Anda di halaman 1dari 73

UNIVERSITAS INDONESIA

BUKU KERJA PRAKTIKUM III


(CAIRAN, NUTRISI, ELIMINASI, ISTIRAHAT DAN TIDUR)

Nama Mahasiswa : _______________________________


NPM : _______________________________
Kelas : ________
Angkatan : ________

TIM PENYUSUN:
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, Agustus 2016
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ii

Departemen Keperawatan Medikal Medah


Tim Penyusun : Dr. Debie Dahlia, SKp., MHSM
Prof. Elly Nurachamah, M.App.Sc, DN.Sc
Dewi Irawaty, MA., Ph.D
Dr. Ratna Sitorus, M.App.Sc
I Made Kariasa, SKp., MM., M.Kep., Sp.KMB
Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc, Ph.D
Yulia, S.Kp., MN, Ph.D
Sri Yona, S.Kp., MN, Ph.D
Masfuri, SKp., MN
Lestari Sukmarini, S.Kp., MNS
Tuti Herawati, S.Kp., MN
Riri Maria, S.Kp., MANP
Ns. Muhamad Adam, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB
Ns. Dikha Ayu Kurnia, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB
Ns. Arcellia Farosyah Putri, S.Kep., MSc
Ns. Prima Agustia Nova, S.Kep, MS
Ns. Anggri Noorana Zahra, S.Kep, MS
Ns. Chiyar Edison, S.Kep
Ns. Cut Sarida Pompey, S.Kep
Ns. Denissa Faradita Aryuni, S.Kep

Tim Revisi: Ns. Muhamad Adam, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB


Ns. Dikha Ayu Kurnia, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB
Ns. Arcellia Farosyah Putri, S.Kep., MSc
Ns. Prima Agustia Nova, S.Kep, MS
Ns. Anggri Noorana Zahra, S.Kep, MS
Ns. Liya Arista, M.Kep

Catatan Tim:
Buku kerja ini khusus ditujukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI) yang mengikuti mata ajar Praktikum III: Cairan, Nutrisi, Eliminasi, Istirahat dan
Tidur. Namun tidak menutup kemungkinan isi dari buku kerja ini dipergunakan oleh mahasiswa
dari instansi lain/pihak berkepentingan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dipergunakan untuk kepentingan pemelajaran dan dalam lingkup akademik
b. Tidak dipergunakan untuk keperntingan komersil atau ekonomi
c. Mencantumkan sumber referensi

Penulisan referensi yangdirekomendasikan:


Departemen Keperawatan Medikal Bedah. 2016. Buku Kerja Praktikum III:. Cairan, Nutrisi,
Eliminasi, Istirahat dan Tidur. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

© Copyright 2016
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK)
Gedung E, Lantai 7.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatakan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan Buku Kerja Praktikum III: Cairan, Nutrisi, Eliminasi,
Istirahat dan Tidur. Buku ini khususnya ditujukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) yang mengikuti mata ajar ini. Namun tidak
menutup kemungkinan buku ini dipergunakan oleh mahasiswa dari institusi lain.

Tim Penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini. Tim Penulis menyadari bahwa Ilmu Keperawatan
berkembang dengan pesat dan buku kerja ini selalu membutuhkan penyempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati Kami mengharapkan pembaca/pengguna buku
ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu keperawatan yang ada dan
melengkapinya dengan sumber-sumber referensi lainnya.

Kami berharap buku ini dapat memberi manfaat. Saran dan masukan yang ditujukan
untuk perbaikan buku ini sangat diharapkan. Kami mohon maaf atas segala kekurangan
dan kekhilafan yang tidak disengaja ada dalam penyusunan buku ini.

Tim Penyusun
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

PRAKTIKUM

1. Pemasangan Infus 1
2. Tranfusi Darah 11
3. Pengambilan Darah Vena 17
4. Pemberian Medikasi 25
5. Pemberian Terapi Insulin 44
6. Pemberian Nutrisi Enteral/NGT 38
7. Pengkajian Fisik Abdomen 48
8. Pemasangan Kateter Urine 67
9. Perawatan Kolostomi 71
10. Pengkajian Istirahat dan Tidur 76
11. Teknik Relaksasi 79
12. Guided Imagery 81
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 1

PEMASANGAN INFUS

Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga,
mahasiswa dengan tepat mampu melakukan
pemasangan infus baik untuk keperluan
pengembalian keseimbangan volume cairan
maupun untuk rumatan (maintenance).

Definisi
Pemasangan infus merupakan suatu prosedur
pemberian sejumlah cairan ke dalam aliran darah
pasien melalui kateter intravena yang ditusukkan
ke dalam vena perifer untuk mengganti cairan
yang hilang, memberikan nutrisi atau sebagai
jalur pemberian obat.

Diagnosis / Masalah Keperawatan


Diagnosis / masalah keperawatan yang mungkin
ditegakkan pada pasien yang memerlukan
pemasangan infus yaitu:
1. Defisit volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan akibat diaforesis, muntah, diare, perdarahan,
luka bakar, drainase luka atau penghisapan (suction)
2. Risiko deficit volume cairan
3. Risiko ketidakseimbangan volume cairan

Tujuan
Pemasangan infus bertujuan untuk:
1. Mengembalikan keseimbangan volume cairan
2. Memberikan obat
3. Memberi transfusi.

Indikasi
Indikasi dari prosedur ini, yaitu:
1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah
terbatas.
3. Pemberian kantong darah dan produk darah.
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah
kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2

Kontraindikasi dan Peringatan


Pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena dihindari pada beberapa kondisi di
bawah ini, yaitu:
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus. Daerah
infeksi tidak boleh ditusuk karena berisiko perluasan infeksi melalui aliran darah
2. Hindari ekstremitas dengan fistula. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal
akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah). Pilih penempatan infus di ekstremitas lain karena fistula
akan mempengaruhi aliran pembuluh darah disekitar fistula.
3. Cairan yang hipertonik dan obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh
vena yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
4. Hindari ekstremitas yang mmengalami edema, lukabakar, atau cedera. Jika hal
tersebut terjadi, cari sisi ektremitas lain yang sehat.
5. Hindari pemasangan infus pada ekstremitas di sisi yang terdapat post- mastektomi.
6. Pemberian obat yang memakan waktu lebih lama dari 6 hari. Lebih baik dipasang
kateter sentral perifer.

Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
terkait pemasangan infus yaitu:
1. Hematoma, yakni darah
mengumpul dalam jaringan tubuh
akibat pecahnya pembuluh darah
arteri vena, atau kapiler, terjadi
akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum,
atau “tusukan” berulang pada
pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan
infus ke dalam jaringan sekitar
(bukan pembuluh darah), terjadi

akibat ujung jarum infus melewati Gambar: Tromboflebitis


Sumber:
pembuluh darah. http://printer-friendly.adam.com/graphics/images/en/18086.jpg
3. Tromboflebitis, atau bengkak
(inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau
secara ketat dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 3

Jenis-jenis Cairan
Cairan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelompoknya yaitu:

No Jenis Deskripsi Kegunaan Contoh


1 Cairan
Kristaloid

2 Cairan
Koloid

Cairan dapat juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepekatannya yaitu:

No Jenis Deskripsi Kegunaan Contoh


1 Cairan
Isotonik

2 Cairan
Hipertonik

3 Cairan
Hipotonik
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 4

Beberapa jenis cairan infus yang biasa digunakan untuk tujuan terapi, yaitu:

No Jenis Komposisi Indikasi / Kegunaan


1 Ringer
Laktat

2 NaCl

3 Asering

4 Dekstrose
5%

5 Dekstrose
10%

6 KA-EN 1B

7 KA-EN 3A

8 KA-EN 3B
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 5

No Jenis Komposisi Indikasi / Kegunaan


9 KA-EN
MG3

10 KA-EN 4A

11 KA-EN 4B

12 AMIPAREN

13 AMINOVEL

14 PAN AMIN
G

Kecepatan Tetesan Cairan Infus


Kecepatan tetesan cairan infus dapat disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 6

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan berbeda pada pasien dewasa dan anak. Ditunjukkan pada tabel berikut
ini:

No Kebutuhan Jumlah
1 Cairan Dewasa 30 – 35 cc/kgBB/hari 1,5 cc/kgBB/jam
Anak 10 kg pertama 100 cc/kgBB/hari 4 cc/kgBB/jam
10 kg kedua 50 cc/kgBB/hari 2 cc/kgBB/jam
Selebihnya 20 cc/kgBB/hari 1 cc/kgBB/jam
2 Natrium mEq/kgBB/hari
3 Kalium mEq/kgBB/hari
4 Klorida mEq/kgBB/hari
5 Magnesium mEq/kgBB/hari

Latihan Mahasiswa

Berdasarkan kebutuhan tersebut diatas, hitunglah kebutuhan cairan dan natrium pada
pasien yang berusia 35 tahun dengan berat badan 50 kg?
a. Cairan:

b. Elektrolit:

Berapa kecepatan tetesan infus (tetes/menit) tersebut jika diberikan dalam 24 jam?
(Diketahui faktor tetesan 20 tetes/mL)

Apakah jenis cairan yang Anda pertimbangkan pada pasien tersebut, jika tersedia pilihan
cairan RL, NaCl dan Dextrose 5%? Jelaskan?
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 7

Alat dan Bahan


- Cairan infus
- Set Infus
- Kateter IV / wings needle sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
- Swab alkohol
- Torniket
- Plester
- Gunting
- Perlak
- Sarung tangan bersih
- Kassa steril atau balutan tahan air transparan
- Tiang infus
- Bidai / alas infus (opsional)
- Bengkok

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Memeriksa rencana keperawatan pasien
terkait jenis cairan, jumlah yang diberikan,
dan kecepatan aliran
2 Mengidentifikasi pasien dengan
memeriksa tanda vital, turgor kulit, alergi
terhadap plester, kecenderungan
perdarahan, penyakit/cedera pada
ekstremitas dan kondisi vena
3 Mempersiapkan pasien
a. Menjelaskan prosedur kepada pasien
bahwa penusukan vena akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam
beberapa detik, akan tetapi bila cairan
telah mengalir, rasa tidak nyaman akan
hilang. Menjelaskan kepada pasien
durasi tindakan diselesaikan
b. Menjelaskan kepada pasien agar tidak
banyak bergerak (atau memasang
bidai pada anak)
4 Mencuci tangan
5 Membuka dan menyiapkan set infus
a. Memeriksa cairan dengan prinsip yang
sama dengan obat, dan tanggal
kadaluarsa
b. Mengeluarkan set infus dari
bungkusnya dan luruskan.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 8

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Pertahankan ujung selang tetap steril
c. Menggeser klem rol kurang lebih 2 – 5
cm dibawah ruang drip dan tutup klem
d. Membuka penutup botol cairan dan
menusukkan set infus ke botol cairan
e. Menggantung botol cairan pada tiang
infus. Tiang harus diatur sedemikian
rupa agar botol cairan berada sekitar
90 cm diatas kepala pasien.
f. Mengisi ruang drip dengan cara
menekan dan melepaskannya sampai
terisi setengah penuh
6 Mengisi (priming) selang infus
a. Membuka klem dan membiarkan
cairan mengalir di sepanjang selang
b. Memastikan tidak ada gelembung
udara dalam selang. Sentil selang jika
perlu untuk mengeluarkan gelembung
udara yang menempel pada sisi-sisi
selang
7 Memakai sarung tangan sekali pakai
(bersih)
8 Meletakan perlak dan pengalas di bawah
bagian yang akan dilakukan penusukan
9 Memilih lokasi penusukan vena. Bila tidak
ada kontraindikasi, pilihlah lengan yang
tidak dominan, vena relatif lurus, tidak
bercabang dan cukup jauh dari persendian
10 Memasang torniket sekitar 15 – 20 cm di
atas lokasi penusukan vena
11 Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan
swab alkohol dengan teknik sirkuler atau
dari atas kebawah sekali apusan
2. Menusukkan jarum kateter IV
a. Meregangkan kulit dibawah lokasi
penusukan dengan menggunakan
tangan non dominan
b. Memegang kateter IV pada sudut 15 –
30 derajat dengan lubang jarum
(bevel) menghadap ke atas.
c. Menusukkan jarum menembus kulit
dan masuk dalam vena.
d. Ketika terlihat ada darah dalam
kompartemen, kurangi sudut kateter
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 9

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
sampai hampir sejajar kulit dan dorong
kateter sepenuhnya ke dalam vena
sambil menarik jarum (mandrin)
perlahan-lahan
12 Melepaskan torniket
13 Menyambungkan kateter IV dengan ujung
selang set infus
14 Memfiksasi kateter dengan menggunakan
3 strip plester
a. Memposisikan satu strip dengan
bagian yang lengket mengarah ke atas
pada bagian bawah kepala (hub)
kateter dan menyilangkan kedua sisi
sehingga bagian yang lengket
menempel pada kulit
b. Merekatkan plester kedua dengan
bagian yang lengket menempel pada
kepala kateter
c. Merekatkan plester ketiga dengan
bagian yang lengket menempel pada
selang infus
15 Memasang balutan dengan kasa steril di
atas tempat penusukan. Memberi label
pada balutan yang bertuliskan tanggal dan
waktu penusukan (disesuaikan dengan
peraturan institusi/ruangan)
16 Mengatur tetesan infus dengan menyetel
klem rol sesuai dengan kebutuhan pasien
17 Membereskan alat-alat dan
memperhatikan respon pasien
18 Memposisikan pasien pada posisi nyaman
19 Melepaskan sarung tangan dan mencuci
tangan
20 Mendokumentasikan tindakan yang
dilakukan
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
20
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 10

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:

Tugas Mahasiswa
1. Jika pasien mendapatkan cairan parenteral hipertonik, apa saja yang harus dilakukan
oleh perawat!

2. Apakah yang harus perawat lakukan jika pasien menolak untuk dipasang infus?

Refleksi
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan

2. Evaluasi (kesulitan/kendala, hal yang telah dilakukan dengan baik)

3. Rencana Tindak Lanjut


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 11

TRANSFUSI DARAH

Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga,
mahasiswa dengan tepat mampu:
- Menjelaskan kondisi-kondisi yang
memelukan transfusi darah
- Memberikan transfusi yang aman
- Melakukan pemantatauan selama dan
setelah transfusi
- Mengantisipasi dan memberikan
penanganan awal jika terjadi respon
transfusi.

Kegiatan Pendahuluan
Mahasiswa sebaiknya membaca buku-buku yang
berkaitan dengan konsep dan keterampilan
pemberian transfuse darah.

Tujuan
1. Mengembalikan volume darah akibat
perdarahan/proses kehilangan darah.
2. Mempertahankan tingkat hemoglobin dalam
batas normal pada kasus anemia berat.
3. Mengganti komponen darah tertentu.

Definisi
Transfusi darah adalah pemberian whole blood atau komponen darah, misalnya plasma
atau eritrosit ke dalam sirkulasi vena.

Golongan Darah
Darah manusia diklasifikasikan ke dalam empat golongan darah (A, B, AB dan O)
berdasarkan antigen polisakarida pada permukaan eritrosit. Antigen tipe A dan tipe B, sering
menyebabkan reaksi antibodi yang disebut aglutinogen. Dengan kata lain golongan darah A
mengandung tipe aglutinogen A, golongan darah B mengandung jenis aglutinogen B, AB
mengandung kedua kelompok A & B aglutinogen, dan golongan darah O tidak mengandung
aglutinogen.

Rhesus (Rh) dan Faktor Lainnya


Antigen Rh pada permukaan eritrosit terdapat pada sekitar 85% dari populasi dapat menjadi
penyebab utama terjadinya reaksi hemolitik. Orang yang memiliki faktor Rh disebut sebagai
Rh positif dan orang yang tidak memiliki faktor Rh disebut sebagai Rh negatif. Berbeda
dengan aglutinogen A dan B, faktor Rh tidak dapat menyebabkan reaksi hemolitik pada
ketidakcocokan paparan pertama, karena antibodi Rh normalnya tidak ada dalam plasma
orang Rh negatif.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 12

Produk Darah

Jumlah (mL)
No Jenis Kegunaan / Indikasi
per Unit
1 Darah lengkap 350 – 450
(Whole Blood)

2 Sel darah merah 220


(Packed Red Cell)

3 Plasma 130 - 160

4 Kriopresipitat 15

5 Trombosit 30 – 60

Alat dan Bahan


a. Produk darah (whole blood atau sesuai program medis).
b. Set transfusi darah
c. NaCl 0,9%
d. Kateter IV nomor 18 atau kateter yang berlumen lebih besar jika darah akan diberikan
dalam waktu cepat
e. Torniket
f. Swab alkohol
g. Kasa steril
h. Plester
i. Gunting
j. Sarung tangan (bersih)
k. Bengkok
l. Tiang infus
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 13

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Memeriksa rencana transfusi, kondisi
pasien, dan riwayat transfusi/reaksi
transfusi dan alasan transfusi saat ini
2 Mengikuti protokol instansi untuk
mendapatkan produk darah dari bank
darah. Darah diminta jika telah siap
menggunakannya. Jika transfusi tidak
dapat segera dilakukan, kembalikan ke
bank darah. Darah yang berada di luar
unit pendingin selama lebih dari 30 menit,
di atas 10°C tidak dapat digunakan
kembali. Jangan menyimpan darah di
tempat yang tidak seharusnya seperti
lemari es di ruang perawatan. Darah harus
disimpan dalam unit pendingin dalam suhu
yang terkontrol (4°C)
3 Mengidentifikasi pasien dengan double
checking (oleh 2 perawat) untuk
memastikan produk darah diberikan pada
pasien yang tepat.
a. Mengecek nama awal dan akhir pasien
dengan meminta pasien menyebutkan-
nya (jika mampu) dan menyocokkan
dengan identitas dan tanggal lahir
pada gelang pasien.
b. Menyocokkan identitas pasien dengan
kartu kompatibilitis pada produk darah
c. Menyocokkan kartu kompatibilitas
dengan produk darah (catatan pada
stiker kantung darah)
4 Mengecek produk darah:
a. Tanggal kadaluarsa pada kantung
darah
b. Untuk whole blood, periksa golongan
darah ABO, tipe Rh (pada catatan
pasien)
c. Warna yang tidak normal dan adanya
bekuan
5 Menjelaskan prosedur kepada pasien,
perlunya transfusi, produk darah yang
akan diberikan, perkiraan waktu yang
dibutuhkan dan hasil yang diharapkan.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 14

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Menekankan perlunya pasien untuk
segera melaporkan gejala yang tidak
biasa, seperti: menggigil, sakit kepala,
gatal, kemerahan pada kulit
6 Memeriksa dan mencatat tanda vital
7 Mencuci tangan dan memakai sarung
tangan
8 Memasang kateter IV jika belum
terpasang sebelumnya ke dalam vena
perifer yang besar dan mulai infus cairan
NaCl 0,9% dengan menggunakan set
transfusi darah
9 Menghangatkan darah jika diperlukan
dengan menggunakan penghangat darah
khusus atau rendam sebagian di dalam air
suam-suam kuku
10 Menghentikan aliran cairan NaCl dengan
menutup klem rol
11 Memindahkan ujung infus (taji penusuk)
dari botol NaCl ke kantung darah
12 Memulai transfusi darah dengan
kecepatan lambat, sekitar 25-50 ml/jam
selama 15 menit pertama. Tetap bersama
pasien selama 15 menit pertama dan
periksa tanda vital setiap 15 menit selama
30 menit pertama atau sesuai dengan
peraturan institusi
13 Meningkatkan kecepatan transfusi jika
tidak terjadi efek samping. Kecepatan
infus dipertahankan tetap dalam batas
yang aman. Packed Red Cell (PRC)
biasanya diberikan selama 1,5 – 2 jam
sedangkan whole blood diberikan selama
1 – 3 jam.
14 Memeriksa kondisi pasien setiap 30 menit
dan jika timbul efek samping, hentikan
transfusi dan mulai alirkan NaCl.
15 Setelah darah ditransfusikan, bersihkan
selang dengan mengalirkan NaCl
16 Membuang semua bahan dan set produk
darah pada tempat yang disediakan
17 Membantu pasien ke posisi nyaman
18 Melepas sarung tangan dan mencuci
tangan
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 15

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
19 Mendokumentasikan tindakan yang
dilakukan
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
19

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:

Perhatian Khusus
1. Obat tidak boleh diberikan pada jalur yang sama dengan jalur transfusi darah. Jika
akan memberikan obat melalui jalur IV, pasang jalur IV yang baru karena adanya
kemungkinan inkompatibilitas dan kontaminasi dengan bakteri. Transfusi darah harus
selesai tidak lebih dari 4 jam
2. Tutupi kantung darah dengan kain/selimut saat digantungkan di tiang infus
3. Kantung darah perlu dirotasikan secara berkla untuk menghindari terjadinya
penggumpalan
4. Saat menghangatkan darah, kantung darah tidak boleh direndam seluruhnya dalam air
suam-suam kuku karena dapat menyebabkan hemolisis
5. Darah dapat dihangatkan dengan cara menyelimuti kantung darah

Tugas Mahasiswa
1. Jika pasien memiliki rhesus berbeda dengan darah transfusi yang akan diberikan, apa
yang harus anda lakukan?
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 16

2. Tuliskan langkah-langkah pemberian transfusi trombosit!

3. Jika anda memberikan transfusi darah, dan anda menemukan pada 1-2 jam pertama
pemberian pasien menggigil dan demam, apa yang harus anda lakukan?

Refleksi
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan

2. Evaluasi (kesulitan/kendala, hal yang telah dilakukan dengan baik)

3. Rencana Tindak Lanjut


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 17

PENGAMBILAN DARAH VENA

Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu melakukan
pengambilan darah vena untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.

Definisi
Pengambilan darah vena yaitu proses pengambilan darah melalui penusukan vena
(venipuncture) dengan menggunakan jarum.

Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk pengambilan spesimen darah vena untuk pemeriksaan
diagnostik.

Indikasi
Indikasi dari prosedur ini yaitu:
a. Pemeriksaan yang memerlukan spesimen darah lebih dari 0,5 cc.
b. Pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, maupun darah lengkap (wholeblood).
c. Indikasi venipuncture dengan metode spuit adalah bila ditemukan pasien yang memiliki
vena yang sulit (rapuh, halus, dan mudah bergeser).

Kontraindikasi
Kontraindikasi dari prosedur ini yaitu:
a. Lengan pada sisi mastektomi
b. Daerah dimana darah sedang ditranfusikan
c. Daerah edema
d. Hematoma
e. Daerah bekas luka
f. Daerah bekas cangkokan vascular

Lokasi Pengambilan Darah Vena


Darah vena dapat diambil melalui
1
beberapa lokasi vena berikut ini, yaitu:
1. 2

2. 3

4
3.
5
4.

5.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 18

Aspek Keamanan yang Harus Diperhatikan


Bebarapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena yaitu:
a. Pemasangan turniket (tali pembendung)
1. Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu ketat dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit / PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolestrol, lipid total).
2. Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
b. Penusukan
1. Penusukan yang tidak berkali-kali menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-
kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
2. Tusukan jarum yang tidak tepat masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor
dan mengakibatkan hematoma.
c. Kulit yang masih basah dengan alkohol saat penusukan vena dapat menyebabkan
hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, dan rasa terbakar serta peningkatan
rasa nyeri.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu:
a. Spuit disposable dengan jarum atau vacutainer sesuai ukuran
b. Tabung pemeriksaan darah yang sesuai
c. Swab alkohol dan plester
d. Turniket
e. Sarung tangan bersih
f. Pengalas
g. Bengkok

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Mencuci tangan dan menyiapkan alat dan
bahan
2 Menjelaskan prosedur pada pasien serta
jenis dan tujuan pengambilan sampel
3 Mencuci tangan dan memasang sarung
tangan
4 Memilih dan mengkaji kondisi vena.
Memasang pengalas di bawah area vena
yang dipilih
5 Memasang torniket pada lengan di atas
daerah penusukan. Menganjurkan pasien
untuk membuka & menutup tangannya,
atau menepuk-nepuk vena tersebut.
6 Membersihkan area penusukan
dengan swab alkohol secara sirkuler
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 19

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
dari dalam keluar sampai diameter 5
cm dan biarkan mengering
7 Membuka jarum, memegang dengan
tangan dominan, menusukkan jarum
dengan sudut 15-45 dan bevel mengarah
ke atas. Pertahankan teknik steril
8 Bila jarum sudah masuk vena, tarik
plunger sampai darah mengisi spuit sesuai
kebutuhan. Bila menggunakan vacutainer,
pegang plastik adapter, tekan tabung
vacuum dan biarkan darah masuk hingga
sesuai kebutuhan
9 Melepaskan torniket begitu darah sudah
dapat diambil
10 Menarik jarum dari vena secara perlahan
dan menggunakan swab alkohol untuk
menekan tempat penusukan. Bila darah
telah berhenti keluar, berikan plester.
11 Menempatkan darah pada tabung yang
sesuai. Jika dibutuhkan, beri label pada
tabung
12 Merapikan alat dan membuang alat/
bahan yang sudah terkontaminasi
13 Melepas sarung tangan dan mencuci
tangan
14 Mengisi formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dengan benar dan beri label
pada tabung yang memuat nama pasien,
nomor identifikasi, tanggal dan waktu
pengambilan darah
15 Mengirimkan segera darah ke
laboratorium
16 Mendokumentasikan prosedur yang
dilakukan
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
16
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 20

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:

Refleksi
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan

2. Evaluasi (kesulitan/kendala, hal yang telah dilakukan dengan baik)

3. Rencana Tindak Lanjut


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 25

PEMBERIAN MEDIKASI

Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu:
a. Menentukan lokasi-lokasi penyuntikan obat
b. Memberikan obat dengan prinsip ’sepuluh benar’

Definisi
Pemberian medikasi adalah memberikan obat dari wadah vial atau ampul dengan jalur
tertentu seperti subkutan, intradermal dan intramuskular

Jalur dan Tujuan Medikasi


Pemberian medikasi dapat dilakukan dengan berbagai jalur, tergantung tujuan dari
pemberian medikasi tersebut.
1. Injeksi intradermal, bertujuan untuk:

2. Injeksi subkutan, bertujuan untuk:

3. Injeksi intramuskuler, bertujuan untuk:

Ukuran Jarum
Ukuran jarum yang digunakan berbeda-beda, tergantung pada jalur pemberian obat
yaitu:
a. Injeksi intradermal menggunakan jarum berukuran: ____________
b. Injeksi subkutan menggunakan jarum berukuran: ______________
c. Injeksi intramuskuler menggunakan jarum berukuran: ___________

Alat dan Bahan


- Spuit
- Jarum (ukuran bervariasi sesuai kebutuhan)
- Obat dalam ampul atau vial yang diresepkan
- Swab alkohol
- Sarung tangan bersih
- Bengkok
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 26

Lokasi Injeksi Intramuskuler

Isilah dengan huruf yang


sesuai pada sisi injeksi
di bawah ini!
A B
______ Dorsogluteal
______ Deltoid
______ Vastus lateralis
______ Ventrogluteal

Prinsip dalam Pemberian Medikasi


Dalam pemberian obat/medikasi, perawat perlu memperhatikan ”Prinsip 10 Benar”, yaitu:

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 27

Persiapan Obat
Obat injeksi yang disiapkan oleh perawat dapat berasal dari ampul dan vial, dengan
langkah-langkah penyiapannya sebagai berikut:
1. Langkah-langkah menyiapkan obat dari ampul yaitu:

2. Langkah-langkah menyiapkan obat dari vial yaitu:


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 28

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Memeriksa rencana terapi dan
mengidentifikasi pasien
2 Menjelaskan prosedur kepada pasien,
tujuan, lokasi penyuntikan dan apa yang
harus dilakukan oleh pasien
3 Mencuci tangan
4 Menyiapkan obat dari vial atau ampul
5 Mencuci tangan dan memakai sarung
tangan
6 Memposisikan pasien sesuai dengan
lokasi injeksi.

Lokasi Injeksi Intradermal


- Bagian dalam lengan bawah
- Dada atas atau punggung atas di
bawah skapula

Lokasi Injeksi Subkutan


- Bagian luar lengan atas: bantu pasien
merilekskan tangan di samping badan
- Paha anterior: bantu pasien duduk atau
berbaring dengan otot dirilekskan
- Perut: bantu pasien berada dalam
posisi setengah berbaring

Lokasi Injeksi Intramuskuler


- Vastus lateralis: bantu pasien ke pasien
berbaring telentang, dengan lutut agak
fleksi
- Ventrogluteal: bantu pasien berbaring
miring, atau telentang dengan lutut dan
panggung miring dengan tempat yang
diinjeksi fleksi
- Deltoid: bantu pasien duduk atau
berbaring datar, dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen
atau pangkuan.

7 Memilih lokasi yang tepat untuk


penyuntikan dengan menggunakan garis
anatomik. Lokasi penyuntikan bebas dari
lesi, nyeri tekan, pembengkakan dan
inflamasi lokal
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 29

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
8 Membersihkan lokasi tersebut dengan
swab alkohol dengan gerakan sirkuler
mulai dari bagian tengah ke luar sampai 5
cm
9 Membuka penutup jarum dari spuit
dengan menarik penutup tegak lurus
10 Menyuntikkan obat :
Injeksi Intradermal
a. Meregangkan lokasi penyuntikan
dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan
b. Memposisikan jarum hampir sejajar
dengan kulit pasien (15º) dan
menusukkan jarum ke dalam kulit
sehingga ujung jarum dapat dilihat
lewat kulit. Masukkan jarum hanya
sekitar 3 mm.
c. Menyuntikkan obat secara perlahan
(0,01 - 0,1 ml). Amati timbulnya
lepuh/blister. Jika tidak timbul, tarik
jarum sedikit dan suntikkan obatnya.
d. Menarik jarum dengan cepat dengan
sudut yang sama saat jarum
dimasukkan. Jangan memijat area
penyuntikan.
e. Menggambar sebuah lingkaran
mengelilingi lokasi penyuntikan
dengan menggunakan vena biru/hitam.
Mencatat tanggal dan waktu
penyuntikan obat dan nama obat pada
sehelai plester dan tempelkan di dekat
lokasi penyuntikan
f. Memeriksa reaksinya dalam waktu
yang telah ditentukan.

Injeksi Subkutan
a. Menggenggam dan mencubit area
yang mengelilingi lokasi penyuntikan
atau meregangkan kulit pada lokasi
penyuntikan
b. Memegang spuit dengan tangan yang
dominan diantara ibu jari dan jari
telunjuk.
c. Menyuntikkan obat secara cepat pada
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 30

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
sudut 45-90º, tergantung jumlah
jaringan, turgor jaringan dan panjang
jarum. Pada pasien yang kurus lebih
disukai sudut 45º. Jika menggunakan
spuit insulin dengan jarum 26G dapat
digunakan sudut 90º pada orang
normal dan obesitas.
d. Setelah jarum disuntikkan, lepaskan
jaringan dan segera pindahkan tangan
yang tidak dominan untuk
menstabilkan ujung bawah spuit.
Geser tangan yang dominan ke bagian
atas tabung spuit.
e. Menarik jarum dengan cepat dengan
sudut yang sama saat jarum
dimasukkan. Pijat area penyuntikan
dengan lembut dengan swab alkohol.
Jangan pijat lokasi penyuntkan heparin
/ insulin.

Injeksi Intramuskuler
a. Menggenggam dan mecubit area yang
mengelilingi lokasi penyuntikan atau
meregangkan kulit pada lokasi
tersebut sesuai kebutuhan

b. Memegang spuit diantara ibu jari dan


jari telunjuk seperti memegang vena
dan tusukkan jarum pada kulit dengan
sudut 90 derajat
c. Mengaspirasi dengan menahan spuit
dengan tangan yang tidak dominan
dan menarik plunger (pendorong) spuit
dengan tangan dominan. Menarik
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 31

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
jarum jika muncul darah dalam spuit,
buang dan siapkan injeksi yang baru.
Jika tidak tampak darah saat aspirasi,
obat disuntikkan secara perlahan dan
stabil dengan kecepatan 10 detik/ml
d. Melakukan teknik jalur Z (Z-track):
- Menarik kulit ke satu sisi, ke arah
bawah atau lateral sekitar 2,5 cm
dengan menggunakan tangan
yang tidak dominan
- Menahan jarum pada tempatnya
selama 10 detik
e. Menarik jarum secara halus dan
mantap sambil menempatkan swab
alkohol tepat pada tempat injeksi
f. Memberikan tekanan perlahan. Jangan
melakukan masase kulit
11 Membantu pasien mengambil posisi
nyaman
12 Membuang jarum tanpa tutup dan
spuitnya ke dalam wadah yang
seharusnya (disediakan)
13 Melepaskan sarung tangan dan mencuci
tangan
14 Melakukan dokumentasi dengan mencatat
nama obat, dosis, lokasi dan respons
pasien
15 Mengevaluasi efektivitas obat dengan
mengobservasi respons pasien terhadap
obat dalam 15 sampai 30 menit
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
15

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 32

Refleksi
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan

2. Evaluasi (kesulitan/kendala, hal yang telah dilakukan dengan baik)

3. Rencana Tindak Lanjut


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 44

TERAPI INSULIN

Tujuan Pembelajaran :
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu:
1. Membedakan jenis / preparat insulin berdasarkan karakteristik
2. Mengenali informasi yang ada pada label botol insulin (Tipe, spesies, pabrik pembuat,
konsentrasi, dan tanggal kadaluarsa)
3. Mengetahui tempat dan cara penyimpanan insulin
4. Mengetahui dan memahami konsentrasi dan ukuran spuit insulin
5. Mengetahui are penusukan insulin dan rotasi nya
6. Memberikan terapi insulin kepada klien yang membutuhkan terapi insulin.

Indikasi :

Kontraindikasi :

Efek samping pemberian insulin :

Interaksi insulin :
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 45

KATEGORI INSULIN
Lama Kerja Agens / Produk Warna Awitan Puncak Durasi Indikasi
Short acting Reguler (R) Jernih ½ - 1 jam 2 – 3 jam 4 – 6 jam Biasanya diberikan 20 – 30 menit
sebelum makan; dapat diberikan
sendiri atau bersama dengan
insulin long-acting

Intermediate acting NPH (Neutral


Protamine
Hagedom)

Long Acting

Kombinasi
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 45

Area Penyuntikan Insulin


Ada empat daerah utama untuk penyuntikan insulin yaitu: abdomen, lengan, paha dan
bokong. Sesuai dengan gambar di bawah ini:

sumber: www.tudiabetes.org
Tugas: Berilah nomor (1 sampai 4) pada area penyuntikan insulin tersebut mulai dari
area dimana insulin diabsorbsi paling cepat (nomor 1) hingga paling lambat (nomor 4).

Pemilihan dan Rotasi Tempat Penyuntikan


- Untuk meningkatkan konsistensi absorbsi insulin, klien harus didorong untuk
menggunakan semua tempat penyuntikan yang ada dalam satu daerah daripada
melakukan rotasi berpindah-pindah secara acak dari daerah yang satu ke daerah
lain. Contoh: selalu menggunakan daerah abdomen dengan melakukan
penyuntikan ½ hingga 1 inci dari tempat penyuntikan sebelumnya
- Menggunakan tempat yang sama pada waktu yang sama setiap hari. Contoh:

Alat dan Bahan


1. Preparat insulin
2. Spuit insulin
3. Swab alkohol
4. Bak spuit
5. Bengkok
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 46

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Mengecek instruksi untuk terapi insulin
2. Menjelaskan dan menerapkan prinsip 6
benar dalam pemberian obat (insulin)
3. Mempersiapkan alat dan bahan

4. Mengidentifikasi area penusukan


5. Menyiapkan posisi klien sesuai dengan
kebutuhan/lokasi penusukan
6. Cuci tangan dan pakai handscoen
7 Guling-gulingkan vial insulin dalam telapak
tangan untuk mencampur insulin dengan
baik (untuk semua jenis insulin kecuali
insulin kerja singkat)
8. Isi spuit dengan insulin yang telah
ditentukan. Bila menggunakan obat dalam
vial, desinfeksi dahulu penutup karet pada
vial dengan swab alcohol
9 Apabila diberikan insulin campuran,
aspirasi insulin kerja singkat terlebih
dahulu kemudian kerja sedang atau kerja
lama
10 Amati spuit terhadap adanya gelembung
udara. Buang udara dalam spuit,
11 Desinfeksi area penusukan dengan swab
alkohol
12 Cubit dan tahan lipatan kulit dan suntikkan
pada sudut 90˚ (bila pasien kurus dan
berkulit kendur suntikkan insulin pada
sudut 45˚ untuk menghindari suntikan
intramuscular yang dapat menyerap
insulin lebih cepat
13 Tusukkan jarum dengan sudut 45° dengan
bevel menghadap ke atas. Jika
menggunakan insulin pen, tusukkan
dengan sudut 90° sampai seluruh ujung
pen masuk ke permukaan kulit.
14 Jika menggunakan spuit, lakukan aspirasi
terlebih dahulu, jika ada darah obat tidak
boleh dimasukkan
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 47

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
15 Masukkan insulin lalu tarik spuit.
16 Lepaskan handscoen dan cuci tangan
17 Lakukan dokumentasi
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
17

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., dkk. (2009). Seri asuhan keperawatan klien gangguan endokrin. Jakarta:
EGC.
Misnadiarly. (2006). Ulcer, ganggren, infeksi diabetes mellitus: mengenali gejala,
menanggulangi, mencegah komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Rumahorbo, H. (1999). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system endokrin.
Jakarta: EGC
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 38

PEMBERIAN NUTRISI (ENTERAL/NGT)

Tujuan Pembelajaran:
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu
melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui enteral.

Indikasi

Kontraindikasi

Alat dan Bahan


1. Kantung dan slang makan sekali pakai, sistem siap gantung
2. Sarung tangan
3. Kateter tip
4. Stetoskop
5. Makanan cair/lunak

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Cek instruksi dokter dan jadwal pemberian
makanan dan obat oral
2. Identifikasi klien:
- Kaji adanya alergi terhadap makanan
- Kaji bising usus
- Kaji adanya masalah-masalah yang
berkaitan dengan pemberian
makanan melalui NGT (seperti
muntah, diare, konstipasi, distensi
abdomen).
3. Jelaskan prosedur kepada klien
4. Cuci tangan
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 39

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
5. Siapkan makanan dan obat (jika ada)
yang akan diberikan sesuai dengan
instruksi dokter
6. Jaga privasi jika klien menginginkan

7. Bantu klien ke posisi fowler di tempat tidur


atau duduk di kursi. Jika posisi duduk
merupakan kontraindikasi bagi klien,
posisi miring kanan dengan kepala agak
tinggi boleh dilakukan.
8. Cek penempatan/kepatenan selang NGT.
Tempatkan catheter tip dalam keadaan
tertutup di ujung selang NGT. Aspirasi isi
lambung. Lakukan pengecekan PH jika
diperlukan.
9. Kaji residu isi lambung. Aspirasi semua isi
lambung dan bandingkan dengan jumlah
pemberian makan sebelumnya.
10. Berikan makanan melalui NGT, beberapa
metode yang bisa dilakukan:

Bolus / intermittent feeding:


- Klem selang (dengan cara menekuk
ujung selang). Jika ujung selang NGT
tersambung dengan catheter tip/
suntikan, lepaskan catheter tip
menggunakan tangan yang tidak
dominan, kemudian lepaskan
pendorongnya dari suntikan.
- Masukkan kembali suntikan tanpa
pendorongnya di ujung selang.
Tangan yang tidak dominan tetap
mengklem selang. Tinggikan ujung
selang  18 inc / 45 cm dari abdomen
klien.
- Masukkan makanan ke dalam
suntikan sampai penuh, kemudian
buka klem selang sehingga makanan
masuk melalui selang secara
perlahan-lahan.
- Isi kembali suntikan ketika makanan
dalam suntikan sebelumnya masih
sedikit (jangan sampai suntikan
kosong)
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 40

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
- Perhatikan respon klien selama
pemberian makanan.

Continuous drip method:


- Hubungkan selang dengan pengatur
kecepatan aliran (seperti selang infus)
dengan botol makanan. Alirkan
makanan sampai ke ujung selang
atau keluar sedikit, kemudian klem
pengatur kecepatan. Gantung botol
makanan  12 inc / 30 cm di atas
tempat masuknya selang NGT
- Hubungkan selang dari botol dengan
selang NGT, buka klem, dan atur
kecepatan aliran.
11. Setelah makanan, bilas dengan air putih 
60 ml. sisakan air terakhir tetap berada di
selang NGT. Lepaskan catheter tip dan
tutup kembali selang NGT dengan cara
menekuknya.
12. Bantu klien ke posisi yang nyaman sesuai
keinginan klien setelah 30 menit
pemberian makanan
13 Rapihkan dan bersihkan alat
14 Cuci tangan
15 Dokumentasikan waktu pemberian, jumlah
dan jenis makanan, obat yang diberikan
(jika ada), dan respons klien selama dan
setelah pemberian makanan.
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
15

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 41

REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan :

2. Evaluasi (kesulitan/kendala/hal yang sudah bagus dilakukan) :

3. Tindak lanjut :

DAFTAR PUSTAKA
Departemen DKKD FIK UI. (2007). Panduan praktikum keperawatan dasar II, edisi 2.
Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 48

PENGKAJIAN FISIK ABDOMEN

Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu:
1. Melakukan anamnesis / wawancara terkait keluhan utama
2. Melakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan tepat dan sistematik
3. Mengintepretasikan hasil normal dan abnormal
4. Memanfaatkan hasil pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan dan gangguan eliminasi

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi:

Kontraindikasi:

Alat dan Bahan

1. Stetoskop
2. Pengaris kecil
3. Pita pengukur
4. Pensil gambar
5. Bantal kecil
6. Jam tangan
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 49

Kegiatan
1. Review Anatomi Fisiologi Proses Eliminasi Urin
Perhatikan gambar di bawah ini, kemudian lengkapi nomor yang ditunjuk
1 10
2 11
3 12
4 13
5 14
6 15
7 16
8 17
9 18

http://www.free-anatomy-quiz.com/urinary2.html

2. Review Anatomi Fisiologi Proses Eliminasi Fekal


Perhatikan gambar di bawah ini:

Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur


anatomi abdomen yang meliputi daerah-daerah dan batas-batas abdomen.
1) Dengan menarik garis lurus terhadap garis median melalui umbilicus. Dengan
cara ini dinding depan abdomen terbagi atas 4 daerah yang disebut kuadran.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 50

Sebutkan pembagian menurut 4 kuadran !

Sumber: Bates. B (1974). A Guide to physical examination.

2) Pembagian yang lebih rinci atau lebih spesifik yaitu dengan menarik dua
garis sejajar dengan garis median dan dua garis transversal yaitu garis yang
menghubungkan dua titik yang paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi
yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).
a) Garis medium
b) Antara SIAS kanan dan garis median
c) Antara SIAS kiri dan garis median
d) Pinggir dinding abdomen kanan
e) Pinggir dinding abdomen kiri
f) Antara dua titik paling bawah arkus kosta
g) Antara SIAS kanan dan kiri

Berdasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen


terbagi atas 9 region.
Sebutkan pembagian menurut 9 region dan organ dibawahnya:

Sumber: Bates. B (1974). A Guide to physical examination.


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 51

Apa kepentingan pembagian abdomen menurut 4 kuadran dan 9 regio?

TUGAS

Perhatikan secara seksama dan diskusikan dengan fasilitator praktikum tentang hal-hal
di atas yang belum jelas.

Saat melakukan pemeriksaan aturlah posisi pasien senyaman mungkin. Perhatikan


privasi, universal precaution dan kesiapan alat (stetoskop dan jam). Sedapat mungkin
kontrol agar lingkungan dalam kondisi tenang.

Sebelum melakukan pengkajian fisik abdomen anjurkan pasien untuk mengosongkan


kandung kemih terlebih dahulu. Jaga stetoskop dan tangan perawat tetap hangat.

Tahapan pemeriksaan abdomen, yaitu:

1. Anamnesis
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perawat perlu melakukan anamnesis untuk
mengetahui riwayat kesehatan pasien. Perawat perlu mengkaji keluhan utama yang
sering dijumpai pada pada pasien dengan gangguan eliminasi, yaitu :

No Keluhan Hal yang Perlu Ditanyakan Terkait Keluhan Penyebab


1 BAK tidak - Pernahkah Anda mengalami gejala Batu kandung
tuntas serupa? kemih
- Sejak kapan Anda mengalami gejala
tersebut
- BAK tidak tuntas, apakah urin kelur
menetes? Apakah urin lancar keluar
pertama namun saat pertengahan BAK
tiba-tiba urin tidak keluar?
2 BAB/BAK
berdarah/
melena
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 52

3 Konstipasi

4 Diare

5 Nyeri pada
area
abdomen

2. Inspeksi
Lakukan inspeksi pada:
a. Kulit abdomen
Apa yang perlu diperhatikan pada saat inspeksi kulit di daerah abdomen?

b. Inspeksi umbilicus
Apa yang perlu diperhatikan pada saat inspeksi umbilicus?

c. Bentuk abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datar atau tidak pada
abdomen atau terjadi penumpukan cairan/lemak yang berlebihan.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 53

3. Auskultasi
a. Bising usus
Langkah-langkah auskultasi bising usus?

b. Pembuluh darah
Langkah-langkah aukultasi pembuluh darah:
Letakkan bagian bel stetostkop di atas aorta, arteri renalis, arteri iliaka.
Auskultasi aorta dari arah superior ke umbilicus. Auskultasi arteri renalis dengan
meletakan stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah kanan kiri garis
abdomen bagian atas mendekati panggul. Pada orang normal auskultasi
pembuluh darah tidak didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari
arteri.

4. Perkusi

Perkusi pada Empat Kuadran


Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing

Dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam. Perhatikan
reaksi klien dan catat bila merasa nyeri. Lakukan perkusi pada area timpani dan
redup (udara: timpani, redup: massa padat).
Apa tujuan dari perkusi abdomen?

Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pentulan gelombang suara, dari


ketukan-ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 54

salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari
tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara atau suara perkusi yang biasa dijumpai diantaranya:
 Sonor: yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang
yang normal.
 Hypersonor: yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-
paru dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks hypermeteorisme) serta
bagian tubuh yang mengandung udara.
 Tympani: yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada
lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
 Dullness: suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti
hepar.

Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya:


a. Lambung: pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani.
b. Hepar: didapatkan suara pekak.
c. Usus: pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara
tympani.
d. Kandung kemih: perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara
sonor.
e. Ginjal: CVA: costovertebral angle tenderness biasanya dikaitkan dengan
panyakit ginjal. Perkusi dilakukan dengan menggenggam tangan dan
memukulkan di area costovetebral angle. Pasien dengan gangguan ginjal
merasakan nyeri.

Perkusi pada hepar/hati:


- Untuk mengetahui batas bawah dan atas atau tinggi hepar
- Pemeriksaan dimulai pada daerah setinggi umbilicus bergerak ke atas sepanjang
garis midklavikula kanan
- Suara yang pertama kali terdengar adalah timpani, bila suara menjadi dullness,
pemeriksa dapat mengidentifikasi batas bawah hepar
- Beri tanda titik dengan pena
- Perkusi ea rah bawah dari ICS ke-4 sepanjang garis midklavikula kanan, suara
pertama yang terdengar seharusnya resonance
- Lanjutkan perkusi ke bawah sampai terdengar bunyi dullness, ini adalah batas
atas hepar, beri tanda titik
- Batas atas biasanya setingkat dengan ICS ke-6, jarak antara kedua titik kurang
lebih 6-12 cm
- Perkusi sepanjang garis midsternum, ukuran hepar pada garis midsternum
kurang lebih 4-9 cm
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 55

Perkusi limfa
- Untuk mengetahui ukuran dan lokasi limfa
- Lakukan perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri
(splenic dullness) biaa terdengar dari ICS ke-6 sampai dengan ke10

Perkusi kandung kemih


- Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih ( + 5-7 cm)
- Setelah mengetahui fundus, lakukan perkusi
- Perkusi dilakukan di atas region suprapubik (bila penuh akan terdengar
dullness)

Perkusi ginjal
- Atur posisi klien menjadi posisi duduk membelakangi pemeriksa
- Observasi sudut kostovertebral, perhatikan warna dan kesimetrisan
- Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan amati reaksi klien dan tanyakan apa
yang dirasakannya
- Lakukan hal yang sama pada bagian kanan
- Lakukan perkusi lebih lanjut dengan cara meletakkan telapak tangan non
dominan di atas kostovertebral dan lakukan perkusi (tumbukan) di atas telapak
tangan tersebut dengan menggunakan kepalan tangan dominan. Lakukan pula
untuk bagian yang lain.

5. Palpasi
Apa tujuan melakukan palpasi abdomen?

Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan


ujung jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang
relative paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan. Palpasi dibagi
atas:
 Palpasi dangkal
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan
berat jari tangan. Letakkan tangan dengan jari parallel terhadap perut. Gerakan
jari melingkar dan tekan ke bawah sedalam 1cm (subcutan). Lihat ekspresi wajah
klien. Anjurkan klien memberi tahu area nyeri.

Palpasi dangkal pada abdomen


Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 56

 Palpasi dalam
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan meletakkan jari-jari tangan
yang terdahulu, sehingga kita akan mendapatkan kesan pengkajian yang lebih
baik dari semula.

Secara khusus untuk mengetahui hepar, lien, renal dan vesika urinaria
1. Lakukan pada 4 kwadran dengan area sensitive paling akhir
2. Tekan ¼ distal permukaan tangan pada tangan yang lain yang diletakkan pada
dinding perut
3. Penekanan ke bawah dilakukan sedalam 4-5 cm atau mendekati jaringan
subcutan.
Catat adanya massa, jelaskan tentang: ukuran, lokasi, mobilitas, kontur
konsistensi & nyeri tekan.

Kesalahan: ditemui adanya masa padahal batas lateral M.rektus abdominalis dan
feces dalam kolon.

Palpasi dalam pada abdomen


Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing

 Palpasi bimanual

Palpasi bimanual
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing

Yaitu palpasi yang dilakukan degan menggunakan kedua belah jari tangan kanan
dan kiri sekaligus, di mana kita posisikan ujung-ujung jari kita pada tepi organ atau
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 57

benjolan yang diperiksa. Dengan menggerakkan kedua jari tangan secara


bergantian atau bersamaan akan diperoleh kesan tentang ukuran, konsistensi,
adanya perlekatan dengan sekitar atau tidak, serta tekstur permukaan objek tadi.
Krepitasi: pada saat palpasi kita merasakan seperti sesuatu yang bergesekan,
seperti ada barang yang hancur, ataupun bergesekan dengan yang lain.
 Palpasi ballottement
mirip dengan palpasi Bimanual, hanya saja pergerakan jari hanya dilakukan secara
bergantian, sehingga diperoleh kesan apakah objek tadi mengapung dalam suatu
wadah ataukan melekat pada bagian tubuh yang lain.
 Palpasi khusus
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan ujung-ujung jari telunjuk saja
atau jari telunjuk dengan jari tangah, yang kita kenal dengan Toocher. Sebagai
contoh yaitu pada Rectal Toucher dan Vaginal toucher.

Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:


a. Permukaan abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui:
 Adanya benjolan atau kerusakan kulit
 Ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
 Tekstur kulit abdomen
 Turgor kulit abdomen
 Konsistensi abdomen
 Suhu abdomen
b. Hepar/hati

Palpasi hepar
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing

Palpasi hepar dilakukan dengan palpasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan
tujuan terutama untuk mengetahui bila ada pembesaran hepar. Langkah palpasi
hepar:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 58

 Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke
11 atau 12.
 Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
 Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira-
kira 45o dengan otot rektus abdominal atau parallel terhadap otot rektus
abdominal dengan jari-jari ke arah tulang rusuk.
 Pada saat pasien ekshalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5 c ke arah bawah
pada batas tulang rusuk.
 Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
 Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal
terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk
menarik nafas dalam sementara posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih
sedikit diberi tekanan lebih dalam.
 Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.

c. Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila
terjadi abnormalitas. Langkah-langkah pada saat melakukan palpasi limpa pada
intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya tempat melakukan palpasi.
Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan
pola seperti pada palpasi hepar.
d. Ginjal

`
Palpasi ginjal
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing

Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun
sewaktu inhalasi.ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri,
karena ginjal kanan terletak lebih bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar
dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada
posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-langkah
palpasi ginjal adalah:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 59

 Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul
dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
 Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis
dari tepi bawah batas costa.
 Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik
nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba tapi pada orang
yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.
 Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran dan adanya nyeri
tekan.
 Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal
kanan

e. Kandung kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua
tangan. Kandung kemih teraba bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.

ABNORMALITAS ABDOMEN
Abnormalitas abdomen merupakan suatu kelainan yang muncul pada abdomen, serta
organ-organ yang ada di dalam abdomen. Abnormalitas abdomen dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan fisik baik anamnesa maupun melalui 4 tehnik inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palapasi. Dari abnormalitas ini nantinya akan bisa ditelusuri apa
yang menyebabkan terjadinya abnormalitas pada daerah tersebut untuk kemudian
dicarikan solusi, perawatan dan terapi yang bagaimana yang akan cocok untuk
dilakukan masalah tersebut.
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan
fisik yang dilakukan diantaranya:
1. Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
a. Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
b. Bila ada luka, adakah pus atau serum, adanya pus mengartikan bahwa telah
terjadi peradangan pada daerah abdomen.
c. Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen. Nodul atau massa pada
abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tidak ganas.
Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
d. Hyperpigmentasi kulit abdomen. Pada pasian yang sedang hamil,
hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi, namun
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 60

bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka
hal ini terjadi pada pasien yang mengalami asites.
e. Adanya gelombang peristaltic menandakan adanya obstruksi di GI.
f. Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortic
g. Bentuk abdomen. Pada pasien dengan marasmus perut akan terlihat sangat
kurus dan cekung. Sebaliknya pada pasien-pasien yang mangalami sirosis
hepatis, biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang
berlebihan. Selain itu pada pasien dewasa biasanya juga dapat dijumpai perut
yang buncit, banyak factor yang mempengaruhinya, dari penumpukan lemak,
BAB yang tak lancar, yang kesemuanya itu akan meningkatkan resiko penyakit
bagi orang tersebut terlebih resiko PJK.
2. Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya:
a. Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen. Nodul atau
massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas atau pun tak
ganas selain itu juga bisa merupakan suatu hermia.
b. Nyeri dan nyeri tekan. Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di
daerah tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosaan serta
perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.

3. Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan abdomen adalah:
a. Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat
ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang asites.
b. Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali
ataupun slenomegali.
c. Pada vesika urinaria terdengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urin
dalam vesika urinaria.

4. Aukskultasi
a. Penurunan atau peningkatan bising usus. Bising usus mengikat pada saat
seorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang konstipasi.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 61

b. Bruits: suara meniup dan menyembur dari sistolik murmur. Menandakan adanya
konstriksi pembuluh darah. Dapat didengar pada aorta (aneurisma), arteri, renal,
arteri iliaca.
c. Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis. Disebabkan karena
arteri renalis mengalami perforasi.
d. Friction rubs: bunyi gesekan antara dua kulit. Menandakan adanya tumor
hepatic, infark splenikus.
e. Venous hum: didengar di daerah periumbilical. Pada pasien Cirrhosis (sirkulasi
hepatic).

Teknik Khusus Pada Pemeriksaan Fisik Abdomen

Jelaskan tujuan dan cara pemeriksaan shifting dullness dan catat penemuan
normal dan abnormal!

Jelaskan tujuan dan cara pemeriksaan fluidwave dan catat penemuan normal dan
abnormal!
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 62

Jelaskan tujuan dan cara pemeriksaan ballotement dan catat penemuan normal
dan abnormal

Jelaskan cara pemeriksaan appendicitis test dan catat penemuan normal dan
abnormal
- Rovsing sign

DAFTAR PUSAKA

Bates. B (1974). A Guide to physical examination, Philadelphia and Toronto: J.B.


Lippincott Company.
Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing: Concept,
process, and practice. NewJersey: Prentice-Hall Inc.
Perry, Potter, & Elkin (2012). Nursing intervention and clinical skills 5 th edition. St. Louis
Missouri: Elsevier Mosby.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 67

PEMASANGAN KATETER URIN

Definisi
Pemasangan selang ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk
mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan prinsip aseptik.

Jenis Kateter

No. Nama Indikasi Kontra Indikasi


1. Kateter kondom

2. Kateter Dower/
Foley
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 68

Alat dan Bahan


Nampan berisi:
1. Sarung tangan bersih
2. Senter
3. Larutan antiseptik
4. NaCl steril
5. Plester dan gunting
6. Jelly/lidokain
7. Bengkok

Nampan berisi:
1. Sarung tangan steril
2. Kain steril/duk berlubang
3. Com kecil
4. Kapas usap

Cara Kerja

No. Tindakan Penilaian


Tgl: Tgl: Tgl:
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
PRAINTERAKSI (persiapan perawat dan alat):
1. Siapkan diri perawat:
- Cuci tangan
- Kaji status klien dan cek instruksi dokter
- Pilih tipe dan ukuran kateter yang spesifik.
Tentukan apakah menggunakan kateter
dower/kondom
- Kaji kebutuhan pengumpulan urin untuk
pemeriksaan laboratorium
2. Siapkan alat:
- urine bag, set kateter, jelly, plester
- Set bengkok + pinset steril
- sarung tangan steril
- perlak/ alas pada klien
- spuit isi aquadest
- kapas + cairan sublimat
- handuk kecil+waskom isi air hangat + sabun
- sampiran
- penerangan cukup terang
ORIENTASI (persiapan klien):
- Jelaskan prosedur
- Pertahankan privasi klien: pasang sampiran/
3. tarik tirai
- Berikan posisi yang nyaman: posisi dorsal
recumbent dengan lutut fleksi (wanita) dan
posisi supine dengan kaki abduksi (pria).
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 69

IMPLEMENTASI
4. Perkusi & palpasi kandung kemih untuk
mengkaji adanya retensi urin
5. Pasang sarung tangan
6. Lakukan vulva hygiene atau perineal hygiene
7. Buka set kateter, isi spuit dengan air steril bila
belum diisi sebelumnya, dan cek balon katetr
dengan cara mengembangkannya
8. Berikan jelly di ujung kateter dan masukan
kateter sampai urin mengalir. Ketika urin
mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominan
dari labia atau dari penis ke kateter, 2 cm dari
meatus untuk menahan kateter agar tidak
terdorong ke luar. Tangan dominan
menghubungkan ujung kateter ke urine bag.
9. Jika menggunakan dower kateter, isi balon
sesuai kapasitas kateter kemudian tarik kateter
kira-kira 2,5 cm
10. Lepas sarung tangan steril
11. Plester kateter. Pria: ke abdomen bagian
bawah. Wanita: ke arah paha
12. Bantu pasien pada posisi yang nyaman
13. Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali
pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali
pakai
14. Cuci tangan
EVALUASI
Indwelling kateter masuk secara benar, straight
15. kateter masuk dan dilepas tanpa menimbulkan
rasa sakit, dan pasien nyaman
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
15
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 70

REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi
di bawah ini:
1. Perasaan :

2. Evaluasi (kesulitan/kendala/hal yang sudah bagus dilakukan) :

3. Tindak lanjut :

.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 71

PERAWATAN KOLOSTOMI

Definisi
Menjaga kebersihan dengan membersihkan stoma, lokasi kolostomi dan mengosongkan
kantung kolostomi secara teratur.

Tujuan:
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan teori yang mendasari prosedur perawatan kolostomi
2. Melakukan perawatan kolostomi pada boneka peraga
3. Mengenal jenis-jenis kolostomi berdasarkan sifat penggunaanya, tipenya, dan
lokasinya

Indikasi pasien yang akan dilakukan pemasangan kolostomi

Apa komplikasi pemasangan kolostomi?

Apa saja yang perlu dikaji dan diobservasi pada klien pasca pemasangan
kolostomi:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 72

Alat dan Bahan


1. Sarung tangan bersih
2. Perlak dan pengalas
3. Duk
4. Kapas usap dan potongan kasa
5. Kantung kolostomi dengan klem
6. Panduan ukuran stoma dan spidol
7. Kassa steril dan kapas lidi
8. NaCl 0,9%
9. Zink Salep
10. Metronidazol yang sudah digerus (untuk mengurangi bau)
11. Pelapis kulit
12. Pispot dengan penutup
13. Bengkok
14. Plester hipoalergik dan gunting
15. Washlap, tissue, waskom berisi air hangat untuk membersihkan (jika feses
rembes keluar dari kantong olostomy dan mengotori area di sekitar abdomen)

Cara Kerja

No. Tindakan Penilaian


Tgl: Tgl: Tgl:
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
Persiapan
1. Persiapan klien dan keluarga
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
2. Menjelaskan prosedur tindakan
3. Atur posisi klien sesuai kebutuhan bisa
duduk atau fowler
Prosedur
2 Kaji kondisi kantong/barier kulit yang
terpasang untuk melihat adanya kebocoran
dan perhatikan penampakan stoma di
bawahnya dan insisi bedah. Tanyakan klien
tentang rasa tidak nyaman di sekitar stoma.
3. Perhatikan jumlah feses/cairan yang keluar
dari stoma.
4. Kaji kulit di sekitar stoma, perhatikan adanya
jaringan parut, lipatan, atau tonjolan kulit.
5. Jelaskan prosedur dan pastikan klien
mengobservasi prosedur. Jaga privacy klien
dengan memasang sampiran.
6. Atur posisi pasien klien senyaman mungkin,
bisa duduk atau tiduran.
7. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
8. Pasang perlak dan pengalasnya di bagian
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 73

bawah anus buatan.


9. Dekatkan nierbekken dan kantong plastik
10. Buka pakaian klien bagian atas sebagian
11. Lepaskan kantong stoma/colostomy bag yang
lama dengan cara: apabila terdapat jahitan
post op laparatomy, maka pertama kali
lepaskan perekat pada daerah yang paling
jauh dari jahitan dan kemudian tekan pelan-
pelan kulit dinding abdomen sehingga perekat
yang dekat dengan jahitan lepas semua dan
perhatikan jangan sampai feses tumpah dan
buang ke tempat sampah.
12. Bersihkan stoma dengan air hangat dan kulit
sekitar stoma dengan sabun/pembersih kulit
yang lembut, lalu bilas dengan air hangat dan
keringkan dengan washlap/kassa/tissue.
13. Observasi stoma dan daerah sekitar stoma
kemudian tutup/dililit sementara dengan kassa
lembab.
14. Apabila terdapat lipatan abdomen atau kontur
abdomen tidak beraturan, isi dengan barier
tipe pasta. Biarkan pasta mongering selama 1
sampai 2 menit.
15. Bila ada iritasi di area dekat stoma, oleskan
zink salep.
16. Siapkan kantong kolostomy yang baru, ukur
besarnya stoma dengan menggunakan stoma
guide, lalu ukur pada kantong stoma dan beri
tanda dengan menggunakan spidol,
selanjutnya gunting ukuran tersebut lebih
besar sedikit (sekitar 0,2-0,5 cm).
17. Lepas lapisan kertas pada perekat (wafer)
bagian bawahnya lalu tempelkan pada kulit
sekitar stoma bagian bawah kemudian
lepaskan semua kertas perlahan-lahan dan
rekatkan secara melingkar (usahakan jangan
sampai ada kerutan).
18. Pasang plester hipoalergik sesuai kebutuhan
pada sisi lempengan di atas barier kulit.

19. Lipat ujung bagian bawah kantong ke arah


atas untuk menyesuaikan dengan klem atau
peralatan penutup kolostomy bag.
20. Rapihkan kembali baju klien.
21. Buka sarung tangan yang kotor, dan buang ke
tempat sampah yang sesuai. Angkat perlak,
rapihkan alat-alat dan perawat mencuci
tangan.
22. Bantu klien untuk mengambil posisi yang
nyaman jika dibutuhkan.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 74

23. Dokumentasi: tipe kantong dan barier kulit,


jumlah dan penampakan feses, kondisi stoma
dan kulit disekitarnya, kemampuan klien untuk
melakukan perawatan ostomi secara mandiri.
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
23

Hal-hal yang perlu diperhatikan


- Penggantian kantong dilakukan jika feses sudah mencapai maksimal 2/3 kantong
atau sesuai kebutuhan dan kondisi klien.
- Observasi karakter, warna, bau, dan jumlah feses. Observasi bentuk, warna, dan
ukuran stoma juga proses penyembuhannya dan tanda-tanda infeksi pada stoma.
- Jenis kolostomi bag yang digunakan:

Post op sampai hari ke 5 menggunakan kantong yang transparan agar memudahkan


mengobservasi stoma, dan untuk selanjutnya dapat menggunakan yang
opaque/berwarna coklat. Apabila klien menggunakan kolostomi bag two piece maka
rekatkan dulu wafernya melingkari stoma dan kemudian baru rekatkan stoma bagnya.
Pertahankan kulit di sekitar stoma tetap bersih dan kering dengan cara: Bila permukaan
kulit tidak rata, beri pasta untuk meratakan permukaan kulit dan biarkan pasta
mengering dalam waktu 1-2 menit, kemudian baru tempelkan wafernya. Jika permukaan
kulit teriritasi, berikan salep atau powder secara tipis dan merata lalu tempelkan
wafernya jika kulit teriritasi sementara jangan menggunakan pasta). Saat melakukan
perawatan stoma, pertahankan teknik aseptic dan antiseptic sampai hari ke 7 post op
dan selanjutnya dengan prinsip bersih.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 75

REFERENSI

Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar. (2002). Penuntun praktikum


proses keperawatan dan kebutuhan dasar manusia I. Panduan tidak
dipublikasikan.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Burkitt. H.G. and Clive R.G.Q. (2002). Essential surgery: Problems, diagnosis and
management. Third Edition. New York: Churchill Livingstone.
Ganong W.F. (2002). Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC.
Guyton A. C, Hall J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2004). Fundamentals of nursing:
Concepts, process, & practice. (7th ed.). New Jersey: Pearson Education.
Mc Cann, J.A.S. (2004). Nursing procedures 4th Ed. Philadelphia: Liipincott.
Perry, A.G. & Potter, P.A. (1997). Clinical nursing skills & techniques. (3rd ed.) St. Louis:
Mosby-Year Book.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Potter & Perry’s fundamentals of nursing. Sydney: A
Harcourt Health Sciences Company.
Price, S.A. and Lorraine M,W, (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Timby B. K., Carmack A., Rupert D.L. (2012). Lippincott’s Review for NCLEX-PN. China:
Lippincott Williams & Wilkins.
Van De Graft. (2007). Human anatomy. Sixth Edition. New York: McGraw Hill.
Wim de Jong dan R. Sjamsuhidajat (2005). Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 76

PENGKAJIAN FISIK ISTIRAHAT DAN TIDUR

Tujuan Pembelajaran
Bila dihadapkan pada pasien, mahasiswa mampu:
1. Melakukan anamnesis/ wawancara terkait keluhan istirahat dan tidur
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan istirahat dan tidur
3. Memanfaatkan hasil pemeriksaan fisik dan wawancara dengan pasien untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan

Indikasi

Diagnosis/ Masalah
Data-data pengkajian dapat menunjukkan karakteristik untuk penegakkan diagnosis
keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan pola tidur
2. Insomnia
3. Deprivasi tidur

Kegiatan
1. Jelaskan fisologi tidur yang terjadi pada orang dewasa?

2. Jelaskan fase-fase tidur yang terjadi pada orang tidur?


REM (Rapid eye movement)

NREM (non-rapid eye movement)


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 77

3. Sebutkan dan jelaskan macam sleep disorder?

4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur


- Personal habit

- Sleeping environment

- Faktor lain seperti: kondisi fisik, psikologis, politik sosio ekonomi, dan
medikasi

Pengkajian aktivitas/ istirahat


Gejala (Subjektif)
Pekerjaan ................................................. Aktivitas/ hobi ...................................
Aktivitas waktu luang ...........................................................................................
Perasaan bosan/ tidak puas ....................................................................................
Keterbatasan karena kondisi .................................................................................
Tidur jam ................. Tidur siang ......................... Kebiasaan tidur ....................
Insomnia ................................ Yang berhubungan dengan ......................
Rasa segar saat bangun .............................................................................
Lain-lain ....................................................................................................
Secara umum, bagaimana gambaran keadaan tidur anda .....................................
Apakah anda mempunyai gangguan tidur seperti insomnia, mimpi buruk,
kualitas tidur yang rendah, masalah pernafasan saat tidur, masalah pergerakan
saat tidur, atau yang lain? .....................................................................................
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 78

Apakah saat ini anda mengkonsumsi vitamin atau obat tertentu?


...............................................................................................................................
Riwayat terdahulu ................................................................................................

Tanda (objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati: Kardiovaskular ..................................
Pernafasan .........................................
Status mental (mis., menarik diri/ letargi) .............................................................
Pengkajian neuromuskular ....................................................................................
Massa/ tonus otot .......................................................................................
Postur ............................................... Tremor ............................................
Rentang gerak ................................... Kekuatan ........................................
Deformitas .................................................................................................
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 79

TEKNIK RELAKSASI

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa mampu membantu pasien simulasi dalam
melakukan teknik relaksasi dalam bentuk
1. Melakukan pengkajian terkait respon pasien
2. Membuat rencana asuhan keperawatan pasien
3. Melakukan teknik relaksasi seperti aromaterapi, latihan nafas dalam, aktivitas
fisik, massage, terapi musik dll

Indikasi

Cara Kerja Latihan Nafas Dalam

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
2 Menjelaskan prosedur dan meminta
persetujuan kepada pasien
3 Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin
4 Minta pasien untuk menempatkan
tangannya ke perut
5 Minta pasien untuk bernafas secara pelan
dan dalam
6 Minta pasien untuk menahan nafas
selama beberap detik, kemudian
keluarkan nafas secara perlahan melalui
mulut
7 Beritahukan pasien bahwa pada saat
mengeluarkan napas, mulut pada posisi
mencucu (pursed lip)
8 Lakukan latihan nafas dalam hingga 4-5
kali
9 Menyampaikan bahwa tindakan telah
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 80

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
selesai dan menanyakan respon setelah
tindakan
10 Merapikan pasien dan memposisikan
senyaman mungkin
11 Melakukan terminasi dan mengucapkan
salam
12 Melakukan dokumentasi tindakan
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
12

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 81

GUIDED IMAGERY

Pada intervensi ini, pasien dipandu untuk melalui proses yang memungkinkan mereka
untuk mengalihkan fokus, mengalihkan atau mengurangi perhatian mereka terhadap
kenyamanan kepada sesuatu yang lebih nyaman, menyenangkan, dan santai. Teknik ini
dapat membantu pasien untuk mengalihkan fokus mereka dari ketidaknyamanan dan
menemukan tempat yang menyenangkan.

Alat-alat:
- Alat audio+musik dengan irama yang lembut

Cara Kerja

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
2 Menjelaskan prosedur dan meminta
persetujuan kepada pasien
3 Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin
4 Melakukan anamnesis untuk mengetahui
riwayat kesehatan terkait keluhan
istirahat/tidur
5 Menjelaskan kepada pasien tujuan
melakukan guided imagery
6 Mengarahkan perhatian klien dari
nyeri/ketegangan dengan menggunakan
teknik distraksi
7 Meminta klien untuk menutup matanya
atau berfokus pada suatu objek
8 Menginstruksikan klien untuk
berkonsentrasi dalam melakukan
pernapasan secara perlahan dan
berirama.
Bimbing klien untuk bernapas atau
instruksikan klien untuk mengontrol dan
berkonsentrasi pada pernapasannya
9 Melanjutkan teknik relaksasi dengan
menggunakan metode berikut:
a. Gunakan musik yang telah dipilih
oleh klien
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 82

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
 Menekankan ritme
 Menyesuikan volume
sesuai dengan rasa nyeri/
ketegangan yang
meningkat ataupun
berkurang
b. Arahkan klien untuk memebrikan/
membayangkan detail setiap
kejadian atau cerita
c. Selama melakukan latihan guided
imagery, arahkan klien:
 Instruksikan klien untuk
membayangkan bahwa
udara yang dihirup adalah
suatu bola dari energi
kesembuhan
 Bayangkan udara dihirup
berjalan menuju area yang
terasa tegang
d. Perawat dapat juga mengarahkan
latihan guided imagery;
 Anjurkan klien untuk
memikirkan tempat-tempat
yang menyenangkan
seperti pantai dan
pegunungan
 Arahkan klien untuk
merasakan semua aspek
sensori dari pantai itu
sendiri, seperti angin yang
hangat, pasir pantai yang
hangat yang menyentuh
jemari kaki, hangatnya
sinar matahari, suara
ombak, dan wewangian
laut, burung camar yang
terlepas di udara, dll
 Lanjutkan dengan bernafas
dalam, perlahan dan
berirama
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 83

Penilaian
No Langkah-langkah Tgl. Tgl. Tgl.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
 Hitung sampai hitungan ke
tiga, tarik nafas, dan buka
mata perlahan-lahan (jika
klien terlihat tertidur
tinggalkan klien dalam
kondisi aman)

10 Berikan klien waktu untuk melakukan


latihan tanpa adanya gangguan
11 Menyampaikan bahwa tindakan telah
selesai dan menanyakan respon setelah
tindakan
12 Merapikan pasien dan memposisikan
senyaman mungkin
13 Melakukan terminasi dan mengucapkan
salam
14 Melakukan dokumentasi tindakan
Nama Observer
Nilai

Keterangan Kriteria Penilaian


- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat) - Baik Sekali : 100
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang) - Baik : 81 – 99
- Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai = × 100 =
14

Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:

Anda mungkin juga menyukai