Anda di halaman 1dari 237

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA


DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH
DI RUANG INFEKSI ANAK
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR

Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095

PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
JANUARI, 2014

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA


DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH
DI RUANG INFEKSI ANAK
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095

PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
JANUARI, 2014
i

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayang yang
dicurahkanNya, sehingga Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Aplikasi Teori
Comfort Katharine Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo” ini dapat terselesaikan. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Residen menyadari karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, residen
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku Koordinator Mata Ajar, Supervisor Utama
sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan
arahan, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
2. Ns. Elfi Syahreni, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. An., selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran dan arahan
3. Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc.Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., sebagai Ketua Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Direktur RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan
ijin sebagai tempat praktik residensi
6. Supervisor, Head Nurse beserta staf ruang infeksi anak IKA Lantai 1 Gedung
A di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan
tempat selama praktik residensi
7. dr. M. Sulaeman, Sp.A, M.Kes, MMR, sebagai Ketua STIKES Widya Husada
Semarang yang telah memberikan kesempatan dan biaya selama pendidikan
8. Nana Rohana, SKM, M.Kep., sebagai Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Widya Husada Semarang yang telah memberikan dukungan selama
proses pendidikan

vi

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


9. Suami tercinta dan putra tersayang yang telah banyak berkorban
10. Kedua nenek Mahesa dan kakak untuk doa dan dukungannya
11. Teman PSIK STIKES Widya Husada Semarang yang telah membantu
pekerjaan selama proses pendidikan
12. Teman Residensi Keperawatan Anak angkatan VI yang sama-sama berjuang
13. Pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah
akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

Semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan.

Depok, Januari 2014

Residen

vii

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Tri Sakti Widyaningsih

Program Studi : Program Ners Spesialis Ilmu Keperawatan Peminatan


Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia

Judul : Aplikasi Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam


Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan
Suhu Tubuh Di Ruang Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo

Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Program


Residen Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam bentuk kegiatan praktik
Residensi I dan II. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran
aplikasi teori comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak dengan
peningkatan suhu tubuh dan pencapaian kompetensi baik sebagai praktisi,
pendidik, advokat, pengelola dan peneliti selama praktik residensi. Menurut
comfort Kolcaba, peningkatan suhu tubuh merupakan salah satu gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman fisik yang berkaitan erat dengan kebutuhan
rasa nyaman psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Intervensi yang
dilakukan adalah memonitor status hemodinamik, menganjurkan keluarga untuk
selalu berada di samping pasien, mengajarkan keluarga dalam pemberian kompres
air hangat dan mengatur suhu ruangan sesuai suhu tubuh pasien. Salah satu
inovasi yang dilakukan adalah mengukur suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani dimana residen menerapkan salah satu kompetensi perawat
spesialis sebagai ranah pengembangan profesional sekaligus memberikan
kebutuhan rasa nyaman dan mencegah trauma pada anak.

Kata kunci : teori comfort Kolcaba, peningkatan suhu tubuh, kompetensi perawat
Spesialis, termometer timpani

ix

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Tri Sakti Widyaningsih

Study Program : Program Specialist Nurses of Nursing Science, Majoring


in Child Nursing, Faculty of Nursing, University of
Indonesia

Title : Comfort Katharine Kolcaba Theory Application


Children Nursing Care by Increased Body Temperature
at Child Infections Room, RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.

This Final Scientific Paper provides an overview of the implementation of the


Resident Program Specialist Nurses in the form of practical activities Residency I
and II. This Final Scientific aims is in order to provide an overview Comfort
Kolcaba Theory Application of children nursing care by increased body
temperature and achievement of competency either as a practitioner, educator,
advocate, manager and researcher during practice residency. According to
Kolcaba comfort theory, increasing body temperature is one of the comfortable
sense of fulfillment disorders are strongly associated with physical comfort needs
psikospiritual, sociocultural and environmental. Interventions need to be done is
to monitor hemodynamic status, advised the family to accompanied the patient,
the family teaches the provision of warm water compress and maintain the room’s
temperature according the patient's body temperature. One inovation need to be
done is measure the body temperature using a thermometer tympanic where
residents apply one domain competence as a specialist nurse professional
development needs as well as providing a sense of comfort and prevent trauma to
child.

Key words: Theory Kolcaba comfort, increased body temperature, Specialist


nurse competency, tympanic thermometer

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... viii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................................. ix
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ......................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK
RESIDENSI
2.1 Gambaran Kasus ........................................................ …………..............7
2.2 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 17
2.3 Konsep Atraumatic Care Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh 39
2.4 Integrasi Teori Kolcaba dan Konsep Keperawatan Dalam Proses
Keperawatan ........................................................................................... 40
2.5 Aplikasi Konsep Teori Comfort Kolcaba Pada Kasus Terpilih .............. 56
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1 Kompetensi Program Pendidikan Ners Spesialis .... ………………… 101
3.2 Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik Residensi ........... 103
3.3 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak .............................................. 108
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Penerapan Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh .. 116
4.2 Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak Dalam Pencapaian
Target ………………………………………… ............................... …129
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 135
5.2 Saran ..................................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Macam demam .................................................................................. 29
Tabel 2.2 Struktur taksonomi anak dengan demam tipoid................................ 48
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan pada pasien anak dengan demam tipoid .... 49
Tabel 2.4 Struktur taksonomi comfort Kolcaba pada kasus anak S.R ............. 58
Tabel 2.5. Intervensi DP 1 Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d reduksi
aliran darah ke otak ........................................................................ 60
Tabel 2.6. Intervensi DP 2 Peningkatan suhu tubuh: Demam b.d efek
langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus ..................... 61
Tabel 2.7. Intervensi DP 3 Defisit elektrolit b.d kegagalan mekanisme
pengaturan ....................................................................................... 61
Tabel 2.8. Intervensi DP 4 Gangguan tumbuh kejar b.d status neurologis anak
(Apatis) ...................................................................................................... 62
Tabel 2.9. Intervensi DP 5 Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit
b.d kurang informasi yang didapat tentang prognosis dan
penatalaksanaan penyakit ................................................................ 63
Tabel 2.10 Intervensi DP 6 Resiko tinggi cidera b.d aktivitas kejang .............. 64
Tabel 2.11 Implementasi dan evaluasi pada anak SR ....................................... 65

xii

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Children’s Comfort Daisies, 2000 ................................................. 52
Gambar 2.2 Visual Analog Scale & Skala Kusher ............................................. 53

xiii

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Proses peningkatan suhu tubuh ....................................................... 33
Skema 2.2 Konsep teori keperawatan comfort Katharine Kolcaba ................. 46
Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep
keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan
peningkatan suhu tubuh................................................................... 55

xiv

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Format Pengkajian Comfort Katharine Kolcaba
Lampiran 2: Kontrak Belajar Residensi I dan II
Lampiran 3: Laporan Hasil Proyek Inovasi

xv

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Uraian
AC Air Conditioner
ACTH Adenocorticotropic Hormon
AGD Analisis Gas Darah
AKB Angka Kematian Bayi
AKBA Angka Kematian Balita
ASD Atrial Septal Defect
ASEAN Association of South East Asia Nations
ASI Air Susu Ibu
AIPDIKI Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia
AIPNI Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
BAB Buang Air Besar
BB Berat badan
BCG Bacille Calmette Guerin
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah
b.d Berhubungan Dengan
BE Base Excesses
BMR Basal Metabolisme Rate
CAVSD Complete Atrioventricular Septal Defect
Cl Chlorida
cm centi meter
COX Ciklooksigenase
CRF Corticotropin Releasing Faktor
DP Diagnosa Perawatan
EBN Evidence Based Nursing
EBP Evidence Based Practice
EMV Eyes Motoric Verbal
FCC Family Centered Care
GCS Glasgow Coma Scale
HCO3 Asam Bicarbonate
HIV Human Immunodeficiency Virus
HPEQ Health Profession Educational Quality
HSBs Health seeking behavior
HSE Haemorrhargic Shock and Encephalopathy
ICN International Council of Nurses
IGD Instalasi Gawat Darurat
IKA Ilmu Kesehatan Anak
IL Interleukin
IM Intra Muskuler
IV Intra Vena
K Kalium
kg kilogram
KIA Karya Ilmiah Akhir
xvi

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Singkatan Uraian
KKNI Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
MDGs Millenium Development Goals
Mg Magnesium
MIP Macrophage Inflammatory Protein
mm milli meter
mmHg millimeter air raksa
ml mili liter
Na Natrium
NaCl Natrium Chlorida
NCHS National Center for Health Statistics
NGT Naso Gastric Tube
O2 Oksigen
OAT Obat Anti Tuberculosis
PB Panjang Badan
pCO2 Pondus Carbondioksida
pH Pondus Hydrogenium
PH Pulmonal Hipertensi
PJB Penyakit Jantung Bawaan
PO Per Oral
pO2 Pondus Oksigen
PPDS Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
PPNI Persatuan Perawat Nasional Indonesia
RSCM RSCM: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RSUPN Rumah Salit Umum Pusat Nasional
ROM Range Of Motion
SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SIDS Sudden Infant Death Syndrome
SLE Sindrom Lupus Eritematosus
SMP Sekolah Menengah Pertama
SNAD Sepsis Neonatus Awitan Dini
SOAP Subjektif Objektif Analisis Planning
Tb Tuberculosis
TB Tinggi badan
TNF Tumor Nekrosis Faktor
TRH Thyrotropin Releasing Hormon
TSH Thyroid Stimulating Hormon
VSD Ventricular Septal Defect
°C Derajat Celcius

xvii

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


BAB 1
PENDAHU
ULUAN

Bab ini menguraika


m n tentang pendahuluaan yang beerisi latar belakang, tu
ujuan
penulisan dan sistemaatika penuliisan.

1.1 Latar Belakang


Penuruunan angka kematian bayi
b dan balita merupaakan salah ssatu prioritaas dan
pembaangunan kessehatan dallam Milleniium Developpment Goals (MDGs) yang
keemppat (Badan Pusat Statistik, 2011).. Menurut laporan
l Baddan Perencaanaan
Pembaangunan Naasional (20011), upayaa untuk meenurunkan angka kem
matian
anak sudah sejaalan dengann sasaran MDGs. Haal ini ditunnjukkan deengan
penuruunan angkaa kematian balita
b (AKB
BA) dari 97 (tahun 19991) menjaadi 44
per seeribu kelahiiran hidup (tahun 200
07); penuruunan angkaa kematian bayi
(AKB)) dari 68 menjadi
m 34 per
p seribu kelahiran
k daan neonatal dari 32 meenjadi
19 perr seribu keelahiran. Meskipun terrjadi penuruunan, AKB
B dan AKB
BA di
Indoneesia masihh cukup tinnggi jika dibandingkkan dengann negara-n
negara
anggotta Associatiion of Southh East Asia Nations
N (ASEAN).

Menurrut Survey Demografii dan Keseehatan Indoonesia (SDK


KI) tahun 2007,
2
setiap tahun ham
mpir 10 juuta anak meninggal
m sebelum ulaang tahun ke-5.
Penyebbab utama kematian bayi
b di Indo
onesia adalaah karena m
masalah pen
nyakit
meninngitis, enseffalitis dan tiipus. Sedan
ngkan penyaakit infeksi seperti cam
mpak,
malariia, diare, pneumonia, serta masaalah gizi kuurang dan gizi buruk
k juga
cukup sering mennjadi penyebbab kematiaan balita. Beberapa
B peenyakit peny
yebab
kematiian tersebutt merupakann sebuah peeringatan peenting untukk bayi dan anak-
anak yang
y kemunngkinan besar memilik
ki pusat peengaturan suuhu yang im
matur
atau abnormal
a p
pada sistem
m termoreg
gulasi, sehiingga tangggapan med
diator
terhaddap demam tidak mengghasilkan respon terhaddap infeksi ttertentu. Deemam
akan terbentuk
t keetika terjadii peningkatan set point pada sisteem termoreg
gulasi
yang pada
p akhirnnya menghaasilkan pen
ningkatan suuhu tubuh yyang mend
dalam.

1 Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2

Respon anak terhhadap kondiisi ini berbeeda-beda, teergantung uusia dan tah
hapan
mbangan annak, salah saatunya adalaah peningkaatan suhu tuubuh.
perkem

Suhu tubuh adallah perbedaaan antara jumlah pannas yang ddihasilkan tubuh
t
dengann jumlah panas
p yang hilang ke lingkungan
l luar. Suhuu tubuh maanusia
diatur dengan mekanisme um
mpan balik (feed
( back) yang diperaankan oleh pusat
pengatturan suhuu di hipotaalamus. Ap
pabila pusaat temperaatur hipotallamus
mendeeteksi suhu tubuh yangg terlalu pan
nas, tubuh akan
a melakuukan mekan
nisme
umpann balik untuuk mempertahankan su
uhu tubuh innti konstan ppada 37°C, yang
disebuut titik tetapp (set pointt), dengan cara menurrunkan prodduksi panass dan
meninngkatkan penngeluaran panas
p (Potteer & Perry, 2010).
2

Peninggkatan suhuu tubuh padda umumnyaa tidak berbbahaya, nam


mun apabilaa suhu
yang meningkat dibiarkan atau berllangsung laama dapat mempeng
garuhi
perubaahan metabbolisme tubbuh, mengg
ganggu rassa nyaman,, menjadi tanda
penyakkit infeksii yang leebih seriuss dan daapat membbahayakan bagi
penderritanya. Sehingga evaaluasi tandaa vital, staatus hidrasi dan perub
bahan
perilakku adalah pengkajian klinis
k yang penting
p padda anak denngan pening
gkatan
suhu tuubuh (Neto, 2004; Thoompson, 200
07; Barraf, 2008).
2

Peninggkatan suhuu tubuh yanng melebihi batasan suuhu di atass normal diisebut
juga dengan
d dem
mam. Dem
mam adalah
h suatu keaadaan dimaana suhu tubuh
t
melebiihi 38°C (T
Thompson, 2007). Selain demam
m, peningkaatan suhu tubuh
t
secaraa abnormal dapat terjaddi dalam beentuk hiperrtermia, yaittu keadaan suhu
tubuh mencapai sekitar
s 38,88°C per rek
ktal secara terus
t menerrus disertai kulit
teraba panas dan terlihat kerring serta abnormalita
a as sistem saaraf pusat seeperti
deliriuum, kejangg sampai dengan ko
ondisi kom
ma yang ddisebabkan atau
dipenggaruhi oleh panas eksteernal (lingku
ungan) atauu internal (m
metabolik) (Neto,
2004)..

Demam
m berkepannjangan massih menjadii masalah morbiditas
m ddan mortalittas di
negaraa-negara troopis dan seddang berkem
mbang. Dem
mam persissten atau deemam

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
3

berkeppanjangan adalah
a demaam berlangssung lebih dari
d delapann hari peraw
watan
di rum
mah sakit, dan terkadanng gagal meendeteksi peenyebab deemam (Palazzi et
al., 20009). Hasil penelitian Bakry (2008), yang dilakukan
d ppada 100 pasien
p
anak di
d RSCM menjelaskaan bahwa penyakit
p inffeksi meruppakan peny
yebab
terbannyak demam
m pada anakk yaitu 80 anak
a (80%)) dari seluruuh kasus, diikuti
d
dengann penyakit kolagen-vaaskular 6 an
nak (6%), penyakit
p keeganasan 5 anak
(5%), serta tidak terdiagnosis
t s 9 anak (9%
%).

Bakry juga memaaparkan bahhwa sebagiaan besar passien demam


m adalah lak
ki-laki
59%, sedangkan pasien waanita hanyaa 41%. Beerdasarkan kelompok usia,
penderrita demam ompok usiaa di bawah 2 tahun 46 anak
m terbanyak adalah kelo
(46%) kasus, dilaanjutkan keelompok usia antara 2--6 tahun seebanyak 35 anak
(35%), sedangkann kelompokk usia di atas
a 6 tahunn sejumlah 19 anak (19%)
(
kasus. Durasi dem
mam berkeppanjangan terbanyak
t p
pada pasien yang diraw
wat di
RSUPN Dr. Cippto Mangunnkusumo ad
dalah 8-30 hari. Dari hasil obseervasi
selamaa satu hari terhadap
t 155 anak yang
g dirawat di ruang infekksi anak RS
SUPN
Dr. Ciipto Manguunkusumo Jakarta, ressiden meneemukan 13 anak mend
derita
demam
m dan 2 anaak mengalam
mi hiperterm
mia.

Anak yang menggalami dem


mam dan berisiko diraawat di rum
mah sakit harus
menghhadapi lingkkungan yanng asing daan pemberi asuhan yanng baru dik
kenal.
Selainn itu anak harus
h menggalami proseedur yang menimbulkkan nyeri, cemas
c
berlebihan, ketakkutan, perassaan rendah
h diri, marah, depresii, tidak berrdaya,
keterggantungan pada
p orangg lain, tidak mampu berpikir deengan baik
k dan
berbaggai hal yangg tidak dikeetahui sehin
ngga anak mengalami
m ttrauma dan stres.
Traum
ma pada anaak dapat menyebabka
m an gangguaan rasa nyaaman, perub
bahan
pola tiidur dan pennurunan naffsu makan (Kazemi dkkk., 2012).

Salah satu prinsip atraumattic care pada anak yaang dapat ddilakukan adalah
a
dengann meminim
malkan dann mencegah
h trauma akibat
a dem
mam pada anak.
Walauupun pemerriksaan suhhu tubuh tid
dak menim
mbulkan nyeeri, namun pada
umum
mnya anak memperlihhatkan reak
ksi kecemassan yang bberlebihan pada

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
4

waktu dilakukan pemeriksaaan suhu tub


buh. Faktor yang menyyebabkan trrauma
pada anak
a adalahh waktu yaang dibutuh
hkan dalam
m pemerikssaan suhu tubuh
t
cukup lama (5-122 menit). Seelain itu, peenggunaan termometerr yang berv
variasi
juga berdampak terhadap lam
ma hari rawaat anak (Hoockenberry, 2009).

Beragaamnya term kan residen di ruangann, memuncu


mometer yaang ditemuk ulkan
suatu ide residenn keperawaatan anak untuk
u mem
mbuat suatu proyek in
novasi
berbassis Evidencee Based Nuursing selam
ma periodee praktik residensi 2 teerkait
interveensi pengeelolaan dem
mam. Inov
vasi yang dilakukann residen yaitu
melakuukan penguukuran suhuu tubuh den
ngan menggunakan term
mometer tim
mpani
dimanna termometter tersebut mampu meemberikan hasil
h yang aakurat dan dapat
mendeeteksi adanyya perubahaan suhu tub
buh yang lebbih cepat (E
El-Radhi, 2006).
2
Selainn itu termom
meter timpaani tidak menimbulkan
m n trauma paada anak karena
k
pengukkuran dilakkukan dalam
m waktu 1 detik
d (Hockenberry, 20009). Komplikasi
infeksii penyakit yang lebbih serius juga dapaat segera dicegah karena
k
termom
meter timpaani menggunnakan probe (Jefferies,, 2011).

Interprretasi dan respon


r anakk terhadap stress yang dialami sselama di ru
umah
sakit merupakan
m pengalamaan yang dap
pat mengakkibatkan kurang optim
malnya
prosess pelayanan keperawataan, mempen
ngaruhi prooses penyem
mbuhan pen
nyakit
dan seecara tidak langsung akan
a memp
pengaruhi tiingkat perkkembangan anak.
Kondisi stress akkibat hospiitalisasi pad
da anak, dapat
d diminnimalkan deengan
mengggunakan priinsip dan karakteristik
k k perawatann anak yangg berfokus pada
keluarrga atau Fam
mily Centered Care (Harison, 20099).

Orang tua juga biisa mengalaami stres ak


kibat kondissi anak selam
ma perawattan di
rumahh sakit. Penggalaman strres yang terjjadi pada orrang tua diaakibatkan karena
k
belum
m mendapatkkan informaasi atau kuraangnya infoormasi tentaang kondisi anak,
prognoosis, rencanna pengobaatan dan pemeriksaan
p n diagnostikk. Informassi ini
memuungkinkan mereka
m untuuk memahaami atas sittuasi yang belum dikeetahui
sebeluumnya (Krisstension, Shhields & O’C
Challaghan,, 2003).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
5

Hasil riset Stein,, Zeitner daan Jensen (2008) mennjelaskan bbahwa interrvensi
yang efektif
e untuuk menguranngi stres paada anak daan orang tuua adalah deengan
interveensi psikosoosial, dimanna perawat, orang tuaa dan temann di ruang rawat
r
ikut teerlibat didaalamnya. Inntervensi tersebut
t adaalah pembeerian konseling,
membantu memeenuhi kebuutuhan rasaa nyaman anak, melaatih anak untuk
u
mengeenal dan meenangani deepresi, terap
pi perilaku,, komunikasi singkat antara
a
anak dengan
d oranng tuanya,aadanya supp
port dan keeterlibatan oorang tua dalam
d
setiap perawatan anak serta pemberian
p pendidikan
p k
kesehatan.

Menceermati konddisi tersebuut di atas, maka dipeerlukan peraan perawatt ners


spesiallis anak unntuk mengem
mbangkan profesional
p isme dengaan menggun
nakan
pendekkatan teori keperawataan sebagai kerangka
k daasar berfikir yang tepaat dan
efektiff. Teori keperawatan
k n comfort yang dipeerkenalkan oleh Kath
harine
Kolcabba merupakkan pendekaatan yang sesuai
s untukk mengatassi dan meng
gelola
ketidakknyamanann pasien anaak dengan peningkatann suhu tubuuh, baik deemam
maupuun hiperterm
mi. Teori teersebut dapaat digunakaan pada pelaayanan ped
diatrik
yang holistik,
h dappat dimengeerti oleh tim
m kesehatan,, pasien dann orang tua dapat
Alligood & Tomey, 200
diikutssertakan sebbagai bagiann integral peerawatan (A 06).

Kolcabba mengenaalkan teori kenyamanaan sebagai middle


m rangge theory karena
k
mempunyai tingkkat abstrakssi yang ren
ndah dan mudah
m diapplikasikan dalam
d
praktikk keperawaatan. Kolcabba menilai kenyamanan
k n dengan m
membuat strruktur
taksonnomi yang bersumber
b p
pada pe kenyamaanan yaitu reliefe, ease dan
tiga tip
transccendence. Kolcaba
K menngkaitkan keetiga tipe kenyamanann tersebut deengan
empat pengalamaan kenyamaanan yaitu fisik,
f psikoospiritual, soosialkulturaal dan
lingkuungan. Konnsep teori kenyaman
nan adalahh kebutuhaan kenyam
manan,
interveening variaables, peninngkatan keenyamanan, health seeking beha
aviors
(HSBss) dan integgritas instittusional. Seeluruh konssep tersebuut terkait deengan
klien dan
d keluarga (Sitzman & Eichelbeerger, 2011)).

Berdassarkan pem
mahaman inilah, residen menccoba untukk meningk
katkan
kompeetensi spesiialis keperaawatan anak
k sesuai tarrget kompetensi peraw
wat di

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6

ruang infeksi annak. Keseluuruhan desskripsi pencapaian tarrget kompeetensi


spesiallis keperaw
watan anak tersebut akan
a dijabaarkan dalam
m laporan karya
k
ilmiahh akhir ini.

1.2 Tujuaan Penulisaan


1.2.1 Um
mum
Meendeskripsikkan pengalaaman praktiik residensii serta aplikkasi teori co
omfort
oleeh Katharinne Kolcabaa dalam asu
uhan keperrawatan padda anak deengan
penningkatan suhu tubuuh di ruan
ng infeksi anak RSU
UPN Dr. Cipto
Maangunkusum
mo.

1.2.2 Kh
husus
1.2.22.1 Mendeeskripsikan penerapan asuhan kepperawatan bberdasarkan
n teori
keperaawatan comf
mfort oleh Katharine
K K
Kolcaba paada anak deengan
masalaah peningkaatan suhu tu
ubuh.
1.2.22.2 Mengaanalisis efeektifitas pen
nggunaan teori
t keperrawatan co
omfort
oleh Katharine
K K
Kolcaba daalam asuhaan keperaw
watan pada anak
dengann masalah peningkatan
p n suhu tubuhh.
1.2.22.3 Mendeeskripsikan pencapaiian komppetensi prraktik speesialis
keperaawatan anakk yang telah
h dicapai.

1.3 Sistem
matika Penu
ulisan
Sistem
matika penuulisan karyaa ilmiah akh
hir ini terdiiri dari 5 bbab, yaitu: Bab
B I
Pendahhuluan yangg terdiri darri latar belaakang, tujuaan penulisann dan sistem
matika
penulisan; Bab III Aplikasi teeori keperaw
watan comffort oleh Kaatharine Ko
olcaba
dalam asuhan keperawatan pada anak dengan penningkatan ssuhu tubuh yang
terdiri dari gambaaran kasus, tinjauan teo
oritis peninggkatan suhuu tubuh, inteegrasi
teori keperawatan
k n dalam prooses keperawatan sertaa aplikasi teeori keperaw
watan
pada kasus
k yang dipilih; Babb III Pencap
paian komppetensi melalui pelaksaanaan
target asuhan keperawatan
k n dan targ
get proseduur oleh reesiden; Bab
b IV
Pembaahasan; dann Bab V Kessimpulan daan Saran.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
 

BAB 2
APLIK
KASI TEO
ORI KEPER
RAWATAN
N PADA PRAKTIK RESIDENS
SI

Bab ini menguraikan


m n tentang gaambaran kaasus kelolaaan, tinjauann teori men
ngenai
peningkataan suhu tubbuh dan apllikasi teori dalam melaakukan asuhhan keperaw
watan
pada kassus terpilihh. Teori keperawataan yang digunakan
d dalam assuhan
keperawattan pada annak dengan peningkatan
n suhu tubuuh adalah teeori comforrt dari
Katharine Kolcaba. Asuhan
A kepperawatan berdasarkan
b n teori comffort Kolcab
ba ini
terdiri daari pengkajjian, peneggakkan diaagnosis kepperawatan sesuai maasalah
keperawattan, menyussun intervennsi keperaw
watan, implementasi dann evaluasi.

2.1 Gamb
baran Kasu
us
Kasuss utama paada laporann ini, yang menjadi dasar
d ganggguan pemen
nuhan
kebuttuhan rasa nyaman akkibat penin
ngkatan suhhu tubuh aadalah anak
k SR
(21buulan) dengann Kejang Demam
D Kom
mpleks. Kasus lain yangg menjadi kajian
k
tambaahan dalam
m pembahasan adalah
h kasus anaak RR denngan Menin
ngitis
Tuberrculosis (TB
B), kasus anak
a RA dengan
d Pneumonia dann Atrium Septal
S
Defecct (ASD), kasus anakk IB deng
gan Endokaarditis diseertai Comm
munity
monia dan Ventrikel
Pneum V Seeptal Defectt (VSD), kaasus anak M
MK dengan Diare
D
akut dan
d Compleete AtrioVenntrikuler Sep
ptal Defect (CAVSD).
2.1.1 Kaasus 1
Annak S.R, peerempuan, usia 1 tah
hun 9 bulann, diagnosis medis Kejang
K
Deemam Kom
mpleks. Padaa tanggal 24
4 Septembeer 2013 jam
m 10.30 WIIB, di
IG
GD RSCM, anak
a kejangg disertai deemam tinggi, suhu diukkur 39,6°C, mata
keddip-kedip, mulut menngecap, tan
ngan dan kaki
k menghhentak beru
ulang
sellama 15 meenit. Saat ittu diberikan
n stesolid melalui
m anus (supposito
oria).
Kaarena anak masih kejanng, diberikan fenobarbbital 20 mgg yang dibeerikan
seccara intra muscular
m (IIM). Pasien
n dipindahkkan ke ruaang infeksi anak
kam
mar 102 D pada
p tanggaal 26 Septem
mber 2013 jam
j 03.45 W
WIB.

Saat pengkajiaan pada tannggal 27 Sep


ptember 20113 jam 09.000 WIB, keaadaan
um
mum anak lemah,
l tinggkat kesadaaran Apatis.. Penilaian Glasgow Coma
C


 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014

Scaale (GCS) pada anak SR adalah


h 10, yang terdiri
t atas E2M5V3. Pada
hiddung anak SR terpasaang selang nasogastricc tube (NG
GT) dan tam
mpak
muukosa bibir anak kerinng. Hasil peengukuran tanda-tanda
t a vital pada anak
SR
R, yaitu tekkanan darahh 90/55 mm
mHg, suhu 38,6°C, naadi 120 x/m
menit,
perrnapasan 28x/menit.
2 Berat badaan anak SR
R adalah 66965 gram
m dan
pannjang badann 72 cm. Setelah dilak
kukan pengukuran padda lingkar kepala
k
anaak adalah 39 cm, diam
meter ubun-u
ubun besar 2 mm dan ddidapatkan kesan
k
mikrosefali. Ekstrimitas
E a
anak mengaalami paresse, terpasangg selang inffus di
tanngan kiri annak dan pennghitungan risiko jatuhh pada anaak total 17. Pada
daeerah genetaalia anak terppasang selaang kateter untuk
u menggalirkan urin
n.

Sejjak usia 6 bulan


b pasienn kejang beerulang tanppa demam, berobat ruttin ke
polli Neuro RS ng lalu dan orang tua m
SCM sejak 3 bulan yan mengatakan tidak
adaa riwayat kejang
k dalaam keluarg
ga. Pasien adalah
a anakk pertama, lahir
seccara spontann, usia kehhamilan cuk
kup bulan. Terdapat
T riwayat biru pada
anaak dan diraawat selamaa 10 hari di rumah sakiit, tetapi tiddak dipasang
g alat
banntu nafas. Berat
B badann saat anak
k lahir 19000 gram dann panjang badan
b
anaak saat lahirr 42 cm.

Settelah dilakuukan pengukkuran statuss gizi pada anak dengaan menggun


nakan
berrat badan dan
d tinggi badan
b menu
urut usia annak, didapaatkan kesan anak
meengalami giizi kurang. Riwayat perkembang
p gan anak m
mengalami global
g
dellayed develoopment kareena anak baaru bisa menngangkat keepala pada usia
u 8
bullan, miringg ke kanan dan kiri paada usia 100 bulan dann sampai saaat ini
anaak belum bisa
b duduk, berdiri dan
n berjalan. Sebelum saakit, anak sudah
s
bissa makan naasi TIM.

Haasil pemerikksaan analissis cairan otak


o pada taanggal 24 S
September 2013,
2
tiddak ada kellainan padaa anak dan
n hasil pem
meriksaan urin yang telah
dillakukan padda tanggal 27 Septem
mber 2013, didapatkan
d Na) 96
natrium (N
mE
Eq, kalium (K)
( 8 mEq, klorida (Cll) 78 mEq.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014

 

Penngobatan yang
y didapaatkan anak selama diraawat di rum
mah sakit adalah
a
Ceefotaxime 170 mg (3x)) IV, Fenob
barbital 20 mg
m (2x) IV,, Parasetam
mol 80
mgg (3x) PO dan
d mendappatkan terapi infus N5 + KCl 11 m
ml/jam. Anaak SR
meendapatkan diit susu foormula 60 ccc sebanyak 8 kali seharri melalui NGT.
N

Maasalah kepeerawatan yang ditemu


ukan pada anak SR yyaitu: 1) Peerfusi
jarringan serebbral tidak efektif, 2) Peningkataan suhu tubbuh: demam
m, 3)
Gaangguan eleektrolit, 4) Gangguan
G tumbuh
t kejjar, 5) Kuraang pengetaahuan
kelluarga tentaang penyakiit, 6) Risiko
o tinggi ciddera. Interveensi keperaw
watan
yanng telah dillakukan padda anak diaantaranya memonitor
m ttanda-tandaa vital
dann status neurologis,
n memberikan komprees air hanngat, memo
onitor
kesseimbangann elektrolit, memonitorr intake dann output nuutrisi, melib
batkan
kelluarga dalam
m memantaau asupan nutrisi
n dan cairan,
c mennjelaskan keepada
kelluarga tentaang perkem
mbangan anaak dan stimuulasi yang ssesuai usia anak,
meenganjurkann keluargaa menggun
nakan pakaian berbaahan tipis dan
meenyerap kerringat, mem
mberikan terapi sesuai program, m
memonitor hasil
pem
meriksaan laboratorium
m, menciptakan lingkkungan yanng nyaman bagi
kliien.

Pada hari perrawatan kessepuluh passien telah sadar penuhh, GCS 15, tidak
adaa demam, tanda-tanda vital dalam
m batas norm
mal, tidak dditemukan tanda-
tannda peningkkatan tekanaan intra kran
nial, hasil pemeriksaan
p n elektrolit dalam
d
battas normal,, kenaikan berat badaan secara berkala, anaak sudah teerlihat
resspon verball, keluarga sudah meengerti tentaang penyakkit anaknyaa dan
tiddak terjadi cidera
c padaa anak. Den
ngan kondiisi tersebut,, pada tang
ggal 4
Okktober 2013 dokter sudah memperb
bolehkan annak pulang ke rumah.

2.1.2 Kasus 2
Anak RR, laki-laki, 13 tahun, dengan diagnosa
d m
medis Menin
ngitis
tuberculosiis. Pasien tidak
t sadar sejak 12 jam sebelum
m masuk ru
umah
sakit, menggalami kejaang seluruh
h tubuh kurrang lebih 10 menit, teraba
t
panas, tetaapi ibu lupaa tidak mengukur suhuu. Anak RR
R kembali kejang
k

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
10 
 

dalam tengggang wakttu 1-3 jam


m, dengan durasi
d 5-10 menit, diaantara
kejang anakk tidak sadaar.

Saat pengkkajian padaa tanggal 16


1 Septembber 2013 jaam 09.00 WIB,
didapatkann keadaan um
mum anak lemah,
l penggukuran GC
CS 10 (E3M
M5V2)
dan tingkatt kesadarann anak apatis. Hasil peengukuran ttanda-tandaa vital
pada anak adalah tekaanan darah 100/70 mm
mHg, nadi 1110x/menit, suhu
39,9°C, perrnapasan 266x/menit, tin
nggi badan 160 cm dann berat badan 39
kg. Kaku kuduk juga ditemukaan pada peemeriksaan fisik anak
k RR.
Ekstremitaas anak terliihat spastik,, anak menggalamihemiiparese sin
nistra,
turgor kuliit jelek dann tampak membran
m muukosa kerinng. Pada hiidung
pasien terppasang nasso gastric tube (NGT
T) dan inttravena cattheter
(stopper) teerpasang di tangan kiriinya. Pada genetalia
g annak RR terpaasang
kondom kaateter. Hasill pengukuraan barthel inndex pada aanak RR 1, yang
artinya pasien mengalami ketergaantungan tottal.

Penghitunggan status gizi


g anak RR
R dengan menggunakkan berat badan
b
dan tinggi badan menurut
m usia,
u didapatkan kesaan gizi cu
ukup.
Perkembanngan pasienn sudah sessuai tahapann usia, yaitu saat ini anak
duduk di bangku
b sekkolah meneengah pertaama (SMP). Sebelum sakit
anak menddapatkan nuutrisi sesuaii makanan keluarga, ddimana kuaantitas
dan kualitaas cukup.

Ibu mengaatakan imunnisasi dasar anak sudahh lengkap. anak mengalami


kejang dem
mam sejak usia
u 4 tahun
n, belum perrnah dirawaat di rumah
h sakit
dan ayah pasien mennderita pen
nyakit tubeerculosis (T
TB) aktif dalam
d
pengobatann obat anti tuberculosiis (OAT). Pasien
P adalaah anak perrtama
dari tiga bersaudara,
b lahir secaraa spontan, ditolong olleh dokter, berat
badan saat lahir 2900 gram dan panjang
p lahiir 49 cm. Haasil pemerik
ksaan
yang didappat, anak terrkena menin
ngitis TB dan
d hasil labboratorium darah
anak didappatkan leukoosit 22.600.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
11 
 

Pengobatann yang didaapatkan anaak selama dirawat


d adallah Streptom
mycin
800 mg (1xx) IM, Omeeprazole 20 mg (2x) IV
V, Farmadoll 400mg (3x
x) IV,
Prednison 3 tab (3x) PO. Anak mendapatkkan diit makkanan cair (MC)
sebanyak 150
1 ml (6x)..

Masalah keeperawatann yang didap


patkan padaa anak RR yaitu 1) Peerfusi
jaringan serebral
s tiddak efektiff, 2) Peningkatan suhu tu
ubuh:
Hipertermiia, 3) Ganggguan mobillitas fisik, 4)
4 Resiko tinnggi penyeb
baran
infeksi, 5) Kurang peengetahuan keluarga teentang pennyakit. Interrvensi
keperawataan yang teelah dilaku
ukan resideen, diantaraanya memo
onitor
tanda-tandaa vital dan status neurologis, meemberikan kkompres haangat,
memonitorr keseimbanngan cairan, memonitoor intake daan output nu
utrisi,
melibatkann keluarga dalam meemantau caairan, menjjelaskan keepada
keluarga teentang latihaan range off motion (RO
OM), melakkukan alih baring
b
tiap jam, mencegah penyebaran
n infeksi, memberikaan terapi sesuai
s
program, menciptakan
m n lingkungan
n yang nyam
man bagi kllien. 

Pada hari perawatan


p kesebelas anak
a RR teelah sadar ppenuh, tidak
k ada
demam, tettapi ekstrim
mitas anak masih
m mengaalami spastik. Dokter sudah
s
memperbollehkan anakk RR pulang
g.

2.1.3 Kasus 3
Anak RA, laki-laki, 5 bulan, diagnosa
d meedis pneum
monia dan ASD.
A
Lima hari sebelum masuk
m rumah
h sakit, anaak mengalaami demam
m naik
turun denggan suhu tertinggi 38,9
9°C. Demam
m turun deengan pemb
berian
parasetamool. Saat penngkajian paada tanggall 10 Septem
mber 2013, jam
09.00 WIB
B, didapatkaan anak sesak nafas, disertai dem
mam, batuk
k dan
pilek. Terddengar suaraa stridor paada anak RA
A dan tamppak pasien malas
m
minum.

Dari hasil pengukuran


p n tanda-tand
da vital padaa anak RA, didapatkan
n nadi
150x/menitt, suhu 38,,5°C, pernaapasan 50xx/menit, berrat badan 4 kg,

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
12 
 

panjang baadan 60 cm
m, saturasi O2
O 70% tannpa terapi O
O2. Pada hiidung
anak RA teerpasang kaanul oksigen
n 2 liter per menit dan nasogastricc tube
(NGT). Taampak wajaah anak RA
A terlihat dismorfik.
d H
Hasil penguk
kuran
lingkar keppala pada anak
a 38 cm
m (mikrosefa
fali) dan ubuun-ubun terrbuka
3x3x3cm. Pada hasil pemeriksaaan jantung anak
a RA teerdapat murr mur
ejeksi sistoolik grade IIII/b dan diteemukan palm
mar crease pada anak. Pada
tangan kannan anak RA
A terpasang IV catheterr (stopper).

Pada bulann Juli 20133, anak RA


A pernah dirawat
d di R
RSUD Cibiinong
selama 15 hari, denggan Bronkh
hopnemoniaa dan padaa bulan Ag
gustus
2013, anakk dirawat kembali di
d RSUD Fatmawati dengan in
nfeksi
pernapasann dan pembbesaran jan
ntung. Anakk lahir cukkup bulan secara
s
spontan di bidan, mennangis lemaah dengan berat
b saat llahir: 3000 gram
dan panjanng lahir: 47 cm. imuniisasi yang telah
t didapaatkan anak yaitu
vaksin Heepatitis B, BCG, Po
olio 1 daan polio 22. Anak hanya
h
mendapatkkan ASI selaama 1 bulan
n dan dilanjutkan susu formula. Seelama
sakit, anakk mendapat susu formu
ula BBLR dan
d rutin koontrol di polli gizi
RSCM. 

Penghitunggan status gizi


g anak dengan
d mennggunakan bberat badan
n dan
panjang baadan menurrut usia did
dapatkan kesan
k anak mengalamii gizi
kurang. Riw
wayat perkeembangan anak
a didapaatkan anak ttengkurap usia
u 3
bulan dann menganggkat kepalaa usia 5 bulan. Hassil pemerik
ksaan
laboratoriuum pada tannggal 9 Septtember 20133, didapatkaan Albumin
n 3,49
g/dl, biakaan dan haasil res Aerob
A darahh adalah iisolate 1 steril.
Pengobatann yang dibeerikan selam
ma anak diirawat di ruumah sakit yaitu
Cefotaximee 125 mg (3x)
( IV, Raanitidin 5 mg
m (3x) IV, Sildenafil 5 mg
(3x) PO, Innhalasi Illopprost 2,5 mcg
m (4x), Innhalasi Com
mbivent 1 reespule
(2x), Furossemid 2 mg (3x) PO, Captopril
C 1,225 mg (2x) PO, Parasettamol
60 mg (3x)) PO. Anak mendapatk
kan diit susuu formula B
BBLR 90 mll (8x)
melalui NG
GT.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
13 
 

Masalah keperawatan
k n yang mun
ncul pada anak
a RA yaaitu 1) Berrsihan
jalan nafas tidak efekttif, 2) Penin
ngkatan suhuu tubuh: Deemam, 3) Resiko
R
tinggi infeeksi, 4) Inttoleransi ak
ktivitas, 5) Risiko pem
menuhan nutrisi
n
kurang darri kebutuhann berhubun
ngan, 6) Kuurang pengeetahuan kelu
uarga
tentang pennyakit. Tinndakan kepeerawatan yaang telah diilakukan reesiden
selama anaak dirawat adalah mem
monitor tandda-tanda viital, membeerikan
kompres aiir hangat, memonitor
m keseimbanga
k an cairan, m
memonitor intake
i
dan output nutrisi, meelibatkan keeluarga dalaam memantaau asupan nutrisi
n
dan cairann, mencegahh penyebaran infeksi, memonitorr suplai ok
ksigen
dan saturasi oksigen, memberik
kan terapi sesuai
s proggram, memo
onitor
hasil pemerriksaan labooratorium, menciptakan
m n lingkungaan yang nyaaman.

Pada hari perawatan


p k
ketigabelas pasien sudaah tidak dittemukan dem
mam,
jalan nafass bersih, saaturasi oksiigen 90% tanpa oksiggen, tetapi anak
masih haruus diberikann suplai ok
ksigen apabbila sesak dialami kem
mbali
oleh anak. Anak diperrbolehkan pu
ulang oleh dokter
d yangg merawatny
ya.

2.1.4 Kasus 4
Anak IB, laki-laki,
l 7 bulan, diaagnosa meddis endokardditis, pneum
monia
komunitas dan VSD. Satu harri sebelum masuk rum
mah sakit anak
mengalamii sesak napaas. Saat pen
ngkajian pada tanggal 7 Oktober 2013,
2
jam 09.00 WIB, didaapatkan anaak sesak naapas disertaai demam, batuk
b
dan pilek.H da-tanda viital pada annak adalah suhu
Hasil penguukuran tand
38,5°C, peernapasan 58x/menit,
5 nafas danggkal, tampaak tarikan pada
dinding dada supra steernal, saturasi oksigenn 96% dengan oksigen,, nadi
158x/menitt, teratur, isi cukup, tekanan
t darrah: 85/55 m
mmHg. Tam
mpak
wajah anakk IB terkesaan Fascies Mongoloid.
M

Ibu mengatakan penyakit jantung


g bawaan VSD
V pada aanak sejak usia
u 1
bulan. Pasiien adalah anak
a kedua dari dua beersaudara, laahir cukup bulan
b
a atas indikasi letak sungsang, berat
melalui opperasi Sectiio Caesaria
badan lahiir 2450 graam, panjang
g badan lahhir 49 cm. Anak lang
gsung

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
14 
 

menangis, tidak ada riiwayat biru.. Anak hanyya mendapaatkan air sussu ibu
selama 1 buulan, selanjutnya anak mendapatkkan susu form
mula.

Hasil pemeeriksaan darrah laborato


orium didappatkan melaalui pemerik
ksaan
analisa gass darah (AG
GD) dengan penggunaaan 1 liter per menit nasal
kanul, yaittu pH 7,216, pCO2 35,9 mmHg, pO2 33,33 mmHg, HCO3
H
14,7 mmol/L, Saturasii O2 54,4%, BE -11,5 mmol/L,
m Naa/K/Cl: 141
1/ 4,6/
106. Pengoobatan yangg diberikan
n pada anakk selama dirawat di ru
umah
sakit adalaah Furosem
mid 3 mg (2x)
( PO, Captopril
C 1,,5 mg (2x)) PO,
Aldactone 1x6,25 mg (1x) PO, Paarasetamol 60 mg (3x) PO, Silden
nafil 3
mg (3x) PO
O. Anak meendapatkan oksigen 1 lpm
l dan inhhalasi Vento
olin +
NaCl 0,5 ml
m 4x/hari. Nutrisi yan
ng diberikaan ahli gizi adalah diitt susu
formula 300 ml (8x).

Masalah keperawatann yang mun


ncul pada anak
a IB adaalah 1) Berrsihan
jalan nafass tidak efekktif, 2) Gan
ngguan pertuukaran gas,, 3) Pening
gkatan
suhu tubuhh: Demam, 4) Intoleraansi aktivitaas, 5) Kuraang pengetaahuan
keluarga teentang penyyakit. Interv
vensi keperaawatan yangg telah dilak
kukan
residen selama peraw
watan antarra lain meemonitor taanda-tanda vital,
memberikaan kompress air hangat, memonnitor keseim
mbangan caairan,
memonitorr intake daan output nutrisi, melibatkan
m keluarga dalam
d
memantau asupan nuutrisi dan cairan,
c mem
monitor supplai oksigen
n dan
saturasi okksigen, memonitor haasil laborattorium, meemberikan terapi
t
sesuai proggram, menciiptakan ling
gkungan yanng nyaman.

Pada hari perawatan


p k
keempat, jaalan nafas anak
a IB suddah bersih, tidak
ditemukan peningkattan suhu tu
ubuh padaa anak, haasil pemerik
ksaan
laboratoriuum AGD dalam batas normal, saaturasi oksigen 99% tanpa
oksigen dan anak sudah
s diperrbolehkan pulang oleeh dokter yang
merawatnyya.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
15 
 

2.1.5 Kasus 5
Anak MK
K, perempuaan, 4 bulaan, diagnossa medis ddiare akut tanpa
dehidrasi, tersangka pneumonia,
p , gizi buruuk marasmiik, CAVSD
D dan
hipertensi pulmonal.
p P
Pada saat masuk
m IGD,, anak sesakk hingga tam
mpak
sianosis paada bibir. Saaat pengkajian pada tannggal 21 Oktober 2013
3 jam
09.00 WIB
B ibu mengaatakan anak
k buang air besar
b 3x (jaam 06.00-09
9.00),
konsistensii cair, fecess warna hijaau, ada lendir, tidak aada darah, rewel,
r
ubun-ubunn besar datarr, mata tidaak cekung, turgor
t kulitt cukup baik
k dan
bising usuus meningkkat. Anak MK tampaak sesak, tterdapat rettraksi
interkostaee, saturasi oksigen 92%
% dengan menggunakann O2 nasal kanul
k
1,5 liter peer menit, terrpasang NG
GT dan tamppak sianosiss pada areaa bibir
setelah meenangis. Padda pemerikssaan paru dan
d jantungg terdengar suara
paru vesikuuler dan muurmur ejeksii sistolik graade II.

Pada penguukuran tandda-tanda vittal anak diddapatkan haasil suhu 39


9,7°C,
nadi 150xx/menit, peernapasan 44x/menit,
4 berat baddan 3030 gram,
g
panjang baadan 54 cm
m, lingkar leengan atas 8 cm. Terpaasang infus pada
tangan kiri anak, akrral teraba hangat, terrlihat Sindrrom Down pada
gambaran klinis di wajahnya.
w Pengukurann status giizi anak deengan
menggunakkan berat badan dan
n tinggi badan
b anakk menurut usia
didapatkann kesan anakk mengalam
mi gizi burukk marasmikk. Perkembaangan
klien menggalami keteerlambatan,, karena kllien belum bisa tengk
kurap
pada usianyya saat ini. Anak baru mendapatka
m an vaksin B
BCG.

Pada bulaan Septem


mber 2013 klien terrdiagnosa C
Complete Atrio
Ventricularr Septal Deffect (CAVS
SD). Pasien adalah anakk ketiga darri tiga
bersaudaraa, usia kehaamilan ibu cukup
c bulann 38 mingggu, lahir melalui
Sectio Caeesar atas inndikasi plassenta letak bawah. Haasil pemerik
ksaan
echocardioographi tannggal 24 Oktober
O 20013, didappatkan CAV
VSD,
balanced ventricle, ASD
A secun
ndum small, Plan: ccase conference
(repair CA
AVSD)

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
16 
 

Hasil pemeeriksaan daarah laborattorium padaa tanggal 17 Oktober 2013


didapatkann kesan anaak mengalam
mi anemia makrositikk nomokrom
m dan
lekositosis.. Hasil pem
meriksaan AGD
A pada anak
a didapatkan pH 7,368,
7
pCO2 41,77 mmHg, pO2
p 94,4 mmHg,
m HCO3 24,3 m
mmol/L, BE
E -0,3
mmol/L, saaturasi O2 96%. Hasill pemeriksaaan biakan dan aerob darah
belum tum
mbuh, sediaaan langsung
g: Coccus gram
g positiif (+), Isolaate 1:
Staphylocooccus sapropphyticus.

Pengobatann yang dibberikan sellama diraw


wat di rum
mah sakit adalah
a
Cefotaximee 75 mg (3xx) IV, Parassetamol 40 mg
m (3x) PO
O, Captopril 1 mg
(3x) PO, Furosemid 2 mg (2x) PO
O, Asam foolat 1 mg (11x) PO, Urd
dafalk
20 mg (3x)) PO, Evionn 50 mg (1x
x) PO, Aktaavol 0,5 mgg (1x) PO. Anak
mendapat terapi
t oksiggen nasal kaanul 1,5 lpm
m, diit Susuu Formula BBLR
B
F100 50 ml
m (8x) dan mendapat
m teerapi infus N5+KCl
N 4m
ml/jam.

Masalah keeperawatan yang munccul pada anaak MK adallah 1) Penurrunan


curah jantuung 2) Penningkatan su
uhu tubuh: hipertermiia, 3) Gang
gguan
tumbuh keejar, 4) Intooleransi ak
ktifitas, 5) Risiko
R kekuurangan vo
olume
cairan dan elektrolit, 6)
6 Kurang pengetahuan
p n keluarga teentang peny
yakit.
Intervensi keperawata
k an yang dilaakukan residden pada annak selama masa
perawatan diantaranyya memon
nitor tandaa-tanda vitaal, membeerikan
kompres aiir hangat, memonitor
m keseimbanga
k an cairan, m
memonitor intake
i
dan output nutrisi, meelibatkan keeluarga dalaam memantaau asupan nutrisi
n
dan cairan,, memonitorr suplai okssigen dan saaturasi oksiggen, membeerikan
terapi sessuai prograam, menciptakan lingkungan yang nyaaman,
kolaborasi dengan ahlii gizi.

Pada hari perawatan kelima, po


ola nafas pasien
p dalam
m batas no
ormal,
tidak ada demam,
d haasil pemerik
ksaan laborratorium AG
GD dalam batas
normal, satturasi oksiggen 99% deengan oksigen, tetapi aanak masih harus
diberikan suplai
s oksiggen. Anak diperbolehk
d an pulang ooleh dokter yang
merawatnyya.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
17 
 

2.2 Tinjaauan Teorittis


2.2.1 Teermoregulaasi
2.2.1.1 Sistem peengaturan suuhu tubuh
Menurut kamus keddokteran, terrmoregulasii adalah keemampuan tubuh
t
untuk meempertahankkan suhu daalam batas-bbatas sehat tertentu, baahkan
ketika suuhu eksternaal sangat beerbeda. Berrikut akan dibahas anaatomi
dan fisiologi yang beerhubungan dengan sisttem pengatuuran suhu tu
ubuh.

A. Hipotalam
mus
Hipotalam
mus adalahh area senttralis kecill dari sel-ssel syaraf yang
menghubuungkan sisttem syaraf otonom
o denngan kelenjaar pituitary, yang
memberi masukan faaktor-faktorr kimiawi yang
y mengaalir kebawah
h salk
pituitary ke dalam kelenjar dan mengoontrol aktiivitas horm
monal.
Hipotalam
mus merupaakan pusat pengaturann suhu, dim
mana hipotallamus
bagian anterior
a berespon teerhadap peningkatan
p suhu deengan
menyebabbkan vasoddilatasi, sehiingga panass menguap dan hipotallamus
bagian p
posterior berespon terhadap penurunan suhu deengan
menyebabbkan vasokkontriksi sehingga
s m
mengaktivas
si pembenttukan
panas lebbih lanjut. Hipotalamus
H s menerimaa stimulus ddari talamus dan
dapat meelewati sisteem syaraf otonom unntuk memoddifikasi akttivitas
pulmonerr, sekresi keringat dan
d aktivitas kelenjarr dan oto
ot-otot
(Tortora & Grabowski, 2000).

B. Sistem syyaraf dan enndokrin


Sistem laiin yang menngatur suhu
u tubuh meliiputi :
1. Sistem
m syaraf: Peemanasan dan
d pendingginan di kuulit menstim
mulasi
ujung syaraf yanng sensitif terhadap suhu
s dengaan menghassilkan
responn yang tepaat, yaitu tu
ubuh mengggigil untuk kedinginan
n dan
berkerringat untukk kepanasan
n.
m Endokrin:: Medula ad
2. Sistem drenal meningkatkan ssekresi adreenalin
dan kelenjar t
tiroid meningkatkan sekresi tiroksin yang
menstiimulasi meetabolisme sehingga meningkatka
m an pembenttukan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
18 
 

panas. Pemaparaan panas menyebabkan


m n peningkaatan aliran darah
melaluui kulit dan meningkatk
kan pembenntukan kerinngat. Pemap
paran
terhaddap dingin menyebabk
kan tubuh menggigill, vasokonsstriksi
pembuuluh darah. Aliran darah
d yang lebih dinngin menuju ke
hipotaalamus menngakibatkan sedikit darrah yang m
mengalir ke kulit,
sedikitt kehilangann panas, sedikit keringgat, sehinggga meningk
katkan
sekressi adrenalin dan tirokssin (Sherwoood, 2001; Ball & Bin
ndler,
2003)..

2.2.1.2 Produksi dan kehilanngan panas


Pengendaalian panass tubuh meenurut Gannong (20022), dapat teerjadi
melalui 4 mekanismee yaitu:
1. Proses meetabolisme tubuh
t
Pembentuukan panas tubuh
t terjad
di melalui proses
p metaabolisme seebagai
berikut:
a. Laju metabolisme
m e basal (ba
asal metaboolic rate) beerperan terh
hadap
panas yang dihasiilkan oleh tu
ubuh saat isstirahat totall.
b. Termoogenesis meenggigil (sh
hivering theermogenesiis) pada gerrakan
otot lurik
l membbutuhkan energi
e yanng cukup besar, sehingga
menghhasilkan paanas untuk
k membanttu menyeim
mbangkan suhu
tubuh pada saat menggigil.
m
c. Termoogenesis tak gigil
mengg (non--shivering nesis)
thermogen
biasannya terjadi pada
p jaringaan coklat vaaskuler yanng ada padaa bayi
baru laahir di metaabolisme un
ntuk menghaasilkan panaas tubuh.
2. Pengambiilan panas dari
d lingkung
gan:
Radiasi laangsung darri matahari, radiasi yanng di reflekssikan dari laangit,
makan daan minum panas,
p mand
di air panaas, udara/ ikklim panas,, kaki
menginjakk tanah.
3. Kehilangaan panas, melalui 3 caraa:
a. Melaluui kulit:
1) Radiassi adalah kehilangan
k panas
p dalam
m bentuk ggelombang panas
p
tanpa kontak langsung antara keeduanya. T
Tubuh maanusia

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
19 
 

menyeebarkan gellombang paanas ke seggala jurusann. Bila seseo


orang
telanjaang, maka akan
a kehilan
ngan panas 60% dari keehilangan to
otal.
2) Konduuksi adalah pemindahaan panas seccara langsunng dari tubu
uh ke
suatu benda yangg lebih din
ngin, misalnnya tubuh pada kursi besi,
meja, tempat tiduur, udara daan air. Bilaa seseorang telanjang, maka
akan kehilangan
k p
panas 3% daari panas tootal.
3) Konveeksi adalah kehilangan
n panas denngan cara ppergerakan udara
u
atau cairan. Pergeerakan sesu
uai aliran uddara/air yanng menerpaa kulit
(anginn, kipas angin).
a Billa seseoranng telanjanng maka akan
kehilanngan panas 15% dari panas
p total.
n terjadi melalui permuukaan kulit, jalan
4) Evapoorasi adalah penguapan
nafas (hidung, mulut,
m paru
u). Setiap harinya peenguapan teerjadi
sekitarr 450-600ccc atau satu gram air saama dengann 0,58 kilok
kalori.
Bila seseorang
s teelanjang maka
m akan kehilangan
k panas 22%
% dari
panas total.
b. Melaluui udara ekkspirasi: pan
nas terikat dengan buttir-butir air pada
suhu tuubuh. 
c. Melaluui urin dan feses.

4. Pengendallian suhu olleh evaporasi air dari kulit


k ada 2 cara:
a. Respirrasi insensibble: lebih ku
urang 240 cc
c air berdiffusi melaluii kulit
selamaa 24 jam. Disebut in
nsensible kaarena kehillangan ini tidak
dapat dirasakan dan tidak
k dapat terlihat. Prroses difussi ini
berlanngsung teruss dan tidak terpengaruuh banyak ooleh lingku
ungan.
Lebih dari 140 kaalori panas hilang
h denggan cara ini ddalam 24 jaam.
b. Keringgat: menganndung NaC
Cl, urea dann asam lakttat dalam cairan
c
yang terlarut.
t Caiiran disekreesi dari keleenjar keringat dan meny
yebar
ke selluruh kulit.. Keringat disekresi sebagai
s akibbat dari diilatasi
pembuuluh kulit dibawah pengaruh syyaraf, hipottalamus, ko
orteks
serebral dan bagiaan-bagian laain di susunnan syaraf ppusat.

Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
20 
 

2.2.1.3 Mekanism
me pengaturran suhu
Bagian ottak yang beerpengaruh terhadap
t peengaturan suuhu tubuh adalah
a
hipotalam
mus anteriorr dan hipotaalamus postterior. Hipootalamus an
nterior
berperan meningkkatkan hillangnya p
panas, vaasodilatasi dan
menimbuulkan kerringat. Hipotalamu
H s posterrior berffungsi
meningkaatkan penyyimpanan panas, m
menurunkan aliran darah,
d
menggigiil, meningkkatnya pro
oduksi pannas, meninggkatkan seekresi
hormon tiroid
t dan mensekresi
m epinephrinne dan noreepinephrine serta
meningkaatkan basall metabolism
me rate. Jiika terjadi penurunan suhu
tubuh intii, maka akaan terjadi mekanisme homeostasis
h yang memb
bantu
memprodduksi panas melalui meekanisme feed back neggatif untuk dapat
meningkaatkan suhu tubuh
t ke araah normal (Tortora, 2000).

otalamus meengirimkan impuls syarraf ke


Termoresseptor di kullit dan hipo
area preooptik dan puusat pening
gkatan panaas di hipotaalamus, sertta sel
neurosekrretory hipotalamus yan
ng menghaasilkan horm
mon Thyrottropin
releasingg hormon (TRH) sebagai tanggapann. Hipotallamus
menyalurrkan impulss syaraf daan mensekrresi TRH, yyang sebaliknya
merangsaang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk
u
melepaskkan Thyroidd stimulatin
ng hormonn (TSH). Im
mpuls syarraf di
hipotalam
mus dan TSH
H kemudian
n mengaktiffkan beberaapa organ effektor
(Ganong, 2002).

2.2.1.4 Klasifikassi suhu tubuuh manusia


Secara um mal manusiia berkisar 36,5 – 37,5 °C.
mum suhu tubuh norm
Menurut Kelly (22007), gaangguan p
pada suhuu tubuh dapat
diklasifikkasikan mennjadi hipoteermia (<355 °C), dem
mam (>37,5–
–38,3
°C), hipeetermia (>377,5–38,3 °C
C), dan hipperpireksia (>40 –41,5
5 °C).
Berdasarkkan tingginnya suhu, pada demam
m dan hiperrtermia mem
miliki
nilai rentaang suhu yaang sama yaaitu berkisarr antara > 37,5-38,3 °C
C.

Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
21 
 

Perbedaann antara demam dan hipertermia


h tersebut addalah mekan
nisme
terjadinyaa. Pada dem
mam, penin
ngkatan suuhu tubuh ddisebabkan oleh
peningkattan titik penngaturan su
uhu (set poinnt) hipotalaamus. Semen
ntara,
pada hipeertermia tittik pengaturran suhu dalam
d batass normal (K
Kelly,
2007).

Protokol Kaiser Peermanete Appoinment


A and Adviice Call Center
C
mendefinnisikan demaam atau feb
bris untuk seemua umur yaitu tempeeratur
rectal diattas 38°C, akksila 37,5°C
C dan membbran timpanni di atas 38
8,2°C.
Sedangkaan demam tinggi
t (hipeertermia) biila suhu di atas 39,5°C
C dan
hiperpirekksia dengaan suhu > 41°C (K
Kania, 2010). Sedan
ngkan
klasifikassi suhu tubuh manusiaa menurut Mackowiakk (2007) adalah
a
hipotermiia, suhu tubuh
t norm
mal, hiperrtermia dann hiperpireeksia.
Hipoterm
mia adalah suhu kuran
ng dari 36,5°C, suhu tubuh maanusia
dalam baatasan norm
mal yaitu antara 36,55 – 37,5 °C, suhu tubuh
t
dikatakann demam apabila
a suhu
u berkisar 37,5–39,5 °C. Hiperteermia
merupakaan suhu tuubuh antaraa 39,5-41°C
C, sedangkaan hiperpirreksia
merupakaan suhu tubuuh yang meelebihi dari 41°C.
4

2.2.1.5 Faktor yaang mempenngaruhi suhu


u tubuh
Bayi dan anak rentaan dengan adanya
a peruubahan suhhu tubuh, karena
k
imunitasnnya sedang dalam tahap
p perkembaangan. Suhuu tubuh biassanya
nya peningkkatan atau penurunan suhu
diukur unntuk memastikan adan
tubuh. Suhu tubuh adalah peerbedaan antara
a jumllah panas yang
diprodukssi oleh prooses tubuh dan jumllah panas yang hilan
ng ke
lingkungaan luar (El Radhi,
R 2006
6).

Pengukurran suhu tuubuh ditunj


njukkan unttuk mempeeroleh suhu
u inti
jaringan tubuh. Suhhu normal rata-rata
r beervariasi beergantung lokasi
l
pengukurran. Tempatt pengukuraan suhu intii merupakann indikator suhu
kan daripadaa tempat yanng menunju
tubuh yanng lebih dappat diandalk ukkan
suhu perm
mukaan. Naamun, pengu
ukuran suhuu inti sulit ddilakukan karena
k

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
22 
 

menimbuulkan ketidaaknyamanan
n pada anaak. Masih ada kontro
oversi
mengenaii termometter yang paaling tepat dan tempaat terbaik untuk
u
pengukurran temperattur (Susan, 2011).

Suhu intti (core teemperatur) secara um


mum didefiinisikan seebagai
pengukurran suhu dalam artteri paru-pparu. Suhuu ini biassanya
dipertahannkan relatiif konstan (sekitar 377°C). Suhu inti merup
pakan
suhu jariingan tubuhh bagian dalam
d sepeerti kranial,, toraks, ro
ongga
abdomen dan ronggaa pelvis. Peemantauan suhu inti yaang akurat dapat
diukur melalui esophhagus distall, kandung kemih, arteeri pulmoneer dan
nasofaring ke dalam 0,1-0,2°C dari
d suhu innti. Tetapi lokasi yang biasa
digunakann untuk mengukur su
uhu inti adaalah rektum
m dan mem
mbran
timpani. Suhu
S face temperaatur) meruppakan suhu pada
permuukaan (surfa
kulit jaringan subkkutan dan lemak. Suhu
S ini biasanya dapat
mpai 40°C. Tempat ppengukuran suhu
berfluktuaasi sebesarr 20°C sam
permukaaan yang biaasa digunak
kan dengann menggunaakan termom
meter
adalah daerah kulitt, aksila, oral
o (Jefferiies, Weatherall, Youn
ng &
Beasley, 2011).
2

Berikut faktor-fakto
f or yang meempengaruhhi peningkaatan suhu tubuh
t
adalah
me Rate (BM
1) Basall Metabolism MR)
Pada keadaan demam,
d keenaikan suuhu 1°C aakan menaikkan
metabbolisme baasal 10-15
5% dari kebutuhan oksigen akan
meninngkat 20%. Pada anak usia kurangg dari 3 tahuun, sirkulasii otak
mencaapai 65% dari
d seluruh tubuh. Jadii pada kenaaikan suhu tubuh
t
tertenntu, dapat teerjadi perub
bahan keseim
mbangan ddari membraan sel
neuroon, dan dalam
m waktu yaang singkat terjadi difuusi ion K maaupun
Na melalui
m meembran. Peerpindahan ini mengakibatkan lepas
muataan listrik yaang besar, sehingga meluas
m ke m
membran seel lain
melaluui neurotrannsmitter dan
n terjadilah kejang.

Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
23 
 

BMR cendererunng berkuran


ng seiring dengan
d berrtambahnya usia.
BMR seseorang dapat turu
un sekitar 2%
2 per deekade. Padaa saat
lahir, mekanismee kontrol su
uhu bayi maasih imatur. Produksi panas
p
meninngkat seirinng dengan pertumbuhhan bayi m
memasuki masa
anak-anak. Reguulasi suhu akan norm
mal setelah anak men
ncapai
puberrtas (El-Raadhi, Carolll & Kleinn, 2009). Sejalan deengan
peneliitian dari Cogulu
C dkk
k. (2003) anak
a yang terkena deemam
berdasarkan keloompok usia, yaitu kelom
mpok usia ddi bawah 2 tahun
t
sebannyak 46 annak (46%)), kelompook usia anntara 2-6 tahun
t
sebannyak 35 anakk (35%), sedangkan keelompok usiia di atas 6 tahun
t
sejum
mlah 19 anakk (19%).

Luas permukaann tubuh dan berat tubuhh, dimana oorang yang lebih
tinggii dan besar cenderung memiliki
m BMR yang leebih tinggi. Jenis
kelam
min laki – laki
l cenderrung memilliki massa otot lebih besar
daripaada peremppuan, sehing
gga BMR laki
l – laki lebih besarr dari
pada perempuann. Pria mem
miliki horm
mon testosteeron tinggi yang
menyebabkan BM
MR menjad
di lebih tingggi daripadda wanita (K
Kelly,
2007)). Dilihat dari
d jenis keelamin, sebbagian besarr pasien terrkena
demam
m adalah laaki-laki sesu
uai dengan penelitian P
Park dkk. (2
2006)
dimanna pasien laki-laki
l leb
bih tinggi 59 anak (59%) diban
nding
dengaan wanita 411 anak (41%
%).

ningkatkan 10–20 % m
Asupaan makanann dapat men metabolismee rate
terutaama intake tinggi
t proteein. Lemak menyalurkaan panas deengan
keceppatan sepertiiga kecepattan jaringann lainnya (Sherwood, 2001).
2
Sejalaan dengan penelitian
p dari
d Coguluu dkk. (2003), status nutrisi
n
meruppakan aspeek penting dan perlu diperhatikaan pada paasien.
Statuss nutrisi berperan
b daalam mem
mpengaruhi perjalanan
n dan
prognnosis penyakkit. Keadaan
n gizi juga berpengaruh
b h terhadap status
s
imunoologi, misallnya pada malnutrisi
m e
energi protein sedang//berat
terdappat defisienssi/defek imu
unologi seluuler maupunn humoral.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
24 
 

Aktivvitas otot daan gerakan otot


o pada baayi dan anaak membutu
uhkan
lebih banyak darrah serta peeningkatan pemecahan
p karbohidraat dan
lemakk. Gerakan bayi dan anak yang aktif dapaat meningk
katkan
suhu tubuh hinggga 38,3-40
0°C. Semakkin beratnya otot berg
gerak,
maka suhunya akan
a meningkat 15x dari
d basal raatenya (Dalal &
Zhukoovsky, 20066).
2) Sistem
m syaraf
Selam
ma bergerakk atau situaasi penuh stress,
s bagiaan simpatiss dari
sistem
m syaraf otoonom terstim
mulasi. Neuuron-neuronn post gangllionik
meleppaskan norrepinephrinee dan jugga meranggsang pelep
pasan
hormoon epinephhrine dan norephineph
n hrine oleh medulla ad
drenal
sehinggga meninggkatkan mettabolisme rate
r dari sell tubuh. Perrawat
dapat memperkirrakan bahw
wa anak yanng sangat sttress atau sangat
s
cemass akan menngalami pen
ningkatan suuhu karenaa alasan terssebut.
Stresssor terdiri atas
a stress fisik biologgik (dinginn, panas, in
nfeksi,
rasa nyeri,
n pukuulan), stresss psikologiis (takut, kkhawatir, ceemas,
marahh, kecewa, kesepian,
k jaatuh cinta), stress sosiaal budaya seeperti
menganggur, perrceraian dan
n perselisihaan (Putra, 20005).
3) Peraddangan
Infekssi virus, bakteri,
b tum
mor, stress atau traum
ma merang
gsang
makroofag untukk melepask
kan pirogenn dalam ppembuluh darah.
d
Pirogeen mengikkuti sistem
m sirkulasi sampai kke hipotalaamus.
Pirogeen tersebut memicu pro
oduksi prosstaglandin. P
Prostagland
din ini
diyakini meningkkatkan titik
k basal term
moregulator tubuh, sehingga
menyebabkan deemam (Cimp
pella, Golddman & Khiine, 2000; dalam
d
Ball & Blinder, 2003).
2

Menuurut Bakrry (2008)), penyebbab terbaanyak deemam


berkeppanjangan dari kelom
mpok infekssi adalah ppenyakit saaluran
kemihh sejumlah 23 anak, dari keloompok penyyakit kegan
nasan
adalahh leukemia 4 anak (80
0%), dari kelompok peenyakit kolagen-

Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
25 
 

vaskuular adalah penyakit arrthritis rheuumatoid juvvenile sistem


mik 4
anak (67%).
(
4) Horm
mon
Hipottalamus mennerima info
ormasi tentaang lingkunngan internaal dan
eksterrnal dari otak.
o Hipottalamus meengeluarkann hormon yang
beresppon terhadaap stress yaitu
y Corticotropin R
Releasing Faktor
F
(CRF). Pelepasaan CRF dipicu
d olehh stressor yang kemu
udian
mengantarkan sttimulus ke hipofise anterior
a yanng mempro
oduksi
hormoon Adenocorticotrop
pic Hormoon (ACTH
H) yang akan
mensttimulus koorteks adrrenal untuk mengeluuarkan ko
ortisol
sehinggga kortisool akan men
ningkat dann akan mennjadi stress yang
membbuat sistem imun menu
urun (Putra, 2005).

Thyrooxine dan Triiodothyrronine adalah pengattur utama basal


metabbolisme raate. Hormo
on lain yang
y dapatt meningk
katkan
metabbolisme ratee 5-15%, adalah horm
mon testoterron, progestteron,
insulinn dan horm
mon pertum
mbuhan Thyyroid Stimulating Ho
ormon
atau TSH
T (Sherw
wood, 2001)).
5) Lingkkungan
Mekaanisme konntrol suhu tubuh akaan dipengaaruhi oleh suhu
disekiitar. Bayi sangat dipengaruhi
d oleh suuhu lingku
ungan.
Walauupun terjaddi perubahan
n suhu tubuuh, tetapi tuubuh mempu
unyai
mekannisme homeostasis yan
ng dapat diipertahankaan dalam ren
ntang
normaal. Panas yaang diprodu
uksikan haruus sesuai dengan panas yang
hilangg. Paparan udara pad
da Air Connditioner (A
AC) juga dapat
memppengaruhi perubahan
p suhu
s tubuh yang akann mengakib
batkan
suhu lebih rendaah, sehinggaa dapat mennyebabkan hipotermia pada
tubuhh anak (Fisher & Bo
oyce, 20055). Suhu llingkungan juga
berpenngaruh padda tingkat BMR
B seseoorang. Ini bberkaitan deengan
upayaa penstabilaan suhu tub
buh. Semakiin rendah ssuhu lingku
ungan,
BMR akan cendeerung lebih tinggi.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
26 
 

6) Iramaa sirkadian
Suhu tubuh beruubah secaraa normal 0,5-1°celciuss selama peeriode
24 jam
m. Titik suuhu tubuh tertinggi
t biaasanya terjaadi antara pukul
p
24.00 dan 06.00 pagi
p hari daan titik suhuu terendah, yaitu pada pukul
p
04.00 dan 06.00 sore hari (E
El-Radhi, Caaroll & Kleiin, 2009).

2.2.2 Peeningkatan suhu tubuh


h
2.2.2.1 Definisi
El Radhi (2002)
( menddefinisikan demam seccara patofisiiologi dan klinis.
k
Secara pattofisiologi demam adaalah peninggkatan therm
moregulatorry set
point dari pusat hipootalamus yan
ng diperanttarai oleh innterleukin-1
1 (IL-
1). Sedanggkan secara klinis demaam adalah peningkatan
p n suhu tubuh
h 1°C
atau lebih besar di atas nilai reraata suhu norrmal. Hal inni dicapai secara
s
fisiologis dengan meeminimalkaan pelepasaan panas daan memproduksi
panas. Peningkatan suhu
s tubuh
h atau biasaa dikatakann demam adalah
a
peningkataan set pointt sehingga pengaturan
p suhu tubuhh lebih tingg
gi dan
dapat diddefinisikan secara mutlak
m sebbagai suhuu diatas 38°C
(Hockenbeerry, 2009)..

Berdasarkkan penelitiian yang dilakukan


d o
oleh Yousssef dkk (2
2000),
didapatkann bahwa peengetahuan orang tua mengenai
m suuhu demam
m pada
anak masiih rendah. Hasil
H yang diperoleh, 27%
2 orang tua mengaatakan
demam addalah keadaaan suhu tu wah 38°C. sedangkan 30%
ubuh di baw
menyatakaan demam adalah
a daan dimanaa suhu tubuuh minimal 38°C
kead
dan 26% orang
o tua mengaku
m tidaak mengetahhui batasan suhu yang dapat
dinyatakann demam. Sebagian orang
o tua (67%) mennyatakan bahwa
b
demam tinnggi adalah demam den
ngan suhu tubuh
t masihh dibawah 40°C.
4
sedangkann 39% oranng tua yang
g menyatakkan bahwa demam diisebut
tinggi apabbila suhu tuubuh diatas 39°C.

Hiperterm
mi adalah keadaan
k ketika seorangg individu mengalamii atau
beresiko untuk
u menggalami kanaaikan suhu tubuh teruus menerus lebih

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
27 
 

tinggi darri 37,8˚C per oral atau


a 38,8˚C
C per rektaal karena faktor
f
eksternal. Atau suaatu keadaan
n dimana suhu tubuhh sangat tinggi
t
(mencapaii sekitar 400˚C) yang disebabkan
d gangguan otak atau akibat
a
bahan tokksik yang mempengaruhi pusaat pengaturran suhu tubuh
t
(Totapallyy, 2005).

2.2.2.2 Etiologi
Demam dapat
d disebbabkan oleh
h faktor innfeksi atauupun faktorr non
infeksi. Demam
D akibbat infeksi bisa disebaabkan olehh infeksi baakteri,
virus, jam
mur, atauppun parasiit. Infeksi bakteri ppada umum
mnya
menimbullkan demaam pada anak-anak antara laain pneum
monia,
bronchitiss, osteomyellitis, append
dicitis, tubeerculosis, baakterimia, seepsis,
bacterial gastroenteri
g itis, mening
gitis, ensefaalitis, selulitis, otitis media,
m
infeksi saaluran kem
mih dan ty
ypoid. Infekksi virus yang umum
mnya
menimbullkan demam
m antara laiin viral pneeumonia, innfluenza, deemam
berdarah dengue
d dann demam ch
hikungunyaa. Infeksi jaamur yang dapat
menimbullkan demam
m yaitu cocccidioides im
mitis, criptococccsis. In
nfeksi
parasit yanng menimbbulkan demaam antara laain malariaa, toksoplasm
mosis
dan helmintiasis (Dallal & Zhuko
ovsky, 20066).

Demam akkibat faktorr non infek


ksi dapat dissebabkan olleh beberap
pa hal
antara lainn faktor linngkungan (ssuhu lingkuungan eksterrnal yang teerlalu
tinggi, keeadaan tumbbuh gigi), penyakit
p auutoimun (arrthritis, sisttemik
lupus eritematosus, vaskulitis), keganaasan (penyyakit Hod
dgkin,
Limfoma non-hodggkin, Leuk
kimia) dann pemakaiian obat-o
obatan
(antibiotikk, difenilhiddantoin dan
n antihistam
min). Selainn itu anak-anak
juga dapaat mengalam
mi demam sebagai efeek sampingg dari pemb
berian
imunisasi selama kurrang lebih 1-10
1 hari. Hal
H lain yanng juga berp
peran
sebagai faaktor non innfeksi peny
yebab demaam adalah ggangguan sistem
syaraf pussat seperti perdarahan
p otak, status epileptikuus, koma, cedera
c
hipotalam
mus atau ganngguan lain Wilmana & Gan,
nnya (Nelwaan, 2006; W
2007, Guyyton & Halll, 2008).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
28 
 

 
Penelitiann yang dilakkukan oleh Kazeem meenyatakan bbahwa mayoritas
ibu menyyatakan baahwa penyeebab demaam adalah karena in
nfeksi
(43,7%), sakit
s gigi (333%) dan paaparan sinarr matahari (227%).

Manifestaasi klinis hippertermi, yaaitu sengataan panas m


memiliki cirii khas
di mana suhu
s tubuh inti lebih dari 40,6° C disertai disfungsi sistem
saraf pusaat yang beraat (psikosis,, delirium, koma)
k dan anhidrosis (kulit
yang panas dan kerring). Maniifestasi dinni, disebut kelelahan panas
p
(heat exhaaustion), tiddak khas, rassa pusing, rasa
r kehausaan, mulut keering,
kedinginann, lemas, anoreksia (tidak selera makann), nadi cepat,
c
pernafasann tidak teeratur, keleemahan, seensasi pannas (Tortorra &
Grabowskki, 2000).

2.2.2.3 Klasifikassi
Menurut Dalal dan Zhukovsky
y (2006), demam
d mem
miliki tiga fase,
yaitu:
1) Fase kedinginan
k
Fase kedinginan
k merupakan
n fase peningkatan suuhu tubuh yang
ditanddai dengan vasokonstriiksi pembuuluh darah ddan pening
gkatan
aktivittas otot yanng berusahaa untuk memproduksi panas, sehingga
tubuh akan meraasa kedingin
nan dan meenggigil. Paada fase terrsebut
anak mengalami
m p
peningkatan
n denyut janntung, peninngkatan laju
u dan
kedalaaman pernaafasan, men
nggigil akibbat tegangaan dan konttraksi
otot, kulit
k pucat dan
d dingin, merasakann sensasi dinngin, dasar kuku
mengaalami sianoosis, rambu
ut kulit berrdiri, pengeeluaran kerringat
berlebbih dan peningkatan suh
hu tubuh.
2) Fase proses
p demaam
Fase demam
d merrupakan fasee keseimbaangan antaraa produksi panas
p
dan keehilangan panas di titik
k patokan suuhu yang suudah menin
ngkat.
Pada fase
f ini anakk mengalam
mi proses meenggigil lennyap, kulit teraba
t
hangatt/ panas, merasa
m tidak
k panas atauu dingin, ppeningkatan
n nadi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
29 
 

dan lajju pernafasaan, peningk


katan rasa haaus, dehidraasi ringan hingga
berat, mengantukk, delirium atau
a kejang akibat iritasi sel syaraff, lesi
mulut,, kehilangaan nafsu makan (jika demam
m memanjjang),
keletihhan, kelemaahan dan ny
yeri ringan pada
p otot akkibat katabolisme
proteinn.
3) Fase pemulihan
p
Fase pemulihan
p merupakan
n fase penuurunan suhuu yang dittandai
dengann vasodilaatasi pemb
buluh daraah dan beerkeringat yang
berusaaha untuk menghilan
ngkan pannas sehinggga tubuh akan
berwarrna kemeraahan. Padaa fase ini, anak menggalami men
ngigil
ringann, berkeringgat, kemung
gkinan menngalami dehhidrasi dan kulit
tampakk kemerahaan.

Menurut Nelwan,
N teerdapat berb
bagai macaam demam yang meny
yertai
penyakit infeksi, sepeerti yang dissebutkan daalam tabel 22.1 berikut in
ni.
Tabel 2.1
2 Macam demam
d
Jeniss Demam Penjelasann
Demam Septik Pada demmam ini, suhuu badan beranggsur naik ke tingkat
t yang
kali pada mallam hari dan tturun kembali ke tingkat
tinggi sek
di atas normal
n pada pagi hari. D Demam ini disebut
d juga
demam hektik.
h
Demam Remitten
R Pada demmam ini, suhuu badan dapatt turun setiapp hari tetapi
tidak pern
nah mencapaii suhu normal..
Demam Inntermitten Pada demmam ini, suhuu badan turunn ke tingkat yang
y normal
selama beeberapa jam dalam
d satu harri.
Demam Kontinyu
K Pada demmam ini, terdaapat variasi suuhu sepanjangg hari yang
tidak berb
beda lebih darri satu derajat..
Demam Siklik Pada demmam ini, kenaikan suhu baddan selama beeberapa hari
yang kemmudian diikuti oleh kenaikann suhu sepertii semula.
Sumbeer: Nelwan, 2006
2

Pembagiann hiperterm
mi menurutt Soedjatmiiko (2005) adalah seebagai
berikut:
1. Hiperttermia yangg disebabkan
n oleh peninngkatan prooduksi panass
Hiperttermia maalignan adalah konddisi bawaaan tidak dapat
mengoontrol produuksi panas, yang terjaddi ketika orrang yang rentan
r
mengggunakan obbat-obatan anastetik
a terrtentu. Padaa fase ini teerjadi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
30 
 

peninggkatan kalssium intrasselular dalam otot rrangka sehingga


pasienn mengalam
mi kaku otott masseter, peningkatan
p n CO2, takiikardi
dan peeningkatan suhu yang cepat
c 1° tiaap 5 menit hhingga men
ncapai
44°C. Pada kondiisi ini, pusaat pengatur suhu
s di hipootalamus no
ormal
sehinggga pemberiian antipirettik tidak bem
manfaat.

Exerciise-Inducedd hypertherrmia (Exerttional heatt stroke) adalah


a
kondissi yang terjjadi pada remaja
r yangg melakukaan aktivitas fisik
yang lama
l saat cuuaca panas. Pembatasaan aktivitas fisik, pemb
berian
minum
man 150 mll air dingin
n tiap 30 meenit, mengggunakan paakaian
yang berwarna
b terrang, tipis dan
d menyeraap keringat dapat menccegah
peninggkatan suhuu.

EH) adalahh kondisi metabolik yang


Endoccrine Hyperrthermia (E
menyeebabkan hiipertermia lebih serinng ditemukkan pada orang
o
dewasa. Kelainann endokrin
n tersebut antara
a lain hipertiroid
disme,
diabetes mellitus dan insufisiiensi adrenaal.
2. Hiperttermia yangg disebabkan
n oleh penuurunan peleppasan panass.
Hiperttermia neonnatal yaitu peningkataan suhu secara cepat pada
usia 2 dan tiga hari setelaah bayi lahhir yang ddisebabkan oleh:
dehidrrasi atau kehilangan caairan karenaa paparan ssuhu kamar yang
tinggi;; overheatiing karenaa penggunaaan alat peenghangat yang
terlaluu panas atauu terpapar sinar matahhari langsunng dalam waktu
w
yang cukup
c lamaa; trauma laahir yang timbul padaa 24% bayi baru
lahir dan akan menurun selama
s 1-3 hari atau mengakib
batkan
kompllikasi kejangg.

Heat stroke dim


mana suhu tubuh >400°C, kulit kkering, kellainan
susunaan syaraf puusat, takikarrdi, aritmia,, perdarahann miokard, mual,
m
muntaah, kram; Haemorrharg
H a Encephhalopathy (HSE)
gic Shock and
didugaa berhubunngan dengan
n cacat genetik dalam
m produksi atau
pelepaasan serum inhibitor alpha-1-tryp
ypsin. Biasaanya menyerang

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
31 
 

anak usia
u 17 harri sampai dengan 15 taahun; Suddden Infant Death
D
Syndroome (SIDS) adalah ad
dalah kemaatian bayi usia 1-12 bulan
b
yang mendadak,
m t
tidak didug
ga dan tidakk dapat dijellaskan. Kejadian
yang mendahului
m i sering berrupa infeksii saluran naafas akut deengan
febris ringan yangg tidak fatall.

2.2.2.4 Patofisioloogi peningkkatan suhu tu


ubuh
Peningkattan suhu tuubuh yang berhubunga
b an langsungg dengan siitokin
pirogen eksogen
e seeperti agen infeksius, toksin daan tumor dapat
merusak jaringan. Sebagai respo
on terhadap rangsangann piogenik, maka
monosit, makrofag
m daan sel kupfe
fer mengeluaarkan sitokiin yang berp
peran
sebagai pirogen
p enddogen (IL-1
1, IL-6, TN
NF-α dan iinterferon) yang
bekerja pada
p gulasi hipootalamus. Sebagai reespon
pusatt termoreg
terhadap sitokin
s terseebut maka terjadi
t sinteesis prostagglandin, teru
utama
prostaglanndin E2 melalui
m metabolisme
m e asam arakidonat jalur
OX-2)
siklooksiggenase-2(CO mempengaru
m uhi pusaat pengaaturan
hipotalam
mus dan terjaadilah penin
ngkatan suhhu tubuh, yaang dapat berupa
demam daan hiperterm
mia.

Pada saatt proses peeradangan akan


a terjadii peningkattan metabo
olisme
tubuh nyyaman sebaagai mekan
nisme perttahanan tuubuh sehingga
mengakibatkan anaak sangat tidak n
nyaman. D
Demam deengan
peningkatan suhu tubuh yan
ng terlalu tinggi daapat meng
gubah
keseimbanngan membbrane sel neuron dann lepasnyaa muatan listrik
l
sehingga memerlukaan kewaspaadaan karenna dapat beerdampak buruk
b
seperti meningkatkan
m n risiko keejang demaam terutam
ma pada anaak di
bawah 5 tahun. Peeningkatan suhu tubuhh juga dapaat meningk
katkan
evaporasi (keringat berlebih) sehingga mengakibatkan dehidrasi
(Tortora & Grabow
wski, 2000
0; Sherwoood, 2001; Ganong, 2002;
2
Nelwan, 2006;
2 Lauplland, 2009).

Menurut Laupland
L (22009), dehid
drasi adalahh berkurangnnya cairan tubuh
t
total yang terdiri darii:

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
32 
 

u: hilangnyya air lebih banyak dari


a. Dehidrrasi hiperttonik, yaitu
natrium
m. Dehidraasi hiperton
nik ditandaai dengan tingginya kadar
k
natrium
m serum (lebih dari 145 mm
mol/liter) ddan pening
gkatan
osmolalitas efektiif serum (leb
bih dari 2855 mosmol/liiter).
b. Dehidrrasi isotonik, yaitu: hilangnya airr dan natriuum dalam ju
umlah
yang sama.
s Dehiidrasi isoton
nik ditandaai dengan nnormalnya kadar
k
natrium
m serum (135-145 mm
mol/liter) daan osmolalittas efektif serum
s
(270-2285 mosmoll/liter).
c. Dehidrrasi hipotonnik, yaitu: hilangnya natrium
n yanng lebih baanyak
dari paada air. Dehhidrasi hipo
otonik ditanddai dengan rendahnya kadar
k
natrium
m serum (kkurang dari 135mmol/liiter) dan ossmolalitas efektif
e
serum (kurang daari 270 mosm
mol/liter).

Proses penningkatan suhu


s di atass sampai deengan masaalah keperaw
watan
yang munncul akibat peningkataan suhu terrsebut secarra singkat dapat
dilihat dallam skema 2.1.
2 pada haalaman 33.

Mekanism
me demam dapat
d juga terjadi
t melaalui jalur noon prostaglandin
melalui sinyal afferennt nervus va
agus yang dimediasi
d ooleh produk lokal
Macrophaage Inflamm otein-1 (MIIP-1), suatuu kemokin yang
matory Pro
bekerja laangsung teerhadap hip
potalamus anterior. B
Berbeda deengan
demam daari jalur proostaglandin, demam meelalui MIP--1 ini tidak dapat
dihambat oleh antipirretik (Nelwaan, 2006).

Menggigill ditimbulkkan agar dengan


d ceppat meningkkatkan pro
oduksi
panas, sem
mentara vassokonstriksii kulit juga berlangsunng untuk deengan
cepat mengurangi pengeluaran
p n panas. Kedua
K mekkanisme terrsebut
mendoronng suhu naik.
n Deng
gan demikiian, pembeentukan deemam
sebagai reespon terhaadap rangsaangan piroggenik adalaah sesuatu yang
disengaja dan bukkan disebaabkan oleeh kerusakkan mekan
nisme
termoreguulasi (Sherw
wood, 2001).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
 

Skema 2.1 Proses peningkatan suhu tubuh

Pirogen eksogen (agen infeksius, toksin & tumor)

Kerusakan jaringan

Aktivitas monosit

Produksi endogen pirogen interleukin I (IL-1, IL-6, TNF & Interferon)

Merangsang produksi prostaglandin E

Mempengaruhi pusat pengaturan hipotalamus

Terjadi peningkatan suhu tubuh

Demam Hipertermia

Proses peradangan Mengubah keseimbangan Evaporasi


membran sel neuron (keringat berlebihan)

Mekanisme pertahanan tubuh Lepasnya muatan listrik


Dehidrasi

Gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman Kejang
Defisit Gangguan
volume cairan elektrolit

Cemas pada keluarga Risiko cidera

Kurang informasi tentang penyakit

Kurang pengetahuan keluarga

Sumber: Tortora & Grabowski (2000); Sherwood (2001); Ganong (2002); Nelwan
(2006); Laupland (2009)

Universitas Indone
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
34 
 

2.2.2.5 Pemeriksaaan
Penegakkaan diagnosis demam untuk mennentukan peenanganan tidak
hanya berrpatokan deengan tingg
ginya suhu, tetapi jugaa keadaan umum
u
anak. Apaabila anak tidak nyam
man atau geelisah, demam perlu segera
s
diobati. Peemeriksaann keadaan um
mum dapat menentukaan apakah pasien
p
tergolong toksis atauu tidak tokssis (McCartthy, 1997; Luszczak, 2001;
2
Lau, 20022).

Menurut Totapally (2005),


( pem
meriksaan diagnostik
d yyang diperlukan
untuk mem
mastikan teerapi yang diberikan, yaitu kultuur (luka, spu
utum,
urin, daraah) berfunggsi untuk mengidentif
m fikasi organnisme peny
yebab
demam/raadang dan untuk
u men
nentukan obbat yang effektif, sel darah
putih berffungsi untuk mengetah
hui adanya leucopeniaa (penurunaan sel
darah putih) sebelum
mnya dan leucositosis
l (15.000-300.000), elek
ktrolit
serum beerfungsi unntuk meng
getahui kettidakseimbaangan elek
ktrolit
asidosis, perpindahan cairan dan
d perubahhan fungsi ginjal, glu
ukosa
serum berrfungsi sebagai respon
n dari puasa terjadi peerubahan seeluler
dalam meetabolisme dan
d urinalissis berfungssi untuk meengetahui baakteri
penyebab infeksi.

2.2.2.6 Komplikaasi
Pada dasaarnya, dem
mam dapat menguntunngkan mauupun merug
gikan.
Beberapa bukti pennelitian meenunjukkan fungsi peertahanan tubuh
t
manusia bekerja
b baiik pada temperatur demam
d dibbandingkan suhu
normal. Meskipun
M m
masih kontrroversial, ada
a keyakinnan bahwa suhu
dapat mem
mpercepat reaksi imm
munologis sehingga akkan menghaambat
beberapa kuman pattogen dan menyebabkkan lingkunngan yang tidak
kondusif bagi
b kumann. Sel darah
h putih jugga berprolifeerasi lebih cepat
sehingga membantu melawan kuman-kum
man patogeen dan mik
kroba
yang masuuk ke dalam
m tubuh (Daalal & Zhukoovsky, 20066).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
35 
 

Totapally (2005) menjelaskan


m n bahwa peningkataan suhu tubuh
t
menyebabbkan peninngkatan aliran darah ke otak sehingga dapat
menimbullkan peninggkatan tekan
nan intra krranial. Dem
mam di atas 41°C
dapat mennyebabkan hiperpireksi
h ia yang sanngat berbahaaya karena dapat
menyebabbkan berbaggai perubahaan metaboliisme, fisioloogi dan akh
hirnya
terjadi keerusakan suusunan saraaf pusat. Pada awalnyya anak tam
mpak
menjadi gelisah
g diseertai nyeri kepala,
k pussing, kejangg, serta akh
hirnya
tidak sadaar. Keadaann koma terjadi bila suhu
s >43°C
C dan kem
matian
terjadi dallam beberappa jam bila suhu
s 43-45°°C.

mia mencaakup gagal jantung koongestif, arritmia


Komplikaasi hiperterm
jantung, edema serrebral, kejang, nekroosis hepatooseluler, defisit
d
neurologiss dan terjaddi syok. Kettika cairan yang
y hilangg mencapai 5-6%
dari beratt badan, freekuensi nad
di meningkaat, denyut jjantung meenjadi
cepat. nappas jadi mem
mburu, penu
urunan konnsentrasi, saakit kepala, mual
dan rasa mengantuk
m y
yang teramat sangat. Kehilangan
K cairan tubu
uh 10-
15% dapaat menyebabbkan otot menjadi
m kakku, kulit keeriput, gang
gguan
penglihataan, gangguaan buang aiir kecil, dann gangguann kesadaran. Dan
apabila mencapai
m leebih dari 15%
1 akan mengakibaatkan kegaagalan
multi-orgaan dan ancaaman kemattian (Fisherr & Boyce, 2005; Totap
pally,
2005).

2.2.2.7 Penatalakssanaan
Menurunkkan demam
m pada anak
a dapaat dilakukaan secara self
managemeent maupunn non self management (Plipat dkkk., 2002).
A. Pengelolaan self mannagement
1. Terapi fissik
Pengelolaaan demam
m melalui terapi fisikk merupakkan upaya yang
dilakukann untuk mennurunkan demam
d denggan cara m
memberi tind
dakan
atau perlakuan terteentu secara mandiri. Tindakan
T ppaling sederrhana
yang dappat dilakukkan adalah mengusahaakan agar anak tidur atau
istirahat supaya metabolismeny
ya menurunn. Selain ittu, kadar cairan
c

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
36 
 

dalam tuubuh anak harus terrcukupi aggar kadar elektrolit tidak


meningkaat saat evapporasi terjaadi. Membeeri aliran uudara yang baik,
memaksaa tubuh berkkeringat daan mengalirrkan hawa ppanas ke teempat
lain juga akan membbantu menu
urunkan suhhu tubuh. M
Membuka paakaian
atau selim
mut yang tebal berm
manfaat kareena menduukung terjadinya
radiasi daan evaporasii.

Pemberiaan kompres hangat den


ngan tempeerature air 229,5-32°C (tepid
(
mberikan sinyal
sponge) dapat mem s ke hipotalamuus dan meemacu
terjadinyaa vasodilataasi pembulu
uh darah peerifer. Hal ini menyebaabkan
pembuanggan panass melalui kulit meeningkat sehingga teerjadi
penurunann suhu tubuuh menjadii normal keembali. Pem
mberian kom
mpres
hangat dilakukan apaabila suhu diatas
d 38,5°°C dan telahh mengkonssumsi
antipiretikk setengah jam
j sebelum
mnya (Newm
man, 1985).

Mendingiinkan dengaan air es attau alkoholl kurang beermanfaat karena


k
justru meengakibatkaan vasokonsstriksi, sehinngga panass sulit disalu
urkan
baik lew
wat mekannisme evap
porasi mauupun radiaasi. Selain
n itu,
pengomprresan denggan alkoholl akan diseerap oleh kulit dan dapat
menyebabbkan koma apabila terh
hirup (Soedjjatmiko, 20005).

2. Terapi Obbat
Salah satuu upaya yanng sering dilakukan
d orrang tua unntuk menuru
unkan
demam anak
a adalahh antipiretik
k seperti parasetamol
p l, ibuprofen
n dan
aspirin. Cara
C kerja antipiretik
a adalah
a dengan menurunnkan set-po
oint di
otak melalui penceggahan pem
mbentukan prostagland
p din dengan jalan
mengham
mbat enzim
m siklooksig
genase sehiingga mem
mbuat pemb
buluh
darah kullit melebar dan pengelu
uaran panass ditingkatkkan. namun perlu
diwaspaddai karena pemberian
p obat
o ini dappat bersifatt masking effect,
e
misalnya pada pasieen demam berdarah dengue,
d dim
mana penurrunan
panas dengan antipiretik terseebut menunnjukkan bahhwa seolah
h-olah

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
37 
 

penyakit telah sembbuh, padahaal sebenarnyya virus pennyebab pen


nyakit
masih adaa (Victor dkkk, 1994).

Antipiretiik hanya daapat diberik


kan apabila demam anaak diatas 38
8,5°C,
demam yang
y diikuti rasa tidak nyaman, attau demam pada anak yang
memiliki riwayat keejang demaam atau peenyakit janttung. Antip
piretik
tidak boleeh digunakaan untuk an
nak dibawahh 3 bulan. D
Dosis pemb
berian
antipiretikk untuk annak juga peerlu diperhaatikan sesuuai dengan berat
badan dann umurnya (Schmitt,
( 19
984).
a. Paraseetamol (Aseetaminofen))
Paraseetamol (asetaminofen
n) merupaakan metaabolit fenaasetin
dengaan efek antippiretik yang
g sama dan telah digunnakan sejak tahun
t
mol merupaakan penghhambat proostaglandin yang
1893. Parasetam
lemahh. Efek anaalgesik paraasetamol seerupa dengaan salisilat yaitu
menghhilangkan atau mpai sedang. Efek
a mengurrangi nyeri ringan sam
iritasii, emosi dann perdarahaan lambung tidak terlihhat pada obaat ini,
demikkian juga gaangguan perrnafasan daan keseimbaangan asam basa.
Efek anti
a inflamaasi dan reak
ksi alergi paarasetamol hhampir tidaak ada
(Wilm
mana & Gann, 2007).

Dosiss terapeutik antara 10-15 mg/kgBB


B/kali tiap 4 jam mak
ksimal
5 kalii sehari. Doosis maksim
mal 90 mg//kgBB/hari. Pada umum
mnya
dosis ini dapat ditoleransi
d dengan
d baikk. Dosis beesar jangka lama
dapat menyebabkkan intoksik
kasi dan kerrusakan heppar (Paul, 19
996).

b. Ibuproofen
Ibuproofen meruppakan turun
nan asam propionate
p yang berkh
hasiat
sebaggai anti inflaamasi, analg
getik dan anntipiretik. Effek analgesiknya
sama seperti asspirin, sedaangkan dayya anti infflamasinya tidak
terlaluu kuat. Effek sampin
ng yang tiimbul beruupa mual, perut
n, tetapi lebih jarang dibandin
kembuung, dan perdarahan ngkan
aspirinn. Efek samping hematologis yang berat meeliputi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
38 
 

agranuulositosis dan
d anemia aplastik. Efek
E lainnyaa seperti eritema
kulit, sakit keppala, dan trombositop
t penia jaranng terjadi. Efek
terhaddap ginjal berupa gagal ginnjal akut, terutama bila
dikom
mbinasikan dengan asettaminofen. Dosis terappeutik yaitu
u 5-10
mg/kggBB/kali tiaap 6-8 jam (Wilmana
( & Gan, 20077).
c. Aspirin
Aspirin atau asam
a asetilsalisilat sering
s diguunakan seebagai
analgeesic, antiipiretik dan
d antiinnflamasi. Aspirin tidak
direkoomendasikaan pada anak <166 tahun kkarena terrbukti
meninngkatkan rissiko Sindrom
ma Reye. Aspirin
A juga tidak dianju
urkan
untukk demam rinngan karenaa memiliki efek sampiing lambung
g dan
perdarrahan usus. Efek samp
ping lain tiddak enak di perut, muall, dan
perdarrahan saluraan cerna biaasanya dapaat dihindarkkan bila dosis per
hari tiidak lebih dari
d 325 mg (Soedjatmiiko, 2005).

Terapi noon farmakologis untuk


k hiperterm
mia yaitu diilakukan deengan
menggunaakan metodde pembuan
ngan panas lewat evapporasi, kond
duksi,
konveksi atau radiasi. Selimut mandi
m yangg diletakkann di antara klien
dan selim
mut serta peembungkusaan ekstremiitas distal (j
(jari dan geenital)
menurunkkan resiko cidera ku
ulit dan jarringan akibbat hiperteermia.
Membunggkus ekstreemitas klieen dapat menurunkaan insiden dan
intensitas menggigil (Luszczak,
( 2001).

B. Pengelolaan non selff managemen


nt
Non self managemeent merupaakan pengelolaan dem
mam yang tidak
dilakukan sendiri meelainkan meenggunakann bantuan teenaga keseh
hatan.
Pengelolaan secara non
n self management memang m
merupakan salah
satu jalan keluar untuuk mengataasi anak yanng menderitta demam, tetapi
t
belum tenntu merupaakan pilihaan yang teerbaik kareena penang
ganan
demam pada
p anak tidak berssifat mutlaak dan terggantung keepada
tingginya suhu, keaadaan umum
m, dan um
mur anak ttersebut (W
Walsh,
2008).

Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
39 
 

Terapi faarmakologiss hiperterm


mia, yaitu obat nonnsteroid seeperti
asetaminoofen, salisiilat, indom
metasin, daan ketorolaak menuru
unkan
demam deengan meniingkatkan kehilangan
k p
panas, sedaangkan golo
ongan
steroid menurunkan
m produksi demam dengan mem
modifikasi sistem
imun dann menyembbunyikan taanda infeksi. Steroid ttidak digun
nakan
untuk pennanganan deemam, namu
un steroid dapat
d menekkan demam yang
terjadi akiibat pirogenn (Katzung, 2002).

Untuk meenurunkan suhu tubuh


h dengan cepat
c bila aanak mengalami
hipertermiia, yaitu dengan
d seg
gera menghhentikan peenggunaan obat
anestesi, pemberian
p oksigen 10
00%, total body
b coolinng (memasu
ukkan
air es/dinggin lewat NGT, rectal, dan IV), memperbaiki
m i asidosis deengan
pemberiann terapi furrosemid 1 mg/kgBB,
m i
infus dextrose dan maanitol
20% (1gg/kgBB),  pemberian
p insulin, hidrokortisoon, Dantrolone
(antidote spesifik
s 2,5 mg/kgBB IV dan kem
mudian tiap 5-10 menitt) dan
mengatasii aritmia.

2.3 Konsep Atraumaatic Care Pada


P Anak Dengan Peeningkatan Suhu Tubuh
Atrauumatic Caree merupakann penyediaaan asuhan teerapeutik daalam lingku
ungan
oleh perawat melalui
m pennggunaan in
ntervensi yang
y mempperkecil disstress
psikollogis dan fisik
f yang diderita oleh anak daan keluargaa mereka dalam
d
sistem
m pelayanann kesehatann. Mencegah
h atau mem
minimalkan perpisahan anak
dan keluarga
k dappat dilakukaan dengan membangun
m n hubungan yang baik antara
a
anak dan
d orang tua
t selama dirawat
d di rumah
r sakit, menyiapkaan anak seb
belum
dan seetelah pelakksanaan proosedur yang tidak dikennalinya, mem
mfasilitasi orang
o
tua berada
b di dekat annak dengan
n memberrikan sentuuhan terap
peutik
(Hockkenberry & Wilson, 20009).

Menuurut Supartiini (2004), atraumatic care bukkan satu bentuk interrvensi


yang nyata terllihat, tetapii memberi perhatian pada apa,, siapa, diimana
mengapa, dan bagaimana
b prosedur dilakukan pada anakk dengan tu
ujuan
menceegah dan menguranggi stress fiisik dan psikologis.
p Mencegah atau
memiinimalkan stress fisik diantaranya
d dengan meenghindari aatau mengu
urangi

Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
40 
 

proseddur yang mengganggu


m u dan meny
yakitkan, misalnya
m pem
mberian su
ukrosa
atau EMLA
E padda bayi saatt dilakukan pengambilan sampel darah, men
ngatur
jam tindakan
t perawatan 60-120
6 men
nit sebelum
m anak tiddur, mengu
urangi
kebisiingan pada ruang rawaat dapat meencegah kerrusakan teliinga, mengo
ontrol
nyeri (Joseph & Ulrich,
U 2007).

Salahh satu prinsip atraumattic care yan


ng lain padaa anak yang dapat dilak
kukan
adalahh dengan meminimalk
m kan dan meencegah traauma pada anak. Walaaupun
pemerriksaan suhhu tubuh tidak menim
mbulkan nyeeri, namun pada umum
mnya
anak memperlihhatkan reakksi kecemassan dan strress yang berlebihan pada
waktuu dilakukann pemeriksaan suhu tub
buh. Faktor yang menyyebabkan trrauma
pada anak adalaah waktu yang
y dibutu
uhkan dalam
m pemerikssaan suhu tubuh
t
cukupp lama (5-12 menit). Hal
H ini dapatt mempenggaruhi lama hari rawat anak,
karenna informasii tentang koondisi keseh
hatan anak tidak terideentifikasi deengan
tepat melalui
m pem
meriksaan yang
y dilakuk
kan (Hockennberry, 2012).

2.4 Integrasi Teorii Kolcabaa dan Konsep Keperawatan Dalam Proses


P
Keperawatan
Berikkut akan diisampaikan uraian ten
ntang hubunngan antara teori Ko
olcaba
dengaan konsep keperawataan dalam proses
p keperawatan. U
Uraian inteegrasi
tersebbut dapat dillihat secara singkat dallam skema 2.3.
2
2.4.1 Lataar belakangg teori com
mfort Kolcab
ba
Pem
mberian asuhhan keperaw
watan padaa anak denggan peningkkatan suhu tubuh
t
dalaam penulissan karya ilmiah ini
i menggunakan peendekatan teori
kepeerawatan coomfort dari Katharine Kolcaba.
K Koolcaba (20003) mengen
nalkan
teorii kenyamannan sebagaii middle ran
nge theory karena mempunyai tin
ngkat
abstraksi yang rendah
r dan mudah diap
plikasikan dalam
d praktiik keperawaatan.

Sejaak tahun 19900 sampai dengan tah


hun 1929, raasa nyamann menjadi tu
ujuan
proffesi keperaawatan dann kedokteraan, dimanaa terdapat keyakinan rasa
nyam
man akan membantu
m p
proses peny
yembuhan dan
d merupakkan modal dasar

Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
41 
 

utam
ma dalam memperbaiki
m i kondisi kliien. Perbaikkan kondisi klien tidak
k akan
tercaapai jika kebutuhan akaan rasa nyam
man tidak terpenuhi (M
March, 2009
9).

Mennurut Marchh, terdapat tiga tipe co


omfort, yaittu relief, eaase dan ren
newal.
Relief didefinissikan sebagai keadaan dimana rassa tidak nyaaman berku
urang.
Easee didefinisiikan sebagai hilangny
ya rasa tiddak nyamann yang speesifik.
Untuuk berada dalam tinngkat ease, pasien atau
a keluarrga tidak harus
mem
mpunyai penngalaman ketidaknyam
k manan spesiifik. Banyaak kondisi medis
m
mauupun psikoologi menngganggu mekanisme homeosstatik. Ren
newal
dideefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang bangkit dari
ketiddaknyamanan ketika keetidaknyam
manan tersebbut tidak dappat dihindarri

Padaa akhirnyya istilah renewal diubah menjadi transcend


dence.
Trannscendence dianggap sebagai
s hall yang mennguatkan daan menging
gatkan
peraawat untuk tidak putuus asa dalam
m membanntu pasien ddan keluarg
ganya
meraasa nyamann. Intervennsi dalam meningkata
m an transcendence bertu
ujuan
untuuk meningkkatkan linggkungan, meningkatk
m kan dukunggan sosial atau
mennentramkan hati. S
Selain itu,, intervennsi untuk meningk
katkan
trannscendence dapat lebihh efektif jikaa berasal daari orang tuua atau kelu
uarga,
walaaupun peraw
wat dapat memberikan
m n dukungann atau motiivasi bagi orang
o
tua maupun
m kelluarga.

2.4.2 Kon
nsep utamaa teori comffort Kolcab
ba
mponen dalaam konsep utama teorii comfort yaang disamp
Terddapat 7 kom paikan
Kolccaba sebagaai berikut:
A. Heaalth care neeeds
Kolccaba menddefinisikan kebutuhan pelayanann kesehatann sebagai suatu
kebuutuhan akaan kenyam
manan, yang
g dihasilkaan dari situasi pelay
yanan
keseehatan yangg stressful, yang
y tidak dapat dipennuhi oleh ppenerima sup
upport
sisteem tradisionnal. Kebutuuhan ini meeliputi kebuutuhan fisikk, psikospirritual,
sosiaal dan lingkkungan, yanng kesemuan
nya membuutuhkan monnitoring, lap
poran
verbbal maupunn non verbbal, serta kebutuhan
k y
yang berhuubungan deengan

Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
42 
 

paraameter patoofisiologis, membutu


uhkan edukkasi dan dukungan serta
kebuutuhan akann konseling financial
f daan intervenssi.

B. Com
mfort
mfort meruppakan sebuaah konsep yang
Com y memppunyai hubuungan yang
g kuat
dalaam keperaw
watan. Comffort diartikaan sebagai suatu
s keadaaan yang dialami
olehh penerimaa yang daapat didefi
finisikan seebagai suaatu pengallaman
mediate yanng menjaddi sebuah kekuatan melalui kkebutuhan akan
imm
kerinnganan (rrelief), keetenangan (ease), and kem
mampuan lebih
(trannscedence) yang dapat terpenuhi dalam
d empaat konteks ppengalaman yang
meliiputi aspek fisik, psikospiritual, so
osiokultural dan lingkunngan.

Kolccaba (2003)) kemudian menderivasi konteks diatas


d menjadi beberap
pa hal
berikkut :
1. Kebutuhan
K rasa nyamaan fisik (Phyysical comfo
fort)
K
Kebutuhan akan rasaa nyaman fisik adalah penurunnan mekan
nisme
f
fisiologis y
yang tergannggu atau beresiko karena
k suatuu penyakit atau
p
prosedur innvasif yangg berkenaaan dengan sensasi tuubuh. Interrvensi
c
comfort y
yang stanndar digu
unakan u
untuk mem
mperoleh atau
m
mempertaha
ankan homeeostasis.
2. Kebutuhan
K rasa nyamaan psikospirritual (Psychhospiritual ccomfort)
K
Kebutuhan rasa nyam
man psikospiritual addalah kebuutuhan terh
hadap
k
kepercayaan
n diri, motiivasi dan keepercayaan yang bertuj
ujuan agar pasien
p
a
atau keluarrga dapat bangkit
b ataau meningggal dengann damai melalui
p
prosedur y
yang menyaakitkan ataau trauma yang tidakk dapat sem
mbuh
d
dengan segeera.
3. Kebutuhan
K rasa nyamaan sosiokultu
ural (Sociallcultural comfort)
K
Kebutuhan rasa nyam
man sosioku
ultural adalaah kebutuhhan penentrraman
h
hati, dukunngan, bahasa tubuh yan
ng positif dan
d perawaatan yang dilihat
d
d
dari segi budaya.
b K
Kebutuhan ini
i dipenuhhi melalui coaching atau
p
pemberian informasi (pendidik
kan kesehaatan), prom
mosi keseh
hatan,
p
pelatihan, t
termasuk p
perilaku daapat melakuukan, pesaan kesejahtteraan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
43 
 

m
mendapatka
an informassi sesuai den
ngan perkem
mbangan yaang berhubu
ungan
d
dengan prossedur pulanng dari rumaah sakit dann rehabilitasii.
4. Kebutuhan
K rasa nyamaan lingkungaan (environmental comf
mfort)
K
Kebutuhan rasa nyam
man lingkungan termaasuk kerappian, lingku
ungan
y
yang sepi, perabotan yang nyam
man, bau lingkungann minimum
m dan
k
keamanan s
seperti dalam
m tatanan pediatrik.
p Juuga termasuuk perhatian
n dan
s
saran terhadap adaptaasi lingkung
gan di kam
mar rumah ssakit dan ru
umah
p
pasien. Peraawat seharuusnya melaakukan upayya menurunnkan kebisingan,
p
penerangan
n dan ganggguan pada saat
s tidur unntuk memffasilitasi pro
omosi
k
kesehatan liingkungan.

C. Comfort
C meeasures
C
Comfort meeasures menngacu pada tiga comforrt berikut, yyaitu :
C
Comfort caare adalah filosofi peerawatan keesehatan yaang berdasarkan
f
fisik, psikoosipiritual, sosiokultura
s al dan lingkkungan yanng nyaman
n bagi
k
klien. Com
mfort care mempunyai
m i 3 komponnen, yaitu intervensi yang
s
sesuai dan tepat wakttu, model perawatan
p y
yang perhattian dan em
mpati,
b
berfokus paada kenyamanan pasien
n.

C
Comfort meeasures itu sendiri adaalah interveensi yang seengaja diran
ncang
u
untuk menningkatkan kenyaman
nan klien atau keluuarga. Tind
dakan
k
kenyamanan
n diartikann sebagai suatu inteervensi kepperawatan yang
d
didesain u
untuk mem butuhan keenyamanan yang spesifik
menuhi keb
d
dibutuhkan oleh peneerima jasa,, seperti fisiologis,
fi ssosial, finaancial,
p
psikologis, spiritual, linngkungan dan
d intervennsi fisik.

C
Comfort neeeds adalahh kebutuhan
n akan rasaa nyaman relief, easee dan
t nce dalam
transcenden m kontek pengalamaan manusiaa secara fisik,
p
psikospiritu
ual, sosisokuultural dan lingkungan.
l .

Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
44 
 

D. Enhanced
E C
Comfort
E
Enhanced c
comfort yaittu meningkaatkan kenyaamanan yanng terus meenerus
d
dengan mellakukan inttervensi ken
nyamanan secara
s konssisten dan terus-
t
m
menerus, saampai klien akan menccapai kesehaatan yang ddiinginkan dalam
d
m
mencari keesembuhan (HSBs). In
ni dilakukaan dengan cara melak
kukan
a
asuhan keeperawatan secara menyeluruh
m dengan tindakan yang
iindependent dan depennden sesuai dengan kew
wenangan perawat.

P
Proses yangg dilakukan pada tahap
p ini sesuai dengan
d asuhhan keperaw
watan
y
yaitu dengaan melakukkan tindakan
n dan dievaaluasi secarra terus-meenerus
d
dengan SO
OAP dan SOAPIER sampai
s klieen mengalaami kesemb
buhan
s
sesuai denggan tujuan perawatan (outcomes comfort). S
Sebuah outtcome
y
yang langsuung diharappkan pada pelayanan
p k n, mengacu pada
keperawatan
t
teori comforrt ini.

E. Intervening
I g variables
I g variables adalah
Intervening a faktor positif ataupun
a neggatif yang seedikit
s
sekali dapaat dikontroll oleh peraawat atau institusi
i tetaapi berpeng
garuh
l
langsung k
kesuksesan rencana intervensi
i k
kenyamana
an. Variabeel ini
m
meliputi peengalaman masa
m lalu, usia, sikap, status em
mosional, sup
upport
s
system, proggnosis, finaancial, dan kebiasaan/po
k ola kesehataan.

F. Health
H seekking behavioor (HSBs)
H
HSBs adalaah perilakuu pasien ataau keluargaa yang terlibbat secara sadar
a
atau tidak sadar,
s mengggerakkan mereka
m ke arrah kesejahhteraan. HSB
Bs ini
m
merupakan sebuah kaategori yang
g luas darii outcome bberikutnya yang
b
berhubunga
an dengan pencarian kesehatann yang diddefinisikan oleh
r
resipien saaat konsultasi dengan perawat.
p H
HSBs ini daapat berasall dari
e
eksternal (aktivitas yang terrkait denggan kesehhatan), intternal
(
(penyembuh
han/pengem
mbalian fung
gsi imun ataau kematiann yang damaai).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
45 
 

G. Institusiona
I al integrity
I al integrity adalah kon
Institusiona ndisi saranaa perawatann kesehatan yang
m
menyeluruh
h, jujur, prrofessional dan beretiika. Integriitas institussional
d
dianggap seebagai nilaai-nilai etik,, stabilitas finansial, ddan keselurruhan
d
dari organiisasi pelayaanan keseh
hatan pada area lokal, regional,, dan
n
nasional. Pada sistem rumah sak
kit, definisii institusi ddiartikan seebagai
p
pelayanan k
kesehatan um
mum atau home
h care.

2.4.3 Hubungan anta


ar konsep dalam
d teorii comfort Kolcaba
K
Hubuungan antarr konsep Kolcaba
K yan
ng digambaarkan secara singkat dalam
d
skem
ma 2.2 dapaat diterapkann dalam proses keperaawatan dengan diawali dari
kemaampuan peerawat dalaam mengk
kaji kebutuuhan rasa nyaman teerkait
okultural, linngkungan kklien dan anggota
penggalaman fisik, psikospirritual, sosio
keluaarga. Peraw
wat dapat mengidentif
m fikasi kebuttuhan kenyaamanan terrsebut
khusuusnya kebuutuhan yanng tidak dapat
d dipennuhi oleh support syystem
eksteernal. Peraawat menyyusun renccana keperrawatan unntuk memenuhi
kebuutuhan keenyamanan, merancaang intervvensi dann menenttukan
keberhasilannyaa dengan meemperhatikaan interveniing variablees.

Peraw
wat melakuukan interveensi yang dianggap
d effektif dengaan perilaku yang
carinng, sehinggaa hasil yangg dicapai terrlihat sebagai peningkaatan rasa ny
yaman
atau disebut com
mfort measures. Sedan
ngkan comffort care akkan mengkaaitkan
semuua komponnen tersebuut. Pasien dan peraw
wat sepakat tentang health
h
seekiing behavioour yang diiinginkan, bila
b kenyam
manan tercaapai, pasien
n dan
angggota keluargga terikat olleh HSBs dan
d akan lebih puas deengan pelay
yanan
kesehhatan. Bilaa perawat dan klien
n puas terhhadap instiitusi pelay
yanan,
masyyarakat akann mengetahhui kontribu
usi institusi tersebut teerhadap pro
ogram
kesehhatan pemeerintah. Innstitusi jadii lebih terrpandang ddan berkem
mbang
(Kolccaba, 2003;; Sitzman & Eichelberg
ger, 2011).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
46 
 

Skema 2.2
2 Konsep teori kepera
awatan comffort Katharrine Kolcaba
a

Sumber: Kolcaba&
&Dimarco (20 005); Tomeyy&Alligood ((2006);
Marrch (2009); Sitzman,
S Katthleen&Eichhelberger (2011)

2.4.4 Prooses keperaawatan dalaam teori co


omfort Kolccaba
I. Penggkajian
Tahaap pertama dari prosess keperawatan dalam teeori comfortt Kolcaba adalah
a
melaakukan penngkajian menurut
m Kollcaba, yangg diarahkann pada Strruktur
Takssonomi Com
mfort. Perawat mengk
kaji pasien anak
a secaraa holistik deengan
menngacu padaa empat koonteks pengalaman teerkait rasa nyaman (fisik,
(
psikkospiritual, lingkungann dan sossialkultural)). Perawat harus mampu
mem
mandang maasalah dari sudut pand
dang klien (empati),
( kaarena merup
pakan
penggalaman subbyektif klienn.

Mennurut Herlinna (2012) aplikasi peengkajian teeori comforrt Kolcaba pada


pasien anak dengan
d dem
mam tipoid
d dapat diggambarkan dalam strruktur
taksonomi padaa tabel 2.2 dan
d uraian masing-mas
m sing kebutuhhan kenyam
manan
sebaagai berikut:
1) Kebutuhan
K rasa nyamaan terkait peengalaman fisik:
f
K
Klien adalaah seorang anak
a berusiia 15 tahun,, perempuann, dirawat ruang
r
r
rawat non bedah
b dengaan diagnosiss medis dem
mam tipoid. Keluhan saaat ini

Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
47 
 

k
klien mengeluh mual, pusing, lem
mas. Sebeluumnya tidakk pernah dirrawat
d rumah sakit
di s dengaan penyakit yang sam
ma. Pengukuuran tanda--tanda
v
vital tekanaan darah 110/70 mmHg, nadi 96xx/menit, suhhu 36,4°C. Berat
b
badan klienn 43 kg, toinnggi badan 155 cm. peemeriksaan fisik didap
patkan
d
data konjunngtiva tidakk anemis, suara nafas vesikulerr, bising ussus 8
x
x/menit, heepar tidak teeraba. Hasiil pemeriksaaan laboratorium: Hb: 14,9
H
Hematokrit: 45, trombbosit 210.000, widal titer
t O:1/3220 widal titter H
1
1/160. Saat ini mendappatkan terap
pi Acran injeksi 3x25 m
mg (IV), Triicefin
2 gr, Dripp dekstrose 5% 100cc.
2x1
2) Kebutuhan
K rasa nyamaan psikososiial:
I mengataakan klien adalah
Ibu a anak
k yang percaaya diri dann mudah berrgaul,
m
mempunyai
i banyak teeman dan merasa
m sedih karena ttidak berku
umpul
d
dengan ma sakit. Klien merasa sangatt senang ketika
meereka selam k
d
dijenguk o
oleh temaan-temannyaa di rum
mah sakit. Klien teeratur
m
melaksanak
kan ibadah agama dan berdoa di rumah. Sejak dirawat klien
t
tidak melakksanakan ibbadah kareena kondisii tubuh yanng lemah, klien
b
belum menarche, infoormasi tentaang pubertaas didapatkkan dari maajalah
d
dan cerita teman, orrang tua memberikan
m n penjelasann apabila klien
b
bertanya.
3) Kebutuhan
K rasa nyamaan terkait peengalaman sosiokultura
s al:
K
Klien adalaah anak ketiga dari tiga bersauudara. Ayaah tidak pernah
m
menjenguk karena bekkerja sebagaai supir di kedutaan
k beesar. Anak tidak
s
sedih berpiisah dari ayyah karenaa ayahnya bekerja. Klien lebih dekat
d
dengan ibu dibandingkkan dengan ayah.
a
4) Kebutuhan
K rasa nyamaan terkait peengalaman lingkungan:
l
K
Keluarga daan klien meerasa nyamaan dengan lingkungan
l kamar. Ruaangan
k
kamar mengggunakan AC
A dengan pengharum
m ruangan, ssatu kamar untuk
u
2 pasien deengan lampuu penerangaan masing-m
masing klieen. Terdapatt sofa
u
untuk keluaarga. Kamaar mandi bersih
b dan nyaman. N
Namun dem
mikian
a
anak dan keeluarga ingin segera pu
ulang ke rum
mah.

Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
48 
 

Tabell 2.2 Struktu


ur taksonom
mi anak dengan demam
m tipoid
Tipe Com
mfort Relief Ease Transceendence
Muall, pusing, lem
mas,
Fisik
konjuungtiva anem
mis
Anak menyesal Anak senang
Psikospiriitual berpissah dengan dijenguk teman-
temann-temannya temannya
Keluarga dan klien
Anak dan
merasa nyaman
Lingkunggan keluarrga ingin
dengan lingkungan
l
segeraa pulang
kamarnya
Anak tid dak sedih
berpisah dengan
Sosiall
ayahnya karena
ayahnya beekerja
Sum
mber: Herlinaa (2012)
II. Pereencanaan
Tahaap kedua dari
d proses keperawattan comforrt Kolcaba adalah Comfort
Meaasures dan Intervening
I Variable.
1. Comfort
C Meeasures
I
Intervensi kenyamanaan memilik
ki tiga kattegori yaituu 1) interrvensi
k
kenyamanan
n standar/teehnikal unttuk memperrtahankan hhomeostasiss dan
m
mengontrol rasa sakkit, 2) pellatihan/ cooaching unntuk mered
dakan
k
kecemasan, memberikaan jaminan dan inform
masi, menannamkan harrapan,
m
mendengark
kan dan membantu
m merencanaka
m an pemulihhan, 3) tind
dakan
y
yang menennangkan bagi jiwa (com
mforting), hal-hal
h yangg menyenan
ngkan
y
yang peraw
wat lakukann untuk membuat
m annak atau kkeluarga merasa
m
d
diperhatikan
n dan diperkkuat, sepertti guided im
magery (Kolccaba, 2003)).
2. Intervening
I g variables
I g variabless ini meru
Intervening upakan keekuatan yaang berinteeraksi
t
terhadap paasien, sehinggga mempeengaruhi persepsi resippien dari co
omfort
s
secara keseeluruhan. Perawat dap
pat menyiassati dengann memperbaanyak
d
diskusi berssama pasienn dan meng
gidentifikassi interveninng variablees apa
s
saja yang dimiliki paasien serta bagaimanaa cara yanng paling sesuai
s
m
menurut p
pasien. Inttervensi holistik
h yaang sesuai dengan teori
k
kenyamanan
n antara laiin: terapi musik,
m pijattan dan senntuhan terap
peutik
(
(Peterson & Bredow, 2004).
2

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
49 
 

S
Salah satu contoh
c diaggnosa keperrawatan padda aplikasi ccomfort Ko
olcaba
p
pasien anakk dengan demam
d tipo
oid terkait mual berhuubungan deengan
i
iritasi inteestinum, d
dengan tujjuan rasa mual beerkurang, tidak
m
menggangg
gu aktifitas makan daapat dilihatt dalam taabel 2.3 seebagai
b
berikut.
Tabel 2.3 In
ntervensi keperawatan pada
p pasien
n anak dengaan demam tipoid
t
Tipe intervvensi Comfoort Kolcaba Tindakan n Keperawattan
Tehnikal 1. Kaji ulaang intensitaas mual, fak
ktor
(sttandar comfoort) yang memperberrat mual dan
mempperingan muaal.
2. Berikann Acran injjeksi 3x25 mg
(IV)
3. Berikann Tricefin 2x1 gr (d drip
dekstrrose 5% 100ccc)
Coaching Jelaskan pada annak penyeebab
munculnyaa mual
Comfortingg 1. Ajarkann pada klien tehnik Imag gery
(Comfoort food for thhe soul) guidannce
2. Libatkann keluarga dalam latiihan
imagery guidance
Sumber: Herlina
H (20112)

III. Enhanced Comffort


Prosses dalam keperawataan ini sesu
uai dengan asuhan keeperawatan yaitu
denggan melakuukan tindakkan dan dieevaluasi secara terus-m
menerus deengan
mennggunakan format SOAP (Subjekktif, Objekttif, Analisiss dan Plan
nning)
samppai pasien mengalam
mi kesembu
uhan sesuai dengan tuujuan peraw
watan
(outtcomes comf
mfort). Subjeektif merupakan hasil evaluasi yaang disamp
paikan
pasien atau keluarga
k seecara langssung, objekktif adalahh hasil evaaluasi
penggamatan ressiden yang dialami paasien dan keeluarga. Analisis digun
nakan
untuuk menilai masalah keperawatan
k n yang diaalami anakk sudah terratasi,
terattasi sebagiaan atau bahhkan belum
m teratasi seetelah dilakkukan interrvensi
kepeerawatan olleh residen. Planning adalah
a pereencanaan tinndak lanjut yang
dibuuat residen untuk
u menggatasi masalah keperaw
watan.

Tahaap ketiga dari


d prosess keperawattan comforrt Kolcaba pada Enha
anced
mfort terdiri atas:
Com
1. Implementasi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
50 
 

Apliikasi empaat kontekss pengalam


man holistiik comfortt pada prraktik
kepeerawatan annak diuraikaan pada beberapa paraggraf di bawaah ini.
a. Physical
P com
mfort
Inntervensi kenyamanan
k n terkait fisik adalah intervensi yang ditujjukan
u
untuk menjaaga homeosstasis tubuh
h. Tujuan dari
d tindakaan yang beersifat
teeknis ini adalah
a mem
mbantu passien mencaapai status kesehatan serta
k
kenyamanan
n yang diinnginkan dan
n mencegahh komplikaasi. Contoh
h dari
k
kenyamanan
n fisik tersebbut diantaraanya tindakkan monitoring seperti tanda
taanda vital, status
s tingkkat kesadaraan dan hasill laboratoriuum kimia darah,
d
a
administrasi obat-obatan analgessik, terapi cairan daan observassinya.
M
Meminimalk
kan cedera dan nyeri dengan melakukan priinsip atraumatic
care adalahh dengan melakukan
m prosedur
p k
khusus untuuk perawataan di
ruuang anak yang mem
mbedakan dengan deewasa akann meminim
malkan
k
ketakutan paada anak, misalnya
m melakukan
m p
prosedur denngan melak
kukan
k
kegiatan berrmain terlebbih dahulu.
b. Psycospiritu
P ual comfort
U
Upaya yangg dapat dilakukan perawat
p unntuk memenuhi kebuttuhan
p
psikospiritua
al, meliputii pemberian
n waktu unntuk kunjunngan dari siibling
d orang teerdekat, memanage ny
dan yeri, membeerikan support sistem untuk
u
a
anak. Namuun pengunjuung perlu memperhatik
m kan prinsipp aseptik deengan
m
mencuci tanngan sebeluum dan settelah kunjunngan untukk meminim
malkan
p
penyebaran i
infeksi padaa pasien.
c. Sosiocultura
S al comfort
R
Rumah sakkit membukka layanan
n konselingg yang diilakukan teenaga
k
kesehatan keepada orangg tua dan an
nak terkait dengan kebbijakan, pro
osedur
d peraturaan rumah saakit sebelum
dan m anak di rawat.
r Konsseling ini dilihat
d
d
dari prinsipp comfort, petugas kesehatan
k m
memberikan
n rasa ny
yaman
soosiocultural dengan memberikan
m informasi yang
y jelas kkepada klien
n dan
k
keluarganya. Orientasikkan pada an
nak dan keluuarga tentanng situasi ru
umah
saakit dengann bentuk miiniatur rumaah sakit. Peengenalan teentang tata tertib
ruumah sakit dan biaya perawatan.
p

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
51 
 

d. Environmen
E tal comfort
Inntervensi yang
y dapat dilakukan agar kenyyamanan lingkungan dapat
teercapai adallah sebagai berikut:
1) Tatanan/penataan ruuang peraw
watan seperrti di rumaah dan fassilitas
tempat tidur untuk orang tuaa dan pennunggu. Ruuang peraw
watan
dimodifikaasi seperti di
d rumah miisal dindingg di cat berw
warna diberii wall
paper, tiraai dan sprei bermotif an
nak, alat maakan bergam
mbar kartun
n atau
kursi dan meja
m untuk anak serta fasilitas unttuk mencuci tangan.
Hal ini sesuai
s denggan pernyaataan dari Hockenberrry (2009) yaitu
mempertahhankan fassilitas rumaah sakit sepperti bed uuntuk penun
nggu,
bangku unntuk anak, teelevisi, ruan
ngan dicat dengan
d warnna yang meenarik
akan mem
mbuat lingkuungan seperti di rumah sendiri.
2) Fasilitas akses
a uk keluargaa dan anak melalui telepon
komuunikasi untu
akan mem
minimalkan dampak
d pem
misahan padda anak. Inttonasi suaraa juga
akan mem
mberikan penguatan
p pada
p anak. Apabila oorang tua tidak
berkunjunng, perawat hendaknya
h melakukan kontak denngan anak.
3) Orang tuaa dapat melakukan
m konsultasi
k kepada perrawat men
ngenai
kondisi dan
d tindakaan perawataan sebaiknyya diberikaan dalam ruang
r
konsultasii, hal ini akan
a memb
berikan keseempatan keepada orang tua
untuk meendapatkan informasi dan dapaat terlibat dalam tind
dakan
perawatann.
4) Ruang berrmain bisa dilaksanank
kan secara indoor dan outdoor. Dalam
D
ruang berrmain terseebut disediaakan beberrapa alat ppermainan untuk
u
stimulasi sesuai
s tahapp tumbuh keembang anaak.
5) Penyediaaan buku – buku
b atau perpustakaaan mini dillengkapi deengan
kursi dann meja bellajar serta player memungkink
m kan anak untuk
u
mengekspplorasi inforrmasi yang diinginkann terutama uuntuk anak pada
tahap prassekolah.
6) Penyediaaan fasilitas untuk berribadah muudah dijanggkau dan dapat
digunakann anak saat didampingi
d orang tuanyya.

Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
52 
 

7) Seragam perawat
p yanng menarik
k dengan memakai
m waarna selain putih
dapat mennurunkan ketakutan
k anak
a terhaddap orang asing sehingga
perawat daapat lebih mudah
m dalam
m melakukaan pendekattan pada anaak.
8) Perawat dapat mengggunakan alatt – alat dalaam tindakann perawatan
n yang
dimodifikaasi seperti alat berm
main misall menggunnakan steto
oskop
berwarna warni,
w alas bermotif attau manset yang
y dijahitt dengan gaambar
kartun.
2. Evalluasi Keperrawatan
Evalluasi keperaawatan dilaakukan setellah implem
mentasi. Evaluasi bisa dilihat
d
dari perubahann tingkat kenyamanan
k n pasien setelah
s dilaakukan tind
dakan
peraawatan. Penilaian tinngkat kenyamanan addalah menentukan tin
ngkat
kenyyamanan yaang dialam
mi oleh pasiien sebelum
m dan sesuddah diinterv
vensi.
Beberapa caraa atau skkala yang dapat dillakukan unntuk meng
gukur
kenyyamanan menurut Kolccaba (2005)) adalah:
a. Pertanyaan
P tertutup adalah pertany
yaan yang hanya
h mem
merlukan jaw
waban

“ya” dan “tidak”. Pertaanyaan tertu
utup dapat diajukan
d paada anak usiia 2-3
t
tahun.
b. Skala
S kenyamanan denngan bungaa Daisi (Chhildren’s C
Comfort Daiisies),
y
yang dikem
mbangkan Kolcaba
K tahu
un 1997-20000. Skala seesuai gambaar 2.1
t
tersebut dappat mengukuur tingkat kenyamanan
k n pada anak usia 1-4 tah
hun.
2 Children
Gambar 2.1 n’s Comforrt Daisies, 2000

c. Visual anallog scale yaaitu anak meletakkan


m s
satu titik paada garis veertical
s
sepanjang 10 cm unttuk menilaii tingkat kenyamanan
k n dirinya. Posisi
P
n
nyaman berada di titiik teratas, sedangkan rasa paling tidak ny
yaman
b
berada di tittik terbawahh. Gambar skala
s dapat dilihat padaa gambar 2..2.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
53 
 

d. Skala
S 1 – 100 (Skala Kuusher).
P
Perawat meeminta anakk menunjuk nomor yanng dianggapp dapat mew
wakili
t
tingkat kenyyamanan yaang sedang dirasakan anak.
a Gambbar skala Kusher
K
d
dapat dilihaat pada gambbar 2.2.
G
Gambar 2.2 Visual
V analo
og scale dan skala Kusheer

l 2 3 4 5 6 7 8 9 10

e. Kuesioner
K General Coomfort Queestioner (GC
CQ) yang diadaptasi dapat
d
digunakan u
untuk menggukur tingkaat kenyamannan pada annak remaja.
f. Comfort
C Beehaviours Checklist
C (C
CBC) yang dibuat Kolcaba pada tahun
t
1
1997 dapat digunakan untuk men
ngukur tingkkat kenyam
manan anak yang
t
tidak dapat bicara.

nsep metaparadigma keperawata


2.4.5 Kon k an teori com
mfort Kolcaba
m keperawaatan yang diaplikasikkan dalam teori
Uraiian konsepp paradigm
Kolccaba adalahh sebagai beerikut.
1. Kepperawatan
Kepperawatan adalah
a penillaian kebuttuhan akan kenyamanan, perancaangan
kenyyamanan diigunakan untuk
u meng
gukur suatuu kebutuhann, dan penilaian
kem
mbali digunnakan untuuk menguk
kur kenyaamanan settelah dilak
kukan
impllementasi. Pengkajian
P dan evaluassi dapat dinilai secara ssubyektif, seeperti
ketikka perawatt menanyakkan kenyam
manan passien, atau secara oby
yektif,
ubuh anak, kondisi annak dan inteeraksi
misaalnya obserrvasi terhaddap suhu tu
anakk dengan keeluarga. Penngukuran raasa nyaman pada anak didasarkan
n pada
instrrument tingkkat usia perrkembangan
n anak.
2. Mannusia
Mannusia adalaah penerim
ma asuhan keperawataan dapat bberupa ind
dividu
(passien), keluarrga, institussi atau kom
munitas yanng membutuuhkan peraw
watan
watan anak dengan peeningkatan suhu
keseehatan. Dallam lingkuup keperaw
tubuuh di sini, paasien adalahh anak dan keluarga.
k

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
54 
 

3. Linggkungan
Linggkungan addalah aspekk dari pasieen, keluargaa, atau instiitusi yang dapat
dimaanipulasi oleh
o peraw
wat atau orang
o terccinta untukk meningk
katkan
kenyyamanan annak selama perawatan. Dalam kaasus ini papparan AC dalam
d
ruanngan, pembbatas tirai, kondisi
k ruaangan yangg kotor, sem
mpit dan ramai
r
meruupakan gaambaran daari pengkajjian ketidaaknyamanann yang dialami
pasien.
4. Keseehatan
Keseehatan adalah fungsi opptimal, sepeerti yang digambarkan oleh pasien
n atau
keloompok, darii pasien, keeluarga, atau
u masyarakaat. Dalam teeori keperaw
watan
yangg diaplikasiikan resideen dalam kasus
k kelolaaandiharapkkan kenyam
manan
tercaapai, pasienn dan anggoota keluargaa terikat olehh HSBs dann akan lebih
h puas
UPN Dr. Cipto
denggan pelayanan kesehaatan di ruaang infeksii anak RSU
Manngunkusumoo, sehinggaa rumah sak
kit lebih teerpandang ddan berkem
mbang
dalaam masayaraakat sekitarr.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
55 
 

Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak
Jalur 1 dengan peningkatan suhu tubuh

Health Health Institutional


Nursing Intervening Enhanced
Care
Needs
+ Interventions + Variables Comfort
Seeking
Behaviors
Integrity

Jalur 2 Variabel Intervening:


1. Pengalaman Outcome Comfort:
Pengalaman: 2. Usia 1. Rasa nyaman fisik 1. Daya tahan
Intervensi Comfort: 1. Kepuasan
1. Fisikal 3. Perilaku
2. Rasa nyaman tubuh kuat
(Atraumatik care) 4. Status emosional keluarga segera
2. Psikospiritual psikospiritual 2. Keluarga
1. Tehnikal 5. Sistem pendukung teratasi
3. Sosialkultural 3. Rasa nyaman menjalankan
2. Coaching 6. Prognosis pola hidup 2. Tindakan medis
4. Lingkungan 3. Comforting 7. Status ekonomi sosiokultural berkurang
4. Rasa nyaman sehat
lingkungan 3. Meninggal
dengan tenang

1. Rehidrasi
Jalur 3 2. Pakaian yang tipis dan
1. Catat usia dan jenis
menyerap keringat
3. Kompres air hangat kelamin anak 1. Suhu dalam batas normal
1. Tidak terjadi kejang 1. LOS minimal
4. Kolaborasi pemberian 2. Observasi suhu tubuh, (36,5-37,5°C)
dan dehidrasi 1. Percaya pada 2. Antipiretik
antipiretik nutrisi dan balance cairan 2. Perilaku anak
2. Suhu tubuh normal tenaga kesehatan berkurang
5. Pendidikan kesehatan 3. Jaminan/Asuransi menunjukkan rasa nyaman
3. Tidak menimbulkan 2. Anak tidak 3. Keluarga puas
6. Pemberian dukungan kesehatan 3. Penilaian rasa nyaman
stress dan trauma kepada pasien dan keluarga menangis/takut dengan
4. Libatkan keluarga disesuaikan dengan usia
4. Anak dan keluarga 7. Empati dan sentuhan 3. Tidak terjadi pelayanan
(Family Centered Care) dan kondisi anak
merasa nyaman 8. Lingkungan yang tenang komplikasi rumah sakit
9. Musik kesukaan anak 4. Adanya support keluarga penyakit dan
penyebaran infeksi

Sumber: Plipat (2002); Soedjatmiko (2005); Tomey&Alligood (2006);


Wilmana&Gan (2007); Hockenberry&Wilson (2009); Sitzman&Eichelberger (2011)

 
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
56 

2.5 Aplik
kasi Konsep
p Teori Com
mfort Kolca
aba Pada Kasus Terp
pilih
Aplikkasi teori comfort
c Koolcaba akan
n diterapkaan pada saalah satu kasus
kelolaaan yang teerpilih, yaittu kasus pasien anak SR
S dengan Kejang Deemam
Komppleks. Prosees asuhan keperawatan
k n akan dim
mulai dari tahap pengk
kajian
menuurut Kolcabba (rasa nyyaman terk
kait pengalaman fisikk, psikospirritual,
sosiokkultural dann lingkungaan), penenttuan masalaah keperaw
watan yang dapat
dianallisa dari sttruktur takssonomi ken
nyamanan pada tabel 2.4, meny
yusun
intervvensi kepperawatan dengan menggunakkan comffort meassures,
impleementasi keperawatan
k n kemudian
n dievaluaasi dengann menggun
nakan
instruumen yang sesuai
s dengaan tingkat perkembang
p gan anak.
2.5.1 Gambaran
G umum pasien
2.5.2.1 Identitass pasien
Anak S.R, perempuuan, usia 21 bulan. Pasiien adalah aanak pertam
ma
2.5.2.2 Keluhann utama
Ibu meengatakan anak dem
mam tinggi, kejang dan mengalami
penurunnan kesadaraan.
2.5.2.3 Riwayatt penyakit
Sejak ussia 6 bulan,, anak kejan
ng berulangg tanpa dem
mam dan beerobat
rutin ke poli Neuroo RSCM sejjak 3 bulan yang lalu. Saat tiba dii IGD
RSCM tanggal
t 24 September 2013 jam 10.30
1 WIB anak mengalami
kejang, mata keddip-kedip, mulut menngecap, taangan dan kaki
menghentak berulang selama kurang lebih 15 menit. Saaat itu
diberikaan Stesolidd (supp) 2x,
2 kemudiian anak ddiberikan terapi
t
Fenobarrbital 20 mg
m (IM) kaarena masihh kejang. A
Anak mengalami
penurunnan kesadaraan (Apatis). Anak S.R dipindahkaan ke ruang anak
infeksi kamar 102 D pada taanggal 26 September
S 2013 jam 03.45
0
WIB. Skkala risiko jatuh:
j 17.
2.5.2.4 Diagnossa Medis
Diagnossis pasien adalah
a kejan
ng demam kompleks. Yang dimaaksud
kejang demam
d kom
mpleks adallah kejang demam
d yanng terjadi deengan
ciri salaah satu tandda gejala seb
bagai berikuut: kejang lama > 15 menit,
m
kejang fokal atau parsial saatu sisi, ataau kejang uumum didaahului

 
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
57 

kejang parsial , serrta kejang berulang


b ataau lebih darii 1 kali dalaam 24
jam (Annnegers, 19887).

2.5.2 Pengkajian
2.5.2.1 Pengkajian Kenyam
manan Terk
kait Pengalam
man Fisik
Keadaann umum annak lemah, tingkat kesadaran
k A
Apatis. Gla
asgow
Coma Scale
S (GC
CS) E2M5V
V3=10. Muukosa bibiir anak keering,
terpasanng selang nasogastric tube (NGT
T). Hasil peengukuran tanda-
tanda viital pada annak didapatk
kan tekanann darah 90//55 mmHg, suhu
38,6°C, nadi 120 x/mnt,
x pernaafasan 28x//mnt, lingkaar kepala 39
9 cm,
diameter ubun-ubun besar 2 mm
m (mikrosefali). Beraat badan anaak SR
6965 grram dan pannjang badan
n 72 cm. Ekstrimitas
E anak mengalami
parese, terpasang selang infu
us di tangann kiri. Gennetalia terpaasang
kateter. Penghitunggan risiko jatuh: 17. Sejak usia 6 bulan pasien
p
kejang berulang
b tannpa demam
m, berobat kee poli Neuro RSCM seejak 3
bulan yang
y lalu. Tidak adaa riwayat kejang
k di keluarga. Hasil
pemerikksaan analissis cairan otak
o pada anak
a tanggaal 24 Septeember
2013 menunjukkan
m n bahwa an
nak tidak mengalami
m kelainan. Hasil
nak melaluui spesimen urin 24 jam
pemerikksaan laborratorium an
tanggal 27 Septem
mber 2013 didapatkann Natrium (Na) 96 mEq,
Kalium (K) 8 mEq,, Klorida (C
Cl) 78 mEq.
2.5.2.2 Pengkajian Kenyam
manan Terk
kait Pengalam
man Psikospiritual
Semenjaak sakit anaak S.R cend
derung diam
m terbaring di tempat tidur.
Bila dibbangunkan dengan
d rangsang nyeri, anak hannya melihat pada
kedua orang
o tuanyya. Anak diasuh
d olehh ibunya ddan mempeeroleh
dukungaan dari keluuarga. Kelu
uarga khawaatir terhadaap penyakit yang
diderita anaknya, tetapi keluarrga yakin dan
d selalu bberdoa mem
mohon
untuk keesembuhan anaknya.
2.5.2.3 Pengkajian Kenyam
manan Terk
kait Pengalam
man Sosiokkultural
Pasien adalah anaak pertama, usia kehaamilan cukkup bulan, lahir
secara spontan,
s terrdapat riway
yat biru dirrawat selam
ma 10 hari, tetapi
t
tidak diipasang alatt bantu naffas. Berat badan
b anakk saat lahir 1900

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
58 

gram dan
d panjanng badan lahir 42 cm. Perkeembangan anak
mengalaami keterlambatan, seperti angkaat kepala uusia 8 bulan
n dan
miring ke
k kanan kiri usia 10 bulan.
b Samppai saat ini, anak belum
m bisa
duduk, berdiri
b dan berjalan. Peerhatian dann kehadirann kedua oran
ng tua
selalu ada
a disamppingnya. Hu
ubungan daalam keluarrga berlang
gsung
harmoniis, anak menndapat kasih sayang daari keluargaa.
2.5.2.4 Pengkajian Kenyam
manan Padaa Lingkungaan
Keluargga kurang merasakan
m ny
yaman denggan lingkunngan kamar yang
sempit dan
d kotor. Ruangan
R dig
gunakan unntuk 6 pasieen tanpa pen
nutup
tirai sebbagai privasii. Ruangan kadang-kaddang terasa panas. Padaa saat
jam berrkunjung tibba, ruangan
n terlalu ram
mai. Keluarrga ingin segera
pulang ke
k rumah.
Tabel 2.44 Struktur taksonomi
t comfort
c Kolccaba pada k
kasus anak S.R
S
Tipe comffort Relieff Eaase Transeedence
Fisik 1. Tinggkat kesadarann : Apatis.
Glassgow Coma Scale (GCS S)
E2MM5V3=10.
2. Tandda-tanda vital:
tekaanan darah: 90/55
9 mmHg g,
suhuu: 38,6°C
nadii: 120 x/mnt
pernnafasan: 28x/mmnt.
3. Hasiil laboratorium
m: (Urin)
Natrrium (Na): 96 mEq/24 jam
Kaliium (K): 8 mEq/24 jam m
Klorrida (Cl): 78 mEq/24
m jam.
4. Penggukuran s
status gizzi
mem mpunyai kesaan status gizzi
anakk kurang
5. Anaak mempunnyai riwayaat
kejaang, penghittungan risik ko
jatuhh: 17.
Psikospirittual Anak membuka Keluarga teetap berdoa
mata dann melihat untuk kesembuhan
k
orang tuuanya saat anaknya
diberikan stimulus.
Sosiokultuural Keluarga khawatir Klien merup pakan anak
terhadap penyakit pertama, sehingga
yang diderita perhatian dan
n kehadiran
anaknya. kedua oran ng tuanya
selalu ada
a di
sampingnya.
Lingkungaan Ruang perawatan
p terddapat 6 pasienn,
yang raamai bila jam
m kunjung tibaa,
ruangann kadang-kaadang terassa
panas, tidak ada pembatas/
p tiraai
sebagai privasi.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
59 

Dari uraiann pengkajiaan comfort dan gambaran struktuur taksonom


mi di
atas dapat dianalisis masalah keeperawatan dan peneggakkan diag
gnosis
keperawataan yang munncul pada anak
a S.R anttara lain:
a. Perfusi jaringan serrebral tidak efektif
b. Peningkkatan suhu tuubuh: demaam
c. Gangguuan elektroliit
d. Gangguuan tumbuh kejar
e. Risiko tinggi cideraa
f. Kurang pengetahuaan orang tuaa tentang peenyakit

2.5.3 Rencana
R keeperawatan
n
R
Rencana kepperawatan pada
p anak S.R
S berdasaarkan konseep teori Comfort
K
Kolcaba disuusun dengann menggunaakan comforrt measuress dan intervening
v
variables paada masing--masing diaagnosa kepperawatan. B
Berikut ini akan
d
dijelaskan reencana kepeerawatan paada anak SR
R.
2.5.3.1 Perfusi jaringan ceerebral tidaak efektif b.d
b reduksi aliran daraah ke
otak
A. Tujuan keeperawatan:
Setelah dilakukan
d tiindakan keeperawatan selama 2 minggu, suplai
s
darah ke otak dapatt kembali normal,
n denngan kriterria hasil seebagai
berikut:
1. Sirkulasi darah dalam kead
daan normal (tekanann darah: 110/60
mmHgg, saturasi oksigen:
o 99--100%).
2. Peninggkatan tekanan intra krranial (edem
ma pupil, muntah proy
yektil,
sakit/nnyeri kepalaa) tidak terjaadi
3. Komplikasi penyaakit tidak diitemukan seelama peraw
watan.
B. Intervensii Keperawattan
ma adalah intervensi yang dilak
Intervensii keperawaatan pertam kukan
untuk meemelihara perfusi
p jarin
ngan otak secara adeekuat. Interrvensi
tersebut diicantumkann dalam tabeel 2.5 di baw
wah ini.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
60 

Tabel 2..5. Intervenssi DP 1 Perffusi jaringan


n serebral tiidak efektif b.d
reduksi alirran darah ke
k otak
Intervvensi
Tindakan keperawatan
k
kenyammanan
Tehnikaal 1. M
Monitor sirkullasi darah seccara teratur: ttekanan darah h dan
s
saturasi oksigen
2. Monitor
M adaanya peninggkatan tekannan intrakraanial:
m
meningkatnya a lingkar keepala, meninngkatnya tek kanan
d
darah, menuru unnya nadi, pernapasan
p tiddak beraturann dan
g
gelisah berlebbihan.
3. Tinggikan
T kep
pala klien 15-445 derajat sesuuai indikasi.
4. Kolaborasi
K untuk pemberiann anti konvullsi Fenobarbittal 20
m (2x) IV seesuai indikasi
mg
Coachinng 1. Ajarkan
A keluarrga tentang peemantauan staatus sirkulasi darah
d
anak
2. Ajarkan
A keluarga tentang taanda-tanda peeningkatan tek kanan
intrakranial
3. Ajarkan
A keluaarga tentang pencegahan
p koomplikasi pen nyakit
pada anak
Comforrting 1. Cegah
C stimullus yang daapat menimbulkan kompllikasi
penyakit
2. Ciptakan
C kungan yang tenang
lingk

2.5.3.2 Peningkkatan suhu tubuh: dem


mam b.d effek langsunng dari sirk
kulasi
endotokksin pada hippotalamus
A. Tujuan Keeperawatann: setelah diilakukan tinndakan kepeerawatan seelama
2 mingguu, suhu tubuh dalam rentang
r norrmal, dengan kriteria hasil
sebagai beerikut:
1. Tandaa-tanda vitall dalam keaadaan stabil (suhu: 36-337°C, nadi: 100-
110x/m
menit, RR: 24-28x/men
2 nit)
2. Perubaahan warnaa kulit tidak
k tampak daan peningkaatan intra crranial
tidak terjadi
t
B. Intervensii Keperawattan
Intervensii keperawattan kedua adalah intervvensi yang dilakukan untuk
u
mengatasii demam paada anak. Intervensi teersebut dicaantumkan dalam
d
tabel 2.6 di
d bawah inii.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
61 

Tabel 2.6.
2 Interven nsi DP 2 Pen
ningkatan su
uhu tubuh: DDemam b.d efek
langsung dari
d sirkulassi endotoksin
n pada hipootalamus
Intervenssi
Tindakan keperawatan
k
kenyaman nan
Tehnikal 1. Obseervasi tanda-taanda vital : suhhu, nadi, RR, dan saturasi oksigen.
o
2. Pantaau tanda-tand da hiperpirekssia: suhu meeningkat drasttis, kulit
kem
merahan, ruam,, takikardi dann takipnoe.
3. Berikkan kompres aira hangat
4. Kolaaborasi pembeerian terapi anttibiotik Cefotaaxime 170 mg g (3x) IV
dan antipiretik Paarasetamol 80 mg (3x) PO.
Coaching 1. Anjuurkan pasien untuk
u banyak minum
m ± 2,5 1 / 24jam
2. Jelasskan manfaatn nya banyak miinum bagi klieen
3. Anjuurkan keluarg ga untuk meengganti pakkaian yang tiipis dan
meenyerap kering gat pada anak
4. Ajarkkan keluarga tentang obserrvasi suhu daan pemberian kompres
air hangat
5. Berikkan penjelasaan pada kelluarga untuk tetap disam mpingnya
selaama anak massih demam tinnggi
Comforting 1. Gantti linen bila su
udah basah oleeh keringat
2. Atur suhu lingkun ngan sesuai denngan suhu tubbuh anak

2.5.3.3 Gangguuan elektroliit b.d kegagalan mekannisme pengaaturan


A. Tujuan Keeperawatann: setelah diilakukan tinndakan kepeerawatan seelama
selama 2 minggu, mekanisme
m pengaturan
p cairan dan elektrolit dalam
d
tubuh kem
mbali normaal, dengan kriteria
k hasill:
1. Status hidrasi padda elektrolit adekuat
2. Pemerriksaan labooratorium ellektrolit dalaam batas noormal.
3. Komplikasi shockk tidak terjaadi selama perawatan
p
B. Intervensii Keperawattan
Intervensii keperawattan ketiga adalah
a intervvensi yang dilakukan untuk
u
mengatasii hidrasi dan mencegah terjaadinya shock pada anak.
Intervensii tersebut dicantumkan dalam tabeel 2.7 di baw
wah ini.
Tab
bel 2.7. Interrvensi DP 3 Gangguan elektrolit b..d kegagalan
n
mekaniisme pengaturan
Intervenssi
Tindakan keperawatan
k
kenyaman nan
Tehnikal 1. Berikkan cairan infu
fus N5 + KCl 11 ml/jam sesuai program
2. Cegaah terjadinya dehidrasi
d beraat pada anak
3. Berikkan cairan dann tingkatkan inntake oral
4. Memmantau tanda dan
d gejala adaanya retensi caairan
Coaching 1. Ajarkkan keluarga cara
c memonitor dan menghhitung keluaran n cairan
2. Ajarkkan keluargaa untuk mem mberikan peraawatan selang g kateter
yanng digunakan anaknya
Comforting 1. Berikkan penutup ruang
r saat keluuarga melakuukan perawataan kateter
unttuk menjaga privasi
p anaknyya.
2. Berikkan kesempaatan pada orrang tua unttuk mengeksspresikan
perrasaannya

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
62 

2.5.3.4 Gangguuan tumbuh kejar b.d status neuroloogis anak (A


Apatis)
A. Tujuan keeperawatan: setelah dilaakukan tinddakan keperrawatan selaama 2
minggu, status
s pertuumbuhan dan
d perkem
mbangan pssikososial sesuai
s
dengan ussia, dengan kriteria
k hasiil sebagai berikut:
1. Kesaddaran membaik, Nilai GCS 15 E4M
M6V5
2. Mengkkonsumsi asupan
a mak
kanan yang cukup sessuai berat badan
dan tinnggi badan anak
3. Memilliki asupan cairan yang
g cukup tanppa tanda-tannda dehidraasi
4. Terlibat dalam innteraksi sosiial dan dapaat mengungkapkan perasaan
secaraa verbal
B. Intervensii Keperawattan
Intervensii keperawaatan keempat adalah intervensi yang dilak
kukan
untuk meengatasi staatus neurolo
ogi, pengatturan nutrisi dan inteeraksi
sosial padda anak. Inttervensi tersebut dicanntumkan daalam tabel 2.8
2 di
bawah ini.
Tabel 2.8. Intervensi DP
D 4 Gangg
guan tumbuh h kejar b.d status neuro
ologis
ana
ak (Apatis)
Inteervensi
Tindakan
n keperawataan
kenyaamanan
Tehnikaal 1 Pantau stattus neurologiis secara terratur: respon pupil,
1.
kejang, geerakan mata, respon verbaal, tingkat kessadaran
dan nilai GCS
G
2 Monitor perrkembangan status
2. s nutrisi ppada anak
3 Timbang beerat badan klieen tiap hari
3.
4 Monitor kesseimbangan inntake dan outpput
4.
5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk ppemberian diiit susu
5.
formula 8 x 60 cc sesuaai indikasi
Coachinng 1 Ajarkan kelluarga tentangg penilaian GC
1. CS pada anak
2 Ajarkan kelluarga membeerikan minum anak melalui NGT
2.
3 Ajarkan keluarga
3. k memmberikan stim mulus sesuaai usia
perkembaangan anak
Comforrting 1 Berikan keesempatan anak mengungkkapkan perasaannya
1.
secara verrbal
2 Ciptakan ko
2. omunikasi teraapeutik antaraa klien dan kelluarga
3 Berikan teraapi musik
3.

2.5.3.5 Kurang pengetahuuan orang tua tentaang penyakkit b.d ku


urang
informaasi yang didapat
d tenttang prognnosis dan penatalaksaanaan
penyakit

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
63 

A. Tujuan Keeperawatan: setelah dillakukan tinddakan keperawatan dallam 1


x pertemuuan, keluargga mengerti tentang konndisi pasienn, dengan krriteria
hasil sebaggai berikut:
1. Keluarrga paham tentang prog
gnosis dan penatalaksaanaan penyaakit
2. Keluarrga mampuu melaksanaakan proseddur yang dijelaskan secara
benar
3. Keluarrga mampu menjelaaskan kembbali apa yang dijelaaskan
perawat/ tim keseehatan lainy
ya
B. Intervensii Keperawattan
Intervensii keperawataan kelima adalah
a interrvensi yang dilakukan untuk
u
mengatasii kurangnyya pengeth
huan oranng tua yaang diakib
batkan
kurangnyaa informaasi yang dibutuhkkan. Interrvensi terrsebut
dicantumkkan dalam taabel 2.9 di bawah
b ini.
Tabel 2.9. Interveensi DP 5 Ku
urang pengeetahuan oraang tua tentaang
penyak
kit b.d kuraang informasi yang didaapat tentangg prognosis dan
d
penatalaksanaan pennyakit
Interrvensi
Tindakan
n keperawatan
kenyamanan
Tehnikaal 1. Kaji pengetah huan keluarga tentang pennyakit yang diderita
d
anaknya
2. Identifikasi in
nformasi yangg diperlukan kkeluarga
3. Jelaskan prossedur perawataan yang dilakuukan pada anaaknya
4. Jelaskan prog gnosis dan pennatalaksanaan penyakit
Coachinng 1. Anjurkan keluarga
k unttuk tetap berdoa meemohon
kesembuhan n anaknya
2. Ajak keluarg ga untuk mengikuti perkkembangan kondisi k
anaknya
3. Berikan kesem mpatan pada orang tua untuuk mengeksprresikan
perasaannyaa
4. Berikan rein nforcement poositif bila keeluarga memb berikan
respon baikk setelah diberrikan penjelasaan tentang pen
nyakit
Comforrting Jagga kebersihann ruangan agarr terhindar darri penyebaran infeksi
pennyakit anak

2.5.3.6 Resiko tinggi


t cidera b.d aktivittas kejang
A. Tujuan Keeperawatann: setelah diilakukan tinndakan kepeerawatan seelama
selama 2 minggu, tiddak terjadi kejang beruulang, denggan kriteria hasil
sebagai beerikut:
1. Keluarrga mengetaahui penataalaksanaan kejang
k
2. Monitor lingkunggan yang dap
pat menjadii resiko cideera
3. Keluarrga mengetaahui strateg
gi efektif penngendalian kejang beru
ulang

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
64 
 

B. Intervensii Keperawattan
Intervensii keperawaatan keenam
m adalah intervensi yang dilak
kukan
untuk mencegah ciddera selamaa perawatann dan menccegah terjadinya
kejang beerulang padda anak. In
ntervensi teersebut dicaantumkan dalam
d
tabel 2.10 di bawah inni.
Tabel 2.10.
2 Interveensi DP 6 Resiko tinggi cidera b.d aaktivitas kejjang
Intervvensi
Tindakan keperawatan
k
kenyammanan
Tehnikaal 1. Iddentifikasi fak
ktor pasien yaang dapat meenjadikan poteensial
cidera dalam setiap keadaaan
2. Iddentifikasi kaarakteristik dari lingkunngan yang dapat d
menjadikan potensial
p ciderra.
Coachinng 1. Ajarkan
A keluarrga untuk melakukan alihh baring tiap p jam
untuk menjag ga kelancaran sirkulasi daraah
2. Innformasikan hal-hal
h yang perlu
p dilakukkan keluarga untuk
u
mencegah cid dera saat terjaddi kejang beruulang pada anaak
3. Anjurkan
A keluuarga untuk memasang penghalang dan
mengunci rodar tempatt tidur saaat tidak beerada
disampingnyaa
Comforrting 1. Paasang penghalang dan mengunci roda tem mpat tidur
2. Paasang gelang berwarna kuuning sebagai tanda risiko jatuh
pada anak dand gambar segitiga kunning pada teempat
tidurnya

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2.5.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan
Implementasi dan evaluasi keperawatan pada anak S.R berdasarkan teori dan taksonomi comfort oleh Kolcaba, dapat dilihat
dalam tabel 2.11 sebagai berikut:
Tabel 2.11 Implementasi dan evaluasi pada anak SR
Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
1. Memonitor adanya 1. Perfusi Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif:
perubahan jaringan
sirkulasi darah cerebral - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
secara teratur tidak efektif anak masih tidur anak sudah mulai anak sudah mudah anak sudah mulai anak sudah
2. Memonitor adanya b.d reduksi terus tetapi kejang mudah dibangunkan bangun sendiri. diperbolehkan
peningkatan aliran darah sudah tidak ada. dibangunkan, tapi pulang oleh dokter.
tekanan ke otak - Ibu mengatakan masih terlihat - Ayah mengatakan
intrakranial anak lebih suka mengantuk, kejang Obyektif: Obyektif: akan menyelesaikan
3. Memberikan tidak sudah tidak ada. administrasinya
posisi tidur yang menggunakan - tekanan darah: - tekanan darah: segera.
nyaman bagi anak bantal saat tidur 110/65 mmHg, 110/60 mmHg, -
4. Memberikan Obyektif: SpO2 100% SpO2 100% Obyektif:
terapi Anti - lingkar kepala: 39 - lingkar kepala: 39
Konvulsif Obyektif: - tekanan darah: cm cm - tekanan darah:
100/60 mmHg, - Terapi obat - anak lebih terlihat 110/65 mmHg,
- tekanan darah: SpO2 99% Depakene masuk 2,5 nyaman tidur SpO2 100%
90/55 mmHg, - lingkar kepala: 39 ml (PO). menggunakan - lingkar kepala: 39
SpO2 98% cm bantal cm
- lingkar kepala: 39 - Terapi obat - Terapi obat - Terapi obat
cm Depakene masuk Analisis: Fenobarbital masuk Depakene masuk 3
- Terapi obat 2,5 ml (PO). 20 mg (IV). ml (PO).
Depakene masuk - Keefektifan perfusi
2,5 ml (PO). Analisis: jaringan serebral

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
- Keefektifan perfusi teratasi sebagian. Analisis: Analisis:
jaringan serebral
teratasi sebagian. - Keefektifan perfusi - Keefektifan perfusi
Analisis: Planning: jaringan serebral jaringan serebral
Planning: sudah teratasi. sudah teratasi.
Keefektifan perfusi 1. Monitor adanya Planning: Planning:
jaringan serebral perubahan 1. Monitor adanya
sirkulasi darah perubahan 1. Monitor adanya 1. Pertahankan
belum teratasi.
secara teratur sirkulasi darah perubahan prinsip sirkulasi
2. Monitor adanya secara teratur sirkulasi darah 2. Monitor tanda-
Planning:
peningkatan 2. Monitor adanya secara teratur tanda
tekanan peningkatan 2. Monitor adanya peningkatan
1. Monitor adanya
intrakranial tekanan peningkatan tekanan intra
perubahan
3. Berikan posisi intrakranial tekanan kranial
sirkulasi darah
tidur yang 3. Berikan posisi intrakranial 3. Berikan posisi
secara teratur
nyaman bagi tidur yang 3. Berikan posisi tidur yang
2. Monitor adanya
anak nyaman bagi anak tidur yang nyaman bagi
peningkatan
4. Berikan terapi 4. Berikan terapi nyaman bagi anak
tekanan
Fenobarbital 20 Fenobarbital 20 anak 4. Berikan terapi
intrakranial
mg (2x) IV dan mg (2x) IV dan 4. Berikan terapi Depakene (pagi-
3. Berikan posisi
Depakene (pagi- Depakene (pagi- Fenobarbital 20 sore) PO.
tidur yang
sore) PO. sore) PO. mg (2x) IV dan
nyaman bagi
Depakene (pagi-
anak
sore) PO.
4. Berikan terapi
Fenobarbital 20
mg (2x) IV dan
Depakene (pagi-
sore) PO.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
1. Mengobservasi 2. Peningkatan Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif:
tanda-tanda vital suhu tubuh:
2. Memantau tanda- demam b.d - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
tanda efek anak masih demam demam anak masih suhu anak tidak anak sudah tidak anak sudah boleh
hiperpireksia langsung naik turun setinggi kemarin ada demam. pulang oleh dokter.
3. Memberikan dari sirkulasi Obyektif: - Ayah mengatakan
kompres air endotoksin Obyektif: Obyektif: Obyektif: akan menyelesaikan
hangat pada - Tanda-tanda vital: administrasinya
4. Memberikan hipotalamus suhu: 38,5°C, nadi: - Tanda-tanda vital: - Tanda-tanda vital: - Tanda-tanda vital: segera
terapi antipiretik
130x/mnt, suhu: 38,2°C, nadi: suhu: 37,6°C, nadi: suhu: 37°C, nadi:
dan antibiotik
sesuai indikasi pernafasan: 126x/mnt, 120x/mnt, 110x/mnt,
32x/mnt. pernafasan: pernafasan: pernafasan: Obyektif:
- Tidak ditemukan 30x/mnt. 28x/mnt. 26x/mnt.
- Tanda-tanda vital:
tanda-tanda - Tidak ditemukan - Tidak ditemukan - Tidak ditemukan
suhu: 36,5°C, nadi:
hiperpireksia tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
100x/mnt,
- Anak tampak hiperpireksia hiperpireksia hiperpireksia
pernafasan:
dikompres air - Anak tampak - Anak masih tampak - Anak sudah tidak
26x/mnt.
hangat di area dahi dikompres air dikompres air dikompres
- Tidak ditemukan
dan ketiak. hangat di area dahi hangat di area dahi. - Terapi Cefotaxime
tanda-tanda
- Terapi Cefotaxime dan ketiak. - Terapi Cefotaxime 170 mg (IV).
hiperpireksia
170 mg (IV) - Terapi Cefotaxime 170 mg (IV)
- Terapi Parasetamol 170 mg (IV) - Terapi Parasetamol
80 mg (PO) Analisis:
80 mg (PO). - Terapi Parasetamol Analisis:
80 mg (PO). dihentikan. Peningkatan suhu
Peningkatan suhu
tubuh demam sudah
tubuh demam sudah
teratasi.
teratasi.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Analisis: Analisis: Planning: Planning:

Analisis: Peningkatan suhu Peningkatan suhu 1. Observasi tanda- 1. Pertahankan tanda-


Peningkatan suhu tubuh demam belum tubuh demam teratasi tanda vital tanda vital dalam
tubuh demam belum teratasi. sebagian. 2. Pantau tanda-tanda batas normal
teratasi. hiperpireksia 2. Pantau tanda-tanda
Planning: Planning: 3. Berikan terapi hiperpireksia
Planning: Cefotaxime 170 3. Berikan terapi
1. Observasi TTV 1. Observasi tanda-
mg (3x) IV Parasetamol 80
1. Observasi TTV 2. Pantau tanda-tanda tanda vital
mg (bila suhu
2. Pantau tanda- hiperpireksia 2. Pantau tanda-tanda
daiatas 38°C) PO.
tanda 3. Berikan kompres hiperpireksia
hiperpireksia air hangat 3. Berikan terapi
3. Berikan kompres 4. Berikan terapi Cefotaxime 170
air hangat Cefotaxime 170 mg (3x) IV.
4. Berikan terapi mg (3x) IV dan
Cefotaxime 170 Parasetamol 80 mg
mg (3x) IV dan (3x) PO.
Parasetamol 80
mg (3x) PO.

1. Memberikan 3. Defisit Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


terapi cairan elektrolit b.d
infus kegagalan
mekanisme
2. Mencegah pengaturan Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
terjadinya
dehidrasi berat - Terapi infus - Terapi infus masuk: - Terapi infus masuk: - Terapi infus masuk: - Terapi infus masuk:

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
pada anak masuk: N5 + KCl N5 + KCl 11 N5 + KCl 11 ml/jam N5 + KCl 11 N5 + KCl 11
3. Memberikan 11 ml/jam sesuai ml/jam sesuai sesuai program ml/jam sesuai ml/jam sesuai
cairan dan intake program program - Turgor kulit cukup program program
oral - Turgor kulit cukup - Turgor kulit cukup - Balans cairan dalam - Turgor kulit baik - Turgor kulit baik
4. Memantau tanda - Balans cairan - Balans cairan dalam 7 jam adalah + 96,3 - Balans cairan - Balans cairan dalam
dan gejala dalam 7 jam 7 jam adalah + cc/ 7 jam (asupan = dalam 5 jam adalah 24 jam adalah
adanya retensi adalah + 127,1 cc/ 143,15 cc/ 7 jam 343 cc, dan haluaran + 61,8 cc/ 5 jam +368,75 cc/ 24 jam
cairan 7 jam cc (asupan = (asupan = 503 cc, = 246,7 cc). (asupan = 348 cc, (asupan = 1110 cc,
288 cc, dan dan haluaran = - Tidak terjadi dan haluaran = dan haluaran =
haluaran = 160,9 359,85 cc). retensio urin 286,2 cc). 741,25 cc).
cc). - Tidak tampak - Kateter urin sudah - Tidak terjadi
- Terpasang kateter retensio urin karena dilepas. retensio urin.
urin. terpasang kateter Analisis: Analisis:
urin. Defisit elektrolit
Analisis: sudah teratasi. Defisit elektrolit
Analisis: Planning: belum teratasi.
Analisis: Defisit elektrolit
1. Pantau pemberian
Defisit elektrolit teratasi sebagian. Planning:
Defisit elektrolit terapi cairan
belum teratasi.
belum teratasi. Planning: infus 1. Pertahankan status
Planning: 2. Berikan cairan dan hidrasi
Planning: 1. Pantau pemberian intake oral 2. Berikan cairan dan
1. Pantau pemberian terapi cairan infus intake oral sesuai
terapi infus 1. Pantau pemberian 2. Cegah terjadinya kebutuhan anak
2. Cegah terjadinya terapi infus dehidrasi berat
dehidrasi berat 2. Cegah terjadinya pada anak
pada anak dehidrasi berat 3. Berikan cairan dan
3. Berikan cairan dan pada anak intake oral
intake oral 3. Berikan cairan dan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
4. Pantau tanda dan intake oral 4. Pantau tanda dan
gejala adanya 4. Pantau tanda dan gejala adanya
retensi cairan gejala adanya retensi cairan
retensi cairan.

1. Memantau status 4. Gangguan Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


neurologis secara tumbuh kejar
teratur b.d status Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
neurologis
2. Memonitor
(Apatis) - Kejang tidak - Kejang tidak - Kejang tidak - Kejang tidak - Kejang tidak
perkembangan
ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
status nutrisi pada
- tingkat kesadaran: - tingkat kesadaran: - tingkat kesadaran: - tingkat kesadaran: - tingkat kesadaran:
anak
Apatis Somnolen Compos mentis Compos mentis Compos mentis
3. Menimbang berat
- Glasgow Coma - Glasgow Coma - Glasgow Coma - Glasgow Coma - Glasgow Coma
badan klien tiap
Scale (GCS) Scale (GCS) Scale (GCS) Scale (GCS) Scale (GCS)
hari
E2M5V3=10. E3M5V4=12. E4M6V5=15. E4M6V5=15. E4M6V5=15.
4. Melakukan
- Pengukuran status - Pengukuran status - Pengukuran status - Pengukuran status - Pengukuran status
kolaborasi dengan gizi: gizi kurang gizi: gizi kurang gizi: gizi kurang gizi: gizi kurang gizi: gizi cukup
ahli gizi untuk - BB: 6965 gram - BB : 6840 gram - BB: 7051 gram - BB: 8990 gram - BB: 9875 gram
pemberian diit - Diit: susu formula - Diit: susu formula 8 - Diit: susu formula 8 - Diit: susu formula - Diit: susu formula 8
sesuai indikasi 8 x 60 cc diberikan x 60 cc diberikan x 70 cc diberikan 8x100 cc diberikan x 100 cc diberikan
melalui NGT. melalui NGT. melalui NGT. melalui botol susu. melalui botol susu.
Analisis: Analisis:

Gangguan tumbuh Analisis: Analisis: Gangguan tumbuh Analisis:


kejar belum teratasi kejar teratasi
Gangguan tumbuh Gangguan tumbuh sebagian Gangguan tumbuh

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Planning: kejar belum teratasi kejar teratasi sebagian Planning: kejar teratasi

1. Pantau status Planning: Planning: 1. Pantau status Planning:


neurologis secara neurologis secara
teratur 1. Pantau status 1. Pantau status teratur 1. Pertahankan status
2. Monitor neurologis secara neurologis secara 2. Monitor neurologis
perkembangan teratur teratur perkembangan 2. Monitor
status nutrisi pada 2. Monitor 2. Monitor status nutrisi pada perkembangan
anak perkembangan perkembangan anak status nutrisi pada
3. Timbang berat status nutrisi pada status nutrisi pada 3. Timbang berat anak
badan klien tiap anak anak badan klien tiap 3. Timbang berat
hari 3. Timbang berat 3. Timbang berat hari badan klien tiap
4. Kolaborasi dengan badan klien tiap badan klien tiap 4. Kolaborasi dengan hari
ahli gizi untuk hari hari ahli gizi untuk 4. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diit 4. Kolaborasi ahli gizi 4. Kolaborasi ahli gizi pemberian diit untuk pemberian
sesuai indikasi untuk diit untuk diit diit saat dirumah

1. Mengkaji 5. Kurang Subyektif:


pengetahuan pengetahuan
keluarga tentang orang tua - Ibu mengatakan
penyakit yang tentang tidak tahu tentang
diderita anaknya penyakit b.d penyakit kejang
2. Mengidentifikasi kurang demam
informasi yang informasi - Ibu hanya
diperlukan yang didapat mengetahui
keluarga tentang penyakit tersebut
3. Menjelaskan prognosis dari sekilas
prosedur dan penjelasan dari

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
perawatan yang penatalaksan dokter saat di poli.
dilakukan pada aan penyakit - Ibu mulai
anaknya mengetahui
4. Menjelaskan bagaimana
prognosis dan kemungkinan
penatalaksanaan kondisi anak
penyakit selanjutnya dan
cara
menghadapinya
bila sudah di
rumah.

Obyektif:

- Kepala ibu
mengangguk_angg
uk saat diberikan
penjelasan tentang
kondisi anak dan
cara
menghadapinya
bila sudah dirumah
- Ibu selalu
mendengarkan
setiap penjelasan
yang diberikan
perawat.
- Ibu kadang
bertanya saat

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
mendengar kalimat
yang tidak dia
mengerti.

Analisis:

Kurang pengetahuan
orang tua teratasi.

Planning:

1. Libatkan keluarga
dalam tindakan
yang dilakukan
perawat/tim
medis selama
masa perawatan.
2. Berikan informasi
yang dibutuhkan
keluarga.

1. Mengidentifikasi 6. Risiko tinggi Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


faktor pasien cidera b.d
yang dapat aktivitas Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
menjadikan kejang
potensial cidera - Tingkat kesadaran - Tingkat kesadaran - Tingkat kesadaran - Tingkat kesadaran - Tingkat kesadaran
2. Mengidentifikasi anak adalah Apatis anak masih anak adalah Compos anak compos anak compos

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
karakteristik dari berada di tempat Somnolen berada di mentis berada di mentis berada di mentis.
lingkungan yang tidur. tempat tidur. tempat tidur, tetapi tempat tidur. Analisis:
dapat Analisis: Analisis: masih cenderung Analisis:
menjadikan mengantuk. Risiko cidera sudah
potensial cidera Risiko cidera belum Risiko cidera belum Analisis: Risiko cidera sudah teratasi.
teratasi. teratasi. teratasi.
Risiko cidera teratasi Planning:
Planning: Planning: sebagian. Planning:
1. Identifikasi faktor
1. Identifikasi faktor 1. Identifikasi faktor Planning: 1. Identifikasi faktor pasien yang dapat
pasien yang pasien yang dapat pasien yang menjadikan
dapat menjadikan 1. Identifikasi faktor dapat menjadikan potensial cidera
menjadikan potensial cidera pasien yang dapat potensial cidera 2. Identifikasi
potensial cidera 2. Identifikasi menjadikan 2. Identifikasi karakteristik dari
2. Identifikasi karakteristik dari potensial cidera karakteristik dari lingkungan yang
karakteristik dari lingkungan yang 2. Identifikasi lingkungan yang dapat menjadikan
lingkungan yang dapat menjadikan karakteristik dari dapat menjadikan potensial cidera
dapat potensial cidera lingkungan yang potensial cidera
menjadikan dapat menjadikan
potensial cidera potensial cidera

Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual


Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
1. Mencegah 1. Perfusi Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -
stimulus yang jaringan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
dapat cerebral tidak Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
menimbulkan efektif b.d
komplikasi reduksi aliran - Anak masih - Anak masih - Anak masih - Anak sudah
penyakit darah ke otak terbaring lemah di terbaring lemah di terbaring di tempat sadar penuh
tempat tidur dengan tempat tidur dengan tidur dengan - Tidak
kesadaran Apatis kesadaran somnolen kesadaran compos ditemukan
- Tidak ditemukan - Tidak ditemukan mentis tanda-tanda
tanda-tanda tanda-tanda - Tidak ditemukan peningkatan
peningkatan peningkatan tekanan tanda-tanda tekanan intra
tekanan intra intra kranial peningkatan kranial
kranial - Tidak ada kejang tekanan intra - Tidak ada
- Tidak ada kejang berulang kranial kejang berulang
berulang - Tidak ada dehidrasi - Tidak ada kejang - Tidak ada
- Tidak ada dehidrasi berat berulang dehidrasi berat
berat - Tidak terjadi - Tidak ada - Tidak terjadi
- Tidak terjadi hiperpireksia dehidrasi berat hiperpireksia
hiperpireksia - Tidak ditemukan - Tidak terjadi - Tidak
- Tidak ditemukan tanda-tanda hiperpireksia ditemukan
tanda-tanda penyebaran infeksi. - Tidak ditemukan tanda-tanda
penyebaran infeksi. tanda-tanda penyebaran
penyebaran infeksi.
Analisis: infeksi.
Analisis:
Perfusi jaringan Analisis:
Perfusi jaringan serebral tidak efektif Analisis:
serebral tidak efektif belum teratasi. Perfusi jaringan
belum teratasi. Perfusi jaringan serebral tidak
serebral tidak efektif efektif sudah

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Planning: Planning: teratasi sebagian. teratasi.

Cegah stimulus yang Cegah stimulus yang Planning: Planning:


dapat menimbulkan dapat menimbulkan
komplikasi penyakit komplikasi penyakit Cegah stimulus yang - Pertahankan
dapat menimbulkan kodisi anak
komplikasi penyakit - Berikan
dukungan
psikologis dan
spiritual dari
tenaga
kesehatan dan
keluarga
Memberikan 2. Peningkatan Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif:
penjelasan pada suhu tubuh:
keluarga untuk tetap demam b.d - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan anak
efek langsung anak masih demam. demam masih naik demam sudah anak sudah sudah boleh pulang
disampingnya selama
dari sirkulasi - Ibu mengatakan turun. mulai turun. tidak demam oleh dokter.
anak masih demam endotoksin akan selalu di - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
- Ayah mengatakan
pada samping anaknya. akan selalu di akan selalu di akan selalu di
hipotalamus Obyektif: samping anaknya. samping anaknya samping akan menyelesaikan
Obyektif: meskipun demam anaknya. administrasinya
- Suhu tubuh: 38,5°C sudah turun. Obyektif:
- Ayah dan ibu - Suhu tubuh: 38,2°C Obyektif: Obyektif:
terlihat bergantian - Ayah dan ibu - Suhu tubuh:
menjaga anaknya. terlihat bergantian - Suhu tubuh: 37°C - Suhu tubuh: 36,5°C
Analisis: menjaga anaknya. 37,5°C - Ayah dan ibu - Ayah dan ibu terlihat
Analisis: - Ayah dan ibu terlihat bergantian menjaga
Peningkatan suhu terlihat bergantian bergantian anaknya.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
tubuh belum teratasi. Peningkatan suhu menjaga anaknya. menjaga Analisis:
tubuh belum teratasi. Analisis: anaknya.
Planning: Analisis: Peningkatan suhu tubuh
Planning: Peningkatan suhu teratasi.
Berikan penjelasan tubuh teratasi Peningkatan suhu
pada keluarga untuk Berikan penjelasan sebagian. tubuh sudah Planning:
tetap disampingnya pada keluarga untuk teratasi.
selama anak masih tetap disampingnya Planning: Pertahankan kondisi
demam selama anak masih Planning: anak dan berikan
demam Berikan penjelasan penjelasan pada
pada keluarga untuk Berikan keluarga untuk tetap
tetap disampingnya penjelasan pada disampingnya selama di
selama anak masih keluarga untuk rumah
demam tetap
disampingnya
selama anak
masih demam

Memberikan 3. Defisit Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif:


kesempatan pada elektrolit b.d
orang tua untuk kegagalan - Keluarga khawatir - Keluarga masih - Keluarga sudah - Keluarga sudah
mekanisme terhadap penyakit khawatir terhadap tidak khawatir tidak khawatir
mengekspresikan
pengaturan yang diderita anak penyakit yang melihat anaknya melihat
perasaannya pertamanya. diderita anak sudah mulai sadar. anaknya sudah
Obyektif: pertamanya. Obyektif: sadar penuh.
Obyektif: Obyektif:
- Hasil laboratorium - Anak masih

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
menunjukkan - Anak masih terpasang infus - Anak sudah
adanya gangguan terpasang infus dan - Anak masih minum melalui
elektrolit pada anak. dilakukan rehidrasi minum melalui botol susu.
Analisis: elektrolit NGT. Analisis:
- Anak masih minum Analisis:
Defisit elektrolit melalui NGT. Defisit elektrolit
belum teratasi. Analisis: Defisit elektrolit sudah teratasi.
teratasi sebagian.
Planning: Defisit elektrolit Planning:
belum teratasi.
Berikan kesempatan Pertahankan
pada orang tua untuk Planning: Planning: kondisi dan tetap
mengekspresikan berikan
Berikan kesempatan Berikan kesempatan
perasaannya kesempatan pada
pada orang tua untuk pada orang tua untuk orang tua untuk
mengekspresikan mengekspresikan mengekspresikan
perasaannya perasaannya perasaannya

1. Memberikan 4. Gangguan Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


kesempatan anak tumbuh kejar
mengungkapkan b.d status Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
perasaannya neurologis
secara verbal (Apatis) - Anak hanya diam - Anak masih belum - Anak sudah mulai - Anak sudah
2. Menciptakan saja meskipun ada sadar. sadar, tetapi masih mulai sadar
komunikasi keluarga di cenderung penuh
terapeutik antara sampingnya. ngantuk. - Anak tampak
klien dan Analisis: aktif
keluarga berkomunikasi

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Analisis: Gangguan tumbuh Analisis: dengan ibunya.
kejar belum teratasi.
Gangguan tumbuh Gangguan tumbuh
kejar belum teratasi. Planning: kejar teratasi Analisis:
sebagian.
Planning: 1. Berikan Gangguan
kesempatan anak Planning: tumbuh kejar
1. Berikan mengungkapkan sudah teratasi.
kesempatan anak perasaannya 1. Berikan
mengungkapkan secara verbal kesempatan
perasaannya 2. Ciptakan anak
secara verbal mengungkapkan Planning:
komunikasi
2. Ciptakan terapeutik antara perasaannya 1. Pertahankan
komunikasi klien dan secara verbal kondisi
terapeutik antara keluarga 2. Ciptakan
2. Berikan
klien dan komunikasi kesempatan
keluarga terapeutik antara anak
klien dan mengungkap
keluarga kan
perasaannya
secara verbal
3. Ciptakan
komunikasi
terapeutik
antara klien

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
dan keluarga

Memberikan 5. Kurang Subyektif:


reinforcement positif pengetahuan
kepada keluarga orang tua - Keluarga menjawab
tentang pertanyaan yang
setelah diberikan
penyakit b.d diberikan perawat
penjelasan tentang kurang setelah diberikan
penyakit informasi yang penjelasan tentang
didapat kondisi dan
tentang pengobatan
prognosis dan anaknya.
penatalaksanaa
n penyakit
Obyektif:

- Keluarga tampak
antusias
mendengarkan
penjelasan perawat.

Analisis:

Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit anaknya

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
sudah teratasi.

Planning:

Pertahankan kondisi
dan tetap berikan
reinforcement positif
kepada keluarga.

Menganjurkan 6. Risiko tinggi Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


keluarga memasang cidera b.d
penghalang dan aktivitas Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
kejang
mengunci roda
- Anak terbaring - Anak terbaring - Anak terbaring - Anak terbaring
tempat tidur saat
lemah di tempat lemah di tempat lemah di tempat lemah di tempat
tidak berada tidur tidur tidur tidur
disampingnya - Kesadaran Apatis - Kesadaran - Kesadaran compos - Riwayat kejang
- Riwayat kejang somnolen mentis tetapi pada anak
pada anak. - Riwayat kejang masih cenderung - Anak sudah
pada anak. mengantuk sadar penuh.
- Riwayat kejang Analisis:
Analisis: pada anak.
Analisis: Analisis: Risiko tinggi
Risiko tinggi cidera cidera sudah
belum teratasi. Risiko tinggi cidera Risiko tinggi cidera teratasi.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Planning: belum teratasi. teratasi sebagian. Planning:

Anjurkan keluarga Planning: Planning: Pertahankan


memasang kondisi dan tetap
penghalang dan Anjurkan keluarga Anjurkan keluarga anjurkan keluarga
mengunci roda memasang memasang memasang
tempat tidur saat penghalang dan penghalang dan penghalang dan
tidak berada mengunci roda tempat mengunci roda mengunci roda
disampingnya tidur saat tidak berada tempat tidur saat tempat tidur .
disampingnya tidak berada
disampingnya

Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural


Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
1. Mengajarkan 1. Perfusi Subyektif: -
keluarga tentang jaringan
pemantauan cerebral tidak Obyektif:
status sirkulasi efektif b.d
darah anak reduksi aliran - Ibu mampu
2. Mengajarkan darah ke otak memasang tensi
keluarga tentang meter dan alat
tanda-tanda pengukur saturasi
peningkatan oksigen secara

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
tekanan mandiri
intrakranial - Ibu mengetahui
3. Mengajarkan tanda peningkatan
keluarga tentang tekanan intra
pencegahan kranial
komplikasi - Ibu dapat
penyakit pada menyebutkan
anak komplikasi penyakit
anaknya.

Analisis:

Perfusi jaringan
serebral teratasi.

Planning:

Pertahankan kondisi
dan tetap anjurkan
keluarga monitor
kondisi anak.

1. Menganjurkan 2. Peningkatan Subyektif: Subyektif: Subyektif:


keluarga untuk suhu tubuh:
memberikan demam b.d - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
anak banyak efek langsung sudah memberikan sudah memberikan sudah memberikan
minum dari sirkulasi anak cukup minum anak cukup minum. anak cukup
2. Menjelaskan endotoksin dan mengetahui minum.
manfaat banyak pada manfaatnya.
minum bagi hipotalamus Obyektif:
klien Obyektif:
3. Menganjurkan Obyektif: - Suhu tubuh anak:
keluarga untuk 38,2°C - Suhu tubuh anak:
mengganti - Suhu tubuh anak: - Ibu tampak rajin 37,5°C
pakaian yang 38,6°C mengganti air
tipis dan - Ibu tampak Analisis:
menyerap hangat untuk
memberikan kompres anak
keringat pada Peningkatan suhu
anak pakaian anak
dengan bahan yang tubuh demam
4. Mengajarkan
tipis dan menyerap teratasi
keluarga tentang
observasi suhu keringat Analisis:
dan pemberian - Ibu sudah bisa
kompres air Peningkatan suhu
mengukur suhu Planning:
hangat tubuh demam belum
tubuh dengan
teratasi
menggunakan Pertahankan kondisi
termometer digital dan tetap anjurkan
Planning:
aksila dan keluarga untuk
termometer timpani Anjurkan keluarga memberikan anak
- Ibu tampak rajin untuk memberikan banyak minum
mengganti air anak banyak minum
hangat untuk

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
kompres anak
- Rata-rata kebutuhan
cairan anak: ± 2,5
cc / 24jam.

Analisis:

Peningkatan suhu
tubuh demam belum
teratasi.

Planning:

Anjurkan keluarga
untuk memberikan
anak banyak minum

1. Mengajarkan 3. Defisit Subyektif: Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


keluarga cara elektrolit b.d
memonitor dan kegagalan - Ibu mengatakan Obyektif: Obyektif: Obyektif:
menghitung mekanisme kurang nyaman
keluaran cairan pengaturan karena tidak ada - Ibu tampak rajin - Ibu dan ayah - Ibu dan ayah
dari penggunaan pembatas ruangan melakukan tampak bergantian tampak
kateter saat melakukan perawatan kateter mencatat intake bergantian
2. Mengajarkan perawatan kateter. urin dan output anak mencatat intake
keluarga untuk - Ibu dan ayah pada sebuah buku. dan output anak
memberikan tampak bergantian - Kateter urin sudah pada sebuah

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
perawatan Obyektif: mencatat intake dan dilepas buku.
selang kateter output anak pada - Anak masih - Terapi infus
yang digunakan - Ibu dan ayah sebuah buku. mendapat terapi sudah boleh
anaknya tampak bergantian - Anak masih infus. dilepas
mencatat intake dan mendapat terapi - Anak sudah
output anak pada infus. bisa minum
sebuah buku. Analisis: melalui botol
- Hasil laboratorium susu.
menunjukkan anak Defisit elektrolit
mengalami teratasi sebagian.
kekurangan
elektrolit.
Analisis: Analisis: Analisis:
Planning:
Defisit elektrolit Defisit elektrolit modifikasi Defisit elektrolit
belum teratasi. belum teratasi. intervensi sudah teratasi.
keperawatan
Planning: modifikasi Planning:
dengan:
intervensi
keperawatan dengan: modifikasi intervensi Planning:
Pantau keluarga cara
keperawatan dengan:
memonitor dan 1. Pertahankan
1. Pantau keluarga
1. Pantau keluarga menghitung keluaran kondisi anak
cara memonitor
cara memonitor cairan dari 2. Pantau
dan menghitung
dan menghitung penggunaan pampers keluarga cara
keluaran cairan
dari penggunaan keluaran cairan memonitor
kateter dari penggunaan dan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
2. Pantau keluarga kateter menghitung
dalam 2. Pantau keluarga keluaran
memberikan dalam cairan dari
perawatan selang memberikan penggunaan
kateter yang perawatan selang pampers
digunakan kateter yang
anaknya digunakan
anaknya

1. Mengajarkan 4. Gangguan Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -


keluarga tumbuh kejar
memberikan b.d status Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
stimulus sesuai neurologis
usia (Apatis) - Ibu terlihat - Ibu terlihat - Ibu terlihat - Ibu terlihat
perkembangan mengajak mengajak mengajak mengajak
anak komunikasi anak, komunikasi anak, komunikasi anak, komunikasi
2. Mengajarkan meskipun anak meskipun anak meskipun anak anak.
keluarga belum ada respon belum ada respon belum respon - Anak sudah
memberikan verbal. verbal. verbal secara bisa diajak
minum anak - Kesadaran anak - Kesadaran anak penuh. komunikasi
melalui NGT Apatis. Somnolen. - Kesadaran anak oleh orang
- Ibu sudah bisa - Ibu memberikan compos mentis tuanya.
memberikan minum minum anak melalui tetapi masih - Kesadaran anak
anak melalui selang selang NGT. mengantuk. sadar penuh.
NGT. - Ibu memberikan - Anak sudah
minum anak bisa minum
melalui selang susu dengan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Analisis: Analisis: NGT. menggunakan
botol susu.
Gangguan tumbuh Gangguan tumbuh
kejar belum teratasi. kejar belum teratasi. Analisis:
Analisis:
Gangguan tumbuh
kejar teratasi Gangguan tumbuh
Planning: Modifikasi Planning: sebagian. kejar sudah
intervensi teratasi.
keperawatan dengan: Modifikasi intervensi
keperawatan dengan:
1. Pantau keluarga Planning:
dalam 1. Pantau keluarga Modifikasi Planning:
memberikan dalam intervensi
memberikan keperawatan dengan: 1. Pertahankan
stimulus anak
stimulus anak kondisi anak
2. Pantau keluarga
2. Pantau keluarga 1. Pantau keluarga 2. Pantau
dalam
dalam dalam keluarga
memberikan
memberikan memberikan dalam
minum anak
minum anak stimulus anak memberikan
melalui NGT.
melalui NGT 2. Pantau keluarga stimulus
dalam anak.
memberikan
minum anak
melalui NGT.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
1. Menganjurkan 5. Kurang Subyektif:
keluarga untuk pengetahuan
tetap berdoa orang tua - Keluarga tetap
memohon tentang berdoa untuk
kesembuhan penyakit b.d kesembuhan
anaknya kurang anaknya.
2. Mengajak informasi yang
keluarga untuk didapat
selalu mengikuti tentang Obyektif:
perkembangan prognosis dan
kondisi anaknya penatalaksanaa - Keluarga
n penyakit menjalankan ibadah
sholat
- Orang tua selalu
mengikuti
perkembangan
anaknya
- Orang tua sudah
mendapatkan
informasi yang
dibutuhkan.

Analisis:

Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit sudah

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
teratasi.

Planning:

1. Anjurkan keluarga
untuk tetap
berdoa memohon
kesembuhan
anaknya
2. Ajak keluarga
untuk selalu
mengikuti
perkembangan
kondisi anaknya

1. Mengajarkan 6. Risiko tinggi Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif:


keluarga untuk cidera b.d
melakukan alih aktivitas - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
baring tiap jam kejang sudah tahu cara sudah tahu cara sudah tahu cara sudah tahu cara
untuk menjaga menghadapi anak menghadapi anak menghadapi anak menghadapi
kelancaran saat terjadi kejang saat terjadi kejang saat terjadi kejang anak saat terjadi
sirkulasi darah berulang. berulang. berualang. kejang
2. Menginformasikan berulang.
hal-hal yang
perlu dilakukan Obyektif: Obyektif: Obyektif:
keluarga untuk Obyektif:
mencegah cidera - Ibu melakukan alih - Ibu melakukan alih - Ibu melakukan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
saat terjadi baring pada baring pada alih baring pada - Anak sudah
kejang berulang anaknya. anaknya. anaknya. sadar penuh.
pada anak - Kesadaran anak - Kesadaran anak - Kesadaran anak - Anak sudah
masih Apatis. masih somnolen. compos mentis bisa mengubah
tetapi masih posisinya
mengantuk. sendiri.

Analisis: Analisis:
Analisis:
Risiko tinggi cidera Risiko tinggi cidera Analisis:
belum teratasi. belum teratasi Risiko tinggi cidera
teratasi sebagian. Risiko tinggi
Planning: Modifikasi Planning: Modifikasi cidera sudah
intervensi intervensi teratasi.
keperawatan dengan: keperawatan dengan:
Planning:
Pantau keluarga Pantau keluarga
Modifikasi
dalam melakukan alih dalam melakukan alih
intervensi Planning:
baring. baring
keperawatan Pertahankan
dengan: Pantau kondisi anak
keluarga dalam
melakukan alih
baring.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Menciptakan 1. Perfusi Subyektif: Subyektif: Subyektif:
lingkungan yang jaringan
tenang cerebral tidak - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
efektif b.d kurang nyaman mencoba untuk sudah beradaptasi
reduksi aliran dengan ruangan. menyesuaikan dengan dengan kondisi
darah ke otak Obyektif: kondisi ruangan. ruangan.
- Ruangan berisi 6 Obyektif:
pasien, ruangan - Ruangan berisi 6 Obyektif: -
terasa panas, tidak pasien, ruangan kadang
ada sekat antar terasa panas, tidak ada Analisis:
pasien.
sekat antar pasien.
Analisis: Keefektifan Perfusi
Analisis: jaringan serebral
Keefektifan Perfusi sudah teratasi.
jaringan serebral Keefektifan Perfusi
belum teratasi. jaringan serebral
teratasi sebagian.
Planning: Planning:
Planning:
Ciptakan Pertahankan
lingkungan yang Ciptakan lingkungan kondisi
tenang yang tenang

1. Mengganti linen 2. Peningkatan Subyektif: Subyektif: Subyektif:


yang basah oleh suhu tubuh:
keringat demam b.d - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
2. Mengatur suhu efek langsung kurang nyaman kurang nyaman ruangan sudah
lingkungan dari sirkulasi

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
sesuai dengan endotoksin dengan ruangan dengan ruangan terasa dingin.
suhu tubuh anak pada karena ruangan karena ruangan masih
hipotalamus kadang-kadang terasa panas. Obyektif:
panas.
Obyektif: - ruangan terasa
Obyektif: dingin
- ruangan terasa panas
- ruangan terasa Analisis:
panas Analisis:
Peningkatan suhu
Analisis: Peningkatan suhu tubuh tubuh demam
demam belum teratasi belum sudah
Peningkatan suhu teratasi
tubuh demam belum Planning:
teratasi Planning:
1. Ganti linen yang
Planning: basah oleh keringat 1. Ganti linen yang
2. Atur suhu lingkungan basah oleh
1. Ganti linen yang sesuai dengan suhu keringat
basah oleh tubuh anak 2. Atur suhu
keringat lingkungan
2. Atur suhu sesuai dengan
lingkungan suhu tubuh
sesuai dengan anak
suhu tubuh anak

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Memberikan penutup 3. Defisit Subyektif: Subyektif: Subyektif: -
ruang saat keluarga elektrolit b.d
melakukan kegagalan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan lebih Obyektif:
mekanisme kurang nyaman nyaman dengan sekat
perawatan kateter
pengaturan dengan ruangan penutup saat - Kateter urin
untuk menjaga karena privasi melakukan perawatan sudah dilepas.
privasi anaknya yang kurang. kateter urin.

Obyektif: Obyektif: Analisis:

- Tidak ada - Tersedia sekat untuk Defisit elektrolit


sekat/tirai sebagai menjaga privasi anak. sudah teratasi.
pembatas
ruangan.
Analisis:
Planning:
Analisis: Defisit elektrolit
teratasi sebagian - Pertahankan
Defisit elektrolit kondisi
belum teratasi.

Planning: Planning:

- Berikan - Berikan penutup/sekat


penutup/sekat saat saat keluarga

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
keluarga melakukan perawatan
melakukan kateter urin
perawatan kateter
urin
Memberikan terapi 4. Gangguan Subyektif: Subyektif: Subyektif: - Subyektif: -
musik tumbuh kejar
b.d status - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan Obyektif: Obyektif:
neurologis kurang nyaman kurang nyaman saat
(Apatis) saat jam kunjung jam kunjung tiba, - Kebutuhan - Kebutuhan
tiba, ruangan ruangan penuh keluarga akan keluarga akan
penuh dengan dengan pengunjung. suasana suasana
pengunjung. perawatan dan perawatan dan
lingkungan yang lingkungan
Obyektif: tenang. yang tenang.
Obyektif: - Musik sentral - Musik sentral
- Kebutuhan keluarga diperdengarkan diperdengarkan
- Kebutuhan akan suasana pada jam 10.00 pada jam 10.00
keluarga akan perawatan dan WIB WIB
suasana perawatan lingkungan yang - Musik kesukaan - Anak terlihat
dan lingkungan tenang. anak diberikan menikmati lagu
yang tenang. - Musik sentral saat anak kesukaannya
- Musik sentral diperdengarkan pada terbangun dari diperdengarkan
diperdengarkan jam 10.00 WIB tidurnya di telinganya.
pada jam 10.00 - Kesadaran anak - Kesadaran anak Analisis:
WIB somnolen. compos mentis
- Kesadaran anak tetapi masih Gangguan
Apatis. mengantuk. tumbuh kejar
Analisis:

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Analisis: Gangguan tumbuh kejar Analisis: sudah teratasi.
belum teratasi.
Gangguan tumbuh Gangguan tumbuh Planning:
kejar belum teratasi. Planning: kejar teratasi
sebagian. Pertahankan
Planning: Dengarkan musik kondisi anak
kesukaan anak Planning:
Dengarkan musik
kesukaan anak Dengarkan musik
kesukaan anak

Menjaga kebersihan 5. Kurang Subyektif:


ruangan pengetahuan
orang tua - Ibu mengatakan
tentang untuk menjaga
penyakit b.d kebersihan
kurang ruangan, keluarga
informasi yang pasien terpaksa
didapat harus bergantian
tentang membersihkan
prognosis dan ruangan sendiri
penatalaksanaa
n penyakit
Obyektif:

- Terlihat keluarga
pasien bergantian
menyapu lantai

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
kamar.

Analisis:

Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit teratasi.

Planning:

- Pertahankan
kondisi
Memasang gelang 6. Risiko tinggi Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -
berwarna kuning cidera b.d
sebagai tanda risiko aktivitas Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
kejang
jatuh pada anak dan
- Anak terbaring - Anak terbaring lemah - Anak terbaring - Kesadaran
gambar segitiga
lemah di tempat di tempat tidur lemah di tempat sadar penuh
kuning pada tempat tidur - Kesadaran somnolen tidur - Gelang
tidurnya - Kesadaran Apatis - Riwayat kejang - Kesadaran terpasang di
- Riwayat kejang - Gelang terpasang di compos mentis tangan kiri
- Gelang terpasang tangan kiri anak tetapi masih anak
di tangan kiri anak - Gambar segitiga mengantuk - Gambar
- Gambar segitiga kuning ditempatkan - Riwayat kejang segitiga kuning
kuning di tempat tidur anak. - Gelang terpasang ditempatkan di
ditempatkan di di tangan kiri tempat tidur
tempat tidur anak. anak anak.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


98 
 

Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan


Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
Analisis: - Gambar segitiga
kuning
Analisis: Risiko cidera belum ditempatkan di Analisis:
teratasi. tempat tidur
Risiko cidera belum anak. Risiko cidera
teratasi. Planning: sudah teratasi.

Planning: Modifikasi intervensi Analisis: Planning:


Modifikasi keperawatan
Risiko cidera Pertahankan
intervensi
Observasi kejang teratasi sebagian. kondisi
keperawatan
berulang dan risiko
Planning:
Observasi kejang cidera
berulang dan risiko Observasi kejang
cidera. berulang dan risiko
cidera

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
99 

2.5.5 Penilaian tingkat


t ken
nyamanan pada anak
k S.R
Pada kasus anak S.R
R, bila diliihat dari kelompok uusia, bisa dinilai
d
tingkat kennyamanan dengan
d men
nggunakan gambar
g Daiisi dari Kollcaba.
Namun, kaarena konddisi anak SR
S mengalami penuruunan kesad
daran,
residen tiddak bisa melakukan
m penilaian tingkat keenyamanan baik
sebelum maupun
m setellah dilakukaan intervenssi.

 
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 3
PENCA
APAIAN KO
OMPETEN
NSI

Ilmu kepeerawatan sebagai salaah satu ilm


mu kesehataan sangat berbeda deengan
disiplin ilm
mu kesehattan. Perbedaaan ini terleetak pada fookus keilmuuan dimanaa ilmu
keperawattan mempellajari respoon tubuh manusia
m terhhadap penyaakit, pengobatan
dan lingkkungan yangg berubah sebagai ak
kibat penyaakitnya dann mengakib
batkan
tidak terpeenuhinya keebutuhan daasar manusia, dari masa fetus hinngga ajal. Dalam
D
memaham
mi respon manusia
m terssebut, ilmu
u keperawattan mempellajari mulaii dari
sistem sel sampai pada
p fungssi organ tu
ubuh yang memungkiinkan timbu
ulnya
berbagai respon
r baik fisik, psikoologis, sosiaal, spiritual dan kulturaal.Berbagaii teori
dan moddel konsepttual keperawatan ditterapkan sebagai
s penndekatan untuk
u
mengatasii respon terrsebut antarra lain teorii comfort, teori
t adaptaasi, teori ca
aring,
teori berdduka, teori kemampuaan merawaat diri, teorri lintas buudaya dan teori
promosi kesehatan
k (K
Kolcaba&D
Dimarco, 20
005;Asosiassi Institusi P
Pendidikan Ners
Indonesiaddkk., 2012).

Perawat adalah sesseorang yaang telah menyelesaaikan progrram pendidikan


keperawattan baik di dalam mauupun di luaar negeri yaang diakui oleh pemerrintah
Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenanngan untukk melaksan
nakan
praktik keperawatan
k n sesuai dengan peeraturan peerundang-undangan.Standar
diartikan sebagai ukkuran atau patokan
p yaang disepakkati, sedanggkan kompeetensi
dapat diarrtikan sebaggai kemamppuan seseoraang yang daapat terobseervasi menccakup
atas pengeetahuan, keeterampilan dan sikap dalam mennyelesaikan suatu pekeerjaan
atau tugas dengan standar
s kinnerja (perfo
ormance) yang
y ditetappkan (Perssatuan
Perawat Nasional
N Inddonesia, 20005).

Kompetennsi menuruut SK. Meendiknas No.


N 045/U//2002 adallah seperan
ngkat
tindakan cerdas,
c pennuh tanggunng jawab yang dimilikki seseorangg sebagai syarat
s
untuk diaanggap mam
mpu oleh masyarakat
m dalam meelaksanakann tugas-tug
gas di
bidang pekkerjaan tertentu.

100
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
101
 

Kompetennsi berkaitann dengan applikasi secaara efektif dari


d kombinaasi pengetaahuan,
keterampilan dan keemampuan penilaian
p yang
y ditamppilkan oleh individu dalam
d
praktik meereka seharii-hari. Dalam keperawaatan, kompeetensi memiliki pemah
haman
dalam renntang yang luas yaitu, penampilan
n dari perann seorang pperawat terh
hadap
standar peelayanan yaang dibutuhhkan dan seecara langsuung diikuti kompetenssi diri
perawat yang m
meliputi peengetahuan, keteram
mpilan dann kemam
mpuan
penilaian(AIPNI, 20111).

Standar kompetensi
k perawat merefleksika
m an atas kompetensi yyang diharaapkan
dimiliki oleh
o individdu yang akkan bekerja di bidanng pelayanaan keperaw
watan.
Menghadaapi era gloobalisasi, sttandar terseebut harus ekuivalen dengan staandar-
standar yaang berlakuu pada secttor industryy kesehatann di negara lain serta dapat
berlaku seecara internaasional (Perrsatuan Peraawat Nasionnal Indonesiia, 2005).

3.1 Komp
petensi Proggram Pend
didikan Nerrs Spesialiss
Ners Spesialis adalah seeseorang yang
y telahh menyelessaikan pro
ogram
pendiddikan pasca sarjana (S2) dan atau ditam
mbah penddidikan speesialis
keperaawatan 1, yang
y memiiliki kompeetensi sesuaai bidang sspesialisasi yang
watan di bidang
memperkuat dann meningkaatkan kualiitas layanaan keperaw
spesiallisasi tersebbut melalui upaya mew
wujudkan prraktik keperrawatan berrbasis
bukti (evidence
( based nursinng practice)), dimana saalah satu diaantaranya adalah
a
keperaawatan anakk (Tim Proggram Ners Spesialis
S Keeperawatan A
Anak, 2012
2).

Ners Spesialis
S m
menurut Inteernational Council
C of Nurses
N (20003) bahwa Ners
Spesiaalis merupakkan seorangg perawat yang
y memiliki tingkatt pendidikan
n dan
keteram
mpilan yanng melebihi perawat geeneralis dann bertangguung jawab dalam
d
praktikknya sebaggai seorang spesialis dengan keaahlian yangg lebih maaju di
bidangg keperawattan.

Sesuaii dengan Undang-Und


U dang Sistem
m Pendidikkan Nasionaal No.20 Tahun
T
2003, Organisasi Profesi yaiitu Persatuaan Perawat Nasional Inndonesia (P
PPNI)
dan Asosiasi
A Penndidikan Ners
N Indoneesia (AIPNII), bersamaa dukungan
n dari

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
102
 

Kemennterian Penndidikan Nasional


N (K
Kemendiknnas), telah menyusun
n dan
memperbaharui kelengkapan
k n sebagai suatu
s profesi.Sejak tahhun 2008 PPNI,
P
AIPNII dan dukunngan serta bekerjasama
b a dengan Kemendiknas
K s melalui prroject
Healthh Professioon Educattional Qua
ality (HPE
EQ), mem
mperbaharui dan
menyuusun kembaali Standar Kompetensi
K i Perawat Inndonesia, Naskah Akad
demik
Pendiddikan Keperrawatan Inddonesia, Staandar Pendiidikan Nerss, standar bo
orang
akreditasi pendiddikan ners Indonesia.
I Semua
S stanndar tersebuut mengacu pada
Peratuuran Presideen nomor8 tahun
t 2012 tentang Kerrangka Kuaalifikasi Nassional
Indoneesia (KKNII) dan saat ini sudah diselesaikan
d n menjadi ddokumen negara
n
yang berkaitan
b d
dengan arahh dan kebijakan tentanng pendidikkan keperaw
watan
Indoneesia.Standarr-standar yang
y dimaaksud diattas juga mengacu pada
perkem
mbangan keeilmuan keeperawatan dan perkem
mbangan ddunia kerja yang
selalu berubah (E
Ellis & Hartlley, 2008).

Dengaan adanya KKNI


K terbeentuklah standar komppetensi yanng harus diicapai
pada level 8 dimana perawat ners
n spesiialis diharrapkan mampu
mengeembangkan pengetahuuan, tekno
ologi dan seni di dalam bidang
keilmuuannya atauu praktek profesionaln
p nya melaui riset hinggga menghassilkan
karya inovatif dann teruji; maampu memeecahkan perrmasalahann sains, tekn
nologi
dan seni
s di dallam bidangg keilmuan
nnya melallui pendekkatan inter atau
multiddisipliner; serta
s mam
mpu mengelola riset dan pengeembangan yang
bermaanfaat bagi masyarakaat dan keillmuan yangg mendapaatkan pengaakuan
nasionnal atau inteernasional.

Sebagaaimana gam Pendidikan Ners


mbaran Neers Spesialiis di atas, Program P
Spesiaalis yang ditempuh
d olleh residen keperawattan anak m
merupakan upaya
u
mencaapai kompeetensi sebaagai Ners Spesialis Keperawattan Anak yang
memilliki pengetaahuan, sikaap, dan keterampilan dalam
d mem
mberikan assuhan
keperaawatan padaa pasien anaak dengan peningkatan
p n suhu tubuhh secara maandiri
serta mengemban
m ngkan inovasi berdasark
kan evidencce based praactice di ruaangan
yang diharapkan
d dapat berm
manfaat untu
uk masyarakkat dalam hhal ini pasien
n dan
keluarrga serta keiilmuan anakk.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
103
 

3.2 Komp
petensi Sesu
uai Area Peeminatan Selama
S Praaktik Resideensi
Sebagaai seorang ners spesiialis keperaawatan anaak, perawatt spesialis harus
mampu melaksannakan prakktik klinik berbasis 3 ranah utaama kompeetensi
perawaat, yaitu 1)
1 praktik profesionaal, etis, leggal dan peeka budaya; 2)
pembeerian asuhaan dan mannajemen asu
uhan keperrawatan; 3)) pengembaangan
profesional (PPNI, 2010). Untuk itu, sebagai calonn ners spesiaalis keperaw
watan
anak, residen meelakukan pencapaian kompetensii berdasarkkan ketiga ranah
r
kompeetensi tersebbut selama menjalankan
m n praktik keeperawatan..

3.2.1 Praktik prrofesional, etis, legal dan


d peka bu
udaya
Pada setiapp tahapan asuhan
a kepeerawatan yaang diberikaan kepada pasien
p
yang dikelola, residenn keperawatan anak menerapkan
m prinsip etik
k dan
peka budayya sebagai bentuk pellayanan kepperawatan yyang professional
dengan menghargai
m harkat, martabat,
m keeunikan daan keberag
gaman
budaya yanng dimiliki masing-mas
m sing pasien..

Pada penerrapannya, reesiden mem


mberikan pennjelasan padda keluargaa anak
SR, memegang prinsiip etik vera
acity (bicara jujur dann benar), diimana
keluarga berhak
b mennanyakan dan
d mendaapatkan pennjelasan ten
ntang
kondisi anaak yang sebbenarnya, kaarena selam
ma dilakukann perawatan
n, ibu
tidak tahu tentang koondisi anak
k yang sebbenarnya diikarenakan klien
adalah anaak pertama dimana
d orang tua beluum mempunnyai pengallaman
dalam menngasuh anakk.

Selain ittu residen juga memperhaatikanprinsiip etik Non


Maleficienccepada keluuarga anak RA, dimanna keluargaa merasa keecewa
karena tidaak jadi pulanng, tetapi dokter seharuusnya meyaakinkan kelu
uarga
bahwa tandda gejala ditemukan leebih dini mencegah
m teerjadinya ko
ondisi
yang lebihh buruk apaabila klien dipulangkaan tetapi haasil pemerik
ksaan
echocardioografi ternyyata memberrikan inform
masi kepadaa keluarga untuk
u
tetap tingggal di rumahh sakit. Pen
nerapan prinnsip otonom
mijuga dilak
kukan
residen paada keluarga anak RA
A dengan cara
c membeerikan inforrmasi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
104
 

yang dibuttuhkan, sehhingga kelu


uarga an RA
A, sehinggaa keluarga tidak
kecewa.

3.2.2 Pemberian
n asuhan dan manajemen asuhaan keperaw
watan
Praktik ressidensi dilakksanakan oleh residenn mulai tangggal 25 Feb
bruari
2013 samppai 24 Noovember 20
013. Sebellum melaksanakan prraktik
residensi, residen terrlebih dahu
ulu menyussun kontrakk belajar sesuai
s
dengan kom
mpetensi yaang akan diccapai. Prakttik residenssi terdiri darri dua
tahapan, yaitu
y residdensi I dan
d residennsi II. Prraktik resiidensi
dilaksanakaan di unitt atau ruan
ngan sesuaai dengan area pemiinatan
residen. Reesiden dalaam praktik residensi inni memilih area peminatan
infeksi, perrinatologi dan
d non inffeksi dengaan area atauu unit pemiinatan
utama adaalah infeksii. Rumah sakit
s yang digunakan residen seelama
praktik ressidensi I maupun
m residensi II addalah di IK
KA 1 Gedung A
RSUPN Drr. Cipto Maangunkusum
mo Jakarta. Selama praaktik Resideensi I
dan II, resiiden juga beerkompeten
n membuat proyek inovvasi berdasarkan
evidence baased nursinng dan melaakukan sosiaalisasi di seetiap tahapan
n dan
ruang yangg digunakann sebagai praaktik.

Residensi I dilaksanakkan selama 18 mingguu, mulai tangggal 25 Feb


bruari
2013 samppai dengan 17
1 Mei 2013. Diawali 6 minggu ppertama di ruang
r
non infeksii, dilanjutkaan praktik di
d ruang perrinatologi sselama 6 miinggu
dan 6 mingggu terakhirr residen praaktik di ruanng infeksi. P
Praktik resiidensi
II dengan peminatan
p a
akhir infeksii, dilaksanaakan selamaa 11 minggu
u, dari
tanggal 9 September
S 2
2013 sampai dengan 222 Novemberr 2013.

3.2.2.1 Penncapaian tarrget kompetensi di ruanng non infekksi


Prakktik di ruaang non in
nfeksi dilakksanakan ddi ruang IK
KA 1
Geddung A RS
SUPN Dr. Cipto Maangunkusum
mo Jakarta yang
berllangsung seelama 6 miinggu mulai tanggal 25 Februari 2013
sam
mpai dengann 5 April 2013.
2 Kom
mpetensi yanng telah diicapai
selaama praktikk di ruang no
on infeksi adalah
a meraw
wat anak deengan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
105
 

kasuus-kasus noon infeksi sejumlah


s 6 kasus utam
ma sebagai kasus
k
keloolaan dan 6 kasus ressume sebaggai laporan kegiatan harian
h
selaama praktikk di rumah sakit.

Ressiden meraw
wat anak pada gangguuan sistem hematologiiyaitu
anaak dengan leeukemia limf
mfoblastik akkut(LLA), aakut myelob
blastik
leukkemia (AM
ML), thalasemia dan hemophiliaa. Residen juga
merrawat anak dengan gaangguan karrdiovaskuleer yaitu tetrralogi
of fallot
f (TO
OF), patent duktus arrteriosus(PD
DA) dan gagal
janttung. Pada gangguan sistem perrkemihan rresiden merrawat
anaak dengan sindrom neefritis, dan gagal ginjjal kronik. Pada
kasuus Onkologgi, residen merawat
m anaak dengan liimfoma hod
dgkin,
tum
mor wilms, ewing sarcoma, rhabdomiiosarkoma dan
retinnoblastomaa. Di ruang
g ini, residen melakksanakan prroyek
inovvasi kelomppok berdasaarkan evideence based ppractice ten
ntang
teraapi sitz bathh dalam meeminimalkann kejadian fisura anal pada
anaak kemoteraapi. Proyek tersebut dillaksanakan pada tangg
gal 22
3 Mei 2013 dan hasil pelaksaanaan dipreesentasikan pada
– 31
tangggal 4 Juni 2013.

3.2.2.2 Penncapaian tarrget kompetensi di ruanng perinatologi


Ressiden melakksanakan prraktik di ruuang perinaatologi selaama 4
minnggu dari taanggal 8 Ap
pril 2013 sampai denggan 5 Mei 2013.
2
Kom
mpetensi yaang telah dicapai
d selam
ma praktik di ruang peristi
p
yaittu membanntu pelaksan
naan resusiitasi neonattus, pengaw
wasan
bayyi yang menggunakan Continouss Positive A
Airway Preessure
(CP
PAP), melaakukan obsservasi padda bayi dengan peraw
watan
inkuubator, teraapi penyinaaran, membberikan nuttrisi, ibu deengan
peraawatan meetode kangg
guru,positiooning, sehiingga bayi bisa
dilaakukan peraawatan di tempat tidurr bayi terbuuka. Kasus yang
diraawat resideen antara laain bayi deengan masalah pernap
pasan
denngan distress pernapasaan, gangguaan termoreggulasi yaitu
u bayi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
106
 

prem
mature dann BBLR, neonatus
n deengan infekksi (sepsis)) dan
kejaang, bayi dengan hiperrbilirubinem
mia, dan pengawasan bedah
b
anaak dengan kasus ga
astroschizis. Di ruanng ini, reesiden
mennerapkan evvidence baseed practice meberikan posisi yang
g baik
padda bayi denggan prematu
ur dan hipottermia (Posiitioning).

3.2.2.3 Penncapaian tarrget kompetensi di ruanng infeksi


Tahhap terakhirr pada resideensi I, residden melaksaanakan prak
ktik di
ruanng infeksii IKA 1 Gedung A RSUP
PN Dr. Cipto
Manngunkusum
mo Jakarta seelama 6 minnggu, mulaai tanggal 20
0 Mei
20113 sampai dengan
d 28 Ju
uni 2013. Kompetensi
K sebagai pem
mberi
asuhhan keperaw
watanyang telah dicappai selama praktik di ruang
r
infeeksi adalah residen merrawat anak dengan kassus infeksi antara
a
lainn anak denggan gangguaan sistem peernapasan yyaitu pneum
monia,
bronnkiolitis daan laringom
malasia. Reesiden jugaa merawat anak
denngan gangguuan pada saluran
s penccernaan yaiitu masalah
h gizi
buruuk marasm
mik, kolestassis, atresia bilier, tipoid dan hepatitis.
Kassus yang dikelola
d reesiden padaa anak deengan gang
gguan
keseeimbangan cairan dan
n elektrolit yaitu penyyakit diare akut,
sinddroma nefrotik, high out put stooma dan ddemam berd
darah.
Padda gangguann sistem persyarafan, residen
r bannyak menem
mukan
dann merawat kasus
k anak
k dengan enncephalitis, kejang dem
mam,
menningitis, meeningoencep
phalitis tubeerculosis daan bakteri. Pasien
P
denngan sistem
m imunologii ditemukann residen ppada kasus anak
denngan human immunodefficiency viruus (HIV) daan sindrom lupus
erittematosus (S
SLE).

3.2.2.4 Penncapaian tarrget kompetensi di unit peminatan infeksi


Ressidensi II dilaksanakan
d n selama 11 minggu, mulai tang
ggal 9
Sepptember 20113 sampai dengan 22 November 2013 di IK
KA 1
Geddung A RS mo Jakarta. Dari
SUPN Dr. Cipto Maangunkusum
emppat ruang yang
y ada, reesiden mem
mpunyai target sebanyaak 11

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
107
 

kasuus selama praktik


p pem
mberian asuhhan dan maanajemen assuhan
kepperawatan. Lima
L diantaaranyadijaddikan resideen sebagai bahan
b
kajiian karya ilmiah akh
hirdalam aplikasi
a teoori keperaw
watan
com
mfort oleh Katharine Kolcaba pada
p pasieen anak deengan
penningkatan suuhu tubuh. Kasus infekksi yang ditemukan reesiden
dianntaranya kasus
k pneu
umonia, kejang
k dem
mam komp
pleks,
enddokarditis, gizi
g buruk marasmik,
m d
diare akut ddenganCom
mplete
Atriioventrikel Sep
ptal Defect (CAV
VSD),
HIV
V,meningoeencephalitis, encephalitis, meninggitis tubercu
ulosis
dann bakteri.

Padda tahap inni, residen


n mempunyyai target proyek in
novasi
berddasarkan evvidence baseed practice yang meruupakan salah
h satu
inteervensi kepperawatan yaitu pem
mantauan taanda-tanda vital
penngukuran suhu
s tubuh
h dengan menggunakkan termom
meter
timppani yangg terbukti akurat dalam menndeteksi ad
danya
peruubahan suhhu tubuh pada anak. Prroyek tersebbut dilaksan
nakan
padda tanggal 13
1 Novembeer 2013 di ruang infekksi anak RS
SUPN
Dr. Cipto Manngunkusumo
o.

3.2.3 Pengembaangan profeesional


Dalam proses pemberrian asuhan keperawataan selama ppraktik Resiidensi
I berlangsuung, residenn mendokum
mentasikan proses asuhhan keperaw
watan
menggunakkan formatt pengkajiaan yang teersedia di ruangan, tetapi
t
selama p
proses prraktik ressidensi III berlanggsung, reesiden
mengembaangkan form
mat pengkaajian teori keperawataan comfort oleh
Katharine Kolcaba sebagai kerrangka dasaar yang teppat dan effektif.
Pengkajiann teori tersebbut dikembangkan resiidensi untukk memperm
mudah
pendokumeentasian seetiap proseedur yang diberikan residen dalam
d
pemberian asuhan keperawataan pasien anak dengan maasalah
peningkataan suhu tubuuh.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
108
 

Pengembanngan secarra profesio


onal dilakuukan resideen juga deengan
mengikuti tambahan materi seb
bagai penam
mbahan ilm
mu pengetaahuan
yang dim
miliki residen dalam mengelolaa kasus. Materi terrsebut
disampaikaan oleh dokkter pengajjar dr RSC
CM, salah ssatu diantarranya
adalah pem
mberian matteri sesak pada
p sistem
m pernapasann dan maln
nutrisi
pada sistem
m pencernaaan. Bimbing
gan lain yanng juga diiukkti residen untuk
u
meningkatkkan kualitaas diri resid
den adalah penerapan evidence based
b
nursing daan evidencce based practice
p yaang diselennggarakan pihak
p
manajemenn gedung A RSUPN
N Dr. Cippto Manguunkusumo yang
manfaatnyaa bisa diprroleh langsu
ung selamaa residen m
mengikuti proses
p
residensi I dan II.

Selama prraktik residdensi I dan


n II, resideen melakukkan aplikasii dan
sosialisasi proyek inovasi
i teerkait interrvensi kepperawatan anak
berdasarkaan evidence based pra
actice. Padaa tahap resiidensi I, reesiden
bersama kelompok
k m
menerapkan terapi sitzz bath sebaagai penceg
gahan
terjadinya fisura
f anal pada
p anak yang
y dilakuukan kemoteerapi. Pada tahap
residensi III, residen melakukan
m proyek
p inovvasi secara individu ten
ntang
pengukurann suhu tubuuh dengan menggunaka
m an termomeeter timpani yang
telah terbuukti akuratt berdasark
kan evidennce based practice untuk
u
mendeteksii adanya perubahan suh
hu tubuh paada anak.

3.3 Peran
n Ners Spesialis Keperrawatan An
nak
Peninggkatan kom n anak menurut Tim Program Ners
mpetensi keperawatan
Spesiaalis Keperaw
watan Anakk (2012) adaalah sebagaai berikut: 1) praktisi assuhan
keperaawatan padaa area keperrawatan anaak, 2) perann pendidik ddan konsulttan di
bidangg keperawattan anak, 3)) peran advo
okat bagi klien dalam aarea keperaw
watan
anak, 4) peran peengelola asuhan keperrawatan anaak, 5) perann peneliti teerkait
keperaawatan anakk.

Peraw
wat spesialis anak memiiliki tanggu
ungjawab unntuk kualitaas standar assuhan
keperaawatan untuuk anak dann keluarga. Selain itu, seorang ners spesialis anak

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
109
 

mampu menunjuukkan gam


mbaran diri,, akuntabiliitas dalam pengembaangan
peran inidan meencerminkann kepeduliian dan koomitmen peerawat terh
hadap
kebutuuhan dan haak-hak anakk. Tanggun
ngjawab utaama dari nerrs spesialis anak
adalahh aplikasi seecara langssung kompeetensi spesialis klinis uuntuk peraw
watan
holistic anak daan keluargga dalam berbagai
b tatanan layyanan keseehatan
(Internnational Coouncil of Nurses, 2008).

Pelayaanan kesehaatan berkuaalitas yang sebagian


s beesar diberikkan oleh perrawat
yang berkompeten
b n sangat dihharapkan olleh masyaraakat. Hal inii terbukti deengan
hasil survey
s yangg dilakukann oleh PPN
NI bekerjasaama dengann HPEQ Prroject
pada tahun
t 20100 diidentifikkasi bahwa terdapat kesenjangan
k n antara harrapan
masyaarakat dengan kompeteensi perawaat yang adaa saat ini. H
Hasil surveey ini
mengindikasikan bahwa perrlu adanya peningkatann kompetennsi perawatt baik
melaluui pendidikkan formal maupun pendidikan
p non form
mal (Tim HPEQ
H
Projecct Komponeen I, 2010).

Peninggkatan kom
mpetensi keperawatan
n anak menurut Tim Program Ners
Spesiaalis Keperaw
watan Anaak (2012) adalah
a residdenkeperaw
watan anakssecara
mandiri harus berrperan sebaggai:
3.3.1 Praktisi assuhan kepeerawatan pada area keperawata
k n anak
Dalam penncapaian peeran ini, ressiden keperrawatan anaak harus mampu
melakukann dan menngelola asuh
han keperaawatan padda pasien anak.
Mampu melakukan
m a
artinya peraawat mamppu melaksaanakan tind
dakan
keperawataan mandiri maupun tindakan yanng sifatnya kolaboratif dan
disertai peemantauan. Sedangkan
n arti dari mengelola adalah perrawat
melakukann asuhan keperawatan
k n langsungg secara m
mandiri deengan
menggunakkan metodologi proses keperaw
watan (penngkajian, an
nalisa
masalah, penegakkkan diagn
nosis kepperawatan, perencaanaan,
implementaasi dan evaaluasi), meelakukan kooordinasi innterdisiplin serta
menginisiaasi proses perubahan/in
novasi sehinngga tercapai tujuan assuhan
keperawataan yang berm
mutu.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
110
 

Dibeberapaa area prakktik klinik yang


y dilaluiiresiden keperawatan anak,
diantaranyaa adalah arrea praktik non infekssi, perinatollogi, dan in
nfeksi
anak. Asuuhan keperrawatan yaang dilakuukan resideen keperaw
watan
anakpadaarrea praktik NonInfekssi antara laain pada kaasus ALL,A
AML,
hemofili, retinoblaastoma, tumor wilms, neuroblasttoma,
rabdomiosaarkoma, osteosaarkoma,ewiingsarcoma, sin
ndrom
nefrotik,deemam remattik akut dan
n penyakit jaantung bawaaan (PJB).

Selanjutnyaa asuhan keperawataan yang residen


r kepperawatan anak
lakukan di area praktik Perinatolo
ogi, diantarranya yaitu: pada kasuss bayi
dengan maasalah gastroschizis, kejang neonatus, hipperbilirubin
nemia,
prematur,seepsis neonaatus awitan dini (SNA
AD), distres pernapasan
n dan
apnea of prrematurity.

Pada prakktik klinik di ruang infeksi anak,


a resideen keperaw
watan
melakukan asuhan keperawatan
anaktelahm k n pada bbeberapa kasus,
k
diantaranyaa adalah asuhan
a kepeerawatan pada
p anak ddengan maasalah
meningoennsefalitis, diiare akut, tu
uberculosis paru,
p infekssi saluran keemih,
pneumoniaa, gagal ginjjal kronik, dan
d gizi burruk marasmiik.

Selanjutnyaa area prakktik klinik yang


y menjaadi peminattan yang reesiden
keperawataan anak pillih dan dijaalani selamaa 11 mingggu adalah prraktik
klinik di ruang infeeksianak. Sebagaiman
S na yang teelah dipaparkan
sebelumnya terkait asuhan
a kep
perawatan yang
y telah dilakukan oleh
residen kepperawatan anak
a ng infeksi annak sebagaii peminatan yang
di ruan
dipilih, resiiden keperaawatan anak
kmemberikaan asuhan keperawatan
n pada
beberapa pasien
p anakk dengan fokus
f utam
ma masalahh gangguan
n rasa
nyaman peningkatan suhu
s tubuh.

Residen keeperawatann anak mellakukan asuuhan keperrawatan terrsebut


dengan meengaplikasikan teori kenyamanaan comfort oleh Kath
harine
Kolcaba, melalui
m prooses pengk
kajian, peniilaian tingkkat kenyam
manan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
111
 

sebelum daan setelah intervensi


i dengan
d mennggunakan instrument yang
telah diseddiakan olehh Kolcaba yaitu
y gambbar bunga D
Daisi,identifikasi
masalah melalui
m struuktur takson
nomi Kolcaba, peneggakkan diag
gnosa
keperawataan, menenttukan interrvensi beseerta tujuannnya, melak
kukan
implementaasi baik maandiri maup
pun kolaborasi dan mellakukan evaaluasi
sesuai denggan taksonoomi Kolcabaa.

Adapun diaagnosis medis pada paasien anak yang


y menim
mbulkan maasalah
gangguan rasa
r nyamaan peningkaatan suhu tuubuh adalahh kejang deemam
komplek, pneumonia,
p meningitiss, diare akuut dan endokarditis. Assuhan
keperawataan pada settiap pasien anak terseebut diatas disertai deengan
beberapa kompetensi
k nik keperaw
praktik klin watan yang dilakukan sesuai
s
dengan masalah pasien yang ditemukanrresiden kepperawatan anak.
Dalam meelakukan peeran ini, reesiden mennerapkan juuga prinsip
p dan
filosofi keeperawatan anak yaitu
u pencegahaan terjadinyya dampak
k dari
hospitalisassi seperti trauma atau stres
s (atrauumatic care)) pada anak
k serta
melibatkann keluarga (Family Centered
C Caare) dalam setiap tind
dakan
yang akan dilakukan pada
p anak.

3.3.2 Peran pen


ndidik dan konsultan
k di
d bidang keperawata
k an anak
Peran sebaagai pendidiik dan konsultan yangg residen keeperawatan anak
lakukan dii setiap areaa praktik klinik
k yang dilalui, diaantaranya berupa
memberikaan pendidikkan kesehataan pada kelluarga terkaait prognosiis dan
penetalaksaanaan penyyakit klien
n. Meskipun terlambaat, residen juga
memberikaan dischargge plannin
ngsebelum keluarga ddiijinkan pu
ulang
sebagai tinndak lanjut orang tua memberikaan perawattan anak saaat di
rumah, sehingga k
keluarga memiliki
m pengetahuaan, sikap dan
keterampilaan yang cukup
c untu
uk mencegaah gejala penyakit sesuai
s
kondisi daan sebagai pengambil keputusan untuk dilaakukan tind
dakan
yang spesiffik.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
112
 

Selama praaktik, residden berusah


ha menjadi perseptor bagi mahasiswa
pada jenjanng di bawahh residen atau
a bahkann perawat baaru yang seedang
magang daan praktik di ruang yang
y sama. Residen jjuga melak
kukan
komunikassi yang baiik dalam berdiskusi
b dan berbaggi ilmu deengan
perawat ruuangan terrkait perkem
mbangan teori
t keperrawatan comfort
Kolcaba yang
y dapat menjadi dasar dalam
m melaksaanakan tind
dakan
keperawataan yang dibberikan pad
da pasien annak.Seperti yang dilak
kukan
residen terkkait pendokkumentasian
n yang baik,, informatiff dan terintegrasi,
(sebagai masukan)
m paada format observasi dan dokum
mentasi ruaangan.
Peran ini dilakukan residen kep
perawatan anak mellalui pendeekatan
interpersonnal dengan perawat
p ruaangan.

3.3.3 Peran advvokat bagi klien


k dalam
m area kepeerawatan aanak
Peran sebagai advokassi diberikan
n pada pasieen dan keluaarga oleh reesiden
keperawataan anak seebagai upay
ya meningkkatkan kuaalifikasi seo
orang
calon peraw
wat spesialiis anak sebaagai perawaat profesional yang berfokus
pada prinssip etik yang
y bersiffat beneficeence dan nonmaleficcence.
Advokasi yang
y dilakukan secara langsung paada pasien aadalah interrvensi
terapeutik seperti meengingatkan
n keluarga, perawat, dokter dan
n staf
lainuntuk melakukan
m hand rub sebelum dan
d sesudahh kontak deengan
pasien dallam upaya mencegah
h penyebarran infeksii, melaksan
nakan
prinsip atrraumatic caare untuk mencegah
m teerjadinya traauma atau stress
ndakan kepperawatan, serta beberapa
pada anakk saat dilaakukan tin
tindakan keperawatan
k n dan mediis yang haarus dilakukkan berdasarkan
prosedur yang
y tepat sesuai stand
dar operasioonal untuk m
mencegah cidera
c
pada pasienn (Potter& Perry,
P 2005).

Sedangkann pada keeluarga, peerawat mem


mastikan bbahwa kelu
uarga
mendapatkkan informaasi yang leengkap terkkait perkem
mbangan ko
ondisi
anak, mem
mbantu keluuarga untuk
k memilih keputusan
k yyang tepat untuk
u
kemajuan kondisi
k ntu memperrtahankan llingkungan yang
anaak, memban
aman bagi keluarga dan gah terjadinnya cidera ppada anak, serta
d menceg

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
113
 

mendukungg program
m family centered
c c
care (FCC) disetiap unit
perawatan (Canadian Nurses Association, 20010).
3.3.4 Peran pen
ngelola asuh
han kepera
awatan anak
Peranyang dimaksudd adalah merupakann peran pperawat seebagai
koordinator pelayanann keperawaatan anak. Peran ini ddilakukanreesiden
keperawataananakdenggan berkoo
ordinasi d
dengan tim
m keperaw
watan
diruangan maupun tim
m kesehatan
n lainnya. Koordinasi yang dilak
kukan
dengan sessama peraw
wat adalah berupa koomunikasi yyang terinteegrasi
terkait perkkembangan kondisi passien pada seetiap operann atau pergaantian
dinas. Tim
m kesehatan lain yang dapat berkkoordinasi llangsung deengan
perawat anntara lain adalah dokteer, ahli gizii, ahli farm
masi, fisioterapis,
ahli elektroomedik (raadiologi) daan staf adm
ministrasi. P
Peran koord
dinasi
tersebut daapat berupaa koordinassi pada upaaya manajeemen tempeeratur
regulasi, maanajemen caairan, manajemen
nutrisi,mannajemenfarm
makoterapi, manajem
men ROM
M, pemerik
ksaan
radiologidaan manajeemen dok
kumentasi asuhan ppasien. Bentuk
koordinasi dengan tim
m kesehatan
n lain ini merupakan
m bbentuk kerjaasama
lintas bidanng keahliann yang sering disebut seebagai kolabborasi(Cana
adian
Nurses Asssociation, 20010).

3.3.5 Peran pen


neliti terkaitt keperawa
atan anak
Selama praaktik, residen tidak melakukan
m p
penelitian, teetapi melak
kukan
analisis haasil penelitiian terkait masalah yang
y ditemuukan pada klien
kelolaan, menerapkan
m n hasil-hasill penelitiann dan melakkukan sosiaalisasi
evidence based
b pracctice kepad
da perawaat ruangan, sehingga bisa
diterapkan dalam menngatasi masaalah klien.

Sosialisasi yang dilaakukan resiiden pada ruang nonn infeksi adalah


a
mengajarkaan pada keeluarga dan
n anak yaang mengallami kemotterapi
untuk menncuci tangaan yang teepat dengann menggunnakan hand
d rub
sebagai peencegahan infeksi
i silan
ng selama masa peraawatan di ru
umah
sakit. Di ruuang perinattologi, resid
den menerappkan positiooning yang tepat

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
114
 

pada bayi prematur. Pada


P ruang infeksi, ressiden meneerapkan evid
dence
based pracctice pengggunaan kom
mpres air haangat (wateer tepid spo
onge)
untuk mennurunkan suuhu tubuh anak
a yang mengalami
m demam seebagai
salah satu gejala
g penyeerta penyak
kit infeksi.

Pencappaian targett kompetenssi ini memeerlukan wakktu dan wahana praktik


k yang
memaddai. Upayaa pencapaiann kompeten
nsi ini diraasakan residden keperaw
watan
anaksuudah mewaakili target kompetensi yang inngin dicapaai sebagai calon
nerssppesialis kepeerawatananak, namun residen kepperawatan aanak harus terus
meninngkatkan penngetahuanddan keteram
mpilan lebih lanjut melaalui seminaar dan
pelatihhan-pelatihaandi bidangg keperawaatan anak, yang
y secaraa terus menerus
akan berkembang
b g seiring kem
majuan ilmu
u dan teknologi.

Selam
ma menjalanni program spesialis teersebut residden mempeeroleh duku
ungan
dari banyak
b pihaak. Dukunggan sangat berarti daari manajem
men Gedun
ng A,
supervvisor ruang IKA 1 Geddung A RSU
UPN Dr. Cippto Mangunnkusumo Jaakarta
besertaa staffnya, maupun
m pem
mbimbing klinis
k di lappangan. Selaain itu duku
ungan
juga diperoleh
d daari teman-teeman sejawat, perawat ruangan yaang membeerikan
kesem
mpatan yangg seluas-luasnya bagii residen juuga ada yang mengeetahui
keberaadaan spesiialis anak, mereka sen
nang karenna ada mitrra perawat yang
spesiallis.

Hambaatan yang dijumpai di lapangan yaitu kuraang waktu aatau kesem


mpatan
yang cukup
c untuuk berdiskuusi bersamaa dokter koonsulen meengenai evid
dence
based practice, dikarenakaan kesibuk
kan ruangann, pasien yang men
nuntut
perhattian dan kerrja keras peerawat ruan
ngan atau juumlah peraw
watruangan yang
dinasnnya kurang sesuai denngan rasio pasien.
p Ditaambah lagi dengan suasana
yang kurang
k konndusif pada pagi hari, karena bannyak sekalii dokter ressiden,
diskussi dan menj
njalankan prrogramnya. Kendala lain
l adalahh peralatan yang
tidak tersedia seeperti guntting, tensim
meter, term
mometer daan alat saturasi
oksigeen, serta baahan habis pakai
p yang tidak mem
mpunyai caddangan berllebih,
sepertii sarung taangan, kapaas alkohol dan
d plesterr hipafik. S
Sehingga baanyak

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
115
 

sekali prosedur yang


y dilakukkan tidak seesuai dengaan standar ooperasional yang
benar.

Setelahh pelaksanaaan praktik klinik dan upaya penccapaian kom


mpetensi seebagai
calon perawat spesialis
s a
anak yangd
ditempuh selama
s 2seemester, reesiden
keperaawatan anakk melakukaan penyusu
unankarya ilmiah akhir (KIA) seebagai
laporaan akhir hassil pelaksannaan praktik
k keperawattan anak yaang telah diilalui.
Penyuusunan karyya ilmiah akhir
a ini ak
kan disampaaikan dalam
m seminar akhir
sebagaai syarat penncapaian geelar Ners Sp
pesialis Kepperawatan A
Anak.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 4
PEMBAHA
ASAN

Bab ini beerisi tentangg pembahasaan aplikasi teori


t comfort Katharinee Kolcaba dalam
d
asuhan keperawatan
k n pasien anak deng
gan peninggkatan suhhu tubuh, serta
pembahasan tentang praktek
p spesialis anak dalam penccapaian targget kompeten
nsi.

bahasan Penerapan
4.1 Pemb P omfort Kaatharine K
Teori Co Kolcaba Dalam
D
Asuhan Keperawatan Pad
da Anak Deengan Penin
ngkatan Su
uhu Tubuh
Asuhaan keperaw
watan yang dilakukan pada 5 kaasus kelolaaan dalam karya
k
ilmiahh ini mengggunakan peendekatan teori
t keperaawatan yangg dikemban
ngkan
oleh Katharine
K K
Kolcaba yaiitu teori com
mfort dalam
m asuhan keeperawatan pada
anak dengan
d penningkatan suuhu tubuh. Empat
E konssep sentral ddalam parad
digma
keperrawatan yaittu manusia (pasien), keesehatan, linngkungan ddan keperaw
watan.
Sedanngkan konssep utama teori
t comfo
ort yang diikembangkaan oleh Ko
olcaba
menillai kenyamaanan dengaan membuaat struktur taksonomi
t yang bersu
umber
pada tiga
t tipe kenyamanan dan
d mengkaaitkan ketigga tipe kenyyamanan terrsebut
dengaan empat peengalaman kenyamanan
k n (Sitzman & Eichelberrger, 2011).

Asuhaan keperaw
watan yangg diberikan
n residen pada 5 ppasien kelo
olaan,
seluruuhnya mem
miliki permaasalahan yaang sama saat harus ddirawat di ruang
r
infekssi anak RS
SUPN Dr. Cipto Man
ngunkusumoo. Masalah tersebut adalah
a
peninngkatan suhhu tubuh yang beriisiko terhaadap terjaddinya gang
gguan
metabbolisme tubbuh yang beerdampak pada
p ketidakknyamanann fisik, gang
gguan
psikospiritual yaang tercerm
min pada maasalah perkkembangan anak, gang
gguan
sosiokkultural yanng tercerminn pada interraksi sosial dan risiko tterjadinya cidera
c
ataupuun resiko tinnggi infeksii akibat gan
ngguan rasa nyaman linngkungan.

Dari uraian terssebut, dibuttuhkan teori comfort sebagai beentuk rang


gkaian
proses keperaw
watan yangg kompreh
hensif dari ketidaknnyamanan yang
disebaabkan olehh peningkaatan suhu tubuh.
t Asuuhan keperrawatan terrsebut
dimullai dari taahap penggkajian, peerencanaan (Comfort Measures dan

116
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
117 
 

Intervvening Variiable), impplementasi dan evaluaasi keperaw


watan (Enha
anced
Comfo
fort) melaluui penilaiaan tingkat kenyamannan dengann menggun
nakan
instruument sesuaai dengan ussia pasien.

4.1.1 Pengkajian
Padaa tahap ini akan diaanalisis pen
ngkajian daan pengukuuran terhad
dap 4
kontteks kenyam
manan terkaait pengalam
man fisik, psikospiritu
p al, sosialku
ultural
dan lingkungann.
4.1.11.1 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam
man fisik
Pengkajian rasa nyaaman terkaiit dengan peengalaman fisik klien, dapat
dilakukaan dengan wawancaraa dan pem
meriksaan fiisik. Anak yang
dirawat di rumah sakit
s datang
g dengan keluhan
k utam
ma. Keluhaan ini
dapat teerkait dengaan riwayat masa lalunnya. Secaraa umum perrawat
mengobbservasi keaadaan klien,, sikap tubuuh pasien daan perilaku yang
menunjuukkan ketiddaknyamanaan (Kolcabaa, 2005, Herrlina, 2012).

Residenn dalam meemperoleh data


d melaluui wawancarra dengan orang
o
tua, karrena kondissi anak yan
ng bervariassi. Anak SR
R dan RR yang
mengalaami penuruunan kesadaaran (apatiss). Anak M
MK, RA daan IB
berturutt-turut baru berusia 4 bulan,
b 5 bulan dan 7 buulan, karenaa usia
tersebutt anak belum
m dapat men
ngeluh secaara langsungg tentang ko
ondisi
yang diaalaminya saaat ini. Ressiden mendaapatkan datta dari oran
ng tua
yang mendamping
m i membuuat residen tidak
gi. Sehinggaa kondisi ini
mendapatkan data langsung dari pasieen tentang kebutuhan rasa
nyamann terkait penngalaman fisik.
f Resideen memperrsepsikan seendiri
dan meembandingkkan perubah
han kondisi dan tingkkat kenyam
manan
pasien dengan
d mellihat gambaar bunga Daisi sebagaai instrumen
n dari
Kolcabaa.

Pengkajian keperaawatan dillakukan seecara menyyeluruh, namun


difokuskkan pada masalah peningkatan
p n suhu tuubuh dan yang
kemunggkinan timbbul sebagai akibat darri peningkaatan suhu tu
ubuh,

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
118 
 

seperti anak
a SR yaang mengallami peninggkatan suhuu tubuh sehingga
anak meengalami keejang dan mengalami
m penurunan kkesadaran.

Observaasi dilanjuttkan dengan pemeriiksaan fisikk. Akibat dari


peningkkatan tekanaan intra kraanial (TIK) anak akann mengakib
batkan
sakit keppala, muntaah, anoreksiia, gangguann fungsionaal syaraf mo
otorik
dan sennsorik sehinngga terjadii kejang. Masalah
M terssebut ditem
mukan
pada anaak SR dan anak
a RR yaang mengalaami anorekssia dan gang
gguan
fungsionnal syaraf motorik
m dan
n sensorik sehingga
s mengalami kejang
k
dan pennurunan tinggkat kesadaaran (apatiss). Sedangkkan anak RA
A, IB
dan MK
K hanya menngalami anoreksia tetaapi tidak sam
mpai mengalami
gangguaan fungsionnal syaraf motorik
m dann sensorik, keadaan umum
u
n masih sadaar penuh (coompos mentis).
lemah teetapi tingkaat kesadaran

Kemunggkinan lain yang terjad


di pada sisttem serebraal adalah ad
danya
eksudat yang terdirri dari bakteeri fibrim daan leukosit yyang dibenttuk di
ruang suub arakhnoiid. Penumpu
ukan eksudaat pada cairran serebrosspinal
akan beertambah dan
d menggaanggu aliraan cairan ccerebrospin
nal di
sekitar otak
o dan medula
m spinaalis sehinggga terjadi vvasodilatasi yang
cepat daari pembuluuh darah dan
n menekan saraf-saraff terutama (N
N.III)
Nervus Oculomotoorius, (N.IV
V) Nervus Trochlearis
T , (N.VI) Nervus
N
Abdusenn, (N.VII) Nervus Fasialis,
F daan (N.VIII)) Nervus Stato-
S
Akustikuus atau Vesstibulo Kokh
khlearis, sellain itu dappat menimbu
ulkan
ruptur atau
a tromboosis dinding pembuluuh darah daan jaringan otak
kemudiaan terjadi innfark sehing
gga terjadi gangguan
g kkesadaran.

Gangguuan kesadaraan dapat meenimbulkann gangguan perfusi jaringan


otak, haal itu dapat mempen
ngaruhi perrtukaran O
O2 dan CO
O2 di
jaringann otak, sehingga suplaii O2 ke otaak berkuranng, otak meenjadi
rusak daan mempenngaruhi saraaf motorik yang dapatt mengakib
batkan
penurunnan kekuataan otot dan akhirnya terjadi kelum
mpuhan anggota
gerak sampai
s denngan atrop Hal inilah yang
pi anggota gerak. H

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
119 
 

didapatkkan residenn saat melaakukan pem


meriksaan ffisik pada kasus
k
kelolaann, dimana anak SR dan
d RR mengalami
m kkelemahan pada
anggotaa geraknya. Sedangkan anak RA, IB dan MK ttidak mengalami
kelemahhan anggotaa gerak.

Pemerikksaan hemoodinamik ju
uga dapat memberikan
m n gambaran
n rasa
tidak nyyaman klienn. Pengkajiaan secara menyeluruh
m dapat dilak
kukan
dengan pemeriksaaan head to to
oe. Seperti yang dilakuukan residen
n saat
aji kelima kasus,
mengkaj k dimana peninggkatan suhuu tubuh dialami
semua anak,
a tetapii dengan peenyakit yanng berbeda--beda. Hasill dari
pemerikksaan tandaa-tanda vitaal yang dillakukan residen padaa saat
pengkajian adalah sebagai beerikut: anakk SR tekannan darah 90/55
9
mmHg, suhu 38,6°°C, nadi 120
0 x/menit, pernapasan
p 28x/menit, anak
RR tekaanan darah 100/70 mmHg,
m nadi 110x/meniit, suhu 39
9,9°C,
RR: 26xx/menit, anaak RA nadii 150x/meniit, suhu 38,5°C, pernap
pasan
50x/mennit, anak IB suhu 38,5°C,
3 peernapasan 558x/menit, nadi
158x/meenit, tekanan darah: 85/55 mm
mHg, dan anak MK suhu
39,7°C, nadi 150x/m
menit, pern
napasan 44x//menit.

Pada keelima kasus, terdapat 3 anak menngalami dem


mam dan 2 anak
mengalaami hiperterrmia. Dari gambaran kasus
k anak SR, mekan
nisme
terjadinyya demam pada peny
yakitnya adaalah efek pperadangan yang
akan menyebabkan
m n kenaikan
n suhu tubuuh dan penningkatan cairan
c
serebrosspinal sehingga terjad
di obstrukssi pada alliran darah
h dan
selanjutnnya menyeebabkan hiidrosefalus dan peninngkatan tek
kanan
intra krranial. Selaain itu dem
mam juga dapat menningkatkan atau
menurunnkan tekanaan darah. Efek yang laain dari peraadangan terrsebut
adalah hiperemi pada men
ningen, eddema dan eksudasi yang
kesemuaanya menyeebabkan pen
ningkatan teekanan intraa kranial.

Menuruut Totapally (2005), pem


meriksaan penunjang
p yyang dibutu
uhkan
sebagai penguat addanya rasa tidak nyam
man fisik paada anak deengan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
120 
 

peningkkatan suhu tubuh diaantaranya yaitu


y dengan pemerik
ksaan
laboratoorium. Resiiden juga memonitor
m hasil laborratorium kelima
kasus keelolaan seperti pemeriksaan elekttrolit melaluui spesimen
n urin
yang dilakukan
d o
oleh anak SR tangggal 27 Seeptember 2013,
2
didapatkkan: Natrium
m (Na) urin
n 24 jam: 96
9 mEq/24 jjam, Kalium
m (K)
urin 24 jam: 8 mE
Eq/24 jam, Klorida (Cl) urin 24 jjam: 78 mE
Eq/24
jam. Pemeriksaaan tersebu
ut bertujuuan untuuk mengeetahui
ketidaksseimbangann elektrolitt asidosis, perpindahhan cairan dan
perubahhan fungsi ginjal,
g sepeerti yang teerjadi pada kasus anaak SR
yang meengalami gaangguan eleektrolit. Sehhingga anakk SR diharaapkan
mendapatkan perbaaikan elektro
olit melaluii cairan intraavena.

Pemerikksaaan darahh lekosit ju


uga diperoleeh dari anakk RR didap
patkan
leukositt 22.600. Sedangkan
n 2 kasuss kelolaann residen yang
mengalaami kelainaan pada jan
ntung bawaaan yaitu annak IB dan
n MK
dilakukaan pemerikksaan darah
h Analisis Gas Darahh (AGD). Hasil
pemerikksaan anak IB
I adalah sebagai
s beriikut pH: 7,2216, pCO2:: 35,9
mmHg, pO2: 33,3 mmHg,
m HC
CO3: 14,7 mmol/L,
m Satuurasi O2: 54
4,4%,
BE: -111,5 mmol/L
L, Na/K/Cl: 141/ 4,6/ 106. Pada anak MK hasil
AGD diidapatkan pH
p 7,368, pCO2
p 41,7 mmHg, pO
O2 94,4 mm
mHg,
HCO3 24,3
2 mmol//L, Base Excess -0,33 mmol/L. Berbeda deengan
anak RA
A yang jugaa mempunyaai kelainan jantung baw
waan tetapi tidak
dilakukaan pemerikksaan AGD,, karena sesak yang ddialami anak
k RA
penyebaab utamanyaa didapat daari kelainann jantung baw
waannya

4.1.11.2 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam


man psikospiiritual
Pengkajian rasa nyaman terkait psikospirittual menccakup
kepercayyaan diri, motivasi dan kepeercayaan teerhadap Tuhan.
Pengkajian psikosspiritual paada anak disesuaikann dengan tahap
perkembbangan anaak. Pencapaaian tahap perkembang
p gan psikoseeksual
termasuuk di dallam pengaalaman pssikospirituall karena akan
berpenggaruh terhaddap kepercay
yaan diri annak.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
121 
 

Residenn tidak dapaat melakukaan pengkajiian kebutuhhan rasa ny


yaman
psikospiiritual lebihh dalam, dik
karenakan pasien
p menggalami gang
gguan
neurologgis yaitu terjadi penurunan
p kesadarann (apatis) dan
berhubuungan denggan tahapan
n usia inffant. Penurrunan kesadaran
terjadi pada
p anak SR dan RR,
R sedangkkan anak R
RA, IB dan
n MK
masih dalam
d tahappan usia inffant. Melaluui stimulus yang dilak
kukan
residen terhadap annak SR yaittu dengan menilai
m tinggkat kenyam
manan
mengguunakan instrrumen comf
mfort behaviior checklisst dari Kollcaba,
akan tettapi mendaapatkan respon anak hanya
h mem
mbuka mataa dan
melihat orang tuanyya dan kemu
udian kembbali menutupp mata.

Menuruut Herlina (22012), aplik


kasi teori Koolcaba yangg diterapkan
n pada
remaja dikaji tahapp perkembaangan pubertasnya, gaambaran dirri dan
nilai dirri. Remaja mengalami
m masa peraliihan antara masa anak-anak
dan dew
wasa sehinngga terjadii perubahann psikosekksual. Perub
bahan
bentuk fisik sebaaiknya dapaat diterimaa dengan bbaik oleh anak
sehingga terbentukk rasa percaaya diri dann gambarann diri yang baik.
Remaja yang sakiit dan diraawat di rum
mah sakit ddapat tergaanggu
privasinnya karena harus berb
bagi kamarr dengan oorang lain. Bila
perubahhan ini tiddak dapat diterima oleh anaak maka dapat
menimbbulkan rasa tidak
t nyaman.

4.1.11.3 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam


man sosiokulltural
Pengkajian sosiokuultural mencakup perkkembangan sosial anak
k baik
interpersonal mauppun intra perrsonal. Linggkungan sossial yang baanyak
berinteraksi dengann anak adallah keluargaa. Kondisi hhubungan dalam
d
keluargaa banyak diikaji pada aspek
a ini. Masalah
M yanng muncul antara
a
pemberii asuhan dengan anak akkan meniimbulkan rasa
ketidaknnyamanan sosial. Ressiden menggkaji anak dengan tah
hapan
usia inffant dilihaat dari resspon anak saat menaangis, berssedih,
tersenyuum dan tertaawa ketika berinteraksi
b i dengan oraang tuanya.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
122 
 

Berbedaa dengan tahapan usiia remaja. Remaja tiddak lagi baanyak


terikat oleh
o hubunggan orang tu
ua dan anakk, tetapi lebiih banyak teerikat
dengan hubungan kelompokn
nya yang mempunyai
m i nilai terseendiri
yang tiddak dapat diterima oleh
o masyaarakat, sehinngga rasa tidak
nyamann kultural bissa saja terjaadi.

Berdasaarkan peneliitian Harriso


on (2010), orang
o tua ddapat menularkan
ketidaknnyamanan mereka
m kepaada anaknyaa. Bentuk kketidaknyam
manan
orang tuua dapat beerupa rasa cemas
c sebaagai respon mereka melihat
anak mereka
m saat mengalam
mi demam. Dampak kketidaknyam
manan
orang tua
t terhadaap penatalaaksanaan demam
d padda anak adalah
a
kesalahaan atau kuurang tepatn
nya pemberrian obat aantipiretik untuk
u
anak mereka
m atauu salah meenerapkan tehnik kom
mpres, sehingga
menghaambat proses penyembu
uhan.

Dari keelima kasuss kelolaan yang dipilih residenn sebagai bahan


b
kajian, orang tua khususnyaa ibu menngalami keccemasan karena
k
kurangnnya informaasi terkait penyakit
p anaaknya dan m
merasa khaawatir
akan pennyakit anakknya yang tiidak tahu kaapan bisa diisembuhkan
n.

4.1.11.4 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam


man lingkunggan
Pengkajian lingkunngan pada teori comf
mfort ini m
mencakup reespon
adaptasii anak dan keluarga
k terrhadap lingkkungan fisikk di rumah sakit.
Lingkunngan yang berbeda daapat menjaddi suatu sttressor terseendiri
bagi anaak dan keluarga. Stresssor tersebut dapat beruppa cahaya lampu
kamar, kebisingann atau suarra yang tiidak biasa didengar, suhu
ruangann yang terlalu panas/din
ngin. Apabila anak daan keluarga tidak
dapat beradaptasi
b maka akan
n timbul raasa tidak nnyaman terh
hadap
lingkunggan (Petersoon dan Bred
dow, 2004; Kolcaba, 20003).

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
123 
 

Keluargga anak SR
R dan RR mengalami
m ketidaknyaamanan terssebut,
dikarenaakan suhuu ruangan yang terkkadang paanas dan suara
pengunjung yang ramai
r saat jam kunjunng tiba. Keeluarga anaak SR
merasa kurang nyaaman terhad
dap privasii anaknya kkarena tidak
k ada
pembataas atau sekat dalam ruangan yang
y berissi enam paasien.
Keluargga anak RA
A, IB dan MK masihh bisa beraadaptasi deengan
lingkunggan rumah sakit.
s

4.1.2 Massalah keperrawatan


Massalah kepeerawatan yang
y telah diidentifikkasi berdaasarkan strruktur
taksonomi comf
mfort Kolcabba. Belum adanya penngelompokaan khusus untuk
u
melaakukan inntervensi keperawataan, sehinggga residden melak
kukan
penggelompokkaan secara mandiri dengan
d mellihat batasan karakteeristik
masalah keperaawatan padaa buku diagn
nosa keperaawatan.
Anaalisa yang telah dilakuukan residen
n terhadap ketiga tingkat kenyam
manan
yangg dikaitkan dengan peengalaman fisik, psikoospiritual, ssosiokulturaal dan
lingkkungan anaak dan keluaarga adalah sebagai berrikut:
1) Data
D han homeoostasis dan respon fisiiologi
yang menunjukkkan perubah
a
anak termassuk di dalaam diagnosiis rasa tidakk nyaman ffisik. Pada kasus
k
m
muncul maasalah ketiddaknyamanaan fisik, karrena kelimaa kasus kellolaan
r
residen megalami masalah penin
ngkatan suhhu tubuh. D
Dua diantarranya
m
mengalami hipertermiaa dan tiga anak
a mengaalami demaam. Selain itu, 2
k
kasus keloolaan resideen, anak SR dan RR
R mengallami penurrunan
k
kesadaran, anak SR mengalami
m gangguan
g ellektrolit yanng diketahu
ui dari
h
hasil laboraatorium elekktrolit, anak
k RR mengaalami hemipparise, anak
k MK
m
mengalami diare dan 2 kasus anak RA dann anak IB m
mengalami sesak
n
nafas.
2) Pengalaman
P n psikospiriitual pada kelima
k kasuus kelolaan anak mengalami
r
rasa tidak nyaman kaarena tidak
k bisa menggungkapkann secara verbal,
h
hanya saja orang tua mereka yaang mengaalami kekhaawatiran deengan
k
kondisi anakk yang terbaring lemah
h di tempat tidur.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
124 
 

3) Pengalaman
P n sosiokulttural kelimaa kasus keelolaan, paasien mengalami
k
ketidaknyam
manan dalaam berinterraksi dikareenakan 2 aanak mengalami
p
penurunan kesadaran (apatis) daan 3 anak masih dalaam tahap in
nfant.
K
Keluarga kelima k
kasus kelo
olaan residden menggalami maasalah
s
sosiokultura
al pada levvel transcen
ndence kareena keluargga merasa cemas
c
d
dengan pennyakit anakknya yang tidak tau kapan
k sem
mbuhnya. Seetelah
a
adanya dukkungan darri tenaga kesehatan
k d
dalam pembberian inforrmasi
y
yang dibutuuhkan olehh keluarga selama
s anaak menjalannkan pengo
obatan
d perawaatan di rumaah sakit, kelluarga mem
dan mahami tentaang kondisii anak
m
masing-mas
sing, merasaa nyaman dan
d bisa beradaptasi denngan lingku
ungan
r
rumah sakitt.
4) Pengalaman
P n lingkungaan pada anak
k tidak dapat terkaji , ssehingga reesiden
m
melakukan pengkajiann pada keluaarga. Pada awalnya keeluarga anaak SR
i
ingin segeraa pulang keerumah karrena kondissi lingkungaan ruangan yang
k
kurang nyaaman, seperrti ruangan sempit, tiddak adanyaa pembatas antar
p
pasien yangg berisi 6 anak, suhu
u ruangan yang panass, dan ram
mainya
p
pengunjung
g saat jam kuunjung tiba.

4.1.3 Inteervensi kep


perawatan
Interrvensi kepeerawatan beerfokus pad
da peningkaatan rasa nyyaman anak
k dan
keluuarga. Kolcaba memeggang prinsip bahwa perawat
p haruus secara intens
i
berinnteraksi daan berkomuunikasi den
ngan pasienn. Respon sselama inteeraksi
akann mempenggaruhi intervensi keperawatan yang
y akan dilakukan pada
pasien berdasarrkan tujuann asuhan keeperawatan yang akann diberikan pada
pasien.

Interrvensi kepeerawatan meempunyai pedoman


p tigga tipe yangg dikelompo
okkan
berddasarkan kebbutuhan rassa nyaman pasien,
p yaituu: intervensi yang dilak
kukan
secaara standar (tehnikal) untuk men
ngatasi kebbutuhan rasa nyaman fisik,
interrvensi pelaatihan/ ajakkan (Coach
hing) untukk kebutuhaan rasa ny
yaman
sosiookultural dan
d interveensi comforrting untukk kebutuhaan rasa ny
yaman
psikkospiritual dan
d lingkunggan.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
125 
 

Interrvensi kepeerawatan tellah dikelom


mpokkan sehhingga mem
mudahkan reesiden
untuuk menyussun interveensi sesuaii diagnosa keperawaatan yang telah
diideentifikasi seebelumnya dengan men
nggunakan struktur takksonomi comfort
Kolccaba.

4.1.4 Imp
plementasi keperawatan
Pem
meriksaan dan
d pemanttauan suhu adalah saalah satu inndikator peenting
dalaam mengkaaji kondisi kesehatan anak yangg dirawat di rumah sakit.
Pem
meriksaan suuhu secara non invasiif secara tiidak langsuung lebih dipilih
d
untuuk meminim
malkan kettidaknyaman
nan pada pasien
p (Daavie & Am
moore,
20100).

Salaah satu prinnsip atraumaatic care paada anak yaang dapat ddilakukan adalah
a
denggan meminnimalkan dan
d menceegah traum
ma pada aanak. Walaaupun
pem
meriksaan suuhu tubuh tidak
t menim
mbulkan nyyeri, namunn pada umum
mnya
anakk memperliihatkan reakksi kecemaasan dan sttress yang berlebihan pada
wakktu dilakukkan pemerikksaan suhu
u tubuh. Faktor
F yangg menyebaabkan
traum g dibutuhkaan dalam peemeriksaan suhu
ma pada annak adalah waktu yang
tubuuh cukup lama (5-12 menit). Menurut
M pennelitian yanng dilakukaan El
Radhhi (2006) dan analisiis review yang
y dilakuukan oleh JJefferies (2
2011),
mennjelaskan baahwa pengggunaan term
mometer tim
mpani selainn terbukti akurat
a
dapaat meminim
malkan dam
mpak traum
ma pada anaak. Seperti yang dilak
kukan
residden pada saaat pengukuuran suhu keelima anak pada
p kasus kelolaan deengan
mennggunakan termometer
t timpani. Residen
R menngukur tingkkat nyeri deengan
mennggunakan skala
s FLAC
CC dan didaapatkan hasil nol (0) unntuk semuaa anak
(Hocckenberry, 2009).
2

Implementasi yang
y dilakuukan residen
n terkait keebutuhan raasa nyaman
n fisik
anakk adalah denngan melakkukan proyek inovasi deengan berdaasarkan evid
dence
baseed practice,, yaitu pengggunaan term
mometer tim
mpani dapaat meminim
malkan
rasa trauma paada anak deengan meng
gukur suhuu tubuh seccara cepat dalam
d
wakktu 1 detikk dan mam
mpu mencegah terjadiinya infekssi silang karena
k

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
126 
 

term
mometer meenggunakann probe. Im
mplementasi tersebut diilakukan reesiden
setiaap tiga jam dalam perggantian shifft pada kelim
ma kasus kkelolaan. Seeluruh
anakk pada kasuus kelolaan residen
r tidak
k ada yang mengalami trauma.

Implementasi lain
l yang dilakukan residen deengan penaatalaksanaan
n self
mannagement yaaitu memanntau keseimb
bangan cairran dalam ttubuh anak harus
tercuukupi agarr kadar eleektrolit tidaak meningkkat saat evvaporasi teerjadi,
mem
mberikan sirrkulasi udaara yang baaik, agar tubbuh pasien berkeringaat dan
menngalirkan haawa panas ke tempat lain, mem
mbuka pakaiian atau seelimut
yangg tebal mendukung terjadinya radiasi daan evaporaasi, membeerikan
kom
mpres air haangat yangg dapat meemberikan sinyal
s ke hhipotalamuss dan
mem
macu terjaadinya vassodilatasi pembuluh darah peerifer. Hall ini
mennyebabkan pembuangan
p n panas meelalui kulit meningkat sehingga teerjadi
penuurunan suhuu tubuh mennjadi normaal kembali. Pemberian kompres hangat
h
dilakkukan apabbila suhu diiatas 38,5°C
C dan telahh mengkonssumsi antip
piretik
setenngah jam seebelumnya.

Padaa kasus keloolaan resideen juga mem


mberikan teerapi obat pparasetamol 3kali
per oral
o untuk 3 kasus anaak dengan demam
d dan terapi obat Farmadol 3 kali
melaalui intravena untuk kasus deengan hipeertermi. Tinndakan terrsebut
dilakkukan residden sesuai dengan
d insttruksi dokteer dan penggetahuan reesiden
terkaait pemberian dosis obat antipiretiik pada anakk.

Mennurut Plaisaance dan Mackowiak


M (2000), terrapi obat-obbatan secaraa self
mannagement daapat dilakuukan dengan
n memberi antipiretik. Acetamino
ophen
atauu Parasetamaol, merupaakan salah satu
s antipireetik yang seering digun
nakan,
dimaana demam
m akan turunn setelah 2 jam pemberrian. Pemberrian harus sesuai
s
aturaan atau innstruksi pennggunaan obat, yaituu pada anaak dosis harian
h
paraasetamol sirrup = 3-4 x 250 mg
g atau 3-4 x sendok ttakar 5ml. Efek
sampping hepatootoksik dappat timbul jika dosis harian
h (dosis yang dim
minum
dalaam satu haari) melebihhi 8 gram (=16 tableet parasetaamol, @1 tablet
t
paraasetamol 5000 mg atau jika mengg
gunakan paarasetamol ssirup=32 seendok

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
127 
 

takaar 5 ml dalam
m sehari). Dengan
D adaanya peran kompetensi
k perawat seebagai
penddidik yang sesuai denngan salah satu intervvening variaables pada teori
comf
mfort Kolcabba, residen berusaha
b memberikan
m informasi yyang dibutu
uhkan
olehh keluarga tentang doosis pembeerian obat yang tepaat untuk paasien.
Sehiingga keluaarga mendaapatkan keb
butuhan info
formasi yanng bisa mem
mbuat
rasa nyaman soosiokultural terhadap teenaga kesehatan.

Sebaagai advokaat, residen merasa berrkompeten untuk


u mem
mbuat lingku
ungan
kam
mar terasa nyaman,
n sepperti merap
pikan temppat tidur paasien, meng
gganti
linenn, menjaga kebersihann ruang peraawatan anaak, dimana setiap dilak
kukan
tindaakan pada anak SR, residen
r men
ncarikan seekat untuk m
menutupi pasien
p
saat dilakukan perawatan
p k
kateter padaa anak SR.

Implementasi keperawatan
k n dievaluasii dengan meenggunakann instrumen yang
ngan lainnnya, sesuaii dengan usia
berbbeda antarra pasien satu den
perkkembangan anak. Untukk meningkaatkan kenyaamanan pasiien dan kelu
uarga,
peraawat menyyusun kembbali rencan
na keperaw
watan sam
mpai pada level
trannscendence.

Implementasi yang
y dilakuukan residen
n pada keliima kasus kkelolaan, seetelah
dievvaluasi denggan mengguunakan form
mat SOAP (S
Subjektif, O
Objektif, An
nalisis
dan Planning), kelima passien diijinkaan pulang kerumah
k denngan masa rawat
r
palinng lama addalah anak RA, yaitu 3 minggu (11 hari) ddan paling cepat
masa perawataan adalah anak IB den
ngan 1 minnggu. Masaalah pening
gkatan
suhuu tubuh baikk yang menngalami dem
mam, maupuun hiperterm
mi kelima pasien
p
dapaat teratasi seesuai dengaan intervensi yang disussun residen.

4.1.5 Evaaluasi keperrawatan


Seteelah dilakukkan interveensi keperaawatan yangg dilakukann residen untuk
u
kelim
ma kasus keelolaan 2 annak pulang dengan mennggunakan alat bantu napas
n
(nassal oksigen)) pada hidunngnya untuk
k mencegahh kekambuhhan penyakiitnya,
sedaangkan 3 annak tidak terrpasang. Daari hasil anaalisis, masaalah keperaw
watan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
128 
 

dem
mam dan hippertermia sudah
s terataasi. Dari keelima kasuss kelolaan untuk
u
mennilai tingkat kenyamanaan sesuai deengan tahappan usia perkkembangan
n pada
kasuus kelolaan residen, menilai
m deng
gan mengguunakan gam
mbar bunga Daisi
yangg diciptakaan oleh Koolcaba. Teetapi, kelim
ma kasus kkelolaan reesiden
mem
mpunyai peenilaian yanng sama yaaitu tidak dapat
d dinilaai karena masih
m
dalaam tahap usia
u infant dan mengalami penuurunan kesadaran. Reesiden
menncoba menggunakan insstrumen Co
omfort Behaaviours Checcklist.

Darii uraian dann aplikasi teeori keperaw


watan kenyyamanan “coomfort” Ko
olcaba
di atas,
a residenn menilai pengkajian keperawattan berdasaarkan takso
onomi
comf
mfort Kolcaaba tidak memerlukan
m n waktu yaang lama untuk men
ngkaji
pasien, sehinggga perawaat mempun
nyai waktuu luang unntuk melak
kukan
interrvensi dann berinterraksi deng
gan pasien. Hanya saja deengan
penggelompokkaan tiga jennis interven
nsi tersebutt mempersuulit residen
n saat
pem
mbuatan evaaluasi khusuusnya mem
mbedakan antara
a respoon pasien dalam
d
mem
menuhi kebbutuhan rassa nyaman
n psikososiaal dan sossiokultural yang
berissiko tinggi terjadi
t overrlap pada in
ntervensi.

mbatan lain yang dirassakan residen dalam menggunaka


Ham m an teori comfort
Kolccaba pada anak
a dengaan peningkaatan suhu tuubuh adalahh pada penilaian
tingkkat kenyam
manan anak dengan men
nggunakan instrumen K
Kolcaba, diimana
instrrumen tidakk bisa digunnakan oleh tingkat usia perkembaangan anak yang
berbbeda-beda, sehingga residen harus
h mam
mpu memillah penggu
unaan
instrrumen terseebut untukk diaplikasikan pada masing-maasing anak yang
berbbeda.

Darii hasil keelolaan kassus utama residen secara


s keseeluruhan proses
p
kepeerawatan teerkait konseep utama teori comfortt Kolcaba tterhadap strruktur
taksonomi yangg telah dibuat residen
n adalah sebbagai berikkut. Reliefe yaitu
suatuu keadaann dimana anak SR belum daapat menem
mukan keeempat
kebuutuhan rasa nyaman seecara spesifi
fik dari dirinnya terkait ttahapan usia dan
statuus neurologisnya yang tidak dapat diungkapkan secara veerbal yang dikaji
d

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
129 
 

padaa pengalam
man terkait kebutuhan
k fisik, psikoospiritual, ssosiokulturaal dan
lingkkungannya.. Ease digaambarkan residen
r sebaagai kesem
mbuhan anaak SR
yangg dapat dilihhat dari konndisi tubuh anak SR yang sudah ttidak mengalami
dem
mam, gambaaran tingkatt kesadaran
n anak comp
mpos mentiss, dan senyu
uman
yangg dianggapp sebagai respon perubahan perilaku anak terh
hadap
kenyyamanan yaang dirasakaan, serta adaanya supporrt dari keluaarga pasien..

Trannscendence dapat dicappai residen melalui lam


ma hari raw
wat pada anaak SR
term
masuk durassi minimal yang tidak
k membutuhhkan waktuu lama, sehingga
menngurangi tinndakan meedis dan menghasilkan
m n kepuasann bagi kelu
uarga
terhaadap pelayanan tenagga kesehatan
n yang berrada di ruaang infeksi anak
RSU
UPN Dr. Cippto Mangunnkusumo.

4.2 Pemb
bahasan Prraktik Speesialis Keperawatan Anak Dalaam Pencap
paian
Targeet
Peraw
wat sebagai salah satu unit
u pemberri pelayanann kesehatan,, sangat berp
peran
dalam
m memperttahankan dan
d memeelihara kennyamanan pasien. Teknik
peraw mbinaan daan pendamppingan pasiien yang sesuai
watan yang tepat, pem s
dengaan kondisi pasien,
p sertaa mempertaahankan keppuasan pasieen selama dalam
d
peraw
watan, meruupakan benttuk pelayan
nan prima yang dapat m
mempertahaankan
atau meningkatka
m an kenyamaanan pasien
n (Supartini,, 2004).

Menuurut Tim Perawat


P Nerrs Spesialiss (2012), kompetensi
k perawat dalam
d
pelaksanaan asuuhan keperaawatan pad
da jenjang Ners diantaranya perrawat
mamppu mengeloola pemerikksaan tand
da-tanda vittal dan maampu meng
gelola
asuhaan keperawaatan dalam upaya
u mempertahankann suhu tubuuh.

Menccermati konndisi tersebuut di atas, maka dipeerlukan peraan perawatt ners


spesiaalis anak untuk
u menggembangkaan profesionnalisme daalam melak
kukan
asuhaan keperawatan pada anak yang
g mengalam
mi peningkaatan suhu tubuh
t
akibatt adanya penyakit innfeksi den
ngan mengggunakan ppendekatan teori
keperrawatan sebaagai keranggka dasar beerfikir yang tepat dan efektif.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
130 
 

Perann keperawaatan pada teori


t comfo
fort ini padda intinya adalah perrawat
mengidentifikasii kebutuhann kenyaman
nan yang tidak
t terpenuhi dari klien,
k
sehinggga berdasaar pengkajiaan tersebut kemudian
k m
menentukan
n desain tind
dakan
comfoort untuk mengatasi
m s
serta mengg
gali hal-hal yang dapaat meningk
katkan
kenyaamanan passien yang mana
m hal in
ni merupakkan outcom
me langsung
g dari
keperrawatan. Penningkatan kenyamanan
k n tersebut beerhubungann secara lang
gsung
dan positif
p dalam
m perilaku mencari pelayanan
p (H
(Health Seeeking Behavviors-
HSBs)). Penerimaa pelayanann kesehatan
n dalam paandangan teeori comforrt ini,
bisa dari
d berbagaai aspek, baaik secara individu,
i keeluarga, kom
munitas maaupun
instituusi. Oleh karena itu perawat perlu
p mem
modifikasi llingkungan dari
berbaagai aspek pasien, kelluarga atau lingkungaan institusi, sehingga dapat
meninngkatkan kenyamanan
k ma pelayanan dengann asumsi klien
n penerim
merassakan kenyyamanan seperti
s umah merreka. Jika hal ini dapat
diru
dikem
mbangkan dan
d dimodiffikasi peraw
wat, maka pencapaian
p ffungsi keseehatan
optim
mal dapat terrcapai.

Jalil (2007), m
menjelaskan
n bahwa pengetahuuan ibu, ketakutan dan
penataalaksanaan anak demaam secara mandiri
m oleeh ibu dapaat mempeng
garuhi
proses pengobataan demam dan kenyam
manan padda anak. Ibuu yang mem
miliki
pengeetahuan tenttang perawaatan anak demam,
d akann melakukaan tindakan yang
tepat untuk menngatasi demam, sepertii memberikkan dosis anntipiretik deengan
benarr, mengukurr suhu denggan termomeeter dan meenciptakan llingkungan yang
man untuk annaknya. Kuurangnya peengetahuan ibu tentangg perawatan anak
nyam
demam
m menyebbabkan merreka melak
kukan terappi yang saalah. Kesaalahan
merekka meliputii pemberiaan antipirettik berlebihhan atau kkurangnya dosis,
d
menyelimuti anaak dengan selimut
s teb
bal, dan meempunyai kkeyakinan bahwa
b
tumbuuh gigi meruupakan pennyebab demaam.

Residden telah meenjalani prakktik spesialis keperawaatan anak seelama 2 sem


mester
di RS
SCM. Selam
ma menjalanni praktik spesialis
s kepperawatan aanak ini, reesiden
melew
wati beberaapa stase ruuang peraw
watan anak,, diantaranyya adalah ruang
r
peraw
watan Non Infeksi,
I Periinatologi daan ruang peerawatan Inffeksi. Pemiinatan

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
131 
 

khusuus yang ressiden pilih adalah kep


perawatan innfeksi anakk yaitu di ruang
r
peraw
watan infekssi Anak IKA
A 1 Gedung
g A RSUPN
N Dr. Cipto Mangunku
usumo
Jakartta.

Dalam
m upaya pencapaiann target kompetensi
k sebagai calon speesialis
keperrawatan anaak, residen keperawataan anak seccara umum
m telah men
ncapai
komppetensi yangg telah ditettapkan, teru
utama menjaalani peran sebagai perrawat
primeer dalam memberikan
m asuhan kep
perawatan pada
p anak ddengan pen
nyakit
infekssi di ruang infeksi
i anakk. Dalam peencapaian taarget kompeetensi ini reesiden
mempperoleh dukkungan olehh pihak maanajemen geedung A R
RSCM dan ruang
r
infekssi anak lantaai 1 dengann memberikaan kesempaatan untuk m
mengelola pasien
p
anak dengan
d pennyakit infekssi.

Kesem
mpatan dallam mengeelola pasien
n ini mem
mbuat mahaasiswa resiidensi
keperrawatan anaak dapat memberikan
m asuhan kepperawatan ppada pasien
n dan
mencaapai beberaapa target yang
y ingin dicapai
d sesuuai dengan kkondisi pen
nyakit
pasienn masing--masing. P
Proses asu
uhan kepeerawatan ddiawali deengan
melakkukan penggkajian, meenentukan masalah keperawatan
k n yang mu
uncul,
menyusun rencaana keperaw
watan, mellakukan tinndakan kepperawatan untuk
u
mengatasi masallah dan meelakukan ev
valuasi terhaadap tindakkan keperaw
watan
yang dilakukan. Asuhan kepperawatan ini
i dilaksannakan dengaan berfokus pada
salah satu teori keperawatan
k n yaitu teorri comfort oleh
o Katharrine Kolcaba dan
berdaasarkan teorri keperaw
watan terseb
but, mahasiiswa resideensi sebelum
mnya
telah mengembaangkan form
mat pengkaajian yang kemudian digunakan pada
setiapp pasien keloolaan.

Kesem
mpatan lainnnya dalam
m mengelolaa pasien di ruang infeeksi anak adalah
a
mahassiswa residdensi keperrawatan anaak dapat berdiskusi laangsung deengan
mahassiswa Progrram Pendidikan Dokterr Spesialis Anak
A (PPDS), ahli gizii, dan
peraw
wat ruang innfeksi anak terkait kon
ndisi pasienn yang dikeelola. Mahasiswa
resideensi keperaw
watan anakk juga mend
dapatkan bim
mbingan daan supervisi dari

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
132 
 

pembimbing akaademik dalaam melaku


ukan asuhann keperawaatan pada pasien
p
kelolaaan selama praktik
p di ruuang infekssi anak.

m memberikkan asuhann keperawattan, mahasiiswa resideensi keperaw


Dalam watan
anak juga
j telah berupaya
b m
memberikan praktik kepperawatan yyang memeegang
prinsiip profesionnal, etis, leegal dan peeka budayaa. Prinsip teersebut dipenuhi
melalui pemberiian asuhan keperawattan yang berfokus
b paada membeerikan
yang terbaik bagi pasienn, mencegaah efek tinndakan kepperawatan yang
meruggikan pasieen, merawaat pasien dengan
d mennjaga privaasi pasien, serta
menghargai dan memberikaan kesempaatan pada keluarga
k unntuk meneraapkan
budayya yang meereka percaayai pada pasien,
p selaama budayya tersebut tidak
memiiliki pengaruuh buruk paada kodisi pasien.
p

Pada penerapannnya, residenn memberik


kan penjelassan pada keeluarga anak
k SR,
memeegang prinssip etik verracity (bicaara jujur daan benar), ddimana kelu
uarga
berhaak menanyakan dan meendapatkan penjelasann tentang koondisi anak yang
sebennarnya, kareena selamaa dilakukan
n perawataan, ibu tidaak tahu ten
ntang
kondiisi anak yanng sebenarnyya dikarenaakan klien adalah
a anak pertama diimana
orangg tua belum mempunyaai pengalamaan dalam mengasuh
m annak.

Selainn itu resideen juga mem


mperhatikan
n prinsip etik
e Non M
Maleficience pada
keluarrga anak RA
A, dimana keluarga
k merasa kecew
wa karena tiidak jadi pu
ulang,
tetapi dokter sehharusnya meeyakinkan keluarga
k bahhwa tanda ggejala ditem
mukan
lebih dini menccegah terjaadinya kond
disi yang lebih buruuk apabila klien
dipulaangkan tetaapi hasil peemeriksaan echocardioografi ternyyata membeerikan
inform
masi kepadda keluarga untuk tetaap tinggal di rumah ssakit. Penerrapan
prinsiip otonomi juga dilakuukan residen
n pada keluuarga anak RA dengan
n cara
membberikan infoormasi yangg dibutuhkaan, sehinggaa keluarga aan RA, sehingga
keluarrga tidak keecewa.

Targeet pencapaiian kompeetensi lainn


nya yang harus dicaapai mahasiswa
resideensi keperaw
watan anak adalah pelaaksanaan prroyek inovaasi yang meenjadi

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
133 
 

targett kompetennsi seorangg perawat sebagai chhange ageent untuk dapat


menerrapkan hall baru dalaam pemberrian peraw
watan pada pasien. Prroyek
inovaasi yang mahasiswa
m residensi keperawattan anak lakukan adalah
a
penguukuran suhhu tubuh yang
y akuraat dengan menggunakkan termom
meter
timpaani. Inovassi ini dippilih oleh residen keperawataan anak untuk
u
diapliikasikan karena
k ruanng infeksii anak masih
m ditem
mukan berragam
termoometer yangg digunakann untuk pem
mantauan taanda-tanda vital suhu tubuh
t
pada anak, beluum mengguunakan term
mometer yang
y akuratt sesuai deengan
evidennce basedd practice. Dalam pelaksanaan
p n target kkompetensi ini,
mahassiswa residdensi kepeerawatan an
nak mendaapat dukunngan dari pihak
p
manajjemen Geddung A RSCM untuk dapat mellaksanakan proyek ino
ovasi.
Bentuuk dukungann yang dibeerikan adalaah berupa biimbingan ddalam memaahami
proses dan tahappan dalam penerapan evidence base
b practicce atau evid
dence
basedd nursing paada pasien, bimbingan dalam mem
milih jurnal--jurnal peneelitian
yang mendukungg penerapann EBP atau
u EBN, serrta persetujuuan pelaksaanaan
proyeek inovasi di ruang infeeksi anak.

Pelakksanaan pennerapan EB
BN di ruan
ng infeksi anak
a yang menjadi prroyek
inovaasi dan targeet pencapaiian kompeteensi mahasiswa resideensi keperaw
watan
anak. Residen mampu
m meenunjukkan bahwa termometer timpani mampu
membberikan hassil yang akkurat, dapatt mendetekksi adanya perubahan suhu
tubuhh lebih cepaat, tidak meenimbulkan trauma padda anak karrena penguk
kuran
dilakuukan dalam
m waktu 1 detik,
d dan tidak
t terjadii penyebaraan infeksi silang
s
karenna termomeeter mengggunakan probe,
p sehhingga kom
mplikasi in
nfeksi
penyaakit yang lebih serius dapat seg
gera dicegahh. Kendala yang ada pada
pelaksanaan inoovasi ini adalah
a tidaak semua pasien koooperatif deengan
pelaksanaan pengukuran suuhu, terutam
ma anak yanng masih keecil, terlalu
u aktif
dan annak yang traauma terhaddap tindakaan invasif.

Secarra umum peelaksanaan dan


d pencapaaian target kompetensi
k i di ruang in
nfeksi
anak oleh resideen telah berrjalan deng
gan baik ataas dukungann banyak pihak.
p
Melallui praktikk spesialis keperawaatan ini, residen
r meendapat baanyak

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
134 
 

pengeetahuan, peengalaman dan


d keteram
mpilan dalaam mengellola pasien anak
terutaama pada paasien anak dengan pen
nyakit infekksi yang berrvariasi di ruang
r
infekssi anak. Residen berupaya untuk mempertahhankan baahkan
mengembangkann lebih lannjut pengettahuan dann keteramppilan di bidang
peraw
watan infekksi anak sebagai suaatu kompettensi khusuus dari seo
orang
spesiaalis keperaw
watan anak.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 5
SIMP
PULAN DA N 
AN SARAN

Bab ini menguraikan


m n kesimpulaan hasil peenerapan teoori comfortt oleh Kath
harine
Kolcaba dalam
d asuhaan keperaw
watan pasien
n anak denggan peningkkatan suhu tubuh
t
di ruang innfeksi anak RSUPN Drr. Cipto Maangunkusum
mo Jakarta.

5.1 Kesim
mpulan
1. Tahaapan asuhaan keperaw
watan menu
urut teori comfort ini diawali deengan
tahaap pengkajiian dengan mengacu pada kebuutuhan rasa nyaman teerkait
penggalaman fissik, psikosppiritual, sossiokultural dan
d lingkunngan. Kemu
udian
tahaap penentuaan masalahh diidentifiikasi berdaasarkan struuktur takso
onomi
mennurut teori comfort Koolcaba. Lan
ngkah selannjutnya pennyusunan tu
ujuan
mpokan inttervensi sessuai dengann diagnosis yang
kepeerawatan daan pengelom
telahh ditegakkaan. Intervennsi yang terrdiri atas inntervensi sttandar/ tehn
nikal,
penddidikan kesehatan/ coaaching dan kenyamanaan jiwa/ com
mforting terrsebut
diim
mplementasiikan sesuaai kelompo
ok. Tahap terakhir adalah evaaluasi
kepeerawatan disusun
d meenggunakan format SOAP (Subbjektif, Objjektif,
Anaalisis dan Planning)
P dengan peedoman tujjuan keperrawatan seebagai
kebeerhasilan/ kegagalan intervenssi keperaw
watan. Peenilaian tin
ngkat
kenyyamanan dilakukan
d dengan menggunakan
m n instrumeent yang telah
disediakan olehh Kolcaba seesuaia deng
gan usia perkkembangann anak.

2. Pem
mberian asuuhan kepeerawatan pada
p lima pasien kkelolaan deengan
peniingkatan suuhu tubuh berdasarkan
b teori comfo
fort oleh Kaatharine Ko
olcaba
secaara umum dapat
d diteraapkan dengaan baik. Teeori comfort oleh Kath
harine
Kolccaba menyyatakan baahwa mem
mberikan raasa nyamaan pada pasien
p
meruupakan tujuuan profesii keperawaatan, dimanna terdapat keyakinan
n rasa
nyam
man akan membantu
m p
proses peny
yembuhan dan
d merupakkan modal dasar
utam
ma dalam memperbaiki
m i kondisi kliien. Perbaikkan kondisi klien tidak
k akan
tercaapai jika kebutuhan akaan rasa nyam
man tidak terpenuhi.

135

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


136 

3. Peraan yang dijalani resideen keperaw


watan anak dalam mem
mberikan assuhan
kepeerawatan merupakan
m salah satu peran sebaagai perawat primer, yaitu
sebaagai praktissi asuhan keperawataan (care giver).
g Dalaam membeerikan
asuhhan keperaawatan, m
mahasiswa residensi keperawattan anak juga
mem
megang prinnsip etik, legal dan peka budayaa sebagai ccerminan prraktik
proffesional seoorang peraw
wat. Peran lainnya yanng juga tellah dilaksan
nakan
adallah peran pendidik,
p addvokat, dan peneliti. Peran
P pendidik dicapaii oleh
mahhasiswa residensi kepeerawatan an
nak dengann melakukaan edukasi pada
keluuarga pasienn, dan diskuusi dengan perawat
p ruanngan secaraa informal. Peran
P
advookat dicapaai dengan pemberian
p informasi yang lengkaap pada kelu
uarga
dan memberikkan yang terbaik serrta menceggah tindakkan yang dapat
meruugikan pasiien. Sedangkan peran peneliti
p dan pembaharuu dicapai melalui
ekspplorasi jurnnal-jurnal peenelitian daan sosialisaasi evidencee based nu
ursing
kepaada perawaat ruang innfeksi anak
k RSUPN Dr. Cipto Mangunku
usumo
Jakaarta.

5.2 Saran
n
1. Bagi pelayanann keperawatan
Dalaam membeerikan asuhan keperaw
watan pada pasien, peerawat mem
miliki
peraan pentingg sebagai pengelola pasien selama
s 24 jam. Melalui
penggembangan teori comfo
fort oleh Kaatharine Kollcaba yang telah diteraapkan
olehh mahasiswaa residensi keperawatan
k n anak, dihaarapkan kennyamanan pasien
p
tetapp terjaga daan instansi pelayanan
p kesehatan
k daapat membeerikan pelay
yanan
yangg terbaik unntuk masyarrakat. Selaiin itu peraw
wat dalam m
menjalani prraktik
kepeerawatannyaa harus berrpegang pad
da prinsip etik,
e legal ddan peka bu
udaya
sebaagai bentuk praktik proofesional.

2. Bagi pendidikann keperawaatan


Resiiden mengeembangkann format peengkajian dengan
d mennggunakan teori
comf
mfort Kolcabba sebagai kerangka dasar yangg efektif dalam pemb
berian
asuhhan keperaw
watan selam
ma praktik residensi
r beerlangsung. Format terrsebut
disuusun untuk memperm
mudah resid
den dalam pendokum
mentasian proses
p

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
137 

asuhhan keperaawatan yaang dilakuk


kan pada pasien ddengan maasalah
peniingkatan suhu tubuh. Dalam
D meneerapkan teoori keperawatan yang sesuai
s
denggan peminaatan yang akkan dipilih oleh mahassiswa resideensi keperaw
watan
anakk, sebaiknyaa teori kepeerawatan yaang akan ditterapkan, dilakukan ujii coba
keeffektifan pennggunaan terrlebih dulu sebelum prraktik resideensi keperaw
watan
anakk dilaksanaakan. Denggan demikiaan, residenn yang akaan menggun
nakan
dapaat lebih efekktif dalam penerapan
p pendokumen
p ntasian asuhhan keperaw
watan
sesuuai dengan kasus-kasuus yang diitemukan pada
p unit perawatan yang
dimiinati oleh mahasiswa
m reesidensi kep
perawatan anak.
a

3. Bagi Ners Spessialis Keperaawatan Anaak


Sebaagai seoranng ners speesialis kepeerawatan annak diharappkan dapat terus
menngembangkaan ilmu dann pengetahuan mereka dibidang
d keeperawatan anak.
Upaaya pengem
mbangan ilm
mu dan peengetahuan tersebut ddapat dilak
kukan
denggan terus mengembaangkan pro
ofesionalism
me sebagaii perawat ners
spessialis keperawatan anaak dengan membuat proyek
p inovvasi berdasarkan
eviddence basedd nursing practice
p un
ntuk meninngkatkan keeterampilan
n dan
berffikir inovatiif, sehinggaa dapat meeningkatkann kualitas ddalam pemb
berian
asuhhan keperaw
watan pada pasien infeeksi anak khhususnya paada anak deengan
peniingkatan suhhu tubuh.

Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

AIPNI. (2011). Standar Pendidikan Ners Indonesia.

Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi


Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDIKI) dan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2012). Draft Naskah
Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan Di Indonesia. Diunduh dari
www.hpeq.dikti.go.id. Pada tanggal 1 Oktober 2013.

Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory utilization and
application. St louis: Elsevier Mosby.

Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge
plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in
febrile children. Sao Paulo Medical Jurnal, 126 (2), 107-111.

Al-Eissa, Y., Al-Sanie, A., Al-Alola, S., Al-Shaalan, M., Ghazal, S. & Al-Harbi,
A. (2000). Parental perception of fever in children. Ann Saudi Med.,
20(3), 202-5.

Annegers, J. F., Hauser, W., Shirts, S. B. & Kurland, L. T. (1987). Factors


prognostic of unprovoked seizures after febrile convulsions. NEJM, (316)
, 493-8.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2011). Laporan pencapaian tujuan


pembangunan millennium di Indonesia 2011. Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional: BAPPENAS.

Badan Pusat Statistik. (2011). Profil statistik kesehatan Indonesia 2011. Jakarta:
BPS.

Badan Pusat Statistik. (2007). Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)
2007. Jakarta: BPS.

Bakashvili, L. Z, Makhviladze, M. A, Pagava, E. K & Pagava, K. I. (2006). Fever


of unknown origin in children and adolescents in Georgia: A review of
52 patients. Georgian Med News, (135), 66-9.

Bakry, B.A., Tumbelaka,A. R, & Chair, I. (2008). Etiologi dan karakteristik


demam berkepanjangan pada anak Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Sari Pediatri, 10(2), 83-88.

Ball, J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. 3rded.
New Jersey: Pearson Education Inc.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Barraf, L. J. (2008). Management of infant and young children with fever without
source. Pediatrics Annals, 37(10), 673-679.

Carpenito, L. J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC.

Chen, W.L. (2005). Nurse’s and parent’s attitudes toward pain management and
parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for
Research, The Queensland University of Technology.

Cogulu O., Koturuglu, G. & Kurugol, Z. (2003). Evaluation 80 children with


prolonged fever. Pediatrics, 45, 564-9.

Crocetti, M., Moghbelli, N., Serwint, J. (2001). Fever phobia revisited: have
parental misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatric,
(107), 1241-6.

Dalal, S. & Zhukovsky, D. S. (2006). Pathophysiology and Management of Fever.


J Support Oncol; (4), 9–16.

Davie, A & Amoore, J. (2010). Best practice in the measurement of body


temperature. Nurs Stand., 24(42), 42-49.

Depkes R.I. (2002). Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan


akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita dalam pelita VI.
Jakarta: Dirjen PPM & PLP.

Dodd, S. R., Lancaster, G. A., Craig, J. V., Smyth, R. L. & Williamson, P. R.


(2006). In a systematic review, infrared ear thermometry for fever
diagnosis in children finds poor sensitivity. J Clin Epidemoiol., 59(4),
354-7.

Doenges, M.E., Moorhause, M.F. & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan : pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Dorland, N. (2008). Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.

Ellis, J. R. & Hartley, C. L. (2008). Nursing in Today’s World: Trends, issues,


and management. 9th Edition. By Wolters Kluwer Health & Lippincott
Williams & Wilkins.

El-Radhi, A. S, Caroll, J., Klein, N. & Abbas, A. (2002). Fever. In: Clinical
manual of fever in children. 9th ed. Berlin: Springer-Verlag.

El-Radhi, A. S. & Barry, W. (2006). Thermometry in paediatric practice. Arch Dis


Child., 91(4), 351-6.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


El-Radhi, A. S., Caroll, J. & Klein, N. Clinical Manual of Fever in Children.
(2009). Springer-Verlag: Berlin Heidelberg.

Finkelstein, J. A., Christiansen, C. L. & Platt, R. (2000). Fever in pediatric


primary care: Occurrence, management and outcome. Pediatrics., (105),
260-6.

Fisher, R. G. & Boyce, T. G. (2005). Fever and shock syndrome. In: Moffet’s
Pediatric infectious disease: A problem-oriented approach. 4th ed. New
York: Lippincott William&Wilkins.

Ganong, W. F. (2002). Pengaturan sentral fungsi visera. In: Buku ajar fisiologi
kedokteran. 20th ed. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11.
Jakarta : EGC.

Harrison, M.T. (2009). Family centered pediatric nursing care: state of the
science. Journal Pediatr Nurs. 25(5), 335-343.

Herlina. (2012). Aplikasi Teori Kenyamanan Pada Asuhan Keperawatan Anak.


Bina Widya, 23(4), 191-197.

Hockenberry & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis:


Mosby Yearbook.

Hockenberry. (2012). Clinical Manual of Pediatric Nursing. 8th ed. St. Louis
Missauri: Elvier Mosby.

HPEQ Project. (2010). Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu.

International Council of Nurses. (2003). ICN Framework of Competencies for the


Generalis Nurse. Geneva.

International Council of Nurses. (2008). Nursing Continuum Framework and


Competencies. ICN Regulation Series.

Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge,
feras and self-management of fever: A cross-sectional study from the
capital governorate in Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39 (4), 349-354.

Jefferies, S., Weatherall, M., Young, P. & Beasley R. (2011). A Systematic


review of the accuracy of peripheral thermometry in estimating core
temperatures among febrile critically ill patients. Crit Care Resusc.,
13(3), 194-9.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Joseph, A. & Ulrich, R. (2007). Sounth control for improved outcomes in
healthcare setting. Diunduh dari http://www.healthdesign.org, tanggal 1
Oktober 2013.

Judith M. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC,
ed. 7. Jakarta: EGC.

Kania N. (2010). Penatalaksanaan demam pada anak. Available at:


http://hiperkes.com/pdf/nia-kania-penatalaksanaan-demam.html. [Last
access: 1 Oktober 2013].

Katzung, B. G. (2002). Obat-obat anti inflamasi non steroid, obat-obat rematik


pemodifikasi penyakit, analgesic nonopioid dan obat-obat untuk pirai.
In: Farmakologi dasar dan klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika.

Kayman, H. (2003). Management of fever: making evidence-based decision. Clin


Pediatr J. 43, 383.

Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S. & Kashani, L. (2012). Music and
anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and Diagnostic
Research, 6(1), 94-96.

Kelly, G. S. (2007). Body temperature variability (Part 2): masking influences of


body temperature variability and a review of body temperature variability
in disease. Altern Med Rev, 12(1), 49-62.

Kepmendiknas Nomor 045. (2002). Kurikulum Inti Perguruan Tinggi.

Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care
and research. New York: Springer Publishing Company.

Kolcaba, K. & Dimarco, M. (2005). Comfort theory and its application to


pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3). Diunduh dari
www.proquest.com tanggal 1 Oktober 2013.

Kozier, Berman & Snyder. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses & praktik. (Ed.7). Jakarta: EGC.

Kristension, I., Shields, L. & O’Challaghan, M. (2003). An examination of the


needs of parents of hospitalized children: Comparing parents’ and staff’s
perceptions. Scand J Caring Sci. 17, 176-184.

Lau, A. S., Uba, A. & Lehman, D. (2002). Infectious disease. In: Rudolph’s
fundamental of pediatrics. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.

Laupland, K.B. (2009). Fever in the critically ill medical patient. Critical care
medical, 37(7), 273-278.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Lee, G. M., Freidman, J. F., Ross-Degnan, D., Hibberd, P. L. & Goldmann, D. A.
(2003). Misconception about colds and predictors of health service
utilization. Pediatrics, (111), 231-6.

Luszczak M. (2001). Evaluation and management of infants and young children


with fever. Am Fam Phys., 64, 1219-26.

Mackowiak, P.A., Wasserman, M. S. & Levine, M. (2007). A critical appraisal of


98.6 degrees F, the upper limit of the normal body temperature, and other
legacies of Carl Reinhold August Wunderlich. JAMA, 268 (12), 1578-
1580.

Mahar, A. F., Allen, S.J., Milligan, P., Suthumnirund, S., Chotpitayasunondh, T.


(1994). Tepid sponge to reduce temperature in febrile children in a
tropical climate. Clinical Pediatric, 33(4), 227-231.

March, A. & Dianne, M. (2009). Nursing Theory-Directed Healthcare: Modifying


Kolcaba's Comfort Theory as an Institution-Wide Approach. Holistic
Nursing Practice, 23(2), 75-80.

McCarthy, P. L. (1997). Fever in infants and children. In: Fever basic mechanism
and management. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.

Mouaket, A. E., El-Ghanim, M. M, Abd-el-Al, Y. K., Al-Quod., N. (1990).


Prolonged unexplained pyrexia: A review of 221 paediatric cases from
Kuwait. Infection, (18), 226-9.

Nusing Diagnosis Definitions and Classification (NANDA). (2006). Panduan


Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.

Nelwan, R. H. H. (2006). Demam: Tipe dan pendekatan. In: Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.

Neto, G. (2004). Evidence-based pediatrics and child health. BMJ.

Newman, J. (1985). Evaluation of sponging to reduce body temperature in febrile


children. Can Med Assoc J., 132, 641-2.

Oshikoya, K. & Senbajo, I. (2008). Fever in children: mother’s perceptions and


their home management. Iran J Pediatr., 18 (3), 229-36.
Palazzi, D. L., Feigin, R. D., Cherry, J. D., Demmler, G. J. & Kaplan, S. L.
(2009). Textbook of Pediatric, infectious diseases. Edisi ke-6.
Philadelphia: Elsevier.

Park, H. S., Im, S. J. & Park S. E. (2006). Investigation of causes of FUO (Fever
of unknown origin) in children. Korean J Pediatr, 49, 1282-86 [abstrak].

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Paul, A. (1996). Analgesic, antipyretic and antiinflamatory agent and drugs
employed in the treatment of gout. In: Goodman and Gilman is the
pharmacological basis of theurepeutics. 9th ed. Philadelphia: McGraw-
Hill.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2005). Standar Kompetensi


Perawat Indonesia. Dipublikasi oleh bidang Organisasi PP-PPNI.
Diunduh dari http://www.inna-ppni.or.id. Tanggal 1 Oktober 2013.

Peraturan Presiden Nomor 8. (2012). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Peterson, S. J. & Bredow, T. S. (2004). Middle Ranges Theories Application to


Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Pizzo, P. A., Lovejoy, F. H. & Smith, D. H. (1975). Prolonged fever in children:


review of 100 cases. Pediatrics, 55, 468-73.

Plaisance, K. I. & Mackowiak, P. A. (2000). Antipyretic therapy: Physiologic


rational, diagnostic implication, and clinical consequences. Arch
International Medical, (160), 449-456.

Plipat, N., Hakim, S. & Ahrens, W. R. (2002). The febrile child. In: Pediatric
emergency medicine. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.

Potter, P. A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing consept: proses and
practice. Philadelphia: Mosby. Inc.

Potter, P. A., & Perry, A.G. (2010). Fundamentals of nursing: fundamental


keperawatan; buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2010). Standar Profesi Perawat Indonesia.

Putra, S.T. (2005). Psikoneuroimunologi kedokteran. Graha masyarakat ilmiah


kedokteran (GRAMIK). Surabaya: FK Unair-RSU Dr. Sutomo.

Schmitt, B. D. (1984). Fever in childhood. Pediatrics, 74, 929-36.

Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young
children. American Journal Emergency Medical, 15 (2), 188-192.

Sherwood, L. (2001). Keseimbangan energy dan pengaturan suhu. In: Fisiologi


manusia dari sel ke sistem. 4th ed. Jakarta: EGC.

Sitzman, K. L. & Eichelberger, L.W. (2011). Understanding the work of nurse


theorist: a creative beginning. Ed 2nd. Ontario: Jones and Bartlett
Publisher.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Stein, R. E. K., Zitner, L. E. & Jensen, P. S. (2008). Interventions for adolescent
depression in primary care. Official Journal of the American Academy of
Pediatric, (118), 669-682.

Soedjatmiko. (2005). Penanganan demam pada anak secara professional. In:


Pendidikan kedokteran berkelanjutan ilmu kesehatan anak XLVII. 1st ed.
Jakarta: FKUI-RSCM.

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Editor : Monica
Ester. Jakarta: EGC.

Susan, B. (2011). Emergency Nursing Resource: Non-invasive temperature


measurement in the emergency departement. Journal of Emergency
Nursing, 38(2), 523-530.

Susan, C. (2011). First Aid & Emergencies. Medical Healthwise,


http://firstaid.webmd.com/body-temperature diunduh tanggal 28
September 2013.

Thomas, S. Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P. D. & Antonisamy, B. (2009).


Comparative effectiveness of tepis sponge and antipyretic drug versus
only antipyretic drug in management of fever among children: A
randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 46(2), 133-136.

Thompson, H. J., Kirkness, C. J. & Mitchell, P. H. (2007). Intensive care unit


management of fever following traumatic brain injury. Intensive Critical
Care Nursing, 23(2), 91-96.

Tortora, J.T. & Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology.
(9th ed.). Toronto.

Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians
need to know. International Pediatrics, 20(2), 95-102.

Victor, N., Vinci, R. J. & Lovejoy, F. H. (1994). Fever in children. Pediatr Rev.,
15, 127-34.

Walsh, A.M. (2008). Fever management for children. The Australian Journal of
Pharmacy, 89, 66-69.
Wilmana, P. F. & Gan, S. G. (2007). Analgesik, antipiretik, anti inflamasi
nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. In: Farmakologi dan terapi.
5th ed. Jakarta: Gaya Baru.

Wong, D. L., dkk. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatric. Vol 1. Jakarta:
EGC.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA

I. DATA BIOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama Klien : ……………………………………………………..
Jenis Kelamin : ……………………………………………………..
Tgl Lahir/usia : ……………………………………………………..
Tgl Masuk RS : ……………………………………………………..
Tgl Masuk Ruangan : ……………………………………………………..
Tgl Pengkajian : ……………………………………………………..
No. Register : ……………………………………………………..
Diagnosa Medis : ……………………………………………………..

B. Identitas Penanggungjawab
Nama : ……………………………..………………
Pendidikan : ……………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………..
Hubungan dengan pasien : ……………………………………………..
Alamat Rumah : ……………………………………………..

II. Gambaran Umum Pasien


A. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama:
……………………………………………………………………………
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
……………………………………………………………………………
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
……………………………………………………………………………
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
……………………………………………………………………………
5. Riwayat Kelahiran:
……………………………………………………………………………
6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan:
…………………………………………………………………………..
7. Riwayat Imunisasi:
……………………………………………………………………………
8. Riwayat Nutrisi:
……………………………………………………………………………
9. Diagnosa Medis:
……………………………………………………………………………

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


B. Pengkajian Kenyamanan Fisik (Physical Comfort)
1. Kondisi Umum
a. Keadaan umum : ……………………..………………
b. Tingkat kesadaran : …………………..…………………
c. Glasgow Coma Scale (GCS) : ……………………………………..
1) Eye: …………………………………………………………………..
2) Motorik: ……………………………………………………………...
3) Verbal: ……………………………………………………………….
d. Skala Risiko Jatuh : ……………………………………..
1) Jenis Risiko Jatuh : [ ] Rendah [ ] Sedang [ ] Tinggi
2. Tanda-tanda vital
a. Berat badan : ……………………………………..
b. Tinggi badan : ……………………………………..
c. Tekanan darah : ……………………………………..
d. Nadi : ……………………………………..
e. Frekuensi napas : ……………………………………..
f. Suhu tubuh : ……………………………………..
3. Nyeri (Pain Relief)
a. Keluhan nyeri : [ ] Ya [ ] Tidak
b. Lokasi : ……………………………………..
c. Skala nyeri (FLACC) : ……………………………………..
d. Durasi nyeri : ……………………………………..
e. Kualitas nyeri : ……………………………………..
4. Pencernaan (Reguler Bowel Function)
a. Muntah : [ ] Tidak [ ] Ya, Frekuensi: ………………
b. Bising usus : ………………………………….. x / menit
c. Diare : [ ] Tidak [ ] Ya Frekuensi: ……………
d. Konsistensi feses : [ ] Lunak [ ] Cair [ ] Lendir [ ] Darah
e. Warna feses : [ ] Hijau [ ] Kuning [ ] Lainnya
f. Konstipasi : [ ] Tidak [ ] Ya
5. Cairan dan Elektrolit (Fluid and electrolyte balance)
g. Turgor kulit : [ ] Elastis [ ] Kurang elastis
a. Membran Mukosa : [ ] Lembab [ ] Kering
b. Edema : [ ] Ya [ ] Tidak
c. Intake : …………………..…………………………
d. Output : ……………………………………………..
e. Urin/BAK : [ ] genetalia [ ] pampers [ ] kateter
f. Hasil laboratorium :
……………………………………………………………………………
6. Oksigenasi (Adequate oxygen saturation)
a. Jalan nafas : [ ] Bersih [ ] Ada sumbatan : ……………...
b. Pernafasan : [ ] Tidak sesak [ ] Sesak

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


c. Penggunaan otot bantu nafas : [ ] Tidak [ ] Ya
d. Irama : [ ] Tidak Teratur [ ] Teratur
1) Jenis pernafasan : ……………………………………………..
2) Kedalaman : [ ] Dalam [ ] Dangkal
e. Batuk : [ ] Tidak [ ] Ya,(produktif/tidak produktif)
1) Sputum : [ ] Tidak [ ] Ya, (putih/kuning/hijau)
2) Konsistensi : [ ] Kental [ ] Encer
3) Terdapat darah : [ ] Tidak [ ] Ya
f. Suara nafas : [ ] Vesikuler [ ] Ronkhi
[ ] Wheezing [ ] Rales
g. Nyeri saat nafas : [ ] Tidak [ ] Ya
h. Alat bantu nafas : [ ] Tidak [ ] Ya
1) Saturasi Oksigen :
7. Aktifitas dan Gerak (Turning and positioning)
a. Keterbatasan pergerakan : [ ] Tidak [ ] Ya
b. Fraktur : [ ] Tidak [ ] Ya
1) Lokasi : …………………………………………..
c. Ekstrimitas : [ ] Normal [ ] Spastis [ ]Parese
d. Skala Barthel Indeks : …………..………………………………
e. Skala Norton : …………………………………………..

C. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual (Psikospiritual Comfort)


1. Kondisi anak : [ ] Tenang [ ] Rewel [ ] Cemas
a. Masalah yang diungkapkan anak:
…………………………………………………………………………..
b. Cara anak menyelesaikan masalah:
…………………………………………………………………………..
c. Aktifitas keagamaan yang dilakukan:
…………………………………………………………………………..
d. Harapan setelah menjalani perawatan:
…………………………………………………………………………..
2. Kondisi orang tua : [ ] Tenang [ ] Cemas [ ] Panik
a. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga:
………………………………………………………………………......
b. Harapan keluarga setelah anak menjalani perawatan:
…………………………………………………………………………..
c. Aktifitas keagamaan selama mendampingi anak:
…………………………………………………………………………..

D. Pengkajian Kenyamanan Sosial (Social Comfort)


1. Orang terdekat dengan pasien dalam rumah :
[ ] Ibu [ ] Ayah [ ] Kakak [ ] Adik [ ] Pengasuh

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


2. Hubungan dengan keluarga:
……………………………………………………………………………
3. Hubungan dengan teman bermain :
……………………………………………………………………………
4. Interaksi anak terhadap teman di lingkungan RS: [ ] Aktif [ ] Pasif
5. Pengetahuan keluarga terhadap penyakit/kondisi anak:
[ ] Baik [ ] Cukup [ ] Kurang
6. Informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga:
………………………………………………………………………….

E. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan (Environment Comfort)


1. Yang dirasakan pasien dan keluarga terhadap lingkungan :
…………………………………………………………………………....
2. Keramaian pengunjung : [ ] Tenang [ ] Ramai
3. Kebersihan kamar : [ ] Bersih [ ] Cukup [ ] Kotor
4. Suhu lingkungan : [ ] Dingin [ ] Cukup [ ] Panas
5. Pencahayaan : [ ] Terang [ ] Remang-remang [ ] Gelap
6. Ventilasi udara : [ ] Ada [ ] Tidak ada
7. Pembatas/sekat ruang : [ ] Ada [ ] Tidak ada
8. Dekorasi ruangan : [ ] Menarik [ ] Tidak menarik
9. Ruang bermain : [ ] Ada [ ] Tidak ada
10. Alat permainan : [ ] Ada [ ] Tidak ada

Tanggal…………….. jam ……. WIB

Perawat yang melengkapi, Perawat yang melakukan pengkajian,

( ) ( )

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR 
RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK I 
 
Pembimbing 
Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An. 
 
 

 
 
Oleh : 
TRI SAKTI WIDYANINGSIH  
1006834095 
 
 
 
PROGRAM NERS SPESIALIS 
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK 
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 
2013 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR 
RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK I 

 
Oleh : 
TRI SAKTI WIDYANINGSIH  
1006834095 
 
 
PROGRAM NERS SPESIALIS 
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK 
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 
2013 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR RESIDENSI 1 KEPERAWATAN ANAK  

 
Nama Mahasiswa    : Tri Sakti Widyaningsih 
NPM        : 1006834095 
Tempat Praktik    : RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta  
Mata Ajar      : Residensi Keperawatan Anak I 

No.  Tujuan Pembelajaran  Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi  Metoda  Waktu  Bukti Pembelajaran 


Pembelajaran 
1.  Mahasiswa mampu memberikan  Menggunakan proses keperawatan dalam  • Anamnesa  25 Feb – 5 April  • Laporan kasus dalam 
asuhan keperawatan pada anak  menyelesaikan masalah klien anak  • Pemeriksaan fisik  2013  bentuk log book (2 
dengan penyakit non infeksi pada  dengan penyakit non infeksi pada  • Pemeriksaan  laporan kasus) 
berbagai tingkat perkembangan  berbagai tingkat perkembangan dalam  penunjang  • Catatan 
dalam konteks keluarga   konteks keluarga, meliputi :  • Rekam medis klien  keperawatan klien di 
  1. Melakukan pengkajian:  • Diskusi kasus  ruangan 
a. Riwayat penyakit sekarang,  • Jurnal terkait  • Lampiran jurnal 
Riwayat penyakit dahulu, riwayat  evidence based  terkait kasus 
keluarga, riwayat tumbuh  practice  • SAP pendidikan 
kembang    kesehatan 
b. Pemeriksaan fisik head to toe,    • Laporan target 
tanda vital dan antropometri    pencapaian 
c. Pemeriksaan penunjang  keterampilan 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan: 
a. Menginterpretasi data 
pengkajian 
b. Merumuskan diagnosa 
keperawatan 
c. Menentukan prioritas masalah 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


keperawatan berdasarkan 
diagnosa keperawatan 
3. Menyusun rencana asuhan 
keperawatan 
a. Membuat tujuan asuhan 
keperawatan yang ingin dicapai 
b. Menentukan intervensi sesuai 
dengan masalah keperawatan 
yang dirumuskan dan rasional 
dari setiap intervensi yang akan 
dilakukan untuk mencapai 
tujuan 
c. Monitoring dan kolaborasi 
d. Membuat rancangan pendidikan 
kesehatan bagi klien dan 
keluarga 
e. Mengembangkan program 
bermain 
4. Melakukan intervensi keperawatan 
sesuai rencana:  
a. Memberikan perawatan fisik dan 
kebutuhan dasar 
b. Memberikan obat‐obatan  
c. Melakukan bimbingan 
pemberian nutrisi 
d. Monitoring dan kolaborasi 
e. Memberikan pendidikan 
kesehatan pada klien dan 
keluarga 
f. Melaksanakan program bermain 
pada anak 
g. Menciptakan dan 
mempertahankan lingkungan 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


yang aman 
h. Melaksanakan setiap intervensi 
dengan memperhatikan prinsip 
atraumatic care 
i. Melakukan pendokumentasian 
untuk setiap intervensi yang 
dilakukan 
5. Mengevaluasi rencana asuhan 
keperawatan yang diberikan dengan 
menganalisa pencapaian tujuan 
asuhan keperawatan yang sudah 
ditetapkan sebelumnya 
 
2.  Mahasiswa mampu membuat  1. Melakukan pengkajian terkait  • Membuat  25 Feb – 5 April  • Kuesioner/format 
proyek inovasi dalam usaha  permasalahan asuhan keperawatan  kuesioner/format  2013  pengkajian proyek 
peningkatan kualitas asuhan  2. Menganalisa dan merumuskan data  pengkajian  inovasi 
keperawatan  terkait  permasalahan asuhan  • Wawancara   • Proposal proyek 
  keperawatan  • Presentasi   inovasi 
3. Membuat rencana proyek strategis  • Membuat proposal  • Laporan 
dalam penyelesaian permasalahan  kegiatan  pelaksanaan proyek 
asuhan keperawatan  • Diskusi dan  inovasi 
4. Melaksanakan proyek inovasi terkait  Konsultasi proyek 
asuhan keperawatan  inovasi 
5. Mengevaluasi hasil pelaksanaan 
proyek inovasi asuhan keperawatan 
 
3.  Mahasiswa mampu memberikan  Menggunakan proses keperawatan dalam  • Anamnesa  8 April‐3 Mei  • Laporan kasus dalam 
asuhan keperawatan pada anak  menyelesaikan masalah klien anak  • Pemeriksaan fisik  2013  bentuk log book (1 
dengan masalah Bayi Baru lahir  dengan masalah Bayi Baru Lahir  • Pemeriksaan    laporan) 
(Neonatus)   (Neonatus), meliputi :  penunjang  • Catatan 
  1. Melakukan pengkajian:  • Rekam medis klien  keperawatan klien di 
a. Riwayat penyakit sekarang,  • Diskusi kasus  ruangan 
Riwayat penyakit dahulu,  • Jurnal terkait  • Lampiran jurnal 

4
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
riwayat keluarga, riwayat  evidence based  terkait kasus 
tumbuh kembang  practice  • SAP pendidikan 
b. Pemeriksaan fisik head to toe,    kesehatan 
tanda vital dan antropometri    • Laporan target 
c. Pemeriksaan penunjang    pencapaian 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:  keterampilan 
a. Menginterpretasi data 
pengkajian 
b. Merumuskan diagnosa 
keperawatan 
c. Menentukan prioritas masalah 
keperawatan berdasarkan 
diagnosa keperawatan 
3. Menyusun rencana asuhan 
keperawatan 
a. Membuat tujuan asuhan 
keperawatan yang ingin dicapai 
b. Menentukan intervensi sesuai 
dengan masalah keperawatan 
yang dirumuskan dan rasional 
dari setiap intervensi yang akan 
dilakukan untuk mencapai 
tujuan 
c. Monitoring dan kolaborasi 
d. Membuat rancangan pendidikan 
kesehatan bagi klien dan 
keluarga 
e. Mengembangkan program 
bermain 
4. Melakukan intervensi keperawatan 
sesuai rencana:  
a. Memberikan perawatan fisik dan 
kebutuhan dasar 

5
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Memberikan obat‐obatan  
c. Melakukan bimbingan 
pemberian nutrisi 
d. Monitoring dan kolaborasi 
e. Memberikan pendidikan 
kesehatan pada klien dan 
keluarga 
f. Melaksanakan program bermain 
pada anak 
g. Menciptakan dan 
mempertahankan lingkungan 
yang aman 
h. Melaksanakan setiap intervensi 
dengan memperhatikan prinsip 
atraumatic care 
i. Melakukan pendokumentasian 
untuk setiap intervensi yang 
dilakukan 
5. Mengevaluasi rencana asuhan 
keperawatan yang diberikan dengan 
menganalisa pencapaian tujuan 
asuhan keperawatan yang sudah 
ditetapkan sebelumnya 
4.  Mahasiswa mampu memberikan  Menggunakan proses keperawatan dalam  • Anamnesa  20 Mei‐28 Juni  • Laporan kasus dalam 
asuhan keperawatan pada anak  menyelesaikan masalah klien anak  • Pemeriksaan fisik  2013  bentuk log book (2 
dengan penyakit infeksi pada  dengan penyakit infeksi pada berbagai  • Pemeriksaan  laporan kasus) 
berbagai tingkat perkembangan  tingkat perkembangan dalam konteks  penunjang  • Catatan 
dalam konteks keluarga   keluarga, meliputi :  • Rekam medis klien  keperawatan klien di 
  1. Melakukan pengkajian:  • Diskusi kasus  ruangan 
a. Riwayat penyakit sekarang,  • Jurnal terkait  • Lampiran jurnal 
Riwayat penyakit dahulu,  evidence based  terkait kasus 
riwayat keluarga, riwayat  practice  • SAP pendidikan 
tumbuh kembang    kesehatan 

6
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Pemeriksaan fisik head to toe,    • Laporan target 
tanda vital dan antropometri    pencapaian 
c. Pemeriksaan penunjang  keterampilan 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan: 
a. Menginterpretasi data 
pengkajian 
b. Merumuskan diagnosa 
keperawatan 
c. Menentukan prioritas masalah 
keperawatan berdasarkan 
diagnosa keperawatan 
3. Menyusun rencana asuhan 
keperawatan 
a. Membuat tujuan asuhan 
keperawatan yang ingin dicapai 
b. Menentukan intervensi sesuai 
dengan masalah keperawatan 
yang dirumuskan dan rasional 
dari setiap intervensi yang akan 
dilakukan untuk mencapai 
tujuan 
c. Monitoring dan kolaborasi 
d. Membuat rancangan pendidikan 
kesehatan bagi klien dan 
keluarga 
e. Mengembangkan program 
bermain 
4. Melakukan intervensi keperawatan 
sesuai rencana:  
a. Memberikan perawatan fisik 
dan kebutuhan dasar 
b. Memberikan obat‐obatan  
c. Melakukan bimbingan 

7
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pemberian nutrisi 
d. Monitoring dan kolaborasi 
e. Memberikan pendidikan 
kesehatan pada klien dan 
keluarga 
f. Melaksanakan program bermain 
pada anak 
g. Menciptakan dan 
mempertahankan lingkungan 
yang aman 
h. Melaksanakan setiap intervensi 
dengan memperhatikan prinsip 
atraumatic care 
i. Melakukan pendokumentasian 
untuk setiap intervensi yang 
dilakukan 
5. Mengevaluasi rencana asuhan 
keperawatan yang diberikan dengan 
menganalisa pencapaian tujuan 
asuhan keperawatan yang sudah 
ditetapkan sebelumnya 
Depok,      Februari  2013  

             Mengetahui Pembimbing                                                            Mahasiswa 

                  ( Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An. )                          Tri Sakti Widyaningsih 

              NPM : 1006834095 

8
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR 
RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK II 
 
Pembimbing 
Nani Nurhaeni, MN. 
Elfi Syahreni, Ns. Sp. Kep. An 
 
 
 

 
 
Oleh : 
TRI SAKTI WIDYANINGSIH  
1006834095 
 
 
 
PROGRAM NERS SPESIALIS 
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK 
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 
2013 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR 
RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK II 

 
Oleh : 
TRI SAKTI WIDYANINGSIH  
1006834095 
 
 
PROGRAM NERS SPESIALIS 
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK 
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 
2013 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR RESIDENSI II KEPERAWATAN ANAK  
Nama Mahasiswa    : Tri Sakti Widyaningsih 
NPM        : 1006834095 
Tempat Praktik    : RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta  
Mata Ajar      : Residensi Keperawatan Anak II 
No.  Tujuan Pembelajaran  Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi  Metoda  Waktu  Bukti Pembelajaran 
Pembelajaran 
1.  Mahasiswa  mampumemberikan  Melaksanakan  asuhan  keperawatan  1. Anamnesa  9 September‐6  1. Laporan kasus dalam 
asuhan  keperawatan  pada  anak  dengan mengaplikasikan  2. Pemeriksaan fisik  Desember 2013  bentuk log book (2 
dengan  penyakit  Infeksi  yaitu:  Teori keperawatan comfort Kolcaba, pada  3. Pemeriksaan  laporan kasus) 
infeksi  respirasi,  gangguan  anak dengan masalah:  penunjang  2. Catatan 
keseimbangan  cairan,  HIV/AIDS,  A. PNEUMONIA  4. Rekam medis klien  keperawatan klien di 
infeksi saluran kemih, infeksi saluran  1. Melaksanakan  pengkajian  dengan  5. Diskusi kasus  ruangan 
cerna,  infeksi  persyarafan  dan  anak  prinsip comfort:  6. Jurnal terkait  3. Lampiran jurnal 
yang mengalami demam dengue.  a. Kebutuhan  rasa  nyaman  fisik:  batuk  evidence based  terkait kasus 
non  produktif,  dispnea,  adanya  practice  4. SAP pendidikan 
retraksi  dinding  dada,  pernafasan    kesehatan 
cuping hidung, takipnea dengan RR>    5. Laporan target 
70x/mnt,  sianosis,  adanya  suara    pencapaian 
ronchi, anak tampak lemah dan lesu,  keterampilan 
nafsu makan menurun, sulit minum. 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  pemeriksaan 
laboratorium  analisa  gas  darah, 
batuk efektif, manajemen fisioterapi 
dada. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan 
orang  tua,  saudara  dan  teman 
sebaya. 
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


ketakutan terhadap pengobatan dan 
prosedur yang dilakukan, lingkungan 
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan: 
a. Pola nafas tidak efektif 
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan 
c. Kekurangan volume cairan 
d. Intoleransi aktifitas 
e. Cemas 
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan: 
a. Pemberian posisi yang nyaman 
b. Pemantauan  tanda‐tanda  vital  dan 
suara nafas secara teratur. 
c. Pemberian nutrisi adekuat 
d. Pencegahan  dehidrasi  dengan 
pemberian  cairan  intravena  selama 
fase akut. 
e. Monitoring dan kolaborasi. 
f. Lakukan  manajemen  ansietas  dan 
ketakutan dengan terapi bermain 
g. Pendidikan  kesehatan  pada  orang 
tua 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana:  
a. Menciptakan  lingkungan  yang 
nyaman  
b. Mengembangkan  program  bermain 
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasif  
c. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


fisioterapis dan dokter  
d. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intra muskuler, dan intravena) 
e. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
f. Menggunakan  komunikasi 
therapeutik  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan. 
g. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap tindakan keperawatan yang 
dilaksanakan perawat 
h. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
i. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan: 
a. Pola nafas efektif 
b. Kebutuhan  nutrisi  dan  cairan 
terpenuhi secara adekuat 
c. Istirahat dan tidur dengan tenang. 
d. Cemas berkurang 
e. Orang tua selalu mendampingi anak. 
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 
7. Mengidentifikasi  etik  dan  legal 
praktik  keperawatan  anak  dalam 
pelayanan keperawatan 
B. DIARE 

4
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
1. Melaksanakan  pengkajian  dengan 
prinsip comfort: 
a. Kebutuhan  rasa  nyaman  fisik: 
keadaan umum lemah, berkurangnya 
haluaran  urine,  berat  badan 
menurun,  membrane  mukosa  kering, 
turgor kulit jelek, ubun‐ubun cekung, 
kulit  pucat  dingin  serta  kering, 
riwayat  mengkonsumsi  makanan 
terkontaminasi. 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  melakukan  rendam 
duduk  untuk  kulit  kemerahan  di 
sekitar anus. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan  orang 
tua, saudara dan teman sebaya, tidak 
bisa bermain 
d. Kebutuhan  rasa  nyaman  lingkungan: 
ketakutan  terhadap  pengobatan  dan 
prosedur  yang  dilakukan,  lingkungan 
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:  
a. Kekurangan volume cairan 
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan 
c. Risiko menularkan infeksi 
d. Kerusakan integritas kulit 
e. Ansietas 
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan:  
a. Pemberian cairan rehidrasi 
b. Pemberian nutrisi adekuat 
c. Tindakan  pencegahan  penularan 

5
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
infeksi 
d. Perawatan kulit di sekitar anus 
e. Pendidikan  kesehatan  yang  benar 
tentang perawatan anak diare. 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana:  
a. Memonitor intake dan output klien 
b. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intramuskuler, dan intravena) 
c. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
d. Mengembangkan  program  bermain 
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasive 
e. Menggunakan  komunikasi 
therapeutik  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan 
f. Menciptakan  dan  mempertahankan 
lingkungan yang nyaman 
g. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
h. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
i. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap  tindakan keperawatan yang 
dilaksanakan perawat 
j. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 
lain dokter dan ahli gizi. 
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 

6
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan:  
a. Mempertahankan hidrasi adekuat. 
b. Mendapatkan  nutrisi  adekuat  sesuai 
program  dan  memperlihatkan 
peningkatan BB . 
c. Mencegah penyebaran Infeksi  
d. Mencegah  adanya  kerusakan 
integritas  kulit  di  daerah  perianal 
seperti kemerahan atau lecet. 
e. Meminimalkan  tanda  distress  fisik 
atau  emosional  orang  tua  yang 
berpartisipasi dalam perawatan. 
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 
7. Mengidentifikasi  etik  dan  legal 
praktik  keperawatan  anak  dalam 
pelayanan keperawatan 
C. HIV AIDS 
1. Melaksanakan  pengkajian  dengan 
prinsip comfort: 
a. Kebutuhan  rasa  nyaman  fisik: 
demam, lemas, penurunan berat 
badan,  diare  kronis,  perdarahan, 
sesak nafas. 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  memberikan  terapi 
madu  pada  mukosa  mulut  yang 
kering. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan  orang 
tua, saudara dan  teman sebaya, tidak 

7
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
bisa bermain 
d. Kebutuhan  rasa  nyaman  lingkungan: 
ketakutan  terhadap  pengobatan  dan 
prosedur  yang  dilakukan,  lingkungan 
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:  
a. Risiko penyebaran infeksi 
b. Risiko kekurangan volume cairan 
c. Perubahan  nutrisi  kurang  dari 
kebutuhan 
d. Nyeri 
e. Perubahan membrane mukosa oral 
f. Intoleransi aktifitas 
g. Risiko  perubahan  pertumbuhan  dan 
perkembangan 
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan:  
a. Pencegahan  penyebaran  infeksi 
dengan meberikan kamar khusus 
b. Monitoring dan kolaborasi 
c. Pemberian cairan adekuat 
d. Pemberian nutrisi adekuat 
e. Ajarkan manajemen nyeri 
f. Penangangan kerusakan mukosa 
g. Bantuan pemenuhan ADL 
h. Pemantauan  dan  dukungan  tumbuh 
kembang 
i. Pendidikan kesehatan pada orang tua 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana: 
a. Memberikan kamar khusus 
b. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intramuskuler, dan intravena) 

8
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
c. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
d. Mengembangkan  program  bermain 
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasive 
e. Menggunakan  komunikasi 
therapeutic  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan 
f. Menciptakan  dan  mempertahankan 
lingkungan yang nyaman 
g. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
h. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
i. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap tindakan keperawatan yang 
dilaksanakan perawat 
j. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 
lain:  dokter  dan  klinik  tumbuh 
kembang. 
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan : 
a. Tidak  menunjukkan  tanda‐tanda 
penyebaran infeksi 
b. Tidak  menunjukkan  tanda‐tanda 
kekurangan volume cairan 
c. Nutrisi  dan  cairan  terpenuhi  sesuai 
kebutuhan 

9
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri 
e. Kebutuhan ADL terpenuhi 
f. Menunjukkan  tumbuh  kembang 
sesuai tahapan usia 
g. Orang  tua  berpartisipasi  dalam 
perawatan anak 
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 
7. Mengidentifikasi  etik  dan  legal 
praktik  keperawatan  anak  dalam 
pelayanan keperawatan 
D. GAGAL GINJAL AKUT 
1. Melaksanakan  pengkajian  dengan 
prinsip comfort: 
a. Kebutuhan  rasa  nyaman  fisik:  nyeri, 
demam,  reaksi  syok,  atau  gejala  dari 
penyakit  yang  ada  sebelumnya  (pre 
renal)  Oliguria  (Urine  <  400  ml/24 
jam), Azotemia 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  memberikan  latihan 
manajemen nyeri. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan  orang 
tua, saudara dan teman sebaya, tidak 
bisa bermain 
d. Kebutuhan  rasa  nyaman  lingkungan: 
ketakutan  terhadap  pengobatan  dan 
prosedur  yang  dilakukan,  lingkungan 
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:  

10
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
a. Perubahan  eliminasi  berkemih: 
retensio urin 
b. Gangguan  volume  cairan  dan 
elektrolit 
c. Perubahan  nutrisi  kurang  dari 
kebutuhan 
d. Nyeri 
e. Intoleransi aktifitas 
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan:  
a. Ajarkan latihan berkemih 
b. Monitoring  volume  cairan  dan 
elektrolit 
c. Pemberian nutrisi adekuat 
d. Ajarkan manajemen nyeri 
e. Pendidikan kesehatan pada orang tua 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana: 
a. Memberikan latihan berkemih  
b. Memasang  selang  kateter  bila 
diperlukan 
c. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intramuskuler, dan intravena) 
d. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
e. Mengembangkan  program  bermain 
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasive 

11
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
f. Menggunakan  komunikasi 
therapeutic  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan 
g. Menciptakan  dan  mempertahankan 
lingkungan yang nyaman 
h. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
i. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
j. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap tindakan keperawatan yang 
dilaksanakan perawat 
k. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 
lain: dokter dan ahli gizi. 
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan : 
a. Menunjukkan  pola  berkemih  yang 
normal 
b. Tidak  menunjukkan  tanda‐tanda 
kekurangan  volume  cairan  dan 
elektrolit 
c. Nutrisi  dan  cairan  terpenuhi  sesuai 
kebutuhan 
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri 
e. Orang  tua  berpartisipasi  dalam 
perawatan anak 

12
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 
7. Mengidentifikasi  etik  dan  legal 
praktik  keperawatan  anak  dalam 
pelayanan keperawatan 
E. TYPOID 
1. Melaksanakan  pengkajian  dengan 
prinsip comfort: 
a. Kebutuhan  rasa  nyaman  fisik:  nyeri 
tekan abdomen, nyeri hepar, demam, 
kelemahan, kelelahan,  malaise, cepat 
lelah,  perasaan  gelisah  dan  ansietas, 
pembatasan  aktivfitas,  anoreksia, 
mual,  muntah,  penurunan  berat 
badan,  ketidakmampuan 
mempertahankan  perawatan  diri, 
lidah  kotor,  penurunan  kesadaran 
(apatis) somnolen 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  memberikan 
perawatan mulut, memberikan terapi 
madu. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan  orang 
tua, saudara dan teman sebaya, tidak 
bisa bermain 
d. Kebutuhan  rasa  nyaman  lingkungan: 
ketakutan  terhadap  pengobatan  dan 
prosedur  yang  dilakukan,  lingkungan 

13
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:  
a. Perubahan Nutrisi Kurang dari 
Kebutuhan Tubuh  
b. Resiko Kurang Volume Cairan  
c. Perubahan Persepsi Sensori  
d. Kurang Perawatan Diri  
e. Hiperthermi  
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan:  
a. Pemberian nutrisi adekuat 
b. Monitoring  volume  cairan  dan 
elektrolit 
c. Ajarkan manajemen nyeri 
d. Penuhi  kebutuhan  ADL  dan 
perawatan diri klien 
e. Pendidikan kesehatan pada orang tua 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana: 
a. Menganjurkan klien bedrest total 
b. Menganjurkan klien makan porsi kecil 
tapi sering 
c. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intramuskuler, dan intravena) 
d. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
e. Mengembangkan  program  bermain 
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 

14
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasive 
f. Menggunakan  komunikasi 
therapeutic  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan 
g. Menciptakan  dan  mempertahankan 
lingkungan yang nyaman 
h. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
i. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
j. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap tindakan keperawatan  yang 
dilaksanakan perawat 
k. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 
lain: dokter. 
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan : 
a. Nutrisi  dan  cairan  terpenuhi  sesuai 
kebutuhan  
b. Tidak terjadi deficit perawatan diri 
c. Menunjukkan penurunan rasa nyeri 
d. Orang  tua  berpartisipasi  dalam 
perawatan anak 
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 

15
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
7. Mengidentifikasi  etik  dan  legal 
praktik  keperawatan  anak  dalam 
pelayanan keperawatan 
F. ENCEPHALITIS 
1. Melaksanakan  pengkajian  dengan 
prinsip comfort: 
a. Kebutuhan  rasa  nyaman  fisik:  lesu, 
mudah  terkena  rangsang,  demam, 
muntah  penurunan  nafsu  makan, 
nyeri kepala. 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  memberikan  latihan 
ROM aktif pasif. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan  orang 
tua, saudara dan teman sebaya, tidak 
bisa bermain 
d. Kebutuhan  rasa  nyaman  lingkungan: 
ketakutan  terhadap  pengobatan  dan 
prosedur  yang  dilakukan,  lingkungan 
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:  
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral 
b. Risiko terhadap trauma 
c. Nyeri 
d. Gangguan pemenuhan ADL 
e. Ansietas 
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan:  
a. Perbaikan perfusi cerebral 
b. Pemberian nutrisi adekuat 
c. Pemenuhan ADL 

16
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Tindakan penanganan nyeri 
e. Monitoring  penurunan  tingkat 
kesadaran. 
f. Pencegahan trauma 
g. Pendidikan kesehatan pada orang tua 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana: 
a. Memberikan alih baring tiap 2 jam 
b. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intramuskuler, dan intravena) 
c. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
d. Mengembangkan  program  bermain 
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasive 
e. Menggunakan  komunikasi 
therapeutic  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan 
f. Menciptakan  dan  mempertahankan 
lingkungan yang nyaman 
g. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
h. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
i. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap tindakan keperawatan yang 
dilaksanakan perawat 
j. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 
lain  dokter,  fisioterapis,  rehabilitasi 
medic, ahli gizi. 

17
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan:  
a. Menunjukkan  perbaikan  tingkat 
kesadaran 
b. Menunjukkan penurunan rasa nyeri 
c. Kebutuhan ADL terpenuhi 
d. Nutrisi  dan  cairan  terpenuhi  sesuai 
kebutuhan 
e. Orang  tua  berpartisipasi  dalam 
perawatan anak 
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 
7. Mengidentifikasi  etik  dan  legal 
praktik  keperawatan  anak  dalam 
pelayanan keperawatan 
G. DEMAM DENGUE (DHF) 
1. Melaksanakan  pengkajian  dengan 
prinsip comfort: 
a. Kebutuhan  rasa nyaman fisik: demam 
5‐7  hari,  keadaan  umum  lemah, 
mual,  muntah,  membrane  mukosa 
kering,  nafsu  makan  menurun,  nyeri 
otot, tulang sendi, abdomen, dan  ulu 
hati,  sakit  kepala,  Perdarahan 
terutama  perdarahan  bawah  kulit, 
ptechie,  echymosis,  hematoma, 
tanda‐tanda  renjatan  (sianosis,  kulit 
lembab  dan  dingin,  tekanan  darah 
menurun, gelisah, capillary refill lebih 
dari dua detik, nadi cepat dan lemah), 
epistaksis,  hematemisis,  melena, 

18
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
hematuri. 
b. Kebutuhan  rasa  nyaman 
psikospiritual:  menganjurkan  klien 
bedrest. 
c. Kebutuhan  rasa  nyaman 
sosiokultural:  berpisah  dengan  orang 
tua, saudara dan teman sebaya, tidak 
bisa bermain 
d. Kebutuhan  rasa  nyaman  lingkungan: 
ketakutan  terhadap  pengobatan  dan 
prosedur  yang  dilakukan,  lingkungan 
yang tidak biasa. 
2. Merumuskan diagnosa keperawatan: 
a. Risiko syok hipovolemik 
b. Ketidakseimbangan volume cairan 
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan 
d. Ansietas 
3. Memvalidasi  dan  memodifikasi 
rencana asuhan keperawatan:  
a. Pemberian cairan rehidrasi 
b. Pemberian nutrisi adekuat 
c. Pemberian kompres hangat 
d. Pendidikan  kesehatan  tentang 
perawatan anak demam dengue. 
4. Mengimplementasikan  intervensi 
keperawatan sesuai rencana: 
a. Memberikan kompres hangat 
b. Memonitor suhu tiap 4 jam 
c. Memberikan  obat‐obatan  (oral,  sub 
kutan, intramuskuler, dan intravena) 
d. Memberikan  pendidikan  kesehatan 
pada orang tua 
e. Mengembangkan  program  bermain 

19
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pada  anak  usia  toddler,  pra  sekolah 
dan  sekolah  dengan  masalah 
hospitalisasi  dan  akan  menjalani 
tindakan invasive 
f. Menggunakan  komunikasi 
therapeutik  dan  hubungan 
interpersonal  dalam  memberikan 
asuhan keperawatan 
g. Menciptakan  dan  mempertahankan 
lingkungan yang nyaman 
h. Melakukan  pendelegasian  dalam 
pelayanan keperawatan 
i. Merancang  program  follow  up  kasus 
klien pasca rawat di rumah sakit 
j. Memberikan  bimbingan  konsultasi 
terhadap tindakan keperawatan yang 
dilaksanakan perawat 
k. Berkolaborasi  dengan  tim  kesehatan 
lain dokter dan ahli gizi. 
5. Melakukan  observasi  yang 
mendalam  dan  Mengevaluasi 
rencana  asuhan  keperawatan  yang 
diberikan:  
a. Pasien  memperlihatkan  tanda 
rehidrasi  dan  mempertahankan 
hidrasi adekuat. 
b. Mendapatkan  nutrisi  adekuat  sesuai 
program  dan  memperlihatkan 
peningkatan BB . 
c. Tidak terjadi syok hipovolemik 
d. Memperlihatkan  tanda  distress  fisik 
atau  emosional  yang  minimal  dan 
orang  tua  berpartisipasi  dalam 

20
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
perawatan. 
6. Pendokumentasian  asuhan 
keperawatan 
7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik 
keperawatan  anak  dalam  pelayanan 
keperawatan 
2.  Mahasiswa mampu membuat  1. Melakukan  pengkajian  terkait  1. Membuat  9 September‐6  1. Kuesioner/format 
proyek inovasi dalam usaha  permasalahan asuhan keperawatan di  kuesioner/format  Desember 2013  pengkajian proyek 
peningkatan kualitas asuhan  ruang  infeksi  melalui  pengumpulan  pengkajian  inovasi 
keperawatan di ruang infeksi  data  dengan  kuisioner,  wawancara  2. Wawancara   2. Proposal proyek 
  dan observasi.  3. Presentasi   inovasi 
2. Menganalisa  dan  merumuskan  data  4. Membuat proposal  3. Laporan 
terkait    permasalahan  asuhan  kegiatan  pelaksanaan proyek 
keperawatan di ruang infeksi  5. Diskusi dan  inovasi 
3. Menyusun  proposal  yang  Konsultasi proyek 
dikonsultasikan  dan  disetujui  oleh  inovasi 
supervisor  utama  dengan 
berkoordinasi dengan lahan praktik 
4. Mempresentasikan  rencana  proyek 
inovasi dengan lahan praktik 
5. Melaksanakan proyek inovasi 
6. Mengevaluasi  hasil  pelaksanaan  dan 
perubahan yang dihasilkan  
7. Mempresentasikan  laporan  hasil 
proyek inovasi di lahan praktik 
Mengetahui,                    Depok,      September 2013  

                  Supervisor Utama                                                                Mahasiswa 

       

                  ( Nani Nurhaeni, MN. )                             Tri Sakti Widyaningsih 

21
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN KEGIATAN PROYEK INOVASI


PENGUKURAN SUHU TUBUH YANG AKURAT
DENGAN MENGGUNAKAN TERMOMETER TIMPANI
DI RUANG ANAK INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

i  Universitas Indonesia
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan inovasi ini, sebagai salah satu penugasan praktek
residensi II kekhususan keperawatan anak.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nani Nurhaeni, MN, selaku koordinator mata ajar Residensi Keperawatan Anak II
sekaligus sebagai supervisor utama Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan II.
2. Ibu Elfi Syahreni, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan
Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan II.
3. Ibu Happy Hayati, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan
Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan II.
4. Ibu Yunisar Gultom, SKp., MCINsg., selaku pembimbing klinik manajemen Gedung A
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
5. Supervisor ruangan, Head Nurse, Perawat Primer, dan Perawat Assosiet di ruang
infeksi Gedung A Lantai 1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah
membantu pengumpulan data dan pengidentifikasian masalah untuk proyek inovasi ini
6. Seluruh pasien dan keluarga pasien yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek
inovasi ini
7. Rekan-rekan Program Ners Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak yang bersama-sama membuat
proyek inovasi.
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan anak.
.

Depok, November 2013

Penulis

ii  Universitas Indonesia


 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 4
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Suhu Tubuh ................................................................. …………..............5
2.2 Telinga dan Termometer timpani .............................................................. 6
2.3 Kalibrasi dan pemeliharaan ....................................................................... 8
2.4 Skema proses peningkatan suhu tubuh ...................................................... 9
2.5 Atraumatic care ....................................................................................... 10

BAB 3 PERENCANAAN
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta …. ………………… 11
3.2 Analisis SWOT ………………………… …………………………….. 11
3.3 Identifikasi masalah …………… ........... ……………………………… 13
3.4 Strategi penyelesaian masalah ................................................................. 13
3.5 Sasaran..................................................................................................... 15
3.6 Media ...................................................................................................... 15
3.7 Rencana pelaksanaan(Planning of action) .............................................. 16
3.8 Anggaran kegiatan ................................................................................... 16

BAB 4 PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Pelaksanaan …………………………………… ......................... …….. 17
4.2 Pembahasan ………………………………………… ........................ …20

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2 Penutup .................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii  Universitas Indonesia


 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar hadir peserta sosialisasi proyek inovasi


Lampiran 2: Foto pelaksanaan proyek inovasi
Lampiran 3: Lembar observasi pengukuran suhu tubuh

iv  Universitas Indonesia


 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Potter & Perry, 2010). Peningkatan suhu
tubuh dapat terjadi sebagai reaksi adanya infeksi yang dapat mempengaruhi seluruh
tubuh atau bagian tubuh tertentu (infeksi lokal). Suhu yang meningkat terkadang bisa
menjadi tanda penyakit yang lebih serius, seperti infeksi bakteri yang parah dari darah
(sepsis), infeksi saluran kemih, pneumonia, atau meningitis. Jadi suhu yang meningkat
adalah suatu respon tubuh untuk melawan infeksi yang masuk dalam tubuh (Susan,
2011).

Metabolisme tubuh yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas


tambahan. Selama suhu meningkat, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen
bertambah. Pada anak, suhu yang meningkat dan berlangsung lama, dapat
mempengaruhi perubahan metabolisme tubuh dan berisiko terjadinya dehidrasi,
sehingga evaluasi tanda vital, perubahan perilaku dan status hidrasi adalah pengkajian
klinis yang penting dan krusial pada anak dengan perubahan suhu tubuh (Thompson,
2007; Barraf, 2008).

Peningkatan suhu tubuh menjadi masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan
seperti dokter, perawat dan orang tua, baik di rumah sakit maupun di masyarakat.
Orang tua menganggap peningkatan suhu tubuh berbahaya bagi kesehatan bayi atau
anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak (Avner, 2009). Penelitian
yang dilakukan Jeffrey tahun 2002, menemukan bahwa kejadian bakteri yang
mengakibatkan penyakit sekitar 10% yang mengalami peningkatan suhu tubuh pada
bayi atau anak usia 1-2 bulan.

Pemeriksaan dan pemantauan suhu adalah salah satu indikator penting dalam mengkaji
kondisi kesehatan anak yang dirawat di rumah sakit. Alat yang sering digunakan dalam
pemeriksaan suhu adalah termometer. Pemeriksaan suhu secara non invasif secara
tidak langsung lebih dipilih untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Dalam dua dekade terakhir ini terjadi perubahan dalam tekhnologi termometer klinik
yang menawarkan pembacaan suhu yang tepat dan memberikan informasi yang akurat
tentang suhu tubuh, selain itu juga dapat meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien
(Davie & Amoore, 2010).

Salah satu prinsip atraumatic care pada anak yang dapat dilakukan adalah dengan
meminimalkan dan mencegah trauma pada anak. Walaupun pemeriksaan suhu tubuh
tidak menimbulkan nyeri, namun pada umumnya anak memperlihatkan reaksi
kecemasan dan stress yang berlebihan pada waktu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh.
Faktor yang menyebabkan trauma pada anak adalah waktu yang dibutuhkan dalam
pemeriksaan suhu tubuh cukup lama (5-12 menit). Hal ini dapat mempengaruhi lama
hari rawat anak, karena informasi tentang kondisi kesehatan anak tidak teridentifikasi
dengan tepat melalui pemeriksaan yang dilakukan (Hockenberry, 2009).

Suhu tubuh biasanya diukur untuk memastikan adanya peningkatan atau penurunan
suhu tubuh. Masih ada kontroversi mengenai termometer yang paling tepat dan tempat
terbaik untuk pengukuran temperatur. Suhu inti secara umum didefinisikan sebagai
pengukuran suhu dalam arteri paru-paru. Standar lain dalam pemantauan suhu inti
adalah esophagus distal, kandung kemih, dan nasofaring yang akurat ke dalam 0,1-
0,2°C dari suhu inti. Namun, pengukuran suhu inti sulit dilakukan karena menimbulkan
ketidaknyamanan pada anak (Thomas et al., 2009).

Mengingat permasalahan di atas, para ilmuan dan ahli tekhnologi menemukan


beberapa cara yang tepat dalam melakukan pemeriksaan suhu dengan cepat, akurat dan
tepat serta tidak menimbulkan trauma terutama bagi anak, sehingga penggunaan
termometer air raksa yang merupakan standar emas sudah mulai digantikan dengan
termometer peralatan elektronik dimana hasil pengukuran dan pembacaan menjadi
lebih cepat dan memberikan informasi yang akurat dengan ketidaknyamanan minimal
pada anak. Termometer yang ideal harus bebas merkuri, minimal invasif, cepat, handal,
akurat, aman dan harus mengurangi ketergantungannya pada tekhnik penggunaan
(Martin, 2004).

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Beberapa tempat yang dapat dilakukan dalam pengukuran suhu tubuh adalah melalui
ketiak, mulut, dahi dan membran timpani. Penelitian El Radhi (2006) menjelaskan
bahwa termometer timpani jauh lebih akurat mencerminkan suhu arteri paru, bahkan
ketika suhu tubuh berubah dengan cepat. Termometer timpani kemungkinan akan
menjadi standar emas untuk mengukur suhu pada anak. Serupa dengan analisis review
yang dilakukan Jefferies (2011), menyimpulkan bahwa termometer timpani
memberikan hasil pengukuran yang akurat pada pasien kritis dengan demam. Metode
lain pengukuran suhu tubuh adalah menggunakan termometer inframerah telinga
(infrared thermometer). Termometer ini mengukur panas yang dipancarkan membran
timpani tanpa menggunakan probe melalui lubang telinga. Sejak diperkenalkan oleh
Dodd (2006), sensitivitas dan spesifisitas inframerah telinga gagal mendeteksi demam
pada tiga atau empat dari sepuluh pasien demam.

Pemeriksaan suhu dengan menggunakan peralatan elektronik memang mudah


dilakukan selama tehnik dan penggunaannya sesuai dengan usia dan tidak
mempengaruhi kondisi anak. Namun pemeriksaan suhu dengan perangkat ini
membutuhkan pemahaman dan kesadaran dari pengguna terhadap karakteristik dan
keterbatasannya dalam menafsirkan dengan benar pembacaan suhu pada layar (Susan,
2011).

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit umum pendidikan nasional
di Indonesia dan sekaligus merupakan rumah sakit rujukan penatalaksanaan penyakit
infeksi pada anak dengan hampir 90% disertai gejala peningkatan suhu tubuh, sehingga
intervensi yang dilakukan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mengetahui adanya
perubahan suhu tubuh tersebut dengan menggunakan termometer digital aksila,
termometer temporal atau termometer timpani inframerah. Beragamnya termometer
tersebut, masih belum ditentukan mana termometer yang lebih akurat digunakan dalam
pengukuran suhu tubuh.

Berdasarkan uraian di atas, residen merasa tertarik untuk mencari dasar yang tepat
menurut evidence based, metoda mana yang paling akurat untuk pengukuran suhu
tubuh pada anak untuk dapat digunakan di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan intervensi asuhan keperawatan anak pengukuran suhu tubuh yang
akurat dengan menggunakan termometer timpani berdasarkan Evidence Based
Nursing Practice.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menerapkan salah satu teknik pemantauan tanda-tanda vital dengan
menggunakan termometer timpani untuk pengukuran suhu tubuh.
b. Mengimplementasikan evidence based nursing practice dalam pemberian
asuhan keperawatan pada anak melalui upaya preventif monitoring suhu tubuh.
c. Menerapkan konsep atraumatic care dalam asuhan keperawatan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Rumah sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pembaharuan
sebagai upaya preventif terhadap pemberian asuhan keperawatan pada anak
khususnya pemantauan suhu tubuh yang akurat di ruang infeksi RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusumo.
1.3.2 Perawat
Memberikan informasi kepada perawat dalam penggunaan termometer yang akurat
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan evidence based
practice.
1.3.3 Keluarga
Memberikan perlindungan terhadap peningkatan keselamatan pasien dan
memberikan kenyamanan terhadap tindakan pengukuran suhu tubuh, serta
memberikan informasi pilihan termometer yang akurat, cepat dan aman.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Suhu Tubuh


a. Pengaturan suhu tubuh
Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam, seperti rongga abdomen
dan rongga pelvis. Suhu inti relative konstan. Suhu permukaan merupakan suhu
pada kulit, jaringan sub kutan dan lemak, akan meningkat dan menurun tergantung
respon terhadap lingkungan. Sistem pengaturan suhu tubuh memiliki tiga bagian
penting yaitu sensor di bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus,
dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas.
Sebagian besar sensor atau reseptor sensori terdapat pada kulit, oleh sebab itu
sensor kulit lebih efisien dalam mendeteksi suhu dingin daripada suhu hangat.
Ketika kulit di seluruh bagian tubuh dingin, terjadi proses fisiologis menggigil
untuk meningkatkan produksi panas, produksi keringat dihambat untuk mengurangi
kehilangan panas, vasokonstriksi mengurangi panas (Kozier, 2011).
b. Klasifikasi suhu tubuh
Klasifikasi suhu tubuh
Normal 36,5-37,5°C 97,7-99,5°F
Hipotermia < 35,0°C 95,0°F
Demam > 37,2-37,6°C 99,5-100,9°F
Hipertermia > 37,5-38,3°C 100-101°F
Hiperpireksia > 40,0-41,5°C 104-106,7°F
(Sumber: Hill, 2011)

c. Peningkatan dan penanganan suhu tubuh


Peningkatan suhu tubuh atau biasa dikatakan demam adalah peningkatan set point
sehingga pengaturan suhu tubuh lebih tinggi dan dapat didefinisikan secara mutlak
sebagai suhu diatas 38°C (Hockenberry, 2009).

Fokus penanganan dan pengobatan demam yang paling penting pada anak yang
tidak berisiko mengalami kerusakan otak sekunder adalah pada ketidaknyamanan
dan nyeri yang dirasakan anak akibat demam. Evaluasi tanda vital, perubahan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


perilaku dan status hidrasi adalah pengkajian klinis yang penting dan krusial pada
anak dengan demam (Barraf, 2008).

Beberapa tahun yang lalu, pemeriksaan suhu tubuh atau demam melalui rectum
merupakan standar emas. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan termometer
air raksa kaca. Pengembangan elektronik dan non elektronik yang lebih cepat dan
mudah telah menciptakan kontroversi terkait dengan metode terbaik untuk
mengukur suhu dan mengidentifikasi demam pada anak. Perawat di ruangan anak
dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan dan mendiskusikan dengan keluarga
dalam memonitor suhu anak di rumah sakit maupun di rumah (Asher &
Northingthon, 2008).

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan suhu yang akurat, semua faktor yang
mempengaruhi pengukuran suhu harus dipertimbangkan, diantaranya: faktor
fisiologis (tempat pengukuran, waktu, aktivitas, jenis kelamin, usia); faktor teknis
(konfigurasi dan karakteristik perangkat); tehnik pengguna; kalibrasi dan
pemeliharaan (Davie & Amoore, 2010).

2.2 Telinga dan termometer timpani


a. Anatomi telinga

Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau membrane tipis yang
memisahkan telinga dalam dengan telinga luar. Berfungsi untuk menghantarkan
getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah.
Membran ini cukup tipis dan hampir transparan, sehingga energi yang dipancarkan
oleh membran timpani dapat dianggap sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian
dalam.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


b. Jenis dan teknik penggunaan termometer timpani
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur.

Penempatan termometer timpani adalah pada lubang telinga, masukkan ujung


probe termometer secara perlahan kedalam saluran telinga yang mengarah ke titik
tengah. Tehnik yang benar adalah tergantung pada bagaimana perangkat
digunakan. Probe harus ditempatkan lembut di telinga kanal memastikan cocok,
nyaman dan ditujukan pada gendang telinga. Probe termometer pada beberapa
model harus dimasukkan hanya cukup sampai mencapai segel cahaya, sedangkan
model lainnya memerlukan segel penuh dan putaran dari termometer. Pengukuran
ini hanya merekam suhu dalam waktu 1 detik. Oleh karena itu penting perawat
dilatih dalam penggunaan yang benar dari termometer timpani di area klinis.

c. Prinsip kerja termometer timpani


Dalam kondisi normal, 60% dari total kerugian panas dari tubuh terjadi melalui
radiasi dalam bentuk panas sinar inframerah, bentuk energi elektromagnetik.
Kehilangan panas meningkat saat demam. Sebagai membran timpani yang
menerima pasokan darah dari arteri karotis, suhunya mencerminkan sesuai dengan
darah yang mengalir ke hipotalamus, sehingga berhubungan erat dengan suhu inti
tubuh. Termometer timpani berlisensi untuk digunakan pada orang dari segala usia,
termasuk bayi dan anak-anak.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


d. Kisaran suhu normal
Metode pengukuran Kisaran suhu normal
Timpani (telinga) 35,8 ° C hingga 38 ° C
(96,4 ° F hingga 100.4 ° F)

e. Keuntungan dan kerugian pengukuran suhu timpani


Jenis Keuntungan Kerugian Keterangan
termometer
Timpani - Non invasif - Penggunaan Metoda ini kurang
(Telinga) - Mudah terbatas pada sesuai digunakan
digunakan neonatus karena pada pasien dengan:
- Cepat ukuran probe yang - Infeksi telinga tengah
memberikan besar - Adanya obstruksi
hasil - Ketidaktepatan telinga
- Praktis hasil pengukuran - Memakai alat bantu
akibat posisi dengar
memasukkan
probe yang salah

2.3 Kalibrasi dan pemeliharaan


Pengggunaan termometer diatur oleh International Standard BS EN 12470 (Inggris
Standards Institution 2001) yang menetapkan kesalahan maksimum untuk
termometer, sebagaimana diukur dengan menggunakan suhu kalibrasi dalam
kondisi laboratorium. Termometer harus dikalibrasi secara rutin dengan peralatan
dan prosedur yang sesuai dengan kriteria standar nasional atau internasional.
Penjual harus memberikan bimbingan protokol dan instrument kalibrasi untuk
mengaktifkan verifikasi akurasi termometer itu.
Termometer harus dibersihkan secara teratur untuk memberikan hasil akurat.
Perawat harus memastikan bahwa probe termometer bebas dari kotoran. Khususnya
pada termometer inframerah dimana lensa yang kotor akan mengakibatkan
artificial rendah dalam membaca suhu.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


2.4 Skema Proses Peningkatan Suhu
Pirogen eksogen (agen infeksius, toksin & tumor)

Kerusakan jaringan

Kegiatan monosit

Produksi endogen pirogen interleukin I (IL-1, IL-6 : tumor nekrosis


factor (TNF) & Interferon (infeksi virus)

Merangsang produksi prostaglandin E

Pusat pengaturan hipotalamus

Proses peradangan Demam Hipertermia Suhu

Evaporasi
Mengubah keseimbangan (keringat berlebihan)
membran sel neuron

Melepasnya muatan listrik Gangguan pemenuhan cairan


yang benar

Dehidrasi
Risiko injuri Kejang

Deficit volume cairan


Risiko kerusakan sel otak Cemas

Kurang pengetahuan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


2.5 Atraumatic Care
a. Definisi Atraumatic Care
Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan
yang dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis yang dialami anak
maupun orang tuanya (Wong, 1989).

Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi
perhatian pada apa, siapa, diamana mengapa, dan bagaimana prosedur dilakukan
pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi stress fisik dan psikologis
(Supartini, 2004).
b. Pencetus stressor antara anak dengan orang tua :
1) Physical stressor : gangguan rasa nyaman nyeri terhadap tindakan invasif
seperti suntikan, infus, intubasi, suction, pembatasan aktivitas, gangguan
tidur, perubahan pola eliminasi, pengukuran suhu tubuh.
2) Psychologic stressor : perpisahan antara orang tua dan anak, malu, sedih,
kecewa dan adanya rasa bersalah.
3) Environtmental stressor : keramaian dan suara bising.
c. Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :
1) Cegah/turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan
menggunakan pendekatan family centred care (the family is the patient).
2) Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya.
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan
orang tua sehingga terlibat aktif dalam perawatan anaknya.
3) Cegah dan atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Rasa nyeri
karena tindakan perlukaan (misalnya disuntik) tidak akan bisa dihilangkan,
tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan tekhnik distraksi/relaksasi.
4) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya seperti di
rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak (misal :
menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga/binatang lucu, hiasan
dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien bergambar lucu,
dinding berwarna cerah, dan tangga dicat warna-warni

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


BAB 3
PERENCANAAN

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9-18 Oktober 2013 didapatkan data:
3.1 Profil singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3.1.1 Visi: memberikan pelayanan keperawatan paripurna yang bermutu dan
professional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia
pasifik tahun 2014.
3.1.2 Misi:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat
2. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan
3. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel
3.1.3 Motto:
R : Respek
S : Sigap
C : Cermat
M : Mulia
3.1.4 Komitmen
Kesehatan dan kepuasan pelanggan adalah komitmen kami. Senantiasa
memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk meningkatkan kepuasan
dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami.

3.2 Analisis SWOT


3.2.1 STRENGTH (kekuatan)
a. Dukungan dari manajemen termasuk perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan Evidence Based Practice.
b. Monitoring dan evaluasi terus dilakukan terkait 6 standar International
Patient Safety Goals.
c. Berdasarkan hasil wawancara beberapa perawat telah mendapatkan
pelatihan tentang research keperawatan dan evidence based nursing.
d. Tersedianya lembar pengukuran suhu tubuh untuk monitoring pasien.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


3.2.2 WEAKNESS (kelemahan)
a. Beragamnya termometer yang digunakan di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.

3.2.3 OPPORTUNITY (kesempatan)


a. RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit pendidikan dan
merupakan lahan praktek bagi mahasiswa keperawatan sehingga
pengetahuan dapat terus diperbaharui
b. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit rujukan nasional
c. Adanya perhatian dari pihak manajemen Gedung A dan ruangan untuk
mengoptimalkan pemberian tindakan keperawatan berbasis evidence based
nursing.
d. Rumah Sakit telah mendapat akreditasi dari Joint Commission International
(JCI)
e. Visi dan komitmen RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk meningkatkan
mutu pelayanan dari kepuasan pelanggan
f. Hasil yang didapatkan dari buku register ruangan menunjukkan hampir 90%
anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai tanda gejala penyakit di
ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo..

3.2.4 THREAT (ancaman)


a. Undang-undang perlindungan konsumen menuntut adanya peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan.
b. Adanya program speak up yang dicanangkan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
memberi kesempatan masyarakat untuk lebih kritis terhadap pelayanan yang
diberikan oleh perawat
c. Responsibilitas dan akuntabilitas perawat telah diatur dalam Undang-Undang
Kesehatan RI.
Keluarga memilih termometer yang lebih murah untuk mengukur suhu tubuh pada
anaknya.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


3.3 Identifikasi Masalah
Pemantauan tanda-tanda vital sebagai upaya preventif membutuhkan teknik dan
metoda yang akurat untuk pengukuran suhu tubuh pada anak, dimana peningkatan
suhu tubuh merupakan salah satu penyerta hampir seluruh penyakit infeksi pada anak.

3.4 Strategi Penyelesaian Masalah


1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan pertanyaan masalah berdasarkan model PICO (P=
problem/population/patient; I= intervention; C= comparation; O= outcome)
Population : Pasien anak
Intervention : termometer timpani
Comparison : termometer inframerah telinga
Outcome : termometer akurat

Pertanyaan masalah: penggunaan termometer mana yang paling akurat untuk


mengukur suhu tubuh pada anak?

b. Searching literature/jurnal terutama jenis penelitian dengan menggunakan metode


random clinical trial (RCT) dan systematic review.

Kata kunci (Keyword):


“Thermometer Accuracy”

Batasan metode penelitian dalam penelusuran jurnal:

√ Systematic Review or Meta-Analysis


√ Clinical Practice Guidelines

Jurnal penelitian yang ditelusuri:


√ Cochrane
√ AHRQ Evidence Reports
√ Guidelines Clearinghouse
√ CINAHL
√ PubMed

Informasi yang dibutuhkan dalam penelusuran jurnal:


1) Cochrane: tidak ditemukan
2) AHRQ Evidence Reports : tidak ditemukan
3) Guidelines: tidak ditemukan

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


4) Evidence-Based Journals: tidak ditemukan
5) EBSCO – CINAHL: tidak ditemukan
6) PubMed:
a) Jefferies S, Weatherall M, Young P, Beasley R. (2011). A Systematic
review of the accuracy of peripheral thermometry in estimating core
temperatures among febrile critically ill patients. Crit Care Resusc. ;
13(3): 194-9.
Penelitian diidentifikasi menunjukkan bahwa pada pasien sakit
kritis, termometer timpani menghasilkan ukuran yang akurat dari
suhu inti dalam kisaran demam dan dapat direkomendasikan untuk
tujuan ini (Level of evidence Ia).
b) El-Radhi AS, Barry W. (2006). Thermometry in paediatric practice.
Arch Dis Child. ;91(4):351-6.
Pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani
lebih akurat daripada yang lain, karena itu adalah suhu inti sejati.
Tapi harus dicatat dengan pemasangan probe teknik membran
timpani dengan posisi yang tepat. Termometer timpani termometer
kemungkinan menjadi standar emas untuk semua anak (Level of
evidence Ib).
c) Dodd SR, Lancaster GA, Craig JV, Smyth RL, Williamson PR. (2006).
In a systematic review, infrared ear thermometry for fever diagnosis in
children finds poor sensitivity. J Clin Epidemoiol.; 59(4): 354-7.
Temuan ini mendukung kekhawatiran sebelumnya tentang
penggunaan termometer telinga inframerah dalam situasi di mana
kegagalan untuk mendeteksi demam memiliki implikasi serius
(Level of evidence Ib).
c. Appraise literature/ analisa jurnal dengan menggunakan systematic review
worksheet.
d. Pembuatan kerangka acuan proyek inovasi
e. Berkonsultasi dengan supervisor utama dan supervisor serta pihak manajemen
gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
f. Berkoordinasi dengan supervisor ruangan, kepala ruangan dan perawat primer
ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


2. Tahap Pelaksanaan
a. Presentasi dan sosialisasi mengenai pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan
menggunakan termometer timpani.
b. Mengaplikasikan penggunaan termometer yang akurat pada pasien anak di
ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
c. Membandingkan hasil pengukuran termometer timpani dengan termometer
yang terdapat di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi proses: mengusulkan dan menunjuk salah satu perawat ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai penanggung jawab tindak lanjut
penggunaan termometer timpani dalam pemantauan suhu tubuh selama proses
pemberian asuhan keperawatan berlangsung.
b. Evaluasi hasil: mengevaluasi respon pasien terhadap hasil penggunaan termometer
timpani apakah metoda tersebut akurat dalam pengukuran perubahan suhu tubuh
pada anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

3.5 Sasaran
Sasaran proyek inovasi adalah semua anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.

3.6 Media
1. Baki yang berisi termometer timpani, termometer infra merah timpani,
termometer aksila dan termometer temporal
2. Alcohol swab
3. Alat tulis bolpoin dan lembar observasi hasil pengukuran suhu tubuh

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


3.7 Rencana Pelaksanaan
Waktu
9-18 21-25 28 4-15 18-22
No Kegiatan Okt Okt Okt-1 Nov Nov PJ PRODUK
2013 2013 Nov 2013 2013
2013
1. Persiapan dan studi PICO model,
literature (evidence searching artikel
base practice) dan hingga appraise
proses konsultasi. artikel
2. Pembuatan dan Proposal kegiatan
konsultasi proposal
3. Presentasi proposal Mahasiswa, Presentasi dengan
dan sosialisasi head nurse, perawat ruangan
supervisor gedung A lantai I
gedung A
lantai 1
4. Perencanaan dan Mahasiswa
persiapan dan perawat
implementasi primer (PP)
5. Implementasi Mahasiswa,
PP, Perawat
Associate (PA)
dan keluarga
6. Evaluasi proses Mahasiswa Hasil
kegiatan dan keluarga dokumentasi
7. Evaluasi hasil dan Mahasiswa Laporan dan
penyusunan laporan rekomendasi

3.8 Anggaran Kegiatan


1. Persiapan
Pembuatan dan foto copy proposal : Rp. 50.000,00
Konsumsi presentasi : Rp. 50.000,00
2. Pelaksanaan
Pembelian termometer timpani : Rp. 475.000,00
Probe timpani isi 40 buah : Rp. 200.000,00
3. Evaluasi
Penyusunan dan foto copy laporan : Rp. 50.000,00
Konsumsi presentasi : Rp. 50.000,00
4. Kenang-kenangan ruangan : Rp. 125.000,00
JUMLAH : Rp. 1.000.000,00

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan
Pelaksanan kegiatan proyek inovasi yang dilakukan di Gedung A lantai 1 Ruang
Infeksi Anak dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
1. Tahap Persiapan
Presentasi proposal proyek inovasi dilakukan pada hari Jum’at, 8 November
2013 di gedung serbaguna RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, pada pukul
09.00 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Presentasi dihadiri oleh 20 peserta
undangan yang terdiri dari Manajemen gedung A, kepala bidang keperawatan,
kepala ruang BCH, perwakilan perawat lantai 8, Supervisor ruangan, Head
Nurse, Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA), dan mahasiswa. Kegiatan
diawali dengan presentasi proyek inovasi dari kekhususan keperawatan medikal
bedah, dilanjutkan oleh kekhususan keperawatan anak mahasiswa residensi II
FIK UI. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Hasil dari
kegiatan presentasi ini didapatkan:
a. Persetujuan dan ijin dari supervisor ruangan, head nurse serta PP untuk
mengaplikasikan termometer timpani pada semua anak di ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
b. Rencana sosialisasi penggunaan termometer timpani dengan
menggunakan probe yang tepat pada PP dan PA ruang infeksi RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo.
c. Rencana pelaksanaan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani langsung pada pasien.
d. Rencana evaluasi dengan menunjuk PP ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo untuk mendelegasikan rencana tindak lanjut monitoring
tanda-tanda vital pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani.
2. Pelaksanaan Proyek Inovasi
Pelaksanaan inovasi penggunaan termometer timpani dilaksanakan mulai dari
tanggal 11-15 November 2013 sebagai berikut:

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


a. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan tanggal 11-12 November 2013 pada
PP dan PA ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
b. Pelaksanaan penggunaan termometer timpani
Pelaksanaan penggunaan termometer timpani pada pasien anak di rumah
sakit dilaksanakan pada tanggal 13 November 2013 pada pasien anak di
ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Langkah-langkah yang dilakukan:
1) Mempersiapkan baki yang berisi alat termometer timpani, aksila,
temporal dan inframerah telinga.
2) Mempersiapkan alkohol swab.
3) Memberikan informasi pada keluarga tentang beragamnya
termometer yang bisa digunakan untuk pengukuran suhu tubuh.
4) Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan.
5) Memeriksa kebersihan ketiak, dahi dan telinga sebelum
melakukan pengukuran suhu.
6) Mempersiapkan anak untuk dilakukan pengukuran suhu tubuh
sesuai waktu yang dibutuhkan masing-masing termometer.
7) Membersihkan alat dengan alkohol swab sebelum melakukan
pengukuran suhu pada pasien selanjutnya.
8) Mencuci tangan selesai melakukan tindakan
9) Mendokumentasikan dalam form pengukuran suhu.
3. Hasil Pelaksanaan
Hasil yang didapatkan dari 15 anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tanggal 13 November 2013 didapatkan:
1) Setelah dilakukan pengukuran menggunakan termometer aksila,
temporal dan termometer inframerah telinga didapatkan hasil 5 anak
dengan suhu tubuh di kisaran suhu normal 36,4 – 37,6°C, tidak jauh
beda hasil yang didapatkan setelah dilakukan pengukuran suhu dengan
menggunakan termometer timpani.
2) 6 anak didapatkan suhu tubuh lebih tinggi setelah dilakukan pengukuran
suhu dengan menggunakan termometer timpani.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


3) 1 anak ditemukan suhu sub febris (suhu = 37,9°C) dengan hasil yang
serupa setelah anak diukur dengan menggunakan termometer timpani
dan termometer aksila.
4) 1 anak terdeteksi hipertermi (suhu = 39,8°C) setelah dilakukan
pengukuran suhu menggunakan termometer timpani dengan beda rerata
1,1°C pada termometer aksila; 1,3°C beda dengan menggunakan
termometer inframerah telinga dan beda rerata 1,7°C bila diukur dengan
menggunakan termometer temporal.
5) Pada 1 pasien usia 2 bulan, ditemukan suhu lebih tinggi diukur dengan
menggunakan termometer aksila dan temporal (suhu = 36,8°C), saat
dibandingkan dengan termometer timpani didapatkan hasil beda rerata
0,1°C, sedangkan termometer inframerah didapatkan hasil beda 0,2°C .
6) 1 anak terdeteksi hipotermia (suhu = 35,8°C) setelah diukur dengan
menggunakan termometer timpani, sedangkan termometer lainnya
didapatkan hasil suhu rata-rata 36°C.
4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi
Kendala yang ada pada pelaksanaan inovasi ini adalah:
a) Pengukuran suhu tubuh ke seluruh pasien anak ruang infeksi hanya
dilakukan pada satu waktu, sehingga belum diketahui perbedaan hasil
bila dilakukan pengukuran suhu pada malam hari dan pagi hari.
b) Tidak semua pasien kooperatif dengan pelaksanaan pengukuran suhu,
terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif dan pasien yang trauma
terhadap tindakan invasif.
5. Faktor pendukung yang ditemui dalam pelaksanaan inovasi
Hal yang mendukung pelaksanaan proyek inovasi adalah pada pasien usia pra
sekolah dan usia sekolah serta keluarga sebagian besar menerima dan merespon
dengan baik inovasi pengukuran suhu yang akurat dengan menggunakan
termometer timpani. Beberapa pasien yang lebih besar dan keluarga diantaranya
mengajukan pertanyaan dan mengatakan akan menggunakan termometer
timpani untuk persediaan di rumah. Perawat di ruangan juga memberikan
respon yang baik terhadap pelaksanaan inovasi.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


6. Evaluasi
a) Evaluasi Proses
Proses pelaksanaan inovasi berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
telah direncanakan. Beberapa kendala ditemui saat pelaksanaan, yaitu
pada pasien yang kecil belum bisa kooperatif, pasien yang terlalu aktif
bergerak, dan pasien yang trauma terhadap tindakan invasif, sehingga
peran keluarga dalam pendampingan sangat diperlukan. Pengukuran
dilakukan hanya pada satu waktu, sehingga belum didapatkan perbedaan
hasil pada saat dilakukan malam hari dan pagi hari.
b) Evaluasi Hasil
Hasil pelaksanaan inovasi pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani pada anak di ruang infeksi Gedung A lantai 1
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, menunjukkan bahwa termometer
timpani mampu memberikan hasil yang akurat dan dapat mendeteksi
adanya perubahan suhu tubuh lebih cepat, sehingga infeksi penyakit
yang lebih serius dapat segera dicegah Evaluasi hasil pelaksanaan
inovasi dipaparkan dalam presentasi hasil hari Jum’at, 22 November
2013 di ruang rawat infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

4.2 Pembahasan
Bayi dan anak rentan dengan adanya perubahan suhu tubuh, karena imunitasnya
sedang dalam tahap perkembangan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang
disebut derajat. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim dan aktivitas fisik,
mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam
relative konstan (Potter & Perry, 2010).

Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen
dan rongga pelvis. Suhu tubuh inti yang normal berada dalam dalam satu rentang
suhu. Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan dan lemak.
Suhu permukaan akan meningkat atau menurun bergantung pada aliran darah ke
kulit dan jumlah panas yang hilang sebagai respon terhadap lingkungan (Kozier,
2011).

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Pengukuran suhu tubuh ditunjukkan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh.
Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran. Tempat
pengukuran suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang lebih dapat diandalkan
daripada tempat yang menunjukkan suhu permukaan (Thomas et al., 2009).

Tempat pengukuran suhu inti dan suhu permukaan adalah sebagai berikut:
1. Suhu inti: rectum, membran timpani, esophagus, arteri pulmoner, kandung
kemih
2. Suhu permukaan: kulit, aksila, oral.

Peningkatan suhu tubuh (demam) adalah tanda bahwa tubuh bayi sedang
mengalami infeksi bakteri ataupun virus. Seseorang dikatakan demam jika suhu
tubuhnya di atas suhu tubuh normal, yaitu 36,5 – 37,6°C. Untuk mengetahui suhu
tubuh, maka diperlukan termometer.
Penelitian El Radhi (2006) menjelaskan bahwa termometer timpani jauh lebih
akurat mencerminkan suhu arteri paru, bahkan ketika suhu tubuh berubah dengan
cepat. Arteri pulmoner menunjukkan nilai yang paling representative karena darah
bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri pulmoner
merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.

Serupa dengan analisis review yang dilakukan Jefferies (2011), menyimpulkan


bahwa termometer timpani memberikan hasil pengukuran yang akurat pada pasien
kritis dengan demam. Membran timpani di dalam telinga memancarkan energi
infrared. Membran timpani secara klinis dianggap cukup mewakili suhu tubuh
karena letaknya berdekatan dengan hipotalamus yang merupakan pengatur suhu
tubuh. Hipotalamus terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh. Suhu
yang nyaman adalah “set point” dimana sistem panas beroperasi. Di rumah,
turunnya suhu ruangan, mengaktifkan perapian, sebaliknya naiknya suhu
mematikan perapian, hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh.
Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas melebihi set-point, impuls
akan dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh (Hockenberry, 2009).

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran)
pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke
pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika
hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point,
mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh
darah, mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstrimitas. Kompensasi produksi
panas di stimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getar atau menggigil pada
otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran
panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau kord
spinalis yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan serius
pada kontrol suhu (Hockenberry, 2009).

Membran timpani cukup tipis dan hampir transparan, sehingga dapat diasumsikan
membran tersebut merupakan jalur untuk memancarkan energi infrared dari dalam
tubuh, sehingga energi yang dipancarkan oleh membran timpani dapat dianggap
sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian dalam. Karena menggunakan infrared,
termometer ini akan menghasilkan hasil yang akurat karena hasil pengukuran
bukan hasil kontak tetapi dari sinar infrared yang keluar melalui probe termometer.

Metode lain pengukuran suhu tubuh adalah menggunakan termometer inframerah


telinga (infrared thermometer). Termometer ini mengukur panas yang dipancarkan
membran timpani tanpa menggunakan probe melalui lubang telinga. Sejak
diperkenalkan oleh Dodd (2006), sensitivitas dan spesifisitas inframerah telinga
gagal mendeteksi demam pada tiga atau empat dari sepuluh pasien demam. Faktor
yang dapat mempengaruhi kegagalan hasil pengukuran suhu tubuh dengan
menggunakan termometer timpani, yaitu (Davie & Amoore, 2010):
1. Usia
Bayi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu tubuh anak akan terus
bervariasi dibandingkan suhu orang dewasa hingga menginjak pubertas atau
masa remaja. Suhu tubuh normalnya akan berubah sepanjang hari, dengan
perbedaan 1°C antara pagi dan sore hari. Titik suhu tubuh tertinggi biasanya
terjadi antara pukul 20.00 dan 24.00 dan titik suhu terendah saat tidur, yaitu
pada pukul 04.00 dan 06.00.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


2. Anak bergerak aktif
Gerakan bayi dan anak yang aktif dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 -
40°C.
3. Hormon
Wanita biasanya mengalami fluktuasi hormon lebih sering dari pada pria. Pada
wanita usia sekolah sekresi progresteron pada saat menstruasi/ ovulasi akan
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C.
4. Stress
Stimulasi pada sistem saraf simpatis dapat meningkatkan epinefrin dan
norepinefrin yang akan meningkatkan aktifitas metabolisme basal dan produksi
panas. Perawat dapat memperkirakan bahwa anak yang sangat stress atau
sangat cemas akan mengalami peningkatan suhu karena alasan tersebut.
5. Lingkungan
Suhu tubuh yang ekstrim dapat mempengaruhi sistem pengaturan suhu tubuh
seseorang. Paparan uadara pada Air Conditioner (AC) juga dapat
mempengaruhi perubahan suhu tubuh yang akan mengakibatkan suhu lebih
rendah, sehingga dapat menyebabkan hipotermia pada tubuh anak.

Setelah dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan beragam termometer, maka dapat
dianalisis kelebihan dan kekurangan menurut lokasi pengukuran tersebut:
Lokasi pengukuran
Kelebihan Kelemahan
suhu
a. Aman 1. Anak kurang menyukai karena termometer
b. Non invasif membutuhkan waktu lama (5 menit)
Aksila 2. Anak yang bergerak aktif dan keringat di
ketiak dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
a. Mudah diakses 1. Hasil pengukuran pada membran timpani
b. Mencerminkan suhu sebelah kanan dan kiri dapat berbeda
Membran inti 2. Adanya infeksi/ serumen pada telinga
timpani c. Sangat cepat (1 detik) dapat mempengaruhi hasil pengukuran
d. Hasil lebih akurat 3. Membutuhkan teknik yang tepat dalam
meletakkan probe termometer
a. Aman 1. Hasil lebih rendah dari tempat pengukuran
b. Non invasif lain bila terjadi perubahan suhu,
Kulit
khususnya pada saat hipertermia
(Temporal)
2. Keringat dapat mempengaruhi hasil
pengukuran

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Hasil dari telaah jurnal ini merupakan evidence base nursing practice yang
dapat menunjukkan keakuratan penggunaan termometer timpani pada pasien
dengan sakit kritis disertai demam dan digunakan pada pasien anak.
2) Termometer timpani layak digunakan untuk pengukuran suhu tubuh secara
akurat, cepat dan tidak membahayakan pasien karena merupakan suhu inti
sejati..
3) Pelaksanaan proyek inovasi pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan
menggunakan termometer timpani di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mnagunkusumo pada tanggal 13 November 2013 sejumlah 15 pasien anak,
didapatkan hasil 6 anak suhu terukur lebih tinggi dari termometer lain, 1 anak
terdeteksi hipertermia dengan beda rerata 1,1-1,7°C pada termometer lain, 1
anak diketahui mengalami hipotermia, 1 anak sub febris serupa dengan hasil
pengukuran termometer aksila, 1 bayi usia 2 bulan terukur 0,1°C lebih rendah
dibandingkan dengan termometer aksila dan 5 anak berada di kisaran suhu
normal.
4) Kendala yang ada pada pelaksanaan inovasi ini adalah: pengukuran suhu tubuh
ke seluruh pasien anak ruang infeksi hanya dilakukan dalam satu waktu,
sehingga belum didapatkan perbedaan hasil pengukuran di malam hari dengan
pagi hari, dan tidak semua pasien kooperatif dengan pelaksanaan pengukuran
suhu, terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif dan anak yang trauma
terhadap tindakan invasif.
5) Hal yang mendukung pelaksanaan proyek inovasi adalah mendapatkan respon
yang baik dari perawat ruang infeksi, anak usia pra sekolah dan usia sekolah,
bahkan ada keluarga yang memilih termometer timpani untuk dipersiapkan
apabila pasien sudah kembali ke rumah.
6) Faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan hasil pengukuran suhu tubuh
dengan menggunakan termometer timpani, yaitu: suhu, anak bergerak aktif,
hormon, stress dan lingkungan.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


7) Termometer timpani direkomendasikan untuk digunakan karena mudah diakses,
mencerminkan suhu inti, pengukuran sangat cepat (1 detik), hasil lebih akurat,
dan meminimalkan trauma pada anak. Tetapi harus lebih diperhatikan dengan
tehnik pemasangan probe terhadap membran timpani dengan posisi yang tepat
dan adanya infeksi/serumen pada telinga yang dapat mempengaruhi keakuratan
hasil pengukuran.
5.2 Saran
1) Bagi Pelayanan Keperawatan
Perlunya persamaan persepsi dan sosialisasi kepada seluruh perawat tentang
teknik pengukuran yang tepat dalam penggunaan termometer timpani yang
telah terbukti akurat sesuai evidence based nursing practice dalam aplikasi dan
tindak lanjut dalam memonitor tanda-tanda vital untuk pengukuran suhu tubuh
pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
2) Bagi Pendidikan Keperawatan
Perlunya informasi dan edukasi pada keluarga dalam pemilihan penggunaan
termometer yang akurat, cepat dan aman untuk pengukuran suhu tubuh sebagai
deteksi dini dan upaya preventif pada anak. Informasi ini diharapkan pula dapat
dijadikan kajian literatur dalam pemberian asuhan keperawatan pasien anak
yang mengalami perubahan suhu tubuh.
3) Bagi Penelitian Keperawatan
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang presisi penggunaan termometer
timpani dan termometer yang tersedia di ruang anak RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo dengan menggunakan metode uji klinik acak pada populasi
anak usia 0-18 tahun.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

1. Academy of neonatal nursing. (2013). Necrotizing Enterocolitis and Feeding


Interventions Malignancies and Tumors in the Neonate Amniotic Fluid Index. The
Journal of Neonatal Nursing. 32(1).
2. Asher C & Northington L. (2008). Position statement for measurement of temperature/
fever in children. Society of Pediatric Nurses. Diakses dari www.pednurses.org pada
tanggal 30 September 2013.
3. Avner, J.R. (2009). Acute Fever. Pediatric in review, 30(1): 5-13. Diunduh pada 28
September 2013.
4. Barraf, L. J. (2008). Management of infant and young children with fever without
source. Pediatrics Annals, 37(10): 673-679.
5. Davie A & Amoore J. (2010). Best practice in the measurement of body temperature
Nursing Standard, 24(42): 42-49.
6. Dodd SR, Lancaster GA, Craig JV, Smyth RL, Williamson PR. (2006). In a systematic
review, infrared ear thermometry for fever diagnosis in children finds poor sensitivity.
J Clin Epidemoiol.; 59(4): 354-7.
7. El-Radhi AS, Barry W. (2006). Thermometry in paediatric practice. Arch Dis Child.
;91(4):351-6.
8. Hockenberry. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis: Mosby Yearbook.
9. Jefferies S, Weatherall M, Young P, Beasley R. (2011). A Systematic review of the
accuracy of peripheral thermometry in estimating core temperatures among febrile
critically ill patients. Crit Care Resusc. ; 13(3): 194-9.
10. Kozier, Erb., Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses & Praktik. (Ed.7). Jakarta:EGC.
11. McGraw-Hill. (2011). Harrison’s principles of internal medicine. (18th ed). New York,
4012.
12. NICE Clinical Guideline (2013). Feverish illness in children: assessment and initial
management in children younger than 5 years. Royal College of Paediatrics and Child
Health (RCPCH).
13. Susan B, et al. (2011). Emergency Nursing Resource: Non-Invasive Temperature
Measurement In The Emergency Departement.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


14. Susan C. Kim. (2011). First Aid & Emergencies, WebMD Medical Healthwise,
http://firstaid.webmd.com/body-temperature diunduh tanggal 28 Septemebr 2013.
15. Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Editor : Monica Ester.
EGC : Jakarta.
16. Thomas, S. Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P. D., & Antonisamy, B. (2009).
Comparative effectiveness of tepis sponge and antipyretic drug versus only antipyretic
drug in management of fever among children: A randomized controlled trial. Indian
Pediatrics, 46(2), 133-136.
17. Thompson, H.J., Kirkness, C.J., & Mitchell, P.H. (2007). Intensive Care Unit
Management of Fever Following Traumatic Brain Injury. Intensive Critical Care
Nursing, 23(2), 91-96.
18. Wong. (1989). Wong on Web Paper Beyond First Do No Harm : Principles of
Atraumatic Care.
19. __________.(2010).http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/files/2010/05/termometer.jpg.
Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2013.
20. __________.(2010).http://www.google.co.id/imgres.http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/
2010/05/termometer-telinga-menggunakan-infrared. Diunduh pada tanggal 19 Oktober
2013.
21. __________.(2012).http://www.google.co.id/imgres.http://www.kabarlamongan.com/2
012/02/indra-pendengaran-dan-alat keseimbangan. Diunduh pada tanggal 19 Oktober
2013.

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


 

LAMPIRAN 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

28 
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
LEMBAR OBSERVASI PROYEK INOVASI 
PENGUKURAN SUHU TUBUH PADA ANAK 
DI RUANG INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO 
 
 
JENIS  JENIS TERMOMETER 
RUANG  NAMA PASIEN  USIA  DIAGNOSA PENYAKIT 
KELAMIN  TIMPANI PROBE  INFRA MERAH TELINGA  AKSILA TEMPORAL 
101                 
A  M. Yuda  17 th  PRIA  ADEM  35,8  36,4  36,5  36,2 
B  Nur Rohmah  11 th  WANITA  GIZI BURUK  36,7  36,8  36,5  36,7 
C  M. Raziyyin Irsyad  4 th  PRIA  ENDOKARDITIS  36,2  36,4  36,2  35,8 
D  Putri Anggarini  2 th  WANITA  POST VP SHUNT  36, 5  36,6  36  36,3 
E  Safira  2 BLN  WANITA  GIZI KURANG  36,7  36,5  36,8  36,5 
F  Herdiana  17 th  WANITA  ABSES CEREBRI  36,4  36,5  36,1  35,9 
102                 
A  M. Reza  15 th  PRIA  POST WSD  39,8  38,5  38,7  38,1 
B  Rahdyan  10 th  PRIA  PANKREATITIS  37,3  36,7  36,7  36,5 
C  Azka  8 bln  WANITA  CEREBRAL PALSY  36,8  36,4  37,6  36 
D  Joudy  14 th  PRIA  KISTA ABDOMEN  37  35,9  36,7  36 
E  Naura  4 bln  WANITA  MENINGITIS  36,7  37  37,5  36,5 
F  Wulan  3 th  PRIA  DECOMP CORDIS  36,5  36,6  36,1  36,5 
103                 
A  Suryani  3 bln  WANITA  HIGH OUT PUT STOMA  37,1  36,9  36,9  36,5 
PERDARAHAN 
B  Marcia  3 th  WANITA  37,9  37,3  37,9  36,5 
SALURAN CERNA 
F  Iman Santoso  6 th  PRIA  HIGH OUT PUT STOMA  37  36,9  36,3  36,2 
 
 
 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Foto presentasi proposal proyek inovasi 

 
Audience 

      
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Foto pelaksanaan proyek inovasi 
Perbandingan termometer timpani dengan probe, termometer inframerah telinga 
 tanpa probe, termometer inframerah temporal dan termometer aksila digital 
 
 

 
 
 

Aplikasi pada pasien anak ruang infeksi 
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 
Penanggung jawab suster Erlinawati 
 

Termometer timpani dengan probe 

                 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Termometer infra merah telinga tanpa probe 

       
 
 

Termometer aksila digital 

     
 
 
 
 
 
 
 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Foto Presentasi hasil akhir proyek inovasi 

 
 
Audience 

 
 
 
 
 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Saran Supervisor FIK‐UI               Wejangan Divisi Bid. Perawatan 

          
 
 
Kesan Komting Residensi II       Pelepasan Head Nurse R.anak 

     
 
 

Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014


Penyerahan Kenang‐kenangan dari perwakilan Mahasiswa 
Program Profesi Ners Spesialis Tahun 2013 kepada 
Kepala Ruang anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 
 

 
Mahasiswa Program Profesi Ners Spesialis Tahun 2013 

35 
 
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai