Anda di halaman 1dari 164

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN


MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL
DI RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI 7 ZONA A
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NI PUTU EKA ROSMALA DEWI


0806457294

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam
Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

NI PUTU EKA ROSMALA DEWI


0806457294

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmia Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi

NPM : 0806457294

Tanda Tangan :

Tanggal : 9 Juli 2013

ii

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


iii

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam mencapai gelar Ners . Saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan
sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia;
2. Ibu Tuti Nuraini selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;
3. Ibu Riri Maria, selaku koordinator mata ajar yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan selama penyusunan
dan pelaksanan mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini.
4. Ibu Yeane Anastania selaku pembimbing ruangan yang senantiasa
menyediakan waktu untuk membimbing saya dan teman-teman.
5. Kakak-kakak perawat lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo yang
sabar mengajari dan memotivasi untuk berani mencoba.
6. Orang tua saya (Bapak Suadnyana dan Ibu Pusparini), adik- adik saya(
Lode, Komang, dan Dek Tut), keluarga kedua di Jakarta dan Bogor (Bu
De, Pak Made, Bu Tu, Pak Gede), sepupu- sepupu, dan seluruh keluarga
besar saya di Bali yang tiada hentinya memberikan dukungan material dan
moral;
7. Teman-teman Profesi angkatan 2008 yang memberikan saya semangat
yang luar bisa untuk berjuang dalam menyelesaikan profesi ini.
Terimakasih teman-teman membuat saya memiliki pengalaman yang baru

iv

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


dan menjadi saya yang lebih “bercorak”. Saya akan sangat merindukan
kebersamaan kita.
8. Sahabat saya Darmawan yang selalu setia dan sabar mendengarkan keluh-
kesah saat menjalani profesi.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini
dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Depok, 9 Juli 2013

Penulis

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Uviversitas Indonesia, saya yang bertanda tangan


dibawah ini:
Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi
NPM : 0806457294
Program Studi :Profesi Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah akhir Ners saya yang berjudul:
“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP
Cipto Mangunkusumo ” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan
Hak Bebas Royalti Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal: 9 Juli 2013
Yang menyatakan

(Ni Putu Eka Rosmala Dewi )

vi

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi


Program Studi: Ners Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam
Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo

Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi
kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Pembatasan cairan
merupakan hal yang terberat yang dialami pasien gagal ginjal kronik selama
menjalani hidup dengan hemodialisa. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan
evidence based practice dari jurnal ilmiah. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk
menerapkan cognitive behavioral therapy terkait intervensi pembatasan cairan pada
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil menunjukkan
cognitive behavioral therapy efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam
melakukan pembatasan cairan. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, balance
cairan seimbang, dan menunjukkan minat dan motivasi untuk melakukan pembatasan
cairan.

Kata kunci:
Cognitive behavioral therapy; gagal ginjal kronik,; hemodialisa, pembatasan cairan.

vii

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name :Ni Putu Eka Rosmala Dewi


Study Programe :Ners Science Nursing
Title : Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Public Health
in Patients of Chronic Kidney Disease in Internal Medicine
Room Care 7th Floor Zone A RSUPN Cipto Mangunkusumo

Fluid restriction is one of the means used to reduce excess fluid volume due to
decreased renal function.Fluid restriction is the hardest part of patient’s life with
during hemodialysis. This papers is to use evidence-based practice of scientific
journals. This papers is aim to apply cognitive behavioral therapy interventions
related to fluid restriction in patients with CKD stage 5 undergoing hemodialysis.
The results showed cognitive behavioral therapy is effective in improving patient
compliance in conducting fluid restriction. Patients showed a stable weight, balance
fluid balance, and show an interest and motivation to perform fluid restriction.

Keywords:
Chronic kidney disease; cognitive behavioral therapy; hemodialysis; fluid restriction.

viii

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................
KARYA ILMIAH ............................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9


2.1 Gagal Ginjal Kronik ........................................................................... 9
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9
2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko ....................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................ 10
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................... 12
2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis ..................................... 13
2.1.5.1 Tindakan Konservatif ................................................. 14
2.1.5.1.1 Upaya Mempertahankan Fungsi Ginjal ...... 14
2.1.5.1.2 Meringankan Komplikasi Ekstrarenal........ 16
2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh ............. 18
2.1.5.1.4 Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup ......... 20
2.2 Cognitive Behavioral Therapy (CBT)............................................... 21
2.2.1 Definisi ................................................................................... 21
2.2.2 Tujuan ..................................................................................... 22
2.2.3 Prinsip Pelaksanaan ............................................................... 23
2.2.4. Penggunaan CBT dalam Pembatasan Cairan ........................ 25

3. ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 28


3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................. 27
3.2 Analisis Data ..................................................................................... 51
3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 56
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................... 57
3.5 Evaluasi ............................................................................................ 71

ix

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


4. ANALISA SITUASI.............................................................................. 94
4.1 Profil Lahan Praktek ......................................................................... 94
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP
dan Konsep Kasus Terkait ................................................................ 97
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan
Konsep dan Penelitian Terkait .......................................................... 98
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................. 105

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 106


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 106
5.2 Saran ................................................................................................. 106
5.2.1 Bidang Pelayanan Kesehatan ................................................... 106
5.2.2 Bidang Pendidikan .................................................................... 107
5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya ......................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 108


LAMPIRAN

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahapan Gagal Ginjal Kronik ....................................................... 12


Tabel 2.2 Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik ... 13
Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………57
Tabel 3.2 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 71

xi

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Catatan Perkembangan

Lampiran 2:Leaflet Gagal Ginjal Kronik

Lampiran 3: Leaflet Hemodialisa

Lampiran 4: Daftar Riwayat Hidup

xii

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan filtrasi pada penyakit gagal
ginjal kronik (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2
(Black and Hawk, 2005). Ginjal mengalami penurunan kemampuan dalam
melakukan fungsi metabolisme, keseimbangan cairan, dan elektrolit. Penyakit
gagal ginjal kronik dibagi menjadi tahap 1- 5. Penyakit gagal ginjal kronik yang
berada pada tahap 5 disebut gagal ginjal kronik tahap akhir (end stage renal
disease).

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi oleh berbagai negara di dunia. American Kidney Fund melaporkan
jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2011 diperkirakan
mencapai 31 juta penderita atau sekitar 10% dari jumlah penduduk Amerika
Serikat. Laju prevalensi (prevalent rate) penyakit gagal ginjal kronik meningkat
600% dari tahun 1980- 2009 di Amerika Serikat. Angka kejadian gagal ginjal
kronik meningkat pada orang yang berumur 65 tahun ke atas.

The Centers for Disease Control and Prevention (2010) menyatakan bahwa
penyakit gagal ginjal kronik menduduki urutan ke 8 penyebab kematian terbanyak
di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia juga
mengalami peningkatkan. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia
diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2011 (Kidney Health Australia,
2011)

1 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
2

Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) mencatat 40.000 penderita penyakit gagal


ginjal kronik tahun 2008. Jumlah penderita mengalami kenaikan menjadi 70.000
jiwa pada tahun 2010 (Yadugi 2008, dalam Wahyuningsih, 2011). Berdasarkan
data rekam medik prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai
6,2% atau 104 ribu jiwa dari populasi penduduk Indonesia (Suharjono, 2008 ).
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006, penyakit gagal ginjal kronik
menempati urutan ke 6 penyebab kematian pasien yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia (Kemenkes, 2008 dalam Hadayati, 2012). Berdasarkan data rekam
medik RSUPN Cipto Mangunkusumo mencatat jumlah penderita gagal ginjal
kronik tahun 2012 mencapai 535 penderita.

Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal kronik antara lain diabetes


mellitus,glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu ginjal,penyakit pembuluh darah
ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes
mellitus merupakan penyebab utama penyakit gagal ginjal kronik yang terjadi di
negara bagian barat. 20-30% dari akibat diabetes mellitus tipe 1 dan 2
menyebabkan nefropati (American Diabetes Association, 1999 dalam Thomas,
2004). United State of Renal System melaporkan bahwa penderita diabetes,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler memiliki risiko 2-3 kali mengalami
penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan penderita penyakit lain. Penderita
penyakit gagal ginjal kronik juga rentan terjadi pada orang yang berusia 65 tahun
ke atas.

Diabetes dan tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh gaya hidup yang
kurang sehat. Konsumsi makanan secara berlebihan dan konsumsi garam yang
berlebihan. Konsumsi minuman pewarna, obat-obatan penambah stamina, dan
obat-obatan dalam waktu lama dapat meningkakan risiko kerusakan ginjal.
Indonesia merupakan negara tropis yang membuat rentan terjadi dehidrasi.
Kurang mengkonsumsi air sesuai kebutuhan berisiko meningkatkan risiko
kerusakan ginjal (Wibowo, 2010).

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
3

Penderita penyakit kronis umumnya mengalami perubahan psikososial dan


spiritual. Perubahan biologis yang dialami penderita gagal ginjal kronik
diantaranya pembatasan cairan dan diet, risiko terjadi anemia, risiko terjadinya
adanya gangguan tulang, mual muntah, gangguan tidur, disfungsi seksual, dll.
Penelitian yang dilakukan oleh Mok et all (2004) menunjukkan perubahan
psikologis yang dialami penderita yang ginjal kronik mengalami reaksi
emosional seperti tidak berguna, bersalah, takut, marah, dan merasa tidak
berdaya.

Reaksi emosional awal yang biasanya dilakukan oleh penderita yang baru
didiagnosa mengalami penyakit gagal ginjal kronik adalah tidak ada harapan,
menangis, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Perubahan spiritual
diantaranya penderita gagal ginjal kronik cenderung menyalahkan dan
menganggap Tuhan tidak adil sehingga malas untuk menjalankan ibadah
(Setyaningsih, 2011).

Tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak penurunan


kemampuan ginjal adalah hemodialisa dan transplantasi ginjal. Prevalensi
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Amerika
Serikat mencapai 398. 861 penderita gagal ginjal kronik dan 172.553 penderita
yang menjalani transplantasi ginjal pada akhir tahun 2009. (National Kidney and
Urologic Disease Information Clearinghouse / NKUDIC, 2009).

Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa


mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan, ketidakberdayaan,
penurunan motivasi hidup, gangguan citra tubuh, dan mengalami harga diri
rendah situasional (Black & Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk
1997 (dalam Black & Hawk, 2005). menemukan bahwa penderita gagal ginjal
kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan kualitas hidup dan
mengalami distress psikologi. Penderita yang menjalani hemodialisa memiliki
kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan status keuangan,

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
4

pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran dan tanggung jawab dalam
keluarga, dan penurunan kemampuan dalam mencapai tujuan jangka panjang
(Fowler & Baas, 2006). Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan
gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita
(Fowler & Baas, 2006).

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita


gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006)
menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah
adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang
dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan
cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa
pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan
hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk


mengurangi kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Jumlah
cairan yang diminum penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan
pengawasan yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan
pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa mengakibatkan
kenaikan interdialytic weight gain. Nilai interdialytic weight gain yang dapat
ditoleransi sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005).

Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan peningkatan volume cairan


tubuh. Peningkatan volume cairan dapat terlihat dari adanya peningkatan berat
badan. Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan kering dapat
menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, hipotensi intradialis, gagal
jantung kiri, asites, efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat menyebabkan
kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi kenaikan IDWG di beberapa negara

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
5

mengalami peningkatan sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70%
di Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System (USRDS, 2012)
melaporkan peningkatan angka kematian pada penderita gagal ginjal kronik yang
disebabkan peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat badan.

Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik terhadap


pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian Kugler, et all (2005)
menjelaskan pembatasan cairan merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi
pasien yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument
DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire) menunjukkan
sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami kesulitan dalam pembatasan cairan.

Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap


pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi,
pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi koresponden
dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus menemukan cara sendiri
untuk patuh kepada untuk melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga
kesehatan bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan kontrol
diri.

Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan


kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan
oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive
behavioral therapy (CBT). Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan
manajemen cairan dari para koresponden penelitian. Koresponden menunjukkan
penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga 24% selama
mengikuti CBT hingga 6 minggu.

Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan gabungan dari dua jenis


psikoterapi yaitu terapi kognitif dan perilaku (Bush, 2005 dalam Setyaningsih,
2011). Tujuan dari terapi CBT (Stallard, 2002 dalam Setyaningsih, 2011) adalah

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
6

untuk meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih


baik, dan untuk meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan ketrampilan
kognitif dan perilaku yang tepat. CBT membantu untuk mengidentifikasi pikiran-
pikiran dan kepercayaan yang negatif, bias, dan kritik diri. Terapi perilaku
mengarajrkan klien untuk meningkatkan harga diri dengan cara memahami
hubungan antara berpikir, perasaan, dan perilaku.

Kepatuhan terkait pembatasan cairan merupakan salah satu bentuk


tanggung jawab, maka harus didukung oleh pemahaman yang memadai tentang
penyakit gagal ginjal kronik dan perawatannya. Salah satu peran perawat dalam
diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan perawatannya.
Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal kronik terkait
pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah membantu
penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman dan efektif
oleh penderita. Perawat dapat memotivasi penderita gagal ginjal kronik untuk
memperoleh kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan
pribadi untuk dapat meningkatkan self efficacy. Peningkatan self efficacy
berpengaruh pada self management terkait penyakit gagal ginjal kronik
(Costantini, 2006 ).

1.2.RUMUSAN MASALAH

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal
kronik antara lain diabetes mellitus, glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu
ginjal,penyakit pembuluh darah ginjal, dan hipertensi.
Penelitian menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan gangguan emosional yang
mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita (Fowler & Baas, 2006). Sebagian
besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan
merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
7

Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan


kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan
oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive
behavioral therapy (CBT).
Peran perawat diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan
perawatannya. Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal
kronik terkait pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah
membantu penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman
dan efektif oleh penderita. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan strategi
pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik dengan menggunakan
cognitive behavioral therapy.

1.3.TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan gagal ginjal kronik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.2. Mengetahui penerapan cognitive behavioral therapy untuk
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
1.3.2.3. Mengetahui analisa masalah perkotaan pada klien dengan gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.4. Mengetahui keefektifan cognitive behavioral therapy untuk
pembatasan cairan pada klien dengan gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
8

1.4.MANFAAT PENULISAN
1.4.1. Lahan Praktek
Memberikan informasi kepada perawat mengenai asuhan keperawatan
dengan penyakit gagal ginjal kronik dan cognitive behavioral therapy yang
dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan pada penderita gagal
ginjal kronik. Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan asuhan
keperawatan dengan penyakit gagal ginjal kronik khususnya.
1.4.2. Institusi Pendidikan
Memberikan gambaran pada mahasiswa mengenai penerapan cognitive
behavioral therapy yang dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan
pada penderita gagal ginjal kronik. Diharapkan institusi pendidikan dapat
mengajarkan dan melatih penerapan cognitive behavioral therapy pada
mahasiswa.
1.4.3. Penulisan Karya Ilmiah selanjutnya

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait


pengembangan strategi intervensi keperawatan mengenai pembatasan cairan
pada penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada
khususnya.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
BAB 2

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Gagal Ginjal Kronik

2.I.1 Definisi

Gagal ginjal kronik merupakan ganggguan fungsi ginjal yang bersifat


progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan ginjal dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta
mempertahankan metabolism. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
retensi urea dan sampah nitrogen lainnya di dalam darah (Smeltzer &
Bare, 2005). Penyakit ginjal juga didefinisikan sebagai penurunan dari
fungsi jaringan ginjal secara progresif yang mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black
& Hawks, 2005). Penyakit gagal ginjal kronik menurut Kidney Disease
Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2002) adalah terjadinya kerusakan
ginjal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2, adanya proteinuria, dan
pemeriksaan darah dan diagnostik lain yang abnormal dalam waktu 3
bulan.

2.I.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab penyakit gagal ginjal kronik yang paling banyak antara lain
glomerulonefritis kronik (24%), nefropati diabetik (25%), nefrosklerosis
hipertensif (9%), penyakit ginjal polikistik (8%), pielonefritis kronis dan
nefritis intersisial lain (8%) (Brenner & Lazarus dalam Price & Wilson,
2006). Penyebab gagal ginjal kronik yang paling sering dapat dibagin
menjadi menjadi 8 kelas yaitu penyakit infeksi tubulointersisial,
penyakit peradangan, penyakit vaskular hipertensif, penyakit jaringan
ikat, ganggunan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati

9 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
10

toksik, dan nefropati obstruktif (Hidayati, 2012). Terdapat 8 kelas


tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 2.1. : Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik

No Klasifikasi Penyakit
1. Penyakit tubulointersisial Infeksi pielonefritis atau refluks nefropati
2. Penyakit peradangan Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskular hipertensif Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan ikat Lupus erimatosus sistemik, poliartritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
herediter ginjal
6. Penyakit metabolik Diabetes mellitus, gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati
timah
8. Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu,
neoplasma, fibrosis, retoperitoneal.
Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi
prostat, striktur uretra, anomaly kongenita
leher vesika urinaria dan uretra.

2.I.3 Patofisiologi

Dua adaptasi penting yang dilakukan ginjal sebagai respon


kompensasi terhadap penurunan nefron secara progresif diantaranya
hipertrofi dan peningkatan kecepatan filtrasi, dan peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler glomerulus. Sisa nefron yang ada mengalami

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
11

hipertrofi dalam usahanya mempertahankan fungsi ginjal secara optimal.


Hiperfusi glomerulus menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi,
beban solute dan reabropsi tubulus dalam setiap nefron. Proses
kompensasi ini dapat tidak dapat dipertahankan apabila kerusakan ginjal
mencapai di atas 75% dari jumlah nefron (Black &Hawk, 2005).

Gagal ginjal kronis berkaitan dengan penurunan progresif laju filtasi


glomerulus yang dibagi berdasarkan tahapan antara lain (Black & Hawk,
2005) adalah penurunan cadangan ginjal, insufiensi ginjal, gagal ginjal,
dan penyakit gagal ginjal stadium akhir.

Tahap penurunan cadangan ginjal terjadi penurunan laju filtasi


glomerulus mencapai 50% dari keadaan normal. Nefron yang normal
mengkompensasi nefron yang rusak. Selama tahap ini kreatinin serum
dan BUN dalam nilai normal dan bersifat belum ada manifestasi klinis
yang dirasakan penderita (asimtomatik). Pemerikasaan ginjal yang dapat
dilakukan untuk mengetahui penurunan cadangan ginjal adalah dengan
member beban pemekatan kerja yang berat pada ginjal seperti tes
pemekatan urin yang lama atau mengadakan tes GFR yang teliti.

Laju filtrasi turun hingga mencapai 20-35% dari normal pada tahap
insufiensi ginjal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami
kerusakan karena beban kerja yang berat. Penurunan kemampuan ginjal
ini mulai menyebabkan timbulnya akumulasi sampah sisa metabolik
yang menyebabkan peningkatan blood ureum nitrogen (BUN) dan
kreatinin serum. Pada tahap ini terdapat gejala nokturia dan poliuria.
Pada tahap gagal ginjal, nefron semakin banyak yang mati dan laju
filtrasi glomerulus sekitar 20%.

Penyakit gagal ginjal stadium akhir terjadi penurunan laju filtrasi


glomerulus kurang dari 5%. Hasil pemeriksaan diagnostik menemukan
jaringan parut dan atrofi pada tubulus ginjal. Ginjal tidak dapat lagi

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
12

mempertahankan fungsi sehingga penumpukan sesa metabolik di dalam


darah menjadi bertambah. Penurunan kemampuan ginjal memerlukan
tindakan hemodialisa atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.2: Tahap-tahap dari gagal ginjal kronik

Tahap Gambaran GFR


Ml/min/1.73m2
1. Kerusakan sedikit dengan peningkatan laju 90
filtrasi
2. Penurunan fungsi ginjal kategori mild 60-89
3. Kerusakan gungsi ginjal kategori 30-59
moderate
4. Kerusakan fungsi ginjal kategori severe 15-29
5. Gagal ginjal yang membutuhkab dialysis < 15
atau transplantasi

2.1.4. Manifestasi Klinis

Sindrom uremik merupakan suatu kumpulan gejala yang


disebabkan oleh penumpukan sampah metabolik berupa urea dan
nitrogen. Sindrom uremik ini muncul pada gagal ginjal tahap akhir
dimana terjadi laju filtrasi glomerulus hanya mencapai 5-10% (Price
& Wilson, 2006).

Dua kelompok gejala klinis pada sindrom uremikum yaitu


kegagalan fungsi ekskretori dan non eksretori (Black & Hawk, 2005).
Kegagalan fungsi ekskretori antara lain peningkatan reabropsi sodium,
penurunan eksresi sisa metabolik, penurunan eksresi kalium,
penurunan eksresi phospat, dan penurunan eksresi H+. Kegagalan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
13

fungsi non eksretori antara lain gangguan reproduksi, gangguan imun,


penurunan produksi eritropoetin, dan penurunan absopsi kalisum.

Tabel 2.2: Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik
(Black & Hawk, 2005)

Sistem Tubuh Manifestasi Klinis


Biokimia Asidosis metabolik, azotemia, retensi Na, hipermagnesia,
hiperuresemia.
Saluran Cerna Anoreksia, mual, muntah, nafas bau ammonia, mulut kering,
stomatitis
Perkemihan Poliuria berlanjut menuju oliguria lalu anuria, proteunuria
Metabolisme Sintesis abnormal hiperglikemia, peningkatan kadar
trigliserida
Muskuloskeletal Osteomalaisa, osteoporosis, osteoskeloris, kram otot, nyeri
otot.
Kardiovaskulaer Hipertensi, retinopati, disritmia, gagal jantung kongestif. 50-
65% kematian yag terjadi akibat komplikasi kardiovaskuler
Pernafasan Dispnea, pneumonitis, edema paru, pleuritis
Kulit Pruritus, kulit kering
Hematologi Anemia, resiko perdarahan, resiko infeksi, hemolisis
Neurologi Peripheral neuropati, lemah otot, mudah lupa, sulit
berkonsentasi, gangguan fungsi kognitif, koma.
Reproduksi Infertilitas, amenorrhea, menstruasi tidak teratur.

2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi dua


tahap yaitu tindakan konservatif dan dialysis (Black & Hawk, 2005
dalam Hidayati, 2012)

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
14

2.1.5. 1 Tindakan Konservatif

Tujuan dari tindakan konservatif memperlambat


progress dari penyakit gagal ginjal kronik. Tindakan
konservatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
kontrol tekanan darah dan pembatasan diet dan cairan. Lima
tujuan dari manajemen kesehatan antara lain mempertahankan
fungsi ginjal dan menunda waktu dialisa, meringankan
manifestasi dari ekstrarenal, meningkatkan nilai biokimia
tubuh, dan membantu untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal bagi penderita gagal ginjal kronik (Black & Hawk,
2005).

2.1.5.1.1. Upaya mempertahankan fungsi ginjal

Upaya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan


menunda waktu dialysis dapat dilakukan dengan melakukan
pengaturan tekanan darah, pengaturan diet protein dan
cairan. Pembatasan protein pada penderita gagal ginjal
kronik bertujuan untuk mengurangi kadar BUN, asupan
kalium dan fosfat, dan mengurangi produksi ion hydrogen
yang berasal dari protein. Hasil penelitian yang dilakukan
Zeller dan Jacobus tahun 1989 (dalam Suharyanto, 2002)
menemukan bahwa pembatasan protein dapat
memperlambat terjadinya gagal ginjal.

Pembatasan makanan tinggi protein sekitar 0,75g/kg


BB/hari pada pasien gagal ginjal kronik tahap 4 dan 5 yang
tidak menjalani dialysis dan 1,2g/kg bb/hari pada penderita
yang menjalani dialysis (Wrihgt & Jones, 2010). Protein
yang direkomendasikan untuk dikonsumsi berasal dari

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
15

protein nabati yang mengandung asam amino esensial dan


lebih sedikit hasil sampah nitrogen (Black & Hawks, 2005).

Diet rendah kalium yang dianjurkan adalah sekitar 40-


80 mEg/hari. Konsumsi buah-buahan yang mengandung
kalium tinggi seperti pisang dikurangi. Diet rendah natrium
yang dianjurkan 40-90 mEq/hari (1 - 2 gram natrium).
Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan retensi
cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi, dan gagal
jantung kongestif.

Pengaturan cairan pada penderita gagal ginjal kronik


harus dipantau ketat. Parameter yang tepat untuk diikuti
selain data asupan dan pengeluaran cairan adalah pemantaun
berat badan harian. Aturan yang dipakai untuk menentukan
jumlah asupan cairan adalah jumlah urin yang dikeluarkan
selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg bb).

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan


terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan
salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal
kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan.
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone
& Halshaw ( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh
terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal
ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan
merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan
hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
16

Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang


digunakan untuk mengurangi kelebihan volume cairan akibat
penurunan fungsi ginjal. Jumlah cairan yang diminum
penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan pengawasan
yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan
pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa
mengakibatkan kenaikan interdialytic weight gain. Nilai
interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi sekitar 2-3 pon
atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005)

Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik


terhadap pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian
Kugler, et all (2005) menjelaskan pembatasan cairan
merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi pasien yang
menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument
DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire)
menunjukkan sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami
kesulitan dalam pembatasan cairan.

Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa


kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan
motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu,
dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang
menjadi koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap
orang harus menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk
melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga kesehatan
bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan
kontrol diri.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
17

2.5.1.2. Meringankan Komplikasi Ekstrarenal

Meringankan komplikasi ekstrarenal bertujuan untuk


mengobati komplikasi yang disebabkan oleh penyakit gagal
ginjal kronik. Komplikasi yang dimaksud antara lain
hipertensi, hiperkalemia, anemia, asidosis, hiperfosfat, dan
hiperurisemia (Black & Hawk, 2005). Hipertensi dapat
dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan. Pemberian
obat antihipertensi antara lain metildopa, propanolol, klonidin,
captopril. Apabila penderita gagal ginjal kronik sedang
menjalani terapi hemodialisa, pemberian obat-obatan
antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan
hipotensi atau syok hipovolemik.

Komplikasi gagal ginjal hiperkalemia dan anemia.


Hiperkalemia merupakan salah satu komplikasi gagal ginjal
kronik karena dapat menyebabkan disaritmia atau aritmia.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulim intavena, atau pemberian kalsium glukonas 10%.
Anemia pada gagal ginjal kronik dapat diatasi dengan
pemberian rekombinan eritropoetin, pemberian vitamin B12,
asam folat, dan transfusi darah.

Komplikasi gagal ginjal kronik asidosis metabolik dan


hiperurisemia. Asidosis metabolik yang terjadi pada ginjal
merupakan salah satu dampak penurunan kemampuan ginjal
untuk meskresikan H+ yang menyebabkan retensi H+ .
Pemberian natrium bikarbonat (bicnat) dapat mengatasi
keadaan asidosis metabolik. Pengobatan hiperurisemia yang
dapat digunakan antara lain alopurinol.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
18

2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh

Peningkatan nilai biokimia tubuh dapat dilakukan


dengan menjalani dialysis, pengobatan, dan diet. Pengobatan
gagal ginjal stadium akhir adalah dialysis dan transplantasi
ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mengontrol uremia
dan persiapan fisik sebelum penderita gagal ginjal menjalani
transplantasi ginjal. 4 tujuan dasar dari terapi dialysis antara
lain untuk membuang sampah hasil metabolisme seperti urea
dan kreatinin, mempertahankan keseimbangan elektrolit
serum, mengkoreksi asidosis dalam darah, dan membuang
kelebihan cairan dalam tubuh.

Prinsip kerja terapi dialysis adalah ultrafiltrasi dan


difusi. Ultrafiltrasi mengacu pada perpindahan cairan dalam
pembuluh darah menggunakan prinsip tekanan onkotik dan
tekanan hidrostatik. Difusi merupakan perpindahan partikel
atau ion dari area yang memiliki konsentrai tinggi ke
konsentari lebih rendah. Terapi dialysis dibedakan menjadi
dua yaitu peritoneal dialysis dan hemodialis.

Hemodialis merupakan suatu proses yang digunakan


pada pasien dalam keadaan sakit akut atau memerlukan terapi
dialysis jangka pendek atau pasien yang mengalami gagal
ginjal kronik tahap akhir yang memerlukan terapi jangka
panjang atau bersifat permanen (Black & Hawk, 2005).

Hemodialisa bertujuan sama dengan terapi dialysis


pada umumnya. Cara kerja hemodialisis dengan prinsip
ultrafiltrasi, osmosis, dan difusi. Toksin dan sampah
metabolik dikeluarkan melalui proses difusi. Kelebihan
volume cairan dikeluarkan melalui proses osmosis.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
19

Komplikasi hemodialisa antara lain bersifat akut dan


kronis. Komplikasi akut hemodialisis antara lain hipotensi,
mual, nyeri kepala, kejang, hingga koma. Hipotensi dapat
disebabkan pergerakan darah ke luar sirkulasi menuju sirkuit
dialysis. Dialisis awal yang terlalu agresif dapat
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dialysis karena
perubahan osmotik di otak pada saat kadar ureum plasma
berkurang. Nyeri kepalaa selama dialysis dapat disebabkan
oleh efek vasodilator asetat. Rasa gatal selama atau sesudah
hemodialisa dapat disebabkan efek eksaserbasi pelepasan
histamine akibat reaksi alergi yang bersifat ringan terhadap
membaran dialysis.Kram otot yang terjadi selama dialysis
dapat disebabkan pergerakan elektrolit yang melewati otot
(Hidayati, 2012).

Komplikasi kronis yang paling sering muncul adalah


masalah akses untuk hemodialisa. Masalah akses seperti
thrombosis fistula, pembentukan aneurisma, dan infeksi,
terutama dengan graft sintetik atau akses vena sentral
sementara. Infeksi sistemik dapat timbul pada lokasi akses
atau didapat dari sirkuit dialysis. Transisi infeksi dapat
ditularkan melalui darah seperti virus hepatitis dan
HIV/AIDS( Black & Hawk, 2005).

Interdialytic weight gain (IDWG) merupakan salah satu


hal penting yang perlu diperhatikan pada penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. IDWG
merupakan peningkatan volume cairan yang
dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai
indikator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk
selama periode interdialitik dan kepatuhan pasiem terhadap

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
20

pengaturan cairan pada pasien yang mendapatkan terapi


hemodialisa.

Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan


kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti
hipertensi, hipotensi intradialis, gagal jantung kiri, asites,
efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat
menyebabkan kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi
kenaikan IDWG di beberapa negara mengalami peningkatan
sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70% di
Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System
(USRDS, 2012) melaporkan peningkatan angka kematian
pada penderita gagal ginjal kronik yang disebabkan
peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat
badan. Nilai interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi
sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks,
2005).

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati


pada penderita gagal ginjal. Pengukuran berat badan harian
merupakan salah satu parameter yang penting untuk dipantau
selain catatan intake dan output cairan. Aturan yang dipakai
untuk menentukan jumlah asupan cairan adalah jumlah urin
yang dikeluarkan selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg
bb).

`2.1.5.1.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup

Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa


mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan,
ketidakberdayaan, penurunan motivasi hidup, gangguan citra
tubuh, dan mengalami harga diri rendah situasional (Black &

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
21

Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk (1997 dalam


Black & Hawk, 2005) menemukan bahwa penderita gagal ginjal
kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan
kualitas hidup dan mengalami distress psikologi.
Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
memiliki kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan
status keuangan, pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran
dan tanggung jawab dalam keluarga, dan penurunan kemampuan
dalam mencapai tujuan jangka panjang (Fowler & Baas, 2006).
Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan
gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup
penderita (Fowler & Baas , 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molzhan,dkk 1996 dalam
Black & Hawk, 2005 menekankan bahwa pandangan dan harapan
yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait
status kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup. Manajemen diri
(self management ) yang optimal juga berpengaruh pada kualitas
hidup pada penderita gagal ginjal kronik.
Manajemen diri merupakan usaha positif yang dilakukan
seseorang untuk mengatur dan menjaga dan berpartisipasi
terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit, mencegah
komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang
dapat membahayakan hidupnya. Perawat dapat berperan dengan
mendukung manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan
pemberian edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan
memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
22

2.2 Cognitive Behavioral Therapy

2.2.1. Definisi Cognitive behavioral therapy

Cognitive behavioral therapy merupakan terapi yang berfokus


terhadap perubahan pikiran dan perilaku seseorang. Cognitive
behavioral therapy menurut Oemarjoedi (2003) adalah terapi yang
digunakan untuk memodifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku dengan
menekankan peran pikiran untuk menganalisa, memutuskan, bertanya,
berbuat, dan memutuskan kembali sesuatu dengan melakakukan
perubahan dari pikiran dan perasaan yang dapat membuat perubahan
perilaku dari negatif menjadi positif. British Assocation for Behavioral
and Cognitive Psychotherapies (dalam Setyaningsih, 2011)
menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy adalah terapi yang
dapat membantu individu untuk melakukan perubahan cara berpikir
dan perilaku yang bertujuan untuk membuat perasaan individu merasa
lebih baik.

2.2.2. Tujuan cognitive behavioral therapy

Tujuan dari cognitive behavioral therapy secara umum adalah


merubah pikiran dan perilaku pasien secara bersamaan. O’Donohue
dan Fisher (2012) menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy
bertujuan untuk membantu pasien untuk mengatasi masalah,
melakukan perubahan perilaku, lingkungan atau cara berpikir secara
langsung, dan meningkatkan kemampuan koping. pasien. Stallard
(2002, dalam Setyaningsih, 2011) menyebutkan tujuan keseluruhan
dari cognitive behavioral therapy adalah meningkatkan kesadaran diri,
memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan
kontrol diri dengan mengembangkan keterampilan kognitif dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
23

perilaku yang tepat. Cognitive behavioral therapy membantu pasien


untuk dapat mengidentifikasi pikiran- pikiran, kepercayaan yang
negatif, dan kritik diri.

Cognitive behavioral therapy umumnya digunakan pada


pasien- pasien yang mengalami masalah kejiwaan sepert kecemasan,
depresi, harga diri rendah, dan gangguan kejiwaan lainnya. Penyakit
kronis dan gangguan kejiwaan memiliki hubungan yang erat. Dimana,
penyakit fisik merupakan salah satu faktor dari munculnya gangguan
kejiwaan. Penggunaan cognitive behavioral therapy dapat ditujukan
pada pasien dengan masalah fisik seperti kesulitan dalam
menyesuaikan diri terhadap suatu penyakit, kesulitan unuk mematuhi
suatu terapi atau pengobatan, masalah- masalah yang berhubungan
dengan perilaku terkait penyakit, dan gangguan jiwa komorbiditas
(Halford & Brown, 2009).

2.2.3. Prinsip Pelaksanaan Cognitive behavioral therapy

Prinsip yang penting dalam cognitive behavioral therapy


adalah keyakinan bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi
perilaku dan perubahan kognitif yang pada akhirnya dapat
menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan (Dobson & Dazois,
2001 dalam Setyaningsih, 2011). Prinsip dasar dari cognitive
behavioral therapy adalah pikiran, perasaan, gejala fisik, dan perilaku
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. (Halford &
Brown, 2009).

Teori cognitive behavioral meyakini bahwa pola pemikiran


manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus- kognitif- respon
yang saling berikatan dan membentuk suatu jaringan dalam pikiran
manusia, dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam
menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
24

Oemarjoedi (2003) menyebutkan bahwa cara individu menilai dan


mengintrepretasikan suatu kejadian akan mempengaruhi kondisi reaksi
emosional yang pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan yang
akan dilakukan.

Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa strategi cognitive


behavioral therapy adalah menurunkan ansietas yang salah satunya
dengan cara latihan relaksasi, restrukturisasi kognitif dengan cara
melakukan monitor terhadap pikiran dan perilaku yang pada akhirnya
belajar perilaku baru seperti belajar token economy, role play, dan
social skills training. Proses cognitive behavioral modification
mengunakan teknik self instructional yang merupakan proses
merestrukturisasi sistem pikiran pasien. Pada tahap awal dari tahapan
perubahan perilaku adalah mengenali diri sendiri terkait cara berpikir,
merasa, dan bertindak, serta akibat dari tindakan yang dilakukan
terhadap orang lain.

Tahapan dari cognitive behavioral therapy adalah observasi


diri melalui proses pengkajian, membuat dialog internal baru, dan
belajar keterampilan (Setyaningsih, 2011). Pada tahap observasi diri,
pasien diminta mendengar dialog internal dalam diri mereka dan
mengenali karakteristik pernyataan negatif yang ada. Proses ini
melibatkan kegiatan meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran,
perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis, dan pola reaksi terhadap orang
lain. Tahap dialog internal memfokuskan untuk melatih pasien untuk
mengenali perilaku menyimpang, mencari kesempatan untuk
mengembangakan alternatif tingkah laku adaptif dengan cara merubah
dialog internal sehingga memunculkan dialog internal baru. Dengan
adanya dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan
tingkah laku baru yang akan memberikan dampak terhadap cara
berpikir pasien.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
25

Tahap terakhir adalah belajar keterampilan baru. Pada tahap


ini, pasien belajar mengatasi masalah dengan praktis dan dapat
diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan cognitive
behavioral therapy juga penting untuk memperhatikan kesiapan diri
pasien agar dapat melakukan intervensi, memotivasi dirinya sendiri
untuk berubah, serta mampu menghadapi kemungkinan mengatasi
adanya hambatan dan kondisi yang tidak diinginkan selama sesi
pelatihan.

2.2.4. Penggunaan cognitive behavioral therapy dalam pembatasan cairan

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat


bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi
dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau
pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh
JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap
pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik
menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat
selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni,
2012).

Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat


meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah
penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT).
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan
sebagian besar responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani
waktu dialysis rata-rata 1 - 2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan focus group discussion. Strategi cognitive behavioral

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
26

therapy yang digunakan adalah dengan mengenalkan terkait


komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan pembatasan cairan,
masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan pembatasan cairan.

Keyakinan diri terkait program pembatasan cairan merupakan


hal yang penting. Pada penelitian ini awal dan akhir pelatihan peserta
diberikan pertanyaan mengenai kesanggupan untuk melakukan
perubahan. Pada awal pelatihan, 80% mengatakan perlu melakukan
perubahan perilaku untuk membatasi cairan dan hanya 20% yang
mengatakan sanggup untuk melakukan perubahan yang diinginkan.
Pertanyaan yang sama diajukan pada akhir sesi pelatihan 80% yang
menyatakan kesanggupan untuk melakukan perubahan.

Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan


manajemen cairan dari para koresponden penelitian. 65% responden
menunjukkan penurunan IDWG antara 8-17% dalam waktu enam
minggu setelah sesi pelatihan. Salah satu responden melaporkan
penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga
24% selama mengikuti CBT selama 6 minggu setelah pelatihan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan
cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman
pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi
koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus
menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk melakukan
pembatasan cairan

Penelitian lain terkait penggunaan cognitive behavioral therapy


sebagai strategi pembatasan cairan adalah Anson, et all (2009).
Penelitian ini menggunakan metode case report dimana menggunakan
seorang responden dalam melakukan eksperimen. Strategi yang

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
27

digunakan meliputi peningkatan usaha, mengubah kebiasaan,


menurunkan motivasi, meningkatkan kesadaran, upaya menghadapi
situasi yang menantang, beristirahat di waktu yang padat, dukungan
sosial, mengontrol pikiran, dan pemberian reinforcement pada diri
sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah konsumsi
cairan responden. Pada awal sesi jumlah cairan yang biasa dikonsumsi
1,7-2,5 liter/ hari dan pada akhir sesi dibawah 1,4 liter/hari (sesuai
saran dari dokter yang merawat responden). Responden juga
menunjukkan motivasi dan komitmen dalam melakukan pembatasan
cairan.

Sharp, et all (2004) juga tertarik melakukan penelitian terkait


pendekatan cognitive behavioral therapy untuk pembatasan cairan.
Penelitian ini melibatkan 56 responden. Peneliti mengkaji mulai dari
sebelum memulai terapi, setelah melakukan terapi, dan tahap follow
up. Cognitive behavioral therapy dilakukan selama 4 minggu. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan tidak ada perubahan interdialytic
weight gain pada analisa tahap awal. Namun, dari hasil analisis
longitudinal menunjukkan efek yang signifikan dari interdialytic
weight gain antara tahap awal hingga tahap follow up. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepatuhan responden
terhadap terapi yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
cognitive behavioral therapy terbukti efektif dan mungkin untuk
diterapkan dalam upaya meningkatkan pembatasan cairan pada pasien
yang menjalani hemodialisa.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
BAB 3

ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1. Pengkajian Keperawatan

Informasi Umum
Nama : Tn. K.N(57 thn)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Tanggal masuk : 15 Mei 2013
Sumber Informasi : Klien, status, keluarga

Alasan Masuk
Klien mengeluh mual, dan muntah serta penurunan nafsu makan. Klien
sempat dirawat di RSUD Bekasi selama 2 minggu dengan keluhan yang
sama. Klien didiagnosa mengalami batu ginjal bilateral dan sudah mengalami
operasi pemecahan batu ginjal 5 bulan yang lalu. Klien juga memiliki riwayat
melena.

Keluhan Utama

Klien mengeluh mual dan muntah,dan merasa lemas. Klien juga mengeluhkan
bengkak pada kaki.

Aktivitas/Istirahat

a. Gejala (Subjektif)

Pekerjaan: bekerja sebagai buruh bangunan. Aktivitas/hobi:klien


mengatakan menghabiskan waktu luang dengan menonton televisi.
Perasaan bosan/tidak puas: menurut keluarga, klien merasa bosan
jika hanya berdiam diri di rumah. Keterbatasan karena kondisi:

28 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
29

semenjak sakit klien merasa tidak mampu melakukan aktivitas


seperti biasa dan berhenti bekerja. Lama tidur: tidur siang- , tidur
malam 6-7 jam. Kebiasaan tidur: saat tidak bekerja, klien biasanya
suka menonton televisi sebelum tidur hingga menjelang pagi baru
dapat tidur. Klien mengatakan bangun pagi sekitar jam 8-9 pagi..
Insomnia: tidak ada. Rasa segar saat bangun (+). Saat ini klien
mengatakan susah untuk memulai tidur dan mengantuk pada pagi
hari.

b. Tanda (Objektif)

Respon terhadap aktivitas:normal. Status mental: compos mentis.


Massa/tonus otot: baik. Postur: normal. Tremor (-). Rentang gerak:
rentang gerak normal. Deformitas (-). Kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Sirkulasi

a. Gejala (Subjektif)

Riwayat penyakit: Hipertensi (-), masalah jantung (-), demam


rematik (-). Edema pada mata kaki/kaki (+). Flebitis (-).
Penyembuhan lambat (-). Kesemutan/kebas pada ekstremitas (-).
Batuk (+). Perubahan dalam jumlah urin (+).

b. Tanda (Objektif)

Tekanan darah berbaring: 130/80 mmHg. Tekanan nadi: 80


x/menit. Nadi (palpasi): karotis (+), temporal (+), jugularis (+),
radialis (+), femoralis (+), popliteal (+), postibial (+), dorsalis
pedis (+). Jantung (palpasi): getaran teraba, dorongan (+). Bunyi
jantung: S1 (+), S2 (+), murmur (-), gallop (-). Bunyi napas:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
30

vesikuler (+), wheezing (+), ronchi (-). Distensi vena jugularis (-),
JVP 5+1 cm. Ekstremitas: suhu 36,20 C, warna pink (tidak pucat),
pengisian kapiler < 2 detik, tanda homan’s sign (-), varises (-),
abnormalitas kuku (-), penyebaran/kualitas rambut baik. Warna:
membran mukosa pucat, punggung kuku pink, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, diaforesis (-)

Integritas Ego

a. Gejala (Subjektif)

Faktor stres: klien merasa stress karena tidak bekerja dan stressor
jangka pendek adalah anak perempuan yang akan segera menikah
sedangkan klien masih berada di rumah sakit. Cara menangani
stress: berdoa dan berserah pada Tuhan. Masalah-masalah
finansial: klien bersama istri hidup dari pekerjaan klien dan
menjadi masalah saat klien tidak dapat bekerja karena sakit.
Faktor-faktor budaya: klien dan keluarga kental dengan budaya
batak. Agama: Kristen Protestan. Kegiatan keagamaan: walaupun
sakit, klien masih melakukan aktivitas keagamaan terutama
mengikuti kebaktian dan acara agama rutin. Gaya hidup: klien
sehari–hari sering beraktivitas pada kegiatan keagamaan di
lingkungan rumahnya dan bekerja sebagai buruh bangunan.
Perubahan terakhir: biasanya klien selalu melakukan aktivitas
secara mandiri tetapi semenjak sakit klien hanya melakukan
aktivitas dengan dibantu. Perasaan
ketidakberdayaan/keputusasaan: klien merasa lemah untuk
melakukan aktivitas yang dahulu sering dilakukannya.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
31

b. Tanda (Objektif)

Status emosional: tenang. Respon fisiologis yang terobservasi:


tekanan darah dalam batas normal, pernapasan diatas batas normal.

Eliminasi

a. Gejala (Subjektif)

Pola BAB: biasanya 1 hari sekali Penggunaan laksatif (+).


Karakter feses: warna coklat kehijauan, agak cair, bau tidak
menyengat. BAB terakhir: 11 Mei 2013. Riwayat perdarahan (+).
Hemoroid (-). Konstipasi (+). Diare (-). Pola BAK: 3-4 x sehari.
Rasa sakit/terbakar saat BAK (-). Riwayat penyakit ginjal/kandung
kemih (+). Penggunaan diuretik (-).

b. Tanda (Objektif)

Abdomen: nyeri tekan (-), agak keras, massa (+), bising usus
5x/menit. Hemoroid (-).

Makanan/Cairan

a. Gejala (Subjektif)

Diet (tipe): makanan lunak. Diet makanan saat ini makanan yang
dikonsumsi makanan cair. Jumlah kalori 1700 kkal. . Jumlah
makanan/hari: 3x/hari. Pola diet sebelumnya: sebelum sakit, klien
mau memakan apa saja tanpa ada kecenderungan tidak menyukai
salah satu jenis makanan. Kehilangan selera makan (+).
Mual/muntah (+). Nyeri ulu hati/saluran cerna (-).
Alergi/intoleransi makanan (-). Masalah-masalah
mengunyah/menelan (-). Berat badan: ± 50 Kg. Perubahan berat
badan (+) tetapi tidak diketahui jumlahnya karena klien/keluarga
tidak mengetahui BB sebelum sakit. Penggunaan diuretik (-).

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
32

b. Tanda (Objektif)

Berat badan: ± 50 Kg. Tinggi badan: 155 cm. Turgor kulit: elastis.
Membran mukosa: lembab. Edema: edema umum (-), edema
dependen (+), edema periorbital (-), asites (-). Pembesaran tiroid (-
). Hernia/massa: (-). Kondisi gigi/gusi: agak kotor. Penampilan
lidah: lembab. Bising usus: 5 x/menit. Urin: warna agak
kekuningan, jumlah 500 cc

Higiene

a. Gejala (Subjektif)

Aktivitas sehari-hari: mandiri selama dirumah, tergantung oleh


bantuan keluarga/perawat (selama dirawat). Mobilitas: terbatas di
tempat tidur. Makan: dibantu oleh keluarga/perawat. Higiene:
dibantu oleh keluarga/perawat. Berpakaian: dibantu oleh
keluarga/perawat. Toileting: dibantu oleh keluarga/perawat.

b. Tanda (Objektif)

Penampilan umum: baik. Cara berpakaian: klien menggunakan


pakaiannya sendiri dan menggunakan sarung. Bau badan (-).
Kondisi kulit kepala: bersih, tidak berminyak, kutu (-)

Neurosensori

a. Gejala (Subjektif)

Rasa ingin pingsan/pusing (-). Sakit kepala (-).


Kesemutan/kebas/kelemahan (-). Stroke (-). Kejang (-). Mata:
penglihatan baik. Telinga: pendengaran sudah berkurang.
Epistaksis (-).

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
33

b. Tanda (Objektif)

Status mental: compos mentis. Orientasi waktu/tempat/orang: baik.


Kesadaran: GCS E4M6V5. Mengantuk (-). Kooperatif (+).
Halusinasi (-). Delusi (-). Memori: cukup baik. Kacamata (+).
Kontak lensa (-). Alat bantu dengar (-). Ukuran/reaksi pupil:
isokor, +/+. Gerakan menelan (+). Genggaman tangan: kuat.
Paralisis (-).

Nyeri/Ketidaknyamanan

a. Gejala (Subjektif)

Lokasi: punggung. Intensitas:2. Frekuensi: sering dan hilang


timbul. Kulitas: panas Durasi: > 1 menit. Penjalaran: di sepanjang
punggung. Faktor pencetus: muncul dengan sendirinya dan biasa
bertambah ketika aktivitas yang berat. Cara menghilangkan
ketidaknyamanan: dengan melakukan kompres air hangat serta
mencari posisi yang nyaman.

b. Tanda (Objektif)

Mengerutkan muka (-). Menjaga area yang sakit (+). Penyempitan


fokus (-)

Pernapasan

a. Gejala (Subjektif)

Dispnea (-). Riwayat penyakit: bronkitis (-), asma (-), TB (-),


emfisema (-), pneumonia (-), pemajanan terhadap udara berbahaya
(-). Merokok: satu bungkus/hari, selama ± 30 tahun, berhenti ± 5
bulan yang lalu. Penggunaan alat bantu pernapasan:-

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
34

b. Tanda (Objektif)

Pernapasan: frekuensi 20 x/menit, pengembangan paru simetris.


Penggunaan otot-otot aksesoris (-). Nafas cuping hidung (-).
Fremitus (+). Bunyi napas: vesikuler (+), wheezing (-). Sianosis (-
). Karakteristik sputum: tidak ada sputum. Fungsi mental/gelisah (-
).

Keamanan

a. Gejala (Subjektif)

Alergi/sensitivitas (-). Perubahan sistem imun sebelumnya (-).


Riwayat penyakit hubungan seksual (-). Perilaku risiko tinggi (-).
Tranfusi darah (+). Riwayat cedera kecelakaan (-).
Fraktur/dislokasi (-). Artritis/sendi tidak stabil (+). Masalah
punggung (-). Perubahan pada tahi lalat (-). Pembesaran nodus
limfe (-). Kerusakan penglihatan/pendengaran: terjadi penurunan
pada fungsi pendengaran pada telinga kanan. Alat ambulatori: saat
ini klien melakukan mobilisasi dengan dibantu orang lain karena
suka merasa pusing dan lemah.

b. Tanda (Objektif)

Suhu tubuh: 36,20 C. Diaforesis (-). Integritas kulit: (-). Tonus otot:
baik. Cara berjalan:lemah dan pergerakan harus dibantu. Rentang
gerak: baik tetapi harus dibantu untuk melakukan aktivitas.
Parastesia/paralisis (-). Hasil kultur pemeriksaan sistem imun: Anti
HIV penyaring non reaktif. Tranfusi (-).

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
35

Seksualitas

a. Gejala (Subjektif)

Aktif dalam melakukan hubungan seksual: (tidak terkaji).


Penggunaan kondom (-). Masalah-masalah/kesulitan seksual:
(tidak terkaji). Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat: (tidak
terkaji). Gangguan prostat (-). Sirkumsisi (-). Vasektomi (-).
Melakukan pemeriksaan sendiri: (tidak terkaji). Pemeriksaan
prostat terakhir: (tidak terkaji).

b. Tanda (Objektif)

Pemeriksaan penis/testis: penis normal, skrotum normal

Interaksi Sosial

a. Gejala (Subjektif)

Status perkawinan: menikah. Lamanya pernikahan ± 30 tahun.


Orang pendukung lain: istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Peran dalam struktur keluarga: sebagai kepala keluarga, suami,
ayah, dan kakek. Masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit: istri klien harus menjaga ayahnya di RS sedangkan anak
perempuan kedua akan menikah. Klien dan istri mengatakan
merasa tidak dapat membantu persiapan dan mungkin tidak akan
menghadiri pernikahan karena klien masih dalam kondisi sakit.
Perubahan bicara (-). Laringektomi (-).

b. Tanda (Objektif)

Bicara: jelas dan terarah. Penggunaan alat bantu bicara (-).


Komunikasi dengan orang lain: verbal dan non verbal.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
36

Penyuluhan/Pembelajaran

a. Gejala (Subjektif)

Bahasa dominan/khusus: bahasa batak dan bahasa indonesia.


Melek huruf (+). Tingkat pendidikan: SMP. Ketidakmampuan
belajar: (-). Keterbatasan kognitif: (-). Keyakinan kesehatan yang
dilakukan: klien percaya perlu menjaga makanan agar tetap sehat.
Orientasi terhadap perawatan kesehatan: klien akan datang ke
rumah sakit atau klinik apabila obat warung sudah tidak mempan .
Faktor risiko keluarga: DM (-), hipertensi (+), TB (-), penyakit
jantung (-), stroke (-), epilepsi (-), penyakit ginjal (-), kanker (-),
penyakit jiwa (-). Penggunaan obat-obatan tanpa resep: (tidak
terkaji). Alkohol (+) Klien mengatakan sesekali minum minuman
berakholol. Perokok (+). Diagnosa medis saat masuk RS: ISK
Komplikata, melena, dan CKD stage 5. Harapan pasien terhadap
perawatan dirinya: klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.

Pertimbangan rencana pulang

Tanggal rencana pulang: belum ada. Dokter mengatakan rencana


untuk melakukan operasi pemecahan batu ginjal. Sumber-sumber
yang tersedia: jika pulang rencananya klien akan dijemput oleh
keluarganya, pembiayaan bersumber dari jaminan JAMKESDA. Area
yang mungkin membutuhkan bantuan ketika dirumah: ambulasi,
pemenuhan ADL, pemberian obat. Gambaran fisik rumah: (tidak
terkaji). Fasilitas kehidupan selain rumah (-).

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
37

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium
Nilai Klien Nilai Normal
Kimia klinik (22 Mei 2013)
Ureum Darah 75 mg/dl < 50

Protein total 6,3 g/dl 6,0-8,0 g/dl


Albumin 3,04 g/dl 3,4-4,8 d/dl
Globulin 3,26 g/dl 2,5- 3,0 g/dl
Albumin Globulin ratio 0,9 >1
Fungsi Hati (22 Mei
2013)
SGPT 15 u/L < 50
SGOT 14u/L < 40
Glukosa darah (22 Mei 191 mg/dl < 140
2013)
Masa Protrombin (PT)
Pasien 13,2 detik 9,8-12,6
Kontrol 11,9 detik
INR 1,17
Magnesium Darah 2,56 mg/dl
Fosfat Inorganik 2,8 mg/dl 2,7- 4,5
Kadar Fibrinogen 490 mg/dl 136- 384
Elektrolit
Natrium 140 mEq/L 132- 147
Kalium 3,01 mEq/L 3,3-5,4
Clorida 100,9 mEq/L 94 - 111
Darah Lengkap Perifer
Hemoglobin 9,8 g/dl 13 - 17

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
38

Nilai Klien Nilai Normal


Hematokrit 28,4 % 40 - 50
Eritrosit 3,73 106/Ul 4,5 - 5,5
MCV 76,1 fL 80 - 95
MCH 26,3 pg 27 - 31
MCHC 34,5 g/dL 32 - 36
Jumlah trombosit 362 103/uL 150 - 400
Leukosit 12,24 103/uL 5 - 10
Hitung jenis
Basofil 0,2%
Eosionofil 0,2%
Neutrofil 92,7%
Limfosit 3,1%
Monosit 38%
Laju Endap Darah 120 mm 0 - 10
D dimer kuantitatif 100 ug/L 0-300
Kreatinin 5 mg/dl 0,9 – 1.3
Kalsium Ca ++ ion 1,37 mmol
Fungsi Hati
Bilirubin total 0,46 mg/dl <1
Bilirubin direk 0,13 mg/dl <0,2
Bilirubin indirek 0,33 mg/dl < 0,6
Asam Urat 3,1 mg/dl <7
Analisa Gas Darah
pH 7,458 7,35 – 7,45
pCO2 29,80 mmhg 35 - 45
2
PO 106,90 75 - 100
HCO3 21,30 mmol 21 - 25
Imunoserologi (18 Mei 2013)

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
39

Nilai Klien Nilai Normal


Anti HIV Penyaring Non Reaktif
Fe (S1)TIB
Serum ion 96 ug/dl 59- 158
TIBC 97 ug/dl 228- 428
Saturasi Transferin 99% 15-45
Kimia Klinik
Ureum darah 196 mg/dl <50
Hasil laboratorium (25 Mei 2013)
Kreatinin Darah 4,60 mg/dl 0,9 – 1,3
Kalsium Ion 1,18 mmol/L 1,01-1,31
APTT Pasien : 37,4 detik Kontrol:31,4 detik
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin 9,3 g/dl 13 - 17
Hematokrit 27,6% 40 - 50
Eritrosit 3,53 4,5 - 5,5
MCV 78,2 80 - 95
MCH 26,3 27 - 31
MCHC 33,7 32 - 36
Jumlah trombosit 317 103/ul 150 - 400
3
Jumlah leukosit 8,10 10 /ul 5 - 10
Laju endap darah 122 0-10
Gambaran darah tepi
Eritrosit: Mikrokistik hipokrom, sel pensil +, fregmentosit +,
Leukosit: kesan jumlah cukup, morfologi normal
Trombosit: kesan jumlah cukup morfologi baik
Kesimpulan: Anemia mikrokistik hipokrom kemungkinan defisiensi
besi, hemoglobinopati belum dapat disingkirkan
Fosfat inorganik 1,12 mg/dl 1,70- 2,55

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
40

Nilai Klien Nilai Normal


Ureum 64 mg/dl < 50
Hasil laboratorium (28 Mei 2013)
APTT
Pasien 66,5 detik 31-47
Kontrol 32,7 detik
Kalsium ion 1,43 mmol/L 1,01-1,31
Kreatinin darah 2,70 mg/dl 0,9 – 1,3
Darah perifer lengkap
Hemoglobin 8,6 g/dl 13 - 17
Hematokrit 26,3 % 40 - 45
Eritrosit 3,31 106/Ul 4,5 – 5,5
MCV 79,5 80 - 95
MCH 26 pg 27 - 31
MCHC 32,7 g/dl 32 - 36
Laju endap darah 57 mm 0 - 10
Ferritin 2013 ng/ml 30-400
Fosfat inorganic 1,3 mg/dl 2,7-4,5
Magnesium 2,41 mg/dl 1,7- 2,55
Masa Protrombin (PT)
Pasien 12,3 detik 9,8-12,6
Kontrol 11,7 detik
Fe (S1) TIBC
Serum Iron 88 ug/dl 59-158
TIBC 125 ug/dl 228-428
Saturasi transferin 70% 15-45
Protein
Protein total 6 g/dl 6,4-8,7
Albumin 3,03 g/dl 3,4-4,8

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
41

Nilai Klien Nilai Normal


Globulin 2,97 g/dl 1,8-3,9
Albumin Globulin ratio 1 >1
Ureum Darah 38 mg/dl <50
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen
Leukosit Banyak /LPB
Eritrosit 15-18 /LPB
Silinder Hyaline 0-1
Sel epitel Epitel transisional 1-2 LBP
Krista Negatif
Bakteria Positif Negatif
Berat jenis 1,005 1,005- 1,030
pH 7 4,5-8
Protein +2 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/Hb +3 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3,2 u/mol/L 3,2-16
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase +3 Negatif

b. Penunjang lain
- Pemeriksaan GaEsophago Gastro Duodenoscopy (Indikasi pemeriksaan:
riwayat melena)
Kesimpulan :esofagitis grade B (LA classification), multiple ulcer di
antrum, PanGastritis, Giant ulcer di bulbus duodeni.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
42

- USG Ginjal
Hasil:
Ginjal kanan :
Ukuran :8,23 cm bentuk :normal
:tepi ireguler
Parenchymal :endodensitas :meninggi
Lain-lain :tampak batu beberapa buah batu,
pelviokalis melebar
Ginjal kiri :
Ukuran :7,64 cm bentuk :normal
:tepi ireguler
Parenchymal :endodensitas :meninggi
SINUS :Pelviokalises :melebar
Lain-lain :Tidak tampak batu

Vesika Urinaria :Dinding rata, tidak tampak batu

Kesimpulan :Sonogram kedua ginjal menunjukkan


gambaran penyakit ginjal kronik,
hidronefrosis bilateral, batu multiple di ginjal
kanan, buli-buli normal.

- Pemeriksaan Radiologi (7 Juni 2013)

Hasil pemeriksaan: Periperitoneal fat line baik, Psoas line simetris,


Kontur kedua ginjal tertutup bayangan udara
usus dan fecal material, tampak bayangan
radiopak multiple di hemiabdomen kanan
setinggiL 1-2 proyeksi ginjal kanan, distribusi
udara usus mencapai pelvis minus, tulang-
tulang intak, terpasang dua buah DJ stent
dengan unung proksimal di hemiabdomen

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
43

kanan setinggi L2 dan kiri setinggi L1, proyeksi


ginjal kanan kiri dan ujung distal masing-
masing di pelvis minos proyeksi buli.

Kesimpulan pemeriksaan:

- nefrolithiasis kanan multiple

- Tak tampak batu radiopak di proyeksi ginjal kiri

- DJ stent bilateral dengan ujung-ujung proksimal di proyeksi


ginjal bilateral dan ujung-ujung distal di proyeksi buli

Terapi pengobatan antara lain menjalani Hemodialisa 2x seminggu.

Terapi Obat

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


Bicnat 1000 g (3x1) PO Indikasi: asidosis metabolic dan
osteodistrofi renal
Kontraindikasi: alkalosis
metabolik dan respiratorik,
hipokalsemia, pasien yang banyak
mengalami kehilangan klorida
akibat muntah dan pembersihan
saluran cerna secara kontinyu pada
pasien dengan resiko mengalami
alkalosis hipokloremik yang
diinduksi oleh diuretik.
Efeksamping: peregangan
lambung, flatulen, perdarahan
serebral, edema, kejang tetanus,

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
44

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


hipernatremia, hiperosmolaritas,
hipokalsemia, alkalosis metabolik.
Interaksi obat: dengan obat lain
yang dapat meningkatkan toksisitas
kadar amfetamin, efedrin,
pseudoeferin, kuinidin dan kuinin
akibat alkalinasi urin, penggunaan
bersama dengan zat besi dapat
menurunbkan absorpsi zat besi.
Mekanisme aksi: terjadi
pemisahan sehingga dihasilkan
bikarbonat yang dapat menetralkan
kosentrasi ion hydrogen dan
meningkatkan pH urin dan pH
darah.

Asam folat 15 g (1x1) PO Indikasi: anemia megaboblastik


yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat.
Kontraindikasi: pengobatan
anemia pernisiosa dan anemia
megaloblastik lainnya dimana
vitamin B12 tidak cukup.
Efeksamping: umumnya terjadi
perubahan pola tidur, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas
berlebih, depresi mental, anoreksia,
mual, distensi abdominal, dan
flatulensi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
45

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


Mekanisme kerja: folat eksogen
dibutuhkan untuk sintesis
nucleoprotein dan pemeliharaan
eritropoesis normal. Asam folat
menstimulasi produksi sel darah
merah, sel darah putih, dan platelet
pada anemia megaloblastik.
Caco3 Tab 3 x 1 PO Indikasi: sebagai fosfat binder
(pengikat fosfat).
Kontraindikasi: pasien dengan
riwayat kalsium dalam ginjal yang
diperhitungkan, hiperkalsemia,
hipofostatemia, serta pasien yang
diduga keracunan digoksin.
Efeksamping: konstipasi, flatulen,
hiperkalsemia, dan asidosis
metabolik.
B12 Tab 3x PO Indikasi: Anemia pernisiosa yang
tidak terkomplikasi atau malabsorbsi
pada intestinum yang
menyebabkandefisiensi vitamin B12.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas,
tidak boleh digunakan untuk anemia
megaloblastik pada wanita hamil.
Efeksamping: Sianokobalamin
biasanya bisa ditoleransi dengan baik.
Reaksi alergi setelah pemakaian
jarang terjadi
Allopurinol 100 mg (1x48 PO Indikasi: Hiperurisemia primer :

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
46

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


jam) gout Hiperurisemia sekunder :
mencegah pengendapan asam urat
dan kalsium oksalat. Produksi
berlebihan asam urat antara lain
pada keganasan, polisitemia vera,
terapi sitostatik.
Kontraindikasi: Penderita yang
hipersensitif terhadap allopurinol
Keadaan serangan akut gout
Efeksamping: Gejala
hipersensitifitas seperti ekspoliatif,
demam, limfodenopati, arthralgia,
eosinofilia. Reaksi kulit : pruritis,
makulopapular Gangguan
gastrointestinal, mual, diare Sakit
kepala, vertigo, mengantuk,
gangguan mata dan rasa. Gangguan
darah : leukopenia,
trombositopenia, anemia hemolitik,
anemia aplastik
Levofloxacine 500 g(1x 48) IV Indikasi: Sinusitis maksilaris akut,
bronkitis kronis dengan eksaserbasi
bakteri akut, pneumonia, infeksi
kulit dan struktur kulit tanpa
komplikasi, infeksi saluran kemih
dengan komplikasi dan pielonefritis
akut.
Kontraindikasi:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
47

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


Hipersensitif terhadap levofloxacin,
epilepsi, riwayat gangguan tendon,
anak-anak dan remaja, serta wanita
hamil dan menyusui.
Efeksamping:
Reaksi hipersensitif kulit, diare,
mual, flatulensi, nyeri perut,
pusing, dispepsia, insomnia,
muntah, anoreksia, konstipasi,
edema, kelelahan, sakit kepala,
banyak berkeringat, malaise.
Kalitake 2 sachet(3x1) PO Indikasi: sebagai penurun kadar
kalium darah (hiperkalemia)
Kontraindikasi: gagal ginjal
bersamaan dengan hiperkalsemia.
Efeksamping: anoreksia dan
gangguan saluran cerna
Transamin 500 gr (3x 1) IV Indikasi:
Transamin adalah obat
antifibrinolitik yang menghambat
pemutusan benang fibrin. Asam
traneksamat digunakan untuk
profilaksis dan pengobatan
pendarahan yang disebabkan
fibrinolisis yang berlebihan dan
angiodema hereditas.
Kontraindikasi:
Pasien tromboembolik.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
48

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


Efeksamping:
Sakit dada, vasospasmus, syok
hemoragi, demam, sakit kepala,
kedinginan,urtikaria, alopesia,
dysesthesia pedis, purpura, ekzema,
nekrosis kutan, plak
erithemathosus, hiperkalemia,
hiperlipidemia, mual, muntah,
konstipasi, hemorage, ditemukan
darah pada urin, epistaksis,
hemoragi adrenal, hemoragi
retriperitonial, trombositopenia
Omeprazole 40 (2x1) IV Indikasi: Pengobatan jangka
pendek tukak duodenal dan yang
tidak responsif terhadap obat-obat
antagonis reseptor H2, pengobatan
jangka pendek tukak lambung,
pengobatan refluks esofagitis erosif
/ ulceratif yang telah didiagnosa
melalui endoskopi, dan pengobatan
jangka lama pada sindroma
Zollinger Ellison.
Kontraindikasi:
Penderita hipersensitif terhadap
omeprazole.
Efeksamping:
Omeprazole umumnya dapat
ditoleransi dengan baik. Pada dosis

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
49

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


besar dan penggunaan yang lama,
kemungkinan dapat menstimulasi
pertumbuhan sel ECL
(enterochromaffin-likecells). Pada
penggunaan jangka panjang perlu
diperhatikan adanya pertumbuhan
bakteri yang berlebihan di saluran
pencernaan.
Lactulac 15 cc (3x1) PO Indikasi: konstipasi (susah buang
air besar) kronis, ensefalopati porta
sistemik, termasuk keadaan pra
koma hepatik, dan koma hepatik
Kontraindikasi: galaktosemia,
sumbatan usus.
Efeksamping: pada penggunaan
jangka panjang dapat menyebabkan
rasa tidak enak pada perut dan
lambung, diare, kejang perut, dan
rasa haus.
Sucraflat 15 c (4x1) PO Indikasi:
Ulkus lambung, duodenum,
gastritis kronis.
Kontraindikasi: tidak diketahui
Efeksamping:
Susah buang air besar dan mulut
kering.
Vitamin K 10 g (3x1) IV Indikasi: hipoprotombinemia,
perdarahan berat, bayi baru lahir,

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
50

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


hepatitis dan serosis hati yang
menyebabkan hipoprotombinemia
Efek Samping: kemerahan pada
muka, berkeringat, bronkospasme,
sianosis, sakit pada dada, iritatif
pada kulit dan saluran napas
Farmakokinetik: absorpsi vitamin
K melalui usus sangat tergantung
dari kelarutannya. Absorpsi
finokuinon dan menakuinon hanya
berlangsung baik jika terdapat
garam-garam empedu, sedangkan
menadion dan derivatnya yang larut
air dapat diabsorpsi walaupun tidak
ada empedu. Berbeda dengan
finokuinon dan menakuinon yang
harus melalui saluran limfe lebih
dahulu, menadion dan derivatnya
yang larut air dapat langsung masuk
kedalam aliran darah. Vitamin K
diabsorpsi dengan mudah setelah
penyuntikan IM. Metabolisme
vitamin K didalam tubuh tidak
banyak diketahui. Pada empedu dan
urin hampir tidak ditemukan bentuk
bebas, sebagian besar dikonjugasi
dengan asam glukuronat.
Teofusin 500/24 jam IV Indikasi: untuk memenuhi

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
51

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat


kebutuhan energi pada nutrisi
parenteral total dan parsial,
terutama pada gangguan
metabolisme.
Kontraindikasi:
Hiperglikemia, oliguria, intoleransi
fruktosa atau sorbitol, hipkalemia.
Efeksamping:
Demam, infeksi setempat, flebitis
atau thrombosis vena, ekstravasasi,
dan hipervolemia.

3.2. Analisa Data

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan


1. Data Subjektif:
Kelebihan volume cairan
- Klien mengatakan bengkak
sejak 1 bulan yang lalu
- Klien mengatakan tidak
mengalami sesak
- Klien mengatakan jumlah
urin sekitar 500 – 600
cc/24 jam
- Klien mengatakan jumlah
cairan yang diminum lebih
banyak dibandingkan urin
yang dikeluarkan.
Data Objektif:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
52

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan


- Pitting edema derajat 2 di
peritibial
- JVP: 5+ 1
- Oliguria
- Hematokrit (27%)
- Hemoglobin (9 g/dl)
- Albumin (3,03 g/dl)
- Suara nafas:vesikuler,
ronkhi (-), wheezing (-)

2.
Data Subjektif:
- Klien mengatakan
Risiko ketidakseimbangan nutrisi:
mengalami mual dan susah kurang dari kebutuhan
untuk makan
- Klien mengatakan
mengalami penurunan
nafsu makan sejak 3 bulan
yang lalu
- Klien mengatakan merasa
bertambah kurus walaupun
ada bengkak di kaki
Data Objektif:
- IMT:20,8
- BB: 50 kg, TB: 155
- Membran mukosa pucat
- Konjungtiva anemis
3. Data Subjektif:
- Klien mengatakan belum
Konstipasi
BAB sejak 4 hari yang lalu

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
53

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan


- Klien mengatakan perut
terasa begah dan tidak
nyaman
- Klien mengatakan perut
merasa mulas tapi tidak
dapat feses terasa susah
dikeluarkan.
- Klien mengatakan hanya
diam di tempat tidur karena
merasa suka pusing kalau
berdiri dan merasa lemas.
- Klien mengatakan merasa
mual dan tidak nafsu
makan.
Data Objektif:
- Bising usus 5x/menit
4. - Distensi abdomen
Data Subjektif:
- Klien mengatakan merasa
lemas saat bergerak
Hambatan Mobilitas Fisik
- Klien mengatakan merasa
pusing saat akan bangun
dari tempat tidur
- Klien mengatakan susah
untuk makan dan merasa
mual
- Klien mengatakan ada
masalah dengan sendi lutut
kadang merasa nyeri

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
54

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan


karena ada riwayat rematik
Data Objektif:
- Pitting edema derajat 1
peritibial
- Konjungtiva anemis
- Hemoglobin: 9 g/dl
- Kekuatan otot:
5555 5555
5. 5555 5555
Data Subjektif:
Defisit Pengetahuan terkait
- Klien mengatakan belum perawatan gagal ginjal kronik
mengetahui terkait
penyakit ginjal yang
dideritanya
- Klien mengatakan hanya
mengetahui bahwa
mengalami penyakit batu
ginjal
- Klien dan keluarga
mengatakan belum
mengetahui terkait
perawatan pada penyakit
gagal ginjal
- Klien dan keluarga
mengatakan tidak
mengetahui terkait cuci
darah yang harus dijalani
Data Objektif:
- Klien didiagnosa medis

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
55

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan


mengalami gagal ginjal
kronik stage 5
- Fungsi kognitif: normal
- Tingkat pendidikan: SMP

6.
Data Subjektif:
Gangguan Pola Tidur
- Klien mengatakan susah
untuk memulai tidur
malam
- Klien mengatakan baru
bisa tidur menjelang subuh
- Klien mengatakan
memiliki kebiasaan
menonton televisi sampai
menjelang subuh baru
tertidur
- Klien mengeluh merasa
lemas dan merasa mudah
mengantuk
- Klien mengatakan saat ini
tidur pada pukul 04.00-
07.00 dan suka jatuh
tertidur.
Data Objektif
- klien tampak sering tertidur
- klien tampak lemas

7.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
56

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan


Data Subjektif:
Risiko ketidakseimbangan
- klien mengatakan
elektrolit
mengalami bengkak di kaki
- klien mengatakan merasa
mual dan ingin muntah
Data Objektif:
- Klien mengalami gagal
ginjal kronik stage 5
- Hasil pemeriksaan
laboratorium:
Kalium:3,01 mEq/L
Natrium: 140 mEq/L
Klorida: 100,9mEq/L
HCO3: 21,30 mmol

3.3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah:

1. Risiko ketidakseimbangan elekrolit.


2. Kelebihan volume cairan
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan pola tidur
5. Konstipasi
6. Hambatan mobilitas fisik
7. Defisit pengetahuan terkait perawatan pada gagal ginjal kronik

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan dapat 1. Monitor TTV Takipnea dan hipertensi
diatasi dalam 1x24 jam. salah satu tanda.
Kriteria evaluasi: Takipnea terjadi ada
- Balance cairan seimbang atau tidak adanya
- Berat badan seimbang dispea.
- Tidak ada tanda edema 2. Auskultasi bunyi nafas Timbulnya suara
- Klien menunjukkan mengerti dan bunyi jantung tambahan seperti
dengan diet pembatasan crackles dan suara
cairan tambahan jantung S3
- Menunjukkan perubahan menunjukkan adanya
perilaku dalam melakukan kelebihan volume
usaha pembatasan cairan cairan. Kemungkinan
hasil dari perkembangan
edema paru.
3. Mengkaji adanya Edema dapat disebabkan
edema dan lokasi dari oleh beberapa keadaan
edema patologis yaitu adanya
tekanan hidrostatik dan
osmotic, dan tekanan
onkotik. Edema biasa
muncul di area depende

[Type text] 58 Universitas Indonesia


Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
59

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

4. Kaji adanya Tanda gagal jantung.


peningkatan distensi
vena jugularis saat
muncul pitting edema
dan dispnea

5. Pertahankan Penurunan perfusi renal,


pemantauan insufiensi jantung, dan
keseimbangan cairan perpindahan cairan ke
dan hitung balance ruang intertisial dapat
cairan selama 24 jam menyebabkan
penurunan urin output
dan munculnya edema.

6. Timbang berat badan


1 liter penambahan berat
rutin
badan= 1 kg kenaikan
berat badan

Intervensi kolaborasi

- Pemantaun kadar
Perpindahan cairan,
elektrolit (K, Na, Cl),
restriksi cairan, dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
60

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

BUN, AGD garam, penurunan fungsi


ginjal dapat
mempengaruhi kadar
sodium. Defisit kalium
terjadi karena efek
samping pemberian
diuretic. Peningkatan
BUN akibat kerusakan
ginjal. AGD
menunjukkan adanya
asidosis metabolik

2 Risiko Ketidakseimbangan Mempertahankan nilai elektrolit dan 1. Monitor tekanan Dilatasi arteriolar atau
elektrolit khususnya HC03 dalam rentang darah penurunan kontraktilitas
normal. jantung, hipovolemia
Kriteria Evaluasi: dapat ditunjukkan dari
- Tidak menunjukkan tanda- hipotensi dan hipoksia
tanda ketidakseimbangan jaringan.
elektrolit
2. Kaji level Penurunan status
kesadaran (LOC) mental, konfusi,
dan perubahan kelemahan, paralisis

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
61

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

neuromuscular flaccid dapat terjadi


seperti kekuatan, karena hipoksia,
irama, dan hiperkalemia, dan
pergerakan penurunan pH dari
cerebrospinal dan cairan
intertisial.

3. Kaji suhu kulit, Mengevaluasi status


warna, dan CRT sirkulasi, perfusi
jaringan, dan efek
hipotensi.

4. Observasi Hiperventilasi, suara


perubahan dari kussmaul dapat
respiratory rate, mengindikasikan adanya
kedalaman,kelaina kompensasi dari
n dari pernafasan kelebihan asam pada
asidosis metabolik.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
62

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Intervensi
kolaborasi:
- Pantau hasil AGD dan Mengevaluasi perlunya
berikan terapi terapi dan efektifitasnya.
medikasi sesuai
indikasi.

- Kolaborasi dengan ahli Restriksi protein dapat


diet untuk makanan berguna untuk
rendah protein dan menurunkan sampah
tinggin karbohidrat asam hasil metabolisme
pada gagal ginjal.
.
3. Konstipasi Masalah konstipasi dapat diatasi. 1. Auskultasi bunyi usus Penurunan bunyi usus
Kriteria Evaluasi: (konsistensi dan menunjukkan adanya
Ditandai dengan klien melaporkan frekuensi) feses yang menumpuk di
BAB rutin dan feses lunal usus

2. Kaji efek samping Efek samping dari obat


terapi pengobatan seperti zat besi, antasida.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
63

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

3. Kaji pola diet dan


pilihan makanan
Pertimbangan pemilihan
menu dapat mengatasi
4. Anjurkan buah-buahan masalah
segar, sayuran, dan
serat yang sesuai Dapat meningkatkan
dengan diet penyakit konsistensi
yang menyertai. feses/melunakkan feses

5. Anjurkan atau bantu


untuk melakukan Aktivitas dapat
pergerakan membantu menstimulasi
gerakan peristatlik,
6. Pertahankan privasi di mengupayakan
kamar tidur atau kamar pergerakan usus normal
mandi
Mengupayakan
kenyamanan dalam
7. Lakukan masase perut memenuhi kebutuhan
eliminasi pas
Masase perut dapat
dilakukan untuk

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
64

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

merangsang pergerakan
feses
Intervensi
Kolaborasi: Membantu melunakkan
- Berikan medikasi feses sehingga mudah
sesuai indikasi seperti untuk dikeluarkan
obat-obatan laksatif

4. Kurang pengetahuan Peningkatan pengetahuan terkait 1. Bahas kembali proses Menyediakan informasi
penyakit yang diderita penyakit, prognosis, sesuai apa yang
Kriteria evaluasi: dan harapan diinginkan klien.
- Klien menyatakan mengerti
dengan kondisi, proses 2. Kaji perasaan, fokus, Gagal ginjal tahap akhir
penyakit, prognosis, dan dan cara untuk memerlukan terapi
potensial komplikasi bersahabat dengan dialisa, dan akan
- Menyatakan mengerti keadaan. Dengarkan menghadapi perubahan
dengan kebutuhan terapetik dan jawab pertanyaan gaya hidup.
terkait penyakit klien dengan jujur Reaksi yang biasa
- Menyatakan perlunya muncul adalah cemas,
perubahan gaya hidup untuk tidak percaya, marah,
dapat berpartisipasi untuk dan depresi
patuh menjalani pengobatan
3. Bahas tentang rencana Pembatasan pembatasan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
65

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

diet dan pembatasan kalsium seperti susu,


cairan dan makan keju : retensi phosphor
dapat meningkatakan
4. Anjurkan untuk stimulasi kelenjar
timbang bb rutin paratiroid untuk
mengambil kalsium dari
tulang. Pembatasan
cairan apabila
dibutuhkan dan sesuai
dengan output ditambah
IWL

Timbang bb untuk
5. Anjurkan intake kalori menunjukkan adanya
adekuat terutama peningkatan retensi
karbohidrat pada non cairan
diabetik. Diskusikan
nutrisi seperti intake Diet tinggi karbohidrat
protein 0,6-o,7 g/kg untuk mengurangi
bb/hari dengan konsumsi protein,
mengkonsumsi protein mengurangi sampah
yang berkualitas metabolism, dan
seperti ayam, telur, menyediakan energy

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
66

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

ikan

6. Diskusikan terapi obat Pembatasan magnesium


seperti vit D, kalsium (whole grain):
suplemen, dan akumulasi magnesium
menjauhi magnesium dapat menganggu fungsi
antasida(Mylanta) neuromuscular

7. Anjurkan pantau Hipertensi dan glukosa


tekanan darah dan yang tidak terkontrol
glukosa secara rutin dapat meningkatkan
progresivitas dari
penyakit gagal ginjal.

8. Diskusikan terkait
Kelelahan akibat
aktivitas klien. Dan
anemia, gangguan tidur,
tetap pertahankan
malnutrisi dapat
untuk latihan
mengurangi aktivitas
klien. Latihan penting
untuk tetap
mempertahankan
kekuatan otot dan sendi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
67

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

9. Libatkan keluarga Family support dapat


terkait pendidikan memotivasi dan
kesehatan yang membantu klien
diberikan menjalani terapi
pengobatan yang
diberikan.

5. Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji fungsi motorik Untuk menentukan
keperawatan 3x 24 jam klien dapat klien kemampuan motorik
melakukan mobilitas secara optimal klien, menentukan
sesuai dengan toleransi klien. adanya gangguan
Kriteria evaluasi: motorik pada klien
- Klien mampu meningkatkan
kemampuan mobilitasnya. 2. Atur posisi tidur agar Untuk mengurangi nyeri
- Klien mampu tidak menekan area akibat penekananan
mempertahankan posisi penonjolan tulang pada area penonjolan
fungsional tubuh yang tulang
normal 3. Kaji kemampuan klien Untuk menentukan
- Klien dapat ikut serta dalam untuk melakukan tingkat toleransi aktivias
program latihan untuk mobilisasi yang dapat klien
meningkatkan mobilisasi lakukan.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
68

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

4. Bantu klien untuk Untuk mempertahankan


melakukan latihan tonus otot, mencegah
rentang gerak sendi atrofi otot, dan
mencegah kontraktur.

Untuk meningkatkan
5. Ajarkan serta libatkan kemampuan keluarga
keluarga untuk dalam merawat klien
membantu klien
melakukan latihan
rentang gerak sendi.

6. Bantu klien untuk Untuk meningkatkan


melakukan mobilisasi kemampuan mobilisasi
secara bertahap sesuai klien dan mencegah
tingkat toleransi klien terjadinya komplikasi
akibat immobilisasi

Risiko pemenuhan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan program diet
kebutuhan tubuh keperawatan 7x 24 jam, masalah dan pola makan pasien Mengidentifikasi
pemenuhan nutrisi dapat teratasi. dan bandingkan kekurangan dan
Kriteria Evaluasi: dengan makanan yang penyimpangan dari
- Keluhan mual dan mutah dapat dihabiskan kebutuhan terapeutik

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
69

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

berkurang/ hilang pasien


- Klien melaporkan 2. Auskultasi bising
mengalami peningkatan usus, catat adanya
nafsu makan nyeri abdomen/ perut
- Klien dapat menghabiskan ¾ kembung, mual, Hiperglikemi dan
- 1 porsi makanan yang muntah, pertahankan gangguan
diberikan. keadaan puasa sesuai keseimbangan cairan
indikasi dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas/
3. Berikan makanan cair fungsi lambung yang
yang mengandung zat akan mempengaruhi
makanan (nutrien) dan pilihan intervensi.
elektrolit dengan
segera jika pasien
sudah dapat Pemberian makanan
mentoleransinya melalui oral lebih baik
melalui pemberian jika pasien sadar dan
cairan melalui oral fungsi gastrointestinal
baik.
Hipoglikemia dapat
4. Observasi tanda-tanda
terjadi karena
hipoglikemi, spt:
penurunan intake
perubahan tingkat
nutrisi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
70

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

kesadaran, kulit
dingin, nadi cepat,
lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala,
pusing, sempoyongan

5. Lakukan dan pantau Oral higiene dapat


oral higiene klien meningkatkan nafsu
makan dan
menimbulkan sensasi
nyaman pada mulut

Intervensi Kolaboratif
Menurunkan gejala
- Berikan obat-obatan
mual dan muntah untuk
antiemetic sesuai
dapat meningkatkan
indikasi
keinginan untuk makan.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
71

3.4. Evaluasi Keperawatan

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
- -
Rabu,
Subjektif: Subjektif: Subjektif: Subjektif:
15
Mei -Klien mengatakan -Klien -Klien -Klien
2013
masih merasa mual dan mengatakan mengatakan mengeluhkan
ingin muntah. mengalami saat ini mual dan
Objektif: bengkak pada kaki mengalami muntah masih
- TD:130/80 sejak 1 bulan yang mual dan ada
mmHg lalu. penurunan -Klien
- RR:20x/menit -Klien nafsu makan mengatakan
- HR:80x/menit mengatakan -Klien tidak dapat
0
- Suhu: 36,2 C mengerti dengan mengatakan menghabiska
- Tidak ada tanda- penjelasan terkait makanan n makanan
tanda kelainan pembatasan cairan hanya sedikit yang
muscular yang telah yang masuk diberikan dan
- Kekuatan otot dijelaskan. -Klien masih tersisa
normal, Objektif: mengatakan ¾

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
72

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
pergerakan -Pitting edema biasa BAB -Keluarga
terarah derajat 2 di sehari sekali mengatakan
- Warna mukosa: peritibial. -Klien mengerti
pink, CRT < 2 -Suara nafas: mengatakan terkait cara
detik vesikuler, perut mulas oral hygiene
wheezing tapi tidak mau -Setelah 45
(-), ronkhi(-) keluar dan menit
-JVP 5+1 cm H2O perut terasa diberikan
-Berat badan 50 tidak nyaman. obat, klien
kg -Klien mengatakan
mengatakan mual
mengerti berkurang.
dengan Objektif:
penjelasan -Klien
ynag diberikan tampak
Objektif: tampak pucat
-Bising usus : -Bising usus:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
73

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
5x/menit 5x/menit
-Distensi -Mual (+),
abdomen (+) muntah (+)
-Klien dapat
melakukan
masase perut
dengan benar

Kamis Subjektif: Subjektif: Subjektif: - - Subjektif:


, 16
-Klien mengatakan - Klien -Klien -Klien dan
Mei
2013 masih merasa mual dan mengataka mengatakan keluarga
ingin muntah. n minum saat ini belum mengatakan
Objektif: 1200 cc BAB mengerti dengan
-TD:120/80 mmHg Objektif: -Klien penjelasan yang
-RR:20x/menit -Pitting edema mengatakan diberikan
-HR:80x/menit derajat 2 di perut tidak -Klien dan
0
-Suhu: 36,2 C peritibial. terasa mulas keluarga

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
74

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
-Tidak ada tanda- tanda -Suara nafas: -Klien mengatakan baru
kelainan muscular vesikuler, mengatakan mengetahui terkait
-Kekuatan otot normal, wheezing sudah penyakit gagal
pergerakan terarah (-), ronkhi(-) melakukan ginjal kronik
-Warna mukosa: pink, -JVP 5+1 cm H2O masase perut Objektif:
CRT < 2 detik -Berat badan 50 setiap pagi -Klien dan
kg -Klien keluarga dapat
-Balance cairan: mengatakan menyebutkan
seimbang sudah kembali
-intake 1200 mengkonsums pengertian gagal
output 700 cc, i buah- ginjal kronik
IWL : 500 cc bauahan dan -Klien dan
sayuran keluarga dapat
Objektif: menyebutkan 3
-Bising usus : dari 5 penyebab
5x/menit gagal ginjal kronik
-Distensi -Klien dapat

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
75

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
abdomen (+) menyebutkan 5
dari 12 akibat
gagal ginjal kronik
Klien dapat
menyebutkan
pengertian dan
tujuan hemodialisa

Jumat, Pasien On HD - -
17
Mei
2013
Sabtu, Subjektif: Subjektif: Subjektif: - -
18
-Klien mengatakan -Klien -Klien
Mei
2013 masih merasa mual mengatakan mengatakan
mulai berkurang minum 1000 cc mual dan
Objektif: Objektif: muntah
-TD:110/70 mmHg -Pitting edema berkurang

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
76

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
-RR:18x/menit derajat 1 di -Klien
-HR:82x/menit peritibial. mengatakan
-Suhu: 36,20 C -Suara nafas: sudah
-Tidak ada tanda- tanda vesikuler, melakukan
kelainan muscular wheezing masase perut
-Kekuatan otot normal, (-), ronkhi(-) -Klien
pergerakan terarah -JVP 5+1 cm H2O mengatakan
-Warna mukosa: pink, -Berat badan 50 sudah
CRT < 2 detik kg mengkonsums
-Balance cairan: i buah-buahan
intake 1000 output dan sayuran
600 cc, IWL : 500 -Klien
cc mengatakan
-Balance cairan: - sudah minum
100 cc laxadine.
-Post HD (17 Mei Objektif:
2013): 800 cc -Bising usus :

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
77

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
7x/menit
-Distensi
abdomen (+)

Senin, Subjektif: Subjektif: Subjektif: - Subjektif:


20
-Klien mengatakan -Klien -Klien -Klien dan
Mei
2013 masih merasa mual mengatakan mengatakan keluarga
namun sudah mulai minum 1200 cc sudah BAB mengatakan tidak
berkurang. Objektif: tadi pagi ingat mengenai
Objektif: -Pitting edema namun masih dampak atau
-TD:120/80 mmHg derajat 1 di sedikit dan akibat gagal ginjal.
-RR:20x/menit peritibial. perut masih -Klien dan
-HR:82x/menit -Suara nafas: terasa mulas keluarga
0
-Suhu: 36,1 C vesikuler, -Klien mengatakan
-Tidak ada tanda- tanda wheezing mengatakan mengerti dengan
kelainan muscular (-), ronkhi(-) sudah penjelasan yang
-Kekuatan otot normal, -JVP 5+1 cm H2O melakukan diberikan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
78

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
pergerakan terarah -Berat badan 50 masase perut Objektif:
Warna mukosa: pink, kg -Klien -Klien dan
CRT < 2 detik - Balance cairan: mengatakan keluarga tampak
intake 1200 output sudah kooperatif
800 cc, IWL : 500 mengkonsums -Klien dan
cc. Balance i buah-buahan keluarga tampak
cairan: - 100 cc dan sayuran aktif dalam diskusi
Objektif: -Klien dan
-Bising usus : keluarga dapat
7x/menit menyebutkan
-Distensi beberapa contoh
abdomen (+) diet makanan
penderita gagal
ginjal kronik.

Selasa, Pasien On HD

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
79

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
21
Mei
2013

Rabu, Subjektif: Subjektif: Subjektif: - -


22
-Klien mengatakan -Klien -Klien
Mei
2013 masih merasa mual mengatakan tidak mengatakan
sudah berkurang ada masalah dalam saat ini mual
Objektif: melakukan berkurang dan
- TD:120/80 pembatasan cairan nafsu makan
mmHg -Klien mulai
- RR:20x/menit mengatakan membaik.
- HR:84x/menit merasa nyaman -Klien
- Suhu: 360 C dengan mengatakan
- Tidak ada tanda- pembatasan cairan BAB tadi pagi
tanda kelainan yang dilakukan dengan
muscular Objektif: konsistensi
- Kekuatan otot -Pitting edema lembek, warna

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
80

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
normal, derajat 1 di kecokelatan,
pergerakan peritibial. darah (-),
terarah -Suara nafas: lendir (-)
- Warna mukosa: vesikuler, Objektif:
pink, CRT < 2 wheezing -Bising usus :
detik (-), ronkhi(-) 9x/menit
-Kadar albumin 3, Distensi
03 g/dl abdomen (-)
-Berat badan 50
kg
-Balance cairan:
intake 1200 output
600 cc, IWL : 500
cc
Balance cairan: -
100 cc

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
81

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
Kamis Subjektif: Subjektif: - Subjektif: Subjektif: -
, 23
-Klien mengatakan mual -Klien -Klien -Klien
Mei
2013 mulai berkurang. mengatakan mengeluhkan mengatakan
Objektif: minum 1100 cc mual mulai tidak merasa
- TD:120/80 Objektif: berkurang. pusing dan sesak
mmHg -Pitting edema -Klien saat melakukan
- RR:20x/menit derajat 1 di mengatakan latihan
- HR:80x/menit peritibial. dapat Objektif:
- Suhu: 36,20 C -Suara nafas: menghabiska -Tanda vital
- Tidak ada tanda- vesikuler, n makanan sebelum latihan:
tanda kelainan wheezing yang TD:120/80
muscular (-), ronkhi(-) diberikan mmhg
- Kekuatan otot -JVP 5+1 cm H2O sebanyak ¾ Nadi:
normal, -Berat badan 50,5 porsi 80x/menit
pergerakan kg -Keluarga Suhu: 36,30 C
terarah - Balance cairan: mengatakan -Tanda vital
Warna mukosa: pink, intake 1100 output melakukan sesudah latihan:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
82

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
CRT < 2 detik 600 cc, IWL : 500 oral hygiene TD:120/80
cc setiap hari mmhg
-Balance cairan: -Setelah 45 Nadi:
seimbang menit 84x/menit
diberikan Suhu: 36,30 C
obat, klien -Kekuatan otot:
mengatakan 5555 5555
mual hilang. 5555 5555
Objektif: -Keluarga dan
-Bising usus: klien tampak
5x/menit kooperatif
-Mual (-), -Jenis latihan:
muntah (-) aktif
-Berat badan
50,5 kg

Jumat, - Pasien On HD

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
83

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
24
Mei
2013

Sabtu,
Subjektif: Subjektif: - - Subjektif: Subjektif:
25
Mei -Klien mengatakan -Klien -Klien -Klien
2013
muntah mulia mengatakan mengatakan mengatakan
berkurang. minum 1200 cc tidak merasa hambatanatau
Objektif: Objektif: pusing dan sesak situasi yang tidak
- TD:120/80 -Pitting edema saat melakukan bersahabat dalam
mmHg derajat 1 di latihan melakukan
- RR:20x/menit peritibial. Objektif: pembatasan cairan
- HR:80x/menit -Suara nafas: -Tanda vital adalah cuaca
- Suhu: 36,20 C vesikuler, sebelum latihan: panas, pesta, dan
- Tidak ada tanda- wheezing TD:120/80 saat menonton
tanda kelainan (-), ronkhi(-) mmhg tevelisi.
muscular -JVP 5+1 cm H2O Nadi: -Klien mengatakan
- Kekuatan otot -Berat badan 51 82x/menit merasa nyaman

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
84

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
normal, kg Suhu: 360 C dengan
pergerakan - Balance cairan: -Tanda vital pembatasan cairan
terarah intake 1200 output sesuadah latihan: yang diberikan
- Warna mukosa: 700 cc, IWL : 500 TD:120/80 -Klien dan
pink, CRT < 2 cc mmhg keluarga
detik -Post HD: 600 cc Nadi: mengatakan agak
-Kadar albumin: 3, 88x/menit sulit untuk
0
06 g/dl Suhu: 36 C menerapkan diet
-Kekuatan otot: yang sesuai
5555 5555 -Klien dan
55555555 keluarga
-Keluarga dan mengatakan
klien tampak merasa cemas jika
kooperatif tidak mendapatkan
-Jenis latihan: tempat untuk
aktif hemodialisa atau
tempatnya jauh

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
85

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
dari rumah
-Klien mengatakan
strategi yang dapat
digunakan seperti
berdoa dan
dukungan keluarga
untuk patuh
terhadap
pembatasan
cairan.
-Klien mengatakan
merasa nyaman
dengan
pembatasan cairan
yang dilakukan.
Objektif:
-Klien dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
86

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
keluarga tampak
kooperatif
-Klien dan
keluarga aktif
dalam mengikuti
diskusi
-Klien dapat
menyebutkan
kembali pilihan
diet makanan pada
penderita gagal
ginjal kronik.
-
Senin, Subjektif: Subjektif: - - Subjektif: -
26
-Klien mengatakan -Klien -Klien
Mei
2013 masihmual sudah tidak mengatakan mengatakan
muncul sejak kemarin. minum 1200 cc tidak merasa

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
87

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
Objektif: Objektif: pusing dan sesak
- TD:110/80 -Pitting edema (-) saat melakukan
mmHg -Suara nafas: latihan
- RR:20x/menit vesikuler, Objektif:
- HR:86x/menit wheezing -Tanda vital
- Suhu: 36,10 C (-), ronkhi(-) sebelum latihan:
- Tidak ada tanda- -JVP 5+1 cm H2O TD:110/80
tanda kelainan -Berat badan 52 mmhg
muscular kg Nadi:
- Kekuatan otot - Balance 86x/menit
normal, cairan: Suhu: 360 C
pergerakan intake -Tanda vital
terarah 1200 sesuadah latihan:
- Warna mukosa: output 700 TD:110/80
pink, CRT < 2 cc, IWL : mmhg
detik 500 cc Nadi:
90x/menit

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
88

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
Suhu: 360 C
-Keluarga dan
klien tampak
kooperatif
-Jenis latihan:
aktif

Selasa, Pasien On HD -
27
Mei
2013

Rabu, Subjektif: Subjektif: Subjektif: Subjektif: Subjektif:


28
-Klien mengatakan -Klien Klien Klien Klien mengatakan
Mei
2013 masih merasa mual dan mengatakan mengeluhkan mengatakan cukup mengerti
ingin muntah. minum 1200 cc mual dan tidak merasa dengan penjelasan
Objektif: Objektif: muntah tidak pusing dan sesak yang diberikan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
89

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
TD:120/80 mmHg -Pitting edema ada. saat melakukan oleh mahasiswa
RR:20x/menit (-) -Klien latihan. -Klien mengatakan
- HR:80x/menit -Suara nafas: mengatakan -Klien latihan yang akan
- Suhu: 36,20 C vesikuler, nafsu makan mengatakan dilakukan adalah
- Tidak ada tanda- wheezing sudah mulai telah mencoba jalan kaki dan
tanda kelainan (-), ronkhi(-) membaik melakukan senam setiap hari
muscular -JVP 5+1 cm H2O -Klien latihan ROM - Klien
- Kekuatan otot -Berat badan 52 mengatakan aktif tadi pagi mengatakan
normal, kg sudah dapat -Klien merasa nyaman
pergerakan -Balance cairan: menghabiska mengatakan dan merasa yakin
terarah intake 1200 output n makanan akan melakukan untuk mencoba
- Warna mukosa: 700 cc, IWL : 500 sesuai porsi latihan ROM melakukan
pink, CRT < 2 cc yang setiap pagi pukul pembatasan cairan
detik -Post HD: 600 cc disediakan 06.00 -Klien mengatakan
Objektif: Objektif: hal yang ingin
-Klien -Tanda vital dicapai adalah
tampak sebelum latihan: tetap sehat dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
90

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
tampak pucat TD:120/80 bisa tetap aktif
-Bising usus: mmhg dalam melakukan
10x/menit Nadi: 80x/menit kegiatan sosial.
Mual (-), Suhu: 36, 20 C -Klien mengatakan
muntah (-) -Tanda vital dukungan keluarga
-Berat badan: sesuadah latihan: sangat penting
52 kg TD:110/80 dalam menjalani
mmhg pola hidup yang
Nadi90x/menit baru
Suhu: 360 C -Klien mengatkan
-Keluarga dan akan mencoba
klien tampak menerapkan pola
kooperatif hidup yang baru.
-Jenis latihan: -Klien akan
aktif mencoba anjuran
-Klien dapat untuk
melakukan memeriksakan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
91

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
tindakan ROM kesehatan rutin
aktif sesuai (tekanan darah,
dengan urutan. kadar gula),
menimbang berat
badan setiap hari,
dan mencatat
cairan masuk dan
keluar.
Objektif:
- Klien dan
keluarga
tampak
kooperatif
- Klien dan
keluargater
libat aktif
dalam

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
92

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
diskusi
- Klien dapat
menyebutk
an kembali
tujuan
pembatasa
n cairan
dan
manfaat
yang
dicapai.
- Klien dapat
menyebutk
an kembali
diit
makanan
yang sesuai

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
93

Hari Dx : Risiko Dx: Kelebihan Dx: Dx:Risiko Dx:Hambatan Dx:Kurang


Ketidakseimabangan volume cairan kOnstipasi Nutrisi Mobilitas Fisik Pengetahuan
Elekrolit Kurang Dari
Kebutuhan
dengan
penyakit
gagal
ginjal
kronik.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
BAB 4

ANALISA SITUASI

4.1. Profil Lahan Praktek

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ( RSUPN


Dr. Cipto Mangunkusumo) merupakan rumah sakit rujukan nasional yang
bertempat di ibukota negara Jakarta. Sejarah berdirinya RSUP Cipto
Mangunkusumo memiliki kaitan erat dengan fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale
Burgelijke Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu
penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan
berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas.

Nama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mengalami beberapa kali


pergantian nama dari awal berdiri sampai saat ini. Peraturan terbaru yaitu
berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000, tanggal 12 Desember 2000, RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, Perjan
RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP.Nomor 23
tahun 2005 (http://www.rscm.co.id)

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki visi untuk menjadi Rumah


Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun
2014. Misi yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan kesehatan
paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi
tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan, tempat penelitian dan
pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel(http://www.rscm.co.id).

94 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
95

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bernaung dibawah Kementerian


Kesehatan RI. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah mendapatkan akreditasi
sebagai rumah sakit dengan standar pelayanan berkelas dunia oleh lembaga
mutu internasional Joint Commission International (JSI) sejak bulan April
2013. Dimana, hal ini merupakan pencapaian yang istimewa yaitu menjadi
rumah sakit pemerintah pertama di Indonesia yang terakreditasi dengan standar
pelayanan berkelas dunia. Akreditasi JCI melakukan penilaian terhadap suatu
tempat pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk menentukan apakah suatu
organisasi telah memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki
keselamatan dan kualitas pelayanan.

RSUP Cipto Mangunkusumo memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang


lengkap. Pelayanan kesehatan yang tersedia antara lain pelayanan spesialis
klinik (terdiri dari berbagai spesialisasi), pelayanan pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Hemodialisa, Kamar Bedah, dll), pelayanan rawat inap (anak,
dewasa, kelas 1-3, kelas VIP, ICU, IGD, dll), dan tenaga kesehatan yang
professional (http://www.rscm.co.id).

Gedung rawat inap yang dimiliki RSUP Cipto Mangunkusumo salah


satunya adalah Gedung A. Dimana, konsep dari rawat inap ini adalah
pelayanan rawat inap terpadu. Pelayanan Rawat Inap Terpadu ini
merupakan Integrasi 9 Departemen di RSCM terdiri kandungan dan kebidanan ,
bedah, bedah Syaraf, THT, penyakit dalam, anestesi, mata, kulit dan kelamin,
dan geriatri. Gedung 8 lantai, terdiri dari 169 kamar rawat, dan total kapasitas
900 tempat tidur . Gedung A terdiri dari 8 lantai yang terdiri dari kelas satu
hingga kelas 3 (http://www.rscm.co.id)

Penulis menjalani mata ajar praktik klinik KKMP yang mengambil


peminatan kmb kekhususan penyakit dalam ditempatkan di lantai 7 zona A.
Lantai 7 Zona A Gedung RSUP Cipto Mangunkusumo merupakan ruang rawat
penyakit dalam kelas III. Ruang rawat penyakit dalam khusus pasien laki-laki

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
96

dengan kapasitas 50 bed. Ruang rawat Lantai 7 Zona A terdiri dari 6 ruang
rawat biasa dengan kapasitas 6 bed dan 4 ruang rawat khusus dengan kapasitas
4 bed. Ruang rawat khusus merupakan ruang rawat untuk pasien-pasien dengan
kondisi tertentu seperti penyakit menular melalui udara seperti TB, Hemofilia,
dll.

Lantai 7 Zona A Selatan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Ruang-


ruangan perlengkapan seperti ruangan alat kesehatan, ruang khusus
penyimpanan alat kesehatan dan linen yang telah terpakai, ruang edukasi, ruang
makan, ruang dokter, dan ruang diskusi mahasiswa. Perlengkapan yang dimiliki
ruang rawat terkait lain alat-alat kesehatan (stetoskop, sfignomanometer,
emergency trolley, EKG, dll), kotak-kotak obat masing-masing pasien, 3 buah
komputer, dua buah nurse stasion di sisi kanan dan kiri, peralatan APAR, dll.

Alat pelindung diri tersedia lengkap seperti sarung tangan bersih dan steril,
apron, masker, masker khusus (N95). Kotak kuning dan plastik khusus untuk
benda-benda infeksius ada di setiap trolley perawat. Fasilitas lain yang dapat
memudahkan keluarga pasien adalah adanya petugas khusus untuk
mengantarkan pasien untuk transfer antar ruangan atau melakukan prosedur
medis, mengantarkan hasil laboratorium, mengambilkan darah ke bank
darah,dll.

Ruang rawat kelas III di Gedung A lantai z zona A cukup memadai dan
nyaman. Di masing-masing ruang rawat terdapat 6 bed dengan 1 kamar mandi
dan 1 wastafel, dan 1 buah jam dinding. Setiap pasien dipisahkan dengan tirai.
Setiap pasien memiliki 1 buah meja. Ruangan juga dilengkapi air conditioner
(AC) dan 4 buah jendela. Masing-masing bed pasien dilengkapi bel yang dapat
digunakan pasien untuk memanggil perawat dan botol alkohol pencuci tangan.
Di pintu terpasang arah evakuasi dan 6 langkah mencuci tangan yang benar.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
97

4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep
Kasus Terkait

Batu ginjal merupakan salah satu masalah yang ditemui dan dialami pria
(Pak, Charles, 1998). Sebgaian besar pembentukan batu ginjal yaitu sekitar 80%
berasal dari penumpukan kalsium oksalat (Pak, Charles, 1998). Faktor- faktor
yang dapat dapat menyebabkan risiko penumpukan batu ginjal antara lain
kebiasaan kurang minum, kurang mengkonsumsi air putih, diet makanan,
konsumsi obat-obatan herbal, faktor genetik, d lingkungann (Gul, Asiya, 2005)

Pasien memiliki kebiasaan kurang mengonsumsi air putih. Pasien lebih


memilih untuk minum- minuman manis dan berwarna. Klien juga lebih senang
mengonsumsi kopi dan teh. Istri pasien mengatakan pasien dapat mengonsumsi
teh atau kopi 2 gelas sehari. Minuman- minuman yang berwarna dan memiliki
rasa umumnya lebih menarik bagi sebagian besar orang. Kopi merupakan
minuman wajib bagi klien untuk mencegah mengantuk saat bekerja. Tuntutan
pekerjaan yang tinggi mengharuskan klien untuk tetap terjaga.

Kopi, soft drink dan teh termasuk minuman yang banyak mengandung
oksalat. Kelebihan oksalat ini menyebabkan keadaan hiperoksaluria. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pembentukan batu ginjal.
Menurut penelitian yang dilakukan Wibowo (2006) terkait faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu ginjal antara lain kebiasaan kurang minum
berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang minum.

Tempat tinggal pasien yaitu berada di daerah Bekasi. Dimana, sebagian


besar daerah Bekasi merupakan kawasan industri. Penelitian yang dilakukan oleh
Pak (1998) menemukan bahwa sebagian besar wilayah industri berisiko terkena
batu ginjal. Dimana, sebanyak 80% batu ginjal terbentuk dari garam kalsium
dan biasanya menjadi jenis batu ginjal jenis oksalat.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
98

Gaya hidup lain yang dapat mempengaruhi pembentukan gagal ginjal yaitu
konsumsi protein secara berlebihan. Pasien mengatakan suka mengkonsumsi
daging. Konsumsi daging yang berlebihan dapat menimbulkan sampah berupa
kristal- kristal oksalat.Pasien juga gemar mengonsumsi makanan asin seperti
ikan asin. Pasien mengatakan makanan yang biasa dibeli juga cenderung gurih.
Istri klien mengaku jarang karena sibuk untuk bekerja. Hal ini menyebabkan istri
pasien jarang memasak dan lebih banyak makanan- makanan yang dibeli.
Makanan asin dan minum yang kurang dapat menyebabkan keadaan
hiperkalsiuri.

Hiperkalsiuri yaitu tingginya kadar kalsium di dalam urin yang bisa


disebabkan oleh tingginya pembuangan kalsium ke urin karena tingginya
konsumsi kalsium atau bisa karena kurangnya jumlah urin yang dihasilkan.
Karena jika urin yang dihasilkan semakin banyak, maka akan menurunkan
konsentrasi kalsium di dalam urin. Hal tersebutdapat mengurangi kepekatan urin
oleh kalsium (Gul, Asiya, 2005).

Keadaan cuaca di Indonesia yang cenderung panas dan iklim yang


berubah- ubah dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Temperatur
yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi
air kemih apabila tidak diimbangi dengan konsumsi air yang cukup. Konsentrasi
air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan Kristal. Pekerjaan
klien terdahulu adalah tukang bangunan yang membuat klien lebih sering
terpapar dengan sinar matahari.

4.3.Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Ginjal memiliki peranan yang penting dalam mengatur regulasi cairan


dalamtubuh. Salah satu dampak dari penurunan fungsi ginjal pada penyakit gagal
ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk meeksresikan air. Hal ini
membuat penderita gagal ginjal memiliki risiko tinggi untuk mengalami
kelebihan volume cairan. Kelebihan volume cairan dapat menyebabkan timbulnya

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
99

edema dependen, asites, edema paru, sampai gagal jantung. Maka, kelebihan
volume cairan ini penting untuk menjadi perhatian. Salah satu diagnosa
keperawatan yang umumnya muncul pada penyakit gagal ginjal adalah kelebihan
volume cairan. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
dengan restriksi/ pembatasan cairan yang masuk.

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita


gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006)
menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah
adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang
dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10-42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan
cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa
pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan
hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Intervensi keperawatan yang terkait pembatasan cairan menjadi salah satu hal
yang menarik dan tantangan bagi peneliti untuk dapat meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan cairan. Salah satu penelitian terkait strategi yang dapat
digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan
minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian
ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan sebagian besar
responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani waktu dialisis rata-rata 1-2
tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan focus group discussion.
Strategi cognitive behavioral therapy yang digunakan adalah dengan
mengenalkan terkait komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan
pembatasan cairan, masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan
pembatasan cairan.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
100

Intervensi yang dilakukan penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan


antara lain membagi sesi cognitive behavioral therapy menjadi 3 pertemuan. yaitu
adalah melakukan sesi satu, sesi dua, dan sesi tiga. Pada sesi satu adalah
melakukan pengkajian. Waktu yang dipakai adalah sekitar 45 menit. Pada sesi
ini, dilakukan pengkajian mengenai apa kepercayaan pasien terkait penyakitnya,
bagaimana pemahaman pasien terkait alasan untuk tidak patuh, bagaimana
perilaku pasien terkait pembatasan cairan, bagaimana pengaruh sosial dari
penyakit yang diderita, bagaimana pendapat terkait program pembatasan cairan,
mengenalkan manfaat pembatasan cairan, dan cara melakukan pengontrolan
pembatasan cairan, apa perasaan yang mungkin saat melakukan pembatasan
cairan. Masalah – masalah yang dirasakan klien dalam melakukan pembatasan
cairan diminta untuk dicatat dan didiskusikan pada sesi selanjutnya.

Sesi kedua dilakukan 3 hari kemudian. Pertemuan yang dilakukan sekitar 45


menit. Hal yang dibahas antara lain melakukan review kembali terkait sesi 1,
menceritakan kembali masalah-masalah fisik dan emosional yang dihadapi saat
melakukan pembatasan cairan, dan strategi – strategi yang dapat dilakukan terkait
masalah yang dihadapi.

Sesi terakhir dilaksanakan pada hari keempat setelah sesi kedua. Hal- hal yang
didiskusikan meliputi diskusi mengenai perasaan, hambatan, dan strategi yang
dilakukan, dan menyusun goal setting. Pada saat penyusunan goal setting ini,
klien diminta untuk menuliskan di catatan mengenai hal- hal yang ingin dicapai
dalam pembatasan cairan seperti berat badan yang stabil dan jumlah cairan yang
harus dikonsumsi. Pada sesi ini juga ditekankan bahwa goal setting bukan untuk
membatasi klien dan membuat merasa tertekan. Klien diminta untuk tetap
menikmati proses dan mengontrol emosi dalam menjalani pembatasan cairan.

Pasien ditemani istri klien saat melakukan pertemuan sesi setu. Kesimpulan
hasil yang diperoleh dari sesi satu adalah perasaan klien yang cenderung merasa
dibatasi. Klien menyatakan akan terjadi perubahan pola hidup yang mungkin

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
101

membuatnya merasa tidak nyaman. Pasien mengatakan tidak yakin dengan


perubahan yang akan dilalui dan pastinya ada tantangan yang mungkin ditemui.
Pasien mengatakan perasaan sedih dan marah saat mengetahui didiagnosa
menderita penyakit gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah. Pasien awalnya
menolak untuk mendapatkan terapi hemodialisa karena alasan keuangan dan jarak
rumah yang cukup jauh. Namun, jaminan kesehatan dan penjelasan mengenai
pentingnya hemodialisa memungkinkan untuk klien untuk mengikuti terapi.
Pasien tampak mendengarkan penjelasan dengan seksama saat mahasiswa
menjelaskan mengenai pembatasan cairan yaitu cara untuk melakukan dan
manfaat dari tindakan tersebut.

Pasien diminta untuk melakukan pencatatan jumlah cairan yang keluar dan
masuk selama 24 jam. Penulis memberikan formulir untuk mencatat pemantauan
cairan. Pasien juga diminta untuk melakukan penimbangan berat badan rutin yaitu
pada jam yang sama. Pasien diminta untuk menuliskan perasaan dan hambatan
atau tantangan yang dirasakan selama melakukan proses pembatasan cairan.

Pertemuan pada sesi dua membahas mengenai hambatan yang dirasakan


pasien, dan membahas mengenai pemantauan cairan yang dilakukan klien. Istri
pasien memperlihatkan catatan yang telah dibuat. Mahasiswa melakukan evaluasi
terkait tantangan yang dirasakan pasien. Pasien mengatakan tantangan yang
dirasakan adalah merasa akan lebih banyak minum setelah minum obat dan saat
makan.Pasien mengaku dapat memenuhi target untuk minum 1000 - 1200 ml/hari.
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang cukup berat dirasakan selama 3 hari
terakhir. Pasien juga mengatakan perasaannya cukup puas untuk dapat patuh pada
pengobatan.

Penulis dan pasien melanjutkan diskusi dengan membahas situasi- situasi


yang mungkin dihadapi saat berada di luar rumah sakit. Penulis dan pasien
berdiskusi mengenai situasi- situasi yang memungkinkan untuk dapat menjadi
tantangan dalam melakukan pembatasan cairan. Situasi antara lain saat

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
102

menghadiri pesta, saat bekerja, saat bersantai. Pasien dan penulis juga membahas
strategi- strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi yang menantang
tersebut.

Sesi terakhir dilakuakan selama 45 menit. pasien diminta untuk menceritakan


kembali terkait manfaat dari pembatasan cairan dan perasaaan setelah melakukan
pembatasan cairan selama 10 hari terakhir. Pasien mengatakan cukup
menyenangkan dan masih bisa untuk memenuhi target pembatasan cairan. Pasien
mengungkapkan strategi yang dilakukan adalah membasahi bibir dan botol yangb
sudah ditakarkan ditaruh di dekat klien dan menyingkirkan botol- botol lain dari
atas meja klien. Pasien mengungkapkan keinginan untuk dapat memenuhi target
dan melakukan hal-hal yang telah dianjurkan. Pasien menuliskan tujuannya dalam
melakukan pembatasan cairan adalah untuk tetap sehat dan menikmati hidup.

Hasil dari cognitive behavioral therapy yang dilakukan selama 2 minggu


merawat pasien kelolaan yaitu menunjukkan bahwa terapi ini cukup efektif. Hasil
dari catatan perkembangan menunjukkan tidak ada peningkatan berat badan
signifikan(IWG) selama 2 minggu ini. Hasil pemantauan balance cairan juga
menunjukkan hasil yang seimbang dan pasien dapat memenuhi target cairan yang
telah disusun. Pasien menunjukkan antusias dalam melakukan cognitive
behavioral therapy.

Keefektifan dari cognitive behavioral therapy dalam melakukan pembatasan


cairan yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
peningkatan manajemen diri klien dan dukungan sosial. Tovazzi dan Mazzoni
(2012) menemukan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan
dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan
motivasi dari orang lain.

Pasien yang menunjukkan antusias, emosi yang relatif stabil dan perasaan
nyaman menunjukkan bahwa terjadi suatu hubungan yang positif antara gejala
fisik, perilaku, pikiran, dan emosional saling mempengaruhi. Pandangan dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
103

harapan yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait status
kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup.

Manajemen diri (self management ) klien juga tampak mulai terlihat dari cara
pasien melakukan pembatasan diet dan cairan. Manajemen diri yang optimal juga
berpengaruh pada kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Manajemen
diri merupakan usaha positif yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan
menjaga dan berpartisipasi terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit,
memcegah komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang dapat
membahayakan hidupnya.

Pasien ditemani istri saat melakukan pelatihan. Pasien mengatakan bahwa


istri juga sangat membantu untuk mengingatkan saat klien mulai minum melebihi
batas minuman yang telah ditentukan. Istri pasien juga membantu klien untuk taat
dengan diet makanan yang telah disediakan. Keterlibatan keluarga atau family
support dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan klien terhadap terapi pembatasan
cairan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
meningkatkan motivasi pasien dalam melakukan pembatasan cairan.

Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan oleh (Ford, 2010).
Penderita gagal ginjal yang menikah atau memiliki keluarga memiliki tingkat
kepatuhan melakukan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak menikah, hidup sendiria, atau bercerai. Menurut Friedman (1998 dalam
Wahyuningsih 2011), dukungan keluarga dapat memotivasi klien. Dukungan
keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan informasi, dukungan
penghargaan, dukungan peralatan dan dukungan emosional.

Pendidikan kesehatan berpengaruh pada reaksi emosional pasien terhadap


pembatasan cairan yang diberikan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan antara
lain memberikan informasi terkait penyakit seperti pengertian, penyebab, dampak,
dan terapi pengobatan pada penderita gagal ginjal kronik. Pemberian pendidikan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
104

kesehatan meningkatkan reaksi emosional terhadap perasaan yang lebih sejahtera,


peran, dan fungsi sosial pasien (Meers et al 1996 dalam Costantini, 2006).

Implementasi terkait pembatasan cairan berdasarkan pada penelitian yang


dilakukan masih mengalami kekurangan. Dimana, berdasarkan penelitian terkat
cognitive behavioral therapy dilakukan pada kelompok orang - orang yang
menjalani hemodialisa yang tidak sedang menjalani masa perawatan di rumah
sakit. Sedangkan, mahasiswa melakukan intervensi pada satu orang pasien yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Pembatasan cairan yang dilakukan di
rumah sakit umumnya dapat dilakukan dengan baik dengan pengawasan ketat
keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien juga melakukan aktivitas minimal sehingga
perasaan haus masih dapat dikontrol dengan baik. Pasien juga belum merasakan
tantangan - tantangan yang dapat mempengaruhi emosi seperti menghadiri pesta
yang memungkinkan klien merasa bersalah apabila mencicipi minuman yang
banyak.

Waktu evaluasi juga menjadi salah satu kelemahan dari intervensi pembatasan
cairan yang dilakukan. Cognitive behavioral therapy pada penelitian yang dipakai
mengevaluasi dengan menggunakan rentang waktu 6 sampai 12 minggu setelah
melakukan terapi ini. Sedangkan, penulis hanya menggunakan waktu selama 2
minggu untuk melakukan evaluasi. Evaluasi terkait perilaku umumnya dilakukan
pada rentang waktu yang lebih lama karena perubahan perilaku tidak dapat
dilakukan secara cepat. Perubahan perilaku membutuhkan proses dan adaptasi
dari seorang individu.

Penulis menggunakan pendekatan penerapan keperawatan jiwa dalam


cognitive behavioral therapy. Referensi yang dibaca masih dirasa belum cukup
dan seharusnya telah melakukan pelatihan terkait terapi ini sebelumnya. Penulis
menggunakan penerapan keperawatan jiwa yang telah dibekali komunikasi
terapetik dalam menerapkan cognitive behavioral therapy. Komunikasi terapetik

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
105

ini dirasa cukup efektif dan mampu membina hubungan saling percaya antara
penulis dan pasien.

4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Penulis menjumpai masalah - masalah dalam menerapkan cognitive


behavioral therapy. Masalah yang dihadapi antara lain penerapan cognitive
behavioral therapy yang sesuai standard pendekatan keperawatan jiwa. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan
cognitive behavioral therapy untuk para mahasiswa dan perawat ruangan.
Pendekatan secara cognitive behavioral therapy dapat membantu klien yang
menjalani pembatasan cairan secara kognitif, perilaku, dan emosional.

Cognitive behavioral therapy memang dirasakan efektif apabila dilakukan


secara berkelompok. Dengan dibentuknya kelompok, peserta dapat saling
berbagi pengalaman, strategi untuk melakukan pembatasan cairan dan saling
memotivasi satu sama lain. Waktu evaluasi juga perlu diperhatikan. Sebaiknya
peserta terapi juga dilakukan evaluasi kembali terkait kepatuhan dalam
melakukan terapi.

Cognitive behavioral therapy terkait pembatasan cairan dapat menjadi


salah satu cara untuk meningkatkan manajemen diri pada penderita gagal ginjal
kronik. Perawat dapat berperan dengan mendukung manajemen diri penderita
gagal ginjal kronik dengan pemberian edukasi, menyusun program pelatihan
bersama, dan memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasar tujuan penulisan yang ditetapkan terkait gambaran penerapan cognitive


behavioral therapy pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
dengan pembatasan cairan, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

5.1.1 Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik


menggunakan proses keperawatan diantaranya pengkajian, analisis
data, perumusan diagnosa, intervensi, implememtasi, dan evaluasi.
5.1.2 Cognitive behavioral therapy dibagi menjadi 3 sesi latihan yang terdiri
dari pengkajian, mengevaluasi perasaan, strategi- strategi untuk
menghadapi masalah, dan menyusun goal setting.
5.1.3 Penyakit gagal ginjal yang disebabkan oleh batu ginjal dapat
disebabkan karena gaya hidup yang kurang sehat.
5.1.4 Cognitive behavioral therapy terbukti efektif untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa.

5.2. Saran

Beberapa saran yang penulis rekomendasikan antara lain:

5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan


Cognitive behavioral therapy terbukti efektif dalam meningkatkan
kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
terkait pembatasan cairan. Pihak rumah sakit dapat melakukan
pelatihan terkait cognitive behavioral therapy. Perawat ruangan juga
dapat menerapkan cognitive behavioral therapy dengan pendekatan

106 Universitas Indonesia


Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
107

kelompok. Perawat dapat mengumpulkan pasien- pasien yang sedang


menjalani pembatasan cairan di suatu ruangan. Dengan dibentuknya
kelompok, diharapkan dapat memotivasi antar pasien dan saling
bertukar pengalaman. Perawat dapat berperan dengan mendukung
manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan pemberian
edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan memberikan
dukungan psikologis yang bersifat motivasi

5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Cognitive behavioral therapy merupakan suatu terapi dari ilmu


keperawatan jiwa. Maka, cognitive behavioral therapy dapat
dimasukkan ke dalam sub topik bahasan pada mata kuliah
keperawatan khususnya bidang keperawatan jiwa.

5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya

Penulis yang ingin mengambil terkait tingkat kepatuhan terhadap


pembatasan cairan dapat menggunakan pendekatan metode terapi lain
yang yang telah berdasarkan evidence based practice. Karya ilmiah ini
juga dapat menjadi acuan bagi penulis yang ingin menggunakan
cognitive behavioral therapy ini pada pasien dengan penyakit tertentu
untuk meningkatkan kepatuhan pada suatu terapi pengobatan.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA

American Kidney Fund. (2012). Kidney disease statistic. Diunduh pada tanggal 28
Juni 2013 pukul 22.00 WIB dari http://www.kidneyfund.org/about-
us/assets/pdfs/akf-kidneydiseasestatistics-2012.pdf

Anson, M. H., Byrd, R. M., Koch, I. E. (2009). Cognitive behavioral treatment to


improve adherence to hemodialysis fluid restrictions: A case report.
Diunduh pada tanggal 10 Mei 2013 pukul 16.00 WIB dari
http://www.readcube.com/articles/10.1155/2009/835262

Asiya,Gul (2005). A modeling study of the role of protein in calcium oxalate kidney
stone formation. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/305026531/13F240965D22E01D53E/
3?accountid=17242

Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical- surgical nursing: Clinical management for
positive outcomes (8th ed., vol 2). Missouri: Saunders Elseiver.

Costantini, Lucia. (2006). Compliance, adherence, and self management: Is a


paradigm Shift possible for chronic kidney disease clients?. CANNT
Journal; Oct-Dec 2006: 16, 4; Proquest pg 22. Diunduh pada tanggal 28
Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/236627515/13F438E650331306E1E/
1?accountid=17242

Doenges, E. Marylynn., Moorhouse, F.M., Murr, C. A. (2010). Nursing diagnosis


th
manual:Planning, individualizing, and documenting client care (2
edition). Philadelphia :F.A Davis Company.

Ford, Anderson. Carla.A. (2010). The impact of demographics, sosial support and
health beliefs on adherence to hemodialysis treatment regimen. Diunduh

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
109

pada tanggal 10 Juli 2013 pukul 14.00 WIB dari


http://search.proquest.com/docview/366834328/13F4B5E7E485A3A8A1
B/1?accountid=17242

Fowler, Christoper., & Baas, S.Linda. (2006). Quality of life; health-related quality
of life and estimates of utility are low in CKD patient. Diunduh pada
tanggal 1 Juli 2013 pukul 14.00 WIB. dari
http://search.proquest.com/docview/210065793/13F028978866BEEC202/5
?accountid=17242

Hafford, Judith., & Brown, Tom. (2009). Cognitive- behavioral therapy as an


adjunctive treatment in chronic physical illness. Diunduh pada tanggal 11
Mei 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://apt.rcpsych.org/content/15/4/306.full.pdf

Harwood, Lory., et all. (2009). Stressor and coping in individual with chronic kidney
disease. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2013 pukul 16.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/216533674/13F4368B1FB71ADEA2
3/2?accountid=17242

Hidayati, Sri. (2012). Efektifitas konseling transaksional tentang diet cairan terhadap
penurunan interdialytic weight gain (IDWG) pasien gagl ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Tegal. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 09.00 WIB dari www.
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334043-T32526...‎pdf.

Johnstone, Stephanie., & Halshaw, Donna. (2003). Making peace with fluid social
workers lead cognitive- behavioral intervention to reduce health- risk
behavior. Diunduh pada tanggal 08 Mei 2013 pukul 13.00 dari
http://www.kidney.org/Professionals/cnsw/pdf/fluid_management.pdf

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
110

KDOQI. (2002). Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:


Evaluation, Classification, and Stratification. Diunduh pada tanggal 20
Juni 2013 pukul 10.00 WIB dari
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p4_class_g1.ht
m

Kidney Health Disease. Fact sheets. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 19.00
WIB 2013 dari
http://www.kidney.org.au/ForPatients/HealthFactSheets/tabid/609/Default.
aspx

Kugler, C., Vlaminck, H., Haverich, A., & Maes, B. (2005). Nonadherence with diet
and fluid restrictions among adults having hemodialysis. Diunduh pada
tanggal 10 Mei 2013 pukul 18.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/236347963/13F4314004C13FDCA88/
1?accountid=17242

Mok, E., Lai, C., & Zhang, Z. (2004). Coping with chronic renal failure in
Hongkong. Diunduh pada tanggal 16 Juni 2013 pukul 18.00 WIB dari
http://www.journalofnursingstudies.com/article/S0020-
7489%2803%2900164-0/abstract

National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse. (2009). Kidney


Disease Statistic for United States. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013
pukul 14.00 WIB dari http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kustats/

O’Donohue,‎ T.‎ W.,‎ &‎ Fisher,‎ E.‎ J.‎ (2012).‎ Cognitive behavioral therapy: Core
Priciples for practice.Canada: John Wiley & Sons, Inc. Diunduh pada
tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 dari
http://books.google.co.id/books?id=qawT0W2MJI8C&printsec=frontcover
#v=onepage&q&f=false

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
111

Oemarjoedi, Kasandra. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi.


Jakarta: Kreatif Media.

Pace, Caswell. Rory. (2007). Fluid management in patient on hemodialysis. Diunduh


pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 15.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/216529958/13F431040F7733DFBF9/
1?accountid=17242

Pak, Charles. (1998). Kidney stone. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 08.00
WIB dari
http://search.proquest.com/docview/199011101/13F23FEEA316BF063A4/1
2?accountid=17242

Price, A. S., & Wilson, M. L. (2006). Pathophysiology: Clinical concept of disease


process. Missiouri: Mosby.

Profil RSUP Cipto Mangunkusumo. Diunduh pada tanggal 22 Juni 2013 pada pukul
14.00 WIB dari
http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=ADM0000003

Rini, Dhea. Puspita. (2010). Hubungan peningkatan kadar asam urat serum dengan
kejadian batu ginjal di RSUD DR Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
periode Januari – Desember 2008.Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013
pukul 19.00 WIB dari
http://eprints.umm.ac.id/5698/1/HUBUNGAN_PENINGKATAN_KADA
R_ASAM_URAT_SERUM1.pdf

Setyaningsih, Tri. (2011). Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT) terhadap


perubahan harga diri pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa
Rumah Sakit Husada Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19.00
WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282775-T...pdf‎

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
112

Sharp, J. et all. (2005). A cognitive behavioral group approach to enchance


adherence to hemodialysis fluid restriction: A randomized controlled trial.
Diunduh pad tanggal 10 Mei 2013 pukul 19.00 WIB dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1595713

Stuart, W.G., & Laraia, T. M. (2005). Principles and practice of psychiatric.


Missiouri: Mosby

Smeltzer, Suzanne. C, & Bare, Brenda. G. (2005). Brunner‎&‎Suddarth’s:‎Textbook‎


of medical surgical nursing 10th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.

Suharjono. (2008). Ilmu penyakit dalam.(Edisi 8). Jakarta: Penerbit FK UI.

Suraryanto, T. & Madjid, A. (2002). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit Trans Info Media.

The Centers for Disease Control and Prevention. (2010). National Chronic Kidney
Disease Fact Sheet. Diunduh pada tanggal 29 Juni 2013 pukul 19.00 WIB
dari www.cdc.gov/diabetes/pubs/factsheets/kidney.htm

Tovazzi, Elena. Maria., & Mazzoni, Valentina. (2012). Personal path of fluid
restriction in patients on hemodialysis.. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2013
pukul 15.00 dari
http://search.proquest.com/docview/1022627001/13F43008B4E56316A53/1
?accountid=17242

USRDS Annual Data Report. (2012). Altas of CKD & ESRD. Diunduh pada tanggal
12 Mei 2013 pukul 18.00 WIB dari
http://www.usrds.org/2012/pdf/v1_ch2_12.pdf

Wahyuningsih, Atun.Sri. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap kemampuan


keluarga merawat klien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani
hemodialisa di Rumah Sakit PELNI Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
113

Keperawatan Indonesia. Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 14.00


WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282455...pdf‎.

Wibowo, A. Budi. (2010). Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal dan saluran
kemih di wilyah kerja Puskesmas Sentolo I Kabupaten Kulin Progo
Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://eprints.undip.ac.id/28924/1/2797.pdf

Wright, Mark., & Jones, Colin. (2010). Clinical Practice Guidelines: Nutrition in
CKD. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 WIB dari
http://www.renal.org/clinical/guidelinessection/NutritionInCKD.aspx

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Rabu, 15 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:


Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan masih merasa
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan mual dan ingin muntah.
neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:130/80 mmHg
4. Memberikan terapi bicnat - RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Rabu, 15 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:


Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan mengalami
suara jantung. bengkak pada kaki sejak 1 bulan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

3. Timbang berat badan yang lalu.


4. Menghitung JVP - Klien mengatakan mengerti
5. Menjelaskan klien terkait dengan penjelasan terkait
pembatasan cairan pembatasan cairan yang telah
6. Memantau tanda-tanda vital dijelaskan.
Objektif:
- Pitting edema derajat 2 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:130/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Rabu, 15 Konstipasi 1) Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:


Mei 2013 frekuensi) - Klien mengatakan saat ini
2) Melakukan palpasi abdomen mengalami mual dan penurunan
3) Mengkaji pola diet dan pilihan nafsu makan
makanan - Klien mengatakan makanan
4) Mengkaji pola BAB hanya sedikit yang masuk
5) Mengajarkan masase perut - Klien mengatakan biasa BAB
6) Menganjrkan untuk mengonsumsi sehari sekali
banyak buah-buahan dan sayuran - Klien mengatakan perut mulas
tapi tidak mau keluar dan perut
terasa tidak nyaman.
- Klien mengatakan mengerti
dengan penjelasan ynag diberikan
Objektif:
- Bising usus : 5x/menit
- Distensi abdomen (+)
- Klien dapat melakukan masase
perut dengan benar
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Pertahankan privasi klien di


kamar mandi atau di temapat
tidur.

Rabu, 15 Risiko nutrisi; kurang 1. Mengkaji pola makan pasien Subjektif:


Mei 2013 dari kebutuhan sebelumnya dan bandingkan - Klien mengeluhkan mual dan
dengan makanan yang dapat muntah masih ada
dihabiskan pasien. - Klien mengatakan tidak dapat
2. Mengauskultasi bising usus, catat menghabiskan makanan yang
adanya nyeri abdomen/ perut diberikan dan masih tersisa ¾
kembung, mual, dan muntah - Keluarga mengatakan mengerti
3. Mengajarkan klien dan keluarga terkait cara oral hygiene
mengenai oral - Setelah 45 menit diberikan obat,
higiene klien. klien mengatakan mual
4. Memberikan obat ondansenton berkurang.
dan inpepsa -
5. Menimbang berat badan Objektif:
- Klien tampak tampak pucat
- Bising usus: 5x/menit
- Mual (+), muntah (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- kaji pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
- Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
- Pantau oral higiene klien.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Kolaborasikan pemberian obat


antiemetic sesuai indikasi (obat
ondansenton dan inpepsa)

Kamis, 16 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting Subjektif:


Mei 2013 edema - Klien mengatakan minum 1200
2. Mengauskultasi suara nafas cc
dan suara jantung. Objektif:
3. Timbang berat badan - Pitting edema derajat 2 di
4. Menghitung JVP peritibial.
5. Menjelaskan klien terkait - Suara nafas: vesikuler, wheezing
pembatasan cairan (-), ronkhi(-)
6. Memantau tanda-tanda vital - JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Pantau tanda-tanda vital


- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Kamis,, 16 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan masih merasa
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan mual dan ingin muntah.
neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:120/80 mmHg
4. Memberikan terapi bicnat - RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Kamis, 16 Konstipasi 1. Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Mei 2013 frekuensi) - Klien mengatakan saat ini belum


2. Melakukan palpasi abdomen BAB
3. Mengkaji pola diet dan pilihan - Klien mengatakan perut tidak
makanan terasa mulas
4. Mengkaji pola BAB - Klien mengatakan sudah
melakukan masase perut setiap
pagi
- Klien mengatakan sudah
mengkonsumsi buah-bauahan dan
sayuran
Objektif:
- Bising usus : 5x/menit
- Distensi abdomen (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.
Subjektif:
Kamis, 16 Kurang Pengetahuan 1. Menjelaskan mengenai gagal ginjal - Klien dan keluarga mengatakan
Mei 2013 kronik mengerti dengan penjelasan yang

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

2. Menjelaskan penyebab gagal ginjal diberikan


kronik - Klien dan keluarga mengatakan
3. Menjelaskan akibat gagal ginjal baru mengetahui terkait penyakit
kronik gagal ginjal kronik
4. Menjelaskan terapi dialisa yaitu Objektif:
hemodialisa - Klien dan keluarga dapat
menyebutkan kembali pengertian
gagal ginjal kronik
- Klien dan keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 5 penyebab
gagal ginjal kronik
- Klien dapat menyebutkan 5 dari
12 akibat gagal ginjal kronik
- Klien dapat menyebutkan
pengertian dan tujuan hemodialisa
Analisa:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Diskusikan terkait diet makanan
dan cairan
- Diskusikan aktivitas/ latihan yang
sesuai
- Evaluasi kembali kegiatan penkes
yang sudah diberikan.

Jumat, 17 Pasien On HD
Mei 2013
Sabtu, 18 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda- Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan tanda vital - Klien mengatakan masih merasa
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan mual mulai berkurang

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:110/70 mmHg
4. Memberikan terapi bicnat - RR:18x/menit
- HR:82x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Sabtu,18 Konstipasi 1. Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:


Mei 2013 frekuensi) - Klien mengatakan mual dan
2. Melakukan palpasi abdomen muntah berkurang
3. Mengkaji pola diet dan pilihan - Klien mengatakan sudah
makanan melakukan masase perut
4. Mengkaji pola BAB - Klien mengatakan sudah
mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Klien mengatakan sudah minum


laxadine.
Objektif:
- Bising usus : 7x/menit
- Distensi abdomen (+)

Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.
- Kolaborasi pemberian laxadine

Sabtu, 18 Kelebihan volume cairan 1.Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:


Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas - Klien mengatakan minum 1000
dan suara jantung. cc
3. Menghitung JVP Objektif:
4. Memantau tanda-tanda vital - Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- JVP 5+1 cm H2O


- Berat badan 50 kg
- TD:110/80 mmHg
- RR:18x/menit
- HR:88 x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1000
output 600 cc, IWL : 500 cc
- Balance cairan: - 100 cc
- Post HD (17 Mei 2013): 800 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Senin,20 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:
Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan minum 1200
suara jantung. cc
3. Timbang berat badan Objektif:
4. Menghitung JVP - Pitting edema derajat 1 di
5. Menjelaskan klien terkait peritibial.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

pembatasan cairan - Suara nafas: vesikuler, wheezing


6. Memantau tanda-tanda vital (-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:82x/menit
- Suhu: 360 C
- Balance cairan: intake 1200
output 800 cc, IWL : 500 cc
- Balance cairan: - 100 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Senin, 20 Konstipasi 1. Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:
Mei 2013 frekuensi) - Klien mengatakan sudah BAB
2. Melakukan palpasi abdomen tadi pagi namun masih sedikit dan
3. Mengkaji pola diet dan pilihan perut masih terasa mulas
makanan - Klien mengatakan sudah

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

4. Mengkaji pola BAB melakukan masase perut


- Klien mengatakan sudah
mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran
Objektif:
- Bising usus : 7x/menit
- Distensi abdomen (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.

Senin, 20 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:


Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan masih merasa
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan mual namun sudah mulai
neuromuscular berkurang.
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT Objektif:
4. Memberikan terapi bicnat - TD:120/80 mmHg

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- RR:20x/menit
- HR:82x/menit
- Suhu: 36,10 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Senin, 20 Kurang Pengetahuan 1. Melakuakan evaluasi terkait Subjektif:


Mei 2013 pendidikan kesehatan yang - Klien dan keluarga mengatakan
dilakukan sebelumnya tidak ingat mengenai dampak atau
2. Menjelaskan kembali terkait akibat gagal ginjal.
dampak gagal ginjal kronik - Klien dan keluarga mengatakan
3. Menjelaskan terkait diet pada mengerti dengan penjelasan yang
gagal ginjal kronik diberikan
Objektif:
- Klien dan keluarga tampak
kooperatif

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Klien dan keluarga tampak aktif


dalam diskusi
- Klien dan keluarga dapat
menyebutkan beberapa contoh
diet makanan penderita gagal
ginjal kronik.
Analisis:
- Masalah belum teratasi
Perencanan:
- Evaluasi pendidikan kesehatan
yang telah diberikan
- Diskusikan kembali terkait terapi
hemodialisa
- Diskusikan mengenai aktivitas
yang cocok untuk klien.

Selasa, 21 Pasien On HD
Mei 2013
Rabu, 22 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan masih merasa
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan mual sudah berkurang
neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:84x/menit
- Suhu: 360 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Warna mukosa: pink, CRT < 2


detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Rabu, 22 Konstipasi 1. Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:


Mei 2013 frekuensi) - Klien mengatakan saat ini mual
2. Melakukan palpasi abdomen berkurang dan nafsu makan mulai
3. Mengkaji pola diet dan pilihan membaik.
makanan - Klien mengatakan BAB tadi pagi
4. Mengkaji pola BAB dengan konsistensi lembek, warna
kecokelatan, darah (-), lendir (-)
Objektif:
- Bising usus : 9x/menit
- Distensi abdomen (-)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Anjurkan buah-buahan segar,


sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di tempat tidur.

Rabu, 22 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:


Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan minum 1200
suara jantung. cc
3. Bersama klien melakukan - Klien mengatakan tidak ada
penimbangan berat badan masalah dalam melakukan
4. Memantau kadar albumin pembatasan cairan
5. Memantau tanda-tanda vital - Klien mengatakan merasa
nyaman dengan pembatasan
cairan yang dilakukan
Objektif:
- Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- Kadar albumin 3, 03 g/dl
- Berat badan 50 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:84x/menit
- Suhu: 360 C

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Balance cairan: intake 1200


output 600 cc, IWL : 500 cc
- Balnce cairan: - 100 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Kamis, 23 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:
Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan minum 1100
suara jantung. cc
3. Menimbang berat badan Objektif:
4. Menghitung JVP - Pitting edema derajat 1 di
5. Memantau tanda-tanda vital peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50,5 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Suhu: 36,20 C
- Balance cairan: intake 1100
output 600 cc, IWL : 500 cc
- Balance cairan: seimbang
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Kamis, 23 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan mual mulai
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan berkurang.
neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:120/80 mmHg
4. Memberikan terapi bicnat - RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Warna mukosa: pink, CRT < 2


detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Kamis, 23 Risiko nutrisi; kurang 1. Mengkaji pola makan pasien Subjektif:


Mei 2013 dari kebutuhan sebelumnya dan bandingkan dengan - Klien mengeluhkan mual mulai
makanan yang dapat dihabiskan berkurang.
pasien. - Klien mengatakan dapat
2. Mengauskultasi bising usus, catat menghabiskan makanan yang
adanya nyeri abdomen/ perut diberikan sebanyak ¾ porsi
kembung, mual, dan muntah - Keluarga mengatakan melakukan
3. Mengevaluasi tindakan oral oral hygiene setiap hari
higiene klien. - Setelah 45 menit diberikan obat,
4. Memberikan obat ondansenton dan klien mengatakan mual hilang.
inpepsa Objektif:
5. Menimbang berat badan - Bising usus: 5x/menit
- Mual (-), muntah (-)
- Berat badan 50,5 kg
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- kaji pola makan pasien dan


bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
- Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
- Pantau oral higiene klien.
- Kolaborasikan pemberian obat
antiemetic sesuai indikasi (obat
ondansenton dan inpepsa)
Kamis, 23 Hambatan Mobilitas 1. Memantau tanda-tanda vital sebelum Subjektif:
Mei 2013 Fisik dan sesudah latihan - Klien mengatakan tidak merasa
2. Mengkaji kekuatan otot pusing dan sesak saat melakukan
3. Mengkaji kemampuan klien dalam latihan
melakukan latihan ROM Objektif:
4. Melatih ROM - Tanda vital sebelum latihan:
5. Melibatkan keluarga dalam - TD:120/80 mmhg
melakukan latihan - Nadi: 80x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 84x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
Analisa:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Masalah belum teratasi


Perencanaan:
- Dorong klien untuk melakukan
secara rutin
- Lakukan ROM secara rutin
- Pantau TTV sebelum dan
sesuadah latihan
Jumat, 24 Pasien On HD
Mei 2013
Sabtu, 25 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:
Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan minum 1200
suara jantung. cc
3. Bersama klien melakukan Objektif:
penimbangan berat badan - Pitting edema derajat 1 di
4. Menghitung JVP peritibial.
5. Memantau tanda-tanda vital - Suara nafas: vesikuler, wheezing
6. Memantau kadar albumin (-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 51 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
- Post HD: 600 cc
- Kadar albumin: 3, 06 g/dl
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Kaji adanya pitting edema


- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Sabtu, 25 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan muntah mulia
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan berkurang.
neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:120/80 mmHg
4. Memberikan terapi bicnat - RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi.
Sabtu, 25 Hambatan Mobilitas 1. Memantau tanda-tanda vital sebelum Subjektif:
Mei 2013 Fisik dan sesudah latihan - Klien mengatakan tidak merasa
2. Mengkaji kekuatan otot pusing dan sesak saat melakukan
3. Mengkaji kemampuan klien dalam latihan
melakukan latihan ROM Objektif:
4. Melatih ROM - Tanda vital sebelum latihan:
Melibatkan keluarga dalam - TD:120/80 mmhg
melakukan latihan - Nadi: 82x/menit
- Suhu: 360 C
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 88x/menit
- Suhu: 360 C
- Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Dorong klien untuk melakukan
secara rutin
- Lakukan ROM secara rutin
- Pantau TTV sebelum dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

sesuadah latihan
Sabtu, 25 Kurang Pengetahuan 1. Mengevaluasi terkait pendidikan Subjektif:
Mei 2013 kesehatan yang telah dilakukan - Klien mengatakan hambatanatau
2. Mengevaluasi terkait pembatasan situasi yang tidak bersahabat
makanan dan jenis diet pada dalam melakukan pembatasan
penyakit gagal ginjal kronik cairan adalah cuaca panas, pesta,
3. Mengevaluasi kembali strategi dan saat menonton tevelisi.
yang digunakan untuk - Klien mengatakan merasa
melakukan pembatasan cairan nyaman dengan pembatasan
4. Mengevaluasi perasaan klien cairan yang diberikan
terkait pendidikan kesehatan - Klien dan keluarga mengatakan
yang diberikan. agak sulit untuk menerapkan diet
5. Mendiskusikan terkait yang sesuai
hemodialisa - Klien dan keluarga mengatakan
merasa cemas jika tidak
mendapatkan tempat untuk
hemodialisa atau tempatnya jauh
dari rumah
- Klien mengatakan strategi yang
dapat digunakan seperti berdoa
dan dukungan keluarga untuk
patuh terhadap pembatasan
cairan.
- Klien mengatakan merasa
nyaman dengan pembatasan
cairan yang dilakukan.
Objektif:
- Klien dan keluarga tampak
kooperatif
- Klien dan keluarga aktif dalam

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

mengikuti diskusi
- Klien dapat menyebutkan kembali
pilihan diet makanan pada
penderita gagal ginjal kronik.
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Evaluasi pendidikan kesehatan
yang telah dilakukan
- Diskusikan terkait aktivitas/
latihan yang cocok untuk klien.
Senin, 27 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan masihmual
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan sudah tidak muncul sejak
neuromuscular kemarin.
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT Objektif:
4. Memberikan terapi bicnat - TD:110/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 36,10 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Kaji adanya perubahan


neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi

Senin, 27 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:


Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan minum 1200
suara jantung. cc
3. Bersama klien melakukan Objektif:
penimbangan berat badan - Pitting edema (-)
4. Menghitung JVP - Suara nafas: vesikuler, wheezing
5. Menjelaskan klien terkait (-), ronkhi(-)
pembatasan cairan - JVP 5+1 cm H2O
6. Memantau tanda-tanda vital - Berat badan 52 kg
- TD:110/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 360 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Pantau balance cairan


- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Senin, 27 Hambatan Mobilitas 1. Memantau tanda-tanda vital sebelum Subjektif:
Mei 2013 Fisik dan sesudah latihan - Klien mengatakan tidak merasa
2. Mengkaji kemampuan klien dalam pusing dan sesak saat melakukan
melakukan latihan ROM latihan
3. Melatih ROM Objektif:
4. Melibatkan keluarga dalam - Tanda vital sebelum latihan:
melakukan latihan - TD:110/80 mmhg
- Nadi: 86x/menit
- Suhu: 360 C
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:110/80 mmhg
- Nadi: 90x/menit
- Suhu: 360 C
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Dorong klien untuk melakukan
secara rutin
- Lakukan ROM secara rutin
- Pantau TTV sebelum dan
sesuadah latihan
Selasa, 28 Pasien On HD

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Mei 2013
Rabu, 29 Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema Subjektif:
Mei 2013 2. Mengauskultasi suara nafas dan - Klien mengatakan minum 1200
suara jantung. cc
3. Bersama klien melakukan Objektif:
penimbangan berat badan - Pitting edema (-)
4. Menghitung JVP - Suara nafas: vesikuler, wheezing
5. Menjelaskan klien terkait (-), ronkhi(-)
pembatasan cairan - JVP 5+1 cm H2O
6. Memantau tanda-tanda vital - Berat badan 52 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
- Post HD: 600 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Operkan kepada perawat ruangan
Rabu, 29 Risiko 1. Melakukan pemantauan tanda-tanda Subjektif:
Mei 2013 ketidakseimbangan vital - Klien mengatakan masih merasa
elektrolit 2. Mengkaji adanya perubahan mual dan ingin muntah.
neuromuscular Objektif:
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT - TD:120/80 mmHg
4. Memberikan terapi bicnat - RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi.

Rabu, 29 Hambatan Mobilitas 1. Memantau tanda-tanda vital sebelum Subjektif:


mei 2013 Fisik dan sesudah latihan - Klien mengatakan tidak merasa
2. Mengkaji kekuatan otot pusing dan sesak saat melakukan
3. Mengkaji kemampuan klien dalam latihan.
melakukan latihan ROM - Klien mengatakan telah mencoba
4. Melatih ROM melakukan latihan ROM aktif tadi
Melibatkan keluarga dalam pagi
melakukan latihan - Klien mengatakan akan
5. Menyusun jadwal latihan ROM melakukan latihan ROM setiap
bersama dengan klien. pagi pukul 06.00
Objektif:
- Tanda vital sebelum latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 80x/menit
- Suhu: 36, 20 C

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Tanda vital sesuadah latihan:


- TD:110/80 mmhg
- Nadi: 90x/menit
- Suhu: 360 C
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
- Klien dapat melakukan tindakan
ROM aktif sesuai dengan urutan.
Analisa:
- Masalah teratasi
Perencanaan:
- Operkan kepada perawat ruangan.
Rabu, 29 Kurang Pengetahuan 1. Mengevaluasi pendidikan Subjektif:
Mei 2013 kesehatan yang telah dilakukan - Klien mengatakan cukup
2. Mendiskusikan kembali mengerti dengan penjelasan yang
hambatan yang terjadi selama diberikan oleh mahasiswa
melakukan pembatasan cairan - Klien mengatakan latihan yang
3. Mendiskusikan masalah-masalah akan dilakukan adalah jalan kaki
yang belum jelas mengenai diit dan senam setiap hari
4. Mendiskusikan terkait - Klien mengatakan merasa
aktivitas/latihan yang sesuai nyaman dan merasa yakin untuk
dengan klien. mencoba melakukan pembatasan
cairan
- Klien mengatakan hal yang ingin
dicapai adalah tetap sehat dan
bisa tetap aktif dalam melakukan
kegiatan sosial.
- Klien mengatakan dukungan
keluarga sangat penting dalam

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

menjalani pola hidup yang baru


- Klien mengatkan akan mencoba
menerapkan pola hidup yang
baru.
- Klien akan mencoba anjuran
untuk memeriksakan kesehatan
rutin (tekanan darah, kadar gula),
menimbang berat badan setiap
hari, dan mencatat cairan masuk
dan keluar.
Objektif:
- Klien dan keluarga tampak
kooperatif
- Klien dan keluargaterlibat aktif
dalam diskusi
- Klien dapat menyebutkan kembali
tujuan pembatasan cairan dan
manfaat yang dicapai.
- Klien dapat menyebutkan kembali
diit makanan yang sesuai dengan
penyakit gagal ginjal kronik.
Analisa:
- Masalah teratasi.
Perencanaan:
-
Rabu, 29 Risiko nutrisi; kurang 1. Mengkaji pola makan pasien Subjektif:
mei 2013 dari kebutuhan sebelumnya dan bandingkan dengan - Klien mengeluhkan mual dan
makanan yang dapat dihabiskan muntah tidak ada.
pasien. - Klien mengatakan nafsu makan
2. Mengauskultasi bising usus, catat sudah mulai membaik

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

adanya nyeri abdomen/ perut - Klien mengatakan sudah dapat


kembung, mual, dan muntah menghabiskan makanan sesuai
3. Mengevaluasi oral higiene klien porsi yang disediakan
4. Menimbang berat badan Objektif:
- Klien tampak tampak pucat
- Bising usus: 10x/menit
- Mual (-), muntah (-)
- Berat badan: 52 kg
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Operkan kepada perawat ruangan.

Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
APA ITU CKD ? Tanda dan gejala
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi
Gejala dini: lemah, sakit kepala, berat
ginjal yang menurun secara cepat dan fungsi badan menurun, lelah, nyeri pinggang.
tersebut tidak dapat kembali seperti semula,
yaitu dimana ginjal mengalami kegagalan
dalam mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit.

Penyebab
 Kurang minum Gejala lanjut:
 Minuman Beralkohol nafsu makan
Oleh  Minuman bersoda menurun, mual
Ni Putu Eka Rosmala Dewi  Tekanan darah tinggi disertai muntah,
 Infeksi penyakit sesak nafas baik di
 Pola makan dan gaya hidup yang tidak waktu ada kegiatan
sehat atau tidak, bengkak
FAKULTAS KEPERAWATAN
 Penyakit bawaan yang disertai
UNIVERSITAS INDONESIA
 Mengkonsumsi jamu-jamuan atau obat- lekukan, gatal-gatal
obatan secara berlebihan
pada kulit, dan kesadaran menurun .
 Batu saluran kencing

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


Penatalaksanaan
Apabila tidak segera
1. Observasi keseimbangan cairan
antara yang masuk dan keluar ditangani
1. Penyakit jantung, serangan
jantung
2. Stroke
3. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
5. Operasi 4. Kurang darah (Anemia)
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal (Cangkok 5. Penyakit tulang
2. Pantau berat badan harian Ginjal) 6. Kerusakan kulit
6. Pemantaun diet makanan 7. Kematian
Saat / sesudah terkena gagal
ginjal kronik
1. Kontrol rutin
2. Berhati-hati konsumsi obat-
obatan, seperti obat rematik
3. Batasi cairan yang masuk
4. Cuci darah (hemodialisa) 3. Pengobatan pada hipertensi
7. Obat-obatan 4. Pengendalian gula darah,
kolesterol
5. Peningkatan aktivitas fisik
6. Pengendalian berat badan
7. Diet rendah protein (20-40
gram/hari)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
APA ITU CKD ?
Hemodialisis berasal dari kata
“hemo” artinya darah, dan “dialisis
” artinya pemisahan zat-zat terlarut.
Hemodialisis
menggunakan ginjal buatan
berupa mesin dialisis. Hemodialisis
sama dengan „cuci darah‟.

Komplikasi
Oleh PRINSIP KERJA  Kram otot
Ni Putu Eka Rosmala Dewi  Hipotensi
 Akses
 Mesin dialysis  Gangguan irama jantung
 Difusi/ perpindahan cairan  Perdarahan
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA  Ultrafiltrasi/penyaringan  Sakit kepala
 4-5 jam  Infeksi pada akses
 Obat- obatan seperti heparin  Mual, muntah

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


Hindari stress
Penatalaksanaan:
Pantau tekanan darah dan
gula darah secara rutin
Diet rendah protein

Timbang berat badan rutin


Diet rendah kalium Manisnya Hidup
Kita Yang
Tentukan
Aktivitas/ Latihan

Pembatasan konsumsi
garam

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal lahir :Denpasar, 25 Maret 1991
Agama : Hindu
Alamat : Jalan I Gusti Ketut Jelantik No 5 Mengwi, Badung, Bali
Email : putueka.rosmala@gmail.com; kabong_honey@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL
No Pendidikan Tahun
1 FIK UI Program Ners Ilmu Keperawatan 2012-2013
2 FIK UI Program S1 Studi Ilmu Keperawatan 2008-2012
3 SMAN 3 Denpasar 2005-2008
4 SMPN 1 Mengwi 2002-2005
5 SD 1 Mengwi 1996-2002
6 TK Purnayasa 1995-1996

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai