Anda di halaman 1dari 7

6.

2 Pelayanan Antenatal Care

6.2.1 Defenisi Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatanterlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan

Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan.

Pelayanan antenatal merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada

masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian ibu. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas

indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI, 2009).

Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada

ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat

dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan

kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,

mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI,

2009).

6.2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal

Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil ialah

menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan

anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum
sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam

antenatal care harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama

sehatnya atau lebih sehat.

b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini dan diobati.

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik

dan mental.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan pelayanan antenatal adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang janin.

2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan

janin.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu

maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.


Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC, kehamilan dan

Persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas tanpa

trauma fisik maupun mental yang merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan memeberikan ASI kepada bayinya.

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga

berencana setalah kelahiran bayinya.

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO yang dikutip oleh Dewi dan Sunarsih

(2011), menunjukkan hal-hal berikut ini:

1. Pendekatan risiko dilakukan bila terdapat prediksi buruk karena kita tidak bias

membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi

di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus

macet tidak terprediksi sebelumnya dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai

ibu berisiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi kehamilan (perdarahan

pervaginam, sakit kepala lebih dari biasanya, gangguan penglihatan,

pembengkakan pada wajah / tangan, nyeri abdomen (epigastrik), janin tidak

bergerak sebanyak biasanya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan risiko adalah bahwa

setiap ibu hamil berisiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa

diprediksi sehingga setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan

kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus ANC perlu

diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat

dijangkau oleh setiap wanita hamil.


6.2.3 Fungsi Antenatal

Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.

b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan

merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani

masalah yang terjadi.

Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan

bayi dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang

menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka

merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Bidan atau

tenaga kesehatan sehinga menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko

tinggi yang mungkin dialami oleh mereka (Maas, 2004).

6.2.4 Standar Pelayanan Antenatal

Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati (2010)

Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna

sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat

digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam

menjalankan praktek sehari-hari.

Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan

standar pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Ukur tinggi badan

b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)

c. Ukur Tekanan Darah

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)


e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

f. Pemberian Tablet besi (fe)

g. Tanya/Temu wicara

6.2.5 Kunjungan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Manuaba (1999), kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari

(40minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Trimester pertama ( 0-12 minggu)

b. Trimester kedua (13-28 minggu)

c. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi

yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu :

2. kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 14 )

3. kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

4. Dan 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke 36).

Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika

haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan (Sarwono, 2005). Menurut

Departemen kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu

hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan

kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan

K4, yaitu :

Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)

K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada

trimester 1, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4)

K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan

kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.

6.2.6 Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Cakupan Pelayanan antenatal care adalah persentase ibu hamil yang

telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu

wilayah kerja. Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung

dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal

pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk perhitungan indikator K1) atau

jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali

sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu

tertentu (untuk perhitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil

yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun (Depkes RI, 2010).

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen

untuk memantau cakupan, seperti kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi dini

Risiko Tinggi (Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,

serta Kunjungan Neonatal (KN) di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

(Departemen Kesehatan RI, 2002).


6.2.7 Pelaksana Pelayanan Antenatal

Pelaksana antenatal adalah dokter, bidan (bidan di puskesmas, bidan di

desa dan bidan praktek swasta), pembantu bidan dan perawat yang sudah

dilatih dalam pemeriksaan kehamilan. Pelayanan antenatal di desa dapat

dilakukan di polindes, posyandu atau kunjungan rumah (Depkes RI, 2005).

Anda mungkin juga menyukai