Anda di halaman 1dari 4

Nama : Zaenudin

Kelas : B
NPM : 1706107642
Topik : Emergency Respirasi
Sub Topik : Pemeriksaan diagnostik yang penting dan hasil yang ditemukan

Kasus
Seorang laki-laki berusia 30 tahun diantar ke IGD korban kecelakaan lalu lintas. Hasil
pengkajian pasien mengeluh nyeri saat bernapas, kesadaran cm, TD 130/90 mmHg, frekuensi
napas 30x/menit dangkal, pengembangan paru tidak simetris, frekuensi nadi 110x/menit,
serta terdapat jejas pada bagian dada.

Tension pneumothorax merupakan kondisi dimana udara yang terkumpul dalam rongga
pleura tidak dapat keluar, tetapi udara dari paru-paru terus masuk ke rongga pleura tersebut
sehingga tidak hanya menekan paru-paru saja melainkan juga menekan jantung, pembuluh
darah yang besar, struktur mediastinum dan trakhea bergeser ke arah dada yang berlawanan
(Timby & Smith, 2010). Menurut Bethel (2008) Tension pneumothorax ditandai dengan
pengumpulan udara yang meluas di rongga pleura dengan konsekuensi resiko kematian
akibat gagal nafas dan gagal jantung. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan antara
lain yaitu :
a. Rontgen thorax
Rontgen thorax dapat mengevaluasi struktur organ dalam dada yang merupakan
pilihan awal dalam kasus trauma dada tumpul. Hasil rontgen thorax ini dapat kita
temukan kemungkinan menunjukkan adanya fraktur dinding dada, cidera pada
jantung atau pembuluh darah besar, dan menunjukkan akumulasi udara dan cairan di
rongga pleura serta dapat menunjukkan pergeseran struktur mediastinum/jantung
(Doenges, Moorhouse & Murr, 2014). Menurut Black & Hawks (2014) pemeriksaan
rontgen dada dapat menunjukkan sedikit pergeseran trachea ke arah sisi sehat dan
retraksi paru kembali dari pleura parietal. Pada rontgen dada, penumothorax
ditampilkan dalam persentase. Misalkan klien mempunyai pneumothorax 100%
komplit atau 10% parsial. Penggunaan persentase memungkinakan evaluasi
progresivitas pada rontgen berikutnya.
Gambaran tension pneumothorax kanan
Sumber gambar : https://dokumen.tips/documents/gambaran-radiologi-efusi-dan-
pneumothorax.html

Menurut Putra & Laksminingsih (2013) gambaran rontgen thorax pada pneumothorax
akan tampak lusen, rata dan paru kolaps akan tampak garis-garis yang merupakan tepi
paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk
lobuler sesuai dengan lobus paru. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang
sehat, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.

b. CT-scan thorax
Ct-scan thorax dapat memperjelas anatomi organ di dalam dada dan memperlihatkan
lokasi yang mengalami kelainan. Tapi pemeriksaan dini dengan CT scan dada ini
kemungkinan akan mempengaruhi managemen terapeutik. (Doenges, Moorhouse &
Murr, 2014). Pada pemeriksaan ct-scan thorax dapat diperoleh gambaran adanya
kolaps paru, udara di rongga pleura, dan deviasi dari struktur mediastinum.
Pemeriksaan ct-scan lebih sensitif daripada foto toraks pada pneumothorax minimal.
Menurut Sharma & Jindal (2008) CT-Scan thoraks dianggap sebagai gold standar
diagnostik untuk pneumothoraks, namun memiliki beberapa kekurangan, termasuk
kebutuhan untuk transportasi pasien (pasien tidak layak, pada pasien tidak stabil) dan
radiasi yang tinggi.
Sumber gambar : https://radiopaedia.org/cases/tension-pneumothorax-12

c. USG Toraks
Pemeriksaaan ultrasonografi, merupakan bagian dari pemeriksaan extended focused
assessment with sonography for trauma (eFAST) untuk pasien trauma. Ultrasonografi
paru telah muncul dalam dekade terakhir sebagai teknik baru dan sensitif dalam
evaluasi penyakit pernapasan. Dengan sensitivitas untuk mendeteksi pneumothoraks
berkisar 92% sampai 100% pada pasien dengan trauma tumpul (Putra &
Laksminingsih, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husain Lubna et al (2012)
menunjukkan bahwa USG thoraks dapat digunakan untuk diagnosis pneumothorax.
Tanda-tanda sonografi, termasuk 'lung sliding', 'B-lines' atau 'comet tail artifacts', 'A-
lines', dan 'the lung point sign' dapat membantu dalam diagnosis pneumotoraks.
'B-lines' atau 'comet-tail artifacts' terlihat
berasal dari garis pleura hyperechoic putih
terang, memanjang secara vertikal ke tepi
layar. 'B-lines' bergerak selaras dengan pleura
geser di paru-paru normal yang terisi udara.

Sumber gambar:
http://www.onlinejets.org/viewimage.asp?img=JEmergTraumaShock_2012_5_1_76_
93116_u2.jpg
d. Pemeriksaan analisa gas darah
Menurut Black & Hawks (2014) ketika pergeseran mediastinum sudah parah dan
tidak diperbaiki segera, maka pada pemeriksaan analisis gas darah akan menunjukkan
asidosis respiratorik. Menurut Sharma & Jindal (2008) juga dapat terjadi hipoksia dan
hiperkarbia.

Referensi

Bethel Jim.(2008). Outlines some of the challenges associated with diagnoes of tension
pneumothoraces. Emergency Nurse: the journal of the RCN Accident and
Emergency Nursing Association Vol.16 No.4:26-29
Black Joyce M., Hawks Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan Ed.8 (Joko Mulyanto, Nurhuda Hendra Setiyawan,
Kusrini S. Kadar, Sari Kurnianingsih, Rinda Martanti, Natalia, Yudhi Wibowo,
Lantip Rujito, Evy Sulistyoningrum, Susiana Candrawati, Penerjemah). Jakarta:
Salemba Medika
Doenges Marilynn E., Moorhouse Mary F., Murr Alice C.(2014). Nursing Care Plan:
Guidelines for Individualizing Client Care Across the Life Span Ed.9. Philadelphia:
F.A. Davis Company
Husain Lubna F. et al. (2012). Sonographic diagnosis of pneumothorax. Journal of
Emergencies, Trauma, and Shock Vol.5 No.1:76-81 diakses
http://www.onlinejets.org/article.asp?issn=0974-
2700;year=2012;volume=5;issue=1;spage=76;epage=81;aulast=Husain
Putra Putu A. S. & Laksminingsih Nyoman S. (2013). Gambaran radiologis pada occult
pneumothoraks. Jurnal Medika Udayana Vol.2 No.1:1-19
Sharma Anita & Jindal Parul.(2008). Principles of diagnosis and management of traumatic
pneumothorax. Journal of Emergencies, Trauma, and Shock Vol.1 No.1:34-41 diakses
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2700561/
Timby Barbara K. & Smith Nancy E. (2010). Introductory Medical-Surgical Nursing Ed.10.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai