Anda di halaman 1dari 17

Psikososial & Budaya dalam Keperawatan

“Globalisasi dan Perspektif Transcultural dalam Masyarakat Papua”

KELOMPOK 5
 Angga Rahmadana
 Arizon Alfath
 Farhana Elvi
 Feny Peronika
 Ririn Razakah Gani
 Sarah Sabhira

Dosen Pembimbing
Ns. Lola Felnanda Amri.S.Kep,M.Kep

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKES KEMENKES RI PADANG
2020
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring
secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan
dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena
yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya
pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi
keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien,
sehingga  klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya.
Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian globalisasu dan perspektif transcultural dalam masyarakat papua?
2. Apa jamu dan obat tradisional dalam masyarakat papua?
3. Apa tumbuhan obat dan pelayan kesehatan dalam masyarakat papua?
4. Apa sehat dan kecantikan dalam masyarakat papua?
5. Apa paranormal dan kedukunan dalam masyarakat papua?
6. Apa kelahiran,usia tua dan kematian dalam masyarakat papua?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian globalisasu dan perspektif transcultural dalam
masyarakat papua
2. Untuk mengetahui jamu dan obat tradisional dalam masyarakat papua
3. Untuk mengetahui tumbuhan obat dan pelayan kesehatan dalam masyarakat
papua
4. Untuk mengetahui sehat dan kecantikan dalam masyarakat papua
5. Untuk mengetahui paranormal dan kedukunan dalam masyarakat papua
6. Untuk mengetahui kelahiran,usia tua dan kematian dalam masyarakat papua
BAB II
Globalisasi dan Perspektif Transcultural dalam Masyarakat Papua

1.Pengertian

Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture,
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung, sedangkan culture berarti
budaya.Menurut kamus besar bahasa indonesia; trans berarti melintang,menembus,melintas
danmelalui. Cultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, kepercayaan, nilai-nilai dan
pola prilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya,sedangkan cultural berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.Jadi,
transkultural dapat diartikan sebagai pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui
proses interaksi sosial. Transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya. Menurut Leininger (1991).

Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian


perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan (budaya
tertentu) di antara kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah bentuk
pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai pada nilai kehidupan individu
dan arti yang sebenarnya. Mengetahui nilai-nilai pelayanan budaya klien, arti, kepercayaan, dan
praktiknya sebagai hubungan antara perawat dan pelayanan kesehatan mewajibkan perawat
untuk menerima aturan pelajar atau teman sekerja dengan klien dan keluarganya dalam bentuk
karakteristik arti dan keuntungan dalam pelayanan (Leininger, 2002).

Globalisasi menyebabkan tuntutan asuhan keperawatan semakin besar. Perpindahan


penduduk dan pergeseran tuntutan keperawatan dapat terjadi. Perawat yang tidak mampu
menyesuaikan asuhan keperawatan terhadap kondisi yang ada akan menyebabkan penurunan
kualitas pada pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, hal ini menyebabkan dibutuhkannnya
peningkatan terhadap profesi keperawatan. Peningkatan pengetahuan, koordinasi antar profesi
atau tenaga kerja kesehatan lain sangat diperlukan. Perawat harus lebih aktif dalam menghadapi
globalisasi terutama dalam pelayanan kesehatan.

Menurut naskah satu jurnal penelitian mengenai antropologi pada masyarakat Papua
terutama pada bidang kesehatan, memiliki berbagai keanekaragaman budaya.Budaya yang masih
tertanam saat ini pada masyarakat Papua adalah apibila terdapat seseorang yang sedang sakit
maka mereka beranggapan bahwa seseorang tersebut terkena guna-guna (black
magic.Berdasarkan beberapa contoh-contoh di atas dapatlah dikatakan bahwa orang Papua
mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu sendiri berdasarkan  berdasarkan pandangan
pandangan dasar dasar kebudayaan kebudayaan mereka mereka masing-masing. masing-masing.

Memang kepercayaan tersebut bila dilihat sudah mulai berkurang terutama pada orang
Papua yang berada di daerah-daerah perkotaan, Misalkan Masyarakat Sumuri saat ini sedang
mengalami perubahan atau transisi dari medis tradisional yang dahulu tumbuh kuat ditengah
masyarakat ke medis modern yang dibawa oleh pendatang, pemerintah maupun perusahaan.
Pluralisme medis kuat masih dirasakan di kalangan penduduk Sumuri khususnya terkait dengan
pertolongan dukun dalam pola perawatan ibu hamil maupun persalinan. Masuknya medis
modern di Sumuri diterima dengan baik mengingat ada peran pemerintah, perusahaan, faktor
pertumbuhan ekonomi, masuknya pendatang ke wilayah tersebut yang dengan cepat gaya
hidupnya diadopsi masyarakat lokal.

Dominasi medis modern mampu memarjinalkan medis tradisional. Persalinan yang biasa
ditolong kerabat berubah ke tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat). Jika pada masa lalu
semua persalinan berlangsung di rumah, maka sekarang berpindah ke fasilitas kesehatan
(Puskesmas, Poskesdes atau rumah sakit). Medis modern dengan cepat diterima masyarakat
karena sosialisasi dan peran petugas kesehatan, pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan
dari perusahaan perusahaan yang beroperasi di wilayah Sumuri. Keterisolasian wilayah Sumuri
teratasi lewat dominasi medis modern, sehingga pelayanan kesehatan masyarakat pedalaman
dapat terwujud.

2.Obat dan jamu tradisional papua

a.Ramuan untuk Mual Dan Muntah

Jahe (nama daerah Papua: lali (Kalana fat), manman (Kapaur)

1. Bagian yang digunakan: rimpang


2. Manfaat: anti mual – muntah
3. Larangan: kehamilan, menyusui dan anak usia < 6 tahun,batu empedu, berisiko
perdarahan
4. Peringatan: jangan digunakan lebih dari 6 g dalam keadaan perut kosong.
5. Efek samping: nyeri ulu hati dan alergi kulit
6. Interaksi: obat pengencer darah
7. Dosis: 2 x 1 – 2 g/hari
8. Cara pembuatan/penggunaan: bahan dihaluskan, seduh dengan air mendidih, boleh
ditambahkan madu atau gula merah sesuai selera, minum selagi hangat.

b.Ramuan untuk Sakit Tenggorokan

Sirih( nama daerah afo (Sentani)

1. Bagian yang digunakan: daun segar


2. Manfaat: sakit tenggorokan.
3. Larangan: belum dilaporkan
4. Peringatan: jumlah berlebihan mempengaruhi kesehatan gusi, email gigi dan mulut.
5. Efek samping: merangsang mukosa mulut dan rasa baal
6. Interaksi: biji pinang dan lemon
7. Dosis: 3 x 2 daun/hari
8. Cara pembuatan/penggunaan: bahan dihaluskan, tambah air mendidih1/2 cangkir,
diamkan sampai hangat, saring dan kumur-kumur selama 1 menit.

3.Tanaman obat dan pelayanan kesehatan papua

Jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Dani Kabupaten Jayawijaya Papua

N Nama Nama ilmiah Famili Bagian Jenis Cara Habit


o Lokal tumbuh penyakit Penggunaa at
an n

1 Giawas Psidium Myrtaceae Daun, kolera/ 7 helai Tana


guajava L. buah diare daun muda h
digigit dan
dimakan
dan 5 buah
jambu biji
muda
dimakan

2 Helangka Abelmoschu Malvacea Daun Melancar 10 daun Tana


kan gedi muda h
s manihot L. proses dimasak
persalina dan
n daunnya
dimakan

3 Podi Curcuma Zingiberac Rimpa Panu 2 jari Tana


longa L. ng rimpang h
eae kunyit
ditumbuk
dan
diperas
airnya
digosok
pada kulit
yang
terkena
panu

4 Haki Musa Musaceae Batang, Stamina Batangpis Tana


Tuma paradisiacal daun ang h
L. ditusuk
dengan
kayu
sehingga
keluar air ,
air
tersebut

diminum

5 Yagar Saccharum Poaceae Akar, Staminan tumbuhan Tana


officinarum batang, tubuh tebu h
daun dicabut
L. dengan
akar, daun
diikat
kemudian
taruh di
depan
pintu
rumah

6 Saik Pandanus Pandanaceae Buah HIV/AIS, Buah Tana


conoideus L. Kanker, merah h
Jantung, direbus
Koroner kemudian
dan diperas
stamina untuk
tubuh diambil
sarinya
sari buah
merah
dimakan

7 Yawi Laportea sp Urticaceae Daun Malaria, ambil 5-6 Tana


pegal linu daun gatal, h
dipukul-
pukul pada
bagian
yang sakit

8 Siruk Imperata Poaceae Akar, Influenza, tunas Tana


cylindrical tunas Panu alang- h
L. alang di
ambil
kemudian
ditaruh di
hidung
dihirup
secara
perlahan-
lahan

9 Longkong Myrmecodia Rubiaceae Rimpa Jantung 4 potong Tana


pendes ng sarang h
semut

dimasak
airnya
diminum
pagi dan
sore

1 Helaka Abelmoschu Malvaceae Daun Sakit gigi daun gedi Tana


0 Morah s manihot L. dimasak h
dengan
lemak babi
kemudian
dimakan

1 a.Anikuku a.Barleria Acanthaceae Daun Luk a.1 daun Tana


1 h prionitis L. madu dia h
Apiaceace mbil di
b.Enkebun b.Centella gulung-
gka asiatica L. gulung
mengguna
kan tangan
kemudian
ditempelk
an pada
bagian
luka
b.1 Daun
kaki kuda
diambil
dan
dipanaska
n pada api
ditempelk
an pada
bagian
luka

1 Hipere Ipomoae convolvulaceae Daun, Semua ubi jalar Tana


2 batatas umbi penyakit dimasak h
atau
dibakar
setengah
matang
kemudian
dimakan

1 Irugum Hemigraphis Acanthace Daun Panas 6 helai Tana


3 colorata dalam, daun h
ae batuk direbus
Hall. dengan 2
gelas air
sampai
tersisa1
gelas
setelah
dingin.
diminum

PELAYANAN KESEHATAN

Berdasarkan uraian mengenai trend dan isu keperawatan transkultural diPapua, kita
mengetahui bahwa masyarakat Papua masih kental dengan kebudayaannya terutama pada tradisi
pengobatan.Dengan demikian, meskipun pihak pemerintah telah menyediakan sarana dan
prasarana untuk kesehatan, maka hal tersebut sangatlah sia-sia saja.Dengan demikian,
seharusnya, pihak tenaga kesehatan melakukan mengenai kunjungan ke beberapa rumah sekitar
sarana kesehatan, dengan demikian diharapkan pihak kesehatan akan melakukan beberapa
promosi kesehatan serta menjelaskan apa saja dampak yang terjadi apabila pengobatan dengan
cara yang salah tetap dilakukan. Namun, saat ini cara yang salah tetap dilakukan. Namun, saat
ini tiidak sedikit juga masyarakat Papua sudah lebih mengetahui apa yang harus dilakukan saat
mereka mengalami sakit, seperti berobat ke Rumah Sakit.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Indonesia mengenai
pelayanan prima berbasis budaya yang berpengaruhdalam tingkat kepuasan pasien di RSAL
Dokter Soedibjo Sardadi Jayapura,memiliki beberapa metode dalam mengatasi kesenjangan
antara pengobatan secara tradisional dan modern. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa tersebut banyak masyarakat Papua yang mengeluh mengenaisikap perawat yang
kurang perhatian dalam pemberian pelayanan sebanyak48%, kemudian cara berkomunikasi yang
dilakukan perawat pada pasiensebesar 53%.Dalam hal ini mereka mencoba dengan metode quasi
experiment denganrancangan pre and post with pre and post with control group design control
group design, dan pada pasien dilakukandengan metode consecutive sampling .

Hal pertama yang mereka lakukan adalah dengan melakukan pelatihan, dimana pelatihan
tersebut perawat akan diberikan materi mengenai pelayanan prima, caring, komuni-kasi
terapeutik,dan budaya. Setelah mendapatkan materi pelatihan dilakukan kegiatan role play,
tentang cara komunikasi dengan pasien meng-gunakan dialek Papua, peserta peserta
disimulasikan disimulasikan sebagai sebagai pasien pasien dan dan perawat. Kegiatan ini ini
berlangsung berlangsungselama dua jam, memang tidak semua peserta mendapat kesempatan
untukmelakukan simulasi karena keterbatasan waktu pelatihan Kegiatan selanjutnya adalah
pendampingan, pendampingan untuk perawat pelaksana dilakukan selama dua minggu, perawat
diberikan pendam-pingan oleh peneliti dibantu oleh tiga kepala ruang.

Kegiatan pendampingan meliputi kegiatan pelayanan prima berbasis budaya, seperti


budaya, seperti cara menyapa cara menyapa pasien dengan pasien dengan dialek Papua, , cara
men cara menelaskan berkaitan dengan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
ca pasien, cara ra memfasilitasi memfasilitasi pasien j pasien jika ika ada ada kunjungan dari
kunjungan dari keluarga, keluarga, tetangga, tetangga,atau perkumpulan gereja. Kendala yang
dihadapi pada saat pendampinganadalah kurangnya tenaga pendamping atau mentor sehingga
hanya kepalaruang yang diharapkan bisa memberikan pendampingan. Jika kepala
ruanganmemiliki jadwal yang padat, seperti rapat, dan kegiatan sosialisasi, perawat pelaksana
sedikit sekali mendapatkan bimbingan.

Kegiatan pelayanan prima berbasis budaya yang lain adalah dengan menganalisis budaya
masyarakat Papua yang biasa makan pinang, dan membuang ludah pinang di sembarang tempat.
Berdasarkan hal tersebut, berinisiatif untuk menyediakan suatu tempat yang sudah
disiapkan,seperti bak pasir tempat membuang ludah pinang, para pasien atau pengunjung
pengunjung yang akan makan pinang ddiarahkan ketempat tersebut, secara fasilitas tempat
tersebut masih perlu pembenahan agar representatif.Tanggapan dari keluarga pasien atau
pengunjung juga baik, bahkan ada yang menyarankan agar ruangannya diperluas dan dibuat
permanen sehingga para p pengunjung dapat menikmatinya dengan nyaman.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rerata skor kepuasan pasien sebelum intervensi dan setelah intervensi
mengalami peningkatan satu setengah kalilipat lebih puas dari kondisi awal. Artinya ada
pengaruh pelatihan pelayanan prima berbasis budaya terhadap terhadap kepuasan pasien pada
kelompok intervensi. .Komunikasi perawat terhadap pasien menjadi faktor yang penting dalam
pemberian pelayanan prima berbasis budaya.

4. Sehat dan Kecantikan papua


Budaya dapat didefinisikan sebagai sifat nonfisik, seperti nilai, keyakinan, sikap dan
kebiasaan yang dibagi bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya (Spector, 2000). Budaya juga menentukan persepsi tentang kesehatan,
bagaimana informasi perawatan kesehatan diterima, bagaimana hak dan perlindungan
dilaksanakan, apa yang dianggap sebagai masalah kesehatan dan bagaimana gejala serta
kekhawatiran mengenai masalah kesehatan diungkapkan, siapa yang harus memberikan
pengobatan dan bagaiman, serta jenis pengobatan apa yang harus dilakukan (Kozier, 2010).
            Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian
perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan (budaya
tertentu) di antara kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah bentuk
pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai pada nilai kehidupan individu
dan arti yang sebenarnya. Mengetahui nilai-nilai pelayanan budaya klien, arti, kepercayaan, dan
praktiknya sebagai hubungan antara perawat dan pelayanan kesehatan mewajibkan perawat
untuk menerima aturan pelajar atau teman sekerja dengan klien dan keluarganya dalam bentuk
karakteristik arti dan keuntungan dalam pelayanan (Leininger, 2002).
            Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan perawat menghilangkan
perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta membuat klien
dan keluarganya mencapai pelayan yang penuh arti dan suportif. Contohnya, perawat yang
mengetahui tentang kebudayaan kliennya, maka perawat memerlukan dukungan dalam
menyesuaikan keadaan klien. Klien juga membutuhkan informasi, perundingan, dan permintaan.
Kompetensi budaya adalah proses perkembangan kesadaran budaya, pengetahuan,
keterampilan, pertemuan, dan keinginan. Perawat harus bisa mengintrospeksi tentang latar
belakang dirinya. Perawat juga harus memiliki pengetahuan yang merupakan perbandingan antar
kelompok. Keterampilan budaya termasuk pengkajian social maupun budaya yang
mempengaruhi pengobatan dan perawatan klien. Pertemuan sebagai mediapembelajaran.
Keinginan sebagai motivasi dan komitmen pelayanan.
Konflik budaya juga dapat muncul dalam proses keperawatan. Konflik budaya yang
muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang dianut lebih baik
dibandingkan dengan budaya lain. Hal ini menyebabkan adanya pilihan untuk mengabaikan
budaya dan menggunakkan nili-nili dan gaya hidup mereka sebagai petunjuk dalam berhubungan
dengan klien dan menafsirkan tingkah laku mereka.
Globalisasi menyebabkan tuntutan asuhan keperawatan semakin besar. Perpindahan
penduduk dan pergeseran tuntutan keperawatan dapat terjadi. Perawat yang tidak mampu
menyesuaikan asuhan keperawatan terhadap kondisi yang ada akan menyebabkan penurunan
kualitas pada pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, hal ini menyebabkan  dibutuhkannnya
peningkatan terhadap profesi keperawatan. Peningkatan pengetahuan, koordinasi antar profesi
atau tenaga kerja kesehatan lain sangat diperlukan. Perawat harus lebih aktif dalam menghadapi
globalisasi terutama dalam pelayanan kesehatan.

Di Papua terdapat sebuah perawatan buah merah ala wanita Papua. Buah dari tanaman
bernama latin Pandanus conoideus sering dimanfaatkan wanita Papua untuk merawat kulit
supaya tidak kering, bersisik dan pecah-pecah. Tanaman dari kelompok pandan-pandanan ini
mengandung vitamin E dan karotenoid yang tinggi yang bisa melindungi kulit dari sinar UV.
Buah merah akan diperas hingga keluar minyaknya lalu dioleskan ke kulit. Efeknya bisa
dirasakan langsung.
5. Paranormal dan Kedukunan papua
Dalam komunitas tertentu, orang tertentu dikenal mempunyai kekuatan untuk
menyembuhkan. Dukun dianggap mendapat anugerah dari Tuhan. Banyak contoh seseorang
dengan warisan budaya konsisten terlebih dahulu berkinsultasi dengan dukun sebelum ia
berhubungan dengan pemberi perawatan kesehatan modern. Terdapat banyak perbedaan antara
dokter Barat dengan dukun tradisional (Kaptchuk & Croucher, 1987) Hubungan antara seseorang
dengan dukun sering lebih dekat dibandingkan dengan tenaga perawatan kesehatan professional.
Orang vmenganggap dukun sebagai seseorang yang mampu memahami masalah dalam konteks
kultural, berbicara dengan bahasa yang sama, dan memiliki pandangan yang sama tentang dunia.

Suku Asmat, Papua, sanggup nemuin barang hilang dan bisa mendatangkan hujan petir .
Selain menghormati leluhur mereka yang dipercaya tinggal di alam gaib tempat matahari
terbenam, suku Asmat juga mudah tersinggung. Ketika mereka marah, mereka akan mengirim
“hadiah” berupa sakit misterius, miskin mendadak, kecelakaan, dll. Sihir ini juga menjadi cara
mereka membuat menjaga alam sekitar supaya tidak dirusak orang. Bagi mereka, merusak alam
sama saja artinya dengan merusak tempat tinggal dewa-dewa mereka.

6. Kelahiran, Usia tua dan Kematian papua


Tradisi masyarakat kampung Yepase bayi lahir sampai dengan usia satu bulan akan
dihangatkan dengan sisa bakaran bara api yang diletakan di samping bayi agar bayi tetap merasa
hangat. Menurut WHO (2012), polusi udara dalam ruangan sebagai akibat penggunaan bakar
biomassa seperti kayu bakar, batu bara atau bakaran bahan-bahan lain dapat menyebabkan
kematian 1,6 juta jiwa pertahun sebagian besar terjadi pada bayi. Memandikan bayi sudah
dilakukan sejak turun-temurun berdasarkan pengalaman orang tua dari missionaris (orang
belanda) yang datang, dalam memandikan bayi yang diperhatikan adalah alat kelamin, karena
kelamin anak perempuan berbeda dengan kelamin anak laki-laki, informan utama penelitian juga
mengatakan sebelum pusat anak jatuh maka bayi tidak boleh dimandikan dengan cara
mencelupkan ke dalam air hanya dengan menyeka pada bagian tertentu dilakukan 2 kali sehari
sampai dengan pusat anak jatuh. Pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dilakukan ibu ini
sama dengan prinsip memandikan bayi yang di ungkapkan Depkes RI (2008).

Perawatan tali pusat yang dilakukan secara tradisional yaitu hanya menggunakan arang
tempurung bekas bakaran dengan daun-daunan dan di usap-usap (rau-rau) dengan tangan yang di
hangatkan di panas api di pusat dan sekitar pusat bayi sampai sudah agak kering setelah itu di
ikat dengan kain kasa 2 kali sehari setelah menyeka bayi. Menurut kepercayaan mereka
perawatan tali pusat yang dilakukan lebih cepat kering dan jatuh. Menurut Depkes RI (2004)
Kebiasaan yang di lakukan oleh ibu sudah baik, karena ibu tidak menggunakan daun-daun,
ramuan atau obat bubuk, namun ibu harus memperhatikan kebersihan tangannya karena
kematian bayi banyak disebabkan oleh Tetanus neonatrum akibat perawatan yang kurang bersih.
Namun setelah tali pusat jatuh pada usia 3 bulan bayi sudah dimandikan air dingin. Hal ini
diyakini bahwa pada masa pertumbuhan bayi akan tahan terhadap perubahan iklim dan tulang
menjadi kuat untuk memikul barang yang berat.

Dalam perawatan bayi masyarakat Yepase memiliki pantangan-pantangan yang dipercaya


jika dilakukan oleh ibu dan ayah (suami) dapat berdampak pada kesakitan dan kematian bayi.

Pantangan-pantangan tersebut seperti:

- Ibu nifas tidak boleh bekerja berat sebelum pusat bayi terlepas, karena bisa
memperlambat keringnya tali pusat
- Suami tidak boleh memotong pohon atau tanaman di hutan sebelum tali pusat anak
terlepas karena darah bisa keluar dari pusat anak.
- Anak sakit akibat pelanggaran yang dilakukan oleh orang tua.
- Suami tidak boleh menanam tanaman jangka panjang anak bisa terlambat jalan
- Bayi biar kuat dan tidak menangis harus di beri makan seperti; sagu, pisang, dan betatas.
- Batuk pilek pada anak masih dihubungkan dengan alam, seperti musim buah-buahan akan
datang.
Pantangan pada masyarakat kampung Yepase dalam melakukan perawatan bayi, sama halnya
dengan kepercayaan budaya Jawa yang percaya pada mitos-mitos mengenai ibu pada masa
perawatan bayi.Di papua ada beberapa faktor yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia
Papua dari bumi Papua adalah kesalahan masa lalu dan kesalahan masa sekarang yang hingga
sampai saat ini.

Kesalahan leluhur

Leluhur dan nenek moyang orang Papua sangatlah mengutamakan hidup bersama dengan
orang lain karena membantu mereka untuk melakukan pengelolahan ekonomi melalui barter dan
memudahkan mereka untuk melakukan pertukaran seorang perempuan untuk dinikahi.Leluhur
kita juga dalam melakukan barter, pemberian perempuan untuk dinikahi dan mempertahankan
hidup harmonis dengan sesama mungkin melakukan kesalahan-kesalahan simpel karena kurang
teliti.Kesalahan dalam pemberian maskawin akibatnya terjadi pada generasi kita sekarang. Orang
akan berpikir kalau seseorang menjadi mandul berarti ada kesalahan maskawin pada nenek atau
tetek moyang dulu. Ini adalah salah satu contoh kesalahan masa lalu.

Pertama: Relasi yang tidak harmonis denga alam. Para leluhur telah mewariskan semua
kekayaan alam kepada kita untuk dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya, namun kita tidak
menjalankan amanah para leluhur.Saat ini illegal loging terjadi di Papua. Pohon-pohon ditebang,
kekayaan alam (emas, tambang dan mineral lainnya) diekspor keluar Papua, gunung dan bukit
digusur untuk membangun perumahan transmigrasi dan pencemaran sungai meningkat.Kita
sudah tidak membangun relasi yang baik dengan alam. Kita hanya diam dan melihat ilegal
loging terjadi di sekitar kita, sungai-sungai yang dulu dijadikan tempat mandi dan mencuci kini
menjadi sumber penyakit yang membawa kematian bagi kita. Kita tidak bertanggungjawab atas
kekayaan alam dan tidak menjalankan amanah para leluhur.

Kedua: Relasi yang tidak harmonis dengan sesama.Setiap orang berharap hidupnya tidak boleh
diganggu oleh pihak luar yang datang mengganggu kehidupan manusia Papua.Namun terkadang
kita saling mengganggu antara kehidupan kita dengan sesama. Kita saling memfitnah, iri hati,
dan melecehkan sesama akibatnya hidup keharmonisan kita dengan orang lain menjadi tidak baik
bahkan kita saling membunuh diantara kita orang Papua.

Ketiga: Hiburan malam (tenda biru). Hiburan malam kalau orang Papua biasanya mengatakan
sebagai tenda biru yang biasanya dibuat di berbagai kabupaten dan kota di Papua, yang menjadi
salah satu faktor pendukung pengurangan nyawa manusia Papua.Mengapa demikian, ketika ada
acara tenda biru pasti ada orang mabuk, ada orang mabuk pasti ada konflik, dari konflik akan
terjadi kontak fisik akhirnya bisa terjadi penghilangan nyawa orang Papua secara perlahan-lahan.
Selain itu ada orang Papua yang dibunuh oleh orang tak dikenal pada saat mau pergi mengikuti
acara atau pulang dari acara.

Keempat: Perbuatan manusia Papua yang tidak manusiawi. Kita menjadi penghianat terhadap
sesama kita. Kita menjadi aktor pembunuhan manusia Papua, akibatnya hilang nyawa manusia
Papua dan berkurangnya manusia Papua. Pembunuhan yang terjadi antar sesama kita orang
Papua karena ulah oknum-oknum yang mengatasnamakan orang Papua.Sistem sosial orang
Papua yang diserang dalam hanya untuk kepentingan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Akibat yang terjadi kita antara orang Papua saling membunuh antar satu dengan yang lain, antar
suku dengan suku, dan lain sebagainya.

Kelima: Sistem Pemekaran dari pemerintah Pusat. Pemekaran adalah faktor utama yang menjadi
lenyapnya manusia Papua dari bumi Cenderawasih. Pemekaran menyebabkan kehidupan
manusia yang tidak harmonis dengan lingkungan alamnya karena terjadi pemekaran, maka
semua hutan akan ditebang untuk membangun fasilitas umum daerah, ekosistem punah dan
sungai-sungai bersih menjadi tercemar.Manusia mulai hidup egois tanpa melihat sesama yang
ada di sekitarnya. Orang akan mengurus diri sendiri tanpa membantu orang lain yang
berkekurangan.

Dengan hadirnya kabupaten baru, orang akan mengikuti perkembangan yang sudah
dilakukan di daerah-daerah lain seperti membuat tenda biru.Umur kita akan semakin panjang
apabila kita hidup sesuai dengan norma agama, budaya dan menjalankan amanah para leluhur
dimana kita membela kebenaran, menuntut keadilan, melawan sisten penjajahan yang diterapkan
di Papua dan menjaga dan melestarikan alam Papua.Kita akan meninggal pada usia muda kalau
kita tidak menaati norma agama, budaya dan tidak menjalankan amanah para leluhur yaitu tidak
membela kebenaran, tidak menuntut keadilan yang merata, tidak melawan sistem yang
diterapkan di Papua, tidak menjaga alam Papua, dan tidak melestarikan alam Papua.
BAB III
Penutup
A.      Kesimpulan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap  pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
4.       Keperawatan
5.       Mempertahankan budaya
6.       Perilaku sehat-sakit
7.       Negosiasi budaya
8.       Restrukturisasi
9.       Budaya
10.   Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi ).
DAFTAR PUSTAKA

Suroso,et al.2015. PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA BERBASIS BUDAYA BUDAYA 


BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUMAH  . Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 18 No.1, Maret 2015, hal 38-44 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

Staff Dosen Universitas Staff Dosen Universitas Cendrawasih.2002. Kebudayaan, Kesehatan Orang


Papua Dalam Perspektif .Antropologi Papua, No. 1,Agustus 2002 (ISSN: 1693-2099)

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA(NILA FARID MOELOEK),2017,KEPUTUSAN


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/187/2017
TENTANG FORMULARIUM RAMUAN OBAT TRADISIONAL INDONES,KEMENTRIAN
KESEHATAN RI: Jarakata

Yuliana Mabel ,Herny Simbala ,Roni Koneri ,2016,Identifikasi Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Suku
Dani Di Kabupaten Jayawijaya Papua,JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 103–107

Herningsih,2018,Kebijakan Pemerintah Papua dalam Pelestarian Tradisi Bakar Batu,Journal of Islamic


Studies and Humanities, Vol. 3, No. 2, Des. 2018: 209-225

http://note-nurse.blogspot.com/2015/09/transkultural-dalam-asuhan-keperawatan.html?m=1

https://id.scribd.com/document/407426493/Globalisasi-Perspektif-Transkultural-Kelmpk-1

file:///C:/Users/Acer/AppData/Local/Temp/17727-44022-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai