Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)


2.1.1. Pengertian Antenatal Care (ANC)

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan


kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
sehingga keadaan post partum sehat dan normal. Kunjungan
Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan
Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis
data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi. Pelayanan antenatal bertujuan
untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai. Pelayanan antenatal terintegrasi
merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa
program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan


antenatal terintegrasi meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).

2.1.2. Tujuan Antenatal Care (ANC)


2.1.2.1. Tujuan Umum

Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah


untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya,
persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

2.1.2.2. Tujuan Khusus


Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling kb dan pemberian ASI
Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas.
Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit gangguan yang
diderita ibu hamil.
Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin.
Melakukan rujukan kasus ke fsilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada.

2.1.3. Keuntungan Antenatal Care


Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil
sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan
kerumah sakit.

2.1.4. Fungsi Antenatal Care


Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan
aktifitas pendidikan.
Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan
kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi
dan menangani masalah yang terjadi.

2.1.5 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan


kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan
dalam waktu sebagai berikut: sampai dengan kehamilan trimester
pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan
trisemester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan
kehamilan trisemester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu
ke 36) dua kali kunjungan.
Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke
tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :
1. Trismester I : 1 Kali (K1)
2. Trismester II : 1 Kali (K2)
3. Trismester III : 2 Kali (K3 dan K4)
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada
gangguan
atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam

2.1.6. Pelayanan Antenatal

1. KonsepPemeriksaan Antenatal

Menurut Departem Kesehatan RI, pemeriksaan antenatal


dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat
kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan
sekarang.
Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas
indikasi/diagnosa
Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan
tablet besi (fe)
Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan
perilaku seharihari, perawatan payu ara dan air susu ibu,
tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan
imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB
setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan ulang.

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang


sangat
penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
2. Mendeteksi masalah dan menanganinya
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum,anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
5. Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus
mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada
kehamilan
ganda
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk
mengetahui
apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal,
atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

2.1.7. Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil


Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak
mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi
dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas
kesehatan

2.1.8. Pelayanan/Asuhan Standar Minimal Termasuk 10T


1) (Timbang) berat badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Status nilai gizi (Lingkar lengan atas)
4) Ukur (Tinggi) fundus uteri
5) Detak jantung janin dan denyut janin
6) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
7) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama
kehamilan
8) Test laboratorium rutin dan khusus
9) Tatalaksana khusus
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
2.1.9. Kebijakan Pelayanan Antenatal
2.1.9.1. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi
strategis Empat Pilar Safe Motherhood yaitu meliputi : Keluarga
Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan
Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu
hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS),
yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu:
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat
pelayanan yang adekuat.
3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses
pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganannya komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama
kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).

2.1.9.2. Kebijakan Teknis


Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh
tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun
bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara
keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan
komplikasi kehamilan secara dini.
Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama


ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan
antara lain meliputi :
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker
dan buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa
serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui
kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah
tunggu.

2.1.10. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care


Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan
yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.
Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :

2.1.10.1. Intervensi Dasar


1) Pemberian Tetanus Toxoid
a) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari
tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek
perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah
mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT
ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan
cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.
b) Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
c) Jadwal pemberian TT
Tabel 1: Jadwal Pemberian TT

Antigen Interval Lama perlindungan % perlindungan


TT1 Pada kunjungan pertama - -
TT2 4minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99
hidup
keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS)
tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus
Neonatorum (TN).

2) Pemberian Vitamin Zat Besi


a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa
kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg,
minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu
penyerapan.

2.1.10.2 Intervensi Khusus


Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan
kepada ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang
ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:
a) Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b) Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah
melahirkan)
(2) Paritas > 3
c) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan
sekurang- kurangnya 2 tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm.
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.

2) Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Pre eklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b. Komplikasi obstetri tidak langsung
(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis
(3) TBC (Tuberkolosis)
(4) Anemia
(5) Malaria
(6) Diabetes militus
c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran)

2.1.11 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal


Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga
medis yaitu dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga
paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat pelatihan.
Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas
pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit
bersalin dan rumah sakit umum.

2.1.12 Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan Antenatal

Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam


memanfaatkan pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu
dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan
tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan
menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan
mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan.
Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku.
Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku
Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) factor yang
mempengaruhi
perilaku antara lain:

1. Faktor Yang Mempermudah (Predisposing Factor)


Mencakup Pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral sosial, dan
unsur lain yamg terdapat dalam diri individu atau masyarakat.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)
Keterjangkauan Fasilitas
Jarak fasilitas ANC

3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)


Yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang
di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap
suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan.
Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan,
perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat
kesehatan

2.1.13. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Antenatal


Care
1. Umur
Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan
beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di
atas 35 tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa
masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Dengan
bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam
berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
memeriksakan
kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care.
Semakin muda
umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
2. Pendidikan
Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan
suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap
dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan
kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Wanita yang
berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan
perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka
sadari sepenuhnya.
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin
lebih dari satu orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan
hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan
kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah
pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan
bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari
3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada
paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana.
4. Pendapatan Perkapita
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan
perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu
keluarga yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh
anggota keluarga tersebut. Pendapatan keluarga yang memadai
akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk
periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik
yang primer maupun sekunder.

5. Jarak
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda
atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan
ANC. Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas
wilayah ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan
sarana-sarana layanan public termasuk dibidang kesehatan. Di
beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan
kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga
medis seperti : dokter, bidan, perawat. Secara geografis masih
banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan.
2.1.13. Jenis Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan


yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai
dengan ketentuan berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terditi dari:
a) Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan saat melakukan anamnesa
yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu
pada saat ini.
2. Menanyakan tanda- tanda penting terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit kemungkinan yang dapat diderita
ibu hamil, seperti:
Muntah berlebihan
Pusing
Sakit kepala
Perdarahan
Sakit perut hebat
Demam
Batuk lama
Berdebar- debar
Cepat lelah
Sesak nafas atau sukar bernafas
Keputihan berbau
Gerakan janin
Perubahan prilaku selama kehamilan umumnya ibu
dapat terjadi perubahan prilaku seperti menjadi lebih
gaduh, gelisah, dan menarik diri akibat adanya
perubahan hormonal.
Riwayat kekerasan perempuan selama kehamilan
3. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan sebelumnya
dan riwayat penyakit yang diderita ibu.
4. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
5. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
6. Menayakan obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin,
misalnya antihipertensi, diuretika, antivomitus, antipiretika,
antibiotic dan obat TB.
7. Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan
riwayat penggunaan obat antimalaria.
8. Di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
penyakit- penyakit pada pasangannya. Informasi ini
pernting untuk langkah-langkah penanggulangan penyakit
infeksi menular seksual.
9. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi
jumlah, frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait
kandungan gizinya.
10.Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam
kehamilan, antara lain:
Siapa yang menolong persalinan?
Dimana akan bersalin?
Siapa yang mendapingi ibu saat persalinan?
Siapa yang akan menjadi pendonor apabila tiba- tiba
dibutuhkan saat terjadi perdarahan?
Transportasi apa yang digunakan jika tiba- tiba perlu
dirujuk?
Apakah sudah siap untuk biaya persalinan?

Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri,


suami, keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya
yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada kunjungan
pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal
harus dilakukan sebanyak 4 kali selam kehamilan dan minimal
1 kali kunjungan diantar suami.

b) Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi
beberapa jenis pemeriksaan termasuk penilaian keadaan umum
(fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil. Terdapat beberapa
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil. Apabila
tidak tersedia fasilitas maka tenaga kesehatan wajib untuk merujuk
ibu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Tabel 2: jenis pemeriksaan pelayanan antenatal terpadu
No Jenis Trimeste Trimeste Trimeste Keterangan
pemeriksaan r r r
I II III
1 Keadaan umum Rutin
2 Suhu tubuh Rutin
3 Tekanan darah Rutin
4 Berat badan Rutin
5 LILA Rutin
6 TFU Rutin
7 Presentasi Janin Rutin
8 DJJ Rutin
9 Pemeriksaan Hb * Rutin
10 Golongan darah Rutin
11 Protein urine * * Atas indikasi
12 Gula darah/ * * * Atas indikasi
reduksi
13 Darah malaria * * * Atas indikasi
14 BTA * * * Atas indikasi
15 Darah sifilis * * * Atas indikasi
16 Serologi HIV ** * * Atas indikasi
17 USG * * * Atas indikasi
Ket : : Rutin : Dilakukan pemeriksaan rutin
* : Khusus : Dilakukan pemeriksaan atas indikasi
*:
Pada daerah endemis akan menjadi pemeriksaan rutin
**: Pada daerah endemis meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS
dan TB akan menjadi pemeriksaan rutin

c) Penanganan dan tindak lanjut kasus


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya, dokter
menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa banding, sedangkan
bidan maupun perawat dapat mengenali keadaan normal dan
keadaan bermasalah atau tidak normal pada ibu hamil tersebut.
Berikut adalah beberpa penanganan yang dapat dilakukan pada
pelayanan antenatal terpadu:
Tabel 3: Penanganan dan Tindak lanjut Kasus
No Hasil pemeriksaan Penanganan dan tindak lanjut Kasus
1 Perdarahan Keadaan emergensi, rujuk untuk
antepartum perdarahan sesuai standar
2 Ibu dengan demam Tangani demam sesuai standar
Jika masi demam dalam 2 hari
atau memburuk segera rujuk
3 Hipertensi ringan Tangani hipertensi sesuai dengan
tanpa proteinuria standar
Periksa ulang dalam 2 hari jika
meningkat rujuk segera
Jika ada gangguan janin, segera
rujuk
Konseling gizi, diet makan
4 Hipertensi berat Rujuk untuk mendapatkan
penanganan sesuai standar
5 Pre eklampsia Keadaan emergensi, rujuk agar
Hipertensi segera mendapatkan penangnan
Edema wajah / sesuai pre eklampsia.
tungkai bawah
Proteinuria (+)
6 Ibu hamil BB rujuk segera agar ibu dapat
kurang penanganan sesuai standar
( kenaikan BB
<1kg/ bulan)
ibu hamil LILA
<23.5cm
7 Ibu hamil BB lebih Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
( kenaikan
>2kg/bulan)
8 TFU tidak sesuai Rujuk untuk penanganan gangguan
dengan usia kehamilan pertumbuhan janin
9 Kelainan janin di Rujuk untuk penanganan kehamilan
trimester III dengan kelainan letak janin
10 Gawat janin Rujuk dengan gawat janin
11 Ibu dengan diabetes rujuk penanganan DM sesuai
melitus standar
konseling gizi dan diet makanan
12 Ibu hamil dengan konseling tidur dengan kelambu
malaria berinsektisida
memberikan pengobatan sesuai
kewenangan
rujuk apabila komplikasi
13 Ibu dengan TB Rujuk dengan TB
konseling gizi dan diet makanan
Pemantuan obat TB
14 Ibu dengan sifilis Rujuk dengna penanganan sifilis
agar medapatkan terapi sesuai
standar
15 Ibu dengan HIV Konseling rencana persalinan
Rujuk dengan penanganan HIV
sesuai standar
Konseling gizi, diet makanan
untuk ibu hamil HIV
Konseling untuk makanan baby
dengan ibu HIV
16 Ibu dengan masalah Rujuk dengan pelayanan
kejiwaan kejiwaan

Pada setia kunjungan antenatal, semua pelayanan yang


meliputi anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
serta tindaklanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan
suaminya.Jelaskan tanda- tanda bahaya dimana ibu hamil harus
segera datang untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga
kesehatan.
Apabia ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada
kunjungan antenatal, informasikan recana tindak lanjut termasuk
perlunya rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan
laboratorium, USG, konsultasi atau perawatan serta jadwal kontrol
berikutnya, apabila harus datang lebih cepat.

d) Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu


Pencatatan hasil antenatal terpadu merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali
pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada
rekam medias, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini pencatatan
hasil antenatal masih sangat lemah, sehingga data- datanya tidak
terlalu lengkap untuk dianalisa guna meningkatkan pelayanan
antenatal.Dengan menerapkan pencatatan harapannya standar
pelayanan dapat ditingkatkan dan kualitasnya juga dapat
ditingkatkan.

e) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif


KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama
untuk membantu ibu hamil mengatasi masalahnya.
Tabel 4: Materi KIE dalam pelayanan antenatal terpadu
No Materi KIE Isi pesan
1 Persiapan persalinan Tanda tanda bahaya dalam kehamilan dan
dan kesiagaan akan nifas
komplikasi Tubulin
Tempat persalinan
Calon pendonor darah
Pendamping persalinan
Suami SIAGA
2 Inisiasi menyusui Skin to skin contact untuk MID
dini dan ASI ekslusif Kolustrum
Rawat gabung
ASI saja 6 bulan
Tidak diberi susu formula
Keinginan untuk menyusui
Penjelasan pentingya ASI
Perawatan putting susu
3 KB paska persalinan Metode yang sesuai selama nifas
4 Masalah gizi Suplementasi besi
Konsumsi garam beryodium
Konsumsi makanan padat kalori dan kaya
zat besi
Pemberian makanan tambahan
5 Masalah penyakit Upaya pencegahan
kronis dan penyakit Mengenali jenis penyakit
menular Penerapan PHBS
Kepatuhan minum obat
6 Kelas ibu Setiap ibu mengguanakn KIA
Bertukar pengalaman antara ibu
Senam hamil
7 Brain booster Berkomunikasi dengan janin
Music untuk menstimulasi janin
Nutrisi seimbang ibu hamil
8 Informasi HIV/AIDS Definisi HIV, AIDS dan IMS
Penularan HIV
Pentingnya test HIV
9 Informasi KIP Pengertian kekerasan perempuan
Bentuk kekerasan
Akibat kekerasan
Pencegahan dan penanganan
2.1.14. Penyelenggaraan Pelayanan Antenala Terpadu
Untuk menyelengarakan pelayanan antenatal terpadu
diperlukan suatu manajemen berbasis data. Kementrian Kesehatan
menciptakan norma dan standar prosedur dan kriteria (NSPK) untuk
pelayanan antenatal terpadu, termasuk melakukan advokasi,
fasilitasi, pendampingan, koordinasi, pemantuan dan evaluasi
penyelenggaraan dan pelayanan antenatal terpadu.
1. Input
Input diperlukan untuk menyelengarakan pelayanan antenatal
terpadu antara lain meliputi:
Adanya norma, standard dan prosedur kriteria (NSPK) pada
pelayanan antenatal terpadu.
Adanya perencanaan dan pelanggaran tahunan tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/ kota untuk menyelanggarakan
pelayanan antenatal terpadu di daerah tersebut.
Adanaya sarana dan fasilitas kesehatna sesuai dengan
standar dalam menyelengarakan antenatal terpadu.
Adanya logistic yang dibutuhkan untuk mendukung
penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu.
Adanya tenaga pengelolaan program KIA yang sesuai untuk
mengelola pelayanan antenatal terpadu di tingkat provinsi
dan kota.
Adanya tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan
terpadu.
Adanya informasi status endemisitas dan daerah beresiko
tinggi penyakit yang mempengaruhi kehamilan.
Adanya pedoman pelaksanaan program terkait dengan
pelayanan antenatal terpadu.

2. Proses
Sosialisasi norma, standard dan prosedur kriteria (NSPK) pada
pelayanan antenatal terpadu
Penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIA
tahunan tingkat pusat, kabupaten dan kota untuk pelayanan
antenatal di fasilitas kesehatan.
Melaksanakan pelayanan antenatal terpadu di sarana dan
fasilitas kesehatan
Mengguanakn logistic sesuai kebutuhan dalam
penyelenggaran pelayanan antenatal terpadu
Standarisasi pengelolah program KIA dalam penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu ditingkat provinsi dan kabupaten
Menggunakan informasi endemisitas dan daerah beresiko
tinggi terjadinya penyakit terkait kehamilan dalam
memberikan pelayanan antenatal terpadu
Menggunakan pedoman pelaksanaan program terkadit dalam
menyelenggarkaan pelayanan antenatal terpadu

3. Output
Tersosialisasinya norma standard dan prosedur kriteria (NSPK)
pada pelayanan antenatal terpadu
Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu di fasilitas
kesehatan
Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu yang sesuai
dengan perencanaan yang didukung anggaran tahunan dari
pusat.
Digunakannya logistic pendukung yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu
Tenaga pengelola KIA mampu mengelola pelayanan antenatal
terpadu di tingkat propinsi
Tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan antenatal
terpadu sesuai standar.
Digunakannya sistem informasi dan temapt rujukan dalam
pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Digunakannya sistem endemisitas dan daerah beresiko tinggi
terhadap penyakit infeksi kehamilan dalam pelayanan
antenatal terpadu

Anda mungkin juga menyukai