KELOMPOK 5
Angga Rahmadana
Arizon Alfath
Farhana Elvi
Feny Peronika
Ririn Razakah Gani
Sarah Sabhira
Dosen Pembimbing
Ns. Lola Felnanda Amri.S.Kep,M.Kep
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring
secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan
dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena
yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya
pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi
keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien,
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya.
Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian globalisasu dan perspektif transcultural dalam masyarakat papua?
2. Apa jamu dan obat tradisional dalam masyarakat papua?
3. Apa tumbuhan obat dan pelayan kesehatan dalam masyarakat papua?
4. Apa sehat dan kecantikan dalam masyarakat papua?
5. Apa paranormal dan kedukunan dalam masyarakat papua?
6. Apa kelahiran,usia tua dan kematian dalam masyarakat papua?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian globalisasu dan perspektif transcultural dalam
masyarakat papua
2. Untuk mengetahui jamu dan obat tradisional dalam masyarakat papua
3. Untuk mengetahui tumbuhan obat dan pelayan kesehatan dalam masyarakat
papua
4. Untuk mengetahui sehat dan kecantikan dalam masyarakat papua
5. Untuk mengetahui paranormal dan kedukunan dalam masyarakat papua
6. Untuk mengetahui kelahiran,usia tua dan kematian dalam masyarakat papua
BAB II
Globalisasi dan Perspektif Transcultural dalam Masyarakat Papua
1.Pengertian
Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture,
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung, sedangkan culture berarti
budaya.Menurut kamus besar bahasa indonesia; trans berarti melintang,menembus,melintas
danmelalui. Cultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, kepercayaan, nilai-nilai dan
pola prilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya,sedangkan cultural berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.Jadi,
transkultural dapat diartikan sebagai pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui
proses interaksi sosial. Transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya. Menurut Leininger (1991).
Menurut naskah satu jurnal penelitian mengenai antropologi pada masyarakat Papua
terutama pada bidang kesehatan, memiliki berbagai keanekaragaman budaya.Budaya yang masih
tertanam saat ini pada masyarakat Papua adalah apibila terdapat seseorang yang sedang sakit
maka mereka beranggapan bahwa seseorang tersebut terkena guna-guna (black
magic.Berdasarkan beberapa contoh-contoh di atas dapatlah dikatakan bahwa orang Papua
mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu sendiri berdasarkan berdasarkan pandangan
pandangan dasar dasar kebudayaan kebudayaan mereka mereka masing-masing. masing-masing.
Memang kepercayaan tersebut bila dilihat sudah mulai berkurang terutama pada orang
Papua yang berada di daerah-daerah perkotaan, Misalkan Masyarakat Sumuri saat ini sedang
mengalami perubahan atau transisi dari medis tradisional yang dahulu tumbuh kuat ditengah
masyarakat ke medis modern yang dibawa oleh pendatang, pemerintah maupun perusahaan.
Pluralisme medis kuat masih dirasakan di kalangan penduduk Sumuri khususnya terkait dengan
pertolongan dukun dalam pola perawatan ibu hamil maupun persalinan. Masuknya medis
modern di Sumuri diterima dengan baik mengingat ada peran pemerintah, perusahaan, faktor
pertumbuhan ekonomi, masuknya pendatang ke wilayah tersebut yang dengan cepat gaya
hidupnya diadopsi masyarakat lokal.
Dominasi medis modern mampu memarjinalkan medis tradisional. Persalinan yang biasa
ditolong kerabat berubah ke tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat). Jika pada masa lalu
semua persalinan berlangsung di rumah, maka sekarang berpindah ke fasilitas kesehatan
(Puskesmas, Poskesdes atau rumah sakit). Medis modern dengan cepat diterima masyarakat
karena sosialisasi dan peran petugas kesehatan, pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan
dari perusahaan perusahaan yang beroperasi di wilayah Sumuri. Keterisolasian wilayah Sumuri
teratasi lewat dominasi medis modern, sehingga pelayanan kesehatan masyarakat pedalaman
dapat terwujud.
Jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Dani Kabupaten Jayawijaya Papua
diminum
dimasak
airnya
diminum
pagi dan
sore
PELAYANAN KESEHATAN
Berdasarkan uraian mengenai trend dan isu keperawatan transkultural diPapua, kita
mengetahui bahwa masyarakat Papua masih kental dengan kebudayaannya terutama pada tradisi
pengobatan.Dengan demikian, meskipun pihak pemerintah telah menyediakan sarana dan
prasarana untuk kesehatan, maka hal tersebut sangatlah sia-sia saja.Dengan demikian,
seharusnya, pihak tenaga kesehatan melakukan mengenai kunjungan ke beberapa rumah sekitar
sarana kesehatan, dengan demikian diharapkan pihak kesehatan akan melakukan beberapa
promosi kesehatan serta menjelaskan apa saja dampak yang terjadi apabila pengobatan dengan
cara yang salah tetap dilakukan. Namun, saat ini cara yang salah tetap dilakukan. Namun, saat
ini tiidak sedikit juga masyarakat Papua sudah lebih mengetahui apa yang harus dilakukan saat
mereka mengalami sakit, seperti berobat ke Rumah Sakit.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Indonesia mengenai
pelayanan prima berbasis budaya yang berpengaruhdalam tingkat kepuasan pasien di RSAL
Dokter Soedibjo Sardadi Jayapura,memiliki beberapa metode dalam mengatasi kesenjangan
antara pengobatan secara tradisional dan modern. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa tersebut banyak masyarakat Papua yang mengeluh mengenaisikap perawat yang
kurang perhatian dalam pemberian pelayanan sebanyak48%, kemudian cara berkomunikasi yang
dilakukan perawat pada pasiensebesar 53%.Dalam hal ini mereka mencoba dengan metode quasi
experiment denganrancangan pre and post with pre and post with control group design control
group design, dan pada pasien dilakukandengan metode consecutive sampling .
Hal pertama yang mereka lakukan adalah dengan melakukan pelatihan, dimana pelatihan
tersebut perawat akan diberikan materi mengenai pelayanan prima, caring, komuni-kasi
terapeutik,dan budaya. Setelah mendapatkan materi pelatihan dilakukan kegiatan role play,
tentang cara komunikasi dengan pasien meng-gunakan dialek Papua, peserta peserta
disimulasikan disimulasikan sebagai sebagai pasien pasien dan dan perawat. Kegiatan ini ini
berlangsung berlangsungselama dua jam, memang tidak semua peserta mendapat kesempatan
untukmelakukan simulasi karena keterbatasan waktu pelatihan Kegiatan selanjutnya adalah
pendampingan, pendampingan untuk perawat pelaksana dilakukan selama dua minggu, perawat
diberikan pendam-pingan oleh peneliti dibantu oleh tiga kepala ruang.
Kegiatan pelayanan prima berbasis budaya yang lain adalah dengan menganalisis budaya
masyarakat Papua yang biasa makan pinang, dan membuang ludah pinang di sembarang tempat.
Berdasarkan hal tersebut, berinisiatif untuk menyediakan suatu tempat yang sudah
disiapkan,seperti bak pasir tempat membuang ludah pinang, para pasien atau pengunjung
pengunjung yang akan makan pinang ddiarahkan ketempat tersebut, secara fasilitas tempat
tersebut masih perlu pembenahan agar representatif.Tanggapan dari keluarga pasien atau
pengunjung juga baik, bahkan ada yang menyarankan agar ruangannya diperluas dan dibuat
permanen sehingga para p pengunjung dapat menikmatinya dengan nyaman.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rerata skor kepuasan pasien sebelum intervensi dan setelah intervensi
mengalami peningkatan satu setengah kalilipat lebih puas dari kondisi awal. Artinya ada
pengaruh pelatihan pelayanan prima berbasis budaya terhadap terhadap kepuasan pasien pada
kelompok intervensi. .Komunikasi perawat terhadap pasien menjadi faktor yang penting dalam
pemberian pelayanan prima berbasis budaya.
Di Papua terdapat sebuah perawatan buah merah ala wanita Papua. Buah dari tanaman
bernama latin Pandanus conoideus sering dimanfaatkan wanita Papua untuk merawat kulit
supaya tidak kering, bersisik dan pecah-pecah. Tanaman dari kelompok pandan-pandanan ini
mengandung vitamin E dan karotenoid yang tinggi yang bisa melindungi kulit dari sinar UV.
Buah merah akan diperas hingga keluar minyaknya lalu dioleskan ke kulit. Efeknya bisa
dirasakan langsung.
5. Paranormal dan Kedukunan papua
Dalam komunitas tertentu, orang tertentu dikenal mempunyai kekuatan untuk
menyembuhkan. Dukun dianggap mendapat anugerah dari Tuhan. Banyak contoh seseorang
dengan warisan budaya konsisten terlebih dahulu berkinsultasi dengan dukun sebelum ia
berhubungan dengan pemberi perawatan kesehatan modern. Terdapat banyak perbedaan antara
dokter Barat dengan dukun tradisional (Kaptchuk & Croucher, 1987) Hubungan antara seseorang
dengan dukun sering lebih dekat dibandingkan dengan tenaga perawatan kesehatan professional.
Orang vmenganggap dukun sebagai seseorang yang mampu memahami masalah dalam konteks
kultural, berbicara dengan bahasa yang sama, dan memiliki pandangan yang sama tentang dunia.
Suku Asmat, Papua, sanggup nemuin barang hilang dan bisa mendatangkan hujan petir .
Selain menghormati leluhur mereka yang dipercaya tinggal di alam gaib tempat matahari
terbenam, suku Asmat juga mudah tersinggung. Ketika mereka marah, mereka akan mengirim
“hadiah” berupa sakit misterius, miskin mendadak, kecelakaan, dll. Sihir ini juga menjadi cara
mereka membuat menjaga alam sekitar supaya tidak dirusak orang. Bagi mereka, merusak alam
sama saja artinya dengan merusak tempat tinggal dewa-dewa mereka.
Perawatan tali pusat yang dilakukan secara tradisional yaitu hanya menggunakan arang
tempurung bekas bakaran dengan daun-daunan dan di usap-usap (rau-rau) dengan tangan yang di
hangatkan di panas api di pusat dan sekitar pusat bayi sampai sudah agak kering setelah itu di
ikat dengan kain kasa 2 kali sehari setelah menyeka bayi. Menurut kepercayaan mereka
perawatan tali pusat yang dilakukan lebih cepat kering dan jatuh. Menurut Depkes RI (2004)
Kebiasaan yang di lakukan oleh ibu sudah baik, karena ibu tidak menggunakan daun-daun,
ramuan atau obat bubuk, namun ibu harus memperhatikan kebersihan tangannya karena
kematian bayi banyak disebabkan oleh Tetanus neonatrum akibat perawatan yang kurang bersih.
Namun setelah tali pusat jatuh pada usia 3 bulan bayi sudah dimandikan air dingin. Hal ini
diyakini bahwa pada masa pertumbuhan bayi akan tahan terhadap perubahan iklim dan tulang
menjadi kuat untuk memikul barang yang berat.
- Ibu nifas tidak boleh bekerja berat sebelum pusat bayi terlepas, karena bisa
memperlambat keringnya tali pusat
- Suami tidak boleh memotong pohon atau tanaman di hutan sebelum tali pusat anak
terlepas karena darah bisa keluar dari pusat anak.
- Anak sakit akibat pelanggaran yang dilakukan oleh orang tua.
- Suami tidak boleh menanam tanaman jangka panjang anak bisa terlambat jalan
- Bayi biar kuat dan tidak menangis harus di beri makan seperti; sagu, pisang, dan betatas.
- Batuk pilek pada anak masih dihubungkan dengan alam, seperti musim buah-buahan akan
datang.
Pantangan pada masyarakat kampung Yepase dalam melakukan perawatan bayi, sama halnya
dengan kepercayaan budaya Jawa yang percaya pada mitos-mitos mengenai ibu pada masa
perawatan bayi.Di papua ada beberapa faktor yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia
Papua dari bumi Papua adalah kesalahan masa lalu dan kesalahan masa sekarang yang hingga
sampai saat ini.
Kesalahan leluhur
Leluhur dan nenek moyang orang Papua sangatlah mengutamakan hidup bersama dengan
orang lain karena membantu mereka untuk melakukan pengelolahan ekonomi melalui barter dan
memudahkan mereka untuk melakukan pertukaran seorang perempuan untuk dinikahi.Leluhur
kita juga dalam melakukan barter, pemberian perempuan untuk dinikahi dan mempertahankan
hidup harmonis dengan sesama mungkin melakukan kesalahan-kesalahan simpel karena kurang
teliti.Kesalahan dalam pemberian maskawin akibatnya terjadi pada generasi kita sekarang. Orang
akan berpikir kalau seseorang menjadi mandul berarti ada kesalahan maskawin pada nenek atau
tetek moyang dulu. Ini adalah salah satu contoh kesalahan masa lalu.
Pertama: Relasi yang tidak harmonis denga alam. Para leluhur telah mewariskan semua
kekayaan alam kepada kita untuk dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya, namun kita tidak
menjalankan amanah para leluhur.Saat ini illegal loging terjadi di Papua. Pohon-pohon ditebang,
kekayaan alam (emas, tambang dan mineral lainnya) diekspor keluar Papua, gunung dan bukit
digusur untuk membangun perumahan transmigrasi dan pencemaran sungai meningkat.Kita
sudah tidak membangun relasi yang baik dengan alam. Kita hanya diam dan melihat ilegal
loging terjadi di sekitar kita, sungai-sungai yang dulu dijadikan tempat mandi dan mencuci kini
menjadi sumber penyakit yang membawa kematian bagi kita. Kita tidak bertanggungjawab atas
kekayaan alam dan tidak menjalankan amanah para leluhur.
Kedua: Relasi yang tidak harmonis dengan sesama.Setiap orang berharap hidupnya tidak boleh
diganggu oleh pihak luar yang datang mengganggu kehidupan manusia Papua.Namun terkadang
kita saling mengganggu antara kehidupan kita dengan sesama. Kita saling memfitnah, iri hati,
dan melecehkan sesama akibatnya hidup keharmonisan kita dengan orang lain menjadi tidak baik
bahkan kita saling membunuh diantara kita orang Papua.
Ketiga: Hiburan malam (tenda biru). Hiburan malam kalau orang Papua biasanya mengatakan
sebagai tenda biru yang biasanya dibuat di berbagai kabupaten dan kota di Papua, yang menjadi
salah satu faktor pendukung pengurangan nyawa manusia Papua.Mengapa demikian, ketika ada
acara tenda biru pasti ada orang mabuk, ada orang mabuk pasti ada konflik, dari konflik akan
terjadi kontak fisik akhirnya bisa terjadi penghilangan nyawa orang Papua secara perlahan-lahan.
Selain itu ada orang Papua yang dibunuh oleh orang tak dikenal pada saat mau pergi mengikuti
acara atau pulang dari acara.
Keempat: Perbuatan manusia Papua yang tidak manusiawi. Kita menjadi penghianat terhadap
sesama kita. Kita menjadi aktor pembunuhan manusia Papua, akibatnya hilang nyawa manusia
Papua dan berkurangnya manusia Papua. Pembunuhan yang terjadi antar sesama kita orang
Papua karena ulah oknum-oknum yang mengatasnamakan orang Papua.Sistem sosial orang
Papua yang diserang dalam hanya untuk kepentingan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Akibat yang terjadi kita antara orang Papua saling membunuh antar satu dengan yang lain, antar
suku dengan suku, dan lain sebagainya.
Kelima: Sistem Pemekaran dari pemerintah Pusat. Pemekaran adalah faktor utama yang menjadi
lenyapnya manusia Papua dari bumi Cenderawasih. Pemekaran menyebabkan kehidupan
manusia yang tidak harmonis dengan lingkungan alamnya karena terjadi pemekaran, maka
semua hutan akan ditebang untuk membangun fasilitas umum daerah, ekosistem punah dan
sungai-sungai bersih menjadi tercemar.Manusia mulai hidup egois tanpa melihat sesama yang
ada di sekitarnya. Orang akan mengurus diri sendiri tanpa membantu orang lain yang
berkekurangan.
Dengan hadirnya kabupaten baru, orang akan mengikuti perkembangan yang sudah
dilakukan di daerah-daerah lain seperti membuat tenda biru.Umur kita akan semakin panjang
apabila kita hidup sesuai dengan norma agama, budaya dan menjalankan amanah para leluhur
dimana kita membela kebenaran, menuntut keadilan, melawan sisten penjajahan yang diterapkan
di Papua dan menjaga dan melestarikan alam Papua.Kita akan meninggal pada usia muda kalau
kita tidak menaati norma agama, budaya dan tidak menjalankan amanah para leluhur yaitu tidak
membela kebenaran, tidak menuntut keadilan yang merata, tidak melawan sistem yang
diterapkan di Papua, tidak menjaga alam Papua, dan tidak melestarikan alam Papua.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
4. Keperawatan
5. Mempertahankan budaya
6. Perilaku sehat-sakit
7. Negosiasi budaya
8. Restrukturisasi
9. Budaya
10. Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi ).
DAFTAR PUSTAKA
Yuliana Mabel ,Herny Simbala ,Roni Koneri ,2016,Identifikasi Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Suku
Dani Di Kabupaten Jayawijaya Papua,JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 103–107
http://note-nurse.blogspot.com/2015/09/transkultural-dalam-asuhan-keperawatan.html?m=1
https://id.scribd.com/document/407426493/Globalisasi-Perspektif-Transkultural-Kelmpk-1
file:///C:/Users/Acer/AppData/Local/Temp/17727-44022-1-SM.pdf