Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan dengan Cephalo Pelvic


Disporpotion

OLEH :

NAMA : MAIYURITA
NPM : 2210018107043

PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. YEPNI NENSI, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA PADANG


2022

1
Laporan Pendahuluan
Asuhan keperawatan dengan Cephalo Pelvic
Disporpotion

A. DEFINISI
Cephalo Pelvic Disporpotion (CPD) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala
janin dengan bentuk dan ukuran panggul.
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin
dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin
dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya disebabkan
oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Winkjosastro,
2005).

B. KLASIFIKASI
1. Imbang Sefalo-Pelvik baik
Partus dapat direncanakan pervaginam,namun demikian his,posisi kepala dan
keadaan serviks harus diperhatikan selama partus.
2. Disproporsi Sefalo-Pelvik
Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervaginam,bila
anak hidup lakukan seksio sesaria (SC).
3. Kemungkinan Disproporsi
Mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi, untuk
mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi dan atau partus
percobaan.

C. ETIOLOGI
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagaiberikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka
belakang

2
d) Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit.
Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit
picakdan lain-lain
b) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
a) Colitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit
miring.
5. Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul

D. PATOFISIOLOGI
1. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal
terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering
diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara manual, yang biasanya
lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas panggul biasanya
didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948)
dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada
diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12
cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit
hanya pada salah satu diameter. Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm,
sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter
anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan
memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil.
Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih
rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan
panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
3
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput
ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah
rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau
tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul
menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat
menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat
presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai
enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.
2. Penyempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak
berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol
ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan
rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih
sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya kepala
janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio
sesarea. Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti
seperti penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu
tengah panggul apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior
panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat
ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia
interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai
kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter
sagitalis posterior pendek.
3. Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang.
Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah
panggul. Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan
4
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju
ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.
4. Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa. Misalnya padatuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita
dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas
panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu
juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu
berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul sempit
adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama
dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta
memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak
memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat
memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin
didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan
diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan
dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang
dilakukan karena biaya yang mahal.
Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran
pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan
spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode
5
Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan
tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol
di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan
memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua
jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala
mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.
5. Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi
besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan
lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000
gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Factor
keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar
biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus,
postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi
besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal
yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama
proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan
normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti
ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui apakah terjadi
sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur
secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam
proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam
persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang
biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul, atau
karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dapat
ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai pada
anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena
terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir,
akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan
bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke
6
bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Persalinan lebih lama dari yang normal
2. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 minggu
(multipara)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan umum
a. Adanya penyakit tulang atau sendi
b. Bentuk badan tidak normal
c. Wanita dengan Tinggi Badan kurang dari 145 cm
d. Anamnesa pada persalinan terdahulu
e. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38
minggu (multipara)
2. Pelvimetri
a. Radiologi
b. Kesempitan PAP Conjugata Vera < 10 cm dan diameter tranversal < 12 cm.
c. Kesempitan rongga panggul bila diameter interspinarum < 9,5 cm
d. Kesempitan pintu pintu bawah panggul bila areus pubis < 90 cm
e. Klinis
1) Distansia spinarum N : 24 – 26 cm
2) Distansia cristarum N : 28 – 30 cm
3) Conjugata eksterna N : 18 cm
4) Lingkar panggul N : 80 – 90 cm
3. Metode Pinard
e) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
f) Pasien dalam posisi semi duduk.
g) Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul
sementara jari tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis)
untuk mendeteksi ketidak seimbangan kepala dengan jalan lahir
(disproporsi).
4. Metode Muller - Kerr
a) Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan
lahir.

7
b) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
c) Posisi berbaring telentang.
d) Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan
dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang
kemaluan

2.2 KOMPLIKASI
1. Ibu
a) Partus lama dengan KPD menimbulkan dehidrasi dan infeksi intra partum
b) Ruptur uteri
c) Tekanan kepala janin yang lama pada jalan lahir, akan menimbulkan
gangguan sirkulasi setempat, sehingga timbul iskemik, kemudian timbul
nekrosis, dan beberapa hari kemudian akan timbul recto vaginal
d) Ruptur sympisis
e) Parase kaki yang terjadi akibat tekanan bayi pada nervus yang ada pada
rongga pangggul
2. Janin
Kematian perinatal akibat infeksi intra partum
Prolaps tali uteri
Perlukaan / fraktur pada tulang kepala janin

2.3 PENATALAKSANAAN
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin
dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes
terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu
karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.
8
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat
diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala
ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila
hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga
panggul, sehingga menjadi bahu depandimana sebelumnya merupakan bahu
belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,
penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan
ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan
persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir
dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak
lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang
tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea
sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan
perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

9
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan Kleidotomi


Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin
dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga
janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi
kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

5. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan
tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula)
pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri
penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan
selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami
kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada
jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.

10
2.4 WOC Ibu Hamil

Penyakit Tulang Bentuk badan tidak normal Wanita Pendek (TB<145CM)

Panggul Sempit Janin Besar

Penyempitan PBP Penyempitan PTP Penyempitan PAP

Janin belum masuk PAP

CPD
UK 36 Mg. (Primipara) UK 38 Mg. (Multipara)

Percobaan persalinan Tanda-tanda pesalinan Sectio caesarea Ansietas

Post anastesi Luka post op.


His baik Pembukaan lengkap Waktu persalinan His Jelek Pembukaan tidak
>persalinan normal lengkap Medula Penurunan Jaringan Jaringan
Kemajuan oblongata kerja pons terputus terbuka
persalinan baik Ibu Bayi Tidak ada kemajuan Reflek Penurunan Nyeri
persalinan Batuk Invasi
kerja otot
Persalinan Parase Ruptur Menekan Prolaps Perlukaan bakteri
eliminasi Aktivitas
pervaginam kaki uteri kepala tali uteri janin Akumulasi
janin Terminasi sekret Peristaltik terbatas
Risiko
usus infeksi
Gangguan menurun Risiko kurang
Sectio caesarea bersihan jalan perawatan diri
Kurang nafas
Pengetahuan
Nafsu makan menurun
Gangguan eliminasi alvi
Ansietas
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
12
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas diri
Identitas klien terdiri dari : Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, bangsa, riwayat persalinan, nama suami,
usia.
Identitas Penanggung jawab terdiri dari : Nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b. Keluhan Utama

Klien merasakan nyeri di daerah operasi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan


serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu :

P : Provoking incident, kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas


ringan sampai berat, sesuai dengan gangguan pada pasien post partum.

Q : Quality of pain, seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas


yang dirasakan atau digambarkan klien post partum.

R : Region, apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi keseluruhan


sistem otot rangka dan apakah disetai ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan pada pasien post partum.
S : Severity (scale) of pain, kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun
sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
T : Time, sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul
perlahan. Lama timbulnya kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat,
baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Perawata menanyakan tentang penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, atau abortus.

e. Riwayat Kesehatan keluarga


12
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, adakah
anggota keluarga yang pernah menjalani operasi caesar, adakah anggota
keluarga yang memiliki masalah CPD seperti klien.

f. Riwayat Obstetric dan Gynekologi

Perawat menanyakan tentang masa kehamilan dan persalinan yang lalu, keluhan
yang dialami selama kehamilan, dan gerakan janin pertama kali.

g. Riwayat Kontrasepsi

Perawat menanyakan tentang alat kontrasepsi yang dipakai sebelum masa


kehamilan karena faktor hormon berperan penting dalam masa kehamilan.

h. Aktifitas Sehari – hari

a) Aktivitas/ istirahat

Klien diharuskan immobilisasi duduk selama 12 jam atau 24 jam. Klien


biasanya mengeluh mengalami keletihan/kelelahan terus-menerus.

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.

c) Pola Eliminasi

Pada pasien post partum sering terjadi adanya persaan sering/susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya oedema dari
trigono, yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi.

d) Istirahat dan Tidur

Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri setelah persalinan.

e) Hygiene

Klien menyatakan merasa letih/lemah, kelelahan yang dirasakan klien yaitu


selama aktivitas perawatan diri.

13
i. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

Keadaan umum, kesadaran

Tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi, pernafasan

a) Kepala

Kulit rambut tampak bersih tidak terdapat benjolan.

b) Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor, sclera
tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.

c) Telinga

Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal,


pendengaran normal.

d) Hidung

Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung
tidak ada.

e) Mulut dan faring

Tidak terdapat kotoran, Kelainan lidah tidak ada.

f) Leher

Simetris, kaku kuduk tidak ada, tidak terdapat pembesaran

g) Payudara

Adanya pembesaran putting susu(menonjol atau mendatar, ada nyeri atau lecet
pada putting), ASI atau kolostrum sudah keluar, ada pembengkakan, radang
atau benjolan.

h) Abdomen

Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

i) Kandung kemih

Kosong atau penuh

14
j) Genitalia dan Perineum

Pengeluaran lokhea ( jenis, warna, jumlah dan bau), oedem, peradangan,


keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan
perineum, hemoroid pada anus.

k) Ekstremitas bawah

Pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri, oedem,
varises, immobilisasi 24 jam
l) Ekstremitas bawah
Tidak dapat di jumpai pembengkakan, immobilisasi 24 jam.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan medis dan SDKI DPP PPNI 2016
1. Nyeri akut b/d egen pendera fisik(prosedur operasi)
2. Intolerasi aktifitas b/d imobilisasi
3. Resiko infeksi b/d efek prosedur operasi

15
3.Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


b/d keperawatan selama 3x 24 jam nyeri 1. Identifikasi lokasi,
prosedur dapat diatasi dengan kriteria hasil: karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
operasi 1. Klien tidak merasa nyeri lagi nyeri
2. Perut tidak tegang lagi 2. Identifikasi skala nyeri
3. Skala nyeri 0 3. Identifikasi respon non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis
2. Kontrol lingkungan yg memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukadi
1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik non farmakologi secara tepat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgeti

2. Intpleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi aktifitas


aktifitas b/d keperawatan 3 x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi devisit tingkat aktifita
imobilisasi klien bisa melakukan aktifitas 2. Identifikasi beraktifitas dalam aktifitas
dengan kriteria hasil tertentu
1. Klien bisa beraktifitas tanpa 3. Identifikasi sumber daya untuk beraktifitas
merasakan nyeri 4. Monitor respon emosional untuk beraktifitas
2. Klien mampu melakukan aktifitas
sehari-hari Terapeutik
3. Keseimbangan aktifitas dengan 1. Fasilitasi fokus pada kemampuan
istirahat 2. Fasilitasi kemampuan untuk beraktifitas
3. Fesilitasi alat untuk beraktifitas
4. Libatkan kelurga untuk beraktifitas
5. Berikan motifasi untuk beraktifitas

Edukasi
1. Jelaskan metode aktifitas sehari-hari
2. Ajarkan cara melakukan aktifitas yg dipilih
dan aktifitas fisik
3. Motivasi keluarga untuk memberikan
dorongan

16
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terafis

3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


infeksi b/d keperawatan 3x 24 jam diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
efek infeksi tidak terjadi dengan kriteri
prosedur hasil Terapeutik
invasif 1. Luka operasi tidak infeksi 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Pasien tidak nyeri 2. Turkar verban pasien
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala dan tanda infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
operasi
4. Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Ajarkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian therapi

17
4. Implementasi
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat
untuk membantu klien untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan dan membantu klien tujuan
yang telah ditetapkan, meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit,pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisifasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan
selama perawatan atau pelaksaan perawatan selalu mengumpulkan data dan memilih tindakan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien

5. Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan atau rencana tindakan dan pelaksanaan
telah berhasil dicapai melalui evaluasi memungkinan perawat untuk memonitor keluhan yg
terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan meskipun
tahap evalusi terletak pada akhir proses

18

Anda mungkin juga menyukai