Anda di halaman 1dari 236

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI MODEL KONSERVASI ENERGI MYRA ESTRINE LEVINE


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA ANAK DENGAN INFEKSI RESPIRATORI AKUT
DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

CHRISTINA RIRIN WIDIANTI


0906505092

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JUNI 2012

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI MODEL KONSERVASI ENERGI MYRA ESTRINE LEVINE


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA ANAK DENGAN INFEKSI RESPIRATORI AKUT
DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners Spesialis Keperawatan

CHRISTINA RIRIN WIDIANTI


0906505092

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JUNI 2012

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012
Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012
Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012
Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatNya, penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini dengan judul:
“ Aplikasi Model Konservasi Energi Myra Estrine Levine Dalam Pemenuhan
Kebututahan Oksigenasi Pada Anak Dengan Infeksi Respiratori Akut di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta”.
Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Program Ners Spesialis Ilmu keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku supervisor utama yang dengan penuh kasih
dan kesabaran selalu memberikan bimbingan, motivasi, bantuan dan semangat
kepada penulis
2. Elfi Syahreni, Ns., Sp.Kep.An., selaku supervisor yang juga dengan penuh
kasih dan kesabaran selalu memberikan bimbingan, motivasi, bantuan dan
semangat kepada penulis
3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp.,MN.,selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Dessie Wanda, S.Kp.,MN., selaku pendamping dan penguji yang juga dengan
penuh kasih dan kesabaran selalu memberikan bimbingan, motivasi, bantuan
dan semangat kepada penulis
6. Seluruh staf pengajar dan pembimbing peminatan anak Program Magister dan
Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, yang
dengan kasih dan kesabarannya selalu memberikan bimbingan dan semangat
pada penulis
7. Seluruh staf Akademik dan non-Akademik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang selalu memberikan bantuan dan arahan pada
penulis

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


8. Direktur Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta beserta staf, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan pengalaman
praktik residensi
9. Direktur Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta beserta
staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan
pengalaman praktik residensi
10. Direktur Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta beserta staf,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan
pengalaman praktik residensi
11. Pengurus Yayasan Panti Rapih Yogyakarta, yang memberikan kesempatan,
fasilitas dan kepercayaan pada penulis untuk melanjutkan studi lanjut
12. Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta, yang juga
memberikan kesempatan, fasilitas dan kepercayaannya kepada penulis
13. Kedua Orang tuaku (Ignatius Redjo Slamet DS dan Yulita Wudiastuti),
Mertuaku (Sugandi Karta Pratama dan Tugiyani), Kakak, Adik, Ipar dan
semua Saudaraku yang tiada henti selalu memberikan doa, kasih, perhatian,
bantuan dan semangatnya kepada penulis
14. Keluargaku Ardian tercinta: Hardi Gandi, Gabriela Berlintina Talenta Ardian,
Gabriel Regafa Noel Ardian, dan Mikhael Zefanya Christiano Ardian yang
selalu memberikan doa, kasih, semangat, pengertian dan cinta kepada penulis
15. Teman-teman program Ners Spesialis Keperawatan Anak 2011 yang selalu
memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat, bantuan, cinta dan kasih kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis.

Depok, Juni 2012

Penulis

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012
ABSTRAK

Nama : Christina Ririn Widianti


Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Anak
Judul : Aplikasi Model Konservasi Energi Myra Estrine Levine Dalam
Pemenuhan Kebututahan Oksigenasi Pada Anak Dengan Infeksi
Respiratori Akut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau infeksi respiratori akut (IRA)
merupakan masalah kesehatan yang penting karena merupakan penyebab
kematian kedua setelah diare pada Balita di Indonesia. Peranan perawat sangat
penting dengan memberikan asuhan keperawatan yang mendukung proses
penyembuhan dan perkembangan anak. Residen menggunakan pendekatan model
konservasi energi Myra Estrine Levine dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada 5 anak dengan IRA. Residen membantu anak dalam memenuhi tugas
perkembangannnya meliputi proses beradaptasi dan berinteraksi serta memberikan
respon terhadap rangsangan dengan lingkungan di sekitarnya sehingga anak
mencapai kesembuhan dengan mengoptimalkan konservasi energi, konservasi
integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial.
Saran: perawat bisa menerapkan dan lebih mengembangkan metode pendekatan
model Levine dalam pemberian asuhan keperawatan.

Kata Kunci: Levine, infeksi respiratori akut, infeksi saluran pernapasan atas ,
oksigenasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


ABSTRACT

Name : Christina Ririn Widianti


Study Program : Specialist nurses Nursing Child
Title : Application of Energy Conservation Model Myra Estrine Levine
In Compliance Oxygenation in Children With Acute Respiratory
Infections in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta

Acute respiratory infections (ARI) or acute respiratory infections (IRA) is an


important health problem because it is the second leading cause of death after
diarrhea the toddler in Indonesia. The role of nurses is critical to provide nursing
care that supports the healing process and development of children. Resident uses
a model approach to energy conservation Myra Estrine Levine in providing
nursing care to five children with the IRA. Resident helps the child to fulfill the
task of covering the process of adapting and interact and respond to stimuli with
the surrounding environment so that children achieve recovery by optimizing
energy conservation, structural integrity conservation, personal integrity
conservation and social integrity conservation. Suggestions: nurses can apply and
further develop methods Levine model approach in the provision of nursing care.

Keywords: Levine, acute respiratory infections, upper respiratory tract infection,


oxygenation

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………… vii
ABSTRAK………………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN…..………………………………………………… xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 6
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………... 6

BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN


2.1 Gambaran Kasus………………………………………………... 8
2.2 Tinjauan Teoritis………………………………………………... 14
2.3 Integrasi teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses
Keperawatan……………………………………………............. 29
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih ……………... 37

BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS


3.1 Pemberi Pelayanan Keperawatan………………………………. 52
3.2 Pendidik………………………………………………………... 54
3.3 Koordinator…………………………………………………….. 55
3.4 Kolaborator…………………………………………………….. 55
3.5 Peneliti…………………………………………………………. 55

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Model Konservasi…………………………………. 56
4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak……………………. 65

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan…...………………………………….......................... 67
5.2 Saran…………………............................................................... 69

DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Intervensi dan Evaluasi……………………………......................... 43

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patoflow Pneumonia………………………………………….….. .19


Gambar 2.2 Bagan Integrasi teori keperawatan………………….. ....……….... 36

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kontrak belajar residensi


Lampiran 2 Laporan kasus
Lampiran 3 Laporan proyek inovasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


LEMBAR PENYATAAN PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama: Christina Ririn Widianti
NPM : 0906505092

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir ini saya buat
tanpa adanya tindakan plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Indonesia. Jika dikemudian hari ternyata saya terbukti melakukan
tindakan tersebut, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan siap
menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia.

Yang Menyatakan

Christina Ririn Widianti

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


 
 

BAB 1
PENDAHULUAN

Bab satu ini akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan umum dan tujuan
khusus serta sistematika penulisan karya ilmiah akhir.

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan tunas bangsa dan generasi penerus bangsa, sehingga anak
dengan ciri dan sifatnya yang khusus memiliki peran strategis untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002). Usia
anak yang menurut WHO berumur 0–18 tahun, merupakan masa yang sangat
menyenangkan dan merupakan dasar dari masa-masa berikutnya. Pada masa
ini anak akan bertumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai dengan
tahapan–tahapan tumbuh kembangnya di setiap umur. Pertumbuhan dan
perkembangan pada masa ini akan mempengaruhi kualitas hidup berikutnya.

Pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu unit kesatuan yang


menggambarkan sejumlah perubahan yang terjadi sepanjang siklus hidup
individu. Proses tersebut bersifat dinamis dan menitikberatkan pada hubungan
antara dimensi pertumbuhan, perkembangan, maturasi dan diferensiasi (Wong,
Hockenberry-Eaton & Wilson, 2001). Kegagalan pada satu tahap tumbuh
kembang bisa mempengaruhi tahap tumbuh kembang berikutnya. Misalkan
seorang anak yang terhambat pada saat belajar merangkak, maka anak tersebut
juga akan terhambat pada saat belajar ber diri dan berjalan.

Proses tumbuh kembang ini menurut Seidel, dkk. tahun 1999 (dalam Wong et
al., 2001) saling berkaitan, terjadi bersamaan dan bersifat kontinyu sehingga
tidak satupun proses yang terjadi terpisah dari yang lain. Proses ini
dipengaruhi oleh endokrin, genetika, konstitusional, lingkungan, nutrisi dan
penyakit. Secara umum, faktor genetik akan mempengaruhi perkembangan
seorang anak sebesar 20 % dan lingkungan akan mempengaruhi
perkembangan mencapai 80% sehingga untuk menjaga kelangsungan tumbuh

1 Universitas indonesia 
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

kembang anak, maka anak perlu diberi stimulasi yang terus menerus sesuai
tahapannya. Anak harus mendapatkan kesempatan yang seluas–luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, maupun sosial dan
berakhlak mulia serta perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak
(Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik
secara rohani, jasmani maupun sosial (Undang-Undang Kesejahteraan Anak,
1979). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh pola asuh, gaya hidup, pola
penyakit, lingkungan dan pelayanan (Markum, 1999; Soetjiningsih, 1998).
Kesejahteraan anak dapat terganggu karena anak mengalami sakit dan harus
dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi.

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena alasan tertentu


mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi (Supartini,
2004). Hospitalisasi dan perawatan bisa menimbulkan stres bagi anak. Anak
bisa mengalami hospitalisasi dengan berbagai alasan seperti menjalani tes
diagnostik, prosedur tindakan, pembedahan, perawatan medis di unit gawat
darurat, pemberian medikasi dan stabilisasi (Costello, 2008). Stresor yang
dialami anak saat hospitalisasi meliputi kecemasan, ketakutan, dan kehilangan
kontrol. Kondisi–kondisi tersebut membuat anak menjadi takut dan cemas
sehingga bisa mempengaruhi lamanya hari perawatan dan bisa memperburuk
kondisi anak karena anak menolak perawatan dan pengobatan (Hockenberry &
Wilson, 2007).

Salah satu penyakit yang diderita oleh anak sehingga anak harus menjalani
hospitalisasi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau Acute
Respiratory Infections (ARI) atau Infeksi Respiratori Akut (IRA) yang
meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,


rongga telinga tengah dan pleura. IRA/ISPA merupakan penyakit yang
terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di
negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah
sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan
pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada
masa dewasa. Program Pemberantasan Penyakit (P3) ISPA membagi penyakit
ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini
ialah virus.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan


kira-kira 1 dari 4 kematian pada bayi dan balita yang terjadi. Kasus ISPA
ditemukan pada 50% anak berusia dibawah 5 tahun dan 30% pada anak
berusia 5-12 tahun, dan 5% diantaranya melibatkan saluran pernapasan bawah,
terutama pneumonia. Anak berusia 1-6 tahun dapat mengalami periode ISPA
sebanyak 7-9 kali per tahun, tetapi biasanya ringan dan puncak insiden
biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Indonesia, 40 % -60 % dari kunjungan
anak di Puskesmas dan 15-30% dari seluruh kunjungan rawat jalan dan rawat
inap rumah sakit disebabkan karena penyakit ISPA (Wantania, Naning, &
Wahani, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).

Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Hal ini
kemungkinan karena ISPA hanya dianggap sebagai batuk pilek yang biasa dan
akan sembuh dengan sendirinya. Faktor resiko yang berkonstribusi terhadap
insiden pneumonia adalah ASI eksklusif, gizi kurang, polusi udara dalam

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

ruangan, BBLR, kepadatan hunian dalam rumah dan rendahnya cakupan


imunisasi campak (Rudan et al., 2008 dalam Dirjen P3L KemenKes RI, 2011).

Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara


10-20% pada populasi balita. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita
pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan. Menurut UNICEF dan
WHO (2006), pneumonia merupakan pembunuh utama Balita yang terlupakan
(major “forgotten killer of children”) khususnya di Negara berkembang. Data
Riset Kesehatan Dasar 2007 (RisKesDas) menyebutkan bahwa pneumonia
menduduki peringkat kedua setelah diare sebagai penyebab kematian bayi
sebesar 12,7% dan Balita sebesar 13,2% (Dirjen P3L KemenKes RI, 2011).
Berdasarkan bulan Januari-Maret 2012 yang didapat dari catatan rekam medis
RSUPN Cipto mangunkusumo, menunjukkan bahwa terdapat 34 (22,08%)
dari 154 anak yang dirawat Ruang Infeksi Gedung A Lantai I dengan diagnosa
yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan akut (Bronkhopneumonia,
Bronkhiolitis, dan Pneumonia).

Perawat anak sebagai pemberi asuhan keperawatan dituntut untuk


memberikan asuhan yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan atraumatic care. Ketika anak dirawat di
rumah sakit, peranan perawat menjadi sangat penting dan mempengaruhi
keberhasilan dan kesembuhan anak. Tindakan keperawatan yang diberikan
harus tetap mendukung proses penyembuhan dan perkembangan anak. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat bisa menggunakan model
konservasi dari Myra Estrine Levine karena perawat berperan penting selama
periode penyesuaian pada anak yang mengalami ISPA. Dengan membantu
anak dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi diharapkan anak dapat
memenuhi sejumlah tugas perkembangannya meliputi proses beradaptasi dan
berinteraksi serta memberikan respon terhadap rangsangan dengan lingkungan
di sekitarnya yang selanjutnya anak bisa mencapai kesembuhannya.

Model konservasi ini telah digunakan oleh Mefford, (2004) dalam


penelitiannya yang berjudul “ A theory of health promotion for preterm infants
Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

based on levine’sconservation model of nursing” yang dimuat dalam jurnal


Nursing Science Quarterly. Mefford (2004) menyebutkan bahwa model
konservasi Levine sebagai middle range theory dapat diterapkan untuk
memandu praktek keperawatan dalam meningkatkan kesehatan bayi prematur
untuk menjamin bahwa perawatan holistik kebutuhan bayi dan keluarga
terpenuhi. Schaefer dan Shober pada tahun 1993 juga menggunakan model
konservasi Levine dalam penyediaan data kualitatif dan kuantitatif yang
berhubungan dengan kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Sementara itu, Leach (2006) menggunakan model konservasi Levine dalam
melakukan manajemen perawatan luka dan ternyata efektif.

Teori Levine terdiri dari wholism (menyeluruh/integritas), adaptasi dan


konservasi. Sehat yang wholism (menyeluruh) adalah sesuatu yang bersifat
organik, mengalami perubahan/kemajuan, saling menguntungkan antara
perbedaan fungsi dan bagian yang ada didalam tubuh, bersifat terbuka dan
saling mempengaruhi dengan lingkungan sekitar. Adaptasi adalah proses
perubahan agar individu dapat mempertahankan integritas dalam
lingkungannya, baik internal maupun eksternal. Konservasi merupakan suatu
gambaran sistem yang kompleks agar manusia mampu melanjutkan fungsi
ketika terdapat beberapa ancaman. Dengan konservasi, manusia mampu
melawan rintangan dan beradaptasi yang sesuai dengan pertahanan mereka
yang unik (Tomey & Alligood, 2006). Menurut Levine, prinsip konservasi
terdiri dari konservasi energi, integritas struktur, integritas personal dan
integritas sosial.

Anak yang dirawat karena mengalami ISPA terutama pneumonia, akan


mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Intervensi untuk
mempertahankan konservasi energi, integritas struktur, integritas personal dan
sosial yang terjadi pada anak dengan ISPA yang mengalami gangguan
oksigenasi sangat penting. Dalam kondisi gangguan oksigenasi anak perlu
untuk mempertahankan konservasi energi untuk keseimbangan energi dan
menghasilkan energi yang konstan untuk mempertahankan kehidupan. Energi

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan (Tomey & Alligood, 2006).


Melalui pendekatan teori konservasi Levine diharapkan anak dapat mencapai
tingkat kesehatan yang menyeluruh (wholism) dengan memperhatikan aspek
fisik, psikologis dan sosial anak sehingga masalah yang terjadi pada anak yang
mengalami ISPA dapat diatasi secara komprehensif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka residen tertarik untuk menerapkan


model konservasi oleh Myra Estrine Levine dalam memenuhi kebutuhan
oksigen pada anak yang mengalami ISPA di ruang rawat anak infeksi Gedung
A lantai I RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran aplikasi model konservasi pada proses keperawatan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada anak dengan infeksi saluran pernapasan
atas yang dirawat di ruang anak infeksi Gedung A Lantai I RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Diperolehnya gambaran penerapan model Konservasi Levine pada anak
dengan infeksi saluran pernapasan atas yang mengalami gangguan
oksigenasi dengan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2.2 Diperolehnya analisis asuhan keperawatan yang diberikan pada anak
dengan dengan infeksi saluran pernapasan atas yang mengalami
gangguan oksigenasi, berdasarkan teori yang diterapkan.
1.2.2.3 Diperolehnya gambaran dan analisis pencapaian kompetensi dalam
praktek spesialis keperawatan anak.

1.3 Sistematika Penulisan


Karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab berisi
pokok bahasan tertentu. Bab 1 pendahuluan mencakup latar belakang, tujuan
dan sistematika penulisan. Bab 2 menguraikan aplikasi teori keperawatan

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

dalam praktik residensi yang meliputi tentang gambaran kasus, tinjauan


teoritis, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan,
aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih. Bab 3 mencakup pencapaian
kompetensi praktek residensi keperawatan anak. Bab 4 adalah pembahasan
yang terdiri dari penerapan model konservasi Levine dalam asuhan
keperawatan pada anak dengan dengan infeksi saluran pernapasan atas dan
pembahasan praktek spesialis anak dalam pencapaian target. Bab 5 mencakup
simpulan dan saran.

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI MODEL KONSERVASI ENERGI MYRA ESTRINE LEVINE


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

CHRISTINA RIRIN WIDIANTI


0906505092

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
2012

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN

Bab dua ini menguraikan tentang gambaran kasus kelolaan dan tinjauan teori
mengenai gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada anak Infeksi
Respiratori Akut (IRA) atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
Pneumonia serta aplikasi teori dalam melakukan asuhan keperawatan dengan
menggunakan model konservasi dari Levine.

2.1 Gambaran kasus

2.1.1 Kasus 1

An. B, usia 14 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 23 Maret 2012
jam 00.00 dengan keluhan sesak napas yang makin berat sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Tanggal 29 Maret j.00.30 masuk ruang infeksi
dengan diagnosa Community Aquired pneumonia (CAP) dan gizi buruk.
Kemudian tanggal 29 Maret 2012 jam 15.30 anak mengalami hiperkapnia,
hipoksemia dan ancaman gagal napas sehingga di pindah ke ICU dan masuk
lagi ke ruang infeksi pada tanggal 1 April 2012 jam 18.00.Anak masih
batuk, menggunakan oksigen 2lt/mnt nasal kanul, terpasang stopper di
tangan kanan. Terapi yang didapat: cefotaxim 3x175 IV, kloritromisin 2x50
mg oral, asam folat 1x1 mg oral dan paracetamol jika perlu 60 mg.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 April 2012, jam 15.00. Pada


kemampuan konservasi energi diperoleh informasi sebagai berikut: anak
sejak sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan
rewel. Berat badan sekarang 6,5 kg. Suhu 36,9° C, frekuensi pernapasan
64x/mnt, Nadi 112x/mnt, Saturasi oksigen 95%. Saat ini anak minum
melalui Naso Gastric Tube (NGT) Susu Formula 100, 8x100cc. Hasil
pengkajian integritas struktur ditemukan bahwa leher terdapat kaku kuduk,
terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Bibir tampak kering dan tidak
berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat retraksi epigastrium dan
interkostal serta suprasternal. Pernapasan cepat dan dangkal, terdapat napas
 8 Universitas Indonesia
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012



 

cuping hidung, terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang paru dan slem
banyak. Anak mengalami hemiparesis sinistra. Pada integritas personal
ditemukan bahwa Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 14
bulan, tampak rewel, sesak napas, dan mengalami hemiparese sinistra. Ibu
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Pengkajian integritas sosial
ditemukan bahwa anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara biasa
diasuh oleh ibu dan bapaknya dan disayang keluarga. Trophicognosis yang
ditemukan terdiri dari: risiko peningkatan suhu tubuh, nutrisi kurang dari
kebutuhan, risiko kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola
napas tidak efektif dan kecemasan orang tua.

Intervensi yang dilakukan meliputi: memeriksa secara berkala frekuensi


napas, suara napas, dan usaha napas, menggunakan pulse oksimetri untuk
memantau oksigen cukup dan deteksi dini hipoksemia , mempertahankan
posisi kepala-leher jalan napas tetap terbuka, memberikan oksigen yang
dilembabkan, 2 lt permenit nasal kanul, mengusahakan anak dapat istirahat
dan tidur yang cukup, menganjurkan kompres hangat, memonitor masukan
dan output, memberikan terapi sesuai program, melibatkan orang tua untuk
mempertahankan posisi jalan napas tetap terbuka dan menjaga anak supaya
banyak istirahat serta memberikan penjelasan kepada orang tua. Hasil
evaluasi tanggal 19 April 2012: bersihan jalan napas dapat dipertahankan,
pola napas belum efektif, kecemasan orang tua berkurang. Anak
diperbolehkan pulang tanggal 28 April 2012.

2.1.2 Kasus 2

An. MK, usia 4 bulan, dibawa ke RSCM pada tanggal 18 Maret 2012 jam
02.00 dengan keluhan batuk, panas dan sesak napas. Di UGD anak
didiagnosis bronkhiolitis dan sementara dipuasakan. Terapi yang didapat
ampisilin 100 mg/kg/hr, kloramphenikol 75 mg/kb/hr, dexamethason
0,5mg/kg/hr, inhalasi NaCl 0,9 % + berotec 8 tts 3x/hr. Anak masuk ruang
infeksi tanggal 19 Maret jam 13.50. Pengkajian dilakukan pada tanggal 19
Maret 2012, jam 15.00. Pengkajian kemampuan konservasi energi diperoleh

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


10 
 

data saat ini anak puasa, biasa minum ASI sebelum sakit. Tidur anak
berkurang. Pada pengkajian integritas struktur didapatkan data: hidung
simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Dada terdapat retraksi
epigastrium minimal. Pernapasan 70 x/menit, cepat dan dangkal, tampak
menggunakan otot-otot bantu pernapasan dan terlihat ekspiratory effort.
Terdengar bunyi napas wheezing di kedua lapang paru.. Suhu 38,2°C, Nadi
120x/mnt, frekuensi napas 70x/mnt, dangkal dan anak terpasang infus KaEn
IB+ KCl 10 6 tts/mnt makro. Pengkajian integritas personal diperoleh: Anak
berusia 4 bulan, sudah bisa memiringkan badannya kekanan dan kekiri,
senyum sosial, menoleh ke sumber suara, menggenggam tangan pengasuh
dan tertawa jika di ajak bicara. Data terkait ntegritas sosial adalah anak
biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Orang tua mengatakan khawatir
dengan kondisi anaknya. Trophicognosis yang ditemukan antara lain adalah
peningkatan suhu tubuh, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan, risiko
kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan kecemasan orang tua.

Intervensi yang dilakukan: mempertahankan lingkungan tetap sejuk,


memantau suhu anak secara periodik tiap 1-2 jam, menganjurkan orang tua
untuk memberikan kompres dengan menggunakan air hangat,
mempertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka,
memberikan oksigen 2 lt permenit melalui nasal kanul sesuai program,
mempertahankan humidifikasi, memeriksa secara berkala frekuensi napas,
suara napas, dan usaha napas, menggunakan pulse oksimetri untuk
memantau oksigen cukup dan deteksi dini hipoksemia, mengusahakan anak
dapat istirahat dan tidur yang cukup, memberikan terapi sesuai program.
Evaluasi: bersihan jalan napas efektif, pola napas kembali efektif,
kecemasan orang tua berkurang. Anak diperbolehkan pulang tanggal 21
Maret 2012.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


11 
 

2.1.1 Kasus 3
An. R, usia 5 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 31 Maret 2012
dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 1 minggu SMRS.
Anak R sudah berobat ke RSI Pondok Kopi dan dirujuk ke RSCM dengan
diagnose bronchopneumonia dan anemia gravis. Tanggal 1 April anak
masuk ruang PICU karena sesak napas. Tanggal 3-11 April, anak dirawat di
ruang non infeksi karena anemia gravis. Anak masih sesak dan batuk,
dipindah ke ruang infeksi tanggal 11 April 2012 j. 20.00 dengan diagnosis
pneumonia terkait komunitas dan tersangka tuberculosis (TB) milier. Tes
mantoux negatif. Anak mendapatkan terapi TB sejak tanggal 6 April 2012.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2012. Pada pengkajian
kemampuan konservasi energi diperoleh data anak hanya mau minum
sedikit karena anak terus sesak dan rewel. BB sekarang 4,2 kg, klinis gizi
kurang. Data integritas struktur meliputi: hidung simetris, terpasang oksigen
nasal kanul 1 liter/menit, terdapat retraksi epigastrium, pernapasan 36
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan, saturasi O2 99%. Terdengar bunyi slem banyak. Suhu 36,7°C,
nadi 126x/mnt dan terpasang infus N5 + Kcl 3% 9cc/jam. Terapi yang
didapat adalah ceftazidim 3x100mg, Paracetamol jika panas 3x 50 mg, Zinc
1x10 mg, asam folat, obat TB, vit E, asam urso, aktavol, Susu Formula
BBLR 8x45 cc. Integritas personal: Anak berusia 5 bulan, sudah bisa
memiringkan badannya dan tengkurap. Integritas sosial: Orang tua
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Trophicognosis yang
ditemukan: risiko kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola
napas tidak efektif dan kurang pengetahuan orang tua.

Intervensi yang diberikan antara lain adalah memeriksa secara berkala


frekuensi napas, suara napas, dan usaha napas, mempertahankan posisi
kepala-leher,jalan napas tetap terbuka, memberikan oksigen yang
dilembabkan, mengusahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup,
memonitor masukan dan output, memberikan antibiotik dan inhalasi sesuai
program. Hasil evaluasi tanggal 18 April 2012: bersihan jalan napas dapat

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


12 
 

dipertahankan, pola napas belum efektif, kecemasan orang tua berkurang.


Anak diperbolehkan pulang tanggal 18 April 2012.

2.1.4 Kasus 4

An. Jk, usia 4 bulan, dibawa ke RSCM pada tanggal 11 februari 2012
dengan keluhan sesak napas yang semakin berat sejak 4 hari SMRS.
Diagnosa medis pneumonia komunitas, laringomalacia tipe 1, gizi buruk
dan suspek TB. Anak dirawat di ruang infeksi dari tanggal 11 Februari
2012 sampai tanggal 5 Maret 2012. Kemudian setelah dilakukan
supraglossoplasty, anak dirawat di PICU dari tanggal 6-15 Maret.
Kemudian pindah di ruang infeksi kembali tanggal 15 Maret 2012 j.15.00
dengan paska trakheostomi dan bronkhoskopi diagnostik hari ke-2 dan
paska supraglossoplasty hari ke 9. Anak mendapat terapi omeprazole 2x3,5
mg IV, cefotaxim 3x100mg IV, Bacobran 2x sehari, inhalasi dengan NaCl
0,9 % dan ventolin 4x sehari IVFD stopper. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 15 Maret 2012. Pada pengkajian kemampuan konservasi energi:
Saat ini anak terpasang NGT, minum 10x50cc. BB sekarang 2,62 kg.
Pengkajian integritas struktur: kepala normal, ubun-ubun besar belum
menutup, tidak cekung. Leher terpasang trakeostomi tube hari kedua,
tampak keluar banyak lendir, terpasang oksigen tube 3 liter/menit. Bibir
tampak keluar lendir seperti di lubang trakheostomi. dan tidak berwarna
kebiruan. Bentuk dada menggambang, pernapasan 44 x/menit, cepat dan
dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu pernapasan. Terdengar bunyi
napas vesikuler di kedua lapang paru, slem banyak. Genital laki-laki,
tampak phimosis dan anus paten, terdapat wasting. Suhu 36,7°C, Nadi
128x/mnt. Data integritas personal: Ibu bertanya tentang kondisi anaknya.
Integritas sosial: Anak biasa diasuh oleh ibu dan bapaknya. Hubungan
keluarga tampak harmonis, anak disayang oleh orang tua. Trophicognosis
yang ditemukan antara lain: risiko nutrisi kurang dari kebutuhan, risiko
kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan kecemasan orang tua.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


13 
 

Intervensi yang dilakukan antara lain adalah memeriksa secara berkala


frekuensi napas, suara napas, dan usaha napas,melakukan suction,
mempertahankan posisi kepala-leher,jalan napas tetap terbuka, memberikan
oksigen yang dilembabkan, mengusahakan anak dapat istirahat dan tidur
yang cukup, monitor masukan dan output, memberikan terapi sesuai
program. Hasil evaluasi tanggal 28 Maret 2012: bersihan jalan napas dapat
dipertahankan, pola napas belum efektif, kecemasan orang tua berkurang.
Anak rencana pindah PICU tanggal 31 Maret 2012 karena gagal napas.

2.1.5 Kasus 5

An. AN, usia 8 bulan, dengan atresia bilier pro transplantasi hati dan
hospital acquired pneumonia (HAP) dibawa ke RSCM dengan keluhan
utama kaki yang semakin bengkak. Di IGD RSCM anak sudah transfuse
albumin 3 kali dan diruang non infeksi dari tgl 19 Maret sudah transfusi 1
kali @ 25% . Pasca transfusi albumin III 2,86gr/dl. Masuk di ruang infeksi
tgl 22 Maret jam.17.00, kondisi klinis pasien sesak napas, sesuai dengan
tanda hospital acquired pneumonia. Sampai tgl 26 Maret 2012, anak sudah
mendapatkan transfuse albumin 6 kali. Terapi yang didapat: piperacillin
tazobactam 4x475 mg IV, asam urso 3x50 mg oral, aktavol 2x0,5 ml oral,
spironolakton 2x6,25 mg, ambroxol 4 mg+ salbutamol 0,4 mg, dan inhalasi
NaCl 0,9 % dan suction 4x sehari. Pengkajian dilakukan pada tanggal 26
Maret 2012, j.15.00. Pada pengkajian kemampuan konservasi energi
didapatkan data sejak sakit anak hanya minum melalui NGT yaitu
pregestimil 8x75 ml.. Tidur berkurang dan sering menangis. BB sekarang
6,270 kg. BAB anak sejak lahir seperti dempul 1-2 kali sehari dan BAK
anak seperti teh. Suhu 38,1°C riwayat demam naik turun, Nadi 120x/mnt,
saturasi oksigen 99%. Data integritas struktur: mata simetris, sclera tampak
ikterik, hidung terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit, tampak napas
cuping hidung. Dada tampak retraksi epigastrium, pernapasan 40 x/menit,
cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu pernapasan,
saturasi oksigen 99%. Tidak terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang
paru, slem banyak. Abdomen teraba tegang, tampak buncit, terlihat

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


14 
 

venektasi di dinding perut dan tampak hernia umbilikalis yang besar sekitar
3cm. hepar dan lien sulit dinilai, teraba keras. Lingkar perut: 49cm/52 cm.
Genital laki-laki tampak hidrokel bilateral dan hernia skrotalis sinistra dan
anus paten. Edema tungkai bawah. Anak hanya dapat beraktivitas miring-
miring ditempat tidur. Integritas personal: Anak berusia 8 bulan Saat ini
anak tampak rewel kelihatan sesak napas, Anak tidak bisa menjalankan
aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan kondisi anaknya. Data integritas
sosial: Anak biasa diasuh oleh ibu , dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orang tua. Trophicognosis yang
ditemukan: risiko peningkatan suhu tubuh, nutrisi kurang dari kebutuhan,
risiko kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan kecemasan orang tua.

Intervensi yang diberikan antara lain adalah: memeriksa secara berkala


frekuensi napas, suara napas, dan usaha napas, melakukan suction,
mempertahankan posisi kepala-leher jalan napas tetap terbuka, memberikan
oksigen yang dilembabkan, mengusahakan anak dapat istirahat dan tidur
yang cukup, memonitor masukan dan output, memberikan terapi sesuai
program. Hasil evaluasi tanggal 11 April 2012: bersihan jalan napas dapat
dipertahankan, pola napas belum efektif, kecemasan orang tua berkurang.
Anak pulang tanggal 11 April 2012.

2.2 Tinjauan teoritis

2.2.1 Tinjauan teori Infeksi Respiratori Akut (IRA)/Infeksi Saluran


Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti: sinus,
ruang telinga tengah dan selaput paru. Menurut buku ajar respirologi anak

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


15 
 

tahun 2012, istilah ISPA diganti dengan sebutan infeksi respiratori akut
yang mencakup infeksi respiratori atas dan infeksi respiratori bawah.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam
2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Penyakit batuk
pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua
radang telinga akut harus mendapat antibiotik. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya .

Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan fibro kistik,
merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada musim dingin. Tetapi ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena
dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


16 
 

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat karena


ISPA merupakan penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi
yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Angka kematian akibat
pneumonia nasional adalah 5 per 1000 Balita per tahun (SKRT 2001).
Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6 % kematian bayi dan
22,8 % kematian Balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respiratori, terutama pneumonia. Kasus ISPA ditemukan pada 50% pada
anak berusia dibawah 5 tahun dan 30% pada anak berusia 5-12 tahun, dan
5% diantaranya melibatkan saluran pernapasan bawah, terutama pneumonia.
Anak berusia 1-6 tahun dapat mengalami periode ISPA sebanyak 7-9 kali
per tahun, tetapi biasanya ringan dan puncak insiden biasanya terjadi pada
usia 2-3 tahun. Di Indonesia, 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas dan
15-30% dari seluruh kunjungan rawat jalan dan rawat inap rumah sakit
adalah karena penyakit ISPA (Wantania, Naning, dan Wahani, dalam
Rahajoe, Supriyatno dan Setyanto, 2012).

Faktor risiko yang mendasari perjalanan penyakit ISPA biasanya


berhubungan dengan penjamu, agen penyakit dan lingkungan. Faktor
tersebut antara lain adalah: usia, jenis kelamin, ststus gizi, pemberian ASI,
BBLR, imunisasi, pendidikan orang tua, status sosial ekonomi,penggunaan
fasilitas kesehatan dan lingkungan.

2.2.2 Pneumonia
2.2.2.1 Definisi

Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru yang umumnya terjadi pada


masa anak-anak terutama pada masa bayi dan toddler (Hockenberry, 2009).
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan agen
penyebabnya.

Pneumonia berdasarkan morfologinya yaitu :

a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian dari satu /lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena maka disebut sebagai pneumonia
bilateral.
Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


17 
 

b. Bronchopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat


oleh eksudat mukopurulent yang akan membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang ada didekatnya.
c. Pneumonia interstitiel, proses inflamasi terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium), jaringan peribronkial dan interlobular.

Sedangkan berdasarkan agen penyebabnya pneumonia terbagi atas :

a. Pneumonia virus, lebih sering terjadi daripada pneumonia bakterial,


sering dikaitkan dengan virus ISPA
b. Pneumonia atipikal, agen penyebabnya adalah mikoplasma yang terjadi
terutama di musim gugur dan musim dingin, dan lebih menonjol pada
pemukiman yang padat.
c. Pneumonia bakterial, disebabkan oleh pneumococcus, stafilococcus, dan
streptococcus. Biasanya didahului oleh infeksi virus.
d. Pneumonia aspirasi, terjadi karena aspirasi cairan, makanan, muntaan,
sekresi nasofaring, cairan amniotik dan debris selama proses kelahiran,
hidrokarbon, lipid, bubuk talk. Aspirasi cairan atau makanan merupakan
bahaya utama pada anak yang mempunyai kesulitan menelan akibat
paralisis, kelemahan, anomali kongenital, atau tidak adanya reflek batuk.

Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, pneumonia dibagi menjadi:

a. Pneumonia masyarakat (community acquired pneumonia), bila


pneumoninya terjadi di masyarakat.
b. Pneumonia rumah sakit atau pneumonia nosokomial (hospital acquired
pneumonia), bila infeksinya didapat di rumah sakit dan sering
merupakan infeksi sekunder pada berbagai penyakit dasar yang sudah
ada sehingga lebih kompleks (Said, dalam Rahajoe, Supriyatno dan
Setyanto, 2012).

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


18 
 

2.2.2.2 Penyebab
Beberapa agen penyebab pneumonia diantaranya adalah virus, bakteri,
mycoplasma, atau aspirasi benda asing seperti makanan, minuman, dll.
(Said, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


19 
 

Gambar 2.1
PatolowPneumonia
Non-Infeksi
Infeksi : • Aspirasi makanan/benda asing/asam lambung
Virus, bakteri • Reaksi hipersenstivitas
• Pneumonitis akibat obat atau radiasi

Rewel
Batuk Masuk melalui jalan Gangguan
nafas atas (nasofaring) ↓ nafsu makan  pemenuha
Hidung n
tersumbat kebutuhan
↓ masukan
nutrisi :
Teraspirasi dalam i
kurang
Nafas perifer paru
sesak dari
kebutuhan
tubuh
Kelelahan
Edema reaktif

Intolensi aktivitas
Proliferasi organisme ke
bagian paru yang berdekatan  Lab:
• Keukosit naik
• Hb normal atau
naik Prosedur
Kebersihan jalan • LED normal
PNEUMONIA invasif
nafas tidak efektif atau naik
• Rontgen dada

Gangguan pertukaran Menganggu pertukaran gas Reaksi radang


gas

Kompensasi paru Sekret sulit dikeluarkan ↑ suhu


tubuh

Saluran nafas
Suara ronkhi menyempit
Penggunaan otot Takipneu
asesoris pernafasan

Suara wheezing

Retraksi inferkostal,
subkostal, suprasternal Gangguan rasa nyaman Cemas

Diagnosa yang mungkin muncul:


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan rasa nyaman
5. Cemas

Sumber: Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012; Potter & Perry, 2006

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


20 
 

2.2.2.3 Gambaran klinik


1. Demam, biasanya tinggi
2. Pernafasan : batuk (tidak produktif /produktif dengan sputum yang
putih), tachypnea, suara nafas tambahan (crakles, penurunan suara
nafas, rales), nyeri dada, retraksi, pucat hingga sianosis tergantung
tingkat keparahan,.
3. Tingkah laku : iritable, malise, letargy, gelisah
4. Gastrointestinal : anorexia, vomitus, diare, nyeri abdomen.

2.2.2.4 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium : darah lengkap meliputi hemoglobin,


leukosit, trombosit,hematokrit
2. Rontgen dada : infiltrasi difuse (menyebar pada peribronchial).

2.2.2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan/penatalaksanaan medis mencakup pengobatan untuk
memperbaiki oksigenasi dengan pemberian oksigen dan terapi pernafasan.
Kadang-kadang diberikan terapi inhalasi untuk memudahkan pengeluaran
mukus atau sputum/sekret dari saluran pernafasan.

Untuk pneumonia bakteri maka diberikan antibiotik sesuai dengan kultur


atau sensitest kuman. Kadang-kadang diberikan langsung ampisilin injeksi
dan chloramfenikol dengan dosis sesuai dengan berat badan anak/bayi

2.2.3 Pemenuhan kebutuhan oksigen

Oksigen merupakan suatu agen farmakologik, tidak berwarna, tidak berasa,


tidak berbau dan digunakan dalam proses oksidasi/proses pembakaran.
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Joseph Priestleyth pada tahun 1774
dan diberi nama oleh Lavoiser (Rogayah, 2009). Oksigen (O2) adalah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 kedalam

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


21 
 

tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa


oksidasi. Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat seringkali menemukan klien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Kebutuhan oksigen tubuh
dipenuhi melalui fungsi pernapasan dan fungsi kardiovaskuler.

Fungsi pernapasan meliputi oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi,


perfusi, dan transport gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi
mengontrol fluktuasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan oksigen jaringan. Sebagian besar sel dalam
tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan
pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara udara
di lingkungan dan darah. Pernapasan dapat berubah karena kondisi atau
penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru. Otot-otot pernapasan,
ruang pleura dan alveoli sangat penting untuk ventilasi, perfusi dan
pertukaran gas pernapasan (McCance & Huether, 1994 dalam Potter &
Perry, 2006). Fungsi kardiovaskuler mencakup pengaliran darah yang
membawa oksigen dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta
mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke dalam sistem
pulmonar (Craven & Hirnle, 2003; Potter & Perry, 2006; Berman & Snyder
2012).

2.2.3.1 Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas kedalam dan keluar
paru-paru, jumlahnya sekitar 500 cc. Otot paru dan thoraks yang elastis dan
persyarafan yang utuh dibutuhkan untuk ventilasi. Pernapasan adalah upaya
yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi.
Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma yang dipersyarafi oleh
saraf frenik yang keluar dari medula spinalis pada vertebra servikal keempat
(Potter & Perry, 2006).

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi
Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


22 
 

tekanan intrapleural lebih negatif (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer


(760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli. Kepatenan Ventilasi
tergantung pada faktor : Kebersihan jalan nafas, cukupnya sistem saraf pusat
dan pusat pernafasan, cukupnya pengembangan dan pengempisan paru-paru,
dan kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta,
internal interkosta, otot abdominal (Berman & Snyder, 2012).

2.2.3.2 Perfusi

Perfusi paru adalah merupakan gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakomodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan
jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.

Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ke dan dari membran
kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi
pulmonar merupakan suatu reservoar untuk darah sehingga paru dapat
meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri dan
vena pulmonar yang besar. Sirkulasi pulmonal juga berfungsi sebagai filter
yang menyaring trombus kecil sebelum trombus tersebut mencapai organ-
organ vital (Potter & Perry, 2006).

2.2.3.3 Pertukaran gas pernapasan


Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh.
Oksigen ditransfer dari paru-paru ke darah dan karbondioksida ditransfer
dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat
jaringan, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan dan karbondioksida
ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


23 
 

Transfer ini tergantung pada proses difusi.


a. Difusi
Merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi
dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran alveolar.
b. Transportasi oksigen
Terdiri dari sistem paru dan sistem kardiovaskuler. Proses penghantaran
ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru(ventilasi),
aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi dan
kapasitas membawa oksigen.
c. Transportasi karbondioksida
Karbondioksida berdifusi kedalam sel-sel darah merah dan dengan cepat
dihidrasi menjadi asam karbonat akibat adanya anhidrasi karbonat.
Hemoglobin yang berkurang dapat bersenyawa dengan karbondioksida
dengan lebih mudah daripada oksihemoglobin, sehingga darah vena
mentransportasi sebagian besar karbondioksida(Potter & Perry, 2006;
Berman & Snyder, 2012).

2.2.3.4 Pengaturan pernapasan


Tujuan utama pengaturan pernapasan adalah mensuplai kebutuhan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh termasuk saat melakukan
latihan fisik, infeksi atau massa kehamilan. Pengaturan pernapasan
meningkatkan pengeluaran karbondioksida dan hasil proses metabolisme
tubuh. Proses ini menentukan status asam basa tubuh. Pernapasan
dikendalikan oleh pengaturan saraf dan kimiawi. Pengaturaan saraf
melibatkan sistem saraf pusat, pengontrolan frekuensi, kedalaman dan irama
pernapasan. Pengaturan kimiawi melibatkan kerja zat-zat kimia, seperti ion
karbondioksida dan ion hidrogen dengan kecepatan dan kedalaman
pernapasan.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


24 
 

2.2.3.5 Perubahan fungsi pernapasan


Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-
kondisi yang mempengaruhi ventilasiatau transpor oksigen. Perubahan
primer tersebut adalah hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
a. Hiperventilasi
Tujuan ventilasi adalah menghasilkan tegangan karbondioksida diarteri
yang normal dan mempertahankan tegangan oksigen di arteri yang
normal (Dettenmeier, 1992 dalam Potter & Perry, 2006). Hiperventilasi
dan hipoventilasi berkaitan dengan ventilasi alveolar dan bukan
berkaitan dengan frekuensi pernapasan klien. Hiperventilasi merupakan
suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal divena yang diproduksi melalui
metabolisme seluler. Hiperventilasi dapatdisebabkan oleh ansietas,
infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam basa dan hipoksia yang
dikaitkan dengan embolus paru atau syok.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak cukup memenuhi
kebutuhan oksigentubuh untuk mengeliminasi karbondioksida secara
cukup. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan
meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis
merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru
yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
c. Hipoksia
Merupakan oksigenasi jaringan yang tidak cukup. Kondisi ini terjadi
akibat defisiensi penghantaran oksigen dan penggunaan oksigen
diseluler. Hipoksia dapat disebabkan karena: penurunan kadar
hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen,
penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi, ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil oksigen dalam drah, penurunan difusi
oksigen dari alveoli kedarah, seperti pada pneumonia, perfusi darah

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


25 
 

yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk serta kerusakan


ventilasi.

2.2.3.6 Faktor yang mempengaruhi oksigenasi


Kecukupan sirkulasi, ventilasi, perfusi, dan transport gas-gas pernapasan ke
jaringan dipengaruhi oleh empat faktor yakni faktor fisiologis, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan faktor lingkungan (Potter & Perry,
2006).

Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung


akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen. Proses fisiologis lain yang mempengaruhi proses oksigenasi pada
klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk
membawa oksigen, peningkatan kebutuhan metabolisme dan perubahan
yang mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien.

Tahap perkembangan dan proses penuaan yang normal dapat mempengaruhi


oksigenasi jaringan. Bayi prematur berisiko terkena penyakit membran
hialin, yang diduga disebabkan oleh defisiensi surfaktan. Kemampuan paru
untuk mensintesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan yakni
pada sekitar bulan ketujuh. Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah
sebagian masih sebagai janin dan sebagai bayi baru lahir. Bayi pematur yang
dilahirkan dalam usia gestasi <37 minggu mempunyai risiko tinggi terhadap
pernyakit-penyakit yang berhubungan dengan prematuritas, termasuk
diantaranya sindroma gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran
hialin), aspirasi pneumonia karena refleks menelan dan batuk yang belum
sempurna.

2.2.3.7 Mempertahankan kepatenan jalan napas


Jalan napas yang paten adalah ketika trakea, bronkus dan jalan napas yang
besar bebas dari obstruksi. Intervensi yang bisa digunakan untuk

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


26 
 

mempertahankan kepatenan jalan napas adalah tehnik batuk efektif dan


napas dalam, tehnik penghisapan lendir dan insersi jalan napas buatan.
a. Batuk efektif dan napas dalam
b. Tehnik penghisapan
c. Insersi jalan napas buatan

2.2.3.8 Mobilisasi sekresi pulmonal


Intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan mobilisasi pulmonar
adalah hidrasi, humidifikasi, nebulisasi dan fisioterapi dada.
a. Hidrasi
b. Humidifikasi
c. Nebulisasi
d. Fisioterapi dada (Potter & Perry, 2006).

2.2.2.9 Mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi


Peningkatan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan upaya mempertahankan
jalan napas yang paten akan membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi. Tetapi pada beberapa klien, membutuhkan terapi oksigen untuk
mempertahankan tingkat oksigenasi jaringan yang sehat. Tujuan terapi
oksigen adalah mencegah dan mengatasi hipoksia. Setiap klien yang
mengalami kerusakan oksigenasi jaringan, dapat memperoleh manfaat dari
pemberian oksigen yang terkontrol. Oksigen bukan pengganti pengobatan
lain dan hanya dapat digunakan jika ada indikasi. Oksigen harus
diperlakukan seperti obat. Oksigen mahal dan memiliki efek samping yang
berbahaya. Dosis dan konsentrasi oksigen harus dipantau secara kontinyu.
Tehnik pemberian oksigen:
a. Nasal kanul
b. Facemask
c. Oksigen tent

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


27 
 

2.2.4 Penerapan family centered care pada anak dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan oksigen

Kualitas hidup anak akan tercapai apabila kesejahteraan anak terjamin.


Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh pola asuh, gaya hidup, pola penyakit,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan
pada anak meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan keperawatan pada anak perlu melibatkan peran serta keluarga
(family centered care). Keterlibatan keluarga merupakan unsur penting
dalam asuhan keperawatan anak karena kehidupan anak dapat ditentukan
oleh lingkungan keluarga.

Family centered care (FCC) adalah penerapan asuhan keperawatan dengan


menekankan kepada keterlibatan keluarga dalam asuhan keperawatan. Hal
ini didasari bahwa keluarga adalah konstanta yang ada dalam kehidupan
anak. Keluarga adalah kekuatan dan pendukung bagi anak. Penerapan FCC
akan menurunkan tingkat stres keluarga, meningkatkan rasa percaya diri dan
kompetensi keluarga dalam merawat anaknya sehingga pada akhirnya akan
menurunkan beban kerja perawat dan membuat length of stay menjadi
singkat (Hockenberry, 2007).
 
Pada pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
pemenuhan oksigenasi dapat diterajaman konsep FCC. Intervensi
keperawatan dengan menggunakan pendekatan FCC menekankan bahwa
pembuatan kebijakan, perencanaan program perawatan, perancangan
fasilitas kesehatan, dan interaksi harian antara pasien dengan tenaga
kesehatan harus melibatkan keluarga. Keluarga diberikan kewenangan untuk
terlibat dalam perawatan pasien, hal ini berarti keluarga dengan latar
belakang pengalaman, keahlian dan kompetensi keluarga memberikan
manfaat positif dalam perawatan anak. Memberikan kewenangan kepada
keluarga berarti membuka jalan bagi keluarga untuk mengetahui kekuatan,
kemampuan keluarga dalam merawat anak. Tenaga kesehatan memberikan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


28 
 

informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga tentang cara perawatan
anak yang mengalami gangguan oksigenasi agar keluarga dapat ikut
berperan aktif dalam perawatan.

Tugas penting perawat pada FCC adalah memberikan dukungan pada


keluarga. Komponen dukungan meliputi memberikan kesempatan dan
kekuatan. Kesempatan adalah memberikan peluang kepada keluarga untuk
menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka serta memberik
kesempatan keluarga untuk mempelajari keterampilan baru. Kekuatan
adalah kemampuan tim kesehatan dalam mengizinkan keluarga untuk
mengontrol kehidupan keluarganya. Untuk meraih hal tersebut, perawat
seharusnya mengenali kekuatan keluarga dan membantu keluarga untuk
membangun kekuatan tersebut. Karena keluarga mengetahui yang terbaik
untuk anaknya dan mendorong mereka untuk membuat keputusan sesuai
dengan yang mereka yakini. Keluarga membutuhkan dukungan pada masa-
masa sulit. Perawat memberikan dan menjamin dukungan formal dan
informal untuk anak dan keluarga, Menfasilitasi pembentukan support
group untuk anak dan keluarga, melakukan pendampingan kepada keluarga,
menyediakan akses informasi support group yang tersedia dimasyarakat.

Pada anak yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen,


perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan FCC
yaitu dengan melibatkan keluarga dalam setiap perawatan dan pengobatan.
Kerjasama dan dukungan kelurga sangatlah diperlukan. Perwat bisa
melibatkan orang tua dalam menjaga kepatenan jalan napas dengan
memberikan posisi semi fowler, mencegah supaya anak tidak tersedak,
mempertahankan kanul oksigen tetap terpasang supaya pemberian oksigen
bisa optimal, memberikan nebulasi dan juga menghisap lendir dalam
pengawasan.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


29 
 

2.3 Integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan

2.3.1 Teori konservasi Levine

Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan


oksigenasi menerajaman model Konservasi Levine. Levine berpandangan
bahwa penyakit dapat berubah setiap waktu. Tiga konsep utama dari model
konservasi ini yakni konservasi, adaptasi dan keutuhan (Alligood & Tomey,
2006; Alligood, 2010).

Levine (1991) dalam Alligood dan Tomey (2006) menggambarkan bahwa


konservasi merupakan pencapaian keseimbangan antara energi yang dimiliki
dengan energi yang dibutuhkan dengan tetap memperhatikan keunikan dari
individu. Meskipun energi itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung,
akan tetapi manifestasi klinisnya dapat diprediksi, dikelola dan diketahui.
Sehingga dalam melakukan intervensi keperawatan, perawat dapat
menyeimbangkannya dengan partisipasi dan keterbatasan klien.

Adaptasi merupakan suatu cara untuk berubah yang merupakan proses


kehidupan. Adaptasi adalah cara individu berespon terhadap lingkungan.
Setiap individu memiliki rentang respon adaptasi yang berbeda-beda
tergantung usia dan penyakit. Pada bayi baru lahir keadaan hipoksia dan
hiperkapnia memberikan rangsangan kimiawi pada pusat pernapasan dan
menyebabkan bayi bernapas beberapa detik sampai beberapa menit setelah
lahir (Murray & McKinney, 2007). Tambahan lain dari bentuk adaptasi yang
mungkin tersembunyi dalam diri individu adalah kode genetik. Individu
menggunakan kelebihannya dalam mempertahankan atau mengembalikan
kesehatannya. Kehilangan kelebihan ini akan menyebabkan trauma, penyakit
atau kondisi lingkungan yang membuat sulit untuk individu mempertahankan
hidup.

Levine (1973) menyatakan bahwa individu sebagai suatu sistem terbuka yang
memiliki kesatuan yang utuh. Interaksi yang terus menerus antara individu
sebagai organisme dengan lingkungan pada setiap dimensi kehidupan
Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


30 
 

sehingga membentuk satu kesatuan yang dapat mempengaruhi keberadaan,


kesehatan bahkan keseluruhan/keutuhan individu tersebut. Proses
hospitalisasi memberikan dampak luar biasa bagi anak, dengan terpisahnya
anak dari keluarga, anak memerlukan penyesuaian. Pada anak dengan ISPA
yang mengalami gangguan oksigenasi, anak memerlukan penyesuaian untuk
dapat mempertahankan kehidupannya. Dalam keadaan sehat, proses
oksigenasi akan berjalan tanpa kesadaran kita, saat anak mengalami ISPA,
anak membutukan tenaga dan energi yang berlebih untuk melakukan usaha
pernapasannnya. Penyesuaian fisiologik diperlukan agar proses oksigenasi
dapat berlangsung.

Levine memiliki empat asumsi utama terhadap manusia, lingkungan,


kesehatan dan keperawatan. Levine memandang manusia secara keseluruhan
sebagai organisme yang berusaha keras mempertahankan keutuhan dan
integritasnya sebagai manusia serta memiliki perasaan, pikiran, berorientasi
pada masa depan dengan tidak mengabaikan masa lalu. Sehingga manusia
dapat didefinisikan sebagai seorang individu, individu dalam keluarga,
individu dalam masyarakat (Alligood & Tomey, 2006; Alligood, 2010). Pada
menit pertama setelah kelahiran bayi sudah dapat bereaksi dengan lingkungan
untuk membentuk jalinan emosional dan sosial serta untuk dapat memenuhi
kebutuhannya salah satunya terpenuhinya aktivitas pernafasan sebagai
kebutuhan utama pada bayi baru lahir (Mefford, 1994).

Lingkungan adalah konteks dimana individu hidup dan berpartisipasi


didalamnya sehingga lingkungan dan manusia saling mempengaruhi satu
sama lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal,
lingkungan internal merupakan kombinasi aspek fisiologis dan patologis
manusia itu sendiri, sedangkan lingkungan eksternal merupakan ingkungan di
luar diri manusia yang dapat mempengaruhi manusia baik secara fisik
maupun psikologis.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


31 
 

Levine juga menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai


lingkungannya sendiri, yaitu internal dan eksternal. Lingkungan internal
dapat berhubungan dengan perawat sebagai aspek fisiologi dan patofisiologi
pasien. Levine menggunakan definisi lingkungan eksternal dari Bates (1967)
yang mengemukakan tiga tingkatan, yaitu perceptual yakni aspek kehidupan
di sekitar kita yang mampu kita pahami dan rasakan. Tingkat operasional
merupakan elemen yang secara fisik mempengaruhi individu, akan tetapi
tidak dapat dirasakan secara langsung, contohnya: mikroorganisme.
Sedangkan pada tingkat konseptual lingkungan dibentuk dari budaya,
karakteristik spiritual, simbol bahasa dan sejarah. Berbagai faktor lingkungan
ikut mempengaruhi perkembangan psikososial anak yang selanjutnya akan
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak (Alligood & Tomey, 2006;
Alligood, 2010).

Sehat merupakan pola perubahan yang adaptif yang bertujuan untuk


meningkatkan kesejahteraan. Perubahan merupakan proses kehidupan dan
adaptasi adalah cara untuk berubah. Organisme yag memiliki ketahanan
integritas baik lingkungan internal maupun eksternal akan lebih mampu untuk
adaptif dan mencapai kesejahteraan. Tujuan dari konservasi adalah sehat
Karena konservasi, manusia mampu melawan hambatan dan beradaptasi
yang sesuai dengan pertahanan mereka yang unik.

Keperawatan adalah interaksi manusia. Tugas dari keperawatan adalah untuk


membawa prinsip keilmuan dalam mengambil keputusan yang tergantung
pada penilaian situasi pasien yang diamati oleh perawat. Observasi dan
seleksi data yang relevan sebagai dasar pengkajian dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat berpartisipasi aktif pada setiap lingkungan pasien, dan
dia banyak memberikan dorongan untuk perubahan agar dia tahan terhadap
keadaan bahaya dari penyakit. Inti dari teori Levine adalah bahwa intervensi
keperawatan mempengaruhi dorongan adaptasi, atau mendekati perubahan
menjadi sehat secara sosial. Perawat melakukan tindakan terapeutik ketika
respon adaptasi tidak mampu dilakukan, perawat menigkatkan dengan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


32 
 

dukungan perawatan. Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan


kesehatan secara keseluruhan (Alligood & Tomey, 2006; Alligood, 2010).

Prinsip Konservasi menggambarkan suatu sistem yang kompleks yang


bertujuan agar klien mampu melanjutkan fungsi ketika terdapat beberapa
ancaman. Peran konservasi dan integriti saling berdampingan pada setiap
situasi dimana perawat dibutuhkan. Fokus utama konservasi adalah pada
integritas dari kesatuan individu. Walaupun intervensi keperawatan berasal
dari satu aspek namun harus juga memperhatikan pengaruh prinsip konservasi
yang lain. Adapun yang termasuk prinsip konservasi adalah konservasi
energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan
konservasi integritas sosial.

Prinsip Konservasi energi menjelaskan bahwa individu membutuhkan


keseimbangan energi dan menghasilkan energi yang konstan untuk
mempertahankan kehidupan. Energi diperlukan untuk penyembuhan dan
pertumbuhan. Di samping itu pula energi berperan untuk mempertahankan
termodinamik.

Konservasi integritas struktur merupakan proses untuk mengembalikan


integritas struktur. Perawat harus berusaha meningkatkan jumlah perbaikan
jaringan yang mengalami penyakit dengan cepat mengidentifikasi adanya
perubahan fungsi dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat.
Konservasi integritas personal adalah pemahaman bahwa nilai diri dan
identitas perasaan sangatlah penting bagi individu. Perawat dapat
menunjukkan penghargaan pada pasien dengan memanggil mereka dengan
namanya, menghargai harapan mereka, menilai kontrol personal,
menyediakan privasi selama prosedur, mendukung pertahanan diri mereka.
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah selalu untuk mengajarkan
pengetahuan dan kekuatan sehingga individu dapat hidup mandiri, tidak
selalu menjadi pasien dan tidak selalu menjadi orang yang tergantung dengan
orang lain. Makna dari konservasi integritas sosial bahwa hidup menjadi lebih

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


33 
 

berarti jika mampu masuk kedalam komunitas sosial, dan kesehatan dapat
dipengaruhi oleh komunitas sosial. Perawat yang memiliki peran profesional
mampu memfasilitasi kebutuhan klien untuk berinteraksi dengan orang tua,
keluarga dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi
integritas sosial.

Model Konservasi Levine mengandung proses yang detail tentang


keperawatan meliputi pengkajian empat prinsip konservasi, mengidentifikasi
dan menetajaman trophicognosis (masalah keperawatan), menyusun
Hypotheses, menyusun intervensi keperawatan berdasarkan empat prinsip
konservasi, menetajaman respon klien terhadap intervensi keperawatan
sebagai evaluasi.

Proses keperawatan dengan menggunakan teori konservasi Levine pada tahap


pengkajian perawat mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi
dengan mempertimbangkan empat prinsip konservasi yakni konservasi energi
untuk mengetahui keseimbangan energi yang dimiliki dan dibutuhkan klien,
integritas struktur untuk mengetahui sistem pertahanan tubuh yang dimiliki
klien, integritas personal merupakan perasaan klien/keluarga tentang dirinya,
dan integritas sosial yakni kemampuan klien berpartisipasi dalam sistem
sosial. Meskipun sumber-sumber energi tidak dapat diamati secara langsung
oleh perawat akan tetapi perawat dapat mengamati dan menginterpretasikan
manifestasi klinis dari energi tersebut. Pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, perawat dapat mengetahui bahwa klien
membutuhkan oksigenasi yang cukup melalui respon klien terhadap
intervensi keperawatan, misalnya klien mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan peningkatan kedalaman pernapasan pada saat aktivitas rutin
seperti pemberian makan.

Pengkajian pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi


meliputi monitoring tanda-tanda vital dengan teliti. Mengenal tanda awal dari
oksigenasi yang tidak cukup akan mempercepat /melancarkan pengobatan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


34 
 

awal dan mencegah jatuh ke keadaan yang lebih berat (Hockenberry &Wilson,
2007).

Pada pengkajian konservasi energi pada anak dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan oksigenasi antara lain dapat ditemukan peningkatan usaha
pernafasan, takipnea, kesulitan untuk makan, dan iritabilitas. Kemudian pada
pengkajian integritas struktur berdasarkan hasil pemeriksaan foto thorax,
ECG, kondisi jaringan kulit sebagai sistem pertahanan tubuh di tingkat perifer.

Trophicognosis pada lima klien kelolaan berbeda-beda berdasarkan respon


yang muncul dari masing-masing klien. Namun berdasarkan kemungkinan
penyebab dari gangguan kebutuhan oksigenasi sebagaimana yang
dikemukakan oleh Potter dan Perry (2006) yang melibatkan fungsi pernapasan
dan fungsi kardiovaskuler, maka trophicognosis yang teridentifikasi pada
klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dalam karya ilmiah
ini adalah: pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif.

Penetapan tujuan keperawatan diartikan sebagai pembuatan pernyataan yang


jelas dari intervensi keperawatan yang diberikan. Tujuan dari intervensi
keperawatan adalah meningkatkan adaptasi dan mempertahankan
keutuhan/keseluruhan yang dapat dicapai melalui konservasi energi,
konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi
sosial. Tujuan dari intervensi yang dibuat pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk mengatasi masalah yang
muncul yang pada dasarnya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan
oksigenasi yang cukup.

Evaluasi merupakan penetapan keefektifan dari intervensi keperawatan. Oleh


karena itu, evaluasi tersebut menjadi refleksi dari tujuan keperawatan yang
telah ditetajaman sebelumnya. Untuk dapat menetajaman suatu intervensi
keperawatan efektif atau tidak maka perawat harus melakukan pengkajian
secara menyeluruh yang meliputi keempat prinsip konservasi. Pada klien

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


35 
 

dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi evaluasi dilakukan


dengan melihat masih ada atau tidaknya tanda dan gejala sebagai manifetasi
dari gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
 

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


36 
 

Gambar 2.2
Bagan Integrasi Teori Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Oksigenasi Pada
Penderita ISPA

Anak dengan gangguan oksigenasi

Konservasi energi Pengkajian


Integritas struktur,personal
dan sosial
perubahan
Lingkungan internal lingkungan eksternal
-fisiologi dan patofisiologi perseptual,operasional,
konseptual

Adaptasi

Mampu beradaptasi tidak mampu beradaptasi

Trophicognosis

Hipotesis

Intervensi: konservasi energi,


integritas struktur, personal
dan sosial

Evaluasi

Wholleness Mampu adaptasi belum mampu adaptasi

Sumber: Potter & Perry,2006; Tomey & Alligood, 2010

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


37 
 

2.4 Aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih

2.4.1 Pengkajian

a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak B
2. Tempat/Tgl Lahi : Bogor, 21 Januari 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 14 bulan
5. Alamat : kp.pintu air Rt06/07, pabuaran, Bojonggede,
Bogor, jawa barat
b. Riwayat singkat klien
An. B, usia 14 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 23 Maret 2012
jam 00.00 dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 3 hari
SMRS. Anak B sudah berobat klinik tapi tetap tidak ada perbaikan. Anak
jadi susah minum dan rewel, tidak mau makan. Anak panas tinggi, BAB
dan BAK tidak ada perubahan. Di IGD RR anak 60x/mnt, GCS 15 dan
mendapat terapi kloramphenikol, ampisilin dan oksigen 2 l/mnt. Karena
ada alergi ampisilin, antibiotic diganti cefotaksim 3x175 mg. Pada tanggal
29 Maret jam 00.30 masuk ruang infeksi dengan diagnose Community
Aquired pneumonia dan gizi buruk. Kemudian pada tanggal 29 Maret
2012 jam 15.30 anak mengalami hiperkapnia,hipoksemia dan ancaman
gagal napas sehingga di pindah ke ICU.

Anak masuk lagi ke ruang infeksi pada tanggal 1 April 2012 jam 18.00.
anak masih batuk, menggunakan oksigen 2lt/mnt nasal kanul, terpasang
stopper di tangan kanan. Terapi yang didapat: diet F 100 8x100ml,
cefotaxim 3x175 IV, kloritromisin 2x50 mg oral, asam folat 1x1 mg oral
dan paracetamol jika perlu 60 mg.

Riwayat penyakit keluarga: sepupu ibu ada terkena TBC dan sudah
dinyatakan sembuh, tidak tinggal satu rumah. Riwayat kelahiran: lahir
spontan dibantu bidan, di RS di Citayam, anak langsung menangis. Anak

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


38 
 

merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara( anak pertama merupakan anak


angkat). Berat lahir 2700 gram, panjang lahir lupa, anak tidak kuning.

Riwayat imunisasi : kesan tidak lengkap, tidak ada BCG Scar. Riwayat
tumbuh kembang: anak sudah bisa berjalan sejak 11 bulan, dan sudah bisa
bicara mama…bapak….maem…dll.riwayat nutrisi: anak makan bubur
3xsehari dan susu formula SGM 4x120 ml. BB saat ini 6,5 kg, Pb 68 cm.
BB/U = 6,5/11=89%, TB/U= 68/79= 86%, BB/TB= 6,5/8,1= 80%.

2. Patoflow ( terlampir )
3. Pengkajian
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 2 April 2012, jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum susu formula sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan
rewel. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena
anak sering batuk. BB sekarang 6,5 kg. BAB dan BAK anak tidak
ada masalah. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi
oksigen 95%. Saat ini anak minum melalui NGT SF 100, 8x100cc.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak coklat sawo matang, rambut tebal, sedikit panjang
terdistribusi merata, kuku tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru.
Kepala normal, tidak ada deformitas. Leher terdapat kaku kuduk. Mata
simetris, bersih, telinga simetris , bersih tidak keluar serumen. Hidung
simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Bibir tampak
kering dan tidak berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat
retraksi epigastrium dan intercostals serta suprasternal. Pernapasan 60
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan, terdapat napas cuping hidung, saturasi oksigen 95%.
Terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang paru, slem banyak.
Jantung terlihat impuls apical, terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen
teraba supel, bising usus terdengar normal 11 x/menit. Genital normal

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


39 
 

dan anus paten. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi


oksigen 95%. Ekstremitas teraba hangat,CRT< 2 detik, anak
mengalami hemiparesis sinistra. Kekuatan motorik
5555 3333 klonus +/+, babinsky +/+
5555 3333
Hasil pemeriksaan laboratorium :
1. Lumbal pungsi tanggal 29 Maret 2012: mengarah ke meningitis
Analisa cairan otak:
Makroskopik: tidak berwarna, jernih, tidak ada bekuan,
Mikroskopik, hitung sel 20 sel/ul, PMN (segmen) 7/ul,
MN(limfosit) 13/ul
Kimia: None positif, Pandy positif, Protein cairan otak 80 mg/dl,
Glukosa cairan otak 79mg/dl, Glukosa serum 108,6mg/dl, Clorida
107 mEg/L, Kesan : infeksi
2. Ct Scan 31 Maret 2012 : tidak tampak kelainan, rontgent thorak tgl
2 April 2012: kesan, pneumonia lobaris paru kanan lobus medius,
dengan efusi pleura dextra minimal.
3. Lab tanggal 30 Maret 2012
Hemoglobin 8,9 g/dl, Hematokrit 29,2%, Trombosit 163.000/ui,
Leukosit 5340/ui.

c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 14 bulan, sudah
bisa memiringkan badannya, berjalan dan berlari. Anak juga sudah
bisa mberbicara memanggil mama…bapak…dll. Saat ini anak tampak
rewel kelihatan sesak napas, dan mengalami hemiparese sinistra. Anak
tidak bisa menjalankan aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan
kondisi anaknya

d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orang tua dan keluarga. Anak

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


40 
 

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara (kakak pertama sebagai


saudara angkat) dari pasangan ny.D (35 tahun) dengan bp.S (39 tahun).
Orang tua mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu
bertanya tentang kondisi anaknya.
 

2.4.2 Trophicognosis

1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi:


a. Risiko peningkatan suhu tubuh
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
struktur:
a. Risiko kekurangan cairan
b. Tidak efektifnya bersihan jalan napas
c. Pola napas tidak efektif
3. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
sosial
a. Kecemasan orang tua

2.4.3 Hipotesis

1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi


a. Risiko peningkatan suhu tubuh
Tujuan: anak dapat mempertahankan suhu tubuh yang normotermi
-suhu tubuh 36,5-37,5° C
-badan anak teraba tidak panas
Rencana tindakan:
1. Observasi suhu pasien secara berkala
2. Pertahankan masukan cairan yang cukup
3. Anjurkan orang tua untuk memakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat
4. Anjurkan orang tua untuk memberikan kompres hangat pada
anak di selangkangan dan lipat paha

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


41 
 

5. Berikan obat antipiretik paracetamol 60 mg jika anak panas


diatas 38° C
6. Berikan antibiotik sesuai program
b. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan: anak dapat mempertahankan masukan nutrisi yang cukup
- BB anak tetap
- anak aktif bergerak
Rencana tindakan:
1. Kaji berat badan anak sebelum dan sesudah sakit
2. Berikan ASI melalui NGT secara bertahap
3. Anjurkan orang tua untuk tidak memberi minum melalui mulut
terlebih dahulu untuk mencegah tersedak.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penghitungan kebutuhan
kalori.
c. Risiko kekurangan cairan berhubungan
Tujuan: kebutuhan cairan anak tatap terpenuhi secara cukup
-mukosa mulut tetap lembab
-turgor kulit elastis
Rencana tindakan:
1. Kaji kemampuan minum anak
2. Berikan minum sesuai kebutuhan anak melalui NGT dengan
hati-hati
3. Observasi adanya aspirasi
4. Kaji pola napas anak , perhatikan adanya takipnea
5. Anjurkan ibu untuk selalu memeras ASI karena merupakan
sumber nutrisi dan cairan utama anak
6. Monitor tanda-tandanya dehidrasi seperti mulut kering, turgor
tidak elastis dan produksi urine
2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
struktur:
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas
Tujuan: anak dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


42 
 

- anak bernapas biasa


- frekuensi napas 16-24x/menit
- jalan napas tetap terbuka
Rencana tindakan:
1. Pertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka
2. Berikan oksigen 2 lt per menit melalui nasal kanul sesuai
program, perhatikan humidifikasi
3. Berikan asupan cairan yang cukup
4. Lakukan suction jika perlu
5. Jika takipnea bisa dipusakan sementara sesuai program
6. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk melakukan nebulizer dan
fisioterapi dada 4x sehari sesuai program
b. Pola napas tidak efektif
Tujuan: anak dapat melakukan ventilasi yang cukup
- frekuensi napas 16-24x/menit
- usaha napas biasa, tanpa menggunakan otot bantu pernapasan
- suara napas vesikuler
- saturasi oksigen >94%
Rencana tindakan:
1. Periksa secara berkala frekuensi napas, suara napas, dan usaha
napas
2. Gunakan pulse oksimetri untuk memantau oksigen cukup dan
deteksi dini hipoksemia
3. Pertahankan posisi kepala-leher, jalan napas tetap terbuka
4. Berikan oksigen yang dilembabkan, 2 lt per menit nasal kanul
sesuai program
5. Usahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup
6. Berikan antibiotik sesuai program
7. Libatkan orang tua untuk mempertahankan posisi jalan napas
tetap terbuka dan menjaga anak supaya banyak istirahat

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


43 
 

3. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


personal
a. Kecemasan orang tua
Tujuan: orang tua mampu menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan proses hospitalisasi
-orang tua mampu mengekspresikan dan mengungkajaman
perasaannya
-orang tua bisa bekerjasama selama perawatan anak
Rencana tindakan:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orang tua
2. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan dan
mengungkajaman perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orang tua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orang tua untuk mengajak anak dengan meggendong
dan mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel

2.4.4 Intervensi dan Evaluasi


Tabel 2.1
Intervensi dan evaluasi
Trophicognosis Hari/ Intervensi Evaluasi
tanggal
Kemampuan 2 April 1. mengobservasi suhu 2 April 2012
mempertahan- 2012 pasien secara berkala tiap Jam.18.00
kan konservasi Jam.15.00 4 jam S:
energi: 2. mempertahankan -ibu mengatakan
a. Risiko masukan cairan yang panasnya naik
peningkatan cukup turun
suhu tubuh 3. menganjurkan orang tua -ibu mengatakan
untuk memakaikan baju saat panas tadi
yang tipis dan menyerap sudah dikompres
keringat dan diberi
4. menganjurkan orang tua paracetamol
untuk memberikan O:
kompres hangat pada -S : 37,2°C
anak di selangkangan dan -ibu tidak memberi
lipat paha minum pada anak
Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


44 
 

5. menciptakan ruangan melalui mulut


yang tenang dan nyaman -minum melalui
6. memberikan obat NGT tidak muntah,
antipiretik paracetamol tidak ada aspirasi
60 mg jika anak panas atau tersedak
diatas 38° C -lingkungan
7. memberikan antibiotik nyaman
sesuai program cefotaxim dipertahankan
3x175 IV, kloritromisin dengan tetap
2x50 mg oral, menjaga AC
menyala
-antibiotik
diberikan sesuai
program
A:
Keseimbangan
suhu dapat
dipertahankan
P:
Lanjutkan tindakan

3 April 1. mengobservasi suhu 3 April 2012


2012 pasien secara berkala Jam. 06.00
Jam.21.00 2. mempertahankan S:
masukan cairan yang -ibu mengatakan
cukup anaknya agak panas
3. menganjurkan orang tua -ibu mengatakan
untuk memakaikan baju anaknya belum
yang tipis dan menyerap diberi minum lewat
keringat mulut, hanya
4. menganjurkan orang tua dibasahi bibirnya
untuk memberikan O:
kompres hangat pada - susu formula
anak di selangkangan dan diberikan lewat
lipat paha NGT, anak tidak
5. memberikan obat muntah
antipiretik paracetamol -Suhu 37,5°C
60 mg jika anak panas -antibiotik
diatas 38° C diberikan sesuai
6. memberikan antibiotik program
sesuai program cefotaxim -Anak tampak
3x175 IV, kloritromisin keringatan setelah
2x50 mg oral, minum paracetamol
A:
Keseimbangan
suhu tubuh dapat
dipertahankan
P:
Lanjutkan tindakan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


45 
 

11 April 1. mengobservasi suhu 11April 2012


2012 pasien secara berkala Jam.18.00
Jam.14.00 2. mempertahankan S:
masukan cairan yang -ibu mengatakan
cukup anak panasnya
3. Anjurkan orang tua untuk turun
memberikan kompres O:
hangat pada anak di -S:36,8°C
selangkangan dan lipat -anak tampak
paha tenang
4. Berikan obat antipiretik -masukan cairan
paracetamol 60 mg jika cukup F 100,
anak panas diatas 38° C 125ml per NGT
5. Berikan antibiotik sesuai Antibiotic
program : amikasin1x125 diberikan sesuai
mg, INH 1x60mg oral, program, anak
rifampisin 1x100mg oral, mulai mendapat
pirazinamid 1x150 oral, terapi TBC sejak
etambutol 1x100mg oral, tanggal 6 April
kloritromisin 50 mg oral 2012, berdasarkan
hasil MRI yang
mengarah ke
Tuberculoma
A:
Keseimbangan
suhu tubuh dapat
dipertahankan
P:
lanjutkan tindakan
Trophicognosis Hari/ Intervensi Evaluasi
tanggal
Kemampuan 2 April 1. mengkaji kemampuan 2 April 2012
mempertahankan 2012 minum anak jam.18.00
integritas jam.15.00 2. memberikan minum S:
struktur: sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
a.Risiko melalui NGT dengan sejak sakit anaknya
kekurangan hati-hati 100cc tampak lebih kecil
cairan 3. mengobservasi adanya O
aspirasi - BB sekarang 6,8
4. mengkaji pola napas kg
anak , perhatikan adanya -ibu tidak memberi
takipnea minum pada anak
5. memonitor tanda- melalui mulut
tandanya dehidrasi -mukosa bibir
seperti mulut kering, lembab,ada
turgor tidak elastis dan airmata, turgor kulit
produksi urine cukup
-minum melalui
NGT tidak muntah,
tidak ada aspirasi
atau tersedak
-RR 64x/mnt, ada

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


46 
 

ronkhi
-turgor cukup
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
cukup
P:
Lanjutkan tindakan

3April 1. mengkaji kemampuan 3 April 2012


2012 minum anak Jam.18.00
Jam.08.00 2. memberikan minum sesuai S:
kebutuhan anak melalui -ibu mengatakan
NGT dengan hati-hati sejak sakit anaknya
100cc tampak lebih kecil
3. mengobservasi adanya O
aspirasi - BB sekarang 6,8
4. mengkaji pola napas anak , kg
perhatikan adanya -ibu tidak memberi
takipnea minum pada anak
5. memonitor tanda-tandanya melalui mulut
dehidrasi seperti mulut -mukosa bibir
kering, turgor tidak elastis lembab,ada
dan produksi urine airmata, turgor kulit
cukup
-minum melalui
NGT tidak muntah,
tidak ada aspirasi
atau tersedak
-RR 60x/mnt, ada
ronkhi
-turgor cukup
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
cukup
P:
Lanjutkan tindakan

Trophicognosis Hari/ Intervensi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 1. mempertahankan posisi 2 April 2012
mempertahankan 2012 kepala-leher dengan Jam.18.00
integritas jam.15.00 jalan napas terbuka S:-ibu mengatakan
struktur: 2. memberikan oksigen 2 anaknya lendirnya
d. Tidak lt permenit melalui banyak dan batuk
efektifnya nasal kanul sesuai terus
bersihan jalan program, perhatikan -ibu mengatakan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


47 
 

napas humidifikasi tidak memberi


3. memberikan asupan minum pada
cairan yang cukup anaknya lewat
4. melakukan suction mulut
5. menganjurkan ibu untuk O:
tidak memberikan -RR 64x/mnt ada
minum pada anak ronkhi dan retraksi
melalui mulit sementara intercosta dan
sesuai program epigastrium
6. Kolaborasi dengan -suction dilakukan
fisioterapis untuk slem keluar warna
melakukan nebulizer putih jernih
dan fisioterapi dada 3x -nebulizer
sehari sesuai program dilakukan sesuai
dengan NaCl 0,9 % dan program
ventolin ½ ampul. -cairan masuk
melalui NGT 125
cc
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan tindakan

3 April 1. mempertahankan posisi 3 April 2012


2012 kepala-leher dengan Jam.13.00
jam.08.00 jalan napas terbuka S:-ibu mengatakan
2. memberikan oksigen 2 lt anaknya lendirnya
permenit melalui nasal banyak dan batuk
kanul sesuai program, terus
perhatikan humidifikasi -ibu mengatakan
3. memberikan asupan tidak memberi
cairan yang cukup minum pada
4. melakukan suction anaknya lewat
5. menganjurkan ibu untuk mulut
tidak memberikan O:
minum pada anak -RR 60x/mnt ada
melalui mulut sementara ronkhi dan retraksi
sesuai program intercosta dan
6. Kolaborasi untuk epigastrium
melakukan nebulizer dan -anak tampak
fisioterapi dada 3x sehari sering batuk
sesuai program dengan -suction dilakukan
NaCl 0,9 % dan ventolin slem keluar warna
½ ampul. putih jernih
-nebulizer
dilakukan sesuai
program
-cairan masuk
melalui NGT 125
cc
Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


48 
 

A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan tindakan

Trophocognosis Hari/ Intervensi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 1. memeriksa secara 2 April 2012
mempertahankan 2012 berkala frekuensi Jam.18.00
integritas jam.15.00 napas, suara napas, dan S:
struktur: usaha napas -ibu mengatakan
e. Pola napas 2. menggunakan pulse anaknya masih
tidak efektif oksimetri untuk batuk
memantau oksigen -ibu mengatakan
cukup dan deteksi dini anaknya tampak
hipoksemia susah bernapas
3. mempertahankan posisi -ibu mengatakan
kepala-leher,jalan tidak memberi
napas tetap terbuka minum pada
4. memberikan oksigen anaknya lewat
yang dilembabkan, 2 lt mulut
permenit nasal kanul O:
sesuai program -saturasi O2 93%
5. mengusahakan anak -oksigen trepasang
dapat istirahat dan tidur 2 lt/mnt melalui
yang cukup dengan nasal kanul
menciptakan suasana -RR 64x/mnt ,
yang tenang ronkhi dan terdapat
6. memberikan antibiotic retraksi intercosta
sesuai program dan sternum
cefotaxim 3x175 IV, -suction slem
kloritromisin 2x50 mg keluar banyak
oral, warna putih jernih
7. melibatkan orang tua -antibiotik
untuk mempertahankan diberikan sesuai
posisi jalan napas tetap program
terbuka dan menjaga -nebulizer
anak supaya banyak dilakukan sesuai
istirahat program
-cairan masuk
melalui NGT 125
cc
A: pola napas
pasien belum
efektif
P:
Teruskan tindakan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


49 
 

3 April 1. memeriksa secara 3 April 2012


2012 berkala frekuensi napas, Jam.13.00
jam.08.00 suara napas, dan usaha S:
napas -ibu mengatakan
2. menggunakan pulse anaknya masih
oksimetri untuk batuk
memantau oksigen -ibu mengatakan
cukup dan deteksi dini anaknya tampak
hipoksemia susah bernapas
3. mempertahankan posisi -ibu mengatakan
kepala-leher,jalan napas tidak memberi
tetap terbuka minum pada
4. memberikan oksigen anaknya lewat
yang dilembabkan, 2 lt mulut
per menit nasal kanul O:
sesuai program -saturasi O2 99%
5. mengusahakan anak -oksigen trepasang
dapat istirahat dan tidur 2 lt/mnt melalui
yang cukup dengan nasal kanul
menciptakan suasana -RR 60x/mnt ,
yang tenang ronkhi dan terdapat
6. memberikan antibiotic retraksi intercosta
sesuai program dan sternum
cefotaxim 3x175 IV, -suction slem
kloritromisin 2x50 mg keluar banyak
oral, warna putih jernih
7. melibatkan orang tua -antibiotik
untuk mempertahankan diberikan sesuai
posisi jalan napas tetap program
terbuka dan menjaga -nebulizer
anak supaya banyak dilakukan sesuai
istirahat program
-cairan masuk
melalui NGT 125
cc
A: pola napas
pasien belum
efektif
P:
Teruskan tindakan

4 April 1. memeriksa secara 4 April 2012


2012 jam. berkala frekuensi napas, Jam.13.00
08.00 suara napas, dan usaha S:
napas -ibu mengatakan
2. menggunakan pulse anaknya masih
oksimetri untuk batuk
memantau oksigen -ibu mengatakan
cukup dan deteksi dini anaknya tampak
hipoksemia susah bernapas
3. mempertahankan posisi -ibu mengatakan
kepala-leher,jalan napas tidak memberi
Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


50 
 

tetap terbuka minum pada


4. memberikan oksigen anaknya lewat
yang dilembabkan, 2 lt mulut
permenit nasal kanul O:
sesuai program -saturasi O2 93%
5. mengusahakan anak -oksigen trepasang
dapat istirahat dan tidur 2 lt/mnt melalui
yang cukup dengan nasal kanul
menciptakan suasana -RR 64x/mnt ,
yang tenang ronkhi dan terdapat
6. memberikan antibiotik retraksi intercosta
sesuai program dan sternum
cefotaxim 3x175 IV, -suction slem
kloritromisin 2x50 mg keluar banyak
oral, warna putih jernih
7. melibatkan orang tua -antibiotik
untuk mempertahankan diberikan sesuai
posisi jalan napas tetap program
terbuka dan menjaga -nebulizer
anak supaya banyak dilakukan sesuai
istirahat program
-cairan masuk
melalui NGT 125
cc
A: pola napas
pasien belum
efektif
P:
Teruskan tindakan

Trophicognosis Hari/ Intervensi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 1. mengkaji perasaan dan 2 April 2012
mempertahankan 2012 kecemasan orang tua Jam.18.00
integritas Jam.15.00 2. menganjurkan orang tua S:
personal: untuk mengekspresikan -ibu mengatakan
a. Kecemasan dan mengungkajaman khawatir dengan
orang tua perasaannya kondisi anaknya
3. menjelaskan jika perasaan -ibu berharap
orang tua yang cemas bisa anaknya cepat
mempengaruhi anak sembuh
sehingga anak semakin -ibu mengatakan
rewel kalau dirawat lama
4. menganjurkan orang tua biaya dari mana
untuk mengajak anak karena mengurus
dengan meggendong dan jamkesmas tidak
mengajak anak melihat- jadi-jadi,prosesnya
lihat gambar di sekitar susah
kamar dan mengalihkan O:
perhatian anak saat rewel -ibu mampu
mengungkapkan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


51 
 

perasaannya
-ibu mudah diajak
kerjasama dalam
setiap perawatan
dan pengobatan
anaknya
-ibu tampak lebih
tenang setelah
mengungkajaman
perasaannya
A:
Kecemasan orang
tua berkurang
P:
Stop tindakan

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS
KEPERAWATAN ANAK

Bab tiga ini akan menguraikan tentang pencapaian kompetensi ners spesialis
keperawatan anak.

Standar dari kompetensi ners spesialis keperawatan merefleksikan kompetensi


yang diharapkan dimiliki oleh seorang ners spesialis keperawatan, meliputi
praktik professional yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat secara aspek
etik dan legal, memberikan asuhan dan manajemen asuhan keperawatan serta
mengembangkan profesionalisme dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan asuhan keperawatan (PP-PPNI, 2010). Peran perawat spesialis
meliputi 5 komponen, yaitu: praktisi/ pemberi asuhan keperawatan; koordinator/
pengambil keputusan; advocator/ kolaborator; pendidik dan konsultan; serta
peneliti (Tim program ners spesialis anak FIK-UI, 2011).

Praktik residensi yang dilakukan dimulai pada 3 Oktober 2011 sampai dengan 20
April 2012 merupakan akhir dari proses pendidikan spesialis keperawatan anak.
Selama melakukan praktik tersebut residen dituntut untuk dapat menerapkan
perannya sebagai ners spesialis keperawatan anak.

3.1 Pemberi pelayanan keperawatan


Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan dilakukan dengan sebelumnya
membuat kontrak belajar sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Praktik residensi terdiri dari dua tahapan, yaitu: residensi I dan residensi II.
Residensi I dilaksanakan selama 16 minggu yang dimulai tanggal 3 Oktober
2011 sampai 20 Januari 2012. Ruang praktik terdiri dari ruang non infeksi
instalasi kesehatan anak (IKA) II RSPAD Gatot Soebroto selama 6 minggu,
Ruang infeksi RSPAD Gatot Soebroto selama 6 minggu dan Ruang Peristi
RSPAD Gatot Soebroto selama 4 minggu. Residensi II dilaksanakan selama
9 minggu, dimulai tanggal 20 Februari 2012 sampai 20 April 2012 dengan
tempat praktik diruang Anggrek RSAB Harapan kita selama 3 minggu dan

                                                                    52 Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


53

ruang infeksi Gedung A lantai 1 RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.


Selama praktik, residen juga melaksanakan suatu program inovasi yang
terkait dengan pelaksanaan perawatan atraumatic care, family centered care
(FCC), dan patient safety. Residen dalam melaksanakan praktik selalu
berusaha untuk menerapkan prinsip etik dalam keperawatan, menerapkan
sikap menghormati hak privasi dan martabat klien, menerapkan sikap
menghormati hak klien untuk memperoleh informasi, memilih dan
menentukan sendiri asuhan keperawatan dan kesehatan yang diberikan,
menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi yang diperoleh dari klien serta
melaksanakan tanggung jawab kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan untuk meningkatakn derajat kesehatan, mencegah terjadinya
penyakit atau komplikasi penyakit, mengurangi dan menghilangkan
penderitaan yang dialami oleh klien dan keluarga.

3.1.1 Kompetensi di Ruang Non Infeksi


Praktik di ruang non infeksi berlansung dari tanggal 20 September
sampai 11 November 2011. Kompetensi yang telah dicapai selama
praktik di ruang non infeksi adalah merawat anak dengan masalah akut
limphoblastik leukemia (ALL), retinoblastoma, gagal jantung
kongestif, thalasemia, hemophilia, dan tumor willms.

3.1.2 Kompetensi di Ruang infeksi


Praktik diruang infeksi pada saat residensi I berlangsung dari tanggal 14
November-23 Desember 2011 dan saat residensi II berlangsung dari
tanggal 20 Februari sampai 20 April 2012. Kompetensi yang dicapai di
ruang Infeksi antara lain adalah memberikan asuhan keperawatan pada
anak dengan dengue haemorragic fewer (DHF), kejang demam, diare,
bronkhiolitis, bronchopneumonia, gizi buruk, dan meningitis.

Saat praktik diruang infeksi, residen juga melakukan therapi modalitas


untuk pasien yang mengalami ganguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu dengan memberikan therapi oksigen, memberikan
Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


54

posisi untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka, melakukan


fisiotherapi dada, melakukan penghisapan lendir dan memberikan
therapi inhalasi dengan nebulizer.

3.1.3 Kompetensi di ruang perinatologi


Praktek di ruang perinatologi dilakukan dari tanggal 26 Desember 2011
sampai dengan tanggal 13 januari 2012. Residen sudah memberikan
asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
respiratory distress syndrome, hiperbilirubinemia, dan sepsis
neonatorum.

3.2 Pendidik
Kegiatan yang dilakukan oleh residen dalam melaksanakan peran sebagai
pendidik adalah melakukan komunikasi dalam keperawatan dengan perawat
ruangan yang membahas tentang dokumentasi keperawatan. Pendidikan juga
dilakukan kepada pasien dan keluarga dalam bentuk pendidikan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan klien dan keluarga misalnya dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang tata cara batuk, pencegahan penyakit ISPA, cara
melakukan penghisapan lendir, cara mencegah infeksi dengan tehnik cuci
tangan yang benar, cara memberikan obat inhalasi melalui nebulizer,
memberikan posisi yang mengoptimalkan pengembangan paru, memberikan
nutrisi melalui NGT, konsultasi mengenai manajemen laktasi, stimulasi
perkembangan anak pada keluarga klien dengan bentuk pendidikan bersifat
interpersonal atau kelompok. Peran sebagai pendidik juga residen terapkan
dengan melakukan bimbingan kepada mahasiswa magister yang sedang
praktik aplikasi, mahasiswa DIII keperawatan yang sedang praktik
keperawatan anak, serta perawat yang sedang dalam masa orientasi di ruangan
terkait dengan pelaksanaan prosedur tindakan dan asuhan keperawatan pada
anak secara umum.

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


55

3.3 Koordinator
Peran sebagai koordinator dicapai dengan melakukan koordinasi pemberian
asuhan keperawatan dengan tim dokter, petugas gizi, petugas fisiotherapi dan
rehabilitasi medik. Koordinasi dilakukan supaya pasien mendapatkan asuhan
yang terbaik demi pemulihan kesehatannya. Selain itu, residen juga
melakukan proyek inovasi yang dilakukan di ruang rawat IKA II RSPAD
Gatot Soebroto dan di Ruang Gambir RSAB Harapan kita. Proyek inovasi
yang dilakuakan berkatian dengan pemberian asuhan yang atraumatic care
dengan pendekatan FCC dan juga pelayanan patient safety.

3.4 Kolaborator
Peran sebagai kolaborator dilakukan dengan bekerja sama dengan tim
kesehatan lain dan keluarga pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan
anak. Residen dalam memberikan asuhan keperawatan selalu bekerja sama
dengan anak dan keluarga, berkolaborasi dalam mengkaji kebutuhan, dan
menyusun rencana intervensi sehingga dapat menemukan dengan benar
kebutuhan anak.

3.5 Peneliti
Peran perawat sebagai peneliti dilakukan penulis dengan melakukan critical
review terhadap beberapa hasil penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
menerapkan evidence based practice (EBP/praktik berbasis pembuktian).
Penulis melakukan critical review dan menerapkan hasil penelitian yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Antara lain adalah Effect of
Oxygen Supplementation on Length of Stay for Infants Hospitalized With
Acute Viral Bronchiolitis; Tracheostomy suction:a protocol for practice;
Nasogastric Tube Placement Verification In Pediatric and Neonatal Patients.

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


BAB 4
PEMBAHASAN

Bab empat ini berisi tentang pembahasan penerapan konsep dan teori keperawatan
Levine pada asuhan keperawatan anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan pembahasan tentang praktik spesialis anak dalam pencapaian
target kompetensi.

4.1 Penerapan model konservasi Levine dalam asuhan keperawatan anak


dengan gangguan oksigenasi

Residen memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi menggunakan pendekatan aplikasi model
konservasi energi Levine. Proses keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
model Levine adalah pengkajian, trophicognosis atau rumusan masalah,
hipotesis atau penentuan tujuan, intervensi atau pemberian tindakan, dan
evaluasi. Sedangkan kasus yang diberikan asuhan keperawatan dengan model
konservasi Levine ini termasuk pada kasus infeksi saluran pernapasan akut
meliputi Community acquired pneumonia (CAP) 2 kasus, bronkhiolitis 1
kasus, bronchopneumonia 1 kasus dan Hospital acquired pneumonia (HAP) 1
kasus.

Karakteristik anak yang mengalami penyakit infeksi saluran napas atas dari
kasus yang diangkat adalah 80 % berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai
dengan hasil survey RisKesDas 2007 yang menunjukkan bahwa sebagian
besar anak yang menderita ISPA adalah berjenis kelamin laki-laki. Usia anak
yang diberikan asuhan keperawatan adalah 0-15 bulan (4 kasus dibawah 1
tahun dan 1 kasus 15 bulan). Usia ini adalah termasuk usia anak yang rentan
terkena ISPA karena mereka masih memiliki kekebalan dan daya tahan tubuh
yang masih rendah. World Health Organizotion (WHO) melaporkan bahwa
ISPA/ IRA termasuk pneumonia dan bronkhiolitis adalah penyebab utama
dari empat penyebab terbanyak kematian anak, dengan kasus terbanyak pada

                                                                             56  Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


57 
 

anak berusia di bawah 1 tahun (Wantania, Naning, & Wahani, 2012 dalam
Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).

Terkait dengan riwayat pemberian air susu ibu (ASI), dari kelima kasus yang
diangkat, semua anak mendapatkan riwayat minum ASI dari ibunya sebelum
sakit. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku ajar
respirologi anak maupun dalam RisKesDas 2007 yang menyebutkan bahwa
anak yang mendapatkan air susu ibu akan menurunkan resiko terjadinya ISPA
dibandingkan pada anak yang tidak mendapatkan ASI. Cesar dkk.
melaporkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI, 17 kali lebih rentan
mengalami perawatan di rumah sakit karena pneumonia dibandingkan bayi
yang mendapatkan ASI. Pemberian ASI dengan durasi yang lama mempunyai
pengaruh proteksi terhadap ISPA selama tahun pertama (Wantania, Naning,
& Wahani, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012; PKB IDAI
JAYA, 2011).
.
Kelima anak dalam kasus ini tinggal di lingkungan yang kurang mendukung
kesehatan. Mereka tinggal di rumah yang sempit, tidak ada pencahayaan dan
sinar matahari masuk, lingkungan rumah ada yang perokok dan yang sedang
menderita batuk pilek. Hal ini mendukung terjadinya penyakit ISPA. Anak
yang tinggal di dalam rumah berventilasi baik memiliki angka insidens
ISPA/IRA yang lebih rendah daripada anak yang berada dalam ventilasi yang
buruk. Orang tua yang merokok meningkatkan anak menjadi rentan terhadap
pneumonia dengan odds ratio 2,2 (PKB IDAI JAYA, 2011; Wantania,
Naning, & Wahani, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).

Status gizi dari kelima anak yang diambil tidak ada yang termasuk dalam gizi
baik. Sebanyak 80 % anak mengalami gizi buruk dan sisanya gizi kurang.
Semua anak yang mengalami gizi buruk, menderita pneumonia (CAP dan
HAP). Sedangkan anak yang mengalami gizi kurang, menderita bronkhiolitis.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Wantania, Naning, & Wahani, 2012 dalam
Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012) yang menyebutkan bahwa pada anak
yang mengalami kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


58 
 

tahan dan respon imunologis terhadap berbagai penyakit. Kondisi imun yang
rendah akan memudahkan anak mengalami infeksi.

Tingkat pendidikan orangtua dari kelima kasus yang diangkat adalah


pendidikan dasar dan menengah. Tingkat pendidikan orangtua akan
mempengaruhi pola hidup keluarga dan juga dalam usaha pencarian pemberi
pelayanan kesehatan saat anak sakit. Tingkat pendidikan ini berhubungan erat
dengan keadaan sosial ekonomi dan juga pengetahuan orangtua. Kurangnya
pengetahuan menyebabkan sebagian kasus ISPA tidak diketahui oleh
orangtua dan tidak diobati (Wantania, Naning, & Wahani, 2012 dalam
Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).

Jika dilihat dari status imunisasi, 2 orang anak riwayat belum mendapatkan
imunisasi, yaitu anak J (4 bulan) dan anak B (15 bulan). Sedangkan ketiga
anak lainnya sudah mendapatkan imunisasi dasar tetapi belum lengkap karena
usianya dibawah 9 bulan. Menurut Wantania, Naning, dan Wahani dalam
Rahajoe, Supriyatno dan Setyanto, tahun 2012 status imunisasi anak akan
mempengaruhi resiko terjadinya ISPA. Dengan imunisasi, diharapkan anak
akan memiliki kekebalan dan daya tahan tubuh yang lebih baik sehingga tidak
mudah terkena infeksi.

4.1.1 Pengkajian keperawatan


Pengkajian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data yang didapatkan
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Sumber data di dapatkan dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan dan catatan
medis pasien. Pengkajian menggunakan model konservasi mencakup
konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas
personal dan konservasi integritas sosial.

Pengkajian dilakukan secara komprehensif dan difokuskan pada masalah


pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien dan masalah lain yang mungkin
terkait dengan masalah utama. Residen melakukan pengkajian mengenai
observasi hemodinamik, perubahan frekuensi pernapasan, kedalaman
Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


59 
 

pernapasan, suara napas yang tidak normal, adanya sianosis, takhipnoe,


penggunaan otot bantu pernapasan, dispnea, batuk dan kelelahan.

Tanda yang ditemukan pada pasien yang mengalami ISPA terutama


pneumonia adalah sesak napas, napas cuping hidung, retraksi interkosta, dan
penggunaan otot bantu pernapasan. Pada anak yang mengalami bronkhiolitis,
yaitu anak K, tidak ditemukan napas cuping hidung. Hal ini kemungkinan
karena anak K tidak mengalami penyakit peyerta seperti pada kasus kelolaan
yang lain sehingga gangguan oksigenasi yang dialami anak belum begitu
kompleks. Napas cuping hidung merupakan usaha pernapasan yang dilakukan
anak untuk mengatasi obstruksi (Zain, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno &
Setyanto, 2012)

Penggunaan otot bantu pernapasan ditemukan pada semua kasus. Usaha


napas yang cepat dengan penggunaan otot bantu pernapasan merupakan
mekanisme tubuh untuk mencukupi pasokan oksigen agar tubuh tetap
bertahan. Hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi tubuh terhadap adanya
ancaman. Dispnea yang merupakan tanda klinis adanya hipoksia dan
termanifestasi dengan sesak napas. Gift (1990 dalam Potter & Perry 2006)
menyebutkan bahwa dispnea merupakan sensasi subyektif pada pernapasan
yang sulit dan tidak nyaman. Dispnea yang dialami anak merupakan dispnea
yang patologik karena anak mengalami kesulitan bernapas meskipun tidak
melakukan aktifitas. Karena pasien masih bayi, maka perasaan subyektif ini
tidak bisa dikaji.

Pengkajian yang dilakukan dengan pendekatan model konservasi Levine pada


anak dengan ISPA yang mengalami gangguan oksigenasi, dapat dilakukan
sesuai dengan teori. Residen sedikit mengalami kesulitan ketika mengkaji
konservasi integritas personal pada kasus kelolaan karena pasien masih kecil
(berusia kurang dari 1 tahun). Solusi yang dilakukan adalah dengan
mengobservasi kecemasan bayi saat didekati dan melakukan pengkajian pada
orangtua anak. Residen tidak mengalami kendala saat melakukan pengkajian

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


60 
 

konservasi energi dan konservasi integritas struktur dengan bekerja sama


dengan orang tua anak.

4.1.2 Trophicognosis
Trophicognosis atau masalah keperawatan yang bisa ditemukan pada anak
dengan masalah oksigenasi yang termasuk disfungsi kardiopulmonar antara
lain adalah bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif dan
gangguan pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas ((Potter & Perry, 2006;
Berman & Snyder, 2012).

Bersihan jalan napas tidak efektif atau ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau sumbatan dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Pola napas tidak
efektif atau ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat. Gangguan pertukaran gas
adalah kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau pembuangan karbondioksida
pada membran kapiler alveolus (Berman & Snyder, 2012).

Menurut Levine dalam Tomey dan Alligood (2006) dan Alligood (2010),
bahwa penetapan Trophicognosis tergantung pada kemampuan perawat
memahami masalah dan kebutuhan klien berdasarkan hasil pengkajian
dengan menggunakan empat prinsip konservasi. Untuk dapat memahami
permasalahan klien dibutuhkan pengetahuan mengenai ilmu keperawatan,
riwayat penyakit klien, persepsi klien dalam hal ini keluarga terhadap kondisi
yang dihadapi saat klien sakit termasuk seberapa bernilai klien dalam
keluarga serta interaksi yang terjalin dalam keluarga. Trophicognosis yang
ditemukan ada dari semua kasus adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan
pola napas tidak efektif.

Residen sedikit mengalami kesulitan saat perumusan trophicognosis karena


sesuai dengan pendekatan konservasi Levine, trophicognosis yang
dirumuskan tanpa disertai dengan penyebab/etiologi dan tanda/gejala atau

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


61 
 

sign dan symptom. Hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam pembuatan
hipotesis dan rencana tindakan. Solusi yang dilakukan adalah dengan lebih
mendalami lagi patofisiologi penyakit dan trophicognosis yang diangkat
sehingga pembuatan hipotesis dan rencana tindakan bisa sesuai untuk
mengatasi trophicognosis sesuai dengan penyebabnya.

4.1.3 Hipotesis
Menurut Levine dalam Alligood dan Tomey (2006) dan Alligood (2010),
tujuan dari asuhan keperawatan adalah meningkatkan adaptasi dan
mempertahankan keutuhan neonatus sebagai manusia. Adaptasi merupakan
pilihan yang bebas bagi tiap individu, sehingga intervensi yang diberikanpun
bervariasi tergantung dari respon setiap individu.

Penulisan hipotesis mengandung penetapan tujuan keperawatan pada setiap


intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Hipotesis dalam model
konservasi Levine memberikan rasionalisasi dalam intervensi keperawatan,
Levine berusaha untuk meminimalkan tindakan keperawatan yang tidak
memiliki landasan keilmuan dan sesuai dengan kebutuhan klien.

Hipotesis dalam kasus yang diangkat meliputi mempertahankan kepatenan


jalan napas, meningkatkan kenyamanan dan kemudahan pernapasan,
mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi.

4.1.4 Intervensi
Intervensi yang dilakukan dalam penatalaksanan keperawatan pasien
diupayakan untuk mencapai hipotesis/tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Mefford (2004) dalam Alligood dan Tomey (2006) bahwa model Konservasi
Levine memberikan pedoman dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
memastikan bahwa asuhan keperawatan yang holistik dapat memenuhi
kebutuhan bayi dan keluarga. Mefford (2004) mengemukakan bahwa dengan
kelahiran prematur memberikan kekuatan untuk bayi prematur beradaptasi
dengan tantangan dunia luar. Imaturitas fisiologi, stuktural dan neurologi bayi

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


62 
 

prematur dan gangguan dalam sistem keluarga dapat mengancam


kesejahteraan bayi dan keluarga. Aktivitas keperawatan bertujuan untuk
meningkatkan adaptasi yang ditunjukan dengan pertumbuhan fisiologi,
pencegahan kerusakan stuktur jaringan, perkembangan neurologi dan
kestabilan sistem keluarga. Implementasi keperawatan merupakan penjelasan
yang luas dari aplikasi intervensi keperawatan yang nyata pada klien.

Intervensi yang diberikan pada kasus keloaan dengan ISPA hampir sama
meliputi mempertahankan kepatenan jalan napas, mengeluarkan sekresi paru,
mengoptimalkan pengembangan paru dan meningkatkan oksigenasi.
Implementasi yang dilakukan yaitu dengan memberikan posisi jalan napas
tetap terbuka dengan posisi semifowler, memberikan oksigen melalui nasal
kanul, melakukan pemberian terapi inhalasi melalui nebulizer, pemberian
cairan intravena, pemberian nutrisi melalui NGT.

Pada anak B dan anak J, juga dilakukan tindakan penghisapan lendir. Anak B
penghisapan lendir melalui hidung dan mulut, sedangkan anak J melalui
hidung, mulut dan trakeostomi. Anak J, usia 4 bulan paska trakheostomi dan
bronkhoskopi diagnostik hari ke-2 dan paska supraglossoplasti hari ke 9 atas
indikasi laringomalacia tipe 1, gizi buruk marasmik, ISK e.c E coli. Saat
masuk ruang infeksi anak mengalami hipersekresi lendir yang keluar melalui
trakheostomi, mulut dan hidung anak. Lendir yang berlebihan ini bisa
mengakibatkan tersumbatnya jalan napas, bersihan jalan napas tidak efektif
dan pola napas tidak efektif. Lendir yang menumpuk lama di kassa pembalut
trakheostomi bisa menyebabkan penumpukan kuman sehingga merupakan
sumber infeksi baru. Anak J, mendapatkan program suction tiap 10-15 menit
untuk mengurangi penumpukan lendir. Pelaksanaan suction ada yang sudah
sesuai teori dan ada yang belum. Tekanan yang diberikan pada mesin suction
untuk anak-anak adalah 80-100mmHg. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
Ireton (2007) dalam Tracheostomy suction: a protocol for practice.
Pelaksanaan suction yang terlalu sering dan lama bisa mengakibatkan anak
hipoksia, untuk itu penghisapan tidak boleh lebih dari 10 detik pada anak-

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


63 
 

anak dan 5 detik pada neonatus. Ireton (2007) juga menyebutkan bahwa pipa
penghisap adalah yang dissposible atau sekali pakai. Pada anak J,
penggantian pipa penghisap dilakukan sehari sekali karena keterbatasan biaya
namun dibedakan antara pipa penghisap yang melalui trakeostomi dan yang
melalui mulut.

Intervensi lain yang diberikan pada semua pasien kelolaan adalah pemberian
inhalasi melalui nebulizer. Nebulizasi merupakan proses menambahkan
pelembab atau obat-obatan keudara yang diinspirasi dengan mencampur
partikel berbagai ukuran (Potter & Perry, 2006; Berman & Snyder 2012).
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam
saluran pernapasan (Supriyatno & Kaswandani, 2012 dalam Rahajoe,
Supriyatno & Setyanto, 2012). Terapi inhalasi yang diberikan selain NaCl 0,9
% adalah berotec yang merupakan bronkhodilator β agonis untuk melebarkan
bronchus sehingga mencegah bronkhiektasis. Alat yang digunakan dalam
terapi inhalasi termasuk dalam jenis jet nebulizer karena alat ini relatif lebih
murah dan mudah dibawa kemana-mana. Bronkhodilator yang diberikan
dengan nebulizer memberikan efek bronkhodilatasi yang bermakna tanpa
menimbulkan efek samping (Supriyatno & Kaswandani dalam Rahajoe,
Supriyatno dan Setyanto , 2012). Schultz pada tahun 2000 dalam artikelnya
yang berjudul Airing deferences in pediatric nebulizer therapy: How to give
infant and young children effective breathing threatment menyebutkan bahwa
selama pemberian terapi inhalasi yang berlangsung sekitar 20-30 menit, anak
harus tetap merasa nyaman. Rasa nyaman tersebut bisa dilakukan dengan
memberikan tehnik distraksi, mengkaji pernapasan, kenyamanan dan kondisi
umum selama dilakukan terapi inhalasi. Tindakan yang dilakukan adalah
memberikan rasa nyaman pada anak ketika dilakukan nebulizasi dengan
menganjurkan orang tua untuk memangku anak dan memberikan posisi
setengah duduk, dengan mengalihkan perhatian dengan memainkan bunyi-
bunyian di depan pasien.

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


64 
 

Pada semua pasien kelolaan mendapatkan nutrisi melalui naso gastric tube
(NGT) untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia. Pada anak dengan
infeksi saluran napas akut terutama pneumonia akan mengalami gejala batuk,
takhipnea, sesak, tarikan dinding dada, dan penumpukan lendir di jalan napas
sehingga anak akan kesulitan minum dan makan. Pemasangan NGT juga
sesuai dengan prinsip konservasi energi Levine. Anak yang terpasang NGT
akan menghemat energi yang dikeluarkan melalui kegiatan mengunyah.
Dengan makan dan minum melalui NGT anak akan menyimpan energi yang
sangat dibutuhkan untuk proses penyembuhan dari sakitnya. Goodwin (2005)
dalam artikelnya yang berjudul Prevention of aspiration pneumonia: a
research based protocol menyebutkan intervensi keperawatan yang bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia diantaranya adalah
dengan 1) evaluasi penggunaan intermitten dan continuous feeding; 2) kaji
keluaran lambung; 3) cek posisi feeding tube; 4) deteksi aspirasi isi lambung
yang masuk paru-paru; 5) posisikan pasien dalam upright posisition dengan
meninggikan tempat tidur dengan sudut 30-45°; dan 6) monitor jumlah residu
lambung. Tindakan yang sudah dilakukan sebelum memberikan nutrisi
dengan intermitten feeding adalah memastikan posisi feeding tube , mengecek
isi lambung, memberi posisi semi fowler dan memonitor kemungkinan
adanya aspirasi isi lambung dengan mengobservasi keadaan umum anak dan
mengkaji kemungkinan batuk dan sianosis pada anak sebelum, selama dan
setelah pemberian nutrisi.

Dalam melakukan intervensi residen juga melibatkan keluarga untuk


memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesehatan yang
menyeluruh. Konsep family centered care menekankan bahwa pembuatan
kebijakan, perencanaan program perawatan, perancangan fasilitas kesehatan,
dan interaksi harian antara pasien dengan tenaga kesehatan harus melibatkan
keluarga. Keluarga diberikan kewenangan untuk terlibat dalam perawatan
pasien, hal ini berarti keluarga dengan latar belakang pengalaman, keahlian
dan kompetensi keluarga memberikan manfaat positif dalam perawatan anak.
Memberikan kewenangan kepada keluarga berarti memberi kesempatan bagi

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


65 
 

keluarga untuk mengetahui kekuatan, kemampuan keluarga dalam merawat


anak. Penerapan FCC telah dilakukan dengan melibatkan orangtua dalam
pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT, melakukan penghisapan lendir,
pemberian posisi semi fowler untuk mengoptimalkan pengembangan paru,
melakukan fisiotherapi dada dan mempertahankan posisi nasal kanul untuk
pemberian therapi oksigen.

4.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan penetapan keefektifan dari intervensi keperawatan. Oleh
karena itu, evaluasi tersebut menjadi refleksi dari tujuan keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Untuk dapat menetapkan suatu intervensi
keperawatan efektif atau tidak maka perawat harus melakukan pengkajian
secara menyeluruh yang meliputi keempat prinsip konservasi. Pada klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi evaluasi dilakukan
dengan melihat masih ada atau tidaknya tanda dan gejala sebagai manifestasi
dari gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Evaluasi yang dilakukan
menggunakan pendekatan teori Levine yaitu wholeness dan tidak wholeness.
Dua kasus kelolaan belum mencapai wholeness karena mengalami gagal napas
dan akhirnya meninggal.

4.2 Praktik Ners Spesialis keperawatan Anak dalam pencapaian target


Selama menjalankan praktik residensi, residen berusaha melaksanakan
praktik sesuai dengan target yang ditetapkan. Selama menjalani praktik,
residen memperoleh dukungan dan hambatan. Dukungan yang diperoleh
berupa terbukanya kesempatan yang seluas-luasnya untuk mempelajari dan
mengetahui aspek-aspek klinis dan keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan. Lahan praktik juga memberi kesempatan dan dukungan bagi
residen untuk menerapkan secara langsung keilmuan yang diperoleh selama
perkuliahan. Tempat lahan praktik yang merupakan rumah sakit tempat
rujukan dari berbagai rumah sakit, baik di Jakarta maupun diluar daerah,
memungkinkan residen untuk banyak belajar tentang penanganan kasus-kasus
yang berat atau kasus-kasus yang jarang yang tidak ditemukan pada lahan

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


66 
 

praktik lain. Kesempatan yang diberikan untuk mendiskusikan suatu kasus


secara bersama-sama dengan perawat ruangandirasakan sangat bermanfaat
bagi residen maupun perawat ruangan. Diskusi menjadi menarik karena
disertai dengan penyajian evidenced based practice. Diskusi kasus kelolaan
terkadang terkendala karena kesibukan ruangan dan katerbatasan tenaga.
Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan diskusi dengan beberapa
perawat jaga saat ada waktu luang, meskipun tidak bisa dilakukan secara
bersamaan tetapi hasil diskusi dirasakan bermanfaat.

Dari aspek kompetensi, residen telah melaksanakan peran sebagai perawat


spesialis anak, baik dalam memberikan asuhan keperawatan maupun
pelaksanaan peran lainnya, seperti sebagai advokator, kolabolator, pembina
hubungan terapeutik, pemberi promosi kesehatan, konselor, pendidik.
Pelaksanaan peran sebagai perawat pemberi pelayanan dapat dilakukan
dengan baik dengan memberikan asuhan keperawatan pada berbagai kasus.
Kasus yang tidak ditemukan selama praktik residensi adalah kasus
HIV/AIDS. Hal ini sudah diberikan solusi dengan mendapatkan kuliah
pendalaman dari dokter ahli dan dilakukan diskusi dengan bekal pengalaman
merawat anak dengan HIV/AIDS pada saat praktik aplikasi keperawatan
anak.

Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


 

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
5.1.1 Gambaran kasus pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas yang
telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengkajian
kemampuan konservasi energi, integritas struktur, integritas personal
maupun integritas sosial ditemukan trophicognosis yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif; pola napas tidak efektif; dan kecemasan orangtua.
Hipotesis yang diberikan meliputi mempertahankan agar lingkungan tetap
nyaman dan sejuk mempertahankan kepatenan jalan napas, mengeluarkan
sekresi paru, mengoptimalkan pengembangan paru dan meningkatkan
oksigenasi. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan memberikan posisi jalan
napas tetap terbuka dengan posisi semifowler, memberikan oksigen melalui
nasal kanul, melakukan pemberian therapi inhalasi melalui nebulizer,
pemberian cairan intravena, pemberian nutrisi melalui NGT.

Berdasarkan hasil evaluasi asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan


integrasi model konservasi Levine dalam proses asuhan keperawatan pada
anak yang mengalami masalah oksigenasi dapat memberikan dukungan bagi
anak dan membantu anak untuk mempercepat proses adaptasi terhadap
perubahan yang terjadi pada tubuh dan lingkungan, sehingga individu dapat
mempertahankan fungsinya dan menghindari terjadinya kerusakan fungsi
akibat perubahan yang terjadi pada tubuh dan lingkungan tersebut dengan
cara mengoptimalkan konservasi energi, konservasi integritas struktur,
konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial.

5.1.2 Praktik residensi yang telah dilakukan untuk pencapaian kompetensi selama
menjalani praktik residensi banyak didukung oleh pihak rumah sakit lahan
praktik maupun dari pendidikan. Dukungan yang didapatkan antara lain
berupa bimbingan, arahan dan pendampingan yang baik dari supervisor
pendidikan maupun pembimbing di lahan praktik. Dukungan dari perawat
ruangan, dokter ruangan, dokter peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS)
dan semua komponen di lahan praktik dirasakan sangat membantu
67  Universitas Indonesia

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


68 
 

pencapaian kompetensi residensi. Hambatan yang dialami oleh residen


selama menjalani praktik dan usaha untuk pencapaian kompetensi yang
ditargetkan merupakan tantangan dan pengalaman bagi residen. Hambatan
yang dialami seperti transportasi ke lahan praktik bukan merupakan kendala
dalam pencapaian tujuan.

5.2 Saran
5.2.1 Integrasi model Konservasi Levine dapat dikembangkan dan diterapkan
untuk asuhan keperawatan selanjutnya. Perawat perlu memahami proses
keperawatan dengan pendekatan Levine karena sedikit berbeda dalam istilah
langkah-langkahnya.
5.2.2 Perawat spesialis diharapkan juga dapat mengembangkan beberapa metode
baru dan mengintegrasikan teori keperawatan lainnya pada proses asuhan
keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Universitas Indonesia 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


DAFTAR REFERENSI

Alligood, M.R. (2010). Nursing theory utilization and application. USA: Mosby
Elseiver

Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. (3 rd
edition). New Jersey: Pearson Education Inc.

Behrman, E.R., Kliegman, R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak.
Volume 1. (Edisi 15). (Samik Wahab, dkk. Penerjemah). Jakarta: EGC

Berman, A.,& Snyder, S. (2012). Kozier & Erb’s Fundamental of nursing,


consepts, process and practice. Ninth edition, Pearson

Costello. (2008). Hospitalization. http:// www.Answer.com/topic/hospitalization. 


diakses 22 Maret 2011.

Coyne, I. (2006). Children’s experiences of hospitalization. Journal of Child


Health Care, 10, 4, p.326-336

Craven, A. & Hirnle, K. (2000). Fundamental of nursing: Human health and


function, 3 rd.edition. Philadelphia: Lippincott

Goodwin (2005). Prevention of aspiration pneumonia: a research based protocol

Hockenberry , J. M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infant and
children. (8 th edition). Canada: Mosby Company.

Hudak, C.M. & Gallo, B.M (2010). Keperawatan kritis (6th.ed) . Terjemahan.
EGC, Jakarta

Ireton Joanna. (2007). Tracheostomy sution: a protocol for practice. Paediatric


nursing, December. Vol.19 (10).

Kartatasasmita, C. Pneumonia pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi,


Vol.3, September 2010. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/
buletin/BULETIN%20PNEUMONIA.pdf Diakses 29 Juni 2012

KemenKes RI.(2011). Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan


tahun 2010, DirJen. P3L. KemenKes RI, Jakarta

Koller D. (2008). Child life assessment: Variables associated with child’s ability
to cope with hospitalization.http://www.ministryhealth.org/tesmosfuse.nws
Diakses 12 juli 2011.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Leach, M.J.(2006). Wound management: using conservation to guide practice.
Ostomy Wound Manage. Aug;52(8), p. 74-80

Levy, Z. K. (2006). Nursing the child who is alone in the hospital. http: //
findarticles.com/p/articles. Diakses 30 Maret 2011.

Mansyur A, Dkk(2000), Kapita Selekta edisi 2 ,Penerbit Media Aesculapius,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Markum, A. H. (1999). Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.

Meadow, S.R., & Newel, S.J. (2003). Pediatrika. (Edisi 7). Alih bahasa: Hartini &
Rachmawati. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mefford, L.C. (2004). A theory of health promotion for preterm infant based on
Levine’s conservation model of nursing. Nursing Science Quatterly, 17(3),
p. 260-266

Monaco, J.E. (1995). Coping with your child’s hospitalization. http: //


findarticles.com/p/articles. Diakses 30 Maret 2011.

Muscary, M.E. (2001). Advanced pediatric clinical assessment: Skills and


procedur. Philadelphia: Lippincott.

Muscary, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. Edisi 3. (Alfrina


Hany, S.Kep. Penerjemah). Jakarta: EGC.

NANDA. (2007). NANDA-1 nursing diagnosis: definition and classification


2007-2008. Philadelphia: NANDA International.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Fundamental of nursing: Consepts,


process,and practice. (4th ed). St.Louis: Mosby-Year.

Rahajoe, N., Supriyatno, B., & Setyanto, D.B. (2012). Buku ajar respirologi anak,
edisi pertama, Ikatan Dokter Anak indonesia

Rudolph, A.M., & Hoffman. (2006). Buku ajar pediatrik. Alih bahasa: Samik
Wahab; Trastonenojo; Pendit). Jakarta: EGC.

Schultz (2000 ). Airing deferences in pediatric nebulizer therapy: How to give


infant and young children effective breathing threatment. Nursing ,
September

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Supartini, Y. (2004). Buku ajar: konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2007). Nursing theorist and their work. St.
Louis: Mosby Elseiver

Wong, D.L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. (Edisi 4). (Monica
Ester. Penerjemah). Jakarta: EGC.

Wong, D. L. Dkk (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik (edisi 6) . Volume 2.


Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.

World Health Organization (2008). Buku saku pelayanan kesehatan anak di


rumah sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 

KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I DAN II TAHUN AKADEMIK 2011/2012

 
Oleh:
CHRISTINA RIRIN WIDIANTI
0906505092

 
 
 
 
 
 
 
 
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2011
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 

KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I DAN SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012

NO TUJUAN KOMPETENSI METODA WAKTU TEMPAT OUTCOME


PRAKTIK

RESIDENSI I ( SEMESTER I)

1 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan Praktik bed 3 Oktober s.d IKA RSPAD
memberikan pembekuan/kelainan darah, dan gangguan perkemihan (penyakit ginjal) : side teaching (Non Infeksi)
asuhan 11 November
keperawatan pada A. Leukemia 2011
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan prinsip konservasi
pasien anak Anamnese,
a. Konservasi energi: Perasaan letih, nyeri pada ekstremitas, nafsu
dengan penyakit pemeriksaan
makan menurun, mual muntah setelah kemoterapi, BB menurun,
non infeksi yaitu fisik,observasi,
demam.
masalah nutrisi, studi
b. Integritas struktur: memar tanpa sebab yang jelas,kerontokan
pembekuan darah/ dokumentasi
rambut, mukositis, kerusakan membran mukosa anus setelah
kelainan darah, kemoterapi.
gangguan c. Integritas personal: Takut terhadap prosedur diagnostik, merasa
kardiovaskuler, dan malu karena rambut rontok, takut berpisah dengan orang tua
gangguan sistem d. Integritas sosial: tidak bisa sekolah, tidak bisa bermain bersama
perkemihan teman-temannya, merasa jenuh dan bosan di rumah sakit.
(penyakit ginjal).
2. Tropicognosis/ masalah keperawatan
a. Nyeri
b. Resiko infeksi
c. Defisit aktifitas pengalihan
d. Risiko kekurangan volume cairan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
f. Perubahan membran mukosa

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
g. Gangguan citra tubuh
h. Cemas

3. Hipotesis
a. Persiapan menghadapi prosedur diagnostik dan terapeutik.
b. Meredakan nyeri
c. Pencegahan komplikasi mielosupresi ( supresi sumsum tulang )
yang dapat menyebabkan infeksi, kecenderungan perdarahan dan
anemia.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan secara adekuat
e. Pencegahan infeksi
f. Pencegahan dan perawatan kerusakan membrane mukosa
g. Perawatan fisik dan dukungan emosional secara
berkesinambungan

4. Intervensi keperawatan:
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
e. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
f. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan hospitalisasi
g. Melakukan bimbingan antisipasi
h. Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal
dalam memberikan asuhan keperawatan
i. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
j. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
k. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
l. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
m. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
sakit
n. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
o. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
1) Kemoterapi
2) Suportif: transfuse SDM & suspense trombosit untuk fase
induksi, nistatin & kolistin peroral (fase induksi), kotrimoksazol
untuk pencegahan pneumocystis carinii selama pemberian
kemoterapi, perawatan isolasi selama leucopenia
3) Pemeriksaan darah tepi berkala, fungsi hati & fungsi ginjal,
EMG bila ada kelemahan ekstremitas
4) Hiperleukositosis: hidrasi cairan NaCl 0,9%: D 5% (3:1) dengan
kecepatan 3000 ml/LPT atau 1,5 kali rumatan, Alopurinol 10
mg/ kg/ hari dalam 3 kali peroral

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan


anak:
a. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan adanya
ketidaknyamanan dan tidak mengungkapkan keluhan gangguan
rasa nyaman.
b. Tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi.
c. Anak terlibat dalam berbagai aktifitas yang sesuai dengan usia dan
minatnya.
d. Anak tidak mual dan muntah
e. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan.
f. Membran mukosa bibir dan rectum tetap utuh.
g. Anak mengutarakan kekhawatiran tentang kerontokan rambutnya
dan dapat menentukan untuk mengurangi efek kerontokan rambut.

6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
B. Anemia
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan prinsip konservasi
a. Konservasi energi: kelemahan, keletihan otot, malaise umum,
takikardi dan sesak saat beraktifitas, nafsu makan menurun,
anoreksia, BB menurun,nafas pendek saat beristirahat maupun
beraktivitas, sering demam.
b. Integritas struktur: Pucat pada kulit dan membrane mukosa, kuku
mudah patah, rambut kering dan tipis, turgor kulit buruk, kering dan
tidak elastis, penyembuhan luka buruk,membrane mukosa kering dan
pucat.
c. Integritas personal: Takut terhadap prosedur diagnostik, takut
berpisah dengan orang tua
d. Integritas social: tidak bisa sekolah, tidak bisa bermain bersama
teman-temannya, merasa jenuh di rumah sakit.

2. Tropicognosis
a. Perubahan perfusi jaringan
b. Intoleransi aktifitas
c. Resiko infeksi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
e. Cemas.

3. Hipotesis
a. Persiapan mennghadapi prosedur diagnostik dan terapeutik.
b. Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan
c. Pemberian aktifitas pengalihan yang sesuai dengan umur dan
minat.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan secara adekuat
e. Pencegahan infeksi

4. Intervensi keperawatan:
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
intarvena)
d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
e. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
f. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan hospitalisasi
g. Melakukan bimbingan antisipasi
h. Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal
dalam memberikan asuhan keperawatan
i. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
j. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
k. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
l. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
m. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
n. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
o. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
1) Pemberian zat besi
• Preparat besi diberikan sampai kadar Hb normal,
dilanjutkan sampai cadangan besi terpenuhi (sebaiknya
dalam bentuk fero, karena lebih mudah diserap dari feri)
• Besi dapat diberi secara oral atau parenteral berupa besi
elemental 3-5 mg/kg dibagi dalam 2 dosis (segera
sesudah makan)
• Pemberian parenteral jika oral gagal (parenteral tdk
disukai karena dapat menyebabkan syok anafilaktik)
• Evaluasi hasil pengobatan (pemeriksaan Hb dan retikulosit
seminggu sekali (diteruskan sampai 2 bulan setelah Hb
normal tanpa periksa SI dan feritin). Pemeriksaan SI dan
feritin sebulan sekali)
2) Transfusi darah
• Bila kadar Hb < 6 g/dl atau kadar Hb ≥ 6 g/dl disertai
lemah, gagal jantung, infeksi berat, atau akan menjalani

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
operasi
• Diberikan dalam bentuk suspense sel darah merah (PRC)

5. Evaluasi:
a. Menunjukkan perfusi adekuat
b. Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
c. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
d. Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

C. Hemofilia
1. Melakukan Pengkajian
a) Riwayat keperawatan (keluhan & riwayat keluhan utama): riwayat
perdarahan abnormal yang bersifat terlambat (delayed bleeding)
dan letaknya dalam (misal: hemartrosis, hematoma, perdahan
intrakranial yang terjadi spontan atau akibat trauma)
b) Pemeriksaan fisik
• Neonatus: dapat ditemukan perdarahan dari umbilikal yang
sulit berhenti dan hematoma.
• Anak: biasanya ditemukan hemartrosis disendi lutut, siku,
pergelangan tangan & hematom sesuai dengan lokasi
trauma
• Terkadang ditemukan perdarahan intrakranial
c) Pemeriksaan penunjang
• Darah tepi rutin, terutama jumlah trombosit
• Pemeriksaan hemostasis sederhana: uji bendungan, masa
perdarahan, masa protrombin, masa thrombin, masa
tromboplastin parsial
• Pemeriksaan hemostasis khusus: kadar factor VII dan faktor
IX
• Pemeriksaan terhadap inhibitor faktor VIII bila diduga ada
2. Merumuskan diagnosa keperawatan
3. Rencana tindakan keperawatan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
a) Mandiri
1) RICE: rest, immobilisation, compression, elevation
(imobilisasi, kompres es, dibebat dan ditinggikan)
2) Pencegahan:
Hindari olah raga yang bersifat kontak badan
b) Kolaborasi
1) Dalam 2 jam berikan F VIII atau F IX
• Dosis F VIII: 20-25 U/kg/12 jam (bila mungkin)
• Dosis F IX: 40-50 U/kg/24 jam
• Diberikan sampai bengkak mengecil dan selama fisioterapi
• Sumber Faktor VIII: plasma segar beku, kriopresipitat,
konsetrat
• Sumber Faktor IX: plasma segar beku, konsetrat
2) Dapat diberikan: antifibrolisis, analgetik yang tidak
mengganggu fungsi trombosist
3) Fisioterapi
4) Jika ada perdarahan intracranial, konsultasi ke divisi saraf
anak dan bedah saraf
4. Melaksanakan implementasi keperawatan
5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
6. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

D. Tumor Willm
1. Tumor Wilms
a. Melakukan Pengkajian
a) Riwayat keperawatan (keluhan & riwayat keluhan utama):
nyeri, malaise, anoreksia
b) Pemeriksaan fisik
Massa dipinggang, hematuri, hipertensi, demam,
penurunan BB
c) Pemeriksaan penunjang
1) Intravenous pyelogram (IVP), radiografi abdomen,
computed tomography (CT), USG, dan/atau magnetic
resonance imaging (MRI) Æ untuk mendeteksi massa,
thrombus tumor dalam vena renalis, nodus limfoideus

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
yang membesar, & hubungan tumor dengan struktur
sekitarnya.
2) Serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT),
serum glutamic-pyruvic transaminase (SGPT), lactic
dehydrogenase (LDH) Æ meningkat jika hati terkena
3) Hitung darah lengkap Æ untuk mengetahui adanya
anemia & perdarahan
4) Urinalisis Æ melihat hematuria
5) Katekolamin urinaria Æ penanda tumor
6) Nitrogen urea darah (BUN), kreatinin, dan elektrolit Æ
fungsi ginjal
7) CT scan toraks Æ mengkaji metastasis
8) Kadar eritropoesis dalam urine dan serum Æ
meningkat bila ada metastasis
9) Aspirasi sumsum tulang dan biopsy Æ mengkaji
sumsum tulang (jarang)
b. Merumuskan diagnosa keperawatan
c. Rencana tindakan keperawatan
Praoperasi
a) Mandiri
1) Hindari palpasi Æ mencegah penyebaran tumor
2) Pantau status klini anak, tanda-tanda komplikasi: TTV,
obstruksi vena kava (plethora facialis & bendungan
vena), tanda & gejala gagal ginjal, nyeri tulang, anemia
& perdarahan, hipertensi
3) Beri penjelasan praposedur bedah
4) Dorong anak & orang tua mengekspresi perasaan
b) Kolaborasi
1) Pembedahan (nefrektomi) Æ mengangkat tumor,
diagnostic, histologik, & penentuan stadium, serta
keterlibatan nodus limfoideus, & organ-organ abdomen
2) Radiasi Æ berdasarkan histology & stadium tumor
3) Kemoterapi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
Post-operasi

a) Mandiri
1) Pantau status klinis (TTV setiap 2 jam, asupan &
haluaran, hipertensi)
2) Pantau fungsi abdomen (kepatenan NGT, bising usus,
obstruksi ileus yang diinduksi vinkristin, perlekatan
pasca operasi)
3) Keseimbangan cairan & elektrolit
4) Status pernafasan
5) Tempat insisi (tanda & gejala drainase, keutuhan area,
tanda-tanda infeksi, banti balutan setiap hari)
6) Higienis (mulut & rectal,kulit)
7) Pertahankan teknik septik saat kontak dengan anak,
batasi kontak anak dengan masyarakat, kebersihan
pakaian (mencegah infeksi karena imunosupresi)
8) Pantau efek terapi radiasi
9) Pantau efek kemoterapi
10) Pantau dan atasi nyeri
11) Beri stimulasi atau aktivitas sesuai perkembangan anak
d. Melaksanakan implementasi keperawatan
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan.
f. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

Mahasiswa mampu 1. Melakukan need assessment yang terfokus melalui pengumpulan data
2 Presentasi, IKA RSPAD
membuat proyek dengan kuisioner, wawancara dan observasi
diskusi, praktik (Non Infeksi)
inovasi di Ruang 2. Menyusun proposal yang dikonsultasikan dan disetujui oleh supervisor
secara
Rawat Infeksi utama dengan berkoordinasi dengan lahan praktik
berkelompok
3. Mempresentasikan rencana proyek inovasi dengan lahan prkatik
4. Melaksanakan proyek inovasi
5. Mengevaluasi perubahan yang dihasilkan .
6. Mempresentasikan laporan hasil proyek inovasi di lahan praktik.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 

3 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan konsep model Praktik bed 14 November s.d IKA RSPAD
memberikan asuhan Myra Estrine Levine, pada anak yang masalah infeksi respirasi dan infeksi side teaching 16 Desember (Infeksi)
keperawatan pada saluran cerna: 2011
anak dengan penyakit
A. Pneumonia
Infeksi yaitu
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan prinsip konservasi.
pneumonia dan diare
a. Konservasi energi : data focus yang perlu dikaji antara lain
frekwensi dan status pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan, tingkat aktifitas, kebutuhan istirahat tidur biasanya
berkurang karena sesak dan batuk, nafsu makan menurun, muntah,
tanda-tanda dan muntah, respirasi meningkat, denyut nadi
meningkat.
b. Integritas struktur : apakah ada nyeri dada, batuk bersputum
purulent, demam, leukosit meningkat,
c. Integritas personal: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur
yang dilakukan.
d. Integritas social: berpisah dengan orang tua, tidak bisa bermain
dengan teman.

2. Menentukan tropicognosis sesuai dengan masalah yang mungkin


ditemukan :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Kerusakan pertukaran gas
c. Nyeri ( akut)
d. Kecemasan
e. Intoleransi aktifitas
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan
g. Kekurangan volume cairan

3. Merumuskan hipotesis.
a. Tindakan penghematan energi
b. Pemberian posisi yang nyaman
c. Pemantauan tanda-tanda vital dan suara nafas secara teratur.
d. Tindakan untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif seperti
minum air hangat, fostural drainage, mmengencerkan dahak,

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
latihan batuk efektif, suction.
e. Tindakan mengurangi ansietas dan ketakutan.
f. Pencegahan dehidrasi dengan pemberian cairan intravena selama
fase akut.
g. Pemberian cairan oral secara hati-hati untuk mencegah aspirasi.
h. Pemberian nutrisi adekuat
i. Pendidikan kesehatan pada orang tua.

4. Melaksanakan intervensi keperawatan sesuai hipotesis yang sudah


dirumuskan.
a. Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
b. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
c. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
d. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
e. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan hospitalisasi
f. Melakukan bimbingan antisipasi
g. Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal
dalam memberikan asuhan keperawatan
h. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
i. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
j. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
k. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
l. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
m. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
n. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
o. Melaksanakan tekhnik dan prosedur dalam keperawatan anak
dengan penyakit infeksi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
5. Evaluasi
a. Jalan nafas efektif
b. Nyeri terkontrol
c. Pasien nyaman
d. Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat
e. Istirahat dan tidur dengan tenang.
f. Cemas berkurang
g. Orang tua selalu mendampingi anak.

6. Pendokumentasian asuhan keperawatan


7. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang tidak etis dan illegal
dalam pelayanan keperawatan.

B. Diare
1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip konservasi :
a. Konservasi energi: Keadaan umum lemah, berkurangnya
haluaran urine, berat badan menurun, membrane mukosa
kering, turgor kulit jelek, ubun-ubun cekung, kulit pucat dingin
serta kering, riwayat mengkonsumsi makanan terkontaminasi.
b. Integritas struktur: kulit kemerahan di sekitar anus,hasil
pemriksaan feces menunjukkan adanya organisme dalam tinja.
c. Integritas personal: berpisah dari orang tua, lingkungan yang
tidak biasa, prosedur yang menimbulkan distres
d. Integritas social: tidak bias bermain seperti biasanya, anak
murung, menjadi pendiam, rewel atau menolak petugas
kesehatan.
2. Tropicognosis
a. Kekurangan volume cairan
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Risiko menularkan infeksi
d. Kerusakan integritas kulit
e. Ansietas

3. Hipotesis
a. Pemberian cairan rehidrasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
b. Pemberian nutrisi adekuat
c. Tindakan pencegahan penularan infeksi
d. Perawatan kulit di sekitar anus
e. Orang tua membutuhkan pendidikan kesehatan yang enar
tentang perawatan anak diare.

4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung berdasarkan
hipotesis yang telah dirumuskan.
b. Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
e. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
f. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan
hospitalisasi
g. Melakukan bimbingan antisipasi
h. Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan
i. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
j. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
k. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
l. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
m. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
n. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan perawat
o. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

5. Evaluasi
a. Pasien memperlihatkan tanda rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi adekuat.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
b. Mendapatkan nutrient adekuat sesuai program dan
memperlihatkan peningkatan BB .
c. Infeksi tidak menyebar ke orang lain
d. Tidak terlihat adanya kerusakan integritas kulit di daerah
perianal seperti kemerahan atau lecet.
e. Memperlihatkan tanda distress fisik atau emosional yang
minimal dan orang tua berpartisipasi dalam perawatan.
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Ruang
4 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan sepsis dan BBLR,: Praktik bed 19 Desember
PERISTI
memberikan asuhan side teaching 2011 s.d 13
A. Sepsis RSPAD
keperawatan pada Januari 2012
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan teori konservasi:
pasien neonatus
a. Konservasi energi: bayi lethargi, malas minum, reflek hisap lemah,
dengan penyakit akut
demam, apnoe, dyspnoe, nafas cuping hidung, merintih, sianosis,
yaitu sepsis dan
diare, muntah.
BBLR
b. Integritas struktur: ikterus, splenomegali, ubun-ubun menonjol,
bilirubin total meningkat, leukosit meningkat.
c. Integritas personal:
d. Intergritas social: bayi dirawat di ruangan tanpa ditunggui orang tua,
orang tua atau keluarga hanya bias menjenguk pada waktu jam
berkunjung.

2. Tropicognosis
a. Risiko cidera
b. Hipertermi
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Perubahan proses keluarga.

3. Hipotesis
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat
b. Pencegahan penyebaran infeksi dan terjadinya komplikasi.
c. Monitoring dan kolaborasi
d. Pendidikan kesehatan pada orang tua tentang kondisi bayinya.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 

4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
rumusan hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Bimbingan pemberian ASI, makanan pengganti ASI.
d. Membantu pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intera muskuler,
dan intaravena)
e. Monitoring dan kolaborasi
f. Mobilisasi bayi
g. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Manajemen BBLR (Metode PMK)
j. Manajemen kejang
k. Penganggulangan infeksi pada neonatus
l. Pemantauan neonatus yang menggunakan sungkup oksigen
m. Menyiapkan tindakan transfusi tukar
n. Tekhnik resusitasi neonatus dan stabilisasi
o. Manajemen pelayanan keperawatan intensif
p. Memberikan discharge planning
q. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit
r. Melaksanakan tehnik dan prosedur di ruang neonatus : menilai masa
gestasi, manajemen laktasi.

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan sesuai dengan perkembangan


bayi.
a. Nutrisi terpenuhi, BB normal, tidak menunjukkan tanda dehidrasi.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Infeksi tidak berlanjut dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.

6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
B. BBLR
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan teori konservasi:
a. Konservasi energi: BB kurang dari 2500 gr, reflek isap dan
menelan belum sempurna dan lemah, mudah menjadi hipotermi,
lebih banyak tidur, gerakan dan tangisan bayi lemah, pernafasan
belum teratur dans sering apnea,
b. Integritas struktur: Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi,
pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis),
kepala lebih besar dari badan, genetalia belum sempurna
c. Integritas personal:
d. Intergritas social:

2. Tropicognosis
a. Tidak efektifnya pola pernafasan
b. Risiko terrmoregulasi tidak efektif
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Risiko kerusakan integritas kulit
e. Risiko terjadinya infeksi

3. Hipotesis
a. Monitoring dan kolaborasi
b. Tindakan mempertahankan pola nafas efektif
c. Tindakan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
d. Pemberian cairan dan nutrisi sesuai kebutuhan
e. Perawatan kulit dan tindakan pencegahan kerusakan integritas
kulit
f. Pencegahan terjadinya infeksi

4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
rumusan hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Bimbingan pemberian ASI, makanan pengganti ASI.
d. Membantu pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intera
muskuler, dan intaravena)

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
e. Monitoring dan kolaborasi
f. Mobilisasi bayi
g. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Manajemen BBLR (Metode PMK)
j. Manajemen kejang
k. Penganggulangan infeksi pada neonatus
l. Pemantauan neonatus yang menggunakan sungkup oksigen
m. Menyiapkan tindakan transfusi tukar
n. Tekhnik resusitasi neonatus dan stabilisasi
o. Manajemen pelayanan keperawatan intensif
p. Memberikan discharge planning
q. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
r. Melaksanakan tehnik dan prosedur di ruang neonatus : menilai
masa gestasi, manajemen laktasi.

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan sesuai dengan perkembangan


bayi.
a. RR normal 40-60x/mnt, jalan nafas paten dan irama regular.
b. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4-37,40C
c. Berat badan meningkat 20-30 gram/hari dan dapat dipertahankan
peningkatannya.
d. Kulit utuh, dan integritas baik
e. Leukosit normal dan tidak ada tada-tanda infeksi pada tali pusat.

6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 

RESIDENSI II ( SEMESTER II)


5 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan konsep model Praktik bed 13 Februari sd IKA RSCM
memberikan asuhan Myra E. Levin, pada anak yang masalah infeksi respirasi dan infeksi side teaching (Infeksi)
14 April 2012
keperawatan pada persyarafan:
anak dengan penyakit
A. Bronchiolitis
Infeksi yaitu
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan prinsip konservasi.
bronchiolitis dan
a. Konservasi energi : batuk non produktif, dispnea, adanya retraksi
meningitis
dinding dada, pernafasan cuping hidung, takipnea dengan RR>
70x/mnt, sianosis, adanya suara mengi, anak tampak lemah dan
lesu, nafsu makan menurun, sulit minum.
b. Integritas struktur : bunyi nafas buruk, pemeriksaan laboratorium
ditemukan adanya RSV, analisa gas darah abnormal.
c. Integritas personal: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur
yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa.
d. Integritas social: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman
sebaya.

2. Menentukan tropicognosis sesuai dengan masalah yang mungkin


ditemukan :
a. Pola nafas tidak efektif
b. Intoleransi aktifitas
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Kekurangan volume cairan
e. Cemas

3. Merumuskan hipotesis.
a. Tindakan penghematan energi
b. Pemberian posisi yang nyaman
c. Pemantauan tanda-tanda vital dan suara nafas secara teratur.
d. Monitoring dan kolaborasi.
e. Pencegahan dehidrasi dengan pemberian cairan intravena selama
fase akut.
f. Pemberian cairan oral secara hati-hati jika tidak ada takipnea
g. Pemberian nutrisi adekuat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
h. Tindakan mengurangi ansietas dan ketakutan
i. Pendidikan kesehatan pada orang tua.

4. Melaksanakan intervensi keperawatan sesuai hipotesis yang sudah


dirumuskan.
a. Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
b. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
c. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
d. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
e. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan hospitalisasi
f. Melakukan bimbingan antisipasi
g. Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan interpersonal
dalam memberikan asuhan keperawatan
h. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
i. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
j. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
k. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
l. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
m. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
n. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
o. Melaksanakan tekhnik dan prosedur dalam keperawatan anak
dengan penyakit infeksi

5. Evaluasi
Menilai respon organisme :
a. Pola nafas efektif
b. Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat
c. Istirahat dan tidur dengan tenang.
d. Cemas berkurang

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
e. Orang tua selalu mendampingi anak.

6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

B. Meningitis
1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip konservasi :
a. Konservasi energi: lesu, mudah terkena rangsang, demam,
muntah penurunan nafsu makan,nyeri kepala
b. Integritas struktur: penurunan kesadaran, kejang,paresis atau
paralisis, kaku kuduk, silau, pengkihatan ganda.
c. Integritas personal: kelemahan umum, berpisah dari orang tua,
lingkungan yang tidak biasa, prosedur yang menimbulkan
distres
d. Integritas social: tidak bias bermain seperti biasanya, anak
murung, menjadi pendiam, rewel atau menolak petugas
kesehatan.

2. Tropicognosis
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral
b. Risiko terhadap trauma
c. Nyeri
d. Gangguan pemenuhan ADL
e. Ansietas

3. Hipotesis
a. Monitoring dan kolaborasi
b. Perbaikan perfusi cerebral
c. Pemberian nutrisi adekuat
d. Pemenuhan ADL
e. Tindakan penanganan nyeri
f. Pencegahan trauma
g. Pendidikan kesehatan pada orang tua

4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung berdasarkan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 
hipotesis yang telah dirumuskan.
b. Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
e. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
f. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan
hospitalisasi
g. Melakukan bimbingan antisipasi
h. Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan
i. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
j. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
k. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
l. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
m. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
n. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan perawat
o. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

5. Evaluasi
a. Menunjukkan perbaikan tingkat keasaran
b. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
c. Kebutuhan ADL terpenuhi
d. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan
e. Orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak

6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 1 
 

Praktikan

Christina Ririn Widianti

Supervisor Utama Supervisor

Nani Nurhaeni, SKp., M.N. Elfi Syahreni, Ns., Sp.Kep.An.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

1. LAPORAN KASUS 1
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak B
2. Tempat/Tgl Lahi : Bogor, 21 Januari 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 14 bulan
5. Alamat : kp.pintu air Rt06/07, pabuaran, Bojonggede,
Bogor, jawa barat
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. B, usia 14 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 23 Maret 2012
j.00.00 dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 3 hari
SMRS. Anak B sudah berobat klinik tapi tetap tidak ada perbaikan. Anak
jadi susah minum dan rewel, tidak mau makan. Anak panas tinggi, BAB
dan BAK tidak ada perubahan. Di IGD RR anak 60x/mnt, GCS 15 dan
mendapat therapy kloramphenikol, ampisilin dan oksigen 2 l/mnt. Karena
ada alergi ampisilin, antibiotic diganti cefotaksim 3x175 mg. Pada tanggal
29 Maret j.00.30 masuk ruang infeksi dengan diagnose Community
Aquired pneumonia dan gizi buruk. Kemudian pada tanggal 29 Maret
2012 pk.15.30 anak mengalami hiperkapnia,hipoksemia dan ancaman
gagal napas sehingga di pindah ke ICU.
Anak masuk lagi ke ruang infeksi pada tanggal 1 April 2012 pk 18.00.
anak masih batuk, menggunakan oksigen 2lt/mnt nasal kanul, terpasang
stopper di tangan kanan. Terapi yang didapat: diet F 100 8x100ml,
cefotaxim 3x175 IV, kloritromisin 2x50 mg oral, asam folat 1x1 mg oral
dan paracetamol jika perlu 60 mg.

Riwayat penyakit keluarga: sepupu ibu ada terkena TBC dan sudah
dinyatakan sembuh, tidak tinggal satu rumah.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Riwayat kelahiran: lahir spontan dibantu bidan, di RS di citayam, anak


langsung menangis. Anak merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara( anak
pertama merupakan anak angkat). Berat lahir 2700 gram, panjang lahir
lupa, anak tidak kuning.

Riwayat imunisasi : kesan tidak lengkap, tidak ada BCG Scar.


Riwayat tumbuh kembang: anak sudah bisa berjalan sejak 11 bulan, dan
sudah bisa bicara mama…bapak….maem…dll.riwayat nutrisi: anak
makan bubur 3xsehari dan susu formula SGM 4x120 ml. BB saat ini 6,5
kg, Pb 68 cm. BB/U = 6,5/11=89%, TB/U= 68/79= 86%, BB/TB=
6,5/8,1= 80%.

2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 2 April 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum susu formula sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan
rewel. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena
anak sering batuk. BB sekarang 6,5 kg. BAB dan BAK anak tidak
ada masalah. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi
oksigen 95%. Saat ini anak minum melalui NGT SF 100, 8x100cc.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak coklat sawo matang, rambut tebal, sedikit panjang
terdistribusi merata, kuku tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru.
Kepala normal, tidak ada deformitas. Leher terdapat kaku kuduk. Mata
simetris, bersih, telinga simetris , bersih tidak keluar serumen. Hidung
simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Bibir tampak
kering dan tidak berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat
retraksi epigastrium dan intercostals serta suprasternal. Pernapasan 60
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

pernapasan, terdapat napas cuping hidung, saturasi oksigen 95%.


Terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang paru, slem banyak.
Jantung terlihat impuls apical, terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen
teraba supel, bising usus terdengar normal 11 x/menit. Genital normal
dan anus paten. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi
oksigen 95%. Ekstremitas teraba hangat,CRT< 2 detik, anak
mengalami hemiparesis sinistra. Kekuatan motorik
5555 3333 klonus +/+, babinsky +/+
5555 3333

Hasil pemeriksaan laboratorium :


Lumbal pungsi tanggal 29 Maret 2012: mengarah ke meningitis
Analisa cairan otak:
Makroskopik: tidak berwarna, jernih, tidak ada bekuan.
Mikroskopik, hitung sel 20 sel/ul
PMN (segmen) 7/ul
MN(limfosit) 13/ul
Kimia:
None positif
Pandy positif
Protein cairan otak 80 mg/dl
Glukosa cairan otak 79mg/dl
Glukosa serum 108,6mg/dl
Clorida 107 mEg/L
Kesan : infeksi
Ct Scan 31 Maret 2012 : tidak tampak kelainan

Rontgent thorak tgl 2 April 2012: kesan, pneumonia lobaris paru


kanan lobus medius, dengan efusi pleura dextra minimal.
Lab tanggal 30 Maret 2012
Hemoglobin 8,9 g/dl

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Hematokrit 29,2 %
Trombosit 163.000/ui
Leukosit 5340/ui

c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 14 bulan, sudah
bisa memiringkan badannya, berjalan dan berlari. Anak juga sudah
bisa mberbicara memanggil mama…bapak…dll. Saat ini anak tampak
rewel kelihatan sesak napas, dan mengalami hemiparese sinistra. Anak
tidak bisa menjalankan aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan
kondisi anaknya

d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan keluarga. Anak
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara(I kakak pertama sebagai
saudara angkat) dari pasangan ny.D(35th) dengan bp.S(39th). Orangtua
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu bertanya
tentang kondisi anaknya.
 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / TROPICOGNOSIS

1. Tropicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi:


a. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakitnya
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
c. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

2. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


struktur:
a. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang berlebih
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
3. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
sosial
a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi

C. HIPOTESIS
1. Tropicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi
a. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakitnya
Tujuan: anak dapat mempertahankan suhu tubuh yang normotermi
-suhu tubuh 36,5-37,5° C
-badan anak teraba tidak panas
Intervensi:
1. Observasi suhu pasien secara berkala
2. Pertahankan intake cairan yang adekuat
3. Anjurkan orangtua untuk memakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat
4. Anjurkan orangtua untuk memberikan kompres hangat pada
anak di selangkangan dan lipat paha
5. Berikan obat antipiretik paracetamol 60 mg jika anak panas
diatas 38° C
6. Berikan antibiotik sesuai program
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan: anak dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
Tujuan :
- BB anak tetap

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

- anak aktif bergerak


Intervensi;
1. kaji berat badan anak sebelum dan sesudah sakit
2. berikan ASI melalui NGT secara bertahap
3. anjurkan orangtua untuk tidak memberi minum melalui mulut
terlebih dahulu untuk mencegah tersedak.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penghitungan kebutuhan
kalori.
c. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
Tujuan: kebutuhan cairan anak tatap terpenuhi secara adekuat
-mukosa mulut tetap lembab
-turgor kulit elastis
Intervensi:
1. Kaji kemampuan minum anak
2. Berikan minum sesuai kebutuhan anak melalui NGT dengan
hati-hati
3. Observasi adanya aspirasi
4. Kaji pola napas anak , perhatikan adanya takipnea
5. Anjurkan ibu untuk selalu memeras ASI karena merupakan
sumber nutrisi dan cairan utama anak
6. Monitor tanda-tandanya dehidrasi seperti mulut kering, turgor
tidak elastis dan produksi urine

2..Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


struktur:

a. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi


yang berlebih
Tujuan: anak dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka
-anak bernapas biasa
- frekuensi napas normal

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

-jalan napas tetap terbuka


Intervensi:
1. Pertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka
2. Berikan oksigen 2 lt permenit melalui nasal kanul sesuai
program, perhatikan humidifikasi
3. Berikan asupan cairan yang cukup
4. Lakukan suction jika perlu
5. Jika takipnea bisa dipusakan sementara sesuai program
6. Kolaborasi dengan fisiotherapis untuk melakukan nebulizer dan
fisiotherapi dada 4x sehari sesuai program
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: anak dapat melakukan ventilasi yang adekuat
- frekuensi napas normal
-usaha napas normal
-suara napas normal
-saturasi oksigen >94%
Intervensi:
1. Periksa secara berkala frekuensi napas, suara napas, dan usaha
napas
2. Gunakan pulse oksimetri untuk memantau oksigen adekuat dan
deteksi dini hipoksemia
3. Pertahankan posisi kepala-leher,jalan napas tetap terbuka
4. Berikan oksigen yang dilembabkan, 2 lt permenit nasal kanul
sesuai program
5. Usahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup
6. Berikan antibiotic sesuai program
7. Libatkan orangtua untuk mempertahankan posisi jalan napas
tetap terbuka dan menjaga anak supaya banyak istirahat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

3. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


personal

a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi


Tujuan: orang tua mampu menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan proses hospitalisasi
-orangtua mampu mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
-orangtua bisa bekerjasama selama perawatan anak
Intervensi:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orangtua
2. Anjurkan orangtua untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orangtua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orangtua untuk mengajak anak dengan meggendong
dan mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

D. INTERVENSI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 1. mengobservasi suhu 2 April 2012
mempertahan- 2012 pasien secara berkala Pk.18.00
kan konservasi Pk.15.00 tiap 4 jam S:
energi: 2. mempertahankan -ibu mengatakan
a. Gangguan intake cairan yang panasnya naik
keseimban- adekuat turun
gan suhu 3. menganjurkan -ibu mengatakan
tubuh orangtua untuk saat panas tadi
berhubungan memakaikan baju yang sudah dikompres
dengan tipis dan menyerap dan diberi
proses keringat paracetamol
peradangan 4. menganjurkan O:
orangtua untuk -S : 37,2°C
memberikan kompres -ibu tidak
hangat pada anak di memberi minum
selangkangan dan lipat pada anak melalui
paha mulut
5. menciptakan ruangan -minum melalui
yang tenang dan NGT tidak
nyaman muntah, tidak ada
6. memberikan obat aspirasi atau
antipiretik paracetamol tersedak
60 mg jika anak panas -lingkungan
diatas 38° C nyaman
7. memberikan antibiotik dipertahankan
sesuai program dengan tetap
cefotaxim 175 IV, menjaga AC
kloritromisin 50 mg menyala
oral, -antibiotik
diberikan sesuai
program
A:
Keseimbangan
suhu dapat
dipertahankan
P:
Lanjutkan
tindakan

3 April 1. mengobservasi suhu 3 April 2012


2012 pasien secara berkala Pk. 06.00
Pk.21.00 2. mempertahankan S:

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

intake cairan yang -ibu mengatakan


adekuat anaknya agak
3. menganjurkan panas
orangtua untuk -ibu mengatakan
memakaikan baju yang anaknya belum
tipis dan menyerap diberi minum
keringat lewat mulut,
4. menganjurkan hanya dibasahi
orangtua untuk bibirnya
memberikan kompres O:
hangat pada anak di - susu formula
selangkangan dan lipat diberikan lewat
paha NGT, anak tidak
5. memberikan obat muntah
antipiretik paracetamol -Suhu 37,5°C
60 mg jika anak panas -antibiotik
diatas 38° C diberikan sesuai
6. memberikan antibiotik program
sesuai program -Anak tampak
cefotaxim 3x175 IV, keringatan setelah
kloritromisin 2x50 mg minum
oral, paracetamol
A:
Keseimbangan
suhu tubuh dapat
dipertahankan
P:
Lanjutkan
tindakan

11 April 1. mengobservasi suhu 11April 2012


2012 pasien secara berkala Pk.18.00
Pk.14.00 2. mempertahankan S:
intake cairan yang -ibu mengatakan
adekuat anak panasnya
3. Anjurkan orangtua turun
untuk memberikan O:
kompres hangat pada -S:36,8°C
anak di selangkangan -anak tampak
dan lipat paha tenang
4. Berikan obat -intake cairan
antipiretik paracetamol adekuat F 100,
60 mg jika anak panas 125ml per NGT
diatas 38° C Antibiotic

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

5. Berikan antibiotik diberikan sesuai


sesuai program : program, anak
amikasin1x125 mg, mulai mendapat
INH 1x60mg oral, therapy TBC sejak
rifampisin 1x100mg tanggal 6 April
oral, pirazinamid 2012, berdasarkan
1x150 oral, etambutol hasil MRI yang
1x100mg oral, mengarah ke
kloritromisin 50 mg Tuberculoma
oral A:
Keseimbangan
suhu tubuh dapat
dipertahankan
P:
lanjutkan tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 2012 1. mengkaji kemampuan 5 April 2012
mempertahankan pk.15.00 minum anak pk.18.00
integritas 2. memberikan minum S:
struktur: sesuai kebutuhan anak -ibu
a.Resiko melalui NGT dengan mengatakan
kekurangan hati-hati 100cc sejak sakit
cairan 3. mengobservasi adanya anaknya tampak
berhubungan aspirasi lebih kecil
dengan intake 4. mengkaji pola napas O
yang tidak anak , perhatikan adanya - BB sekarang
adekuat takipnea 6,8 kg
5. memonitor tanda- -ibu tidak
tandanya dehidrasi memberi
seperti mulut kering, minum pada
turgor tidak elastis dan anak melalui

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

produksi urine mulut


-mukosa bibir
lembab,ada
airmata, turgor
kulit cukup
-minum melalui
NGT tidak
muntah, tidak
ada aspirasi
atau tersedak
-RR 64x/mnt,
ada ronkhi
-turgor cukup
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

3April 2012 1. mengkaji kemampuan 3 April 2012


Pk.08.00 minum anak Pk.18.00
2. memberikan minum sesuai S:
kebutuhan anak melalui -ibu
NGT dengan hati-hati mengatakan
100cc sejak sakit
3. mengobservasi adanya anaknya tampak
aspirasi lebih kecil
4. mengkaji pola napas anak O
, perhatikan adanya - BB sekarang
takipnea 6,8 kg
5. memonitor tanda-tandanya -ibu tidak
dehidrasi seperti mulut memberi
kering, turgor tidak elastis minum pada
dan produksi urine anak melalui
mulut
-mukosa bibir
lembab,ada
airmata, turgor
kulit cukup
-minum melalui
NGT tidak
muntah, tidak
ada aspirasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

atau tersedak
-RR 60x/mnt,
ada ronkhi
-turgor cukup
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 1. mempertahankan posisi 2 April 2012
mempertahankan 2012 kepala-leher dengan Pk.18.00
integritas pk.15.00 jalan napas terbuka S:-ibu
strukture: 2. memerikan oksigen 2 lt mengatakan
b. Tidak permenit melalui nasal anaknya
efektifnya kanul sesuai program, lendirnya
kebersihan perhatikan humidifikasi banyak dan
jalan napas 3. memberikan asupan batuk terus
berhubungan cairan yang cukup -ibu
dengan 4. melakukan suction mengatakan
sekresi yang 5. menganjurkan ibu untuk tidak memberi
berlebih tidak memberikan minum pada
minum pada anak anaknya lewat
melalui mulit sementara mulut
sesuai program O:
6. Kolaborasi dengan -RR 64x/mnt
fisiotherapis untuk ada ronkhi dan
melakukan nebulizer dan retraksi
fisiotherapi dada 3x intercosta dan
sehari sesuai program epigastrium
dengan NaCl 0,9 % dan -suction
ventolin ½ ampul. dilakukan slem
keluar warna
putih jernih
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan
tindakan

3 April 1. mempertahankan posisi 3 April 2012


2012 kepala-leher dengan jalan Pk.13.00
pk.08.00 napas terbuka S:-ibu
2. memerikan oksigen 2 lt mengatakan
permenit melalui nasal anaknya
kanul sesuai program, lendirnya
perhatikan humidifikasi banyak dan
3. memberikan asupan batuk terus
cairan yang cukup -ibu
4. melakukan suction mengatakan
5. menganjurkan ibu untuk tidak memberi
tidak memberikan minum minum pada
pada anak melalui mulit anaknya lewat
sementara sesuai mulut
program O:
6. Kolaborasi untuk -RR 60x/mnt
melakukan nebulizer dan ada ronkhi dan
fisiotherapi dada 3x retraksi
sehari sesuai program intercosta dan
dengan NaCl 0,9 % dan epigastrium
ventolin ½ ampul. -anak tampak
sering batuk
-suction
dilakukan slem
keluar warna
putih jernih
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 1. memeriksa secara 2 April 2012
mempertahankan 2012 berkala frekuensi napas, Pk.18.00
integritas pk.15.00 suara napas, dan usaha S:
strukture: napas -ibu
c. Pola napas 2. menggunakan pulse mengatakan
tidak efektif oksimetri untuk anaknya masih
berhubungan memantau oksigen batuk
dengan proses adekuat dan deteksi dini -ibu
inflamasi hipoksemia mengatakan
3. mempertahankan posisi anaknya
kepala-leher,jalan napas tampak susah
tetap terbuka bernapas
4. memberikan oksigen -ibu
yang dilembabkan, 2 lt mengatakan
permenit nasal kanul tidak memberi
sesuai program minum pada
5. mengusahakan anak anaknya lewat
dapat istirahat dan tidur mulut
yang cukup dengan O:
menciptakan suasana -saturasi O2
yang tenang 93%
6. memberikan antibiotic -oksigen
sesuai program trepasang 2
cefotaxim 3x175 IV, lt/mnt melalui
kloritromisin 2x50 mg nasal kanul
oral, -RR 64x/mnt ,
7. melibatkan orangtua ronkhi dan
untuk mempertahankan terdapat
posisi jalan napas tetap retraksi
terbuka dan menjaga intercosta dan
anak supaya banyak sternum
istirahat -suction slem
keluar banyak
warna putih
jernih
-antibiotik
diberikan
sesuai program
-nebulizer
dilakukan
sesuai program

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan

3 April 1. memeriksa secara berkala 3 April 2012


2012 frekuensi napas, suara Pk.13.00
pk.08.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anaknya masih
adekuat dan deteksi dini batuk
hipoksemia -ibu
3. mempertahankan posisi mengatakan
kepala-leher,jalan napas anaknya
tetap terbuka tampak susah
4. memberikan oksigen bernapas
yang dilembabkan, 2 lt -ibu
permenit nasal kanul mengatakan
sesuai program tidak memberi
5. mengusahakan anak minum pada
dapat istirahat dan tidur anaknya lewat
yang cukup dengan mulut
menciptakan suasana O:
yang tenang -saturasi O2
6. memberikan antibiotic 99%
sesuai program cefotaxim -oksigen
3x175 IV, kloritromisin trepasang 2
2x50 mg oral, lt/mnt melalui
7. melibatkan orangtua nasal kanul
untuk mempertahankan -RR 60x/mnt ,
posisi jalan napas tetap ronkhi dan
terbuka dan menjaga terdapat
anak supaya banyak retraksi
istirahat intercosta dan
sternum
-suction slem
keluar banyak
warna putih
jernih
-antibiotik

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

diberikan
sesuai program
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan

4 April 1. memeriksa secara berkala 4 April 2012


2012 pk. frekuensi napas, suara Pk.13.00
08.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anaknya masih
adekuat dan deteksi dini batuk
hipoksemia -ibu
3. mempertahankan posisi mengatakan
kepala-leher,jalan napas anaknya
tetap terbuka tampak susah
4. memberikan oksigen bernapas
yang dilembabkan, 2 lt -ibu
permenit nasal kanul mengatakan
sesuai program tidak memberi
5. mengusahakan anak minum pada
dapat istirahat dan tidur anaknya lewat
yang cukup dengan mulut
menciptakan suasana O:
yang tenang -saturasi O2
6. memberikan antibiotic 93%
sesuai program cefotaxim -oksigen
3x175 IV, kloritromisin trepasang 2
2x50 mg oral, lt/mnt melalui
7. melibatkan orangtua nasal kanul
untuk mempertahankan -RR 64x/mnt ,
posisi jalan napas tetap ronkhi dan
terbuka dan menjaga terdapat
anak supaya banyak retraksi
istirahat intercosta dan
sternum

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

-suction slem
keluar banyak
warna putih
jernih
-antibiotik
diberikan
sesuai program
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 2 April 2012 1. mengkaji perasaan dan 2 April 2012
mempertahankan Pk.15.00 kecemasan orangtua Pk.18.00
integritas 2. menganjurkan orangtua S:
personal: untuk mengekspresikan -ibu
a. Kecemasan dan mengungkapkan mengatakan
orangtua perasaannya khawatir
berhubungan 3. menjelaskan jika dengan kondisi
dengan proses perasaan orangtua yang anaknya
hospitalisasi cemas bisa -ibu berharap
mempengaruhi anak anaknya cepat
sehingga anak semakin sembuh
rewel -ibu
4. menganjurkan orangtua mengatakan
untuk mengajak anak kalau dirawat
dengan meggendong dan lama biaya dari
mengajak anak melihat- mana karena
lihat gambar di sekitar mengurus
kamar dan mengalihkan jamkesmas
perhatian anak saat rewel tidak jadi-
jadi,prosesnya
susah
O:
-ibu mampu

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

mengungkapkan
perasaannya
-ibu mudah
diajak
kerjasama
dalam setiap
perawatan dan
pengobatan
anaknya
-ibu tampak
lebih tenang
setelah
mengungkapkan
perasaannya
A:
Kecemasan
orang tua
berkurang
P:
Stop tindakan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

II.  LAPORAN KASUS 2


A. PENGKAJIAN
1.IDENTITAS
a.Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak MK
2. Tempat/Tgl Lahir : Jakarta , 20 November 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 4 bulan
5. Alamat : Jl. Kramat raya RT 010/001 Johar baru, Jakarta
pusat
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. MK, usia 4 bulan, dibawa ke RSCM pada tanggal 18 Maret 2012 pk.
02.00 dengan keluhan batuk dan sesak napas. Anak MK sudah sejak 10
hari yang lalu sebelum masuk RS mengalami demam yang naik turun suhu
tidak diukur, anak tidak diberi obat penurun panas. Kemudian anak dibawa
ke PKM , mendapat obat sirup paracetamol 3x1 sendok dan panas mulai
reda. 3 hari SMRS, anak panas lagi naik turun serta batuk pilek . anak
diberi paracetamol tidak turun, kemudian dibawa berobat ke PKM diberi
puyer 3x 1 bungkus tetapi tidak ada perbaikan. Anak muntah 1x saat
batuk, anak tetap menetek ASI.10 jam SMRS, anak tampak sesak, batuk
makin jelas, anak juga pilek dan demam tidak turun-turun. Anak jadi susah
minum dan rewel. BAB dan BAK tidak ada perubahan. Kemudian anak
dibawa keklinik dan dirujuk ke RSCM. Di UGD anak didiagnosis
bronkhiolitis dan mendapatkan therapy oksigen 2 lt/menit nasal kanul,
pasang NGT, IVFD KaEn IB + KCl 10 6 tts/ menit makro, ampisilin 100
mg/kg/hr, kloramphenikol 75 mg/kb/hr, dexamethason 0,5mg/kg/hr,
inhalasi NaCl 0,9 % + berotec 8 tts 3x/hr. anak juga sudah dilakukan
pemeriksaan DPL, AGD dan elektrolit serta rontent thorak. Anak
sementara dipuasakan. Anak masuk ruang infeksi tanggal 19 Maret Pk.
13.50
3. PATOFLOW ( Terlampir )

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

4. PENGKAJIAN ( Terlampir sesuai format pengkajian)


Pengkajian Dilakukan pada tanggal 19 maret 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya hanya minum ASI sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya mau minum ASI saja dan hanya sedikit karena
anak terus sesak dan rewel. Tidur anak jadi berkurang terutama pada
malam hari karena anak sering batuk. BB sekarang 5,8 kg., Pb 63
cm.BAB dan BAK anak tidak ada masalah.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak putih, rambut tipis terdistribusi merata, kuku tangan
dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala normal, ubun-ubun besar
belum menutup, tidak cekung. Mata simetris, bersih, telinga simetris ,
bersih tidak keluar serumen. Hidung simetris, terpasang oksigen nasal
kanul 2 liter/menit. Bibir tampak kering dan tidak berwarna kebiruan.
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi epigastrium minimal.
Pernapasan 40 x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-
otot bantu pernapasan dan terlihat ekspiratory effort. Terdengar bunyi
napas wheezing di kedua lapang paru. Jantung terlihat impuls apical,
terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen teraba supel, bising usus
terdengar normal 10 x/menit, turgor kulit cukup. Genital normal dan
anus paten. Tulang belakang normal dan tidak ada masalah dalam
ekstremitas. Suhu: 38,2°C, Nadi: 120x/mnt, RR: 700x/mnt, dangkal.
Anak terpasang infus KaEn IB+ KCl 10 6 tts/mnt makro.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 18 Maret 2012:

Hemoglobin 11,6 g/dl


Hematokrit 33,6 %
Trombosit 605.000/ui
Leukosit 27.100/ui
Basofil 0%
Eosinofil 0%

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Batang 14%
Segmen 60%
Limfosit 26%
Monosit 0 %

Elektrolit
Natrium 142 mEq/L
Kalium 4,97 mEq/L
Klorida 106 mEq/L

Rontgen thorak , kesan: tampak infiltrat di parakardial kanan , perihiler


kiri dan ruang retrokardial. Sesuai gambaran pneumonia
c. Integritas personal
Anak tampak tiduran dan ditunggui ibunya. Anak berusia 4 bulan,
sudah bisa memiringkan badannya kekanan dan kekiri, senyum sosial,
menoleh ke sumber suara, menggenggam tangan pengasuh dan tertawa
jika di ajak bicara. Anak sudah mendapatkan imunisasi BCG dan Polio
I.
d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan neneknya.
Orangtua mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu
bertanya tentang kondisi anaknya dan penebabnya sehingga sakit.
Anak merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara.bapak pasien memiliki
riwayat merokok di dalam rumah, ibu pasien saat ini juga batuk pilek.
 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / TROPHICOGNOSIS


1. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan konservasi
energi:
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang


tidak adekuat
2. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
struktur:
a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang berlebih
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
3. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas sosial
a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
proses hospitalisasi

C.HIPOTESIS

1. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan konservasi energi:

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya


Tujuan: anak dapat mempertahankan suhu tubuh yang normal
-suhu < 37,8 °C
-anak teraba tidak panas
Intervensi:
1. Pertahankan lingkungan tetap sejuk
2. Pantau suhu anak secara periodic tiap 1-2 jam
3. Anjurkan orangtua untuk melakukan kompres pada anak dengan
menggunakan air hangat
4. Berikan antipiretik sesuai program paracetamol 3x60 mg
5. Anjurkan orangtua untuk memakaikan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat pada anak.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan: anak dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

- BB anak tetap
- anak aktif bergerak
Intervensi;
1. kaji berat badan anak sebelum dan sesudah sakit
2. berikan ASI melalui NGT secara bertahap
3. anjurkan orangtua untuk tidak memberi minum melalui mulut
terlebih dahulu untuk mencegah tersedak.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penghitungan kebutuhan kalori.

2. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


struktur:

a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat
Tujuan: kebutuhan cairan anak tatap terpenuhi secara adekuat
-mukosa mulut tetap lembab
-turgor kulit elastis
Intervensi:
1. Kaji kemampuan minum anak
2. Berikan minum sesuai kebutuhan anak melalui NGT dengan hati-
hati
3. Observasi adanya aspirasi
4. Kaji pola napas anak , perhatikan adanya takipnea
5. Anjurkan ibu untuk selalu memeras ASI karena merupakan sumber
nutrisi dan cairan utama anak
6. Monitor tanda-tandanya dehidrasi seperti mulut kering, turgor tidak
elastis dan produksi urine

b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi


yang berlebih
Tujuan: anak dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka
-anak bernapas biasa

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

- frekuensi napas normal


-jalan napas tetap terbuka
Intervensi:
1. Pertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka
2. Berikan oksigen 2 lt permenit melalui nasal kanul sesuai program,
perhatikan humidifikasi
3. Berikan asupan cairan yang cukup
4. Lakukan suction jika perlu
5. Jika takipnea bisa dipusakan sementara sesuai program
6. Kolaborasi dengan fisiotherapis untuk melakukan nebulizer dan
fisiotherapi dada 4x sehari sesuai program

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: anak dapat melakukan ventilasi yang adekuat
- frekuensi napas normal
-usaha napas normal
-suara napas normal
-saturasi oksigen >94%
Intervensi:
1. Periksa secara berkala frekuensi napas, suara napas, dan usaha
napas
2. Gunakan pulse oksimetri untuk memantau oksigen adekuat dan
deteksi dini hipoksemia
3. Pertahankan posisi kepala-leher,jalan napas tetap terbuka
4. Berikan oksigen yang dilembabkan, 2 lt permenit nasal kanul
sesuai program
5. Usahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup
6. Berikan antibiotic sesuai program
7. Libatkan orangtua untuk mempertahankan posisi jalan napas tetap
terbuka dan menjaga anak supaya banyak istirahat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

3. Tropicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas sosial

a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi


Tujuan: orang tua mampu menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan proses hospitalisasi
-orangtua mampu mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
-orangtua bisa bekerjasama selama perawatan anak
Intervensi:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orangtua
2. Anjurkan orangtua untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orangtua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orangtua untuk mengajak anak dengan meggendong dan
mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel

4. EVALUASI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 19 Maret 1. mempertahankan 19 Maret 2012
mempertahankan 2012 lingkungan tetap sejuk Pk. 19.00
konservasi Pk. 15.00 dengan tetap menyalakan S:
energi: AC dan menutup pintu -ibu mengatakan
a. Peningkatan ruangan anaknya sudah
suhu tubuh 2. memantau suhu anak tidak panas
berhubungan secara periodik tiap 1-2 -ibu mengatakan
dengan proses jam dari tadi sudah
penyakitnya 3. menganjurkan orangtua dikompres
untuk melakukan O:
kompres pada anak -suhu 37,7°C
dengan menggunakan air -anak teraba
hangat tidak panas
4. memberikan antipiretik -anak tampak
sesuai program memakai baju

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

paracetamol 60 mg yang tipis dan


melalui NGT sudah
5. menganjurkan orangtua berkeringat
untuk memakaikan -suhu
pakaian yang tipis dan lingkungan tetap
menyerap keringat pada sejuk
anak -anak sudah
diberikan
paracetamol 60
mg/ 1 sendok the
melalui
NGT,tidak
muntah
A:
Suhu tubuh anak
dapat
dipertahankan
normal
P:
Tetap lanjutkan
tindakan jika
anak panas lagi

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 19 Maret 1. mengkaji berat badan 19 Maret 2012
mempertahankan 2012 anak sebelum dan Pk. 16.00
konservasi Pk. 15.30 sesudah sakit S:
energi: 2. memberikan ASI melalui -ibu mengatakan
b.Resiko nutrisi NGT drip sesuai anaknya tidak
kurang dari program secara bertahap boleh minum
kebutuhan 3. menganjurkan orangtua lewat mulut
berhubungan untuk tidak memberi O;
dengan intake minum melalui mulut -BB anak
yang tidak terlebih dahulu untuk sekarang 5800
adekuat mencegah tersedak. gram,
4. Memonitor tetesan sebelumnya
infuse KaEn IB 24 sekitar 6 kg an
tetes/menit mikro -ketika dicoba
minum ASi 10
cc melalui NGT
anak tidak
muntah
-tetesan infuse
berjalan lancer

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

-anak tetap aktif


bergerak
A:
Anak dapat
mempertahankan
intake yang
adekuat
P:
-Lanjutkan
tindakan
- ajari ibu cara
memberikan
minum melalui
NGT, jelaskan
posisi anak,
monitor muntah
dan tersedak
-ajari tehnik
membersihkan
feeding drip
setelah member
minum

20 Maret 1. Memberikan minum 20 Maret 2012


2012 melalui NGT 100cc S:
Pk.08.00 2. Melakukan kolaborasi -ibu mengatakan
dengan ahli gizi untuk anak tidak
kebutuhan kalorinya muntah saat
3. Menganjurkan ibu untuk diberi susu
tetap memeras ASI dan O:
memberikan pada -ASI dan susu
anaknya Formula
4. Memonitor berat badan diberikan
anak tiap hari melalui feeding
drip, anak tidak
muntah, tidak
tersedak
-dari ahli gizi,
anak termasuk
kategori gizi
kurang, program
ASI/ susu
formula 8x150
cc/NGT
A:
Anak dapat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

mempertahankan
intake nutrisi
yang adekuat
P:
Teruskan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 19 Maret 1. Mengkaji kemampuan 19 Maret 2012
mempertahankan 2012 minum anak Pk. 18.00
integritas Pk. 15.30 2. Memberikan minum S:
struktur: sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
a.Resiko melalui NGT dengan anaknya seperti
kekurangan hati-hati dan keghausan
cairan mengobservasi adanya karena tidak
berhubungan aspirasi boleh minum
dengan intake 3. Mengkaji pola napas lewat mulut
yang tidak anak , perhatikan adanya O:
adekuat takipnea -ibu tampak
4. Menganjurkan ibu untuk mengolesi bibir
selalu memeras ASI anak dengan air
karena merupakan putih
sumber nutrisi dan cairan -BAK anak
utama anak banyak, 100cc
5. Memonitor tanda- -bibir anak
tandanya dehidrasi seperti tampak kering
mulut kering, turgor tidak -ketika dicoba
elastis dan produksi urine minum ASI
melalui NGT 10
cc, anak tidak
muntah,tidak ada
aspirasi
RR:70x/mnt
A: anak
terpenuhi
keseimbangan
cairan
P:
Lanjutkan
tindakan

20 Maret 1. mengkaji kemampuan 20 Maret 2012


2012 minum anak Pk.13.00
Pk. 08.00 2. memberikan minum S:
sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

melalui NGT dengan anak minum


hati-hati dan melalui NGT
mengobservasi adanya tidak muntah,
aspirasi 8x150cc tidak tambah
3. mengkaji pola napas anak sesak napas
, perhatikan adanya O:
takipnea -anak minum 8x
4. memonitor tanda- 150cc ASI dan
tandanya dehidrasi seperti susu formula
mulut kering, turgor tidak melalui NGT
elastis dan produksi urine tidak muntah
-turgor kulit
cukup, mukosa
bibir lembab
-urinr banyak
tiap kali ganti
pampers
-anak tidak
tambah sesak
napas, RR:
50x/mnt
A:
Keseimbangan
cairan terpenuhi
P:
Lanjutkan
tindakan.

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 19 Maret 1. mempertahankan posisi 19Maret 2012
mempertahankan 2012 kepala-leher dengan jalan Pk. 18.00
integritas Pk. 14.50 napas terbuka S: ibu
strukture: 2. memerikan oksigen 2 lt mengatakan
c. Tidak permenit melalui nasal anak masih
efektifnya kanul sesuai program, sesak napas dan
bersihan jalan perhatikan humidifikasi terdengar
napas 3. memberikan asupan cairan nggrok-nggrok
berhubungan yang cukup KaEn IB 24 O:
dengan tetes/ menit mikro -oksigen 2
sekresi yang 4. melakukan suction liter/menit
berlebih 5. menganjurkan ibu untuk terpasang
tidak memberikan minum melalui nasal
pada anak melalui mulit kanul,
sementara sesuai program humidifikasi
6. Kolaborasi dengan baik

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

fisiotherapis untuk -saat dilakukan


melakukan nebulizer dan nebulizer anak
fisiotherapi dada 3x sehari menangis, tidak
sesuai program dengan muntah, tidak
NaCl 0,9 % dan ventolin ½ biru
ampul. -tetesan infuse
berjalan lancar.
A:
Jalan napas
pasien tetap
terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan

20 Maret 1. Mempertahankan posisi 20 Maret 2012


2012 kepala-leher dengan jalan Pk. 13.00
Pk.08.15 napas terbuka S:
2. Memberikan oksigen 2 lt -ibu
permenit melalui nasal mengatakan
kanul sesuai program, anaknya tidak
perhatikan humidifikasi begitu sesak
3. memberikan asupan cairan O:
yang cukup KaEn IB 24 -RR 50x/mnt,
tetes/ menit mikro menggunakan
4. menganjurkan ibu untuk oksigen 2
tidak memberikan minum lt/mnt,tidak
pada anak melalui mulit tampak napas
sementara sesuai program cuping hidung,
5. Kolaborasi dengan retraksi
fisiotherapis untuk epigastrium
melakukan nebulizer dan minimal
fisiotherapi dada 3x sehari -nebulizer
sesuai program dengan dilakukan, anak
NaCl 0,9 % dan ventolin tidak muntah,
½ ampul. dahak tidak
keluar
A:
Jalan napas
anak dapat
dipertahankan
tetap terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 19 Maret 1. memeriksa secara 19 Maret 2012
mempertahankan 2012 berkala frekuensi napas, Pk.18.00
integritas Pk. 15.00 suara napas, dan usaha S:
strukture: napas -ibu
d. Pola napas 2. menggunakan pulse mengatakan
tidak efektif oksimetri untuk memantau anak masih
berhubungan oksigen adekuat dan deteksi tampak sesak
dengan proses dini hipoksemia O:
inflamasi 3. mempertahankan -RR 70x/mnt,
posisi kepala-leher,jalan tampak napas
napas tetap terbuka cuping hidung
4. memberikan oksigen dan retraksi
yang dilembabkan, 2 lt epigastrium
permenit nasal kanul sesuai -Saturasi
program oksigen 98%
5. mengusahakan anak -antibiotik
dapat istirahat dan tidur diberikan
yang cukup dengan sesuai program
menciptakan suasana yang A:
tenang Pola anapas
6. memberikan belum efektif
antibiotic sesuai program P:
Ampisilin 4x150mg IV dan Lanjutkan
kloramphenikol 4x120 mg tindakan
IV serta dexametason
3x2mgIV
7. melibatkan orangtua
untuk mempertahankan
posisi jalan napas tetap
terbuka dan menjaga anak
supaya banyak istirahat

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 19 Maret 1. mengkaji perasaan dan 19 Maret 2012
mempertahankan 2012 kecemasan orangtua Pk.17.00
integritas Pk. 16.00 2. menganjurkan orangtua S:
sosial: untuk mengekspresikan -ibu mengatakan
a. Kecemasan dan mengungkapkan dia juga pilek
orangtua perasaannya sehingga anaknya
berhubungan 3. menjelaskan jika tertular
dengan perasaan orangtua yang O:

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

kurang cemas bisa -ibu


pengetahuan mempengaruhi anak mengungkapkan
dan proses sehingga anak semakin perasaannya,
hospitalisasi rewel sedih karena
4. menganjurkan orangtua anaknya sakit
untuk mengajak anak Ibu akan
dengan meggendong dan mengatakan
mengajak anak melihat- anaknya sampai
lihat gambar di sekitar sembuh dan akan
kamar dan mengalihkan menyuruh
perhatian anak saat ayahnya jika
rewel merokok tidak
didalam rumah
-ibu tampak
sedikit tenang
A:
Orangtua dapat
mengekspresikan
perasaannya,
kecemasan
berkurang
P:
Lanjutkan
tindakan

20 Maret 1. mengkaji perasaan dan 20 Maret 2012


2012 kecemasan orangtua Pk. 13.00
Pk.11.00 2. menganjurkan orangtua S:
untuk mengekspresikan -ibu mengatakan
dan mengungkapkan ya akan menutup
perasaannya mulut atau
3. menjelaskan kepada ibu menggunakan
dan ayah pasien tentang masker saat
keadaan sakitnya dan batuk
bagaimana -ibu mengatakan
pencegahannya di tahu keadaan
rumah supaya tidak anaknya dan
bertambah parah sekarang lebih
4. mengajari orangtua tenang, mudah-
tentang tehnik batuk mudahan cepat
boleh pulang.
O:
-ibu tampak
menggunakan
masker
-ibu dan bapak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

dapat diajak
kerjasama dalam
perawatan dan
pengobatan
anaknya
A;
Kecemasan
berkurang
P:
Stop tindakan.
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

III.LAPORAN KASUS 3

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak R
2. Tempat/Tgl Lahi : Jakarta , 9 November 2011
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Usia : 5 bulan
5. Alamat : Kampung setu Rt 005 RW 001, Bintaro jaya,
Bekasi Barat, Jawa barat
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. R, usia 5 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 31 Maret 2012
dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 1 minggu SMRS.
Anak R sudah berobat ke RSI Pondok Kopi dan dirujuk ke RSCM dengan
diagnose bronchopneumonia dan anemia gravis. Saat dibawa ke IGD, anak
demam tinggi, Anak jadi susah minum dan rewel. Anak makin pucat,
napas cepat tampak tersengal-sengal, pasien batuk dan pilek. BAB dan
BAK tidak ada perubahan. Tanggal 1 April anak masuk ruang PICU
karena anak sesak napas. Kemudian tanggal 3-11 April, anak dirawat di
ruang non infeksi karena anemia gravis. Karena anak masih sesak dan
batuk ,anak dipindah ke ruang infeksi tanggal 11 April 2012 pk. 20.00
dengan diagnosis pneumonia terkait komunitas dan tersangka TB milier.
Tes mantoux negative, hasil pemeriksaan BTA nunggu yang dari RS.
Persahabatan. Saat masuk Ruang infeksi, klinis baik, anak masih demam,
sesak, tidak muntah, batuk perbaikan. Anak riwayat pucat sejak 1 bulan
SMRS, tidak dibawa berobat, BB turun, riwayat menyusu putus-putus.,
kontak TB disangkal. Anak mendapatkan therapy TB sejak tanggal 6 April
2012.

2. PATOFLOW ( Terlampir )

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

3. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2012, Jam 08.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum ASI keinginan anak. Sejak sakit
anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan rewel.
Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena anak
sering batuk. BB sekarang 4,2 kg, klinis gizi kurang. BAB dan BAK
anak tidak ada masalah.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak putih, rambut tipis terdistribusi merata, kuku tangan
dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala normal, ubun-ubun besar
belum menutup, tidak cekung. Mata simetris, bersih, telinga simetris ,
bersih tidak keluar serumen. Hidung simetris, terpasang oksigen nasal
kanul 1 liter/menit. Bibir tampak kering dan tidak berwarna kebiruan.
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi epigastrium. Pernapasan 36
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan Sa O2 99%. Terdengar bunyi slem banyak. Jantung terlihat
impuls apical, terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen teraba supel,
bising usus terdengar normal 10 x/menit. Genital normal dan anus
paten. Tulang belakang normal dan tidak ada masalah dalam
ekstremitas. Suhu: 36,7°C, Nadi: 126x/mnt, RR: 36x/mnt, dangkal.
Anak terpasang infus N5 + Kcl 3% 9cc/jam.
Anak mendapatkan therapi ; ceftazidim 3x100mg, Paracetamol k/p 3x
50 mg, Zinc 1x10 mg, asam folat 1x1 mg, rifampicin 1x60mg, INH
1x40 mg, pirazinamid 1x40 mg, etambutol 1x75 mg, prednisone
3x1mg, vit E 1x100IU, asam urso 3x40 mg, aktavol 2x0,5 ml., oksigen
1 lt/mnt, Susu Formula BBLR 8x45 cc
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3 April 2012:

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

Hemoglobin 8 g/dl
Hematokrit 32 %
Trombosit 543.000/ui
Leukosit 18.400/ui
Eosinofil 3%
Batang –
Segmen 24%
Limfosit 61%
Monosit 12 %

Rontgen thorak 4 April 2012 tgl , kesan: infiltrate di kedua lapang


paru, sesuai dengan pneumonia

c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 5 bulan, sudah bisa
memiringkan badannya dan tengkurap, menggenggam tangan
pengasuh dan tertawa jika di ajak bicara. Anak tampak tenang namun
kelihatan sesak napas. Anak belum mendapatkan imunisasi apapun.

d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan neneknya. Anak
merupakan anak ke-4 dari pasangan ny S( 34th)dan Tn D(39 th)..
Orangtua mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu
bertanya tentang kondisi anaknya. Anak tinggal di rumah keluarga
besar, 1 kamar dihuni 6 orang dengan kedua orangtua dan ketiga
kakaknya. Kamar rumah tidak ada jendela dan tidak ada pencahayaan
selain listrik sehingga gelap.
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / TROPHICOGNOSIS


1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
struktur:
a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang berlebih
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
sosial
a. Kurang pengetahuann orangtua tentang perawatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.

C. HIPOTESIS

1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


struktur:

a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat
Tujuan: kebutuhan cairan anak tatap terpenuhi secara adekuat
-mukosa mulut tetap lembab
-turgor kulit elastis
Intervensi:
1. Kaji kemampuan minum anak
2. Berikan minum sesuai kebutuhan anak melalui NGT dengan
hati-hati
3. Observasi adanya aspirasi
4. Kaji pola napas anak , perhatikan adanya takipnea
5. Anjurkan ibu untuk selalu memeras ASI karena merupakan
sumber nutrisi dan cairan utama anak
6. Monitor tanda-tandanya dehidrasi seperti mulut kering, turgor
tidak elastis dan produksi urine

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi


yang berlebih
Tujuan: anak dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka
-anak bernapas biasa
- frekuensi napas normal
-jalan napas tetap terbuka
Intervensi:
1. Pertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka
2. Berikan oksigen 2 lt permenit melalui nasal kanul sesuai
program, perhatikan humidifikasi
3. Berikan asupan cairan yang cukup
4. Lakukan suction jika perlu
5. Jika takipnea bisa dipusakan sementara sesuai program
6. Kolaborasi dengan fisiotherapis untuk melakukan nebulizer dan
fisiotherapi dada 4x sehari sesuai program

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: anak dapat melakukan ventilasi yang adekuat
- frekuensi napas normal
-usaha napas normal
-suara napas normal
-saturasi oksigen >94%
Intervensi:
1. Periksa secara berkala frekuensi napas, suara napas, dan usaha
napas
2. Gunakan pulse oksimetri untuk memantau oksigen adekuat dan
deteksi dini hipoksemia
3. Pertahankan posisi kepala-leher,jalan napas tetap terbuka
4. Berikan oksigen yang dilembabkan, 2 lt permenit nasal kanul
sesuai program

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

5. Usahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup


6. Berikan antibiotic sesuai program
7. Libatkan orangtua untuk mempertahankan posisi jalan napas
tetap terbuka dan menjaga anak supaya banyak istirahat

2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


sosial

a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi


Tujuan: orang tua mampu menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan proses hospitalisasi
-orangtua mampu mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
-orangtua bisa bekerjasama selama perawatan anak
Intervensi:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orangtua
2. Anjurkan orangtua untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orangtua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orangtua untuk mengajak anak dengan meggendong
dan mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel

D. INTERVENSI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 12 April 1. mengkaji kemampuan 12 April 2012
mempertahankan 2012 minum anak Pk.13.00
integritas Pk.08.00 2. memberikan minum S:
struktur: sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
a.Resiko melalui NGT dengan anak masih
kekurangan hati-hati 45 cc minum melalui

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

cairan 3. mengobservasi adanya NGT, tidak


berhubungan aspirasi tersedak
dengan intake 4. mengkaji pola napas O:
yang tidak anak , perhatikan adanya -anak minum
adekuat takipnea melalui NGT,
5. menganjurkan ibu untuk tidak muntah,
selalu memeras ASI tidak tersedak
karena merupakan -RR 36x/mnt
sumber nutrisi dan -turgor cukup,
cairan utama anak bibir tampak
6. memonitor tanda- kering
tandanya dehidrasi -tetesan infuse
seperti mulut kering, lancar
turgor tidak elastis dan A:
produksi urine Anak masih
7. memonitor tetesan mengalami
infuse N5 +KCl 3% 9 resiko
cc/jam kekurangan
cairan
P:
Lanjutkan
tindakan

13 April 1. mengkaji kemampuan 13 April 2012


2012 minum anak Pk.11.00
Pk.08.00 2. memberikan minum S:
sesuai kebutuhan anak - ibu
melalui NGT dengan mengatakan
hati-hati 45 cc anaknya belum
3. mengobservasi adanya diberi minum
aspirasi lewat mulut,
4. mengkaji pola napas hanya dibasahi
anak , perhatikan bibirnya
adanya takipnea O:
5. menganjurkan ibu untuk - susu formula
selalu memeras ASI diberikan lewat
karena merupakan NGT, anak tidak
sumber nutrisi dan muntah
cairan utama anak -tetesan infus
6. memonitor tanda- lancar
tandanya dehidrasi -turgor kulit
seperti mulut kering, cukup, bibir
turgor tidak elastis dan agak lembab
produksi urine -RR 36x/menit
7. memonitor tetesan infuse A:
N5 +KCl 3% 9 cc/jam Anak dapat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

mempertahankan
keseimbangan
cairan
P:
Lanjutkan
tindakan

14 April 1. mengkaji kemampuan 14 April 2012


2012 minum anak Pk.13.00
Pk.09.00 2. memberikan minum S:
sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
melalui NGT dengan anaknya sudah
hati-hati 45 cc dan coba mulai minum
menyusu ASI ASI, tidak
3. mengobservasi adanya muntah, tidak
aspirasi tersedak
4. mengkaji pola napas anak O:
, perhatikan adanya -anak tampak
takipnea sedang menyusu
5. menganjurkan ibu untuk ibunya
selalu memeras ASI -RR 36x/mnt
karena merupakan Turgor kulit
sumber nutrisi dan cairan elastic, mukosa
utama anak bibir lembab
6. memonitor tanda- -tetesan infuse
tandanya dehidrasi seperti lancar
mulut kering, turgor tidak A:
elastis dan produksi urine Keseimbangan
7. memonitor tetesan infuse cairan anak
N5 +KCl 3% 9 cc/jam terpenuhi secara
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 12 April 1.mempertahankan posisi 12 April 2012
mempertahankan 2012 kepala-leher dengan jalan Pk.13.00
integritas Pk.08.00 napas terbuka -ibu
strukture: 2.memerikan oksigen 1 lt mengatakan
b. Tidak permenit melalui nasal anaknya masih
efektifnya kanul sesuai program, tampak sesak
kebersihan perhatikan humidifikasi napas dan
jalan napas 3.memberikan asupan cairan dahaknya
berhubungan yang cukup N5 +KCl 3% 9 masih banyak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

dengan cc/jam O:
sekresi yang 4.menganjurkan ibu untuk -oksigen
berlebih tidak memberikan minum terpasang 1
pada anak melalui mulit lt/menit dengan
sementara sesuai program nasal kanul
5.Kolaborasi dengan untuk dengan
melakukan nebulizer dan humidifikasi
fisiotherapi dada 3x sehari cukup
sesuai program dengan -tetesan infuse
NaCl 0,9 % dan ventolin ½ lancar
ampul. -inhalasi
dilakukan
-RR 36x/menit,
tampak napas
cuping hidung,
retraksi
epigastrium
minimal
-terdengar
suara napas
ronkhi dikedua
1. mempertahankan posisi lapang paru
kepala-leher dengan jalan A;
napas terbuka Jalan napas
2. memerikan oksigen 1 lt anak tetap
permenit melalui nasal dipertahankan
kanul sesuai program, terbuka
perhatikan humidifikasi P:
3. memberikan asupan cairan Lanjutkan
yang cukup N5 +KCl 3% 9 tindakan
cc/jam
13 April 4. menganjurkan ibu untuk 13 April 2012
2012 tidak memberikan minum Pk.12.00
Pk.08.00 pada anak melalui mulit S:
sementara sesuai program -ibu
5. Kolaborasi dengan untuk mengatakan
melakukan nebulizer dan anaknya masih
fisiotherapi dada 3x sehari sesak napas
sesuai program dengan tapi udah
NaCl 0,9 % dan ventolin ½ berkurang
ampul. O:
-RR:
36x/menit,
napas cuping
hidung dan
retraksi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

minimal
-tetesan infuse
lancar
-anak menangis
saat dilakukan
nebulizer
-terdengar
suara ronkhi di
kedua lapang
paru
A:
Jalan napas
dapat
dipertahankan
tetap terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan

14 April 1. mempertahankan posisi 14 April 2012


2012 kepala-leher dengan jalan Pk.13.00
Pk.09.00 napas terbuka S:
2. memerikan oksigen 1 lt -ibu
permenit melalui nasal mengatakan
kanul sesuai program, anak sesak
perhatikan humidifikasi napasnya sudah
3. memberikan asupan cairan tidak ada,
yang cukup N5 +KCl 3% 9 O:
cc/jam -RR: 32x
4. menganjurkan ibu untuk /menit, tidak
tidak memberikan minum Nampak napas
pada anak melalui mulit cuping hidung
sementara sesuai program dan retraksi
5. Kolaborasi dengan untuk epigastrium dan
melakukan nebulizer dan intercosta.
fisiotherapi dada 3x sehari -suara ronkhi
sesuai program dengan dan wheezing
NaCl 0,9 % dan ventolin ½ masih sedikit
ampul. terdengar
-pasien tidak
sesak tanpa
oksigen nasal
kanul.
A:
Jalan napas
dapat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

dipertahankan
terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 12 April 1. memeriksa secara 12 April 2012
mempertahankan 2012 berkala frekuensi napas, Pk.13.00
integritas Pk.08.00 suara napas, dan usaha S:
strukture: napas -ibu
c. Pola napas 2. menggunakan pulse mengatakan
tidak efektif oksimetri untuk anaknya masih
berhubungan memantau oksigen tampak sesak
dengan proses adekuat dan deteksi dini napas dan
inflamasi hipoksemia dahaknya
3. mempertahankan posisi masih agak
kepala-leher,jalan napas banyak
tetap terbuka O:
4. memberikan oksigen -oksigen
yang dilembabkan, 2 lt terpasang
permenit nasal kanul 1lt/menit
sesuai program dengan nasal
5. mengusahakan anak kanul dengan
dapat istirahat dan tidur humidifikasi
yang cukup dengan cukup
menciptakan suasana -Sa O2 99%
yang tenang -tetesan infuse
6. memberikan antibiotic lancar
sesuai program -antibiotik
ceftazidim 3x100mg, , diberikan
rifampicin 1x60mg, sesuai program
INH 1x40 mg, -RR 52x/menit,
pirazinamid 1x40 mg, tampak napas
etambutol 1x75 mg, cuping hidung,
7. melibatkan orangtua retraksi
untuk mempertahankan epigastrium
posisi jalan napas tetap minimal
terbuka dan menjaga -terdengar
anak supaya banyak suara napas
istirahat ronkhi dan
wheezing
dikedua lapang
paru

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

A;
Pola napas
belum efektif
P:
Lanjutkan
tindakan
13 April 1. memeriksa secara berkala 13 April 2012
2012 frekuensi napas, suara Pk.12.00
Pk.08.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anaknya masih
adekuat dan deteksi dini sesak napas
hipoksemia tapi udah
3. mempertahankan posisi berkurang
kepala-leher,jalan napas O:
tetap terbuka -RR:
4. memberikan oksigen 36x/menit,
yang dilembabkan, 1 lt napas cuping
permenit nasal kanul hidung dan
sesuai program retraksi
5. mengusahakan anak minimal
dapat istirahat dan tidur -tetesan infuse
yang cukup dengan lancar
menciptakan suasana -terdengar
yang tenang suara ronkhi di
6. memberikan antibiotic kedua lapang
sesuai program paru
ceftazidim 3x100mg, , -antibiotik
rifampicin 1x60mg, INH diberikan
1x40 mg, pirazinamid sesuai program
1x40 mg, etambutol 1x75 A:
mg, Pola napas
7. melibatkan orangtua belun efektif
untuk mempertahankan P:
posisi jalan napas tetap Lanjutkan
terbuka dan menjaga tindakan
anak supaya banyak
istirahat

14 April 1. memeriksa secara berkala 14 April 2012


2012 frekuensi napas, suara Pk.13.00
Pk.09.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anak sesak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

adekuat dan deteksi dini napasnya sudah


hipoksemia berkurang,
3. mempertahankan posisi sudah bisa tidur
kepala-leher,jalan napas O:
tetap terbuka -RR: 36x
4. memberikan oksigen /menit, tidak
yang dilembabkan, 1 lt Nampak napas
permenit nasal kanul cuping hidung
sesuai program dan retraksi
5. mengusahakan anak epigastrium dan
dapat istirahat dan tidur intercosta.
yang cukup dengan -anak sudah
menciptakan suasana coba lepas
yang tenang oksigen, tidak
6. memberikan antibiotic sesak napas
sesuai program -anak dapat
ceftazidim 3x100mg, , istirahat dengan
rifampicin 1x60mg, INH cukup
1x40 mg, pirazinamid -suara ronkhi
1x40 mg, etambutol 1x75 masih sedikit
mg, terdengar
7. melibatkan orangtua -Sa O2: 95%
untuk mempertahankan A:
posisi jalan napas tetap Pola napas
terbuka dan menjaga belum efektif
anak supaya banyak P:
istirahat Lanjutkan
tindakan

1. memeriksa secara berkala 15 April 2012


frekuensi napas, suara Pk. 13.00
napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anaknya sudah
adekuat dan deteksi dini tidak sesak
hipoksemia tanpa oksigen
3. mempertahankan posisi O:
kepala-leher,jalan napas -RR 32x
tetap terbuka /menit, tidak
4. mencoba melepas tampak napas
oksigen nasal kanul cuping hidung
sesuai program -suara napas
5. mengusahakan anak tidak nggrok-
dapat istirahat dan tidur nggrok
yang cukup dengan -Tidak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

menciptakan suasana terdengar bunyi


yang tenang ronkhi
6. memberikan antibiotic -tidur anak
sesuai program cukup, sudah
ceftazidim 3x100mg, , tidak rewel lagi
rifampicin 1x60mg, INH A:
1x40 mg, pirazinamid Pola napas
1x40 mg, etambutol 1x75 kembali efektif
mg, P:
7. melibatkan orangtua Stop tindakan,
untuk mempertahankan
posisi jalan napas tetap
terbuka dan menjaga
anak supaya banyak
istirahat

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 12 April 1. menjelaskan pada 12 April 2012
mempertahankan 2012 orangtua tentang faktor Pk.09.00
integritas Pk.08.00 resiko penyakit dan S:
sosial: pencegahannya -orangtua
a. kurang 2. menganjurkan orangtua mengatakan
pengetahuan untuk membuka pintu semoga anaknya
orangtua pada siang hari agar cepat sembuh
berhubungan pencahayaan cukup dan -ibu mengatakan
dengan tidak pengap akan membuka
kurangnya 3. mengkaji perasaan dan pintu dan besok
informasi kecemasan orangtua akan membuat
4. menganjurkan orangtua jendela supaya
untuk mengekspresikan tidak pengap
dan mengungkapkan O:
perasaannya -ibu mampu
5. menjelaskan jika mengungkapkan
perasaan orangtua yang perasannya
cemas bisa Ibu tampak lebih
mempengaruhi anak tenang dan tahu
sehingga anak semakin kalau anaknya
rewel ada infeksi
6. menganjurkan orangtua diparu-parunya
untuk mengajak anak -ibu tampak
dengan meggendong dan mengajak anak
mengajak anak melihat- bermain dan
lihat gambar di sekitar mengalihkan
kamar dan mengalihkan perhatian anak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

perhatian anak saat saat anak rewel


rewel A:
Pengetahuan
orangtua
bertambah,
kecemasan
berkurang
P:
Stop tindakan
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

IV. LAPORAN KASUS 4


A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak JK
2. Tempat/Tgl Lahir : Jakarta , 25 November 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 2 bulan 28 hari
5. Alamat : Cimanggis, Depok, Jawa Barat
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. Jk, usia 4 bulan, dibawa ke RSCM pada tanggal 11 februari 2012
dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat sejak 4 hari SMRS.
Diagnose medis pneumonia komunitas, laringomalacia tipe 1, gizi buruk
dan suspek TB.
Riwayat penyakit dahulu: Anak sejak lahir napas bunyi nggrok-nggrok
seperti ngos-ngosan disertai batuk, tidak demam,tidak pilek. Anak tidak
dibawa berobat karena masalah biaya. Saat usia 1 bulan, anak dirawat di
Rs. Tugu ibu depok karena badan lemas, tidak sadar, menetek tidak
kuat,diagnosis tidak diketahui. Kemudian dirujuk ke THT RSCM
terdiagnosis laringomalacia tipe I.
Riwayat tumbuh kembang: anak sudah bisa senyum sosial, miring kanan
kiri. Kontrol di PKM saat usia 20 hari BB 2100gr dan usia 30 hari 2200 gr,
namun dikatakan normal oleh bidan. Sejak itu tidak pernah kontrol
Riwayat nutrisi: ASI ekslusif sejak lahir, tidak pernah ditampung. Menurut
ibu, anak tertidur setelah menetek.
Riwayat kelahiran: lahir di rumah sakit Tugu ibu pada usia kehamilan 7
bulan karena nyeri perut bawah. Berat lahir 2000 gr, panjang lahir lupa.
Riwayat sosial ekonomi: keluarga tinggal di gang yang sempit, dempet
dengan tetangga. Tidak ada WC, bapak bekerja sebagai tukang sapu di
terminal kampung melayu, ibu tidak bekerja.
Riwayat imunisasi: anak belum pernah di imunisasi.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

Riwayat penyakit sekarang: anak dirawat di ruang infeksi dari tanggal 11


Februari 2012 sampai tanggal 5 Maret 2012. Kemudian post dilakukan
supraglossoplasty, anak dirawat di PICU dari tanggal 6 Maret sampai
tanggal 15 Maret. Kemudian pindah di ruang infeksi kembali tanggal 15
Maret 2012 pk.15.00 dengan paska trakheostomi dan bronkhoskopi
diagnostik hari ke-2 dan paska supraglossoplasti hari ke 9 atas indikasi
laringomalacia tipe 1, gizi buruk marasmik, ISK e.c E coli. Anak
mendapat terapi omeprazole 2x3,5 mg IV, cefotaxim 3x100mg IV,
Bacobran 2x sehari, oksigen 2 lt permenit melalui trakheostomi, inhalasi
dengan NaCl 0,9 % dan ventolin 4x sehari. Diet SGM BBLR 10x50 ml,
IVFD stopper.

2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum ASI sesuai keinginan anak. Sejak
sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan dan
megap-megap. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari
karena anak sering batuk. Anak jadi lemas dan minum sedikit-sedikit.
Saat ini anak terpasang NGT, minum 10x50cc. BB sekarang 2,62 kg.
BAB dan BAK anak tidak ada masalah.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak sawo matang, rambut tipis terdistribusi merata, kuku
tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala normal, ubun-
ubun besar belum menutup, tidak cekung. Mata simetris, bersih,
telinga simetris , bersih tidak keluar serumen. Hidung simetris, bersih.
Leher terpasang trakeostomi tube hari kedua, tampak keluar banyak
lendir, terpasang oksigen tube 3 liter/menit. Bibir tampak keluar lendir
seperti di lubang trakheostomi. dan tidak berwarna kebiruan. Bentuk
dada menggambang, Pernapasan 44 x/menit, cepat dan dangkal,

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

tampak menggunakan otot-otot bantu pernapasan. Terdengar bunyi


napas vesikuler di kedua lapang paru, slem banyak. Jantung terlihat
impuls apical, terdengar BJ I dan II regular, tidak terdengar murmur
dan gallop. Abdomen teraba supel, bising usus terdengar normal 8
x/menit. Genital laki-laki, tampak phimosis dan anus paten,. Tulang
belakang normal dan tidak ada masalah dalam ekstremitas, akral
hangat, CRT < 2 detik, terdapat wasting. Suhu: 36,7°C, Nadi:
128x/mnt, RR: 44x/mnt, dangkal.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 25 Februari 2012:

Hemoglobin 10,6 g/dl


Hematokrit 32 %
Trombosit 543.000/ui
Leukosit 18.400/ui
Eosinofil 3%
Batang –
Segmen 24%
Limfosit 61%
Monosit 12 %

CRP 3,6 mg/dl

Rontgen thorak , kesan: Bronkhopneumonia duplek

AGD tanggal 23 Februari 2012


pH 7,36
pCo2 33mmHg
pO2 46mmHg
HCo3 19 meq/l
BE -5,4 meq/l
Std.Bic 20 meq/l

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

O2 sat 80%

Lab tanggal 27 Feb 2012


Hemoglobin 12g/dl
Hematokrit 36 %
Trombosit 913.000/ui
Leukosit 18.400/ui
Eosinofil 3%
Basofil 0 %
Batang –
Segmen 32%
Limfosit 49%
Monosit 19 %

Ureum 24 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
SGOT 50 U/l
SGPT 116 U/l

c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 4 bulan, sudah bisa
memiringkan badannya, menggenggam tangan pengasuh dan tertawa
jika di ajak bicara. Anak tampak tenang namun kelihatan sesak napas.
Ibu bertanya tentang kondisi anaknya.

d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu dan bapaknya. Hubungan keluarga tampak
harmonis, anak disayang oleh orangtua. Anak merupakan anak ketiga
dari pasangan ny R (39 th) dengan bp U (40 th). Orangtua mengatakan
khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu bertanya tentang kondisi
anaknya.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / TROPHICOGNOSIS


1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan konservasi
energi:
a. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
struktur:
a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang berlebih
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
3. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
sosial
a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi

C. HIPOTESIS

1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan konservasi


energi:

a. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang


tidak adekuat
Tujuan: anak dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
- BB anak tetap
- anak aktif bergerak
Intervensi;
1. kaji berat badan anak sebelum dan sesudah sakit
2. berikan ASI melalui NGT secara bertahap
3. anjurkan orangtua untuk tidak memberi minum melalui mulut
terlebih dahulu untuk mencegah tersedak.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penghitungan kebutuhan


kalori.

2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


struktur:

a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat
Tujuan: kebutuhan cairan anak tatap terpenuhi secara adekuat
-mukosa mulut tetap lembab
-turgor kulit elastis
Intervensi:
1. Kaji kemampuan minum anak
2. Berikan minum sesuai kebutuhan anak melalui NGT dengan
hati-hati
3. Observasi adanya aspirasi
4. Kaji pola napas anak , perhatikan adanya takipnea
5. Anjurkan ibu untuk selalu memeras ASI karena merupakan
sumber nutrisi dan cairan utama anak
6. Monitor tanda-tandanya dehidrasi seperti mulut kering, turgor
tidak elastis dan produksi urine

b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi


yang berlebih
Tujuan: anak dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka
-anak bernapas biasa
- frekuensi napas normal
-jalan napas tetap terbuka
Intervensi:
1. Pertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka
2. Berikan oksigen 2 lt permenit melalui nasal kanul sesuai
program, perhatikan humidifikasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

3. Berikan asupan cairan yang cukup


4. Lakukan suction jika perlu
5. Jika takipnea bisa dipusakan sementara sesuai program
6. Kolaborasi dengan fisiotherapis untuk melakukan nebulizer dan
fisiotherapi dada 4x sehari sesuai program

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: anak dapat melakukan ventilasi yang adekuat
- frekuensi napas normal
-usaha napas normal
-suara napas normal
-saturasi oksigen >94%
Intervensi:
1. Periksa secara berkala frekuensi napas, suara napas, dan usaha
napas
2. Gunakan pulse oksimetri untuk memantau oksigen adekuat dan
deteksi dini hipoksemia
3. Pertahankan posisi kepala-leher,jalan napas tetap terbuka
4. Berikan oksigen yang dilembabkan, 2 lt permenit nasal kanul
sesuai program
5. Usahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup
6. Berikan antibiotik sesuai program
7. Libatkan orangtua untuk mempertahankan posisi jalan napas
tetap terbuka dan menjaga anak supaya banyak istirahat

3. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


sosial

a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi


Tujuan: orang tua mampu menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan proses hospitalisasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

-orangtua mampu mengekspresikan dan mengungkapkan


perasaannya
-orangtua bisa bekerjasama selama perawatan anak
Intervensi:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orangtua
2. Anjurkan orangtua untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orangtua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orangtua untuk mengajak anak dengan meggendong
dan mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

D. INTERVENSI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 15 Maret 1. mengkaji berat badan 15 Maret 2012
mempertahankan 2012 anak sebelum dan Pk.18.00
konservasi Pk.15.00 sesudah sakit S:
energi: 2. memberikan SF melalui -ibu mengatakan
a. Resiko nutrisi NGT drip 50 cc x10 sejak sakit
kurang dari 3. menganjurkan orangtua anaknya tampak
kebutuhan untuk tidak memberi lebih kecil
berhubungan minum melalui mulut O:
dengan intake terlebih dahulu untuk -konjungtiva
yang tidak mencegah tersedak. tampak pucat,
adekuat 4. Mengkaji tanda-tanda tampak baggy
kekurangan nutrisi pants dan wasting
5. Kolaborasi dengan ahli -Hb tanggal 12
gizi untuk penghitungan Maret 10,4 gr%
kebutuhan kalori - BB sekarang
2,62 kg
-ibu tidak
memberi minum
pada anak melalui
mulut
-minum melalui
NGT tidak
muntah, tidak ada
aspirasi atau
tersedak
A:
Intake nutrisi
dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

16 Maret 1. memberikan susu 16 Maret2012


2012 formula melalui NGT Pk. 13.00
drip 50 cc S:
2. menganjurkan orangtua -ibu mengatakan
untuk tidak memberi anaknya belum
minum melalui mulut diberi minum
terlebih dahulu untuk lewat mulut,
mencegah tersedak. hanya dibasahi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

3. Memonitor berat badan bibirnya


anak O:
- susu formula
diberikan lewat
NGT, anak tidak
muntah
-BB : 2,570 gr
A:
Intake nutrisi
dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

17 Maret 1. Mengkaji pemenuhan 17 Maret 2012


2012 nutrisi anak Pk.18.00
Pk.14.00 2. Memonitor BB anak S:
3. Mengobservasi klinis -ibu mengatakan
pemenuhan nutrisi anak beratnya
4. Kolaborasi dengan gizi, turun
kebutuhan gizi anak O:
menjadi 406 kalori/hari -BB anak
setara dengan pemberian 2,450kg, turun
SGM BBLR 8x60ml. 120 gram
-anak terdapat
baggy pants dan
wasting
-Hb 12,4 gr%
- pk. 15.00 NGT
macet, tidak bisa
untuk memberi
minum susu,
dipasang tidak
bisa masuk
lambung. Anak
diberi IVFD
KaEn IB 40
tetes/mnt mikro.

A:
Intake nutrisi
adekuat dapat
dipertahankan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

P:
lanjutkan
tindakan

19 Maret 1. Mengkaji pemenuhan 19 Maret 2012


2012 nutrisi anak S:
2. Memonitor BB anak -ibu mengatakan
3. Mencoba memberikan anak mau minum
susu 15 ml peroral sedikit-sedikit
bertahap O:
4. Memonitor pemberian -BB 2,470 kg,
TPN selama NGT belum tampak wasting
terpasang dan baggy pants
I= N5+KCl (10) -TPN terpasang
8,3ml/jam lancar 2 jalur
II= Aminofusin 5% 2 -SGM 15 cc tidak
ml/jam diberikan dulu
karena pk. 15.00
anak kejang
-pk. 18.30, anak
sudah bangun,
diberi susu ,
namun susu
masuk ke
trakheostomi
A: intake nutrisi
belum adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

20 Maret 1. Mengkaji pemenuhan 20 Maret 2012


2012 nutrisi anak Pk. 24.00
Pk. 19.00 2. Memonitor BB anak S:
3. Memonitor pemberian -ibu mengatakan
TPN selama NGT belum anaknya semalam
terpasang lemes, tidak
I= N5+KCl (10) sadar, dan
8,3ml/jam kedingingan
II= Aminofusin 5% 2 O:
ml/jam -anak puasa
III= NaCl 0,9 % 4,7 -BB 2,455kg
ml/jam - TPN selama
4. Mendampingi pasien NGT belum

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

dipasang longline terpasang


I= N5+KCl (10)
8,3ml/jam
II= Aminofusin
5% 2 ml/jam
-longline
terpasang, GDS
74 mg/dl
A:
Intake nutrisi
belum adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

21 Maret 1. Mengkaji pemenuhan 21 Maret 2012


2012 nutrisi anak S:
2. Memonitor BB anak -
3. Memonitor pemberian O:
TPN selama NGT belum -BB 2,380kg
terpasang -anak masih
I= N5(450)+KCl (10) + puasa
D40 (50) 8,3ml/jam -GDS: 86 mg/dl
II= Aminofusin 5% 2 -anak mengalami
ml/jam penurunan
III= NaCl 0,9 % 4,7 kesadaran
ml/jam A:
Intake nutrisi
belum adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

26 Maret 1. Mengkaji pemenuhan 26 Maret 2012


2012 nutrisi anak S:
2. Memonitor BB anak -
O:
-BB 2,415gr
-anak puasa,
-terpasang NGT
silicon Oleh THT
tapi susu tidak
masuk
kelambung,keluar
melalui
trakeostomi.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

-anak riwayat
hiper dan
hipoglikemi.
A:
Anak masih
kekurangan
nutrisi
P:
Teruskan
tindakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 15 Maret 1. mengkaji kemampuan 15 Maret 2012
mempertahankan 2012 minum anak Pk.18.00
integritas Pk.15.00 2. memberikan minum S:
struktur: sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
a.Resiko melalui NGT dengan sejak sakit
kekurangan hati-hati 50 cc anaknya tampak
cairan mengobservasi adanya lebih kecil
berhubungan aspirasi O
dengan intake 3. mengkaji pola napas - BB sekarang
yang tidak anak , perhatikan 2,62 kg
adekuat adanya takipnea -ibu tidak
4. memonitor tanda- memberi minum
tandanya dehidrasi pada anak
seperti mulut kering, melalui mulut
turgor tidak elastis dan -mukosa bibir
produksi urine lembab,ada
5. memonitor balance airmata, turgor
cairan kulit cukup
-minum melalui
NGT tidak
muntah, tidak ada
aspirasi atau
tersedak
-RR 44x/mnt,
tidak ada ronkhi
dan wheezing,
slem banyak
-intake 195
cc,output
171cc,balance
+24cc
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

16 Maret 1. mengkaji kemampuan 16 Maret2012


2012 minum anak Pk. 13.00
Pk.08.00 2. memberikan minum S:
sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

melalui NGT dengan anaknya belum


hati-hati 50 cc diberi minum
mengobservasi adanya lewat mulut,
aspirasi hanya dibasahi
3. mengkaji pola napas bibirnya
anak , perhatikan adanya O:
takipnea - susu formula
4. memonitor tanda- diberikan lewat
tandanya dehidrasi NGT, anak tidak
seperti mulut kering, muntah
turgor tidak elastis dan -BB : 2,570 gr
produksi urine -RR 44x/mnt
5. memonitor balance -mukosa mulut
cairan lembab, turgor
cukup
-balance +54cc
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

17 Maret 1. mengkaji kemampuan 17 Maret 2012


2012 minum anak Pk.18.00
Pk.08.00 2. memberikan minum S:
sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
melalui NGT dengan anak beratnya
hati-hati 50 cc turun
mengobservasi adanya O:
aspirasi -RR 44x/menit,
3. mengkaji pola napas banyak
anak , perhatikan adanya slem,tidak ada
takipnea ronkhi dan
4. memonitor tanda- wheezing
tandanya dehidrasi -BB anak
seperti mulut kering, 2,450kg, turun
turgor tidak elastis dan 120 gram
produksi urine -intake 125cc,
5. memonitor balance output 171 cc,
cairan balance -119cc
- pk. 15.00 NGT
macet, tidak bisa
untuk memberi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

minum susu,
dipasang tidak
bisa masuk
lambung. Anak
diberi IVFD
KaEn IB 40
tetes/mnt mikro.
A:
Keseimbangan
cairan belum
terpenuhi
P:
lanjutkan
tindakan

19 Maret 1. mengkaji kemampuan 19 Maret 2012


2012 minum anak Pk.18.00
Pk.15.00 2. memberikan minum S:
sesuai kebutuhan anak -ibu mengatakan
melalui hati-hati 15 cc anak mau minum
mengobservasi adanya sedikit-sedikit
aspirasi O:
3. mengkaji pola napas -RR 36x/menit
anak , perhatikan -BB 2,470 kg,
adanya takipnea -intake
4. memonitor tanda- 123cc.output
tandanya dehidrasi 70cc, balance+
seperti mulut kering, 53cc
turgor tidak elastis dan -TPN terpasang
produksi urine lancar 2 jalur
5. memonitor balance -SGM 15 cc tidak
cairan diberikan dulu
karena pk. 15.00
anak kejang
-pk. 18.30, anak
sudah bangun,
diberi susu ,
namun susu
masuk ke
trakheostomi
A: keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
P:
Lanjutkan
tindakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 15 Maret 1. mempertahankan posisi 15 Maret 2012
mempertahankan 2012 kepala-leher dengan jalan Pk.18.00
integritas Pk.15.00 napas terbuka S:-ibu
strukture: 2. memberikan oksigen 2 lt mengatakan
b. Tidak permenit melalui lendirnya banyak
efektifnya trakheostomi sesuai banget keluar
kebersihan program, perhatikan melalui lubang
jalan napas humidifikasi dan mulut anak
berhubungan 3. memberikan asupan -ibu mengatakan
dengan cairan yang cukup tidak memberi
sekresi yang 4. melakukan suction tiap minum pada
berlebih 15 menit sesuai program anaknya lewat
5. menganjurkan ibu untuk mulut
tidak memberikan minum O:
pada anak melalui mulut -RR 44x/mnt
sementara sesuai ,tidak ada ronkhi
program dan Wheezing,
6. Kolaborasi untuk terdengar slem
melakukan nebulizer dan banyak
fisiotherapi dada 4x -suction
sehari sesuai program dilakukan 10-15
dengan NaCl 0,9 % dan menit sekali,
ventolin ½ ampul. slem keluar
banyak warna
putih jernih
-nebulizer
dilakukan sesuai
program
-cairan masuk
melalui NGT 50
cc
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan
tindakan

16 Maret 1. mempertahankan posisi 16 Maret 2012


2012 kepala-leher dengan jalan Pk.13.00
Pk.08.00 napas terbuka S:
2. memberikan oksigen 2 lt -ibu mengatakan
permenit melalui anaknya masih

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

trakheostomi sesuai keluar lendir


program, perhatikan -ibu mengatakan
humidifikasi mau diajari
3. memberikan asupan suction
cairan yang cukup O:
4. melakukan suction tiap -oksigen
15 menit sesuai program 2lt/menit
5. menganjurkan ibu untuk terpasang
tidak memberikan minum melalui
pada anak melalui mulut trakeostomi
sementara sesuai dengan
program humidifikasi
6. Kolaborasi untuk yang cukup
melakukan nebulizer dan -RR
fisiotherapi dada 4x 44x/menit,tidak
sehari sesuai program ada ronkhi dan
dengan NaCl 0,9 % dan wheezing, slem
ventolin ½ ampul. banyak sekali
-terdengar bunyi
napas nggrok-
nggrok
-slem keluar
lewat
mulut,hidung
dan rembes di
kasa
trakheostomi
-nebulizer
dilaksanakan
sesuai program
-suction
dilakukan 10-15
menit, keluar
slem banyak
putih jernih
-ibu bisa
melakukan
suction dengan
pengawasan
petugas
kesehatan
A:
Jalan napas
dapat
dipertahankan
tetap terbuka

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

P:
Lanjutkan
tindakan

19 Maret 1. mempertahankan posisi 19 Maret 2012


2012 kepala-leher dengan jalan Pk.18.00
pk. 15.00 napas terbuka S:
2. memberikan oksigen 2 lt -ibu mengatakan
permenit melalui anaknya tadi
trakheostomi sesuai sore kejang
program, perhatikan -ibu mengatakan
humidifikasi sudah bisa
3. memberikan asupan melakukan
cairan yang cukup suction
4. melakukan suction tiap -ibu mengatakan
15 menit sesuai program lendir anaknya
5. menganjurkan ibu untuk sudah mulai
tidak memberikan berkurang
minum pada anak O:
melalui mulut sementara -RR
sesuai program 36x/mnt,tidak
6. Kolaborasi untuk ada ronkhi dan
melakukan nebulizer dan wheezing
fisiotherapi dada 4x -oksigen
sehari sesuai program terpasang 2
dengan NaCl 0,9 % dan lt/mnt melalui
ventolin ½ ampul. trakeostomi,
humidifikasi
cukup
-slem masih
banyak tapi
sudah mulai
berkurang
-napas nggrok-
nggrok sudah
berkurang
-nebulizer
dilakukan,
suction banyak
keluar slem
warna putih
-slem yang
keluar lewat
mulut dan
rembes di kassa
trakheostomi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

sudah berkurang
-ibu sudah bisa
melakukan
suction sendiri
dengan tehnik
yang benar.
A;
Jalan napas
dapat
dipertahankan
tetap terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 15 Maret 1. memeriksa secara 15 Maret 2012
mempertahankan 2012 berkala frekuensi napas, Pk.18.00
integritas Pk.15.00 suara napas, dan usaha S:
strukture: napas S:-ibu
c. Pola napas 2. menggunakan pulse mengatakan
tidak efektif oksimetri untuk lendirnya
berhubungan memantau oksigen banyak banget
dengan proses adekuat dan deteksi dini keluar melalui
inflamasi hipoksemia lubang dan
3. mempertahankan posisi mulut anak
kepala-leher,jalan napas -ibu mengatakan
tetap terbuka anaknya tampak
4. memberikan oksigen susah bernapas
yang dilembabkan, 2 lt -ibu mengatakan
permenit nasal kanul tidak memberi
sesuai program minum pada
5. mengusahakan anak anaknya lewat
dapat istirahat dan tidur mulut
yang cukup dengan O:
menciptakan suasana -saturasi O2
yang tenang 99%
6. memberikan antibiotik -oksigen
sesuai program trepasang 2
Cefotaksim 3x100 mg lt/mnt melalui
IV trakheostomi
7. melibatkan orangtua -RR 44x/mnt
untuk mempertahankan ,tidak ada ronkhi
posisi jalan napas tetap dan Wheezing,

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

terbuka dan menjaga terdengar slem


anak supaya banyak banyak
istirahat -suction
dilakukan 10-15
menit sekali,
slem keluar
banyak warna
putih jernih
-antibiotik
diberikan sesuai
program
-nebulizer
dilakukan sesuai
program
-cairan masuk
melalui NGT 50
cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan

16 Maret 1. memeriksa secara 16 Maret 2012


2012 berkala frekuensi napas, Pk.13.00
pk.08.00 suara napas, dan usaha S:
napas -ibu mengatakan
2. menggunakan pulse anaknya masih
oksimetri untuk keluar lendir
memantau oksigen -ibu mengatakan
adekuat dan deteksi dini mau diajari
hipoksemia suction
3. mempertahankan posisi O:
kepala-leher,jalan napas -Sa O2 99%
tetap terbuka -antibiotik
4. memberikan oksigen diberikan sesuai
yang dilembabkan, 2 lt program
permenit nasal kanul -oksigen
sesuai program 2lt/menit
5. mengusahakan anak terpasang
dapat istirahat dan tidur melalui
yang cukup dengan trakeostomi
menciptakan suasana dengan
yang tenang humidifikasi
6. memberikan antibiotik yang cukup

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

sesuai program -RR


Cefotaksim 3x100 mg IV 44x/menit,tidak
7. melibatkan orangtua ada ronkhi dan
untuk mempertahankan wheezing, slem
posisi jalan napas tetap banyak sekali
terbuka dan menjaga -terdengar bunyi
anak supaya banyak napas nggrok-
istirahat nggrok
-slem keluar
lewat
mulut,hidung
dan rembes di
kasa
trakheostomi
-nebulizer
dilaksanakan
sesuai program
-suction
dilakukan 10-15
menit, keluar
slem banyak
putih jernih
-ibu bisa
melakukan
suction dengan
pengawasan
petugas
kesehatan
A:
Pala napas anak
belum efektif
P:
Lanjutkan
tindakan

19 Maret 1. memeriksa secara 19 Maret 2012


2012 pk. berkala frekuensi napas, Pk.18.00
15.00 suara napas, dan usaha S:
napas -ibu mengatakan
2. menggunakan pulse anaknya tadi
oksimetri untuk sore kejang
memantau oksigen -ibu mengatakan
adekuat dan deteksi dini sudah bisa
hipoksemia melakukan
3. mempertahankan posisi suction
kepala-leher,jalan napas -ibu mengatakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

tetap terbuka lendir anaknya


4. memberikan oksigen sudah mulai
yang dilembabkan, 2 lt berkurang
permenit nasal kanul O:
sesuai program -Sa O2 94,5%
5. mengusahakan anak -oksigen 2
dapat istirahat dan tidur lt/mnt terpasang
yang cukup dengan melalui
menciptakan suasana trakheostomi
yang tenang dengan
6. memberikan antibiotik humidifikasi
sesuai program amikasin yang cukup
1x50 mg IV -RR
7. melibatkan orangtua 36x/mnt,tidak
untuk mempertahankan ada ronkhi dan
posisi jalan napas tetap wheezing
terbuka dan menjaga -slem masih
anak supaya banyak banyak tapi
istirahat sudah mulai
berkurang
-napas nggrok-
nggrok sudah
berkurang
-nebulizer
dilakukan,
suction banyak
keluar slem
warna putih
-slem yang
keluar lewat
mulut dan
rembes di kassa
trakheostomi
sudah berkurang
-ibu sudah bisa
melakukan
suction sendiri
dengan tehnik
yang benar.
A;
Pola napas
belum efektif
P:
Lanjutkan
tindakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

21 Maret 1. memeriksa secara 21 Maret 2012


2012 berkala frekuensi napas, Pk 13.00
pk.08.00 suara napas, dan usaha S:
napas -ibu mengatakan
2. menggunakan pulse anaknya sesak
oksimetri untuk napas
memantau oksigen O:
adekuat dan deteksi dini -RR: 40x/mnt
hipoksemia dangkal
3. mempertahankan posisi -terdapat slem,
kepala-leher,jalan napas tidak terdengar
tetap terbuka ronkhi dan
4. memberikan oksigen wheezing
yang dilembabkan, 2 lt -tampak retraksi
permenit nasal kanul intercosta dan
sesuai program epigastrium
5. mengusahakan anak -terlihat iga
dapat istirahat dan tidur gambang
yang cukup dengan -anak riwayat
menciptakan suasana penurunan
yang tenang kesadaran, E: 3
6. memberikan antibiotik M:5 V:4
sesuai program amikasin -antibiotik
1x50 mg IV diberikan sesuai
7. melibatkan orangtua program
untuk mempertahankan -oksigen
posisi jalan napas tetap diberikan 3 lt
terbuka dan menjaga /mnt melalui
anak supaya banyak trakheostomi
istirahat dengan
humidifikasi
yang cukup
A:
Pola napas
belum efektif
P:
Teruskan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 15 Maret 1. mengkaji perasaan dan 15 Maret 2012
mempertahankan 2012 kecemasan orangtua Pk. 18.00
integritas Pk.16.00 2. menganjurkan orangtua S:

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

personal: untuk mengekspresikan -ibu mengatakan


a. Kecemasan dan mengungkapkan cemas akan
orangtua perasaannya kondisi anaknya,
berhubungan 3. menjelaskan jika tetapi sudah
dengan proses perasaan orangtua yang sedikit senang
hospitalisasi cemas bisa karena bisa
mempengaruhi anak melihat anaknya
4. menganjurkan orang tua karena saat di
untuk dapat bekerja PICU, orangtua
sama dalam setiap tidak bisa melihat
tindakan perawatan dan anaknya
pengobatan anak -ibu
5. menganjurkan orangtua mengatakaningin
untuk pasrah pada Yang anaknya segera
Maha Kuasa sembuh
-ibu mengatakan
pasrah pada
Yang Maha
Kuasa
O:
-ibu tampak lebih
tenang
-ibu tampak
mengajak bicara
anaknya sambil
membersihkan
lendir yang
keluar lewat
mulut dan hidung
-orangtua tampak
kooperatif dalam
setiap tindakan
perawatan dan
pengobatan
A:
Kecemasan
orangtua
berkurang
P:
Lanjutkan
tindakan dengan
tetap
memberikan
pendampingan
sampai anak
pulang

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


Lampiran 2

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

V. LAPORAN KASUS 5

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak AN
2. Tempat/Tgl Lahi : Bantul,Yogyakarta 5 Juli 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 8 bulan
5. Alamat : Bakungan RT 21 KD III, Trimuti, Srandakan,
bantul Yogyakarta
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. AN, usia 8 bulan, dengan atresia bilier pro transplantasi hati dan
hospital acquired pneumonia dibawa ke RSCM dengan keluhan utama
kaki yang semakin bengkak. Di IGD RSCM anak sudah transfuse albumin
3 kali dan diruang non infeksi dari tgl 19 Maret sudah transfuse 1 kali @
25% 20 nl. Pasca transfuse albumin III 2,86gr/dl. Saat masuk di ruang
infeksi tgl 22 Maret pk.17.00, pasien direncanakan transfuse albumin ke
V. kondisi klinis pasien sesak napas, secara klinis sesuai dengan tanda
hospital acquired pneumonia. Sampai tgl 26 Maret 2012, anak sudah
mendapatkan transfuse albumin 6 kali.
Riwayat penyakit keluarga: dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama ataupun penyakit menular seperti TBC.
Riwayat kelahiran: lahir spontan dibantu bidan, anak langsung menangis.
Anak merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara( anak pertama perempuan
usia 5 tahun). Berat lahir 2700 gram, panjang lahir lupa, anak kuning.

Riwayat imunisasi : anak sudah mendapatkan imunisasi BCG, DPT 1,2,3,


hepatitis B dan polio. Imunisasi dasar yang belum didapat adalah campak..
Riwayat tumbuh kembang: anak sudah bisa tengkurap sejak 4 bulan,saat
ini anak tidak bisa tengkurap dan hanya bisa miring-miring karena
perutnya membesar.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Riwayat nutrisi: minum pregestimil melalui NGT. BB saat ini 6,270 kg,
LLA=9cm.

Terapi yang didapat: piperacillin tazobactam 4x475 mg IV ( riwayat


cefotaxime 3x150 mg dan gentamicin 1x40mg), asam urso 3x50 mg oral,
aktavol 2x0,5 ml oral, spironolakton 2x6,25 mg, ambroxol 4 mg+
salbutamol 0,4 mg, dan inhalasi NaCl 0,9 % dan suction 4x sehari.

2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 26 Maret 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum susu formula sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya minum melalui NGT yaitu pregestimil 8x75
ml.. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena anak
sering menangis. BB sekarang 6,270 kg. BAB anak sejak lahir seperti
dempul 1-2 kali sehari dan BAK anak seperti teh. Suhu 38,1° C
riwayat demam naik turun, RR: 40x/mnt, N: 120x/mnt. Saturasi
oksigen 99%.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak coklat sawo matang, rambut tebal, terdistribusi
merata, kuku tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala
normal, tidak ada deformitas. Leher tidak terdapat kaku kuduk. Mata
simetris, bersih,sclera tampak ikterik. Telinga simetris , bersih tidak
keluar serumen. Hidung simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2
liter/menit, tampak napas cuping hidung. Bibir tampak kering dan
tidak berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat retraksi
epigastrium. Pernapasan 40 x/menit, cepat dan dangkal, tampak
menggunakan otot-otot bantu pernapasan, terdapat napas cuping
hidung, saturasi oksigen 99%. Tidak terdengar bunyi napas ronkhi di
kedua lapang paru, slem banyak. Jantung terlihat impuls apical,

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen teraba tegang, tampak buncit,


bising usus terdengar normal 11 x/menit Terlihat venektasi di dinding
perut dan tampak hernia umbilikalis yang besar sekitar 3cm. hepar dan
lien sulit dinilai, teraba keras. Lingkar perut: 49cm/52 cm. Genital laki-
laki tampak hidrokel bilateral dan hernia skrotalis sinistra dan anus
paten. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi oksigen
95%. Ekstremitas teraba hangat,CRT> 3 detik , edema tungkai bawah.
Anak hanya dapat beraktivitas miring-miring ditempat tidur.

Hasil pemeriksaan laboratorium tgl 25 Maret2012:


Hemoglobin 9 g/dl
Hematokrit 26,5 %
Eritrosit 2,78 jt/ul
Trombosit 96.000/ui
Leukosit 14.770/ui
Basofil 0,5%
Eosinofil 2,7%
Batang –
Segmen 24%
Limfosit 21,6%
Monosit 15 %

LED : 35mm
Albumin 2,81 g/dl
Prokalsitonin 9,17 mg/dl
Rontgent thorak: kesan, pneumonia dengan efusi pleura dextra
minimal.

c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 8 bulan, sudah bisa
tengkurap tetapi sekarang tidak bisa karena perutnya membesar. Saat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

ini anak tampak rewel kelihatan sesak napas, Anak tidak bisa
menjalankan aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan kondisi anaknya

d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan keluarga. Anak
merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan ny.S(38th)
dengan bp.S(36th). Orangtua mengatakan khawatir dengan kondisi
anaknya. Ibu selalu bertanya tentang kondisi anaknya. Anak tampak
diam jika digendong orangtuanya.
 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN / TROPHICOGNOSIS

1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi:


a. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakitnya
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
2. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
struktur:
a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang berlebih
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
3. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas
personal
a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

C. HIPOTESIS
1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi

a. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


penyakitnya
Tujuan: anak dapat mempertahankan suhu tubuh yang normotermi
-suhu tubuh 36,5-37,5° C
-badan anak teraba tidak panas
Intervensi:

1. Observasi suhu pasien secara berkala


2. Pertahankan intake cairan yang adekuat
3. Anjurkan orangtua untuk memakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat
4. Anjurkan orangtua untuk memberikan kompres hangat pada
anak di selangkangan dan lipat paha
5. Berikan obat antipiretik paracetamol 60 mg jika anak panas
diatas 38° C
6. Berikan antibiotik sesuai program
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan: anak dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
- BB anak tetap
- anak aktif bergerak
Intervensi;
1. kaji berat badan anak sebelum dan sesudah sakit
2. berikan ASI melalui NGT secara bertahap
3. anjurkan orangtua untuk tidak memberi minum melalui mulut
terlebih dahulu untuk mencegah tersedak.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penghitungan kebutuhan
kalori.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

c. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat
Tujuan: kebutuhan cairan anak tatap terpenuhi secara adekuat
-mukosa mulut tetap lembab
-turgor kulit elastis
Intervensi:
1. Kaji kemampuan minum anak
2. Berikan minum sesuai kebutuhan anak melalui NGT dengan
hati-hati
3. Observasi adanya aspirasi
4. Kaji pola napas anak , perhatikan adanya takipnea
5. Anjurkan ibu untuk selalu memeras ASI karena merupakan
sumber nutrisi dan cairan utama anak
6. Monitor tanda-tandanya dehidrasi seperti mulut kering, turgor
tidak elastis dan produksi urine

2..Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


struktur:

a. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi


yang berlebih
Tujuan: anak dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka
-anak bernapas biasa
- frekuensi napas normal
-jalan napas tetap terbuka
Intervensi:
1. Pertahankan posisi kepala-leher dengan jalan napas terbuka
2. Berikan oksigen 2 lt permenit melalui nasal kanul sesuai
program, perhatikan humidifikasi
3. Berikan asupan cairan yang cukup
4. Lakukan suction jika perlu
5. Jika takipnea bisa dipusakan sementara sesuai program

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

6. Kolaborasi dengan fisiotherapis untuk melakukan nebulizer dan


fisiotherapi dada 4x sehari sesuai program

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: anak dapat melakukan ventilasi yang adekuat
- frekuensi napas normal
-usaha napas normal
-suara napas normal
-saturasi oksigen >94%
Intervensi:
1. Periksa secara berkala frekuensi napas, suara napas, dan usaha
napas
2. Gunakan pulse oksimetri untuk memantau oksigen adekuat dan
deteksi dini hipoksemia
3. Pertahankan posisi kepala-leher,jalan napas tetap terbuka
4. Berikan oksigen yang dilembabkan, 2 lt permenit nasal kanul
sesuai program
5. Usahakan anak dapat istirahat dan tidur yang cukup
6. Berikan antibiotik sesuai program
7. Libatkan orangtua untuk mempertahankan posisi jalan napas
tetap terbuka dan menjaga anak supaya banyak istirahat

3. Trophicognosis berdasarkan kemampuan mempertahankan integritas


personal

a. Kecemasan orangtua berhubungan dengan proses hospitalisasi


Tujuan: orang tua mampu menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan proses hospitalisasi
-orangtua mampu mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
-orangtua bisa bekerjasama selama perawatan anak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Intervensi:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orangtua
2. Anjurkan orangtua untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orangtua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orangtua untuk mengajak anak dengan meggendong
dan mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel

II. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 26 Maret 1. mengobservasi suhu 26 Maret2012
mempertahan- 2012 pasien secara berkala Pk.18.00
kan konservasi Pk.15.00 tiap 4 jam S:
energi: 2. mempertahankan -ibu mengatakan
a. Gangguan intake cairan yang panasnya naik
keseimban- adekuat turun
gan suhu 3. menganjurkan -ibu mengatakan
tubuh orangtua untuk saat panas tadi
berhubungan memakaikan baju yang sudah dikompres
dengan tipis dan menyerap dan diberi
proses keringat paracetamol
peradangan 4. menganjurkan O:
orangtua untuk -S : 37,2°C
memberikan kompres -ibu kadang
hangat pada anak di memberi minum
selangkangan dan lipat pada anak melalui
paha mulut dengan
5. menciptakan ruangan menyusui
yang tenang dan -minum melalui
nyaman NGT tidak
6. memberikan obat muntah, tidak ada
antipiretik paracetamol aspirasi atau
60 mg jika anak panas tersedak
diatas 38° C -lingkungan
7. memberikan antibiotik nyaman
sesuai program dipertahankan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

piperacillin dengan tetap


tazobactam 4x475 mg menjaga AC
IV, menyala
-antibiotik
diberikan sesuai
program
A:
Keseimbangan
suhu dapat
dipertahankan
P:
Lanjutkan
tindakan

27 Maret 1. mengobservasi suhu 27 Maret 2012


2012 pasien secara berkala Pk. 18.00
Pk.15.00 2. mempertahankan S:
intake cairan yang -ibu mengatakan
adekuat anaknya agak
3. menganjurkan panas
orangtua untuk -ibu mengatakan
memakaikan baju yang anaknya belum
tipis dan menyerap diberi minum
keringat lewat mulut,
4. menganjurkan hanya dibasahi
orangtua untuk bibirnya
memberikan kompres O:
hangat pada anak di - susu formula
selangkangan dan lipat diberikan lewat
paha NGT pregestimil
5. memberikan obat 75ml, anak tidak
antipiretik paracetamol muntah
60 mg jika anak panas -Suhu 38°C
diatas 38° C -antibiotik
6. memberikan antibiotik diberikan sesuai
sesuai program program
piperacillin -Anak tampak
tazobactam 4x475 mg keringatan setelah
IV, minum
paracetamol
A:
Keseimbangan
suhu tubuh belum
dapat
dipertahankan
P:

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

Lanjutkan
tindakan

28 Maret 1. mengobservasi suhu 28 Maret 2012


2012 pasien secara berkala Pk.12.00
Pk.08.00 2. mempertahankan S:
intake cairan yang -ibu mengatakan
adekuat anak panasnya
3. Anjurkan orangtua masih naik turun
untuk memberikan O:
kompres hangat pada -S:38°C
anak di selangkangan -anak tampak
dan lipat paha tenang
4. Berikan obat -intake cairan
antipiretik paracetamol adekuat
60 mg jika anak panas pregestimil 100 ml
diatas 38° C per NGT dan ASI
5. Berikan antibiotik sesuai keinginan
sesuai program : bayi.
piperacillin -Antibiotik
tazobactam 4x475 mg diberikan sesuai
IV, program
A:
Keseimbangan
suhu tubuh belum
dapat
dipertahankan
P:
lanjutkan tindakan

29 Maret 1. mengobservasi suhu 29 Maret 2012


2012 pasien secara berkala pk.18.00
Pk.15.00 2. mempertahankan S:
intake cairan yang -ibu mengatakan
adekuat anak panasnya
3. Anjurkan orangtua masih naik turun
untuk memberikan O:
kompres hangat pada -S:37,2°C
anak di selangkangan -anak tampak
dan lipat paha tenang
4. Berikan obat -intake cairan
antipiretik paracetamol adekuat
60 mg jika anak panas pregestimil 100 ml
diatas 38° C per NGT dan ASI
5. Berikan antibiotik sesuai keinginan
sesuai program : bayi.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

piperacillin -Antibiotik
tazobactam 4x475 mg diberikan sesuai
IV, program
A:
Keseimbangan
suhu tubuh dapat
dipertahankan
P:
lanjutkan tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 26 Maret 1. mengkaji kemampuan 26 Maret 2012
mempertahankan 2012 minum anak pk.18.00
integritas pk.15.00 2. memberikan minum S:
struktur: sesuai kebutuhan anak -ibu
a.Resiko melalui NGT dengan mengatakan
kekurangan hati-hati 100cc sejak sakit perut
cairan 3. mengobservasi adanya anaknya tampak
berhubungan aspirasi lebih besar dan
dengan intake 4. mengkaji pola napas kaki bengkak
yang tidak anak , perhatikan adanya O
adekuat takipnea - BB sekarang
5. memonitor tanda- 6,780 kg
tandanya dehidrasi -ibu memberi
seperti mulut kering, minum ASI
turgor tidak elastis dan pada anak
produksi urine melalui mulut
-mukosa bibir
lembab,ada
airmata, turgor
kulit jelek
-minum melalui
NGT tidak
muntah, tidak
ada aspirasi
atau tersedak
-RR 50x/mnt,
tampak retraksi
epigastrium dan
napas cuping

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

hidung
-lingkar perut
49/52 cm
A:
Keseimbangan
cairan belum
dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan

27 Maret 1. mengkaji kemampuan 27 Maret 2012


2012 minum anak Pk.18.00
Pk.15.00 2. memberikan minum sesuai S:
kebutuhan anak melalui -ibu
NGT dengan hati-hati mengatakan
100cc minum anak
3. mengobservasi adanya banyak, perut
aspirasi tambah besar
4. mengkaji pola napas anak O
, perhatikan adanya - BB sekarang
takipnea 6,75 kg
5. memonitor tanda-tandanya -ibu memberi
dehidrasi seperti mulut minum ASI
kering, turgor tidak elastis pada anak
dan produksi urine melalui mulut
-mukosa bibir
lembab,ada
airmata, turgor
kulit cukup
-minum melalui
NGT tidak
muntah, tidak
ada aspirasi
atau tersedak
-RR 48x/mnt,
-lingkar perut
46/52 cm
A:
Keseimbangan
cairan belum
dapat
dipertahankan
adekuat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

P:
Lanjutkan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 26 Maret 1. mempertahankan posisi 26 Maret
mempertahankan 2012 kepala-leher dengan Pk.18.00
integritas pk.15.00 jalan napas terbuka S:-ibu
strukture: dengan posisi mengatakan
b. Tidak semifowler anaknya
efektifnya 2. memberikan oksigen 2 lt lendirnya
bersihan jalan permenit melalui nasal banyak dan
napas kanul sesuai program, tampak sesak
berhubungan perhatikan humidifikasi napas
dengan 3. memberikan asupan -ibu
sekresi yang cairan yang cukup mengatakan
berlebih 4. melakukan suction tidak memberi
5. menganjurkan ibu untuk minum pada
tidak memberikan anaknya lewat
minum pada anak mulut
melalui mulit sementara O:
sesuai program -RR 50x/mnt
6. Kolaborasi untuk tidak ada
melakukan nebulizer dan ronkhi dan
fisiotherapi dada 3x tampak retraksi
sehari sesuai program intercosta dan
dengan NaCl 0,9 % dan epigastrium
ventolin ½ ampul. -suction
dilakukan slem

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

keluar warna
putih jernih
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
75 cc
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan
tindakan

27 Maret 1. mempertahankan posisi 27 Maret 2012


2012 kepala-leher dengan jalan Pk.18.00
pk.15.00 napas terbuka S:-ibu
2. memerikan oksigen 2 lt mengatakan
permenit melalui nasal anaknya masih
kanul sesuai program, sesak
perhatikan humidifikasi
3. memberikan asupan O:
cairan yang cukup -RR 48x/mnt
4. melakukan suction terdapat
5. menganjurkan ibu untuk retraksi
tidak memberikan minum intercosta dan
pada anak melalui mulit epigastrium
sementara sesuai -anak tampak
program sering batuk

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

6. Kolaborasi untuk -nebulizer


melakukan nebulizer dan dilakukan
fisiotherapi dada 3x sesuai program
sehari sesuai program -cairan masuk
dengan NaCl 0,9 % dan melalui NGT
ventolin ½ ampul. 125 cc
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 26 Maret 1. memeriksa secara 26 Maret 2012
mempertahankan 2012 berkala frekuensi napas, Pk.18.00
integritas pk.15.00 suara napas, dan usaha S:
strukture: napas -ibu
c. Pola napas 2. menggunakan pulse mengatakan
tidak efektif oksimetri untuk anaknya
berhubungan memantau oksigen tampak susah
dengan proses adekuat dan deteksi dini bernapas
inflamasi hipoksemia -ibu
3. mempertahankan posisi mengatakan
kepala-leher,jalan napas anak Menyusu
tetap terbuka O:
4. memberikan oksigen -saturasi O2

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

yang dilembabkan, 2 lt 99%


permenit nasal kanul -oksigen
sesuai program trepasang 2
5. mengusahakan anak lt/mnt melalui
dapat istirahat dan tidur nasal kanul
yang cukup dengan -RR 50x/mnt ,
menciptakan suasana terdapat
yang tenang retraksi
6. memberikan antibiotik intercosta dan
sesuai program sternum
piperacillin tazobactam -antibiotik
4x475 mg diberikan
7. melibatkan orangtua sesuai program
untuk mempertahankan -nebulizer
posisi jalan napas tetap dilakukan
terbuka dan menjaga sesuai program
anak supaya banyak -cairan masuk
istirahat melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan

27 Maret 1. memeriksa secara berkala 27 Maret 2012


2012 frekuensi napas, suara Pk.18.00
pk.15.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

memantau oksigen anaknya masih


adekuat dan deteksi dini sesak
hipoksemia -ibu
3. mempertahankan posisi mengatakan
kepala-leher,jalan napas anaknya
tetap terbuka tampak susah
4. memberikan oksigen bernapas
yang dilembabkan, 2 lt -ibu
permenit nasal kanul mengatakan
sesuai program ketika menyusu
5. mengusahakan anak anak sering
dapat istirahat dan tidur berhenti
yang cukup dengan O:
menciptakan suasana -saturasi O2
yang tenang 99%
6. memberikan antibiotik -oksigen
sesuai program trepasang 2
piperacillin tazobactam lt/mnt melalui
4x475 mg nasal kanul
7. melibatkan orangtua -RR 48x/mnt ,
untuk mempertahankan terdapat
posisi jalan napas tetap retraksi
terbuka dan menjaga intercosta dan
anak supaya banyak sternum
istirahat -lingkungan
tenang, anak
dapat
beristirahat
-antibiotik
diberikan
sesuai program

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan

28 Maret 1. memeriksa secara berkala 28 Maret 2012


2012 pk. frekuensi napas, suara Pk.13.00
08.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anaknya masih
adekuat dan deteksi dini agak sesek tapi
hipoksemia tidak seperti
3. mempertahankan posisi kemarin
kepala-leher,jalan napas O:
tetap terbuka -saturasi O2
4. memberikan oksigen 99%
yang dilembabkan, 2 lt -oksigen
permenit nasal kanul trepasang 2
sesuai program lt/mnt melalui
5. mengusahakan anak nasal kanul
dapat istirahat dan tidur -RR 38x/mnt ,
yang cukup dengan terdapat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

menciptakan suasana retraksi


yang tenang intercosta dan
8. memberikan antibiotik sternum,
sesuai program tampak napas
piperacillin tazobactam cuping hidung
4x475 mg minimalis
6. melibatkan orangtua -antibiotik
untuk mempertahankan diberikan
posisi jalan napas tetap sesuai program
terbuka dan menjaga -nebulizer
anak supaya banyak dilakukan
istirahat sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
pasien belum
efektif, sudah
ada perbaikan
P:
Teruskan
tindakan

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Kemampuan 26 Maret 1. mengkaji perasaan dan 26 Maret 2012
mempertahankan 2012 kecemasan orangtua Pk.18.00
integritas Pk.15.00 2. menganjurkan orangtua S:
personal: untuk mengekspresikan -ibu

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

a. Kecemasan dan mengungkapkan mengatakan


orangtua perasaannya khawatir
berhubungan 3. menjelaskan jika dengan kondisi
dengan proses perasaan orangtua yang anaknya
hospitalisasi cemas bisa -ibu berharap
mempengaruhi anak anaknya cepat
sehingga anak semakin sembuh
rewel -ibu
4. menganjurkan orangtua mengatakan
untuk mengajak anak mudah-
dengan meggendong dan mudahan
mengajak anak melihat- anaknya segera
lihat gambar di sekitar dilakukan
kamar dan mengalihkan cangkok hati
perhatian anak saat rewel Ibu mengatakan
pasrah pada
Yang Kuasa
apapun yang
terbaik bagi
anaknya
O:
-ibu mampu
mengungkapkan
perasaannya
-ibu mudah
diajak
kerjasama
dalam setiap
perawatan dan
pengobatan
anaknya

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 2

-ibu tampak
lebih tenang
setelah
mengungkapkan
perasaannya
A:
Kecemasan
orang tua
berkurang
P:
Stop tindakan
Lanjutkan
pendampingan
sampai pasien
pulang
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak mempunyai ciri yang khas yaitu tumbuh dan berkembang sejak saat
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. “Tumbuh kembang anak
adalah proses pertumbuhan fisik yang ditandai dengan bertambahnya
ukuran tubuh dan proses perkembangan kemampuan mental intelegensi
dan perilaku anak–anak dimana terjadi peningkatan kapasitas untuk
berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi” (Muscari, 2005, hal 7).

Seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya anak


mengalami suatu rentang sehat dan sakit yang membutuhkan layanan
kesehatan dan keperawatan. Pelayanan keperawatan mulai dari
peningkatan status kesehatan, mempertahankan kesehatan anak dan
mengembalikan fungsi kesehatan yang optimal adalah merupakan lingkup
dalam keperawatan anak.

Ketika seorang anak menjadi pasien, orang tua meyakini bahwa tenaga
kesehatan akan melakukan hal terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami. Oleh karena itu tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab
terhadap pengobatan dan perawatan, keamanan pasien selama berada di
rumah sakit (patient safety).

Patient safety didefinisikan sebagai “kebebasan dari trauma atau injuri


yang terjadi secara kebetulan” yang dapat disebabkan oleh perawatan
medis, seperti rasa sakit atau kematian akibat kesalahan pemberian obat,
salah pasien, dan infeksi nasokomial (Institute of Medicine, 2000 dalam
Miller at al, 2011). Istilah patient safety bukan hanya berfokus pada
strategi pencegahan kecelakaan seperti penggunaan sabuk pengaman dan
helm, akan tetapi konsep patient safety pada keperawatan anak

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

merupakan upaya pencegahan injuri pada anak yang disebabkan langsung


oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri (Miller at al, 2011). Lebih
dari 10 tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama dalam sistem
pelayanan kesehatan (Miller, 2011). Di united Stated, diperkirakan
44.000-98.000 pasien yang dirawat setiap tahunnya meninggal akibat
kesalahan medis (Institute of Medicine dalam Miller,2011). Meskipun
kesalahan hampir tidak dapat dihindari, akan tetapi patient safety dapat
ditingkatkan dan beberapa rumah sakit telah mencanangkan keamanan
sebagai prioritas utama.
  
Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap anak kelas II di Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. Ruangan ini untuk merawat kasus-
kasus infeksi dan non infeksi. Berdasarkan pengamatan, data yang
diperoleh secara lisan dari beberapa sumber di ruang Anggrek , dan data
dari hasil pengkajian yang telah dilakukan mahasiswa aplikasi anak
sebelumnya, ruangan ini membutuhkan beberapa perubahan untuk dapat
memberikan pelayanan paripurna dan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada anak.

Ruang Anggrek memiliki 9 kamar perawatan dengan masing – masing


kamar terdiri dari 2 ruangan A dan B. Ruang A terdiri dari 2 tempat tidur ,
demikian juga dengan ruang B. Identifikasi pasien yang selama ini sudah
dilakukan di Ruang Anggrek adalah penggunaan identitas gelang pasien
namun belum ada identitas atau nomor tempat tidur. Untuk identifikasi
dan penomoran kamar sudah ada. Hal ini akan beresiko untuk terjadinya
kesalahan dalam identifikasi pasien terutama bagi petugas kesehatan yang
tidak selalu merawat pasien di kamar tersebut sehingga mereka tidak hafal.

Pada pasien-pasien yang mengalami gangguan oksigenasi dan memerlukan


inhalasi dan fisiotherapi dada, maka tindakan tersebut akan diberikan oleh
petugas fisiotherapi yang akan berkeliling ke seluruh ruangan di rumah

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

sakit dengan petugas yang bergantian setiap hari dan setiap shiftnya.
Petugas akan kesulitan mengidentifikasi pasien dengan tidak adanya
nomor tempat tidur.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis bermaksud


melaksanakan proyek inovasi optimalisasi patient safety : identifikasi
pasien secara benar di ruang Anggrek RSAB Harapan Kita.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya proyek inovasi keperawatan optimalisasi patient
safety : Identifikasi pasien secara benar di Ruang Anggrek RSAB
Harapan Kita Jakarta dengan baik sehingga tercapainya kualitas
asuhan keperawatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya kebutuhan inovasi keperawatan optimalisasi
patient safety : Identifikasi pasien secara benar
b. Tersusunnya rencana kegiatan inovasi keperawatan optimalisasi
patient safety : Identifikasi pasien secara benar
c. Terlaksananya kegiatan inovasi keperawatan optimalisasi pasien
safety: Identifikasi pasien secara benar
d. Mampu mengevaluasi kegiatan inovasi keperawatan
e. Mampu merencanakan dan melaksanakan strategi keberlanjutan
program proyek inovasi yang telah disepakati .

D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan
pembaharuan untuk kemajuan pelaksanaan pelayanan Asuhan
keperawatan Anak.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

2. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan anak yang efektif
3. Bagi Pasien
Meningkatkan kepuasaan dalam penerimaan layanan asuhan
keperawatan yang diberikan pada anak.

C. Sasaran
Perawat ruangan, petugas kesehatan lain seperti petugas fisiotherapi,
petugas gizi, maupun pasien dan keluarga pasien di Ruang Anggrek
RSAB Harapan Kita Jakarta.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. PATIENT SAFETY DALAM KEPERAWATAN ANAK


Menurut WHO “Safety is a fundamental principle of patient care and a
critical component of quality management.” (World Alliance for Patient
Safety, Forward Programme WHO, 2004). Patient safety sendiri
merupakan proses pelayanan rumah sakit secara lebih aman, termasuk
assessment risiko, identifikasi dan manajemen risiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden serta penerapkan solusi untuk meminimalisasi
risiko. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien
koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko (Dep Kes R.I, 2006).

Enam tujuan penanganan patient safety menurut Joint Commission


International antara lain: mengidentifikasi pasien dengan benar,
meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari
high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan
benar pembedahan pasien, mengurangi risiko infeksi dari pekerja
kesehatan, mengurangi risiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada
pasien.

Gerakan nasional keselamatan pasien sudah disosialisasikan Perhimpunan


Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang membentuk Komite
keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada 1 Juni 2005. Kemudian
gerakan patient safety ini dicanangkan Menteri Kesehatan pada Seminar
Nasional PERSI pada 21 Agustus 2005 di Jakarta. Di samping itu KARS

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

(Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes telah menyusun Standar


Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang menjadi salah satu Standar
Akreditasi Rumah Sakit.

Untuk mencapai asuhan keperawatan anak yang berkualitas, ada beberapa


prinsip yang harus dipegang untuk menciptakan keamanan pada bayi dan
anak. Ada 4 hal yang dapat mempengaruhi safety pada pelayanan
kesehatan yang antara lain: leadership, sistem pelaporan, problem solving,
dan standar perilaku yang jelas.
1. Leadership
Pemimpin memegang peranan penting terhadap perubahan. Tanpa
adanya kepemimpinan, perubahan tidak akan tercapai. Pemimpin
bertanggung jawab terhadap keamanan pasien. Mengembangkan
pemahaman bahwa faktor manusia dapat menghambat keamanan
pasien, penerapan ilmu safety, dan pemahaman terhadap dampak
budaya pada keamanan pasien, merupakan kunci yang harus dipegang
oleh pemimpin suatu organisasi kesehatan (Napier dan Knox, 2006).
Pemimpin hendaknya menempatkan safety sebagai prioritas dalam
organisasi.
2. Sistem pelaporan
Sistem pelaporan insiden tradisional menggunakan pendekatan person
(system approach) yang menekankan pada keterlibatan individu dalam
suatu kejadian. Pengumpulan data didasarkan pada analisa kasus per
kasus daripada mencari pola sistem secara luas. Lucian leape dalam
Napier (2006) menjelaskan bahwa kesuksesan sistem pelaporan
hendaknya merupakan laporan tanpa hukuman, kerahasiaan, dan
independen dengan analisa ahli dan adanya feedback yang teratur.
Oleh karena itu diperlukan pelaporan yang berorientasi pada sistem
(Napier, 2006).

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

3. Problem solving
Salah satu faktor yang penting dalam penyelesaian masalah adalah
melibatkan staf yang paling terlibat dapat masalah. Pemberi pelayanan
keperawatan yang secara langsung berhadapan dengan pasien dapat
mengidentifikasi resiko selama mereka melakukan asuhan
keperawatan. Oleh karena itu dengan melibatkan mereka dalam upaya
mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan safety, menjadikan
merekan bertanggunjawab terhadap diri sendiri, teman sejawat dan
organisasi. Di rumah sakit dan klinik anak Minnesota, telah dibentuk
tim safety action yang didesain untuk melibatkan pemberi pelayanan
langsung kepada pasien dalam action perubahan. Tiap tim dibentuk
sesuai kebutuhan dari setiap ruangan.
4. Standar perilaku yang jelas
Standar perilaku didefinisikan sebagai saling menghargai, komunikasi
terbuka, dan tanggung jawab untuk mengembangkan praktik dan
kebijakan penting yang memegang peranan penting dalam kejelasan
issue, komunikasi terhadap hasil yang tidak dapat diantisipasi dan
partisipasi dalam analisis kejadian (Napier, 2006). Kebijakan yang
mendukung konsistensi dalam praktik perlu dilakukan secara tertulis.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

BAB III

ANALISA SITUASI DAN PERENCANAAN

Kegiatan pengkajian dilakukan dalam rangka mengidentifikasi masalah dan


kebutuhan ruangan dengan cara mengamati kondisi ruang rawat, melihat data
sekunder dan wawancara terhadap perawat dan keluarga. Kegiatan ini
dilakukan pada tanggal 20 – 22 Februari 2012. Adapun hasil pengkajian
sebagai berikut :

A. Profil Ruangan Anggrek


1. Gambaran umum ruangan Anggrek
Ruang rawat Anggrek merupakan ruang rawat anak dengan kasus-kasus
infeksi dan non infeksi untuk berbagai sistem tubuh (termasuk
didalamnya kasus-kasus hematologi dan nefrologi). Ruang anggrek
merupakan ruang rawat inap kelas II dengan kapasitas 32 tempat tidur
yang terdiri dari 32 tempat tidur utama ditambah 1 tempat tidur untuk
pasien isolasi. Dalam penerimaan pasien yang akan dirawat, pada
prinsipnya ruangan tidak membatasi pasien, karena sesuai dengan
kebijakan rumah sakit bahwa tidak boleh menolak pasien kecuali
ruangan sudah penuh. Apabila pasien penuh maka tenaga perawat dapat
diatur dengan cara meminta bantuan dari ruangan lain yang tidak
penuh. Pengaturan tenaga diatur oleh instalasi rawat inap untuk dinas
pagi, dan oleh penyelia untuk dinas sore dan malam.

2. Visi dan Misi


a. Visi Rumah Sakit RSAB Harapan Kita
Menjadi Rumah Sakit rujukan nasional kesehatan anak dan bunda
tahun 2010

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

b. Misi Rumah Sakit RSAB Harapan Kita


1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpihak pada
rakyat
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak dan bunda yang
bermutu
3) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan dibidang kesehatan
4) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang
kesehatan anak dan bunda.
Visi dan misi rumah sakit ini kemudian diterjemahkan ke dalam
visi dan misi ruang rawat inap.
c. Visi ruang rawat inap RSAB Harapan Kita
Menjalankan pelayanan kesehatan professional Rawat Inap Anak dan
Bunda sebagai kontribusi menuju Rumah Sakit Rujukan Nasional
Kesehatan Anak dan Bunda tahun 2010.
d. Misi ruang rawat inap RSAB Harapan Kita
1) Menyelenggarakan pelayanan rawat inap yang berpihak pada
rakyat
2) Menyelenggarakan pelayanan rawat inap Anak dan Bunda yang
bermutu
3) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan Anak
dan Bunda
4) Berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan dibidang
kesehatan anak dan bunda.

Sebagai bagian dari rumah sakit, maka ruang anggrek berkomitmen


untuk mendukung dan melaksanakan visi dan misi yang telah
ditetapkan sesuai dengan area garapannya yaitu merawat anak dengan
penyakit infeksi dan non infeksi.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

3. Ketenagaan (SDM)
Jumlah tenaga di ruang rawat anggrek terdiri dari perawat, administrasi
dan pekarya. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Distribusi Perawat dan pendukung di Ruang Anggrek


No Tenaga Pendidikan Jumlah
1 Perawat Sarjana Keperawatan 2 orang
D III Keperawatan 18 orang
SPK 1 orang
2. Administrasi SLTA 1 orang
3. Pekarya SLTA 1 orang
SMK 3 orang
SLTP 1 orang
SD 1 orang
Total 28 orang

4. Struktur Organisasi Ruangan Anggrek

Ka. Ruangan

Administrasi CI Pekarya

Ka. Tim

Perawat Pelaksana

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

5. Model Asuhan Keperawatan


a. Model asuhan keperawatan profesional yang sekarang digunakan
diruang Anggrek adalah model tim, dengan 6 tim keperawatan yang
terdiri dari ketua tim 6 orang dan pelaksana 13 orang. Pembagian
tugas pertim dilakukan berdasarkan pembagian jadwal dinas
pershift.
b. Telah terdapat tugas, peran dan wewenang yang jelas pada setiap
anggota tim.
c. Ruang Anggrek sebelumnya pernah menggunakan metode asuhan
keperawatan MPKP, tetapi tidak berjalan secara optimal.

6. Lingkungan
a. Lokasi ruangan anggrek mudah dijangkau karena berada dibagian
tengah dan tidak jauh dari pintu utama rumah sakit.
b. Lingkungan sangat kondusif untuk kondisi pasien anak dengan
pencahayaan yang cukup dari jendela kaca di setiap ruangan,
sirkulasi udara cukup dengan pengaturan pendingin udara (AC)
disetiap ruangan.
c. Setiap ruangan kebersihannya terjaga dan dibersihkan 3 x sehari
oleh cleaning service.
d. Lokasi Nurse station ada di tengah ruangan sehingga mudah
dijangkau oleh pasien dan keluarga.
e. Penataan ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
f. Waktu kunjungan sesuai dengan peraturan dirumah sakit yaitu
siang : 11.00 – 12.00 WIB dan sore : 17.00 – 18.00 WIB.

7. Sarana dan Prasarana


a. Belum tersedianya identifikasi dan penomoran masing-masing
tempat tidur.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

b. Tersedianya sarana untuk mencuci tangan yaitu wastafel di ruang


perawat, ruang tindakan dan di setiap ruang rawat pasien, dimana
setiap 2 kamar mempunyai 1 wastafel.
c. Pengelolaan sampah sudah dipisahkan antara sampah medis dan
non medis, untuk sampah medis diletakkan di dalam plastik kuning
dan sampah non medis plastik hitam.
d. Tersedianya ruang tindakan yang terpisah dengan ruang rawat, yang
digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu terutama
yang bersifat invasif seperti pemasangan infus, pemasangan NGT,
dan sebagainya.
e. Tersedianya alat tenun yang memadai yang disesuaikan dengan
jumlah pasien yang dirawat.
f. Peralatan medis memadai dengan kondisi yang cukup baik yang
tersimpan diruang tindakan.
g. Tersedianya alat pelindung diri yang memadai seperti sarung
tangan, masker dan barakskort namun penggunaannya masih belum
digunakan secara optimal.
h. Telah tersedia peralatan bermain anak diruangan tetapi belum
dioptimalkan ruangan khusus untuk melakukan terapi bermain.
i. Tidak tersedia strerilisator diruangan karena sistem sterilasi alat
dilakukan secara sentralisasi di CSSD.

8. Dokumentasi Keperawatan
a. Asuhan Keperawatan
1) Format pendokumentasian keperawatan sudah tersedia yang
terdiri dari format pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi.

2) Asuhan keperawatan belum dapat terdokumentasi dengan


optimal, hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

3) Implementasi dan evaluasi sudah di dokumentasikan tapi


belum optimal. Cakupan implementasi keperawatan masih
berfokus pada kebutuhan dasar dan instruksi medis. Kebutuhan
yang terkait dengan catatan perkembangan sudah dicatat yang
berbentuk SOAP.

4) Ada beberapa alasan mengapa dokumentasi keperawatan


dirasakan sulit oleh perawat, diantaranya yaitu format terlalu
banyak dan berbelit dan tidak ada cukup waktu untuk mengisi
dokumentasi keperawatan.

b. Dischard Planning (Rencana Pasien Pulang)


1) Pelaksanaan perencanaan pasien pulang (discharge planning)
sudah terlihat namun masih belum terdokumentasi dalam
catatan perawatan secara optimal.
2) Sudah ditemukan adanya format perencanaan pulang
(discharge planning) di ruang anggrek, namun menurut kepala
ruangan format discharge planning belum diterapkan secara
optimal.
3) Kendala yang dirasakan saat ini salah satunya adalah
pendistribusian format dari rekam medis ke ruangan yang
kadang terhenti, sehingga pelaksanaan discharge planning tidak
dapat dilakukan.

c. Pendidikan Kesehatan
1) Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan perawat secara
individu kepada pasien dan keluarga.
2) Penyuluhan kesehatan secara masal belum dilakukan di ruang
anggrek.
3) Perawat belum mempunyai daftar atau list informasi kesehatan
dan satuan acara pembelajaran (SAP) yang disampaikan kepada
pasien dan keluarga. Ketersediaan materi ini akan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

mempermudah perawat dalam memberikan informasi pasien


dan keluarga.
4) Belum tersedianya media pembelajaran seperti poster atau
leaflet yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga
sebagai bekal pengetahuan yang dapat dibawa ke rumah.
5) Dokumentasi pendidikan kesehatan belum optimal terlihat pada
catatan perawat

9. Pasien Safety
a. Sudah terdapat papan identitas pasien namun belum optimalnya
pengisian identitas pasien secara lengkap
b. Belum tersedianya identitas dan penomoran di masing- masing
tempat tidur
c. Belum terdapat pemberian gelang untuk menandakan adanya
pasien alergi dan yang mendapat pengawasan khusus
d. Pengelolaan obat pasien sebagian besar sudah disentralisasikan
diruang tindakan, terutama untuk terapi injeksi dan oral, tetapi
masih ada beberapa obatan–obatan berada pada keluarga pasien
seperti obat sirup.
e. Pendokumentasian pemberian obat dilakukan di dalam lembaran
terapi yang terdapat didalam status pasien.
f. Sudah ada buku khusus untuk dokumentasi terapi obat yang dapat
berfungsi sebagai pemantauan tindakan.
g. Standar sentralisasi obat sudah ada
h. Supervisi terhadap pengelolaan obat dilakukan oleh kepala
ruangan dan CI
i. Belum optimalnya penggunaan peralatan yang mendukung untuk
pemberian obat.
j. Belum terdapat poster-poster terkait pencegahan infeksi karena
tindakan invasif seperti poster etika batuk, lima waktu cuci tangan
.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

k. Kurang optimalnya penyediaan cairan desinfektan dan handcrub di


setiap ruangan pasien

10. Universal Precaution


a. Tersedianya alat pelindung diri (APD ) diruangan seperti; masker,
sarung tangan,dll).
b. Dalam melakukan tidakan keperawatan invasif terhadap pasien
perawat menggunakan alat pelindung diri (APD) minimal
menggunakan sarung tangan.
c. Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan dan pengendalian
infeksi nosokomial sudah ada tetapi belum dipasang sehingga tidak
bisa diakses oleh perawat, keluarga serta pengunjung
d. Tidak semua perawat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
e. Semua perawat telah mendapatkan pelatihan dan memahami
tentang universal precaution.
f. Disetiap wastafel terpasang petunjuk tujuh langkah cara mencuci
tangan yang benar sehingga semua orang terutama keluarga pasien
dan pengunjung dapat melihat dan mempraktekannya.

11. Pelaksanaan Atraumatik Care


a. Saat melakukan asuhan keperawatan, belum semua perawat
memperkenalkan dirinya kepada pasien dan keluarga.
b. Perawat memberikan kesempatan pada keluarga terutama orang tua
untuk menemani anak selama dirawat dirumah sakit tanpa dibatasi.
c. Semua perawat telah melakukan komunikasi terapetik saat
melakukan tindakan keperawatan.
d. Dalam melakukan tindakan keperawatan, sebagian besar perawat
telah menjelaskan tujuan dan prosedur kepada anak dan keluarga.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

e. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang menimbulkan


trauma, perawat kurang memperhatikan respon pasien/anak dan
lebih banyak berfokus terhadap tindakan yang dilakukan
f. Metode pengalihan nyeri belum terlihat dilakukan secara optimal
seperti metode distraksi, nafas dalam, guide imagery, dan lain-lain.
g. Untuk tindakan – tindakan yang menimbulkan trauma pada anak
sudah dilakukan diruangan khusus tindakan, sehingga
meminimalkan dampak trauma pada anak itu sendiri maupun anak
yang lain.
h. Ruangan pasien belum disetting secara optimal sesuai dengan
karakteristik anak
i. Perawat menyatakan bahwa bermain bagi anak penting dilakukan
walaupun mereka dalam keadaan sakit
j. Belum ada program bermain yang dilaksanakan di ruangan anggrek
karena pelaksanaan bermain dilakukan secara sentral di ruang
gambir.
k. Belum tersedianya ruang bermain dan alat bermain untuk anak
yang dirawat.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

B. Analisis SWOT

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT MASALAH


a. Rumah Sakit Anak dan a. Ruangan anggrek pernah a.Direktur dan seluruh a. Memerlukan penyediaan 1. Belum optimalnya
Bunda Harapan Kita melakukan praktek MPKP jajaran rumah sakit anak dana dan sarana dalam identifikasi pasien
merupakan rumah sakit tetapi pelaksanaannya tidak dan bunda Harapan Kita merealisasikan suatu dan ruangan dalam
rujukan nasional untuk sesuai dengan diharapkan. berkomitmen untuk program mendukung
kasus-kasus penyakit menyelenggarakan terlaksananya
anak dan bunda di b. Alat pelindung diri (APD) pelayanan kesehatan b. Standar operasional patient safety
Indonesia. tersedia diruangan namun yang bermutu bagi prosedur pengendalian 2. Belum optimalnya
hanya digunakan untuk masyarakat. infeksi belum media pendukung
b. Melalui visi dan misi kasus-kasus tertentu saja, dilaksanakan secara keamanan dan
yang jelas, rumah sakit seperti HIV, Hepatitis, b.RSAB Harapan Kita optimal terutama oleh dokumentasi dalam
berkomitmen morbili. merupakan rumah sakit keluarga serta pemberian obat
menyelenggarakan yang terbuka untuk pengunjung yang sebagai pndukung
pelayanan kesehatan c. Standar Operasional proses berubah membesuk. pelaksanaan patient
anak dan bunda yang Prosedur (SOP) safety
bermutu. pengendalian infeksi c.Sebagian besar perawat c. Pendokumentasian 3. Belum optimalnya
nosokomial sudah ada tetapi berkomitmen untuk asuhan keperawatan media pencegahan
c. Ruangan anggrek akses untuk melaksanakan tindakan belum dilaksanakan infeksi sebagai
mendukung tujuan mendapatkannya belum pencegahan infeksi secara optimal, padahal pendukung
rumah sakit dengan dapat dilihat oleh tenaga pendokumentasian terlaksannya
melaksanakan asuhan kesehatan, pegawai ruangan, 12. Sebagian besar asuhan keperawatan patient safety.
keperawatan pada pasien pasien dan keluarga serta perawat berkomitmen merupakan bentuk 4. Modifikasi ruang
anak dengan infeksi dan pengunjung. untuk melakukan askep tanggung jawab dan tindakan yang
non infeksi sejalan secara komprehensif tanggung gugat perawat mencerminkan
dengan visi misi rumah d. Masih ada perawat yang kepada pasien dan sehingga perawat ruang rawat anak
sakit dan visi misi tidak melakukan cuci tangan keluarga dituntut untuk untuk mencegah
ruangan rawat inap. sebelum dan sesudah medokumentasian trauma belum

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

melakukan tindakan . 13. Di ruangan anggrek pelaksanaan asuhan optimal.


d. Dari 28 orang perawat di sudah ada Clinical keperawatan dengan 5. Modifikasi ruang
ruangan anggrek, yang e. Implementasi keperawatan instructur yang benar dan dapat rawat yang
mempunyai pendidikan dan evaluasi masih berfokus bertanggung jawab dipertanggungjawabkan. mencerminkan
tingkat sarjana sebanyak pada kebutuhan dasar dan terhadap pelaksanaan ruang anak untuk
2 orang, D III sebanyak instruksi medis. asuhan keperawatan. d. Pelaksanaan discharge meminimalkan
18 orang, SPK 1 orang, planning dan pendidikan trauma belum
administrasi 1 orang dan f. Belum ada program bermain kesehatan belum optimal
pekarya 6 orang. yang dilaksanakan di dilaksanakan secara 6. Pemanfaatan ruang
ruangan anggrek optimal. Hal ini penting bermain dan alat
e. Struktur organisasi di karena paradigma permainan belum
ruangan sudah ada g. Telah ada upaya untuk kesehatan dewasa ini optimal
dengan uraian tugas penyediaan ruang bemain lebih berorientasi pada 7. Pelaksanaan dan
masing-masing sudah dengan mengajukan upaya promotif dan dokumentasi
ditentukan proposal kepada manajemen preventif dibandingkan discharge planning
rumah sakit, tetapi belum upaya kuratif dan belum optimal
f. Dalam struktur ada tindak lanjut rehabilitatif. Untuk
organisasi, peran clinical mencapai upaya tersebut
instruktur sudah ada dan h. Telah tersedianya peralatan maka salah satu apaya
mempunyai peran dan bermain untuk anak yang yang dapat dilakukan
fungsi yang telah dirawat namun belum ada adalah dengan
ditentukan. tersedianya ruangan khusus memandirikan pasien
untuk bermain anak. dan keluarga melalui
g. Metode asuhan pendidikan kesehatan,
keperawatan yang i. Kegiatan perencanaan dan perawat dituntut
digunakan di ruangan pulang (discharge planning) untuk melakukan
anggrek saat ini adalah telah dilakukan, namun pendidikan kesehatan
metode tim, yang terdiri belum optimal dilakukan secara komprehensif.
dari 3 tim, dengan 6 secara khusus.
ketua tim dan 12 e. Therapy bermain di

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

pelaksana. j. Kegiatan pendidikan rumah sakit belum


kesehatan (penkes) belum dilaksanakan secara
h. Sudah tersedianya SOP dilakukan secara optimal, optimal mengingat
pengendalian infeksi penkes hanya dilakukan kebutuhan bermain bagi
nosokomial yg dibuat secara individu dan belum anak tetap menjadi
tim pengendali rumah pernah dilakukan secara prioritas walaupun
sakit. masal mereka dalam keadaan
sakit dan dirawat di
i. Semua perawat telah k. Tidak didapatkan bukti fisik rumah sakit. Untuk itu
mengikuti pelatihan bahwa pendidikan kesehatan maka rumah sakit
universal precaution telah dilakukan pada pasien hendaknya dapat
dan keluarga memfasilitasi aktifitas
j. Tersedia format bermain ini.
Dokumentasi asuhan l. Belum ada list atau daftar
keperawatan di ruangan kebutuhan pendidikan
kesehatan dan satuan acara
k. Perawat telah melakukan penyuluhan bagi pasien dan
dokumentasi askep keluarga.

l. Alat tenun memadai m.Belum terlihat media


dengan kondisi yang informasi kesehatan yang
baik dapat dilihat oleh pasien dan
keluarga seperti poster dan
m.Dalam melakukan leaflet
tindakan keperawatan,
perawat sudah n. Dalam melakukan tindakan
menggunakan APD dan keperawatan yg
menggunakan teknik menimbulkan trauma ,
aseptic dan antiseptic perawat kurang
memperhatikan respon

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

n. Pelaksanaan atraumatik pasien dan lebih terfokus


care sudah dilakukan pada tindakan yang
dengan salah satu dilakukan dan tidak
tindakannya adalah dilakukan teknik
membawa pasien ke pengurangan nyeri.
ruangan khusus tindakan
untuk dilakukan o. Belum optimalnya pengisian
prosedur diagnostic. papan identitas pasien
secara lengkap di masing-
o. Lingkungan perawatan masing tempat tidur
ruang anggrek sangat
kondusif untuk p. Belum optimalnya
mendukung perawatan penggunaan alat penunjang
anak dengan kasus dalam pemberian obat
infeksi dan non infeksi. secara tepat dan benar

p. Sarana dan prasarana


ruang anggrek
mendukung untuk
pelaksanaan askep pada
pasien anak dengan
penyakit infeksi dan non
infeksi.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 sampai 22


Februari 2012 dengan menggunakan metode observasi, melihat data sekunder
dan wawancara. Diperoleh masalah keperawatan yang ada di ruang anggrek
yaitu : Belum optimalnya identifikasi pasien dan ruangan dalam mendukung
terlaksananya patient safety

D. Strategi Penyelesaian Masalah


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka ada beberapa strategi
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan untuk penyelesaian masalah.
Langkah-langkah yang dapat diambil adalah brain storming dengan perawat
ruangan tentang permasalahan yang timbul kemudian didiskusikan bersama
alternatif pemecahan masalahnya, selanjutnya dilakukan implementasi dengan
melibatkan perawat ruangan serta evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan.
Rencana strategi pemecahan masalah Optimalisasi Pasien Safety meliputi
memodifikasi pencatatan kelengkapan identitas pasien di masing-masing tempat
tidur pasien, memberi penomoran masing-masing tempat tidur.

E. Rencana Pelaksanan

N Kegiatan Tanggal dan Bulan Pelaksanaan


o
Februari Maret
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Persiapan
a. Pengkajian V V V
b. Identifikasi Masalah V V V
c. Penyusunan Proposal V
d. Konsultasi Proposal V
e. Presentasi Proposal V
2 Pelaksanaan V V V V V V V

3 Evaluasi dan V V V V
pembuatan laporan

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

F. Susunan Kepanitiaan Proyek Inovasi


1. Pembimbing Institusi : Nani Nurhaeni,SKp., MN
Dessie Wanda, SKp., MN
2. Pembimbing Lahan :Yanti Riyantini,.,MKep.,Sp.Kep.Anak
Ns. Wastati, S.Kep
3. Penanggung Jawab : Ch. Ririn Widianti

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

BAB IV
PELAKSANAAN

A. PELAKSANAAN
1. Persiapan
Presentasi proposal proyek inovasi optimalisasi patieny safety: identifikasi
pasien secara benar dilakukan pada tanggal 28 Februari 2012 di kamar
bermain ruang anggrek RSAB Harapan Kita. Presentasi dihadiri oleh kepala
ruangan, pembimbing klinik , perawat ruangan dan pembimbing pendidikan.
Setelah acara presentasi, dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Dari
hasil kesepakatan antara kelompok dan ruangan, direncanakan ada 7 kegiatan
proyek inovasi di ruang Anggrek yang salah satunya adalah optimalisasi
patient safety: identifikasi pasien secara benar.

Strategi yang disepakati dengan ruangan adalah:


a. Menggalakkan kembali penulisan identitas di papan identitas pada masing-
masing tempat tidur pasien dengan melakukan pengecekan setiap pagi.
b. Modifikasi papan identitas pasien dengan mencantumkan nama perawat
penanggung jawab pasien.
c. Menempelkan nomor identitas tempat tidur pasien di dinding atas tempat
tidur pada masing- masing ruangan.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan penggalakkan kembali pengisian papan
identitas pasien di masing-masing tempat tidur pasien setiap hari. Kemudian
untuk penomoran tempat tidur, diawali dengan pemilihan gambar kartun dan
buah yang akan menjadi dasar dalam pembuatan nomor.

Penempelan nomor identitas dilaksanakan pada tanggal 2 Maret dan 6 Maret


2012 pada semua ruangan di ruang Anggrek yaitu dari kamar 102 sampai
kamar 109 dan terdiri dari angka 1 dan angka 2. Nomor 1 dipakai untuk
tempat tidur yang berada di dekat pintu dan nomor 2 dipakai untuk tempat

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

tidur yang jauh dari pintu atau yang dekat jendela. Posisi penempelan nomor
dan pemilihan nomor disepakati dengan kepala ruangan dan pembimbing
klinik.

Kendala yang dialami saat pelaksanaan inovasi antara lain adalah untuk
penambahan nama perawat penanggung jawab pasien pada papan identitas
pasien ternyata sudah tidak memungkinkan. Hal tersebut dikarenakan pada
papan sudah terlalu penuh dengan tulisan nama, tangal masuk, diit, dokter
dan umur pasien. Selain itu juga karena di ruang Anggrek untuk perawat
penangguang jawab pasien pada setiap hari dan setiap shif dinas berganti-
ganti dan tidak menetap disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruangan dan
pasien.

B. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan setelah pemasangan nomor identitas diatas tempat tidur
pada masing-masing kamar di ruang Anggrek. Evaluasi dilaksanakan pada
tanggal 6, 7 dan 8 Maret 2012 dengan menanyakan manfaatnya penomoran dan
penulisan papan identitas pasien kepada keluarga pasien atau orangtua, perawat
pelaksana , pembimbing klinik, kepala ruangan dan petugas fisioterapi yang
malakukan inhalasi dan fisiotherapi pada pasien dengan gangguan oksigenasi
pada anak dengan masalah pernapasan.

Kepala ruangan dan pembimbing klinik mengatakan bahwa penulisan papan


identitas dan penomoran tempat tidur sangat bermanfaat dan memudahkan
dalam identifikasi pasien. Mereka mengatakan ketika dilakukan serah terima
bisa disebutkan pasien Ruang 105 A bed 1 dan bukan lagi Ruang 105 A yang
dekat jendela.

Keluarga dan orang tua pasien juga mengatakan lebih enak dan mudah setelah
ada penomoran tempat tidur. Apalagi di nomornya ada gambar buah dan gambar
karun yang juga disukai anak-anak sehingga bisa untuk mengalihkan perhatian
anak saat rewel dan menangis.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

Perawat ruangan mengatakan lebih mudah dalam identifikasi pasien karena


meskipun pasien sudah menggunakan gelang identitas. Demikian juga evaluasi
yang dilakukan pada petugas fisiotherapi yang melakukan inhalasi pada pasien
dengan gangguan oksigenasi. Mereka mengatakan sekarang lebih mudah
melakukan identifikasi pasien karena sudah ada nomor dan namanya.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Patient safety sendiri merupakan proses pelayanan rumah sakit secara lebih
aman, termasuk assessment risiko, identifikasi dan manajemen risiko
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar
dan menindaklanjuti insiden serta penerapkan solusi untuk meminimalisasi
risiko. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma,
pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(Dep Kes R.I, 2006).

Identifikasi pasien yang selama ini sudah dilakukan di Ruang Anggrek adalah
penggunaan identitas gelang pasien namun belum ada identitas atau nomor
tempat tidur. Untuk identifikasi dan penomoran kamar sudah ada. Hal ini
akan beresiko untuk terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien terutama
bagi petugas kesehatan yang tidak selalu merawat pasien di kamar tersebut
sehingga mereka tidak hafal.

Pada pasien-pasien yang mengalami gangguan oksigenasi dan memerlukan


inhalasi dan fisiotherapi dada, maka tindakan tersebut akan diberikan oleh
petugas fisiotherapi yang akan berkeliling ke seluruh ruangan di rumah sakit
dengan petugas yang bergantian setiap hari dan setiap shiftnya. Petugas akan
kesulitan mengidentifikasi pasien dengan tidak adanya nomor tempat tidur.

Dengan dilakukan kegiatan optimalisasi patient safety: Identifikasi pasien


secara benar didapatkan manfaat memudahkan identifikasi pasien oleh
keluarga dan petugas kesehatan sehingga mengurangi kecenderungan
kesalahan demi keselamatan pasien.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

B. SARAN
Penomoran identitas diatas tempat tidur pasien sangat bermanfaat sehingga
diharapkan dijaga supaya tidak terlepas dan dilakukan pembersihan oleh
petugas cleaning service untuk meminimalkan terjadinya kemungkinan infeksi
nosokomial.

Penulisan identitas pada papan identitas pasien sebaiknuya dituliskan ketika


pasien masuk dan dilakukan pengecekan setiap hari.

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien di rumah


sakit. Jakarta, Bhakti Husada

Hartini, dkk. (2010). Laporan proyek di Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita
Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Hockenberry, Wilson. (2007). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (8th ed.). St.
Louis: Mosby Elseiver

Miller, M.R., Takata, G., Stucky, E. R., Neuspiel, D.R. (2011). Principles of
Pediatric Patient safety: Reducing Harm Due to Medical Care. Pediatrics,
127,1199.

Muscari, Mary E (2005), Panduan belajar: keperawatan pediatrik/ Ed. 3, Jakarta:


EGC

Napier, J., Knox, E. (2006). Basic concepts in Pediatric Patient safety: Action
Toward a safer Health Care System. Clinical Pediatric Emergency Medicine
7:226-230@ Published by Elsevier Inc.

Nursalam, Rekawati S dan Sri Utami,. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak,
Jakarta: Salemba Medika

Perry dan Potter, 2006. Fundamental of nursing. Philadelphia: Mosby Inc.

Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012


  Lampiran 3 
 

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN KEGIATAN PROYEK INOVASI


OPTIMALISASI PATIENT SAFETY: IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
DI RUANG ANGGREK RSAB HARAPAN KITA
JAKARTA

CHRISTINA RIRIN WIDIANTI


0906505092

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
2012

Aplikasi model..., Christina Ririn Widianti, FIK UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai