Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA

PASIEN Ny.D DENGAN CPD DI RUANG VK RSUD KLUNGKUNG


TANGGAL 1-6 OKTOBER 2022

Oleh:
NI PUTU DEWI PUTRI WIARDANI, S.Kep

C1222047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)

A. DEFINISI

Cephalo Pelvic Disporpotion (CPD) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala
janin dengan bentuk dan ukuran panggul. CPD adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya
(Winkjosastro, 2015).

B. ETIOLOGI
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

2. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

3. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa

4. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka
belakang

5. Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit

6. Panggul belah : symphyse terbuka

7. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya:

a) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha


panggul sempit picak dan lain-lain

b) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

c) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring


8. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang:

a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul


corong

b) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul


sempit miring.

9. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah:

a) Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan


panggul sempit miring.
10. Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul

C. KLASIFIKASI

a. Imbang Sefalo-Pelvik baik

Partus dapat direncanakan pervaginam,namun demikian his,posisi kepala dan


keadaan serviks harus diperhatikan selama partus.

b. Disproporsi Sefalo-Pelvik

Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervaginam,bila anak
hidup lakukan seksio sesaria (SC).

c. Kemungkinan Disproporsi

Mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi, untuk
mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi dan atau partus
percobaan.

D. PATOFISIOLOGI

1. Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior


terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter
transversal terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas
panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara
manual, yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan
pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang
kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa
kesulitan persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm
atau diameter transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada
kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter.
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin
bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10
cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang
kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil.

Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan
anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas. Pada panggul sempit ada kemungkinan
kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban yang
menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan
terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi
menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi,
pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada
wanita dengan pintu atas panggul sempit.

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah


masuk dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu
atas panggul menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul
sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan
panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan
prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.
2. Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak


berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak
menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah
panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan
terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan
forceps tengah atau seksio sesarea. Penyempitan pintu tengah panggul belum
dapat didefinisikan secara pasti seperti penyempitan pada pintu atas panggul.
Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter
interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5
cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti
dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran
ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan
apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis posterior pendek.
3. Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga
dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu
bawah panggul terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau
kurang. Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan
pintu tengah panggul. Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul
tidak terlalu besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan
penting dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis
yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah
simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang
dan mudah terjadi robekan.
4. Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa. Misalnya padatuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada
wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki
kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi
badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa
persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,
kemungkinan panggul sempit adalah kecil. Pengukuran panggul (pelvimetri)
merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan tentang keadaan
panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran
kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah
panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti. Pelvimetri
radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian
yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan
dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter
antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi
terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat
mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini
jarang dilakukan karena biaya yang mahal.
Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran
pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan
spontan. Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada
metode. Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga
panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr
dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke
arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk
menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang
masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.

5. Janin yang besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi
besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat
badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin
4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses
melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi
bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami
diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang
dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal
tersebut masih diragukan.

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu


hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila
selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses
persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk
kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui
apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic
juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan
kepala besar.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan


dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan
dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras
yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas
panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang
lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga
dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses
persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses
kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu
mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang lain.
Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat kebawah dapat
mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.

E. PATWHAY TERLAMPIR

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Persalinan lebih lama dari yang normal

2. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38


minggu (multipara)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan umum

a) Adanya penyakit tulang atau sendi

b) Bentuk badan tidak normal

c) Wanita dengan Tinggi Badan kurang dari 145 cm

d) Anamnesa pada persalinan terdahulu

e) Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38


minggu (multipara)
2. Pelvimetri

a. Radiologi

• Kesempitan PAP Conjugata Vera < 10 cm dan diameter tranversal <


12cm.

• Kesempitan rongga panggul bila diameter interspinarum < 9,5 cm

• Kesempitan pintu pintu bawah panggul bila areus pubis < 90 cm


b. Klinis

Distansia spinarum N : 24 – 26 cm

Distansia cristarum N : 28 – 30 cm

Conjugata eksterna N : 18 cm

Lingkar panggul N : 80 – 90 cm

3. Metode Pinard

a. Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.

b. Pasien dalam posisi semi duduk.

c. Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul


sementara jari tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis)
untuk mendeteksi ketidak seimbangan kepala dengan jalan lahir
(disproporsi).
4. Metode Muller - Kerr

a) Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan
lahir. mengosongkan kandung kemih dan rektum.

b) Posisi berbaring telentang.

c) Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan
dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang
kemaluan

H. KOMPLIKASI

1. Ibu

a) Partus lama dengan KPD menimbulkan dehidrasi dan infeksi intra partum

b) Ruptur uteri

c) Tekanan kepala janin yang lama pada jalan lahir, akan menimbulkan
gangguan sirkulasi setempat, sehingga timbul iskemik, kemudian timbul
nekrosis, dan beberapa hari kemudian akan timbul recto vaginal

d) Ruptur sympisis

e) Parase kaki yang terjadi akibat tekanan bayi pada nervus yang ada pada
rongga panggul

2. Janin

a. Kematian perinatal akibat infeksi intra partum

b. Prolaps tali uteri

c. Perlukaan / fraktur pada tulang kepala janin

I. PENATALAKSANAAN

1. Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin
dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar
diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan. Pada janin yang
besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya.
Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan
hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat
dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu
depandimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.
Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya
kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka
dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya,
dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk
melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan
test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan
test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang
digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul
sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

2. Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan


kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea
sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan
perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

3. Smfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin


dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga
janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi
kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

5. Kleidotomi

Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan
tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula)
pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri
penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan
selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami
kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada
jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan tahap yang paling menentukan bagi
tahap berikutnya sehingga pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat.
(Budiono.2015) Pengkajian keperawatan pada klien dengan biopsy excisi meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik, pengkajian diagnostik, dan pengkajian penatalaksanaan
medik. Pada anamnesa keluhan utama yang kemungkinan besar muncul pada klien
biopsy excisi adalah nyeri akut. Pengkajian nyeri akut dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST, dimana pendekatan ini mampu membantu perawat dalam
menentukan rencana atau intervensi keperawatan. Komponen-komponen dalam
pengkajian diantaranya:

1. Biodata
a. Identitas Pasien

Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis,
rencana terapi.
b. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab

Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
penghasilan, agama, alamat.
c. Identitas Saudara Kandung

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a) Keluhan Utama MRS
Pasien dengan diagnose CPD biasanya terjadi pada kehamilan matur/
mendekati hari lahir.

b) Keluhan Utama Saat Pengkajian

Pasien dengan diagnose CPD biasanya mengeluh nyeri pada perut hingga
panggul, disertai dengan rasa cemas terkait dengan proses kelahiran yang akan
dilakukan. Riwayat Kesehatan Terdahulu

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan ( HT, DM ),


penyakit menular ( HIV/AIDS, Hepatitis, TB ), dan tidah mempunyai riwayat
penyakit menahun (PPOK, Asma)
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga juga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan ( HT, DM ), penyakit menular ( HIV/AIDS, Hepatitis,
TB ), dan tidah mempunyai riwayat penyakit menahun (PPOK, Asma)
d) Riwayat Obsetri
Pertama menstruasi pada usia 12 tahun, siklus haid 28 hari, teratur, lama haid 6
hari, terkadang disminorea.
HPHT : 29 Februari 2021
TP : 2 November 2014
e) Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan nikah 1 kali, umur pernikahan 1,5 tahun
f) Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah KB karena ingin cepat mempunyai anak
g) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Hamil ini
h) Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I :
Ibu mengatakan pada trimester pertama mengeluh mual- mual, periksa ke bidan
3X dan diberi terapi Vit. C dan Tablet FE
Trimester II:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa- apa, periksa ke bidan 3X dan diberikan
terapi Vit. C dan Tablet FE
Trimester III:
Ibu mengatakan terdapat keluhan perut terasa kencang_ kencang pada saat
periksa ke bidan yang terakhir, periksa ke bidan 3X diberi Vit. C dan Tablet
FE, periksa ke SpOG 1X dengan hasil janin sehat dan bagus.
i) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Ibu mengatakan rumahnya jauh dari sungai, pabrik dan tempat pembuangan
akhir, serta dekat dengan keramaian.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit

Klien dengan tindakan pembedahan biopsy excisi di payudara biasanya dengan


keluhan nyeri pada payudaranya. (Sylvia. 2015)
 Keluhan utama saat dikaji Klien dengan tindakan pembedahan biopsy excisi
mempunyai keluhan utama nyeri saat dikaji, hal ini dikarenakan terputusnya
kontinuitas jaringan (Gunawan Wibisana, 2017).

Keluhan utama saat dikaji kemudian dikembangkan dengan teknik PQRST.

P: Provokatif atau paliatif atau penyebab nyeri bertambah maupun berkurang.


Pada tindakan pembedahan biopsy excisi nyeri bertambah saat klien
bergerak dan berkurang saat klien beristirahat.

Q: Kualitas atau kuantitas. Bagaimana nyeri dirasakan, sejauh mana klien


merasakan nyeri, dan seberapa sering nyeri dirasakan klien. Pada klien
tindakan pembedahan biopsy excisi biasanya merasakan nyeri seperti
disayatsayat atau di tusuk-tusuk.

R: Region/area radiasi. Dimana saja gejala nyeri dirasakan timbul. Nyeri


dirasakan di daerah luka operasi, yaitu di payudara.

S: Severity/skala. Seberapa berat nyeri yang dirasakan dan apakah nyeri


mengganggu aktivitas atau tidak. Nyeri tindakan pembedahan biopsy excisi
biasanya memiliki skala 6 (0-10).

T: Time/waktu. Kapan nyeri timbul, seberapa sering nyeri tersebut timbul dan
apakah nyeri dirasakan bertahap atau tiba-tiba.
 Riwayat kesehatan dahulu Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau punya penyakit yang
menular. (Rohmah, 2014)
 Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji apakah ada angota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien atau apakah ada
penyakit yang sifatnya keturunan maupun menular. (Rohmah, 2014)
b. Pola aktivitas sehari-hari

Disini dikaji pola aktivitas klien di rumah (sebelum sakit) dan selama di
RS. Pengkajian pola aktivitas ini meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat tidur,
personal hygiene dan aktivitas (Rohmah, 2014). Pada klien tindakan
pembedahan biopsy excisi biasanya dipuasakan terlebih dahulu sampai bising
ususnya kembali normal. Untuk klien tindakan pembedahan biopsy excisi
aktivitasnya jadi sedikit terhambat sehingga perlu bantuan keluarga dan
perawat dalam memenuhi kebutuhan aktivitasnya (Gunawan Wibisana, 2017)
c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan biasanya menggunakan teknik


inspeksi, palpasi, perkusi dan aukultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan persistem
secara berurutan dimulai dari sistem pernapasan, kardiovaskuler, percernaan,
genotiurinaria, endokrin, persarafan, integumen, reproduksi, muskuloskeletal,
penglihatan, wicara dan THT. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik
persistem, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaaan TTV dan antropometri.
(Rohmah, 2014)
 Sistem pernapasan

Klien dengan tindakan pembedahan biopsy excisi yang


mengalami nyeri biasanya terdapat pernafasan cepat akan tetapi
tidak ada batuk dan penumpukan sekret pada jalan nafas.
(Gunawan Wibisana, 2017)
 Sistem kardiovaskuler

Pada sistem ini klien dengan keluhan nyeri biasanya akan


menyebabkan nadi bisa meningkat (Gunawan Wibisana, 2017)
 Sistem pencernaan

Pada sistem ini bising usus ada, jarang terjadi mual dan
muntah.
 Sistem perkemihan

Pada sistem ini intake outpute cairan masih dalam batas


normal.
 Sistem muskuloskeletal
Klien dengan tindakan biopsy excisi dengan masalah
nyeri pada sistem ini akan mengalami kelemahan rentang gerak
pada bagian yang terdapat tindakan pembedahan tersebut
(Gunawan Wibisana, 2017)
 Sistem integumen
Suhu tubuh normal. Namun jika terjadi infeksi, suhu
tubuh akan meningkat, adanya perubahan terhadap kelembapan
pada turgor kulit, terdapat luka sayatan post op. (Gunawan
Wibisana, 2017)
 Sistem persyarafan

Pada umumnya pada sistem persyarafan tidak terdapat kelainan,


keadaan umum baik dan keadaan compos mentis, glasslow
coma scale 15. Pada 12 nervus tidak terjadi kelainan yang
signifikan.
 Sistem endokrin

Umumnya pada sistem ini tidak terjadi kelainan pada sistem


endokrin seperti adanya pembesaran tiroid dan getah bening.
 Sistem reproduksi

Pada sistem reproduksi umumnya hanya ada keluhan pada nyeri


pada payudara yang terdapat luka sayatan post op,namun tidak
mengganggu sistem reproduksi lainnya (Sylvia. 2015)
 Sistem Penglihatan

Tidak adanya kelainan pada penglihatan akibat tindakan


pembedahan.
 Wicara dan THT

Pada wicara dan THT tidak terdapat kelainan yang signifikan


terhadap klien yang mengalami tindakan pembedahan biopsy
excise
d. Data psikologis
Data psikologi yang dikaji pada klien meliputi status emosi klien,
kecemasan, pola koping, gaya komunikasi dan konsep diri. (Rohmah, 2014)
Klien dengan tindakan pembedahan biopsy excisi biasanya memiliki
kekhawatiran pada proses penyembuhan luka, dan terkadang jadi cepat merasa
tersinggung atau cepat marah.
 Data sosial

Dikaji hubungan klien dengan keluarganya sendiri, klien dengan


petugas pelayanan kesehatan tempat klien dirawat dan hubungan
klien dengan sesama klien di ruangan tempat klien dirawat.
(Rohmah, 2014)
 Data spiritual

Mengkaji keyakinan klien akan Tuhan yang berhubungan dengan


kondisi sakit klien saat ini. (Rohmah, 2014)
 Data penunjang Pada klien dengan tindakan pembedahan biopsy
excisi biasanya penegakkan diagnosa medik akan ditunjang oleh
hasil pemeriksaan laboratorium (Gunawan Wibisana, 2017)
e. Analisa data
Setelah semua data terkumpul kemudian data akan dianalisis dan
digolongkan menjadi data subjektif dan objektif sesuai dengan masalah
keperawatan yang timbul. (Rohmah,2014).

2. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum : Cemas
b) Kesaran : Composmetis
c) GCS : 4-5-6
d) Tanda – Tanda Vital
TD : 150/80 mmHg TB : 142 Cm
N : 88X/menit BB : 68 Kg
S : 36,3 C
RR : 22x/menit
e) PEMERIKSAAN PERSITEM
1) Sistem Reproduksi
 Payudara
o Inspeksi : Bentuk simetris, keadaan bersih, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu meninjol, tidak ada luka
o Palpasi : Terdapat nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
 Abdomen
o Inspeksi : Bentuk simetris,terdapat strie albican, terdapat linea nigra
o Palpasi : Dalam 10 menit terdapat 2 kali his selama 20 detik
Leopold I :
TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak tidak melenting, tidak
bulat (bokong)

Leopold II :
pada perut bagian kiri ibu teraba datar, keras, seperti papan
dan memanjang (PUKI), dan bagian kanan teraba bagian
kecil janin
Leopold III :
Teraba bulat, Keras, melenting presentasi kepala, belum
masuk PAP
Leopold IV
Mc. Donal : TFU 31 cm
TBJ : (TFU-12) X 155
: ( 31-12) X 155 = 3000 gr
 Auskultasi :
DJJ (11-11-12) X 136 kali per menit
 Genetalia
o Inspeksi : tidak ada odema, tidak ada benjolan abnormal, vulva dan
vagina tampak kotor, terdapat lendir darah, tidak ada varises, terpasang
DK Up : 150 cc
o Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
Pemeriksaan dalam : belum
pembukaan

2) Sistem Pernafasan
Anamnesa : Tidak ada keluhan sesak
 Hidung
o Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung simetris,
bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak alat bantu
nafas
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak devisiasi septumnasi
 Mulut
o Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak sianosis, tidak
ada alat bantu nafas
 Leher
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada deviasi trachea
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba deviasi trachea

 Area Dada
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada otot bantu nafas, pergerakan
dada simetris, pola nafas teratur, inspirasi dan ekspirasi
sama
o Auskultasi: Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Seluruh Lapang paru resonan

3) Sistem
Cardiovaskuler
Anamnesa :
TD : 150/80
mmHg N :
88X/menit
 Wajah
o Inspeksi : tidak ada sianosis, konjungtiva merah muda, sclera putih
 Leher
o Inspeksi : Tidak terlihat adanya bendungan vena jugularis
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Dada
o Inspeksi : Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Teraba ictus cordis di ics 5 mid clavicula sinestra
o Perkusi : Pekak pada ics 3-5 sinestra
o Auskultasi: Bj 1 dan Bj 2 tunggal, tidak ada Bj tambahan
 Ekstrimitas Atas
o Inspeksi : Tidak sianosis, tidak ada clubbing finger
o Palpasi : CRT < 3 detik, suhu akral hangat
 Ekstrimitas Bawah
o Inspeksi : Tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak
ada varises, terdapat odema
o Palpasi : CRT < 3 detik, akral hangat, terdapat pitting odema

4) Sistem Persyarafan
Anamnesa =
Pusing
Kesadaran = komposmetis
GCS = 4, 5, 6

Pemeriksaan nervus
1. Nervus I olfactorius (pembau)
Normal, masih bisa membedakan bau/aroma
2. Nervus II opticus (penglihatan)
Ketajaman penglihatan menurun
Menhkaji lapang penglihatan
menurun
3. Nervus III oculomotorius
Normal, tidak pfosis (kelopak mata jatuh), tidak edem kelopak mata
4. Nervus IV tocklearis
Normal, ukuran pupil 5-5 mm (n: 4-5 mm, miosis: kurang 2 mm,
midriasis: lebih 5 mm), isokor, reflek terhadap cahaya positif.
5. Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Normal, terdapat rasa raba, nyeri, suhu, pada area wajah. Nervus VI
abdusen
Normal, pergeraka bola mata: keatas kebawah
6. Nervus VII facialis
Tidak normal, pengembangan pipi, penurunan alis tidak simetris.
7. Nervus VIII auditorius
Normal, masih bisa mendengarkan perintah
8. Nervus IX glosofaringeal
Normal, terdapat reflek muntah/menelan.
9. Nervus X vagus
Normal, pergerakan lidah bebas
10. Nervus XI aksesoris
Normal, pergerakan kepala dan bahu bebas
11. Nervus XII hipoglosal
Normal, pergerakan lidah ke tengah
5) Sistem Perkemihan – Eliminasi Uri
Anamnesa : tidak ada nyeri pada saat miksi, tidak disuria
 Genetalia eksterna
o Inspeksi : Bersih, Tidak ada odema, tidak ada luka, tidak ada candiloma
o Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba pembesaran kelenjar bartoline dan skine

6) Sistem Pencernaan – Eliminasi Alvi


Anamnesa : Tidak ada mual, tidak ada kembung, nafsu makan baik
 Mulut
o Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah tampak bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan
gusi
o Palpasi : Tidak ada benjilan, tidak ada nyeri tekan
 Abdomen
o Inspeksi : simetris, tidak distensi
o Auskultasi : Bising usus 10x/menit
o Perkusi : Tympani
7) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
 Kekuatan otot
5 5
5 5
 Ekstremitas Atas
o Inspeksi : Warna kulit coklat, kulit lembab, pergerakan otot bebas
o Palpasi : Tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan, akral hangat
 Ekstremitas Bawah
o Inspeksi : Warna kulit coklat, kulit lembab, pergerakan otot bebas,
tidak ada varises, tidak ada odema
o Palpasi : Tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan, akral hangat
 Pengkajian Pelvic
o Distansia Spinarum : 22 cm ( N : 24 – 26 cm )
o Distansia Cristarum : 26 cm ( N : 28 – 30 cm )
o Conjugata Eksterna : 17 cm ( N : 18 cm )
o Lingkar Panggul : 79 cm ( N : 80 – 90 cm )

8) Sistem Endokrin
 Kepala
o Inspeksi : Penyebaran rambut merata, tidak ada ada kerontokan, warna
rambut hitam
o Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
 Leher
o Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
o Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid

9) Sistem Persepsi Sensori


 Penglihatan (Mata)
Anamnesa : Tidak ada keluhan penglihatan, Lapang penglihatan baik
o Inspeksi : Bentuk simetris, pupil isokor, sclera putih, konjungtiva
nerah muda
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Pendengaran (Telinga)
Anamnesa: Tidak ada keluhan pendengaran, fungsi pendengaran baik
o Inspeksi : Daun telinga tampak simetris, tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada serumen
o Palpasi :Tidak ada nyeri tekan pada mastoid, tidak teraba massa
 Penciuman (Hidung)
Anamnesa : Tidak ada keluhan gangguan penciuman, fungsi penciuman
baik
o Inspeksi : Tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada deviasi
septum nasi
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi tulang hidung
 Perasa (Lidah)
Anamnesa : Tidak ada keluhan gangguan perasa
o Inspeksi : Lidah tampak bersih, tidak ada stomatitis
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Peraba
(Kulit)
Anamnsea :
Tidak ada keluhan gangguan perabaan
o Inspeksi : Kulit tampak bersih, tidak ada lesi.

f) Pola konsep diri


 Citra Diri :
Ibu dapat menerima kondisi saat kehamilan
 Ideal diri :
Ibu masih cemas akan menghadapi persalinan
 Harga diri :
Ibu senang dengan kehamilannya saat ini
 Peran diri :
Selama mengandung peran tidak digantikanoleh orang lain
 Pola persepsi tatalaksana hidup sehat:
Ibu mengatakan selama mengandung/hamil ibu mengkonsusmsi makanan
sesuai saran bidan
 Pola istirahat tidur :
Selama hamil pola tidur baik. Pola psikososial :
Ibu menunjukkan kekhawatiran (cemas)

g) Pola kebutuhan dasar


Pola kebutuhan Saat di Rumah Saat di Rumah Sakit
Nutrisi Makan 3X sehari, 1 porsi Belum makan dan
sedang, puasa, rencana operasi
Jenis : nasi, lauk, sayur, SC
buah Minum ¼ gelas
Minum air putih 6
gelas/hari
Eliminasi
BAK Frekuensi 3-4 kali/hari Terpasang kateter,
Warna kuning jernih UP:150 cc, warna
jernih

BAB Frekuensi 1-2 kali/hari Belum BAB


Konsistensi lunak
Istirahat Tidur Tidur siang 2 jam Belum tidur
Tidur malam 6-7 jam
Aktivitas Aktivitas sehari-hari Bedrest total
(memasak, menyapu dll)
Personal Higine Mandi mandiri 2 kali/hari Belum mandi dan
Gosok gigi mandiri 2 belum gosok gigi
kali/hari

4. Pemeriksaan Penunjang

Nama pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Unit


Leukosit 14,68 4,7 – 11,3 103 /uL
Eritrosit 3,8 4,0 – 5,0 105 /uL
HB 11,3 12,0 – 16,0 g/dl
Ht 33,6 38 – 42 %
Trombosit 436 192 – 424 103/ uL
Urinalis
Glukosa Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
PH 7,5 4,6 – 8,0
5. Terapi

a) Persiapan operasi
b) Infus RL 1000 cc
c) Ceftriaxon 2 gr (Profilaksis)
d) Antasida 15 ml/oral

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu:

1. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesiapan


C. INTERVENSI

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Ansietas NOC : NIC:
berhubungan
dengan status Coping Enhancement
kesehatan
a. Anxiety control a. Jelaskan pada pasien tentang
proses penyakit
b. Fear control
b. Jelaskan semua tes dan
Setelah dilakukan
pengobatan pada pasien dan
tindakan keperawatan
keluarga
selama......takut klien c. Sediakan reninforcement positif
teratasi dengan kriteria ketika pasien melakukan perilaku
hasil : untuk mengurangi takut
a. Memiliki informasi d. Sediakan perawatan yang
untuk mengurangi berkesinambungan
takut e. Kurangi stimulasi lingkungan
b. Menggunakan tehnik yang dapat menyebabkan
relaksasi misinterprestasi
c. Mempertahankan f. Dorong mengungkapkan secara
hubungan sosial dan verbal perasaan, persepsi dan rasa
fungsi peran takutnya
d. Mengontrol respon g. Perkenalkan dengan orang yang
takut mengalami penyakit yang sama
h. Dorong klien untuk

mempraktekan tehnik relaksasi


Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Interv
Hasil ensi

Kurang pengetahuan NOC: NIC :


berhubungan
dengan kesiapan a. Kowlwdge : disease a. Kaji tingkat pengetahuan
process pasien dan keluarga
b. Kowledge : health b. Jelaskan patofisiologi dari
Behavior penyakit dan bagaimana hal
Setelah dilakukan tindakan ini berhubungan dengan
keperawatan selama ….
anatomi dan fisiologi, dengan
pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses cara yang tepat.
penyakit dengan kriteria
c. Gambarkan tanda dan gejala
hasil:
a. Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
menyatakan penyakit, dengan cara yang
pemahaman tentang tepat
penyakit, kondisi, d. Gambarkan proses penyakit,
prognosis dan dengan cara yang tepat
program pengobatan e. Identifikasi
b. Pasien dan keluarga kemungkinan penyebab,
mampu melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang f. Sediakan informasi pada
dijelaskan secara pasien tentang kondisi,
benar dengan cara yang tepat
c. Pasien dan keluarga g. Sediakan bagi keluarga
mampu menjelaskan informasi tentang kemajuan
kembali apa yang pasien dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim h. Diskusikan pilihan terapi atau
kesehatan lainnya penanganan
i. Dukung pasien
untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
j. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
D. IMPLEMENTASI

Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan, perencanaan


mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.

E. EVALUASI

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan


terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan memenuhi kebutuhan klien.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Bagian obsetri ginekologi FIK universitas pajajaran bandung. 2012. Obsetri fisiologi.
Cunningham. 2015. Obsetri edisi ke 21. Jakarta : EGC Saifudin. 2018. Ilmu kebidanan edisi
ke empat. Jakarta : BP-SP
Wingkosastro. 2015. Ilmu kebidanan edisi ketiga. Jakarta : YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,
2008.
Diambil di pada tanggal 24 Oktobel 2014 pukul 14.00 WITA
S u l f a t u s   Z a k i y a .   ( 2 0 2 0 ) .   K a r y a   T u l i s   I l m i a h  Asuhan Keperawatan dengan diag
nose  medis
Ahlavi IR, Sari RDP, Ramkita N. 2017. Multigravida dengan riwayat seksio
sesarea atas indikasidisproporsi kepala panggul dengan penyerta tumor paru,
kekurangan energi kronik, dananemia berat. Medula.

Anda mungkin juga menyukai