Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan melahirkan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan


resiko kesehatan bagi setiap perempuan. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan
diseluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman, namun
sekitar 15% menderita komplikasi berat yang mengancam jiwa ibu. Secara global
80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung dengan pola penyebab
yaitu perdarahan 25%, infeksi dan sepsis 15%, hipertensi dalam kehamilan 12%,
distosia 8%, abortus 13%, dan sebab langsung yang lain 8%. Angka kematian
perinatal, angka kematian bayi, kematian maternal merupakan parameter dari
keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan dan kesehatan serta mencerminkan
keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. Salah satu tantangan dalam mencapai
derajat kesehatan adalah masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia
(Prawirohardjo,2016).

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG
dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage).2 30% ibu dengan persalinan berkepanjangan
mengalami disproporsi sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45%
ibu yang mengalami gangguan kemacetan persalinan (Cunningham,2015).

Pengetahuan yang baik tentang CPD ini sepatutnya dimiliki oleh setiap
dokter muda sebagai bekal dalam praktek kedokteran umum agar dapat
mengambil keputusan dan penatalaksanaan yang tepat. Sebab, penatalaksanaan
yang tepat terhadap CPD dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada
ibu maupun janin
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk
menyusun Laporan Kasus dengan mengambil kasus berjudul “Asuhan Kebidanan
pada Ny. V dengan Sectio Caesarea ex ChepaloPelvik Disproportion DI RSU
Universitas Sumatera Utara (USU)”.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswi mampu mengetahui asuhan kebidanan pada klien dengan sectio
caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif) di kamar bedah.
2. Tujuan khusus
a Memahami definisi Kehamilan Sectio Caesarea.
b Mengetahui Penyebab CPD
c Mengetahui Faktor CPD
d Mengetahui Ukuran CPD
.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi wanita yang dimulai dengan


proses fertilisasi kemudian janin berkembang di dalam uterus dan berakhir dengan
kelahiran. Pemahaman tentang konsep dasar kehamilan mulai dari fertilisasi
hingga janin aterm, mendiagnosa kehamilan dan menghitung usia kehamilan
sangat penting untuk dapat memberikan penjelasan kepada ibu hamil serta dapat
memberikan asuhan sesuai dengan perubahan yang terjadi selama periode
kehamilan (Widatiningsih, 2017).
Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan,
implatasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan
bayi. Ketika sprematozoa bertemu dengan ovum maka dimulailah awal kehamilan,
setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum oleh
spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut (Yongky et all., 2016).
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,
perjalanan sperma untyuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan.
Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit yang survive dan
berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sudah sedikit itu, Cuma 1
sprema saja yang bisa membuahi sel telur (Walyani, 2015).

B. Pengertian CPD

Diagnosis CPD (cephalopelvic disporpotion) adalah keadaan dimana


kepala bayi dianggap terlalu besar untuk melewati panggul wanita itu. CPD ini
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan


ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina.
C. Penyebab CPD

Menurut Hamilton (2014) CPD disebabkan oleh :

1 Panggul ibu yang sempit.


2 Ukuran janin yang terlalu sempit

Sedangkan penyebab dilakukan seksio sesarea menurut Prawirohadjo (2016)


yaitu:

1 Disproporsi kepala panggul (CPD)


2 Disfungsi Uterus
3 Plasenta Previa
4 Janin Besar
5 Ganiat Janin
6 Letak Lintang

(Mochtar , 1998) menambahkan penyebab lain , yaitu:

1 Ruptur Uteri mengancam


2 Partus lama , Partus tak maju
3 Preeklamsi dan hipertensi
4 Mal presentasi janin
a Letak lintang
b Letak bokong
c Presentasi dahi dan muka
d Presentasi rangkap

D. Faktor CPD

CPD adalah singkatan dari Cephalopelvic Disporpotion alias panggul


sempit. CPD dapat diartikan sebagai suatu kondisi saat kepala atau tubuh bayi
terlalu besar dan tidak muat untuk melewati panggul. Namun, tak jarang CPD
juga dicurigai terjadi karena kepala bayi gagal untuk turun ke dalam panggul.
Sebenarnya kondisi CPD ini cukup sulit agar dapat benar-benar
terhindarkan. Kondisi ini tergantung bentuk tubuh atau ukuran kepala bayi yang
seiring berjalannya waktu bisa semakin besar.

Kombinasi permasalahan antara janin yang cukup besar serta panggul


sempit inilah memicu terjadinya CPD. Sebagai seorang calon Mama untuk si
Kecil perlu sekali mengenal kemungkinan penyebab terjadinya CPD selama masa
kehamilan, seperti:

a Diabetes
b Faktor keturunan
c Posisi bayi yang tidak normal
d Kondisi bayi dalam kandungan yang terlalu besar
e Mengalami postmaturity, belum kunjung melahirkan padahal sudah
memasuki usia ke-42 minggu

Bila CPD masih menjelang masa-masa persalinan, maka ada kemungkinan


ibu hamil perlu menjalani proses persalinan secara caesar agar keselamatan diri
sendiri dan bayi tetap aman.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh American College of Nurse


Midwives (ACNM), CPD biasanya hanya terjadi pada 1 dari 250 kehamilan. Jika
seorang ibu hamil telah didiagnosis mengalami CPD, bukan berarti dirinya akan
mengalami masalah serupa di kehamilan anak selanjutnya.

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Public Health


mengatakan lebih dari 65 persen perempuan yang telah terdiagnosis CPD pada
kehamilan sebelumnya memiliki kemungkinan melahirkan secara normal pada
kehamilan selanjutnya.
E. Ukuran CPD

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran


pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting
pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit
dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas


panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya

Klasifikasi panggul sempit :


a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina
ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5
cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga
menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.
Gambar 3.2 Bidang Panggul

Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul


sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif

Teknik perasat Osborn:


1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan
anterior dari simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan
ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari
tulang parietal, berarti CPD (-).
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang
parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan
dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal
menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:


1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas
panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:


- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,


diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea.
Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir
pervaginam dengan selamat jika CV < 8,5 cm.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),
antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus
percobaan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. V DENGAN SECTIO CAESAREA


EX CPD DI RS USU MEDAN

Tanggal masuk : 21/01/2020 Jam masuk : 10.00 WIB


Pengkajian tanggal : 22/01/2020 Jam : 14.10 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas Pasien
1) Nama pasien : Ny. V
2) Umur : 29 tahun
3) Suku/bangsa : Batak
4) Agama : Kristen
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Alamat : Huta IV Tinjowan
8) Status : Menikah
9) Cara Masuk Rumah Sakit : Masuk melalui IGD atas
rujukan
dokter SPOG
10) Diagnosa Medis : G1P0A0 aterm dengan CPD
11) Alasan dirawat : G1P0A0 aterm dengan CPD indikasi
sectio
caesaria
12) Keluhan Utama : G1P0A0 aterm dengan CPD
untuk Pre operasi sectio caesaria
2. Identitas Penaggung Jawab
1) Nama suami : Tn. D
2) Umur : 32 tahun
3) Suku/bangsa : Batak
4) Agama : Kristen
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Wiraswasta
7) Alamat : Huta IV Tinjowan
8) Status : Menikah
9) Hubungan dengan klien : Suami

B. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ny. V dirawat di Ruang Maternitas RSU USU Medan sejak tanggal
21/01/2020 jam 16.00 WIB, klien masuk melalui IGD RSU USU Medan atas
rujukan ????????????? yang menanganinya. Klien dengan status obstetri G1P0A0,
gravida aterm (42 minggu) dengan masalah cephalopelvik disproporsi (CPD).
Hari pertama haid terakhir (HPHT) klien tanggal 02-05-2019 dan taksiran
partusnya tanggal 09-02-2020, sehingga klien dianjurkan dirawat untuk persiapan
operasi sectio caesaria atas indikasi panggul sempit ( CPD ). Pada tanggal 21
Januari 2020 pukul 11.00 WIB klien menjalani operasi sectio caesarea dengan
general anastesi. Bayi lahir hidup pada pukul 12.45 WIB disusul dengan plasenta
lengkap, berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3000 gram dan panjang 51 cm,
APGAR score 7/8.
Pengkajian dilakukan pada hari kedua post operasi tanggal 22/02/2020
jam 14.00 WIB. Pada saat dikaji klien mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri
sedang dengan skala 6 (1-10), nyeri dirasakan pada abdomen bawah atas simpisis,
menyebar sampai ke daerah bokong, nyeri muncul hilang timbul dan nyeri
bertambah pada saat bergerak.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sejak dulu tidak pernah menderita penyakit menular
seperti TBC (batuk lama disertai darah), hepatitis, HIV/AIDS maupun penyakit
menurun seperti kaencing manis (DM), tekanan darah tinggi (Hipertensi), jantung,
cacat bawaan dan tidak ada keturunan kembar.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan diantara anggota keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, maupun penyakit menurun seperti
kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung, asma, cacat bawaan dan tidak ada
riwayat keturunan kembar.

2. Riwayat Obstetri
Klien mengatakan pertama kali haid umur 13 tahun, lama 5-6 hari, siklus
teratur 28 hari, banyaknya darah haid ± 50-70 cc, warna merah kehitaman, encer,
kadang ada sedikit gumpalan darah, kadang-kadang nyeri pinggang 2 hari
sebelum haid. HPHT tanggal 02 Mei 2020 dan perkiraan partus tanggal 09
Februari 2020 dengan presentasi kepala, posisi puka, DJJ positif 146 x/ menit,
janin tunggal, hidup intra uterina, TFU 32 cm.

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nipas


Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nipas Anak
No Thn Umur Penyu Jenis Peno Peny Lase Infek Perd Je BB PB
Keha lit long ulit rasi si arah nis
milan an
3000 51c
1 42 mg CPD SC dr - - - - Lk
gram m

4. Riwayat Keluarga Berencana


Klien mengatakan belum pernah memakai alat kontrasepsi apapun karena
klien ingin cepat punya anak. Rencana setelah melahirkan klien akan mencoba
mamakai kontrasepsi oral.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Menurut pengakuan klien, merasa nyaman dengan lingkungan fisik
maupun sosialnya. Klien tinggal di pedesaan. Rumah klien bersifat permanen
dengan lantai keramik. Luas rumah kurang lebih 90 m2 yang terdiri dari 2 kamar
tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Ventilasi dan
pencahayaan rumah melalui jendela kaca yang bisa dibuka tutup. Sumber air
minum dari sumur pompa, sarana pembuangan air limbah (SPAL) menggunakan
septik tank. Sedangkan perilaku anggota keluarga tidak sesuai dengan PHBS
adalah suami klien merupakan seorang perokok.

C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Baik
Penampilan : Tampak lemah, kadang-kadang ekspresi
wajah tampak meringis kesakitan.
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
2. Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,6 o C
Nadi : 84 x/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 22 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pengindaran
a Penglihatan
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata
anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea (+), ptosis (-),
distribusi kedua alis merata, tajam penglihatan normal
(klien dapat membaca huruf pada koran pada jarak baca
sekitar 30 cm) , strabismus (-), lapang pandang pada kedua
mata masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada
nyeri tekan pada kedua mata.
b Penciuman
Fungsi penciuman baik
c Pendengaran
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen,
fungsi pendengaran pada kedua telinga baik ditandai dengan
klien dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus
diulang, tidak ada nyri tragus, tidak ada nyeri tekan pada
kedua tulang mastoid, tidak ada massa pada kedua telinga.
d Pengecapan/Perasa
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan
rasa manis, asam, asin dan pahit.
e Peraba
Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya
dipegang, klien dapat merasakan sensasi nyeri ketika
dicubit.
2) Sistem Pernafasan
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris,
tidak ada lesi pada hidung, polip (-), keadaan hidung bersih,
sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada area sinus, tidak ada
lesi pada daerah leher, tidak ada massa pada daerah leher.
Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, tidak tampak
pernapasan cuping hidung dan retraksi interkosta, tidak ada
kesulitan saat bernafas atau berbicara, tidak ada nyeri tekan
pada daerah dada. Pola nafas reguler dengan bunyi nafas
vesikuler.
3) Sistem Pencernaan
Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-
), tidak ada gigi yang tanggal maupun berlubang, lidah
berwarna merah muda, tidak ada nyeri saat menelan, tampak
striae livide dan linea nigra pada abdomen, terdapat luka
sayatan melintang di atas simpisis pubis ± 10 cm, tidak
ada pembesaran hepar dan limpa, bising usus 9 x / menit.
4) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill
Time (CRT) kembali kurang dari 2 detik, bunyi perkusi
dullness pada daerah ICS 2 lineasternal dekstra dan sinistra,
terdengar jelas bunyi jantung S1 pada ICS 4 lineasternal
sinistra dan bunyi jantung S2 pada ICS 2 lineasternal sinistra
tanpa ada bunyi tambahan, irama jantung reguler.
5) Sistem Urinaria
Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat
distensi pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada
daerah supra pubis, terpasang cateter.
6) Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, tremor (-), tidak ada kretinisme, tidak ada gigantisme.

7) Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas Atas
Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep
positif pada kedua tangan. ROM (range of motion) pada
kedua tangan maksimal, tidak ada atrofi otot kedua tangan,
terpasang infuse pada tangan kiri.
b) Ekstremitas Bawah
Kedua kaki dapat digerakkan dengan sedikit tahanan,
tidak ada lesi, reflek patella positif, reflek babinski negative,
tidak ada varises, tidak ada edema, homans sign (-).
Kekuatan otot :
5 5
4 4
Keterangan :
Skala 0 : Paralisis berat
Skala 1 : Tidak ada gerakkan, teraba / terlihat adanya
kontraksi
otot sedikit
Skala 2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi
Skala 3 : Rentang gerak lengkap / normal menentang
gravitasi
Skala 4 : (jari pergelangan tangan dan kaki, siku dan
lutut, bahu
dan panggul) gerakan otot penuh sedikit tekanan
Skala 5 : (jari, pergelangan tangan dan kaki, siku dan
lutut, bahu
dan panggul) gerakan otot penuh menentang
gravitasi dengan penahanan penuh
8) Sistem Reproduksi
Payudara membesar simetris, tegang, hiperpigmentasi
areola, puting susu menonjol, secresi ASI (+) sedikit, tidak
terdapat benjolan abnormal dan tidak ada nyeri tekan. Tinggi
Fundus Uteri 2 jari dibawah pusat, kotraksi uterus kuat,
teraba keras dan bundar. Pada vulva tidak ada
oedema/varises, lochea rubra pada pembalut, konsistensi
encer, tidak ada benjolan yang abnormal, tidak ada
pembengkaan kelenjar bartholini.
9) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih,
rambut tumbuh merata, turgor kulit baik, kuku pendek dan
bersih.
10) Sistem Persyarafan
Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik.
a) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman hidung baik, terbukti klien dapat
membedakan bau kopi dan kayu putih.
b) Nerfus II (Optikus)
Fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca koran pada
jarak sekitar 30 cm.
c) Nerfus III (Oculomotorius)
Reflek pupil mengecil sama besar pada saat terkena
cahaya, klien dapat menggerakkan bola matanya ke atas.
d) Nerfus IV (Tochlearis)
Klien dapat menggerakkan bola matanya kesegala arah.
e) Nerfus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan sensasi nyeri dan sentuhan.
f) Nerfus VI (Abdusen)
Klien dapat menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri.
g) Nerfus VII (Facialis)
Klien dapat menutup kedua mata, menggerakkan alis dan
dahi, klien dapat tersenyum, ada rangsangan nyeri saat
dicubit.
h) Nerfus VIII (Aksutikus)
Fungsi pendengaran baik, klien dapat menjawab
pertanyaan perawat tanpa diulang.
i) Nerfus IX (Glosofaringeal)
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa
manis, asam, asin dan pahit.
j) Nerfus X (Vagus)
Reflek menelan baik.
k) Nerfus XI (Asesorius)
Leher dapat digerakkan ke segala arah, klien dapat
menggerakkan bahunya.
l) Nerfus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakkan dan menjulurkan lidahnya.

4. Pola Aktivitas Sehari-hari


No Kebutuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
1) Pola Nutrisi
 NUTRISI
a. Diet Nasi, lauk pauk, sayur Bubur, lauk pauk, sayur
b. Frekuensi 3 kali/hari 3 kali/hari
c. Porsi makan 1 piring 1 porsi
d. Makanan yang tidak ada tidak ada
menimbulkan alergi
e. Makanan yang disukai Mie & baso -

 CAIRAN
a. Intake
 Oral
Jenis Air putih Air putih

Jumlah ±1500-2000cc/hari ±1000 cc/hari

 Intra vena
- Asering
Jenis
- 1500 cc/hari
jumlah
b. Out put
 Urine
± 1200 cc/hari ± 1200 cc/hari
 Paru, kulit, faeces
± 1100 cc/hari ± 1100 cc/hari
2) Pola Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 1 x/ sehari 2 hari belum BAB

 Konsistensi Lembek -
Tidak -
 Obat pencahar

b. BAK
 Frekuensi
 Jumlah 4-5 x/hari Terpasang catheter
± 1200 cc ± 350 cc (6 jam)
 Warna
Kuning jernih Kuning jernih

4) Pola Istirahat & Tidur


+ +
a. Malam 7 jam sehari 7 jam sehari
+ +
b. Siang 2 jam sehari 2 jam sehari
c. Keluhan - -
5) Personal Hygiene
a. Mandi 2 x/sehari 2 x/hari
b. cuci rambut 2x/minggu -
c. gosok gigi 2 x/hari 2 x/hari
d. potong kuku 2x/bulan -
6) Pola Aktivitas & latihan
 Kegiatan/pekerjaan Ibu rumah tangga Berbaring di tempat tidur

 Olahraga Kadang-kadang -
Rekreasi -
 Kegiatan waktu luang
 Keluhan
- Sakit saat bergerak
7) Pola Kebiasaan yang
Mempengaruhi Kesehatan
 Merokok Tidak Tidak

 Minuman keras Tidak Tidak


Tidak Tidak
 Ketergantungan obat

1) Pola Sensori dan Kognitif


Klien tidak mengalami gangguan pola sensori misalnya
nyeri kepala, pendengaran maupun penglihatan, klien
mengatakan nyeri di abdomen bawah terutama pada daerah
luka operasi.
Klien mengatakan tidak tahu tentang cara perawatan
payudara (breast care), ASI eksklusive, dan cara menyusui yang
baik dan benar.
2) Persepsi dan Konsep Diri
Klien berpandangan bahwa kehadiran anak merupakan suatu
anugrah yang sangat diharapakan. Secara lengkap konsep diri
klien dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Body image / gambaran diri
Klien mengatakan menerima dan bersyukur dengan keadaan
tubuhnya sekarang.
b) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah,
berkumpul dengan keluarganya kembali dan merawat anaknya.
c) Harga diri
Sejak klien dirawat di Rumah Sakit, semua kebutuhan klien
banyak dibantu oleh keluarganya dan perawat sehingga klien
merasa sangat diperhatikan.
d) Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama, umur, pekerjaan dan lain-
lain pada saat dilakukan pengkajian.
e) Peran diri
Klien menyadari adanya peran baru sebagai ibu dan merasa
dengan kondisinya sekarang klien tidak dapat menjalankan
perannya secara optimal.
3) Pola Hubungan dan Peran
Hubungan klien dengan anggota keluarga, saudara dan
dengan lingkungan tempat tinggal klien baik. Klien juga
kooperatif terhadap dokter dan perawat.
4) Pola Penanggulangan Stress
Klien selalu menganggap masalah sebagai suatu cobaan
hidup yang harus dijalaninya, klien berpandangan bahwa setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya. Setiap ada masalah selalu
dibicarakan dengan suaminya.
5) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Di lingkungan tempat tinggalnya terdapat kepercayaan
masyarakat yang berpandangan bahwa ketika sakit tidak boleh
keramas, memotong rambut dan kuku (pamali), dan apabila ada
luka/orang yang habis melahirkan tidak boleh mengkonsumsi
makanan yang anyir-anyir.
5. Aspek Psikologis
Klien merasa bahagia dengan kehadiran seorang anak sebagai
suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa, namun merasa cemas juga
dengan peran barunya sebagai seorang ibu karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki tentang perawatan bayi. Klien tampak ragu
ketika mengendong bayinya.

6. Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan klien dengan anggota keluarga, saudara dan dengan
lingkungan tempat tinggal klien baik. Klien juga kooperatif terhadap
dokter dan perawat.
7. Aspek Spiritual
Klien beragama islam dan meyakini bahwa segala sesuatu
terjadi pada dirinya merupakan cobaan dari Allah SWT, sehingga
klien merasa yakin bahwa dirinya akan sembuh. Dalam kesehariannya
di rumah, klien selalu melakukan shalat 5 waktu, namun selama klien
dirawat di rumah sakit, klien merasa ada hambatan untuk menunaikan
kewajiban sholatnya, namun klien selalu berdoa agar cepat diberi
kesembuhan.
D. DIAGNOSA KEBIDANAN DAN PRIORITAS
1. Nyeri abdomen bawah atas simpisis berhubungan dengan adanya luka
operasi
2. Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada luka
operasi
3. Perubahan peran berhubungan dengan adanya peran peran baru setelah
melahirkan
4. Ineffective breast feeding berhubungan dengan terhambatnya
pengeluaran ASI
5. Kurang pengetahuan tentang cara menyusui yang baik dan benar
berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan operasi
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien Ny. V, 29 tahun, secara umum, penegakan diagnosis, alur


penatalaksanaan sudah sesuai dengan literatur yang ada. Prognosis pada pasien
ini berdasarkan perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang telah didapatkan
adalah bonam.

B. Saran

Agar diagnosis pada pasien ditegakkan secara baik lewat anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat maupun lewat pemeriksaan penunjang. Sehingga
keputusan untuk penatalaksanaan yang tepat kedepannya sesuai dengan diagnosis
yang tepat pula. Sebaiknya pasien yang ingin hamil, harus benar-benar melakukan
konseling pra konsepsi yang baik menyangkut kehamilannya serta rutin
melakukan pemeriksaan antenatal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2015. Abnormal Labor in William’s


Obstetry 23rd Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.
2. Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina
Pustaka.
3. Oxorn, H & William R. Forte. 2014. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi
persalinan. Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Widatiningsih, Sri. 2017. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Trans Medika.
5. Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press
6. Yongky, dkk. 2013. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan Neonatus
Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai