Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

KELUARGA Bp. M DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN


ANAK USIA SEKOLAH DENGAN MASALAH HIPERTENSI
PADA Bp. M DI DUSUN GRINTINGAN RT 017 RW 04 SAMBI

Disusun Oleh:
LUTFI DARMALIA PUSPITA
P 27220019 215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Profesi Ners Keperawatan Keluarga pada Tn M di Dusun Grintingan RT 17 RW
04 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan serta arahan dan
dorongan yang berarti sejak dari persiapan sampai dengan terselesainya laporan
ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Satino, S.KM, M.Sc.N selaku Direktur Politehnik Kesehatan Surakarta
2. Widodo, MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Siti Lestari, MN selaku Kepala Prodi Profesi Ners
4. Keluarga Tn. M selaku penerima asuhan
5. Dwi Sulistyowati, SKp.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahannya
6. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungannya.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberiakan, mendapatkan pahala
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, aamiin.

Surakarta, Juni 2020

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian


Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah
satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan
upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan
penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit
hipertensi (Sarkomo, 2016).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan


darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah
tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis.
Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto,
2014).

Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang
berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1
dari 2 orang dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang
hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap
lanjut dengan komplikasi seperti serangan jantung dan stroke.

1
2

Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan


bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007
menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration
Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab
kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7%
setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit
hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga
meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan
itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).

Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan


Puskesmas Sambi yang pelayanannya mencakup beberapa kelurahan
menunjukkan bahwa hipertensi masuk dalam daftar 10 besar penyakit
terbanyak urutan nomor satu tahun 2019. Pada tahun 2018 didapatkan data
total penderita hipertensi sejumlah 2.350 orang yang semuanya adalah
hipertensi dan pada tahun 2019 dari bulan Januari sampai Juni terdapat 1.175
kunjungan dengan diagnosa hipertensi. Untuk itulah perlu dilakukan upaya
pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah satunya adalah
keluarga Tn. M.

Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan


kesehatan dengan asuhan keperawatan pada keluarga Bp. M.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada keluarga Bp. M di Dusun Grintingan RT 17
RW 04 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali?
3

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Bp. M di wilayah kerja
Puskesmas Sambi Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Bp. M
di wilayah kerja Puskesmas Sambi Boyolali.
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Bp. M di wilayah kerja Puskesmas Sambi
Boyolali.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Bp. M di wilayah kerja Puskesmas Sambi Boyolali.

D. Manfaat
1. Masyarakat
Membudayakan pengelolaan pasien hipertensi pada tatanan keluarga.
2. Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya tim program
kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,
2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga
atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :

4
5

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,


saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan 7 sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan
6

3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 :
1) Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
2) Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post
partum 6 minggu.
3) Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, 9
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
4) Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
7

5) Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
7) Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua.
8) Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.

4. Struktur Keluarga
Menurut Johan R dan Leny R (2010) dalam bukunya Keperawatan
Keluarga menyatakan struktur keluarga yang ada di Indonesia, yaitu :
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
8

d. Patrilokal : seseorang suami istri yang tinggal bersama keluarga


sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

5. Tipe Keluarga
Menurut Johan R dan Leny R (2010) dalam bukunya Keperawatan
Keluarga menyatakan tipe keluarga terdiri dari :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4) Single Parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seseorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa
kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
6) The Childress Family, yaitu keluarga tanpa anak kerena
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan mengejar karir atau pendidikan.
b. Tipe Keluarga non Tradisional
1) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
9

2) The stepparent family


Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners)
6) Cohibitng couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagai sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10

10) Homeless family


Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetap berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.

6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :


a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut
(Heniwati, 2010) :
11

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang
perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan nomor telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
12

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-


pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perludukungan
13

serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana


pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan.
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
14

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa


keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Analisis data dan diagnosis keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannya (Harmoko, 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, 2012)
a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan waktu yang cepat
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi
tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengancepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya.

3. Prioritas diagnosis keperawatan keluarga


Friedman (2010), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi
seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan
prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap
tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah:
Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
1
Ancaman Kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah: 2
15

Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi 3
1
Sedang 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:


a. Kriteria 1
Sifat masalah; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang
sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya
disadari dan dirasakan oleh keluarga
b. Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu.
4) Sumberdaya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan masyarakat
c. Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah
2) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
16

3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang


tepat dalam memperbaiki masalah.
4) Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor
tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan
keluarga.

4. Perencanaan keperawatan keluarga


Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/ masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi. Langkah-langkah mengembangkan rencan aasuhan
keperawatan keluarga (Harmoko, 2012) :
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

5. Implementasi
Menurut Harmoko (2012) tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-
hal berikut, yaitu :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
17

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat


dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
yang menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang
dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungklin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan
fasilitas tersebut.

6. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan (Harmoko, 2012) :
a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah
perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektifitas interfrensi tersebut.
b. Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan prilaku atau
status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat
objektif, feksibel, dan efesiensi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Bp. M DENGAN HIPERTENSI

Tanggal Pengkajian : 5 Juni 2020


Waktu : 11.00 WIB
Metode : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama KK : Bp. M
b. Umur KK : 46 tahun
c. Alamat : Dusun Grintingan RT 17 RW 04 Kecamatan
Sambi Kabupaten Boyolali.
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan : SMA
f. Penghasilan : >1.900.000/ bulan
g. Susunan Anggota Keluarga

No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Hubungan


1 Bp. M 46 L SLTA Buruh Kepala Keluarga
2 Ibu M 44 P SLTP IRT Istri
3 An. F 8 L - - Anak
h. Genogram

18
19

Keterangan Genogram:
: Laki-laki
: Perempuan
/ : Meninggal
: Menikah
: Tinggal serumah
i. Tipe Keluarga : Keluarga Inti
j. Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
k. Agama : Islam
l. Status Sosial Ekonomi
Penghasilan keluarga >1.900.000/ bulan yang diperoleh dari
pendapatan Bp. M yang bekerja sebagai Buruh.
m. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan rekreasi yang dilakukan keluarga untuk rekreasi biasanya
jalan-jalan ketempat wisata pada saat waktu liburan.

2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga dengan anak sekolah
b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi
c. Riwayat Keluarga Inti
Bp. M mengatakan saat ini Bp. M dan seluruh anggota keluarganya
dalam keadaan sehat. Hanya saja Bp. M mempunyai riwayat
penyakit hipertensi sejak ± 2 tahun.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Bp. M mengatakan darah tingginya masih sering kambuh atau kumat
yang membuatnya pusing dan mengganggu aktivitasnya karena
merasa pusing, sedangkan Ibu M dan anaknya tidak pernah
20

mengalami gangguan atau masalah kesehatan yang mengganggu


aktivitas sehari-hari.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Rumah
Jenis bangunan rumah Bp. M adalah permanen. Lantai rumah
terbuat dari semen, status kepemilikan rumah sendiri, atap
rumah dari genteng. Ruang tamu dan kamar tidur nampak bersih
dan rapi, tidak terdapat pakaian yang bergantung sembarangan
di dinding rumah.

Denah rumah Bp. M :

1 2 3 4

5 6

10 7

11 8
9
12 13

Keterangan:
1 dan 2 : Kamar Mandi
3 : Dapur Bersih
4 : Dapur Kotor
5 : Tempat Menjemur Pakaian
6, 10,11 dan 12 : Kamar Tidur
7 : Ruang Keluarga
8 : Ruang Santai dan Menonton TV
9 : Garasi
13 : Ruang Tamu
21

2) Ventilasi dan Penerangan


Ventilasi rumah ada 9 buah, pencahayaan rumah baik (25cm
jarak baca) dan penerangan rumah menggunakan listrik.
3) Persediaan Air Bersih
Sumber air yang digunakan oleh keluarga Bp.M adalah PDAM
dan swadaya yang digunakan untuk keperluan sehari-hari,
keadaan fisik air tidak berwarna, tidak berbau dan berasa,
penampungan air menggunakan ember yang terbuka dan dikuras
seperlunya.
4) Pembuangan Sampah
Sampah keluarga ditampung di kantong plastik dan dibakar di
belakang rumah.
5) Pembuangan Air Limbah
Jenis pembuangan air limbah pada got terbuka dan kondisi
saluran pembuangan terpelihara.
6) Jamban /WC
Jenis jamban/WC yang digunakan adalah jongkok dan duduk
atas kepemilikan sendiri.
7) Lingkungan Rumah
Dihalaman rumah Bp. M terdapat tanaman buah-buahan. Di
depan rumah terdapat kolam ikan dengan jarak ±3 meter dari
pintu depan rumah.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT
Keluarga Bp. M termasuk keluarga yang sudah lama berada di
lingkungan tempat tinggalnya. Tetangga sebalah kanan dan kirinya
selalu menyapa setiap kali bertemu di halaman rumah dengan
keluarga Bp. M.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Semenjak menikah, Bp. M dan isterinya sudah bertempat tinggal di
rumah yang sekarang ini mereka tempati dan tidak pernah pindah
kemana-mana. Setiap pagi hari kerja Bp. M melakukan kegiatan
22

bekerja dan akan pulang sekitar pukul 17.00 WIB sedangkan Ibu M
setiap pagi selalu mengantar anaknya sekolah dan An. F juga pergi
bersekolah dan pulang jam 14.00 WIB. Sore hari keluarga Bp. M
sering bersama-sama santai di dalam rumah sambil beristirahat.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga ini tergolong aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat
dan bersosialisasi di masyarakat.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Yang merawat Bp. M sewaktu sakit adalah Ibu M menggunakan
uang tabungan yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Jarak rumah
dengan puskesmas ± 3 km sedangkan ke dokter praktik ± 0,5 km.
Saat anggota keluarga sakit memilih untuk ke dokter praktik
terdekat.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Proses komunikasi dalam keluarga cukup baik dan terbuka.
Penerimaan pesan baik, bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi adalah bahasa Jawa, Indonesia.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu Bp. M selaku kepala
keluarga.
c. Struktur Peran
Tn. M sebagai kepala keluarga berperan sebagai mencari nafkah,
sedangkan Ny. M sebagai ibu rumah tangga yang mengurus segala
keperluan keluarganya.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga masih sangat kental dengan nilai dan norma budaya
keturunan keluarga terdahulu (misal : menghormati yang lebih tua,
makan dengan tangan kanan dan selalu bersopan santun). Dan tidak
ada norma dan aturan adat yang meyimpang dari kesehatan.
23

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
serta memperhatikan keadaan keluarga atau suami yang sakit. Sikap
saling menghormati antar anggota keluarga juga terjalin dengan baik
dengan saling tegur dan sapa setiap tetangga.
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu menanamkan sikap dan perilaku yang baik
bermasyarakat dan dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di
lingkungan tempat tinggalnya.
c. Fungsi Perawatan Keluarga
1) Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Keluarga mengatakan hanya sebatas mengetahui bahwa Bp. M
mengalami darah tinggi.
2) Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan Mengatasi
Masalah
Keluarga merasakan masalah kesehatan pada Bp. M Keluarga
memutuskan tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan darah
tinggi Tn. M dengan berobat k edokter praktek.
3) Kemampuan Keluarga Merawat Anggota yang Sakit
Keluarga belum terlalu mengetahui bagaimana cara untuk
merawat Hipertensi pada Bp. M dan Hipertensi Bp. M masih
sering kambuh. Penyediaa makanan juga tidak dibedakan.
4) Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan yang Sehat
Keluarga mengetahui tentang upaya pencegahan penyakit.
Sehingga, keluarga selalu berupaya menjaga lingkungan
keluarga di rumah agar tidak terlalu berisik yang mana hal
tersebut dapat mengganggu kenyamanan Bp. M, karena pola
tidur Bp. M tidak teratur.
24

5) Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Kesehatan


Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan apabila
ada anggota keluarga yang sakit yang dirasa tidak bisa lagi
dirawat di rumah meskipun keluarga dapat dengan mudah
menjangkau fasilitas kesehatan. Keluarga sudah mampu
memanfaatkan fasilitas yang ada. Bp. M pun tidak pernah
memeriksakan diri ke puskesmas karena saat ini merasa tidak
memiliki keluhan dengan kesehatannya.
d. Fungsi Reproduksi
Saat ini Ibu M tidak menggunakan kontrasepsi dan tidak ada rencana
untuk memiliki bayi lagi.
e. Fungsi Ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilan yang dipat sudah lebih
dari cukup untuk kehidupan sehari-hari dan menabung untuk hari tua
juga.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Stresor
Stres jangka panjang yang dihadapi keluarga adalah cemas dengan
kondisi Bp. M yang mengalami Hipertensi. Sedangkan stres jangka
pendek yang dihadapi keluarga adalah keluarga takut kalau sewaktu
waktu Hipertensi yang dialami Bp. M kambuh lagi dan akan
menyebabkan komplikasi lainnya.
b. Kemampuan Keluarga Merespon Terhadap Stresor
Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor adalah keluarga
selalu memiliki sediaan obat Hipertensi untuk Bp. M walaupun tidak
dikonsumsi.
c. Strategi Koping yang Digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah keluarga menerima keadaan
ini dan keluarga selalu berusaha dan berdoa untuk kebaikan bersama.
25

d. Strategi Adaptasi Fungsional


Strategi adaptasi fungsional yang dilakukan keluarga adalah
berusaha terus berobat dan berdoa.

7. Harapan Keluraga Terhadap Petugas Kesehatan


Keluarga berharap tetap dipertahankannya kegiatan asuhan keperawatan
keluarga di Dusun Grintingan khususnya di RT 17 RW 04 agar keluarga
yang memiliki masalah kesehatan dapat lebih terpapar dari segi
pengetahuan kesehatan maupun pengelolaan mandiri yang dapat
dilakukan oleh keluarga.

8. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

No Pemeriksaan Bp M Ibu M An. F


1 Nutrisi Makan sehari Makan sehari
Makan sehari
3x nasi, sayur 3x nasi, sayur
3x nasi, sayur
dan lauk. Satu dan lauk. Satu
dan lauk. Satu
porsi habis. porsi habis.
porsi habis.
2 Cairan Minum sehari Minum sehari
Minum sehari
7-8 gelas air 7-8 gelas air
7-8 gelas air
putih dan teh putih dan teh
putih, teh dan
susu
3 Aktifitas Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Latihan sehari-hari sehari-hari sehari-hari
seperti seperti seperti belajar
membersihkan memasak dan dan bermain
halaman dan membersihkan
bekerja rumah.

4 Istirahat tidur Tidur malam ± Tidur malam ± Tidur malam ±


7 jam 7 jam 7 jam
Tidur siang ± 1 Tidur siang ± 1 Tidur siang
jam jam jarang
5 Eliminasi BAK sehari 4- BAK sehari 4- BAK sehari 4-
5x 5x 5x
BAB sehari 1x BAB sehari 1x BAB sehari 1x
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan

9.
26

10. Pemeriksaan Fisik

Bp. M Ibu M An. F


Keaadaan Umum Baik Keaadaan Umum Baik Keaadaan Umum Baik
TD (135/90 mmHg) TD (120/80 mmHg) TD ( - mmHg)
KU N (86 x/ menit) N (80 x/ menit) N (80x/ menit)
RR (20x/ menit) RR (18x/ menit) RR (20x/ menit)
Suhu (36,80C) Suhu (36,60C) Suhu (36,80C)
Mesocepal, kulit kepala bersih, rambut Mesocepal, kulit kepala bersih, rambut Mesocepal, kulit kepala bersih, rambut
Kepala hitam sedikit beruban, tidak mudah hitam sedikit beruban, tidak mudah hitam, tidak mudah dicabut
dicabut dicabut
Simetris, konjungtiva ananemis, sklera Simetris, konjungtiva ananemis, sklera Simetris, konjungtiva ananemis, sklera
Mata anikterik, lensa tidak keruh, mata plus anikterik, lensa tidak keruh, tidak anikterik, lensa tidak keruh, tidak
memiliki gangguan penglihatan memiliki gangguan penglihatan
Hidung Simetris, pernafasan vesikuler Simetris, pernafasan vesikuler Simetris, pernafasan vesikuler
Mukosa bibir lembab dan tidak ada Mukosa bibir lembab dan tidak ada Mukosa bibir lembab dan tidak ada
Mulut kelainan pada bibir, gigi ada yang kelainan pada bibir, gigi ada yang kelainan pada bibir, gigi ada yang baru
berlubang dan sudah tidak lengkap berlubang tumbuh
Telinga Bersih, tidak ada serumen berlebih Bersih, tidak ada serumen berlebih Bersih, tidak ada serumen berlebih
27

Perut datar, bising usus normal 6x/ Perut datar, tidak ada lesi, bising usus Perut datar, bising usus normal 8x/
Perut menit, suara timpani, tidak ada nyeri normal 7x/ menit, suara timpani, tidak menit, suara timpani, tidak ada nyeri
ada nyeri
Tidak ada edema, kekuatan otot Tidak ada edema, kekuatan otot Tidak ada edema, kekuatan otot

5 5 5 5 5 5
Ekstremitas
5 5 5 5 5 5
Tonus otot baik Tonus otot baik Tonus otot baik
28

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1. Analisa Data
a. Penjajakan tahap I
1) Kurang/ tidak sehat
Anggota keluarga yaitu Bp. M mengalami Hipertensi sudah 2
tahun.
2) Ancaman Kesehatan
Risiko timbulnya penyaakit pada keluarga Bp. M
b. Penjajakan tahap II
Anggota keluarga yaitu Tn. M mengalami Hipertensi

No Data Fokus Masalah Etiologi


DS : Manajemen Ketidakmampuan
1. Keluarga mengatakan kurang keluarga tidak keluarga
memahami cara merawat efektif merawat anggota
2. Keluarga mengatakan keluarga dengan
makanan Bp. M sama dengan Hipertensi
keluarga yang lain
3. Keluarga kurang memahami
cara mengenal masalah Bp.
M yang khawatir tensinya
1
akan bertambah tinggi
DO :
1. Keluarga tampak bingung
dengan penyakit yang
diderita Bp. M
2. TD 135/90 mmHg
N 86 x/menit
RR 20 x/ menit
Suhu 36,80C
2 DS : Pemeliharaan Ketidakmampuan
1. Bp. M mengatakan sering kesehatan tidak keluarga
khawatir kalau penyakitnya efektif mengenal
kambuh dan harus di rawat di masalah
RS Hipertensi pada
2. Bp. M mengatakan khawatir Bp. M
tensinya semakin tinggi dan
bisa stroke
3. Bp. M mengatakan susah
tidur tepat waktu
4. Keluarga mengatakan kurang
29

memahami cara merawat


5. Keluarga mengatakan kurang
mengenal cara mengatasi
penyakit Bp. M
DO :
1. Ibu M nampak bingung saat
ditanya mengenai hipertensi
dan bagaimana cara
mengontrolnya

2. Skala Prioritas Masalah


a. Manajemen keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi
No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah 3/3 x 1 Ny. M kurang mengetahui
1 3 1 =1 tentang penyakitnya
secara signifikan
Kemungkinan 1/ 2 x 2 Pemberian penjelasan
masalah dapat =1 yang tepat dapat
2 diubah 1 2 membantu mengubah
kebiasaan yang
menimbulkan masalah
Potensi 2/3 x 1 Masalah sudah diderita
3 masalah untuk 2 1 = 0.6 selama 2 tahun
dicegah
Menonjolnya 2/ 2 x 1 Keluarga merasa masalah
4 masalah 2 1 =1 kesehatan Tn. M harus
ditangani
Jumlah 3.6 Aktual

b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi pada Bp. M
No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah 2/3 x 1 Pasien memiliki riwayat
1 2 1
= 0.6 hipertensi sudah 2 tahun
Kemungkinan 1/ 2 x 2Pemberian penjelasan
masalah dapat =1 yang tepat dapat
2 1 2
diubah membantu mengontrol
hipertensi
3 Potensi 2 1 2/3 x 1 Penjelasan diit yang
masalah untuk = 0.6 tepat dapat membantu
30

dicegah mengurangi mengontrol


hipertensi
Menonjolnya 0/ 2 x 1 Keluarga menyadari
masalah =0 dengan mematuhi diet
4 0 1 yang dianjurkan dapat
membantu mengontrol
hipertensi
Jumlah 2.2 Resiko

3. Prioritas Masalah
a. Manajemen keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi (3.6)
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi pada Bp. M
(2.2)
31

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 3.6 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Manajemen Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien
keluarga tidak kunjungan rumah sebanyak dan keluarga tentang
efektif 3 kali kunjungan rumah hipertensi
berhubungan diharapkan keluarga 2. Diskusikan dengan
dengan mengetahui proses penyakit. keluarga tentang
ketidakmampuan Kriteria hasil : hipertensi dengan
keluarga 1. Pasien dan keluarga menggunakan
merawat anggota menyatakan pemahaman leaflet/lembar balik
keluarga dengan tentang penyakit, meliputi pengertian
hipertensi kondisi, dan program hipertensi, penyebab,
pengobatan. tanda dan gejalah, proses
2. Pasien dan keluarga penyakit, komplikasi,
mampu melaksanakan perawatan dan
prosedur yang dijelaskan pencegahan hipertensi.
secara benar. 3. Diskusikan dengan
3. Pasien dan keluarga keluarga tentang
mampu menjelaskan keputusan untuk merawat
kembali apa yang anggota keluarga sakit.
dijelaskan perawat. 4. Diskusikan dengan
4. Klien dan keluarga keluarga cara merawat
mengetahui komplikasi anggota keluarga yang
hipertensi sakit.
5. Jelaskan makanan yang
harus dikonsumsi dan
dihindari penderita
hipertensi.
6. Latih klien tentang senam
hipertensi
7. Diskusikan dengan
keluarga tentang
lingkungan yang
menunjang kesehatan.
8. Diskusikan bersama
keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Pemeliharaan Setelah dilakukan kunjungan 1. Anjurkan keluarga untuk
rumah 3x diharapakan Resiko membantu menjaga diit Bp.
kesehatan tidak
kekambuhan kembali pada M
efektif Bp. M dapat diatasi dengan 2. Anjurkan Bp. M untuk
kriteria hasil: menjaga pola makan
berhubungan
32

dengan 1) Keluarga mengetahui 3. Jelaskan tentang obat


resiko kekambuhan tradisional untuk mengatasi
ketidakmampuan
berulang pada penyakit hipertensi
keluarga hipertensi 4. Anjurkan Bp. M untuk
2) Keluarga mampu menjaga selalu relaks
mengenal
keadaan Bp. M tetap stabil 5. Ajarkan senam hipertensi
masalah 3) Adanya usaha untuk tidur 9. Kaji pengetahuan
sesuai kebutuhan keluarga tentang cara
hipertensi pada
4) Ungkapan Bp. M tidak merawat anggota keluarga
Bp. M takut lagi yang sakit.
5) Wajah Bp. M tampak 10.Diskusikan dengan
relaks keluarga tentang
lingkungan yang
menunjang kesehatan.
11.Diskusikan dengan
keluarga tentang merawat
anggota keluarga yang
sakit
33

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Implementasi Keperawatan

No.
Implementasi Evaluasi
Dx
Jumat, 5 Juni 2020
1 1. Membina hubungan saling percaya dengan cara Subjektif :
berkenalan dengan klien dan menjelaskan tujuan Keluarga mengatakan belum begitu paham tentang
kunjungan penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan
2. Mengkaji keadaan pasien dan keluarga pada Bp. M
3. Mengkaji pengetahuan tentang Hipertensi
4. Melakukan kontrak waktu untuk kunjungan berikutnya Objektif :
Klien dan keluarga kooperatif saat di lakukan pengkajian

Assesment :
Masalah belum teratasi

Planning :
Lakukan pendidikan kesehatan tentang Hipertensi dan
komplikasinya

2 1. Mengkaji pengetahuan tentang hipertensi dan Subjektif :


komplikasinya. Keluarga mengatakan belum paham tentang hipertensi dan
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang perawatan Tn. komplikasinya
M dengan Hipertensi
3. Menganjurkan Bp. M untuk tetap relaks Objektif :
4. Menganjurkan Bp. M untuk mengatur jadwal tidur Klien dan keluarga kooperatif saat di lakukan pengkajian
5. Melakukan kontrak waktu untuk kunjungan berikutnya
34

Assesment:
Masalah belum teratasi

Planning :
Lakukan pendidikan tentang diit hipertensi

Rabu, 10 Juni 2020


1 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dan Subjektif :
komplikasinya Keluarga mengatakan sekarang menjadi paham tentang
2. Melatih senam hipertensi pada anggota keluarga penyakit, kondisi, dan cara mengontrol dengan senam
3. Memberikan pujian pada keluarga atas jawaban yang hipertensi
benar.
4. Memberikan re-inforcement positif atas keputusan yang Objektif :
dipilih oleh keluarga Klien dan keluarga mampu mendomonstrasikan kembali
5. Melakukan kontrak waktu untuk kunjungan selanjutnya senaam hipertensi namun masih belum lancar

Assesment:
Masalah teratasi sebagian

Planning :
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri kepala
Evaluasi tentang pengetahuan dan senam hipertensi
2 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang diit pasien Subjektif :
dengan hipertensi Keluarga mengatakan paham tentang diit yang diperlukan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang diit yang
diperlukan untuk pasien dengan hipertensi Objektif :
3. Mengevaluasi kembali tentang cara pemenuhan diit Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan namun masih sering lupa.
35

pasien dengan hipertensi


4. Memberikan pujian pada keluarga atas jawaban yang Assesment:
benar. Masalah teratasi sebagian.
5. Memberikan re-inforcement positif atas keputusan yang
dipilih oleh keluarga Planning :
6. Melakukan kontrak waktu untuk kunjungan selanjutnya Mengkaji pengetahuan lingkungan yang nyaman.
Mediskusikan bersama keluarga bagaimana lingkungan
yang dapat menunjang kesehatan.
Ajarkan teknik relaksasi

Senin, 15 Juni 2020


1 1. Mengevaluasi kembali tentang pengetahuan dan Subjektif :
pelaksanaan senam hipertensi Keluarga mengatakan melakukan senam hipertensi setiap
2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam sore hari dan badan menjadi lebih enteng
3. Memberikan pujian pada keluarga atas jawaban yang
benar. Objektif :
Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali cara
membuat obat tradisional
Klien mampu melakukan senam hipertensi dengan lancar

Assesment:
Masalah teratasi

Planning :
Intervensi dipertahankan keluarga.

2 1. Mengkaji pengetahuan lingkungan yang nyaman. Subjektif :


2. Mediskusikan bersama keluarga bagaimana lingkungan Keluarga mengatakan paham tentang diit dan lingkungan
yang dapat menunjang kesehatan. yang tepat untuk Bp. M
36

3. Mengevaluasi kembali tentang bagaimana pemberian diit


pasien Objektif :
4. Memberikan pujian pada keluarga atas jawaban yang Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali tentaang
benar diit dan lingkungan yang tepat untuk Bp. M
5. Mengkaji kesulitan yang dihadapi keluarga untuk Klien mampu melakukan relaksasi nafas dalam
memberikan penanganan resiko komplikasi hipertensi
bersama keluarga. Assesment:
Masalah teratasi.

Planning :
Intervensi dipertahankan keluarga.
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktik keperwatan keluarga dilaksanakan mahasiswa Program


Studi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Surakarta adalah salah satu
program untuk mengaplikasikan konsep keperawatan keluarga dengan
menggunakan proses keperawatan keluarga sebagai dasar ilmiah. Upaya
pendidikan untuk mencetak seorang perawat yang profesional, mandiri
dan mempunyai kompetensi sesuai dengan yang di inginan dapat
dilakukan dengan menerapkan konsep tersebut, dan secara resmi
mahasiswa melakukan praktik klinik keperawatan keluarga. Berikut ini
pembahasan yang akan diuraikan berkisar tentang praktik keperawatan
keluarga.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data yang diingikan. Pada
pengkajian ini dilakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara
dengan keluarga. Dari pengumpulan data didapatkan bahwa keluarga Bp. M
merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak. Keluarga Bp.
M masuk kedalam tahap keluarga anak usia sekolah. Dari pengkajian yang
telah dilakukan keluarga Bp. M diperoleh hasil bahwa Bp. M memiliki
riwayat hipertensi sudah 2 tahun. Keluarga Bp. M mengatakan mengetahui
jika salah satu anggota keluarga memiliki penyakit hipertensi. Keluarga Bp.
M mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang hipertensi. Bp. M
mengatakan tidak rutin melakukan kontrol, hanya saat terasa sudah sakit dan
dirasa parah. Hasil pemeriksaan TD 135/90 mmHg. Dari pengkajian
didapatkan beberapa masalah kesehatan yang dirasakan keluarga Bp. M
meliputi:
a. Manajemen keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

37
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi pada Bp. M

38
38

Dari kedua masalah yang ditemukan, maka dikembalikan kepada keluarga


untuk dianalisa lebih lanjut. Tidak terdapat masalah dalam melakukan
kegiatan sesuai dengan waktu yang disepakati untuk membahas data sampai
menemukan rencana penyelesaiannya, serta kontrak waktu sesuai dengan
implementasi.
2. Penentuan Prioritas Masalah
Melalui analisa masalah setelah dirumuskan permasalahan kesehatan keluarga
dilakukan penentuan prioritas masalah atas dasar skor perhitungan dari masalah,
maka ditentukan prioritas masalah kesehatan sebagai berikut:
a. Manajemen keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi pada Bp. M
3. Perencanaan
Rencana kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan dapat
disepakati dengan keluarga. Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan
antara lain:
a. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan
leaflet meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, proses
penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota
keluarga sakit.
d. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit.
e. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang
kesehatan.
f. Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.
g. Latih klien tentang senam hipertensi
h. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita
hipertensi.
i. Jelaskan tentang obat tradisional untuk mengatasi hipertensi
39

j. Anjurkan Bp. M untuk menjaga pola makan


k. Anjurkan keluarga untuk membantu menjaga diit Bp. M
l. Anjurkan Bp. M untuk selalu relaks
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan dilaksanakan pada tanggal 5-15 Juni 2020 dengan
melibatkan semua keluarga Bp. M untuk melaksanakan rencana yang telah
disusun bersama. Keterlibatan ini sangat membantu dengan melakukan
koordinasi dengan Bp. M sebagai kepala keluarga. Sebagian besar kegiatan
dilaksanakan secara bersama dengan seluruh keluarga Bp. M di rumah. Secara
umum kegiatan yang direncanakan dapat dikatakan berhasil, penilaian tersebut
didapatkan saat evaluasi respon positif dan antusiasme keluarga Bp. M terhadap
berbagai kegiatan yang direncanakan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil pengkajian dari keluarga Bp S adalah keluarga inti yang terdiri dari Bp
M (46 tahun), Ibu M (44 tahun) dan An F (8 tahun) dengan tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.Keluarga Bp. M tidak
memiliki masalah yang tidak dapat diatasi, meskipun ada salah satu keluarga
yang memiliki hipertensi setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga
sudah dengan baik mengontrol potensial peningkatan masalah. Masalah
pemeliharaan kesehatan telah diberikan tindakan dukungan perilaku hidup
sehat dan pemberian pendidikan kesehatan terkait hipertensi dan terapi
nonfarmakologi. Keluarga menerima perawat dengan baik dan dapat diajak
bekerjasama selama proses pengkajian dan asuhan keperawatan.
B. SARAN
Demi kesuksesan dan keberlangsungan praktik klinik keperawatan keluarga
dan perkembangan keperawatan sendiri maka disarankan:
1. Untuk memperlebar jangkauan kerjasama dengan berbagai instansi
sehingga mempermudah mahasiswa dalam pelaksanaan praktik klinik
keperawatan keluarga
2. Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah
bekal tentang konsep keperawatan keluarga, sehingga terdapat
optimalisasi kinerja dalam melaksanakan praktik klinik keperawatan
keluarga.

40
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).


Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Puskesmas Ranomut Kota Manado.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH.
Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.
Dina, S., S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy.
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.
Heniwati. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.
Mubarak, W. I. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Sarkomo. (2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan
keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang mawar,
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of
reise blood pressure or contain the according to national
circumstances
LAMPIRAN
DOKUMENTASI FOTO KELUARGA

Penyuluhan Hipertensi dan Senam Hipertensi

Penyuluhan PHBS & Cuci tangan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh:
LUTFI DARMALIA PUSPITA
P 27220019 215

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Hipertensi (Darah Tinggi)


Sub Pokok Bahasan : Penanganan Hipertensi
Penyaji : Lutfi Darmalia Puspita
Sasaran : Keluarga Bp. M
Waktu Pelaksanaan : Rabu, 10 Juni 2020
Tempat : Rumah Bp. M
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2011). Seiring dengan
perubahan gaya hidup yang modern dan berlebihan, gaya hidup yang tidak
sehat, perubahan lingkungan serta pola makan yang salah, dapat menjadi
faktor pencetus terjadinya perubahan tekanan darah (Prayitno, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi disebut sebagai
"pembunuh diam-diam" karena orang dengan darah tinggi sering tidak
menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah
memperkirakan separuh orang yang menderita darah tinggi tidak sadar akan
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau
dengan interval teratur karena darah tinggi merupakan kondisi seumur hidup.
Dari hasil pengkajian didapatkan Tn. M mengalami tekanan darah tinggi
yaitu 135/90 mmHg. Menurut pengakakuan Ny. M pola hidup dan makanan
yang dimakan masih makan asin-asinan. Oleh karena latar belakang di atas
maka penyusun menyusun satuan cara penyuluhan mengenai hipertensi
dengan tujuan supaya setelah dilakukan pedidikan kesehatan mengenai
hipertensi keluarga Tn. M dapat memahami tentang penyakit darah tinggi, diit
darah tinggi dan dan mampu melakukan perawatan diri terhadap penyakit
darah tinggi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 1x30 menit
keluarga Bp. M dapat memahami tentang penyakit darah tinggi, diit darah
tinggi dan dan mampu melakukan perawatan diri terhadap penyakit darah
tinggi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit keluarga Bp.M mampu
menjelaskan kembali tentang:
a. Pengertian darah tinggi
b. Penyebab darah tinggi dengan baik.
c. Tanda dan gejala darah tinggi dengan baik.
d. Komplikasi Hipertensi

C. SASARAN
Keluarga Tn. M

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 10 Juni 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Bp. M

E. MATERI
Terlampir
F. KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Respon
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
(5 Menit) b. Menjelaskan tujuan b. Memperhatikan
penyuluhan yang penjelasan tentang
hendak dicapai tujuan penyuluhan
yang ingin dicapai
2 Kegiatan Inti a. Ceramah atau Memperhatikan
(10 Menit) penyampaian materi penjelaskan yang telah
(peserta/ penerima diberikan
manfaat)
b. Menggali
pengetahuan peserta
tentang hipertensi
c. Pengertian hipertensi
d. Penyebab hipertensi
e. Tanda dan gejala
hipertensi
f. Komplikasi hipertensi
3 Evaluasi a. Memberikan a. Mengajukan
(5 Menit) kesempatan kepada pertanyaan dari materi
peserta untuk yang disampaikan
bertanya b. Menjawab pertayaan
b. Menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta
c. Memberikan
pertanyaan kepada
peserta
Penutup a. Mengucapkan Peserta menjawab
(5 menit) terimakasih dan salam
meminta maaf apabila
ada kesalahan
b. Mengucapkan salam

G. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi

H. MEDIA DAN ALAT


Leaflet
I. MATERI
1. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2011).
Menurut Wiryowidagdo (2013) mengatakan bahwa hipertensi merupakan
suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas
normal.
2. Penyebab
Menurut Aspiani (2015) beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi diantaranya:
a. Genetik: Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi
atau transpor Na.
b. Obesitas: Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.
e. Pada usia lanjut, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer. Elastisitas pembuluh darah menghilang
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
3. Tanda dan gejala
Menurut Sofyan (2012) tanda gejala hipertensi berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler
f. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.
4. Komplikasi
Dikutip dari Aspiani (2014) komplikasi hipertensi diantaranya yaitu:
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan, sehingga aliran darah yang mengalami aterosklerosis
dapat menebal sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
vertikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi fentrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hambatan listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering di jumpai
pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mangalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.

5. Sumber
Barbara, Glenora, Audrey, & Shirlee J.2011. Buku Ajar Praktek
Keperawatan Klinis.Jakarta.:EGC
Hidayat, A.A. Alimul dan Musrifatul U. (2012). Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Surabaya: Health Books Publishing
Nanda International. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015. Mediaction: Yogyakarta
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi edisi Revisi 3. Jakarta:
EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. J. (2011). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Volume
2. Alih Bahasa oleh Esty W., Devi Y., Yuyun Y., Ana L. 2010.
Jakarta: EGC.
Noudeh, Y. J., Vatankhah, N., Baradaran, H. R. (2012). Penurunan Nyeri
Kepala Migrain dengan Menggunakan Pijat Leher dan Manipulasi
Spinal. International Journal of Therapeutic Massage and
Bodywork. 5 (1).
Subandiyo. (2014). Pengaruh Pijat Tengkuk dan Hipnotis Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Soedirman. 9 (3).
Hipertensi Gejala: Faktor Risiko
1. Merokok
Pengertian: 1. Sakit kepala
2. Minum alcohol
Kondisi medis dimana terjadi 2. Kelelahan
3. Pola makan banyak garam dan
peningkatan tekanan darah dalam 3. Mual lemak, kurang berolah raga
jangka waktu lama. Penderita yang 4. Muntah 4. Obesitas dan
mempunyai sekurang-kurangnya tiga 5. Sesak nafas 5. Stress.
bacaan tekanan darah yang melebihi 6. Gelisah
140/90 mmHg saat istirahat 7. Pandangan menjadi kabur
diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi.
Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa

Penyebab:
Kategori Sistolik Diastolik
1. Hipertensi primer, yaitu hipertensi yang
(dan) < 80
tidak diketahui penyebabnya. Normal < 120 mmHg
mmHg
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi Pre- 120-139 (atau) 80-89

yang disebabkan oleh penyakit, obat- Hipertensi mmHg mmHg

obatan, maupun kehamilan. 140-159 (atau) 90-99


Stadium 1
mmHg mmHg
(atau) >=
Stadium 2 >= 160 mmHg
100 mmHg

Ayo kita cegah Hipertensi…!!


Pencegahan: Obat tradisional yang dapat Tekanan
digunakan
 Setelah umur 30 tahun, periksa Darah Tinggi
 Murbei
tekanan darah setiap bulan.
 Jangan merokok/minum alkohol
 Daun cincau hijau(dari (Hipertensi)
 Seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr perhari,
 Kurangi berat badan bila
krn dapat menyebabkan penurunan
berlebihan tekanan darah secara drastis)
 Lakukan latihan aerobik  Bawang putih (tidak boleh lebih dari 3-5 Oleh
 Pelajari cara-cara mengendalikan siung sehari) Lutfi Darmalia Puspita
stres.  Kumis kucing

PROGRAM PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CUCI TANGAN 6 LANGKAH

Disusun Oleh :
LUTFI DARMALIA PUSPITA
P27220019 215

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


SATUAN ACARA PEYULUHAN
CUCI TANGAN 6 LANGKAH

Pokok Bahasan : Cuci Tangan 6 Langakah


Sasaran : Keluarga Bp M
Tempat : Via daring
Hari/ Tanggal : rabu, 10 Juni 2020
Waktu : 20 Menit
Metode : Ceramah, Praktek

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan keluarga Bp M dapat
mengerti tentang 6 langkah cuci tangan.
b. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan keluarga Bp M mampu
mempraktekan cuci tangan 6 langkah
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan klien maupun keluarga Bp M dan memahami
tentang :
a. Menjelaskan defenisi cuci tangan
b. Menjelaskan tujuan cuci tangan
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan
d. Menjelaskan dampak jika tidak cuci tangan
e. Menjelaskan kapan waktu cuci tangan
f. Menjelaskan enam langkah cuci tangan

B. SASARAN
Keluarga Bp M RT 017 RW 04 Desa Babadan Sambi Boyolali

C. SUP POKOK BAHASAN


1. Defenisi cuci tangan
2. Tujuan cuci tangan
3. Manfaat mencuci tangan
4. Dampak jika tidak cuci tangan
5. Kapan waktu cuci tangan
6. Enam langkah cuci tangan
D. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Tanya Jawab, Simulasi

E. MEDIA
Leaflet, Daring

F. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Peserta Metode Media


Pendahuluan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah
2. Memperkenalkan salam dan
diri 2. Mendengarkan tanya
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan jawab
penyuluhan dan 3. Menjawab
pokok materi yang pertanyaan
akan disampaikan
4. Mengkaji
pengetahuan
anggota
karangtaruna tentang
Cuci tangan 6
langkah yang benar
Penyajian 10
1. Menjelaskan materi Mendengarkan Ceramah leaflet
a. Defenisi cuci dan dan
tangan memperhatikan tanya
b. Tujuan cuci Mempraktekan jawab
tangan mencuci tangan
c. Manfaat mencuci
tangan
d. Dampak jika
tidak cuci tangan
e. Kapan waktu
cuci tangan
f. Enam langkah
cuci tangan
2. Penyuluh
mencontohkan
cara mencuci tangan
yang benar
3. Memberikan sesi
untuk bertanya
Penutup 51. Meminta peserta 1. Mengajukan Tanya Leaflet
untuk menjelaskan pertanyaan jawab
kembali materi yang 2. Menjawab
telah di berikan pertanyaan
dengan singkat. yang di
2. Meminta peserta berikan oleh
untuk mempraktekan penyuluh
cuci tangan yang 3.Mempraktekan
benar cuci tangan
3. Menyimpulkan yang benar
hasil penyuluhan 4. Membalas
4. Menutup acara, salam
dengan salam penutup

G. MATERI
(terlampir)

H. Evaluasi
Mengajarkan anggota karangtaruna pasien cuci tangan 6 langkah dengan benar
MATERI
CUCI TANGAN 6 LANGKAH

1.1 Defenisi cuci tangan


Menurut DEPKES (2015) mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan
dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel
pada tangan benar-benar hilang.

1.2 Tujuan Mencuci Tangan


1. Menjaga Kebersihan diri
2. Mencegah infeksi silang
3. Sebagai pelindung diri

1.3 Manfaat Cuci Tangan


1. Untuk menghindarkan penularan penyakit melalui tangan.
2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan).
3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar.
4. Supaya tidak menjadi agen penular bibit penyakit kepada orang lain\

1.4 Dampak Jika Tidak Cuci Tangan


1. Keracunan Bakteri Salmonella
Jika Anda sering makan tanpa mencuci tangan maka bisa terkena infeksi
bakteri salmonella. Bakteri ini bisa menyebar secara langsung dari berbagai
tempat. Potensi ini juga bisa disebabkan karena makan sayuran mentah tanpa
di cuci. Telur bakteri salmonella akan berpindah dari makanan atau tangan
ke dalam saluran pencernaan. Bakteri ini bisa hidup dalam usus dan saluran
pencernaan lain. Tanda keracunan bakteri salmonella adalah seperti diare,
sakit perut, keringat dingin, mual dan muntah. Untuk mencegah agar tidak
terlalu parah maka bisa meminta bantuan dokter.
2. Keracunan Bakteri E. Colli
Keracunan bakteri E. colli juga bisa terjadi jika Anda makan tanpa mencuci
tangan. Bakteri ini bisa berasal dari tempat umum seperti toilet. Misalnya
jika Anda makan setelah menggunakan toilet umum tanpa mencuci tangan,
maka telur bakteri E.colli bisa masuk ke saluran pencernaan secara langsung.
Keracunan ini bisa menyebabkan diare yang sangat berat, kram perut, nyeri
perut yang parah dan jika tidak segera diobati maka bisa menyebabkan gagal
ginjal.
4. Resiko Tertular Flu atau Pilek
Tertular flu atau pilek menjadi resiko yang paling sering terjadi secara umum.
Penularan ini terjadi ketika Anda baru saja menggunakan fasilitas umum atau
bersentuhan dengan orang lain. Kemudian ketika Anda makan secara
langsung maka bisa menyebabkan virus segera berpindah tangan. Virus akan
menyebar sangat cepat, tidak hanya masuk ke dalam tubuh tapi juga berpindah
lewat saluran pernafasan.
4. Tertular Penyakit Infeksi Tenggorokan
Jika Anda memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, maka
bisa menyebabkan infeksi tenggorokan. Hal ini terjadi ketika ada banyak
bakteri yang sudah melekat ke tangan kemudian menyebar ke saluran
pencernaan. Makanan yang masuk ke saluran tenggorokan akan berhubungan
langsung dengan lendir. Kemudian bakteri akan tinggal dalam bagian lendir
tersebut dan berkembang dengan pesat. Kondisi ini bisa menyebabkan sakit
tenggorokan dan infeksi yang lebih buruk. (baca juga : bahaya radang
tenggorokan kronis)
5. Diare
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga sangat rentan terkena
penyakit diare. Infeksi ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri yang
sebelumnya sudah ada di tangan. Kemudian akan masuk ke saluran
pencernaan lewat makanan yang bersentuhan langsung dengan tangan.
Perkembangan bakteri atau virus dalam saluran pencernaan bisa
menyebabkan diare. Usus tidak bisa menerima bakteri tersebut sehingga
membuat reaksi diare. Untuk mencegah hal yang lebih buruk sebaiknya
segera kunjungi dokter Anda.
6. Infeksi Penyakit Hepatitis B
Bahaya tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena
hepatitis B. Penyakit hepatitis ini akan menyerang organ hati dan
menyebabkan penderita sulit untuk memiliki tubuh yang sehat. Hepatitis B
termasuk jenis penyakit yang mudah menular. Salah satu cara untuk
mencegahnya adalah sering mencuci tangan. Mencuci tangan sebelum makan
bisa menurunkan resiko hepatitis B. Virus ini bisa menyebar dengan mudah
lewat udara dan makanan. Bahkan lingkungan yang buruk bisa menjadi
tempat endemi hepatitis B. (baca juga : penyebab hepatitis kronis dan
jenis-jenis hepatitis yang perlu diwaspadai)
7. Resiko Infeksi Shigellosis
Infeksi ini bisa menyebabkan penyakit shigellosis, yang merupakan infeksi
akibat jenis bakteri shigela. Penyakit yang dihasilkan seperti disentri. Disentri
umumnya disebabkan karena kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum
makan. Ketika tangan Anda kotor setelah melakukan berbagai pekerjaan
maka mungkin banyak bakteri yang bersarang dalam tangan Anda.
Kontaminasi bisa terjadi lewat makanan itu sendiri atau tangan yang kotor.
Penyakit ini ditandai dengan demam, diare yang parah, diare bisa disertai
darah dan dehidrasi.
8. Resiko Infeksi Botulisme
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena infeksi
penyakit botulisme. Penyakit ini menular secara langsung lewat makanan dan
tangan yang kotor. Ini termasuk jenis infeksi yang sangat berbahaya karena
bisa menyebabkan kematian. Infeksi juga membutuhkan perawatan yang
segera untuk mengurangi potensi bahaya yang lebih buruk. Beberapa tanda
infeksi ini adalah seperti diare, sakit perut, mual, muntah, demam, pandangan
kabur dan hilang kesadaran.
9. Resiko Infeksi Amoebiasis
Resiko infeksi amoebiasis adalah jenis penyakit yang bisa disebabkan karena
tidak mencuci tangan sebelum makan. Penyakit ini akan menyebabkan
penderita mengalami disentri. Jenis amuba penyebab infeksi ini termasuk
dalam kelas Entamoeba histolitica. Infeksi ini tidak hanya menyerang pada
saluran pencernaan namun juga berbagai organ lain. Karena itu infeksi ini
cepat berkembang dalam tubuh dan membutuhkan perawatan darurat.
Mencuci tangan sebelum makan bisa mencegah kondisi yang lebih
berbahaya.
10. Resiko Radang Pernafasan
Orang yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan juga
bisa terkena penyakit radang saluran pernafasan. Penyakit ini bisa
menyebabkan sesak nafas, batuk, flu dan radang tenggorokan. Penyakit ini
bisa menyebar lewat bakteri atau virus yang masuk ke tubuh lewat makanan.
Ketika bakteri atau sumber penyebab infeksi bersentuhan dengan lendir
dalam tenggorokan, maka sumber infeksi akan berkembang dalam tempat
itu. Kemudian akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh dan
membuat penderita mudah sakit. Sumber penyebab penyakit seperti bakteri
atau virus mungkin memang tidak terlihat oleh mata secara langsung.
Sumber infeksi bisa saja berasal dari makanan, lingkungan atau tangan
yang kotor ketika makan. Untuk mengatasi berbagai bahaya tersebut
maka biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan. Anda bisa
mencoba untuk melakukan cara mencuci tangan yang benar dan steril agar
benar-benar bersih dan tidak terkena resiko penyakit.
1.5 Kapan waktu cuci tangan
1. Menurut Handayani , dkk (2015) waktu pelaksanaan cuci tangan adalah
sebagai berikut:
a. Sebelum dan setelah makan.
b. Setelah ganti pembalut.
c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan
setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
e. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
f. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
g. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
h. Setelah menangani sampah.
i. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
j. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain
– lain). k. Pulang bepergian dan setelah bermain.
l. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
2. Bagi petugas medis/tenaga kesehatan
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik/steril
c. Setelah melakukan tindakan/terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

1.6 Enam langkah cuci tangan


1. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin
dan sebaliknya
3. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri
dan sebaliknya
6. Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari
tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta


JNPK_KR. (2016). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo

M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. (2010). KapitaSelektaKedokteran, ED : 3 jilid


: 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Tarwoto & Wartonah. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan :
Jakarta.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN COVID-19

Disusun Oleh :
LUTFI DARMALIA PUSPITA
P27220019 215

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN COVID-19

Topik : Pencegahan Covid-19


Sub Pokok Bahasan : Pengertian Covid-19, Cara penularan Covid-19 dan Cara
Pencegahan Covid-19
Sasaran : Kelurga Bp. MRT 017 RW 04 Babadan Sambi Boyolali
Hari/Tanggal : Senin, 15 Juni 2020
Tempat : Rumah Bp M
Waktu : 25 Menit
Pemberi materi : Lutfi Darmalia Puspita

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pengertian covid-19, cara
penularan dan cara pencegahan terkena covid-19 kepada keluarga sehingga
dapat memahami tentang pengertian covid-19, cara penularan covid-19 dan
mampu menerapkan bagaimana cara pencegahan covid-19

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan dan mendapatkan penjelasan tentang covid-19,
anggota keluarga mampu :
1. Mengetahui tentang pengertian covid-19.
2. Dapat menyebutkan cara penularan covid-19.
3. Dapat menyebutkan tanda gejala yang terjangkit covid-19.
4. Dapat menyebutkan cara pencegahan covid-19.
5. Dapat mempraktekkaan bagaimana etika batuk yang baik dan benar

C. Materi
1. Pengertian covid-19.
2. Cara penularan covid-19.
3. Tanda gejala terjangkit covid-19.
4. Cara mencegah covid-19.
5. Cara etika batuk yang baik dan benar

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Media Penyuluhan
1. Poster covid-19.
2. Poster etika batuk
3. Video

F. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan 2 Menit a. Memberikan salam. a. Menjawab salam.
b. Memperkenalkan diri. b. Mendengarkan.
c. Menjelaskan tujuan umum c. Mendengarkan
dan khusus penyuluhan. dan memperhatikan
d. Kontrak waktu. dengan seksama.
d. Mendengarkan
dan menyetujui.
2. Isi 15 Menit a. Menyampaikan materi : a. Mendengarkan
1) Menjelaskan dan memperhatikan
pengertian covid-19 materi yang
2) Menjelaskan cara diberikan.
penularan covid-19 b. Mendengarkan
3) Menyebutkan tanda dan memperhatikan
gejala covid-19. materi yang
4) Menyebutkan cara diberikan.
pencegahan covid-19. c. Mendengarkan
5) Mempraktekkan dan memperhatikan
bagaimana cara etika materi yang
batuk yang baik dan diberikan.
benar d. Mendengarkan
dan memperhatikan
materi yang
diberikan.
e. Mendengarkan
dan memperhatikan
materi yang
diberikan.
3. Penutup 8 menit a. a. Menanyakan kepada a. Menjawab
peserta tentang materi yang pertanyaan yang
telah diberikan. diberikan penyuluh.
b. Mengucapkan terimakasih b. Memperhatikan
atas peran peserta dan salam dan menjawab
penutup. salam.

G. Evaluasi
a. Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang pengertian, cara penularan,
tanda & gejala, dan cara mencegah covid-19.
b. Anggota keluarga dapat menerapkan kembali cara mencuci tangan 6
langkah dengan baik dan benar.

H. Lampiran
1. Materi
2. Poster
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Doter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumoni


2019-nCoV. PDPI: Jakarta
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020). Pedoman Penanganan
Cepat Media dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di Indonesia. Jakarta:
Gugus Tugas Covid-19.
Razi, F., Yulianty, V., Amani, A., & Fauzia, J.H. (2020). Bunga Rampai Covid-19
: Buku Kesehatan Mandiri Untuk Sahabat #DiRumahAja. Depok: PD
Prokami.
Lampiran :
Materi

A. Pengertian Covid-19
Coronavirus (Covid-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga berat, seperti flu, sulit
bernafas/ sesak nafas. Covid-19 juga disebut dengan virus zoonotic yaitu
virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang
dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit
menular tertentu, seperti keleawar, tikus bambu, dan musang merupakan
host yang ditemukan untuk Coronavirus.

B. Cara Penularan Covid-19


Cara penularan covid-19 yaitu dengan cara melalui :
1) Kontak fisik dengan orang yang terinfeksi (menyentuh atau berjabat
tangan)
2) Droplet atau percikan saat batuk, bersin, atau berbicara.
3) Menyentuh mulut, hidung, dan mata dengan tangan yang terpapar virus.

C. Tanda Gejala Terjangkit Covid-19


Covid-19 bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang
muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan
seberapa serius infeksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona
yang terbilang ringan:
1) Hidung beringus.
2) Sakit kepala.
3) Batuk.
4) Sakit tenggorokan.
5) Demam.
6) Merasa tidak enak badan.
Beberapa covid-19 dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat
berubah menjadi bronkitis dan pneumonia, yang mengakibatkan gejala
seperti:
1) Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia.
2) Batuk dengan lendir.
3) Sesak napas.
4) Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu.


Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia. 

D. Cara Mencegah Covid-19


Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi covid-19. Namun,
setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
terjangkit virus ini. Berikut upaya yang bisa dilakukan: 

1) Sering melakukan mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air


hingga bersih.
2) Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika
mengalami gejala penyakit saluran napas. 
3) Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian,
buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih
4) Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering
digunakan. 
5) Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan
kotor atau belum dicuci.
6) Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.
7) Hindari menyentuh hewan atau unggas liar. 
8) Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
E. Cara etika batuk yang Baik dan Benar menurut WHO
1. Gunakan masker
2. Tutup mulut dan hidung saat batuk dengan lengan baju dalam
3. Tutup mulut dan hidung dengan tisu agar virus tidak menyebar ke udara
4. Buang tisu yang telah dipakai untuk batuk ke tong sampah
5. Segera cuci tangan dengan sabun dan air bersih
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SENAM HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan
mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi).

B. TUJUAN
1. Mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi
hipertensi)
2. Menurunkan tekanan darah

C. METODE
Ceramah dan Demonstrasi Senam Hipertensi

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Persiapan Klien
1) Klien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
2) Klien dalam posisi berdiri
b. Persiapan Lingkungan
1) Ruangan yang tenang dan kondusif
2) Ruangan yang cukup luas
2. Pelaksanaan Simulasi senam hipertensi dengan tahapan:
a. Gerakan Pemanasan
1) Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10,
lalu bergantian dengan sisi lain.
2) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala
dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-
10hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.
b. Gerakan Inti
1) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua
tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan
dan hindari hentakan.
2) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka
selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan
semampunya sambil mengatur napas.
3) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.
Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan
diletakkan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan
tangan. Tahan 8-10 hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya.
4) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal
dan kedua tangan diangkat keatas. Lakukan bergantian secara
perlahan dan semampunya.
5) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang ke
samping. Kedua tangan dengan jemari mengepal ke arah yang
berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.
6) Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut di pinggang. Tangan sisi yang lain
lurus kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah
sebaliknya dan lakukan semampunya.
c. Pendinginan
1) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher
dan tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan
lakukan pada sisi lainnya.
2) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan kesamping
dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan lalu
arahkan tangan kesisi lainnya dan tahan dengan hitungan yang
sama.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam hipertensi.
2) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien melaksanakan senam hipertensi minimal 30
menit dan dilakukan seminggu tiga kali.

E. SUMBER
Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.

F. EVALUASI
1. Respon Verbal
Klien mengatakan senang untuk melakukan senam hipertensi
2. Respon Non Verbal
Klien sangat antusias dengan senam hipertensi dan mengikuti setiap
kegiatan dengan baik.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR LATIHAN
NAFAS DALAM/ DEEP BREATHING EXERCISE

A. Definisi
Deep breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik
bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.

B. Tujuan
1. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta
mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan
menghilangkan ansietas
3. Mencegah pola aktifitas otot pernapasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap
serta mengurangi kerja bernafas

C. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
Deep breathing exercise dapat diberikan kepada seluruh penderita
dengan status pasien yang hemodinamik stabil, pasien CHF NYHA II
dan III
2. Kontraindikasi
Klien mengalami perubahan kondisi nyeri berat, sesak nafas berat dan
emergency

D. Prosedur
1. Persiapan alat :
Bantal sesuai kebutuhan dan kenyamanan klien
2. Persiapan klien :
Kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan latihan nafas/ deep
breathing exercise
3. Persiapan lingkungan :
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga privacy klien
4. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur
b. Melakukan pemeriksaan terhadap status pernapasan
c. Mengidentifikasi klien tidak dalam kondisi nyeri berat, sesak nafas
berat dan emergency
d. Memastikan klien dalam kondisi sadar dan dapat mengikuti perintah
dengan baik
e. Mengatur posisi klien berbaring di atas tempat tidur kepala lebih
tinggi, bila memungkinkan dengan posisi semi fowler atau
fowler/duduk
f. Apabila terdapat akumulasi sekret. Mengajarkan batuk efektif
(dengan menarik nafas dalam dan secara perlahan melalui hidung
dan mulut, tahan 1-5 hitungan, kemudian mulai batuk dengan
hentakan lembut, tampung dahak pada bengkok)
g. Mengajarkan klien menghirup nafas secara perlahan dan dalam
melalui mulut dan hidung, sampai perut terdorong maksimal/
mengembang. Menahan nafas 1-6 hitungan, selanjutnya
menghembuskan udara secara hemat melalui mulut dengan bibir
terkatup secara perlahan
h. Meminta klien untuk melakukan latihan secara mandiri dengan 30
kali latihan nafas dalam selama 30 menit dengan diselingi istirahat
30 menit
i. Melakukan pengawasan keteraturan kemampuan latihan serta
antisipasi terhadap toleransi kemampuan dan perkembangan kondisi
klien
j. Melakukan pemeriksaan status pernapasan

Anda mungkin juga menyukai