Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA) DENGAN INDIKASI CPD


(CEPHALOPELVIC DISPROPORTION) DI RUANG ANGGREK II
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun oleh :

Oneivio Ananta Petra/2018012074


Profesi Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
2022/2023
A. PENGERTIAN
1. Post Partum
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis
dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
2. SC (Sectio Caesarea)
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2014)
Sectio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan
dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan
bayi (Juditha dan Cynthia, 2009 dalam Maryuani, 2014).
3. CPD (Cephalopelvik Disproportion)
Menurut Varney (2007) Cephalopelvik Disproportion adalah disproporsi
antara ukuran janin dengan ukuran pelvis, ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar
untuk mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvis sampai terjadi kelahiran
pervaginaan.
B. ETIOLOGI
1. Etiologi Post Partum SC (Sectio Cesarea)
Menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor Sectio Caesareadiatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai
berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
Chepalo Pelvik Dispropotion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara normal. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KDP (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi kembar
Tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin.
1) Kelainan pada letak kepala
1. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemerikasaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.
2. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5%
3. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan
presentasi kaki
2. Etiologi CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi 2 faktor
sebagai berikut :
a. Faktor Ibu
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
2) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang
biasa
3) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebihnya ukuran
muka belakang
4) Panggul corong : pintu atas panggul biaasa, pintu bawah panggul
sempit
5) Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruhan
panggul sempit picak
2) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
3) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
2) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah
1) Coxitis : radang tulang panggul
2) Luxatio : Dislokasi salah satu ujung sendi
3) Atrofia : kondisi ketika jaringan otot mengecil atau menyusut
b. Faktor janin
1) Janin yang lebih besar
2) Hidrocephalus : penumpukan cairan di rongga otak sehingga
meningkatkan tekanan pada otak
3) Kelainan letak janin
C. KLASIFIKASI
1. Sectio Caesarea (SC)
a. abdomen SC : transperitonealis
b. Sectio Caesarea (SC) vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan yang memanjang
2) Sayatan yang melintang
3) Sayatan yang berbentuk huruf T
c. Sectio Caesarea (SC) klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira -
kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang yang
memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
d. Sectio Caesarea (SC) ismika
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira – kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015).
2. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
Ada empat jenis tipe bentuk panggul yang telah diketahui :
a. Ginekoid
Bentuk panggul ginekoid hampir mirip dengan lingkaran. Tipe ini
adalah tipe yang paling banyak ditemukan. Diameter anteroposterior hampir
sama dengan diameter transversal
b. Android
Bentuk panggul android mirip seperti bentuk hati dengan diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversal. Bentuk sakrum
cenderung datar dan tidak melengkung serta spina ischiadika lebih menonjol.
Bentuk panggul android dapat mempersulit persalinan per vaginam.
c. Antropoid
Bentuk panggul antropoid mirip dengan segitiga. Diameter transversal
terbesar terletak di bagian posterior dekat sakrum. Tepi samping panggul
divergen dengan sakrum yang panjang melengkung. Spina ischiadica tidak
menonjol. Bentuk panggul ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada
wanita.
d. Platipeloid
Bentuk panggul platipeloid seperti bentuk oval, diameter transversal
lebih besar dari diameter anteroposterior. Tepi panggul divergen, sakrum
mendatar, dan kavitas panggul dangkal. (Shutterstock, 2022)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi Klinis Post Partum SC
Perlu adanya perawatan yang lebih komprehensif pada ibu yang melahirkan
melelui persalinan section caesaria yaitu dengan perawatan post partum serta
perawaan post operatif. Doenges (2010) mengemukakan, manifestasi klinis
section caesarea meliputi:
a. Nyeri yang disebabkan luka hasil bedah
b. Adanya luka insisi dibagian abdomen
c. Di umbilicus, fundus uterus kontraksi kuat
d. Aliran lokea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
e. Ada kurang lebih 600-800ml darah yang hilang selama porses pembedahan
f. Emosi yang labil atau ketidakmampuan menghadapi situasi baru pada
perubahan emosional
g. Rata-rata terpasang kateter urinarius
h. Tidak terdengarnya auskultasi bising usus
i. Pengaruh anestesi dapat memicu mual dan muntah
2. Manifestasi Klinis CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
a. Persalinan lebih lama dari yang normal
b. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 39 minggu (primipara)
c. Tinggi badan kurang dari 145 cm
d. Ukuran distasia spinarum kurang dari 24-26 cm
e. Ukuran distasia kristarum kurang dari 28-30 cm
f. Ukuran konjugata eksterna diameter kuang dari 18-20 cm
g. Ukuran lingkar panggul kurang dari 80-90 cm
h. Pintu atas panggul
1) Ukuran konjugata vera atau diameter antero posterior (diameter depan-
belakang) yaitu diameter antara promotorium dan tepi atas symfisis kurang
dari 11 cm.
2) Ukuran diameter melintang, yaitu jarak terlebar antara ke-2 linea
inominata kurang dari 13 cm.
3) Ukuran diameter oblik (miring) jarak antara artikulasio iliaka dengan
tuberkulum pubicum sisi yang bersebelahan kurang dari 12 cm.
i. Bidang tengah panggul
1) Bidang luas panggul terbentuk dari titik tengah symfisis, pertengahan
acetabulum dan ruas sacrum ke-2 dan ke-3. Diameter anteroposterior
kurang dari 12,75 cm, diameter transversanya kurang dari 12,5 cm.
2) Bidang sempit panggul merupakan bidang yang berukuran kecil
terbentang dari tepi bawah symfisis, spina ischiadika kanan dan kiri dan 1-
2 cm dari ujung bawah sacrum. Diameter antero-posterior kurang dari
11,5 cm, diameter transversa kurang dari 10 cm
j. Pintu bawah panggul.
1) Diameter anteroposterior yaitu ukuran tepi bawah symfisis ke ujung
sacrum kurang dari 11,5 cm.
2) Diameter transversa jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri kurang
dari 10,5 cm.
3) Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum kepertengahan
ukuran transversa kurang dari 7,5 cm.
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Post Partum SC
Komplikasi pada pasien Sectio Caesarea adalah :
a. Komplikasi pada ibu
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum
pembedahan sudah ada gejala-gejala yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan, bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena
atonia uteri. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung
kencing dan embolisme paru.suatu komplikasi yang baru kemudian
tampak ialah kuatnya perut pada dindinguterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah Sectio Caesarea.
b. Komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan
embolisme paru.
c. Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya
parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan
sesudah Sectio Caesarea Klasik.
2. Komplikasi CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
a. Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal akibat partus macet pada CPD, antara lain ruptur
uteri, gangguan kontraksi rahim, infeksi intrauterin, hipoglikemia, serta fraktur
sakrum dan coccyx. Selain itu, dapat terjadi laserasi vagina, perineum, dan
cervix, serta perdarahan postpartum yang dapat berakibat syok hemoragik dan
kematian.
b. Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang dapat ditemukan pada janin adalah asfiksia, distosia
bahu, molase, kerusakan jaringan otak, serta prolaps tali pusat. Pada bayi baru
lahir, dapat pula ditemukan trauma pada persalinan seperti fraktur klavikula,
cedera kepala maupun servikal. Kematian janin juga dapat terjadi sebagai
komplikasi dari CPD.
F. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post
de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan
upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan penunjang CPD yaitu :
a. Pemerisaan Radiologi
Untuk pelvimetri dibagi menjadi 2 buah foto
1) Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
2) Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping
2. Sectio Caesarea (SC)
a. Elektroensefalogram ( EEG ) : Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
b. Pemindaian CT : Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI) : Menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : Untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
f. USG
g. Pemeriksaan EKG.
H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan Awal
a. Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika diperlukan
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap yang dapat dilihat seperti di bawah ini :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Fungsi Gastrointestinal
a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b. Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
c. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian pasien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Pola-pola fungsi kesehatan
e. Pemeriksaan fisik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uteri
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan.
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
cara menyusui yang benar.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik post operasi Sectio
Secaria
e. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi
f. Hambatan mobilitas fisik behubungan dengan nyeri
3. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan (noc) Intervensi (nic)


. Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
dengan  agen diharapkan nyeri berkurang dengan nyeri secara
cedera fisik atau kriteria hasil : komprehensif termasuk
involusi uteri Kontrol Nyeri (1605) lokasi, karakteristik,
1. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas
2. Mampu menggunakan dan faktor presipitasi
teknnik non farmakologi 2. Gunakan teknik
untuk mengurangi nyeri komunikasi terapeutik
3. Mampu mengenali nyeri untuk mengetahui nyeri
(skala, intensitas, frekuensi pasien
dan tanda nyeri) 3. Kontrol lingkungan yang
4. Menyatakan rasa nyaman dapat mempengaruhi
setelah nyeri berkurang nyeri seperti suhu
5. Tanda vital dalam rentang ruangan, pencahayaan
normal. dan kebisingan
4. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
5. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

2. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Tekanan (3500)


integritas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Tempatkan klien pada
jaringan diharapkan integritas kulit dan tempat tidur terapi
berhubungan mukosa baik dengan kriteria hasil : 2. Evaluasi adanya luka
dengan insisi Integritas Jaringan : Kulit & pada ektremitas
pembedahan Membran Mukosa (1101) 3. Monitor kulit yang
1. REEDA tidak terjadi memerah dan terjadi
2. Tidak terdapat penekanan kerusakan
3. Tidak menunjukkan adanya Perawatan Kulit : Pengobatan
kelainan pada status nutrisi Topical (3584)
1. Jaga alas kasur tetap
bersih, kering, dan bebas
kerut
2. Berikan pijatan disekitar
area yang terkena
3. Mobilisasi pasien 2 jam
3. Menyusui tidak Setelah diberikan tindakan Edukasi Kesehatan (5606)
efektif keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Berikan informasi
berhubungan pasien menunjukkan mengenai :
dengan kurangny respon menyusui adekuat dengan  Fisiologi menyusui
a pengetahuan kriteria hasil:  Keuntungan menyusui
ibu tentang cara Keberhasilan Menyusui (1001)  Perawatan payudara
menyusui yang 1. Pasien mengungkapkan  Kebutuhan diit khusus
benar. puas dengan kebutuhan  Faktor-faktor yang
untuk menyusui menghambat proses
menyusui
2. Pasien mampu 2. Demonstrasikan breast
mendemonstrasikan care dan pantau
perawatan payudara kemampuan pasien untuk
melakukan secara teratur
3. Ajarkan cara
mengeluarkan ASI
dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga
bisa diterima oleh bayi

4. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Bantuan Perawatan Diri : ADLs


diri berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam (1805)
dengan diharapkan ADLs pasien 1. Monitor kemempuan
kelemahan fisik meningkat  dengan kriteria hasil : pasien untuk perawatan
post operasi Perawatan Diri : ADLs (0300) diri yang mandiri.
Sectio Secaria 1. Self care : Activity of Daily 2. Monitor kebutuhan
Living (ADLs) pasien untuk alat-alat
2. Pasien terbebas dari bau bantu untuk kebersihan
badan diri, berpakaian, berhias,
3. Menyatakan kenyamanan toileting dan makan.
terhadap kemampuan untuk 3. Sediakan bantuan sampai
melakukan ADLs pasien mampu secara
4. Dapat melakukan ADLS utuh untuk melakukan
dengan bantuan self-care.
4. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika pasien
tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan pasien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.

5. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Control Infeksi (6540)


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Kaji adanya demam yang
dengan tindakan diharapkan Resiko Infeksi diakibatkan oleh bakteri
invasif, paparan terkontrol dengan kriteria hasil : atau virus
lingkungan Status Imunitas (0702) 2. Bersihkan lingkungan
patogen Control Resiko (1902) setelah dipakai pasien
1. Pasien bebas dari tanda dan lain
gejala infeksi 3. Instruksikan pada
2. Menunjukkan kemampuan pengunjung untuk
untuk mencegah timbulnya mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
3. Jumlah leukosit dalam berkunjung
batas normal meninggalkan pasien
4. Menunjukkan perilaku 4. Cuci tangan setiap
hidup sehat. sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
5. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
6. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
6. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 jam atau keluhan fisik
behubungan diharapkan hambatan mobilitas lainnya
dengan nyeri fisik teratasi dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi
1. Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
meningkat ambulansi
2. Kekuatan otot meningkat 3. Fasilitasi aktivitas
3. Rentang gerak (ROM) ambulansi dengan alat
meningkat bantu (misalnya,
4. Nyeri menurun tongkat, kruk)
5. Kecemasanmenurun 4. Fasilitasi klien
6. Kaku sendi menurun melakukan mobilisasi
7. Gerakanterbatasmenurun 5. Libatkan keluarga untuk
8. Kelemahanfisikmenurun membantuklien dalam
meningkatkan ambulansi
6. Jelaskan tujuan da
prosedur ambulansi
7. Anjurkan melakukan
ambunlasi dini
8. Ajarkan ambulansi
sederhana yang harus
dilakukan (misalnya,
berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E. (2010). Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care , Edisi 3. Alih Bahasa: Kariasa IM. Jakarta: EGC.

Maryunani, A. (2014). Perawatan Luka Seksio Caesarea dan Luka Kebidanan Terkini.
Bogor: IN MEDIA.

Nurarif, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Sagita, F. E. (2019). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post Operasi Sectio
Caesarea Di Ruangan Rawat Inap Kebidanan Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi. 1-
13.

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Yuliana, W., & Hakim, B. (2020). Emodemo dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Sulawesi
Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Menurut Sagita (2019),


indikasi ibu dilakukan Sectio
Caesarea adalah ruptur uteri
4. iminen, perdarahan
antepartum, ketuban
pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin
adalah
5. fetal distres dan
janin besar melebihi
4.000 gram> Dari
beberapa faktor Sectio
Caesarea
6. diatas dapat
diuraikan beberapa
penyebab sectio
sebagai berikut :
7. 1. CPD (Chepalo
Pelvik Dispropotion)
adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak
sesuai
8. dengan ukuran
kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan
9. secara normal.
Tulang-tulang panggul
merupakan susunan
beberapa tulang yang
10. membentuk rongga
panggul yang
merupakan jalan yang
h

Anda mungkin juga menyukai