i Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
ii Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada Program
Pendidikan Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Pembimbing I
Pembimbing II
Alhamdu lillahi Rabbil „ālamiin, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam,
sehingga atas kemurahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil
Karya Ilmiah Akhir (KIA) dengan judul “Analisis Praktik Residensi Keperawatan
Medikal Bedah Pada Pasien Gangguan Respirasi Kanker Paru Dengan Pendekatan
Model Adaptasi Roy Di RSUP Persahabatan Jakarta”, yang tidak terlepas pula
dari jasa, bimbingan, pengarahan, dukungan serta bantuan dari semua pihak. Oleh
karenanya, pada kesempatan ini saya sebagai penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Seluruh pasien, yang secara sukarela, percaya dan ikhlas kepada mahasiswa,
sehingga asuhan keperawatan yang diberikannya, mampu memberikan
sumbangsih yang besar dalam terselenggarannya proses belajar ini. Semoga
hasil ini membawa manfaat dan kemajuan bersama.
2. Bapak Agung Waluyo, SKp., MSc., PhD, selaku pembimbing I (supervisor
utama) yang dengan penuh ketekunan, kesabaran dan keikhlasan memberikan
petunjuk dan bimbingan.
3. Bapak I Made Kariasa, SKp., MM., MKep., Sp. KMB, selaku pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam melakukan bimbingan
dengan ketekunan dan penuh rasa tanggung jawab serta yang selalu
memberikan motivasi.
4. Ibu Sri Purwaningsih, SKp., MKes., selaku pembimbing klinik yang selalu
bersikap sabar, tanpa mengenal letih dalam memberikan bimbingan dan
dengan gigihnya memperjuangkan kegiatan residensi, sekalipun dengan
mempertaruhkan dedikasinya di rumah sakit.
5. dr. Mohammad Ali Toha, Mars., selaku Direktur Utama RSUP Persahabatan
yang telah memberikan ijin pelaksanaan KIA di RSUP Persahabatan.
6. Almarhum Bapak dan Almarhumah Ibunda tercinta, yang semasa hidupnya
selalu memberikan motivasi, doa restu demi cita-cita anaknya.
7. Istri tercinta (Ratna Kusumawati) dan anak – anakku tersayang (Panji Akbar
Athallah dan Insan Roja Athallah) yang selalu mendoakan dan selalu menjadi
penyemangat dalam menyelesaikan laporan KIA ini.
v Universitas Indonesia
Demikianlah ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak, semoga segala
kebaikan yang sudah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri lakukan digantikan dengan segala
kemuliaan dan keberkahan dari Allah SWT, Amien YRA. Penulis juga menyadari
bahwa laporan yang dibuat ini masih terdapat kekurangannya, dengan segala
kerendahan hati dan dengan hati yang lapang, menantikan segala kritik dan saran
dalam rangka perbaikan – perbaikan pada penulisan di masa mendatang.
Penulis
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Masa pembelahan sel kanker menurut Stephen G. Spiro ............. 9
Tabel 2.2 Klasifikasi atau sistem TNM Versi 7 UICC Tahun 2009 ............ 16
Tabel 4.1 Karakteristik Responden : umur, jenis kelamin, pekerjaan dan
diagnose medis Di RSUP Persahabatan Jakarta Tahun 2015 ..... 85
Tabel 4.2 Nilai tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan,
breathlessness dan tingkat cemas pada pasien kanker
paru sebelum diberikan latihan PMR Di RSUP
Persahabatan Jakarta Tahun 2015 .............................................. 86
Tabel 4.3 Nilai tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan,
breathlessness dan tingkat cemas pada pasien kanker
paru sebelum diberikan latihan PMR Di RSUP
Persahabatan Jakarta Tahun 2015 ............................................... 87
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan dan manfaat
penulisan.
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup tidak kecuali manusia membutuhkan oksigen untuk proses
metabolisme sel melalui sistem pernafasan. Sistem pernafasan bertanggung jawab
terhadap proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida (Djojodibroto, 2013). Sistem
pernafasan membawa oksigen melalui jalan nafas ke alveoli jaringan paru, dimana
terjadi proses difusi ke kapiler untuk distribusikan ke jaringan (Black dan Hawks,
2009). Struktur sistem pernafasan adalah jalan nafas, saluran nafas dan paru.
Paru terletak di dalam rongga thoraks, bagian depan dibatasi oleh tulang
clavikula, sternum dan tulang costa, bagian belakang dibatasi oleh skalpula dan
vertebra torakalis. Rongga thorak dan rongga abdomen dipisahkan oleh suatu
septum berupa jaringan muskulotendineus yang disebut diafragma. Selain itu paru
dibungkus oleh pleura viseralis yang melapisi paru dan pleura parietalis yang
melapisi dinding dada dalam hemi thoraks. Diantara kedua lapisan tersebut
terbentuk ruangan yang disebut rongga pleura. Paru terdiri dari dua bagian yaitu
paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terbagi menjadi 3 lobus, yaitu superior,
medial dan inferior. Sedangkan paru kiri terbagi menjadi 2 lobus, yaitu superior
dan inferior (Brunner & Suddarth, 2002).
Faal paru dinyatakan normal apabila hasil kerja dari proses ventilasi, distribusi,
perfusi, difusi serta hubungan antara ventilasi (V) dan perfusi (Q) dalam keadaan
menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO2 dan PCO2) normal, yaitu
keadaan jantung dan paru bekerja tanpa beban berat (Djojodibroto, 2013). Paru
sebagai satu – satu organ yang berhubungan dengan lingkungan, sehingga paru
memiliki kerentan terhadap pengaruh lingkungan, seperti polutan, asap rokok.
Faktor merokok tersebut sangat signifikan terhadap terjadinya gangguan sistem
1 Universitas Indonesia
pernafasan seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan kanker paru (Black
dan Hawks, 2009). Menurut Sopori (2002) bahwa baik perokok aktif dan pasif
memiliki resiko terhadap kejadian kanker paru sekitar 80 – 90 %.
Kanker paru atau karsinoma paru adalah penyakit yang memiliki karakteristik
adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali dalam jaringan paru (Collins,
2007). Kejadian kanker paru dinyakini bahwa setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Berdasarkan data dari Lung Cancer Fact Sheet (LCFS) dan Centers
for Disease Control (CDC) bahwa di United Stated, jumlah penderita kanker paru
diawal tahun 2015 sekitar 402.326 orang, dengan kasus baru sekitar 221.200
orang. Angka kematian mengalami kecenderungan peningkatan sekitar 3,5 % dari
tahun 1999 – 2012 yaitu dari 152, 156 s.d 177.499 orang dan sebagai penyebab
kematian pertama setelah penyakit kanker prostat, payudara, kolorektal, dll. Data
dari Rekam Medis RSUP Persahabatan tahun 2008 s.d 2013, jumlah penderita
kanker paru (C.34) sekitar 333, 393, 578, 547, 669 dan 671 orang. Sementara
jumlah kematian sekitar 78, 81, 84, 129, 124 dan 104 orang dan kanker paru
sebagai penyebab kematian terbesar diantara penyakit baru lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ketertarikan kedua, pada bulan Juli 2014 sampai dengan Maret 2015, saat
mahasiswa melakukan observasi, pada pasien yang terpasang WSD, baik pada
kasus kanker paru dengan efusi pleura ataupun kasus lainnya seperti
pneumothorak, empyema, hydropneumothoraks, muncul aspirasi untuk
melakukan inovasi terhadap WSD 1 botol yang digunakan saat ini dengan
mempertimbangkan aspek “ estetika, quality and safety”. Hal ini dikarenakan
bahwa terdapat 5 kasus “kejadian tidak diharapkan (KTD)” dari 81 kasus pasien
dengan terpasang WSD, dimana kelima kasus tersebut memiliki resiko masuknya
udara dari atmosfer ke dalam rongga thoraks, yang tentunya dapat membahanya
keamanan dan keselamatan pasien. Resiko lain adalah resiko terjadinya infeksi
nosokomial dari lingkungan luar yang diakibatkan karena lubang botol WSD
ditutup dengan kassa steril yang memungkinkan terjadinya tranfer kuman dari
lingkungan atau sebaiknya. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan kultur tanggal
25 Maret 2015 dari pemeriksaan salah satu cairan dari botol WSD terdapat kuman
escherichia coli.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan konsep kanker
paru, konsep Model Adaptasi Roy (MAR), konsep penerapan tindakan praktik
keperawatan berbasis bukti dan kegiatan inovasi.
2.1 Kanker Paru-Paru
2.1.1 Definisi
Tumor ganas atau kanker adalah sel tumor yang tumbuh dan berkembang secara
tidak terkontrol, menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian
tubuh yang lain (Jusuf, 2010). Kanker paru adalah penyakit yang memiliki ciri kas
perkembangan dan pertumbuhan sel secara tidak terkontrol di dalam jaringan
paru. Perkembangan dan pertumbuhan dari jaringan paru ini dapat menyebar ke
luar paru, jaringan yang berada dekatnya atau organ lain. Proses ini yang disebut
proses metastase. Metastase akan berkembang dan tumbuh dengan cepat jika tidak
memperoleh tatalaksana secara cepat dan tepat (Collins, 2007). Kanker paru
didefinisikan secara umum adalah semua jenis penyakit keganasan di jaringan
paru, yang mencakup keganasan paru itu sendiri ataupun keganasan yang
ditimbulkan dari luar jaringan paru. Kanker paru yang berasal dari epitel bronkus
atau bronchogenic carsinoma disebut kanker paru primer ganas (Yusuf, 2011).
2.1.2 Etiologi
Menurut Yusuf, 2010 bahwa penyebab dan proses terjadinya kanker paru belum
dapat dijelaskan secara pasti namun dimungkinkan karena 2 faktor, yaitu faktor
genetik (bawaan atau internal) dan pajanan (paparan atau eksogen). Kedua faktor
tersebut mengakibatkan kerusakan genetik DNA yang berdampak pada proliferasi
sel yang tidak terkontrol, menghambat program kematian sel dan menghambat
proses perbaikan DNA. Kerusakan yang terakumulasi memberikan celah bagi
peningkatan sel kanker (Brown, 2010).
Faktor genetik dimaknai bahwa riwayat anggota keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang menderita kanker paru memiliki kecenderungan memiliki penyakit
yang sama, sehingga perlu pertimbangan dalam melakukan deteksi dini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dudley, 2013 bahwa faktor keturunan
7 Universitas Indonesia
Menurut Yusuf (2010) bahwa salah satu upaya pencegahan terhadap kejadian
kanker paru dilakukan dengan cara kampanye berhenti merokok untuk
menghimbau kepada masyarakat agar berhenti dari kebiasaan merokok dan
keputusan tidak merokok atau menghentikan dari kegiatan merokok sebagai
bentuk keputusan yang tepat serta bijaksana karena menyelamatkan orang lain.
Jadi “stop merokok” dan “tidak merokok” sebagai tindakan pencegahan terbaik
agar terhindar dari kejadian kanker paru-paru. Bentuk pencegahan primer yaitu
mencegah seseorang “bukan perokok” untuk “tidak menjadi seorang perokok”,
sedangkan pencegahan sekunder adalah menghentikan seseorang perokok untuk
berhenti dari kegiatan merokok.
2.1.3 Klasifikasi
Komite kanker paru Amerika menetapkan klasifikasi berdasarkan bentuk dan
metastasenya dibagi atas karsinoma sel kecil paru-paru atau small cell lung
carsinoma (SCLC) dan karsinoma paru non-sel-kecil atau non - small cell lung
carsinoma (NSCLC) (Collins, 2007). SCLC mempunyai tingkat pembelahan yang
Universitas Indonesia
tinggi, cepat, lebih sensitif terhadap tindakan radioterapi dan sitostatika dan
memiliki kemungkinan kecil untuk dilakukan tindakan operasi.
Tabel 2.1
Masa pembelahan sel kanker menurut Stephen G. Spiro
Tipe histologis Masa pembelahan
Small (oat) cell atau sel kecil 29 hari
Large cell atau sel besar 86 hari
Epidermoid (squamous) atau sel epidermoid 88 hari
Carsinoma atau adenokarsinoma 161 hari
Sumber : Tabrani (2013)
Secara histopatologi bahwa kanker paru dapat dibagi atas small (oat) cell, large
cell, epidermoid (squamous), carsinoma (Tabrani, 2013).
Selain dari tanda dan gejala diatas, terdapat beberapa hal penting dalam rangka
melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan subyek yang memiliki risiko tinggi
yaitu laki – laki usia lebih dari 40 tahun dengan riwayat perokok, memiliki
riwayat bekerja atau tinggal di lingkungan industri tertentu juga perempuan
sebagai perokok pasif dengan salah satu gejala di atas atau subyek memiliki
riwayat keluarga dengan salah satu anggota keluarganya menderita penyakit
kanker paru (Yusuf, 2010).
Universitas Indonesia
2.1.5 Komplikasi
Setiap penyakit pasti memberikan dampak atau komplikasi terhadap bagian tubuh
lainnya. Demikian halnya dengan kanker paru, menurut PDPI (2010) komplikasi
yang ditimbulkan sangat tergantung pada lokasi (letak), ukurang, jenis, dan
metastase dari sel kanker. Komplikasi tersebut antara lain :
2.1.5.1 Effusi pleura
Akumulasi cairan di dalam rongga pleura. Cairan pleura normalnya
merembes ke dalam rongga pleura dari pembeluh darah kapiler pleura
parietalis dan diserap kembali oleh pembuluh darah pleura viseralis dan
sistem limphatik (Black & Hawks,2009; Wuryantoro, 2012).
Pada keganasan effusi pleura terjadi melalui : invasi sel tumor pada
permukaan pleura; pleuritis yang disebabkan oleh inflamasi sekunder
akibat tumor; obstruksi limphatik atau pembuluh darah; erosi pembuluh
darah atau limfe sebagi pencetus peningkatan produksi cairan pleura;
invasi langsung sel tumor ke rongga pleura (Wuryantoro, 2012).
Universitas Indonesia
2.1.5.5 Hemoptisis
Batuk darah terjadi pada kanker paru jenis sel squamous dan kanker paru
sel kecil. Jika hemoptisis masih terjadi, diperlukan tindakan broncoskopi
untuk membebaskan perdarahan, mengevakuasi bekuan darah dan
menetahi sumber perdarahannya (Black & Hawks,2009; PDPI, 2010).
Universitas Indonesia
2.1.6 Patofisiologi
2.1 Diagram patofisiologi kanker paru dan terjadinya effusi pleura
Tumor-
Kanker
↑↑↑↑↑ cytokines,
Benigna Maligna-menginvasi
Obstruksi Metastase
Sumber : Black & Hawks, 2009; PDPI, 2010; Wibisono, 2010; Wuryantoro, 2012.
Universitas Indonesia
2.1.7.5 Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan prosedur intervensi yang biasa dilakukan oleh
bagian pulmonologi bagian intervensi dengan menggunakan alat yang
disebut bronchoscope, untuk dapat membantu dalam melakukan
visualisasi bagian saluran pernafasan dan menentukan lokasi massa.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Klasifikasi kanker paru yang lain yaitu NSCLC dan SCLC, dua jenis umum
evaluasi staging adalah stadium klinis dan pementasan bedah. Stadium klinis
dilakukan sebelum operasi definitif. Hal ini didasarkan pada hasil studi
pencitraan (seperti CT scan dan PET scan) dan hasil biopsi.
Staging bedah dievaluasi baik selama atau setelah operasi, dan didasarkan pada
hasil gabungan dari temuan bedah dan klinis, termasuk sampling bedah kelenjar
getah bening dada.
Universitas Indonesia
Tabel 2.2
Klasifikasi atau sistem TNM Versi 7 UICC Tahun 2009
Kategori Kriteria
Tumor Primer (T)
Tx Hanya diketemukan kepositifan sel kanker dari sitologi
sputum
Tis Tumor in situ
T0 Tidak tampak tumor
T1 Ukuran tumor ≤ 3 cm dan tidak terdapat gambaran invasif
pada mukosa pada bronkus lobus dari bronkoskopi
T1a Ukuran tumor ≤ 2 cm
T1b Ukuran tumor > 2 tetapi ≤ 3 cm
T2 Ukuran tumor > 3 cm atau ≤ 7 cm, tumor/lesi di bronkus
utama tetapi tumor atau lesi berjarak ≥ 2 cm dari distal
karina, invasi ke pleura viseralis, atelektasis atau
pemonitis obstruksi sebagian
T2a Ukuran tumor > 3 cm tetapi ≤ 5 cm
T2b Ukuran tumor > 5 cm tetapi ≤ 7 cm
T3 Ukuran tumor > 7 cm, tumor invasi ke dinding dada,
diafragma, pleura mediastinal, tumor atau lesi berjarak <
2 cm dari karina tetapi tidak mengenai karina, atelektasis
atau pnemonitis obstruksi total, lebih dari 1 noduler
dalam 1 lobus.
T4 Tumor sembarang ukuran invasi ke mediastinum,
jantung, pembuluh darah besar, karina, trakea, osefagus,
vetebra atau ada nodul lain pada lobus berbeda ipsilateral
Kelenjar Getah Bening (N)
Nx KGB tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada keterlibatan KGB
N1 KGB peribronchial ipsilateral, hilus ipsilateral
N2 KGB subkarina, mediastinal ipsilateral
N3 KGB peribronchial kontralateral, hilar mediastinal,
kontralateral, supraklavikula, sclene
Metastase Jauh (M)
M0 Tidak terdapat metastasis
M1 Didapat metastasis jauh
M1a Nodul lain pada paru kontralateral, nodul di pleura, efusi
pleura ganas, efusi pericardial
M1b Metastasis jauh
Sumber : Buku Pedoman tatalaksana kanker FK UI, 2010.
Universitas Indonesia
2.1.9.2 Radioterapi
Radioterapi diindikasikan : 1) pada pasien yang tidak mau dilakukan
tindakan operasi atau pada kondisi stadium III-A karena tindakan operasi
tidak dapat dilakukan (inoperable), sehingga radioterapi menjadi bagian
dari kemoradioterapi neoadjuvant (NSCLC), hal ini dipertimbangkan
untuk menekan proses metastasenya. ; 2) sebagai terapi paliatif terhadap
Universitas Indonesia
2.1.9.3 Kemoterapi
Kemoterapi sebagai salah satu modalitas pengobatan kanker paru yang
dapat diberikan pada semua kasus kanker paru, mulai dari stadium dini
(I dan II) karena berdasarkan pertimbangan medis tidak memungkinkan
dilakukan operasi atau karena pasien menolak dilakukan operasi. Namun
pada stadium lanjut kemoterapi merupakan modalitas pilihan utama
dalam pengobatan kanker paru. Syarat utama kemoterapi yang harus
ditentukan adalah jenis histopatologis dari sel kanker dan performence
(tampilan). Syarat tampilan : 1) berdasarkan skala WHO, tampilan ≤ 2
artinya cukup aktif (terlampir-2); 2) berdasarkan skala Karnosfky, harus
lebih dari nilai 60 artinya cukup aktif (terlampir-2) (Yusuf, A., 2002).
Universitas Indonesia
Faktor asumsi yang menjadi konsep utama dalam model adaptasi Roy, yaitu
manusia sebagai sistem adaptasi, lingkungan, kesehatan dan tujuan keperawatan.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut
2.2.1.1 Manusia sebagai sistem adaptasi
Sistem adalah seperangkat bagian yang berhubungan dengan
kelangsungan fungsi secara keseluruhan dan fungsi ini memiliki
hubungan saling ketergantungan. Sistempun dapat dipandang sebagai
pengalaman input, output, kontrol dan proses umpan balik. Input pada
individu dalam bentuk stimulus. Stimulus diartikan sebagai sesuatu yang
menimbulkan respon. Stimulus sebagai akibat interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik internal atau eksternal (Roy, 2009).
Universitas Indonesia
2.2.1.2 Lingkungan
Roy (2009) menjelaskan lingkungan sebagai semua kondisi, keadaan
yang mampu memberikan pengaruh sekitarnya serta mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu atau kelompok. Definisi lain setelah
membandingkan dari berbagai bahasa (luas) tentang interaksi individu
dan lingkungan dari perspektif alam semesta berkembang lingkungan
sebagai komunitas biofisik makhluk dengan pola interaksi yang
kompleks, umpan balik, pertumbuhan dan penurunan, pada kurun waktu
tertentu (periodik) dan jangka panjang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.1.3 Kesehatan
Kesehatan menurut WHO (1996) yaitu “A state of complete physical,
mental and social well being and not merely the absence of disease” atau
keadaan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna dan bukan hanya
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Konsep kesehatan menurut
Roy berhubungan dengan konsep adaptasi. Individu dipandang sebagai
sistem adaptasi yang berinteraksi dengan lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan. Kesehatan adalah refleksi dari interaksi individu dengan
lingkungan yang adaptif. Definisi kesehatan lainnya adalah sebagai
suatu proses dan suatu keadaan, untuk menjadi utuh dan terintegrasi
dengan cara yang mencerminkan kebersamaan interaksi antara individu
dan lingkungan.
Universitas Indonesia
2.2.1.4 Keperawatan
Pandangan Roy (2009) mengenai keperawatan adalah konsep utama dan
pertama yang dijelaskan. Keperawatan sebagai upaya adaptasi bagi
individu, kelompok, keluarga sehingga memberikan sumbangan dalam
menciptakan kondisi sehat, kualitas hidup dan pencapaian kematian yang
bermartabat. Keperawatan oleh Roy didefinisikan pula sebagai upaya
perlindungan, promosi, dan optimalisasi kesehatan dan kemampuan,
pencegahan penyakit dan cidera, pengentasan penderitaan melalui
diagnosis dan pengobatan dari respon manusia, dan advokasi pada proses
perawatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Universitas Indonesia
c. Eliminasi (elimination)
Kebutuhan eliminasi meliputi proses fisiologi dari pengeluaran
sampah metabolisme, yang utama melalui saluran pencernaan dan
perkemihan.
d. Aktivitas dan istirahat (activity and rest)
Kebutuhan proses keseimbangan kebutuhan mobilitas, istirahat –
tidur terhadap fungsi optimal kebutuhan fisiologis tubuh dengan tetap
memperhatikan komponen pemulihan dan perbaikan.
e. Perlindungan (Protection)
Kebutuhan perlindungan meliputi proses pertahanan tubuh yang
specifik, non specifik dan respon imun.
Selain lima kebutuhan dasar di atas, terdapat empat kebutuhan komplek
yang perlu dipertimbangkan dalam proses adaptasi model ini :
a. Indera (senses)
Proses penginderaan meliputi kemampuan penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan dan penciuman sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungan. Respon nyeri juga bagian dari komponen ini.
b. Cairan, elektrolit, kesembangan asam – basa (fluid, electrolyte, acid –
base balance)
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan cairan, elektrolite, keseimbangan
asam – basa dari intraseluler, ekstraseluler dan fungsi sitemik.
c. Neurologi (neurologic)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan mengontrol, berkoordinasi
gerakan tubuh, kesadaran, proses pikir – emosi juga kemampuan
mengontrol dari aktivitas organ.
d. Endokrine (endocrine)
Proses endokrin meliputi pengeluaran hormon, fungsi integasi dan
koordinasi dari masing – masing fungsi tubuh, termasuk respon stres.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengkajian stimulus
Data yang dapat dimunculkan dari pengkajian stimulus, seperti :
riwayat penyakit saat ini dan sebelumnya, struktur muskuloskeletal,
fungsi otot pernafasan, fungsi pusat kontrol pernafasan, benda asing di
jalan nafas, riwayat merokok (indeks Brighman), patologi penyakit
lain, hemodinamik tidak stabil, aktivitas, alergen, stres, ketinggian
tempat, perubahan suhu dan lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan kerja serta riwayat penyakit keluarga (Roy, 2009; Black &
Hawks, 2009).
b. Nutrisi
Pengkajian perilaku
Nutrisi berperan dalam memelihara jaringan tubuh, unsur
pertumbuhan dan penyediaan egergi. Pada proses metabolisme, selain
membutuhkan oksigen, tubuh juga memerlukan nutrisi sebagai
energinya. Sehingga faktor nutrisi juga perlu dikaji pada pasien
dengan gangguan sistem pernafasan. Hal yang perlu dikaji terkait
dengan nutrisi: pola makan, sensasi lidah (pengecap), mual, muntah,
diare, perubahan nafsu makan, kesulitan mengunyah, kesulitan
menelan (Dysphagia) atau sensasi kesakitan menelan, riwayat alergi
Universitas Indonesia
Pengkajian stimulus
Hal yang perlu perhatikan : struktur dan fungsi saluran pencernaan
(keutuhan gigi, lidah dll), persyaratan nutrisi (umur, jenis kelamin,
fungsi endokrine dll), ketersediaan makanan (sosial ekonomi),
pengetahuan tentang fungsi nutrisi (tanpa mengesampingkan aspek
agama, etnik, status kesehatan, vegetarians), dan konsumsi obat –
obatan yang mempengaruhi proses ingesti dan digesti (Roy, 2009;
Black & Hawks, 2009).
c. Eliminasi
Pengkajian perilaku
Hal yang perlu diperhatikan pada pengkajian perilaku meliputi :
karakteristik faeces/urine (jumlah, warna, konsistensi, bau, frekuensi),
bunyi peristaltik usus, sensasi nyeri saat b.a.b/b.a.k. Data laboratoium
yang mendukung pada pemeriksaan faeces yaitu ada tidaknya gross
blood, kuman (bakteri, virus, parasit). Data laboratorium yang
mendukung fungsi perkemihan yaitu urine lengkap (kadar glukose,
ketone, darah, protein, RBC, bilirubin, kristal, WBC, sel epitel. Dari
pemeriksaan darah yaitu ureum, creatinin (Roy, 2009; Nanda, 2012).
Pengkajian stimulus
Hal yang perlu diperhatikan : riwayat homeostasis, diet , asupan
cairan, lingkungan sekitar, nyeri, pola kebiasaan, ketidaknyamanan/
stres, penyakit penyerta dan obat – obatan yang dikonsumsi (Roy,
2009; Nanda, 2012).
Universitas Indonesia
e. Proteksi
Pada pasien kanker tidak terkecuali kanker paru memiliki resiko untuk
terjadinya infeksi. Area infeksi yang paling memungkinkan adalah
faring, kulit, perianal, saluran perkemihan dan pernafasan. Hal yang
perlu dikenali adalah tanda – tanda infeksi (demam, bengkak,
kemerahan, nyeri, fungsio lease/drainange) sampai dengan sepsis.
Data laboratorium seperti WBC (leokositosis, leukopenia) (Roy, 2009;
Brunner & Suddarth, 2002).
f. Sensasi
Pengkajian perilaku
Pengkajian perilaku dapat dilakukan dengan menilai kemampuan
penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan dan penciuman
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan. Pengkajian juga
dapat mengenai perasaan nyeri mungkin yang berkaitan dengan
Universitas Indonesia
h. Fungsi neurologi
Pengkajian perilaku
Pasien dengan kanker paru yang sudah mengalami metastase jauh
(serebral, tulang belakang) sangat mungkin sekali menyebabkan
penderita mengalami destruksi neurologis. Pengkajian neurologis
dapat dilakukan dengan mengkaji tingkat kesadaran pasien baik secara
Universitas Indonesia
i. Fungsi endokrin
Pengkajian perilaku
Sel kanker (paru) akan direspon tubuh sebagai agen stres. Oleh karena
itu tubuh akan melakukan kompensasi untuk hal tersebut. Pada
kondisi tertentu dimana tubuh gagal melakukan kompensasi sehingga
akan mengganggu kerja dari fungsi hormon seperti adrenal, tiroid,
insulin dan kortisol.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
versi NANDA dengan NOC - NIC yang berbasis dari penelitian dan
intervensi keperawatan (Wilkinson, 2000). Pernyataan tujuan harus
menunjuk bukan hanya perilaku yang akan diamati tapi cara perilaku
akan berubah (seperti yang diamati, diukur, atau subyektif yang akan
dilaporkan) dan kerangka waktu disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai. Kerangka waktu yang dimaksud adalah jangka pendek dan
jangka panjang.
Universitas Indonesia
Gambar 2.3
Proses Keperawatan Model Adaptasi Roy
2. Pengkajian stimulus
Proses
coping
Sumber: Roy, S.C. (2009). The Roy Adaptation Model.(3rd Ed.). Pearson: New Jersey
2.3.1.2 Indikasi
Menurut Synder & Lindquist (2002) mengemukakan bahwa PMR dapat
dilakukan pada pasien yang mengalami stres, kecemasan dan gangguan
fisik seperti pada penyakit asma, PPOK, kanker, gangguan jiwa atau
bahkan pada pasien yang akan menjalani prosedur tindakan tertentu.
Menurut Sermsak Lolak (2008) Cit. Duma (2012) bahwa PMR
Universitas Indonesia
2.3.1.3 Manfaat
PMR mampu membantu dalam pencapaian kondisi tubuh yang relaks.
Relaksasi mampu memberikan respon pengaturan pernafasan menjadi
lebih teratur, menurunkan rasa nyeri, cemas, meningkatkan energi,
mengurangi kelelahan serta meningkatkan gairah. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan menurunkan kadar hormon
stres dan menurunkan tekanan darah. Manfaat yang lain bahwa relaksasi
sebagai sebuah proses aktif mental yang selalu siaga dan memberikan
tubuh relaks, baik dilakukan dalam keadaan terjaga, dapat dilakukan
dengan latihan serta tidak memberikan efek samping sebagaimana obat
kimia (Williams and Carey, 2003).
2.3.1.6 Gerakan
Relaksasi dengan menggunakan teknik PMR menekankan pada
penegangan (tense) dan mengendurkan (relax) kelompok otot. Pada saat
melakukan latihan, pasien berfokus pada kelompok otot kaki (telapak
kaki, betis, lutut, paha), perut, punggung, lengan (telapak dan lengan
Universitas Indonesia
tangan), dagu, leher, bahu, wajah dan dahi. Pelaksanaan PMR rata-rata
dianjurkan secara teratur selama 20 - 25 menit tiap sesi, setiap hari
dilakukan 2 kali (pagi dan sore). Tahapan latihan PMR adalah sebagai
berikut :
a) Relaksasi dahi
Angkat alis dan tegang otot-otot di dahi dan kulit kepala.
Rasakan ketegangan yang timbul dan tahan ketegangan selama
beberapa saat (10 detik).
Tetap lakukan napas dalam.
Saat mengeluarkan napas mengucapkan kata "RELAKS" dan
kendorkan bagian otot (10 detik).
Dilakukan sebanyak 2 kali latihan setiap kelompok otot.
Universitas Indonesia
e) Relaksasi punggung
Angkat punggung dari sandaran dan busungkan dada.
Kontraksikan otot-otot di punggung.
Rasakan ketegangan yang timbul dan tahan ketegangan selama
beberapas saat (10 detik).
Tetap lakukan napas dalam.
Saat Anda mengeluarkan napas mengucapkan kata "RELAKS" dan
kendorkan bagian otot (10 detik).
Dilakukan sebanyak 2 kali latihan setiap kelompok otot.
f) Relaksasi perut
Perhatikan pergerakan perut (naik turun) setiap napas.
Tarik napas, tekan pusar ke arah tulang belakang kemudian
tegangkan perut.
Rasakan ketegangan yang timbul dan tahan ketegangan selama
beberapa saat (10 detik).
Tetap lakukan napas dalam.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kanker paru sebagai salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat serta terarah baik dalam penegakan
diagnosa medis sampai dengan penentuan terapi yang diberikan (PDPI,
2011). Penyakit kanker paru dapat memberikan gejala sesak nafas bagi
pasien, demikian halnya efek dari pengobatan kemoterapi ataupun
radioterapi (Chan, 2010). Dari keluhan tersebut dokter akan memberikan
terapi yang tujuannya untuk menghilangkan keluhan secara symptomatis
sampai dengan mengobati penyebabnya, misal pemberian terapi oksigen,
inhalasi, pemberian metylprednisolon dan tindakan invasif pengeluaran
cairan pleura. Belum nampak satu intervensi keperawatan yang diyakini
aman dan terukur baik untuk mencegah timbulnya keluhan tersebut
bahkan mengatasi keluhan breathlessness. Mengingat pentingnya
mengatasi masalah breathlessness tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penerapan EBN Progressive Muscle Relaxation pada pasien
dengan Kanker Paru.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.1.2 Tujuan
Menurut Kemenkes (2006) dan JCI (2013), tujuan dari patient safety
adalah sebagai berikut:
Terciptanya budaya keselematan pasien di rumah sakit.
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
2.4.1.3 Strategi
Dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit, maka diperlukan
langkah-langkah strategi yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit.
Panduan Kemenkes untuk menuju keselamatan pasien diuraiken menjadi
tujuh langkah strategi sebagai berikut: 1) membangun kesadaran akan
nilai keselamatan pasien sebagai suatu hak pasien, 2) memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarga, 3) keselamatan pasien dan
kesinambungan pelayanan, 4) penggunaan metode-metode peningkatan
kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien, 5) peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien,
6) mendidik staf tentang keselamatan pasien, 7) komunikasi merupakan
kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Universitas Indonesia
2.4.2.2 Indikasi
Indikasi pemasangan WSD menurut De Hert dan Keijzer (2012) diibagi
dua kondisi yaitu kondisi tidak emergensi dan kondisi emergensi :
Kondisi tidak emergensi biasa dilakukan pada pasien dengan efusi
pleura berulang (maligna dan non maligna), pengobatan dengan agen
sclerosis (pleurodesis), empyema, chylothorax, dan post operasi
(setelah torakotomi atau sternotomi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang terpasang WSD diantaranya
adalah : nyeri, gangguan integritas kulit, risiko penyebaran infeksi dan risiko
cedera. Salah satu intervensi yang terdapat pada diagnosa risiko cedera adalah
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien. Atas dasar
pertimbangan hal tersebut maka diperlukan manajemen perawatan WSD secara
baik. Pedoman klinis manajemen perawatan pasien yang terpasang WSD mulai
dari pasien disiapkan untuk insersi sampai dengan dilepasnya WSD, yang
bersumber dari Nottingham University Hospitals NHS Trust (Aston & Scothern,
2012) :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tutup dan buang botol drainase dan dan selang sesuai dengan
prosedur. Rasional : untuk meminimalkan risiko infeksi.
Mendokumentasikan jumlah drainase pada botol yang lama pada form
keseimbangan cairan. Rasional : untuk memonitoring jumlah cairan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bahan lain dalam modifikasi WSD 1 botol ini adalah tutup botol yang
terbuat dari kayu. Dipilihnya kayu sebagai tutup botol WSD adalah karena
kayu merupakan isolator panas yang baik, berbeda halnya jika
menggunakan tutup botol yang berbahan karet. Sifat karet akan memuai saat
mengalami pemanasan pada proses sterilisasi. Kayu yang digunakan sebagai
tutup WSD 1 botol ini telah melalui berbagai pertimbangan dan diskusi
yang telah dilakukan oleh mahasiswa dan pengrajin kayu.
Universitas Indonesia
BAB III
PROSES RESIDENSI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang laporan analisa secara kritis kasus yang
dikelola, maupun kasus resume sebanyak 30 buah, penerapan praktik keperawatan
berbasis bukti dan kegiatan inovasi pada tata kelola pasien dengan gangguan
sistem pernafasan.
3.1 Gambaran Kasus Kelolaan Utama
Riwayat pengkajian di IGD
Pasien laki – laki dewasa Tn. C. H, usia 66 tahun, pekerjaan sebagai tukang jahit
sejak usia 24 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir sekolah dasar, status
menikah dengan 2 orang istri (istri pertama meninggal saat anaknya berusia 15
tahun), memiliki 1 orang anak perempuan berusia 25 tahun hasil penikahan
dengan istri pertama, memiliki 1 orang cucu (perempuan) yang berusia 6 tahun.
Pasien berasal Ciamis, alamat tempat tinggal Kampung Bulak, RT/RW 001/011,
Kali Deres, Jakarta barat. Nomor rekam medis 180 9219, masuk rumah sakit pada
tanggal 16 Pebruari 2015 pukul 12.27 WIB.
Pasien masuk IGD RSUP Persahabatan karena rujukan dari RS Tarakan dengan
keluhan sesak nafas, memberat dirasakan 2 minggu SMRS disertai adanya batuk
berdahak berwarna putih dan nyeri dada bagian kiri serta nyeri ulu hati.
Sesak nafas dirasakan sejak 6 bulan yang lalu saat beraktivitas menjahit di
rumahnya. Semakin lama, sesaknya bertambah namun pasien masih tetap
bertahan di rumah, belum bersedia dibawa ke rumah sakit. Sesak nafas tidak
dipengaruhi oleh perubahan cuaca, sesak berkurang saat pasien beristirahat dan
duduk pada posisi tegak atau berbaring ke arah tubuh bagian kiri dengan diganjal
2 buah bantal. Pada tanggal 12 Januari – 6 Pebruari 2015 pasien dirawat di RS
Tarakan didiagnosa TBC dengan effusi pleura. Selama perawatan dilakukan
pungsi 2x sebanyak 750 cc dan 500 cc, warna cairan kemerahan dan diberikan
pengobatan TBC dengan suntikan streptomisin (20 kali). Pada tanggal 13 Pebruari
57 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
58
2015, masuk dan dirawat lagi di RS Tarakan dan kemudian dirujuk ke RSUP
Persahabatan pada tanggal 16 Pebruari 2015.
Pada bulan Desember 2014, pasien dirawat di rumah sakit Cengkareng dengan
keluhan sesak nafas. Selama dirawat juga dilakukan pungsi sebanyak 2 kali,
cairan pleura dikeluarkan 1,5 liter (750 cc dan 750 cc), warna kemerahan. Riwayat
pengobatan TBC dari dokter klinik selama bulan (April, Mei dan Juni 2014) dan
memutuskan tidak melanjutkan pengobatan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
59
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : keterbatasan ekspansi volume paru dan dinding
dada. Stimulus konstektual : terkumpulnya cairan di rongga
pleura masif dengan riwayat dilakukan pungsi 2 kali di RS
Tarakan, 2 kali di RS Cengkareng dan 1 kali di IGD RSUP
Persahatan diduga kemungkinan keganasan. Stimulus residual
merokok sejak usia 16 tahun, 1 bungkus/hari sampai dengan usia
24 tahun. Usia 24 tahun merokok sehari 1,5 bungkus/hari sampai
dengan tahun 2014. Indeks brinkman (18 batang x 42 tahun =
756), kategori perokok berat. Riwayat penyakit diabetes militus
10 tahun yang lalu. Kebiasan berkumpul dengan teman – teman
perokok.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
60
2. Nutrisi
a) Pengkajian perilaku
Pola makan sebelum dan sesudah sakit 3 x sehari, selama sakit
nafsu makan menurun, merasakan mual apalagi kalau mencium
bau amis ikan atau telur, lidah terasa pahit. Selama di rumah
sakit, makan paling banyak habis ¼ porsi dari hidangan, snack
rumah sakit selalu dimakan, minum sehari 4 x 200 cc (teh manis,
susu dan air putih), tidak ada riwayat alergi makanan.
Mengalami penurunan berat badan sekitar 5 Kg selama 3 bulan
terakhir. Kunjungtiva anemis, ektrimitas bawah sedikit edema
(pitting edeama ringan), berat badan 50 Kg, tinggi badan 168 cm,
IMT = (50 Kg/(1,68)2) = 17,74 Kg/m2. Hasil laboratorium Hb =
9,1 g/dl, hematokrit 26 %, hasil gula darah sewaktu (GDS) = 90.
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : peningkatan metabolisme, penurunan dari indra
pengecap. Stimulus konstektual : kecenderungan menderita
penyakit keganasan. Stimulus residual : penyakit DM terkontrol
dengan metformin 2 x 500 mg, riwayat merokok, riwayat
pengeluaran cairan (pungsi), pengetahuan tentang pentingnya
asupan nutrisi.
3. Eliminasi
a) Pengkajian perilaku
Pola kebiasaan buang air besar masih sama dengan sebelum
sakit, yaitu setiap hari sekali. Konsistensi b.a.b lunak, jumlah,
warna dan bau biasa (menurut keterangan pasien), saat b.a.b
pasien minta di kamar mandi. Riwayat buang air kecil 4 – 5 x/
hari (tiap b.a.k sekitar 250 - 300 cc, warna kuning), kadang
dilakukan di samping tempat tidur dengan dibantu istrinya.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
61
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal, stimulus konstektual dan stimulus residual tidak
didapatkan.
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : keterbatasan kontraktilitas dari otot jantung.
Stimulus konstektual : adanya akumulasi cairan di rongga pleura
secara berlebihan. Stimulus residual : kemungkinan penyakit
keganasan, riwayat merokok.
5. Proteksi
a) Pengkajian perilaku
Pasien mengalami kelemahan, lebih banyak diam ditempat tidur,
perilaku saat ini masih adaptif.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
62
b) Pengkajian stimulus
Saat ini pasien tinggal di lingkungan rumah sakit, status nutrisi
yang kurang, banyak rencana tindakan invasif (ambil darah,
pasang infus, biopsi, pasang WSD) yang akan dilakukan kepada
pasien.
6. Sensasi
a) Pengkajian perilaku
Fungsi indra penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran
masih berfungsi normal kecuali indra pengecap mengalami
perubahan, yaitu sering merasakan pahit pada saat menelan/
makan. Selain itu pasien sering mengeluh kesakitan pada daerah
perut bagian atas, saat perasaan nyeri muncul, pasien sampai
merintih. Nyeri kadang muncul saat melakukan aktivitas,
merubah posisi, ditekan. Skala nyeri (VAS) menurut pasien pada
angka 5. Pasien mengatasi nyeri dengan mengusap – usap daerah
yang sakit atau di seka dengan air hangat. Kalau tidak dapat
mentoleransinya pasien meminta untuk diberikan obat. Nyeri
juga kadang muncul di daerah punggung kiri.
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : kemungkinan proses maglinansi sel kanker,
kemungkinan kekurangan oksigen dan nutrisi pada daerah nyeri
atau sekitar nyeri. Stimulus konstektual : proses perjalanan
penyakit sel kanker. Stimulus residual : pengetahuan dan
pengalaman mengatasi nyeri, pengetahuan tentang manajemen
nyeri , dukungan keluarga dan lingkungan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
63
pasien 50 Kg), warna urin kuning. CRT (capillary refill time) < 3
detik, tidak ada peningkatan suhu, hematokrit 26 % (Hb 9,1
gr/dl). Hasil elektrolit tanggal 16 Pebruari 2015, yaitu Na, K, Cl
= 108 / 4,4 / 76, hasil analisa gas darah yang tidak dapat
mewakili (darah vena).
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : asupan tidak adequat. Stimulus konstektual :
riwayat penyakit diabetis militus, kemungkinan maglinansi sel
kanker ke indra pengecapan. Stimulus residual : riwayat
pengeluaran cairan pleura secara berulang dan dalam jumlah
yang besar (sekitar 1000 – 1500 cc).
8. Fungsi neurologi
a) Pengkajian perilaku
Kesadaran pasien komposmentis (GCS = E4 M6 V5), kekuatan
otot 5 - 5 / 5 – 5, keluhan pusing (-), sakit kepala (-), disorientasi
(-), fungsi kognisi baik.
b) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal (-), stimulus konstektual (-), stimulus residual (-).
9. Fungsi endokrin
a) Pengkajian perilaku
Tanda – tanda trias pada penyakit diabetes (polifagi, polidipsi,
poliuri) tidak nampak terlihat. Riwayat mengkonsumsi obat
OAD (obat anti diabetik) metformin 2 x 500 mg. Regulasi
hormon yang lainnya masih adaptif. Hasil laboratorium tanggal
16 Pebruari 2015 : gula darah sewaktu 90 gr/dl.
b) Pengkajian stimulus
Semua stimulus adaptif.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
64
2. Personal self
b) Pengkajian perilaku
Pasien mengatakan, “Pak, saya menyadari bahwa selama ini saya
jauh dari Allah SWT, saya tidak meluangkan waktu untuk
mengingat Allah, saya tidak rutin menjalankan ibadah shalat.
Jadi dengan kondisi seperti ini saya mengambil nilai hikmahnya,
karena dengan cara ini Allah SWT menyadarkan saya,
memberikan banyak waktu untuk dapat mengingat-Nya.
Sesungguhnya dari dulu anak dan istri saya selalu mengingatkan
saya Pak, tetapi saya lalai. Allah SWT Maha Besar, maha
Pemurah, Maha Penyayang, Insyallah akan memberikan yang
terbaik, saya ikhlas, semoga Allah SWT mengampuni
kekhilafan ya Pak, Amien”.
c) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : kurang informasi secara detail tentang penyakit
dan tata laksana pengobatannya. Stimulus konstektual :
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
65
2) Pengkajian stimulus
Stimulus fokal, konstektual dan residual adaptif.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
66
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
67
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
68
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
69
3.2.4 Intervensi
Intervensi keperawatan yang dirumuskan berpedoman pada Nursing Intervention
Classification (NIC) sesuai dengan pencapaian tujuan keperawatan Nursing
Outcome Classification, sebagai berikut :
3.2.4.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
volume paru dan ekspansi dinding dada dengan intervensi keperawatan :
pemantauan pernafasan, pemantauan tanda vital.
3.2.4.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung
dengan intervensi keperawatan : toleransi aktivitas, manajemen energi
dan bantuan perawatan diri.
3.2.4.3 Ketidakseimbangan nutrisi dan elektrolit : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan nafsu makan, mual dan penurunan dari
fungsi pengecap dengan intervensi keperawatan manajemen nutrisi,
pemantauan nutrisi dan pemantauan elektrolit.
3.2.4.4 Nyeri akut berhubungan dengan kemungkinan proses maglinansi sel
kanker, proses iskemia jaringan dengan tindakan keperawatan
manajemen nyeri.
3.2.4.5 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit dan penatalaksananya dengan tindakan keperawatan
meningkatkan koping (coping enchancement), penyuluhan atau
pendidikan proses penyakit (teaching disease process), pendidikan dan
penyuluhan tentang aktivitas dan latihan (teaching prescribed
activity/exeercise).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
70
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
71
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
72
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
73
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
74
11,7/ 6,68/ 34/ 478 (pasca tranfusi PRC gol darah B 500 cc). Kemudian
konsul penyakit dalam : terapi hepatoprotektor curcuma 3 x 1 dan USG
abdomen (17 Maret 2015), hasil hepatomegali, acites disertai effusi
pleura kanan.
EBNP ini dilaksanakan pada responden dengan kanker paru yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah pasien sebanyak 9 orang. Adapun syarat
inklusi dan ekslusi yang ditentukan oleh penulis adalah kriteria inklusi : a) pasien
dengan diagnosa medis kanker paru, baik yang kemoterapi ataupun radioterapi, b)
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
75
berusia diatas 16 tahun dan memiliki keluhan sesak nafas (dypsnea atau
breathlessness) dengan hemodinamik stabil (keadaan umum cukup atau baik); c)
penampilan berdasarkan skala Karnofsky > 70 (ada keluhan tetapi masih aktif dan
dapat mengurus diri sendiri); d) pasien mendapatkan informasi dari penerapan
EBNP dan memberikan persetujuan sebagai responden (berupa inform cnnsent),
e) pasien dalam keadaan sadar penuh dan mampu berkomunikasi dengan jelas dan
baik. Kemudian Kriteria ekslusi, yaitu : a) pasien memiliki gangguan neurologis,
elektrolit dan memiliki spasme, b) pasien dalam keadaan kelelahan (fatigue) atau
sesak berat.
3.4.1 Persiapan administratif
Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, penulis mengajukan surat
permohonan kepada rumah sakit untuk menerapkan EBNP tersebut.
Sebelum diijinkan, penulis diminta melakukan sosialisasi dengan Bidang
Pelayanan Keperawatan dan unit terkait di RSUP Persahabatan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
76
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
77
pada kasus spontan pneumothorax, hematothorax, dan effusi pleura Miller &
Sahn, 1987).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
78
Adapun bentuk modifikasi yang dilakukan berupa “Hanger WSD” yang akan
ditempatkan di tempat tidur dengan cara digantung, yang diyakini mampu
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
79
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
80
3.5.6 Evaluasi
Kegiatan inovasi belum dapat dilakukan evaluasi dikarenakan proses perijinan
yang belum diterbitkan oleh pihak rumah sakit.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
81
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan uraikan tentang pembahasan dari analisis kasus yang dikelola,
kasus resume, penerapan praktik keperawatan berbasis bukti dan kegiatan inovasi
WSD 1 botol (WSD Pionir).
4.1 Pembahasan Kasus Kelolaan Berdasarkan MAR
Secara umum bahwa pengkajian menggunakan Model Adaptasi Roy, bagi yang
belum terbiasa sangatlah sulit, dikarenakan pada tahapan pengkajian terdiri dari
tahap pengkajian perilaku dan pengkajian stimulus. Penulis mengatakan sulit
karena, dalam pengkajian stimulus diperlukan pengetahuan yang mewadai dan
ketrampilan seorang ners spesialis untuk melakukan pendekatan dengan pasien
dan keluarga. Namun disisi lain, pada saat seorang ners spesialis akan
menegakkan diagnosa keperawatan terutama untuk menentukan etiologi dari
sebuah masalah keperawatan, akan terbantu pada saat sudah mendapatkan data
dari pengkajian stimulus.
Kesulitan kedua adalah pada tahap proses keperawatan, yaitu intervensi dan
implementasi. Dimana pada kedua tahapan tersebut harus memilahkan antara
regulator dan kognator.
Penerapan Model Adaptasi Roy, selain terdapat kekurangan namun juga memiliki
kelebihan, yaitu dengan adanya pengkajian stimulus (fokal, konstektual, residual),
maka akan memudahkan dalam menegakkan diagnosa keperawatan dan akan
lebih komprehensif dalam merencanakan tindakan keperawatan. Dengan demikian
upaya untuk mencapai kondisi adaptif akan lebih optimal dibandingkan apabila
seorang ners spesialis tidak melakukan pengkajian predisposisi dan foktor lain
yang mungkin memberikan kontribusi terjadinya masalah. Sehingga dengan
adanya kekurangan dan kelebihannya, perlu pendalaman pengetahuan terkait
dengan hal tesebut terutama dalam penerapannya di gangguan sistem respirasi.
Pembahasan sesuai dengan kasus kelolaan adalah sebagai berikut :
81 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
82
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
83
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
84
Penyakit TBC dan kanker paru merupakan dua jenis penyakit yang masuk dalam
kategori penyakit kronis. Menurut Suzuki (2013) bahwa pada semua penyakit
kronis akan mengalami sindrom chachexia, dimana ditandai adanya respon dari
pasien yang berupa anorexia dan kehilangan jaringan adiposa serta massa otot
skeletal, lambat tahun akan berkembang pada penurunan kualitas hidup pasien.
sindrome chachexia di stimulasi oleh peningkatan mediator kimia, yaitu cytokin.
Dengan meningkatnya kadar cytokin justru akan menekan leptin, orexigenic
ghrelin dan neuropeptide Y (NP Y). Sehingga dengan menurunnya ketiga
mediator kimia tersebut akan menurunkan nafsu makan dan menaikakan respon
metabolisme dalam tubuh. Sehingga proses metabolisme dalam tubuh
menggalami gangguan karena ketidak cukupan energi dan beberapa dampak yang
terjadi pola nafas tidak efektif dan risiko terjadinya infeksi karena melemahnya
sistem pertahanan tubuh yang diakibatkan karena kekurangan nutrisi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
85
Jumlah
No Karakteristik Prosentase
Frekuensi (%)
1 Umur
< 40 tahun 1 11,11
≥ 40 tahun 8 88,89
2 Jenis Kelamin
Laki - laki 9 100
Perempuan 0 0
3 Pekerjaan
Terpapar polutan 6 66,67
Tidak terpapar 3 33,33
4 Merokok
Ya 9 100
Tidak 0 0
5 Dx. Medis
Adenocarsinoma 8 88,89
Carsinomaneuroendokrine 1 11,11
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kasus kanker paru maoritas terjadi pada usia ≥ 40
tahun (88,89 %), pada kelompok jenis kelamin laki – laki (100 %), responden
yang memiliki riwayat tinggal atau bekerja di lingkungan yang terpajan polutan
(66,66 %), memiliki riwayat merokok (100 %) dan jenis kanker paru terbanyak
adalah adenocarsinoma (88,89 %). Data di atas sesuai bahwa laki – laki, umur di
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
86
atas 40 tahun dan memiliki riwayat merokok sebagai faktor risiko terjangkit
penyakit kanker paru (Wibisono, 2010; PDPI, 2011).
Jumlah
No Karakteristik Prosentase
Frekuensi (%)
1 Tekanan sistole
< 140 mmHg 8 88,89
≥ 140 mmHg 1 11,11
2 Tekanan diastole
< 90 mmHg 9 100
≥ 90 mmHg 0 0
3 Nadi
< 60 x/menit 0 0
60 - 100 x / menit 100 100
> 100 x / menit 0 0
4 Pernafasan
< 16 0 0
16 - 20 0 0
> 20 9 100
5 VAS Breathlessness
No Breathlessness (< 4) 2 22,22
Breathlessness (4 - 10) 7 77,78
6 Cemas
Tidak cemas ≤ 25 7 77,78
Cemas > 25 2 22,22
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
87
4.3.3 Distribusi tanda vital, nilai breathlessness dan nilai kecemasan setelah
dilakukan tindakan PMR (Post Test)
Data dasar yang meliputi tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, nilai
breathlessness dan nilai kecemasan setelah pasien diberikan latihan PMR, sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Nilai tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, breathlessness dan tingkat cemas
pada pasien kanker paru sebelum diberikan latihan PMR
Di RSUP Persahabatan Jakarta Tahun 2015
Jumlah
No Karakteristik Prosentase
Frekuensi (%)
1 Tekanan sistole
< 140 mmHg 8 88,89
≥ 140 mmHg 1 11,11
2 Tekanan diastole
< 90 mmHg 9 100
≥ 90 mmHg 0 0
3 Nadi
< 60 x/menit 0 0
60 - 100 x / menit 100 100
> 100 x / menit 0 0
4 Pernafasan
< 16 0 0
16 - 20 5 50
> 20 5 50
5 VAS Breathlessness
No Breathlessness (< 4) 8 88,89
Breathlessness (4 - 10) 1 11,11
6 Cemas
Tidak cemas ≤ 25 8 88,89
Cemas > 25 1 11,11
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
88
stabil. Sementara dari hasil nilai VAS untuk breathlessness mayoritas pasien
bahwa kanker paru mengalami breathlesness sebesar 88,89 % dan yang
mengalami kecemasan sebesar 11,11 %.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
89
I
N
O
V
A
S
I
g. Mendapatkan tanggapan positif dari para perawat ruangan dan para PPDS Paru
(Program Pendidikan Dokter Specialis).
h. Penelitian akan dilakukan bertahap, sebagai berikut : penelitian pertama
tentang persepsi tenaga kesehatan mengenai botol WSD Pionir; penelitian
kedua akan dilakukan pada waktu yang bersamaan tentang ketahanan tutup
botol WSD Pionir, uji mikrobiologi, gambaran kepuasan pasien dan gambaran
safety terhadap kejadian injury penggunaan botol WSD Pionir.
i. Kelompok masih menungu informasi dari bagian Diklit RSUP Persahabatan
untuk dapat melakukan presentasi kedua sebagai awal dimulainya penelitian
dan penerapan inovasi WSD 1 botol.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan kanker
kesimpulan dan saran.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada Karya Ilmiah Akhir selama menjalani praktik residensi
keperawatan medikal bedah selama dua semester di RSUP Persahabatan, sebagai
berikut :
a. Praktik residensi mampu memberikan stimulus kepada calon ners spesialis
untuk mengasah kemampuannya dalam melakukan analisis menggunakan
pendekatan teori keperawatan, yaitu Model Adaptasi Roy dinyakini efektif
pada gangguan sistem respirasi terutama di ruang rawat inap.
b. Calon ners spesialis telah berusaha mengembangkan, mengasah teori
keperawatan, kemampuan intuisi dan ketrampilan klinis melalui kegiatan
asuhan keperawatan dengan mengidentifikaasi resume keperawatan.
c. Calon ners spesialis mampu menjalankan peran sebagai pendidik, peneliti
dengan berusaha keras mencoba menerapkan tindakan keperawatan berbasis
bukti, yaitu Progressive Muscle Relaxation dalam mengontrol breathlessness
pada pasien kanker paru dan terbukti efektif.
d. Calon ners spesialis telah mencoba berperan sebagai inovator dalam
memunculkan gagasan tentang WSD 1 botol (WSD Pionir) yang dinyakini
memiliki kelebihan atau keunggulan dari aspek 1) estetika; 2) quality and
safety.
5.2 Saran
Hasil analisis praktik residensi ini sangat memberikan manfaat terhadap
pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan pengembangan profesi
keperawatan, sehingga diharapkan :
a. Model Adaptasi Roy dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem respirasi di ruang rawat
inap.
90 Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
91
b. Progressive Muscle Relaxation dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar
tentang penerapan praktik keperawatan berbasis bukti (EBNP) dan dapat
dijadikan sebagai salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk mengontrol
respon breathlessness pada pasien kanker paru.
c. Proposal mengenai effektivitas penerapan modifikasi WSD pionir 1 botol
terhadap upaya peningkatan quality and safety pasien di rumah sakit sebagai
hasil ide, gagasan dari calon ners spesialis dalam menjalankan perannya
sebagai inovator serta pembaharu, dapat ditindaklanjuti sebagai agenda
penelitian bersama antara mahasiswa ners spesialis dengan rumah sakit.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
DAFTAR PUSTAKA
Agee, J. D. (2006). Stress reduction in a community sample: A comparison of
mindfulness and progressive muscle relaxation(Order No. 3228088).
Available from ProQuest Dissertations & Theses Global. (304943820).
Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/304943820?accountid=17242.
Bausewein, C., Farquhar, M., Booth, S., Gysels, M., & Higginson, I. J. (2007).
Measurement of breathlessness in advanced disease: a systematic
review.Respiratory medicine, 101(3), 399-410.
Brown, KM; Keats JJ, Sekulic A et al. (2010). "Chapter 8". Holland-Frei Cancer
Medicine (8th ed.). People's Medical Publishing House USA. ISBN 978-1-
60795-014-1.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta.
EGC.
Cassileth, B. R., & Vickers, A. J. (2004). Massage therapy for symptom control:
outcome study at a major cancer center. Journal of pain and symptom
management, 28(3), 244-249.
Collins, LG; Haines C, Perkel R, Enck RE. (2007). "Lung cancer: diagnosis and
management". American Family Physician (American Academy of Family
Physicians) 75 (1): 56–63. PMID 17225705.
Corbirr, L. (2005). Safety and efficacy of massage therapy for patients with
cancer. Cancer Control: Journal of the Moffitt Cancer Center.
Universitas Indonesia
Herbert Benson, M. D., & Klipper, M. Z. (1992). The relaxation response. Harper
Collins, New York.
Universitas Indonesia
Lolak, S., Connors, G. L., Sheridan, M. J., & Wise, T. N. (2008). Effects of
progressive muscle relaxation training on anxiety and depression in
patients enrolled in an outpatient pulmonary rehabilitation
program. Psychotherapy and Psychosomatics, 77(2), 119-125.
Lu, C; Onn A, Vaporciyan AA et al. (2010). "78: Cancer of the Lung". Holland-
Frei Cancer Medicine (8th ed.). People's Medical Publishing House. ISBN
978-1-60795-014-1.
Marel, M., ½, B. S., & Light, R. W. (1993). The incidence of pleural effusion in
a well-defined region. Epidemiologic study in central Bohemia. CHEST
Journal,104(5), 1486-1489.
Pathak, P., Mahal, R., Kohli, A., & Nimbran, V. (2013). Progressive muscle
relaxation: An adjuvant therapy for reducing pain and fatigue among
hospitalized cancer patients receiving radiotherapy. International Journal
of Advanced Nursing Studies, 2(2), 58-65. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1505321401?accountid=17242.
Universitas Indonesia
Roberts, M. E., Neville, E., Berrisford, R. G., Antunes, G., & Ali, N. J. (2010).
Management of a malignant pleural effusion: British Thoracic Society
pleural disease guideline 2010. Thorax, 65(Suppl 2), ii32-ii40
Smelter, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8, Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Jakarta. EGC.
Sood, A. (2012). "Indoor fuel exposure and the lung in both developing and
developed countries: an update.". Clinics in chest medicine 33 (4): 649–65.
Wibisono. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya. Departemen Ilmu Penyakit Paru
FK Unair.
Universitas Indonesia
William & Carey. (2003). You Really Need To Relax : Effective Methods. Unduh
tanggal 25 Maret 2015. Akses di
http://www.med.umich.edu/painresearch/patients/Relaxation.pdf.
Wilson KG, Chochinov HM, Skirko MG, et al.: Depression and anxiety disorders
in palliative cancer care. J Pain Symptom Manage 33 (2): 118-29, 2007.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengkajian Perilaku
2. Nutrisi
Pengkajian Perilaku
3. Eliminasi
Pengkajian Perilaku
Pengkajian Perilaku
Universitas Indonesia
5. Proteksi
Pengkajian Perilaku
6. Sensasi
Pengkajian Perilaku
Pengkajian Perilaku
8. Fungsi neurologi
Pengkajian Perilaku
9. Fungsi endokrine
Pengkajian Perilaku
b. Mode Adaptasi Konsep Diri (gambaran diri, personal diri, ideal diri, dll)
1. Pengkajian Perilaku
2. Pengkajian Perilaku
Universitas Indonesia
1. Pengkajian Perilaku
1. Pengkajian Perilaku
2. Pengkajian Perilaku
Universitas Indonesia
Pasien dewasa laki-laki, Keluhan utama : pasien masuk ke Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
dengan inisial Tn. Mnjn (49 rumah sakit melalui poli paru karena mode adaptasi adalah sebagai berikut:
tahun), agama islam, 2 hari kedepan direncanakan Oksigenasi
pendidikan SD, pekerjaan kemoterapi lini I siklus I : Pengkajian perilaku
swasta, status menikah karboplatin 600 mg, etoposide 144 Ventilasi : Keadaan umum sedang, kesadaran kompos mentis,
dengan 1 orang istri dan 2 mg dilanjutkan dengan radioterapi nafas spontan dengan oksigen 2 L/menit, di dinding dada masih
orang anak. Pembayaran (koncuren). Keluhan tambahan terlihat asimetris (dada kanan tertinggal), paru kanan redup dan
dengan jaminan perusahaan adanya nyeri dibagian dada sebelah bunyi vesikuler melemah. Frekuensi pernafasan 24 x/menit,
dari smart agribusiness and kanan VAS 3 (namun pasien masih tampak sedikit menggunakan otot nafas tambahan. Hasil foto
food. toleransi) dan sesak nafas. thorak curiga masa paru kanan. Hasil biopsi bronkus karsinoma
sel kecil paru kanan.
Diagnosa medis : Riwayat merokok selama 25 tahun Pertukaran gas : AGD tidak diperiksa.
Karsinoma sel kecil paru (sehari menghabiskan 18 batang). Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tanda cianosis tidak
kanan Berhenti merokok sejak sakit batuk- dijumpai, capillary refill < 3 detik, TD 110/60 mmHg, nadi 98
batuk, sekitar 6 bulan yang lalu. x/menit, saturasi oksigen 97 % dengan oksigen 2 L/menit.
Riwayat minum alkohol disangkal. Pengkajian stimulus :
Riwayat penyakit sebelumnya tidak Stimulus fokal : keterbatasan ekspansi dinding dada (complience
ada. work menurun). Stimulus kontektual : masa paru kanan. Stimulus
residual : kebiasaan merokok selama 25 tahun, sehari 18 batang.
Masuk ruang rawat inap,
diintruksikan berikan oksigen 2 Nutrisi
L/menit, diet TKTP dan periksa Pengkajian perilaku
DPL, LFT. Saat ini nafsu makan pasien sudah lebih baik, rasa enek sudah tidak
Hasil laboratorium saat masuk : L = ada. BB 44 kg, TB 165 cm, IMT 16,2 kg/m2 (18 – 22 kg/m2).
3,96 ribu/mm3; Hb = 13,0 g/dl; Ht = Turgor kulit elastis, lentur dan baik. Hb = 13,0 g/dl, Alb 3,8 g/dl.
36 %; Tromb = 221 ribu/mm3; DGs Riwayat penurunan BB 8 kg selama 8 bulan terakhir.
= 85 mg/dl; Na = 135 mmol/L; K =
3,7 mmol/L; Cl = 102 mmol/L; Alb
= 3,8 g/dl; SGOT/SGPT = 24/51;
Ur/Cr = 16/0,7.
Pasien laki - laki dewasa, Pasien datang ke IGD RSUP Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
berinisial Tn. Yo, usia 34 Persahabatan yang diantar oleh mode adaptasi adalah sebagai berikut:
tahun, beragama Islam, orang tua dan pamannya dengan Oksigenasi
pendidikan terakhir SMA, keluhan sesak nafas dan nyeri dada Pengkajian perilaku
status belum menikah, di bagian sebelah kanan, menjalar Ventilasi : Keadaan umum lemah, composmentis, nafas spontan
pekerjaan sopir angkot. sampai dengan punggung belakang dengan O2 4 L/menit, pergerakan dada asimetris (dada sebelah
Pembayaran dengan BPJS. serta nyeri ulu hati, saturasi O2 90 % kanan ketinggalan gerak), sedikit retraksi dinding dada, taktil
(tanpa O2) . Keluhan bertambah frenikus sebelah kanan menurun, perkusi meredup, vesikuler
Diagnosa medis : Sesak sejak 1 minggu SMRS. Riwayat melemah pada dada sebelah kanan. HR 24 x/menit, Saturasi O2
nafas diduga tumor paru dirawat pada bulan Januari di RSUD 94 – 96 %.
kanan. Cengkareng selama 2 minggu, Pertukaran gas : AGD terbaru belum diambil (hasil dari IGD
dilakukan bronkoskopi dan CT Scan. dbn).
Selanjutnya dirujuk ke RS Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tidak tampak pucat,
Dharmais. Dari RS Dharmais tekanan darah 110/80 mmHg, N 104 x/menit, CRT < 3 detik,
langsung dirujuk ke RSUP akral hangat, tidak diketemukan edema pada kedua kaki dan
Persahabatan dengan tujuan tangan, turgor kulit kurang elastis.
prodiagnostik dan tatalaksana pada
pasien diduga kanker paru kanan. Di
Pasien laki-laki dewasa Tn. Tanggal 21 April 2015, pasien datang Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
DP, usia 21 tahun, ke IGD dengan keluhan sesak nafas mode adaptasi adalah sebagai berikut:
beragama islam, sebagai sejak 1 bulan yang lalu, dan Oksigenasi
mahasiswa, belum menikah, memberat 6 jam SMRS. Sesak nafas Pengkajian perilaku, 22 April 2015
alamat Cipinang besar, memberat dipengaruhi oleh cuaca, Ventilasi : Keadaan umum lemah, composmentis, sakit sedang,
Jatinegara. Pembayaran debu dan saat menjelang pagi hari, nafas spontan dengan O2 2 L/menit, pergerakan dada simetris,
dengan BPJS. disertai batuk berdahak warna putih. tampak sedikit retraksi dinding dada, taktil frenikus sama kanan-
kiri, perkusi sonor, bunyi pernafasan vesikuler disertai bunyi
Dx medis asma akut sedang Riwayat penyakit sebelumnya pernah wheezing. HR 24 x/menit, Saturasi O2 96 % dengan oksigen 2
pada asma persisten sedang mengalami keluhan yang sama saat L/menit. Hasil spirometri VEP1 / KVP = 65 % (obstruksi ringan
dd ISPA. duduk di kelas III sekolah dasar, > 60 – 74 % dan kenaikan VEP1 > 12 %.
kemudian berobat dan keluhan Pertukaran gas : AGD terbaru belum diambil (hasil dari IGD dbn
hilang. Semenjak itu tidak pernah : pH = 7,375; pCO2 = 35,9; pO2 = 81; HCO3 = 20,5; saturasi O2 =
kambuh lagi. Riwayat OAT (-), alergi 95,8 %; Na = 147; K = 4; Cl = 108).
(+) dengan debu, bulu kucing dengan Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tidak tampak pucat,
keluhan bersin-bersin, penrunan berat tekanan darah 120/70 mmHg, N 104 x/menit, CRT < 3 detik,
badan (-), riwayat merokok (-), akral hangat, tidak edema pada di kedua kaki dan tangan, turgor
demam (-). kulit elastis. Hasil laboratorium Hb = 18,4; Ht = 53; L = 17,53; T
= 334.
Keadaan umum di IGD, kesadaran
komposmentis, sakit sedang, RR 24
Pasien inisial Tn. Ry M, Awal mulanya tanggal 11 Maret Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
usia 54 tahun, agama 2015 pasien datang berobat ke poli mode adaptasi adalah sebagai berikut:
Katolik, pendidikan terakhir onkologi (poli paru) dengan keluhan Oksigenasi
SLTP, pekerjaan sebagai sesak nafas sejak 2 bulan SMRS Pengkajian perilaku, 12 Maret 2015
sopir, status menikah disertai batuk bercampur bercak Ventilasi : Keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis,
dengan 1 isteri tanpa anak, darah, nyeri dada bagian kiri pada dengan oksigen nasal kanul 5 L/menit, dinding dada dan
tinggal di Tangerang. saat batuk, VAS 2 - 3. Keadaan pergerakannya simetris, taktil frenikus kanan dan kiri sama,
Pembayaran menggunakan umum saat ini sakit sedang, lemah, perkusi paru kanan-kiri sonor dan bunyi vesikuler melemah.
BPJS. nafsu makan menurun, penurunan Frekuensi pernafasan 24 x/menit, menggunakan otot nafas
berat badan 10 kg selama 6 bulan tambahan (tarikan dada berat), batuk dengan dahak (+). Hasil
Diagnosa medis : metastase terakhir (40 Kg), kesadaran foto thorak tanggal 11 Maret 2015 terkesan bercak infiltrat
tumor di paru diagnosa komposmentis, tekanan darah nodular di kedua lapang paru (perburukan dibandingkan dengan
banding broncoalveolar 130/90, nadi 105, RR 25 x/menit, foto tanggal 22 Pebruari 2015).
carsinoma dengan suhu 36 0C, saturasi 90 % (tanpa Pertukaran gas : AGD diperiksa kesan alkalosis respiratorik
syndrome dispepsia. oksigen). Riwayat pengobatan kompensasi penuh.
sebelumnya, berobat dan di rawat di Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tanda cianosis tidak
GSB RSUP Persahabatan (16 dijumpai, capillary refill < 3 detik, TD 140/80 mmHg, nadi 107
Pebruari – 2 Maret 2015) dengan x/menit, saturasi oksigen 97 % dengan oksigen NRM 6 L/menit.
keluhan yang sama, kemudian Pengkajian stimulus :
dilakukan pemeriksaan x-rays, ct Stimulus fokal : jaringan sel tumor tidak mampu melakukan fungsi
scan thorak, bronkoskopi (tidak biologis, yaitu pertukaran gas). Stimulus kontektual : gambaran paru
diketemukan sel ganas, hasil bilasan kanan-kiri terkesan luasnya jaringan paru oleh sel metastase tumor
bronkus diketemukan jamur), BTA (x-rays perburukan). Stimulus residual : kebiasaan merokok selama
3x hasil negatif, hasil PCR TB hasil 35 tahun, sehari 2 bungkus, riwayat kerja sopir angkot (pajanan
negatif. Riwayat penyakit polutan), riwayat nutrisi kurang.
sebelumnya TBC (-), asma (-),
Proteksi
Pengkajian perilaku, 4 Maret 2015
Keadaan umum sakit sedang, lemah, mengalami febris dengan suhu
38,5 0 C. Saat pemeriksaan auskultasi dinapatkan bunyi paru ronkhi
basah halus. Hasil darah rutin leukositosis (L = L = 33,29 ribu/mm3
ribu/mm3). X-rays terkesan terdapat infiltrat di kedua lapang paru.
Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : adanya proses inflamasi. Stimulus kontektual :
peningkatan metabolisme sel tumor. Stimulus residual : bekerja di
bengkel las sejak 2 tahun yang lalu (jarang menggunakan masker
saat bekerja), kurang pengetahuan tentang pentingnya asupan
nutrisi, riwayat di rawat di RSUP Persahabatan dan menjalani
operasi debulking pada bulan Januari 2015.
Pasien dewasa laki-laki, Keluhan utama : pasien masuk ke Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
dengan inisial Tn. Mnjn (49 rumah sakit melalui poli paru karena mode adaptasi adalah sebagai berikut:
tahun), agama islam, 2 hari kedepan direncanakan Oksigenasi
pendidikan SD, pekerjaan kemoterapi lini I siklus I : Pengkajian perilaku
swasta, status menikah karboplatin 600 mg, etoposide 144 Ventilasi : Keadaan umum sedang, kesadaran kompos mentis,
dengan 1 orang istri dan 2 mg dilanjutkan dengan radioterapi nafas spontan dengan oksigen 2 L/menit, di dinding dada masih
orang anak. Pembayaran (koncuren). Keluhan tambahan terlihat asimetris (dada kanan tertinggal), paru kanan redup dan
dengan jaminan perusahaan adanya nyeri dibagian dada sebelah bunyi vesikuler melemah. Frekuensi pernafasan 24 x/menit,
dari smart agribusiness and kanan VAS 3 (namun pasien masih tampak sedikit menggunakan otot nafas tambahan. Hasil foto
food. toleransi) dan sesak nafas. thorak curiga masa paru kanan. Hasil biopsi bronkus karsinoma
sel kecil paru kanan.
Diagnosa medis : Riwayat merokok selama 25 tahun Pertukaran gas : AGD tidak diperiksa.
Karsinoma sel kecil paru (sehari menghabiskan 18 batang). Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tanda cianosis tidak
kanan Berhenti merokok sejak sakit batuk- dijumpai, capillary refill < 3 detik, TD 110/60 mmHg, nadi 98
batuk, sekitar 6 bulan yang lalu. x/menit, saturasi oksigen 97 % dengan oksigen 2 L/menit.
Riwayat minum alkohol disangkal. Pengkajian stimulus :
Riwayat penyakit sebelumnya tidak Stimulus fokal : keterbatasan ekspansi dinding dada (complience
ada. work menurun). Stimulus kontektual : masa paru kanan. Stimulus
residual : kebiasaan merokok selama 25 tahun, sehari 18 batang.
Masuk ruang rawat inap,
diintruksikan berikan oksigen 2 Nutrisi
L/menit, diet TKTP dan periksa Pengkajian perilaku
DPL, LFT. Saat ini nafsu makan pasien sudah lebih baik, rasa enek sudah tidak
Hasil laboratorium saat masuk : L = ada. BB 44 kg, TB 165 cm, IMT 16,2 kg/m2 (18 – 22 kg/m2).
3,96 ribu/mm3; Hb = 13,0 g/dl; Ht = Turgor kulit elastis, lentur dan baik. Hb = 13,0 g/dl, Alb 3,8 g/dl.
36 %; Tromb = 221 ribu/mm3; DGs Riwayat penurunan BB 8 kg selama 8 bulan terakhir.
= 85 mg/dl; Na = 135 mmol/L; K =
3,7 mmol/L; Cl = 102 mmol/L; Alb
= 3,8 g/dl; SGOT/SGPT = 24/51;
Ur/Cr = 16/0,7.
Pasien laki - laki dewasa, Pasien datang ke IGD RSUP Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
berinisial Tn. Yo, usia 34 Persahabatan yang diantar oleh mode adaptasi adalah sebagai berikut:
tahun, beragama Islam, orang tua dan pamannya dengan Oksigenasi
pendidikan terakhir SMA, keluhan sesak nafas dan nyeri dada Pengkajian perilaku
status belum menikah, di bagian sebelah kanan, menjalar Ventilasi : Keadaan umum lemah, composmentis, nafas spontan
pekerjaan sopir angkot. sampai dengan punggung belakang dengan O2 4 L/menit, pergerakan dada asimetris (dada sebelah
Pembayaran dengan BPJS. serta nyeri ulu hati, saturasi O2 90 % kanan ketinggalan gerak), sedikit retraksi dinding dada, taktil
(tanpa O2) . Keluhan bertambah frenikus sebelah kanan menurun, perkusi meredup, vesikuler
Diagnosa medis : Sesak sejak 1 minggu SMRS. Riwayat melemah pada dada sebelah kanan. HR 24 x/menit, Saturasi O2
nafas diduga tumor paru dirawat pada bulan Januari di RSUD 94 – 96 %.
kanan. Cengkareng selama 2 minggu, Pertukaran gas : AGD terbaru belum diambil (hasil dari IGD
dilakukan bronkoskopi dan CT Scan. dbn).
Selanjutnya dirujuk ke RS Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tidak tampak pucat,
Dharmais. Dari RS Dharmais tekanan darah 110/80 mmHg, N 104 x/menit, CRT < 3 detik,
langsung dirujuk ke RSUP akral hangat, tidak diketemukan edema pada kedua kaki dan
Persahabatan dengan tujuan tangan, turgor kulit kurang elastis.
prodiagnostik dan tatalaksana pada
pasien diduga kanker paru kanan. Di
Pasien laki-laki dewasa Tn. Tanggal 21 April 2015, pasien datang Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
DP, usia 21 tahun, ke IGD dengan keluhan sesak nafas mode adaptasi adalah sebagai berikut:
beragama islam, sebagai sejak 1 bulan yang lalu, dan Oksigenasi
mahasiswa, belum menikah, memberat 6 jam SMRS. Sesak nafas Pengkajian perilaku, 22 April 2015
alamat Cipinang besar, memberat dipengaruhi oleh cuaca, Ventilasi : Keadaan umum lemah, composmentis, sakit sedang,
Jatinegara. Pembayaran debu dan saat menjelang pagi hari, nafas spontan dengan O2 2 L/menit, pergerakan dada simetris,
dengan BPJS. disertai batuk berdahak warna putih. tampak sedikit retraksi dinding dada, taktil frenikus sama kanan-
kiri, perkusi sonor, bunyi pernafasan vesikuler disertai bunyi
Dx medis asma akut sedang Riwayat penyakit sebelumnya pernah wheezing. HR 24 x/menit, Saturasi O2 96 % dengan oksigen 2
pada asma persisten sedang mengalami keluhan yang sama saat L/menit. Hasil spirometri VEP1 / KVP = 65 % (obstruksi ringan
dd ISPA. duduk di kelas III sekolah dasar, > 60 – 74 % dan kenaikan VEP1 > 12 %.
kemudian berobat dan keluhan Pertukaran gas : AGD terbaru belum diambil (hasil dari IGD dbn
hilang. Semenjak itu tidak pernah : pH = 7,375; pCO2 = 35,9; pO2 = 81; HCO3 = 20,5; saturasi O2 =
kambuh lagi. Riwayat OAT (-), alergi 95,8 %; Na = 147; K = 4; Cl = 108).
(+) dengan debu, bulu kucing dengan Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tidak tampak pucat,
keluhan bersin-bersin, penrunan berat tekanan darah 120/70 mmHg, N 104 x/menit, CRT < 3 detik,
badan (-), riwayat merokok (-), akral hangat, tidak edema pada di kedua kaki dan tangan, turgor
demam (-). kulit elastis. Hasil laboratorium Hb = 18,4; Ht = 53; L = 17,53; T
= 334.
Keadaan umum di IGD, kesadaran
komposmentis, sakit sedang, RR 24
Pasien inisial Tn. Ry M, Awal mulanya tanggal 11 Maret Pengkajian dengan pendekatan perilaku dan stimulus terhadap 4
usia 54 tahun, agama 2015 pasien datang berobat ke poli mode adaptasi adalah sebagai berikut:
Katolik, pendidikan terakhir onkologi (poli paru) dengan keluhan Oksigenasi
SLTP, pekerjaan sebagai sesak nafas sejak 2 bulan SMRS Pengkajian perilaku, 12 Maret 2015
sopir, status menikah disertai batuk bercampur bercak Ventilasi : Keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis,
dengan 1 isteri tanpa anak, darah, nyeri dada bagian kiri pada dengan oksigen nasal kanul 5 L/menit, dinding dada dan
tinggal di Tangerang. saat batuk, VAS 2 - 3. Keadaan pergerakannya simetris, taktil frenikus kanan dan kiri sama,
Pembayaran menggunakan umum saat ini sakit sedang, lemah, perkusi paru kanan-kiri sonor dan bunyi vesikuler melemah.
BPJS. nafsu makan menurun, penurunan Frekuensi pernafasan 24 x/menit, menggunakan otot nafas
berat badan 10 kg selama 6 bulan tambahan (tarikan dada berat), batuk dengan dahak (+). Hasil
Diagnosa medis : metastase terakhir (40 Kg), kesadaran foto thorak tanggal 11 Maret 2015 terkesan bercak infiltrat
tumor di paru diagnosa komposmentis, tekanan darah nodular di kedua lapang paru (perburukan dibandingkan dengan
banding broncoalveolar 130/90, nadi 105, RR 25 x/menit, foto tanggal 22 Pebruari 2015).
carsinoma dengan suhu 36 0C, saturasi 90 % (tanpa Pertukaran gas : AGD diperiksa kesan alkalosis respiratorik
syndrome dispepsia. oksigen). Riwayat pengobatan kompensasi penuh.
sebelumnya, berobat dan di rawat di Perfusi jaringan/transportasi oksigen : tanda cianosis tidak
GSB RSUP Persahabatan (16 dijumpai, capillary refill < 3 detik, TD 140/80 mmHg, nadi 107
Pebruari – 2 Maret 2015) dengan x/menit, saturasi oksigen 97 % dengan oksigen NRM 6 L/menit.
keluhan yang sama, kemudian Pengkajian stimulus :
dilakukan pemeriksaan x-rays, ct Stimulus fokal : jaringan sel tumor tidak mampu melakukan fungsi
scan thorak, bronkoskopi (tidak biologis, yaitu pertukaran gas). Stimulus kontektual : gambaran paru
diketemukan sel ganas, hasil bilasan kanan-kiri terkesan luasnya jaringan paru oleh sel metastase tumor
bronkus diketemukan jamur), BTA (x-rays perburukan). Stimulus residual : kebiasaan merokok selama
3x hasil negatif, hasil PCR TB hasil 35 tahun, sehari 2 bungkus, riwayat kerja sopir angkot (pajanan
negatif. Riwayat penyakit polutan), riwayat nutrisi kurang.
sebelumnya TBC (-), asma (-),
Proteksi
Pengkajian perilaku, 4 Maret 2015
Keadaan umum sakit sedang, lemah, mengalami febris dengan suhu
38,5 0 C. Saat pemeriksaan auskultasi dinapatkan bunyi paru ronkhi
basah halus. Hasil darah rutin leukositosis (L = L = 33,29 ribu/mm3
ribu/mm3). X-rays terkesan terdapat infiltrat di kedua lapang paru.
Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : adanya proses inflamasi. Stimulus kontektual :
peningkatan metabolisme sel tumor. Stimulus residual : bekerja di
bengkel las sejak 2 tahun yang lalu (jarang menggunakan masker
saat bekerja), kurang pengetahuan tentang pentingnya asupan
nutrisi, riwayat di rawat di RSUP Persahabatan dan menjalani
operasi debulking pada bulan Januari 2015.
Pengkajian Primer
Airway : Bersihan jalan nafas tidak efektif (bicara terbata-bata,
pasien merasa seperti tercekik), bunyi nafas terdengar suara wheezing tanpa
menggunakan stetoskop.
Breathing : Pola nafas cepat dan dangkal, terjadi gasping,
menggunakan otot nafas tambahan muskulus sternokleidomastoideus, RR 28
x/menit, Saturasi oksigen 90 % tanpa menggunakan oksigen, pergerakan dada
simetris. Saat dilakukan auskultasi terdengar suara wheezing dengan jelas di
lapang paru.
Circulation : Wajah tampak tegang, tekanan darah 170/90 mmHg, Nadi
102 x/menit, CRT < 3 detik, akral hangat, tidak diketemukan edema pada kedua
kaki dan tangan, turgor kulit elastis.
Pukul 09.35
Prioritas diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
Pukul 09.35
Rencana Keperawatan
NOC : Respiratory status : Ventilation, Respiratory status :
Airway patency.
NIC : dengan monitoring status pernafasan (kepatenan ventilasi,
kepatenan jalan nafas), status tanda vital, manajemen cemas, manajemen asma,
peningkatan batuk efektif.
Pengkajian Primer
Airway : bersihan jalan nafas efektif (tidak terdapat benda asing,
slem), bunyi nafas jelas dan clear.
Breathing : pola nafas abdominal, terjadi gasping, menggunakan otot
nafas tambahan, RR 24 x/menit, pergerakan dada simetris, tidak menggunakan
bantuan otot pernapasan.
Circulation : Tampat pucat, akral dingin, tekanan darah 70/40 (palpasi),
N 134 x/menit, CRT > 3 detik, akral dingin, tidak diketemukan edema pada kedua
kaki dan tangan, turgor kulit tidak elastis.
Disability : mengalami penurunan kesadaran sejak dari rumah pukul
06.00, GCS (E3 V3 M3), somnolen, reflek pupil positif kanan dan kiri dan isokor
(2 mm: 2mm).
Pukul 10.15
Prioritas diagnosa keperawatan
Perfusi jaringan tidak efektif (kardiopulmonal) berhubungan dengan hipovolemia
dan kerusakan transpotasi oksigen.
Pukul 10.20
Implementasi keperawatan : memonitor tanda vital; memberikan oksigen 3 L/mnt,
memasang alat oksimetri; mengkolaborasikan hasil foto thorak lama dari RSCM
22 Agustus 2014; memasang akses IV line 2 jalur, rehidrasi 1000 ml bertahap;
mengambil sampel pemeriksaan laboratorium : DPL, AGD, elektrolit, LFT, Ur,
Cr, GDS; memasang kateter No 16 Fr; monitor tingkat kesadaran.
Pukul 13.30
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan (mandiri dan kolaboratif), pasien sempat
mampu menyebutkan nama anak ketiga dan nama suaminya dengan suara lirih
dan kurang jelas. Kesadaran cenderung membaik, Apatis E3 V4 M4, kekuatan
otot 4/3 2/2. Tekanan darah 90/60 mmHg; nadi 120 x/menit; RR 24 x/menit; Sat
O2 99 % dengan oksigen 3 L/menit. CRT > 3 detik, diurisis pada kateter warna
kuning kemerahan (pengaruh OAT), produksi 200 cc pada BB 50 Kg selama 1,5
Pengkajian Primer
Airway : bunyi nafas ngorok, slem dan ludah banyak, pasien tidak
ada usaha batuk.
Breathing : pola nafas abdominal, terjadi gasping, menggunakan otot
nafas tambahan (muskulus sternokleidomastoideus, muskulus abdominis dan
intercostalis internus), frekuensi pernafasan 28 x/menit, pergerakan dada simetris.
Oksigen NRM 10 L/menit dengan saturasi cenderung turun 69 – 70 %.
Circulation : pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah 70/40
(palpasi), N 170 x/menit, CRT > 3 detik, tidak ada edema pada kedua kaki dan
tangan, turgor kulit tidak elastis. Dimonitor ECG tampak segmen ST depresi.
Disability : mengalami penurunan kesadaran sejak di IGD pukul
06.40, GCS (E-1, V-1, M-2), sopor-comatosus, reflek pupil positif kanan dan kiri
dan isokor (2 mm: 2mm).
Pukul 09.00
Implementasi keperawatan ; memonitor tanda-tanda vital dengan bed side
monitor; mempertahankan oksigenasi adequat dengan melakukan hiperventilasi
(Bag Valve Mask = BVM); memonitor oksigenasi dengan memasang alat
oksimeter; melakukan suctioning berkala setiap produksi sekret banyak; terpasang
IV line 2 jalur dan dilakukan loading bertahap; mengambil sampel darah dengan
laboratorium lengkap cyto (DPL, AGD, elektrolit, LFT, Ur, Cr, GDS); memasang
NGT no 16 FR dan cateter 8 FR; melakukan ECG sadapan lengkap; monitor
tingkat kesadaran.
Pukul 11.00
DPJP dan kardiologis menyetujui untuk dilakukan intubasi (keluarga setuju) dan
segera dilakukan intubasi; memberikan inotropik Dobutamin 250 mg dalam 50 cc
dengan syringe pump, dimulai dengan dosis 5 mikro/kgBB/menit; memberikan
antibiotik meropenem 1 gr (IV) dan levofloxacin 500 mg (IV): menyetting dan
menghubungkan ventilator ke pasien mode IPPV, TV 500 ml, I : E (1 : 2,5),
PEEP 5 H2O, FiO2 100 %. Pukul 11.45 Melakukan evaluasi AGD pasca intubasi;
hasil 7,257/ 33,6/ 148,4/ 14,6/ 98,6% (asidosis metabolik). Sampai pukul 14.00
pasien masih menggunakan ventilator, belum terjadi perbaikan keadaan umum.
Pengkajian Primer
Airway : bersihan jalan nafas efektif (tidak terdapat benda asing,
slem), bunyi nafas jelas dan clear.
Breathing : pasien tampak sesak, frekuensi pernafasan 26 x/menit,
pergerakan dada tidak simetris. Dada sebelah kanan tampak ketinggalan gerak.
Saat dilakukan perkusi terdengar suara redup mulai ICS 3 s.d 6, batas kanan dari
para sternal kanan s.d mid clacikula kanan. Pada pemeriksaan auskulatasi
didapatkan suara vesikular yang melemah hampir tidak terdengar di paru kanan.
Circulation : tidak tampat pucat, akral hangat, tekanan darah 101/42
mmHg (automatik), N 101 x/menit, CRT < 3 detik, diketemukan edema pada
kedua kaki.
Disability : Kesadaran komposmentis, tidak diketemukan tanda –
tanda defisit neurologis.
Exposure : Tidak diketemukan jejas akibat trauma/luka lecet, dll.
Pukul 14.00
Prioritas diagnosa keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri, masa intrathorakal
Rencana Keperawatan
NOC : Respiratory status : Ventilation; Respiratory status
: Airway patency; Vital sign Status.
NIC : manajemen jalan nafas, pemantauan pernafasan,
bantuan ventilasi, pemantauan tanda vital.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan keefektifan pola
nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil : mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips; menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal); tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
Pukul 14.20
Implementasi keperawatan : mempertahankan patensi jalan nafas; memberikan
posisi nyaman pasien dengan semi fowler; memberikan oksigen 3 L/mnt,
Pengkajian Primer
Airway : jalan nafas efektif (tidak terdapat benda asing, slem),
dapat berbicara dengan jelas, bunyi nafas jelas.
Breathing : pasien tampak sesak, pursed lips breathing (+), frekuensi
pernafasan 28 x/menit, menggunakan otot nafas tambahan, retraksi dinding dada,
saturasi oksigen 95 %. Saat dilakukan pemeriksaan fisik secara inspeksi : gerakan
dinding dada kiri ketinggalan gerak, palpasi pada taktif fremitus dada sebelah kiri
melemah, pada perkusi bagian dada kiri terdengar bunyi redup, auskultasi lapang
paru kiri bunyi vesikuler menurun. Hasil foto thorak tanggal 4 November 2014
terdapat deviasi trakea kearah kanan, gambaran kostofrenikus bagian kiri tumpul,
gambaran putih. Kesan effusi cairan masif.
Circulation : pasien tidak tampak pucat, akral hangat, tekanan darah
130/87 mmHg, N 112 x/menit, CRT < 3 detik, tidak diketemukan edema pada
kedua kaki dan tangan, turgor kulit elastis.
Disability : kesadaran pasien komposmentis (E4 M6 V5), kekuatan
otot 5/5 dan 5/5. Reflek pupil baik, ukuran pupil isokor (2 mm: 2mm).
Pukul 09.20
Rencana Keperawatan
NOC : Respiratory status : Ventilation; Respiratory status :
Airway patency; Vital sign Status.
NIC : manajemen jalan nafas, pemantauan pernafasan, bantuan
ventilasi, pemantauan tanda vital.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 6 jam, pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dengan kriteria hasil : mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips);
menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal);
tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
Pukul 10.20
Implementasi keperawatan : memonitor tanda-tanda vital secara periodik;
mempertahankan memberikan oksigen 3 L/mnt dan memantau dengan oksimeter;
mengobsevasi tanda-tanda kegagalan pernafasan; mengambil sampel pemeriksaan
laboratorium : DPL, AGD, elektrolit, LFT, Ur, Cr, GDS dan menfollow up hasil :
pukul 14.00
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan (mandiri dan kolaboratif), kesadaran
komposmentis, frekuensi pernafasan 24 x/menit; Tekanan darah 120/80 mmHg;
Nadi 100 x/menit; Saturasi O2 96 %. CRT < 3 detik; pasien mengatakan lebih lega
dalam bernafas, mengatakan sesak berkurang setelah tindakan pungsi sudah
dilakukan, cairan pleura dikeluarkan kurang lebih 1000 cc, warna
seroushemoragie. Pungsi dihentikan saat pasien sudah merasa tidak nyaman,
batuk-batuk. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium dari sampel cairan
pleura. Pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria
hasil: batuk berkurang dan efektif, pergerakan dada simetris, taktil frenikus lapang
paru sebelah kiri membaik, perkusi sonor, bunyi vesikuler lapang paru sebelah
kiri bertambah jelas, mampu bernafas dengan lebih mudah. Menunjukkan jalan
nafas yang paten irama nafas teratur, frekuensi pernafasan 24 x/menit. Tanda vital
dalam rentang normal. Kesimpulan : masalah keperawatan teratasi, tujuan
tercapai, pasien menolak untuk dirawat setelah dilakukan foto thorak setelah
tindakan pungsi. Foto thorak masih menunggu panggilan.
Hasil foto thorak :
Gambaran akumulasi
cairan sebelum pungsi
Pengkajian Primer
Airway : pasien ditidurkan terlentang, bahu diganjal dengan
1 buah cairan infus 500 ml, hiperektersi, terpasang OPA (Oro-Pharingeal
Airway), bunyi sekret dan lendir tidak ada. Kesan jalan nafas adequat.
Breathing : pada saat bagging dilepas (evaluasi usaha nafas
pasien) RR : 8 x/menit (bradipnea), saturasi oksigen 90 % dan cenderung turun,
retraksi dinding dada dan otot pernafasan tambahan. Kemudian dilakukan bagging
kembali dengan kecepatan oksigen 15 L/mnt. Saturasi mencapai 96 – 99 %.
Circulation : wajah tidak tampak pucat, riwayat datang dengan
syok hipovolemik TD 60/40 mmHg, dilakukan loading 500 cc dalam 30 menit,
dilanjutkan NaCl 0,9 % 20 tpm, diberikan inotropik dobutamin 5
mikro/KgBB/mnt (BB = 40 Kg, diberikan dengan mikrodrip dalam 100 cc NaCL
0,9 % dengan kecepatan tetesan 5 tetes permenit). Tekanan darah naik 81/47
mmHg, nadi 114 x/menit saturasi 99 %. Akral masih teraba dingin, CRT > 3
Pukul 14.20
Implementasi keperawatan : memonitor tanda vital setiap 30 menit melalui
bedside monitor; mempertahankan pemberian oksigen 15 L/mnt dengan Bagging
(10 x/menit); memonitor terapi cairan; memonitor diurisis melalui proksi urine
dari kateter; melakukan kolaborasi untuk konsul jantung dan ICU/DPJP;
mengkolaborasikan untuk pemasangan NGT; memantau tingkat kesadaran.
Pukul 20.00
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan (mandiri dan kolaboratif), pasien belum
terdapat tanda-tanda perbaikan kesadaran, tetap E-1, V-1, M-1, pupil isocord 3 : 3
mm. Kemampuan nafas spontan minimal 8 x/menit, dipertahankan bagging
Terapi medis :
□ Terapi oksigen NRM 10 s.d 15 L/menit
□ Koreksi cairan
□ Penggunaan inotropik bobutamin mulai 5 mikrogram/KgBB/menit
□ Terapi antibiotik ceftazidime 3 x 1 gr (IV); gentamicin 1 x 160 mg (IV)
Pengkajian Primer
Airway : terdapat batuk produktif. Setiap batuk slem dapat
dikeluarkan, slem warna putih. Bicara jelas namun harus pelan-pelan karena
sesak.
Breathing : tampak sesak, saat bernafas terdapat tarikan ringan
muskulus sternokleidomastoideus (menggunakan otot nafas tambahan), frekuensi
pernafasan 26 x/menit, saturasi O2 90 %, pergerakan dada simetris,. Pada
pemeriksaan perkusi sonor, auskultasi terdengar ronchi basah di kedua lapang
paru.
Circulation : tampak sedikit pucat, akral hangat, tekanan darah
120/80, N 124 x/menit, suhu 37,2 C, CRT < 3 detik, tidak ada edema pada kedua
kaki dan tangan. Pasien tampak kurus.
Disability : kesadaran kompos mentis, tidak terdapat kelainan
neurologis. Melanjutkan dengan pengkajian sekunder : mata (konjungtiva tidak
anemis, sklera sedikit ikterik; leher (JVP 5-2 cmH2O, tarikan ringan muskulus
sternokleidomastoideus saat bernafas); jantung (bunyi jantung I-II normal,
murmur tidak ada, gallop tidak ada); paru (suara napas vesikuler, ronchi +/+,
wheezing -/-); abdomen (datar, supel, bising usus jelas 8 kali/menit, tidak terdapat
Pukul 10.40
Prioritas diagnosa keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan, hiperventilasi
Rencana Keperawatan
NOC : Respiratory status : Ventilation; Respiratory status
: Airway patency; Vital sign Status.
NIC : manajemen jalan nafas, pemantauan pernafasan,
bantuan ventilasi, pemantauan tanda vital.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan keefektifan pola
nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil : mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips; menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal); tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
Pukul 10.45
Implementasi keperawatan : mempertahankan patensi jalan nafas, memonitur cara
batuk; memberikan posisi nyaman pasien dengan semi fowler; memberikan
oksigen 2 L/mnt, memasang alat oksimeter; memonitor tanda vital; memasang
akses IV line 1 jalur dengan NaCl 0,9 % / 12 jam; memberikan injeksi ranitidin 50
mg (IV); melakukan skin test ceftriaxon di lengan kiri, hasil sensitif, diganti
Pukul 11.00
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan (mandiri dan kolaboratif), pasien
menyatakan sesak berkurang, merasa lebih enak, nyaman pada posisi kepala
ditinggikan. Pasien tampak lebih relaks, tidak begitu sesak, tekanan darah 120/80
mmHg (stabil), frekuensi pernafasan 22 x/menit, saturasi O2 99 % dengan O2 3
L/menit, posisi kepala lebih tinggi dari kaki (semifowler 45 derajat), sudah
terpasang NaCl 0,9 % /12 jam. Hasil laboratorium L = 14,16; Hb = 11,5;
Hematokrit = 36; Trombosit = 422; GDS = 112. Hasil elektrolit Na, K, Cl = 130/
3,6/ 94; SGOT/SGPT = 52/46; Ur, Cr = 17/0,5. Hasil analisa gas darah pH/ PCO2/
PO2/ HCO3/ saturasi O2 = 7,459/ 29/ 118/ 20,3/ 96,6 %. Hasil foto thorak lama 22
Oktober 2014 dari RSUP Persahabatan terkesan = dibandingkan dengan foto lama
belum ada perbaikan, masih banyak gambaran corakan kasar apek, medial paru
kanan dan kiri. Hasil sputum BTA 3x (+, -, +). Evaluasi sumatif pola nafas
membaik, tidak menggunakan purse lips breathing, tarikan ringan muskulus
sternokleidomastoideus berkurang, batuk efektif. Kesimpulan : tujuan
keperawatan tercapai, keadaan umum membaik. Terjadi peningkatan
SGOT/SGPT (drugs induce), sputum 2x positif, foto thorak tidak ada perbaikan
dibandingkan dengan foto sebelumnya. Rencana keperawatan selanjutnya :
mempertahankan keadaan umum stabil dan mempersiapkan rawat inap; kolaborasi
untuk evaluasi pemberian obat OAT, yaitu fase sisipan (1 bulan).
Gambar Foto thorak
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Saya menyatakan bersedia dan memberi izin atas permohonan peneliti agar saya
turut berperan serta sebagai responden dalam penerapan Evidence Based Nursing
Practiced (EBNP) dengan judul : “Progressive Muscle Relaxation Mengontrol
Breathlessness Pada Pasien Dengan Kanker Paru”.
Saya mengetahui bahwa hasil penerapan EBNP ini memungkinkan sekali akan
memberikan manfaat bagi pasien dan profesi perawat sebagai tindakan alternatif
tindakan keperawatan mandiri untuk mengontrol breathlessness.
Saya memahami bagaimana prosedur yang akan dilaksanakan terhadap diri saya,
dan apabila saya mendapatkan perlakuan yang merugikan, saya berhak secara
penuh untuk menghentikan keterlibatan saya dalam penelitian ini kapan saja dan
bebas dari tuntutan hukum tanpa kehilangan hak saya selama dalam masa
perawatan dan pengobatan di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Saya memahami bahwa segala catatan pribadi mengenai diri saya akan
dirahasiakan oleh peneliti. Seluruh data hanya akan digunakan untuk keperluan
penerapan EBNP saja dan apabila semua data telah selesai digunakan, data
tersebutakan dimusnahkan.
Pernyataan persetujuan ini saya nyatakan dengan penuh kesadaran dan secara
sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Jakarta………………………2015
Responden
(…..………………………………)
Namalengkap
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
I. Data responden
a. Nama klien : ............................
b. Usia : .................. tahun
c. Jenis kelamin : ...........................
d. Pekerjaan : ...........................
e. Apakah pernah mengalami sesak nafas sebelumnya : Ya / Tidak
f. Tindakan apa yang dilakukan :
□ Tetap tenang dan mengatur laju pernafasan
□ Cemas atau panik
□ Minum obat warung atau apotik
□ Berobat fasilitas kesehatan
□ Dll
g. Riwayat merokok : aktif/ pasif
Tidak Sesak
Sesak Ringan
Sesak Sedang
Sesak Berat
Sumber : Johnson, Currow & Booth (2010)
Universitas Indonesia
PENILAIAN KECEMASAN
0 25 50 75 100
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Panik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tujuan Untuk mencapai kondisi tubuh yang relaks, yang pada akhirnya
mampu memberikan respon pengaturan pernafasan menjadi lebih
teratur tanpa obat-obatan.
Prosedur 1. Persiapan
Perawat memperkenalkan diri
Berikan penjelasan maksud, tujuan dan prosedur serta
manfaat dari PMR
Minta persetujuan dalam bentuk pernyataan tertulis (inform
consent) dan support keluarga
Melakukan pengkajian awal yang meliputi tanda vital,
breathlessnes, kecemasan dan tampilan pasien
Lepaskan kaca mata atau assesoris yang lain
2. Pelaksanaan
a. Petugas mencuci tangan
b. Atur posisi pasien : duduk bersandar di tempat tidur atau
dengan kursi.
c. Anjurkan pasien untuk fokus latihan dengan mata terpejam
d. Ajarkan pasien bernafas dalam : menghirup udara melalui
hidung 2 -3 detik, dengan posisi mulut tertutup.
e. Anjurkan pasien mengeluarkan udara secara perlahan-lahan,
sampai hitungan 4 -6 detik melalui mulut, dengan bentuk
bibir seperti bersiul atau meniup lilin.
f. Lakukan tahapan latihan PMR berfokus pada kelompok otot
kaki (telapak kaki, betis, lutut, paha), perut, punggung,
Universitas Indonesia
3. Setelah pelaksanaan
Jelaskan pada pasien bahwa prosedur sudah selesai
Melakukan pengkajian ualang yang meliputi tanda vital,
breathlessnes, kecemasan dan tampilan pasien (sesuai target
evaluasi)
Lakukan terminasi
Sumber : Herbert Benson, M. D., & Klipper, M. Z. (1992); Carlson, C. R., & Hoyle, R. H.
(1993); duma (2012) dan William & Carey (2003)
Universitas Indonesia
PROSEDUR LATIHAN
PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION
Persiapan
Perawat memperkenalkan diri
Berikan penjelasan maksud, tujuan dan prosedur serta manfaat dari PMR
Minta persetujuan dalam bentuk pernyataan tertulis (inform consent) dan support
keluarga
Melakukan pengkajian awal yang meliputi tanda vital, breathlessnes, kecemasan dan
tampilan pasien
Lepaskan kaca mata atau assesoris yang lain
Setiap tahapan latihan tidak menahan nafas
Pelaksanaan Pemanasan
Petugas mencuci tangan
Atur posisi pasien : duduk bersandar di tempat tidur atau di kursi.
Anjurkan pasien untuk fokus latihan dengan mata terpejam
Ajarkan pasien bernafas dalam : menghirup udara melalui hidung 2 -3 detik, dengan
posisi mulut tertutup.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ditegangkan Direlaksasikan
Universitas Indonesia
6. Bagian Perut
Perhatikan pergerakan perut (naik turun) setiap napas
Tarik napas, tekan pusar ke arah tulang belakang kemudian tegangkan perut
Rasakan ketegangan yang timbul dan tahan ketegangan selama beberapa saat (10
detik)
Tetap lakukan napas dalam
Saat Anda mengeluarkan napas mengucapkan kata "RELAKS" dan kendorkan
bagian otot (10 detik)
Universitas Indonesia
Pelaksanaan Akhir
9. Intensifikasi Relaksasi seluruh Tubuh
Fokus pada relaksasi yang mengalir dari puncak kepala, wajah, bawah bagian
belakang leher dan bahu, lengan-tangan, dada-perut, paha-lutut-betis, dan
akhirnya ke pergelangan kaki dan kaki.
Teruskan napas dalam selama beberapa menit dalam keheningan
Relakskan semua anggota tubuh
Buka mata kembali dan tetap bersemangat, segar, dan santai
Sumber : Video PMR https://www.youtube.com/watch?v=xqKIjKyElmo
Universitas Indonesia
Latihan Nafas Dalam (a) Latihan Nafas Dalam (b) Tense Wajah
Universitas Indonesia
Relax Bagian Leher Tenses Bagian Tangan Relax Bagian Tangan Bagian Kaki
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
KONVENSIONAL
INOVASI
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Harga
No Item / Barang
Botol 500 mL Botol 1000 mL
1. Botol - Rp 110.000,00
2. Pipa Kecil (10 cm) Rp 830,00 Rp 830,00
3. Pipa Panjang Rp 2.000,00 Rp 2.500,00
4. Keranjang Rp 350.000,00 Rp 350.000,00
Kayu dan Ongkos
5. Rp 50.000,00 Rp 50.000,00
Pembuatan
6. Selang - -
Total Rp 402.830,00 Rp 513.330,00
Perbedaan dengan botol lama (konvensional), terletak pada biaya penggunaan pipa
kecil, pipa panjang, pembuatan keranjang botol dan tutup botol yang terbuat dari kayu,
yaitu total sebesar Rp 402.830,00.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Lampiran
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015
LAMPIRAN 4
Universitas Indonesia
Identitas
Universitas Indonesia