Anda di halaman 1dari 7

Cephalopelvic Disproportion (CPD)

1 Pengertian
Chepalo pelvic Disporpotion (CPD) adalah diagnose medis digunakan ketika kepala
bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu (Prawirohardjo,2010).
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidak sesuaian antara kepala janin dan
panggul ibu, sehingga janin tidak dapa keluar dari panggul ibu (Dewi, 2012).
2 Jenis-jenis Panggul
Menurut Caldewell damn Moloy (2012) berdasarkan penyelidikan roentgenologik dan
anatomic, panggul- panggul menurut morfologinya dibagi menjadi 4 jenis pokok. Jenis-
jenis panggul ini dengan ciri- ciri pentingnya ialah:
1) Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan
panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas
2) Panggul anthropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada
diameter transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit
3) Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga
berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina isciadika menonjol ke dalam
dan dengan arkus pubis menyempit
4) Panggul platipelloid dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek dari pada
diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas
Pada panggul dengan ukuran normal, apapun jenis pokoknya, kelahiran pervaginam
janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran.akan tetapi karena
pengaruh gizi, lingkunan, atau hal- hal lain, ukuran- ukaran panggul dapat menjadi lebih
kecil daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat menimbulkan dostosia yang
sukar utuk diatasi. Di samping panggul- panggul sempit Karena ukuran- ukuran pada 4
jenis pokok tersebut diatas kurang dari normal, terdapat pula panggul- panggul sempit yang
lain, yang umumnya juga disertai perubahan dalam bentuknya. Menurut klasifikasi yang
dianjurkan oleh Munro Kerr yang diubah sedikit, panggul- panggul yang terakhir ini dapat
digolongkan sebagai berikut.
(1) Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterine
a. Panggul Neagle
b. Panggul Robert
c. Split pelvis
d. Panggul Asimilasi
(2) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang- tulang panggul dan/ sendi panggul
a. Rakitis
b. Osteomalasia
c. Neoplasama
d. Fraktur
e. Atropi ,karies, nekrosis
f. Penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigeal
(3) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
a. Kifosis
b. Skoliosis
c. Spondilolistesis
(4) Perubahn bentuk karena penyakit kaki
a. Koksitiss
b. Luksasio koksaa
c. Atrofi atau kelumpuhan satu kaki
3 Indikasi Chephalopelvic Disporpotion (CPD)
Pemeriksaan umum kadang- kadang sudah membawa pikiran kea rah kemungkinan
kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberculosis pada kolumna vertebra atau pada
panggul, luksasio koksa kongenitalis dan poliomyelitis dalam anamnesis memberi
petunjuk penting, demikian pula ditemukannya kifosis, ankilosis pada artikulasio koksa di
sebelah kanan atau kiri dan lain- lain pada pemeriksaan fisik umum memberikan isyarat-
isyarat tertentu. Pada wanita yang lebih pendek daripada ukuran normal bagi bangsanya,
kemungkinan panggul kecil diperhatikan pula,. Akan tetapi apa yang dikemukan di atas
tidak dapat diartikan bahwa seorang wanita dengan bentuk badan normal tidak dapat
memiliki panggul dengan ukuran- ukuran yang kurang dari normal, ditinjau dari satu atau
beberapa segi bidang panggul. Dalam hubungan ini beberapa hal perlu mendapat perhatian.
Anamnesis tentang persalinan- persalinan terdahulu dapat memberi petunjuk tentang
keadaan panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancer dengan dilahirkannya janin
dengan berat badan yang normal, maka kecil kemungkinan bahwa wanita yang
bersangkutan menderita kesempitan panggul yang berarti.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk
mendapat keterangan yang lebih banyak tentang keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak
banyak artinya untuk pengukuran pintu bawah panggul dan dalam beberapa hal yang
khusus seperti panggul miring. Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang
penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah, dan untuk
memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah ppanggul. Dengan pelvimetri
roentgenekologik diperoleh gambaran yang jelas mengenai panggul dan ditemukan angka-
angka mengenai ukuran- ukuran dalam ketiga bidang panggul.
Akan tetapi pemeriksaan ini pada masa kehamilan mengandung bahaya, khususnya
bagi janin. Oleh sebab itu tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk menjalankan
pelvimetri roentgenologik secara rutin pada masa kehamilan melainkan harus didasarkan
atas indikasi yang nyata, baik dalam masa antenatal maupun dalam persalinan.
Keadaaan panggul merupakan factor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi
yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.
Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan
apakah ada disproporsi sefalovelfik atau tidak. Masih ada factor- factor lain yang ikut
menentukan apakah persalinan per vaginam akan berlangsung dengan baik atau tidak, akan
tetapi factor- factor ini baru dapat diketahui pada waktu persalinan,
Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar tetapi terdiri atas segitiga
depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar ang sama, yakni distansia tuberu.
Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa, maka sudut arkus pubis
mengecil pula, (kurang dari 80) Agar supaya dalam hal ini kepala janin dapat lahir,
diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan
diameter sagitalis posterior yang cukup panjang persalinan pr vaginam dapat dilaksanaka,
walaupun dengan perlukaan luas pada perineum. Dengan distansia tuberum bersama
dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm, timbul kemacetan pada kelahiran
janin ukuran biasa
4 Bahaya Pada Ibu yang menderita CPD
Menurut Prawirohardjo (2012). Bahaya pada ibu menderita CPD yaitu:
1) Partus lama yang seringkalli disertai pecahnya ketuban pada pebukaan kecil , dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum.
2) Dengan hos adekuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat tiombul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi petologik (bandl).
Keadaan ini terkenal dengan nama rupture uteri mengancam ; apalagi tidak segera
diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul rupture uteri.
3) Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada sutau
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu
menimbulkan gangguan sirkulasi denga akibat terjadinya iskemia dan kemudian
nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula
visikosevikalis, atau fistula vesiko vaginalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula
rectovaginalis.
5 Bahaya Pada Janin ibu menderita CPD
Menurut Prawirohardjo (2012). Bahaya pada janin yang ditimbulkan ibu memiliki panggul
sempit yaitu:
1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah dengan
infeksi intraprtum
2) Prolapsus funikali, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin
yang memerlukan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup.
3) Dengan adnya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada
panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa
akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut
dilampaui, terjadi sobekan pad atentorium serebelli dan pendarahan intracranial.
Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis pada
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin,
malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
6 Penanganan Cephalopelvic Disporpotion (CPD)
1) Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara efektif atau primer, yakni sebelum persalinan
mulai atau pada awal persalinan, dan secara skunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea efektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan
cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat
disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada
kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti
primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada
wanita yang mengalami masa letak janin yang tidak diperbaiki, kehamilan pada wanita
yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekunder dilakukan kerena persalinan percobaan dianggap gagal,
atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.
2) Persalinan percobaan
Setelah pada panggul semit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang
dan hubungan antara kepal janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa
ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat
diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian
persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi,
terhadap moulage kepala janin; kedua factor ini tidak dapat diketahui sebelum
persalinan berlangsung beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat.
Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesare secara efektif; keadaan-
keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan.
Selain ini beberapa hal perlu juga mendapat perhatian janin harus berada pada
presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Alasan bagi
ketentuan yang terakhir ini ialah kepala janin bertambah besar serta lebih sukar
mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta
janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalinan
percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti
pada panggul picak, lebih menguntungkan daripadakesempitan dalam beberapa bidang.
Mengenai penanganan khusus pada persalinan percobaan perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
(1) Perlu didakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin. Pada
persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan asidosis pada
ibu, dan perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan asidosis pada ibu, dan perlu
dijaga adanya bahaya dehidrasi dan asidosis pada ibu, dan perlu diusahakan supaya
ia dapat beristirahat cukup, serta tidak banyak menderita. Hendaknya kepadanya
jangan diberikan makanan secara biasa melainkan dengan jalan infuse intravena
oleh karena ada kemungkinan persalinan harus diakhiri dengan seksio sesare.
Keadaan denyut jantung janin harus pula diawasi secara terus-menerus.
(2) Kualitas dan turunya kepala janin dalam rongga panggul harus terus diawasi. Perlu
disadari bahwa kesempitan panggul tidak jarang mengakibatkan kelainan his dan
gangguan pembukaan seviks. Dalam hubungan ini his yang kuat, kemajuan dalam
turunya kepala dalam rongga panggul dan kemajuan dalam mendatar serta
membukanya serviks merupakan hal-hal yang menguntungkan. Kemajuan
turunnya kepala dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan roentgenologik kepala janin. Akan tetapi mengingat bahanya,
pemeriksaan ini hendaknya hanya dilakukan jika benar-benar perlu. Pemeriksaan
dalam penting untuk menilai turunya kepala, untuk mengetahui ada tidaknya
prolapsus funikali atau prolapsus lengan. Mengingat bahaya infeksi pada
pemeriksaan dalam dan dengan demikian memperbesar risiko seksio sesarea
apabila tindakan terakhir ini perlu dilakukan apabila diharapkan akan memberikan
bahan-bahan penting guna penilaian keadaan.
(3) Sebelum ketuban pecah, kepal janin pada umumnya tidak dapat masuk ke dalam
rongga panggul dengan sempurna. Namun, seperti sudah dijelaskan di atas, pada
disproporsi sefalopelvik ketuban tidak jarang pecah pada permulaan persalinan.
Pemecahan ketuban secaraaktif hanya dapat dilakukan apabila his berjalan secara
teratur dan sudah ada pembukaan serviks untuk separuhnya atau lebih. Tujuan
tindakan ini ialah untuk mendapatkan kepastian apakah dengan his yang teratur dan
mungkin bertambah kuat, terjadi penurunan kepala yang berarti atau tidak.
Selanjutnya setelah ketuban pecah baik spontan atau dengan buatan perlu
ditentukan ada tidaknya prolapsus funikuli.
(4) Masalah yang penting ialah dengan menentukan berapa lama partus percobaan
boleh berlangsung. Berhubung banyaknya factor yang harus ikut diperhitungkan
dalam mengambil keputusan tersebut, tiap kasus harus dinilai sendiri-sendiri.
Apabila his cukup sempurna maka sebagai indicator berhasil atau tidaknya partus
percobaan tersebut adalah hal-hal sebagai berikut.
a. Bagaimana kemajuan pembukaan serviks?
b. Bagaimanakah kemajuan penurunan bagian terendah janin (belakang kepala)?
c. Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang menunjukkan
adanya bahaya bagi anak maupun ibu yang menunjukkan adanya bahaya bagi
anak maupun ibu (gawat janin, rupture uteri yang membakat dan lain-lain) ?
Apabila ada gangguan di atas, maka menandakan bahwa persalinan pervaginam tidak
mungkin dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea. Sebaliknya bila kemajuan
pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancer, maka persalinan pervaginam bisa
dilaksanakan sesuai dengan persyartan yang ada.
a) Simfisiotomi
Simfisiotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kanan pada
simfisis supaya dengan demikian rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini
tidak banyak lagi digunakan oleh karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya
indikasi ialah apabila pada panggul sempit denganjanin masih hidup terdapat
infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.
b) Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-larut dan dengan kraniotomi atu
kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat
dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilahirkan seksio sesarea.

Anda mungkin juga menyukai