Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Diabetes Mellitus”

Dosen pengampu : Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Achmad Setiyadi (2019012160)
2. Deshinta laila putri (2019012168)
3. herlina Wietya Anggraeni (2019012175)
4. Ikhda Zulfa Istiqomah (2019012177)
5. Ingri Raiza (2019012178)
6. Munifatun Nur Rosyidah (2019012189)

PSIK 4A

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020
Jl .Lingkar raya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudus
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Diabetes Militus” yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2, semoga dapat selasai
tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2 yakni Ibu Nila Putri Purwandari S.Kep., M.Kep yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, tim penyususn
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini tim penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kudus, 15 Maret 2021

Tim penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................


KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Diabetes Mellitus.........................................................................
B. Etiologi Diabetes Mellitus.............................................................................
C. Patofisiologi Diabetes Mellitus..................................................................
D. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus...........................................................
E. Pencegahan dan Pengananan Diabetes Mellitus............................................
F. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus.....................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Keperawatan pada Tn. Z dengan Diabetes Mellitus di Ruang
Rawat Inap Ambun Suri RS DR. Achmad Mochtar Bukittinggi.................
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun
lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita
setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga
menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah. Diabetes yang tidak terkontrol, mengacu
pada kadar glukosa yang melebihi batasan target dan mengakibatkan dampak jangka
pendek langsung (dehidrasi, penurunan BB, penglihatan buram, rasa lapar) serta jangka
panjang (kerusakan pembuluh darah mikro dan makro terdapat banyak faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga
dengan diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat
faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih,
kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak
sehat dan stress. Pada pasien DM tipe-II umumnya bertubuh gemuk dan proses terjadinya
lebih dipengaruhi oleh lingkungan seperti gaya hidup dan pola makan. Karena, sel-sel
sasaran (otot dan lemak tubuh) yang seharusnya mengambil gula dengan adanya insulin,
tidak memberikan respon normal terhadap insulin. Jenis diabetes ini sering tanpa disertai
keluhan, dan jika ada gejalanya lebih ringan daripada DM tipe-I. Karena itu, DM tipe-II
pada usia dewasa seringkali dapat diatasi hanya dengan diet dan olahraga.
Banyak orang yang memandang diabetes hanya dari segi klinisnya saja. Diabetes
dan depresi dapat saling memicu sehingga penderita diabetes memiliki risiko tinggi
mengalami depresi. Depresi dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah. Efek depresi
dapat menyebabkan produksi epinefrin naik, memobilisasi glukosa, asam lemak dan asam
nukleat. Naiknya gula darah disebabkan meningkatnya glikogenolisis dihati oleh
peningkatan glukagon terhambat pengambilan glukosa oleh otot dan berkurangnya
pembentukan insulin pankreas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari diabetes militus ?
2. Bagaimana etiologi dari diabetes militus ?
3. Bagaimana patofisiologi dari diabetes militus ?
4. Apa tanda dan gejala dari diabetes militus ?
5. Bagaimana pencegahan dan penanganan dari diabetes militus ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari diabetes militus
2. Untuk mengetahui etiologi dari diabetes militus
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari diabetes militus
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes militus
5. Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan dari diabetes militus
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus adalah penyakit metabolic yang dikarakteristikkan dengan
hiperglikemia kronis serta kelainan metabolic karbohidrat, lemak, dan protein yang
diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Diabetes
melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian zat gula didalam
tubuh (darah) pada tubuh normal, zat gula harus diurai menjadi glukosa dan glikogen
oleh hormon insulin yang diproduksi sel beta pankreas. Glukosa dan glikogen inilah yang
kemudian oleh tubuh melalui proses metabolisme atau pembakaran diubah menjadi
energy. Diabetes melitus sangat tepat didefinisikan sebagai serangkaian gangguan atau
sindoma, di mana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan, atau
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ini disebabkan oleh kekurangan baik
maupun utlakinsulin hormon penting, yang dihasilkan dan dilepas oleh sel-sel
khusus/sesel beta yang terletak di pancreas.
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi
medis secara berkelanjutan. Penyakit ini semakin berkembang dalam jumlah kasus begitu
pula dalam hal diagnosis dan terapi. Dikalangan masyarakat luas, penyakit ini lebih
dikenal sebagai penyakit gula atau kencing manis. Dari berbagai penelitian, terjadi
kecenderungan peningkatan prevalensi DM baik di dunia maupun di Indonesia.

Klasifikasi Diabetes Mellitus :


1. DM Type 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Sel β
pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang
berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas
telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel ini lebih
cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1
sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM
tipe 1 yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada
mereka ini ditemukan insulinopenia tanpa adanya petanda imun dan mudah sekali
mengalami ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia
30 tahun dan DM Tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM
yang ada.
2. DM Type 2
DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai non
insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai
yang dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi
insulin.3,4 Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di
jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel β. Akibatnya, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Kegemukan sering
berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe 2 umumnya terjadi pada usia > 40 tahun.
Pada DM tipe 2 terjadi gangguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi
produksi insulin masih dalam batas normal sehingga penderita tidak tergantung pada
pemberian insulin.3 Walaupun demikian pada kelompok diabetes melitus tipe-2
sering ditemukan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler
3. Diabetes gestasional
DM dalam kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah
kehamilan yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Pada umumnya mulai ditemukan pada kehamilan
trimester kedua atau ketiga. Faktor risiko GDM yakni riwayat keluarga DM,
kegemukan dan glikosuria. Kasus GDM kira-kira 3-5% dari ibu hamil dan para ibu
tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di kehamilan berikutnya.
4. Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah kondisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan
ginjal untuk menyimpan air. Jenis diabetes ini termasuk jarang dialami. Penyakit ini
biasanya diakibatkan oleh sindrom genetik, infeksi, operasi, efek samping obat-
obatan, atau kekurangan gizi.
Pada umumnya, seseorang sering kali tidak menyadari terkena penyakit diabetes
melitus sampai gula darahnya sudah terlanjur melonjak naik sehingga menyebabkan
berbagai gejala yang parah. Oleh karena itu, sebaiknya Anda memeriksa kadar gula darah
secara rutin, dan jangan tunda untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda
memiliki kadar gula darah yang tinggi
B. Etiologi Diabetes Melitus
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar terganggu ,
insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah tinggi.
peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh
berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan didalam air
kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula dalam
darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah
diabetes mellitus.
Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin
kecukupan gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga
proses-proses kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh
adanya hormon – hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin, yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin, dan
somatostatin. Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya gangguan
fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu
60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang
normal). Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang berfungsi
menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut :
1. Genetik atau faktor keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para
ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom
seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum
perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya
2. Virus dan bakteri
Virus yang menyebabkan DM adalah rubella, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.
Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM
3. Bahan toxic atau beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung,
yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur)
4. Asupan makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan
makanan, baik sebagai factor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang
berlebihan merupakan factor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Salah
satu asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan asupan
makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya DM
5. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas.
Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya
lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan
resistensi terhadap insulin.

C. Patofisiologi diabetes mellitus

1. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin akibat


autoantibodi yang merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.
Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun
Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat
terbentuknya autoantibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui
penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik dan paparan faktor
lingkungan. Autoantibodi yang terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas di dalam
pulau-pulau Langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel
β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek tetapip dapat terjadi hingga
bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul setelah setidaknya
80% sel β pankreas mengalami kerusakan.1
2. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa aspek
yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut
adalah penurunan sekresi insulin, resistensi insulin, dan ominous octet.

a. Penurunan Sekresi Insulin


1
Riawati. 2020. Patofisiologi Diabetes Meletus, (Online),
(https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-1/patofisiologi#:~:text=Patofisiologi
%20diabetes%20mellitus%20tipe%201%20berupa%20penurunan%20sekresi%20insulin%20akibat,sel%20pulau
%20Langerhans%20pada%20pankreas.&text=Kerusakan%20sel%20pulau%20Langerhans%20pankreas%20pada
%20diabetes,1%20terjadi%20akibat%20terbentuknya%20autoantibodi. ,diakses pada 13 maret 2021).
Penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas. Suatu
penelitian menemukan bahwa gangguan fungsi sel pankreas ini terjadi secara dini
bahkan sebelum adanya resistensi insulin.
b. Resistensi Insulin
Resistensi insulin akan terjadi bila alur penyimpanan nutrisi yang bertugas
memaksimalkan efisiensi penggunaan energi terpapar terus menerus dengan
surplus energi. Surplus energi ini akan menurunkan sensitifitas insulin. Paparan
surplus energi dalam jangka panjang akan menyebabkan sensitifitas insulin
semakin menurun hingga terjadi resistensi insulin, terutama pada jaringan otot,
hepar, dan lemak. Resistensi insulin akan menyebabkan penurunan asupan
glukosa perifer diiringi dengan peningkatan endogen produksi glukosa oleh hepar
melalui proses glukoneogenesis. Selain itu, jaringan tubuh yang tidak mendapat
energi juga akan memecah lipid dalam jaringan sel lemak sehingga terjadi
katabolisme lemak tubuh atau lipolisis.
c. Ominous Octet
Resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin akan menyebabkan
terjadinya ominous octet yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Ominous
octet adalah gabungan dari kondisi berikut:
1) Penurunan sekresi insulin pankreas
2) Penurunan efek inkretin
3) Peningkatan lipolisis
4) Peningkatan reabsorpsi glukosa
5) Penurunan uptake glukosa perifer
6) Disfungsi neurotransmitter
7) Peningkatan produksi glukosa oleh hepar
8) Peningkatan sekresi glukagon dari sel-sel alfa pulau Langerhans

Keadaan hiperglikemia yang terjadi karena ominous octet ini dapat berlangsung


selama bertahun-tahun secara subklinis sebelum gejala klinis penyakit muncul.

D. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

a. Tanda-tanda awal diabetes


1. Sering kencing
Sering kencing di malam hari? Kamu harus waspada biasanya hal ini disebabkan
oleh kadar gula darah yang meningkat. Hingga ginjal akan berusaha keras
menyaring dan mengeluarkan gula dari dalam darah.
2. Sering haus
Karena sering kencing, sudah pasti cairan dalam tubuh berkurang. Jangan
bingung karena hal ini adalah hal yang wajar. Isyarat untuk minum sebagai bentuk
kompensasi cairan yang terbuang hingga tubuh tidak mengalami dehidrasi.
3. Sering lapar
Pada diabetes melitus tipe dua terdapat kesalahan dalam pendistribusian
sel gula ke dalam otot. Tubuh merasa makanan yang telah dikonsumsi tidak ada
maknanya akibatnya akan sering merasa lapar.
4. Sering merasa lelah
Dampak sering merasa lelah ini merupakan ujung dari ketidakmampuan
sel otot dalam menyerap makanan hingga, tubuh kekurangan energi untuk
beraktivitas.
5. Pandangan kabur
Seseorang yang menderita diabetes melitus dapat mengalami penurunan
kemampuan untuk melihat. Hal ini bisa terjadi karena adanya gangguan pembuluh
darah yang mengaliri mata sehingga mata mengalami kerusakan. Adapun
mekanisme yang lain adalah terjadinya kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pandangan seseorang menjadi kabur secara bertahap hingga timbulnya katarak.
6. Luka sulit sembuh
Gejala umum penderita diabetes adalah terjadi gangguan dalam proses
penyembuhan luka. Proses penyembuhan ini memakan waktu lebih lama daripada
orang normal. Hal ini akan menjadi lebih serius ketika luka tak kunjung sembuh
hingga timbul nanah dan membusuk. Jika ini sudah terjadi dokter akan
menyarankan amputasi.
7. Mudah gatal
Efek ini terjadi karena umumnya penderita diabetes melitus mengalami
gangguan pada kulit. Kulit akan menjadi kering akibatnya sering merasa gatal dan
mudah terjadi infeksi jamur pada kulit.
8. Timbulnya warna kulit kehitaman
Merupakan tanda bahwa seseorang berisiko terkena diabetes melitus. Efek
ini biasanya timbul pada bagian ketiak, leher dan bagian genital atau kemaluan.
9. Berat badan menurun
Meskipun makan dalam jumlah yang banyak dan sering namun, berat badan
makin lama makin menurun hal ini merupakan salah satu tanda kamu ‘‘sudah
jadian dengan si manis‘‘.
10. Kesemutan pada tangan maupun kaki
Kesemutan pada tangan maupun kaki sering terjadi, hal ini dikarenakan terjadinya
komplikasi berupa gangguan pada syaraf.2

b. Gejala Penyakit Diabetes Mellitus


Gejala dari penyakit ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu gejala angkut dan gejala
kronik.
1. Gejala akut dikenal beberapa istilah :
1) Hipoglikemia : keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah di bawah nilai
normal. Gejala ini ditandai dengan munculnya rasa lapar, gemetar,
mengeluarkan keringat, pusing, gelisah dan penderita bisa jadi koma.
2) Ketoasidosis diabetik yang diartikan sebagai keadaan tubuh yang sangat
kekurangan insulin dan bersifat mendadak akibat infeksi, luka suntik insulin,
pola makan yang terlalu besar atau setres.
3) Koma hiposmoler non kronik yang diakibatkan adanya dehidrasi berat,
hiotensi, dan shock.

Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita yang lain
tidaklah selalu sama tetapi terhadap keluhan yang umumnya timbul seperti
banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak kencing
(poliuria). Apabila keadaan tersebut tidak segera diobati maka lama kelamaan
mulai timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Kurangnya insulin
menyebabkan gejala yang timbul hanya polidipsia, poliuria, penurunan berat
badan dengan cepat, mudah lelah, dan nafsumakan berkurang.
(Tjokroprawito,2006)
2. Gejala Kronik
Kadang – kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukan gejala
angkut atau mendadak tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan

2
Ghifara Huda. 2020. Sering Kencing di Malam Hari Waspadai Tanda-Tanda Awal Diabetes, (Online),
(https://www.gooddoctor.co.id/home/tips-kesehatan/kesehatan/tanda-tanda-awal-diabetes/ , diakses pada 13 Maret
2021).
atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus . Gejala kronik yang
sering timbul pada penderita diabetes melitus adalah kesemutan, kulit terasa
panas, rasa tebal dikulit, kram, capai, mudah mengantuk, mata kabur, gatal
disekitar kemaluan, gigi mudah goyang atau mudah lepas, kemampuan seksual
menurun atau bahkan impotensi, bagi ibu hamil sering mengalamin keguguran
atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg. (Tjokroprawito,2006)3

E. Pencegahan dan Penanganan Diabetes Melitus


a) Pencegahan diabetes militus
Tindakan pencegahan Diabetes Setiap orang pasti tidak ingin menderita diabetes
melitus, satu-satuya cara adalah mengubah pola hidup. Berikut adalah pola hidup
yang dapat mencegah menderita penyakit diabetes melitus :
1. Jangan merokok atau berhenti merokok.
2. Mengatur pola makan
Seimbangkan kadar gula darah dengan diet dan ikuti cara memasak yang sehat:
 Kurangi asupan kalori: kurangi porsi makan bukan frekuensi makan
 Batasi makanan yang kaya karbohidrat dalam makanan yaitu 55 – 60%
 Pilih karbohidrat kompleks bukan karbohidrat sederhana.
 Perbanyak makanan yang kaya serat
 Batasi konsumsi lemak < 30% dari komposisi makanan
 Pilih makanan yang rendah kadar lemak, misal: ikan, daging tak berlemak,
ayam tanpa kulit. Masak makanan dengan cara direbus atau dipanggang,
bukan digoreng.
 Jika ingin membuat kue/cake, gunakan margarine sebagai pengganti
mentega.
 Jika mengkonsumsi susu, pilih susu non-fat, low-fat atau skim (susu segar
yang bagian batasnya / kepala susu sudah dibuang).
 Batasi / hindari makanan yang kaya lemak, misal: daging berlemak (pada
sate kambing), sop buntut, soto sulung, cake, keju dan makanan yang
rasanya gurih bukan karena penyedap rasa (MSG).
3. Melakukan aktifitas fisik
Lakukan olahraga setiap hari selama 30 menit, misal: jalan kaki pagi hari.

3
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sitiroikan-5724-3-babii.pdf
Olahraga terbukti membantu menurunkan kadar gula darah. Agar tidak terjadi
hipoglikemia (kadar glukosa turun terlalu rendah) pada saat atau setelah
berolahraga, maka penderita dianjurkan untuk makan dulu 1 – 2 jam sebelum
melakukan olahraga.
Tetapi perlu diingat bahwa olahraga tidak dianjurkan jika kondisi penderita
sebagai berikut:
 Kadar gula darah puasa > 250 mg/dL: ada bahaya dehidrasi atau denyut
jantung terlalu cepat
 Kadar gula darah sewaktu < 100 mg/dL: ada bahaya hipoglikemia
 Sakit: ada bahaya cedera atau hipoglikemia.
4. Menjaga berat badan ideal
Jika mengalami kegemukan atau obesitas maka diperlukan usaha untuk
menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Turunkan berat
badan agar tercapai rentang yang sehat. Berat badan yang berlebihan dengan
timbunan lemak akan menyebabkan insulin tidak mampu bekerja efektif

b) Penanganan diabetes militus


Penanganan diabetes tentu harus didasarkan pada rekomendasi dokter dengan
hasil pemeriksaan terlebih dahulu. Namun beberapa hal berikut ini perlu menjadi
perhatian agar penanganan diabetes menjadi lebih maksimal.
1. Membuat komitmen untuk dapat menjaga kadar glukosa dalam darah.
Mengkonsumsi obat seperti yang direkomendasikan oleh dokter.
Mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan aktifitas fisik setiap hari untuk
menjaga kondisi tubuh.
2. Berkonsultasi dengan dokter spesialis mata secara rutin setiap 6 bulan sekali
untuk melihat kemungkinan gejala kerusakan retina mata, katarak, dan
glaukoma.
3. Menjaga sistem kekebalan tubuh. Peningkatan kadar gula darah dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan tubuh
mudah terinfeksi bakteri dan virus.
4. Menjaga kondisi kaki
Mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat lalu keringkan
dengan handuk yang lembut. Melembabkan kaki dengan lotion. Periksa kaki
setiap hari untuk melihat adanya lecet, luka, kemerahan atau bengkak.
5. Menjaga agar tekanan darah dan kadar kolesterol berada pada rentang normal
dengan cara mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan olahraga fisik setiap
hari.
6. Berhenti merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi diabetes, seperti
jantung, stroke, kerusakan saraf dan penyakit ginjal. Perokok yang menderita
diabetes melitus memiliki resiko tiga kali lebih tinggi dari pada penderita
diabetes non- merokok.
7. Berhenti mengkonsumsi alkohol
Minuman yang mengandung alkohol dapat meningkatkan kadar gula dalam
darah terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan makan.
8. Mengurangi stress karena hormon tubuh yang keluar karena stress dapat
mencegah insulin bekerja dengan baik.4

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya,
meliputi nama pasien,umur, keluhan utama
a) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
4
Content Writer. 2019. “Bagaimana Cara Penanganan Diabetes Militus”, (Online), https://myalkes.com/bagaimana-
cara-penanganan-diabetes-melitus-penanganan-diabetes-melitus/, diakses pada 13 Maret 2021
b) Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengarui status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan
menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan

Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat


dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga
klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta
memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan

pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah
tetapi mempengarui pola ibadah penderita.

c) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau
normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran


kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous
Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
3. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik
KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
 Kestabilan kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
membaik
Terapeutik :
 Status nutrisi membaik
 Tingkat pengetahuan meningkat - Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu

 Edukasi program pengobatan


Observasi :
- Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi :
 Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
 Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
 Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

3 Infeksi b.d peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi


Leukosit selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi
menurun Observasi
KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
 Tingkat nyeri menurun dan sistematik
 Integritas kulit dan jaringan
membaik Terapetik
 Kontrol resiko meningkat
- Berikan perawatan kulit pada area
edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi :
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
 Tingkat keletihan menurun dalam aktivitas tertentu
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
 Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/
melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,
2011).

5. EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.5

5
Muthia Varena, Laporan Studi Kasus: “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN DIABETES
MELITUS DI RUANG RAWAT INAP AMBUN SURI LANTAI 3 RS DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI 2019” (Padang: Stikes Perintis, 2019), (Online),
http://repo.stikesperintis.ac.id/836/1/13%20MUTHIA%20VARENA.pdf, diakses pada 13 Maret 2021
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

A. Identitas

Nama : Tn.Z No. Mr522291


Umur : 45 Th Ruangan Rawat :Ambunsur Lntai 3
Agama : Islam Tanggal Masuk :13- 06-2019
Jenis Kelamin : Laki laki Tanggal Pengkajian : 20-06-2019
Status : Kawin
Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : Smp
Alamat : Jl. Hamka no.4 Tarok Dipo Guguak Panjang Bukitinggi
Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 43 Th
Hub. Keluarga : Istri
Pekerjaan : IRT

B. Alasan Masuk

Klien diantar keluarga ke Rumah Sakit Achmad Mocthar Bukittingi pada

tanggal 13 Juni 2019 dengan keluhan badan lemas, pusing, gula darah tinggi

dan juga ada luka di kaki sebelah kiri,luka terasa nyeri.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih Dan

lemah, dan sering merasa haus dan lapar,klien mengatakan klien sering

mual dan muntah, dan belum BAB sejak masuk rumah sakit, klien

mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10 x/perhari, klien mengatakan


gula darah tinggi saat masuk rumah sakit, karena klien jarang kontrol ke

rumah sakit kadar gula darah klien yaitu: 284,klien mengatakan ada luka

dikaki sebelah kanan dan nyeri pada bagian luka,klien mengatakan tidak

nyaman dengan luka nya dikaki terdapat pus pada kaki yang luka, klien

mengatkan susah saat beraktivitas

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien menderita penyakit Diabetes selama 14 tahun yang lalu ,pasien

tidak pernah dirawat karna penyakit Diabetes, klien hanya berobat

kepukesmas , tapi jarang minum obat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang

menderita penyakit Diabetes, yaitu ibu klien

Genogram

Keterangan

: laki laki

: Perempuan
: Klien

Meninggal

: serumah

D. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. GCS : 15 (E=4 ,V=5, M=6)

c. BB/TB : 57 Kg/ 160 Cm

d. Keadaan umum : Baik

e. Tanda- tanda vital : TD = 120/80 mmHg

Nadi = 80 x/i

P = 21 x/i

Suhu= 36,8 C

1. Kepala

a. Rambut

Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut

bersih, tidak ada ketombe.

b. Mata

Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,

tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil

isokor, reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.

c. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen,
telinga bersih, cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih

baik

d. Hidung

Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak terpasang

O2, penciman normal

e. Mulut dan gigi

Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien kelihatan bersih ,

tidak ada kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.

2. Leher

Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada

pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi

3. Thorax
1) Paru- paru

I : simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada

P : tidak teraba nyeri tekan , tidak ada pembengkakan

P : Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru

A: Tidak ada suara nafas tambahan/ vesikuler

2) Jantung

I : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada

pembesaran pada jantung.

P: tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan.

P: Bunyi suara jantung redup

A: bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi

tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan

gallop.

4. Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama,
tidak ada terdapat lesi

A: bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen

P: tidak ada nyeri tekan pada abdomen

P: terdengar bunyi timpani

5. Punggung

Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada

punggung, dan juga tidak ada dukubitus pada punggung.

6. Ektermitas

Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus Nacl 20 tts, tidak

ada edema, keadaan selang infus bersih.

Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka

,terdapat edema dikaki sebelah kanan

kekuatan otot 5555 5555

4444 5555

7. Genetalia

Klien tidak diperiksa , klien tidak terpasang kateter.

8. Integumen

Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian

sela sela kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan


9. Persyarafan
Tabel 3.1 persyarafan
No Nervus Hasil pemeriksaan
1. Olfaktorius Baik, tidak ada gangguan penciuman
2. Optikus Baik, tidak ada gangguan penglihatan
3. Oculomotorius Pergerakan bola mata tidak terganggu
4. Trochlearis Pergerakan bola mata tidak terganggu
5. Abdusen Pergerakan mata tidak terganggu
6 Trigeminus Reaksi sentuhan baik, pergerakan rahang
tidak terganggu
7. Facialis Tidak ada gangguan pengecapan, mampu
mengekspresikan rasa manis,asam, pahit,
asin dengan baik
8. Vestibulotrochlearis Mampu menjaga keseimbangan dengan
baik, tidak ada gangguan pendengaran
9. Glassofaringeus Tidak ada gangguan pengecapan
10. Vagus Tidak ada gangguan
11. Assesorius Tidak ada gangguan pada pergerakan
12 Hipoglasus kepala
Tidak ada gangguan pada pergerakan
lidah
E. Data Biologis

TABEL 3.2Data Biologis

No Aktifitas Sehat Sakit


1 Makan dan minumanNutrisi
a. Makanan
1. Menu Nasi dan sayur Diet :ML
2. Porsi Habis 1 piring Habis ¼
3. Pantangan Tidak ada porsi
Tidak ada
b. Minuman
1. Jumlah 7-8 gelas
2. Pantangan Tidak ada 5-6 gelas
Tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi 1x dalam sehari 1x seminggu
2. Warna Kuning Kuning
3. Bau Khas Khas
4. Konsistensi Lembab Lembab
5. Kesulitan Tidak ada ada
b. BAK
1. Frekuensi 5-6 x sehari 3x sehari
2. Warna Kuning kuning
3. Bau Pesing Pesing
4. Konsistensi Cair Cair
5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat dan tidur
a. waktu tidur malam siang malam
b. lama tidur 8 jam 9 jam,
c. hal yang mempermudah Tidak ada Tidak ada
tidur Tidak ada Ada, karna
d. kesulitan tidur nyeri
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 1 x 2 sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada
c. gosok gigi 2 kali sehari 1 x 2 sehari
d. potong kuku 1 x seminggu 1x seminggu

F. Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat, dan makanan

G. Data Psikologis

Prilaku Verbal

a. Cara menjawab

Klien menjawab pertanyaan dari orang lain selalu jelas

b. Cara memberi informasi

Klien selalu memberi informasi dengan jelas dan mudah dipahami

orang lain

c. Emosi

Klien tidak mudah emosi saat ada masalah baik kekeluarga maupun
orang lain

d. Persepsi penyakit

Klien pasrah dengan penyakitnya dan mencoba tetap

semangat,kadang timbul perasaan sedih karena tidak bisa melakukan

apa apa lagi ,terutama berkumpul dengan keluarga karena sedang

menjalin perawatan dirs

e. Adaptasi

Sejak sakit klien kurang bergaul dengan orang sekitarnya.

f. Mekanisme pertahanan diri

Klien tampak semangat walaupun dalam keadaan sakit

H. Data Sosial Ekonomi

Keluarga klien mengatakan penghasilan keluarga dari suaminya sebagai

sopir dan anak nya.untuk berobat klien tidak menggunakan BPJS.

I. Data Spritual

Klien yakin terhadap tuhan dan percaya penyakit ini adalah ujian dari yang

maha kuasa, klien yakin dengan agamanya, klien sebelum sakit sholat 5

waktu sehari semalam, selama klien dirawat klien tidak pernah melakukan

sholat 5x sehari dan tidak pernah berdzikir, tetapi selama dirawat di Rs klien

tidak mampu untuk sholat dan berdzikir

J. Data Penunjang

a. Pemeriksaan labor

13-06-2019

Tabel 3.3 laboratorium

PARAMETER NILAI RUJUKAN KETERANGAN


HGB 10.0 [g/dL] P 13.0- 16.0 Turun
W 12.0-14.0
RBC 3,67 [10^6/ul] P 4.5- 5.5 W 4.0- 5.0 Turun
HCT 30,1 [%] P 40.0- 48.0 Turun
W 37.0- 43.0
MCV 82.0 [fl]
MCH 27.2 [pg]
MCHC 33,2 [g/dl]
RDW-SD 39.8 [fl]
RDW-CV 13.7 [%]

WBC 27.31 [10^3/ul] 5.0-10.0 Naik


EO% 0.2 [%] 1-3 Turun
BASO% 0.2 [%] 0-1 Baik
NEUT% 87.5 [%] 50-70 Naik
LYMPH% 38.7 [%] 20-40 Baik
MONO% 7.4 [%] 2-8 Baik
EO% 0.06 [10^3ul]
BASO% 0.06 [10^3ul]
NEUT% 23,89 [10^3ul]
LYMPH% 1.27 [10^3ul]
MONO% 2.30 [10^3ul]
Guldarah/Gds 284 [mg/dl] 74-106 Naik
Puasa
Albumin 1.41 [g/dl] 3.8-5.4 Turun

Urine 42,2 [mg/dl] 15-43 Baik

K. Data Pengobatan

Tabel 3.4 Data Pengobatan

N Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Efek samping


O indikasi
1 Glikosrazol 2x1 Obat yang Untuk Iritasi saluran
hari digunakan penyakit pencernaan,mual
untuk diabetes ginjal, paru
muntah perut
kembung
2 Insulin 3x6 io Obat untuk hipoglikemi Kadar insulin
menegendalika a dalam darah
n gula darah menurun,pusing
3 Ondansentro 2x1 Obat mnecegah Ibu hamil Sakit kepala,
n hari mual ,hipersensiti pusing,mudah
f terhadap mengantuk
obat
4 NACL 0,9 500m Untuk hipersensiti Detak jantung
% g mengatur f cepat,iritasi,nyer
jumlah air i sendi
dalam tubuh
5 metronidazol 3x1 Untuk Alergi dan Perasaan mual
e hari membasmi ibu hamil muntah,penurun
bakteri dalam an nafsu makan
tubuh
6 plasbumin 25% Untuk pasien Anemia Peningkatan air
hipoalbuminem berat liur,mual muntah
ia jantung
L. Data fokus

 Data Subjektif

 Pasien mengatakan badan lemah dan letih

 Pasien mengatkan sering merasa haus dan lapar

 Pasien Sering buang aiar kecil sebanyak 10 x

 klien mengatakan nyeri pada kaki pada kaki yang luka

 klien mengatkan tidak nyaman dengan luka di kakinya

 klien mengatakan luka sejak 3 bulan sebelum masuk

 klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri

 klien mengatakan luka masih basah

 klien mengtakan aktivitas dibantu keluarga

 klien mengatkan aktivitas tebatas

 Data Objektif

 Gula darah ,284)

 Klien tampak lelah

 Klien tampak sering buang air kecil

 Klien tampak sering minum

 Klien meringis kesakitan

 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah

 Terdapat nyeri tekan di daerah kaki yang luka

 Klien tampak mengerakan bagian yang nyeri saat disentuh kakinya

 Klien tampak meringis kesakitan pada kaki

 Terdapat pus didaerah kaki yang luka

 Tampak edema, terdapat (luka terbuka),ukuran 2x2x3 cm


 aktivitas klien tampak dibantu keluaraga

 saat makan klien nampak dibantu keluarga

 saat duduk klien tampak dibantu keluarga

 saat kekamar mandi klien tampak dibantu keluarga

TABEL 3.5

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS Ketidakstabilan gula Resistensi insulin


 Pasien mengatakan badan
lemah dan letih darah
 Pasien mengatkan sering
merasa haus
 Pasien Sering buang air
kecil sebanyak 10 x
DO
 (Gula darah ,284)
 Klien tampak lelah
 Klien tampak sering buang
air kecil
 Klien tampak sering minum
2 DS Nyeri Akut Agen Cedera fisik
 Klien mengatakan nyeri
pada kakinya yang luka
 Keluarga mengatakan
pasien tidak nyaman dengan
lukanya
DO
 Klien meringis kesakitan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah
 Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
 Klien tampak mengerakan
bagian yang nyeri saat
disentuh kakinya
3 DS Infeksi Peningkatan
 Klien mengatakan luka
masih basah dan berbau Leukosit
 klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
 klien mengatakan luka sejak
3 bulan sebelum masuk
DO
 Terdapat pus didaerah kaki
yang luka
 Leukosit 27.33[10^3/ul}]
 Tampak edema, terdapat
(luka terbuka),ukuran 2x2x3
cm
4 DS Intoleransi Aktivitas Imobilitas
 klien mengtakan aktivitas
dibantu keluarga
 klien mengatakan aktivitas
tebatas
DO
 aktivitas klien tampak
dibantu keluaraga
 saat makan klien nampak
dibantu keluarga
 saat duduk klien tampak
dibantu keluarga
 saat kekamar mandi klien
tampak dibantu keluarga

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin

2. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik

3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas


3.3 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik
DS - Identifikasi kemungkinan penyebab
KH :
hiperglikemia
 Pasien mengatakan - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
badan lemah dan letih  Kestabilan kadar glukosa darah
 Pasien mengatkan membaik Terapeutik :
sering minum  Status nutrisi membaik
 Tingkat pengetahuan meningkat - Berikan asupan cairan oral
 Pasien Sering buang
aiar kecil ±10 X Edukasi :
DO - Ajurkan kepatuhan terhadap diet
 Gula darah puasa Kolaborasi :
,284)
 Klien tampak lelah - Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
 Klien tampa sering
buang air kecil  Edukasi program pengobatan
 Klien tampak sering Observasi :
minum
- Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi

Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar

Edukasi:

- Jelaskan mamfaat dan efek samping


pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi :
DS
 Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
 Klien mengatakan  Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri pada kakinya  Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
yang luka - Identifikasi skala nyeri
 Keluarga mengatakan
pasien tidak nyaman
Terapeutik :
dengan lukanya
DO - Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Klien meringis
kesakitan Edukasi:
 Klien meringis
kesakitan - Jelaskan penyebab dan periode dan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah pemicu nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


 Edukasi teknik nafas dalam

Observasi :

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi

Terapeutik :

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik


nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

3 Infeksi b.d Peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi


Leukosit. selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi
menurun Observasi
DS
KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
 Klien mengatakan  Tingkat nyeri menurun dan sistematik
luka masih basah dan  Integritas kulit dan jaringan
berbau membaik Terapetik
 klien mengatakan ada  Kontrol resiko meningkat
- Berikan perawatan kulit pada area
luka dikaki sebelah
edema
kiri
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
 klien mengatakan luka
kontak dengan pasien dan lingkungan
sejak 3 bulan sebelum
pasien
masuk
Edukasi
DO
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Terdapat pus didaerah
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
kaki yang luka
 Leukosit Kolaborasi
27.33[10^3/ul]
 Tampakedema, - Kolaborasi pemberian analgetik
terdapat (luka  Perawatan luka
terbuka) ,ukuran Observasi :
2x2x3 cm
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi

Terapeutik :

- Lepaskan balutan dan plester seccara


perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka

Edukasi:

- Jelaskan tanda,gejala infeksi

Kolaborasi:

- Kolaborasi prosedur debridement

4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas


imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi :
DS
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 klien mengtakan  Toleransi aktivitas - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
aktivitas dibantu  Ambulasi dalam aktivitas tertentu
keluarga  Tingkat keletihan
Terapeutik :
 klien mengatkan
aktivitas tebatas - Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
DO
untuk mengakomodasi aktivitas
 aktivitas klien tampak yang di pilih
dibantu keluaraga - Libatkan keluarga dalam aktivitas
 aktivitas tampak Edukasi:
terbatas
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
 saat makan klien
yang dipilih
nampak dibantu
keluarga
 Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas

Terapeutik :

- Motivasi untuk memulai/


melanjutkan aktivitas fisik

Edukasi:

- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik


3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N HARI/TANGG DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O AL
1 Kamis 20-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S :
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan tidak bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi  Pasien mengatakan sering merasa
resistensi kemungkinan penyebab haus
insulin hiperglikemia(dengan cara  Pasien Sering buang aiar kecil
menanyakan bagaimana pola sebanyak ± 10 x
makan klien)  Keluarga klien mengatakan klien
- Memonitor tanda dan gejala minum obat
hiperglikemia(dengan cara O :
menanyakan apakah sering  (Gula darah puasa,284)
haus dan lapar dan sering  Klien tampak tidak bisa
BAK mengontrol pola makan
Terapeutik :  Klien tampak lelah
- Memberikan asupan cairan  Klien tampa sering buang air kecil
oral(menberikan minum pada  Klien tampak sering minum
pasien)
Edukasi : A : Masalah belum tertasi Ketidakstabilan
- mengajurkan kepatuhan gula darah
terhadap diet P :intervensi dilanjutkan
Kolaborasi :
 Melakukan manajemen
- melakukan kolaborasi hiperglikemia
pemberian insulin sebanyak
6 unit  Melakukan edukasi program
08.30  Melakukan edukasi program pengobatan
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S :


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
- Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

10.00  Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
Kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
-
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera Observasi :  klien mengatakan nyeri pada
fisik - Mengidentifikasi identifikasi kaki yang luka
lokasi, karakteristik, durasi,  klien mengatakan nyeri hilang
kualitas nyeri timbul
- Mengidentifikasi skala nyeri  klien mengatakan nyeri selama 30
(skala nyeri pada klien) detik
Terapeutik :  Keluarga mengatakan pasien tidak
- Memberikan teknik non nyaman dengan lukanya
farmakologis untuk  Klien belum memahami tentang
mengurangi rasa nyeri teknik nafas dalam
Edukasi: O:
- Menjelaskan penyebab dan  klien tampak meringis skala nyeri
11.30 periode dan pemicu nyeri 7-8
Kolaborasi  klien tampak gelisah
- Melakukan olaborasi  nyeri pada kaki kanan
pemberian analgetik  klien tampak tidak bisa melakukan
 Melakukan edukasi teknik nafas teknik nafas dalam
dalam A : Masalah belum teratasi nyeri akut
Observasi : P : intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi kesiapan  Melakukan manajemen nyeri
dan kemampuan menerima  Melakukan edukasi teknik nafas
informasi dalam
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamfaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan tidak bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas dibantu
tertentu(dengan cara keluarga
menanyakan apa saja aktivitas
yang bisa dilakukan tampa O:
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : keluaraga
- Memfasilitasi pasien dan  saat makan klien nampak dibantu
keluarga dalam keluarga
menyesuiakan lingkungan  saat mau duduk klien dibanru
untuk mengakomodasi keluarga
aktivitas yang di pilih
- Melibatkan keluarga A : Masalah belum teratasi intoransi
12.30 dalam aktivitas aktivitas
Edukasi: P : intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan cara  Melakukan terapi aktivitas
melakukan aktivitas yang  Melakukan manajemen program
ringan latihan
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
2 Jumat 20-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S :
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan sudah mulai
berhubungan Observasi : bisa mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi  Pasien mengatkan sering merasa
resistensi kemungkinan penyebab haus
insulin hiperglikemia(dengan cara  Pasien mengatakan buang air kecil
menanyakan bagaimana pola ± 7 x / perhari
makan klien)  Klien mengatkan sudah mulai bisa
- Memonitor tanda dan gejala teratur minum obat
hiperglikemia(dengan cara O :
menanyakan apakah sering  (Gula darah puasa ,250)
haus dan lapar dan sering  Klien tampak sudah mulai bisa
BAK mengontrol pola makan
Terapeutik :  Klien tampak lelah
- Memberikan asupan cairan A :Masalah teratsi sebagian
oral(menberikan minum pada Ketidakstabilan gula darah
pasien) P :intervensi dilanjutkan
Edukasi :  Melakukan manajemen
- mengajurkan kepatuhan hiperglikemia
terhadap diet  Medukasi program pengobatan
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin sebanyak
6 unit
08.30  Melakukan edukasi program
Pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S :


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
- Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

10.00  Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera Observasi :  klien mengatakan nyeri pada
fisik - Mengidentifikasi identifikasi kaki yang luka sudah mulai
lokasi, karakteristik, durasi, berkurang
kualitas nyeri  klien mengatakan nyeri hilang
- Mengidentifikasi skala nyeri timbul
(skala nyeri pada klien)  klien mengatakan nyeri selama 30
Terapeutik : detik
- Memberikan teknik non  Keluarga mengatakan pasien tidak
farmakologis untuk nyaman dengan lukanya
mengurangi rasa nyeri  Klien sudah mulai memahami
Edukasi: tentang teknik nafas dalam
- Menjelaskan penyebab dan O :
11.30 periode dan pemicu nyeri  klien tampak meringis skala nyeri
Kolaborasi 5-6
- Melakukan olaborasi  klien tampak gelisah
pemberian analgetik  nyeri pada kaki kanan
 Melakukan edukasi teknik nafas  klien tampak sudah bisa
dalam melakukan teknik nafas dalam
Observasi : A : Masalah teratasi sebagian nyeri akut
- Mengidentifikasi kesiapan P : intervensi dilanjutkan
dan kemampuan menerima  Melakukan manajemen nyeri
informasi  Meedukasi teknik nafas dalam
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan bisa beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengatakan aktivitas masih
tertentu(dengan cara ada dibantu keluarga(seperti
menanyakan apa saja aktivitas makan,dan kekamar mandi)
yang bisa dilakukan tampa O:
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : keluaraga
- Memfasilitasi pasien dan  saat makan klien nampak dibantu
keluarga dalam keluarga
menyesuiakan lingkungan A : Masalah teratasi sebagian intoransi
untuk mengakomodasi aktivitas
aktivitas yang di pilih P : intervensi dilanjutkan
- Melibatkan keluarga  Melakukan terapi aktivitas
12.30 dalam aktivitas  Melakukan manajemen program
Edukasi: latihan
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
3 Sabtu 22-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan sudah bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi  Pasien mengatakan buang air kecil
resistensi kemungkinan penyebab ± 5x/ hari
insulin hiperglikemia(dengan cara  Keluarga mengatakan sudah
menanyakan bagaimana pola teratur minum obat
makan klien) O:
- Memonitor tanda dan gejala  (Gula darah puasa ,184)
hiperglikemia(dengan cara  Klien tampak sudah bisa
menanyakan apakah sering mengontrol pola makan
haus dan lapar dan sering  Klien tampak lelah
BAK
Terapeutik : A :Masalah tertasi sebagian
- Memberikan asupan cairan Ketidakstabilan gula darah
oral(menberikan minum pada P :intervensi dilanjutkan
pasien)  Melakukan manajemen
Edukasi : hiperglikemia
- mengajurkan kepatuhan  Melakukan edukasi program
terhadap diet pengobatan
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin sebanyak
6 unit
08.30  Melakukan edukasi program
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S :


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
10.00 - Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

 Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:

- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera Observasi :  klien mengatakan nyeri tidak
fisik - Mengidentifikasi identifikasi terasa lagi
lokasi, karakteristik, durasi,  Keluarga mengatakan pasien tidak
kualitas nyeri nyaman dengan lukanya
- Mengidentifikasi skala nyeri  Klien sudah memahami tentang
(skala nyeri pada klien) teknik nafas dalam
Terapeutik : O:
- Memberikan teknik non  Skala nyeri 3-4
farmakologis untuk  klien tampak sudah mulai bisa
mengurangi rasa nyeri melakukan teknik nafas dalam
Edukasi: A : Masalah teratasi nyeri akut
- Menjelaskan penyebab dan P : intervensi dihentikan
11.30 periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi
- Melakukan olaborasi
pemberian analgetik
 Melakukan edukasi teknik nafas
dalam
Observasi :
- Mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri(seperti duduk)
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas masih
tertentu(dengan cara ada dibantu keluarga(seperti
menanyakan apa saja aktivitas kekamar mandi dan makan
yang bisa dilakukan tampa  klien mengatkan aktivitas tebatas
dibantu keluarga) O:
Terapeutik :  aktivitas klien tampak dibantu
- Memfasilitasi pasien dan keluaraga
keluarga dalam  aktivitas tampak terbatas
menyesuiakan lingkungan  saat makan klien nampak dibantu
untuk mengakomodasi keluarga
aktivitas yang di pilih A : Masalah teratasi sebagian intoransi
- Melibatkan keluarga aktivitas
12.30 dalam aktivitas P : intervensi dilanjutkan
Edukasi:  Melakukan terapi aktivitas
- Mengajarkan cara  Melakukan manajemen program
melakukan aktivitas yang latihan
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya.Tindakan pencegahan Diabetes Setiap orang pasti
tidak ingin menderita diabetes melitus, satu-satuya cara adalah mengubah pola hidup.
Lakukan olahraga setiap hari selama 30 menit, misal: jalan kaki pagi hari. Olahraga
terbukti membantu menurunkan kadar gula darah. Agar tidak terjadi hipoglikemia (kadar
glukosa turun terlalu rendah) pada saat atau setelah berolahraga, maka penderita
dianjurkan untuk makan dulu 1 – 2 jam sebelum melakukan olahraga. Individu yang
dapat melakukan olahraga diabetes adalah individu dengan kadar glukosa darah kurang
dari 250 mg/dl, tidak ada gejala retinopati, neuropati atau nefropati, tidak ada masalah
kardiovaskuler seperti angina, emboli atau aneurisma.
B. Saran
Sebelum melakukan olahraga, dianjurkan untuk mengukur kadar gula darah, tekanan
darah, minuman dan makanan kecil karena bisa saja terjadi hipoglikemia pada saat
melakukan senam.Jangan merokok atau berhenti merokok, Mengatur pola makan.
Penanganan diabetes tentu harus didasarkan pada rekomendasi dokter dengan hasil
pemeriksaan terlebih dahulu. Namun beberapa hal berikut ini perlu menjadi perhatian
agar penanganan diabetes menjadi lebih maksimal. Perawat harus berperan aktif dalam
promosi kesehatan tentang DM dan memotivasi
serta mengajak pasien DM untuk melakukan senam diabetes sesuai kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Riawati. 2020. Patofisiologi Diabetes Meletus, (Online),


(https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-
1/patofisiologi#:~:text=Patofisiologi%20diabetes%20mellitus%20tipe%201%20berupa
%20penurunan%20sekresi%20insulin%20akibat,sel%20pulau%20Langerhans%20pada
%20pankreas.&text=Kerusakan%20sel%20pulau%20Langerhans%20pankreas%20pada
%20diabetes,1%20terjadi%20akibat%20terbentuknya%20autoantibodi. ,diakses pada 13 maret 2021).

Ghifara Huda. 2020. Sering Kencing di Malam Hari Waspadai Tanda-Tanda Awal Diabetes, (Online),
(https://www.gooddoctor.co.id/home/tips-kesehatan/kesehatan/tanda-tanda-awal-diabetes/ , diakses
pada 13 Maret 2021).

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sitiroikan-5724-3-babii.pdf
diakses pada 13 maret 2021)

Content Writer. 2019. “Bagaimana Cara Penanganan Diabetes Militus”, (Online),


https://myalkes.com/bagaimana-cara-penanganan-diabetes-melitus-penanganan-diabetes-melitus/
Diakses pada 13 maret 2021)

Muthia Varena, Laporan Studi Kasus: “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN
DIABETES MELITUS DI RUANG RAWAT INAP AMBUN SURI LANTAI 3 RS DR. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI 2019” (Padang: Stikes Perintis, 2019), (Online),
http://repo.stikesperintis.ac.id/836/1/13%20MUTHIA%20VARENA.pdf, diakses pada 13 Maret
2021)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6698/5107/#:~:text=Diabetes%20Melitus%20(DM)
%20adalah%20penyakit,insulin%2C%20kerja%20insulin%20maupun%20keduanya., (online ) diakses pada 13
maret 2021

https://www.emc.id/id/care-plus/kenali-dan-atasi-berbagai-tipe-diabetes-melitus , (online) diakses pada 13 maret


2021

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sitiroikan-5724-3-babii.pdf , (online) diakses pada 13


maret 2021

Anda mungkin juga menyukai