Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
B. Etiologi
1. Etiologi Post Partum SC
Penyebab terjadinya partus tak maju menurut (Riyanto, 2014) adalah sebagai
berikut:
a. His yang tidak adekuat
b. Mal posisi
c. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
d. Panggul kecil
e. Kelainan pada jalan lahir
f. Janin besar/janin kembar dan letak janin
g. Ansietas yang berlebihan
h. Peritas
i. KDP (Ketuban Pecah Dini)
j. Umur
k. Respon stress
2. Etiologi CPD
Etiologi CPD menurut Padila (2017) disebabkan oleh :
a. Panggul sempit
b. Janin besar
C. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi Klinis Sectio Caesarea
menurut (mansjoer, 2015) tanda dan gejala pada section caesarea adalah sebagai
berikut :
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit- sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
f. kehilangan darah selama prosedur pembedahan
g. janin dalam posisi melintang
2. Manifestasi Klinis CPD
a. Persalinan lebih lama
b. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 39 minggu
c. Tinggi badan kurang dari 145 cm
d. Ukuran distasi spinarium kurang dari 24-26 cm
e. Ukuran distansi kristarium kurang dari 28-30 cm
f. Ukuran lingkar panggul kurang dari 80-90 cm
D. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan janin yang menyababkan persalinan normal tidak
memungkinkan dan akhirnya harus dilakukan tindakan section caesarea. Adanya beberapa
kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara
normal/spontan, misalnya karenaketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu,
keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi
seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang
lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar
dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu
adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(Ramadanty, 2018). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleran aktivitas.
Selain itu dalam proses pembedahan juga akaan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf
didaerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin yang
akan menyebabkan nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menibulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi, adanya gangguan pola tidur yang disebabkan karena
rasa nyeri post pembedahan.
E. Pathway
Terjadi
Prosedur Kurang
Perubahan pembedahan
invasi/insisi terpajan
status pada abdomen
sumber
kesehatan
Masuknya Terputusnya Luka dan jahitan
kuman/bakteri kontinuitas Tidak menim bulkan
Ketegangan
jaringan mengenal nyeri
meningkat
informasi
Timbulnya
gejala infeksi Merangsang Perasaan Terbatasnya
Kurang
pengeluaran gelisah, cemas melakukan aktifitas
informasi
Resiko infeksi mediator kimia
Hambatan
Ansietas Defisien
Mobilitas Fisik
Menekan ujung pengetahuan
syaraf nyeri
Merangsang
persepsi nyeri
Nyeri Akut
Sumber : Nurarif dan Hardhi (2015)
F. Komplikasi
1. Komplikasi Post Partum SC
a. Infeksi Puerperalis: Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat misalnya peritonitis,
sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala – gejala infeksi intra partum atau ada faktor–faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
tindakan vaginal sebelumnya).
b. Perdarahan: Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti : Luka kandung kemih dan embolisme paru-
paru.
2. Komplikasi CPD
Menurut Sarwono (2015) komplikasi CPD meliputi :
a. Bahaya pada ibu
1) Partus lama yang disertai pecahnya ketuban pada pembukaankecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosi dan infeksi intrapartum.
2) His yang kuat
3) Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvic jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul.
b. Bahaya pada janin
1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apabila jika ditambah
dengan infeksi intrapartum
2) Prolasus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin
3) Dengan adanya disproporsi sefalo pelvic kepala janin dapat melewati rintangan
pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang Post Partum SC
a. Elektroensefalogram ( EEG )
b. Pemindaian CT
e. Pmeriksaan EKG
g. Elektrolit
h. Urinalis. Tucker, susan martin, 1998. Dalam buku aplikasi Nanda, 2015)
2. Pemeriksaan Penunjang CPD
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan Radiologi, untuk pelvimetri dibuat 2 foto
- Foto pintu atas panggul
- Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus
c. Foto lateral
d. Pemeriksaan panggul luar
e. Melakukan Obstorn Test
Tangan yang satu menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul,
sedangkan tangan satunya diletakkan pada kepala.
f. Metode Muller Munro Kerr
Tangan yang satu memegang kepala janin dan menekanya kearah rongga panggul,
sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukkan ke dalam rongga vagina untuk
menentukam sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut, sementara ibu
jati tangan yang masuk dalam vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala
janin dan symphisis.
H. Penatalaksaan Medis
1. Penatalaksaan Pada Post Partum SC
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:
a. Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per
intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfuse darah sesuai
kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari
demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
d. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
e. Pemberian Obat-Obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesua
indikasi.
f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup
2x/24 jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan tramadol atau paracetamol tiap
6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
g. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
h. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
i. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
j. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
2. Penatalaksanaan Pada CPD
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
b. Fundus uteri harus dering dipalpasi untuk memastikam bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat
c. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30ml/jam
d. Pemberian cairan intravaskuler
e. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk
memastikan perdarahan pasca operasi
I. Asuhan Keperawatan
https://id.scribd.com/doc/294210300/ASKEP-POST-PARTUM-SC-Ny-M-docx
Agustina, Sri. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Yang
Mengalami Nyeri Dengan Penerapan Biologic Nurturing Baby Led Feeding di Rumah
Sakit Umum Daerah Pandas Kabupaten Tapanuli Tengah. Politrknik Kesehatan Kemenkes
Medan Jurusan Keperawatan.
Ekasari, Setiyani.2012. Asuhan Keperawatan Post Partum SC. Fakultas Ilmu kesehatan UMP)
Maritalia. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Kebutuhan Dasar Selama
Masa Nifas Di Rumah Bersalin Srikaban Binjai Tahun 2016. Ilmiah Kohesi, 1(1), 95–103.
Sekar Mega Oktavina. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Post Partum SC. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
Wiknjosastro.2015. Asuhan Keperawatan Post Post Partum. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP