DISUSUN OLEH
WAHYUDIN NOR.
NIM :A1911144011083
MENGETAHUI MENYETUJUI
Ketua Prodi Pembimbing
Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa,
Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas wajib kelompok,
Dirgahayu Samarinda.
kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja sama dan bimbingan dari para
dosen serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan dan hambatan
tersebut dapat diatasi, dan penyusunan laporan ini dapat di laksanakan dengan
baik.
Samarinda.
2. Ibu Endang Wiwiek P., SST., SKM., M.Kes, Selaku dosen pembimbing
pendidikan.
3. Ibu Ns. Vinsensia Tetty, M.Kep, selaku Wakil Ketua I/ ketua RPL
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan Laporan ini. Semoga Laporan ini
Hormat saya,
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Judul……………………………………………………..
Lembar Pengesahan…………………………………………….
Kata Pengantar…………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………
B. Tujuan Pembinaan…………………………….
C. Metode Pembinaan……………………………
D. Batasan Masalah………………………………
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………..
B. Saran…………………………………………….
Daftar Pustaka…………………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-SAP (Satuan Acara Pembelajaran)
-Lieflet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi
masalah utama dalam kesehatan, baik di dunia maupun di Indonesia.
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan ciri khas kadar gula
darah yang diatas normal terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah
diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena
berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh
resistensi insulin (American Diabetes Association, 2012).
Menurut WHO (2012) jumlah penderita diabetes melitus di dunia
mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat diabetes melitus.
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan cukup
signifikan selama lima tahun terakhir. Ditahun 2013, angka prevalensi
diabetes pada orang dewasa mencapai 6,9% dan di tahun 2018 angka terus
melonjak menjadi 8,5%, dan di Kalimantan Timur sebesar 2,9% (Riskesdas,
2018).
Penyakit diabetes merupakan penyakit kronis yang menyebabkan
gangguan pada fisik seperti poliuria, polidipsi, polifagia, mengeluh mengantuk
dan mudah lelah. Diabetes melitus juga berdampak pada psikologis pasien
seperti kecemasan, kemarahan, dan tidak berdaya (Potter & Perry 2010).
Komplikasi diabetes melitus menyebabkan penyakit katarak, gagal ginjal,
jantung koroner, retinopati, glaukoma, nefropatik diabetik, luka infeksi yang
jika tidak ditangani secara benar dan cepat akan berlanjut ke gangren hingga
berujung pada amputasi dan kematian (Maghfuri, 2016).
Peran utama perawat sebagai edukator yang bertujuan memberikan
pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, dan
penatalaksanaan diabetes akan membantu meningkatkan keikutsertaan
keluarga dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan baik ditatanan rumah
sakit maupun di komunitas (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2015).
Tujuan Pembinaan
1. Tujuan umum
a) Memperluas jangkauan kesehatan di indonesia terutama jangkauan
pelayanan kesehatan perdesaan.
b) Meningkatkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan tujuan yang
optimal.
2. Tujuan khusus
a) Membantu keluarga mengatasi masalah dengan cara memberikan
penyuluhan kesehatan kepada keluarga agar dapat di atasi secara
bersama-sama.
b) Agar dapat menolong dirinya sendiri apabila ada anggota keluarga
yang sakit.
B. Metode Pembinaan
1. Observasi langsung
Pembinaan dilakukan melalui pendekatan langsung kepada keluarga
yang dibina di dalam kelompok masyarakat
2. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan keluarga, tokoh, masyarakat,
tetangga dan yang lainnya tentang hubungan keluarga ini dengan
masyarakat sekitarnya.
3. Studi pustaka
Dengan cara membaca buku-buku sumber yang berhubungan dengan
kasus atau masalah yang di temukan dalam keluarga untuk
memberikan penyuluhan tentang masalah yang di hadapi oleh
keluarga.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada keluarga Tn. Suwarno
didapatkan beberapa masalah, tetapi di laporan ini kelompok hanya
membahas masalah pada Ny. Muliyati yaitu nyeri akut dan ketidakstabilan
kadar glukosa darah.
BAB II
LADASAN TEORI
3. Etiologi
Menurut Nugraha, dkk (2016), ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab diabetes melitus adalah sebagai berikut:
a. DM Tipe I
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I tetapi
mewarisi faktor predisposisi atau kecenderungan genetik
terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human lecocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal karena antibody bereaksi pada
jaringan normal tubuh yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
a) Virus dan bakteri
Virus dan bakteri dapat menyebabkan diabetes mellitus
seperti rubella, mumps, dan human coxxackievirus B4.
Mechanisme infeksi yang disebabkan oleh vvirus dan
bakteri mengakibatkan destruksi atau kerusakan sel.
b) Bahan toksin atau beracun
Bahan beracun yang merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pirinuron (rodentisida), streptozzoctin
(produk dari sejenis jamur), sianida yang berasal dari
singkong.
b. DM Tipe II
Diabetes tipe II disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang
berhubungan dengan gangguan sekresi insulin dan resistesi
insulin dan faktor-faktor seperti:
1) Usia (resistensi meningkat di usia 65 tahun)
2) Obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga, stress dan
penuaan
3) Riwayat keluarga dengan diabetes
4. Patofisiologi
Sebagian gambaran patologik dari DM dapat digabungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200
mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpnan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolismme lemak ya abnormal di
sertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan
akibat dari berkurangnya protein dalam jarringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180
mg/dl), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negative dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
bekurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipeglikemia
yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membrane
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gengren pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau
toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya
parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosoria.
Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) harus testimulasi,
akibatnya pasien akan minum dalam jumlah banyak karena glukosa
hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar
(polifagia) timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price, 2006).
Menurut Wijaya dan Putri (2013), patofisiologi diabetes mellitus
adalah:
A. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmapuan untuk
menghasikan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkn oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping
itu, glukosa yang berasal dari makan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hperglikemia postrandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukoa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebh
diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit belebih. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotic. Sebagai akibat dari kekurangan cairan yang belebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolism protin dan
lemak yang menyebaban penuruna berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akan
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencangkup
kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlah berlebihan.
Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
c. Diabetes tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
resiko khusus pada permukaan sel. sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu ragkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II di sertai dengan penurun reaksi intra sel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif maka awitat diabetes tipe
II dapat berjaln tanpa terdeteksi. Jika gejalanya di alami pasein,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi). Penyakit diabetes membuat
gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di
seluruh tubuh, di sebut angiopati diabetic. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
besar (makrovaskular) di sebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrivaskuler) di sebut mikroangiopati.
Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekuranan atau tanpa
insulin :
1) Penurunan penggunaan glukosa
2) Peningkatan mobilisasi lemak
3) Peningkatan penggunaan protein
Predisposisi genetik Predisposisi : obesitas, gaya hidup, usia, infeksi
Pathway Diabetes Melitus
DMT-1 DMT-2
Menurut Wijaya & Putri (2013) tanda dan gejala DM sebagai berikut
1. Polyuria ++ +
2. Polydipsia ++ +
3. Polyphagia ++ +
4. Kehilangan BB ++ _
5. Pruritus + ++
6. Infeksi kulit + ++
7. Vaginitis + ++
8. Ketonuria ++ _
9. Lemah, lelah dan pusing ++ +
f. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar tetap melihat dengan baik.
g. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan
dan diaerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya. Luka ii dapat timbul karena akibat hal yang sepele
seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
h. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyinya karena
sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal
ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan
atas kejantanan seseorang.
i. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang
sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala yang dirasakan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa
1) Kadar darah sewaktu atau random > 200 mg/dl
2) Gula darah puasa atau nuchter> 140 mg/dl
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial) > 200 mg/dl
b. Aseton plasma →hasil (+) mencolok
c. As. lemak bebas →peningkatan lipid dan kolestrol
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)
e. Urinalisis→ protein uria, ketonuria, glukosuria
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Aini dan Aridiana (2016), penatalaksaan medis
diabetes melitus adalah intervensi farmakologis yang ditambahkan
jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis terdiri atas
pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan injeksi insulin.
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue)
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan
kepada pasien dengan berat badan lebih. Penggunaan
sulfonilurea jangka panjang tidak di anjurkan untuk
orang tua, gangguan fungsi ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskular, hal ini bertujuan
untuk mencegah hipoglikemia.
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini
terdiri atas dua macam obat yaitu Repaglinid (derivat
asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat
ini di absorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan dieksresi secara cepat melalui hati.
b. Insulin
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Aini dan Aridiana, 2016) penatalaksanaan diabetes
melitus adalah sebagai berikut :
a. Edukasi
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar pendapatan
hasil pengelolaan diabetes yang optimal. Supaya perubahan
perilaku berhasil, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan
upaya peningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar
penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup sehat,
meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes
dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur,
melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada, melakukan perawatan kaki
secara berkala, memiliki kemapuan untuk mengenal dan
menghadapi kedaan sakit akut dengan tepat, mempunyai
keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes, menjaga
keluarga utnuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes,
serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
b. Terapi gizi medis
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur
berdasarkan angka 3J yaitu jumlah (kalori), jenis , dan jadwal.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain
jenis kelamin, umur, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat
badan. Penetuan status gizi dapatmenggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau rumus Broca, tetapi untuk kepentingan praktis
di lapangan di gunakan Broca.
Penderita diabetes yang juga mengidap penyakit lain, maka
pola pengaturan makan di sesuaikan dengan penyakit
penyertanya. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu
mengurangi jumlah makan karena akan mengakibatkan kadar
gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia) dan juga jangan
terlalu banyak mengonsumsi makanan yang memperparah
penyakit diabetes melitus.
c. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya di sesuaikan dengan umur
dan status kesehatan jasmani. Prinsip olahraga pada pasien DM
adalah CRIPE yaitu sebagai berikut.
1) Continous (terus-menerus)
Latihan harus berkesinambungan terus-menerus tanpa
berhentikan dalam waktu tertentu, contohnya seperti berlari,
istirahat, lalu mulai berlari lagi.
2) Rhytmical (berirama)
Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Contohya, jalan kaki, berlari,
berenang, atau bersepeda.
3) Interval (berselang)
Latihan di lakukan secara berse;ang-seling antara gerak
lambat dan cepat. Contohnya, lari dapat di selingi dengan
jalan cepat atau jalan cepat di selingi jalan biasa (asalkan
tidak berhenti) .
4) Progressiv (meningkat)
Latihan dilakukan meningkat secara bertahap sesuai
kemampuan dari ringan sampai sedang hingga mencapai
30-60 menit dan intensitas latihan mencapai 60-70%
maximum hetrate (MHR). Sementara frekuensi latihan di
lakukan 3-5 kali per minggu
5) Endurance (daya tahan)
Latihan harus ditujukan pada latihan daya tahan untuk
meningkatkan kemampuan pernapasan dan jantung. Hal ini
di penuhi oleh olahraga seperti jalan kaki, berlari, berenang,
atau bersepeda.
9. Komplikasi
Menurut (Kariadi, 2009) ada beberapa komplikasi yang terjadi pada
penderita diabetes.
Berdasarkan mulai timbulnya dan lama perjalanannya,
komplikasi diabetes di golongkan menjadi komplikasi mendadak
(akut) dan komplikasi menahun (kronis).Terdapat beberapa
kelainan yang mendasari komplikasi kronis, yaitu makroangiopati
diabetik (kelainannya di pembuluh darah besar), mikroangipatik
diabetik (kelainannya pembuluh darah kecil-halus), dan neorupati
diabetik (kelainannya terdapat pada saraf).
a. Komplikasi mendadak (akut)
Komplikasi akut, komplikasi yang datangnya mendadak
tanpa aba-aba.Namun, jika diatasi bisa sembuh.Yang termasuk
komplikasi akut adalah infeksi yang sulit sembuh, koma
hiperglikemik (koma diabetik), dan hipoglikemi dengan koma
hipoglikemik.
1) Infeksi yang sulit sembuh
Sewaktu-waktu, seperti orang lain, diabetisi juga dapat
mengalami infeksi, yaitu masuknya kuman kedalam tubuh,
seperti flu, borok (biasanya di kaki), atau radang paru-paru.
Bedanya, penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi
dan lebih sulit sembuh. Pada keadaan normal, kuman-
kuman yang masuk kedalam tubuh akan dilawan dan
dibunuh oleh pasukan pertahanan tubuh, yaitu leukosit atau
sel darah putih. Pada diabetes, pada waktu kadar gula
darah tinggi lebih dari 200 mg/dl, kekuatan sel-sel darah
untuk membunuh turun, dan mereka menjadi lemah dan
loyo. Oleh karena itu, kuman yang masuk lebih sukar di
bunuh, malah terus berkembang biak sehingga infeksi lebih
sukar sembuh, apalagi infeksi di kaki.
Pada diabetes tipe 2 yang belum terkendali artinya gula
darahnya masih tinggi apabila terjadi infeksi berat, umpama
infeksi paru atau borok kaki, gula darah dapat mendadak
makin meningkat sangat tinggi. Dalam keadaan tersebut,
gejala klasik diabetes akan menjadi lebih berat.
2) Koma hiperglikemik (koma diabetik)
Kadar gula darah yang sangat tinggi disebut
hiperglikemi. Keadaan gula darah tinggi bias menyebabkan
koma pada diabetisi. Koma adalah istilah medis yang
menerangkan bahwa kondisi seseorang kritis dan tidak
sadar, hidup tapi seperti mati. Tubuhnya masih hidup:
jantung, paru-paru, ginjal, semua masih hidup. Namun, tidak
sadar dan tidak bisa berbuat apa-apa. Koma karna
hiperglikemi disebut koma hiperglikemik atau koma
ketoasedotik, yang bias berlangsung sehari hingga
beberapa hari. Ada bermacam-macam koma hiperglikemik,
tetapi yang paling sering terjadi adalah koma diabetik atau
koma ketoasidotik.
Biasanya, gejala lain yang terjadi sebelum koma adalah
keluhan klasik yang bertambah hebat, yaitu semakin cepat
haus, semakin banyak minum, dan badan semakin lemah.
Jika infeksi tidak cepat diobati dan gula darah tidak cepat
diatur, penyakit ini bias menjadi lebih berat lagi dan
terjadilah penurunan kesadaran atau koma. Koma semacam
ini dapat terjadi, baik pada diabetes tipe 2 maupun pada
diabetes tipe .
Pada diabetes tipe 1, koma tidak harus didahului oleh
infeksi.Koma dapat terjadi segera begitu diabetisi tidak
dapat suntikan insulin.atau, walaupun sudah diberi tetapi
terlambat ; atau dosisnya kurang dari yang seharusnya.
Itulah sebabnya, diabetisi tipe 1 harus selalu mendapatkan
insulin tepat waktu dan tepat dosis.Tidak jarang, seseorang
baru ketahuan menderita diabetes tipe 1 karena datang
dengan koma hiperglikemik.
3) Hipoglikemi dan koma hipoglikemik
Gula darah terlalu tinggi (hiperglikemi) bias berakibat
macam-macam, bahkan bias menyebabkan koma. Demikian
pula sebaliknya.Gula yang terlalu rendah (hipoglikemi) juga
tidak baik.Bahkan, dianggap lebih berbahaya dibandingkan
dengan hiperglikemi.
Hipoglikemi bukan komplikasi murni diabetes keadaan ini
adalah komplikasi pengobatan karena hanya dapat dialami
oleh diabetisi yang mendapat obat penurun gula, khususnya
golongan sulfonilurea atau suntikan insulin.hipoglikemi
terjadi apabila sudah minum obat golongan sulfonylurea,
atau suntikan insulin, lalu :
a) Terlambat makan
b) Lupa makan
c) Makan tapi jumlahnya kurang
d) Tiba-tiba muntah
e) Tiba-tiba harus melakukan kerja fisik berat
Gejalanya tiba-tiba merasa luar biasa lapar, berkeringat
dingin, jantung berdebar-debar, pusing, dan linglung. Jika
tidak segera di atasi, kesadaran turun, sampai akhirnya tidak
sadarkan diri (koma).Kondisi inilah yang di sebut koma
hipoglikemik. Koam hipoglikemik adalah keadaan yang
sangat gawat karena jika tidak diatasi akan menyebabkan
kematian.
Apabila merasakan adanya gejala-gejala hipoglikemik,
diabetisi harus cepat-cepat minum air gula, atau memakan
apa saja yang banyak mengandung gula contohnya permen
, sirup, atau kue. Dalam beberapa saat, gejala-gejala
hipoglikemi dapat segera menghilang.
Akan tetapi, orang dengan hipoglikemi dan tidak sadar
jangan dipaksa minum karna bias keselek dan air bias
masuk paru-paru. Sebaiknya cepat larikan kerumah sakit.
Dirumah sakit, diabetisi yang mengalami hipoglikemi dan
tidak sadarkan diri akan segera diberi suntikan glukosa
intravena (langsung dalam pembuluh darah) dan infus
cairan glukosa. Biasanya, seketika sadar kembali.
b. Komplikasi menahun (kronis)
Kompilasi kronis biasanya menanpakkan diri setelah 10-15
tahun sejak diagnosis diabetes.Namun, pada diabetes tipe 2,
sering kali beberapa komplikasi kronis sudah ada sewaktu
pasien pertama kali didiagnosis menderita diabetes.Ini terjadi
sebenarnya sudah lama menderita diabetes tanpa gejala yang
jelas sehingga komplikasi pun tidak terpantau. Komplikasi kronis
disebabkan kelainan pembuluh darah pada pembuluh darah
besar, pembuluh darah kecil atau halus, atau pada susunan
saraf.
1) Komplikasi kronis yang disebabkan kelainan pembuluh
darah halus ( mikroangiopati) dapat bermanifestasi/ terujuk
pada organ-organ: mata dalam (retinopati) dan ginjal
(nefropati yang pada akhirnya perlu cuci darah)
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi GDS >200 mg/dL, gula darah
puasa >120 mg/dL dan dua jam postprandial >200 mg/dL.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa didalam urin,
pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict (reduksi) hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna urin: hijau (+), kuning
(++), merah (+++) dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai jenis kuman.
d. Analisa data
Data adalah fakta-fakta mentah yang dikumpulkan oleh
perawat melalui observasi dan dari data subjektif yang
diberikan oleh klien atau keluarga. Perawat mengumpulkan
data dari pasien dan kemudian menggunakan pengetahuan
keperawatan, kemudian mengubah data tersebut menjadi
informasi.
Perawat mengumpulkan dan mendokumentasikan dua jenis
daa yang berhubugan dengan pasien yaitu: data subjektif ini
berasal dari laporan lisan pasien mengenai persepsi dan
pemikiran tentang kesehatannya, kehidupan sehari-hari,
kenyamanan, hubungan dan sebagainya. Data objektif adalah
hal-hal yang perawat amati tentang pasien. data objektif yang
dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik dan hasil tes diagnostik
(Keliat, Mediani, & Tahlil, 2018).
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa dan sintesis data. Dalam pengelompokan
data dibedakan atas data subjektik dan data objektif serta
pedoman pada teori Abraham Maslow. Yang terdiri atas:
1) Kebutuhan dasar atau fisiologis
2) Kebutuhan rasa aman
3) Rasa cinta dan kasih sayang
4) Kebutuhan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Data subjektif dan data objektif yang muncul pada penderita
diabetes melitus antara lain sebagai berikut:
a) Data subjektif
i. Poliuri (sering kencing)
ii. Polidipsi (sering minum)
iii. Polifagia (sering makan)
iv. Berat badan menurun, lemas, lelah, tenaga kuranf
v. Mata kabur
b) Data objektif
(1) Kulit kering
(2) Glukosa darah sewaktu >200 mg/dL
(3) Kadar glukosa darah puasa >140 mg/dL
Data yang dikelompokan tadi dianalisis hingga dapat
diambil kesimpulan tentang masalah keperwatan dan
kemungkina penyebab, yang dapat dirumuskan dalam
bentuk diagnosis keperawatan yang meliputi actual,
potensial, dan kemungkinan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016)
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
disfungsi pankreas
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
c. Resiko syok
d. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan
nekrosis kerusakan jaringan
e. Resiko infeksi
f. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan
kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
g. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM)
h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
i. Keletihan
3. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan pada Diabetes Melitus menurut SIKI (2018)
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hiperglikemia (SIKI hlm. 180):
kadar glukosa keperawatan selama … maka
darah kestabilan kadar glukosa darah Observasi
meningkat (SLKI hlm. 43) dengan 1.1 Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
kriteria hasil: 1.2 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
Indikator 1 2 3 4 5 1.3 insulin meningkat
Kadar glukosa 1.4 Monitor kadar glukosa darah
dalam darah 1.5 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Kadar glukosa 1.6 Monitor intake dan output cairan
dalam urin
Jumlah urin Terapeutik
Ket. Skala: 1.7 Berikan asupan cairan oral
1. Memburuk 1.8 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
2. Cukup memburuk hiperglikemia tetap ada atau memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik Edukasi:
5. Membaik 1.9 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
1.10 Anjurkan monitor kadar glukosa secara mandiri
1.11 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
1.12 Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi pemberian insulin
1.14 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
1.15 Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi (SIKI hlm. 200):
keperawatan selama … maka
Status Nutrisi membaik (SLKI Observasi
hlm. 121) dengan kriteria hasil: 1.1 Identifikasi status nutrisi
Indikator 1 2 3 4 5 1.2 Identifikasi alegi dan intoleransi makanan
Berat badan 1.3 Identifikasi makanan yang disukai
Frekuensi 1.4 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nurtrien
makan 1.5 Monitor asupan makanan
Nafsu makan 1.6 Monitor berat badan
Ket. Skala: 1.7 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
6. Memburuk
7. Cukup memburuk Terapeutik
8. Sedang 1.8 Lakukan oral higine
9. Cukup membaik 1.9 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
10. Membaik 1.10 Piramida makanan)
1.11 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1.12 sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
1.13 konstipasi
1.14 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
1.15 Berikan suplemen makanan jika perlu
Hentikasn pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat di toleransi
1.16 Edukasi:
1.17 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
1.18 Kolaborasi
1.19 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
1.20 (mis. Pereda nyeri, anti emetic).
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
c. Resiko syok
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Resiko Syok Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok (SIKI hlm. 285)
keperawatan selama … maka
Tingkat Syok menurun (SLKI hlm. Observasi
148) dengan kriteria hasil: 1.1 Monitor status kardipulmonal (frekuensi dan
Indikator 1 2 3 4 5 kekuatan nadi, frekuensi napas, TD)
Kekuatan nadi 1.2 Monitor status oksigenasi
Output urine 1.3 Monitor statu cairan
Tingkat 1.4 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
kesdaran 1.5 Periksa riwayat alergi
Saturasi
oksigen Terapeutik
Ket. Skala: 1.6 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
1. Menurun oksigen >94%
2. Cukup menurun 1.7 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
3. Sedang 1.8 perlu
4. Cukup meningkat 1.9 Pasang jalur IV, jika perlu
5. Meningkat Pasang kateter urin untuk menilai produksi urine,
1.10 jika perlu
Lakukan skin test untuk mencegah alergi
1.11 Edukasi
1.12 Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
1.13 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Anjurkan melapor jika menemukan tanda dan
1.14 gejala awal syok
1.15 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari alergi
1.16 Kolaborasi
1.17 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
1.18 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
d. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi Perawatan Integritas Kulit (SIKI hlm. 316)
jaringan berhubungan keperawatan selama… maka
dengan nekrosis Integritas kulit dan jaringan Observasi
kerusakan jaringan meningkat dengan kriteria hasil: 1.1 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulitt
(mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
Indikator 1 2 3 4 5 nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan
Elastisitas ekstrem, penurunan mobilitas)
Hidrasi
Perfusi Terapeutik
jaringan 1.2 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Ket. Skala: 1.3 Gunakan produk berbahan petroolium atau
1. Memburuk minyak pada kulit kering
2. Cukup memburuk 1.4 Gunakan prooduk berbahan ringan/alami dan
3. Sedang hipoalergik pada kulit sensitif
4. Cukup membaik 1.5 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
5. Membaik kering
Edukasi
1.6 Anjurkan meinum air yang cuku
1.7 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1.8 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
e. Resiko infeksi
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (SIKI hlm. 287)
keperawatan selama… maka
tngkat infeksi menurun dengan Observasi
kriteria hasil: 1.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Indikator 1 2 3 4 5 sistemik
Demam
Nyeri 1.2 Terapeutik
Bengkak 1.3 Batasi jumlah pengunjung
Ket. Skala: 1.4 Berikan perawatan kulit pada area luka
1. Meningkat Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Cukup meningkat 1.5 dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Sedang Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
4. Cukup menurun tinggi
5. Menurun 1.6
1.7 Edukasi
1.8 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1.9 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
1.10 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
f. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Retensi urin Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Urine (SIKI hlm. 175)
keperawatan selama… maka
berhubungan dengan
Eliminasi Urine membaik Observasi
inkomplit dengan kriteria hasil: 1.1 Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
Indikator 1 2 3 4 5 inkontinesia urine
pengosongan
Frekuensi 1.2 Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi
kandung kemih, BAK atau inkontinensia urine
1.3 Monitor eliminasi urine
sfingter kuat dan Karakteristik
Urine
poliuri Ket. Skala: Terapeutik
1. Memburuk 1.4 Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Cukup memburuk 1.5 Batasi asupan cairan, jika perluu kultur
3. Sedang 1.6 Ambil sampel urine tengah (midstream) at
4. Cukup membaik
5. Membaik Edukasi
1.7 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
1.8 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran
1.9 urine
Ajarkan mengenali tand aberkemih dan waktu
1.10 yang tepat untuk berkemih
Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
1.11 panggul/berkemihan
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
1.12 kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
1.13 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suposutoria uretra,
jika perlu
g. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM)
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi (SIKI hlm. 345)
keperawatan selama… maka
efektif berhubungan
perfusi perifer meningkat Observasi
dengan penurunan dengan kriteria hasil: 1.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
Indikator 1 2 3 4 5 edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
sirkulasi darah
Denyut nadi 1.2 anklebrachial index)
keperifer, proses perifer Identifikasi faktor risiko gangguan sirlkulasi (mis.
Penyembuha Diabetes, merokok, orang tua, hipertensi dan
penyakit (DM)
n luka 1.3 kadar kolesterol tinggi)
Sensasi Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
Ket. Skala: pada ekstremitas
1. Menurun
2. Cukup menurun 1.4 Terapeutik
3. Sedang Hindari pemasangan infus atau pengambilan
4. Cukup meningkat 1.5 darah di area keterbatasan perfusi
5. Meningkat Hindari pengukuran tekanan darah pada
1.6 ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
1.7 pada area yang cedera
1.8 Lakukan pencegahan infeksi
1.9 Lakukan perawatan kaki dan kuku]
Lakukan hidrasi
1.10 Edukasi
1.11 Anjurkan berhenti merokok
1.12 Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
1.13 kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
1.14 darah, antikoagulan, dan penurn kolesterol, jika
perlu
1.15 Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah
1.16 secara teratur
1.17 Anjurkan menghindari penggunaan obat
1.18 penyekat beta
1.19 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
Anjurkan program rehabilitasi vaskular
Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Resiko Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Elektrolit (SIKI hlm. 240)
keperawatan selama… maka
ketidakseimbangan
keseimbangan elektrolit Observasi
elektrolit meningkat menurun dengan 1.1 Identifikasi kemungkinan penyebab
kriteria hasil: ketidakseimbangan elektrolit
Indikator 1 2 3 4 5 1.2 Monitor kadar elektrolit serum
Serum 1.3 Monitor mual, muntah dan diare
natrium 1.4 Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Serum kalium 1.5 Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis.
Serum klorida Kelenahan otot, interval QT memanjang,
Serum gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen
kalsium ST, gelombang U, kelelahan parestesia,
Serum penurunan refleks, anoreksia, konstipasi,
magnesium motilitas usu menurun, pusing, depresi
Serum fosfor pernapasan)
Ket. Skala: Monitor tanda-tanda infeksi dan perdarahan pada
1. Memburuk 1.6 sisi insersi
2. Cukup memburuk Monitor tanda-tanda komplikasi akibat
3. Sedang pemasangan selang (mis. Pneumotoraks, selang
4. Cukup membaik tertekuk, embolisme udara)
5. Membaik
1.7 Terapeutik
Dampingi pasien saat pemasangan dan
1.8 pelepasan kateter jalur hemodinamik
Lakukan tes Allen untuk menilai kolateral ulnaris
1.9 sebelum kanulasi pada arteri radialis
Pastikan set selang terangkai dan terpasang
1.10 dengan tepat
Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan
1.11 pemeriksaan x-ray, jika perlu
Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72 jam,
1.12 sesuai protokol
1.13 Ganti balutan pada area insersi dengan teknik
steril
1.14 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
1.15
1.16 Edukasi
1.17 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama
kateter terpasang
i. Keletihan
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Keletihan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (SIKI hlm. 176)
keperawatan selama… maka Observasi
tingkat keletihan menurun 1.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
Indikator 1 2 3 4 5 1.2 Monitor kelelahan fisik dan emosional
Verbalisasi 1.3 Monitor pola dan jam tidur
lelah 1.4 Montor lokasi dan ketidaknyamanan selama
Lesu melakukan aktivitas
Ket. Skala:
1. Meningkat Terapeutik
2. Cukup meningkat 1.5 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
3. Sedang stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
4. Cukup menurun 1.6 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
5. Menurun 1.7 aktif
1.8 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
1.9 Edukasi
1.10 Anjurkan tirah baring
1.11 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Implentasi
Tindakan keperawatan merupakan rangkaian perilaku atau
aktivitas yang di kerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputusan
dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan
dan pencapaian tujuan.
a. Evaluasi Proses
Focus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari
proses keperawatan. Evaluasi proses harus dilakasanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervinsi tersebut.
b. Evaluasi Hasil
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau
status kesehatan pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna.
BAB III
PELAKSANAAN PEMBINAAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas umum
a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama :Tn.Suwarno
Pendidikan : SD
Umur : 53 th
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl.Gunung mas, Desa sangkima sangatta selatan
Suku : Jawa
No. Telp. : 08
b. Komposisi Keluarga
Hubunga
L/
No NAMA n Umur Pendidikan Imunisasi KB
P
Keluarga
1. Tn.Suwarno L KK 53 th SD - -
2 Ny.Muliyati P Istri 44 th SD - Pil
An.M.arga SD Lengkap -
3 L Anak 11 th
yuda
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
4. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah :
Status rumah yang sedang ditinggali adalah milik sendiri.
Denah rumah :
u
Keterangan:
v5 6v
1. Ruang Tamu
6
v4 2. Ruang TV
3. Kamar Tidur
3 4. Kamar Tidur
v3
1v 5. Dapur
3 1 6. Wc
2
Rumah terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, 1 WC,
dan ruang keluarga. Sumber air bersih dari sumur , alat
masak lengkap dan bersih, tidak terdapat alat pemadam
kebakaran (APAR). Peralatan mandi lengkap, kamar mandi
bersih, air selalu dikuras tidak ada jentik nyamuk.
Hunian tempat tidur untuk satu kamar di huni
maksimal dua orang, privasi orang ada dikamar terjamin,
karena memiliki pintu dan kunci. Tidak ada serangga yang
tampak berkeliaran. Keluarga mengatakan bahwa mereka
aman tinggal dalam rumah dan dapat melakukan kegiatan
dengan leluasa. Keluarga merasa aman karena ada pintu
dan pagar yang kuat. Anggota keluarga mengatakan dapat
leluasa melakukan kegiatan tanpa tergganggu orang sekitar
rumah. Rumah relative aman jauh dari bencana/kecelakaan.
Sampah rumah tangga di buang di tempat sampah umum.
Anggota keluarga merasa puas dengan penataan rumah
karena menyadari rumahnya sempit.
b. Karakteristik tetangga
Hubungan keluarga Ny.Muliyati dengan tetangga baik,
lingkungan tempat tinggal juga tidak terlalu padat
penghuninya. Sebagian besar tetangganya adalah keluarga
Tn. Suwarno
5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang dipakai seiap hari adalah bahasaIndonesia
kadang-kadang mengunakan bahasa jawa , keluarga tidak
memiliki kesulitan bahasa dalam penerimaan pesan dan
selama ini tidak ada masalah dalam keluarga mengenai
komunikasi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tidak ada masalah dalam pengambilan keputusan hanya
struktur tertinggi dipegang oleh kepala keluarga.
c. Struktur Peran
Tn. Suwarno sebagai pencari nafkah, Ny. Muliyati sebagai
ibu rumah tangga.
d. Nilai atau Norma Keluarga
Keluarga Tn. Suwarno tidak memiliki pantangan/keyakinan
tertentu jika terserang suatu penyakit, apabila ada anggota
keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas atau ke rumah
sakit.
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. Suwarno menerima kehidupan mereka apa
adanya, hubungan antara keluarga baik
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. Suwarno mengajarkan kepada anggota
keluarganya untuk saling berinteraksi dengan baik dalam
keluarga dan juga berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.
d. Fungsi reproduksi
Jumlah anak 1 orang laki-laki. Ny. Muliyati menggunakan
KB Pil
e. Fungsi ekonomi
Penghasilan yang di peroleh keluarga Tn. Suwarno setiap
bulannya di gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga Tn. Suwarno memiliki lahan perkebunan seperti
kebanyakan masyarakat lainnya.
2 Ds:
a. Ny. Muliyati sedang sakit
diabetes melitus Disfungsi Ketidakstabilan
b. Ny. Muliyati mengatakan pankreas kadar glukosa
sering haus, mudah darah
lapar, dan sering buang
air kecil dan mudah lelah
DO:
a. GDS: 250
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d Ny. Muliyati mengeluh
nyeri pada bagian kaki, seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul,
durasi 2-3 jam. Skala nyeri 6, nyeri datang tiba-tiba, Ny. Muliyati
mengatakan tidak mengetahui apa yang dapat mengurangi nyeri. (Skor
3,6)
E. RENCANA KEPERAWATAN
Terapeutik
Berikan asupan cairan
oral
Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Edukasi:
Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
265 mg/dL
Anjurkan monitor kadar
glukosa secara mandiri
Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
insulin
Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Nyeri akut b/d Setelah 1 Setelah dilakuakn Keluarga mampu: Manajemen Nyeri (SIKI
agen minggu tindakan keperawatan 1. Mengidentifikasi lokasi hlm. 201)
pencedera dilakukan selama 7x30 menit nyeri
fisiologis d/d intervensi pertemuan diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri Observasi
Ny. Muliyati keperawatan, keluarga mampu: 3. Menggunakan Teknik non Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri keluarga mampu 1.2 Memutuskan farmakologi yang sudah karakteristik, durasi,
pada bagian untuk merawat tindakan tepat untuk diajarkan. kualitas, intensitas nyeri
kaki, seperti anggota keluarga merawat anggota Identifikasi skala nyeri
tertusuk-tusuk, dengan masalah keluarga dengan Identifikasi respon nyeri
nyeri hilang diabetes melitus masalah non verbal
timbul, durasi 1- yang ditandai keperawatan nyeri Identifikasi faktor yang
2 jam. Skala denganmengeluh akut. memperberat dan
nyeri 6, nyeri nyeri pada memperingan nyeri
datang tiba-tiba, bagian kaki, Identifikasi pengaruh
Ny.Muliyati seperti tertusuk- nyeri terhadap kualitas
mengatakan tusuk, nyeri hidup
tidak hilang Monitor efek samping
mengetahui apa timbul,durasi 1-2 penggunaan analgetik
yang dapat jam. Skala nyeri
mengurangi 6, nyeri datang
nyeri. (Skor 3,6) tiba-tiba. Terapeutik
Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolasborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Masalah yang di dapat dalam keluarga seperti masalah kesehatan
di sadari oleh Ny. Muliyati dan mereka segera mendatangi pusat
layanan kesehatan.
2. Dengan mengadakan pembinaan keperawatan pada keluarga
Tn.Suwarno melalui penyuluhan dan memberi bantuan, keluarga
Tn. Suwarno dapat mengatasi masalah.
3. Permasalahan kesehatan yang di temukan dalam keluarga Tn.
Suwarno terjadi pada Ny. Muliyati adalah penyakit Diabetes
Mellitus.
B. SARAN
1. Untuk keluarga binaan
Khususnya untuk keluarga binaan di harapkan agar semua
keluarga yang sudah mendapat pendidikan kesehatan mampu
mengaplikasikan dalam kehidupa sehari-hari.
2. Untuk penulis
Untuk selanjutnya agar lebih mampu mengetahui, memahami, dan
mneguasai dalam pembuatan laporan yang lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., dan Ardiana, L. M. (2016). Asuhan Keerawatan Pada Sistem Endokrin
dengan pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika.
Maghfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta:
Salemba Medika
1. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS (DM)
Pokok Pembahasan : Penyuluhan Kesehatan
Sub Pokok Pembahasan : Pencegahan Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien dan keluarga
Pukul : 09.00 WITA
Waktu : 20 menit
Tanggal : 20 November 2019
Tempat : Rumah Tn. Suwarno
Nama Penyuluh : Wahyudin Nor
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, pasien dan
keluarga diharapkan mampu memahami dan mengerti tentang
penyakit diabetes melitus.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang penyakit
hipertensi, diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan apa itu DM
2. Menyebutkan penyebab DM
3. Menyebutkan tanda dan gejala DM
4. Menjelaskan tentang diet penyakit DM
5. Menjelaskan tentang pencegahan DM
D. Metode Penyuluhan
1. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Sasaran Media
Kegiatan Penyuluhan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan a. Menjawab
salam salam
b. Memperkenalk b. Mendengarka
an diri n dan
c. Menyampaika menyimak
n tentang c. Bertanya jika
tujuan pokok ada yang
materi kurang jelas
d. Menyampaika
n pokok
pembahasan
e. Kontrak waktu
G. Evaluasi
Diharapkan keluarga Tn. Suwarno mampu:
1. Menjelaskan apa itu DM
2. Menyebutkan penyebab DM
3. Menyebutkan tanda dan gejala DM
4. Menjelaskan tentang diet penyakit DM
5. Menjelaskan tentang pencegahan DM
Samarinda, ….2019
Penguji/Pembimbing Penyuluh Penkes
(………………………..) (………………………..)
Lampiran
B. Penyebab DM
1. Faktor Keturunan atau Genetika Lebih Berisiko Terkena Diabetes
2. Kebiasaan Merokok
3. Obesitas atau Kegemukan
4. Pola Makan Tak Sehat (suka makan makanan manis/tinggi karbohidrat)
5. Jarang dan Malas Berolahraga
6. Penderita Hipertensi berisiko Terkena Diabetes
7. Tingginya Kadar Kolesterol
C. Tanda dan Gejala DM
1. Sering merasa haus.
2. Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
3. Sering merasa sangat lapar.
4. Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5. Berkurangnya massa otot.
6. Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan
otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai
sumber energi.
7. Lemas.
8. Pandangan kabur.
9. Luka yang sulit sembuh.
10. Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran
kemih.
D. Diet Penyakit DM
1. Makan tiga kali sehari dan jangan lewatkan waktu makan
2. Lengkapi setiap porsi makan dengan makanan karbohidrat yang lebih
kompleks meliputi roti gandum, oat, dan kentang.
3. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Makan 3 – 5 porsi sayur sehari
secara perlahan namun teratur.
4. Kurangi gula dan makanan manis. Diet bebas gula tidak perlu benar-
benar dipatuhi dengan ketat, gula dapat dipakai sebagai salah satu
bahan didalam makanan, misalnya didalam sereal sarapan gandum
utuh. Konsumsi maksimum gula sebesar 5% dari total kebutuhan energi
sehari. Minuman manis dapat diganti dengan minuman bebas gula.
5. Kurangi garam dengan membatasi jumlah asupan makanan olahan
serta garam tambahan. Rempah dan bumbu dapat digunakan sebagai
alternatif.
F. Pencegahan Yang Dapat Dilakukan
1. Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat.
2. Menjaga berat badan ideal.
3. Rutin berolahraga dan pengecekan gula darah setiap bulan.