Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Asuhan keperawatan pada penderita Diabetes Melitus

Disusun Oleh :
Kelompok SGD 1

1. Cahyo Agung Purnomo (0116052)


2. Miftahul Jannah (0116073)
3. Siti Astriyana (0116090)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto


Program Studi Ilmu Keperawatan
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul " Asuhan keperawatan pada penderita Diabetes Melitus" atas dukungan
moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu Linda Presti FibrianaS.Kep, Ns.,
M.kes selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ide
dalam menyelesaikan makalah mata kuliah keperawatan medikal bedah dengan
metode pembelajaran Small Group Discussion / SGD. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Mojokerto, 26 Februari 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Diabetes Mellitus .............................................................................. 3
a) Jenis Diabetes Mellitus ....................................................................................... 3
b) Etiologi ................................................................................................................ 5
2.2 Anatomi dan Fisiologi Pankreas ......................................................................... 7
a) Anatomi Pankreas ............................................................................................... 7
b) Fisiologi Pankreas ............................................................................................... 8
2.3 Patofisiologi ........................................................................................................ 9
2.4 Tanda dan Gejala .............................................................................................. 10
2.5 Pengobatan Diabetes Mellitus ........................................................................... 12
a) Diet.................................................................................................................... 12
b) Latihan ( Olahraga ) .......................................................................................... 13
c) Terapi obat ........................................................................................................ 15
BAB III KESIMPULAN................................................................................................... 27
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 27
3.2 Saran ................................................................................................................. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memililki fungsi utama
yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh
dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus.
Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan
tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih dari 162.200 jiwa pada
tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka
kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak
terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah
penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita diabetes
menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran untuk pengobatan
secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada tahun 1997 diperkirakan
mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik yang
kehidupan patien diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret 2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya,
hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase
penderita diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota
dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal
jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat
penting dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan
mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana Anatomi fisiologi terkait sistem endokrin, Diabetes Melitus

1
2) Bagaimana patofisiologi terkait sistem endokrin, Diabetes Melitus
3) Bagaimana farmakologi dan terapi atau diet terkait gangguan pada sistem
endokrin, Diabetes Melitus
4) Bagaimana Asuhan keperawatan terkait gangguan pada sistem endokrin,
Diabetes Melitus
1.3 Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan anatomi fisiologi pankreas
2) Menjelaskan patofisiologi Diabetes Mellitus
3) Menjelaskan farmakologi dan terapi diet pada Diabetes Melitus
4) Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam
www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003 dalam
www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol
kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula
sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001 dalam
www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan
dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau
tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler
perifer.(brunner and suddarth, 2002: 109)

a) Jenis Diabetes Mellitus


 Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes ini dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin,
namun kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens tipe 1
sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua

3
subtype yaitu autoimun akibat disfungsi autoimun dengan kekurangan sel-sel
beta dan idiopatik tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
Sub tipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
Dia betes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian
therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan.
Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan
penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan
pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat
test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat
mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai
penyakit.

 Tipe 2: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)


a) 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe 2. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin
b) Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan
kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemia(suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia)
c) Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.

 Diabetes gestasional (GDM )

GDM dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari


semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu.
Karena tejadi peningkatan sekresi berbagai hormone yang mempunyai efek
metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai presdisposisi diabetes secara

4
genetic mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis
diabetes pada kehamilan.

 Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.

Dalam skala yang lebih kecil, ada beberapa kasus diabetes oleh syndrome
genetic tertentu ( perubahan fungsi sel beta dan perubahan fungsi insulin secara
genetis ), gangguan pada pancreas yang didapati pada pecandu alcohol, dan
penggunan obat ataupun zat kimia. Beberapa kasus tersebut dapat memicu gejala
yang sama dengan diabetes. ( Pearce, 2007 )

b) Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini
merupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:

1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )


a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe
I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )

5
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan
fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan
cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar
kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa
darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan
sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan
pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan
33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio
diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti
membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu
hamil dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil.

6
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami
peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human
placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah
hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin
dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan
kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin
resistance.
Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah
terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes
gestasional.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya


a. Kelainan genetic dalam sel beta.
Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi
sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap
insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin
sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi

2.2 Anatomi dan Fisiologi Pankreas


a) Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retropeitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus

7
limpa diarah kronio dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan
dengan corpus ankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya
biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada
dileher pankreas bagian kiribawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis
pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans,setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah
kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni selalfa, beta dan
delta. Sel eta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama
ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasiantara spesies
satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer
yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini
mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dariinsulin.
Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke
aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran.
Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini
yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata
kapiler untuk mencapaialiran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang mencakup kira-
kira25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan
10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)

b) Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa
hormon-hormon yang disekresikan oleh sel– sel dipulau langerhans. Hormon-
hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar

8
glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa
darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis
hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin
menghambat sekresi glukagon dan insulin. Insulin dilepaskan pada suatu kadar
batas oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin
diatas kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan
cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja
melalui perantara kedua untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa
kedalam sel dan dapat segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat
disimpan didalam hati (Guyton & Hall, 1999)

2.3 Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa
dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera
makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan
sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton
yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya
ketoasidosis (Corwin, 2000)

9
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan ekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor
kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak
dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah
yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga
urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1) Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2) Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4) Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5) Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6) Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7) Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8) Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9) Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10) Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan


seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes

10
melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu
atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus
tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak
mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah
menderita kencing manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Pruritus Vulvae
6) Infeksi bakteri kulit
7) Infeksi jamur di kulit
8) Dermatopati
9) Neuropati perifer
10) Neuropati visceral
11) Amiotropi
12) Ulkus Neurotropik
13) Penyakit ginjal
14) Penyakit pembuluh darah perifer
15) Penyakit koroner
16) Penyakit pembuluh darah otak
17) Hipertens

11
a) Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,
tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan
diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah
plasma vena. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara
reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat
dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai
dengan cara standar yang dianjurkan. Untuk memantau kadar glukosa darah dapat
dipakai bahan darah kapiler. Ada perbedaan antara uji diagnostic DM dan
pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan untuk mereka yang
menunjukan gejala atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan
untuk mengidenfikasi mereka yang tidak bergejala tetapi memilliki resiko DM.

2.5 Pengobatan Diabetes Mellitus


a) Diet
Tuuan utama penatalaksanaan diet pada diabetes adalah
 Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal
 Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar optimal
 \mencegah komplikai akut dan kronik
 Meningkatkan kualias hidup
Merencanakan makan pada diabetes, pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes
tidak berbeda dengann non diabetes, yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk
aktivitas, dan pada dasarnya harus memenuhi prinsip
 Cukup kalori untuk mempertahankan BB idaman
 Perhatikan bila ada komplikasi, Sesuaikan dengan komplikasi itu
 Cukup vitamin dan mineral

12
Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktivitas

Ringan Sedang Berat


100 – 200 kkal/jam 200-350 kkal/jam 400-900 kkal/jam

Menghitung kebutuhan kalori


Sebelum menghitung berapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien
disbetes terlebih dahulu harus mengetahui berapa berat badan idaman. Yang paling
mudah adalah perhitungan menurut BROCCA

Berat badan idaman = 90% x (tinggi badan dalam cm – 100 ) x 1 kg


Catatan : pada laki-laki dibawah 160cm atau perempuan dibawah 150cm, berlaku
rumus
Berat badan idaman = (tinggi badan dalam cm – 100) x 1 kg

Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah


ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi
seimbang berupa karbohidrat(60-70%), protein (10-15%), lemak (20-25%),.
Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga
memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan
jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol
<300mg/hari. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis
serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
 Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
a) Pasien kurus = 2300-2500 kkal
b) Pasien normal =1700-2100 kkal
c) Pasien gemuk =1300-1500 kkal

b) Latihan ( Olahraga )

13
Jenis olahraga yang baik untuk pasien DM adalah olahraga yang
memperbaiki kesehatan jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olahraga yang
memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu memenuhi ketahanan,
kekuatan, kelenturan tubuh (Flexibilitas), keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan
kecepatan. Agar memenuhi hal tersebut, latihan olahraga sebaiknya bersifat
kontinyu (continous), ritmis(rhytmical), interval, progresif, dan latihan ketahanan
(endurance), yang agar mudah disingkat jadi CRIPE.

 Latihan kontinyu
Latihan yang diberikan harus berkesinambungan, diakukan terus menerus
tanpa berhenti. Contoh : jogging 30 menit tanpa istirahat
 Latihan ritmis
Latiahan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur Contoh : jalan kaki, jogging, berlari, berenang,
bersepeda, mendayung
 Latihan interval
Latihan olahraga yang diakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat
Contoh : jalan cepat diselingi jalan lambat.
 Latihan progresif
Latihan yang dilakukan harus berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang
lebih berat secara bertahap
 Latihan daya tahan
Latihan daya tahan memperbaiki sistem kardiovaskular. Oleh karena itu
sebelum ikut progam latihan olahraga, terhadp pengidap harus dilakukan
pemeriksaan kardiovasikular.

Latihan CRIPE minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain
dapat digunakna untuk olahraga yang menjadi kesenangan meisalnya tenis golf dll.
Hal yang perlu diperhatikan oleh pengidap yang berolahraga

14
Pengidap DM yang melekukan olahraga harus memperhatikan hal sebagai
berikut
1. Jangan memulai olahraga jika kadar glukosa darah rendah misalnya:
sebelum makan
2. Sepatu yang dipakai harus pas betul karena luka sekecil apapun dapat
menimbulkan komplikasi parah
3. Latihan jasmani harus didampingi oleh orang yang tau mengatasi serangan
hipoglikemia
4. Pengidap DM harus selalu membawa permen,sedikit gula untuk
pertolongan bila terjadi serangan hipoglikemia
5. Sebaiknya pengidap DM selalu membawa tanda pengenal bahwa dirinya
mengidap DM dalam pengobatan
6. Lakukan pemeriksaan secermat mungkit setelah selesai latihan, untuk
memungkinkan terjadinya perlukaan dan dilakukan pertolongan yang
diperlukan

c) Terapi obat
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang
teratur tapi kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian
obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal. Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT
27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase
di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.

15
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek
farmakologi meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah
resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di
Indonesia.

Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah:
 DM dengan berat badan menurun cepat/kurus
 Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar
 DM yang mengalami stress berat
 Dm dengan kehamilan
 DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal atau kontraindikasi obat tersebut.
Tabel 3. Preparat insulin yang tersedia
Jenis Kerja Preparat
Kerja pendek Actrapid human 40/humulin
Actrapid human 100
Kerja Sedang Monotard human 100
Insulatard
NPH
Kerja panjang PZL
Campuran kerja pendek dan Mixtard
sedan/panjang
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan
perlahan-lahan sesuai dengan hasil glukosa darah apsien. Jika pasien sudah
diberikan sulfonylurea dan metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa
darah belum mencapai sasaran dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea
dengan metformin. Jika cara ini tidak berhasil juga, dipakai kombinasi sulfonilaria
dan metfo

16
 Factor genetik Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan Gula dalam darah dapat
 Inveksi virus produksi insulin dibawa masuk dalam sel
 Pengaruh
xc
imunologik

Glukosaria Batas melebihi ambang ginjal hiperglikemia Anabolisme protein


menurun

Dieresi osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan antibodi

Poliri = Retensi Urine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun

Kehilangan elektroit
Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer
dalam sel

Ketidakefektifan Perfusi
Dehidrasi Nekrosisi luka Klien tidak merasa sakit
Jaringan Perifer

Resiko syok
Gengrene Kerusakan integritas
Kehilangan kalori
jaringan
Merangsang hipotalasmus
Sel kekurangan bahan Protein dan
untuk metabolisme lemak dibakar BB menurun
Pusat lapar dan haus

Polidipsia Katabolisme lemak Pemecehan protein Keletihan


polipagia
Asam lemak
Keton Ureum
17
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
ketoasidosi
tubuh
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,
umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam
identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang
memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40
tahun.
b) Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM,
penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes
mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d) Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

18
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
2) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan
waktu tidur penderita Pola Aktivitas,Adanya kelemahan otot – otot pada
ekstermitas menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
5) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati /
mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
6) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
7) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan
lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

e) Pengkajian Fisik

19
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2. Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis
pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

20
h) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
 Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
 Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus adalah :
a) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
b) Resiko syok b/d ketidakmampuan elektrolit dlm sel,hipovolemia
c) Kerusakan integritas jaringan b/d nekrosis kerusakan jaringan
d) Resiko infeksi b/d trauma jaringan
e) Retensi urine b/d inkomplit pengosongan kandung kemih
f) Keletihan b/d rendahnya tingkat energi

3. Intervensi dan implementasi


a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

Tujuan : asupan nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Kriteria hasil

- Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan


- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- tidak ada penurunan bearat badan yang berarti

21
Intervensi Rasional

1.kolaborasi dengan ahli gizi untuk Melakukan kolaborasi untuk


menentukan jumlah kalori dan nutrisi menghitung kalori yang masuk dalam
yang dibutuhkan pasien tubuh sesuai dengan diet yang
diberikan

2.yakinkan diet yang dimakan Diet yang dimakan dapat mencegah


mengandung tinggi serat untuk pasien untuk konstipasi
mencegah konnstipasi

3. berikan makanan dalam jumlah Untuk meningkatkan nafsu makan


sedikit tapi sering

4.berikan informasi tentang Meningkatkan pengetahuan pasien


kebutuhann nutrisi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
setiap harinya

5. ukur tinggi dan bb pasien untuk mengidentifikasi pasien


adanya malnutrisi

6. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi memudahkan untuk mendeteksi


pasien kekurangan nutrisi

Berikan pengobatan insulin secara teratur : insulin memiliki awitan cepat untuk
membantu memindahkan glukosa ke sel

b) Resiko syok b/d ketidakmampuan elektrolit dlm sel,hipovolemia

Tujuan : meningkatkan kecukupan aliran darah ke jaringan seluruh tubuh dan


mengurangi resiko syok

Kriteria hasil

- Nadi dalam batas yang diharakan


- Irama jantung dalam batas yang diharapkan
- Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan
- Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan
Intervensi Rasional

1. monitor status sirkulasi BP, Memonitor status BP, warna


warna kulit, suhu kulit, denyut kulit,suhu kulit,denyut nadi untuk
jantung, HR, dan ritme, nadi meningkatkan kelancaraan saat
perifer, dan kapiler refill. bernapas

22
2.Tempatkan pasien pada posisi Memberikan rasa nyaman pasien
supine, kaki elevasi untuk dan menciptakan lingkungan yang
meningkatkan untuk peningkan relaks
preload dengan cepat
3. memonitor tekanan nadi Memantau parameter
hemodinamika pada tekanan
kapiler pulmonal atau arteri

4. kaji tingakt pernapasan Memantau tingkat gejala


pernapasan

c) Kerusakan integritas jaringan b/d nekrosis kerusakan jaringan


Tujuan : meningkatkan integritas kulit yang baik dan mencegah cidera
Kriteria hasil
- Perfusi jaringan normal
- Tidak ada tanda infeksi
- Mempertahankan kembabapan kulit
Intervensi Rasional

1.anjurkan pasien utuk memakai Pakaian longgar memberikan


pakaian longgar sirkulasi oksigen pada pori-pori kulit

2. berikan posisi yang mengurangi Mencegah kerusakan jaringan di area


tekanan yang tidak bisa dijangkau

3.monitor aktivitas dan mobilisasi Membatasi aktivitas yang


pasien memperparah kerusakan integritas
kulit

4.jaga kulit agar tetap bersiha dan Merawat kebersihan kulit


kering

5. monitor kelembapan kulit Mengurangi adanya kemerahan

6. observasi luka Memantau kondisi luka berdasarkan


lokasi,kedalaman luka, jaringan
nekrotik dan tanda infeksi

23
d) Resiko infeksi b/d trauma jaringan

Tujuan : meningkatkan status imun

Kriteria hasil

- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Intervensi Rasional

1.Monitor tanda dan gejala infeksi Inspeksi kulit terhadap kemerahan ,


sistemik maupun lokal panas, drainage

2.monitor kerentanan terhadap Mempertahankan teknis asepsis


infeksi dengan mencuci tangan

3. pertahankan teknik asepsis pada Bersihkan lingkungan yang telah


pasien yang beresiko terpakai pasien dan memakai alat
pelindung

4. ajarakan cara menghindari infeksi Mencuci tangan dengan sabun


antimikroba

5. kolaborasi dngn tim medis kolaborasi dlm pemberian terapi


antimikroba dan lain sebagainya

e) Retensi urine b/d inkomplit pengosongan kandung kemih

Tujuan : meningkatkan keseimbangan cairan

Kriteria hasil

- Bebas dari ISK


- tidak ada spasme bladder
- balance cairan seimbang
Intervensi Rasional

1. Monitor intake dan output cairan Memonitor jumlah cairan yang


mask dan cairan yang keluar
melalui urine

24
2. Monitor derajat distensi bladder Mengukur jumlah daya tampung
jkandung kemih

3. Monitor tanda dan gejala ISK Memantau tanda gejala infeksi


kandung kemih

4. Kateterisasi Memberiakan kemudahan untuk


mengeluarkan urine

5. Pemberian kompres dingin Menstimulasi reflek kandung


kemih

6. Kolaborasi dengan dokter Kolaborasi pemberian obat


antikolionergik

f) Keletihan b/d rendahnya tingkat energi


Tujuan : status nutrisi terpenuhi yang diubah menjadi energi
Kriterian hasil
- memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
- menjelaskan pengguanaan energi untuk mengatasi kelelahan
- kualitas hidup meningkat
Intervensi Rasional

1. kaji adanya factor penyebab Mengidentifikasi penyebab


kelelahan keletihan

2. monitor nutrisi dan sumber Mengontrol intake nutrisi yang


energi yang adekuat berupa karbohidrat

3. Monitor pola tidur dan lamanya Meningkatkan pola tidur yang


tidur / istirahat pasien teratur dan adekuat

4. Konsultasi dengan ahli gizi Memberikan diet yang sesuai


untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tinggi
5. Monitor respon kardiovaskuler Peningkatan detak jantung yang
terjadi saat kelelahan

6. Tingkatkan tirah baring Meningkatkan periode dalam


istirahat

25
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a) Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi.
c) Infeksi tidak terjadi
d) Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

26
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Diabetes berasal dari bahasa yunani yang berarti “Mengalirkan atau
Mengalihkan” (siphon). Melitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitusadalah penyakit hiperglikemia yang ditamdai dengan
ketidakadaaan absolute induline atau penurunan relatif insensitifvitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa bisa membaca, memahami dan menjelaskan dengan
benar tentang makalah diatas melalui sumber-sumber yang sudah kami dapat dari
berbagai sumber yang ada.

27
DAFTAR PUSTAKA
1. Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Jakarta: EGC
2. Buku ajar Fisiologi Guyton.
3. Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical
Nursing Ed.5.Mosby
4. Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media
5. Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama
6. Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC
7. Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC
8. Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC
9. www.trinoval.web.id
10. www.ilmukeperawatan.com
11. www.klikdokter.com
12. NANDA NIC NOC
13. Buku Ilmu penyakit dalam

28

Anda mungkin juga menyukai