Anda di halaman 1dari 30

RESUME MATERNITAS II

CPD (Cephalopelvic Disproportion)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas SGD maternitas II

Disusun Oleh :

Acu Samsudin AK118001


Aldy Wahyu AK118008
Astri Rahma Santya AK118025
Bella Evitasari AK118029
Dini Suci Fauzi AK118050

Dosen Pembimbing:

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


2020

BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian Cephalopelvic Disproportion (CPD)

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran


kepala janin dengan panggul ibu.

Cephalopelvic disproportion adalah ketidakseimbangan antara besarnya kepala janin


dalam perbandingan dengan luasnya ukuran panggul ibu (Wiknjosastro, 2009).

CPD merupakan suatu ketidakmampuan janin melewati panggul.CPD terjadi jika


ukuran kepala janin lebih besar daripada pelvik ibu, dan bisa juga terjadi akibat ukuran
pelvik normal sedangkan janin besar.Seksio sesarea dilakukan pada ibu bersalin dengan
CPD untuk mencegah hal-hal yang membahayakan nyawa ibu dan janin.Hal-hal yang
dikhawatirkan terjadi jika jika tidak dilakukan seksio sesarea yaitu ruptur uteri, terjadi
fistula karena anak terlalu lama menekan jalan lahir, infeksi intrapartum, terjadi prolaps
funikuli dan kerusakan otak yang mengakibatkan kematian pada janin.

B. Etiologi Cephalopelvic Disproportion

Menurut Hamilton (1999) CPD disebabkan oleh :

1. Panggul ibu yang sempit.

2. Ukuran janin yang terlalu sempit

Sedangkan penyebab dilakukan seksio sesarea menurut Prawirohadjo (2000)

yaitu:

 Disproporsi kepala panggul (CPD)


 Disfungsi Uterus
 Plasenta Previa
 Janin Besar
 Ganiat Janin
 Letak Lintang

(Mochtar , 1998) menambahkan penyebab lain , yaitu:

1. Ruptur Uteri mengancam

2. Partus lama , Partus tak maju

3. Preeklamsi dan hipertensi

4. Mal presentasi janin

 Letak lintang
 Letak bokong
 Presentasi dahi dan muka
 Presentasi rangkap

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan


1. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
2. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasA
3. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka
belakang
4. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
5. Panggul belah : symphyse terbuka
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit
picak dan lain-lain
2. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
3. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
2. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia.
Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
C. Klasifikasi Cephalopelvic Disproportion
a. Segmen Bawah = Insisi Melintang

Insisi melintang segmen bawah uterus, merupakan prosedur pilihan, abdomen


dibukadan uterus disingkapkan. Lipatan vesica urino peritoneum yang terletak dekat
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang : lipatan
ini dilepaskan dari segmen bawah dan sama-sama kandung kemih didorong serta
ditarik agar tidak menutupi

Lapang pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil
luka insisi daerah pembuluh darah uterus, kepala janin yang pada sebagian besar 3
kasus terletak terbalik insisi diektrasi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya
dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.

b. Segmen Bawah = Insisi Membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkap uterus sama seperti insisi melintang,
insisi membujur disebut dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindar cidera pada bayi.

c. Sectio Caesaria Klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapal ke dalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan ke atas serta dibawah lengan dengan gunting tumpul.
Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong
dahulu, janin serta olasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.

d. Sectio Caesaria Ekstraperitonal

Pembedahan ekstraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi


pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis yang
sering bersifat fatal.
D. Tanda Dan Gejala Cephalopelvic Disproportion
 Persalinan lebih lama dari yang normal
 Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 39 minggu (primipara)
 Tinggi badan kurang dari 145 cm
 Ukuran distasia spinarum kurang dari 24-26 cm
 Ukuran distasia kristarum kurang dari 28-30 cm
 Ukuran konjugata eksterna diameter kurang dari 18-20 cm
 Ukuran lingkar panggul kurang dari 80-90 cm

E. Patofisiologi Cephalopelvic Disproportion


Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa
dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan
lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri,
disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os
sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang
menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os koksigis (tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang
2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat
partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis
mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis
mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat
perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang
dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada
wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis
yang dibentuk oleh muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.

Ukuran Panggul
1. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak
dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis
dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba
sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium,
tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari
telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih
kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting
yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih
antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

2. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan
setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala
engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia
interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter
anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital
posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5
cm.3,4.

3. Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber
isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui
pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia
tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum
atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis
ke ujung sacrum (11,5 cm).

F. Komplikasi Cephalopelvic Disproportion


Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri
tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan
janin (Sarwono).
1. Bahaya pada ibu
 Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
 Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan lingkaranretrasi patologik
(Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak
segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri
 Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal ini meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya
Iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum
akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto
vaginalis
2. Bahaya pada janin
 Patus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah dengan
infeksi intrapartum
 Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
 Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan
pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin tampa
akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas
tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan
intrakrahial
 Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada
panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin,
malahan dapat pula meninbulakan fraktur pada Osparietalis

G. Penatalaksanaan Cephalopelvic Disproportion


a. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan
tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral
yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam
kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut
tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,
sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan
lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena
biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap
dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta
pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
b. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam
belum dipenuhi.
c. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
d. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.

H. Pemeriksaan Penunjang Cephalopelvic Disproportion


1. Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
b. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter
maya samping

I. Pathway
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN KEHAMILAN DENGAN CPD
(Cephalopelvic Disproportion)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
 Ras: ukuran jenis – jenis panggul berbeda – beda dari berbagai ras
 Pada wanita yang tinggi badan ˂ 145 cm, kemungkinan panggul kecil perlu
diperhatikan
2. Riwayat penyakit
 Ibu yang mempunyai diabetes melitus akan mempengaruhi besar janin
 Pada postpoliomyelitis masa kanak – kanak mengakibatkan pinggul miring
3. Riwayat persalinan yang lalu
 Apakah partus yang lalu berlangsung lama, ada riwayat letak lintang atau
sungsang, persalinan ditolong dengan alat atau operasi.
4. Riwayat kehamilan sekarang
 Usia kehamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu
 Pergerakan anak
 Tinggi fundus uteri
 Letak anak lintang atau sungsang
5. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
 Nutrisi
Pada kehamilan bulan ke-7 ibu harus mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat karena berat badan janin yang besar akan mempengaruhi proses
persalinan.
 Psikososial
Kecemasan akan Nampak karena takut apakah ibu dan janin dapat melalui proses
persalinan dengan lancer atau tidak, keluarga harus menyiapkan dana yang lebih
jika harus dilakukan secsio sesarea.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan panggul luar
 Palpasi: usia kehamilan 36 minggu bagian terendah janin belum turun pada
primigravida
 Selisih distansia spinarum dan distansia cristarum kurag dari 1,6 cm
 Conjugate eksterna kurang dari 16 cm
2. Pemeriksaan panggul dalam
 Promontorium teraba
 Linea inominata teraba
 Sacrum, spina iskhiadika menonjol

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
2. Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
3. Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
4. Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka,
penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan
Ansietas b.d Ansietas berkurang setelah -

pengalaman diberikan perawatan diri pada pasien menumbuhkan rasa

pembedahan dan hasil dengan kriteria hasil : supaya pasien merasa tenang, tidak cemas

tidak dapat diperkirakan - nyaman serta kepercayaan

traumatik pada saat - pada perawat.

membicarakan pembedahan

pembedahan merupakan jalan

- terbaik yang harus

- ditempuh untuk
dilakukan pembedahan menyelamatkan bayi

yang sama dan ibu

Resti infeksi b.d Infeksi tidak terjadi setelah menghasilkan daua

destruksi pertahanan perawatan selama 24 jam - tubuh yang optimal

terhadap bakteri pertama dengan kriteria adekuat

hasil : - pasien, maka

- menjaga daya tahan kesembuhan luka

luka yang jauh dari tubuh, kebersihan dapat lebih mudah

kategori infeksi luka, serta tanda-tanda terwujud

- infeksi dini pada luka

normal

- managemen yang

keadaan normal, tidak berbeda

Nyeri akut b.d insisi, demam

flatus dan mobilitas operasi

Nyeri dapat berkurang nyeri operasi

setelah perawatan 1x 24 -

jam dengan kriteria : nyeri peristaltik usus

- - sehingga

nyeri / mengatakan insisi luka post operasi mempercepat flatus

bahwa nyeri sudah -


berkurang memungkinkan tiap

jam sekali mengobservasi

penyimpangan dari

norma/ dasar pasien

dan mempengaruhi

pilihan intervensi

lebih disukai

Resti perubahan nutrisi menghadapi masalah

b.d peningkatan anoreksia, kelelahan,

kebutuhan tubuh untuk - kelemahan otot

penyembuhan continue selama

luka,penurunan perawatan tiap hari,

masukan (sekunder Mendemontrasikan berat perhatikan tingkat

akibat nyeri, mual, badan stabil atau energi, kondisi, kulit,

muntah penambahan berat badan kuku, rambut, rongga

progresif kearah tujuan mulut

dengan normalisasi nilai -

laboratorium dan bebas trasnsisi pada

dari tanda malnutrisi pemberian makan per

oral dengan tepat

menelan, beri
sosialisasi dan bantuan

makan sesuai dengan

indikasi

PENGKAJIAN KASUS
KASUS:
Ny. F, 27 thn, G2P1A0, aterm, mengeluh nyeri dan kelelahan, tampak terpasang infus
oksitosin pada lengan kiri. Ibu telah berada di ruang VK dengan dilatasi serviks 10 cm,
namun fase ekspulsi memanjang. Saat dikaji his menjadi tidak terkoordinasi serta tampak
ibu tidak mampu membuat posisi efektif untuk mengedan. Pada pemeriksaan dalam
teraba bagian keras melenting, dan teraba fontanel posterior. Hasil pemeriksaan USG
menunjukkan berat janin 3500 gr, Conjugata Vera 10 cm, TD 100/70 mmhg, takikardi
dan takipneu. Anamnesa riwayat persalinan sebelumnya normal namun memiliki riwayat
DM dalam keluarganya. Pengkajian Power, Passenger, Passage dilakukan dan segera
rencanakan tindakan Operatif jika penatalaksaan partus normal gagal.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. F DENGAN DIAGNOSA MEDIS CPD


I. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama Ny. F
Umur 27 Tahun
Golongan Datrah -
Suku/ Bangsa -
Agama -
Pendidikan -
Pekerjaan -
Alamat -
No Medrec -
Tanggal Pengkajian -
GPA G2P1A0
Identitas Penanggung Jawab
Nama -
Umur -
Golongan Darah -
Hubungan dengan klien -

II. ALASAN KUNJUNGAN SAAT INI


( ) Kunjungan pertama : -
( ) Kunjungan rutin :-
( ) Keluhan: Klien mengeluh nyeri dan kelelahan

III. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


Riwayat menstruasi
HPHT -
Lamanya haid -
Banyaknya haid -
Keluhan -
Siklus -
Taksiran partus -
Tanda-tanda kehamilan (trimester
I) -
Hasil tes kehamilan (jika -
dilakukan):
Pergerakan fetus
Pergerakan fetus dirasakan
pertama kali -
Pergerakan fetus dalam 24 jam -
terakhir
Keluhan yang dirasakan
Jika ya (√) dan tidak (X)
(√) Rasa lelah
(X) Mual & muntah yang lama
(X) Nyeri perut
(X) Panas, Menggigil
(X) Sakit kepala berat/ terus menerus
(X) Penglihatan Kabur
(√)Rasa Nyeri
(X) Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya
(X) Pengeluaran cairan pervaginam
(X) Nyeri, Kemerahan, Tegang pada tungkai
(X) Oedema
Diet Makanan
Makan sehari-hari
- Pola makan -
- Banyaknya -
- Jenis makanan/ menu -
- Makanan kesukaan -
- Alergi terhadap makanan -
Perubahan makan yang dialami
(termasuk ngidam, perubahan -
nafsu makan, dll)
Pola Eliminasi
BAB
- Waktu BAB -
- Konsistensi -
- Frekuensi -
- Keluhan (Tidak/ Ada, Jelaskan) -
BAK
- Frekuensi -
- Warna -
- Keluhan (Tidak/ Ada, Jelaskan) -
Aktivitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur -
- Siang -
- Malam -
Seksualitas -
Pekerjaan -
Imunisasi TT
TT I
- Tanggal -
- Usia kehamilan -
TT II
- Tanggal -
- Usia Kehamilan -
Penggunaan Kontrasepsi (ya/ Tidak)
Alasan -
Tempat pelayanan -
Jenis kontrasepsi -
Alasan menggunakan kontrasepsi -
tertentu
Keluhan -
Lamanya -

IV. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN & NIFAS YANG LALU


Tanggal/tahun persalinan -
Tempat persalinan -
Usia kehamilan -
Jenis Persalinan Normal
Penolong -
Penyulit kehamilan & -
persalinan
Anak -
JK (jenis kelamin)
BB (berat badan)
PB (panjang badan)
LK (lingkar kepala)
LD ( lingkar dada)
Keadaan Nifas -

V. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
( X) Jantung
( X) Tekanan darah tinggi
( X) Hepar
( X) Diabetes Mellitus
( X) Anemia Berat
( X) Penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS
( X) Campak
( X) Malaria
( X) Tuberkulosis
( X) Toxoplasmosis
( X) Rubella
( X) Kern Virus
( X) Operasi
( X) Gangguan mental
( ………) Lain-lain
2. Perilaku Kesehatan -
( …) Penggunaan alcohol/ obat-obatan -
Banyaknya -
Jenisnya -
Waktu mengkonsumsi -
( …) Obat-obatan/ jamu yang sering -
digunakan -
Diperoleh dari -
Jenisnya -
Lamanya pengobatan -
Banyaknya -
( …) Merokok/ makan sirih
Banyaknya -
Waktu mengkonsumsi -
( …) Irigasi Vagina -
( …)Ganti pakaian dalam -

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


( Tanyakan tentang penyakit-penyakit keturunan )
Diabetes melitus

VII. RIWAYAT SOSIAL


Apakah kehamilan ini direncanakan atau diinginkan ? -
Jenis Kehamilan yang diharapkan ? -
Status perkawinan
Jumlah - Kali
Lama perkawinan -
Susunan keluarga yang tinggal serumah
No Nama JK Umur Hub Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
- - - - - -

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas -

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Kesadaran -
Keadaan Emosional -
Tanda-tanda vital
Tekanan darah 100/70
Suhu -
Nadi Takikardia
Pernafasan Thakipnea
Tinggi Badan, Berat Badan
Sebelum Hamil -
Sekarang -
Kenaikan BB selama hamil
Kepala
Keadaan Rambut -
Benjolan -
Mata
Kelopak Mata -
Konjungtiva -
Sklera -
Hidung -
Telinga -
Mulut & Gigi
Keadaan lidah, geraham & bibir -
Caries (ada/ tidak) -
Jumlah gigi -
Kelenjar Thyroid
Ada pembengkakan / tidak -
Kelenjar Getah Bening
Ada pembengkakan / tidak -
Lokasi -
Dada
Jantung -
Paru-paru -
Payudara -
Pembesaran -
Putting susu -
Simetris (ya / tidak) -
Benjolan/ tumor -
Pengeluaran / colostrums -
Nyeri -
Lain-lain -
Punggung & pinggang
Posisi tulang belakang -
Nyeri pinggang -
Conjugata vera 10 cm
Ekstremitas
Atas
Oedema -
Kekakuan sendi -
Kemerahan -
Varises -
Refleks -
Keadaan kulit -
Bawah
Oedema -
Kekakuan sendi -
Kemerahan -
Refleks -
Keadaan kulit -

Abdomen
Bekas luka operasi -
Striae -
Linea -
Pembesaran hepar -
Pembesaran Lien -
Teraba bagian keras melintang dan teraba
fontanel posterior
KHUSUS KEBIDANAN
Leopold I -
Leopold II -
Leopold III -
Leopold IV -
Pemeriksaan Ano-Genital
Perineum -
Vulva-vagina -
Warna -
Fistula -
Luka -
Varises -
Pengeluaran pervaginam
Warna -
Jumlah -
Konsistensi -
Nyeri -
Haemorroid -
Dilatasi serviks 10cm

IX. DATA PSIKOLOGIS


Konsep Diri
Gambaran diri -
Identitas diri -
Ideal diri -
Peran -
Harga diri -

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
XI. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah keperawatan


No
1. DS : Kemajuan dalam jalan lahir Nyeri
Klien mengeluh nyeri dan tertahan
kelelahan ↓
DO : Ketegangan segmen bawah
- Terpasang infus oksitosin uterus
- HIS tidak terkoordinasi ↓
-Klien tidak mampu Pembentukan lingkaran
membuat posisi efektif retraksi
untuk mengedan ↓
- Dilatasi serviks 10 cm Ruptur uteri
- Conjugata vera 10 cm ↓
- Teraba bagian keras Trauma jaringan
melintang ↓
Nyeri
2. DS : Perubahan tonus otot Resiko tinggi cidera pada
↓ janin
DO : Abnormalitas pelvis ibu
Conjugata vera 10 cm ↓
Teraba fontanel posterior Laten memanjang 14 jam
Fase ekspulsi memanjang ↓
Persalinan lama

Resiko tinggi cidera pada
janin

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri b.d trauma jaringan


Resiko tinggi cidera pada janin b.d penekanan kepala pada panggul, partus lama
XIII. INTERVENSI

NO Diagnosa Kep.(Dx) Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Lakukan pengkajian Untum
trauma jaringan ditandai dengan: keperawatan 2x24 jam, nyeri secara kul
masalah klien teratasi komprehensif termasuk dira
DS :
dengan kriteria hasil: lokasi, karakteristik, ber
Klien mengeluh nyeri dan frekuensi dan faktor dira
Mampu mengontrol nyeri
kelelahan penyebab
Menge
Klien mampu mengetahui
DO : Observasi reaksi me
faktor kelelahan
- Terpasang infus oksitosin nonverbal dari tida
ketidaknyamanan dig
- HIS tidak terkoordinasi
Ajarkan teknik Teknik
-Klien tidak mampu membuat
relaksasi nafas dalam ma
posisi efektif untuk mengedan
sec
Kontrol lingkungan
- Dilatasi serviks 10 cm
yang mempengaruhi Denga
- Conjugata vera 10 cm nyeri seperti suhu rua
ruangan, pencahayan bisi
- Teraba bagian keras melintang
dan bising nya
nye
Kolaborasi pemberian
obat anlgetik Pembe
me
me
2. Resiko tinggi cidera pada janin Setelah dilakukan tindakan Kaji denyut jantung janin Bra
b.d penekanan kepada pada keperawatan 2x24 jam, secara manual dan jan
panggul, partus lama ditandai masalah klien teratasi elektronik dan kaji stre
dengan : dengan kriteria hasil: irama jantung sep

DS : Kemajuan persalinan baik Perhatikan tekanan uterus Tek


selama istirahat dan bes
fase kontrksi melalui oks
DO : kateter, tekanan intr
Conjugata vera 10 cm intrauterus bila tersedia Ko
me
Teraba fontanel posterior Perhatikan frekuensi
me
kontraksi uterus,
Fase ekspulsi memanjang ade
beritahu dokter bila
frekuensi duamenit Me
atau kurang jan
dap
Kaji malposisi dengan
yan
menggunakan manuver
disf
leopold dan temuan
pemeriksaan interal, Pen
tinjau ulanh hasil USG me
ma
Pantau penurunan janin
pada jalan lahir Kel
me
Perhatikan jumlah cairan
amnion apabila pecah
ketuban lama, dapatkan
kultur bila temuan
abnoramal
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

CPD merupakan suatu ketidakmampuan janin melewati panggul.CPD terjadi jika


ukuran kepala janin lebih besar daripada pelvik ibu, dan bisa juga terjadi akibat ukuran pelvik
normal sedangkan janin besar.Seksio sesarea dilakukan pada ibu bersalin dengan CPD untuk
mencegah hal-hal yang membahayakan nyawa ibu dan janin.Hal-hal yang dikhawatirkan
terjadi jika jika tidak dilakukan seksio sesarea yaitu ruptur uteri, terjadi fistula karena anak
terlalu lama menekan jalan lahir, infeksi intrapartum, terjadi prolaps funikuli dan kerusakan
otak yang mengakibatkan kematian pada janin.
Dalam obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomisal melainkan
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Pintu atas
panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter
transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9 ½
cm dan kadang- kadang mencapai 10 cm, conjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat
menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalu kedua ukuran ialah diameter antara
posterior maupun diameter transversa sempit

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J, 2011, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2010, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
http://eprints.ums.ac.id/16790/4/BAB_I.pdf
https://www.akperpasarrebo.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/MERIDA-1-30-38.pdf
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/33965

Anda mungkin juga menyukai