Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTIK PEMBINAAN KESEHATAN

PADA KELUARGA TN. SUWARNO DENGAN DIABETES MELITUS DI RT 01


DI DESA SANGKIMA KECAMATAN SANGATTA SELATAN

DISUSUN OLEH

WAHYUDIN NOR.
NIM :A1911144011083

REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU SAMARINDA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PENGESAHAN

MENGETAHUI MENYETUJUI
Ketua Prodi Pembimbing

Bonifasius Hat, MSN Endang Wiwik P ,SST,M.Kes


NIK. 06.73.AA.08 NIDN. 1120055901
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan

Pembinaan Keluarga, pada keluarga Tn. Suwarno. di RT01. Dusun Desa

Sangkima Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur.

Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas wajib kelompok,

dalam pembinaan keluarga yang kami lakukan melalui asuhan keperawatan

keluarga, sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas kurikulum pada Stikes

Dirgahayu Samarinda.

Dalam melakukan pembinaan keluarga ini, kami mendapat banyak

kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja sama dan bimbingan dari para

dosen serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan dan hambatan

tersebut dapat diatasi, dan penyusunan laporan ini dapat di laksanakan dengan

baik.

Tak lupa kami juga menghaturkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Bernada Teting, BSN., MSN selaku Ketua STIKES Drgahayu

Samarinda.

2. Ibu Endang Wiwiek P., SST., SKM., M.Kes, Selaku dosen pembimbing

pendidikan.

3. Ibu Ns. Vinsensia Tetty, M.Kep, selaku Wakil Ketua I/ ketua RPL

4. Bapak Syahrani SE selaku Kepala Desa Sangkima Kec. Sangatta Selatan


5. Bapak Warsito selaku ketua RT.01 Desa Sangkima Kec. Sangatta Selatan

6. Tn.Suwarno selaku Kepala Keluarga binaan

7. Masyarakat dilingkungan RT.01 pada khususnya dan masyarakat Desa

Sangkima pada umumnya.

Kami menyadari dalam penyusunan Laporan ini terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan

saran yang membangun untuk kesempurnaan Laporan ini. Semoga Laporan ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Samarinda, 20 November 2019

Hormat saya,

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Judul……………………………………………………..

Lembar Pengesahan…………………………………………….

Kata Pengantar…………………………………………………..

Daftar Isi…………………………………………………………..

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………
B. Tujuan Pembinaan…………………………….
C. Metode Pembinaan……………………………
D. Batasan Masalah………………………………

BAB II : LANDASAN TEORITIS

BAB III : PELAKSANAAN PEMBINAAN


A. Pengkajian/Data Umum……………………….
B. Analisa Data…………………………………….
C. Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring……..
D. Intervensi Keperawatan Keluarga…………….
E. Implementasi……………………………………

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………..
B. Saran…………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………….

LAMPIRAN-LAMPIRAN
-SAP (Satuan Acara Pembelajaran)
-Lieflet
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi
masalah utama dalam kesehatan, baik di dunia maupun di Indonesia.
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan ciri khas kadar gula
darah yang diatas normal terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah
diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena
berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh
resistensi insulin (American Diabetes Association, 2012).
Menurut WHO (2012) jumlah penderita diabetes melitus di dunia
mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat diabetes melitus.
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan cukup
signifikan selama lima tahun terakhir. Ditahun 2013, angka prevalensi
diabetes pada orang dewasa mencapai 6,9% dan di tahun 2018 angka terus
melonjak menjadi 8,5%, dan di Kalimantan Timur sebesar 2,9% (Riskesdas,
2018).
Penyakit diabetes merupakan penyakit kronis yang menyebabkan
gangguan pada fisik seperti poliuria, polidipsi, polifagia, mengeluh mengantuk
dan mudah lelah. Diabetes melitus juga berdampak pada psikologis pasien
seperti kecemasan, kemarahan, dan tidak berdaya (Potter & Perry 2010).
Komplikasi diabetes melitus menyebabkan penyakit katarak, gagal ginjal,
jantung koroner, retinopati, glaukoma, nefropatik diabetik, luka infeksi yang
jika tidak ditangani secara benar dan cepat akan berlanjut ke gangren hingga
berujung pada amputasi dan kematian (Maghfuri, 2016).
Peran utama perawat sebagai edukator yang bertujuan memberikan
pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, dan
penatalaksanaan diabetes akan membantu meningkatkan keikutsertaan
keluarga dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan baik ditatanan rumah
sakit maupun di komunitas (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2015).
Tujuan Pembinaan
1. Tujuan umum
a) Memperluas jangkauan kesehatan di indonesia terutama jangkauan
pelayanan kesehatan perdesaan.
b) Meningkatkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan tujuan yang
optimal.
2. Tujuan khusus
a) Membantu keluarga mengatasi masalah dengan cara memberikan
penyuluhan kesehatan kepada keluarga agar dapat di atasi secara
bersama-sama.
b) Agar dapat menolong dirinya sendiri apabila ada anggota keluarga
yang sakit.

B. Metode Pembinaan
1. Observasi langsung
Pembinaan dilakukan melalui pendekatan langsung kepada keluarga
yang dibina di dalam kelompok masyarakat
2. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan keluarga, tokoh, masyarakat,
tetangga dan yang lainnya tentang hubungan keluarga ini dengan
masyarakat sekitarnya.
3. Studi pustaka
Dengan cara membaca buku-buku sumber yang berhubungan dengan
kasus atau masalah yang di temukan dalam keluarga untuk
memberikan penyuluhan tentang masalah yang di hadapi oleh
keluarga.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada keluarga Tn. Suwarno
didapatkan beberapa masalah, tetapi di laporan ini kelompok hanya
membahas masalah pada Ny. Muliyati yaitu nyeri akut dan ketidakstabilan
kadar glukosa darah.
BAB II
LADASAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Menurut Wijaya & Putri (2013) Diabetes Militus merupakan
sekelompok kelainan heterogen dan gangguan metabolik kronik
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah dalam darah yang
disebut hiperglikemia. Pada DM kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan
produksi insulin. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik
kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat di kontrol yang di
karakteristikkan dengan ketidakadekuatan penggunaan insulin.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh (Aini & Aridiana, 2016)
diabetes melitus merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak
mampu menghasilkan insulin yang berguna untuk membawa glukosa
darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan
bahwa penyakit diabetes mellitus adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan pada pankreas yang menyebabkan gangguan metabolik
kronik sehingga tubuh tidak mampu menghasilkan insulin yang
berguna untuk mengubah glukosa menjadi glikogen.

2. Kasifikasi Diabetes Melitus


Menurut Aini dan Aridiana (2016) klasifikasi diabetes mellitus
adalah sebagai berikut :
a. Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabates Melitus [IDDM])
Merupakan kondisi autoimun yang menyerang dan merusak
sel-sel penghasil insulin (sel β) yang terdapat pada pankreas
sehingga timbul defisiensi insulin absolute. Belum diketahui hal
apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-
bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor
lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan dalam
prosesnya. Sekitar 70-90 persen sel β hancur sebelum timbul
gejala klinis. Oleh sebab itu pasien diabetes mellitus tipe I
memerlukan injeksi insulin dan menjalankan diet secara ketat.
b. Diabetes tipe II (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus
[NIDDM])
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang paling umum.
Penyebabnya yaitu kelainan genetik, usia, biaya hidup, stress,
pola makan yang salah, obesitas, dan infeksi. Pada diabetes tipe
tidak memerlukan suntikan insulin karena pankreas masih
menghasilkan insulin tetapi jumlahnya tidak mencukupi, dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif memberi sinyal pada
jaringan untuk pengambilan glukosa yang digunakan oleh tubuh.
c. Diabetes Tipe Lain
Diabetes tipe lain yaitu diabetes yang disebabkan oleh
kelainan tertentu. Misalnya diabetes yang timbul karena penyakit
pankreas (pancreatitis, Ca pankreas), penyakit hormonal
(akromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta sehingga
hiperaktif dan rusak), obat atau zat kimia (aloxan dan
streptozokin yang menyebabkan sitotoksin terhadap sel-sel beta,
derivat thiazide yang menurunkan sekresi insulin).
d. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistensi insulin
selama kehamilan dan biasanya kerja insulin akan kembali
normal setelah melahirkan.

3. Etiologi
Menurut Nugraha, dkk (2016), ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab diabetes melitus adalah sebagai berikut:
a. DM Tipe I
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I tetapi
mewarisi faktor predisposisi atau kecenderungan genetik
terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human lecocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal karena antibody bereaksi pada
jaringan normal tubuh yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
a) Virus dan bakteri
Virus dan bakteri dapat menyebabkan diabetes mellitus
seperti rubella, mumps, dan human coxxackievirus B4.
Mechanisme infeksi yang disebabkan oleh vvirus dan
bakteri mengakibatkan destruksi atau kerusakan sel.
b) Bahan toksin atau beracun
Bahan beracun yang merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pirinuron (rodentisida), streptozzoctin
(produk dari sejenis jamur), sianida yang berasal dari
singkong.
b. DM Tipe II
Diabetes tipe II disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang
berhubungan dengan gangguan sekresi insulin dan resistesi
insulin dan faktor-faktor seperti:
1) Usia (resistensi meningkat di usia 65 tahun)
2) Obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga, stress dan
penuaan
3) Riwayat keluarga dengan diabetes
4. Patofisiologi
Sebagian gambaran patologik dari DM dapat digabungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200
mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpnan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolismme lemak ya abnormal di
sertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan
akibat dari berkurangnya protein dalam jarringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180
mg/dl), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negative dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
bekurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipeglikemia
yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membrane
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gengren pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau
toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya
parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosoria.
Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) harus testimulasi,
akibatnya pasien akan minum dalam jumlah banyak karena glukosa
hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar
(polifagia) timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price, 2006).
Menurut Wijaya dan Putri (2013), patofisiologi diabetes mellitus
adalah:
A. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmapuan untuk
menghasikan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkn oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping
itu, glukosa yang berasal dari makan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hperglikemia postrandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukoa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebh
diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit belebih. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotic. Sebagai akibat dari kekurangan cairan yang belebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolism protin dan
lemak yang menyebaban penuruna berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akan
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencangkup
kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlah berlebihan.
Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
c. Diabetes tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
resiko khusus pada permukaan sel. sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu ragkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II di sertai dengan penurun reaksi intra sel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif maka awitat diabetes tipe
II dapat berjaln tanpa terdeteksi. Jika gejalanya di alami pasein,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi). Penyakit diabetes membuat
gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di
seluruh tubuh, di sebut angiopati diabetic. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
besar (makrovaskular) di sebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrivaskuler) di sebut mikroangiopati.
Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekuranan atau tanpa
insulin :
1) Penurunan penggunaan glukosa
2) Peningkatan mobilisasi lemak
3) Peningkatan penggunaan protein
Predisposisi genetik Predisposisi : obesitas, gaya hidup, usia, infeksi
Pathway Diabetes Melitus
DMT-1 DMT-2

Kerusakan sel B pankreas Insulin tidak/resisten insulin k


cukup
Insufisiensi insulin
Risiko ketidakstabilan
Proses penyakit DM kadar gula darah
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme lemak Metabolisme protein
Glikogenesis
Lipolisis meningkat, Glukoneogenesis menurun, glikolisis Penurunan sintesis
lipogenesis menurun meningkat Glukoneogenesis protein

Asam lemak bebas Glukosa darah meningkat


Regenerasi sel saraf Mudah infeksi,
meningkat terganggu luka sulit sembuh
Hiperglikemia

Penurunan masa otot, Ketonemia,


kelemahan ketonuria Kerusakan
Gangren Mudah
sel saraf
infeksi,
luka
Keletihan ketoasidosis
Kerusakan sulit
integritas sembuh
kulit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang Mual, muntah, dehidrasi Kardiovaskuler tidak Nyeri abdomen Risiko
darikebutuhan tubuh mampu mempertahankan infeksi
vasokontriksi
Nyeri akut

Gangguan pertukaran gas (asidosis Gagal jantung Penurunan curah


metabolik) jantung

risiko ketidakseimbangan Kolaps sirkulasi


elektrolit

Sumber : Aini & Aridiana, (2016)


5. Manifestasi Klinis

Menurut Wijaya & Putri (2013) tanda dan gejala DM sebagai berikut

No Gejala DM Tipe I DM Tipe II

1. Polyuria ++ +
2. Polydipsia ++ +
3. Polyphagia ++ +
4. Kehilangan BB ++ _
5. Pruritus + ++
6. Infeksi kulit + ++
7. Vaginitis + ++
8. Ketonuria ++ _
9. Lemah, lelah dan pusing ++ +

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya sering kali tidak


di rasakan dan di sadari oleh penderita, beberapa keluhan dan
gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:

a. Banyak kencing ( polyuri)


Karena sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam
jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita terutama
pada malam hari

b. Banyak minum ( polydipsia )


Rasa haus amat sering di alami penderita karena banyak nya
cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering
disalah tafsirkan. Di kiranya sebab rasa haus ialah udara yang
panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa
haus itu penderita banyak minum

c. Banyak makan ( polyfagia )


Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita
diabetes melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori
negative, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk
menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.

d. Penurunan berat badan dan rasa lemah


Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang
menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahragan juga
mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar
untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa di ambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan
otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga menjadi kurus.

e. Gangguaan saraf tepi/kesemutan


Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada
kaki di waktu malam hari, sehingga mengganggu tidur.

f. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar tetap melihat dengan baik.

g. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan
dan diaerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya. Luka ii dapat timbul karena akibat hal yang sepele
seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

h. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyinya karena
sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal
ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan
atas kejantanan seseorang.

i. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang
sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala yang dirasakan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa
1) Kadar darah sewaktu atau random > 200 mg/dl
2) Gula darah puasa atau nuchter> 140 mg/dl
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial) > 200 mg/dl
b. Aseton plasma →hasil (+) mencolok
c. As. lemak bebas →peningkatan lipid dan kolestrol
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)
e. Urinalisis→ protein uria, ketonuria, glukosuria

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Aini dan Aridiana (2016), penatalaksaan medis
diabetes melitus adalah intervensi farmakologis yang ditambahkan
jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis terdiri atas
pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan injeksi insulin.
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue)
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan
kepada pasien dengan berat badan lebih. Penggunaan
sulfonilurea jangka panjang tidak di anjurkan untuk
orang tua, gangguan fungsi ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskular, hal ini bertujuan
untuk mencegah hipoglikemia.

b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini
terdiri atas dua macam obat yaitu Repaglinid (derivat
asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat
ini di absorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan dieksresi secara cepat melalui hati.

2) Penambah sensitivitas terhadap insulin


Tiazolidindion (roziglitazon dan pioglitazon) berikatan
pada Peroxisome Poliferator Activated Receptor Gamma
(PPAR-y), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistansi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
Tiazolidindion di kontraindikasikan pada pasien dengan
gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat edema
atau retensi cairan dan juga pada gangguan fungsi hati.
Pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu di lakukan
pemantauan fungsi hati secara berkala.

3) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)


Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga
memperbaiki ambilan glukosa perifer. Obat ini utamanya di
pakai pada penyandang diabetes yang bertubuh gemuk.
Metformin di kontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan
hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskula, sepsis,
renjatan, dan gagal jantung). Metformin dapat memberikan
efek samping mual, untuk mengurangi keluhan tersebut
dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.

4) Penghambat glukosidase alfa (Acarbose)


Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di
usus halus sehingga mempunyai efek menurunkn kadar
glukosa darahsesudah makan. Tidak menimbulkan efek
samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering
ditemukan ialah kembung dan flatulens.

b. Insulin

8. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Aini dan Aridiana, 2016) penatalaksanaan diabetes
melitus adalah sebagai berikut :
a. Edukasi
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar pendapatan
hasil pengelolaan diabetes yang optimal. Supaya perubahan
perilaku berhasil, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan
upaya peningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar
penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup sehat,
meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes
dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur,
melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada, melakukan perawatan kaki
secara berkala, memiliki kemapuan untuk mengenal dan
menghadapi kedaan sakit akut dengan tepat, mempunyai
keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes, menjaga
keluarga utnuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes,
serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
b. Terapi gizi medis
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur
berdasarkan angka 3J yaitu jumlah (kalori), jenis , dan jadwal.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain
jenis kelamin, umur, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat
badan. Penetuan status gizi dapatmenggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau rumus Broca, tetapi untuk kepentingan praktis
di lapangan di gunakan Broca.
Penderita diabetes yang juga mengidap penyakit lain, maka
pola pengaturan makan di sesuaikan dengan penyakit
penyertanya. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu
mengurangi jumlah makan karena akan mengakibatkan kadar
gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia) dan juga jangan
terlalu banyak mengonsumsi makanan yang memperparah
penyakit diabetes melitus.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri atas beberapa


unsur gizi penting berikut :
1) Karbohidrat
a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total
asupan energi.
b) Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak di
anjurkan.
c) Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
d) Gula dalam bumbu di perbolehkan sehingga penderita
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga
yang lan.
e) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
f) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake)
g) Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari, kalau di perlukan dapat
diberikana makanan selingan buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
2) Lemak
a) Asupan lemak di anjurkan sekitar 20-25 % kebutuhan
kalori, tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan
energi.
b) Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
c) Lemak tidak jeuh ganda < 10%, selebihnya dari lemak
tidak jenuh tunggal
d) Bahan makanan yang perlu di batasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain
daging berlemak dan susu penuh (whole milk)
e) Anjuran konsumsi kolestrol < 300 mg/hari
3) Protein
a) Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi
b) Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang,
cumi, dan lain-lain), daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu,
dan tempe
c) Pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dan 65% hendaknya bernilai biologis tinggi
4) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penderita diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih
dari 3.000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh )
garam dapur
b) Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai
2.400 mg garam dapur
c) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, petsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit
5) Serat
a) Seperti halnya masyarakat penderita diabetes di anjurkan
mengonsumsi cukup serat dan kacang-kacangan, buah,
dan sayuran serta sumber karbohodrat yang tinggi serat.
Oleh karena mengandung vitamin mineral, serat dan
bahan yang baik untuk kesehatan.
b) Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/1.000 kkal/hari
6) Pemanis alternatif
a) Pemanis di kelompokkan menjadi pemanis bergizi dan
tak bergizi. Termasuk pemanis bergizi adalah gula
alkohol dan fruktosa
b) Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,manitol,
somitol dan xylitol.
c) Penggunaan pemanis bergizi perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan
kalori sehari.
d) Fruktosa tidak dianjurkan penggunaannya bagi penderita
karena efek samping pada lemak darah.
e) Pemanis tak bergizi termasuk aspartan, sakarin,
acesulfame potasium, sukralose, dan neotame
f) Pemanis alternatif penggunanaannya tidak akan
mengganggu kesehatan sepanjang tidak melebihi batas
aman (Accepted Daily Intake[ADI]).

c. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya di sesuaikan dengan umur
dan status kesehatan jasmani. Prinsip olahraga pada pasien DM
adalah CRIPE yaitu sebagai berikut.
1) Continous (terus-menerus)
Latihan harus berkesinambungan terus-menerus tanpa
berhentikan dalam waktu tertentu, contohnya seperti berlari,
istirahat, lalu mulai berlari lagi.
2) Rhytmical (berirama)
Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Contohya, jalan kaki, berlari,
berenang, atau bersepeda.
3) Interval (berselang)
Latihan di lakukan secara berse;ang-seling antara gerak
lambat dan cepat. Contohnya, lari dapat di selingi dengan
jalan cepat atau jalan cepat di selingi jalan biasa (asalkan
tidak berhenti) .
4) Progressiv (meningkat)
Latihan dilakukan meningkat secara bertahap sesuai
kemampuan dari ringan sampai sedang hingga mencapai
30-60 menit dan intensitas latihan mencapai 60-70%
maximum hetrate (MHR). Sementara frekuensi latihan di
lakukan 3-5 kali per minggu
5) Endurance (daya tahan)
Latihan harus ditujukan pada latihan daya tahan untuk
meningkatkan kemampuan pernapasan dan jantung. Hal ini
di penuhi oleh olahraga seperti jalan kaki, berlari, berenang,
atau bersepeda.

Hal-hal berikut harus diperhatikan ketika melakukan


latihan/olahraga (Sudoyono dkk. 2006):
1) Pemanasan (warm-up)
Pemanasan dilakukan sebelum latihan yang sebelum
latihan yang sebenarnya. Tujuannya untuk mempersiapkan
berbagai sistem tubuh, seperti menaikkan suhu tubuh,
meningkatkan denyut nadi hingga mendekati intensitas
latihan, dan menghindari cedera akibat latihan. Pemanasan
dilakukan 5-10 menit.
2) Latihan inti (conditoning)
Pada tahap ini diusahakan denyut nadi mencapai target
heart rate (THR) agar mendapat manfaat latihan. Apabila
THR tidak mencapai, maka pasien tidak akan mendapatkan
manfaat latihan, sedangkan bila lebh dari THR bisa terjadi
resiko yang fatal.
Cara menghitung THR adalah dengan menggunakan
MHR yaitu 220-umur. Setelah MHR di dapatkan baru
ditentukan THR. Contoh latihan bagi seorang pasien DM
(diabetisi) usia 50 tahun ditargetkan 60%, maka THR-nya
adalah 60%×(220-50) = 102. Dengan demikian, diabetisi di
sebut dalam melaksanakan olahraga denyut nadinya adalah
sekitar 102 x/menit.
3) Pendinginan (cooling-down)
Tahap ini betujuan untuk mncegah penimbunan asam
laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot setelah
olahraga atau rasa pusing akibat masih terkumpulnya darah
pada otot yang aktif. Di lakukan 5-10 menit hingga denyut
nadi mencapai denyut nadi istirahat.
4) Peregangan (stetching)
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan
dan melenturkan otot yang masih teregang dn
menjadikannya lebih elastis.

9. Komplikasi
Menurut (Kariadi, 2009) ada beberapa komplikasi yang terjadi pada
penderita diabetes.
Berdasarkan mulai timbulnya dan lama perjalanannya,
komplikasi diabetes di golongkan menjadi komplikasi mendadak
(akut) dan komplikasi menahun (kronis).Terdapat beberapa
kelainan yang mendasari komplikasi kronis, yaitu makroangiopati
diabetik (kelainannya di pembuluh darah besar), mikroangipatik
diabetik (kelainannya pembuluh darah kecil-halus), dan neorupati
diabetik (kelainannya terdapat pada saraf).
a. Komplikasi mendadak (akut)
Komplikasi akut, komplikasi yang datangnya mendadak
tanpa aba-aba.Namun, jika diatasi bisa sembuh.Yang termasuk
komplikasi akut adalah infeksi yang sulit sembuh, koma
hiperglikemik (koma diabetik), dan hipoglikemi dengan koma
hipoglikemik.
1) Infeksi yang sulit sembuh
Sewaktu-waktu, seperti orang lain, diabetisi juga dapat
mengalami infeksi, yaitu masuknya kuman kedalam tubuh,
seperti flu, borok (biasanya di kaki), atau radang paru-paru.
Bedanya, penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi
dan lebih sulit sembuh. Pada keadaan normal, kuman-
kuman yang masuk kedalam tubuh akan dilawan dan
dibunuh oleh pasukan pertahanan tubuh, yaitu leukosit atau
sel darah putih. Pada diabetes, pada waktu kadar gula
darah tinggi lebih dari 200 mg/dl, kekuatan sel-sel darah
untuk membunuh turun, dan mereka menjadi lemah dan
loyo. Oleh karena itu, kuman yang masuk lebih sukar di
bunuh, malah terus berkembang biak sehingga infeksi lebih
sukar sembuh, apalagi infeksi di kaki.
Pada diabetes tipe 2 yang belum terkendali artinya gula
darahnya masih tinggi apabila terjadi infeksi berat, umpama
infeksi paru atau borok kaki, gula darah dapat mendadak
makin meningkat sangat tinggi. Dalam keadaan tersebut,
gejala klasik diabetes akan menjadi lebih berat.
2) Koma hiperglikemik (koma diabetik)
Kadar gula darah yang sangat tinggi disebut
hiperglikemi. Keadaan gula darah tinggi bias menyebabkan
koma pada diabetisi. Koma adalah istilah medis yang
menerangkan bahwa kondisi seseorang kritis dan tidak
sadar, hidup tapi seperti mati. Tubuhnya masih hidup:
jantung, paru-paru, ginjal, semua masih hidup. Namun, tidak
sadar dan tidak bisa berbuat apa-apa. Koma karna
hiperglikemi disebut koma hiperglikemik atau koma
ketoasedotik, yang bias berlangsung sehari hingga
beberapa hari. Ada bermacam-macam koma hiperglikemik,
tetapi yang paling sering terjadi adalah koma diabetik atau
koma ketoasidotik.
Biasanya, gejala lain yang terjadi sebelum koma adalah
keluhan klasik yang bertambah hebat, yaitu semakin cepat
haus, semakin banyak minum, dan badan semakin lemah.
Jika infeksi tidak cepat diobati dan gula darah tidak cepat
diatur, penyakit ini bias menjadi lebih berat lagi dan
terjadilah penurunan kesadaran atau koma. Koma semacam
ini dapat terjadi, baik pada diabetes tipe 2 maupun pada
diabetes tipe .
Pada diabetes tipe 1, koma tidak harus didahului oleh
infeksi.Koma dapat terjadi segera begitu diabetisi tidak
dapat suntikan insulin.atau, walaupun sudah diberi tetapi
terlambat ; atau dosisnya kurang dari yang seharusnya.
Itulah sebabnya, diabetisi tipe 1 harus selalu mendapatkan
insulin tepat waktu dan tepat dosis.Tidak jarang, seseorang
baru ketahuan menderita diabetes tipe 1 karena datang
dengan koma hiperglikemik.
3) Hipoglikemi dan koma hipoglikemik
Gula darah terlalu tinggi (hiperglikemi) bias berakibat
macam-macam, bahkan bias menyebabkan koma. Demikian
pula sebaliknya.Gula yang terlalu rendah (hipoglikemi) juga
tidak baik.Bahkan, dianggap lebih berbahaya dibandingkan
dengan hiperglikemi.
Hipoglikemi bukan komplikasi murni diabetes keadaan ini
adalah komplikasi pengobatan karena hanya dapat dialami
oleh diabetisi yang mendapat obat penurun gula, khususnya
golongan sulfonilurea atau suntikan insulin.hipoglikemi
terjadi apabila sudah minum obat golongan sulfonylurea,
atau suntikan insulin, lalu :
a) Terlambat makan
b) Lupa makan
c) Makan tapi jumlahnya kurang
d) Tiba-tiba muntah
e) Tiba-tiba harus melakukan kerja fisik berat
Gejalanya tiba-tiba merasa luar biasa lapar, berkeringat
dingin, jantung berdebar-debar, pusing, dan linglung. Jika
tidak segera di atasi, kesadaran turun, sampai akhirnya tidak
sadarkan diri (koma).Kondisi inilah yang di sebut koma
hipoglikemik. Koam hipoglikemik adalah keadaan yang
sangat gawat karena jika tidak diatasi akan menyebabkan
kematian.
Apabila merasakan adanya gejala-gejala hipoglikemik,
diabetisi harus cepat-cepat minum air gula, atau memakan
apa saja yang banyak mengandung gula contohnya permen
, sirup, atau kue. Dalam beberapa saat, gejala-gejala
hipoglikemi dapat segera menghilang.
Akan tetapi, orang dengan hipoglikemi dan tidak sadar
jangan dipaksa minum karna bias keselek dan air bias
masuk paru-paru. Sebaiknya cepat larikan kerumah sakit.
Dirumah sakit, diabetisi yang mengalami hipoglikemi dan
tidak sadarkan diri akan segera diberi suntikan glukosa
intravena (langsung dalam pembuluh darah) dan infus
cairan glukosa. Biasanya, seketika sadar kembali.
b. Komplikasi menahun (kronis)
Kompilasi kronis biasanya menanpakkan diri setelah 10-15
tahun sejak diagnosis diabetes.Namun, pada diabetes tipe 2,
sering kali beberapa komplikasi kronis sudah ada sewaktu
pasien pertama kali didiagnosis menderita diabetes.Ini terjadi
sebenarnya sudah lama menderita diabetes tanpa gejala yang
jelas sehingga komplikasi pun tidak terpantau. Komplikasi kronis
disebabkan kelainan pembuluh darah pada pembuluh darah
besar, pembuluh darah kecil atau halus, atau pada susunan
saraf.
1) Komplikasi kronis yang disebabkan kelainan pembuluh
darah halus ( mikroangiopati) dapat bermanifestasi/ terujuk
pada organ-organ: mata dalam (retinopati) dan ginjal
(nefropati yang pada akhirnya perlu cuci darah)

2) Masalah pada mata


Terdapat beberapa jenis komplikasi diabetes pada mata.
a) Retinopati
Retinopati adalah kelainan yang mengenai pembuluh
darah halus pada retina.Retina terdapat didalam bola
mata sebelah belakang dan kerjanya adalah menangkap
cahaya hyang datang dari luar setelah menembus lensa
mata.Retina besifat seperti kamera film, yaitu
menangkap gambar yang ada dihadapan. Jika terjadi
kerusakan pada pembuluh darah retina, fugsi retina
akan terganggu sehingga terjadilah gangguan
penglihatan. Ketika retina terganggu, gambar yang
dilihat mata tidak dapat diproses diotak.
Biasanya, gejala retinopati berjalan lambat sehingga
sering tidak terdeteksi jika masih dini, kelainan ini masi
dapat diobati melalui teknik fotokoagulasi dengan
memakai laser.Namun, jika sudah terlambat,
kemungkinan terburuknya adalah kebutaan.
b) Katarak
Pada lanjut usia, katarak merupakan hal yang biasa;
tetaoi pada diabetisi, kelainan ini dapat terjadi pada
umur yang lebih muda.
Katarak menyebabkan cahaya tidak sampai pada
retina sehingga orang tidak bisa melihat alias buta.pada
katarak dapat dilakukan operasi pengangkatan lensa
yang sudah rusak dan menggantinya dengan lensa
baru.Setelah itu hasil, biasanya penglihatan kembali
seperti biasa.Kecuali, apabila selain ada katarak juga
sudah terdapat retinopati.Pada keadaan kemudian,
operasi katarak tidak memulihkan penglihatan secara
sempurna.
c) Glaukoma
Glaukoma terjadi karena meningkatnya tekanan
dalam bola mata.Keluhannya adalah rasa nyeri pada
mata dan penglihatan berkurang. Apabila di obati
dengan segera glaukoma tidak akan menyebabkan
kebutaan.
c. Komplikasi pada ginjal
Dalam suatu proses disebut proses metabolisme dalam
tubuh, terjadi pengolahan “bahan baku” menjadi zat yang di
butuhkan tubuh. Proses ini juga menghasilkan zat-zat sisa atau
zat metabolit yang beredar di dalam darah. Zat-zat ini seolah-
olah sampah yang harus dikeluarkan dari tubuh.Tugas ginjal
adalah membersihkan darah dari zat-zat metabolik tersebut dan
juga membersihkan tubuh dari zat-zat berlebihan lainnya.Tugas
tersebut dilakukan dengan membuang semua itu bersama urin.
Untuk melaksanakan fungsi ini, ginjal dilengkapi kumparan-
kumparan pembuluh darah halus yang disebut glomerulus
serupa dengan filter kecil. Jika ginjal sebagai filter mengalami
gangguan dan tidak berfungsi dengan baik, zat-zat sisa tidak
dapat dikeluarkan dengan sempurna. Hasilnya, zat-zat sisa akan
menumpuk dan meracuni tubuh.
a) Nefropatik diabetik
Penyakit ginjal diabetik, yang biasa disebut nefropati
diabetik, disebabkan oleh kelainan pembuluh darah halus
dan glomerulus ginjal. Pada keadaan normal, protein yang
terkandung di dalam darah tidak akan bisa menembus
ginjal. Namun, jika sel didalam ginjal rusak, beberapa
molekul protein yaitu albumin bisa melewati dinding
pembuluh darah halus dan masuk kesaluran urin.
Pertanda adanya kelainan nefropati adalah terdapatnya
albumin didalam urin.Awalnya, hanya albumin yang halus
(mikro albumin). Selanjutnya, sejalan dengan memberatnya
komplikasi, akan dijumpai makro albumin (bisa disebut
albumin saja) di dalam urin.
Untuk melihat tingkat gangguan kerja ginjal, selain
memeriksa albumin didalam urin, biasanya dokter akan
memeriksa beberapa pertanda kelainan ginjal lain,
diantarnya kadar ureum dan kreatinin darah. Seorang
pasien dinyatakan mengalami nefropati diabetik jika pada
dua dari tiga kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan
di temukan mikoalbumin ≥ 30 mg. dengan cacatan, tidak
ditemukan penyebab albuminuria (albumin dalam urin) lain.
Jika tidak segera diatasi, nefropatik diabetik bisa
menyebabkan gagal ginjal.Mulanya ringan-ringan saja,
tetapi pada akhirnya bisa terjadi sangat berat.Dan satu-
satunya jalan untuk mengatasi keadaan disebut adalah
dengan cangkok ginjal.Sebelum transplatasi ginjal dapat
dilakukan, upaya sementara adalah cuci darah atau
hemodelisa.Cuci darah merupakan tindakan sambil
menunggu kesempatan cangkok ginjal.
Cuci darah ialah mengalirkan darah melewati suatu
mesin yang mempunyai filter khusus (penyaring), zat-zat
racun yang terdapat didalam darah akan tersaring dan
dikeluarkan dari tubuh mesin itu seolah-olah menggantikan
kerja ginjal sehingga disebut ginjal buatan.
d. Masalah pada jantung dan otak
Komplikasi paling ditakuti dabetisi, selain gagal ginjal,
adalah serangan jantung dan stoke.
Komplikasi jantung disebabkan oleh ateroklorosis dan
penyempitan pada pembuluh darah besar yang “mendarahi”
jantung (arteria koronia).Istilah medisnya adalah penyakit
jantung koroner.Pembuluh darah yang sempit memudahkan
terjadinya pengumpulan darah yang akan menyumbat aliran
darah sehingga pasokan ke suatu daerah di jantung akan
terhenti dan matilah bagian jantung di situ. Itulah yang disebut
infark miokard atau serangan jantung.
Gejalanya biasanya : nyeri tiba-tiba di sebelah dada kiri
yang bisa menjalar pada lengan kiri sampai kelingking dan tidak
hilang-hilang.
Jika penyumbatan ini terjadi pada pembuluh darah otak,
yang akan muncul adalah stroke. Pada stroke terjadi
kelumpuhan tiba-tiba.Kelumpuhan biasanya terjadi pada
sebelah bagian badan.Kadang-kadang disertai penurunan
kesadaran.Yang membuat pembuluh darah kejantung dan ke
otak menyempit adalah penebalan dinding pembuluh
tersebut.Faktor-faktor yang dapat memperburuk penebalan
dinding pembuluh darah adalah kegemukan, hipertensi,
dislipidemi, kebiasaan merokok, dan stress.
Risiko komplikasi jantung dan stroke dapat di kurangi
dengan pemberian obat golongan asam asetilsalisilat yang
dapat memperlambat proses pembekuan darah. Beberapa
golongan obat ini adalah kardio-aspirin, ascardia, dan
aspilet.Selain itu, dokter juga bisa memberikan jenis obat-obat
yang menghambat penyempitan pembuluh darah dan
mengurangi keauannya.
e. Disfungsi seksual
Pada laki-laki, neuropati dapat menyebabkan terjadinya
disfungsi ereksi (dahulu disebut impoten). Keadaan itu juga
didasari oleh penyempitan pembuluh darah halus dengan
kelainan saraf.Disfungsi ereksi merupakan komplikasi yang
paling di takuti oleh para diabetisi laki-laki. Pada diabetes,
disfungsi ereksi dapat terjadi pada usia yang relative muda
tanpa sebab lain dan makin cepat terjadi apabila gula darah
selalu tinggi, serta adanya kebiasaan merokok.
Disfungsi ereksi bisa juga disebabkan oleh bebab
psikologis dan karena obat-obat tertentu (misalnya Thiazid
dosis tinggi). Oleh karena itu, dokter harus menyingkirkan
sebab-sebab itu untuk sampai pada diagnosa bshwa disfungsi
ereksi tersebut karena diabetes.Setelah itu, akan dianjurkan
pengendalian gula darah yang baik sambil dipikirkan pemberian
obatnya. Di samping itu untuk laki-laki, ada pulsa tindakan
invasif atau pemakaian alat-alat yang terkadang ditawarkan oleh
dokter.
Pada perempuan, disfungsi seksual juga dapat terjadi
walaupun tidak jelas, yaitu cairan “pelumas” yang berkurang ,
yang menyebabkan nyeri waktu berhubungan ; kadang-kadang
terjadi anorgasme; dan, yang sering pula terjadi adalah
menurunnya keinginan untuk berhubungan.
f. Komplikasi pada hati
Hati atau lever merupakan organ yang sangat berperan
pada pengolahan makanan atau metabolisme.Pada masa lalu,
komplikasi pada hati kurang mendapat perhatian.Namun,
sekarang telah diperhitungkan.Pada diabetes dapat terjadi
perlemakan hati atau fatty liver.Selama gula darah baik,
komplikasi ini tidak cepat memburuk.Kunci penjagaannya adalah
pengendalian gula darah yang baik.

B. Konsep Dasar Keperawatan


Menurut (Mubarak, Chayatin, & Joko, 2015) dalam memberikan
asuhan keperawatan hendaknya dilakukan secara komprehensif
dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan
adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia
terhadap masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan
klien, keluarga juga orang orang terdekat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Proses keperawatn terdiri dari 5 tahap yaitu
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari
proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu
pengumpulan data dan analisa data.
a. Pengumpulan data yang akurat dan sistematika akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnesis mengenai identitas penderita yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosis keperawatan.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki, adanya luka yang tidak
sembuh-sembuh, kelemahan otot.
3) Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan mulai terjadinya keadaan yang
memperberat penderita, dan upaya yang telah dilakukan
oleh penderita.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit lain
yang berkaitan dengan adanya defisiensi insulin misalnya
penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, arterokleresis, serta tindakan medis yang pernah
didapat ataupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggot keluarga yang juga menderita penyakit diabetes
melitus atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin missal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum


Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran pada
leher, telingan kadang-kadang berdengung, gangguan
pendengaran, lidah lebih terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, penglihatan kabur atau ganda, diplopia, serta
lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
pada bekas luka, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernapasan
Berupa sesak, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita
diabetes melitus mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi atau bradikardi, hipertensi atau
hipotensi, aritmia dan kardiomegali.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polipagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
7) Sistem urinari
Poliuri retensi urin, inkontinesia urin, serta rasa panas atau
sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangguan pada
ekstremitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi GDS >200 mg/dL, gula darah
puasa >120 mg/dL dan dua jam postprandial >200 mg/dL.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa didalam urin,
pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict (reduksi) hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna urin: hijau (+), kuning
(++), merah (+++) dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai jenis kuman.
d. Analisa data
Data adalah fakta-fakta mentah yang dikumpulkan oleh
perawat melalui observasi dan dari data subjektif yang
diberikan oleh klien atau keluarga. Perawat mengumpulkan
data dari pasien dan kemudian menggunakan pengetahuan
keperawatan, kemudian mengubah data tersebut menjadi
informasi.
Perawat mengumpulkan dan mendokumentasikan dua jenis
daa yang berhubugan dengan pasien yaitu: data subjektif ini
berasal dari laporan lisan pasien mengenai persepsi dan
pemikiran tentang kesehatannya, kehidupan sehari-hari,
kenyamanan, hubungan dan sebagainya. Data objektif adalah
hal-hal yang perawat amati tentang pasien. data objektif yang
dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik dan hasil tes diagnostik
(Keliat, Mediani, & Tahlil, 2018).
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa dan sintesis data. Dalam pengelompokan
data dibedakan atas data subjektik dan data objektif serta
pedoman pada teori Abraham Maslow. Yang terdiri atas:
1) Kebutuhan dasar atau fisiologis
2) Kebutuhan rasa aman
3) Rasa cinta dan kasih sayang
4) Kebutuhan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Data subjektif dan data objektif yang muncul pada penderita
diabetes melitus antara lain sebagai berikut:
a) Data subjektif
i. Poliuri (sering kencing)
ii. Polidipsi (sering minum)
iii. Polifagia (sering makan)
iv. Berat badan menurun, lemas, lelah, tenaga kuranf
v. Mata kabur
b) Data objektif
(1) Kulit kering
(2) Glukosa darah sewaktu >200 mg/dL
(3) Kadar glukosa darah puasa >140 mg/dL
Data yang dikelompokan tadi dianalisis hingga dapat
diambil kesimpulan tentang masalah keperwatan dan
kemungkina penyebab, yang dapat dirumuskan dalam
bentuk diagnosis keperawatan yang meliputi actual,
potensial, dan kemungkinan.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016)
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
disfungsi pankreas
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
c. Resiko syok
d. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan
nekrosis kerusakan jaringan
e. Resiko infeksi
f. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan
kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
g. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM)
h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
i. Keletihan
3. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan pada Diabetes Melitus menurut SIKI (2018)
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hiperglikemia (SIKI hlm. 180):
kadar glukosa keperawatan selama … maka
darah kestabilan kadar glukosa darah Observasi
meningkat (SLKI hlm. 43) dengan 1.1 Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
kriteria hasil: 1.2 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
Indikator 1 2 3 4 5 1.3 insulin meningkat
Kadar glukosa 1.4 Monitor kadar glukosa darah
dalam darah 1.5 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Kadar glukosa 1.6 Monitor intake dan output cairan
dalam urin
Jumlah urin Terapeutik
Ket. Skala: 1.7 Berikan asupan cairan oral
1. Memburuk 1.8 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
2. Cukup memburuk hiperglikemia tetap ada atau memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik Edukasi:
5. Membaik 1.9 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
1.10 Anjurkan monitor kadar glukosa secara mandiri
1.11 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
1.12 Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi pemberian insulin
1.14 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
1.15 Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi (SIKI hlm. 200):
keperawatan selama … maka
Status Nutrisi membaik (SLKI Observasi
hlm. 121) dengan kriteria hasil: 1.1 Identifikasi status nutrisi
Indikator 1 2 3 4 5 1.2 Identifikasi alegi dan intoleransi makanan
Berat badan 1.3 Identifikasi makanan yang disukai
Frekuensi 1.4 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nurtrien
makan 1.5 Monitor asupan makanan
Nafsu makan 1.6 Monitor berat badan
Ket. Skala: 1.7 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
6. Memburuk
7. Cukup memburuk Terapeutik
8. Sedang 1.8 Lakukan oral higine
9. Cukup membaik 1.9 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
10. Membaik 1.10 Piramida makanan)
1.11 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1.12 sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
1.13 konstipasi
1.14 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
1.15 Berikan suplemen makanan jika perlu
Hentikasn pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat di toleransi

1.16 Edukasi:
1.17 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan

1.18 Kolaborasi
1.19 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
1.20 (mis. Pereda nyeri, anti emetic).
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
c. Resiko syok
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Resiko Syok Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok (SIKI hlm. 285)
keperawatan selama … maka
Tingkat Syok menurun (SLKI hlm. Observasi
148) dengan kriteria hasil: 1.1 Monitor status kardipulmonal (frekuensi dan
Indikator 1 2 3 4 5 kekuatan nadi, frekuensi napas, TD)
Kekuatan nadi 1.2 Monitor status oksigenasi
Output urine 1.3 Monitor statu cairan
Tingkat 1.4 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
kesdaran 1.5 Periksa riwayat alergi
Saturasi
oksigen Terapeutik
Ket. Skala: 1.6 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
1. Menurun oksigen >94%
2. Cukup menurun 1.7 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
3. Sedang 1.8 perlu
4. Cukup meningkat 1.9 Pasang jalur IV, jika perlu
5. Meningkat Pasang kateter urin untuk menilai produksi urine,
1.10 jika perlu
Lakukan skin test untuk mencegah alergi

1.11 Edukasi
1.12 Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
1.13 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Anjurkan melapor jika menemukan tanda dan
1.14 gejala awal syok
1.15 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari alergi

1.16 Kolaborasi
1.17 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
1.18 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
d. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
Diagnosis Rencana Tindakan
Tujuan Keperawatan
Keperawatan NO Tindakan
Gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi Perawatan Integritas Kulit (SIKI hlm. 316)
jaringan berhubungan keperawatan selama… maka
dengan nekrosis Integritas kulit dan jaringan Observasi
kerusakan jaringan meningkat dengan kriteria hasil: 1.1 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulitt
(mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
Indikator 1 2 3 4 5 nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan
Elastisitas ekstrem, penurunan mobilitas)
Hidrasi
Perfusi Terapeutik
jaringan 1.2 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Ket. Skala: 1.3 Gunakan produk berbahan petroolium atau
1. Memburuk minyak pada kulit kering
2. Cukup memburuk 1.4 Gunakan prooduk berbahan ringan/alami dan
3. Sedang hipoalergik pada kulit sensitif
4. Cukup membaik 1.5 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
5. Membaik kering

Edukasi
1.6 Anjurkan meinum air yang cuku
1.7 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1.8 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
e. Resiko infeksi
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (SIKI hlm. 287)
keperawatan selama… maka
tngkat infeksi menurun dengan Observasi
kriteria hasil: 1.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Indikator 1 2 3 4 5 sistemik
Demam
Nyeri 1.2 Terapeutik
Bengkak 1.3 Batasi jumlah pengunjung
Ket. Skala: 1.4 Berikan perawatan kulit pada area luka
1. Meningkat Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Cukup meningkat 1.5 dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Sedang Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
4. Cukup menurun tinggi
5. Menurun 1.6
1.7 Edukasi
1.8 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1.9 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
1.10 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
f. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Retensi urin Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Urine (SIKI hlm. 175)
keperawatan selama… maka
berhubungan dengan
Eliminasi Urine membaik Observasi
inkomplit dengan kriteria hasil: 1.1 Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
Indikator 1 2 3 4 5 inkontinesia urine
pengosongan
Frekuensi 1.2 Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi
kandung kemih, BAK atau inkontinensia urine
1.3 Monitor eliminasi urine
sfingter kuat dan Karakteristik
Urine
poliuri Ket. Skala: Terapeutik
1. Memburuk 1.4 Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Cukup memburuk 1.5 Batasi asupan cairan, jika perluu kultur
3. Sedang 1.6 Ambil sampel urine tengah (midstream) at
4. Cukup membaik
5. Membaik Edukasi
1.7 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
1.8 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran
1.9 urine
Ajarkan mengenali tand aberkemih dan waktu
1.10 yang tepat untuk berkemih
Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
1.11 panggul/berkemihan
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
1.12 kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

1.13 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suposutoria uretra,
jika perlu
g. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM)
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi (SIKI hlm. 345)
keperawatan selama… maka
efektif berhubungan
perfusi perifer meningkat Observasi
dengan penurunan dengan kriteria hasil: 1.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
Indikator 1 2 3 4 5 edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
sirkulasi darah
Denyut nadi 1.2 anklebrachial index)
keperifer, proses perifer Identifikasi faktor risiko gangguan sirlkulasi (mis.
Penyembuha Diabetes, merokok, orang tua, hipertensi dan
penyakit (DM)
n luka 1.3 kadar kolesterol tinggi)
Sensasi Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
Ket. Skala: pada ekstremitas
1. Menurun
2. Cukup menurun 1.4 Terapeutik
3. Sedang Hindari pemasangan infus atau pengambilan
4. Cukup meningkat 1.5 darah di area keterbatasan perfusi
5. Meningkat Hindari pengukuran tekanan darah pada
1.6 ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
1.7 pada area yang cedera
1.8 Lakukan pencegahan infeksi
1.9 Lakukan perawatan kaki dan kuku]
Lakukan hidrasi
1.10 Edukasi
1.11 Anjurkan berhenti merokok
1.12 Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
1.13 kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
1.14 darah, antikoagulan, dan penurn kolesterol, jika
perlu
1.15 Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah
1.16 secara teratur
1.17 Anjurkan menghindari penggunaan obat
1.18 penyekat beta
1.19 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
Anjurkan program rehabilitasi vaskular
Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Resiko Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Elektrolit (SIKI hlm. 240)
keperawatan selama… maka
ketidakseimbangan
keseimbangan elektrolit Observasi
elektrolit meningkat menurun dengan 1.1 Identifikasi kemungkinan penyebab
kriteria hasil: ketidakseimbangan elektrolit
Indikator 1 2 3 4 5 1.2 Monitor kadar elektrolit serum
Serum 1.3 Monitor mual, muntah dan diare
natrium 1.4 Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Serum kalium 1.5 Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis.
Serum klorida Kelenahan otot, interval QT memanjang,
Serum gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen
kalsium ST, gelombang U, kelelahan parestesia,
Serum penurunan refleks, anoreksia, konstipasi,
magnesium motilitas usu menurun, pusing, depresi
Serum fosfor pernapasan)
Ket. Skala: Monitor tanda-tanda infeksi dan perdarahan pada
1. Memburuk 1.6 sisi insersi
2. Cukup memburuk Monitor tanda-tanda komplikasi akibat
3. Sedang pemasangan selang (mis. Pneumotoraks, selang
4. Cukup membaik tertekuk, embolisme udara)
5. Membaik
1.7 Terapeutik
Dampingi pasien saat pemasangan dan
1.8 pelepasan kateter jalur hemodinamik
Lakukan tes Allen untuk menilai kolateral ulnaris
1.9 sebelum kanulasi pada arteri radialis
Pastikan set selang terangkai dan terpasang
1.10 dengan tepat
Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan
1.11 pemeriksaan x-ray, jika perlu
Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72 jam,
1.12 sesuai protokol
1.13 Ganti balutan pada area insersi dengan teknik
steril
1.14 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
1.15
1.16 Edukasi
1.17 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama
kateter terpasang
i. Keletihan
Diagnosis Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Keperawatan
No Tindakan
Keletihan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (SIKI hlm. 176)
keperawatan selama… maka Observasi
tingkat keletihan menurun 1.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
Indikator 1 2 3 4 5 1.2 Monitor kelelahan fisik dan emosional
Verbalisasi 1.3 Monitor pola dan jam tidur
lelah 1.4 Montor lokasi dan ketidaknyamanan selama
Lesu melakukan aktivitas
Ket. Skala:
1. Meningkat Terapeutik
2. Cukup meningkat 1.5 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
3. Sedang stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
4. Cukup menurun 1.6 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
5. Menurun 1.7 aktif
1.8 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan

1.9 Edukasi
1.10 Anjurkan tirah baring
1.11 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Implentasi
Tindakan keperawatan merupakan rangkaian perilaku atau
aktivitas yang di kerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.

5. Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputusan
dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan
dan pencapaian tujuan.
a. Evaluasi Proses
Focus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari
proses keperawatan. Evaluasi proses harus dilakasanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervinsi tersebut.
b. Evaluasi Hasil
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau
status kesehatan pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna.
BAB III
PELAKSANAAN PEMBINAAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas umum
a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama :Tn.Suwarno
Pendidikan : SD
Umur : 53 th
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl.Gunung mas, Desa sangkima sangatta selatan
Suku : Jawa
No. Telp. : 08
b. Komposisi Keluarga
Hubunga
L/
No NAMA n Umur Pendidikan Imunisasi KB
P
Keluarga
1. Tn.Suwarno L KK 53 th SD - -
2 Ny.Muliyati P Istri 44 th SD - Pil
An.M.arga SD Lengkap -
3 L Anak 11 th
yuda

c. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

------- : Tinggal Serumah


d. Tipe keluarga
Tipe keluarga ini adalah nuclear family masalah yang
terjadi dengan tipe tersebut adalah mempercepat
penanganan penyakit jika salah satu anggota keluarga
menderita penyakit yang menular.
e. Suku bangsa (etnis)
Keluarga ini berbudaya suku Jawa. Sebagian besar
masyarakat yang tinggal di lingkungan tempat tinggal
keluarga Ny.Muliyati adalah etnis Jawa. Ada beberapa etnis
bugis dan banjar. Kegiatan lingkungan yaitu gotong royong,
jika ada yang meninggal/pernikahan. Seluruh keluarga sudah
menggunakan busana modern. Pengambilan keputusan
adalah kepala keluarga tetapi sebelumnya melalui proses
musyawarah bersama anggota keluarga satu rumah. Semua
anggota keluarga menggunakan Bahasa Indonesia. Kadang
kadang menggunakan Bahasa Jawa . Jika ada anggota
keluarga yang sakit maka dibawa berobat ke Rumah Sakit
atau ke Puskesmas.
f. Agama dan Kepercayaan
Seluruh anggota keluarga menganut agama islam
g. Status social ekonomi keluarga
Menurut ibu, pendapatan keluarganya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Aktivitas keluarga
Biasanya keluarga menonton TV bersama
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap pekembangan saat ini, anak berumur 11 th masih
dalam pendidikan sekolah
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Tn.Suwarno saat ini dalam keadaan sehat dan tidak pernah
menderita penyakit. Ny.Muliyati sering mengeluh nyeri pada
bagian kaki seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul, dengan
skala 6. Nyeri datang tiba-tiba. Durasi nyeri 2-3 jam.
Ny.Muliyati mengatakan tidak mengetahui apa yang bisa
mengurangi nyeri. Ny. Muliyati mengatakan sering haus,
mudah lapar, sering buang air kecil pada malam hari.dan
mudah Lelah.
Riwayat masing-masing anggota keluarga :
Masalah Tindakan
Keadaan
No Nama Umur BB Imunisasi Kesehata yang telah
kesehatan
n dilakukan
Sering
1. Tn.Suwarno 53 th 75 kg Rematik - mandi Minum obat
malam
Terkadan Minum obat,
2. g tidak minum
Ny.Muliyati 44 th 67 kg DM - mau ramuan
berobat herbal
ke RS buatan
sendiri.
3. An.M.Arga
26 th 60 kg - Lengkap - -
yuda

Jika sakit keluarga Ny. Muliyati ke puskesmas / RS

4. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah :
Status rumah yang sedang ditinggali adalah milik sendiri.
Denah rumah :
u
Keterangan:
v5 6v
1. Ruang Tamu
6
v4 2. Ruang TV
3. Kamar Tidur
3 4. Kamar Tidur
v3
1v 5. Dapur
3 1 6. Wc
2
Rumah terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, 1 WC,
dan ruang keluarga. Sumber air bersih dari sumur , alat
masak lengkap dan bersih, tidak terdapat alat pemadam
kebakaran (APAR). Peralatan mandi lengkap, kamar mandi
bersih, air selalu dikuras tidak ada jentik nyamuk.
Hunian tempat tidur untuk satu kamar di huni
maksimal dua orang, privasi orang ada dikamar terjamin,
karena memiliki pintu dan kunci. Tidak ada serangga yang
tampak berkeliaran. Keluarga mengatakan bahwa mereka
aman tinggal dalam rumah dan dapat melakukan kegiatan
dengan leluasa. Keluarga merasa aman karena ada pintu
dan pagar yang kuat. Anggota keluarga mengatakan dapat
leluasa melakukan kegiatan tanpa tergganggu orang sekitar
rumah. Rumah relative aman jauh dari bencana/kecelakaan.
Sampah rumah tangga di buang di tempat sampah umum.
Anggota keluarga merasa puas dengan penataan rumah
karena menyadari rumahnya sempit.

b. Karakteristik tetangga
Hubungan keluarga Ny.Muliyati dengan tetangga baik,
lingkungan tempat tinggal juga tidak terlalu padat
penghuninya. Sebagian besar tetangganya adalah keluarga
Tn. Suwarno

c. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Ny.Muliyati sudah menempati rumahnya sejak
tahun 2010 sampai sekarang. Berdasarkan keterangan dulu
daerah sekitar lingkungan tempat tinggal masih jarang
ditempati penduduk. Namun kini sudah banyak penduduk
yang sudah menempati lahan kosong.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Selama ini Tn. Suwarno dan keluarga aktif dalam kegiatan
formal mau informal seperti mengikuti kegiatan gotong
royong dilingkungan RT,yasinan RT, Serta pertemuan di
kantor desa.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga Tn. Suwarno yang sehat saat ini 2
orang , Sedangkan Ny. Muliyati sedang sakit diabetes
mellitus dan saat ini minum obat dari Rumah Sakit dan
ramuan herbal.

5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang dipakai seiap hari adalah bahasaIndonesia
kadang-kadang mengunakan bahasa jawa , keluarga tidak
memiliki kesulitan bahasa dalam penerimaan pesan dan
selama ini tidak ada masalah dalam keluarga mengenai
komunikasi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tidak ada masalah dalam pengambilan keputusan hanya
struktur tertinggi dipegang oleh kepala keluarga.
c. Struktur Peran
Tn. Suwarno sebagai pencari nafkah, Ny. Muliyati sebagai
ibu rumah tangga.
d. Nilai atau Norma Keluarga
Keluarga Tn. Suwarno tidak memiliki pantangan/keyakinan
tertentu jika terserang suatu penyakit, apabila ada anggota
keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas atau ke rumah
sakit.

6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. Suwarno menerima kehidupan mereka apa
adanya, hubungan antara keluarga baik

b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. Suwarno mengajarkan kepada anggota
keluarganya untuk saling berinteraksi dengan baik dalam
keluarga dan juga berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.

c. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga Tn. Suwarno sudah mengetahui mengenai
masalah kesehatan yang di alami baik dari pengertian, tanda
dan gejala, faktor pencetus dan cara pencegahan. Keluarga
Tn. Suwarno khususnya Ny. Muliyati biasa berobat ke RS
atau puskesmas.

d. Fungsi reproduksi
Jumlah anak 1 orang laki-laki. Ny. Muliyati menggunakan
KB Pil

e. Fungsi ekonomi
Penghasilan yang di peroleh keluarga Tn. Suwarno setiap
bulannya di gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga Tn. Suwarno memiliki lahan perkebunan seperti
kebanyakan masyarakat lainnya.

7. Stress dan Koping Keluarga


Jika ada masalah kesehatan, keluarga Tn.Suwarno pergi ke
puskesmas atau RS untuk berobat.
8. Pemeriksaan Fisik

No Keterangan Tn. Ny. An.M.Arga


Suwarno Muliyati yuda
1 Penampilan
Umum 75kg 67kg 30kg
a. BB 165 cm 150 cm 130 cm
b. TB 30,4 26,5 20,7
c. IMT
2 TTV
a. TD 110/90 130/90 100/80
b. Nadi 88 90 72
c. Suhu 36,2 36,7 36,0
d. RR 16 18 19
3 Bagian Kepala
a. Rambut Bersih Bersih Bersih
b. Konjungtiva Merah Merah Merah
muda muda muda
c. Sklera Tidak Tidak Tidak
ikterik ikterik ikterik
d. Telinga Bersih Bersih Bersih
e. Hidung Bersih Bersih Bersih
f. Mulut Bersih Bersih Bersih
4 Thorak
a. Jantung BJ I & II BJ I & II BJ I & II
tunggal tunggal tunggal
b. Paru Pernapasa Pernapasa Pernapasa
n vesikuler n vesikuler n vesikuler
5 Abdomen
a. Inspeksi Bentuk Bentuk Bentuk
datar datar datar
b. Auskultasi Bising Bising Bising
usus usus usus
c. Perkusi 12x/menit 12x/menit 12x/menit
Timpani Timpani Timpani
d. Palpasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
6 Ekstremitas Normal Normal Normal
Bagian Atas
(tangan)
7 Ekstremitas Normal Normal Normal
Bagian Bawah
(kaki)
8 GDS 265
9. Harapan KeluargaKeluarga mengharapkan agar petugas
kesehatan secara rutin melakukan kegiatan pengobatan /
penyuluhan terhadap warga dilingkungannya khususnya di
rumahnya.
B. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds:
a. Ny. Muliyati mengeluh
nyeri pada bagian kaki
seperti tertusuk-tusuk,
nyeri hilang timbul, skala
nyeri 6. Nyeri datang
tiba-tiba, durasi nyeri 2-3
jam, Ny. Muliyati
mengatakan tidak
mengetahui apa yang Agen Pencedera Nyeri Akut
mengurangi nyerinya Fisiologis
b. Keadaan Ny. Muliyati
sekarang tidak sehat, Ny.
Muliyati saat ini minum
obat dari rumah sakit dan
ramuan herbal
DO:
a. Ny. Muliyati tampak
meringis
b. Sulit tidur
c. TD: 130/90

2 Ds:
a. Ny. Muliyati sedang sakit
diabetes melitus Disfungsi Ketidakstabilan
b. Ny. Muliyati mengatakan pankreas kadar glukosa
sering haus, mudah darah
lapar, dan sering buang
air kecil dan mudah lelah

DO:
a. GDS: 250

C. PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN SKORING

Diagnosa 1: Diabetes Melitus

Nyeri akut b/dagen pencedera fisiologis d/d Ny. Muliyati


mengeluh nyeri pada bagian kaki, seperti tertusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul, durasi 2-3 jam. Skala nyeri 6, nyeri datang tiba-tiba,
Ny. Muliyati mengatakan tidak mengetahui apa yang dapat
menguragi nyeri.
S B
K O
No Kriteria A B Skoring Pembenaran
L O
A T
1. Sifat Masalah: Saat ini Ny.Muliyati
- Tidak kurang sehat 3 1 3/3x1=1 sering merasakan
nyeri pada bagian
kaki,seperti
tertusuk-tusuk,
nyeri hilang timbul,
durasi 2-3 jam.
Skala nyeri 6, nyeri
datang tiba-tiba,

2. Kemungkinan masalah Terjangkaunya


dapat diubah: 1 2 1/2x2=2 tempat layanan
- Sebagian kesehatan, ekonomi
yang cukup,
Ny.Muliyati ada
kemauan untuk
mengatasi masalah
kesehatannya
3. Potensi masalah untuk Ny.Muliyatitidak
dicegah: 2 1 2/3x1= tau penyebab
- Cukup 0,6 nyerinya tapi patuh
minum obat
1. Menonjolnya masalah: Menurut
- Masalah berat harus 2 1 2/2x1=1 Ny.Muliyati ada
segera ditangani masalah dan harus
segera ditangani
karena mengganggu
aktivitasnya
JUMLAH 3,6
Diagnosa 2: Diabetes Melitus

Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


Disfungsi pancreas ditandai dengan Ny. Muliyati mengatakan
sering haus, mudah lapar, dan sering buang air kecil dan mudah
Lelah, GDS 265.
S B
K O
Skorin
No Kriteria A B Pembenaran
g
L O
A T
1. Sifat Masalah: Saat ini keadaan
- Tidak sehat 3 1 3/3x1=1 Ny.Muliyati tidak
sehat, Ny.Muliyati
merasa sering
haus, lapar, sering
kencing malam hari
dan merasa lemas
2. Kemungkinan masalah Keluarga
dapat diubah: 2 2 2/2x2=2 Tn.Suwarno sudah
- Mudah mempunyai BPJS,
akses ke puskemas
atau Rumah sakit
mudah dijangkau,
adanya petugas
kesehatan yang
siap membantu
menyelesaikan
masalah yang ada,
dan adanya
kemauan
Ny.Muliyati untuk
merubah pola hidup
3. Potensi masalah untuk Masalah dapat
dicegah: 2 1 2/3x1= dicegah, namun
- Cukup 0,6 tidak dapat
seluruhnya,
dikarenakan Ny.
Muliyati kadang
tidak patuh pada
diet yang ditentukan
2. Menonjolnya masalah: Menurut Ny.Muliati
- Masalah berat harus 2 1 2/2x1=1 ada masalah dan
segera ditangani harus segera
ditangani karena
mengganggu
aktivitasnya
JUMLAH 4,6
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari skoring masalah diatas dapat disusun prioritas diagnosa
keperawatan sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Disfungsi


pancreas ditandai dengan Ny. Muliyati mengatakan sering haus,
mudah lapar, dan sering buang air kecil dan mudah Lelah, GDS 250.
(Skor 4,6)

2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d Ny. Muliyati mengeluh
nyeri pada bagian kaki, seperti tertusuk-tusuk, nyeri hilang timbul,
durasi 2-3 jam. Skala nyeri 6, nyeri datang tiba-tiba, Ny. Muliyati
mengatakan tidak mengetahui apa yang dapat mengurangi nyeri. (Skor
3,6)
E. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Keluarga
Panjang Pendek Standar
1 Ketidakstabilan Setelah 1 Setelah dilakuakn Keluarga mampu Manajemen
kadar glukosa minggu tindakan keperawatan menjelaskan kembali kepada hiperglikemia (SIKI hlm.
darah dilakukan selama 7x30 menit perawat bahwa diabetes 180):
berhubungan intervensi pertemuan diharapkan melitus adalah kondisi kadar
dengan keperawatan, keluarga mampu: glukosa diatas 125 mg/dL Observasi
Disfungsi keluarga mampu 1.1 Memutuskan Identifikasi
pancreas untuk merawat tindakan tepat untuk kemungkinan penyebab
ditandai dengan anggota keluarga merawat anggota hiperglikemia
Ny.Muliyati dengan masalah keluarga dengan Identifikasi situasi yang
mengatakan diabetes melitus masalah diabetes menyebabkan
sering haus, yang ditandai melitus. kebutuhan insulin
mudah lapar, dengan sering meningkat
dan sering haus, mudah Monitor kadar glukosa
buang air kecil lapar, dan sering darah
dan mudah buang air kecil Monitor tanda dan
Lelah, GDS dan mudah gejala hiperglikemia
265. Lelah, GDS 265 Monitor intake dan
output cairan

Terapeutik
Berikan asupan cairan
oral
Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk

Edukasi:
Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
265 mg/dL
Anjurkan monitor kadar
glukosa secara mandiri
Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Ajarkan pengelolaan
diabetes

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
insulin
Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Nyeri akut b/d Setelah 1 Setelah dilakuakn Keluarga mampu: Manajemen Nyeri (SIKI
agen minggu tindakan keperawatan 1. Mengidentifikasi lokasi hlm. 201)
pencedera dilakukan selama 7x30 menit nyeri
fisiologis d/d intervensi pertemuan diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri Observasi
Ny. Muliyati keperawatan, keluarga mampu: 3. Menggunakan Teknik non Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri keluarga mampu 1.2 Memutuskan farmakologi yang sudah karakteristik, durasi,
pada bagian untuk merawat tindakan tepat untuk diajarkan. kualitas, intensitas nyeri
kaki, seperti anggota keluarga merawat anggota Identifikasi skala nyeri
tertusuk-tusuk, dengan masalah keluarga dengan Identifikasi respon nyeri
nyeri hilang diabetes melitus masalah non verbal
timbul, durasi 1- yang ditandai keperawatan nyeri Identifikasi faktor yang
2 jam. Skala denganmengeluh akut. memperberat dan
nyeri 6, nyeri nyeri pada memperingan nyeri
datang tiba-tiba, bagian kaki, Identifikasi pengaruh
Ny.Muliyati seperti tertusuk- nyeri terhadap kualitas
mengatakan tusuk, nyeri hidup
tidak hilang Monitor efek samping
mengetahui apa timbul,durasi 1-2 penggunaan analgetik
yang dapat jam. Skala nyeri
mengurangi 6, nyeri datang
nyeri. (Skor 3,6) tiba-tiba. Terapeutik
Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolasborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Masalah yang di dapat dalam keluarga seperti masalah kesehatan
di sadari oleh Ny. Muliyati dan mereka segera mendatangi pusat
layanan kesehatan.
2. Dengan mengadakan pembinaan keperawatan pada keluarga
Tn.Suwarno melalui penyuluhan dan memberi bantuan, keluarga
Tn. Suwarno dapat mengatasi masalah.
3. Permasalahan kesehatan yang di temukan dalam keluarga Tn.
Suwarno terjadi pada Ny. Muliyati adalah penyakit Diabetes
Mellitus.

B. SARAN
1. Untuk keluarga binaan
Khususnya untuk keluarga binaan di harapkan agar semua
keluarga yang sudah mendapat pendidikan kesehatan mampu
mengaplikasikan dalam kehidupa sehari-hari.
2. Untuk penulis
Untuk selanjutnya agar lebih mampu mengetahui, memahami, dan
mneguasai dalam pembuatan laporan yang lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., dan Ardiana, L. M. (2016). Asuhan Keerawatan Pada Sistem Endokrin
dengan pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika.
Maghfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta:
Salemba Medika

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.


PPNI. (Standar Luaran Keperawatan Indonesia). 2018. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). STandar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wijaya, A. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yoggyakarta: Nuha Medika
LAMPIRAN

1. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS (DM)
Pokok Pembahasan : Penyuluhan Kesehatan
Sub Pokok Pembahasan : Pencegahan Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien dan keluarga
Pukul : 09.00 WITA
Waktu : 20 menit
Tanggal : 20 November 2019
Tempat : Rumah Tn. Suwarno
Nama Penyuluh : Wahyudin Nor

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, pasien dan
keluarga diharapkan mampu memahami dan mengerti tentang
penyakit diabetes melitus.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang penyakit
hipertensi, diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan apa itu DM
2. Menyebutkan penyebab DM
3. Menyebutkan tanda dan gejala DM
4. Menjelaskan tentang diet penyakit DM
5. Menjelaskan tentang pencegahan DM

C. Materi penyuluhan (Terlampir)


1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Tanda dan gejala DM
4. Diet penyakit DM
5. Pencegahan DM

D. Metode Penyuluhan
1. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Sasaran Media
Kegiatan Penyuluhan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan a. Menjawab
salam salam
b. Memperkenalk b. Mendengarka
an diri n dan
c. Menyampaika menyimak
n tentang c. Bertanya jika
tujuan pokok ada yang
materi kurang jelas
d. Menyampaika
n pokok
pembahasan
e. Kontrak waktu

2 Pelaksanaa 10 a. Menyampaika a. Mendengarka1. 1.


n menit n materi n dan Leaflet
b. Menjelaskan menyimak 2.
tentang b. Bertanya
pengertian mengenai hal
penyakit DM yang belum
c. Menjelaskan dimengerti
penyebab
penyakit DM.
d. Menjelaskan
tanda dan
gejala
penyakit DM
e. Menjelaskan
tentang diet
penyakit DM
dan apa saja
yang harus
dihindari
penderita DM
f. Tanya jawab

3 Penutup 5 menit a. Melakukan a. Sasaran dapat


evaluasi menjawab
b. Menyampaika tentang
n kesimpulan pertanyaan
materi yang diajukan
c. Mengakhiri b. Mendengar
pertemuan dan
dan menjawab memperhatika
salam n serta
menjawab
salam

G. Evaluasi
Diharapkan keluarga Tn. Suwarno mampu:
1. Menjelaskan apa itu DM
2. Menyebutkan penyebab DM
3. Menyebutkan tanda dan gejala DM
4. Menjelaskan tentang diet penyakit DM
5. Menjelaskan tentang pencegahan DM

Samarinda, ….2019
Penguji/Pembimbing Penyuluh Penkes

(………………………..) (………………………..)
Lampiran

DIABETES MELITUS (DM)


A. Pengertian
Penyakit diabetes melitus adalah kondisi di mana kandungan gula
dalam darah melebihi normal dan cenderung tinggi. Penyakit diabetes adalah
salah satu penyakit metabolisme yang mampu menyerang siapa saja.
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah kondisi kronis dan
berlangsung seumur hidup yang memengaruhi kemampuan tubuh dalam
menggunakan energi dari makanan yang telah dicerna. Ada dua jenis utama
dari penyakit ini: Diabetes melitus Tipe 1 dan diabetes melitus Tipe 2.
Diabetes melitus tipe 1 adalah kondisi autoimun. Ini disebabkan
pankreas diserang dengan antibodi tubuh pasien sendiri. Pada penderita tipe
ini, pankreas yang rusak tidak membuat insulin. Diabetes tipe ini dapat
disebabkan oleh kecenderungan genetik.
Penyakit diabetes melitus tipe 2 biasanya lebih ringan daripada tipe 1
karena pankreas sebenarnya mampu menghasilkan insulin, namun karena
gaya hidup dan makanan yang tidak terjaga, pankreas mengalami
“kelelahan”. Pankreas mampu menghasilkan sejumlah insulin. Tapi jumlah
yang dihasilkan tidak cukup untuk kebutuhan tubuh atau sel-sel tubuh
lainnya menjadi “kebal” terhadap insulin sehingga menjadi sel resisten
insulin.

B. Penyebab DM
1. Faktor Keturunan atau Genetika Lebih Berisiko Terkena Diabetes
2. Kebiasaan Merokok
3. Obesitas atau Kegemukan
4. Pola Makan Tak Sehat (suka makan makanan manis/tinggi karbohidrat)
5. Jarang dan Malas Berolahraga
6. Penderita Hipertensi berisiko Terkena Diabetes
7. Tingginya Kadar Kolesterol
C. Tanda dan Gejala DM
1. Sering merasa haus.
2. Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
3. Sering merasa sangat lapar.
4. Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5. Berkurangnya massa otot.
6. Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan
otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai
sumber energi.
7. Lemas.
8. Pandangan kabur.
9. Luka yang sulit sembuh.
10. Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran
kemih.

D. Diet Penyakit DM
1. Makan tiga kali sehari dan jangan lewatkan waktu makan
2. Lengkapi setiap porsi makan dengan makanan karbohidrat yang lebih
kompleks meliputi roti gandum, oat, dan kentang.
3. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Makan 3 – 5 porsi sayur sehari
secara perlahan namun teratur.
4. Kurangi gula dan makanan manis. Diet bebas gula tidak perlu benar-
benar dipatuhi dengan ketat, gula dapat dipakai sebagai salah satu
bahan didalam makanan, misalnya didalam sereal sarapan gandum
utuh. Konsumsi maksimum gula sebesar 5% dari total kebutuhan energi
sehari. Minuman manis dapat diganti dengan minuman bebas gula.
5. Kurangi garam dengan membatasi jumlah asupan makanan olahan
serta garam tambahan. Rempah dan bumbu dapat digunakan sebagai
alternatif.
F. Pencegahan Yang Dapat Dilakukan
1. Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat.
2. Menjaga berat badan ideal.
3. Rutin berolahraga dan pengecekan gula darah setiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai