Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanisme persalinan merupakan serangkaian perubahan posisi dari
bagian presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau akomodasi
bagian kepala janin terhadap jalan lahir. Presentasi janin paling umum
dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau
pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher).1
Dalam mempelajari mekanisme persalinan ini, sebelumnya kita harus
mempunyai pemahaman yang baik tentang anatomi panggul dan jalan lahir
serta anatomi dari kepala janin. Di samping itu perlu juga memahami definisi
dari istilah berikut : letak, sikap, presentasi, denominator dan posisi janin.1

1.2 Tujuan
Bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis
khususnya mengenai mekanisme persalinan normal.

1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai mekanisme persalinan normal .

b. Bagi institute pendidikan


Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi
kegiatan yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan, khususnya yang
berkaitan dengan mekanisme persalinan normal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1
2.1 Anatomi jalan lahir
Jalan lahir dibagi atas bagian keras atau tulang yang meliputi tulang-tulang
panggul dengan sendi-sendinya (artikulasio) dan bagian lunak yang meliputi otot,
jaringan, dan ligamen.2

2.1.1 Tulang Panggul


Tulang panggul mencakup os coxae (yaitu, os ilium, os iskium, os pubis), os
sakrum, dan os koksigeus. Tulang-tulang ini satu sama lain saling berhubungan.
Pada bagian depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri yang
disebut simfisis. Pada bagian belakang, terdapat artikulasio sakro-iliaka yang
menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Pada bagian bawah, terdapat
artikulasio sakrokoksigeal yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigeus.
Di luar kehamilan, artikulasio ini memungkinkan pergeseran sedikit, namun pada
saat kehamilan dan persalinan, dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar.2
Secara fungsional, panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis disebut pula false pelvis. Pelvis minor adalah bagian pelvis yang
terletak di bawah linea terminalis disebut pula true pelvis karena bagian ini
mempunyai peranan penting dalam obstetrik dan harus dapat dikenal dan dinilai
sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat tidaknya bayi melewatinya. Bentuk
pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung
ke depan (sumbu carus). Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat
disebut pintu atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini merupakan
suatu bidang seperti pintu atas panggul, namun terdiri atas dua bidang disebut
pintu bawah panggul (pelvic outlet). Di antara kedua pintu ini terdapat ruang
panggul (pelvic cavity).2

Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas
panggul, namun menyempit di panggul tengah untuk kemudian menjadi lebih luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina

2
iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul. Sumbu carus
adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa
dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II,
III, dan IV. Begitu mendekati Hodge III, sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum
yang selanjutnya melengkung ke depan sesuai dengan lengkungan sakrum.2

Gambar 1. Anatomi tulang panggul

2.1.1.1 Pintu Atas Panggul (PAP)


Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang berbentuk lonjong dan
berbatasan dengan promontorium, korpus vertebra sakral I, linea inominata
(terminalis), ramus superior os pubis, dan pinggir atas simfisis. Jarak dari pinggir
atas simfisis ke promontorium, disebut juga diameter antero-posterior (konjugata
vera), adalah 11 cm. Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan jari tengah dan
telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium; jarak bagian bawah
simfisis sampai ke promontorium yang disebut konjugata diagonalis adalah 13
cm. Konjugata vera merupakan jarak antara pinggir atas simfisis ke promontorium
dengan ukuran lebih 11 cm, diperoleh dari pengurangan konjugata diagonalis oleh
1,5 cm.2

Selain kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika, yang


memiliki jarak 11,5 cm, yaitu jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke
promontorium. Sebenarnya konjugata ini paling penting, walaupun perbedaannya
dengan konjugata vera sedikit sekali. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas

3
panggul disebut diameter transversa (13,5-14 cm). Jika ditarik garis dari
artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera dan diteruskan ke linea inominata disebut diameter obliqua (oblik)
(12-12,5 cm). Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan berupa
sudut (arkus pubis). Normalnya, besarnya sudut ini 90° atau lebih sedikit. Jika
kurang sekali dari 900, kepala janin akan lebih sulit dilahirkan, karena
memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal.2

Gambar 2: Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter


transversa dan diameter oblikua

Dalam obstetrik, dikenal empat jenis klasik panggul yang mempunyai ciri-
ciri PAP sebagai berikut.2
1. Jenis Ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk PAP hampir bulat. Panjang
diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita.2
2. Jenis Android
Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya, pria mempunyai jenis seperti ini.
Panjang diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter transversa,
namun jenis ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke
muka. Jenis ini ditemukan 15% pada wanita.2
3. Jenis Anthropoid

4
Bentuk PAP agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter anteroposterior
lebih panjang dibandingkan diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada
wanita.2
4. Jenis Platipeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar 5% dibandingkan ukuran muka
belakang. Jenis ini ditemukan pada wanita.2

Gambar 3: Jenis-jenis panggul

2.1.2 Ruang Panggul


Ruang di bawah PAP mempunyai ukuran yang paling luas. Di panggul
tengah, terdapat penyempitan setinggi kedua spina iskiadika. Jarak normal antara
kedua spina ini (distansia spinarum) 10,5 cm. Kemungkinan kepala janin dapat
lebih mudah masuk ke dalam ruang panggul yang diperbesar, jika sudut antara
sakrum dan lumbal yang disebut inklinasi, lebih besar.2

Gambar 4: Ruang Panggul

2.1.3 Bidang Hodge

5
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian
terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat
bidang:2
1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simpisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi
bagian bawah simpisis.
3. Bidang Hodge III :bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV:bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.

Gambar 5: bidang hodge

2.1.4 Pintu Bawah Panggul (PBP)


Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, namun tersusun
atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang
dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan
segitiga lainnya yang alasnya juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian
bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut (arkus pubis). Normalnya, besar sudut ini 900 atau lebih sedikit.
Jika kurang sekali dari 900, kepala janin akan lebih sulit dilahirkan, karena
memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Jarak antara kedua tuber os iskii
(distansia tuberum), diambil dari bagian dalamnya adalah ±10,5 cm.2

6
Gambar 6: Pintu bawah panggul

2.1.5 Ukuran-Ukuran Luar Panggul


Ukuran-ukuran ini dipergunakan untuk menentukan secara garis besar jenis,
bentuk, dan ukuran panggul jika pelvimetri ronsen sulit dilakukan. Alat-alat yang
digunakan adalah jangka panggul marting, oscander, collin, boudelogue, dan lain-
lain.2
Aspek yang diukur adalah sebagai berikut:2
1. Distansia spinarum (24-26 cm):
Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2. Distansia kristarum ( 28-30 cm):
Jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra
dan dekstra. Umumnya ukuran ini tidak penting, namun ukuran ini lebih kecil
2-3 cm dari angka normal sehingga dapat dicurigai adanya patologik panggul.
3. Distansia obliqua eksterna (ukuran miring luar):
Jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior dekstra
dan dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior sinistra.
Kedua ukuran ini bersilang: jika panggul normal, kedua ukuran ini tidak
banyak berbeda, narnun jika panggul itu asimetrik (miring), kedua ukuran itu
jelas berbeda sekali.
4. Distansia intertrokanterika:
Jarak antara kedua trokanter mayor.
5. Konjugata eksterna (boudelogue):

7
Jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal V lebih
kurang 18 cm.
6. Distansia tuberum:
Jarak antara tuber iskii kanan dan kiri lebih kurang 10,5 cm. Untuk
mengukurnya dipakai oscander. Angka yang ditunjuk jangka harus ditambah
1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan ujung jangka. Jika
jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya arkus pubis lebih kecil dari
90°.2

Gambar 7: Ukuran tulang panggul

2.1.6 Bagian Lunak Jalan Lahir


Kala pengeluaran (kala II) ikut membentuk jalan lahir; segmen bawah
uterus, serviks uteri, dan vagina. Pada akhir kehamilan lebih kurang 38 minggu,
serviks lebih pendek dibandingkan waktu kehamilan 16 minggu. Ismus uteri pada
kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat janin berkembang. Umumnya
serviks disebut menjadi matang jika teraba sebagai bibir, dan ini terjadi pada
kehamilan 34 minggu. Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan ikat, dan
ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat urogenitalis perlu diketahui karena
semuanya memengaruhi jalan lahir.2
Panggul bagian lunak meliputi dasar panggul dan perineum. Otototot yang
menahan dasar panggul di bagian luar adalah muskulus sfingter ani eksternus,
muskulus bulbokavernosus yang melingkari vagina, dan muskulus perinea
transversus superfisialis. Di bagian tengah, ditemukan otot-otot yang melingkari
ureter (muskulus sfingter uretrae), otot-otot yang melingkari vagina bagian tengah
dan anus, antara lain muskulus iliokoksigeus, muskulus iskiokoksigeus, muskulus

8
perinea transversus profundus, dan muskulus koksigeus. Lebih ke dalam lagi,
ditemukan otot-otot dalam yang paling kuat disebut diafragma pelvis, terutama
muskulus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Struktur ini
menutup hampir seluruh bagian belakang PBP. Muskulus levator ani berada pada
bagian depan muskulus berbentuk segitiga yang disebut trigonum urogenitalis
(hiatus genitalis). Di dalam trigonum ini terdapat uretra, vagina, dan rektum.2
Perineum merupakan bagian dari PBP yang terletak di antara komisura
posterior dan anus. Pada persalinan, sering terjadi robekan perineum yang perlu
dijahit dengan baik.2

Gambar 8: bagian lunak jalan lahir

2.2 pemeriksaan obstetri


 pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri disesuaikan dengan umur kehamilan

9
Usia kehamilan Tinggi fundus uteri
12 minggu 1-2 jari atas simpisis
16 minggu Pertengahan pusat-simpisis
20 minggu 3 jari bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat-proc. xyphoideus
36 minggu 3 jari bawah proc. xyphoideus
40 minggu Pertengahan pusat- proc. xyphoideus

10
2.2.1 Pemeriksaan Leopold
 Leopold 1
Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan) karena posisi kolon
sigmoid. Saat pasien berbaring terlentang, posisi uterus harus dikoreksi
terlebih dahulu, sehingga fundus berada dalam posisi yang seharusnya.
Kemudian tinggi fundus diukur melalui midline ibu, dari puncak uterus hingga
ke batas atas simfisis pubis. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk
memperkirakan usia kehamilan, walau ada keterbatasannya.

Gambar 9. Leopold I

 Leopold 2
Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk mengetahui letak fetus
dengan menggunakan jari-jarinya untuk mengetahui lokasi tulang belakang
fetus dan bagian kesil (ekstremitas). Bagian-bagian janin dapat
diidentifikasikan dengan palpasi saat 25-26 mgg kehamilan. Perhatikan jika
terdapat gerakan janin.

Gambar 10. Leopold II

11
 Leopold 3
Juga dikenal dengan Pawlik’s grip. Pemeriksa memegang bagian teratas dan
terendah janin dengan meletakan jari di atas simfisis pubis dan di fundus uteri.
Dengan cara ini dapat diketahui presentasi janin. Janin yang sungsang biasanya
teraba lebih besar, lebih lunak, kurang berbentuk dan kurang ballotable dibanding
presentasi kepala.

Gambar 11. Leopold III


 Leopold 4
Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua SIAS
untuk mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke pelvis ibu.

Gambar 12. Leopold IV


Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan
selama serta di antara kontraksi saat persalinan. Temuan-temuan tersebut
memberikan informasi mengenai presentasi dan posisi janin, serta seberapa
jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul.

12
2.2.2 Pemeriksaan Vagina
Sebelum persalinan. Diagnosis presentasi dan posisi janin dengan
pemeriksaan vagina sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya
persalinan dan setelah dilatasi serviks, informasi dapat diperoleh. Pada
presentasi verteks, posisi dan variasi dapat diketahui dengan membedakan
berbagai sutura dan ubun-ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagian-
bagian wajah. Presentasi bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan
tuberostias iskhii ibu. Sebaiknya dilakukan empat perasat rutin sebelum saat
dilakukan pemeriksaan vagina untuk menentukan presentasi dan posisi janin,
sebagai berikut :
1. Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian
terbawah janin untuk membedakan presentasi janin.

2. Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina kemudian


disapukan ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu. Saat melakukan
gerakan ini, jari-jari akan melewati sutura sagitalis, jika sutura ini teraba
maka arahnya dapat ditentukan, dengan ubun-ubun kecil dan besar pada
ujung yang berlawanan.
3. Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-
ubun kemudian diperiksa dan diidentifikasi
4. Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam
panggul dapat ditentukan.

2.3 Mekanisme persalinan normal


2.3.1 Definisi
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta, dan
selaput ketuban) dari dalam uterus. Menurut usia kehamilannya, partus dibedakan
menjadi 3, yaitu:
 Partus Immaturus : jika usia kehamilan antara 20 minggu hingga 28
minggu, dengan berat janin antara 500-1000 gram
 Partus Prematurus : jika usia kehamilan antara 28 minggu hingga 36
minggu, dengan berat janin antara 1000-2500 gram
 Partus Postmaturus (Serotinus) : jika usia kehamilan lebih dari 42 minggu

13
Dari ketiga definisi partus berdasarkan waktu tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kehamilan dikatakan aterm apabila usia kehamilan antara 36 minggu
hingga 42 minggu sedangkan jika hasil konsepsi keluar dari uterus sebelum usia
kehamilan 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram disebut dengan
abortus.1
Partus normal adalah partus spontan, pada usia kehamilan cukup bulan
dengan presentasi belakang kepala, dan berlangsung kurang dari 18 jam tanpa
adanya komplikasi pada ibu maupun janinnya. Suatu keadaan di mana seorang
wanita akan melahirkan disebut dengan inpartu.1,4

2.3.2 Sebab-sebab Mulainya Persalinan7


Ada banyak teori tentang sebab dimulainya proses persalinan. Beberapa di
antaranya adalah:1,3
 Penurunan kadar estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu sebelum
proses persalinan dimulai.
 Peningkatan kadar prostaglandin sejak usia kehamilan 15 minggu dan
terus meningkat kadarnya hingga usia kehamilan aterm.
 Semakin tua usia kehamilan, maka plasenta juga akan semakin tua dan
villi koriales akan mengalami banyak perubahan sehingga kadar estrogen
dan progesteron menurun.
 Berkurangnya nutrisi untuk janin akibat semakin membesarnya uterus.
Uterus yang membesar dan tegang menyebabkan terjadinya iskemia otot-
otot uterus sehingga sirkulasi uteroplasenter terganggu dan menyebabkan
degenerasi plasenta.
 Tekanan pada ganglion servikalis dari Plexus Frankenhauser yang terletak
di belakang serviks uteri. Bila ganglion ini ditekan maka kontraksi uterus
dapat dibangkitkan.

14
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain :

1.Penurunan kadar progesteron :


Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteronmenurun sehingga timbul
his.

2.Teori oxytosin :
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot - otot rahim.

3. Keregangan otot-otot :
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan.

4.Pengaruh janin :
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasa.

5.Teori Prostaglandin :
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan
E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan
kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong

15
dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamilsebe lum melahirkan atau selama
persalinan.

Gambar 13: Plexus Frakehauser


Tanda permulaan persalinan :

1. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)


terutama pada primi para.
2. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun.
3. Sesak miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin.
4. False labair pain yaitu
perasaan sakit diperut dan pinggang karena adanya kontraksi lemah dari
uterus.
5. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir, darah
dari vagina (bloedy show). (Praworohardjo, 2000)

Tanda dan gejala inpartu :7


1. penipisan dan pembukaan serviks
2. kontraksi terus yang mengakibatkan perubahan serviks (frakuensi minimal
2 kali dalam 10 menit)
3. cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina

16
2.3.3 Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan

Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu:7


1.Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran.
Ibu melakukankontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkanjanin dan plasenta dari uterus.

HIS / KONTRAKSI UTERUS

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai
dari daerah fundus uteri pada daerah di mana tuba falopii memasuki dinding
uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di
dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam
keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis
(jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. His dapat terjadi
sebagai akibat dari :

1. Kerja hormon oksitosin


2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa
konsepsi.

His dikatakan baik dan ideal apabila :

1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus


2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung
serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian
terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri
eksternum dan internum pun akan terbuka.

17
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nyeri saat his berlangsung adalah :

1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di


pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi
nyeri
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum,
menjadi rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas,
atau eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

Hal yang penting dinilai mengenai His adalah :

1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan


agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap
frekuensi).

2. Passage
Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus ( lubang luar vagina ) janin harus dapat
menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.

3.Passanger
Cara penumpang ( passanger ) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin,
presentasi letak kepala, letak, sikap, dan posisi janin.

4.Psikologikal respon
Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan
merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan.

5.Penolong

18
2.3.4 Berlangsungnya Persalinan Normal
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu 1 :
Kala I: kala pendataran dan dilatasi serviks, dimulai ketika telah tercapai
kontraksi uterus yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks,
dan berakhir ketika serviks sudah pembukaan lengkap (sekitar 10 cm)
Kala II: Kala pengeluaran janin (ekspulsi janin), dimulai ketika dilatasi serviks
sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir.
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan ekspulsi plasenta
Kala IV: dua jam setelah plasenta lahir lengkap
 Kala I (Kala Pembukaan)
Pada kala pembukaan, his belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15
menit dan tidak seberapa mengganggu ibu, sehingga ibu seringkali masih dapat
berjalan. Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek,
kontraksi juga menjadi lebih kuat dan lebih lama. Lender berdarah bertambah
banyak.6

Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang
bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai membuka atau
mendatar. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
- Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
- Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4cm, menjadi 9 cm
- Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek.

19
Gambar 14 . Berbagai fase pembukaan serviks pada kala I

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang


semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja
dengan pinggir yang tipis. Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium
externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter,
menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan diameter sekitar 10 cm. Pada
pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks
dan vagina telah merupakan suatu saluran.6
Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih
dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum sudah
sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-
kira 12 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 1,6

Gambar 15 Pendataran dan pembukaan serviks pada primigravida dan multipara

20
 Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Fase ini dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan
pelahiran janin. Durasi sekira 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit
multipara, tetapi sangat bervariasi.6,7 Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih
cepat, kontraksi selama 50-100 detik, kira-kira tiap 2-3 menit. Karena biasanya
kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Ibu merasa pula 6 :
1. Tekanan pada rectum
2. Hendak buang air besar
3. Perineum mulai menonjol dan melebar
4. Anus membuka
5. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengelurakan badan dan
anggota bayi.
Tanda pasti kala dua :
 Pembukaan serviks telah lengkap, atau
 Perlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Gerakan-gerakan utama kepala pada persalinan :


1. Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal
kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut
sebagai engagement.6,7 Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir
kehamilan atau tidak mengalami engage hingga setelah permulaan persalinan.
Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul dan majunya kepala.

21
Gambar 16 Pengukuran engagement

Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida. Masuknya kepala ke


dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya terjadi dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.6
Sinklitisme
Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang
kepala, engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu
atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis melintang.
Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita
temukan. Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,
kepala berada dalam sinklitisme.

Gambar 17 Sinklitisme
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian
depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak
lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak
tercapai, kepala berada dalam keadaan asinklitisme.

22
Asinklitisme
Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus
posterior yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.1

Gambar 18 Asinklitismus anterior Gambar 19 Asinklitismus


posterior
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun
jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada
panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari
asinklitismus posterior ke anterior mempermudah desensus dengan
memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-
daerah yang paling luas di rongga panggul.7

Gambar 20

23
2. Descens (penurunan kepala)
Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita nulipara,
engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih lanjut
mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita
multipara, desensus biasanya mulai bersamaan dengan engagement. Descens
terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya7 :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke
dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan
diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.7

Gambar 21 Proses Fleksi

24
Gambar 22 Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang,
(C) Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap

4. Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan,
ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah
simfisis. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan

Gambar 23 Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri

25
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III
kadangkadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul6.

Gambar 24 Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A).


Asinklitismus posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan
(B) asinklitismus anterior, (C) Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni 6:
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu di
sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculus
levator ani kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan
tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan
yang satu mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan
dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah
depan atas6.

26
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju
karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput
sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi
hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang
menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion5.

Gambar 25 Permulaan ekstensi Gambar 26 Ekstensi kepala

6. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar) 6


Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea rah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran
paksi dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran
paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi
luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior pintu bawah panggul.

Gambar 27 Rotasi eksterna

27
7. Ekspulsi 6
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.

Gambar 28 Kelahiran bahu depan Gambar 29 Kelahiran bahu


belakang

Ukuran – ukuran Kepala Janin

Kepala janin Merupakan bagian tubuh yang paling besar dan paling keras
yang akan dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan
mempengaruhi jalannya persalinan.Trauma pada kepala bayi selama persalinan
dapat mempengaruhi kehidupannya : hidup sempurna, cacat, atau meninggal.

28
Kepala garis besar dapat dibagi menjadi tulang-tulang tengkorak (kranium)
tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang-tulang muka. Tulang
tengkorak (kranium) bayi paling menentukan keberhasilan proses persalinan
pervaginam, karena daerahnya relatif paling luas dan mengalami kontak langsung
dengan jalan lahir.

Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :

1. Presentasi Belakang Kepala, Kepala melewati vulva dengan diameter sub


mentobregmantika ( 9,5 cm ).
2. Presentasi Puncak Kepala, Diameter yang berperan Diameter Oksipito
Frontalis ( ±11,5cm).
3. Presentasi Dahi, Diameter Oksipitomentalis ( ±13 cm).
4. Presentasi Muka, Diameter Submentobregmantika ( 9,5 cm).Diameter
Biparietalis, Ukuran lintang antara os parietal kanan / kiri.
5. Diameter Bitemporalis, Ukuran lintang terkecil antara 2 temporalis (±8cm)

Ukuran-ukuran sirkumferensia / lingkar kepala bayi :

1. Sirkumferensia Suboksipito-bregmatika ( 32 cm)


2. Sirkumferensia Oksipito-frontalis ( 34 cm)
3. Sirkumferensia Mento oksipitalis ( 35 cm)
4. Sirkumferensia Submento-bregmatikus ( 32 cm)

Presentasi kepala janin

Presentasi adalah apa yang menjadi bagian terendah dari janin.


Dipakai untuk menentukan apa yang menjadi bagian janin yang terendah
dan tiap presentasi terdapat dua macam posisi : kanan dan kiri dan tiap
posisi terdapat tiga macam variasi yaitu depan, lintang, dan belakang ( kiri
depan, kiri lintang, dan kiri belakang, kanan depan, kanan lintang, dan
kanan belakang ).

29
Macam-Macam Presentasi Janin

Pada kehamilan aterm atau hampir aterm terdapat bermacam-


macam presentasi yaitu:

1. Presenatsi kepala
Presentasi kepala terdiri atas:
1) Presentase belakang kepala
Presentase belakang kepala dengan petunjuk ubun-ubun kecil di
segmen depan, di sebelah kiri depan ( kira-kira 2/3), dan disebelah kanan
depan ( kira-kira 1/3). Presentase belakang kepala adalah posisi yang
normal atau normoposisi. Presentase belakang kepala dengan petunujuk
ubun-ubun kecil di belakang dapat di sebelah kiri belakang, kanan
belakang, dan dapat pula ubun-ubun kecil terletak melintang baik kanan
maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak normal atau malposisi.

2) Presentase puncak kepala


Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu
puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah,
dan UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002). Presentase puncak
kepala disebut juga presentase Simput terjadi bila derajat defleksi ringan
sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentase
puncak kepala, lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah
Sikumferensia Frontooksipo dengan titik perputaran yang berada dibawah
simfisis adalah grabella.
3) Presentasi muka
Presentasi muka disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari
kepala janin. Yang teraba muka bayi = mulut, hidung, dan pipi
1) Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi.
2) Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi max.
4) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi,
sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan

30
berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu
putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah
arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir
melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.

2. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah kavum uteri.
Presentasi bokong terdiri dari:
1. Presentasi bokong murni
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung
kaki setinggi bahu atau kepala janin. Posisi ini paling sering ditemukan yang
terjadi sebesar 75% kejadian presentasi bokong pada primigravida dan 50%
pada multigravida. Penempelan yang baik terhadap serviks mungkin dilakukan
tetapi tungkai yang ekstensi dapat membebat janin yang menghambat fleksi
lateral tubuh. Kelahiran tungkai memerlukan bantuan.
2. Presentasi Bokong Sempurna
Kedua kaki berada disamping bokong.
3. Presentasi Bokong Kaki
Kaki Terlipat pada bagian atas paha dak lekuk lutut.
4. Presentasi Bokong Kaki Sempurna (Complete Breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna
dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki. Terjadi terutama pada ibu
multigravida dengan diameter pelviks baik atau pada gestasi multipel terdapat
resiko prolaps tali pusat. Proses persalinan secara spontan atau melalui
ekstremitas bawah yang mudah mungkin dapat dilakukan.
5. Presentasi Bokong Kaki tidak Sempurna (Incomplete Breech)

Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,

sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Presentasi ini jarang terjadi.

Terdapat penempelan yang buruk pada serviks sehingga memiliki resiko yang

lebih tinggi terjadinya prolaps tali pusat. Presentasi ini dapat mengindikasikan

kesulitan dalam penurunan sehingga direkomendasikan kelahiran dengan

sectio sesaria.

31
6. Presentasi Kaki

Kaki turun kebawah lebih rendah dari bokong, terdiri dari 2, yaitu :
a) Kaki Sempurna : terbawa 2 kaki
b) Kaki tidak Sempurna : terbawa 1 kaki
7. Presentasi Lutut
Lutut turun kebawah lebih rendah dari bokong, terdiri dari 2 yaitu :
a) Lutut Sempurna : terbawa 2 lutut
b) Lutut tidak Sempurna : terbawa 1 lutut
8. Presentasi Bahu
Presentasi bahu adalah ketika bahu, lengan atau tangan keluar pertama

pada saat partus. Jenis presentasi ini jarang terjadi, kurang dari 1% kasus dan lebih

umum pada kelahiran prematur atau kehamilan kembar.

 Kala III (Kala Uri Plasenta)


Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III, miometrium berkontraksi mengikuti
mengecilnya rongga rahim secara tiba-tiba setelah bayi lahir, yang menyebabkan
ukuran tempat implantasi plasenta berkurang, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari
dinding uterus.1
Selama proses persalinan terjadi kontraksi otot rahim yang disertai adanya
retraksi, artinya panjangnya otot rahim tidak kembali pada panjang semula
sehingga plasenta terlepas dari implantasinya.1

Setelah istirahat, rahim berkontraksi untuk dapat melepaskan plasenta. Bentuk


pelepasan plasenta yaitu:1,3,5
1. Secara schultze
Pelepasan plsenta mulai dari pertengahan,sehingga plasenta lahir diikuti
oleh pengeluaran perdarahan
2. Secara Duncan
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti
oleh pelepasan plasentanya.
3. Bentuk – bentuk kombinasi pelepasan plasenta
Tanda-tanda plasenta lepas:
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri

32
2. Tali pusat memanjang (tanda Ahfeld)
3. Semburan darah tiba-tiba

Gambar 30 Pelepasan plasenta dengan metode brandt Andrew

Untuk membuktikan plasenta telah lepas dapat dilakuakan pemeriksaan:1


1. Perasat Kusner
 Tali pusat dikencangkan
 Tangan ditekankan di atas simfisis, bila tali pusat masuk kembali, berarti
plasenta belum lepas.
2. Perasat Klein
Parturien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun atau
memanjang. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi:

 Tali pusat tertarik kembali, berarti plasenta belum lepas.


 Tali pusat tetap di tempat berarti plasenta sudah lepas.
3. Perasat Strasman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok, bila getarannya sampai
pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.

4. Perasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan
kanan memegang dan mengencagkan tali usat. Kedua tangan di terik berlawanan,
dapat terjadi :1

33
 Tarikan terasa berat bila tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta
belum lepas
 Tarikan terasa ringan dan talipusat memanjang, berart plasenta telah lepas.
Plasenta dilahirka secara Crede dengan dorongan pada fundus uteri.

 Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Waktu
yang paling kritis untuk mencegah HPP adalah ketika plasenta lahir dan segera
setelah itu. Ibu harus dipantau setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu
tidak stabil, maka harus dilakukan pemantauan lebih sering.3,5,6

Selama dua jam pertama pascapersalinan:


 Pantau tekanan darah, nadi tinggi fundus, kandung kemih dan
darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama daan
setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan
yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian
kondisi ibu.
 Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap
15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam
kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan
frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
 Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama
pascapersalinan. Jika meningkat pantau dan tatalaksana sesuai
dengan apa yang diperlukan.
 Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
pada kala 4.
 Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus
dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase
jika uterus menjadi lembek.
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu
ibu ,engenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, ataur

34
posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring
miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala
tertutup dengan baik, kemudia berikan bayi ke ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI.
 Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta,
dan selaput ketuban) dari dalam uterus. Mekanisme persalinan merupakan
serangkaian perubahan posisi dari bagian presentasi janin yang merupakan suatu
bentuk adaptasi atau akomodasi bagian kepala janin terhadap jalan lahir.
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu: Power (tenaga
atau kekuatan), passanger (janin) dan passage (jalan lahir). Berlangungnya
persalinan melalui 4 kala yaitu kala 1 (dimulai dari kontraksi uterus sampai
pembukaan serviks lengkap), kala 2 (dimulai ketika pembukaan serviks lengkap
dan berakhir dengan lahirnya bayi), kala 3 (dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban) dan kala 4 (dimulai setelah
lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya)

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Keman, Kusnarman. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Ilmu


Kebidanan.Edisi 4. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010.
Hal 296-314
2. Rahimhadhi, Trijatmo. Anatomi Jalan Lahir. Ilmu Kebidanan.Edisi 4. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010. Hal 188-203
3. Funal, Edmund F. dan Norwitz Errol R. Mechanism of Normal Labor and
Delivery. Walters Kluwer Health. 2013.(http:www.uptodate.com/
contents/mechanism-of-normal-labor-and-delivery) [diakses tanggal 22
Agustus 2013]
4. Nabhan, A. F. Mechanism and Progress of Labor. an Obstetrics and
Ginekology Journal Club: Episode 13. 2011. Hal 1-6
5. Cheng Yvonne. Normal Labor and Delivery. Medscape. 2013. (http:
emedicine.medscape.com/article/260036-overview) [diakses tanggal 20
Agustus 2013]

36
6. March Of Dimes Foundation. Vaginal Birth. Stages of Labor. 2009
(http://www.marchofdimes.com/pregnancy/stages-of-labor.aspx) [diakses
tanggal 20 Agustus 2013)
7. Teori parturisi diakse sdari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-caturindri-5155-2-
bab2.pdf

37

Anda mungkin juga menyukai