Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayang yang
dicurahkanNya, sehingga Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Aplikasi Teori
Comfort Katharine Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo” ini dapat terselesaikan. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Residen menyadari karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, residen
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku Koordinator Mata Ajar, Supervisor Utama
sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan
arahan, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
2. Ns. Elfi Syahreni, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. An., selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran dan arahan
3. Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc.Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., sebagai Ketua Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Direktur RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan
ijin sebagai tempat praktik residensi
6. Supervisor, Head Nurse beserta staf ruang infeksi anak IKA Lantai 1 Gedung
A di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan
tempat selama praktik residensi
7. dr. M. Sulaeman, Sp.A, M.Kes, MMR, sebagai Ketua STIKES Widya Husada
Semarang yang telah memberikan kesempatan dan biaya selama pendidikan
8. Nana Rohana, SKM, M.Kep., sebagai Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Widya Husada Semarang yang telah memberikan dukungan selama
proses pendidikan
vi
Semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan.
Residen
vii
Kata kunci : teori comfort Kolcaba, peningkatan suhu tubuh, kompetensi perawat
Spesialis, termometer timpani
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... viii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................................. ix
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ......................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK
RESIDENSI
2.1 Gambaran Kasus ........................................................ …………..............7
2.2 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 17
2.3 Konsep Atraumatic Care Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh 39
2.4 Integrasi Teori Kolcaba dan Konsep Keperawatan Dalam Proses
Keperawatan ........................................................................................... 40
2.5 Aplikasi Konsep Teori Comfort Kolcaba Pada Kasus Terpilih .............. 56
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1 Kompetensi Program Pendidikan Ners Spesialis .... ………………… 101
3.2 Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik Residensi ........... 103
3.3 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak .............................................. 108
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Penerapan Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh .. 116
4.2 Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak Dalam Pencapaian
Target ………………………………………… ............................... …129
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 135
5.2 Saran ..................................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xii
xiii
xiv
xv
Singkatan Uraian
AC Air Conditioner
ACTH Adenocorticotropic Hormon
AGD Analisis Gas Darah
AKB Angka Kematian Bayi
AKBA Angka Kematian Balita
ASD Atrial Septal Defect
ASEAN Association of South East Asia Nations
ASI Air Susu Ibu
AIPDIKI Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia
AIPNI Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
BAB Buang Air Besar
BB Berat badan
BCG Bacille Calmette Guerin
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah
b.d Berhubungan Dengan
BE Base Excesses
BMR Basal Metabolisme Rate
CAVSD Complete Atrioventricular Septal Defect
Cl Chlorida
cm centi meter
COX Ciklooksigenase
CRF Corticotropin Releasing Faktor
DP Diagnosa Perawatan
EBN Evidence Based Nursing
EBP Evidence Based Practice
EMV Eyes Motoric Verbal
FCC Family Centered Care
GCS Glasgow Coma Scale
HCO3 Asam Bicarbonate
HIV Human Immunodeficiency Virus
HPEQ Health Profession Educational Quality
HSBs Health seeking behavior
HSE Haemorrhargic Shock and Encephalopathy
ICN International Council of Nurses
IGD Instalasi Gawat Darurat
IKA Ilmu Kesehatan Anak
IL Interleukin
IM Intra Muskuler
IV Intra Vena
K Kalium
kg kilogram
KIA Karya Ilmiah Akhir
xvi
xvii
1 Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2
Respon anak terhhadap kondiisi ini berbeeda-beda, teergantung uusia dan tah
hapan
mbangan annak, salah saatunya adalaah peningkaatan suhu tuubuh.
perkem
Suhu tubuh adallah perbedaaan antara jumlah pannas yang ddihasilkan tubuh
t
dengann jumlah panas
p yang hilang ke lingkungan
l luar. Suhuu tubuh maanusia
diatur dengan mekanisme um
mpan balik (feed
( back) yang diperaankan oleh pusat
pengatturan suhuu di hipotaalamus. Ap
pabila pusaat temperaatur hipotallamus
mendeeteksi suhu tubuh yangg terlalu pan
nas, tubuh akan
a melakuukan mekan
nisme
umpann balik untuuk mempertahankan su
uhu tubuh innti konstan ppada 37°C, yang
disebuut titik tetapp (set pointt), dengan cara menurrunkan prodduksi panass dan
meninngkatkan penngeluaran panas
p (Potteer & Perry, 2010).
2
Peninggkatan suhuu tubuh yanng melebihi batasan suuhu di atass normal diisebut
juga dengan
d dem
mam. Dem
mam adalah
h suatu keaadaan dimaana suhu tubuh
t
melebiihi 38°C (T
Thompson, 2007). Selain demam
m, peningkaatan suhu tubuh
t
secaraa abnormal dapat terjaddi dalam beentuk hiperrtermia, yaittu keadaan suhu
tubuh mencapai sekitar
s 38,88°C per rek
ktal secara terus
t menerrus disertai kulit
teraba panas dan terlihat kerring serta abnormalita
a as sistem saaraf pusat seeperti
deliriuum, kejangg sampai dengan ko
ondisi kom
ma yang ddisebabkan atau
dipenggaruhi oleh panas eksteernal (lingku
ungan) atauu internal (m
metabolik) (Neto,
2004)..
Demam
m berkepannjangan massih menjadii masalah morbiditas
m ddan mortalittas di
negaraa-negara troopis dan seddang berkem
mbang. Dem
mam persissten atau deemam
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
3
berkeppanjangan adalah
a demaam berlangssung lebih dari
d delapann hari peraw
watan
di rum
mah sakit, dan terkadanng gagal meendeteksi peenyebab deemam (Palazzi et
al., 20009). Hasil penelitian Bakry (2008), yang dilakukan
d ppada 100 pasien
p
anak di
d RSCM menjelaskaan bahwa penyakit
p inffeksi meruppakan peny
yebab
terbannyak demam
m pada anakk yaitu 80 anak
a (80%)) dari seluruuh kasus, diikuti
d
dengann penyakit kolagen-vaaskular 6 an
nak (6%), penyakit
p keeganasan 5 anak
(5%), serta tidak terdiagnosis
t s 9 anak (9%
%).
Salah satu prinsip atraumattic care pada anak yaang dapat ddilakukan adalah
a
dengann meminim
malkan dann mencegah
h trauma akibat
a dem
mam pada anak.
Walauupun pemerriksaan suhhu tubuh tid
dak menim
mbulkan nyeeri, namun pada
umum
mnya anak memperlihhatkan reak
ksi kecemassan yang bberlebihan pada
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
4
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
5
Hasil riset Stein,, Zeitner daan Jensen (2008) mennjelaskan bbahwa interrvensi
yang efektif
e untuuk menguranngi stres paada anak daan orang tuua adalah deengan
interveensi psikosoosial, dimanna perawat, orang tuaa dan temann di ruang rawat
r
ikut teerlibat didaalamnya. Inntervensi tersebut
t adaalah pembeerian konseling,
membantu memeenuhi kebuutuhan rasaa nyaman anak, melaatih anak untuk
u
mengeenal dan meenangani deepresi, terap
pi perilaku,, komunikasi singkat antara
a
anak dengan
d oranng tuanya,aadanya supp
port dan keeterlibatan oorang tua dalam
d
setiap perawatan anak serta pemberian
p pendidikan
p k
kesehatan.
Berdassarkan pem
mahaman inilah, residen menccoba untukk meningk
katkan
kompeetensi spesiialis keperaawatan anak
k sesuai tarrget kompetensi peraw
wat di
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6
1.2.2 Kh
husus
1.2.22.1 Mendeeskripsikan penerapan asuhan kepperawatan bberdasarkan
n teori
keperaawatan comf
mfort oleh Katharine
K K
Kolcaba paada anak deengan
masalaah peningkaatan suhu tu
ubuh.
1.2.22.2 Mengaanalisis efeektifitas pen
nggunaan teori
t keperrawatan co
omfort
oleh Katharine
K K
Kolcaba daalam asuhaan keperaw
watan pada anak
dengann masalah peningkatan
p n suhu tubuhh.
1.2.22.3 Mendeeskripsikan pencapaiian komppetensi prraktik speesialis
keperaawatan anakk yang telah
h dicapai.
1.3 Sistem
matika Penu
ulisan
Sistem
matika penuulisan karyaa ilmiah akh
hir ini terdiiri dari 5 bbab, yaitu: Bab
B I
Pendahhuluan yangg terdiri darri latar belaakang, tujuaan penulisann dan sistem
matika
penulisan; Bab III Aplikasi teeori keperaw
watan comffort oleh Kaatharine Ko
olcaba
dalam asuhan keperawatan pada anak dengan penningkatan ssuhu tubuh yang
terdiri dari gambaaran kasus, tinjauan teo
oritis peninggkatan suhuu tubuh, inteegrasi
teori keperawatan
k n dalam prooses keperawatan sertaa aplikasi teeori keperaw
watan
pada kasus
k yang dipilih; Babb III Pencap
paian komppetensi melalui pelaksaanaan
target asuhan keperawatan
k n dan targ
get proseduur oleh reesiden; Bab
b IV
Pembaahasan; dann Bab V Kessimpulan daan Saran.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 2
APLIK
KASI TEO
ORI KEPER
RAWATAN
N PADA PRAKTIK RESIDENS
SI
2.1 Gamb
baran Kasu
us
Kasuss utama paada laporann ini, yang menjadi dasar
d ganggguan pemen
nuhan
kebuttuhan rasa nyaman akkibat penin
ngkatan suhhu tubuh aadalah anak
k SR
(21buulan) dengann Kejang Demam
D Kom
mpleks. Kasus lain yangg menjadi kajian
k
tambaahan dalam
m pembahasan adalah
h kasus anaak RR denngan Menin
ngitis
Tuberrculosis (TB
B), kasus anak
a RA dengan
d Pneumonia dann Atrium Septal
S
Defecct (ASD), kasus anakk IB deng
gan Endokaarditis diseertai Comm
munity
monia dan Ventrikel
Pneum V Seeptal Defectt (VSD), kaasus anak M
MK dengan Diare
D
akut dan
d Compleete AtrioVenntrikuler Sep
ptal Defect (CAVSD).
2.1.1 Kaasus 1
Annak S.R, peerempuan, usia 1 tah
hun 9 bulann, diagnosis medis Kejang
K
Deemam Kom
mpleks. Padaa tanggal 24
4 Septembeer 2013 jam
m 10.30 WIIB, di
IG
GD RSCM, anak
a kejangg disertai deemam tinggi, suhu diukkur 39,6°C, mata
keddip-kedip, mulut menngecap, tan
ngan dan kaki
k menghhentak beru
ulang
sellama 15 meenit. Saat ittu diberikan
n stesolid melalui
m anus (supposito
oria).
Kaarena anak masih kejanng, diberikan fenobarbbital 20 mgg yang dibeerikan
seccara intra muscular
m (IIM). Pasien
n dipindahkkan ke ruaang infeksi anak
kam
mar 102 D pada
p tanggaal 26 Septem
mber 2013 jam
j 03.45 W
WIB.
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
8
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
9
Penngobatan yang
y didapaatkan anak selama diraawat di rum
mah sakit adalah
a
Ceefotaxime 170 mg (3x)) IV, Fenob
barbital 20 mg
m (2x) IV,, Parasetam
mol 80
mgg (3x) PO dan
d mendappatkan terapi infus N5 + KCl 11 m
ml/jam. Anaak SR
meendapatkan diit susu foormula 60 ccc sebanyak 8 kali seharri melalui NGT.
N
Pada hari perrawatan kessepuluh passien telah sadar penuhh, GCS 15, tidak
adaa demam, tanda-tanda vital dalam
m batas norm
mal, tidak dditemukan tanda-
tannda peningkkatan tekanaan intra kran
nial, hasil pemeriksaan
p n elektrolit dalam
d
battas normal,, kenaikan berat badaan secara berkala, anaak sudah teerlihat
resspon verball, keluarga sudah meengerti tentaang penyakkit anaknyaa dan
tiddak terjadi cidera
c padaa anak. Den
ngan kondiisi tersebut,, pada tang
ggal 4
Okktober 2013 dokter sudah memperb
bolehkan annak pulang ke rumah.
2.1.2 Kasus 2
Anak RR, laki-laki, 13 tahun, dengan diagnosa
d m
medis Menin
ngitis
tuberculosiis. Pasien tidak
t sadar sejak 12 jam sebelum
m masuk ru
umah
sakit, menggalami kejaang seluruh
h tubuh kurrang lebih 10 menit, teraba
t
panas, tetaapi ibu lupaa tidak mengukur suhuu. Anak RR
R kembali kejang
k
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
10
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
11
2.1.3 Kasus 3
Anak RA, laki-laki, 5 bulan, diagnosa
d meedis pneum
monia dan ASD.
A
Lima hari sebelum masuk
m rumah
h sakit, anaak mengalaami demam
m naik
turun denggan suhu tertinggi 38,9
9°C. Demam
m turun deengan pemb
berian
parasetamool. Saat penngkajian paada tanggall 10 Septem
mber 2013, jam
09.00 WIB
B, didapatkaan anak sesak nafas, disertai dem
mam, batuk
k dan
pilek. Terddengar suaraa stridor paada anak RA
A dan tamppak pasien malas
m
minum.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
12
panjang baadan 60 cm
m, saturasi O2
O 70% tannpa terapi O
O2. Pada hiidung
anak RA teerpasang kaanul oksigen
n 2 liter per menit dan nasogastricc tube
(NGT). Taampak wajaah anak RA
A terlihat dismorfik.
d H
Hasil penguk
kuran
lingkar keppala pada anak
a 38 cm
m (mikrosefa
fali) dan ubuun-ubun terrbuka
3x3x3cm. Pada hasil pemeriksaaan jantung anak
a RA teerdapat murr mur
ejeksi sistoolik grade IIII/b dan diteemukan palm
mar crease pada anak. Pada
tangan kannan anak RA
A terpasang IV catheterr (stopper).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
13
Masalah keperawatan
k n yang mun
ncul pada anak
a RA yaaitu 1) Berrsihan
jalan nafas tidak efekttif, 2) Penin
ngkatan suhuu tubuh: Deemam, 3) Resiko
R
tinggi infeeksi, 4) Inttoleransi ak
ktivitas, 5) Risiko pem
menuhan nutrisi
n
kurang darri kebutuhann berhubun
ngan, 6) Kuurang pengeetahuan kelu
uarga
tentang pennyakit. Tinndakan kepeerawatan yaang telah diilakukan reesiden
selama anaak dirawat adalah mem
monitor tandda-tanda viital, membeerikan
kompres aiir hangat, memonitor
m keseimbanga
k an cairan, m
memonitor intake
i
dan output nutrisi, meelibatkan keeluarga dalaam memantaau asupan nutrisi
n
dan cairann, mencegahh penyebaran infeksi, memonitorr suplai ok
ksigen
dan saturasi oksigen, memberik
kan terapi sesuai
s proggram, memo
onitor
hasil pemerriksaan labooratorium, menciptakan
m n lingkungaan yang nyaaman.
2.1.4 Kasus 4
Anak IB, laki-laki,
l 7 bulan, diaagnosa meddis endokardditis, pneum
monia
komunitas dan VSD. Satu harri sebelum masuk rum
mah sakit anak
mengalamii sesak napaas. Saat pen
ngkajian pada tanggal 7 Oktober 2013,
2
jam 09.00 WIB, didaapatkan anaak sesak naapas disertaai demam, batuk
b
dan pilek.H da-tanda viital pada annak adalah suhu
Hasil penguukuran tand
38,5°C, peernapasan 58x/menit,
5 nafas danggkal, tampaak tarikan pada
dinding dada supra steernal, saturasi oksigenn 96% dengan oksigen,, nadi
158x/menitt, teratur, isi cukup, tekanan
t darrah: 85/55 m
mmHg. Tam
mpak
wajah anakk IB terkesaan Fascies Mongoloid.
M
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
14
menangis, tidak ada riiwayat biru.. Anak hanyya mendapaatkan air sussu ibu
selama 1 buulan, selanjutnya anak mendapatkkan susu form
mula.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
15
2.1.5 Kasus 5
Anak MK
K, perempuaan, 4 bulaan, diagnossa medis ddiare akut tanpa
dehidrasi, tersangka pneumonia,
p , gizi buruuk marasmiik, CAVSD
D dan
hipertensi pulmonal.
p P
Pada saat masuk
m IGD,, anak sesakk hingga tam
mpak
sianosis paada bibir. Saaat pengkajian pada tannggal 21 Oktober 2013
3 jam
09.00 WIB
B ibu mengaatakan anak
k buang air besar
b 3x (jaam 06.00-09
9.00),
konsistensii cair, fecess warna hijaau, ada lendir, tidak aada darah, rewel,
r
ubun-ubunn besar datarr, mata tidaak cekung, turgor
t kulitt cukup baik
k dan
bising usuus meningkkat. Anak MK tampaak sesak, tterdapat rettraksi
interkostaee, saturasi oksigen 92%
% dengan menggunakann O2 nasal kanul
k
1,5 liter peer menit, terrpasang NG
GT dan tamppak sianosiss pada areaa bibir
setelah meenangis. Padda pemerikssaan paru dan
d jantungg terdengar suara
paru vesikuuler dan muurmur ejeksii sistolik graade II.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
16
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
17
A. Hipotalam
mus
Hipotalam
mus adalahh area senttralis kecill dari sel-ssel syaraf yang
menghubuungkan sisttem syaraf otonom
o denngan kelenjaar pituitary, yang
memberi masukan faaktor-faktorr kimiawi yang
y mengaalir kebawah
h salk
pituitary ke dalam kelenjar dan mengoontrol aktiivitas horm
monal.
Hipotalam
mus merupaakan pusat pengaturann suhu, dim
mana hipotallamus
bagian anterior
a berespon teerhadap peningkatan
p suhu deengan
menyebabbkan vasoddilatasi, sehiingga panass menguap dan hipotallamus
bagian p
posterior berespon terhadap penurunan suhu deengan
menyebabbkan vasokkontriksi sehingga
s m
mengaktivas
si pembenttukan
panas lebbih lanjut. Hipotalamus
H s menerimaa stimulus ddari talamus dan
dapat meelewati sisteem syaraf otonom unntuk memoddifikasi akttivitas
pulmonerr, sekresi keringat dan
d aktivitas kelenjarr dan oto
ot-otot
(Tortora & Grabowski, 2000).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
18
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
19
Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
20
2.2.1.3 Mekanism
me pengaturran suhu
Bagian ottak yang beerpengaruh terhadap
t peengaturan suuhu tubuh adalah
a
hipotalam
mus anteriorr dan hipotaalamus postterior. Hipootalamus an
nterior
berperan meningkkatkan hillangnya p
panas, vaasodilatasi dan
menimbuulkan kerringat. Hipotalamu
H s posterrior berffungsi
meningkaatkan penyyimpanan panas, m
menurunkan aliran darah,
d
menggigiil, meningkkatnya pro
oduksi pannas, meninggkatkan seekresi
hormon tiroid
t dan mensekresi
m epinephrinne dan noreepinephrine serta
meningkaatkan basall metabolism
me rate. Jiika terjadi penurunan suhu
tubuh intii, maka akaan terjadi mekanisme homeostasis
h yang memb
bantu
memprodduksi panas melalui meekanisme feed back neggatif untuk dapat
meningkaatkan suhu tubuh
t ke araah normal (Tortora, 2000).
Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
21
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
22
menimbuulkan ketidaaknyamanan
n pada anaak. Masih ada kontro
oversi
mengenaii termometter yang paaling tepat dan tempaat terbaik untuk
u
pengukurran temperattur (Susan, 2011).
Berikut faktor-fakto
f or yang meempengaruhhi peningkaatan suhu tubuh
t
adalah
me Rate (BM
1) Basall Metabolism MR)
Pada keadaan demam,
d keenaikan suuhu 1°C aakan menaikkan
metabbolisme baasal 10-15
5% dari kebutuhan oksigen akan
meninngkat 20%. Pada anak usia kurangg dari 3 tahuun, sirkulasii otak
mencaapai 65% dari
d seluruh tubuh. Jadii pada kenaaikan suhu tubuh
t
tertenntu, dapat teerjadi perub
bahan keseim
mbangan ddari membraan sel
neuroon, dan dalam
m waktu yaang singkat terjadi difuusi ion K maaupun
Na melalui
m meembran. Peerpindahan ini mengakibatkan lepas
muataan listrik yaang besar, sehingga meluas
m ke m
membran seel lain
melaluui neurotrannsmitter dan
n terjadilah kejang.
Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
23
Luas permukaann tubuh dan berat tubuhh, dimana oorang yang lebih
tinggii dan besar cenderung memiliki
m BMR yang leebih tinggi. Jenis
kelam
min laki – laki
l cenderrung memilliki massa otot lebih besar
daripaada peremppuan, sehing
gga BMR laki
l – laki lebih besarr dari
pada perempuann. Pria mem
miliki horm
mon testosteeron tinggi yang
menyebabkan BM
MR menjad
di lebih tingggi daripadda wanita (K
Kelly,
2007)). Dilihat dari
d jenis keelamin, sebbagian besarr pasien terrkena
demam
m adalah laaki-laki sesu
uai dengan penelitian P
Park dkk. (2
2006)
dimanna pasien laki-laki
l leb
bih tinggi 59 anak (59%) diban
nding
dengaan wanita 411 anak (41%
%).
ningkatkan 10–20 % m
Asupaan makanann dapat men metabolismee rate
terutaama intake tinggi
t proteein. Lemak menyalurkaan panas deengan
keceppatan sepertiiga kecepattan jaringann lainnya (Sherwood, 2001).
2
Sejalaan dengan penelitian
p dari
d Coguluu dkk. (2003), status nutrisi
n
meruppakan aspeek penting dan perlu diperhatikaan pada paasien.
Statuss nutrisi berperan
b daalam mem
mpengaruhi perjalanan
n dan
prognnosis penyakkit. Keadaan
n gizi juga berpengaruh
b h terhadap status
s
imunoologi, misallnya pada malnutrisi
m e
energi protein sedang//berat
terdappat defisienssi/defek imu
unologi seluuler maupunn humoral.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
24
Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
25
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
26
6) Iramaa sirkadian
Suhu tubuh beruubah secaraa normal 0,5-1°celciuss selama peeriode
24 jam
m. Titik suuhu tubuh tertinggi
t biaasanya terjaadi antara pukul
p
24.00 dan 06.00 pagi
p hari daan titik suhuu terendah, yaitu pada pukul
p
04.00 dan 06.00 sore hari (E
El-Radhi, Caaroll & Kleiin, 2009).
Hiperterm
mi adalah keadaan
k ketika seorangg individu mengalamii atau
beresiko untuk
u menggalami kanaaikan suhu tubuh teruus menerus lebih
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
27
2.2.2.2 Etiologi
Demam dapat
d disebbabkan oleh
h faktor innfeksi atauupun faktorr non
infeksi. Demam
D akibbat infeksi bisa disebaabkan olehh infeksi baakteri,
virus, jam
mur, atauppun parasiit. Infeksi bakteri ppada umum
mnya
menimbullkan demaam pada anak-anak antara laain pneum
monia,
bronchitiss, osteomyellitis, append
dicitis, tubeerculosis, baakterimia, seepsis,
bacterial gastroenteri
g itis, mening
gitis, ensefaalitis, selulitis, otitis media,
m
infeksi saaluran kem
mih dan ty
ypoid. Infekksi virus yang umum
mnya
menimbullkan demam
m antara laiin viral pneeumonia, innfluenza, deemam
berdarah dengue
d dann demam ch
hikungunyaa. Infeksi jaamur yang dapat
menimbullkan demam
m yaitu cocccidioides im
mitis, criptococccsis. In
nfeksi
parasit yanng menimbbulkan demaam antara laain malariaa, toksoplasm
mosis
dan helmintiasis (Dallal & Zhuko
ovsky, 20066).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
28
Penelitiann yang dilakkukan oleh Kazeem meenyatakan bbahwa mayoritas
ibu menyyatakan baahwa penyeebab demaam adalah karena in
nfeksi
(43,7%), sakit
s gigi (333%) dan paaparan sinarr matahari (227%).
2.2.2.3 Klasifikassi
Menurut Dalal dan Zhukovsky
y (2006), demam
d mem
miliki tiga fase,
yaitu:
1) Fase kedinginan
k
Fase kedinginan
k merupakan
n fase peningkatan suuhu tubuh yang
ditanddai dengan vasokonstriiksi pembuuluh darah ddan pening
gkatan
aktivittas otot yanng berusahaa untuk memproduksi panas, sehingga
tubuh akan meraasa kedingin
nan dan meenggigil. Paada fase terrsebut
anak mengalami
m p
peningkatan
n denyut janntung, peninngkatan laju
u dan
kedalaaman pernaafasan, men
nggigil akibbat tegangaan dan konttraksi
otot, kulit
k pucat dan
d dingin, merasakann sensasi dinngin, dasar kuku
mengaalami sianoosis, rambu
ut kulit berrdiri, pengeeluaran kerringat
berlebbih dan peningkatan suh
hu tubuh.
2) Fase proses
p demaam
Fase demam
d merrupakan fasee keseimbaangan antaraa produksi panas
p
dan keehilangan panas di titik
k patokan suuhu yang suudah menin
ngkat.
Pada fase
f ini anakk mengalam
mi proses meenggigil lennyap, kulit teraba
t
hangatt/ panas, merasa
m tidak
k panas atauu dingin, ppeningkatan
n nadi
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
29
Menurut Nelwan,
N teerdapat berb
bagai macaam demam yang meny
yertai
penyakit infeksi, sepeerti yang dissebutkan daalam tabel 22.1 berikut in
ni.
Tabel 2.1
2 Macam demam
d
Jeniss Demam Penjelasann
Demam Septik Pada demmam ini, suhuu badan beranggsur naik ke tingkat
t yang
kali pada mallam hari dan tturun kembali ke tingkat
tinggi sek
di atas normal
n pada pagi hari. D Demam ini disebut
d juga
demam hektik.
h
Demam Remitten
R Pada demmam ini, suhuu badan dapatt turun setiapp hari tetapi
tidak pern
nah mencapaii suhu normal..
Demam Inntermitten Pada demmam ini, suhuu badan turunn ke tingkat yang
y normal
selama beeberapa jam dalam
d satu harri.
Demam Kontinyu
K Pada demmam ini, terdaapat variasi suuhu sepanjangg hari yang
tidak berb
beda lebih darri satu derajat..
Demam Siklik Pada demmam ini, kenaikan suhu baddan selama beeberapa hari
yang kemmudian diikuti oleh kenaikann suhu sepertii semula.
Sumbeer: Nelwan, 2006
2
Pembagiann hiperterm
mi menurutt Soedjatmiiko (2005) adalah seebagai
berikut:
1. Hiperttermia yangg disebabkan
n oleh peninngkatan prooduksi panass
Hiperttermia maalignan adalah konddisi bawaaan tidak dapat
mengoontrol produuksi panas, yang terjaddi ketika orrang yang rentan
r
mengggunakan obbat-obatan anastetik
a terrtentu. Padaa fase ini teerjadi
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
31
anak usia
u 17 harri sampai dengan 15 taahun; Suddden Infant Death
D
Syndroome (SIDS) adalah ad
dalah kemaatian bayi usia 1-12 bulan
b
yang mendadak,
m t
tidak didug
ga dan tidakk dapat dijellaskan. Kejadian
yang mendahului
m i sering berrupa infeksii saluran naafas akut deengan
febris ringan yangg tidak fatall.
Menurut Laupland
L (22009), dehid
drasi adalahh berkurangnnya cairan tubuh
t
total yang terdiri darii:
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
32
Mekanism
me demam dapat
d juga terjadi
t melaalui jalur noon prostaglandin
melalui sinyal afferennt nervus va
agus yang dimediasi
d ooleh produk lokal
Macrophaage Inflamm otein-1 (MIIP-1), suatuu kemokin yang
matory Pro
bekerja laangsung teerhadap hip
potalamus anterior. B
Berbeda deengan
demam daari jalur proostaglandin, demam meelalui MIP--1 ini tidak dapat
dihambat oleh antipirretik (Nelwaan, 2006).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kerusakan jaringan
Aktivitas monosit
Demam Hipertermia
Gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman Kejang
Defisit Gangguan
volume cairan elektrolit
Sumber: Tortora & Grabowski (2000); Sherwood (2001); Ganong (2002); Nelwan
(2006); Laupland (2009)
Universitas Indone
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
34
2.2.2.5 Pemeriksaaan
Penegakkaan diagnosis demam untuk mennentukan peenanganan tidak
hanya berrpatokan deengan tingg
ginya suhu, tetapi jugaa keadaan umum
u
anak. Apaabila anak tidak nyam
man atau geelisah, demam perlu segera
s
diobati. Peemeriksaann keadaan um
mum dapat menentukaan apakah pasien
p
tergolong toksis atauu tidak tokssis (McCartthy, 1997; Luszczak, 2001;
2
Lau, 20022).
2.2.2.6 Komplikaasi
Pada dasaarnya, dem
mam dapat menguntunngkan mauupun merug
gikan.
Beberapa bukti pennelitian meenunjukkan fungsi peertahanan tubuh
t
manusia bekerja
b baiik pada temperatur demam
d dibbandingkan suhu
normal. Meskipun
M m
masih kontrroversial, ada
a keyakinnan bahwa suhu
dapat mem
mpercepat reaksi imm
munologis sehingga akkan menghaambat
beberapa kuman pattogen dan menyebabkkan lingkunngan yang tidak
kondusif bagi
b kumann. Sel darah
h putih jugga berprolifeerasi lebih cepat
sehingga membantu melawan kuman-kum
man patogeen dan mik
kroba
yang masuuk ke dalam
m tubuh (Daalal & Zhukoovsky, 20066).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
35
2.2.2.7 Penatalakssanaan
Menurunkkan demam
m pada anak
a dapaat dilakukaan secara self
managemeent maupunn non self management (Plipat dkkk., 2002).
A. Pengelolaan self mannagement
1. Terapi fissik
Pengelolaaan demam
m melalui terapi fisikk merupakkan upaya yang
dilakukann untuk mennurunkan demam
d denggan cara m
memberi tind
dakan
atau perlakuan terteentu secara mandiri. Tindakan
T ppaling sederrhana
yang dappat dilakukkan adalah mengusahaakan agar anak tidur atau
istirahat supaya metabolismeny
ya menurunn. Selain ittu, kadar cairan
c
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
36
2. Terapi Obbat
Salah satuu upaya yanng sering dilakukan
d orrang tua unntuk menuru
unkan
demam anak
a adalahh antipiretik
k seperti parasetamol
p l, ibuprofen
n dan
aspirin. Cara
C kerja antipiretik
a adalah
a dengan menurunnkan set-po
oint di
otak melalui penceggahan pem
mbentukan prostagland
p din dengan jalan
mengham
mbat enzim
m siklooksig
genase sehiingga mem
mbuat pemb
buluh
darah kullit melebar dan pengelu
uaran panass ditingkatkkan. namun perlu
diwaspaddai karena pemberian
p obat
o ini dappat bersifatt masking effect,
e
misalnya pada pasieen demam berdarah dengue,
d dim
mana penurrunan
panas dengan antipiretik terseebut menunnjukkan bahhwa seolah
h-olah
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
37
b. Ibuproofen
Ibuproofen meruppakan turun
nan asam propionate
p yang berkh
hasiat
sebaggai anti inflaamasi, analg
getik dan anntipiretik. Effek analgesiknya
sama seperti asspirin, sedaangkan dayya anti infflamasinya tidak
terlaluu kuat. Effek sampin
ng yang tiimbul beruupa mual, perut
n, tetapi lebih jarang dibandin
kembuung, dan perdarahan ngkan
aspirinn. Efek samping hematologis yang berat meeliputi
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
38
agranuulositosis dan
d anemia aplastik. Efek
E lainnyaa seperti eritema
kulit, sakit keppala, dan trombositop
t penia jaranng terjadi. Efek
terhaddap ginjal berupa gagal ginnjal akut, terutama bila
dikom
mbinasikan dengan asettaminofen. Dosis terappeutik yaitu
u 5-10
mg/kggBB/kali tiaap 6-8 jam (Wilmana
( & Gan, 20077).
c. Aspirin
Aspirin atau asam
a asetilsalisilat sering
s diguunakan seebagai
analgeesic, antiipiretik dan
d antiinnflamasi. Aspirin tidak
direkoomendasikaan pada anak <166 tahun kkarena terrbukti
meninngkatkan rissiko Sindrom
ma Reye. Aspirin
A juga tidak dianju
urkan
untukk demam rinngan karenaa memiliki efek sampiing lambung
g dan
perdarrahan usus. Efek samp
ping lain tiddak enak di perut, muall, dan
perdarrahan saluraan cerna biaasanya dapaat dihindarkkan bila dosis per
hari tiidak lebih dari
d 325 mg (Soedjatmiiko, 2005).
Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
39
Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
40
Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
41
utam
ma dalam memperbaiki
m i kondisi kliien. Perbaikkan kondisi klien tidak
k akan
tercaapai jika kebutuhan akaan rasa nyam
man tidak terpenuhi (M
March, 2009
9).
2.4.2 Kon
nsep utamaa teori comffort Kolcab
ba
mponen dalaam konsep utama teorii comfort yaang disamp
Terddapat 7 kom paikan
Kolccaba sebagaai berikut:
A. Heaalth care neeeds
Kolccaba menddefinisikan kebutuhan pelayanann kesehatann sebagai suatu
kebuutuhan akaan kenyam
manan, yang
g dihasilkaan dari situasi pelay
yanan
keseehatan yangg stressful, yang
y tidak dapat dipennuhi oleh ppenerima sup
upport
sisteem tradisionnal. Kebutuuhan ini meeliputi kebuutuhan fisikk, psikospirritual,
sosiaal dan lingkkungan, yanng kesemuan
nya membuutuhkan monnitoring, lap
poran
verbbal maupunn non verbbal, serta kebutuhan
k y
yang berhuubungan deengan
Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
42
B. Com
mfort
mfort meruppakan sebuaah konsep yang
Com y memppunyai hubuungan yang
g kuat
dalaam keperaw
watan. Comffort diartikaan sebagai suatu
s keadaaan yang dialami
olehh penerimaa yang daapat didefi
finisikan seebagai suaatu pengallaman
mediate yanng menjaddi sebuah kekuatan melalui kkebutuhan akan
imm
kerinnganan (rrelief), keetenangan (ease), and kem
mampuan lebih
(trannscedence) yang dapat terpenuhi dalam
d empaat konteks ppengalaman yang
meliiputi aspek fisik, psikospiritual, so
osiokultural dan lingkunngan.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
43
m
mendapatka
an informassi sesuai den
ngan perkem
mbangan yaang berhubu
ungan
d
dengan prossedur pulanng dari rumaah sakit dann rehabilitasii.
4. Kebutuhan
K rasa nyamaan lingkungaan (environmental comf
mfort)
K
Kebutuhan rasa nyam
man lingkungan termaasuk kerappian, lingku
ungan
y
yang sepi, perabotan yang nyam
man, bau lingkungann minimum
m dan
k
keamanan s
seperti dalam
m tatanan pediatrik.
p Juuga termasuuk perhatian
n dan
s
saran terhadap adaptaasi lingkung
gan di kam
mar rumah ssakit dan ru
umah
p
pasien. Peraawat seharuusnya melaakukan upayya menurunnkan kebisingan,
p
penerangan
n dan ganggguan pada saat
s tidur unntuk memffasilitasi pro
omosi
k
kesehatan liingkungan.
C. Comfort
C meeasures
C
Comfort meeasures menngacu pada tiga comforrt berikut, yyaitu :
C
Comfort caare adalah filosofi peerawatan keesehatan yaang berdasarkan
f
fisik, psikoosipiritual, sosiokultura
s al dan lingkkungan yanng nyaman
n bagi
k
klien. Com
mfort care mempunyai
m i 3 komponnen, yaitu intervensi yang
s
sesuai dan tepat wakttu, model perawatan
p y
yang perhattian dan em
mpati,
b
berfokus paada kenyamanan pasien
n.
C
Comfort meeasures itu sendiri adaalah interveensi yang seengaja diran
ncang
u
untuk menningkatkan kenyaman
nan klien atau keluuarga. Tind
dakan
k
kenyamanan
n diartikann sebagai suatu inteervensi kepperawatan yang
d
didesain u
untuk mem butuhan keenyamanan yang spesifik
menuhi keb
d
dibutuhkan oleh peneerima jasa,, seperti fisiologis,
fi ssosial, finaancial,
p
psikologis, spiritual, linngkungan dan
d intervennsi fisik.
C
Comfort neeeds adalahh kebutuhan
n akan rasaa nyaman relief, easee dan
t nce dalam
transcenden m kontek pengalamaan manusiaa secara fisik,
p
psikospiritu
ual, sosisokuultural dan lingkungan.
l .
Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
44
D. Enhanced
E C
Comfort
E
Enhanced c
comfort yaittu meningkaatkan kenyaamanan yanng terus meenerus
d
dengan mellakukan inttervensi ken
nyamanan secara
s konssisten dan terus-
t
m
menerus, saampai klien akan menccapai kesehaatan yang ddiinginkan dalam
d
m
mencari keesembuhan (HSBs). In
ni dilakukaan dengan cara melak
kukan
a
asuhan keeperawatan secara menyeluruh
m dengan tindakan yang
iindependent dan depennden sesuai dengan kew
wenangan perawat.
P
Proses yangg dilakukan pada tahap
p ini sesuai dengan
d asuhhan keperaw
watan
y
yaitu dengaan melakukkan tindakan
n dan dievaaluasi secarra terus-meenerus
d
dengan SO
OAP dan SOAPIER sampai
s klieen mengalaami kesemb
buhan
s
sesuai denggan tujuan perawatan (outcomes comfort). S
Sebuah outtcome
y
yang langsuung diharappkan pada pelayanan
p k n, mengacu pada
keperawatan
t
teori comforrt ini.
E. Intervening
I g variables
I g variables adalah
Intervening a faktor positif ataupun
a neggatif yang seedikit
s
sekali dapaat dikontroll oleh peraawat atau institusi
i tetaapi berpeng
garuh
l
langsung k
kesuksesan rencana intervensi
i k
kenyamana
an. Variabeel ini
m
meliputi peengalaman masa
m lalu, usia, sikap, status em
mosional, sup
upport
s
system, proggnosis, finaancial, dan kebiasaan/po
k ola kesehataan.
F. Health
H seekking behavioor (HSBs)
H
HSBs adalaah perilakuu pasien ataau keluargaa yang terlibbat secara sadar
a
atau tidak sadar,
s mengggerakkan mereka
m ke arrah kesejahhteraan. HSB
Bs ini
m
merupakan sebuah kaategori yang
g luas darii outcome bberikutnya yang
b
berhubunga
an dengan pencarian kesehatann yang diddefinisikan oleh
r
resipien saaat konsultasi dengan perawat.
p H
HSBs ini daapat berasall dari
e
eksternal (aktivitas yang terrkait denggan kesehhatan), intternal
(
(penyembuh
han/pengem
mbalian fung
gsi imun ataau kematiann yang damaai).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
45
G. Institusiona
I al integrity
I al integrity adalah kon
Institusiona ndisi saranaa perawatann kesehatan yang
m
menyeluruh
h, jujur, prrofessional dan beretiika. Integriitas institussional
d
dianggap seebagai nilaai-nilai etik,, stabilitas finansial, ddan keselurruhan
d
dari organiisasi pelayaanan keseh
hatan pada area lokal, regional,, dan
n
nasional. Pada sistem rumah sak
kit, definisii institusi ddiartikan seebagai
p
pelayanan k
kesehatan um
mum atau home
h care.
Peraw
wat melakuukan interveensi yang dianggap
d effektif dengaan perilaku yang
carinng, sehinggaa hasil yangg dicapai terrlihat sebagai peningkaatan rasa ny
yaman
atau disebut com
mfort measures. Sedan
ngkan comffort care akkan mengkaaitkan
semuua komponnen tersebuut. Pasien dan peraw
wat sepakat tentang health
h
seekiing behavioour yang diiinginkan, bila
b kenyam
manan tercaapai, pasien
n dan
angggota keluargga terikat olleh HSBs dan
d akan lebih puas deengan pelay
yanan
kesehhatan. Bilaa perawat dan klien
n puas terhhadap instiitusi pelay
yanan,
masyyarakat akann mengetahhui kontribu
usi institusi tersebut teerhadap pro
ogram
kesehhatan pemeerintah. Innstitusi jadii lebih terrpandang ddan berkem
mbang
(Kolccaba, 2003;; Sitzman & Eichelberg
ger, 2011).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
46
Skema 2.2
2 Konsep teori kepera
awatan comffort Katharrine Kolcaba
a
Sumber: Kolcaba&
&Dimarco (20 005); Tomeyy&Alligood ((2006);
Marrch (2009); Sitzman,
S Katthleen&Eichhelberger (2011)
Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
47
k
klien mengeluh mual, pusing, lem
mas. Sebeluumnya tidakk pernah dirrawat
d rumah sakit
di s dengaan penyakit yang sam
ma. Pengukuuran tanda--tanda
v
vital tekanaan darah 110/70 mmHg, nadi 96xx/menit, suhhu 36,4°C. Berat
b
badan klienn 43 kg, toinnggi badan 155 cm. peemeriksaan fisik didap
patkan
d
data konjunngtiva tidakk anemis, suara nafas vesikulerr, bising ussus 8
x
x/menit, heepar tidak teeraba. Hasiil pemeriksaaan laboratorium: Hb: 14,9
H
Hematokrit: 45, trombbosit 210.000, widal titer
t O:1/3220 widal titter H
1
1/160. Saat ini mendappatkan terap
pi Acran injeksi 3x25 m
mg (IV), Triicefin
2 gr, Dripp dekstrose 5% 100cc.
2x1
2) Kebutuhan
K rasa nyamaan psikososiial:
I mengataakan klien adalah
Ibu a anak
k yang percaaya diri dann mudah berrgaul,
m
mempunyai
i banyak teeman dan merasa
m sedih karena ttidak berku
umpul
d
dengan ma sakit. Klien merasa sangatt senang ketika
meereka selam k
d
dijenguk o
oleh temaan-temannyaa di rum
mah sakit. Klien teeratur
m
melaksanak
kan ibadah agama dan berdoa di rumah. Sejak dirawat klien
t
tidak melakksanakan ibbadah kareena kondisii tubuh yanng lemah, klien
b
belum menarche, infoormasi tentaang pubertaas didapatkkan dari maajalah
d
dan cerita teman, orrang tua memberikan
m n penjelasann apabila klien
b
bertanya.
3) Kebutuhan
K rasa nyamaan terkait peengalaman sosiokultura
s al:
K
Klien adalaah anak ketiga dari tiga bersauudara. Ayaah tidak pernah
m
menjenguk karena bekkerja sebagaai supir di kedutaan
k beesar. Anak tidak
s
sedih berpiisah dari ayyah karenaa ayahnya bekerja. Klien lebih dekat
d
dengan ibu dibandingkkan dengan ayah.
a
4) Kebutuhan
K rasa nyamaan terkait peengalaman lingkungan:
l
K
Keluarga daan klien meerasa nyamaan dengan lingkungan
l kamar. Ruaangan
k
kamar mengggunakan AC
A dengan pengharum
m ruangan, ssatu kamar untuk
u
2 pasien deengan lampuu penerangaan masing-m
masing klieen. Terdapatt sofa
u
untuk keluaarga. Kamaar mandi bersih
b dan nyaman. N
Namun dem
mikian
a
anak dan keeluarga ingin segera pu
ulang ke rum
mah.
Universitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
48
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
49
S
Salah satu contoh
c diaggnosa keperrawatan padda aplikasi ccomfort Ko
olcaba
p
pasien anakk dengan demam
d tipo
oid terkait mual berhuubungan deengan
i
iritasi inteestinum, d
dengan tujjuan rasa mual beerkurang, tidak
m
menggangg
gu aktifitas makan daapat dilihatt dalam taabel 2.3 seebagai
b
berikut.
Tabel 2.3 In
ntervensi keperawatan pada
p pasien
n anak dengaan demam tipoid
t
Tipe intervvensi Comfoort Kolcaba Tindakan n Keperawattan
Tehnikal 1. Kaji ulaang intensitaas mual, fak
ktor
(sttandar comfoort) yang memperberrat mual dan
mempperingan muaal.
2. Berikann Acran injjeksi 3x25 mg
(IV)
3. Berikann Tricefin 2x1 gr (d drip
dekstrrose 5% 100ccc)
Coaching Jelaskan pada annak penyeebab
munculnyaa mual
Comfortingg 1. Ajarkann pada klien tehnik Imag gery
(Comfoort food for thhe soul) guidannce
2. Libatkann keluarga dalam latiihan
imagery guidance
Sumber: Herlina
H (20112)
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
50
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
51
d. Environmen
E tal comfort
Inntervensi yang
y dapat dilakukan agar kenyyamanan lingkungan dapat
teercapai adallah sebagai berikut:
1) Tatanan/penataan ruuang peraw
watan seperrti di rumaah dan fassilitas
tempat tidur untuk orang tuaa dan pennunggu. Ruuang peraw
watan
dimodifikaasi seperti di
d rumah miisal dindingg di cat berw
warna diberii wall
paper, tiraai dan sprei bermotif an
nak, alat maakan bergam
mbar kartun
n atau
kursi dan meja
m untuk anak serta fasilitas unttuk mencuci tangan.
Hal ini sesuai
s denggan pernyaataan dari Hockenberrry (2009) yaitu
mempertahhankan fassilitas rumaah sakit sepperti bed uuntuk penun
nggu,
bangku unntuk anak, teelevisi, ruan
ngan dicat dengan
d warnna yang meenarik
akan mem
mbuat lingkuungan seperti di rumah sendiri.
2) Fasilitas akses
a uk keluargaa dan anak melalui telepon
komuunikasi untu
akan mem
minimalkan dampak
d pem
misahan padda anak. Inttonasi suaraa juga
akan mem
mberikan penguatan
p pada
p anak. Apabila oorang tua tidak
berkunjunng, perawat hendaknya
h melakukan kontak denngan anak.
3) Orang tuaa dapat melakukan
m konsultasi
k kepada perrawat men
ngenai
kondisi dan
d tindakaan perawataan sebaiknyya diberikaan dalam ruang
r
konsultasii, hal ini akan
a memb
berikan keseempatan keepada orang tua
untuk meendapatkan informasi dan dapaat terlibat dalam tind
dakan
perawatann.
4) Ruang berrmain bisa dilaksanank
kan secara indoor dan outdoor. Dalam
D
ruang berrmain terseebut disediaakan beberrapa alat ppermainan untuk
u
stimulasi sesuai
s tahapp tumbuh keembang anaak.
5) Penyediaaan buku – buku
b atau perpustakaaan mini dillengkapi deengan
kursi dann meja bellajar serta player memungkink
m kan anak untuk
u
mengekspplorasi inforrmasi yang diinginkann terutama uuntuk anak pada
tahap prassekolah.
6) Penyediaaan fasilitas untuk berribadah muudah dijanggkau dan dapat
digunakann anak saat didampingi
d orang tuanyya.
Unive
ersitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
52
7) Seragam perawat
p yanng menarik
k dengan memakai
m waarna selain putih
dapat mennurunkan ketakutan
k anak
a terhaddap orang asing sehingga
perawat daapat lebih mudah
m dalam
m melakukaan pendekattan pada anaak.
8) Perawat dapat mengggunakan alatt – alat dalaam tindakann perawatan
n yang
dimodifikaasi seperti alat berm
main misall menggunnakan steto
oskop
berwarna warni,
w alas bermotif attau manset yang
y dijahitt dengan gaambar
kartun.
2. Evalluasi Keperrawatan
Evalluasi keperaawatan dilaakukan setellah implem
mentasi. Evaluasi bisa dilihat
d
dari perubahann tingkat kenyamanan
k n pasien setelah
s dilaakukan tind
dakan
peraawatan. Penilaian tinngkat kenyamanan addalah menentukan tin
ngkat
kenyyamanan yaang dialam
mi oleh pasiien sebelum
m dan sesuddah diinterv
vensi.
Beberapa caraa atau skkala yang dapat dillakukan unntuk meng
gukur
kenyyamanan menurut Kolccaba (2005)) adalah:
a. Pertanyaan
P tertutup adalah pertany
yaan yang hanya
h mem
merlukan jaw
waban
“
“ya” dan “tidak”. Pertaanyaan tertu
utup dapat diajukan
d paada anak usiia 2-3
t
tahun.
b. Skala
S kenyamanan denngan bungaa Daisi (Chhildren’s C
Comfort Daiisies),
y
yang dikem
mbangkan Kolcaba
K tahu
un 1997-20000. Skala seesuai gambaar 2.1
t
tersebut dappat mengukuur tingkat kenyamanan
k n pada anak usia 1-4 tah
hun.
2 Children
Gambar 2.1 n’s Comforrt Daisies, 2000
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
53
d. Skala
S 1 – 100 (Skala Kuusher).
P
Perawat meeminta anakk menunjuk nomor yanng dianggapp dapat mew
wakili
t
tingkat kenyyamanan yaang sedang dirasakan anak.
a Gambbar skala Kusher
K
d
dapat dilihaat pada gambbar 2.2.
G
Gambar 2.2 Visual
V analo
og scale dan skala Kusheer
l 2 3 4 5 6 7 8 9 10
e. Kuesioner
K General Coomfort Queestioner (GC
CQ) yang diadaptasi dapat
d
digunakan u
untuk menggukur tingkaat kenyamannan pada annak remaja.
f. Comfort
C Beehaviours Checklist
C (C
CBC) yang dibuat Kolcaba pada tahun
t
1
1997 dapat digunakan untuk men
ngukur tingkkat kenyam
manan anak yang
t
tidak dapat bicara.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
54
3. Linggkungan
Linggkungan addalah aspekk dari pasieen, keluargaa, atau instiitusi yang dapat
dimaanipulasi oleh
o peraw
wat atau orang
o terccinta untukk meningk
katkan
kenyyamanan annak selama perawatan. Dalam kaasus ini papparan AC dalam
d
ruanngan, pembbatas tirai, kondisi
k ruaangan yangg kotor, sem
mpit dan ramai
r
meruupakan gaambaran daari pengkajjian ketidaaknyamanann yang dialami
pasien.
4. Keseehatan
Keseehatan adalah fungsi opptimal, sepeerti yang digambarkan oleh pasien
n atau
keloompok, darii pasien, keeluarga, atau
u masyarakaat. Dalam teeori keperaw
watan
yangg diaplikasiikan resideen dalam kasus
k kelolaaandiharapkkan kenyam
manan
tercaapai, pasienn dan anggoota keluargaa terikat olehh HSBs dann akan lebih
h puas
UPN Dr. Cipto
denggan pelayanan kesehaatan di ruaang infeksii anak RSU
Manngunkusumoo, sehinggaa rumah sak
kit lebih teerpandang ddan berkem
mbang
dalaam masayaraakat sekitarr.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
55
Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak
Jalur 1 dengan peningkatan suhu tubuh
1. Rehidrasi
Jalur 3 2. Pakaian yang tipis dan
1. Catat usia dan jenis
menyerap keringat
3. Kompres air hangat kelamin anak 1. Suhu dalam batas normal
1. Tidak terjadi kejang 1. LOS minimal
4. Kolaborasi pemberian 2. Observasi suhu tubuh, (36,5-37,5°C)
dan dehidrasi 1. Percaya pada 2. Antipiretik
antipiretik nutrisi dan balance cairan 2. Perilaku anak
2. Suhu tubuh normal tenaga kesehatan berkurang
5. Pendidikan kesehatan 3. Jaminan/Asuransi menunjukkan rasa nyaman
3. Tidak menimbulkan 2. Anak tidak 3. Keluarga puas
6. Pemberian dukungan kesehatan 3. Penilaian rasa nyaman
stress dan trauma kepada pasien dan keluarga menangis/takut dengan
4. Libatkan keluarga disesuaikan dengan usia
4. Anak dan keluarga 7. Empati dan sentuhan 3. Tidak terjadi pelayanan
(Family Centered Care) dan kondisi anak
merasa nyaman 8. Lingkungan yang tenang komplikasi rumah sakit
9. Musik kesukaan anak 4. Adanya support keluarga penyakit dan
penyebaran infeksi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
56
2.5 Aplik
kasi Konsep
p Teori Com
mfort Kolca
aba Pada Kasus Terp
pilih
Aplikkasi teori comfort
c Koolcaba akan
n diterapkaan pada saalah satu kasus
kelolaaan yang teerpilih, yaittu kasus pasien anak SR
S dengan Kejang Deemam
Komppleks. Prosees asuhan keperawatan
k n akan dim
mulai dari tahap pengk
kajian
menuurut Kolcabba (rasa nyyaman terk
kait pengalaman fisikk, psikospirritual,
sosiokkultural dann lingkungaan), penenttuan masalaah keperaw
watan yang dapat
dianallisa dari sttruktur takssonomi ken
nyamanan pada tabel 2.4, meny
yusun
intervvensi kepperawatan dengan menggunakkan comffort meassures,
impleementasi keperawatan
k n kemudian
n dievaluaasi dengann menggun
nakan
instruumen yang sesuai
s dengaan tingkat perkembang
p gan anak.
2.5.1 Gambaran
G umum pasien
2.5.2.1 Identitass pasien
Anak S.R, perempuuan, usia 21 bulan. Pasiien adalah aanak pertam
ma
2.5.2.2 Keluhann utama
Ibu meengatakan anak dem
mam tinggi, kejang dan mengalami
penurunnan kesadaraan.
2.5.2.3 Riwayatt penyakit
Sejak ussia 6 bulan,, anak kejan
ng berulangg tanpa dem
mam dan beerobat
rutin ke poli Neuroo RSCM sejjak 3 bulan yang lalu. Saat tiba dii IGD
RSCM tanggal
t 24 September 2013 jam 10.30
1 WIB anak mengalami
kejang, mata keddip-kedip, mulut menngecap, taangan dan kaki
menghentak berulang selama kurang lebih 15 menit. Saaat itu
diberikaan Stesolidd (supp) 2x,
2 kemudiian anak ddiberikan terapi
t
Fenobarrbital 20 mg
m (IM) kaarena masihh kejang. A
Anak mengalami
penurunnan kesadaraan (Apatis). Anak S.R dipindahkaan ke ruang anak
infeksi kamar 102 D pada taanggal 26 September
S 2013 jam 03.45
0
WIB. Skkala risiko jatuh:
j 17.
2.5.2.4 Diagnossa Medis
Diagnossis pasien adalah
a kejan
ng demam kompleks. Yang dimaaksud
kejang demam
d kom
mpleks adallah kejang demam
d yanng terjadi deengan
ciri salaah satu tandda gejala seb
bagai berikuut: kejang lama > 15 menit,
m
kejang fokal atau parsial saatu sisi, ataau kejang uumum didaahului
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
57
2.5.2 Pengkajian
2.5.2.1 Pengkajian Kenyam
manan Terk
kait Pengalam
man Fisik
Keadaann umum annak lemah, tingkat kesadaran
k A
Apatis. Gla
asgow
Coma Scale
S (GC
CS) E2M5V
V3=10. Muukosa bibiir anak keering,
terpasanng selang nasogastric tube (NGT
T). Hasil peengukuran tanda-
tanda viital pada annak didapatk
kan tekanann darah 90//55 mmHg, suhu
38,6°C, nadi 120 x/mnt,
x pernaafasan 28x//mnt, lingkaar kepala 39
9 cm,
diameter ubun-ubun besar 2 mm
m (mikrosefali). Beraat badan anaak SR
6965 grram dan pannjang badan
n 72 cm. Ekstrimitas
E anak mengalami
parese, terpasang selang infu
us di tangann kiri. Gennetalia terpaasang
kateter. Penghitunggan risiko jatuh: 17. Sejak usia 6 bulan pasien
p
kejang berulang
b tannpa demam
m, berobat kee poli Neuro RSCM seejak 3
bulan yang
y lalu. Tidak adaa riwayat kejang
k di keluarga. Hasil
pemerikksaan analissis cairan otak
o pada anak
a tanggaal 24 Septeember
2013 menunjukkan
m n bahwa an
nak tidak mengalami
m kelainan. Hasil
nak melaluui spesimen urin 24 jam
pemerikksaan laborratorium an
tanggal 27 Septem
mber 2013 didapatkann Natrium (Na) 96 mEq,
Kalium (K) 8 mEq,, Klorida (C
Cl) 78 mEq.
2.5.2.2 Pengkajian Kenyam
manan Terk
kait Pengalam
man Psikospiritual
Semenjaak sakit anaak S.R cend
derung diam
m terbaring di tempat tidur.
Bila dibbangunkan dengan
d rangsang nyeri, anak hannya melihat pada
kedua orang
o tuanyya. Anak diasuh
d olehh ibunya ddan mempeeroleh
dukungaan dari keluuarga. Kelu
uarga khawaatir terhadaap penyakit yang
diderita anaknya, tetapi keluarrga yakin dan
d selalu bberdoa mem
mohon
untuk keesembuhan anaknya.
2.5.2.3 Pengkajian Kenyam
manan Terk
kait Pengalam
man Sosiokkultural
Pasien adalah anaak pertama, usia kehaamilan cukkup bulan, lahir
secara spontan,
s terrdapat riway
yat biru dirrawat selam
ma 10 hari, tetapi
t
tidak diipasang alatt bantu naffas. Berat badan
b anakk saat lahir 1900
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
58
gram dan
d panjanng badan lahir 42 cm. Perkeembangan anak
mengalaami keterlambatan, seperti angkaat kepala uusia 8 bulan
n dan
miring ke
k kanan kiri usia 10 bulan.
b Samppai saat ini, anak belum
m bisa
duduk, berdiri
b dan berjalan. Peerhatian dann kehadirann kedua oran
ng tua
selalu ada
a disamppingnya. Hu
ubungan daalam keluarrga berlang
gsung
harmoniis, anak menndapat kasih sayang daari keluargaa.
2.5.2.4 Pengkajian Kenyam
manan Padaa Lingkungaan
Keluargga kurang merasakan
m ny
yaman denggan lingkunngan kamar yang
sempit dan
d kotor. Ruangan
R dig
gunakan unntuk 6 pasieen tanpa pen
nutup
tirai sebbagai privasii. Ruangan kadang-kaddang terasa panas. Padaa saat
jam berrkunjung tibba, ruangan
n terlalu ram
mai. Keluarrga ingin segera
pulang ke
k rumah.
Tabel 2.44 Struktur taksonomi
t comfort
c Kolccaba pada k
kasus anak S.R
S
Tipe comffort Relieff Eaase Transeedence
Fisik 1. Tinggkat kesadarann : Apatis.
Glassgow Coma Scale (GCS S)
E2MM5V3=10.
2. Tandda-tanda vital:
tekaanan darah: 90/55
9 mmHg g,
suhuu: 38,6°C
nadii: 120 x/mnt
pernnafasan: 28x/mmnt.
3. Hasiil laboratorium
m: (Urin)
Natrrium (Na): 96 mEq/24 jam
Kaliium (K): 8 mEq/24 jam m
Klorrida (Cl): 78 mEq/24
m jam.
4. Penggukuran s
status gizzi
mem mpunyai kesaan status gizzi
anakk kurang
5. Anaak mempunnyai riwayaat
kejaang, penghittungan risik ko
jatuhh: 17.
Psikospirittual Anak membuka Keluarga teetap berdoa
mata dann melihat untuk kesembuhan
k
orang tuuanya saat anaknya
diberikan stimulus.
Sosiokultuural Keluarga khawatir Klien merup pakan anak
terhadap penyakit pertama, sehingga
yang diderita perhatian dan
n kehadiran
anaknya. kedua oran ng tuanya
selalu ada
a di
sampingnya.
Lingkungaan Ruang perawatan
p terddapat 6 pasienn,
yang raamai bila jam
m kunjung tibaa,
ruangann kadang-kaadang terassa
panas, tidak ada pembatas/
p tiraai
sebagai privasi.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
59
2.5.3 Rencana
R keeperawatan
n
R
Rencana kepperawatan pada
p anak S.R
S berdasaarkan konseep teori Comfort
K
Kolcaba disuusun dengann menggunaakan comforrt measuress dan intervening
v
variables paada masing--masing diaagnosa kepperawatan. B
Berikut ini akan
d
dijelaskan reencana kepeerawatan paada anak SR
R.
2.5.3.1 Perfusi jaringan ceerebral tidaak efektif b.d
b reduksi aliran daraah ke
otak
A. Tujuan keeperawatan:
Setelah dilakukan
d tiindakan keeperawatan selama 2 minggu, suplai
s
darah ke otak dapatt kembali normal,
n denngan kriterria hasil seebagai
berikut:
1. Sirkulasi darah dalam kead
daan normal (tekanann darah: 110/60
mmHgg, saturasi oksigen:
o 99--100%).
2. Peninggkatan tekanan intra krranial (edem
ma pupil, muntah proy
yektil,
sakit/nnyeri kepalaa) tidak terjaadi
3. Komplikasi penyaakit tidak diitemukan seelama peraw
watan.
B. Intervensii Keperawattan
ma adalah intervensi yang dilak
Intervensii keperawaatan pertam kukan
untuk meemelihara perfusi
p jarin
ngan otak secara adeekuat. Interrvensi
tersebut diicantumkann dalam tabeel 2.5 di baw
wah ini.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
60
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
61
Tabel 2.6.
2 Interven nsi DP 2 Pen
ningkatan su
uhu tubuh: DDemam b.d efek
langsung dari
d sirkulassi endotoksin
n pada hipootalamus
Intervenssi
Tindakan keperawatan
k
kenyaman nan
Tehnikal 1. Obseervasi tanda-taanda vital : suhhu, nadi, RR, dan saturasi oksigen.
o
2. Pantaau tanda-tand da hiperpirekssia: suhu meeningkat drasttis, kulit
kem
merahan, ruam,, takikardi dann takipnoe.
3. Berikkan kompres aira hangat
4. Kolaaborasi pembeerian terapi anttibiotik Cefotaaxime 170 mg g (3x) IV
dan antipiretik Paarasetamol 80 mg (3x) PO.
Coaching 1. Anjuurkan pasien untuk
u banyak minum
m ± 2,5 1 / 24jam
2. Jelasskan manfaatn nya banyak miinum bagi klieen
3. Anjuurkan keluarg ga untuk meengganti pakkaian yang tiipis dan
meenyerap kering gat pada anak
4. Ajarkkan keluarga tentang obserrvasi suhu daan pemberian kompres
air hangat
5. Berikkan penjelasaan pada kelluarga untuk tetap disam mpingnya
selaama anak massih demam tinnggi
Comforting 1. Gantti linen bila su
udah basah oleeh keringat
2. Atur suhu lingkun ngan sesuai denngan suhu tubbuh anak
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
62
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
63
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
64
B. Intervensii Keperawattan
Intervensii keperawaatan keenam
m adalah intervensi yang dilak
kukan
untuk mencegah ciddera selamaa perawatann dan menccegah terjadinya
kejang beerulang padda anak. In
ntervensi teersebut dicaantumkan dalam
d
tabel 2.10 di bawah inni.
Tabel 2.10.
2 Interveensi DP 6 Resiko tinggi cidera b.d aaktivitas kejjang
Intervvensi
Tindakan keperawatan
k
kenyammanan
Tehnikaal 1. Iddentifikasi fak
ktor pasien yaang dapat meenjadikan poteensial
cidera dalam setiap keadaaan
2. Iddentifikasi kaarakteristik dari lingkunngan yang dapat d
menjadikan potensial
p ciderra.
Coachinng 1. Ajarkan
A keluarrga untuk melakukan alihh baring tiap p jam
untuk menjag ga kelancaran sirkulasi daraah
2. Innformasikan hal-hal
h yang perlu
p dilakukkan keluarga untuk
u
mencegah cid dera saat terjaddi kejang beruulang pada anaak
3. Anjurkan
A keluuarga untuk memasang penghalang dan
mengunci rodar tempatt tidur saaat tidak beerada
disampingnyaa
Comforrting 1. Paasang penghalang dan mengunci roda tem mpat tidur
2. Paasang gelang berwarna kuuning sebagai tanda risiko jatuh
pada anak dand gambar segitiga kunning pada teempat
tidurnya
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2.5.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan
Implementasi dan evaluasi keperawatan pada anak S.R berdasarkan teori dan taksonomi comfort oleh Kolcaba, dapat dilihat
dalam tabel 2.11 sebagai berikut:
Tabel 2.11 Implementasi dan evaluasi pada anak SR
Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Evaluasi Keperawatan
Implementasi Diagnosa
27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
Keperawatan Keperawatan
Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
1. Memonitor adanya 1. Perfusi Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif: Subyektif:
perubahan jaringan
sirkulasi darah cerebral - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
secara teratur tidak efektif anak masih tidur anak sudah mulai anak sudah mudah anak sudah mulai anak sudah
2. Memonitor adanya b.d reduksi terus tetapi kejang mudah dibangunkan bangun sendiri. diperbolehkan
peningkatan aliran darah sudah tidak ada. dibangunkan, tapi pulang oleh dokter.
tekanan ke otak - Ibu mengatakan masih terlihat - Ayah mengatakan
intrakranial anak lebih suka mengantuk, kejang Obyektif: Obyektif: akan menyelesaikan
3. Memberikan tidak sudah tidak ada. administrasinya
posisi tidur yang menggunakan - tekanan darah: - tekanan darah: segera.
nyaman bagi anak bantal saat tidur 110/65 mmHg, 110/60 mmHg, -
4. Memberikan Obyektif: SpO2 100% SpO2 100% Obyektif:
terapi Anti - lingkar kepala: 39 - lingkar kepala: 39
Konvulsif Obyektif: - tekanan darah: cm cm - tekanan darah:
100/60 mmHg, - Terapi obat - anak lebih terlihat 110/65 mmHg,
- tekanan darah: SpO2 99% Depakene masuk 2,5 nyaman tidur SpO2 100%
90/55 mmHg, - lingkar kepala: 39 ml (PO). menggunakan - lingkar kepala: 39
SpO2 98% cm bantal cm
- lingkar kepala: 39 - Terapi obat - Terapi obat - Terapi obat
cm Depakene masuk Analisis: Fenobarbital masuk Depakene masuk 3
- Terapi obat 2,5 ml (PO). 20 mg (IV). ml (PO).
Depakene masuk - Keefektifan perfusi
2,5 ml (PO). Analisis: jaringan serebral
Obyektif:
- Kepala ibu
mengangguk_angg
uk saat diberikan
penjelasan tentang
kondisi anak dan
cara
menghadapinya
bila sudah dirumah
- Ibu selalu
mendengarkan
setiap penjelasan
yang diberikan
perawat.
- Ibu kadang
bertanya saat
Analisis:
Kurang pengetahuan
orang tua teratasi.
Planning:
1. Libatkan keluarga
dalam tindakan
yang dilakukan
perawat/tim
medis selama
masa perawatan.
2. Berikan informasi
yang dibutuhkan
keluarga.
- Keluarga tampak
antusias
mendengarkan
penjelasan perawat.
Analisis:
Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit anaknya
Planning:
Pertahankan kondisi
dan tetap berikan
reinforcement positif
kepada keluarga.
Analisis:
Perfusi jaringan
serebral teratasi.
Planning:
Pertahankan kondisi
dan tetap anjurkan
keluarga monitor
kondisi anak.
Analisis:
Peningkatan suhu
tubuh demam belum
teratasi.
Planning:
Anjurkan keluarga
untuk memberikan
anak banyak minum
Analisis:
Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit sudah
Planning:
1. Anjurkan keluarga
untuk tetap
berdoa memohon
kesembuhan
anaknya
2. Ajak keluarga
untuk selalu
mengikuti
perkembangan
kondisi anaknya
Analisis: Analisis:
Analisis:
Risiko tinggi cidera Risiko tinggi cidera Analisis:
belum teratasi. belum teratasi Risiko tinggi cidera
teratasi sebagian. Risiko tinggi
Planning: Modifikasi Planning: Modifikasi cidera sudah
intervensi intervensi teratasi.
keperawatan dengan: keperawatan dengan:
Planning:
Pantau keluarga Pantau keluarga
Modifikasi
dalam melakukan alih dalam melakukan alih
intervensi Planning:
baring. baring
keperawatan Pertahankan
dengan: Pantau kondisi anak
keluarga dalam
melakukan alih
baring.
Planning: Planning:
- Terlihat keluarga
pasien bergantian
menyapu lantai
Analisis:
Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit teratasi.
Planning:
- Pertahankan
kondisi
Memasang gelang 6. Risiko tinggi Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: -
berwarna kuning cidera b.d
sebagai tanda risiko aktivitas Obyektif: Obyektif: Obyektif: Obyektif:
kejang
jatuh pada anak dan
- Anak terbaring - Anak terbaring lemah - Anak terbaring - Kesadaran
gambar segitiga
lemah di tempat di tempat tidur lemah di tempat sadar penuh
kuning pada tempat tidur - Kesadaran somnolen tidur - Gelang
tidurnya - Kesadaran Apatis - Riwayat kejang - Kesadaran terpasang di
- Riwayat kejang - Gelang terpasang di compos mentis tangan kiri
- Gelang terpasang tangan kiri anak tetapi masih anak
di tangan kiri anak - Gambar segitiga mengantuk - Gambar
- Gambar segitiga kuning ditempatkan - Riwayat kejang segitiga kuning
kuning di tempat tidur anak. - Gelang terpasang ditempatkan di
ditempatkan di di tangan kiri tempat tidur
tempat tidur anak. anak anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
99
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 3
PENCA
APAIAN KO
OMPETEN
NSI
100
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
101
Standar kompetensi
k perawat merefleksika
m an atas kompetensi yyang diharaapkan
dimiliki oleh
o individdu yang akkan bekerja di bidanng pelayanaan keperaw
watan.
Menghadaapi era gloobalisasi, sttandar terseebut harus ekuivalen dengan staandar-
standar yaang berlakuu pada secttor industryy kesehatann di negara lain serta dapat
berlaku seecara internaasional (Perrsatuan Peraawat Nasionnal Indonesiia, 2005).
3.1 Komp
petensi Proggram Pend
didikan Nerrs Spesialiss
Ners Spesialis adalah seeseorang yang
y telahh menyelessaikan pro
ogram
pendiddikan pasca sarjana (S2) dan atau ditam
mbah penddidikan speesialis
keperaawatan 1, yang
y memiiliki kompeetensi sesuaai bidang sspesialisasi yang
watan di bidang
memperkuat dann meningkaatkan kualiitas layanaan keperaw
spesiallisasi tersebbut melalui upaya mew
wujudkan prraktik keperrawatan berrbasis
bukti (evidence
( based nursinng practice)), dimana saalah satu diaantaranya adalah
a
keperaawatan anakk (Tim Proggram Ners Spesialis
S Keeperawatan A
Anak, 2012
2).
Ners Spesialis
S m
menurut Inteernational Council
C of Nurses
N (20003) bahwa Ners
Spesiaalis merupakkan seorangg perawat yang
y memiliki tingkatt pendidikan
n dan
keteram
mpilan yanng melebihi perawat geeneralis dann bertangguung jawab dalam
d
praktikknya sebaggai seorang spesialis dengan keaahlian yangg lebih maaju di
bidangg keperawattan.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
102
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
103
3.2 Komp
petensi Sesu
uai Area Peeminatan Selama
S Praaktik Resideensi
Sebagaai seorang ners spesiialis keperaawatan anaak, perawatt spesialis harus
mampu melaksannakan prakktik klinik berbasis 3 ranah utaama kompeetensi
perawaat, yaitu 1)
1 praktik profesionaal, etis, leggal dan peeka budaya; 2)
pembeerian asuhaan dan mannajemen asu
uhan keperrawatan; 3)) pengembaangan
profesional (PPNI, 2010). Untuk itu, sebagai calonn ners spesiaalis keperaw
watan
anak, residen meelakukan pencapaian kompetensii berdasarkkan ketiga ranah
r
kompeetensi tersebbut selama menjalankan
m n praktik keeperawatan..
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
104
3.2.2 Pemberian
n asuhan dan manajemen asuhaan keperaw
watan
Praktik ressidensi dilakksanakan oleh residenn mulai tangggal 25 Feb
bruari
2013 samppai 24 Noovember 20
013. Sebellum melaksanakan prraktik
residensi, residen terrlebih dahu
ulu menyussun kontrakk belajar sesuai
s
dengan kom
mpetensi yaang akan diccapai. Prakttik residenssi terdiri darri dua
tahapan, yaitu
y residdensi I dan
d residennsi II. Prraktik resiidensi
dilaksanakaan di unitt atau ruan
ngan sesuaai dengan area pemiinatan
residen. Reesiden dalaam praktik residensi inni memilih area peminatan
infeksi, perrinatologi dan
d non inffeksi dengaan area atauu unit pemiinatan
utama adaalah infeksii. Rumah sakit
s yang digunakan residen seelama
praktik ressidensi I maupun
m residensi II addalah di IK
KA 1 Gedung A
RSUPN Drr. Cipto Maangunkusum
mo Jakarta. Selama praaktik Resideensi I
dan II, resiiden juga beerkompeten
n membuat proyek inovvasi berdasarkan
evidence baased nursinng dan melaakukan sosiaalisasi di seetiap tahapan
n dan
ruang yangg digunakann sebagai praaktik.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
105
Ressiden meraw
wat anak pada gangguuan sistem hematologiiyaitu
anaak dengan leeukemia limf
mfoblastik akkut(LLA), aakut myelob
blastik
leukkemia (AM
ML), thalasemia dan hemophiliaa. Residen juga
merrawat anak dengan gaangguan karrdiovaskuleer yaitu tetrralogi
of fallot
f (TO
OF), patent duktus arrteriosus(PD
DA) dan gagal
janttung. Pada gangguan sistem perrkemihan rresiden merrawat
anaak dengan sindrom neefritis, dan gagal ginjjal kronik. Pada
kasuus Onkologgi, residen merawat
m anaak dengan liimfoma hod
dgkin,
tum
mor wilms, ewing sarcoma, rhabdomiiosarkoma dan
retinnoblastomaa. Di ruang
g ini, residen melakksanakan prroyek
inovvasi kelomppok berdasaarkan evideence based ppractice ten
ntang
teraapi sitz bathh dalam meeminimalkann kejadian fisura anal pada
anaak kemoteraapi. Proyek tersebut dillaksanakan pada tangg
gal 22
3 Mei 2013 dan hasil pelaksaanaan dipreesentasikan pada
– 31
tangggal 4 Juni 2013.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
106
prem
mature dann BBLR, neonatus
n deengan infekksi (sepsis)) dan
kejaang, bayi dengan hiperrbilirubinem
mia, dan pengawasan bedah
b
anaak dengan kasus ga
astroschizis. Di ruanng ini, reesiden
mennerapkan evvidence baseed practice meberikan posisi yang
g baik
padda bayi denggan prematu
ur dan hipottermia (Posiitioning).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
107
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
108
3.3 Peran
n Ners Spesialis Keperrawatan An
nak
Peninggkatan kom n anak menurut Tim Program Ners
mpetensi keperawatan
Spesiaalis Keperaw
watan Anakk (2012) adaalah sebagaai berikut: 1) praktisi assuhan
keperaawatan padaa area keperrawatan anaak, 2) perann pendidik ddan konsulttan di
bidangg keperawattan anak, 3)) peran advo
okat bagi klien dalam aarea keperaw
watan
anak, 4) peran peengelola asuhan keperrawatan anaak, 5) perann peneliti teerkait
keperaawatan anakk.
Peraw
wat spesialis anak memiiliki tanggu
ungjawab unntuk kualitaas standar assuhan
keperaawatan untuuk anak dann keluarga. Selain itu, seorang ners spesialis anak
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
109
Peninggkatan kom
mpetensi keperawatan
n anak menurut Tim Program Ners
Spesiaalis Keperaw
watan Anaak (2012) adalah
a residdenkeperaw
watan anakssecara
mandiri harus berrperan sebaggai:
3.3.1 Praktisi assuhan kepeerawatan pada area keperawata
k n anak
Dalam penncapaian peeran ini, ressiden keperrawatan anaak harus mampu
melakukann dan menngelola asuh
han keperaawatan padda pasien anak.
Mampu melakukan
m a
artinya peraawat mamppu melaksaanakan tind
dakan
keperawataan mandiri maupun tindakan yanng sifatnya kolaboratif dan
disertai peemantauan. Sedangkan
n arti dari mengelola adalah perrawat
melakukann asuhan keperawatan
k n langsungg secara m
mandiri deengan
menggunakkan metodologi proses keperaw
watan (penngkajian, an
nalisa
masalah, penegakkkan diagn
nosis kepperawatan, perencaanaan,
implementaasi dan evaaluasi), meelakukan kooordinasi innterdisiplin serta
menginisiaasi proses perubahan/in
novasi sehinngga tercapai tujuan assuhan
keperawataan yang berm
mutu.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
110
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
111
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
112
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
113
mendukungg program
m family centered
c c
care (FCC) disetiap unit
perawatan (Canadian Nurses Association, 20010).
3.3.4 Peran pen
ngelola asuh
han kepera
awatan anak
Peranyang dimaksudd adalah merupakann peran pperawat seebagai
koordinator pelayanann keperawaatan anak. Peran ini ddilakukanreesiden
keperawataananakdenggan berkoo
ordinasi d
dengan tim
m keperaw
watan
diruangan maupun tim
m kesehatan
n lainnya. Koordinasi yang dilak
kukan
dengan sessama peraw
wat adalah berupa koomunikasi yyang terinteegrasi
terkait perkkembangan kondisi passien pada seetiap operann atau pergaantian
dinas. Tim
m kesehatan lain yang dapat berkkoordinasi llangsung deengan
perawat anntara lain adalah dokteer, ahli gizii, ahli farm
masi, fisioterapis,
ahli elektroomedik (raadiologi) daan staf adm
ministrasi. P
Peran koord
dinasi
tersebut daapat berupaa koordinassi pada upaaya manajeemen tempeeratur
regulasi, maanajemen caairan, manajemen
nutrisi,mannajemenfarm
makoterapi, manajem
men ROM
M, pemerik
ksaan
radiologidaan manajeemen dok
kumentasi asuhan ppasien. Bentuk
koordinasi dengan tim
m kesehatan
n lain ini merupakan
m bbentuk kerjaasama
lintas bidanng keahliann yang sering disebut seebagai kolabborasi(Cana
adian
Nurses Asssociation, 20010).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
114
Selam
ma menjalanni program spesialis teersebut residden mempeeroleh duku
ungan
dari banyak
b pihaak. Dukunggan sangat berarti daari manajem
men Gedun
ng A,
supervvisor ruang IKA 1 Geddung A RSU
UPN Dr. Cippto Mangunnkusumo Jaakarta
besertaa staffnya, maupun
m pem
mbimbing klinis
k di lappangan. Selaain itu duku
ungan
juga diperoleh
d daari teman-teeman sejawat, perawat ruangan yaang membeerikan
kesem
mpatan yangg seluas-luasnya bagii residen juuga ada yang mengeetahui
keberaadaan spesiialis anak, mereka sen
nang karenna ada mitrra perawat yang
spesiallis.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
115
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 4
PEMBAHA
ASAN
bahasan Penerapan
4.1 Pemb P omfort Kaatharine K
Teori Co Kolcaba Dalam
D
Asuhan Keperawatan Pad
da Anak Deengan Penin
ngkatan Su
uhu Tubuh
Asuhaan keperaw
watan yang dilakukan pada 5 kaasus kelolaaan dalam karya
k
ilmiahh ini mengggunakan peendekatan teori
t keperaawatan yangg dikemban
ngkan
oleh Katharine
K K
Kolcaba yaiitu teori com
mfort dalam
m asuhan keeperawatan pada
anak dengan
d penningkatan suuhu tubuh. Empat
E konssep sentral ddalam parad
digma
keperrawatan yaittu manusia (pasien), keesehatan, linngkungan ddan keperaw
watan.
Sedanngkan konssep utama teori
t comfo
ort yang diikembangkaan oleh Ko
olcaba
menillai kenyamaanan dengaan membuaat struktur taksonomi
t yang bersu
umber
pada tiga
t tipe kenyamanan dan
d mengkaaitkan ketigga tipe kenyyamanan terrsebut
dengaan empat peengalaman kenyamanan
k n (Sitzman & Eichelberrger, 2011).
Asuhaan keperaw
watan yangg diberikan
n residen pada 5 ppasien kelo
olaan,
seluruuhnya mem
miliki permaasalahan yaang sama saat harus ddirawat di ruang
r
infekssi anak RS
SUPN Dr. Cipto Man
ngunkusumoo. Masalah tersebut adalah
a
peninngkatan suhhu tubuh yang beriisiko terhaadap terjaddinya gang
gguan
metabbolisme tubbuh yang beerdampak pada
p ketidakknyamanann fisik, gang
gguan
psikospiritual yaang tercerm
min pada maasalah perkkembangan anak, gang
gguan
sosiokkultural yanng tercerminn pada interraksi sosial dan risiko tterjadinya cidera
c
ataupuun resiko tinnggi infeksii akibat gan
ngguan rasa nyaman linngkungan.
116
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
117
4.1.1 Pengkajian
Padaa tahap ini akan diaanalisis pen
ngkajian daan pengukuuran terhad
dap 4
kontteks kenyam
manan terkaait pengalam
man fisik, psikospiritu
p al, sosialku
ultural
dan lingkungann.
4.1.11.1 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam
man fisik
Pengkajian rasa nyaaman terkaiit dengan peengalaman fisik klien, dapat
dilakukaan dengan wawancaraa dan pem
meriksaan fiisik. Anak yang
dirawat di rumah sakit
s datang
g dengan keluhan
k utam
ma. Keluhaan ini
dapat teerkait dengaan riwayat masa lalunnya. Secaraa umum perrawat
mengobbservasi keaadaan klien,, sikap tubuuh pasien daan perilaku yang
menunjuukkan ketiddaknyamanaan (Kolcabaa, 2005, Herrlina, 2012).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
118
seperti anak
a SR yaang mengallami peninggkatan suhuu tubuh sehingga
anak meengalami keejang dan mengalami
m penurunan kkesadaran.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
119
Pemerikksaan hemoodinamik ju
uga dapat memberikan
m n gambaran
n rasa
tidak nyyaman klienn. Pengkajiaan secara menyeluruh
m dapat dilak
kukan
dengan pemeriksaaan head to to
oe. Seperti yang dilakuukan residen
n saat
aji kelima kasus,
mengkaj k dimana peninggkatan suhuu tubuh dialami
semua anak,
a tetapii dengan peenyakit yanng berbeda--beda. Hasill dari
pemerikksaan tandaa-tanda vitaal yang dillakukan residen padaa saat
pengkajian adalah sebagai beerikut: anakk SR tekannan darah 90/55
9
mmHg, suhu 38,6°°C, nadi 120
0 x/menit, pernapasan
p 28x/menit, anak
RR tekaanan darah 100/70 mmHg,
m nadi 110x/meniit, suhu 39
9,9°C,
RR: 26xx/menit, anaak RA nadii 150x/meniit, suhu 38,5°C, pernap
pasan
50x/mennit, anak IB suhu 38,5°C,
3 peernapasan 558x/menit, nadi
158x/meenit, tekanan darah: 85/55 mm
mHg, dan anak MK suhu
39,7°C, nadi 150x/m
menit, pern
napasan 44x//menit.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
120
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
121
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
122
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
123
Keluargga anak SR
R dan RR mengalami
m ketidaknyaamanan terssebut,
dikarenaakan suhuu ruangan yang terkkadang paanas dan suara
pengunjung yang ramai
r saat jam kunjunng tiba. Keeluarga anaak SR
merasa kurang nyaaman terhad
dap privasii anaknya kkarena tidak
k ada
pembataas atau sekat dalam ruangan yang
y berissi enam paasien.
Keluargga anak RA
A, IB dan MK masihh bisa beraadaptasi deengan
lingkunggan rumah sakit.
s
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
124
3) Pengalaman
P n sosiokulttural kelimaa kasus keelolaan, paasien mengalami
k
ketidaknyam
manan dalaam berinterraksi dikareenakan 2 aanak mengalami
p
penurunan kesadaran (apatis) daan 3 anak masih dalaam tahap in
nfant.
K
Keluarga kelima k
kasus kelo
olaan residden menggalami maasalah
s
sosiokultura
al pada levvel transcen
ndence kareena keluargga merasa cemas
c
d
dengan pennyakit anakknya yang tidak tau kapan
k sem
mbuhnya. Seetelah
a
adanya dukkungan darri tenaga kesehatan
k d
dalam pembberian inforrmasi
y
yang dibutuuhkan olehh keluarga selama
s anaak menjalannkan pengo
obatan
d perawaatan di rumaah sakit, kelluarga mem
dan mahami tentaang kondisii anak
m
masing-mas
sing, merasaa nyaman dan
d bisa beradaptasi denngan lingku
ungan
r
rumah sakitt.
4) Pengalaman
P n lingkungaan pada anak
k tidak dapat terkaji , ssehingga reesiden
m
melakukan pengkajiann pada keluaarga. Pada awalnya keeluarga anaak SR
i
ingin segeraa pulang keerumah karrena kondissi lingkungaan ruangan yang
k
kurang nyaaman, seperrti ruangan sempit, tiddak adanyaa pembatas antar
p
pasien yangg berisi 6 anak, suhu
u ruangan yang panass, dan ram
mainya
p
pengunjung
g saat jam kuunjung tiba.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
125
4.1.4 Imp
plementasi keperawatan
Pem
meriksaan dan
d pemanttauan suhu adalah saalah satu inndikator peenting
dalaam mengkaaji kondisi kesehatan anak yangg dirawat di rumah sakit.
Pem
meriksaan suuhu secara non invasiif secara tiidak langsuung lebih dipilih
d
untuuk meminim
malkan kettidaknyaman
nan pada pasien
p (Daavie & Am
moore,
20100).
Salaah satu prinnsip atraumaatic care paada anak yaang dapat ddilakukan adalah
a
denggan meminnimalkan dan
d menceegah traum
ma pada aanak. Walaaupun
pem
meriksaan suuhu tubuh tidak
t menim
mbulkan nyyeri, namunn pada umum
mnya
anakk memperliihatkan reakksi kecemaasan dan sttress yang berlebihan pada
wakktu dilakukkan pemerikksaan suhu
u tubuh. Faktor
F yangg menyebaabkan
traum g dibutuhkaan dalam peemeriksaan suhu
ma pada annak adalah waktu yang
tubuuh cukup lama (5-12 menit). Menurut
M pennelitian yanng dilakukaan El
Radhhi (2006) dan analisiis review yang
y dilakuukan oleh JJefferies (2
2011),
mennjelaskan baahwa pengggunaan term
mometer tim
mpani selainn terbukti akurat
a
dapaat meminim
malkan dam
mpak traum
ma pada anaak. Seperti yang dilak
kukan
residden pada saaat pengukuuran suhu keelima anak pada
p kasus kelolaan deengan
mennggunakan termometer
t timpani. Residen
R menngukur tingkkat nyeri deengan
mennggunakan skala
s FLAC
CC dan didaapatkan hasil nol (0) unntuk semuaa anak
(Hocckenberry, 2009).
2
Implementasi yang
y dilakuukan residen
n terkait keebutuhan raasa nyaman
n fisik
anakk adalah denngan melakkukan proyek inovasi deengan berdaasarkan evid
dence
baseed practice,, yaitu pengggunaan term
mometer tim
mpani dapaat meminim
malkan
rasa trauma paada anak deengan meng
gukur suhuu tubuh seccara cepat dalam
d
wakktu 1 detikk dan mam
mpu mencegah terjadiinya infekssi silang karena
k
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
126
term
mometer meenggunakann probe. Im
mplementasi tersebut diilakukan reesiden
setiaap tiga jam dalam perggantian shifft pada kelim
ma kasus kkelolaan. Seeluruh
anakk pada kasuus kelolaan residen
r tidak
k ada yang mengalami trauma.
Implementasi lain
l yang dilakukan residen deengan penaatalaksanaan
n self
mannagement yaaitu memanntau keseimb
bangan cairran dalam ttubuh anak harus
tercuukupi agarr kadar eleektrolit tidaak meningkkat saat evvaporasi teerjadi,
mem
mberikan sirrkulasi udaara yang baaik, agar tubbuh pasien berkeringaat dan
menngalirkan haawa panas ke tempat lain, mem
mbuka pakaiian atau seelimut
yangg tebal mendukung terjadinya radiasi daan evaporaasi, membeerikan
kom
mpres air haangat yangg dapat meemberikan sinyal
s ke hhipotalamuss dan
mem
macu terjaadinya vassodilatasi pembuluh darah peerifer. Hall ini
mennyebabkan pembuangan
p n panas meelalui kulit meningkat sehingga teerjadi
penuurunan suhuu tubuh mennjadi normaal kembali. Pemberian kompres hangat
h
dilakkukan apabbila suhu diiatas 38,5°C
C dan telahh mengkonssumsi antip
piretik
setenngah jam seebelumnya.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
127
takaar 5 ml dalam
m sehari). Dengan
D adaanya peran kompetensi
k perawat seebagai
penddidik yang sesuai denngan salah satu intervvening variaables pada teori
comf
mfort Kolcabba, residen berusaha
b memberikan
m informasi yyang dibutu
uhkan
olehh keluarga tentang doosis pembeerian obat yang tepaat untuk paasien.
Sehiingga keluaarga mendaapatkan keb
butuhan info
formasi yanng bisa mem
mbuat
rasa nyaman soosiokultural terhadap teenaga kesehatan.
Implementasi keperawatan
k n dievaluasii dengan meenggunakann instrumen yang
ngan lainnnya, sesuaii dengan usia
berbbeda antarra pasien satu den
perkkembangan anak. Untukk meningkaatkan kenyaamanan pasiien dan kelu
uarga,
peraawat menyyusun kembbali rencan
na keperaw
watan sam
mpai pada level
trannscendence.
Implementasi yang
y dilakuukan residen
n pada keliima kasus kkelolaan, seetelah
dievvaluasi denggan mengguunakan form
mat SOAP (S
Subjektif, O
Objektif, An
nalisis
dan Planning), kelima passien diijinkaan pulang kerumah
k denngan masa rawat
r
palinng lama addalah anak RA, yaitu 3 minggu (11 hari) ddan paling cepat
masa perawataan adalah anak IB den
ngan 1 minnggu. Masaalah pening
gkatan
suhuu tubuh baikk yang menngalami dem
mam, maupuun hiperterm
mi kelima pasien
p
dapaat teratasi seesuai dengaan intervensi yang disussun residen.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
128
dem
mam dan hippertermia sudah
s terataasi. Dari keelima kasuss kelolaan untuk
u
mennilai tingkat kenyamanaan sesuai deengan tahappan usia perkkembangan
n pada
kasuus kelolaan residen, menilai
m deng
gan mengguunakan gam
mbar bunga Daisi
yangg diciptakaan oleh Koolcaba. Teetapi, kelim
ma kasus kkelolaan reesiden
mem
mpunyai peenilaian yanng sama yaaitu tidak dapat
d dinilaai karena masih
m
dalaam tahap usia
u infant dan mengalami penuurunan kesadaran. Reesiden
menncoba menggunakan insstrumen Co
omfort Behaaviours Checcklist.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
129
padaa pengalam
man terkait kebutuhan
k fisik, psikoospiritual, ssosiokulturaal dan
lingkkungannya.. Ease digaambarkan residen
r sebaagai kesem
mbuhan anaak SR
yangg dapat dilihhat dari konndisi tubuh anak SR yang sudah ttidak mengalami
dem
mam, gambaaran tingkatt kesadaran
n anak comp
mpos mentiss, dan senyu
uman
yangg dianggapp sebagai respon perubahan perilaku anak terh
hadap
kenyyamanan yaang dirasakaan, serta adaanya supporrt dari keluaarga pasien..
4.2 Pemb
bahasan Prraktik Speesialis Keperawatan Anak Dalaam Pencap
paian
Targeet
Peraw
wat sebagai salah satu unit
u pemberri pelayanann kesehatan,, sangat berp
peran
dalam
m memperttahankan dan
d memeelihara kennyamanan pasien. Teknik
peraw mbinaan daan pendamppingan pasiien yang sesuai
watan yang tepat, pem s
dengaan kondisi pasien,
p sertaa mempertaahankan keppuasan pasieen selama dalam
d
peraw
watan, meruupakan benttuk pelayan
nan prima yang dapat m
mempertahaankan
atau meningkatka
m an kenyamaanan pasien
n (Supartini,, 2004).
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
130
Jalil (2007), m
menjelaskan
n bahwa pengetahuuan ibu, ketakutan dan
penataalaksanaan anak demaam secara mandiri
m oleeh ibu dapaat mempeng
garuhi
proses pengobataan demam dan kenyam
manan padda anak. Ibuu yang mem
miliki
pengeetahuan tenttang perawaatan anak demam,
d akann melakukaan tindakan yang
tepat untuk menngatasi demam, sepertii memberikkan dosis anntipiretik deengan
benarr, mengukurr suhu denggan termomeeter dan meenciptakan llingkungan yang
man untuk annaknya. Kuurangnya peengetahuan ibu tentangg perawatan anak
nyam
demam
m menyebbabkan merreka melak
kukan terappi yang saalah. Kesaalahan
merekka meliputii pemberiaan antipirettik berlebihhan atau kkurangnya dosis,
d
menyelimuti anaak dengan selimut
s teb
bal, dan meempunyai kkeyakinan bahwa
b
tumbuuh gigi meruupakan pennyebab demaam.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
131
Dalam
m upaya pencapaiann target kompetensi
k sebagai calon speesialis
keperrawatan anaak, residen keperawataan anak seccara umum
m telah men
ncapai
komppetensi yangg telah ditettapkan, teru
utama menjaalani peran sebagai perrawat
primeer dalam memberikan
m asuhan kep
perawatan pada
p anak ddengan pen
nyakit
infekssi di ruang infeksi
i anakk. Dalam peencapaian taarget kompeetensi ini reesiden
mempperoleh dukkungan olehh pihak maanajemen geedung A R
RSCM dan ruang
r
infekssi anak lantaai 1 dengann memberikaan kesempaatan untuk m
mengelola pasien
p
anak dengan
d pennyakit infekssi.
Kesem
mpatan dallam mengeelola pasien
n ini mem
mbuat mahaasiswa resiidensi
keperrawatan anaak dapat memberikan
m asuhan kepperawatan ppada pasien
n dan
mencaapai beberaapa target yang
y ingin dicapai
d sesuuai dengan kkondisi pen
nyakit
pasienn masing--masing. P
Proses asu
uhan kepeerawatan ddiawali deengan
melakkukan penggkajian, meenentukan masalah keperawatan
k n yang mu
uncul,
menyusun rencaana keperaw
watan, mellakukan tinndakan kepperawatan untuk
u
mengatasi masallah dan meelakukan ev
valuasi terhaadap tindakkan keperaw
watan
yang dilakukan. Asuhan kepperawatan ini
i dilaksannakan dengaan berfokus pada
salah satu teori keperawatan
k n yaitu teorri comfort oleh
o Katharrine Kolcaba dan
berdaasarkan teorri keperaw
watan terseb
but, mahasiiswa resideensi sebelum
mnya
telah mengembaangkan form
mat pengkaajian yang kemudian digunakan pada
setiapp pasien keloolaan.
Kesem
mpatan lainnnya dalam
m mengelolaa pasien di ruang infeeksi anak adalah
a
mahassiswa residdensi keperrawatan anaak dapat berdiskusi laangsung deengan
mahassiswa Progrram Pendidikan Dokterr Spesialis Anak
A (PPDS), ahli gizii, dan
peraw
wat ruang innfeksi anak terkait kon
ndisi pasienn yang dikeelola. Mahasiswa
resideensi keperaw
watan anakk juga mend
dapatkan bim
mbingan daan supervisi dari
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
132
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
133
Pelakksanaan pennerapan EB
BN di ruan
ng infeksi anak
a yang menjadi prroyek
inovaasi dan targeet pencapaiian kompeteensi mahasiswa resideensi keperaw
watan
anak. Residen mampu
m meenunjukkan bahwa termometer timpani mampu
membberikan hassil yang akkurat, dapatt mendetekksi adanya perubahan suhu
tubuhh lebih cepaat, tidak meenimbulkan trauma padda anak karrena penguk
kuran
dilakuukan dalam
m waktu 1 detik,
d dan tidak
t terjadii penyebaraan infeksi silang
s
karenna termomeeter mengggunakan probe,
p sehhingga kom
mplikasi in
nfeksi
penyaakit yang lebih serius dapat seg
gera dicegahh. Kendala yang ada pada
pelaksanaan inoovasi ini adalah
a tidaak semua pasien koooperatif deengan
pelaksanaan pengukuran suuhu, terutam
ma anak yanng masih keecil, terlalu
u aktif
dan annak yang traauma terhaddap tindakaan invasif.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
134
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 5
SIMP
PULAN DA N
AN SARAN
5.1 Kesim
mpulan
1. Tahaapan asuhaan keperaw
watan menu
urut teori comfort ini diawali deengan
tahaap pengkajiian dengan mengacu pada kebuutuhan rasa nyaman teerkait
penggalaman fissik, psikosppiritual, sossiokultural dan
d lingkunngan. Kemu
udian
tahaap penentuaan masalahh diidentifiikasi berdaasarkan struuktur takso
onomi
mennurut teori comfort Koolcaba. Lan
ngkah selannjutnya pennyusunan tu
ujuan
mpokan inttervensi sessuai dengann diagnosis yang
kepeerawatan daan pengelom
telahh ditegakkaan. Intervennsi yang terrdiri atas inntervensi sttandar/ tehn
nikal,
penddidikan kesehatan/ coaaching dan kenyamanaan jiwa/ com
mforting terrsebut
diim
mplementasiikan sesuaai kelompo
ok. Tahap terakhir adalah evaaluasi
kepeerawatan disusun
d meenggunakan format SOAP (Subbjektif, Objjektif,
Anaalisis dan Planning)
P dengan peedoman tujjuan keperrawatan seebagai
kebeerhasilan/ kegagalan intervenssi keperaw
watan. Peenilaian tin
ngkat
kenyyamanan dilakukan
d dengan menggunakan
m n instrumeent yang telah
disediakan olehh Kolcaba seesuaia deng
gan usia perkkembangann anak.
2. Pem
mberian asuuhan kepeerawatan pada
p lima pasien kkelolaan deengan
peniingkatan suuhu tubuh berdasarkan
b teori comfo
fort oleh Kaatharine Ko
olcaba
secaara umum dapat
d diteraapkan dengaan baik. Teeori comfort oleh Kath
harine
Kolccaba menyyatakan baahwa mem
mberikan raasa nyamaan pada pasien
p
meruupakan tujuuan profesii keperawaatan, dimanna terdapat keyakinan
n rasa
nyam
man akan membantu
m p
proses peny
yembuhan dan
d merupakkan modal dasar
utam
ma dalam memperbaiki
m i kondisi kliien. Perbaikkan kondisi klien tidak
k akan
tercaapai jika kebutuhan akaan rasa nyam
man tidak terpenuhi.
135
5.2 Saran
n
1. Bagi pelayanann keperawatan
Dalaam membeerikan asuhan keperaw
watan pada pasien, peerawat mem
miliki
peraan pentingg sebagai pengelola pasien selama
s 24 jam. Melalui
penggembangan teori comfo
fort oleh Kaatharine Kollcaba yang telah diteraapkan
olehh mahasiswaa residensi keperawatan
k n anak, dihaarapkan kennyamanan pasien
p
tetapp terjaga daan instansi pelayanan
p kesehatan
k daapat membeerikan pelay
yanan
yangg terbaik unntuk masyarrakat. Selaiin itu peraw
wat dalam m
menjalani prraktik
kepeerawatannyaa harus berrpegang pad
da prinsip etik,
e legal ddan peka bu
udaya
sebaagai bentuk praktik proofesional.
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
137
Unive
ersitas Indo
onesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory utilization and
application. St louis: Elsevier Mosby.
Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge
plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in
febrile children. Sao Paulo Medical Jurnal, 126 (2), 107-111.
Al-Eissa, Y., Al-Sanie, A., Al-Alola, S., Al-Shaalan, M., Ghazal, S. & Al-Harbi,
A. (2000). Parental perception of fever in children. Ann Saudi Med.,
20(3), 202-5.
Badan Pusat Statistik. (2011). Profil statistik kesehatan Indonesia 2011. Jakarta:
BPS.
Badan Pusat Statistik. (2007). Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)
2007. Jakarta: BPS.
Ball, J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. 3rded.
New Jersey: Pearson Education Inc.
Chen, W.L. (2005). Nurse’s and parent’s attitudes toward pain management and
parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for
Research, The Queensland University of Technology.
Crocetti, M., Moghbelli, N., Serwint, J. (2001). Fever phobia revisited: have
parental misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatric,
(107), 1241-6.
Doenges, M.E., Moorhause, M.F. & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan : pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
El-Radhi, A. S, Caroll, J., Klein, N. & Abbas, A. (2002). Fever. In: Clinical
manual of fever in children. 9th ed. Berlin: Springer-Verlag.
Fisher, R. G. & Boyce, T. G. (2005). Fever and shock syndrome. In: Moffet’s
Pediatric infectious disease: A problem-oriented approach. 4th ed. New
York: Lippincott William&Wilkins.
Ganong, W. F. (2002). Pengaturan sentral fungsi visera. In: Buku ajar fisiologi
kedokteran. 20th ed. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11.
Jakarta : EGC.
Harrison, M.T. (2009). Family centered pediatric nursing care: state of the
science. Journal Pediatr Nurs. 25(5), 335-343.
Hockenberry. (2012). Clinical Manual of Pediatric Nursing. 8th ed. St. Louis
Missauri: Elvier Mosby.
HPEQ Project. (2010). Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu.
Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge,
feras and self-management of fever: A cross-sectional study from the
capital governorate in Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39 (4), 349-354.
Judith M. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC,
ed. 7. Jakarta: EGC.
Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S. & Kashani, L. (2012). Music and
anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and Diagnostic
Research, 6(1), 94-96.
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care
and research. New York: Springer Publishing Company.
Kozier, Berman & Snyder. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses & praktik. (Ed.7). Jakarta: EGC.
Lau, A. S., Uba, A. & Lehman, D. (2002). Infectious disease. In: Rudolph’s
fundamental of pediatrics. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Laupland, K.B. (2009). Fever in the critically ill medical patient. Critical care
medical, 37(7), 273-278.
McCarthy, P. L. (1997). Fever in infants and children. In: Fever basic mechanism
and management. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Nelwan, R. H. H. (2006). Demam: Tipe dan pendekatan. In: Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.
Park, H. S., Im, S. J. & Park S. E. (2006). Investigation of causes of FUO (Fever
of unknown origin) in children. Korean J Pediatr, 49, 1282-86 [abstrak].
Plipat, N., Hakim, S. & Ahrens, W. R. (2002). The febrile child. In: Pediatric
emergency medicine. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Potter, P. A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing consept: proses and
practice. Philadelphia: Mosby. Inc.
Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young
children. American Journal Emergency Medical, 15 (2), 188-192.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Editor : Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Tortora, J.T. & Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology.
(9th ed.). Toronto.
Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians
need to know. International Pediatrics, 20(2), 95-102.
Victor, N., Vinci, R. J. & Lovejoy, F. H. (1994). Fever in children. Pediatr Rev.,
15, 127-34.
Walsh, A.M. (2008). Fever management for children. The Australian Journal of
Pharmacy, 89, 66-69.
Wilmana, P. F. & Gan, S. G. (2007). Analgesik, antipiretik, anti inflamasi
nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. In: Farmakologi dan terapi.
5th ed. Jakarta: Gaya Baru.
Wong, D. L., dkk. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatric. Vol 1. Jakarta:
EGC.
I. DATA BIOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama Klien : ……………………………………………………..
Jenis Kelamin : ……………………………………………………..
Tgl Lahir/usia : ……………………………………………………..
Tgl Masuk RS : ……………………………………………………..
Tgl Masuk Ruangan : ……………………………………………………..
Tgl Pengkajian : ……………………………………………………..
No. Register : ……………………………………………………..
Diagnosa Medis : ……………………………………………………..
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : ……………………………..………………
Pendidikan : ……………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………..
Hubungan dengan pasien : ……………………………………………..
Alamat Rumah : ……………………………………………..
( ) ( )
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
PROGRAM NERS SPESIALIS
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
PROGRAM NERS SPESIALIS
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Nama Mahasiswa : Tri Sakti Widyaningsih
NPM : 1006834095
Tempat Praktik : RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Mata Ajar : Residensi Keperawatan Anak I
4
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
riwayat keluarga, riwayat evidence based terkait kasus
tumbuh kembang practice • SAP pendidikan
b. Pemeriksaan fisik head to toe, kesehatan
tanda vital dan antropometri • Laporan target
c. Pemeriksaan penunjang pencapaian
2. Merumuskan diagnosa keperawatan: keterampilan
a. Menginterpretasi data
pengkajian
b. Merumuskan diagnosa
keperawatan
c. Menentukan prioritas masalah
keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan
3. Menyusun rencana asuhan
keperawatan
a. Membuat tujuan asuhan
keperawatan yang ingin dicapai
b. Menentukan intervensi sesuai
dengan masalah keperawatan
yang dirumuskan dan rasional
dari setiap intervensi yang akan
dilakukan untuk mencapai
tujuan
c. Monitoring dan kolaborasi
d. Membuat rancangan pendidikan
kesehatan bagi klien dan
keluarga
e. Mengembangkan program
bermain
4. Melakukan intervensi keperawatan
sesuai rencana:
a. Memberikan perawatan fisik dan
kebutuhan dasar
5
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Memberikan obat‐obatan
c. Melakukan bimbingan
pemberian nutrisi
d. Monitoring dan kolaborasi
e. Memberikan pendidikan
kesehatan pada klien dan
keluarga
f. Melaksanakan program bermain
pada anak
g. Menciptakan dan
mempertahankan lingkungan
yang aman
h. Melaksanakan setiap intervensi
dengan memperhatikan prinsip
atraumatic care
i. Melakukan pendokumentasian
untuk setiap intervensi yang
dilakukan
5. Mengevaluasi rencana asuhan
keperawatan yang diberikan dengan
menganalisa pencapaian tujuan
asuhan keperawatan yang sudah
ditetapkan sebelumnya
4. Mahasiswa mampu memberikan Menggunakan proses keperawatan dalam • Anamnesa 20 Mei‐28 Juni • Laporan kasus dalam
asuhan keperawatan pada anak menyelesaikan masalah klien anak • Pemeriksaan fisik 2013 bentuk log book (2
dengan penyakit infeksi pada dengan penyakit infeksi pada berbagai • Pemeriksaan laporan kasus)
berbagai tingkat perkembangan tingkat perkembangan dalam konteks penunjang • Catatan
dalam konteks keluarga keluarga, meliputi : • Rekam medis klien keperawatan klien di
1. Melakukan pengkajian: • Diskusi kasus ruangan
a. Riwayat penyakit sekarang, • Jurnal terkait • Lampiran jurnal
Riwayat penyakit dahulu, evidence based terkait kasus
riwayat keluarga, riwayat practice • SAP pendidikan
tumbuh kembang kesehatan
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Pemeriksaan fisik head to toe, • Laporan target
tanda vital dan antropometri pencapaian
c. Pemeriksaan penunjang keterampilan
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Menginterpretasi data
pengkajian
b. Merumuskan diagnosa
keperawatan
c. Menentukan prioritas masalah
keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan
3. Menyusun rencana asuhan
keperawatan
a. Membuat tujuan asuhan
keperawatan yang ingin dicapai
b. Menentukan intervensi sesuai
dengan masalah keperawatan
yang dirumuskan dan rasional
dari setiap intervensi yang akan
dilakukan untuk mencapai
tujuan
c. Monitoring dan kolaborasi
d. Membuat rancangan pendidikan
kesehatan bagi klien dan
keluarga
e. Mengembangkan program
bermain
4. Melakukan intervensi keperawatan
sesuai rencana:
a. Memberikan perawatan fisik
dan kebutuhan dasar
b. Memberikan obat‐obatan
c. Melakukan bimbingan
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pemberian nutrisi
d. Monitoring dan kolaborasi
e. Memberikan pendidikan
kesehatan pada klien dan
keluarga
f. Melaksanakan program bermain
pada anak
g. Menciptakan dan
mempertahankan lingkungan
yang aman
h. Melaksanakan setiap intervensi
dengan memperhatikan prinsip
atraumatic care
i. Melakukan pendokumentasian
untuk setiap intervensi yang
dilakukan
5. Mengevaluasi rencana asuhan
keperawatan yang diberikan dengan
menganalisa pencapaian tujuan
asuhan keperawatan yang sudah
ditetapkan sebelumnya
Depok, Februari 2013
NPM : 1006834095
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK II
Pembimbing
Nani Nurhaeni, MN.
Elfi Syahreni, Ns. Sp. Kep. An
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
PROGRAM NERS SPESIALIS
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
PROGRAM NERS SPESIALIS
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2013
4
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik:
keadaan umum lemah, berkurangnya
haluaran urine, berat badan
menurun, membrane mukosa kering,
turgor kulit jelek, ubun‐ubun cekung,
kulit pucat dingin serta kering,
riwayat mengkonsumsi makanan
terkontaminasi.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: melakukan rendam
duduk untuk kulit kemerahan di
sekitar anus.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya, tidak
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan dan
prosedur yang dilakukan, lingkungan
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Kekurangan volume cairan
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Risiko menularkan infeksi
d. Kerusakan integritas kulit
e. Ansietas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pemberian cairan rehidrasi
b. Pemberian nutrisi adekuat
c. Tindakan pencegahan penularan
5
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
infeksi
d. Perawatan kulit di sekitar anus
e. Pendidikan kesehatan yang benar
tentang perawatan anak diare.
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memonitor intake dan output klien
b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan intravena)
c. Memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra sekolah
dan sekolah dengan masalah
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
e. Menggunakan komunikasi
therapeutik dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
f. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
g. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
h. Merancang program follow up kasus
klien pasca rawat di rumah sakit
i. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan perawat
j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dokter dan ahli gizi.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan:
a. Mempertahankan hidrasi adekuat.
b. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai
program dan memperlihatkan
peningkatan BB .
c. Mencegah penyebaran Infeksi
d. Mencegah adanya kerusakan
integritas kulit di daerah perianal
seperti kemerahan atau lecet.
e. Meminimalkan tanda distress fisik
atau emosional orang tua yang
berpartisipasi dalam perawatan.
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
C. HIV AIDS
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik:
demam, lemas, penurunan berat
badan, diare kronis, perdarahan,
sesak nafas.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan terapi
madu pada mukosa mulut yang
kering.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya, tidak
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan dan
prosedur yang dilakukan, lingkungan
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Risiko penyebaran infeksi
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
d. Nyeri
e. Perubahan membrane mukosa oral
f. Intoleransi aktifitas
g. Risiko perubahan pertumbuhan dan
perkembangan
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pencegahan penyebaran infeksi
dengan meberikan kamar khusus
b. Monitoring dan kolaborasi
c. Pemberian cairan adekuat
d. Pemberian nutrisi adekuat
e. Ajarkan manajemen nyeri
f. Penangangan kerusakan mukosa
g. Bantuan pemenuhan ADL
h. Pemantauan dan dukungan tumbuh
kembang
i. Pendidikan kesehatan pada orang tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan kamar khusus
b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan intravena)
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
c. Memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra sekolah
dan sekolah dengan masalah
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
e. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
f. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
g. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
h. Merancang program follow up kasus
klien pasca rawat di rumah sakit
i. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan perawat
j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain: dokter dan klinik tumbuh
kembang.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan :
a. Tidak menunjukkan tanda‐tanda
penyebaran infeksi
b. Tidak menunjukkan tanda‐tanda
kekurangan volume cairan
c. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan
9
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
e. Kebutuhan ADL terpenuhi
f. Menunjukkan tumbuh kembang
sesuai tahapan usia
g. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
D. GAGAL GINJAL AKUT
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: nyeri,
demam, reaksi syok, atau gejala dari
penyakit yang ada sebelumnya (pre
renal) Oliguria (Urine < 400 ml/24
jam), Azotemia
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan latihan
manajemen nyeri.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya, tidak
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan dan
prosedur yang dilakukan, lingkungan
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
10
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
a. Perubahan eliminasi berkemih:
retensio urin
b. Gangguan volume cairan dan
elektrolit
c. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
d. Nyeri
e. Intoleransi aktifitas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Ajarkan latihan berkemih
b. Monitoring volume cairan dan
elektrolit
c. Pemberian nutrisi adekuat
d. Ajarkan manajemen nyeri
e. Pendidikan kesehatan pada orang tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan latihan berkemih
b. Memasang selang kateter bila
diperlukan
c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan intravena)
d. Memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua
e. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra sekolah
dan sekolah dengan masalah
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
11
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
f. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
g. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
h. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
i. Merancang program follow up kasus
klien pasca rawat di rumah sakit
j. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan perawat
k. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain: dokter dan ahli gizi.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan :
a. Menunjukkan pola berkemih yang
normal
b. Tidak menunjukkan tanda‐tanda
kekurangan volume cairan dan
elektrolit
c. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
e. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
12
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
E. TYPOID
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: nyeri
tekan abdomen, nyeri hepar, demam,
kelemahan, kelelahan, malaise, cepat
lelah, perasaan gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivfitas, anoreksia,
mual, muntah, penurunan berat
badan, ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri,
lidah kotor, penurunan kesadaran
(apatis) somnolen
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan
perawatan mulut, memberikan terapi
madu.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya, tidak
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan dan
prosedur yang dilakukan, lingkungan
13
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Perubahan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
b. Resiko Kurang Volume Cairan
c. Perubahan Persepsi Sensori
d. Kurang Perawatan Diri
e. Hiperthermi
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pemberian nutrisi adekuat
b. Monitoring volume cairan dan
elektrolit
c. Ajarkan manajemen nyeri
d. Penuhi kebutuhan ADL dan
perawatan diri klien
e. Pendidikan kesehatan pada orang tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Menganjurkan klien bedrest total
b. Menganjurkan klien makan porsi kecil
tapi sering
c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan intravena)
d. Memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua
e. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra sekolah
dan sekolah dengan masalah
14
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
f. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
g. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
h. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
i. Merancang program follow up kasus
klien pasca rawat di rumah sakit
j. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan perawat
k. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain: dokter.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan :
a. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan
b. Tidak terjadi deficit perawatan diri
c. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
d. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
15
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
F. ENCEPHALITIS
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: lesu,
mudah terkena rangsang, demam,
muntah penurunan nafsu makan,
nyeri kepala.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan latihan
ROM aktif pasif.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya, tidak
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan dan
prosedur yang dilakukan, lingkungan
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral
b. Risiko terhadap trauma
c. Nyeri
d. Gangguan pemenuhan ADL
e. Ansietas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Perbaikan perfusi cerebral
b. Pemberian nutrisi adekuat
c. Pemenuhan ADL
16
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Tindakan penanganan nyeri
e. Monitoring penurunan tingkat
kesadaran.
f. Pencegahan trauma
g. Pendidikan kesehatan pada orang tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan alih baring tiap 2 jam
b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan intravena)
c. Memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra sekolah
dan sekolah dengan masalah
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
e. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
f. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
g. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
h. Merancang program follow up kasus
klien pasca rawat di rumah sakit
i. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan perawat
j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dokter, fisioterapis, rehabilitasi
medic, ahli gizi.
17
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan:
a. Menunjukkan perbaikan tingkat
kesadaran
b. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
c. Kebutuhan ADL terpenuhi
d. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan
e. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
G. DEMAM DENGUE (DHF)
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: demam
5‐7 hari, keadaan umum lemah,
mual, muntah, membrane mukosa
kering, nafsu makan menurun, nyeri
otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu
hati, sakit kepala, Perdarahan
terutama perdarahan bawah kulit,
ptechie, echymosis, hematoma,
tanda‐tanda renjatan (sianosis, kulit
lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih
dari dua detik, nadi cepat dan lemah),
epistaksis, hematemisis, melena,
18
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
hematuri.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: menganjurkan klien
bedrest.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya, tidak
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan dan
prosedur yang dilakukan, lingkungan
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Risiko syok hipovolemik
b. Ketidakseimbangan volume cairan
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Ansietas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pemberian cairan rehidrasi
b. Pemberian nutrisi adekuat
c. Pemberian kompres hangat
d. Pendidikan kesehatan tentang
perawatan anak demam dengue.
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan kompres hangat
b. Memonitor suhu tiap 4 jam
c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan intravena)
d. Memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua
e. Mengembangkan program bermain
19
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pada anak usia toddler, pra sekolah
dan sekolah dengan masalah
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
f. Menggunakan komunikasi
therapeutik dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
g. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
h. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
i. Merancang program follow up kasus
klien pasca rawat di rumah sakit
j. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan perawat
k. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dokter dan ahli gizi.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan:
a. Pasien memperlihatkan tanda
rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi adekuat.
b. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai
program dan memperlihatkan
peningkatan BB .
c. Tidak terjadi syok hipovolemik
d. Memperlihatkan tanda distress fisik
atau emosional yang minimal dan
orang tua berpartisipasi dalam
20
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
perawatan.
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik
keperawatan anak dalam pelayanan
keperawatan
2. Mahasiswa mampu membuat 1. Melakukan pengkajian terkait 1. Membuat 9 September‐6 1. Kuesioner/format
proyek inovasi dalam usaha permasalahan asuhan keperawatan di kuesioner/format Desember 2013 pengkajian proyek
peningkatan kualitas asuhan ruang infeksi melalui pengumpulan pengkajian inovasi
keperawatan di ruang infeksi data dengan kuisioner, wawancara 2. Wawancara 2. Proposal proyek
dan observasi. 3. Presentasi inovasi
2. Menganalisa dan merumuskan data 4. Membuat proposal 3. Laporan
terkait permasalahan asuhan kegiatan pelaksanaan proyek
keperawatan di ruang infeksi 5. Diskusi dan inovasi
3. Menyusun proposal yang Konsultasi proyek
dikonsultasikan dan disetujui oleh inovasi
supervisor utama dengan
berkoordinasi dengan lahan praktik
4. Mempresentasikan rencana proyek
inovasi dengan lahan praktik
5. Melaksanakan proyek inovasi
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan dan
perubahan yang dihasilkan
7. Mempresentasikan laporan hasil
proyek inovasi di lahan praktik
Mengetahui, Depok, September 2013
21
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
i Universitas Indonesia
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan inovasi ini, sebagai salah satu penugasan praktek
residensi II kekhususan keperawatan anak.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nani Nurhaeni, MN, selaku koordinator mata ajar Residensi Keperawatan Anak II
sekaligus sebagai supervisor utama Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan II.
2. Ibu Elfi Syahreni, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan
Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan II.
3. Ibu Happy Hayati, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan
Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan II.
4. Ibu Yunisar Gultom, SKp., MCINsg., selaku pembimbing klinik manajemen Gedung A
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
5. Supervisor ruangan, Head Nurse, Perawat Primer, dan Perawat Assosiet di ruang
infeksi Gedung A Lantai 1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah
membantu pengumpulan data dan pengidentifikasian masalah untuk proyek inovasi ini
6. Seluruh pasien dan keluarga pasien yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek
inovasi ini
7. Rekan-rekan Program Ners Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak yang bersama-sama membuat
proyek inovasi.
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan anak.
.
Penulis
BAB 3 PERENCANAAN
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta …. ………………… 11
3.2 Analisis SWOT ………………………… …………………………….. 11
3.3 Identifikasi masalah …………… ........... ……………………………… 13
3.4 Strategi penyelesaian masalah ................................................................. 13
3.5 Sasaran..................................................................................................... 15
3.6 Media ...................................................................................................... 15
3.7 Rencana pelaksanaan(Planning of action) .............................................. 16
3.8 Anggaran kegiatan ................................................................................... 16
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2 Penutup .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Peningkatan suhu tubuh menjadi masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan
seperti dokter, perawat dan orang tua, baik di rumah sakit maupun di masyarakat.
Orang tua menganggap peningkatan suhu tubuh berbahaya bagi kesehatan bayi atau
anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak (Avner, 2009). Penelitian
yang dilakukan Jeffrey tahun 2002, menemukan bahwa kejadian bakteri yang
mengakibatkan penyakit sekitar 10% yang mengalami peningkatan suhu tubuh pada
bayi atau anak usia 1-2 bulan.
Pemeriksaan dan pemantauan suhu adalah salah satu indikator penting dalam mengkaji
kondisi kesehatan anak yang dirawat di rumah sakit. Alat yang sering digunakan dalam
pemeriksaan suhu adalah termometer. Pemeriksaan suhu secara non invasif secara
tidak langsung lebih dipilih untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien.
Salah satu prinsip atraumatic care pada anak yang dapat dilakukan adalah dengan
meminimalkan dan mencegah trauma pada anak. Walaupun pemeriksaan suhu tubuh
tidak menimbulkan nyeri, namun pada umumnya anak memperlihatkan reaksi
kecemasan dan stress yang berlebihan pada waktu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh.
Faktor yang menyebabkan trauma pada anak adalah waktu yang dibutuhkan dalam
pemeriksaan suhu tubuh cukup lama (5-12 menit). Hal ini dapat mempengaruhi lama
hari rawat anak, karena informasi tentang kondisi kesehatan anak tidak teridentifikasi
dengan tepat melalui pemeriksaan yang dilakukan (Hockenberry, 2009).
Suhu tubuh biasanya diukur untuk memastikan adanya peningkatan atau penurunan
suhu tubuh. Masih ada kontroversi mengenai termometer yang paling tepat dan tempat
terbaik untuk pengukuran temperatur. Suhu inti secara umum didefinisikan sebagai
pengukuran suhu dalam arteri paru-paru. Standar lain dalam pemantauan suhu inti
adalah esophagus distal, kandung kemih, dan nasofaring yang akurat ke dalam 0,1-
0,2°C dari suhu inti. Namun, pengukuran suhu inti sulit dilakukan karena menimbulkan
ketidaknyamanan pada anak (Thomas et al., 2009).
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit umum pendidikan nasional
di Indonesia dan sekaligus merupakan rumah sakit rujukan penatalaksanaan penyakit
infeksi pada anak dengan hampir 90% disertai gejala peningkatan suhu tubuh, sehingga
intervensi yang dilakukan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mengetahui adanya
perubahan suhu tubuh tersebut dengan menggunakan termometer digital aksila,
termometer temporal atau termometer timpani inframerah. Beragamnya termometer
tersebut, masih belum ditentukan mana termometer yang lebih akurat digunakan dalam
pengukuran suhu tubuh.
Berdasarkan uraian di atas, residen merasa tertarik untuk mencari dasar yang tepat
menurut evidence based, metoda mana yang paling akurat untuk pengukuran suhu
tubuh pada anak untuk dapat digunakan di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
1.3 Manfaat
1.3.1 Rumah sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pembaharuan
sebagai upaya preventif terhadap pemberian asuhan keperawatan pada anak
khususnya pemantauan suhu tubuh yang akurat di ruang infeksi RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusumo.
1.3.2 Perawat
Memberikan informasi kepada perawat dalam penggunaan termometer yang akurat
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan evidence based
practice.
1.3.3 Keluarga
Memberikan perlindungan terhadap peningkatan keselamatan pasien dan
memberikan kenyamanan terhadap tindakan pengukuran suhu tubuh, serta
memberikan informasi pilihan termometer yang akurat, cepat dan aman.
Fokus penanganan dan pengobatan demam yang paling penting pada anak yang
tidak berisiko mengalami kerusakan otak sekunder adalah pada ketidaknyamanan
dan nyeri yang dirasakan anak akibat demam. Evaluasi tanda vital, perubahan
Beberapa tahun yang lalu, pemeriksaan suhu tubuh atau demam melalui rectum
merupakan standar emas. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan termometer
air raksa kaca. Pengembangan elektronik dan non elektronik yang lebih cepat dan
mudah telah menciptakan kontroversi terkait dengan metode terbaik untuk
mengukur suhu dan mengidentifikasi demam pada anak. Perawat di ruangan anak
dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan dan mendiskusikan dengan keluarga
dalam memonitor suhu anak di rumah sakit maupun di rumah (Asher &
Northingthon, 2008).
Untuk memperoleh hasil pemeriksaan suhu yang akurat, semua faktor yang
mempengaruhi pengukuran suhu harus dipertimbangkan, diantaranya: faktor
fisiologis (tempat pengukuran, waktu, aktivitas, jenis kelamin, usia); faktor teknis
(konfigurasi dan karakteristik perangkat); tehnik pengguna; kalibrasi dan
pemeliharaan (Davie & Amoore, 2010).
Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau membrane tipis yang
memisahkan telinga dalam dengan telinga luar. Berfungsi untuk menghantarkan
getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah.
Membran ini cukup tipis dan hampir transparan, sehingga energi yang dipancarkan
oleh membran timpani dapat dianggap sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian
dalam.
Kerusakan jaringan
Kegiatan monosit
Evaporasi
Mengubah keseimbangan (keringat berlebihan)
membran sel neuron
Dehidrasi
Risiko injuri Kejang
Kurang pengetahuan
Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi
perhatian pada apa, siapa, diamana mengapa, dan bagaimana prosedur dilakukan
pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi stress fisik dan psikologis
(Supartini, 2004).
b. Pencetus stressor antara anak dengan orang tua :
1) Physical stressor : gangguan rasa nyaman nyeri terhadap tindakan invasif
seperti suntikan, infus, intubasi, suction, pembatasan aktivitas, gangguan
tidur, perubahan pola eliminasi, pengukuran suhu tubuh.
2) Psychologic stressor : perpisahan antara orang tua dan anak, malu, sedih,
kecewa dan adanya rasa bersalah.
3) Environtmental stressor : keramaian dan suara bising.
c. Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :
1) Cegah/turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan
menggunakan pendekatan family centred care (the family is the patient).
2) Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya.
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan
orang tua sehingga terlibat aktif dalam perawatan anaknya.
3) Cegah dan atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Rasa nyeri
karena tindakan perlukaan (misalnya disuntik) tidak akan bisa dihilangkan,
tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan tekhnik distraksi/relaksasi.
4) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya seperti di
rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak (misal :
menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga/binatang lucu, hiasan
dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien bergambar lucu,
dinding berwarna cerah, dan tangga dicat warna-warni
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9-18 Oktober 2013 didapatkan data:
3.1 Profil singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3.1.1 Visi: memberikan pelayanan keperawatan paripurna yang bermutu dan
professional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia
pasifik tahun 2014.
3.1.2 Misi:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat
2. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan
3. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel
3.1.3 Motto:
R : Respek
S : Sigap
C : Cermat
M : Mulia
3.1.4 Komitmen
Kesehatan dan kepuasan pelanggan adalah komitmen kami. Senantiasa
memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk meningkatkan kepuasan
dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami.
3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi proses: mengusulkan dan menunjuk salah satu perawat ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai penanggung jawab tindak lanjut
penggunaan termometer timpani dalam pemantauan suhu tubuh selama proses
pemberian asuhan keperawatan berlangsung.
b. Evaluasi hasil: mengevaluasi respon pasien terhadap hasil penggunaan termometer
timpani apakah metoda tersebut akurat dalam pengukuran perubahan suhu tubuh
pada anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
3.5 Sasaran
Sasaran proyek inovasi adalah semua anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
3.6 Media
1. Baki yang berisi termometer timpani, termometer infra merah timpani,
termometer aksila dan termometer temporal
2. Alcohol swab
3. Alat tulis bolpoin dan lembar observasi hasil pengukuran suhu tubuh
4.1 Pelaksanaan
Pelaksanan kegiatan proyek inovasi yang dilakukan di Gedung A lantai 1 Ruang
Infeksi Anak dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
1. Tahap Persiapan
Presentasi proposal proyek inovasi dilakukan pada hari Jum’at, 8 November
2013 di gedung serbaguna RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, pada pukul
09.00 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Presentasi dihadiri oleh 20 peserta
undangan yang terdiri dari Manajemen gedung A, kepala bidang keperawatan,
kepala ruang BCH, perwakilan perawat lantai 8, Supervisor ruangan, Head
Nurse, Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA), dan mahasiswa. Kegiatan
diawali dengan presentasi proyek inovasi dari kekhususan keperawatan medikal
bedah, dilanjutkan oleh kekhususan keperawatan anak mahasiswa residensi II
FIK UI. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Hasil dari
kegiatan presentasi ini didapatkan:
a. Persetujuan dan ijin dari supervisor ruangan, head nurse serta PP untuk
mengaplikasikan termometer timpani pada semua anak di ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
b. Rencana sosialisasi penggunaan termometer timpani dengan
menggunakan probe yang tepat pada PP dan PA ruang infeksi RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo.
c. Rencana pelaksanaan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani langsung pada pasien.
d. Rencana evaluasi dengan menunjuk PP ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo untuk mendelegasikan rencana tindak lanjut monitoring
tanda-tanda vital pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani.
2. Pelaksanaan Proyek Inovasi
Pelaksanaan inovasi penggunaan termometer timpani dilaksanakan mulai dari
tanggal 11-15 November 2013 sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
Bayi dan anak rentan dengan adanya perubahan suhu tubuh, karena imunitasnya
sedang dalam tahap perkembangan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang
disebut derajat. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim dan aktivitas fisik,
mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam
relative konstan (Potter & Perry, 2010).
Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen
dan rongga pelvis. Suhu tubuh inti yang normal berada dalam dalam satu rentang
suhu. Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan dan lemak.
Suhu permukaan akan meningkat atau menurun bergantung pada aliran darah ke
kulit dan jumlah panas yang hilang sebagai respon terhadap lingkungan (Kozier,
2011).
Tempat pengukuran suhu inti dan suhu permukaan adalah sebagai berikut:
1. Suhu inti: rectum, membran timpani, esophagus, arteri pulmoner, kandung
kemih
2. Suhu permukaan: kulit, aksila, oral.
Peningkatan suhu tubuh (demam) adalah tanda bahwa tubuh bayi sedang
mengalami infeksi bakteri ataupun virus. Seseorang dikatakan demam jika suhu
tubuhnya di atas suhu tubuh normal, yaitu 36,5 – 37,6°C. Untuk mengetahui suhu
tubuh, maka diperlukan termometer.
Penelitian El Radhi (2006) menjelaskan bahwa termometer timpani jauh lebih
akurat mencerminkan suhu arteri paru, bahkan ketika suhu tubuh berubah dengan
cepat. Arteri pulmoner menunjukkan nilai yang paling representative karena darah
bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri pulmoner
merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.
Membran timpani cukup tipis dan hampir transparan, sehingga dapat diasumsikan
membran tersebut merupakan jalur untuk memancarkan energi infrared dari dalam
tubuh, sehingga energi yang dipancarkan oleh membran timpani dapat dianggap
sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian dalam. Karena menggunakan infrared,
termometer ini akan menghasilkan hasil yang akurat karena hasil pengukuran
bukan hasil kontak tetapi dari sinar infrared yang keluar melalui probe termometer.
Setelah dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan beragam termometer, maka dapat
dianalisis kelebihan dan kekurangan menurut lokasi pengukuran tersebut:
Lokasi pengukuran
Kelebihan Kelemahan
suhu
a. Aman 1. Anak kurang menyukai karena termometer
b. Non invasif membutuhkan waktu lama (5 menit)
Aksila 2. Anak yang bergerak aktif dan keringat di
ketiak dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
a. Mudah diakses 1. Hasil pengukuran pada membran timpani
b. Mencerminkan suhu sebelah kanan dan kiri dapat berbeda
Membran inti 2. Adanya infeksi/ serumen pada telinga
timpani c. Sangat cepat (1 detik) dapat mempengaruhi hasil pengukuran
d. Hasil lebih akurat 3. Membutuhkan teknik yang tepat dalam
meletakkan probe termometer
a. Aman 1. Hasil lebih rendah dari tempat pengukuran
b. Non invasif lain bila terjadi perubahan suhu,
Kulit
khususnya pada saat hipertermia
(Temporal)
2. Keringat dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
5.1 Kesimpulan
1) Hasil dari telaah jurnal ini merupakan evidence base nursing practice yang
dapat menunjukkan keakuratan penggunaan termometer timpani pada pasien
dengan sakit kritis disertai demam dan digunakan pada pasien anak.
2) Termometer timpani layak digunakan untuk pengukuran suhu tubuh secara
akurat, cepat dan tidak membahayakan pasien karena merupakan suhu inti
sejati..
3) Pelaksanaan proyek inovasi pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan
menggunakan termometer timpani di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mnagunkusumo pada tanggal 13 November 2013 sejumlah 15 pasien anak,
didapatkan hasil 6 anak suhu terukur lebih tinggi dari termometer lain, 1 anak
terdeteksi hipertermia dengan beda rerata 1,1-1,7°C pada termometer lain, 1
anak diketahui mengalami hipotermia, 1 anak sub febris serupa dengan hasil
pengukuran termometer aksila, 1 bayi usia 2 bulan terukur 0,1°C lebih rendah
dibandingkan dengan termometer aksila dan 5 anak berada di kisaran suhu
normal.
4) Kendala yang ada pada pelaksanaan inovasi ini adalah: pengukuran suhu tubuh
ke seluruh pasien anak ruang infeksi hanya dilakukan dalam satu waktu,
sehingga belum didapatkan perbedaan hasil pengukuran di malam hari dengan
pagi hari, dan tidak semua pasien kooperatif dengan pelaksanaan pengukuran
suhu, terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif dan anak yang trauma
terhadap tindakan invasif.
5) Hal yang mendukung pelaksanaan proyek inovasi adalah mendapatkan respon
yang baik dari perawat ruang infeksi, anak usia pra sekolah dan usia sekolah,
bahkan ada keluarga yang memilih termometer timpani untuk dipersiapkan
apabila pasien sudah kembali ke rumah.
6) Faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan hasil pengukuran suhu tubuh
dengan menggunakan termometer timpani, yaitu: suhu, anak bergerak aktif,
hormon, stress dan lingkungan.
LAMPIRAN
28
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
LEMBAR OBSERVASI PROYEK INOVASI
PENGUKURAN SUHU TUBUH PADA ANAK
DI RUANG INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JENIS JENIS TERMOMETER
RUANG NAMA PASIEN USIA DIAGNOSA PENYAKIT
KELAMIN TIMPANI PROBE INFRA MERAH TELINGA AKSILA TEMPORAL
101
A M. Yuda 17 th PRIA ADEM 35,8 36,4 36,5 36,2
B Nur Rohmah 11 th WANITA GIZI BURUK 36,7 36,8 36,5 36,7
C M. Raziyyin Irsyad 4 th PRIA ENDOKARDITIS 36,2 36,4 36,2 35,8
D Putri Anggarini 2 th WANITA POST VP SHUNT 36, 5 36,6 36 36,3
E Safira 2 BLN WANITA GIZI KURANG 36,7 36,5 36,8 36,5
F Herdiana 17 th WANITA ABSES CEREBRI 36,4 36,5 36,1 35,9
102
A M. Reza 15 th PRIA POST WSD 39,8 38,5 38,7 38,1
B Rahdyan 10 th PRIA PANKREATITIS 37,3 36,7 36,7 36,5
C Azka 8 bln WANITA CEREBRAL PALSY 36,8 36,4 37,6 36
D Joudy 14 th PRIA KISTA ABDOMEN 37 35,9 36,7 36
E Naura 4 bln WANITA MENINGITIS 36,7 37 37,5 36,5
F Wulan 3 th PRIA DECOMP CORDIS 36,5 36,6 36,1 36,5
103
A Suryani 3 bln WANITA HIGH OUT PUT STOMA 37,1 36,9 36,9 36,5
PERDARAHAN
B Marcia 3 th WANITA 37,9 37,3 37,9 36,5
SALURAN CERNA
F Iman Santoso 6 th PRIA HIGH OUT PUT STOMA 37 36,9 36,3 36,2
Audience
Aplikasi pada pasien anak ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Penanggung jawab suster Erlinawati
Termometer timpani dengan probe
Termometer aksila digital
Audience
Kesan Komting Residensi II Pelepasan Head Nurse R.anak
Mahasiswa Program Profesi Ners Spesialis Tahun 2013
35
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014