Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN PERSEORANGAN

(HYGIENE)

Oleh :

MARIA ULFA

22.14091.10.38

Dosen Pembimbing

Ns. Yunita Liana, S.Kep, M.Kep, M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2022
A. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN PERSEORANGAN

1. Definisi Personal Hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan

kondisi kesehatan, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat

melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang

dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena

terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi

tentang personal hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan

cara yang benar dalam melakukan perawatan diri.

Cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka disebut hygiene

perorangan (Potter & Perry. 2005). Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam

memelihara kebersihan dan kesejahteraan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik

(Muhammad, 2007).

Jadi personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan

kesehatan dirirnya.

Tujuan perawatan personal hygiene, yaitu:

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

2
b. Memelihara kebersiahn diri seseorang.

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.

d. Pencegahan penyakit.

e. Meningkatkan percaya diri seseorang

f. Menciptakan keindahan.

2. Klasifikasi

Menurut KDM Tarwoto Wartonah, macam-macam personal hygiene, yaitu:

a. Perawatan kulit kepala dan rambut.

b. Perawatan mata.

c. Perawatan hidung.

d. Perawatan telinga.

e. Perawatan kuku kaki dan tangan.

f. Perawatan genetalia.

g. Perawatan kulit seluruh tubuh.

3. Fisiologis

1. Kulit

Kulit adalah organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, ekskresi,

regulasi temperature, dan sensasi. Kulit mempunyai tiga lapisan, yaitu epidermis,

dermis, dan hypodermis (Asmadi, 2008).

a. Epidermis

Adalah lapisan terluar terdiri dari berbagai sel lapis yang tipis dimana

ada perbedaan dalam berbagai tingkat kematangan. Lapisan paling dalam dari

sel ini berfungsi untuk mengganti sel yang mati.

3
b. Dermis

Adalah lapisan yang lebih tebal yang terdiri dari sekelompok kolagen

dan fiber – fiber yang elastis untuk mendukung epidermis. Fiber syaraf,

pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut

melewati lapisan dermal. Kelenjar sebasea mensekresi sebum, minyak, cairan

odorous, hingga folikel rambut.

c. Hypodermis atau subkutan

Lapisan subkutan terdiri dari pembuluh darah, syaraf, limpa, dan

jaringan pengikatyang berisi sel lemak. Jaringan lemak adalah insulator panas

bagi tubuh. Subkutan juga menjadi pendukung lapisan kulit atas yang menahan

stressor dan tekanantanpa injury.

2. Kuku kaki dan tangan

Kaki, tangan, dan kuku selalu diperuntukkan untuk memberi perhatian yang

khusus untuk mencegah infeksi. Apakah ada luka pada kaki termasuk adakah

pertumbuhan atau luka pada kulit bagian atas, bisa nyeri dan pada pasien normal

kemampuan berjalan. Kuku adalah jaringan epitel yang tumbuh dari akar nail bed,

yang terletak di kulit pada nail groove, yang disembunyikan oleh fold kulit, disebut

cuticle, kuku juga memilki body nail, itu berbentuk area putih, disebut lunula.

Dibawah kuku terdapat lapisan epiteldisebut nail bed. Kuku yang normal dan sehat

transparan, lembut, dan konveks, dengan warna nail bed merah jambu. Penyakit

dapat memengaruhi bentuk, ketebalan, dan curvature dari kulit (Alimul, 2006).

3. Rongga Mulut

4
Rongga mulut dibatasi oleh membrane mukosa yang berhubungan dengan

kulit. Rongga mulut terdiri dari bibir yang disekitarnya mulut yang terbuka, pipi

berada disepanjang rongga, lidah dan ototnya, hard dan soft palate. Mukosa mulut

normalnya berwarna merah jambu terang (light pink) dan lembab. Pada dasar mulut

dan area bawah lidah kaya akan pembuluh darah.tipe dari ulcer atau trauma dapat

mengakibatkan perdarahan. Ada 3 kelenjar saliva yang mensekresikan 1 liter saliva

per hari. Kelenjar buccal ditemukan pada mukosa yang membatasi pipi dan mulut

yang mencegah hygiene dan kenyamanan pada jaringan oral (Alimul, 2006).

Gigi adalah organ mengunyah, atau mastication. Mereka didesain untuk

memotong, menyobek, dan mematahkan makanan sehingga dapat dicampur dengan

saliva dan ditelan. Gigi yang normal terdiri dari kepala, leher, dan akar. Gigi yang

sehat terlihat putih, bersinar, dan berdiri sendiri. Kesulitan mengunyah dapat

berkembang sewaktu sekeliling gusi menjadi inflamasi atau infeksi atau ketika gigi

tanggal. Oral hygiene yang teratur dibutuhkan untuk menjaga integritas area gigi

dan untuk mencegah gingivitis, atau inflamasi gusi (Alimul, 2006).

4. Rambut

Pertumbuhan rambut, distribusi, dan pola dapat mengindikasikan status

kesehatan orang secara umum. Perubahan hormone, emosional, dan stress fisik,

umur, infeksi, dan penyakit tertentu dapat memengaruhi karakteristik rambut

(Syaifuddin, 2004).

5. Mata, Telinga, dan Hidung

5
4. Etiologi

a. Gangguan kognitif

b. Penurunan motivasi

c. Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)

d. Kelemahan

e. Karena sakit, sehingga tidak mampu melakukan sendiri

f. Kurangnya pengetahuan dan informasi

g. Keterbatasan biaya

h. Lingkungan yang tidak mendukung

i. Tidak adanya fasilitas yang memadai

Menurut Tarwoto Wartonah factor-factor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.

Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh

individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap

kebersihannya.

b. Praktik sosial

Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air

mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal

hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi

kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti jompo mereka tidak dapat mempunyai

privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam

6
rumah mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk

melakukan personal hygiene sendiri.

c. Status sosio ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup.

Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali

pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk

meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus

selalu menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene.

Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang

berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh

dimandikan

f. Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur

dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.

g. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya.

5. Faktor Predisposisis

7
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene

dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:

a. Citra Tubuh

Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang

tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan

fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara

mempertahankan hygiene.

b. Praktik social.

Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat

mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak

mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.

c. Status sosio-ekonomi

Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan

yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-

bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat juga

harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari

kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social klien.

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah

cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali,

pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan

8
hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam

mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan

yang perlu.

e. Variable Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan

hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri

yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan.

f. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,

bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda (mis.

Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.

g. Kondisi Fisik.

Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani

operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene

pribadi.

6. Patofisiologis

Pengaturan kegiatan sehari-hari seseorang meningkat kualitas seseorang sehingga

permasalahan – permasalahan yang tadinya terjadi dapat berangsur-angsur berkurang.

9
PATHWAY
ETIOLOGI

Gangguan Kognitif

Penurunan Motivasi

Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)

Kelemahan

Karena sakit, sehingga tidak mampu melakukan sendiri

Kurangnya pengetahuan dan informasi

Keterbatasan biaya

Lingkungan yang tidak mendukung

Tidak adanya fasilitas yang memadai

10
PATOFISIOLOGI

Pengaturan kegiatan sehari-hari seseorang

meningkatkan kualitas seseorang sehingga permasalahan-permasalahan

yang tadinya terjadi dapat terangsur-angsur berkurang

TANDA DAN GEJALA

Fisik

Badan bau Rambut dan kulit kotor kuku panjang dan kotor gigi kotor dan mulut bau

Psikologi

Malas, tidak ada inisiatif menarik diri merasa rendah diri

Social

Interaksi kurang, cara makan berantakan dan BAB sembarangan

DEFICIT KEPERAWATAN DIRI

11
7. Tanda dan gejala Personal Hygiene

Tanda dan gejala Personal Hygiene adalah sebagai berikut (Perry dan Potter,

2005):

a. Kepala dan rambut

1) Rambut berketombe

2) Rambut berkutu

3) Kulit kepala kotor

4) Rambut yang mudah rontok

5) Rambut yang kusam

b. Perawatan mata

1) Penglihatan menjadi ganda

2) Bintik hitam atau ada daerah yang gelap

3) Sakit pada mata

4) Terlihat ada warna atau terang di sekitar ujung-ujung objek

5) Mata yang kemerahan

6) Tiba-tiba kehilangan kemampuan melihat dengan jelas

c. Perawatan hidung

1) Terjadi flu/pilek

2) Terjadi perubahan penciuman

3) Hidung kotor

4) Terjadi alergi

d. Perawatan telingga

12
1) Telinga kotor

2) Terjadi infeksi

e. Perawatan kuku kaki dan tangan

1) Kuku kotor/hitam

f. Perawatan genetalia

1) Genetalia kotor

2) Terjadi penyakit genetalia

8. Penatalaksanaan Personal Hygiene

Penatalaksanaan Personal Hygiene adalah sebagai berikut (Perry dan Potter,

2005)

a. Kebersihan mulut dan gigi dijaga dengan :

1) Untuk yang masih mempunyai gigi :

Menyikat gigi secara teratur sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari, pagi hari

dan malam sebelum tidur, termasuk bagian gusi dan lidah. Bila ada gigi berlubang,

sebaiknya segera ke Puskesmas. Bila tetap ada endapan warna kuning sampai

cokelat, kirim ke Puskesmas/dokter gigi.

2) Bagi yang menggunakan gigi palsu :

Gigi dibersihkan dengan sikat gigi perlahan-lahan di bawah air yang mengalir. Bila

perlu dapat digunakan pasta gigi. Pada waktu tidur, gigi tiruan/palsu tidak dipakai

dan direndam dalam air bersih.

13
3) Bagi mereka yang tidak mempunyai gigi sama sekali :

Setiap habis makan juga harus menyikat bagian gusi dan lidah untuk membersihkan

sisa makanan yang melekat.

b. Kebersihan kepala, rambut dan kuku :

1) Cuci rambut secara teratur paling sedikit dua kali seminggu untuk menghilangkan

debu dan kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala.

2) Potong kuku secra teratur.

c. Kebersihan kulit (mandi) :

Usaha untuk membersihkan kulit dapat dengan cara mandi setiap hari secara teratur,

paling sedikit dua kali sehari. Pada saat mandi lansia sebaiknya mempergunakan air

hangat untuk merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan, menggunakan

d. Kebersihan mata, hidung, dan telinga :

Mengkonsultasikan diri ke dokter. Setiap dua tahun mata harus dikontrol, bila tidak ada

kelainan.

e. Perawatan genetalia

Perawatan genetalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh

perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh

infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk

melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan

genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika

memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat

memberikan perawatan genitalia. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah

14
terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan

serta mempertahankanpersonal higiene.

9. Terapi

a. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien, dengan cara:

1) Bina hubungan saling percaya

2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri

3) Kuatkan kemampuan pasien untuk merawat diri

b. Membimbing dan mendorong klien merawat diri

1) Bantu pasien merawat diri

2) Ajarkan keteraampilan secara bertahap

3) Buat kegiatan harian setiap hari

4) Ingatkan setiap kegiatan

5) Berikan pujian serta kegiatan positif

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung, seperti:

1) Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (sabun, pasta gigi, dll)

2) Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi pasien

d. Sikap keluarga

1) Sabar dan selalu siap membantu

2) Menerima dan memuji setiap upaya pasien saat merawat diri

3) Tidak mencela/menghina pasien saat merawat diri

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

15
1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang

dimiliki, serta factor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu baik factor

pendukung maupun factor pencetus.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu, mulai dari ekstermitas atas

sampai bawah. Catat perubahan-perubahan pada area membrane mukosa, kulit, mulut,

hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, dan rabut akibat terapi. Lakukan inspeksi dan

palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi. Observasi kondisi membrane mukosa kulit,

mulut, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan dan rambut (warna, tekstur)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit perawatan diri : makan

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Gangguan kognitif

2) Penurunan motivasi

3) Kendala lingkungan

4) Ketidaknyamanan

Ditandai dengan:

1) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan kemulut

2) Ketidakmampuan mengunyah makanan

3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan

4) Ketidakmampuan menelan makanan

16
b. Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Gangguan kognitif

2) Penurunan motivasi

3) Kendala lingkungan

4) Keletihan dan kelemahan

Ditandai dengan:

1) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian

2) Ketidakmampuan mengenakan sepatu

3) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian

4) Hambatan memilih pakaian

c. Defisit perawatan diri : eliminasi

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Gangguan kognitif

2) Penurunan motivasi

3) Kendala lingkungan

4) Keletihan dan kelemahan

Ditandai dengan:

1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eleminasi yang tepat

2) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode

3) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode

3. Rencana Keperawatan

17
Diagnosa yang dapat diangkat:

1. Defisit perawatan diri: berpakaian b/d penurunan motivasi ditandai dengan penampilan

tidak rapi

2. Defisit perawatan diri: eleminasi b/d hambatan mobilitas ditandai dengan tidak mampu

ke toilet sendiri.

3. Defisit perawatan diri: makan b/d nyeri ditandai dengan tidak mampu menelan makanan

Nodx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji hambatan 1. Menyiapkan untuk

keperawatan selama 3 x 24 partisipasi dalam meningkatkan

jam, pasien mampu perawatan diri kemandirian

mempertahankan kebersihan

diri dan kerapian, dengan 2. Bantu pasien 2. Pasien mungkin

KH: memilih pakaian membutuhkan berbagai

1. Penampilan rapi bantuan dalam persiapan

2. Rambut rapi dan 3. Jelaskan tentang memilih pakaian

bersih cara – cara personal

3. Mampu memakai hygiene yang tepat 3. Menambah

pakaian dan berhias pengetahuan pasien dan

secara mandiri 4. Libatkan keluarga keluarga mengenai

perawatan diri yang

tepat

18
4. Memberikan

kesempatan kepada

keluarga untuk

membantu pasien dan

memberikan motivasi

2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji budaya 1. Mngetahui kebiasaan

keperawatan selama 3 x 24 pasien ketika pasien dalam toileting

jam, pasien mampu mempromosikan

melakukan aktivitas aktivitas perawatan

eleminasi secara tepat, diri

dengan KH:

1. Pasien mampu duduk 2. Bantu pasien ke 2. Hambatan mobilitas

dan turun dari toilet toilet menyebabkan pasien

2. Pasien mampu tidak mampu melakukan

membersihkan diri perawatan diri secara

setelah eleminasi secara 3. Berikan mandiri

mandiri/dibantu pengetahuan tentang

personal hygiene 3. Mengetahui

pentingnya personal

4. Libatkan keluarga hygiene bagi pasien

4. Memberikan

kesempatan kepada

19
keluarga untuk

membantu pasien

3. Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi diet 1. 1. Makanan disesuaikan

keperawatan selama 3 x 24 yang diresepkan dengan kondisi klien

jam, pasien mampu makan

secara mandiri dan tepat, 2. Bantu pasien 2. Pasien mungkin

dengan KH: menyiapkan kesulitan mengambil

1. Pasien mampu makanan yang makanan sendiri

mengambil makanan lunak

sendiri

2. Pasien mampu makan 3. Jelaskan tentang 3. Menambah wawasan

sendiri dengan rapi personal hygiene pasien dan keluarga

3. Pasien mampu tentang pola makan tentang persoal hygiene:

mengungkapkan makan

kepuasan makan

20
4. Kolaborasikan 4. Memberikan

dengan keluarga kesempatan kepada

keluarga untuk

membantu pasien

4. Implementasi Keperawatan

Merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien

berdasarkan intervensi-intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal hygiene berdasarkan

kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu:

a) Pasien mampu berpakaian dan berpenampilan rapi secara mandiri

b) Kebutuhan personal hygiene pasien : eleminasi terpenuhi

c) Pasien mampu makan secara mandiri/dibantu

21
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC.

Perry & Potter. 2005. Fundamental keperawatan edisi 4, volume 1. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Tarwoto, Wartona. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health-Books

Publishing.

Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta ; EGC

22

Anda mungkin juga menyukai