ditanggulangi dengan baik.
 Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks.
 Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi IUGR mempunyai HB
yang tinggi mungkin karena hipoksia kronik di dalam uterus.
 Hipoglikemi terutama bila pemberian minum terlambat.
 Keadaan ini yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang
masif, hipotermi, cacat bawaan akibat kelainan kromosom dan
infeksi intrauterin.

54
e. Perkembangan PJT Intrauterin
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh
kondisi diet rendah nutrisi terutama protein.
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas
dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukan bahwa
kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal
kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada
kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta,
tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai
kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi ekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi
antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung
pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan
pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan
membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah menjadi
prosesperlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

f. Tanda dan Gejala


PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan
penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang idak adekuat
juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim
yang lebih kecil dari yang seharusnya.

55
g. Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa
gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan, dll. Juga tergantung
pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
hamil, persalinan, dan postnatal.

h. Pengamatan langsung
Bila bayi dapat mengatasi problem yang dideritanya, maka perlu diamati
selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami
gangguan pendengaran, pengelihatan, kognitif, fungsi motor SSP da
penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan sebagainnya.

i. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur
pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat
kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang
paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan
janin melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan
untuk melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.

j. Penatalaksanaan
pada umumnya dengan perawatan neonatus umumnya, tetapi karena
bayi ini mempunyai problem yang agak berbeda maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi
harus segera diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyk kalori dibandingkan dengan bayi
SMK.

56
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.

k. Terapi
Kecacatan dan kematian meningkat sampai 2-6 kalipada janin dengan
PJT. Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada
terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang
sudah usia dalam kendsi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Kelainan organ harus dilakukan
adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh seelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada
janin ini dan bila kelainan kromososm dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan.
a. Tatalaksana umum : Setelah mencri adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus
dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila istirahat dirumah
tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan
janin serta pertumbuhan janin digunakan USG setiap 3-4 minggu.
b. Tatalaksana khusus : Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrissi harus
diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, pengunaan narkotik dan
alkohol maka semuanya harus dihentikan.
c. Proses melahirkan : Pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama kehamilan harud dilakukan untuk
mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar diakukan
apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care
segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian

57
distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT krena umumnya
PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah
dengan proses melahirkan.
d. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium
(terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan,
dimana janin dengan PJT asimetris dapat “catch-up) pertumbuhan
setelah dilahirkan.

l. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk
mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang
ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang
bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan
narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur
yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak
ikan juga baik di konsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun
infeksi yang terjadi harus baik.

C. Asuhan Antenatal Care


1. Pengertian
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan
asuhan antenatal, yaitu :
a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.

58
b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya.
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
d. Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi.
e. Memberikan Pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi.
f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

2. Tujuan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, meahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3. Jadwal Kunjungan
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat. Namun, jika kehamilan normal jadwal asuhan
cukup 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan
antenatal ini diberikan kode angka K yang merupakan singkatan dari
kunjungan.

59
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini
berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28
minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 mingu dan sebanyak
dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada
tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau
gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas
kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan
anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan
berbagai metode yang tersedia.

4. Kebijakan Teknis
Pengawasan selama kehamilan diantaranya yaitu : mengupayakan
kehamilan yang sehat, melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan rujukan bila diperlukan, persiapan persalinan yang aman
bersih dan perencanaan antisifatif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan bila terjadi komplikasi.

5. Pemberian Vitamin Zat Besi


Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung Feso4 320mg (zat besi 60mg) dan
Asam Folat 500mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.

6. Imunisasi TT
Tabel 2.1
Interval Lama %
Antigen
(Selang Waktu Minimal) Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - -

60
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun 99

7. Pelayanan Asuhan Standar


Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenaltal harus sesuai standar
yaitu “10 T”, meliputi :
a. Timbangan berat badan (T1)
Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat
badan normal pada waktu hamil 0,5 kg perminggu mulai trimester.
b. Ukur tekanan darah (T2)
Tekanan darah normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari
140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)
d. Nilai status gizi (lingkar lengan atas) (T4)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung jani (DJJ) (T5)
f. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T6)
g. Pemberian imunisasi TT (T7)
h. Pemeriksaan laboratorium (T8)
i. Tatalaksana kasus (T8)
j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
Selain sesuai standar yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu
hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu
satu kali pada trimeter pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali
pada trimester kedua (12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketigA
(usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap
ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.

61
Penilaian terhadap pelaksanaan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan
melihat cakupan K1 dan K4. Cakupkan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatn dibandingkan
dengan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu
tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai denga standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal
yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenagaa kesehatan.

D. Kala Persalinan
a. Kala I
Dimulai daru saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten yaitu pembukaan serviks yang
berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam. Fase aktif yaitu
berlangsung 6 jam dan dibagi atas tiga subfase yaitu: periode akselerasi
berlangsung dalam 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. Periode dilatasi aksismal
berlangsung cepat menjadi 9 cm. Periode eselerasi berlangsung lambatt, dalam
waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
b. Kala II
Dimulai pembukaan lengkap (10 cm) sampaui bayi lahir. Proses ini biaanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda-tanda persalinan kala
II sudah dekat :
1) Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)
2) Adanya tekanan pada spincter anus (teknus)
3) Perineum menonjol (perjol)
4) Vulva vagina membuka (vulka)
5) Jumlah pengeluaran air ketuban menigkat
6) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
7) Kepala telah turun di dasar panggul

62
8) Ibu kemungkinan ingin buang air besar
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu :
1) Tali pusat bertambah panjang
2) Adanya semburan darah
3) Bentuk uterus jadi bulat
Manajemen aktif kala III :
a. Menjepit tali pusat
b. Memberikan oksitosin 10 IU
c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
Satu tangan diletakan pada korpus uteri tepat di atas simpisis
pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso kranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu,
tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina
dan menegangkan tali pusat.
d. Massase fundus segera setelah plasenta lahir.
Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 15 menit .
(i) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika
kandung kemih penuh
(ii) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
(iii) Berikan oksitosin 10 IU dosis kedua jarak waktu dalam 15
menit dari pemberian oksitosin dosis pertama
(iv) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan
plasenta
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenra sampai 2 jam pertama
postpartum. Pemantauan dilakukan 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan
30 menit sekali pada 1 jam kedua setelah persalinan. Dengan mengobservasi
tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (tekanan darag, suhum nadi dan

63
pernafasan), kontaksi uterus, dan menilai jumlah pendarahan yang keluar
tidak melebihi 400-500 cc.
a. Kontraksi Uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-
sel otot tekanan darah ganglia dalam srviks dan segmen bawah rahim (SBR),
regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi
pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus
diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan
kontraksi secara klinis ditentukan denganmencoba apakah jari kita dapat menekan
dinding rahim ke dalam, interfal anatara kedua kontaksi pada kala pengeluaran
sekali dalam 2 menit.
b. Perubahan-perubahan Uterus
Keadaan segmen Atas Rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR).
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR
dibentuk oleh korpus uteri dan bersifaat memegang peranan aktif (berkontaksi)
dan dindingnya bertambah tebal dngan majunya persalinan, dengan kata lain SAR
mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar.
Sedangkan SBR dibentuk oleh ishtmus uteri sifatnya memegang sifat pasif dan
makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan
kata lain SBR dan serviks relaksasi dan dilatasi.
c. Perubahan Pada Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segmen Bawah Rahim
(SBR), dan serviks.
d. Perubahan Sistem Reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik menigkat kontraksi ini
merupakan kontraksi otot fisiologus yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama
kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progresteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progresteron menurun kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
e. Perubahan Tekanan Darah

64
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg. Pada waktu-waktu diantara
kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan.
f. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan
tetap. Peningkatan ini terutama disebebkan oleh aktifitas otot. Peningkatan
aktifitas metabolik terlihat dari peningktan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan,
denyut jantung, dan cairan yang hilang.
g. Perubahan Denyut Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih
rendah dari pada frekuensi diantara kontaksi dan peningkatan selama fase
penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
h. Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama perslinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang
menunjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkolasis (rasa
kesemutan pada ektremitas dan perasaan pusing).
e. Komplikasi dalam Persalinan
a. Gangguan Kala II persalinan
1) Distosia Bahu
2) Retensio plasenta
3) Inversio Uteri
4) Kematian ibu dan kematian bayi atau keduanya
5) Rupture uteri
6) Infeksi/sepsis peurperalis
7) Pendarahan postpartum
b. Gangguan Kala III Persalinan
1. Pendarahan postpartum primer yaitu pendarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya yaitu atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.

65
2. Pendarahan postpartum sekunder yaitu pendarahan yang terjadi
setelah 24 jam perama. Penyebab utamnya yaitu robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran.

4. Partograf
Partograf dipakai untuk mementau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf memberi peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu persalinan
berlangsung lama, adaya gawat ibu dan janin, bahwa ibu mungkin perlu di rujuk.
Partograf adalah alat bantu untuk memntau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.

E. Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali sepei semula sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih
selama 6 minggu.
Masa nifas (peurperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan seleai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.
b. Melakukan skrening yang komprehensif.
c. Memberikan pendiidkan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

66
3. Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan status bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.2
Waktu Pemeriksaan Pascanatal
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia
post uteri.
partum 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan rujuk bila pendarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemeriksaan ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi
baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2 6 hari 1. Memastikan infolusi uteri dengan berjalan
post dengan normal, uterus berkontrksi dengan baik,
partum tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
2. Menilai ada tanda-tanda demam, infeksi, dan
perdarahan.

67
3. Memastikan ibu istirahat yang cukup
4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan.
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui
6. Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir.
3. 2 minggu Asuhan pada dua minggu post partum sama dengan
post asuhan yang diberkan pada kunjungan 6 hari post
partum partum.

4. 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang


setelah penyulit-penyulit yang ia atau bayi
persalinan alami.
2. Memberi konseling untuk KB secara
dini.

4. Fase Masa Nifas


a. Fase Taking in atau tahap ketergantungan
Kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang
diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari, ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif, perhatian terhadap dirinya menatasi tubuhnya, misalnya
kelancaran miksi dan defikasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar
tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga
mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat
dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena

68
pada fase isangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau
primipara karena pada fase ini seiring dengan terjadinya post partum blues.
c. Fase letting go atau saling ketergantungan
Dimulai sekarang minggu ke 3-4 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah sembuh,
secara fisik ibu mampu mnerima tanggung jawab normal dan tidak lagi
menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah dilakukan kembali.

F. Bayi Baru Lahir


a. Pengertian Bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram – 4000 gram. Masa neonatus
atau bayi baru lahir adalah masa sejak bayi lahir hingga berusia 28 hari.
b. Penanganan Awal Bayi Baru lahir
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran
bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal yang meliputi :
a. Persalinan bersih dan aman
Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi
dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.
b. Memulai pernafasan spontan
Segera lakukan penilaian awal 0-30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir secara
cepat dengan mempertimbangkan atau menanyakan empat pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
2. Apakah bayi menagis spontan ?
3. Apakah tonus / kekuatan bayi cukup ?
4. Apakah ini kehamilan cukup bulan ?
c. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
1) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

69
2) Gulung sepotong kain dan letakkan kain dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
sedikit menengadah ke belakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi langsung
menangis.
5) Kekurangan zat asam pada BBL dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat
penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bayi bernafas tidak akan
menyebabkan aspirasi lendir.
1) Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap
ditempat.
2) Segera lakukan usaha menghisap mulut da hidung.
3) Petugas harus segera memantau dan mencatat usaha nafas yang
pertama.
4) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau
mulut harus diperhtikan.
d. Bantuan untuk memulai pernafasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan
ventilasi yang adekuat. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan
pemompaan bila setelah 1 menit bayi tidak bernafas.
1) Stabilisasi temperatur tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat.
Bayi baru lahir tidak dapar mengatur temperatur tubuhnya secara memadai,
dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak dapat dicegah.
Bayi yang kehilangan panas (hipotermia) beresiko tinggi jatuh sakit atau
meninggal.
2) Inisiasi Menyusui Dini
Protokol asidence based tentang asuhan BBL 1 jam pertama menyatakan
bahwa bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir
dan dibiarkan melakukan inisiasi menyusui dini. Paling sedikit 1 jam. Segera

70
setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, tali pusat diikat, letakan bayi di dada
ibu, biarkan kontak kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai
dapat menyusu sendiri, bayi diberi topi dan selimut.
3) Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena difesisensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup
tinggi, berkisar 0,25-0,5% untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua
bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosisi 1
mg/hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K prenatal dengan dosis 0,5
– 1 mg IM6.
4) Perawatan tali pusat
Usahakan setiap kali akan dan setelah merawat tali pusat harus mencuci
tangan terlebih dahulu. Jaga kebersihan tali pusat dan sekitarnya, dan diupayakan
tali pusat selalu dalam keadaan kering.
e. Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
f. Imunisasi di Indonesia
1) Imuniasi yang Diwajibkan
a) BCG (Bacillus Calmette Guerin): tujuan yang diharapkan anak terbebas
dari penyakit tuberkulisis (TBC)
b) DPT-HB
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan petusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang
merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan
bersifat non infectious.
c) Polio
Tujuan yang diharapkan anak terbebas dari penyakit poliomyelitis, reaksi
yang ditimbulkan biasanya tidak ada, mungkin padabayi akan terdapat
berak-berak ringan, pusing dan nyeri otot.

71
d) Campak
Tujuannya untuk mendpatkan kekebalan terhadap penyakit campak.
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi mungkin terdapat demam
ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada
hari ke 7-8 setelah penyuntikan, mungkin pula terdapat pembengkakan
pada tempat suntikan.
3) Imunisasi yang Dianjurkan
a) MMR (measies/campak, mumps/parotitis, Rubella/campak jerman)
b) Hb (Haemophilus Influenzae b)
c) Demam tifoid
d) Hepatitis A
g. Jadwal Imunisasi
Tabel 2.3
Jadwal Imunisasi DepKes RI tahun 2018

Waktu Jenis Imunisasi


0-7 hari Hepatitis B 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber : (Buku KIA,2015: 29)

I. Anemia Pada Ibu Hamil


a. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah
dan zat pewarna merah pada sel darah kurang dari 12% gram
(Winkjosastro,2002) sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna
merah pada sel darah dibawah 11% gram pada usia kehamilan 4-7 bulan

72
(Saifuddin,2002). Yaitu kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil
adalah ≥ 11 gr%. Hb ≥11 gr% :tidak anemia. Hb 9-10 gr% :anemia
ringan. Hb 7-8 gr% :anemia sedang. Hb ≤7 gr% :anemia berat.
Jadi Anemia bukan penyakit kurang darah tapi, kurangnya sel darah
merah karena jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah
pada sel darah yang rendah dalam darah.
b. Jenis – jenis Anemia
Anemia dalam kehamilan dapat di bagi menjadi :
1) Anemia defesiensi besi (62,3%)
Anemia defisiensi besi adalah Anemia yang terjadi akibat
kekurangan bahan pembentuk protein sel darah merah dalam darah.
Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsure besi
dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau
karena terlampau banyk besi keluar dari badan, misalnya perdarahan.
Diagnosis :
a) Untuk Anemia defesiensi besi yang berat di tandai dengan ciri-ciri
yang khas yaitu mikrisitosis dan hipokromasia.
b) Untuk Anemia defesiensi besi yang ringan tidak selalu di tandai
dengan cirri-ciri khas , banyak yang bersifat normositer dan normokrom.
Sifat lain yang khas yaitu : Kadar besi serum rendah, daya ikat besi serum
tinggi, protoporfirin eritrisit tinggi, dan tidak di temukan hemosiderin
dalam sum-sum tulang. Prognosis : Prognosis Anemia defesiensi besi
dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat
berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain.
Anemia berat dalam kehamilan muda yang tidak di obati dapat
menyebabkan abortus dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan
partus lama, perdarahan post partum dan infeksi. Walaupun bayi yang di
lahirkan dari ibu yang menderita anemia defesiensi besi tidak
menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang yang
barubeberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infatum.
Pencegahan dan Pengobatan : Di daerah dengan frekuensi kehamilan

73
yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau
glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di beri nasehat
untuk makan lebih banyak protein dan sayur yang banyak mengandung
mineral dan vitamin.
2) Anemia megaloblastik (29,0%)
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena
defesiensi asam folat. Diagnosis : Diagnosis anemia megaloblastik dibuat
apabila ditemukan megeloblas atau promegaloblas dalam darah atau sum-
sum tulang belakang. Prognosis : Anemia megaloblastik dalam kehamilan
mempunyai prognosis cukup baik . Pengobatan dengan asam folat hampir
selalu berhasil. Pencegahan dan Pengobatan: Asam folat 15-30 mg per
hari, Vitamin B12 3x1 tablet per hari, sulfas ferosus 3x1 tablet per hari,
pada kasus berat diberikan penambah darah.
3) Anemia hipolastik (8,0%)
Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh
penurunan fungsi kerja sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
baru.Pengobatannya yaitu dengan transfuse darah.
4) Anemia hemolitik (0,7%)
Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan penghancuran
atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatanya.
Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan. Pengobatan : Tergantung pada jenis anemia
ini serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya
diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obtan, hal ini tidak memberikan hasil sehingga
penambah darah berulang dapat membantu penderita.

c. Etiologi
Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh kekurangan bahan
pembentuk protein sel darah merah dan perdarahan secara mendadak

74
bahkan tidak jarang keduanya saling berhubungan (Safuddin,2002).
Menurut mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya aadal sebagai
berikut:
1) Kurangnya bahan pembentuk protein sel darah merah dalam makanan yang
dikonsumsi, Kebutuhannya bagi ibu hamil sekitar 1000mg yaitu 500mg
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, 300mg untuk bayi, dan 200mg
untuk mangganti kehilangan bahan pembentuk protein sel darah merah setiap
hari. Rata-rata ibu hamil normal perlu menyerap 3,5mg setiap hari atau
meyerap 20% yang masuk.
2) Penyerapan bahan pembentuk protein sel darah merah yang tidak sempurna
akibat mencret yang sudah berlangsung lama, pembedahan tertentu pada
slauran pencernaan seperti: lambung. Bahan pembentuk protein sel darah
merah diserap dari saluran pencernaan. Sebagian besar diserap dari usu halus
bagian atas terutama usus 12 jari. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan,
maka penyerapan dari saluran pencernaan menjadi tidak sempurna. Hal itu
menyebabkan kurangnya jumlah bahan pembentuk protein sel darah merah
didalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.
3) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi berat, luka,
kanker dan perdarahan pada lambung dan usus akibat tindakan pemberian
obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan
bahan pembentuk protein sel darah merah dalam tubuh sehingga
pembentukan sel darah merah terganggu.
4) Kurang gizi
5) Penyakit-penyakit yang sudah berlangsung lama seperti TBC paru,cacing
usus, malaria
Penyakit yang menyebabkan anemia dalam kehamilan:
1. Yang di dapat: anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan, anemia
akibat radang, anemia megaloblastik, anemia hemolitik didapat, anemia
aplastik atau hipoplastik.
2. Yang diturunkan : talasemia, hemoglobinopati sel sabit, hemoglobinopati
lain, anemia hemolitik hereditas.

75
3. Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat
defisiensi besi dan akibat perdarahan. (Kapita Selekta Kedokteran ; h.288)
Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentukan Hb. Oleh
karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”
Anemia gizi besi terjadi karena hal-hal berikut ini:
1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikosumsi tidak mencukupi
kebutuhan.
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. ( Feryanto, Achmad, 2011:
37-38)
Diagnosis Anemia Pada Kehamilan. Untuk menegakkan diagnosis anemia
kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang dan keluhan mual –
muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan
sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : tidak anemia
2) 9 – 10 gr % : anemia ringan
3) 7 – 8 gr % : anemia sedang
4) < 7 gr % : anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I
dan trimester II. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet
pada ibu – ibu hamil di puskesmas.(Prof. Ida Bagus Gde Manuaba, : h. 30)

d. Tanda dan gejala


Ibu hamil yang terkena anemia biasanya memiliki banyak tanda
dan gejala anemia pada umunya seperti badan tersa cepat lelah,
kekurangan energi, kurang nafsu makan , daya konsentrasi menurun,
sakit kepala , mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, wajah

76
dan kelopak mata, bibir serta kuku pucat, bahkan pada anemia berat
berakibat penderita sesak nafas bahkan lemah jantung ( Proverawati,
2009 ).
Tabel 2.1 tanda dan gejala anemia
Ringan Sedang Berat
Gejala : Gejala : Gejala :
1. Cepat lelah 1. fatig 1. fertigo
2. Sakit kepala 2. sulit konsentrasi 2. depresi,gangguan tidur
3. Kekurangan keletihan, 3. dyspnea pada istirahat
Energi keringatbanyak 4. keletihan berat,
4. Mual dan kurang 3. berdebar kelemahan
Nafsu makan 4. dyspnea pucat
5. pucat pada aktivitas
5. pucat
Sumber Laksmi , 2008

e. Patofisiologi
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki –laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan
kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untk meningkatkan jumlah sel darah merah dan
membentuk sel darah merah janin dan plasenta.makin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan
menjadi makin anemis.
Pada kehamilan relatif terjadi anemia darah ibu hamil mengalami
hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah
18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum ibu
sebelum hamil sekitar 11gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan
mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai
10gr%.

77
Setelah persalinan, dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu akan
kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan
kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak
mungkin dapat dapat dilaksanakan dengan baik. (Prof. Dr Ida Bagus Gde
Manuaba, SpOG, : h.29)

f. Pemeriksaan Diagnostik
Penderita biasanya merasa mudah lelah, letih, dan lesu. Penderita juga
merasa pusing dan sering pingsan. Hasil dari pemeriksaan medis pada ibu hamil
dengan penderita anemia bisanya dengan infeksi dan palpasi pada bagian mata
(konjungtiva) tampak pucat. Selain itu apabila telah ditemukan tanda kepucatan
pada konjungtiva biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
memeriksa kadar darah dalam tubuh (Hb) dan hematorkrit dalam darah. Dari hasil
pemeriksaan apabila di dapatkan hasil sebagai berikut dapat digolongkan pada
penderita anemia:
Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat
dibagi 3 kategori yaitu (Manuaba, 2002):

 Anemia Ringan : Kadar Hb 9 – 11 gr%


 Anemia Sedang : Kadar Hb 7 – 8 gr%
 Anemia Berat : Kadar Hb < 7 gr%

g. Komplikasi / prognosis
a. Bahaya selama kehamilan :
1) Dapat terjadi Abortus
2) Persalinan premature
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim

b. Bahaya saat persalinan


1) Gangguan his – kekuatan mengejan
2) Perpanjangan kala I dan II

78
3) Retensiso plasenta
4) HPP karena atonia uteri

c. Bahaya saat Nifas


1) Subinvolusi uteri
2) Infeksi puerpurium
3) Pengeluaran ASI bekurang

d. Bahaya terhadap janin


1) Abortus
2) Kematian intruterin
3) Persalinan prematur
4) BBLR
5) Cacat bawaan dan intelegensi rendah

h. Penatalaksanaan Anemia
a. Pastikan diagnosis
b. Rawat di rumah sakit.
c. Penanganan sesuai tingkatan anemia yang diderita yaitu :
1. Anemia ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9 – 10,9 gr% masih dianggap ringan
sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 400 mg asam
folat peroral sekali sehari. Hb dapat dinaikkan sebanyak 1 gr%/ bulan.

2. Anemia sedang
Pengobatan dapat dimulai dengan pemberian preparat besi feros 600 –
1000 mg/ hari seperti sulfat ferossus atau glukonas ferossus. Hb dapat
dinaikkan sampai 10 gr/ 100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai
janin lahir. Pemberian tablet Fe 3×1.

79
3. Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg ( 20 ml ) intravena 2×10 ml intramuskuler pada gluteus. Transfusi darah
kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat
resiko transfusi bagi ibu dan janin.

80
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL (DATA SEKUNDER)


Data pemeriksaan ibu hamil ini adalah data sekunder dikutip dari status Ny. R
di RS bayu asih Purwakarta.
BIODATA
Nama Ibu : Ny. R Nama suami : Tn. T
Umur : 23 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kp. Pangkalan Plered Rt 05 / Rw 03 kecamatan Plered
Purwakarta
B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
No. Rekam Medik : 31. 16. 45
Tanggal Masuk : 12 Februari 2018
Tanggal/jam pengkajian : 12 Februari 2018/ 09.00
Pengkaji : Hellen Armaristha
Tempat : RSUD Bayu Asih Purwakarta
1. DATA SUBJEKTIF
1. ALASAN PERIKSA
Ibu datang ke IGD Ponek pada pukul 03.30 tanggal 12 Februari 2018 atas rujukan
bidan dengan indikasi anemia sedang. Ibu mengatakan mudah lelah dan sering
merasa pusing tanpa disertai mual muntah. Ini kehamilan yang pertama dan belum
pernah keguguran,pergerakan janin masih dirasakn ibu dalam 24 jam terakhir.

2. RIWAYAT MENSTRUASI
Ibu mengatakan menstruasi pertama kali pada usia 14 tahun dengan siklus haid 28
hari secara teratur dan lamanya 7 hari, konsistensi darah cair, tidak berbau khas,

81
ibu mengatakan menggati pembalut 2x dalam sehari. ibu jarang mengeluh
dysmenore atau nyeri haid.
3. RIWAYAT PERNIKAHAN
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan yang pertama bagi ibu dan suami, ibu
menikah pada usia 22 tahun dan suami 22 tahun. Lama pernikaha ibu sekitar
kurang lebih 1 tahun.
4. RIWAYAT GENEKOLOGI
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan organ
reproduksi, seperti kista ovarium, Ca serviks, mioma, molahidatidosa, dll.
5. RIWAYAT PENYAKIT
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang dapat memperberat dan di
perberat oleh kehamilan, seperti diabetes melitus, asma, hipertensi, jantung, dll.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan,
ataupun penyakit menular, seperti TBC, hepatitis, hemofilia, dll.
7. RIWAYAT SEKSUAL
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam aktivitas seksualnya, ibu mengatakan
saat kehamilannya melakukan kurang lebih 2x, posisi menyesuaikan.
8. RIWAYAT KONTRASEPSI
Ibu engatakan belum pernah menggunakan KB sebelumnya. Rencana KB yang
akan digunakan setelah melahirkan yaitu kontrasepsi pil KB.
9. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya, ibu tinggal dengan suami,
keluarga pun sangat mendukung dengan kehamilannya, pengambilan keputusan
dilakukan oleh suami. Tidak ada pantrangan mengemil.
10. RIWAYAT NUTRISI
Pola makan ibu kurang baik karena ibu tidak menyukai sayur mayur dan ibu
jarang mengkonsumsi buah-buahan. Tidak ada makanan yang di pantrang. Tidak
ada perubahan pola makan yang signifikan pada saat ibu hamil. Tidak ada alergi
terhadap suatu makanan, makanan yang terakhir di makan yaitu roti dan susu jam
21.00 WIB.

82
11. RIWAYAT AKTIVITAS
Aktifitas ibu sehari-hari ibu dirumah dengan beban kerja ringan. Pola istiraht ibu
cukup teratur, ibu tidur siang 2 jam dan tidur malam 8 jam.
12. RIWAYAT ELIMINASI
BAB : Frekuensi 1x / 2hari ; konsistensi : padat ; keluhan : tidak ada terakhir
BAB : 07.00 WIB
BAK : Frekuensi 3x / hari : warna : kekuningan ; keluham : tidak ada
13. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DAN BAHAN LAIN
Ibu mengatakan tidak merokok, dan minum-minuman keras, ibu tidak minum
jamu-jamuan, selama hamil. Suami tidak merokok dan tidak minum-minuman
keras, ibu hanya meminum obat dari bidan yaitu tablet Fe, kalsium, dan vitamin.

2. DATA OBJEKTIF
a. KEADAAN UMUM : Baik
b. KESADARAN : Komposmentis
c. TANDA-TANDA VITAL :
TD : 100/70
Nadi : 90x /menit
Respirasi : 21 /menit
Suhu : 36,1 0C
d. BB sekarang : 54 kg BB sebelum hamil : 48 cm TB : 150 cm
e. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA
Rambut : warna hitam coklat, bersih, tidak ada benjolan atau lesi
Muka : tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva tampak pucat, sklera berwarna putih agak pucat
Hidung : tidak ada polip, nyeri tekan, ataupun pengeluaran
Telinga : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan pengeluaran, fungsi
pendengaran baik
Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, tidak ada stomatitis, gigi tidak
carises, tidak terdapat gigi berlubang.

83
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar lympe, pembesaran vena jugularis,
ataupun pembesaran kelenjar tyroid, reflek menelan baik.
2. DADA
Paru-paru : pergerakan nafas reguler dan bunyi nafas vasikuler, tidak ada
ronchi maupun wheezing
Jantung : lup dup dengan pergerakan reguller, dengan frekuensi 90x /menit
Payudara : bentuk normal, ukuran simetris, putting susu menonjol, tidak ada
colostrum, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar axillar
3. ABDOMEN
Tidak ada bekas luka operasi atau SC, tidak terdapat linnea nigra, tidak ada lesi,
nyeri tekan ataupun benjolan abnormal lainnya.
TFU : 28 cm
Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong.
Leopold II : sebelah kiri ibu teraba panjang, keras seperti papan yaitu
punggung, sebelah kanan ibu teraba bagian terkecil janin atau
ektremitas
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala, bagian terendah janin
kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergen
Penurunan : 3/5 bagian
DJJ : 140x /menit
Kontraksi : Frekuensi 4x dalam 10 menit durasi 40 detik
TBF : 2300 gram
4. ANOGENITAL
Terdapat pengeluaran lendir dengan warna putih bening jumlah sedikit,
konsistensi kental, bau khas. Pemeriksaan dalam pada pukul 09.15 WIB.
- Vulva / Vagina : tidak ada lesi, varises ataupun
pembengkakan kelanjar bartholini
- Portio : Tipis lunak
- Pembukaan serviks : 8 cm

84
- Ketuban : (+) Jernih
- Presentasi janin : Kepala
- Molage : tidak ada molase
- Penurunan bagian terendah : station +1
- Teraba bagian kecil janin : tidak ada
- Anus : tidak ada haemoroid
5. EKSTREMITAS
Ekstremitas atas : tidak ada oedem dan ada kepucatan pada
kuku, turgor normal, reflek baik
Ektremitas bawah : tidak terdapat oedem, dan ada kepucatan
pada kuku, turgor normal, tidak ada
varises, dan reflek baik.
f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) LABORATORIUM
Darah : Hb 7,8 gr%
Urine : Protein (-) Glukosa (-)
Lain-lain : tidak ada
2) USG, hasil : (-)

3. ANALISA
G1P0A0 gravida 38-39 minggu dengan Anemia

4. PENATALAKSANAAN
1) Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan ibu sudah
memasuki 8 cm
Evaluasi : ibu mengetahui hasilnya.
2) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
Evaluasi : ibu minum teh manis dan makan-makanan ringan.
3) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obgin
Evaluasi :
4) Melakukan pemasangan infus

85
Evalusi : sudah dilakukan ditangan kiri dan digunakan cairan RL dengan 20
tetes /menit.
5) Memberikan terapi antibiotik
Evaluasi : Dilakukan skin test terlebih dahulu setelah 15 menit ibu tidak
merasa gatal, panas atau kemerahan dan diberikan ceftriaxsone 1 gram secara
IV. Mempersiapkan alat-alat partus dan obat-obatan yang akan digunakan.
Evaluasi : alat-alat dan obat-obatakan sudah segera dipakai
6) Observasi keadaan umum, TTV 3 jam sekali, HIS dan DJJ setiap 1 jam sekali
Evaluasi : sudah dilakukan observasi dan ditulis dilembar observasi
7) Menyarankan ibu untuk istirahat total
Evaluasi : ibu siap melakukannya

Tabel 3.2
Catatan Perkembangan Kala I
No Hari/ Catatan perkembangan Ket
Tanggal/
jam
1. S : Ibu mengatakan merasakan semakin mulas
dan gelisah ingin mengedan
O : TD : 100/70
Nadi : 90x /menit
Respirasi : 21 /menit
Senin, 12 Suhu : 36,1 0C
Februari His : Frekuensi 4 kali dalam 10 menit
2018 lamanya 40 detik
Pukul .... DJJ : 140x /menit
Vagina : tidak ada lesi, varises, ataupun
pembengkakan kelenjar bartholin.
Portio : Tipis lunak
Pembukaan serviks : 8 cm
Ketuban : (+) jernih

86
Presentasi janin : Kepala
Moulage : tidak ada molase
Penurunan bagian terendah : station +1
Teraba bagian terkecil janin : tidak ada
A : G1P0A0 partuterin gravida 38-39 mgg
inpartu kala I fase aktif, dengan anemia sedang.
Janin tunggal hidup intrauterin dengan
presentasi kepala.
Masalah potensial :
Ibu : Retensio plasenta
Janin : Gangguan tumbuh kembang janin
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga bahwa pembukaannya
sudah mendekati pembukaan lengkap yaitu
8 cm dengan keadaan umum ibu dan janin
baik.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui
keadaannya
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis
obgyn.
Evaluasi :
3. Mengobservasi DJJ, his setiap 1 jam sekali
serta memantau pembukaan serviks dan
penurunan kepala setiap 4 jam sekali
Evaluasi : sudah dilakukan dan dicatat di
lembar observasi.

2. Senin, 12 S : ibu mengatakan mules-mules makin sering Kala II


Februari dan ada rasa ingin BAB.
2018 O : TD : 120/70

87
Nadi : 90x /menit
Respirasi : 21 /menit
Suhu : 36,5 0C
His : Frekuensi 5 kali dalam 10 menit
lamanya 45 detik
DJJ : 140x /menit
Pembukaan : 10 cm
A : G1P0A0 partuterin gravida 38-39 mgg
inpartu kala I fase aktif, dengan anemia sedang.
Janin tunggal hidup intrauterin dengan
presentasi kepala.
Masalah potensial :
Ibu : Retensio plasenta
Janin : Gangguan tumbuh kembang janin
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga bahwa pembukaannya
sudah pembukaan lengkap yaitu 10 cm dan
mulesnya akan semakin kuat dan durasinya
semakin lama..
Evaluasi : ibu dan keluarga memahami
keadaannya
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat
diantara kontraksi.
3. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan
obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi
ibu dan bayi baru lahir, untuk bayi siapkan
tempat datar dan keras, 2 kain 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
jaraknya 60 cm dari tubuh bayi.

88
4. Memakai alat perlindungan diri dan
memasang alas bokong pada ibu.
5. Memasang kain diatas perut ibu.
6. Mengatur posisi ibu sesuai yang diinginkan.
7. Mengajarkan ibu untuk meneran seperti
BAB ketika mules, kedua tangan
memegang kedua paha, dan kepala
ditundukan melihat ke perut.
8. Mendekatkan partus set memakai sarung
tangan DTT pada kedua tangan.
9. Melakukan episiotomi, dengan memasukan
jari tangan kedalam vagina sebagai batas
antara kepala bayi dan perineum. Saat ibu
mengedan, kepala bayi membuka vulva 3-4
cm lalu melakuka episiotomy kearan
samping kiri membuat sudut 45 derajat dari
perineum. Tekan luka pada perineum
dengan kasa sambil ibu tetap mengedan
saat ada kontraksi.
10. Menolong persalinan
11. Melakukan penilaian selintas
12. Mengeringkan bayi dengan segera, dimulai
dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya.
13. Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada janin kedua.
14. Jam lahir : 09.38 WIB
BB : 2300 gram
JK : Perempuan
PB : 44 cm
APGAR score : 9/10

89
3. Senin, 12 S : Ibu masih merasa mules dan merasa senang Kala III
Februari atas kelahiran bayinya.
2018 O : Keadaan ibu : baik
Pukul Kesadaran : komposmentis
09.45 Kandung kemih : kosong
Tanda-tannda pelepasan plasenta :
Ada semburan darah, tali pusat memanjang,
uterus berkontraksi
A : P1A0 Kala III inpartu dengan keadaan ibu
baik.
P :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui
keadaannya
2. Melakukan Manejemen Aktif Kala III.
Evaluasi :
- Melakukan peregangan tali pusat
terkendali tangan kanan melakukan
peregangan tali pusat dan tangan kiri
melakukan dorsokranial.
- Melahirkan plasenta ; setelah plasenta
tepat didepan vulva lahirkan plasenta
dengan memutar searah jarum jam,
plasenta lahir pukul 09.48
- Melakukan massase uterus selama 15
detik.
- Memeriksa laserasi dan pendarahan.
Evaluasi : laserasi derajat II, dan luka
episiotomy, perdarahan normal
- Mencelupkan kedua tangan pada klorin

90
kemudian air DTT lalu keringkan.
4. Senin, 12 S : Ibu mengatakan masih merasa mules dan Kala IV
Februari lemas.
2018 O : Keadaan ibu : baik
pukul Kesadaran : komposmentis
09.55 TD : 110/70
Nadi : 86x /menit
Respirasi : 20 /menit
Suhu : 36,8 0C
Kandung kemih : kosong
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : kuat dan baik
Laserasi : derajat II
A : P1A0 kala IV persalinan normal dengan
keadaan ibu baik.
P:
- Memberitahukan hasil pemeriksaan
pada ibu
Evaluasi : ibu sudah mengetahui
keadaannya.
- Memberitahukan ibu akan dilakukan
penjahitan dan penyuntikan anastesi.
Evaluasi : ibu bersedia
- Melakukan penjahitan
Evaluasi : penjahitan dilakukan dengan
teknik jelujur dan simpul.
- Memantau pendarahan
Evaluasi : pendarahan ±50 ml.
- Membersihkan ibu dengan air DTT
Evaluasi : sudah dilakukan
- Mendokumentasikan tempat bersalin

91
dengan larutan klorin
Evaluasi : sudah dilakukan
- Merendam peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit.
- Membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai.
- Mengajarkan ibu cara massase uterus.
Evaluasi : diajarkan dengan cara
melakukan gerakan memutar-mutar
dibagian perut ibu dengan tangan
sampai terasa ada gumpalan teraba
keras.
- Melanjutkan pemantauan kontraksi 2-3
kali dalam 15 meni pertama pasca
persalinan dan 30 menit pasca
persalinan pada jam kedua.
Evaluasi : sudah dilakukan dan
terlampir dalam partograf.
- Menganjurkan keluarga untuk memberi
makan dan minum pada ibu.
Evaluasi : keluarga memberi makan
dan minum pada ibu.
- Mencelupkan sarung tangan kotor ke
dalam larutan klorin 0,5% balikan
bagian dalam keluar dan rendam
dilarutan klorin 0,5% selama 10 menit.
- Mencuci tangan dengan sabun di air
mengalir.
- Melakukan pendokumentasian.

92
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM
No. Rekam Medik : 31. 16. 45

Tanggal Masuk : 13 Februari 2018

Tanggal/Jam Pengkajian : 10.45 WIB

Pengkaji : Elvaramitha Yandini

Tempat : Ruang Nifas RSUD Bayu Asih

1. DATA SEBJEKTIF
1. ALASAN PERIKSA
Ibu mengatakan bahwa ibu telah melahirkan secara spontan pada tanggal 12
Februari 2018 pukul 09.38 WIB dan ibu mengatakan masih merasa linu pada luka
jahitan.
2. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
Ini merupakan persalinan yang ke-1 ibu tidak pernah mengalami keguguran.
Persalinan ditolong oleh Bidan. Tempat persalinan di RS BAYU ASIH
PURWAKARTA dengan cara persalinan pervaginam. Penyulit pada persalinan
dengan Anemia. Jenis kelamin anak perempuan BB : 2300 gram, PB : 44 cm, bayi
menangis spontan.
3. RIWAYAT KONTRASEPSI
Ibu mengatakan belum menjadi akseptor KB. Rencana KB yang akan digunakan
setelah melahirkan yaitu kontrasepsi pil.
4. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu mengat mentakan sangat senang dengan kehamilannya, ibu tinggal dengan
suami, keluarga pun sangat mendukung dengan kehamilannya, pengambilan
keputus dilakukan oleh suami. Tidak ada adat istiadat yang merugikan saat hamil.
5. RIWAYAT NUTRISI
Ibu sudah diberikan makan dan minum setelah post partum.

93
6. RIWAYAT ELIMINASI
BAB : Ibu mengatakan belum BAB
BAK : Ibu sudah buang air kecil, dengar warna kuning jernih dan
jumlah 700 cc, tidak ada keluhan selama BAK.
7. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT OBATAN DAN BAHAN LAIN
Obat obatan setelah melahirkan : Ceftriaxone 1x1 secara IV,
Metronidazole, Cefodroxyl, dan Asam Mafenamat.
2. DATA OBJEKTIF
1) KEADAAN UMUM : BAIK
2) KESADARAN : KOMPOSMENTIS
3) TANDA TANDA VITAL :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 81x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 37,0o C
4) PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA
Rambut : Warna hitam, bersih, tidak ada benjolan atau lesi

Muka : Tidak ada oedema

Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih

Hidung : Tidak ada polip, nyeri tekan atau pun pengeluaran

Telinga : Tidak ada benjolan, nyeri tekan dan pengeluaran,

fungsi pendengaran baik


Mulu : Bibir lembab, warna merah muda, tidak ada
stomatitis, gigi tidak karies, tidak terdapat gigi
berlubang.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran


vena jugularis, ataupun pembesaran kelenjar thyroid, reflex menelan positif

94
2. DADA
Payudara : Bentuk normal, ukuran simetris, putting susu menonjol, ada
kolostrum, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
axiller, putting susu tidak lecet, ASI sudah keluar.

3. ABDOMEN
Tidak terdapat luka operasi/SC, tidak ada benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri
tekan, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, dan kandung kemih
kosong

4. ANONGENITAL
Pengeluaran pervaginam/lochea rubra, warna darah segar, jumlah kurang lebih 50
cc, konsistensi cair dan dengan bau yang khas.

Vulva : tidak ada lesi dan tidak ada varises

Luka jahitan : tidak ada


Anus : tidak ada haemoroid
5. EKSTREMITAS
Ekstremitas atas : tidak ada oedema dan kepucatan pada kuku, turgor
normal, reflex positif, infus RL+Oxcytosin 1 amp diberikan 20 gtt/menit

Ekstremitas bawah : tidak ada oedema dan kepucatan pada kuku, turgor normal,
tidak ada varises, reflex positif

3. ANALISA
P1A0 post partum 6 jam dengan keadaan ibu baik
Masalah potensial
Ibu : tidak ada

4. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibi dalam
keadaan baik.

95
Evaluasi : Ibu mengerti dan merasa senang sudah mengetahui
kondisinya secara langsung
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa linu pada luka jahit yang
dirasakan ibu adalah hal yang fisiologis
Evaluasi : Ibu mengerti dan ibu sudah tidak khawatir lagi
3. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah vulva yaitu dengan
membasuhnya dari depan ke belakang dengan menggunakan sabun dan
air dingin
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, serta memakan makanan
yang banyak mengandung protein, agar mempercepat penyembuhan
luka jahitan. Dan buah-buahan untuk memperlancar produksi ASI.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan miring kanan dan
miring kiri.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup setelah melahirkan
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjurannya
7. Menganjurkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar
Evaluasi : Ibu mengerti dan bia mengulangnya kembali
8. Menganjurkan ibu untuk memberkan ASI Exklusif selama 6 bulan
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjurannya
9. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda bahaya selama masa nifas
seperti terdapat perdarahan, pusing yang hebat, pandangan kabur,
demam >38, adanya pembengkakan pada daerah wajah
Evaluasi : ibu mengerti dan akan segera datang ke fasilitas kesehatan
jika mengalaminya
10. Memberitahukan ibu bahwa akan dilakukan kunjungan 1 minggu
setelah bersalin
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia
11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

96
Evaluasi : Sudah dilakukan

Tabel 3.4
Catatan Perkembangan Post Partum

No Tanggal/ Catatan perkembangan Ket


Hari /
Jam
1. Selasa, S : Ibu mengatakan masih merasa linu
13 pada luka jahitan.
Februari O : Keadaan umum : baik
2018 Kesadaran : komposmentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 81x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 37,0o C
Pemeriksaan fisik
Muka : tidak ada oedema, tampak
sedikit pucat
Mata : konjungtiva tampak pucat, sclera
putih.
Payudara : bentuk simetris, puting susu
menonjol, tidak ada nyeri tekan, ASI
keluar, tidak ada pembengkakan pada
payudara.
Abdomen : TFU sudah tidak teraba,
terdapat diastasis rekti 2, kandung kemih
kosong.
Genetalia : terdapat pengeluaran lochea
rubra, tidak ada kelainan, dan luka

97
jahitan sudah kering.
A : P1A0 post partum 6 jam dengan
keadaan ibu baik.
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
yang didapat bahwa ibu dalam
keadaan baik.
Evaluasi : ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Memberitahu kepada ibu bagaimana
cara menyusui yang benar sehingga
ibu pun merasa nyaman.
Evaluasi : ibu mengerti dan
melakukannya dengan menempelkan
putting susu ibu beserta bagian
aerolanya kedalam mulut bayi
dengan posisi ibu menyesuaikan.
3. Menganjurkan ibu untuk
mengoleskan ASI pada putting susu
setiap kali selesai menyusui untuk
mencegah terjadinya lecet pada
putting susu yang disebabkan karena
teknik susu yang kurang tepat.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan
mengikuti anjuran
4. Memastikan ibu untuk mengatur
pola istirahatnya. Seperti
mengusahakan tidur disiang hari
maksimal 2 jam dan tidur malam 7-8
jam.
Evaluasi : ibu akan mengatur pola

98
istirahat untuk memenuhi kebutuhan
istirahatnya.
5. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung protein, seperti
telur, sayuran, ikan, kacang-
kacangan, dan susu.
Evaluasi : ibu menerima saran yang
diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk sering
mengganti pembalut dan menjaga
luka perineumnya agar tetap kering
dan bersih.
Evaluasi : ibu mengikuti anjuran.
7. Mencatat hasil pemeriksaan dalam
bentuk SOAP.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


No. Rekam Medik : 31. 16. 45

Tanggal Masuk : 12 Februari 2018

Tanggal/Jam Pengkajian : 11.00 WIB

Pengkaji : Asri Septiani

Tempat : Ruang Nifas RSUD Bayu Asih

BIODATA
Nama Bayi : By. Ny. R
Tanggal lahir/hari/jam : 23 tahun

99
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 2300 gram
Panjang Badan : 44 cm

1. DATA SEBJEKTIF
1. ALASAN PERIKSA
Untuk mengetahui keadaan umum bayi baru lahir 2 jam.
2. RIWAYAT PERSALINAN
Persalinan ibu ditolong oleh bidan, tempat persalinan di RS Bayu Asih
dengan ccara persalinan pervaginam, penyulit pada persalinan anemia
sedang dengan Hb 7.8, jenis kelamin anak perempuan, BB : 2300
gram, PB : 44 cm, penyulit pada anak tidak ada.
3. RIWAYAT KEADAAN BAYI SAAT LAHIR
Warna kulit kebiruan, pernafasan vasikuler, bergerak aktif, tonus otot
kuat, bayi menangis spontan.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu mengatakan keluarga tidak menderita penyakit keturunan ataupun
penyakit yang menular.
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Respon ibu terhadap kelahiran baik, dukungan keluarga terhadap
kelahiran bayinya baik, pengambilan keputusan dalam keluarga suami,
dan tidak ada adat istiadat dalam keluarga.
6. INTAKE CAIRAN
Bayi telah disusui dengan susu formula, bayi menyusu sudah 2 kali
sebanyak kurang lebih 30 cc, selama 10 menit, terakhir minum susu
pukul 10.00 WIB.
7. RIWAYAT ISTIRAHAT
Bayi tidur dengan baik.
8. RIWAYAT ELIMINASI
BAB : bayi sudah BAB 1 kali, konsisensi lembek, dengan warna
hitam.

100
BAK : bayi sudah BAK dengan warna kuning jernih.
9. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT OBATAN DAN BAHAN LAIN
Obat obatan setelah melahirkan : Ceftriaxone 1x1 secara IV,
Metronidazole, Cefodroxyl, dan Asam Mafenamat.

2. DATA OBJEKTIF
1) KEADAAN UMUM : BAIK
2) KESADARAN : KOMPOSMENTIS
3) TANDA TANDA VITAL :
Frekuensi Jantung : 130x /menit
Respirasi : 54x /menit
Suhu : 36,5o C
5) PEMERIKSAAN FISIK
1. ANTROPOMETRI
BB : 2300 gram
PB : 44 cm
LK : 30 cm
(Fronto Oksipito) : 30 cm
(Sub Oksipito) : 30 cm
(Sub Mento oksipito) : 28 cm
Kulit : warna kebiruan, terdapat verniks, tidak ada bercak hitam dan
tidak ada tanda lahir.
Kepala : Bentuk simetris, tidak ada moulage, tidak ada caput sucsedenum
dan tidak ada cepal hematoma.
Mata : bentuk simetris, konjungtiva merah muda dan sklera putih.
Telinga : ada hubungan letak dengan mata dan kepala, tidak ada benjolan
dan nyeri tekan, bersih dan tidak ada pengeluaran.
Hidung : Bentuk simetris, terdapat cuping hidung dan tidak ada
pengeluaran.
Mulut : bentuk simetris, warna merah muda, lembab, tidak ada

101
labioskizis, tidak ada labiopalatoskizis, reflek sucking bagus,
reflek rooting bagus, dan reflek swallowing bagus.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar lymfe, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, reflek menelan
bagus dan reflek tonic neck bagus.

2. DADA
Paru – paru : pergerakan nafas reguler dengan bunyi vasikuler tidak ada ronchi
maupun wheezing.
Jantung : lupdup dengan irama reguler, frekuensi 140x /menit.
Payudara : bentuk normal, ukuran simetris, putting susu menonjol, dan tidak
ada tarikan dinding dada.
3. SYSTEM SARAF
Reflek moro positif.
4. ABDOMEN
Bentuk normal, tidak ada penonjolan tali pusat, tidak ada perdarahan atau
infeksi tali pusat, keadaan perut pada saat menangis tidak lembek, dan tidak
ada penonjolan pada sekitar perut bayi.
5. ANOGENITAL
Labia mayora sudah menutupi labia minora.
6. EKSTREMITAS
Ekstremitas atas : Gerakan kurang aktif, jumlah jari lengkap, reflek
menggenggam/reflek grassping positif.
Ekstremitas bawah : Gerakan kurang aktif, jumlah jari lengkap, reflek
babinsky positif.
PUNGGUNG : Tidak ada pembengkakan, tidak ada cekungan dan
tidak ada spina bifida.

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan dengan usia 2 jam dengan keadaan umum baik.
Masalah potensial

102
Ibu : tidak ada

4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayinya baik akan tetapi berat badan bayinya kurang dari
2500-4000 gram.
Evaluasi : ibu dan keluarga memahaminya.
2. Memberitahukan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan
bayinya agar tidak kedinginan atau hipotermi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan ibu memeluk bayinya.
3. Memberikan konseling kepada ibu mengenai laktasi dengan
menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif yaitu tidak
memberikan makanan tambahan selain ASI dan tanpa dibatasi waktu
selama 6 bulan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan memberikan ASI eksklusif.
4. Memberikan konseling kepadaibu mengenai perawatan tali pusat
pada bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti.
5. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir, misalnya : demam, warna kulit kuning, kejang, tidak mau
menyusu, tali pusat bau busuk dan berdarah, susah bernafas dan tidak
berkemih selama 24 jam.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan segera menghubungi bidan.
6. Memberitahukan kepada ibu macam-macam, waktu dan pentingnya
imunisasi serta menganjurkan ibu membawa bayinya ke bidan atau
posyandu untuk mendapatkan imunisasi.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan membawa bayinya untuk di
imunisasi.
7. Mencatat semua hasil pemeriksaan.

103
Tabel 3.5
Catatan Perkembangan 2 Jam Bayi Baru Lahir
No Tanggal/
Catatan Perkembangan Ket
Hari/ Jam

Senin, 12 S : Untuk mengetahui keadaan umum bayi baru


Februari 2018 lahir 6 jam.
pukul 10.45 O : Keadaan umum : baik
WIB Kesadaran : komposmentis
Frekuensi Jantung : 130x /menit
Respirasi : 54x /menit
Suhu : 36,5o C
BB : 2300 gram
PB : 44 cm
Pemeriksaan Fisik
Kulit : Kemerahan, tidak kuning dan tidak kebiruan
Mata : Konjungtiva merah mua, sclera putih.
Abdomen : tidak ada penonjolan di sekitar perut
bayi dan pada saat menangis tidak teraba lembek.
Tidak ada infeksi pada tali pusat.
System saraf : terdapat reflek moro dan reflek
babynsky.
A : Neonatus cukup bulan dengan usia 2 jam
keadaan umum baik.
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang didapat
bahwa bayi dalam keadaan baik.
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu kepada ibu untuk selalu menjaga
kehangatan bayinya.
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya.

104
3. Menganjurkan ibu untuk perawatan tali pusat
agar tetap kering dan bersih untuk terhindar
terjadinya infeksi tali pusat
Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengikuti
anjuran.
4. Memngingatkan ibu untuk selalu meberikan
ASI dengan sesering mungkin atau setiap 2 jam
sekali di bangunkan.
Evaluasi : ibu mengerti.
5. Mencatat semua hasil pemeriksaan kedalam
bentuk SOAP

105
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. R yang dilakukan tanggal 12


Februari 2018, dimulai dari ibu hamil (data sekunder), persalinan, nifas dan bayi
baru lahir. Pengkajian dilakukan selama 1 hari. Selama pengkajian didapatkan
beberapa masalah yang timbul berupa komplikasi persalinan yaitu anemia setelah
dilakukannya pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan
termasuk kedalam kategori anemia sedang.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. R G1P0A0 usia 23 tahun yang
diambil dari data sekunder mengatakan Ny. R sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan sebanyak 5 kali di Bidan praktek mandiri.
Penuturan informasi yang didapatkan dari Ny. R sebenarnya tidak setiap
bulan atau rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya di Bidan. Hanya sat
trimester I saja yang rutin melakukan pemeriksaan.
Kualitas frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali kunjungan
selama hamil yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan
2 kali pada trimester ketiga. Kemudia berdasarkan informasi Ny. R mendapat
asam folat dan vitamin B6 pada usia kehamilan 11 minggu, vitamin B12 dan
tablet Fe sebanyak 90 tablet pada usia kehamilan 15 minggu, serta kalsium pada
usis kehamilan 20 minggu-37 minggu.
Zat besi aalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin), zt besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh. Selama
kehamilan ibu hamil harus mendapatkan tablet Fe sebanyak 90 tablet.
Pada kehamilan ini Ny. R mengaku mendapat imunisasi TT1 pada usia
kehamilan 4 bulan dan TT2 diberikan pada usia kehamilan 5 bulan, imunisasi
dilakukan di Bidan Praktek Mandiri.

106
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan karena untuk
mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kematian ibu dan janin, jenis
imunisasi yang diberikan adalah imunisasi TT (Tetenus Toxoid), imunisasi
tersebut dapat mencegah penyakit tetanus.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
pemeriksaan kehamilan Ny. R tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek
dilapangan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Pada asuhan persalinan Ny. R diawali dengan adanya hal yang patologis
yaitu Anemia Sedang. Berdasarkan penuturan Ny. R pada pengambilan data
subjektif diterangkan bahwa Ny. R datang dengan rujukan dari BPS Bidan A dan
merasa hamil 9 bulan, datang karena mengeluh mulas dan disertai sering pusing,
lelah, lemas dan pingsan sejak usia kehamilan 8 bulan. Berdasarkan teori
kemungkinan penyebab pusing, lemas dan lelah dikarenakan kurangnya asupan
nutrisi pada ibu saat kehamilan tetapi setelah dilakukannya pemeriksaan
laboratorium didapatkan nilai dari kadar darah (hemoglobin) pada Ny. R dibawah
normal. Dari anamnesa yang dilakukan ternyata ibu jarang mengonsumsi tablet Fe
dan pola makan ibu tidak baik kurang mengonsumsi sayur mayur dan buah-
buahan.
Dengan rujukan kasus tersebut di RSUD Bayu Asih Purwakarta Ny.R
mendapat tindakan sesuai advice dokter dilakukan pemasangan infus RL 500 cc
dengan 20 tetes per menit ditangan kiri, skin test antibiotic (cefotaxime 1 gram)
0,1 : 0,9 ditangan kiri. Setelah 15 menit dilakukan skin test, ibu tidak merasa
gatal, panas atau kemerahan dan diberikan cefotaxime 1 gram secara IV.
Pentalaksanaan pasa anemia sedang sudah sesuai dengan protap dan teori yang
ada sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.

1. Kala I

107
Berdasarkan fakta yang di dapat dilapangan asuhan kebidanan pada Ny. R
pada kala I yaitu, dari pembukaan 8-10 cm selama 2 jam. Berdasarkan teori
keadaan yang di temukan biasanya mengalami fase dilatasi maksimal dimana
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 8
sampai 10 cm. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik.

2. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Berdasarkan
teori lamanya persalinan kala II untuk primigravida 2 jam dan multigravida 1 jam.
Pada asuhan kebidanan Ny. R dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
berlangsung 30 menit. Pada kala II tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik.
Menurut teori, manfaat IMD sangat penting bagi ibu dan bayi yaitu
mrningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, manjaga kehangatan, merangsang
hormon oksitosin pada ibu untuk mencegah perdarahan dan bayi mendapatkan
ASI pertama atau colostrum. Sedngkan fakta yang didapat dilapangan bayi Ny. R
tidak dilakukan IMD. Pada dasarnya IMD tetap dilakukan pada semua proses
persalinan, kecuali berat badan dibawah 2500 gram, bayi hipotermi, bayi asfiksia,
bayi keracunan mekonium. Dapat di tarik kesimpulan bahwa tidak aada
kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Kala III
Pada persalinan kala III ini dalam 1 menit bayi lahir, setelah di cek tidak
ada janin kedua diberikan 10 IU oksitosin secara IV lewat bolus. Berdasarkan
teori suntikan oksitosin dengan dosis 10 IU diberikan secara IM pada ½ paha
bagian luar. Terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik yaitu tidak
dilakukannya penyuntikan oksitosin secara Im di ½ paha bagian luar.
Melakukan peregngan pada tali pusat terkendali setelah adanya tanda-
tanda pelepasan plasenta yaitu semburan darah, tali pusat memanjang dan uterus
globuler. Tangan kanan melakukan peregangan tali pusat dan tangan kiri

108
melakukan dorso cranial secara hati-hati untuk menghindari terjadinya inversio
uteri. Pada pukul 09.48 WIB plasenta lahir lengkap. Kala III berlangsung 15 menit
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.

4. Kala IV
Asuhan kebidanan setelah plasenta lahir aalah memantau keadaan umum
ibu, tekanan daah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih dan
pendarahan. Pada kala IV Ny. R dianjurkan untuk memantau kontraksinya dengan
melakukan massase fundur uteri seperti yang telah dianjurkan pada ibu. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya penarahan dan melakukan observasi setiap
15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam kedua.
Kesimpulan dari kasus kala IV diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.

A. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Keadaan bayi Ny. R tidak memiliki penyulit saat lahir, bayi langsung
menangis spontan, gerakan aktif dan warna kulit kemerahan. Asuhan bayi baru
lahir pada bayi 6 jam, menggunakan penjepit tali pusat (umbilikal klem) saja,
tanpa menggunakan apapun kemudian diberi salep mata dan vitamin K diberikan
setelah dilakukan perawatan tali pusat, serta bayi langsung dibersihkan dan di
hangatkan. Kemudia melakukan pemeriksaan dengan keadaan umum bayi baik,
TTV : respirasi 48x /menit, frekuensi jantung 140x /menit, suhu 37 derajat, berat
2300 gram, panjang 47 cm, bayi sudah BAK dan BAB, semua reflek pada bayi
baik, dan tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Berdasrkan dengan teori bahwa asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
harus diberikan salep mata dan vitamin K diberikan setelah dilakukan perawatan
tali pusat, serta bayi langsung dibersihkan dan dihangatkan. Untuk pencegahan
infeksi segeta setelah bayi lahir diberi vitamin K dan salep mata. Pencegahan pada
neonatal dilakukan dengan pemberian salep mata tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
mencegah penyakit pada mata.

109
Menurut teori pemantauan bayi baru lahir sangat penting untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir adakah kegawatdaruratan atau tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir dan pemberian kekebalan pada bayi, anak dengan maksud mengurangi
timbulnya kesakitan, menurunkan angka kematian dan mencegah akibat buruk
lebih lanjut.
Berdasarkan fakta yang diambil sesuai dengan asuhan kebidanan bayi baru
lahir pada bayi Ny. R tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik yang
ada di lapangan.

D. Nifas
Asuhan postpartum yang dilakukan Ny. R tidak ada penyulit dan
kesenjangan dengan teori. Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan standar.
Pemeriksaan dilakukan pada 6 jam postpartum. Ny. R diberikan informasi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya setelah melahirkan, an diberikan motivasi agar
melakukan mobilisasi dini, BAK dan BAB ke kamar mandi dan memberitahukan
untuk melakukan personal hygine khususnya pada luka jahitan. Dan ibu
mengatakan masih mulas itu adalah hal yang fisiologis karena proses involusi
adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil.
Hasil pemeriksaan setelah 6 jam post partum tidak ada penyulit.
Berdasarkan teori dan keadaan dilapangan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.

110
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan dasar yang dilaukan pada Ny. R di
RSUD Bayu Asih Purwakarta, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Kehamilan
Kehamilan Ny. R berlangsung normal, asuhan kebidanan pada kehamilan
patologis dilakukan 5 kali pemerikaan dan 1 kali pemeriksaan dengan USG
(ultrasonografi) selama kehamilannya. Ditarik kesimpulan bahwa pelayanan
asuhan ANC pada Ny. R sesuai standar dan tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan lahan praktik.
2. Persalinan
Asuhan persalinan Ny. R diawali dengan adanya hal yang patologis yaitu
anemia sedang. Kala II – Kala IV persalinan berjalan dengan lancar tidak
menimbulkan komplikasi pada ibu. Akan tetapi, bayi yang dilahirkan oleh
Ny. R dengan anemia tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
Tetapi setelah bayi lahir, bayi tidak dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
karena bayi segera dibawa ke ruang bayi (Perinatologi) untuk mendapatkan
perawatan khusus dari dokter dan perawat.
3. Nifas
Nifas Ny. R berjalan dengan normal tanpa adanya penyulit pengeluaran
ASI lancar, tidak ada kelainan pada 6 jam postpartum. Ibu belum menjadi
akseptor KB untuk rencana Kb yang akan dipakai yaitu pil. Berdasarkan hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dengan lahan praktik.
4. Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. R sehat, dalam asuhan bayi baru lahir bayi diberikan vitamin K
dan salep mata, tidak terdapat kelainan pada 6 jam postpartum. Berdasarkan

111
hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik.
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Adapun saran bagi lahan praktik yaitu :
a. Diharapkan bidan dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif
sesuai teori.
b. Diharapkan bidan dapat melakukan pertolongan persalinan sesuai 58
langkap APN sesuai prosedur.
c. Diharapkan bidan dapat memberikan asuhan sesuai teori untuk
meningkatkan program IMD (Inisiasi Menyusui Dini) jika bayi memang
tidak ada kegawatdaruratan, karena IMD mempunyai manfaat untuk
menjaga kehangatan bayi sehingga terjadi kontak kulit ibu dengan kulit
bayi yang dapat terjalin kontak batin antara ibu dan bayi.
d. Bidan dapat meningkatkan konseling tentang kontrasepsi jangka panjang
kepada ibu dengan kehamilan resiko tinggi khususnya pada grade
multipara.
2. Bagi Institusi
Diharapkan instutusi dapat meningkatkan mutu pembelajaran dalam teori
dan praktik sehingga mahasiswa memperoleh peningkatan pengetahuan
khususnya dalam bidang patologi.
3. Bagi Mahasiswa
a) Diharapkan mahasiswa dapat mempelajari khusus patologi secara lebih
mendalam sehingga mampu menerapkan dan mengevaluasi ada tidaknya
kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
b) Diharapkan mahasiswa dapat mengikuti perkembangan zaman dalam dunia
kesehatan khususnya dalam dunia kebidanan.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang kejadian patologi
sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi serta penangganan yang tepat
agar dapat mengurangi angka kematian ibu.

112
5. Bagi Klien
Diharapkan ibu mau bekerjasama dan mengikuti anjuran yang diberikan
bidan, karena sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayi.

113
DAFTAR PUSTAKA

Marie Tanto, Naomy. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Buku Kedokteran ECG

Rukiyah, Ai Yeyeh. Yulianti,Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita
(Edisi Revisi). Jakarta: CV.Trans Info Media

Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

114

Anda mungkin juga menyukai