PENDAHULUAN
Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi ukuran kemampuan pelayanan
obstetri suatu negara. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun
2015 menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir
dengan kematian ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Secara global 80% kematian ibu
tergolong pada kematian ibu langsung dengan penyebab yaitu perdarahan 25%, infeksi dan sepsis
15%, hipertensi dalam kehamilan 12%, abortus 13%, distosia (persalinan lama) 8%, dan sebab
langsung yang lain 8%.1
Distosia merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Distosia adalah persalinan yang
abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan
persalinan ini menurut ACOG (The American College of Obstetricians and Gynecologists) dibagi
menjadi tiga yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir
(passage). Sekitar 30% ibu dengan persalinan lama mengalami disproporsi sefalopelvik
(cephalopelvic disproportion).1,2
Disproporsi kepala panggul adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala janin yang
besar, ataupun kombinasinya. Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas
pelvis dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu
atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, ataupun kombinasi dari ketiganya.
Apabila persalinan dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, dapat
timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat
menimbulkan dehidrasi, asidosis, dan infeksi intrapartum; ruptur uteri, serta resiko terjadinya
fistula vesikoservikalis, fistula vesikovaginalis, ataupun fistula rektovaginalis karena tekanan
yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa
perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin, fraktur pada os parietalis janin, dan bahkan
kematian perinatal.3
Pengetahuan yang baik tentang disproporsi kepala panggul ini sepatutnya dimiliki oleh
setiap dokter muda sebagai bekal dalam praktek kedokteran umum agar dapat mengambil
keputusan dan penatalaksanaan yang tepat. Sebab, penatalaksanaan yang tepat terhadap
disproporsi kepala panggul dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada ibu maupun
janin.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan dan ligament.1,2
Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3) duatulang
inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan pubis. Secara fungsional
panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor oleh bidang
aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP dibentuk oleh: promontorium os sacrum di
bagian posterior, linea illiopectinea (linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan
symfisis os pubis di posterior. 1,2
Rongga panggul ialah
pelvis verum/pelvis minor. Bentuk
pelvis minor ini meyerupai suatu
saluran yang mempunyai sumbu
melengkung ke depan (sumbu carus)
sampai dekat H III sumbu itu lurus,
sejajar sacrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan2.
2
a. PAP : pintu masuk rongga panggul. Disebut juga aperture pelvis superior. PAP dibentuk
oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea (linea terminalis
dan pectin os pubis) di lateral, dan pinggir atas symfisis os pubis di posterior. Terdapat
4 diameter pada PAP yaitu: diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter
oblikua. 1,2
3
Gambar 2.3. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul: konjugata vera,
konjugata obstetris dan konjugata diagonalis yang dapat diukur secara klinis
4
b. Cavum pelvis (bagian tengah panggul): seperti telah dikemukakan bahwa, ruang panggul
di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran paling luas.
Sementara bagian tersempit panggul terdapat pada panggul tengah dimana terdapat
penyempitan dalam ukuran melintang setinggi kedua spina iskiadika (diameter
interspinosum N ≥10 cm).
karena pada bagian di bawah PAP mempunyai ukuran melintang yang lebar sementara
menyempit pada bagian tengah panggul maka janin mengadakan penyesuaian dengan
melakukan putaran paksi dalam.
Kemungkinan kepala janin dapat lebih mudah masuk ke ruang panggul jika sudut
antara sacrum dan lumbal (inklinasi panggul atau sudut antara bidang yang melalui
aperture pelvis superior dengan bidang horizontal) ialah normal atau lebih besar (600).
Gambar 2.5. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan diameter anteroposterior dan
transversal pintu atas panggul serta diameter transversal (interspinosus) panggul tengah
Untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul selama
persalinan. Dapat digunakan bidang Hodge maupun station.2
Bidang Hodge I: bidang datar yang dibentuk oleh promontorium, linea iliopectinea
dan tepi atas simfisis pubis (PAP)
Bidang H II: sejajar H I, terletak setinggi tepi bawah simfisis
Bidang H III: sejajar H I, terletak setinggi kedua spina iskiadika. Merupakan bagian
tersempit. Jadi disebut engaged atau masuk bila bagian ukuran terbesar melintang
kepala janin (biparietal diameter) telah melewati H III.
Bidang H IV: sejajar H I, terletak setinggi os koksigeus.
c. Pintu bawah panggul: aperture pelvis inferior merupakan 2 segitiga yang bersekutu pada
5
bagian alasnya (yakni garis antara kedua tuber os ischium): (1) trigonum urogenital:
bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di tepi bawah simfisis pubis, (2)
trigonum anale: bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di os koksigeus.
Ukuran yang penting:
1. Sudut arkus pubis: pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut 900 atau lebih sedikit. Bila kurang, maka kepala janin akan susah
dilahirkan.
2. Diameter anteroposterior PBP: jarak antara ujung os koksigeus sampai ke pinggir
bawah simfisis os pubis. (N = 9,5-11,5 cm)
3. Diameter transversa PBP (distansia intertuberosum): jarak antara kedua buah
tuberositas os ischium (N = 11 cm).
a. Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan
dekstra (24 cm-26 cm).
b. Diameter kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada
Krista iliaka sinistra dan dekstra. (28 cm-30 cm)
c. Diameter oblikua eksterna: jarak antara spina iliaka posterior sinistra dengan spina
iliaka anterior superior dekstra dan sebaliknya. (bila asimetrik maka ukuran kedua
diameter oblikua akan jauh berbeda)
d. Distansia intertrokanterika (±31 cm): jarak antara kedua buah trokanter mayor
6
e. Konjugata eksterna (Boudeloque): jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus
spinosus L 5 (±18 cm/20 cm).
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesis.
Dari anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila
pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan
panggul sempit adalah kecil.2,3 Penyakit tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis,
ataupun riwayat trauma dapat menyebabkan perubahan anatomis pada pelvis yang
memberikan manifestasi panggul sempit.2,7 Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang
dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti
seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. 7
Dwarfisme adalah tinggi badan kurang dari 147 cm setelah dewasa merupakan resiko
seorang wanita memiliki panggul sempit.2
9
2.4. Kelainan bentuk panggul
Dalam obstetrik dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933) yang
mempunyai cirri-ciri PAP sebagai berikut:1,2,6
1. Jenis ginekoid panggul baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45% perempuan.
Panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa
2. Jenis anthropoid: Ditemukan pada 35% perempuan, Bentuk lonjong seperti telur
dengan panjang diameter AP lebih besar dari pada diameter transversa.
3. Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan. Bentuk segitiga
dimana panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa, diameter
transversa terbesar terletak di posterior dekat sacrum, sedangkan bagian depannya
menyempit ke depan.
4. Jenis platypeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP lebih kecil
daripada diameter transversa.
10
1. suboksipito-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi belakang kepala.
2. Oksipito-frontalis (11,75 cm): pada presentasi puncak kepala
3. Oksipito mentalis (13,5 cm): pada presentasi dahi
4. Submento-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi muka
5. Biparietalis (9,5 cm): ukuran terbesar melintang dari kepala
6. Bitemporalis (8 cm): ukuran antara os temporal kiri dan kanan
Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm,
lingkaran bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar bokong:
27 cm. 2
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat diperiksa
1,10
dengan USG. Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk menentukan perkiraan
imbang sepalopelvik adalah dengan berdasarkan nilai taksir berat janin. 10
1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)
2. Ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW).
3. Perhitungan menurut Poulsson-Langstadt
4. Rumus Johnson Toshack
11
ada pula referensi yang mengatakan bahwa makrosomia apabila berat janin > 4500 gram.
Faktor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin
besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, obesitas
(berat badan > 70 kg), postmaturitas, grande multipara, kenaikan berat badan selama
hamil >20 kg.3,6,8
Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antara simpisis pubis dan fundus
uteri melalui konveksitas abdomen:
BBJ = (MD - ) x 155 gram
BBJ = berat badan janin
MD = ukuran Mac Donald dalam cm
Kepala belum masuk Hodge 3 = ( MD – 13)
Kepala di Hodge 3 = ( MD – 12)
Kepala lewat Hodge 3 = (MD – 11)
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%
12
Malposisi Bagian bawah perut rata Fontanelle posterior
Occipitoposterior Tungkai janin bisa mengarah ke sakrum.
dipalpasi dari anterior Fontanelle anterior mudah
Bunyi denyut jantung diraba karena adanya
terdengar dari samping defleksi kepala.
13
2.8. Tanda-tanda Disproporsi Kepala Panggul
Pemeriksaan abdomen
Ukuran janin besar ( > 4 kg)
Kepala janin diatas PAP
Pemeriksaan panggul
Serviks mengecil setelah amniotomi
Endema serviks
Kaput tebal
Molase berat
Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)
Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)
14
Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter
mayor dari samping.
Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:10
Diameter transversa
Distansia interspinarum
Jenis pelvis
Conjugata diagonalis
Diameter AP pintu bawah
Diameter sagital posterior
Bentuk sacrum
15
2.10.3 Daya Akomodasi
Daya akomodasi suatu pelvis adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul yang dinyatakan dalam gram.
Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan beratnya 4000
gram. Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. 10
Contoh: Untuk panggul dengan kapasitas 92% dapat diperhitungkan daya akomodasi =
92% x 4000 gram = 3680 gram.
2.11 Penatalaksanaan
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode
Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan
yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas
simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang
kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang
lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut
dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan
simfisis.2
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin
dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan
2,3
selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat
diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu.2
2.11.3 Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.2, 3
17
2.12. Komplikasi
Komplikasi pada ibu:
1. Fistula
2. Partus lama dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, serta infeksi intrapartum
3. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi
patologik yang dapat berakhir pada terjadinya ruptur uteri.
4. Post partum hemoragik hingga syok.
18
BAB III
PENUTUP
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kelainan posisi dan presentasi.
Kepala janin adalah bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan dilahirkan.
Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi jalannya
persalinan
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat diperiksa dengan USG.
Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk menentukan perkiraan imbang sefalopelvik
adalah dengan berdasarkan nilai taksir berat janin
Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose, sikap fisiologis ini
menghasilkan sikap fleksi. Kelainan posisi dan presentasi dapat berupa malposisi
occipitoposterior, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi sungsang, ataupun
presentasi lintang.
Penatalaksanaan yang umum dilakukan pada disproporsi kepala panggul yaitu persalinan
percobaan dan seksio sesarea.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in William’s Obstetry 23rd
Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.
3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi
persalinan. Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan adneksa. Jakarta:
Sagung Seto.
5. Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif. Jakarta.
6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis
and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
7. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.
Australia: Blackwell.
8. Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New
ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.
9. Labour and Delivery Care HEAT Module.
http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452296§ion=1.4. Di akses
tanggal 22 September 2013
10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta
11. Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi
2. ECG : Jakarta.
20