Anda di halaman 1dari 17

RINGKASAN KONSEP KESEHATAN SEKOLAH

3.1 Pengertian

James FMckenzie, dkk (2007: 147), mengemukakan bahwa program kesehatan


sekolah merupakan suatu komponen penting dalam kesehatan masyarakat, walau
tanggung jawab utama untuk kesehatan anak usia sekolah berada ditangan orang tua/wali,
sekolah memiliki potensi yang sangat dominan untuk mempengaruhi kesehatan anak,
kehidupan keluarga, dan kesehatan masyarakat. Departemen Pendidikan dan kebudayaan
menyatakan usaha kesehatan sekolah adalah upaya membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah (Effendi,
2009). Departemen kesehatan menyatakan usaha kesehatan sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta
lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama (Effendi,2009). UKS bukan hanya
dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia. Health Promoting School
adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak
yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang
sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses
terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan
kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
3.2 Tujuan

Tujuan diadakannya kesehatan sekolah yaitu mempromosikan penerapan gaya


hidup yang kondusif bagi kesehatan yang baik, menyediakan lingkungan yang
mendukung dan mendorong gaya hidup sehat, memungkinkan siswa dan staf untuk
mengambil tindakan untuk komunitas dan hidup yang lebih sehat (Langford, Rebecca.,
Bonell, Christopher P., Jones, Hayley E., et all, 2014).

3.3 Manfaat

3.3.1 Kurikulum kesehatan formal, topik pendidikan kesehatan diberikan alokasi


waktu khusus dalam kurikulum sekolah formal untuk membantu siswa
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
pilihan sehat.

3.3.2 Etos dan lingkungan sekolah, kesehatan dan kesejahteraan siswa dan staf
dipromosikan melalui kurikulum 'informal', yang mencakup nilai-nilai dan sikap
yang dipromosikan di dalam sekolah, serta lingkungan fisik dan lingkungan
sekolah

3.3.3 Keterlibatan dengan keluarga atau komunitas atau keduanya, sekolah


berusaha untuk terlibat dengan keluarga, agensi luar, dan komunitas yang lebih
luas dalam mengakui pentingnya pengaruh lain ini terhadap sikap dan perilaku
anak-anak.

3.4 Kemitraan dan Kebijakan Kesehatan Sekolah

Di Indonesia kebijakan mengenai kesehatan sekolah dipaparkan dalam peraturan bersama


(SKB) 4 Menteri tentang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Peraturan Bersama (SKB) 4
Menteri adalah keputusan bersama antara Mendikbud, Menkes, Menag dan Mendagri No
6/X/PB/2014, No 73 Tahun 2014, No 41 Tahun 2014, No 81 Tahun 2014 tentang
pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan Sekolah/Madrasah. Pertimbangan yang
menjadikan dasar diterbitkannya peraturan tersebut adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi belajar peserta didik yang memperhatikan perilaku dan
lingkungan hidup yang sehat dengan cara melakukan pembinaan dan pengembangan
usaha kesehatan sekolah, madrasah di setiap sekolah/madrasah.

Peraturan SKB 4 Menteri ini menjelaskan bahwa tujuan dibentuknya UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih sehat serta menciptakan
lingkungan pendidikan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis pada peserta didik. Sasaran UKS pada peraturan ini adalah
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat sekolah. Kegiatan pokok
UKS dilaksanakan melalui Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan
dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Pendidikan kesehatan yang dilakukan di UKS pada peraturan SKB 4 menteri ini meliputi
meningkatkan pengetahuan, perilaku, sikap, dan keterampilan untuk hidup bersih dan
sehat, penanaman dan pembiasaan hidup bersih sehat, pembudayaan pola hidup sehat
agar dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Pelayanan pelayanan
kesehatan meliputi stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK),
penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala, pembinaan PHBS,
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) / Pertolongan pertama pada penyakit (P3P),
Pemberian imunisasi, Tes kebugaran jasmani, Pemberantasan srang nyamuk (PSN),
Pemberian tablet tambah darah, Pemberian Obat Cacing, Pemanfaat halaman sekolah
sebagai tanaman obat keluarga (TOGA), Penyuluhan kesehatan dan konseling,
Pembinaan dan pengawasan kantin sehat, Informasi gizi, Pemulihan pasca sakit, Rujukan
ksehatan ke puskesmas. Sedangkan pada pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi
Pelaksanaan kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan, kerindangan,
dan kekeluargaan (7R), Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk
bebas asap rokok, pornografi, narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA)
dan kekerasan, dan yang terakhir adalah pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah.

Pembinaan dan Pengembangan UKS dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota yang


dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri baik secara mandiri maupun
bersama-sama sesuai dengan tugas dan fungsinya. Keanggotaan UKS terdiri dari tim
pembina UKS dan Tim Pelaksana UKS yang terdiri dari Tim Pembina UKS pusat,
provinsi, kabuoaten, kecamatan serta Tim Pelaksana UKS. Keanggotaan tim pelaksana
UKS di sekolah/madrasah ditetapkan oleh kepala sekolah terdiri dari unsur
desa/kelurahan, sekolah/madrasah, Puskesmas, UPTD dinas pendidikan kecamatan,
pendidik, OSIS, Komite sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lain yang relevan
sesuai kebutuhan.

Pada tahap pengawasan dan Pelaporan program UKS secara nasional diawai oleh pihak
Inspektorat Jendral di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri baik secara mandiri
maupun bersama-sama. Pelaporan dilakukan secara rutin setiap 3 bulan meliputi jenis,
tenaga dan hasil penyelenggaraan kesehatan sekolah/madrasah. Pelaksanaa pemantauan,
evaluasi, dan koordinasi dilakukan secara berjenjang paling sedikit 2 (dua) kali dalam
setahun. Seangkan untuk pembiayaan pembinaan dan pengembangan UKS dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara, anggran pendapatan dan belanja daerah
provinsi, anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan sumber lain yang
sah dan tidak mengikat.

3.5 Model Kesehatan Sekolah

3.5.1 Comprehensive School Health Model


Comprehensive School Health Model adalah model kesehatan sekolah yang tidak
hanya membahas tentang kondisi kelas tetapi mencakup keseluruhan lingkungan
sekolah yang mencakup empat pilar yang berbeda namun saling terkait yang
memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan sekolah yang komprehensif (Nies
& McEwen, 2018). Prinsip Comprehensive School Health Model:
a. Mengakui bahwa siswa yang sehat akan belajar lebih baik dan berprestasi
lebih tinggi
b. Mengerti bahwa sekolah dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan
dan perilaku siswa
c. Mendorong pilihan gaya hidup sehat, dan mendorong kesehatan dan
kesejahteraan siswa
d. Menggabungkan kesehatan ke dalam seua aspek sekolah dan
pembelajaran
e. Menghubungkan masalah dan sistem kesehatan Pendidikan
f. Membutuhkan partisipasi dan dukungan keluarga masyarakat luas.
Empat pilar Comprehensive School Health Model, adalah (Nies & McEwen,
2018):
a. Lingkungan sosial dan fisik
1) Lingkungan sosialnya adalah:
a) Kualitas hubungan antara dan antar staf dan siswa sekolah
b) Kesejahteraan emosional siswa
c) Dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga dan masyarakat
lain
2) Lingkungan fisik meliputi:
a) Bangunan, lapangan, tempat bermain, dan peralatan di dalam
dan sekitar sekolah
b) Fasilitas dasar seperti sanitasi dan kebersihan udara
b. Mengajar dan belajar
Sumber daya, kegiatan dan kurikulumprovinsi/wilayah dimana siswa
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sesuai usia, membantu
membangun keterampilan untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
mereka.
c. Kebijakan sekolah sehat
Praktik manajemen, proses pengambilan keputusan, peraturan, prosedur dan
kebijakan di semua tingkat yang mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan dan membentuk lingkungan sekolah yang hormat, ramah dan
peduli.
d. Kemitraan dan layanan
1) Kemitraan adalah:
a) Hubungan antara keluarga sekolah dan siswa
b) Hubungan kerja mendukung di sekolah (staf dan siswa), antara
sekolah, dan antara sekolah dan organsasi masyarakat lainnya
dan kelompok perwakilan.
c) Kesehatan, pendidikan dan sektor lain yang bekerja sama
untuk memajukan kesehatan sekolah.
2) Layanan adalah layanan berbasis masyarakat dan sekolah yang
mendukung dan meningkatkan kesehatan siswa dan staf.

3.5.2 Whole School, Whole Community, Whole Child (WSCC) Model


Model WSCC mencerminkan sekolah sebagai bagian sentral dan integral dari
masyarakat, dan mencerminkan integrasi dan keselarasan yang lebih besar antara
pembelajaran dan kesehatan. Terdapat 10 komponen dari model WSCC ini,
diantaranya (Centers for Disease Control and Prevention, 2018):
a. Pendidikan kesehatan
b. Pendidikan jasmani dan aktivitas fisik
Kurikulum harus didasarkan pada standar nasional untuk pendidikan jasmani,
dan kelas harus diajarkan oleh guru bersertifikat atau berlisensi yang disahkan
oleh negara untuk mengajar pendidikan jasmani.
c. Lingkungan dan layanan nutrisi
Lingkungan nutrisi sekolah memberikan siswa kesempatan untuk belajar
tentang pola makan sehat dan mempraktikkan pola makan sehat melalui
pendidikan gizi. Layanan nutrisi sekolah menyediakan makanan dan makanan ringan
yang memenuhi standar nutrisi.
d. Pelayanan kesehatan
Layanan kesehatan sekolah mengatasi masalah kesehatan aktual dan potensial,
termasuk memberikan pertolongan pertama, perawatan darurat dan penilaian
dan perencanaan untuk pengelolaan kondisi kronis (seperti asma, alergi
makanan atau diabetes). Layanan kesehatan juga memfasilitasi akses ke dan /
atau rujukan ke penyedia layanan.
e. Konseling, psikologis dan layanan sosial
Layanan ini berupa pencegahan atau penatalaksanaan untuk mendukung
kesehatan mental, perilaku, sosio-emosional siswa dan mempromosikan
keberhasilan dalam proses pembelajaran.

f. Iklim sosial dan emosional


Iklim sosial dan emosional suatu sekolah dapat memengaruhi keterlibatan siswa dalam
kegiatan sekolah; hubungan dengan siswa lain, staf, keluarga dan masyarakat; dan
kinerja akademik.
g. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik sekolah yang sehat dan aman akan menunjang keberhasilan
pembelajaran dengan memastikan kesehatan dan keselamatan siswa dan staf.
Lingkungan sekolah yang sehat dan aman yaitu lingkungan yang melindungi
penghuni dari ancaman fisik, agen biologi dan kimia di udara, air, atau tanah atau
lainnya.
h. Kesehatan karyawan
Pendekatan kesehatan karyawan sekolah yang komprehensif adalah serangkaian
program, kebijakan, manfaat, dan dukungan lingkungan yang terkoordinasi yang
dirancang untuk mengatasi berbagai faktor risiko (misalnya, kurangnya aktivitas
fisik, penggunaan tembakau) dan kondisi kesehatan (misalnya, diabetes, depresi)
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan keselamatan semua karyawan.
i. Keterlibatan keluarga
Keluarga berkomitmen untuk secara aktif mendukung pembelajaran dan
pengembangan anak mereka.
j. Keterlibatan sekolah
Kelompok komunitas, organisasi, agen layanan sosial, organisasi berbasis agama,
klinik kesehatan, dan perguruan tinggi dan universitas membuat kemitraan dengan
sekolah, berbagi sumber daya, dan secara sukarela mendukung pembelajaran siswa,
pengembangan, dan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan.

3.5.3 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


UKS adalah usaha yang di lakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia
sekolah pada setiap jalur,jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK sampai
SMA/SMK/MA (Tim pembina UKS, 2010). Secara garis besar UKS dapat
dikelompokan dalam tiga bidang atau di sebut dengan 3 program UKS atau yang
dikenal sebagai Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, kehidupan lingkungan
yang sehat, pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Kekurangan UKS adalah
masih ada UKS yang tidak ada tenaga medis yang bertugas. Berdasarkan
pengamatan Tim Pembina UKS Pusat, yang melaksanakan program UKS di SLTP
dan SLTA sebesar 30%. Hal tersebut disebabkan karena guru belum mempunyai
komitmen untuk melaksanakan program tersebut, terbatasnya sarana dan
prasarana, serta tenaga UKS yang belum terkatih (Saryono, Rahmawati, Purnama,
2007).
3.6 Peran Perawat Kesehatan Sekolah

Peran Perawat Kesehatan Sekolah memberikan perawatan siswa secara langsung,


pendidikan kesehatan, konseling, consultan, dan mengelola kasus (case manager) siswa
(Stanhope & Lancaster, 2004). Secara rinci peran perawat kesehatan sekolah dijabarkan
berikut ini:

1. Perawatan siswa secara langsung (Direct care giver)


Perawat Kesehatan sekolah berharap dapat memberikan perawatan langsung pada
saat siswa atau staff sekolah sakit atau mengalami cidera di sekolah. Di Indonesia
perawatan sekolah adalah perawat puskesmas yang diberi tanggung jawab untuk
memberikan perawatan pada siswa sesuai dengan wilayah kerja puskesmasnya
2. Pendidik Kesehatan (Health Educator)
Peran perawat dalam pendidikan kesehatan di sekolah dapat melakukan
pendidikan kesehatan secara orang perorang atau secara kelompok dikelas.
3. Konseling
Perawat kesehatan sekolah mungkin dapat menjadi sorang yang dipercaya dalam
memegang rahasia siswa siswanya yang mempunyai masalah bersifat rahasia.
Sebagai konselor, perawat mempunyai reputasi sebagai pihak yang paling utama
ditemui jika siswa mempunyai masalah yang berat, seperti depresi berat,
percobaan bunuh diri, kekerasan pada anak, dan keracunan makanan. Sebagai
peran tambahan perawat dapat membantu dalam proses berduka (griefing
conselor) disekolah.
4. Konsultan (Consultan)
Perawat sekolah dapat menjadi sumber utama dalam informasi kesehatan. Perawat
dapat memberikan informasi kesehatan kepada siswa, guru, staff sekolah, orang
tua, dan masyarakat sekililing sekolah termasuk pedagang di lingkungan sekolah.
Sebagai konsultan, perawat dapat memerankan peran professiona seperti kajian
perubahan lingkungan sekolah, atau kajian faktor resiko yang berpotensi
menimbulkan masalah pada masyarakat sekolah. Sebagai contoh, perawat dapat
menganalisa prevalensi kesakitan siswa, status nutrisi, paparan jajan tidak sehat
atau aman, banyak fektor (lalat, nyamuk, dan kecoa) yang berpotensi
menimbulkan sakit dikemudian hari. Dengan kajian ini perawat dapat
mengusulkan kebijakan kesehatan seperti konsep kantin sehat dan konsep
penyediaan makanan yang aman kepada pihak sekolah, dinas kesehatan atau
pimpinan wilayah setempat agar terciptakan lingkungan sekolah yang sehat
5. Mengelola kasus (Case manager)
Perawat berharap dapat berperan sebagai manager kasus disekolah. Peran ini
dapat membantu koordinator kesehatan atau puskesmas apabila ada kasus yang
komplek seperti kasus penyakit kronik, penyakit kerancunan makanan, wabah,
dan siswa yang mengalami ketergantungan

Level Karir dan Kompetensi Perawat di Pelayanan Primer berdasarkan Peraturan


Menteri Kesehatan RI No 40 tahun 2017 tentang pengembangan jenjang karir profesional
perawat klinis yaitu kompetensi perawat di pelayanan primer saat ini difokuskan pada
kompetensi perawat komunitas secara umum. Kedepan akan dikembangkan kompetensi
perawat klinis di pelayanan primer menjadi lima sub bidang yang terdiri dari kompetensi
perawat komunitas, perawat keluarga, perawat gerontik, perawat kesehatan kerja dan
perawat kesehatan sekolah. Kompetensi sesuai level pada perawat klinis yaitu perawat
klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan
keperawatan kelompok di komunitas atau di setting khusus (sekolah, industri, panti, dan
LAPAS) di wilayah Kecamatan. Kompetensi perawat klinis III yaitu :

1. Menunjukkan perilaku bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap


keputusan dan tindakan profesional dalam melakukan asuhan keperawatan
kelompok.
2. Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok.
3. Melakukan pengkajian kesehatan kelompok yang berisiko maupun mempunyai
masalah kesehatan.
4. Melakukan skrining kelompok yang berisiko tinggi.
5. Membuat peta masalah kesehatan kelompok.
6. Melakukan analisis data dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosa
keperawatan kelompok.
7. Melakukan penapisan masalah berdasarkan skala prioritas masalah keperawatan
kelompok.
8. Menyusun rencana intervensi keperawatan pada kelompok berdasarkan tiga level
pencegahan.
9. Melakukan berbagai jenis tindakan keperawatan komunitas berbasis masyarakat
dengan pendekatan promotif dan preventif.
10. Mendokumentasikan secara akurat dan tepat waktu sesuai standar.
11. Mengelola kelompok swabantu (self help group) di masyarakat atau di seting
khusus sesuai kebutuhan.
12. Melakukan penemuan kasus (case finding) pada kelompok di masyarakat dan di
setting khusus. Melakukan pendampingan (coaching) pada kelompok dengan
masalah kesehatan.
13. Melakukan konseling kelompok dengan masalah kesehatan.
14. Melakukan tindakan pencegahan cedera pada kelompok risiko tinggi.
15. Melakukan kampanye hidup bersih dan sehat.
16. Menyusun proposal promosi kesehatan pada kelompok.
17. Mampu menampilkan kemampuan leadership secara efektif.
18. Melakukan rujukan kasus kelompok sesuai dengan jenjang sistem rujukan.
19. Menggunakan hasil riset dalam pemberian asuhan keperawatan kelompok.
20. Menyusun laporan program kesehatan pada kelompok.
21. Melakukan advokasi kesehatan bagi masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan.
22. Melakukan bimbingan teknis kepada mahasiswa keperawatan.
23. Melakukan bimbingan teknis dan supervisi kepada Perawat Klinis II.

Fungsi perawat sekolah diantaranya :

1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan


pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik
dan sosial sekolah
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan masyarakat
yang lain.

Peran dan fungsi perawat professional sekolah menurut National Association of School
Nurse (1996) dalam buku Community health nursing: promoting and protecting the
public health., sixth edition (2005) :

1. Mempromosikan dan melindungi secara optimal status kesehatan anak


2. Memberikan assessment kesehatan
3. Mengembangkan dan merencanakan implementasi
4. Mempertahankan, mengevaluasi dan intrepretasi data kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan siswa
5. Berpartisipasi sebagai tim kesehatan dari tim evaluasi pendidikan anak untuk
mengembangkan IEP
6. Merencanakan dan melaksanakan managemen kesehatan untuk memenuhi anak
dengan kebutuhan khusus termasuk pemberian obat
7. Melakukan home visit untuk mengkaji kebutuhan keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan anak
8. Mengembangkan prosedur dan memberikan intervensi krisis untuk penyakit akut,
cedera dan gangguan emosional.
9. Mempromosikan dan membantu dalam mengontrol penyakit di komunitas dengan
melakukan pencegahan melalui program imunisasi, deteksi dini, pengawasan,
melaporkan dan memantau terjadinya penyakit
10. Merekomendasikan ketentuan lingkungan sekolah yang kondusif untuk belajar
11. Memberikan edukasi kesehatan
12. Bertindak sebagai narasumber dalam mempromosikan kesehatan
13. Menyediakan konseling kesehatan
14. Memberikan pimpinan dan dukungan untuk anggota dalam program kesehatan
15. Membantu dalam pembentukan kebijakan kesehatan, tujuan, dan sasaran untuk
wilayah sekolah

3.7 Manajemen Pelayanan Kesehatan Sekolah

1. Perencanaan

Susunan dan personalia Tim Pelaksana UKS menurut Depdiknas RI (2009) adalah
sebagai berikut:

Pembina : Lurah/Kepala Desa;


Ketua : Kepala Sekolah
Sekretaris I : Guru Pembina UKS/Pembina UKS;
Sekretaris II : Ketua Komite Sekolah
Anggota :
1. Unsur Komite Sekolah;
2. Petugas UKS Puskesmas;
3. Unsur Guru, dan
4. Unsur Siswa (Kemenkes, 2018).

2. Asesmen

Asesmen awal dilakukan pada awal tahun ajaran sedangkan asesmen akhir dilaksanakan
pada setiap akhir tahun. Agar evaluasi terukur, maka instrument yang digunakan
menggunakan instrument yang sama. Instrument yang digunakan antara lain instrument
stratifikasi UKS, instrument penilaian pengetahuan dan sikap peserta didik dan
instrument hasil penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala (Kemenkes, 2018).

3. Pelayanan

3.1 Pendidikan kesehatan


a. Literasi kesehatan
Merupakan kegiatan dan berdiskusi tentang materi kesehatan. Waktu dan tempat
pelaksanaan sesuai jadwal literasi (kurikulum 2013) atau pada jam PBS/
pembiasaan sedikitnya 1 kali setiap minggu dan dilaksanakan di kelas masing-
masing. Pelaksana kegiatan ini Wali kelas, guru kelas, orang tua/ wali
(memantau progress anak dalam menerapkan PHBS) dan peserta didik. Sarana
yang dibutuhkan Buku rapor kesehatanku seri informasi kesehatan, media KIE,
dan media kesehatan lainnya (Kemenkes,2018).
b. Cuci tangan Bersama
Cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah sarapan bersama. Waktu dan
tempat pelaksanaan yaitu mengikuti waktu sarapan bersama di sekolah. Sarana
terdiri dari wastafel/ keran dengan air mengalir dan sabun cuci tangan. Pelaksana
kegiatan ini adalah kepala sekolah, wali kelas, guru UKS dan peserta didik
(Kemenkes,2018).
c. Pendidikan gizi seimbang dengan sarapan bersama dan kudapan bersama
Sarapan bersama dengan bekal yang dibawa dari rumah dengan menu lengkap
yang bergizi seimbang (terdiri dari makanan pokok, sayuran, lauk hewani dan
nabati dan buah). Waktu dan tempat pelaksanaan yaitu sebelum memulai
kegiatan belajar mengajar, dilaksanakan minimal 2 x seminggu, dilaksanakan
bersama-sama di kelas atau di halaman sekolah.pelaksana kegiatan masing-
masing wali kelas, guru UKS, peserta didik dan orang tua/ wali
(Kemenkes,2018).
d. Sikat gigi Bersama
Kegiatan sikat gigi menggunakan pasta gigi berflouride. Waktu dan tempat
pelaksanaan setelah sarapan / kudapan bersama di sekolah. Sarana yang
dibutuhkan sikat gigi, gelas kumur, pasta gigi dan air bersih. Pelaksana kegiatan
ini wali kelas, guru UKS, orang tua/ wali (penyediaan sikat danpasta gigi) dan
peserta didik (Kemenkes,2018)..
3.2 Pelayanan kesehatan
a. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan bagi peserta didik untuk mendeteksi resiko
penyakit pada peserta didik secara dini. Penjaringan kesehatan adalah rangkaian
pemeriksaan kesehatan (skrining)yang dilakukan pada seluruh peserta didik
kelas 1 SD/ MI, 7 SMP/ MTs dan 10 SMA/ SMK/ MA. Sedangkan pemeriksaan
berkala merupakan rangkaian pemeriksaan kesehatan (skrining) yang dilakukan
pada seluruh peserta didik kelas 2-6 SD/ MI, 8-9 SMP/ MTs dan 11-12 SMA/
SMK dan MA. Pemeriksaan berkala dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun
(Kemenkes,2018).
b. Imunisasi dan pemberian obat cacing
Merupakan kegiatan pemberian imunisasi DT dan campak untuk peserta didik
kelas 1 SD/ MI, Imunisasi Td untuk peserta didik kelas 2 dan 5 SD/ MI,
imunisasi HPV untuk peserta didik perempuan kelas 5 dan 6 SD/ MI dan
pemberian obat cacing bagi peserta didik SD/ MI sejumlah 1 tablet per tahun.
Seluruh kegiatan ini dilaksanakan di sekolah. Waktu pelaksanaan kegiatan
imunisasi campak, DT dan TD sekitar bulan Agustus ampai dengan bulan
September, sedangkan pemberian obat cacing pada dilaksanakan pada bulan
Agustus. Pelakana kegiatan ini adalah petugas puskesmas. Sarana yang harus
disiapkan adalah alat suntik, vaksin dan obat cacing yang dibawa oleh petugas
puskesmas (Kemenkes,2018).
3.3 Pembinaan lingkungan sekolah sehat
a. Pembinaan kantin dan pedagang kaki lima (PKL) di sekitar lingkungan sekolah
Merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari inspeksi hygiene sanitasi dan
keamanan makanan kantin sekolah, inpeksi makanan dan minuman jajanan
aman (tidak ada bahan bahaya), bermutu (tidak kadaluarsa dan bergizi, dan
inspeksi sarana dan prasarana. Waktu pelaksanaan 1 kali seminggu di kantin
sekolah dan PKL sekitar sekolah. Sarana yang dibutuhkan adalah daftar tilik
inspeksi hygiene sanitasi kantin sekolah dan PKL. Pelaksana kegiatan adalah
Kepala sekolah, Guru, Peserta didik, Petugas puskesmas dan komite sekolah
(Kemenkes,2018).
b. Pengelolaan sampah
Yang termasuk kedalam kegiatan ini adalah membuang sampah pada tempatnya
sesuai pemilahanya, melakukan kerja bakti membersihkan sekolah dan
pembuatan pupuk organik. Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari untuk
membuang sampah dan satu minggu sekali untuk kerja bakti bersama. Tempat
pelaksanaan dilakukan di lingkungan sekolah. Sarana yang harus tersedia adalah
tempat sampah tertutup dan terpilah di setiap kelas, alat kebersihan, tempat
pembuangan sampah sementara dan sarana pembuatan pupuk. Pelaksana
kegiatan adalah kepala sekolah, guru dan peserta didik (Kemenkes,2018).
c. Ketahanan pangan di sekolah
Merupakan kegiatan yang terdiri dari memanfaatkan halaman atau lahan sekolah
yang masih kosong untuk ditanami obat, sayuran, buah serta tanaman pengusir
nyamuk dan memberi label pada tanaman. Waktu dan tempat pelaksanaan yaitu
perawatan tanaman sedikitnya satu kali/ minggu di halaman sekolah. Sarana
yang harus tersedia diantaranya bibit sayuran, bibit tanaman obat, bibit tanaman
pengusir nyamuk, kompos/ pupuk organic, tempat tanamam (botol atau kaleng
bekas). Pelaksana kegiatan adalah Kepala sekolah, Guru dan peserta didik
(Kemenkes,2018).
d. Pemberantasan sarang nyamuk
Kegiatan pemantauan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan
sekolah dan sekitar sekolah. Waktu dan tempat pelaksanaan dilakukan satu kali
seminggu di lingkungan sekolah. Sarana yang dibutuhkan senter dan baterai
senter. Pelaksana kegiatan adalah Guru UKS dan peserta didik
(Kemenkes,2018).
e. Pembinaan kader kesehatan sekolah
Pembinaan materi kesehatan diberikan oleh tenaga keshatan Puskesmas.
Penugasan kader kesehatan sekolah dapat dibagi berdasar kegiatan sekolah yang
diselenggarakan diantaranya Dokter kecil, Duta PHBS, Duta aktifitas fisik, Duta
kebersihan, Duta kantin, Jumantik, dan Duta kebun sehat (Kemenkes,2018).
4. Bimbingan teknis/ monitoring, evaluasi dan tindak lanjut

4.1 Bimbingan teknis/ monitoring


Bimbingan teknis bertujuan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat implementasi
UKS/M. Bimbingan teknis dilakukan secara rutin dan terpadu. Kunjungan ke sekolah/
madrasah dijadwalkan setidaknya dua kali dalam sebulan dan dilakukan secara
bersama oleh Dinas kesehatan, Dinas Pendidikan, Biro kesra, Kanwil agama dan
Puskesmas (Kemenkes,2018).
4.2 Evaluasi
Evaluai dilakukan untuk mengetahui tahapan pelaksanaan Trias UKS, permasalahan
dan solusi serta yang terpenting adalah memperoleh rencana tindak lanjut bagaimana
melaksanakan pelaksanaan Trias UKS/ M di sekolah ataupun mereplikasi ke sekolah
lainya. Evaluasi dinilai dari analisis hasil monitoring penerapan model sekolah/
madrasah sehat dan hasil analisis data asesmen awal dan asesmen akhir (penilaian
stratifikasi UKS, hasil kegiatan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dan
tindak lanjut, hasil peningkatan pengetahuan dan sikap kesehatan peserta didik).
Evaluasi disusun dan diberikan target yang terbagi menjadi pencapaian jangka pendek
(6 bulan), jangka menengah (1 tahun) dan jangka panjang (3 tahun) (Kemenkes,2018).
4.3 Tindak lanjut
Tindak lanjut dari pengembangan model sekolah/ madrasah sehat antara lain adalah
peningkatan/ perbaikan pelaksanaan pengembangan model sekolah/ madrasah sehat
dan replikasi model sekolah/ madrasah sehat (Kemenkes,2018).

3.8 Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak sekolah

a) Ispa h) anemia
b) Diare i) alergi
c) Cacar Air j) infeksi kronis
d) Rubela k) gangguan belajar
e) Gondongan dan Infeksi Mata l) perilaku berisiko remaja
f) Infeksi Parasit m) gangguan tidur
g) gangguan pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A & Spradley, B.W.(2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public health., sixth edition. Philadelphia: Lippincott
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2018) RISKESDAS 2018. Kementrian
Kesehatan RI.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2018). The Whole School, Whole
Community, Whole Child Model dalam
https://www.cdc.gov/healthyyouth/wscc/pdf/wscc_fact_sheet_508c.pdf

Depdiknas RI.(2009).Panduan teknis UKS.Jakarta:Direktorat Jenderal Manajemen


Pendidikan Dasar dan Menengah

Ferry effendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik


dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Focusing Resources on Effective School Health. Core Intervention 1:


Health Related School Policies.
http://www.freshschools.org/schoolpolicies-0.htm

Kaakinen, J. R., Coehlo, D. P., Tabaco, & Hanson, S. M., (2015). Family health care
nursing: theory, practice and research. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Kemenkes RI.(2018).Petunjuk teknis pelaksanaan sekolah/ madrasah


sehat.Jakarta:Direktorat Jenderal kesehatan Masyarakat
Mckenzie F James. Finger R Robert, Kotecki, E. Jerome. 2007.
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Buku Kedokteran.
Nies, A. M., & McEwen, M. (2018). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga.
Philadelphia: Elseviers saunders.

Peraturan Bersama antara Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia,


Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 6/X/PB/2014, No 73 Tahun 2014,
No 41 Tahun 2014, No 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan Dan Pengembangan
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017 tentang Pengembangan


Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis
Saryono, Rahmawati, D., Purnama, I. (2007). Pelaksanaan Trias Usaha Kesehatan
Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama Di Wilayah Kecamatan Purwokerto
Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing), Volume 2, No.2

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. 6th ed. St.
Louis : Mosby
The WHO Health Promoting School framework for improving the health and well-being
of students and their academic achievement ( Review ). (2014), 4.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD008958.pub2

Tim Pembina UKS Pusat. (2010). Strata Pelaksanaan UKS di Sekolah dan Madrasah.
Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Departemen Pendidikan Nasional.

WHO, (2007) Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi
dan pandemi

Anda mungkin juga menyukai