Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatNya, penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini dengan judul:
“ Aplikasi Model Konservasi Energi Myra Estrine Levine Dalam Pemenuhan
Kebututahan Oksigenasi Pada Anak Dengan Infeksi Respiratori Akut di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta”.
Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Program Ners Spesialis Ilmu keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku supervisor utama yang dengan penuh kasih
dan kesabaran selalu memberikan bimbingan, motivasi, bantuan dan semangat
kepada penulis
2. Elfi Syahreni, Ns., Sp.Kep.An., selaku supervisor yang juga dengan penuh
kasih dan kesabaran selalu memberikan bimbingan, motivasi, bantuan dan
semangat kepada penulis
3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp.,MN.,selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Dessie Wanda, S.Kp.,MN., selaku pendamping dan penguji yang juga dengan
penuh kasih dan kesabaran selalu memberikan bimbingan, motivasi, bantuan
dan semangat kepada penulis
6. Seluruh staf pengajar dan pembimbing peminatan anak Program Magister dan
Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, yang
dengan kasih dan kesabarannya selalu memberikan bimbingan dan semangat
pada penulis
7. Seluruh staf Akademik dan non-Akademik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang selalu memberikan bantuan dan arahan pada
penulis
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau infeksi respiratori akut (IRA)
merupakan masalah kesehatan yang penting karena merupakan penyebab
kematian kedua setelah diare pada Balita di Indonesia. Peranan perawat sangat
penting dengan memberikan asuhan keperawatan yang mendukung proses
penyembuhan dan perkembangan anak. Residen menggunakan pendekatan model
konservasi energi Myra Estrine Levine dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada 5 anak dengan IRA. Residen membantu anak dalam memenuhi tugas
perkembangannnya meliputi proses beradaptasi dan berinteraksi serta memberikan
respon terhadap rangsangan dengan lingkungan di sekitarnya sehingga anak
mencapai kesembuhan dengan mengoptimalkan konservasi energi, konservasi
integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial.
Saran: perawat bisa menerapkan dan lebih mengembangkan metode pendekatan
model Levine dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kata Kunci: Levine, infeksi respiratori akut, infeksi saluran pernapasan atas ,
oksigenasi
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………… vii
ABSTRAK………………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN…..………………………………………………… xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 6
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………... 6
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Model Konservasi…………………………………. 56
4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak……………………. 65
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir ini saya buat
tanpa adanya tindakan plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Indonesia. Jika dikemudian hari ternyata saya terbukti melakukan
tindakan tersebut, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan siap
menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia.
Yang Menyatakan
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab satu ini akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan umum dan tujuan
khusus serta sistematika penulisan karya ilmiah akhir.
Proses tumbuh kembang ini menurut Seidel, dkk. tahun 1999 (dalam Wong et
al., 2001) saling berkaitan, terjadi bersamaan dan bersifat kontinyu sehingga
tidak satupun proses yang terjadi terpisah dari yang lain. Proses ini
dipengaruhi oleh endokrin, genetika, konstitusional, lingkungan, nutrisi dan
penyakit. Secara umum, faktor genetik akan mempengaruhi perkembangan
seorang anak sebesar 20 % dan lingkungan akan mempengaruhi
perkembangan mencapai 80% sehingga untuk menjaga kelangsungan tumbuh
1 Universitas indonesia
kembang anak, maka anak perlu diberi stimulasi yang terus menerus sesuai
tahapannya. Anak harus mendapatkan kesempatan yang seluas–luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, maupun sosial dan
berakhlak mulia serta perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak
(Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).
Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik
secara rohani, jasmani maupun sosial (Undang-Undang Kesejahteraan Anak,
1979). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh pola asuh, gaya hidup, pola
penyakit, lingkungan dan pelayanan (Markum, 1999; Soetjiningsih, 1998).
Kesejahteraan anak dapat terganggu karena anak mengalami sakit dan harus
dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi.
Salah satu penyakit yang diderita oleh anak sehingga anak harus menjalani
hospitalisasi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau Acute
Respiratory Infections (ARI) atau Infeksi Respiratori Akut (IRA) yang
meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
Universitas Indonesia
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Hal ini
kemungkinan karena ISPA hanya dianggap sebagai batuk pilek yang biasa dan
akan sembuh dengan sendirinya. Faktor resiko yang berkonstribusi terhadap
insiden pneumonia adalah ASI eksklusif, gizi kurang, polusi udara dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran aplikasi model konservasi pada proses keperawatan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada anak dengan infeksi saluran pernapasan
atas yang dirawat di ruang anak infeksi Gedung A Lantai I RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
Universitas Indonesia
Bab dua ini menguraikan tentang gambaran kasus kelolaan dan tinjauan teori
mengenai gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada anak Infeksi
Respiratori Akut (IRA) atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
Pneumonia serta aplikasi teori dalam melakukan asuhan keperawatan dengan
menggunakan model konservasi dari Levine.
2.1.1 Kasus 1
An. B, usia 14 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 23 Maret 2012
jam 00.00 dengan keluhan sesak napas yang makin berat sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Tanggal 29 Maret j.00.30 masuk ruang infeksi
dengan diagnosa Community Aquired pneumonia (CAP) dan gizi buruk.
Kemudian tanggal 29 Maret 2012 jam 15.30 anak mengalami hiperkapnia,
hipoksemia dan ancaman gagal napas sehingga di pindah ke ICU dan masuk
lagi ke ruang infeksi pada tanggal 1 April 2012 jam 18.00.Anak masih
batuk, menggunakan oksigen 2lt/mnt nasal kanul, terpasang stopper di
tangan kanan. Terapi yang didapat: cefotaxim 3x175 IV, kloritromisin 2x50
mg oral, asam folat 1x1 mg oral dan paracetamol jika perlu 60 mg.
cuping hidung, terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang paru dan slem
banyak. Anak mengalami hemiparesis sinistra. Pada integritas personal
ditemukan bahwa Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 14
bulan, tampak rewel, sesak napas, dan mengalami hemiparese sinistra. Ibu
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Pengkajian integritas sosial
ditemukan bahwa anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara biasa
diasuh oleh ibu dan bapaknya dan disayang keluarga. Trophicognosis yang
ditemukan terdiri dari: risiko peningkatan suhu tubuh, nutrisi kurang dari
kebutuhan, risiko kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola
napas tidak efektif dan kecemasan orang tua.
2.1.2 Kasus 2
An. MK, usia 4 bulan, dibawa ke RSCM pada tanggal 18 Maret 2012 jam
02.00 dengan keluhan batuk, panas dan sesak napas. Di UGD anak
didiagnosis bronkhiolitis dan sementara dipuasakan. Terapi yang didapat
ampisilin 100 mg/kg/hr, kloramphenikol 75 mg/kb/hr, dexamethason
0,5mg/kg/hr, inhalasi NaCl 0,9 % + berotec 8 tts 3x/hr. Anak masuk ruang
infeksi tanggal 19 Maret jam 13.50. Pengkajian dilakukan pada tanggal 19
Maret 2012, jam 15.00. Pengkajian kemampuan konservasi energi diperoleh
Universitas Indonesia
data saat ini anak puasa, biasa minum ASI sebelum sakit. Tidur anak
berkurang. Pada pengkajian integritas struktur didapatkan data: hidung
simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Dada terdapat retraksi
epigastrium minimal. Pernapasan 70 x/menit, cepat dan dangkal, tampak
menggunakan otot-otot bantu pernapasan dan terlihat ekspiratory effort.
Terdengar bunyi napas wheezing di kedua lapang paru.. Suhu 38,2°C, Nadi
120x/mnt, frekuensi napas 70x/mnt, dangkal dan anak terpasang infus KaEn
IB+ KCl 10 6 tts/mnt makro. Pengkajian integritas personal diperoleh: Anak
berusia 4 bulan, sudah bisa memiringkan badannya kekanan dan kekiri,
senyum sosial, menoleh ke sumber suara, menggenggam tangan pengasuh
dan tertawa jika di ajak bicara. Data terkait ntegritas sosial adalah anak
biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Orang tua mengatakan khawatir
dengan kondisi anaknya. Trophicognosis yang ditemukan antara lain adalah
peningkatan suhu tubuh, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan, risiko
kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan kecemasan orang tua.
Universitas Indonesia
2.1.1 Kasus 3
An. R, usia 5 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 31 Maret 2012
dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 1 minggu SMRS.
Anak R sudah berobat ke RSI Pondok Kopi dan dirujuk ke RSCM dengan
diagnose bronchopneumonia dan anemia gravis. Tanggal 1 April anak
masuk ruang PICU karena sesak napas. Tanggal 3-11 April, anak dirawat di
ruang non infeksi karena anemia gravis. Anak masih sesak dan batuk,
dipindah ke ruang infeksi tanggal 11 April 2012 j. 20.00 dengan diagnosis
pneumonia terkait komunitas dan tersangka tuberculosis (TB) milier. Tes
mantoux negatif. Anak mendapatkan terapi TB sejak tanggal 6 April 2012.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2012. Pada pengkajian
kemampuan konservasi energi diperoleh data anak hanya mau minum
sedikit karena anak terus sesak dan rewel. BB sekarang 4,2 kg, klinis gizi
kurang. Data integritas struktur meliputi: hidung simetris, terpasang oksigen
nasal kanul 1 liter/menit, terdapat retraksi epigastrium, pernapasan 36
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan, saturasi O2 99%. Terdengar bunyi slem banyak. Suhu 36,7°C,
nadi 126x/mnt dan terpasang infus N5 + Kcl 3% 9cc/jam. Terapi yang
didapat adalah ceftazidim 3x100mg, Paracetamol jika panas 3x 50 mg, Zinc
1x10 mg, asam folat, obat TB, vit E, asam urso, aktavol, Susu Formula
BBLR 8x45 cc. Integritas personal: Anak berusia 5 bulan, sudah bisa
memiringkan badannya dan tengkurap. Integritas sosial: Orang tua
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Trophicognosis yang
ditemukan: risiko kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola
napas tidak efektif dan kurang pengetahuan orang tua.
Universitas Indonesia
2.1.4 Kasus 4
An. Jk, usia 4 bulan, dibawa ke RSCM pada tanggal 11 februari 2012
dengan keluhan sesak napas yang semakin berat sejak 4 hari SMRS.
Diagnosa medis pneumonia komunitas, laringomalacia tipe 1, gizi buruk
dan suspek TB. Anak dirawat di ruang infeksi dari tanggal 11 Februari
2012 sampai tanggal 5 Maret 2012. Kemudian setelah dilakukan
supraglossoplasty, anak dirawat di PICU dari tanggal 6-15 Maret.
Kemudian pindah di ruang infeksi kembali tanggal 15 Maret 2012 j.15.00
dengan paska trakheostomi dan bronkhoskopi diagnostik hari ke-2 dan
paska supraglossoplasty hari ke 9. Anak mendapat terapi omeprazole 2x3,5
mg IV, cefotaxim 3x100mg IV, Bacobran 2x sehari, inhalasi dengan NaCl
0,9 % dan ventolin 4x sehari IVFD stopper. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 15 Maret 2012. Pada pengkajian kemampuan konservasi energi:
Saat ini anak terpasang NGT, minum 10x50cc. BB sekarang 2,62 kg.
Pengkajian integritas struktur: kepala normal, ubun-ubun besar belum
menutup, tidak cekung. Leher terpasang trakeostomi tube hari kedua,
tampak keluar banyak lendir, terpasang oksigen tube 3 liter/menit. Bibir
tampak keluar lendir seperti di lubang trakheostomi. dan tidak berwarna
kebiruan. Bentuk dada menggambang, pernapasan 44 x/menit, cepat dan
dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu pernapasan. Terdengar bunyi
napas vesikuler di kedua lapang paru, slem banyak. Genital laki-laki,
tampak phimosis dan anus paten, terdapat wasting. Suhu 36,7°C, Nadi
128x/mnt. Data integritas personal: Ibu bertanya tentang kondisi anaknya.
Integritas sosial: Anak biasa diasuh oleh ibu dan bapaknya. Hubungan
keluarga tampak harmonis, anak disayang oleh orang tua. Trophicognosis
yang ditemukan antara lain: risiko nutrisi kurang dari kebutuhan, risiko
kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan kecemasan orang tua.
Universitas Indonesia
2.1.5 Kasus 5
An. AN, usia 8 bulan, dengan atresia bilier pro transplantasi hati dan
hospital acquired pneumonia (HAP) dibawa ke RSCM dengan keluhan
utama kaki yang semakin bengkak. Di IGD RSCM anak sudah transfuse
albumin 3 kali dan diruang non infeksi dari tgl 19 Maret sudah transfusi 1
kali @ 25% . Pasca transfusi albumin III 2,86gr/dl. Masuk di ruang infeksi
tgl 22 Maret jam.17.00, kondisi klinis pasien sesak napas, sesuai dengan
tanda hospital acquired pneumonia. Sampai tgl 26 Maret 2012, anak sudah
mendapatkan transfuse albumin 6 kali. Terapi yang didapat: piperacillin
tazobactam 4x475 mg IV, asam urso 3x50 mg oral, aktavol 2x0,5 ml oral,
spironolakton 2x6,25 mg, ambroxol 4 mg+ salbutamol 0,4 mg, dan inhalasi
NaCl 0,9 % dan suction 4x sehari. Pengkajian dilakukan pada tanggal 26
Maret 2012, j.15.00. Pada pengkajian kemampuan konservasi energi
didapatkan data sejak sakit anak hanya minum melalui NGT yaitu
pregestimil 8x75 ml.. Tidur berkurang dan sering menangis. BB sekarang
6,270 kg. BAB anak sejak lahir seperti dempul 1-2 kali sehari dan BAK
anak seperti teh. Suhu 38,1°C riwayat demam naik turun, Nadi 120x/mnt,
saturasi oksigen 99%. Data integritas struktur: mata simetris, sclera tampak
ikterik, hidung terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit, tampak napas
cuping hidung. Dada tampak retraksi epigastrium, pernapasan 40 x/menit,
cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu pernapasan,
saturasi oksigen 99%. Tidak terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang
paru, slem banyak. Abdomen teraba tegang, tampak buncit, terlihat
Universitas Indonesia
venektasi di dinding perut dan tampak hernia umbilikalis yang besar sekitar
3cm. hepar dan lien sulit dinilai, teraba keras. Lingkar perut: 49cm/52 cm.
Genital laki-laki tampak hidrokel bilateral dan hernia skrotalis sinistra dan
anus paten. Edema tungkai bawah. Anak hanya dapat beraktivitas miring-
miring ditempat tidur. Integritas personal: Anak berusia 8 bulan Saat ini
anak tampak rewel kelihatan sesak napas, Anak tidak bisa menjalankan
aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan kondisi anaknya. Data integritas
sosial: Anak biasa diasuh oleh ibu , dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orang tua. Trophicognosis yang
ditemukan: risiko peningkatan suhu tubuh, nutrisi kurang dari kebutuhan,
risiko kekurangan cairan, bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan kecemasan orang tua.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti: sinus,
ruang telinga tengah dan selaput paru. Menurut buku ajar respirologi anak
Universitas Indonesia
tahun 2012, istilah ISPA diganti dengan sebutan infeksi respiratori akut
yang mencakup infeksi respiratori atas dan infeksi respiratori bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam
2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Penyakit batuk
pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua
radang telinga akut harus mendapat antibiotik. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya .
Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan fibro kistik,
merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada musim dingin. Tetapi ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena
dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik.
Universitas Indonesia
2.2.2 Pneumonia
2.2.2.1 Definisi
a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian dari satu /lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena maka disebut sebagai pneumonia
bilateral.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2.2 Penyebab
Beberapa agen penyebab pneumonia diantaranya adalah virus, bakteri,
mycoplasma, atau aspirasi benda asing seperti makanan, minuman, dll.
(Said, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).
Universitas Indonesia
Gambar 2.1
PatolowPneumonia
Non-Infeksi
Infeksi : • Aspirasi makanan/benda asing/asam lambung
Virus, bakteri • Reaksi hipersenstivitas
• Pneumonitis akibat obat atau radiasi
Rewel
Batuk Masuk melalui jalan Gangguan
nafas atas (nasofaring) ↓ nafsu makan pemenuha
Hidung n
tersumbat kebutuhan
↓ masukan
nutrisi :
Teraspirasi dalam i
kurang
Nafas perifer paru
sesak dari
kebutuhan
tubuh
Kelelahan
Edema reaktif
Intolensi aktivitas
Proliferasi organisme ke
bagian paru yang berdekatan Lab:
• Keukosit naik
• Hb normal atau
naik Prosedur
Kebersihan jalan • LED normal
PNEUMONIA invasif
nafas tidak efektif atau naik
• Rontgen dada
Saluran nafas
Suara ronkhi menyempit
Penggunaan otot Takipneu
asesoris pernafasan
Suara wheezing
Retraksi inferkostal,
subkostal, suprasternal Gangguan rasa nyaman Cemas
Sumber: Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012; Potter & Perry, 2006
Universitas Indonesia
2.2.2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan/penatalaksanaan medis mencakup pengobatan untuk
memperbaiki oksigenasi dengan pemberian oksigen dan terapi pernafasan.
Kadang-kadang diberikan terapi inhalasi untuk memudahkan pengeluaran
mukus atau sputum/sekret dari saluran pernafasan.
Universitas Indonesia
2.2.3.1 Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas kedalam dan keluar
paru-paru, jumlahnya sekitar 500 cc. Otot paru dan thoraks yang elastis dan
persyarafan yang utuh dibutuhkan untuk ventilasi. Pernapasan adalah upaya
yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi.
Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma yang dipersyarafi oleh
saraf frenik yang keluar dari medula spinalis pada vertebra servikal keempat
(Potter & Perry, 2006).
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi
Universitas Indonesia
2.2.3.2 Perfusi
Perfusi paru adalah merupakan gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakomodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan
jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ke dan dari membran
kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi
pulmonar merupakan suatu reservoar untuk darah sehingga paru dapat
meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri dan
vena pulmonar yang besar. Sirkulasi pulmonal juga berfungsi sebagai filter
yang menyaring trombus kecil sebelum trombus tersebut mencapai organ-
organ vital (Potter & Perry, 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga tentang cara perawatan
anak yang mengalami gangguan oksigenasi agar keluarga dapat ikut
berperan aktif dalam perawatan.
Universitas Indonesia
Levine (1973) menyatakan bahwa individu sebagai suatu sistem terbuka yang
memiliki kesatuan yang utuh. Interaksi yang terus menerus antara individu
sebagai organisme dengan lingkungan pada setiap dimensi kehidupan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berarti jika mampu masuk kedalam komunitas sosial, dan kesehatan dapat
dipengaruhi oleh komunitas sosial. Perawat yang memiliki peran profesional
mampu memfasilitasi kebutuhan klien untuk berinteraksi dengan orang tua,
keluarga dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi
integritas sosial.
Universitas Indonesia
awal dan mencegah jatuh ke keadaan yang lebih berat (Hockenberry &Wilson,
2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.2
Bagan Integrasi Teori Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Oksigenasi Pada
Penderita ISPA
Adaptasi
Trophicognosis
Hipotesis
Evaluasi
Universitas Indonesia
2.4.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak B
2. Tempat/Tgl Lahi : Bogor, 21 Januari 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 14 bulan
5. Alamat : kp.pintu air Rt06/07, pabuaran, Bojonggede,
Bogor, jawa barat
b. Riwayat singkat klien
An. B, usia 14 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 23 Maret 2012
jam 00.00 dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 3 hari
SMRS. Anak B sudah berobat klinik tapi tetap tidak ada perbaikan. Anak
jadi susah minum dan rewel, tidak mau makan. Anak panas tinggi, BAB
dan BAK tidak ada perubahan. Di IGD RR anak 60x/mnt, GCS 15 dan
mendapat terapi kloramphenikol, ampisilin dan oksigen 2 l/mnt. Karena
ada alergi ampisilin, antibiotic diganti cefotaksim 3x175 mg. Pada tanggal
29 Maret jam 00.30 masuk ruang infeksi dengan diagnose Community
Aquired pneumonia dan gizi buruk. Kemudian pada tanggal 29 Maret
2012 jam 15.30 anak mengalami hiperkapnia,hipoksemia dan ancaman
gagal napas sehingga di pindah ke ICU.
Anak masuk lagi ke ruang infeksi pada tanggal 1 April 2012 jam 18.00.
anak masih batuk, menggunakan oksigen 2lt/mnt nasal kanul, terpasang
stopper di tangan kanan. Terapi yang didapat: diet F 100 8x100ml,
cefotaxim 3x175 IV, kloritromisin 2x50 mg oral, asam folat 1x1 mg oral
dan paracetamol jika perlu 60 mg.
Riwayat penyakit keluarga: sepupu ibu ada terkena TBC dan sudah
dinyatakan sembuh, tidak tinggal satu rumah. Riwayat kelahiran: lahir
spontan dibantu bidan, di RS di Citayam, anak langsung menangis. Anak
Universitas Indonesia
Riwayat imunisasi : kesan tidak lengkap, tidak ada BCG Scar. Riwayat
tumbuh kembang: anak sudah bisa berjalan sejak 11 bulan, dan sudah bisa
bicara mama…bapak….maem…dll.riwayat nutrisi: anak makan bubur
3xsehari dan susu formula SGM 4x120 ml. BB saat ini 6,5 kg, Pb 68 cm.
BB/U = 6,5/11=89%, TB/U= 68/79= 86%, BB/TB= 6,5/8,1= 80%.
2. Patoflow ( terlampir )
3. Pengkajian
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 2 April 2012, jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum susu formula sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan
rewel. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena
anak sering batuk. BB sekarang 6,5 kg. BAB dan BAK anak tidak
ada masalah. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi
oksigen 95%. Saat ini anak minum melalui NGT SF 100, 8x100cc.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak coklat sawo matang, rambut tebal, sedikit panjang
terdistribusi merata, kuku tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru.
Kepala normal, tidak ada deformitas. Leher terdapat kaku kuduk. Mata
simetris, bersih, telinga simetris , bersih tidak keluar serumen. Hidung
simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Bibir tampak
kering dan tidak berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat
retraksi epigastrium dan intercostals serta suprasternal. Pernapasan 60
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan, terdapat napas cuping hidung, saturasi oksigen 95%.
Terdengar bunyi napas ronkhi di kedua lapang paru, slem banyak.
Jantung terlihat impuls apical, terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen
teraba supel, bising usus terdengar normal 11 x/menit. Genital normal
Universitas Indonesia
c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 14 bulan, sudah
bisa memiringkan badannya, berjalan dan berlari. Anak juga sudah
bisa mberbicara memanggil mama…bapak…dll. Saat ini anak tampak
rewel kelihatan sesak napas, dan mengalami hemiparese sinistra. Anak
tidak bisa menjalankan aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan
kondisi anaknya
d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orang tua dan keluarga. Anak
Universitas Indonesia
2.4.2 Trophicognosis
2.4.3 Hipotesis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ronkhi
-turgor cukup
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
cukup
P:
Lanjutkan tindakan
Universitas Indonesia
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan tindakan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
perasaannya
-ibu mudah diajak
kerjasama dalam
setiap perawatan
dan pengobatan
anaknya
-ibu tampak lebih
tenang setelah
mengungkajaman
perasaannya
A:
Kecemasan orang
tua berkurang
P:
Stop tindakan
Universitas Indonesia
Bab tiga ini akan menguraikan tentang pencapaian kompetensi ners spesialis
keperawatan anak.
Praktik residensi yang dilakukan dimulai pada 3 Oktober 2011 sampai dengan 20
April 2012 merupakan akhir dari proses pendidikan spesialis keperawatan anak.
Selama melakukan praktik tersebut residen dituntut untuk dapat menerapkan
perannya sebagai ners spesialis keperawatan anak.
3.2 Pendidik
Kegiatan yang dilakukan oleh residen dalam melaksanakan peran sebagai
pendidik adalah melakukan komunikasi dalam keperawatan dengan perawat
ruangan yang membahas tentang dokumentasi keperawatan. Pendidikan juga
dilakukan kepada pasien dan keluarga dalam bentuk pendidikan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan klien dan keluarga misalnya dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang tata cara batuk, pencegahan penyakit ISPA, cara
melakukan penghisapan lendir, cara mencegah infeksi dengan tehnik cuci
tangan yang benar, cara memberikan obat inhalasi melalui nebulizer,
memberikan posisi yang mengoptimalkan pengembangan paru, memberikan
nutrisi melalui NGT, konsultasi mengenai manajemen laktasi, stimulasi
perkembangan anak pada keluarga klien dengan bentuk pendidikan bersifat
interpersonal atau kelompok. Peran sebagai pendidik juga residen terapkan
dengan melakukan bimbingan kepada mahasiswa magister yang sedang
praktik aplikasi, mahasiswa DIII keperawatan yang sedang praktik
keperawatan anak, serta perawat yang sedang dalam masa orientasi di ruangan
terkait dengan pelaksanaan prosedur tindakan dan asuhan keperawatan pada
anak secara umum.
Universitas Indonesia
3.3 Koordinator
Peran sebagai koordinator dicapai dengan melakukan koordinasi pemberian
asuhan keperawatan dengan tim dokter, petugas gizi, petugas fisiotherapi dan
rehabilitasi medik. Koordinasi dilakukan supaya pasien mendapatkan asuhan
yang terbaik demi pemulihan kesehatannya. Selain itu, residen juga
melakukan proyek inovasi yang dilakukan di ruang rawat IKA II RSPAD
Gatot Soebroto dan di Ruang Gambir RSAB Harapan kita. Proyek inovasi
yang dilakuakan berkatian dengan pemberian asuhan yang atraumatic care
dengan pendekatan FCC dan juga pelayanan patient safety.
3.4 Kolaborator
Peran sebagai kolaborator dilakukan dengan bekerja sama dengan tim
kesehatan lain dan keluarga pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan
anak. Residen dalam memberikan asuhan keperawatan selalu bekerja sama
dengan anak dan keluarga, berkolaborasi dalam mengkaji kebutuhan, dan
menyusun rencana intervensi sehingga dapat menemukan dengan benar
kebutuhan anak.
3.5 Peneliti
Peran perawat sebagai peneliti dilakukan penulis dengan melakukan critical
review terhadap beberapa hasil penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
menerapkan evidence based practice (EBP/praktik berbasis pembuktian).
Penulis melakukan critical review dan menerapkan hasil penelitian yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Antara lain adalah Effect of
Oxygen Supplementation on Length of Stay for Infants Hospitalized With
Acute Viral Bronchiolitis; Tracheostomy suction:a protocol for practice;
Nasogastric Tube Placement Verification In Pediatric and Neonatal Patients.
Universitas Indonesia
Bab empat ini berisi tentang pembahasan penerapan konsep dan teori keperawatan
Levine pada asuhan keperawatan anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan pembahasan tentang praktik spesialis anak dalam pencapaian
target kompetensi.
Karakteristik anak yang mengalami penyakit infeksi saluran napas atas dari
kasus yang diangkat adalah 80 % berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai
dengan hasil survey RisKesDas 2007 yang menunjukkan bahwa sebagian
besar anak yang menderita ISPA adalah berjenis kelamin laki-laki. Usia anak
yang diberikan asuhan keperawatan adalah 0-15 bulan (4 kasus dibawah 1
tahun dan 1 kasus 15 bulan). Usia ini adalah termasuk usia anak yang rentan
terkena ISPA karena mereka masih memiliki kekebalan dan daya tahan tubuh
yang masih rendah. World Health Organizotion (WHO) melaporkan bahwa
ISPA/ IRA termasuk pneumonia dan bronkhiolitis adalah penyebab utama
dari empat penyebab terbanyak kematian anak, dengan kasus terbanyak pada
anak berusia di bawah 1 tahun (Wantania, Naning, & Wahani, 2012 dalam
Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).
Terkait dengan riwayat pemberian air susu ibu (ASI), dari kelima kasus yang
diangkat, semua anak mendapatkan riwayat minum ASI dari ibunya sebelum
sakit. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku ajar
respirologi anak maupun dalam RisKesDas 2007 yang menyebutkan bahwa
anak yang mendapatkan air susu ibu akan menurunkan resiko terjadinya ISPA
dibandingkan pada anak yang tidak mendapatkan ASI. Cesar dkk.
melaporkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI, 17 kali lebih rentan
mengalami perawatan di rumah sakit karena pneumonia dibandingkan bayi
yang mendapatkan ASI. Pemberian ASI dengan durasi yang lama mempunyai
pengaruh proteksi terhadap ISPA selama tahun pertama (Wantania, Naning,
& Wahani, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012; PKB IDAI
JAYA, 2011).
.
Kelima anak dalam kasus ini tinggal di lingkungan yang kurang mendukung
kesehatan. Mereka tinggal di rumah yang sempit, tidak ada pencahayaan dan
sinar matahari masuk, lingkungan rumah ada yang perokok dan yang sedang
menderita batuk pilek. Hal ini mendukung terjadinya penyakit ISPA. Anak
yang tinggal di dalam rumah berventilasi baik memiliki angka insidens
ISPA/IRA yang lebih rendah daripada anak yang berada dalam ventilasi yang
buruk. Orang tua yang merokok meningkatkan anak menjadi rentan terhadap
pneumonia dengan odds ratio 2,2 (PKB IDAI JAYA, 2011; Wantania,
Naning, & Wahani, 2012 dalam Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012).
Status gizi dari kelima anak yang diambil tidak ada yang termasuk dalam gizi
baik. Sebanyak 80 % anak mengalami gizi buruk dan sisanya gizi kurang.
Semua anak yang mengalami gizi buruk, menderita pneumonia (CAP dan
HAP). Sedangkan anak yang mengalami gizi kurang, menderita bronkhiolitis.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Wantania, Naning, & Wahani, 2012 dalam
Rahajoe, Supriyatno & Setyanto, 2012) yang menyebutkan bahwa pada anak
yang mengalami kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
Universitas Indonesia
tahan dan respon imunologis terhadap berbagai penyakit. Kondisi imun yang
rendah akan memudahkan anak mengalami infeksi.
Jika dilihat dari status imunisasi, 2 orang anak riwayat belum mendapatkan
imunisasi, yaitu anak J (4 bulan) dan anak B (15 bulan). Sedangkan ketiga
anak lainnya sudah mendapatkan imunisasi dasar tetapi belum lengkap karena
usianya dibawah 9 bulan. Menurut Wantania, Naning, dan Wahani dalam
Rahajoe, Supriyatno dan Setyanto, tahun 2012 status imunisasi anak akan
mempengaruhi resiko terjadinya ISPA. Dengan imunisasi, diharapkan anak
akan memiliki kekebalan dan daya tahan tubuh yang lebih baik sehingga tidak
mudah terkena infeksi.
Universitas Indonesia
4.1.2 Trophicognosis
Trophicognosis atau masalah keperawatan yang bisa ditemukan pada anak
dengan masalah oksigenasi yang termasuk disfungsi kardiopulmonar antara
lain adalah bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif dan
gangguan pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas ((Potter & Perry, 2006;
Berman & Snyder, 2012).
Bersihan jalan napas tidak efektif atau ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau sumbatan dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Pola napas tidak
efektif atau ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat. Gangguan pertukaran gas
adalah kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau pembuangan karbondioksida
pada membran kapiler alveolus (Berman & Snyder, 2012).
Menurut Levine dalam Tomey dan Alligood (2006) dan Alligood (2010),
bahwa penetapan Trophicognosis tergantung pada kemampuan perawat
memahami masalah dan kebutuhan klien berdasarkan hasil pengkajian
dengan menggunakan empat prinsip konservasi. Untuk dapat memahami
permasalahan klien dibutuhkan pengetahuan mengenai ilmu keperawatan,
riwayat penyakit klien, persepsi klien dalam hal ini keluarga terhadap kondisi
yang dihadapi saat klien sakit termasuk seberapa bernilai klien dalam
keluarga serta interaksi yang terjalin dalam keluarga. Trophicognosis yang
ditemukan ada dari semua kasus adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan
pola napas tidak efektif.
Universitas Indonesia
sign dan symptom. Hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam pembuatan
hipotesis dan rencana tindakan. Solusi yang dilakukan adalah dengan lebih
mendalami lagi patofisiologi penyakit dan trophicognosis yang diangkat
sehingga pembuatan hipotesis dan rencana tindakan bisa sesuai untuk
mengatasi trophicognosis sesuai dengan penyebabnya.
4.1.3 Hipotesis
Menurut Levine dalam Alligood dan Tomey (2006) dan Alligood (2010),
tujuan dari asuhan keperawatan adalah meningkatkan adaptasi dan
mempertahankan keutuhan neonatus sebagai manusia. Adaptasi merupakan
pilihan yang bebas bagi tiap individu, sehingga intervensi yang diberikanpun
bervariasi tergantung dari respon setiap individu.
4.1.4 Intervensi
Intervensi yang dilakukan dalam penatalaksanan keperawatan pasien
diupayakan untuk mencapai hipotesis/tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Mefford (2004) dalam Alligood dan Tomey (2006) bahwa model Konservasi
Levine memberikan pedoman dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
memastikan bahwa asuhan keperawatan yang holistik dapat memenuhi
kebutuhan bayi dan keluarga. Mefford (2004) mengemukakan bahwa dengan
kelahiran prematur memberikan kekuatan untuk bayi prematur beradaptasi
dengan tantangan dunia luar. Imaturitas fisiologi, stuktural dan neurologi bayi
Universitas Indonesia
Intervensi yang diberikan pada kasus keloaan dengan ISPA hampir sama
meliputi mempertahankan kepatenan jalan napas, mengeluarkan sekresi paru,
mengoptimalkan pengembangan paru dan meningkatkan oksigenasi.
Implementasi yang dilakukan yaitu dengan memberikan posisi jalan napas
tetap terbuka dengan posisi semifowler, memberikan oksigen melalui nasal
kanul, melakukan pemberian terapi inhalasi melalui nebulizer, pemberian
cairan intravena, pemberian nutrisi melalui NGT.
Pada anak B dan anak J, juga dilakukan tindakan penghisapan lendir. Anak B
penghisapan lendir melalui hidung dan mulut, sedangkan anak J melalui
hidung, mulut dan trakeostomi. Anak J, usia 4 bulan paska trakheostomi dan
bronkhoskopi diagnostik hari ke-2 dan paska supraglossoplasti hari ke 9 atas
indikasi laringomalacia tipe 1, gizi buruk marasmik, ISK e.c E coli. Saat
masuk ruang infeksi anak mengalami hipersekresi lendir yang keluar melalui
trakheostomi, mulut dan hidung anak. Lendir yang berlebihan ini bisa
mengakibatkan tersumbatnya jalan napas, bersihan jalan napas tidak efektif
dan pola napas tidak efektif. Lendir yang menumpuk lama di kassa pembalut
trakheostomi bisa menyebabkan penumpukan kuman sehingga merupakan
sumber infeksi baru. Anak J, mendapatkan program suction tiap 10-15 menit
untuk mengurangi penumpukan lendir. Pelaksanaan suction ada yang sudah
sesuai teori dan ada yang belum. Tekanan yang diberikan pada mesin suction
untuk anak-anak adalah 80-100mmHg. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
Ireton (2007) dalam Tracheostomy suction: a protocol for practice.
Pelaksanaan suction yang terlalu sering dan lama bisa mengakibatkan anak
hipoksia, untuk itu penghisapan tidak boleh lebih dari 10 detik pada anak-
Universitas Indonesia
anak dan 5 detik pada neonatus. Ireton (2007) juga menyebutkan bahwa pipa
penghisap adalah yang dissposible atau sekali pakai. Pada anak J,
penggantian pipa penghisap dilakukan sehari sekali karena keterbatasan biaya
namun dibedakan antara pipa penghisap yang melalui trakeostomi dan yang
melalui mulut.
Intervensi lain yang diberikan pada semua pasien kelolaan adalah pemberian
inhalasi melalui nebulizer. Nebulizasi merupakan proses menambahkan
pelembab atau obat-obatan keudara yang diinspirasi dengan mencampur
partikel berbagai ukuran (Potter & Perry, 2006; Berman & Snyder 2012).
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam
saluran pernapasan (Supriyatno & Kaswandani, 2012 dalam Rahajoe,
Supriyatno & Setyanto, 2012). Terapi inhalasi yang diberikan selain NaCl 0,9
% adalah berotec yang merupakan bronkhodilator β agonis untuk melebarkan
bronchus sehingga mencegah bronkhiektasis. Alat yang digunakan dalam
terapi inhalasi termasuk dalam jenis jet nebulizer karena alat ini relatif lebih
murah dan mudah dibawa kemana-mana. Bronkhodilator yang diberikan
dengan nebulizer memberikan efek bronkhodilatasi yang bermakna tanpa
menimbulkan efek samping (Supriyatno & Kaswandani dalam Rahajoe,
Supriyatno dan Setyanto , 2012). Schultz pada tahun 2000 dalam artikelnya
yang berjudul Airing deferences in pediatric nebulizer therapy: How to give
infant and young children effective breathing threatment menyebutkan bahwa
selama pemberian terapi inhalasi yang berlangsung sekitar 20-30 menit, anak
harus tetap merasa nyaman. Rasa nyaman tersebut bisa dilakukan dengan
memberikan tehnik distraksi, mengkaji pernapasan, kenyamanan dan kondisi
umum selama dilakukan terapi inhalasi. Tindakan yang dilakukan adalah
memberikan rasa nyaman pada anak ketika dilakukan nebulizasi dengan
menganjurkan orang tua untuk memangku anak dan memberikan posisi
setengah duduk, dengan mengalihkan perhatian dengan memainkan bunyi-
bunyian di depan pasien.
Universitas Indonesia
Pada semua pasien kelolaan mendapatkan nutrisi melalui naso gastric tube
(NGT) untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia. Pada anak dengan
infeksi saluran napas akut terutama pneumonia akan mengalami gejala batuk,
takhipnea, sesak, tarikan dinding dada, dan penumpukan lendir di jalan napas
sehingga anak akan kesulitan minum dan makan. Pemasangan NGT juga
sesuai dengan prinsip konservasi energi Levine. Anak yang terpasang NGT
akan menghemat energi yang dikeluarkan melalui kegiatan mengunyah.
Dengan makan dan minum melalui NGT anak akan menyimpan energi yang
sangat dibutuhkan untuk proses penyembuhan dari sakitnya. Goodwin (2005)
dalam artikelnya yang berjudul Prevention of aspiration pneumonia: a
research based protocol menyebutkan intervensi keperawatan yang bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia diantaranya adalah
dengan 1) evaluasi penggunaan intermitten dan continuous feeding; 2) kaji
keluaran lambung; 3) cek posisi feeding tube; 4) deteksi aspirasi isi lambung
yang masuk paru-paru; 5) posisikan pasien dalam upright posisition dengan
meninggikan tempat tidur dengan sudut 30-45°; dan 6) monitor jumlah residu
lambung. Tindakan yang sudah dilakukan sebelum memberikan nutrisi
dengan intermitten feeding adalah memastikan posisi feeding tube , mengecek
isi lambung, memberi posisi semi fowler dan memonitor kemungkinan
adanya aspirasi isi lambung dengan mengobservasi keadaan umum anak dan
mengkaji kemungkinan batuk dan sianosis pada anak sebelum, selama dan
setelah pemberian nutrisi.
Universitas Indonesia
4.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan penetapan keefektifan dari intervensi keperawatan. Oleh
karena itu, evaluasi tersebut menjadi refleksi dari tujuan keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Untuk dapat menetapkan suatu intervensi
keperawatan efektif atau tidak maka perawat harus melakukan pengkajian
secara menyeluruh yang meliputi keempat prinsip konservasi. Pada klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi evaluasi dilakukan
dengan melihat masih ada atau tidaknya tanda dan gejala sebagai manifestasi
dari gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Evaluasi yang dilakukan
menggunakan pendekatan teori Levine yaitu wholeness dan tidak wholeness.
Dua kasus kelolaan belum mencapai wholeness karena mengalami gagal napas
dan akhirnya meninggal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Gambaran kasus pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas yang
telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengkajian
kemampuan konservasi energi, integritas struktur, integritas personal
maupun integritas sosial ditemukan trophicognosis yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif; pola napas tidak efektif; dan kecemasan orangtua.
Hipotesis yang diberikan meliputi mempertahankan agar lingkungan tetap
nyaman dan sejuk mempertahankan kepatenan jalan napas, mengeluarkan
sekresi paru, mengoptimalkan pengembangan paru dan meningkatkan
oksigenasi. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan memberikan posisi jalan
napas tetap terbuka dengan posisi semifowler, memberikan oksigen melalui
nasal kanul, melakukan pemberian therapi inhalasi melalui nebulizer,
pemberian cairan intravena, pemberian nutrisi melalui NGT.
5.1.2 Praktik residensi yang telah dilakukan untuk pencapaian kompetensi selama
menjalani praktik residensi banyak didukung oleh pihak rumah sakit lahan
praktik maupun dari pendidikan. Dukungan yang didapatkan antara lain
berupa bimbingan, arahan dan pendampingan yang baik dari supervisor
pendidikan maupun pembimbing di lahan praktik. Dukungan dari perawat
ruangan, dokter ruangan, dokter peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS)
dan semua komponen di lahan praktik dirasakan sangat membantu
67 Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Integrasi model Konservasi Levine dapat dikembangkan dan diterapkan
untuk asuhan keperawatan selanjutnya. Perawat perlu memahami proses
keperawatan dengan pendekatan Levine karena sedikit berbeda dalam istilah
langkah-langkahnya.
5.2.2 Perawat spesialis diharapkan juga dapat mengembangkan beberapa metode
baru dan mengintegrasikan teori keperawatan lainnya pada proses asuhan
keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
Alligood, M.R. (2010). Nursing theory utilization and application. USA: Mosby
Elseiver
Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. (3 rd
edition). New Jersey: Pearson Education Inc.
Behrman, E.R., Kliegman, R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak.
Volume 1. (Edisi 15). (Samik Wahab, dkk. Penerjemah). Jakarta: EGC
Hockenberry , J. M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infant and
children. (8 th edition). Canada: Mosby Company.
Hudak, C.M. & Gallo, B.M (2010). Keperawatan kritis (6th.ed) . Terjemahan.
EGC, Jakarta
Koller D. (2008). Child life assessment: Variables associated with child’s ability
to cope with hospitalization.http://www.ministryhealth.org/tesmosfuse.nws
Diakses 12 juli 2011.
Levy, Z. K. (2006). Nursing the child who is alone in the hospital. http: //
findarticles.com/p/articles. Diakses 30 Maret 2011.
Markum, A. H. (1999). Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Meadow, S.R., & Newel, S.J. (2003). Pediatrika. (Edisi 7). Alih bahasa: Hartini &
Rachmawati. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mefford, L.C. (2004). A theory of health promotion for preterm infant based on
Levine’s conservation model of nursing. Nursing Science Quatterly, 17(3),
p. 260-266
Rahajoe, N., Supriyatno, B., & Setyanto, D.B. (2012). Buku ajar respirologi anak,
edisi pertama, Ikatan Dokter Anak indonesia
Rudolph, A.M., & Hoffman. (2006). Buku ajar pediatrik. Alih bahasa: Samik
Wahab; Trastonenojo; Pendit). Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar: konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Wong, D.L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. (Edisi 4). (Monica
Ester. Penerjemah). Jakarta: EGC.
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I DAN II TAHUN AKADEMIK 2011/2012
Oleh:
CHRISTINA RIRIN WIDIANTI
0906505092
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2011
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I DAN SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012
RESIDENSI I ( SEMESTER I)
1 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan Praktik bed 3 Oktober s.d IKA RSPAD
memberikan pembekuan/kelainan darah, dan gangguan perkemihan (penyakit ginjal) : side teaching (Non Infeksi)
asuhan 11 November
keperawatan pada A. Leukemia 2011
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan prinsip konservasi
pasien anak Anamnese,
a. Konservasi energi: Perasaan letih, nyeri pada ekstremitas, nafsu
dengan penyakit pemeriksaan
makan menurun, mual muntah setelah kemoterapi, BB menurun,
non infeksi yaitu fisik,observasi,
demam.
masalah nutrisi, studi
b. Integritas struktur: memar tanpa sebab yang jelas,kerontokan
pembekuan darah/ dokumentasi
rambut, mukositis, kerusakan membran mukosa anus setelah
kelainan darah, kemoterapi.
gangguan c. Integritas personal: Takut terhadap prosedur diagnostik, merasa
kardiovaskuler, dan malu karena rambut rontok, takut berpisah dengan orang tua
gangguan sistem d. Integritas sosial: tidak bisa sekolah, tidak bisa bermain bersama
perkemihan teman-temannya, merasa jenuh dan bosan di rumah sakit.
(penyakit ginjal).
2. Tropicognosis/ masalah keperawatan
a. Nyeri
b. Resiko infeksi
c. Defisit aktifitas pengalihan
d. Risiko kekurangan volume cairan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
f. Perubahan membran mukosa
3. Hipotesis
a. Persiapan menghadapi prosedur diagnostik dan terapeutik.
b. Meredakan nyeri
c. Pencegahan komplikasi mielosupresi ( supresi sumsum tulang )
yang dapat menyebabkan infeksi, kecenderungan perdarahan dan
anemia.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan secara adekuat
e. Pencegahan infeksi
f. Pencegahan dan perawatan kerusakan membrane mukosa
g. Perawatan fisik dan dukungan emosional secara
berkesinambungan
4. Intervensi keperawatan:
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
e. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
f. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan hospitalisasi
g. Melakukan bimbingan antisipasi
h. Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal
dalam memberikan asuhan keperawatan
i. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
j. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
k. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
l. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
m. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
2. Tropicognosis
a. Perubahan perfusi jaringan
b. Intoleransi aktifitas
c. Resiko infeksi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
e. Cemas.
3. Hipotesis
a. Persiapan mennghadapi prosedur diagnostik dan terapeutik.
b. Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan
c. Pemberian aktifitas pengalihan yang sesuai dengan umur dan
minat.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan secara adekuat
e. Pencegahan infeksi
4. Intervensi keperawatan:
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
5. Evaluasi:
a. Menunjukkan perfusi adekuat
b. Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
c. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
d. Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan
C. Hemofilia
1. Melakukan Pengkajian
a) Riwayat keperawatan (keluhan & riwayat keluhan utama): riwayat
perdarahan abnormal yang bersifat terlambat (delayed bleeding)
dan letaknya dalam (misal: hemartrosis, hematoma, perdahan
intrakranial yang terjadi spontan atau akibat trauma)
b) Pemeriksaan fisik
• Neonatus: dapat ditemukan perdarahan dari umbilikal yang
sulit berhenti dan hematoma.
• Anak: biasanya ditemukan hemartrosis disendi lutut, siku,
pergelangan tangan & hematom sesuai dengan lokasi
trauma
• Terkadang ditemukan perdarahan intrakranial
c) Pemeriksaan penunjang
• Darah tepi rutin, terutama jumlah trombosit
• Pemeriksaan hemostasis sederhana: uji bendungan, masa
perdarahan, masa protrombin, masa thrombin, masa
tromboplastin parsial
• Pemeriksaan hemostasis khusus: kadar factor VII dan faktor
IX
• Pemeriksaan terhadap inhibitor faktor VIII bila diduga ada
2. Merumuskan diagnosa keperawatan
3. Rencana tindakan keperawatan
D. Tumor Willm
1. Tumor Wilms
a. Melakukan Pengkajian
a) Riwayat keperawatan (keluhan & riwayat keluhan utama):
nyeri, malaise, anoreksia
b) Pemeriksaan fisik
Massa dipinggang, hematuri, hipertensi, demam,
penurunan BB
c) Pemeriksaan penunjang
1) Intravenous pyelogram (IVP), radiografi abdomen,
computed tomography (CT), USG, dan/atau magnetic
resonance imaging (MRI) Æ untuk mendeteksi massa,
thrombus tumor dalam vena renalis, nodus limfoideus
a) Mandiri
1) Pantau status klinis (TTV setiap 2 jam, asupan &
haluaran, hipertensi)
2) Pantau fungsi abdomen (kepatenan NGT, bising usus,
obstruksi ileus yang diinduksi vinkristin, perlekatan
pasca operasi)
3) Keseimbangan cairan & elektrolit
4) Status pernafasan
5) Tempat insisi (tanda & gejala drainase, keutuhan area,
tanda-tanda infeksi, banti balutan setiap hari)
6) Higienis (mulut & rectal,kulit)
7) Pertahankan teknik septik saat kontak dengan anak,
batasi kontak anak dengan masyarakat, kebersihan
pakaian (mencegah infeksi karena imunosupresi)
8) Pantau efek terapi radiasi
9) Pantau efek kemoterapi
10) Pantau dan atasi nyeri
11) Beri stimulasi atau aktivitas sesuai perkembangan anak
d. Melaksanakan implementasi keperawatan
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan.
f. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
Mahasiswa mampu 1. Melakukan need assessment yang terfokus melalui pengumpulan data
2 Presentasi, IKA RSPAD
membuat proyek dengan kuisioner, wawancara dan observasi
diskusi, praktik (Non Infeksi)
inovasi di Ruang 2. Menyusun proposal yang dikonsultasikan dan disetujui oleh supervisor
secara
Rawat Infeksi utama dengan berkoordinasi dengan lahan praktik
berkelompok
3. Mempresentasikan rencana proyek inovasi dengan lahan prkatik
4. Melaksanakan proyek inovasi
5. Mengevaluasi perubahan yang dihasilkan .
6. Mempresentasikan laporan hasil proyek inovasi di lahan praktik.
3 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan konsep model Praktik bed 14 November s.d IKA RSPAD
memberikan asuhan Myra Estrine Levine, pada anak yang masalah infeksi respirasi dan infeksi side teaching 16 Desember (Infeksi)
keperawatan pada saluran cerna: 2011
anak dengan penyakit
A. Pneumonia
Infeksi yaitu
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan prinsip konservasi.
pneumonia dan diare
a. Konservasi energi : data focus yang perlu dikaji antara lain
frekwensi dan status pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan, tingkat aktifitas, kebutuhan istirahat tidur biasanya
berkurang karena sesak dan batuk, nafsu makan menurun, muntah,
tanda-tanda dan muntah, respirasi meningkat, denyut nadi
meningkat.
b. Integritas struktur : apakah ada nyeri dada, batuk bersputum
purulent, demam, leukosit meningkat,
c. Integritas personal: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur
yang dilakukan.
d. Integritas social: berpisah dengan orang tua, tidak bisa bermain
dengan teman.
3. Merumuskan hipotesis.
a. Tindakan penghematan energi
b. Pemberian posisi yang nyaman
c. Pemantauan tanda-tanda vital dan suara nafas secara teratur.
d. Tindakan untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif seperti
minum air hangat, fostural drainage, mmengencerkan dahak,
B. Diare
1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip konservasi :
a. Konservasi energi: Keadaan umum lemah, berkurangnya
haluaran urine, berat badan menurun, membrane mukosa
kering, turgor kulit jelek, ubun-ubun cekung, kulit pucat dingin
serta kering, riwayat mengkonsumsi makanan terkontaminasi.
b. Integritas struktur: kulit kemerahan di sekitar anus,hasil
pemriksaan feces menunjukkan adanya organisme dalam tinja.
c. Integritas personal: berpisah dari orang tua, lingkungan yang
tidak biasa, prosedur yang menimbulkan distres
d. Integritas social: tidak bias bermain seperti biasanya, anak
murung, menjadi pendiam, rewel atau menolak petugas
kesehatan.
2. Tropicognosis
a. Kekurangan volume cairan
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Risiko menularkan infeksi
d. Kerusakan integritas kulit
e. Ansietas
3. Hipotesis
a. Pemberian cairan rehidrasi
4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung berdasarkan
hipotesis yang telah dirumuskan.
b. Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan
intarvena)
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasif
e. Merancang play library yang mendukung praktik di rumah sakit
f. Membantu proses pembelajaran tuntas anak dengan
hospitalisasi
g. Melakukan bimbingan antisipasi
h. Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan
i. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman
j. Melakukan pendelegasian dan supervise dalam pelayanan
keperawatan
k. Memberikan konsultasi pada perawat klinik
l. Mengelola pelayanan keperawatan di ruang anak
m. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
n. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan perawat
o. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.
5. Evaluasi
a. Pasien memperlihatkan tanda rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi adekuat.
Ruang
4 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan sepsis dan BBLR,: Praktik bed 19 Desember
PERISTI
memberikan asuhan side teaching 2011 s.d 13
A. Sepsis RSPAD
keperawatan pada Januari 2012
1. Melaksanakan pengkajian berdasarkan teori konservasi:
pasien neonatus
a. Konservasi energi: bayi lethargi, malas minum, reflek hisap lemah,
dengan penyakit akut
demam, apnoe, dyspnoe, nafas cuping hidung, merintih, sianosis,
yaitu sepsis dan
diare, muntah.
BBLR
b. Integritas struktur: ikterus, splenomegali, ubun-ubun menonjol,
bilirubin total meningkat, leukosit meningkat.
c. Integritas personal:
d. Intergritas social: bayi dirawat di ruangan tanpa ditunggui orang tua,
orang tua atau keluarga hanya bias menjenguk pada waktu jam
berkunjung.
2. Tropicognosis
a. Risiko cidera
b. Hipertermi
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Perubahan proses keluarga.
3. Hipotesis
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat
b. Pencegahan penyebaran infeksi dan terjadinya komplikasi.
c. Monitoring dan kolaborasi
d. Pendidikan kesehatan pada orang tua tentang kondisi bayinya.
4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
rumusan hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Bimbingan pemberian ASI, makanan pengganti ASI.
d. Membantu pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intera muskuler,
dan intaravena)
e. Monitoring dan kolaborasi
f. Mobilisasi bayi
g. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Manajemen BBLR (Metode PMK)
j. Manajemen kejang
k. Penganggulangan infeksi pada neonatus
l. Pemantauan neonatus yang menggunakan sungkup oksigen
m. Menyiapkan tindakan transfusi tukar
n. Tekhnik resusitasi neonatus dan stabilisasi
o. Manajemen pelayanan keperawatan intensif
p. Memberikan discharge planning
q. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit
r. Melaksanakan tehnik dan prosedur di ruang neonatus : menilai masa
gestasi, manajemen laktasi.
2. Tropicognosis
a. Tidak efektifnya pola pernafasan
b. Risiko terrmoregulasi tidak efektif
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Risiko kerusakan integritas kulit
e. Risiko terjadinya infeksi
3. Hipotesis
a. Monitoring dan kolaborasi
b. Tindakan mempertahankan pola nafas efektif
c. Tindakan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
d. Pemberian cairan dan nutrisi sesuai kebutuhan
e. Perawatan kulit dan tindakan pencegahan kerusakan integritas
kulit
f. Pencegahan terjadinya infeksi
4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung sesuai dengan
rumusan hipotesis.
b. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
c. Bimbingan pemberian ASI, makanan pengganti ASI.
d. Membantu pemberian obat-obatan (oral, sub kutan, intera
muskuler, dan intaravena)
3. Merumuskan hipotesis.
a. Tindakan penghematan energi
b. Pemberian posisi yang nyaman
c. Pemantauan tanda-tanda vital dan suara nafas secara teratur.
d. Monitoring dan kolaborasi.
e. Pencegahan dehidrasi dengan pemberian cairan intravena selama
fase akut.
f. Pemberian cairan oral secara hati-hati jika tidak ada takipnea
g. Pemberian nutrisi adekuat
5. Evaluasi
Menilai respon organisme :
a. Pola nafas efektif
b. Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat
c. Istirahat dan tidur dengan tenang.
d. Cemas berkurang
B. Meningitis
1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip konservasi :
a. Konservasi energi: lesu, mudah terkena rangsang, demam,
muntah penurunan nafsu makan,nyeri kepala
b. Integritas struktur: penurunan kesadaran, kejang,paresis atau
paralisis, kaku kuduk, silau, pengkihatan ganda.
c. Integritas personal: kelemahan umum, berpisah dari orang tua,
lingkungan yang tidak biasa, prosedur yang menimbulkan
distres
d. Integritas social: tidak bias bermain seperti biasanya, anak
murung, menjadi pendiam, rewel atau menolak petugas
kesehatan.
2. Tropicognosis
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral
b. Risiko terhadap trauma
c. Nyeri
d. Gangguan pemenuhan ADL
e. Ansietas
3. Hipotesis
a. Monitoring dan kolaborasi
b. Perbaikan perfusi cerebral
c. Pemberian nutrisi adekuat
d. Pemenuhan ADL
e. Tindakan penanganan nyeri
f. Pencegahan trauma
g. Pendidikan kesehatan pada orang tua
4. Intervensi keperawatan
a. Memberikan tindakan keperawatan langsung berdasarkan
5. Evaluasi
a. Menunjukkan perbaikan tingkat keasaran
b. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
c. Kebutuhan ADL terpenuhi
d. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan
e. Orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak
Praktikan
1. LAPORAN KASUS 1
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak B
2. Tempat/Tgl Lahi : Bogor, 21 Januari 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 14 bulan
5. Alamat : kp.pintu air Rt06/07, pabuaran, Bojonggede,
Bogor, jawa barat
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. B, usia 14 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 23 Maret 2012
j.00.00 dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 3 hari
SMRS. Anak B sudah berobat klinik tapi tetap tidak ada perbaikan. Anak
jadi susah minum dan rewel, tidak mau makan. Anak panas tinggi, BAB
dan BAK tidak ada perubahan. Di IGD RR anak 60x/mnt, GCS 15 dan
mendapat therapy kloramphenikol, ampisilin dan oksigen 2 l/mnt. Karena
ada alergi ampisilin, antibiotic diganti cefotaksim 3x175 mg. Pada tanggal
29 Maret j.00.30 masuk ruang infeksi dengan diagnose Community
Aquired pneumonia dan gizi buruk. Kemudian pada tanggal 29 Maret
2012 pk.15.30 anak mengalami hiperkapnia,hipoksemia dan ancaman
gagal napas sehingga di pindah ke ICU.
Anak masuk lagi ke ruang infeksi pada tanggal 1 April 2012 pk 18.00.
anak masih batuk, menggunakan oksigen 2lt/mnt nasal kanul, terpasang
stopper di tangan kanan. Terapi yang didapat: diet F 100 8x100ml,
cefotaxim 3x175 IV, kloritromisin 2x50 mg oral, asam folat 1x1 mg oral
dan paracetamol jika perlu 60 mg.
Riwayat penyakit keluarga: sepupu ibu ada terkena TBC dan sudah
dinyatakan sembuh, tidak tinggal satu rumah.
2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 2 April 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum susu formula sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan
rewel. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena
anak sering batuk. BB sekarang 6,5 kg. BAB dan BAK anak tidak
ada masalah. Suhu 36,9° C, RR: 64x/mnt, N: 112x/mnt. Saturasi
oksigen 95%. Saat ini anak minum melalui NGT SF 100, 8x100cc.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak coklat sawo matang, rambut tebal, sedikit panjang
terdistribusi merata, kuku tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru.
Kepala normal, tidak ada deformitas. Leher terdapat kaku kuduk. Mata
simetris, bersih, telinga simetris , bersih tidak keluar serumen. Hidung
simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit. Bibir tampak
kering dan tidak berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat
retraksi epigastrium dan intercostals serta suprasternal. Pernapasan 60
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
Hematokrit 29,2 %
Trombosit 163.000/ui
Leukosit 5340/ui
c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 14 bulan, sudah
bisa memiringkan badannya, berjalan dan berlari. Anak juga sudah
bisa mberbicara memanggil mama…bapak…dll. Saat ini anak tampak
rewel kelihatan sesak napas, dan mengalami hemiparese sinistra. Anak
tidak bisa menjalankan aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan
kondisi anaknya
d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan keluarga. Anak
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara(I kakak pertama sebagai
saudara angkat) dari pasangan ny.D(35th) dengan bp.S(39th). Orangtua
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu bertanya
tentang kondisi anaknya.
C. HIPOTESIS
1. Tropicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi
a. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakitnya
Tujuan: anak dapat mempertahankan suhu tubuh yang normotermi
-suhu tubuh 36,5-37,5° C
-badan anak teraba tidak panas
Intervensi:
1. Observasi suhu pasien secara berkala
2. Pertahankan intake cairan yang adekuat
3. Anjurkan orangtua untuk memakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat
4. Anjurkan orangtua untuk memberikan kompres hangat pada
anak di selangkangan dan lipat paha
5. Berikan obat antipiretik paracetamol 60 mg jika anak panas
diatas 38° C
6. Berikan antibiotik sesuai program
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan: anak dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
Tujuan :
- BB anak tetap
atau tersedak
-RR 60x/mnt,
ada ronkhi
-turgor cukup
A:
Keseimbangan
cairan dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan
tindakan
tindakan
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan
diberikan
sesuai program
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan
-suction slem
keluar banyak
warna putih
jernih
-antibiotik
diberikan
sesuai program
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan
mengungkapkan
perasaannya
-ibu mudah
diajak
kerjasama
dalam setiap
perawatan dan
pengobatan
anaknya
-ibu tampak
lebih tenang
setelah
mengungkapkan
perasaannya
A:
Kecemasan
orang tua
berkurang
P:
Stop tindakan
Batang 14%
Segmen 60%
Limfosit 26%
Monosit 0 %
Elektrolit
Natrium 142 mEq/L
Kalium 4,97 mEq/L
Klorida 106 mEq/L
C.HIPOTESIS
- BB anak tetap
- anak aktif bergerak
Intervensi;
1. kaji berat badan anak sebelum dan sesudah sakit
2. berikan ASI melalui NGT secara bertahap
3. anjurkan orangtua untuk tidak memberi minum melalui mulut
terlebih dahulu untuk mencegah tersedak.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penghitungan kebutuhan kalori.
mempertahankan
intake nutrisi
yang adekuat
P:
Teruskan
tindakan
dapat diajak
kerjasama dalam
perawatan dan
pengobatan
anaknya
A;
Kecemasan
berkurang
P:
Stop tindakan.
III.LAPORAN KASUS 3
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak R
2. Tempat/Tgl Lahi : Jakarta , 9 November 2011
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Usia : 5 bulan
5. Alamat : Kampung setu Rt 005 RW 001, Bintaro jaya,
Bekasi Barat, Jawa barat
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. R, usia 5 bulan, dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 31 Maret 2012
dengan keluhan sesak napas yang makin memberat sejak 1 minggu SMRS.
Anak R sudah berobat ke RSI Pondok Kopi dan dirujuk ke RSCM dengan
diagnose bronchopneumonia dan anemia gravis. Saat dibawa ke IGD, anak
demam tinggi, Anak jadi susah minum dan rewel. Anak makin pucat,
napas cepat tampak tersengal-sengal, pasien batuk dan pilek. BAB dan
BAK tidak ada perubahan. Tanggal 1 April anak masuk ruang PICU
karena anak sesak napas. Kemudian tanggal 3-11 April, anak dirawat di
ruang non infeksi karena anemia gravis. Karena anak masih sesak dan
batuk ,anak dipindah ke ruang infeksi tanggal 11 April 2012 pk. 20.00
dengan diagnosis pneumonia terkait komunitas dan tersangka TB milier.
Tes mantoux negative, hasil pemeriksaan BTA nunggu yang dari RS.
Persahabatan. Saat masuk Ruang infeksi, klinis baik, anak masih demam,
sesak, tidak muntah, batuk perbaikan. Anak riwayat pucat sejak 1 bulan
SMRS, tidak dibawa berobat, BB turun, riwayat menyusu putus-putus.,
kontak TB disangkal. Anak mendapatkan therapy TB sejak tanggal 6 April
2012.
2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2012, Jam 08.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum ASI keinginan anak. Sejak sakit
anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan rewel.
Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena anak
sering batuk. BB sekarang 4,2 kg, klinis gizi kurang. BAB dan BAK
anak tidak ada masalah.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak putih, rambut tipis terdistribusi merata, kuku tangan
dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala normal, ubun-ubun besar
belum menutup, tidak cekung. Mata simetris, bersih, telinga simetris ,
bersih tidak keluar serumen. Hidung simetris, terpasang oksigen nasal
kanul 1 liter/menit. Bibir tampak kering dan tidak berwarna kebiruan.
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi epigastrium. Pernapasan 36
x/menit, cepat dan dangkal, tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan Sa O2 99%. Terdengar bunyi slem banyak. Jantung terlihat
impuls apical, terdengar BJ I dan II reguler. Abdomen teraba supel,
bising usus terdengar normal 10 x/menit. Genital normal dan anus
paten. Tulang belakang normal dan tidak ada masalah dalam
ekstremitas. Suhu: 36,7°C, Nadi: 126x/mnt, RR: 36x/mnt, dangkal.
Anak terpasang infus N5 + Kcl 3% 9cc/jam.
Anak mendapatkan therapi ; ceftazidim 3x100mg, Paracetamol k/p 3x
50 mg, Zinc 1x10 mg, asam folat 1x1 mg, rifampicin 1x60mg, INH
1x40 mg, pirazinamid 1x40 mg, etambutol 1x75 mg, prednisone
3x1mg, vit E 1x100IU, asam urso 3x40 mg, aktavol 2x0,5 ml., oksigen
1 lt/mnt, Susu Formula BBLR 8x45 cc
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3 April 2012:
Hemoglobin 8 g/dl
Hematokrit 32 %
Trombosit 543.000/ui
Leukosit 18.400/ui
Eosinofil 3%
Batang –
Segmen 24%
Limfosit 61%
Monosit 12 %
c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 5 bulan, sudah bisa
memiringkan badannya dan tengkurap, menggenggam tangan
pengasuh dan tertawa jika di ajak bicara. Anak tampak tenang namun
kelihatan sesak napas. Anak belum mendapatkan imunisasi apapun.
d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , nenek dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan neneknya. Anak
merupakan anak ke-4 dari pasangan ny S( 34th)dan Tn D(39 th)..
Orangtua mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu
bertanya tentang kondisi anaknya. Anak tinggal di rumah keluarga
besar, 1 kamar dihuni 6 orang dengan kedua orangtua dan ketiga
kakaknya. Kamar rumah tidak ada jendela dan tidak ada pencahayaan
selain listrik sehingga gelap.
C. HIPOTESIS
mempertahankan
keseimbangan
cairan
P:
Lanjutkan
tindakan
dengan cc/jam O:
sekresi yang 4.menganjurkan ibu untuk -oksigen
berlebih tidak memberikan minum terpasang 1
pada anak melalui mulit lt/menit dengan
sementara sesuai program nasal kanul
5.Kolaborasi dengan untuk dengan
melakukan nebulizer dan humidifikasi
fisiotherapi dada 3x sehari cukup
sesuai program dengan -tetesan infuse
NaCl 0,9 % dan ventolin ½ lancar
ampul. -inhalasi
dilakukan
-RR 36x/menit,
tampak napas
cuping hidung,
retraksi
epigastrium
minimal
-terdengar
suara napas
ronkhi dikedua
1. mempertahankan posisi lapang paru
kepala-leher dengan jalan A;
napas terbuka Jalan napas
2. memerikan oksigen 1 lt anak tetap
permenit melalui nasal dipertahankan
kanul sesuai program, terbuka
perhatikan humidifikasi P:
3. memberikan asupan cairan Lanjutkan
yang cukup N5 +KCl 3% 9 tindakan
cc/jam
13 April 4. menganjurkan ibu untuk 13 April 2012
2012 tidak memberikan minum Pk.12.00
Pk.08.00 pada anak melalui mulit S:
sementara sesuai program -ibu
5. Kolaborasi dengan untuk mengatakan
melakukan nebulizer dan anaknya masih
fisiotherapi dada 3x sehari sesak napas
sesuai program dengan tapi udah
NaCl 0,9 % dan ventolin ½ berkurang
ampul. O:
-RR:
36x/menit,
napas cuping
hidung dan
retraksi
minimal
-tetesan infuse
lancar
-anak menangis
saat dilakukan
nebulizer
-terdengar
suara ronkhi di
kedua lapang
paru
A:
Jalan napas
dapat
dipertahankan
tetap terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan
dipertahankan
terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan
A;
Pola napas
belum efektif
P:
Lanjutkan
tindakan
13 April 1. memeriksa secara berkala 13 April 2012
2012 frekuensi napas, suara Pk.12.00
Pk.08.00 napas, dan usaha napas S:
2. menggunakan pulse -ibu
oksimetri untuk mengatakan
memantau oksigen anaknya masih
adekuat dan deteksi dini sesak napas
hipoksemia tapi udah
3. mempertahankan posisi berkurang
kepala-leher,jalan napas O:
tetap terbuka -RR:
4. memberikan oksigen 36x/menit,
yang dilembabkan, 1 lt napas cuping
permenit nasal kanul hidung dan
sesuai program retraksi
5. mengusahakan anak minimal
dapat istirahat dan tidur -tetesan infuse
yang cukup dengan lancar
menciptakan suasana -terdengar
yang tenang suara ronkhi di
6. memberikan antibiotic kedua lapang
sesuai program paru
ceftazidim 3x100mg, , -antibiotik
rifampicin 1x60mg, INH diberikan
1x40 mg, pirazinamid sesuai program
1x40 mg, etambutol 1x75 A:
mg, Pola napas
7. melibatkan orangtua belun efektif
untuk mempertahankan P:
posisi jalan napas tetap Lanjutkan
terbuka dan menjaga tindakan
anak supaya banyak
istirahat
2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum ASI sesuai keinginan anak. Sejak
sakit anak hanya mau minum sedikit karena anak terus sesak dan dan
megap-megap. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari
karena anak sering batuk. Anak jadi lemas dan minum sedikit-sedikit.
Saat ini anak terpasang NGT, minum 10x50cc. BB sekarang 2,62 kg.
BAB dan BAK anak tidak ada masalah.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak sawo matang, rambut tipis terdistribusi merata, kuku
tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala normal, ubun-
ubun besar belum menutup, tidak cekung. Mata simetris, bersih,
telinga simetris , bersih tidak keluar serumen. Hidung simetris, bersih.
Leher terpasang trakeostomi tube hari kedua, tampak keluar banyak
lendir, terpasang oksigen tube 3 liter/menit. Bibir tampak keluar lendir
seperti di lubang trakheostomi. dan tidak berwarna kebiruan. Bentuk
dada menggambang, Pernapasan 44 x/menit, cepat dan dangkal,
O2 sat 80%
Ureum 24 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
SGOT 50 U/l
SGPT 116 U/l
c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 4 bulan, sudah bisa
memiringkan badannya, menggenggam tangan pengasuh dan tertawa
jika di ajak bicara. Anak tampak tenang namun kelihatan sesak napas.
Ibu bertanya tentang kondisi anaknya.
d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu dan bapaknya. Hubungan keluarga tampak
harmonis, anak disayang oleh orangtua. Anak merupakan anak ketiga
dari pasangan ny R (39 th) dengan bp U (40 th). Orangtua mengatakan
khawatir dengan kondisi anaknya. Ibu selalu bertanya tentang kondisi
anaknya.
C. HIPOTESIS
A:
Intake nutrisi
adekuat dapat
dipertahankan
P:
lanjutkan
tindakan
-anak riwayat
hiper dan
hipoglikemi.
A:
Anak masih
kekurangan
nutrisi
P:
Teruskan
tindakan
minum susu,
dipasang tidak
bisa masuk
lambung. Anak
diberi IVFD
KaEn IB 40
tetes/mnt mikro.
A:
Keseimbangan
cairan belum
terpenuhi
P:
lanjutkan
tindakan
P:
Lanjutkan
tindakan
sudah berkurang
-ibu sudah bisa
melakukan
suction sendiri
dengan tehnik
yang benar.
A;
Jalan napas
dapat
dipertahankan
tetap terbuka
P:
Lanjutkan
tindakan
V. LAPORAN KASUS 5
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1. Nama Anak : Anak AN
2. Tempat/Tgl Lahi : Bantul,Yogyakarta 5 Juli 2011
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Usia : 8 bulan
5. Alamat : Bakungan RT 21 KD III, Trimuti, Srandakan,
bantul Yogyakarta
2. RIWAYAT SINGKAT KLIEN
An. AN, usia 8 bulan, dengan atresia bilier pro transplantasi hati dan
hospital acquired pneumonia dibawa ke RSCM dengan keluhan utama
kaki yang semakin bengkak. Di IGD RSCM anak sudah transfuse albumin
3 kali dan diruang non infeksi dari tgl 19 Maret sudah transfuse 1 kali @
25% 20 nl. Pasca transfuse albumin III 2,86gr/dl. Saat masuk di ruang
infeksi tgl 22 Maret pk.17.00, pasien direncanakan transfuse albumin ke
V. kondisi klinis pasien sesak napas, secara klinis sesuai dengan tanda
hospital acquired pneumonia. Sampai tgl 26 Maret 2012, anak sudah
mendapatkan transfuse albumin 6 kali.
Riwayat penyakit keluarga: dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama ataupun penyakit menular seperti TBC.
Riwayat kelahiran: lahir spontan dibantu bidan, anak langsung menangis.
Anak merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara( anak pertama perempuan
usia 5 tahun). Berat lahir 2700 gram, panjang lahir lupa, anak kuning.
Riwayat nutrisi: minum pregestimil melalui NGT. BB saat ini 6,270 kg,
LLA=9cm.
2. PATOFLOW ( Terlampir )
3. PENGKAJIAN
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 26 Maret 2012, Jam 15.00
a. Kemampuan konservasi energi
Pola nutrisi anak biasanya minum susu formula sesuai keinginan anak.
sejak sakit anak hanya minum melalui NGT yaitu pregestimil 8x75
ml.. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari karena anak
sering menangis. BB sekarang 6,270 kg. BAB anak sejak lahir seperti
dempul 1-2 kali sehari dan BAK anak seperti teh. Suhu 38,1° C
riwayat demam naik turun, RR: 40x/mnt, N: 120x/mnt. Saturasi
oksigen 99%.
b. Integritas struktur
Warna kulit anak coklat sawo matang, rambut tebal, terdistribusi
merata, kuku tangan dan kaki tidak tampak berwarna biru. Kepala
normal, tidak ada deformitas. Leher tidak terdapat kaku kuduk. Mata
simetris, bersih,sclera tampak ikterik. Telinga simetris , bersih tidak
keluar serumen. Hidung simetris, terpasang oksigen nasal kanul 2
liter/menit, tampak napas cuping hidung. Bibir tampak kering dan
tidak berwarna kebiruan. Bentuk dada simetris, terdapat retraksi
epigastrium. Pernapasan 40 x/menit, cepat dan dangkal, tampak
menggunakan otot-otot bantu pernapasan, terdapat napas cuping
hidung, saturasi oksigen 99%. Tidak terdengar bunyi napas ronkhi di
kedua lapang paru, slem banyak. Jantung terlihat impuls apical,
LED : 35mm
Albumin 2,81 g/dl
Prokalsitonin 9,17 mg/dl
Rontgent thorak: kesan, pneumonia dengan efusi pleura dextra
minimal.
c. Integritas personal
Anak tampak tiduran di tempat tidur. Anak berusia 8 bulan, sudah bisa
tengkurap tetapi sekarang tidak bisa karena perutnya membesar. Saat
ini anak tampak rewel kelihatan sesak napas, Anak tidak bisa
menjalankan aktivitas hariannya. Ibu khawatir dengan kondisi anaknya
d. Integritas sosial
Anak biasa diasuh oleh ibu , dan bapaknya. Hubungan keluarga
tampak harmonis, anak disayang oleh orangtua dan keluarga. Anak
merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan ny.S(38th)
dengan bp.S(36th). Orangtua mengatakan khawatir dengan kondisi
anaknya. Ibu selalu bertanya tentang kondisi anaknya. Anak tampak
diam jika digendong orangtuanya.
C. HIPOTESIS
1. Trophicognosis berdasarkan kemampuan konservasi energi
Intervensi:
1. Kaji perasaan dan kecemasan orangtua
2. Anjurkan orangtua untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
perasaannya
3. Jelaskan jika perasaan orangtua yang cemas bisa mempengaruhi
anak sehingga anak semakin rewel
4. Anjurkan orangtua untuk mengajak anak dengan meggendong
dan mengajak anak melihat-lihat gambar di sekitar kamar dan
mengalihkan perhatian anak saat rewel
Lanjutkan
tindakan
piperacillin -Antibiotik
tazobactam 4x475 mg diberikan sesuai
IV, program
A:
Keseimbangan
suhu tubuh dapat
dipertahankan
P:
lanjutkan tindakan
hidung
-lingkar perut
49/52 cm
A:
Keseimbangan
cairan belum
dapat
dipertahankan
adekuat
P:
Lanjutkan
tindakan
P:
Lanjutkan
tindakan
keluar warna
putih jernih
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
75 cc
A: jalan napas
dapat
dipertahankan
terbuka
P:
Teruskan
tindakan
-nebulizer
dilakukan
sesuai program
-cairan masuk
melalui NGT
125 cc
A: pola napas
paien belum
efektif
P:
Teruskan
tindakan
-ibu tampak
lebih tenang
setelah
mengungkapkan
perasaannya
A:
Kecemasan
orang tua
berkurang
P:
Stop tindakan
Lanjutkan
pendampingan
sampai pasien
pulang
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak mempunyai ciri yang khas yaitu tumbuh dan berkembang sejak saat
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. “Tumbuh kembang anak
adalah proses pertumbuhan fisik yang ditandai dengan bertambahnya
ukuran tubuh dan proses perkembangan kemampuan mental intelegensi
dan perilaku anak–anak dimana terjadi peningkatan kapasitas untuk
berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi” (Muscari, 2005, hal 7).
Ketika seorang anak menjadi pasien, orang tua meyakini bahwa tenaga
kesehatan akan melakukan hal terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami. Oleh karena itu tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab
terhadap pengobatan dan perawatan, keamanan pasien selama berada di
rumah sakit (patient safety).
sakit dengan petugas yang bergantian setiap hari dan setiap shiftnya.
Petugas akan kesulitan mengidentifikasi pasien dengan tidak adanya
nomor tempat tidur.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya proyek inovasi keperawatan optimalisasi patient
safety : Identifikasi pasien secara benar di Ruang Anggrek RSAB
Harapan Kita Jakarta dengan baik sehingga tercapainya kualitas
asuhan keperawatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya kebutuhan inovasi keperawatan optimalisasi
patient safety : Identifikasi pasien secara benar
b. Tersusunnya rencana kegiatan inovasi keperawatan optimalisasi
patient safety : Identifikasi pasien secara benar
c. Terlaksananya kegiatan inovasi keperawatan optimalisasi pasien
safety: Identifikasi pasien secara benar
d. Mampu mengevaluasi kegiatan inovasi keperawatan
e. Mampu merencanakan dan melaksanakan strategi keberlanjutan
program proyek inovasi yang telah disepakati .
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan
pembaharuan untuk kemajuan pelaksanaan pelayanan Asuhan
keperawatan Anak.
2. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan anak yang efektif
3. Bagi Pasien
Meningkatkan kepuasaan dalam penerimaan layanan asuhan
keperawatan yang diberikan pada anak.
C. Sasaran
Perawat ruangan, petugas kesehatan lain seperti petugas fisiotherapi,
petugas gizi, maupun pasien dan keluarga pasien di Ruang Anggrek
RSAB Harapan Kita Jakarta.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3. Problem solving
Salah satu faktor yang penting dalam penyelesaian masalah adalah
melibatkan staf yang paling terlibat dapat masalah. Pemberi pelayanan
keperawatan yang secara langsung berhadapan dengan pasien dapat
mengidentifikasi resiko selama mereka melakukan asuhan
keperawatan. Oleh karena itu dengan melibatkan mereka dalam upaya
mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan safety, menjadikan
merekan bertanggunjawab terhadap diri sendiri, teman sejawat dan
organisasi. Di rumah sakit dan klinik anak Minnesota, telah dibentuk
tim safety action yang didesain untuk melibatkan pemberi pelayanan
langsung kepada pasien dalam action perubahan. Tiap tim dibentuk
sesuai kebutuhan dari setiap ruangan.
4. Standar perilaku yang jelas
Standar perilaku didefinisikan sebagai saling menghargai, komunikasi
terbuka, dan tanggung jawab untuk mengembangkan praktik dan
kebijakan penting yang memegang peranan penting dalam kejelasan
issue, komunikasi terhadap hasil yang tidak dapat diantisipasi dan
partisipasi dalam analisis kejadian (Napier, 2006). Kebijakan yang
mendukung konsistensi dalam praktik perlu dilakukan secara tertulis.
BAB III
3. Ketenagaan (SDM)
Jumlah tenaga di ruang rawat anggrek terdiri dari perawat, administrasi
dan pekarya. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Ka. Ruangan
Administrasi CI Pekarya
Ka. Tim
Perawat Pelaksana
6. Lingkungan
a. Lokasi ruangan anggrek mudah dijangkau karena berada dibagian
tengah dan tidak jauh dari pintu utama rumah sakit.
b. Lingkungan sangat kondusif untuk kondisi pasien anak dengan
pencahayaan yang cukup dari jendela kaca di setiap ruangan,
sirkulasi udara cukup dengan pengaturan pendingin udara (AC)
disetiap ruangan.
c. Setiap ruangan kebersihannya terjaga dan dibersihkan 3 x sehari
oleh cleaning service.
d. Lokasi Nurse station ada di tengah ruangan sehingga mudah
dijangkau oleh pasien dan keluarga.
e. Penataan ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
f. Waktu kunjungan sesuai dengan peraturan dirumah sakit yaitu
siang : 11.00 – 12.00 WIB dan sore : 17.00 – 18.00 WIB.
8. Dokumentasi Keperawatan
a. Asuhan Keperawatan
1) Format pendokumentasian keperawatan sudah tersedia yang
terdiri dari format pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
c. Pendidikan Kesehatan
1) Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan perawat secara
individu kepada pasien dan keluarga.
2) Penyuluhan kesehatan secara masal belum dilakukan di ruang
anggrek.
3) Perawat belum mempunyai daftar atau list informasi kesehatan
dan satuan acara pembelajaran (SAP) yang disampaikan kepada
pasien dan keluarga. Ketersediaan materi ini akan
9. Pasien Safety
a. Sudah terdapat papan identitas pasien namun belum optimalnya
pengisian identitas pasien secara lengkap
b. Belum tersedianya identitas dan penomoran di masing- masing
tempat tidur
c. Belum terdapat pemberian gelang untuk menandakan adanya
pasien alergi dan yang mendapat pengawasan khusus
d. Pengelolaan obat pasien sebagian besar sudah disentralisasikan
diruang tindakan, terutama untuk terapi injeksi dan oral, tetapi
masih ada beberapa obatan–obatan berada pada keluarga pasien
seperti obat sirup.
e. Pendokumentasian pemberian obat dilakukan di dalam lembaran
terapi yang terdapat didalam status pasien.
f. Sudah ada buku khusus untuk dokumentasi terapi obat yang dapat
berfungsi sebagai pemantauan tindakan.
g. Standar sentralisasi obat sudah ada
h. Supervisi terhadap pengelolaan obat dilakukan oleh kepala
ruangan dan CI
i. Belum optimalnya penggunaan peralatan yang mendukung untuk
pemberian obat.
j. Belum terdapat poster-poster terkait pencegahan infeksi karena
tindakan invasif seperti poster etika batuk, lima waktu cuci tangan
.
B. Analisis SWOT
C. Identifikasi Masalah
E. Rencana Pelaksanan
3 Evaluasi dan V V V V
pembuatan laporan
BAB IV
PELAKSANAAN
A. PELAKSANAAN
1. Persiapan
Presentasi proposal proyek inovasi optimalisasi patieny safety: identifikasi
pasien secara benar dilakukan pada tanggal 28 Februari 2012 di kamar
bermain ruang anggrek RSAB Harapan Kita. Presentasi dihadiri oleh kepala
ruangan, pembimbing klinik , perawat ruangan dan pembimbing pendidikan.
Setelah acara presentasi, dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Dari
hasil kesepakatan antara kelompok dan ruangan, direncanakan ada 7 kegiatan
proyek inovasi di ruang Anggrek yang salah satunya adalah optimalisasi
patient safety: identifikasi pasien secara benar.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan penggalakkan kembali pengisian papan
identitas pasien di masing-masing tempat tidur pasien setiap hari. Kemudian
untuk penomoran tempat tidur, diawali dengan pemilihan gambar kartun dan
buah yang akan menjadi dasar dalam pembuatan nomor.
tidur yang jauh dari pintu atau yang dekat jendela. Posisi penempelan nomor
dan pemilihan nomor disepakati dengan kepala ruangan dan pembimbing
klinik.
Kendala yang dialami saat pelaksanaan inovasi antara lain adalah untuk
penambahan nama perawat penanggung jawab pasien pada papan identitas
pasien ternyata sudah tidak memungkinkan. Hal tersebut dikarenakan pada
papan sudah terlalu penuh dengan tulisan nama, tangal masuk, diit, dokter
dan umur pasien. Selain itu juga karena di ruang Anggrek untuk perawat
penangguang jawab pasien pada setiap hari dan setiap shif dinas berganti-
ganti dan tidak menetap disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruangan dan
pasien.
B. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan setelah pemasangan nomor identitas diatas tempat tidur
pada masing-masing kamar di ruang Anggrek. Evaluasi dilaksanakan pada
tanggal 6, 7 dan 8 Maret 2012 dengan menanyakan manfaatnya penomoran dan
penulisan papan identitas pasien kepada keluarga pasien atau orangtua, perawat
pelaksana , pembimbing klinik, kepala ruangan dan petugas fisioterapi yang
malakukan inhalasi dan fisiotherapi pada pasien dengan gangguan oksigenasi
pada anak dengan masalah pernapasan.
Keluarga dan orang tua pasien juga mengatakan lebih enak dan mudah setelah
ada penomoran tempat tidur. Apalagi di nomornya ada gambar buah dan gambar
karun yang juga disukai anak-anak sehingga bisa untuk mengalihkan perhatian
anak saat rewel dan menangis.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Patient safety sendiri merupakan proses pelayanan rumah sakit secara lebih
aman, termasuk assessment risiko, identifikasi dan manajemen risiko
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar
dan menindaklanjuti insiden serta penerapkan solusi untuk meminimalisasi
risiko. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma,
pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(Dep Kes R.I, 2006).
Identifikasi pasien yang selama ini sudah dilakukan di Ruang Anggrek adalah
penggunaan identitas gelang pasien namun belum ada identitas atau nomor
tempat tidur. Untuk identifikasi dan penomoran kamar sudah ada. Hal ini
akan beresiko untuk terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien terutama
bagi petugas kesehatan yang tidak selalu merawat pasien di kamar tersebut
sehingga mereka tidak hafal.
B. SARAN
Penomoran identitas diatas tempat tidur pasien sangat bermanfaat sehingga
diharapkan dijaga supaya tidak terlepas dan dilakukan pembersihan oleh
petugas cleaning service untuk meminimalkan terjadinya kemungkinan infeksi
nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, dkk. (2010). Laporan proyek di Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita
Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Hockenberry, Wilson. (2007). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (8th ed.). St.
Louis: Mosby Elseiver
Miller, M.R., Takata, G., Stucky, E. R., Neuspiel, D.R. (2011). Principles of
Pediatric Patient safety: Reducing Harm Due to Medical Care. Pediatrics,
127,1199.
Napier, J., Knox, E. (2006). Basic concepts in Pediatric Patient safety: Action
Toward a safer Health Care System. Clinical Pediatric Emergency Medicine
7:226-230@ Published by Elsevier Inc.
Nursalam, Rekawati S dan Sri Utami,. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak,
Jakarta: Salemba Medika
Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC
UNIVERSITAS INDONESIA