Oleh:
NI PUTU DEWI PUTRI WIARDANI, S.Kep
C1222047
A. DEFINISI
Cephalo Pelvic Disporpotion (CPD) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala
janin dengan bentuk dan ukuran panggul. CPD adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya
(Winkjosastro, 2015).
B. ETIOLOGI
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
4. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka
belakang
5. Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit
C. KLASIFIKASI
b. Disproporsi Sefalo-Pelvik
Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervaginam,bila anak
hidup lakukan seksio sesaria (SC).
c. Kemungkinan Disproporsi
Mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi, untuk
mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi dan atau partus
percobaan.
D. PATOFISIOLOGI
Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan
anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas. Pada panggul sempit ada kemungkinan
kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban yang
menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan
terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi
menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi,
pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada
wanita dengan pintu atas panggul sempit.
Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi
besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat
badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin
4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses
melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi
bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami
diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang
dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal
tersebut masih diragukan.
E. PATWHAY TERLAMPIR
F. MANIFESTASI KLINIS
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan umum
a. Radiologi
Distansia spinarum N : 24 – 26 cm
Distansia cristarum N : 28 – 30 cm
Conjugata eksterna N : 18 cm
Lingkar panggul N : 80 – 90 cm
3. Metode Pinard
a) Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan
lahir. mengosongkan kandung kemih dan rektum.
c) Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan
dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang
kemaluan
H. KOMPLIKASI
1. Ibu
a) Partus lama dengan KPD menimbulkan dehidrasi dan infeksi intra partum
b) Ruptur uteri
c) Tekanan kepala janin yang lama pada jalan lahir, akan menimbulkan
gangguan sirkulasi setempat, sehingga timbul iskemik, kemudian timbul
nekrosis, dan beberapa hari kemudian akan timbul recto vaginal
d) Ruptur sympisis
e) Parase kaki yang terjadi akibat tekanan bayi pada nervus yang ada pada
rongga panggul
2. Janin
I. PENATALAKSANAAN
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin
dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar
diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan. Pada janin yang
besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya.
Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan
hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat
dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu
depandimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.
Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya
kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka
dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya,
dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk
melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan
test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan
test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang
digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul
sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
2. Seksio Sesarea
3. Smfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
5. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan
tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula)
pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri
penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan
selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami
kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada
jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan tahap yang paling menentukan bagi
tahap berikutnya sehingga pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat.
(Budiono.2015) Pengkajian keperawatan pada klien dengan biopsy excisi meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik, pengkajian diagnostik, dan pengkajian penatalaksanaan
medik. Pada anamnesa keluhan utama yang kemungkinan besar muncul pada klien
biopsy excisi adalah nyeri akut. Pengkajian nyeri akut dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST, dimana pendekatan ini mampu membantu perawat dalam
menentukan rencana atau intervensi keperawatan. Komponen-komponen dalam
pengkajian diantaranya:
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis,
rencana terapi.
b. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
penghasilan, agama, alamat.
c. Identitas Saudara Kandung
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a) Keluhan Utama MRS
Pasien dengan diagnose CPD biasanya terjadi pada kehamilan matur/
mendekati hari lahir.
Pasien dengan diagnose CPD biasanya mengeluh nyeri pada perut hingga
panggul, disertai dengan rasa cemas terkait dengan proses kelahiran yang akan
dilakukan. Riwayat Kesehatan Terdahulu
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit
T: Time/waktu. Kapan nyeri timbul, seberapa sering nyeri tersebut timbul dan
apakah nyeri dirasakan bertahap atau tiba-tiba.
Riwayat kesehatan dahulu Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau punya penyakit yang
menular. (Rohmah, 2014)
Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji apakah ada angota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien atau apakah ada
penyakit yang sifatnya keturunan maupun menular. (Rohmah, 2014)
b. Pola aktivitas sehari-hari
Disini dikaji pola aktivitas klien di rumah (sebelum sakit) dan selama di
RS. Pengkajian pola aktivitas ini meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat tidur,
personal hygiene dan aktivitas (Rohmah, 2014). Pada klien tindakan
pembedahan biopsy excisi biasanya dipuasakan terlebih dahulu sampai bising
ususnya kembali normal. Untuk klien tindakan pembedahan biopsy excisi
aktivitasnya jadi sedikit terhambat sehingga perlu bantuan keluarga dan
perawat dalam memenuhi kebutuhan aktivitasnya (Gunawan Wibisana, 2017)
c. Pemeriksaan fisik
Pada sistem ini bising usus ada, jarang terjadi mual dan
muntah.
Sistem perkemihan
2. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum : Cemas
b) Kesaran : Composmetis
c) GCS : 4-5-6
d) Tanda – Tanda Vital
TD : 150/80 mmHg TB : 142 Cm
N : 88X/menit BB : 68 Kg
S : 36,3 C
RR : 22x/menit
e) PEMERIKSAAN PERSITEM
1) Sistem Reproduksi
Payudara
o Inspeksi : Bentuk simetris, keadaan bersih, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu meninjol, tidak ada luka
o Palpasi : Terdapat nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
Abdomen
o Inspeksi : Bentuk simetris,terdapat strie albican, terdapat linea nigra
o Palpasi : Dalam 10 menit terdapat 2 kali his selama 20 detik
Leopold I :
TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak tidak melenting, tidak
bulat (bokong)
Leopold II :
pada perut bagian kiri ibu teraba datar, keras, seperti papan
dan memanjang (PUKI), dan bagian kanan teraba bagian
kecil janin
Leopold III :
Teraba bulat, Keras, melenting presentasi kepala, belum
masuk PAP
Leopold IV
Mc. Donal : TFU 31 cm
TBJ : (TFU-12) X 155
: ( 31-12) X 155 = 3000 gr
Auskultasi :
DJJ (11-11-12) X 136 kali per menit
Genetalia
o Inspeksi : tidak ada odema, tidak ada benjolan abnormal, vulva dan
vagina tampak kotor, terdapat lendir darah, tidak ada varises, terpasang
DK Up : 150 cc
o Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
Pemeriksaan dalam : belum
pembukaan
2) Sistem Pernafasan
Anamnesa : Tidak ada keluhan sesak
Hidung
o Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung simetris,
bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak alat bantu
nafas
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak devisiasi septumnasi
Mulut
o Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak sianosis, tidak
ada alat bantu nafas
Leher
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada deviasi trachea
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba deviasi trachea
Area Dada
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada otot bantu nafas, pergerakan
dada simetris, pola nafas teratur, inspirasi dan ekspirasi
sama
o Auskultasi: Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Seluruh Lapang paru resonan
3) Sistem
Cardiovaskuler
Anamnesa :
TD : 150/80
mmHg N :
88X/menit
Wajah
o Inspeksi : tidak ada sianosis, konjungtiva merah muda, sclera putih
Leher
o Inspeksi : Tidak terlihat adanya bendungan vena jugularis
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Dada
o Inspeksi : Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Teraba ictus cordis di ics 5 mid clavicula sinestra
o Perkusi : Pekak pada ics 3-5 sinestra
o Auskultasi: Bj 1 dan Bj 2 tunggal, tidak ada Bj tambahan
Ekstrimitas Atas
o Inspeksi : Tidak sianosis, tidak ada clubbing finger
o Palpasi : CRT < 3 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
o Inspeksi : Tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak
ada varises, terdapat odema
o Palpasi : CRT < 3 detik, akral hangat, terdapat pitting odema
4) Sistem Persyarafan
Anamnesa =
Pusing
Kesadaran = komposmetis
GCS = 4, 5, 6
Pemeriksaan nervus
1. Nervus I olfactorius (pembau)
Normal, masih bisa membedakan bau/aroma
2. Nervus II opticus (penglihatan)
Ketajaman penglihatan menurun
Menhkaji lapang penglihatan
menurun
3. Nervus III oculomotorius
Normal, tidak pfosis (kelopak mata jatuh), tidak edem kelopak mata
4. Nervus IV tocklearis
Normal, ukuran pupil 5-5 mm (n: 4-5 mm, miosis: kurang 2 mm,
midriasis: lebih 5 mm), isokor, reflek terhadap cahaya positif.
5. Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Normal, terdapat rasa raba, nyeri, suhu, pada area wajah. Nervus VI
abdusen
Normal, pergeraka bola mata: keatas kebawah
6. Nervus VII facialis
Tidak normal, pengembangan pipi, penurunan alis tidak simetris.
7. Nervus VIII auditorius
Normal, masih bisa mendengarkan perintah
8. Nervus IX glosofaringeal
Normal, terdapat reflek muntah/menelan.
9. Nervus X vagus
Normal, pergerakan lidah bebas
10. Nervus XI aksesoris
Normal, pergerakan kepala dan bahu bebas
11. Nervus XII hipoglosal
Normal, pergerakan lidah ke tengah
5) Sistem Perkemihan – Eliminasi Uri
Anamnesa : tidak ada nyeri pada saat miksi, tidak disuria
Genetalia eksterna
o Inspeksi : Bersih, Tidak ada odema, tidak ada luka, tidak ada candiloma
o Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba pembesaran kelenjar bartoline dan skine
8) Sistem Endokrin
Kepala
o Inspeksi : Penyebaran rambut merata, tidak ada ada kerontokan, warna
rambut hitam
o Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
Leher
o Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
o Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Persiapan operasi
b) Infus RL 1000 cc
c) Ceftriaxon 2 gr (Profilaksis)
d) Antasida 15 ml/oral
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
Ansietas NOC : NIC:
berhubungan
dengan status Coping Enhancement
kesehatan
a. Anxiety control a. Jelaskan pada pasien tentang
proses penyakit
b. Fear control
b. Jelaskan semua tes dan
Setelah dilakukan
pengobatan pada pasien dan
tindakan keperawatan
keluarga
selama......takut klien c. Sediakan reninforcement positif
teratasi dengan kriteria ketika pasien melakukan perilaku
hasil : untuk mengurangi takut
a. Memiliki informasi d. Sediakan perawatan yang
untuk mengurangi berkesinambungan
takut e. Kurangi stimulasi lingkungan
b. Menggunakan tehnik yang dapat menyebabkan
relaksasi misinterprestasi
c. Mempertahankan f. Dorong mengungkapkan secara
hubungan sosial dan verbal perasaan, persepsi dan rasa
fungsi peran takutnya
d. Mengontrol respon g. Perkenalkan dengan orang yang
takut mengalami penyakit yang sama
h. Dorong klien untuk
E. EVALUASI
Bagian obsetri ginekologi FIK universitas pajajaran bandung. 2012. Obsetri fisiologi.
Cunningham. 2015. Obsetri edisi ke 21. Jakarta : EGC Saifudin. 2018. Ilmu kebidanan edisi
ke empat. Jakarta : BP-SP
Wingkosastro. 2015. Ilmu kebidanan edisi ketiga. Jakarta : YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,
2008.
Diambil di pada tanggal 24 Oktobel 2014 pukul 14.00 WITA
S u l f a t u s Z a k i y a . ( 2 0 2 0 ) . K a r y a T u l i s I l m i a h Asuhan Keperawatan dengan diag
nose medis
Ahlavi IR, Sari RDP, Ramkita N. 2017. Multigravida dengan riwayat seksio
sesarea atas indikasidisproporsi kepala panggul dengan penyerta tumor paru,
kekurangan energi kronik, dananemia berat. Medula.