Anda di halaman 1dari 97

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KECEMASAN, KEHILANGAN/BERDUKA, DAN


HALUSINASI

OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS 2.3
SEMESTER GENAP(IV)
1. I GUSTI AYU PURWA DEVI WIJAYANTI(P07120018083)
2. NI MADE ASTYA DWIKA MERTI (P07120018085)
3. NI MADE AYU WIDYASARI (P07120018086)
4. NI PUTU DUITA JANA SRI DEWI (P07120018103)
5. PUTU MILLA NOVELLY REZAVENIA (P07120018104)
6. I GUSTI AYU AMRITA ISWARI (P07120018105)
7. MADE YUDI ARNAYA (P07120018106)
8. DINAR LORENSA AYU KRISMAYA (P07120018110)
9. NI PANDE PUTU PUTRI ANDINI (P07120018115)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan
Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kecemasan,
Kehilangan/Berduka, Dan Halusinasi” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini berisikan tentang uraian mengenai masalah – masalah
psikologi khusunya tentang kecemasan, berduka serta halusinasi yang
berhubungan dengan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Sebagaimana dalam
mendukung penyelesaian makalah ini, penulis mencari informasi melalui media
bahan bacaan seperti buku-buku ajaran yang terkait serta jurnal resmi atau
dokumen resmi dari sumber yang terpercaya.

Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk


mendapatkan nilai, namun dilatarbelakangi pula untuk memperluas wawasan
khususnya tentang bagaimana menerapkan komunikasi yang benar sesuai dengan
tingkat usia. Untuk itu penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, sehingga sangat
diharapkan kritik dan saran yang objektif yang bersifat membangun guna
tercapainya kesempurnaan yang diinginkan.
Penulis sepenuhnya menyadari tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kecemasan,
Kehilangan/Berduka, Dan Halusinasi” ini tidak akan sesuai dengan harapan.
Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa kami sampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada Bapak I Nengah Sumirta selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
dan tuntunan dalam pembuatan makalah ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om


Denpasar, 7 Januari 2020
Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 2
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3

A. KECEMASAN / ANSIETAS...................................................... 3
B. KEHILANGAN DAN BERDUKA............................................ 17
C. HALUSINASI............................................................................. 29

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................. 64

A. CONTOH ASKEP ANSIETAS.................................................. 45


B. CONTOH ASKEP KEHILANGAN DAN BERDUKA............. 64
C. CONTOH ASKEP HALUSINASI.............................................. 74

BAB IV PENUTUP................................................................................ 92

A. SIMPULAN................................................................................ 92
B. SARAN....................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 94

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya (menurut WHO). Kesehatan jiwa adalah kondisi
jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan
dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stres yang serius (Rosdahi, 1999).
Kesehatan Jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional serta optimal dari seseorang, dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966).
Kriteria sehat jiwa menurut Maria Jahoda (Depkes, 2000) individu yang
sehat jiwa ditandai dengan sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang
dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan/ keutuhan), otonomi, persepsi
realitas, kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis berubah
dalam berespon terhadap stres. Oleh karena banyak stresor yang tidak dapat
dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga,
atau komunitas terhadap stres. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis
memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian, mungkin terjadi proses
yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan
demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping, dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi.
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangkan pendek, seperti
demam atau berjangka panjang seperti paralisis dari anggota gerak tubuh. Agar
dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stresor dan

1
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu. Jika seseorang tidak mampu
untuk beradaptai, maka kemungkinan untuk mengalami gangguan jiwa adalah
besar.
Menurut Antai Otong (Psychiatric Nursing Biological and Behavioral
Concept, 1995) perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam
mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko, mengkaji respons pasien terhadap
stres sepanjang rentang kehidupannya, dan dalam mengembangkan komunikasi
yang terapeutik.
Maka dari itu melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan
pelajaran serta acuan dalam perawatan kesehatan jiwa terutama bagi mahasiswa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kecemasan?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kehilangan/
Berduka?
3. Bagiaman Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Haluusinasi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kecemasan.
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kehilangan/
Berduka.
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi.

D. MANFAAT
Kami berharap makalah ini mampu melengkapi pengetahuan dalam
mendapatkan pengetahuan tentang aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
berkaitan dengan pemberian asuhan keperatawan pada pasien dengan gangguan
jiwa, baik di rumah sakit, atau pelayanan kesehatan, di rumah, dan di masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECEMASAN/ ANSIETAS
1. Pengertian Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon otonom sehingga individu akan meningkatkan
kewaspadaan untuk mengantisipasi (NANDA,2011). Ansietas adalah
kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI,2017).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan
dengan perasaan tidak berdaya dan respons emosional terhadap penilaian
sesuatu.
2. Etiologi Ansietas
a. Faktor Predisposisi (Pendukung)
Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
 Penyakit klinis progresif
 Penyakit akut
 Hospitalisasi
 Rencana operasi
 Kondisi diagnosis penyakit belum jelas/ medikasi
 Penyakit neurologis
 Tahap tumbuh kembang/ gangguan fisik
 Peristiwa traumatik
 Konflik emosional
 Gangguan konsep diri
 Frustasi
 Pola mekanisme koping keluarga
 Riwayat gangguan kecemasan

3
b. Faktor Presipitasi
 Ancaman terhadap integritas fisik
 Ancaman terhadap harga diri

3. Klasifikasi Ansietas
a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehdupan
sehari hari, ansietas ini menyebabkan individu jadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya.
b. Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit
lapang persepsi individu dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif, namun dapat berfokus pada lebih banyak area.
Jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Cenderung berfokus pada sesuatu yang sudah spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Ingkat panic dan kecemasan berhubungan dengan terpengaruh
ketakutan dan terror, hal yang rinci terpecah dan proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kembali.

RENTANG RESPONS ANSIETAS

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

4
4. Manifestasi Klinis Ansietas
a. Data Mayor
 Merasa bingung
 Merasa khawatir dengan akibat daei kondisi yang dihadapi
 Sulit berkonsentrasi
 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur
b. Data Minor
 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya
 Frekuensi napas meningkat
 Frekuensi nadimeningkat
 Tekanan darah meningkat
 Diaforesis
 Tremor
 Mukatampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa lalu

5. Komplikasi Ansietas
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofernia hibefrenik

5
d. Skizofrenia simplek

6. Patofisiologi Ansietas
Rencana operasiKekhawatiran mengalami kegagalanAnsietas
Tampak gelisah
PENJELASAN
Pembedahan/Operasi adalah tindakan pengobatan invasif melalui
sayatan untuk membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Terjadinya pembedahan disebabkan dari berbagai factor salah satunya
factor agen pencedera fisik,misalnya akibat dari abses, amputasi,
terbakar, terpotong, prosedur operasi, dll. Fase pembedahan dibagi
menjadi 3 fase ,yaitu :
a. Pre operasi adalah fase dimana seseorang harus dipersiapkan
psikologis dan fisiknya sebelum operasi
b. Intra operasi adalah fase ketika pasien masuk ke bagian atau
ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan.
c. Pasca/post operasi adalah fase peningkatan penyembuhan
pasien dan perawatan tindak lanjut,pada fase inilah seseorang
sangat membutuhkan perawatan yang maksimal khususnya
perawatan luka pada jahitan operasinya.
Dari ketiga fase tersebut tidak menutup kemungkinan jika
seseorang akan mengalami rasa ketakutan perihal Kekhawatiran
mengalami kegagalan pada proses operasinya, karena kebanyakan
orang percaya bahwa operasi tersebut sangat mempengaruhi hidup
dan mati seseorang. Selain itu ada beberapa orang yang benar-benar
mengalami rasa ketakutan dan kecemasan yang berlebih saat pra
operasi yang menyebabkan operasi tidak dapat dilakukan. Kecemasan
yang sering dimaksud adalah Ansietas yang mana merupakan
gangguan kecemasan yang ditandai dengan gejala somatic, vegetative

6
dan kognitif sebagai respon terhadap tidak adanya rasa
aman/ketidakmampuan dalam mengatasi suatu masalah. Biasanya
orang yang mengalami ansietas akan sangat tampak gelisah.

7. Patways Ansietas

RENCANA OPERASI

KEKHAWATIRAN
KEGAGALAN OPERASI

ANSIETAS

TAMPAK GELISAH

8. Pemeriksaan PenunjangAnsietas
a. Pemeriksaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatkan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya
fungsi paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis.

9. Penatalaksanaan MedisAnsietas

7
Menurut Hwari ( 2008 ) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terpai memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistic yaitu :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress dengan cara :
 Makan teratur
 Tidur cukup
b. Terapi psikofarmaka ( obat anti cemas ( anxiolytic )
c. Terapi somatic ( apat diberikan obat dengan tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi.
e. Terapi psikoreligius.

10.Pengkajian Ansietas
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
a. Identitas pasien mencakup (nama, No.RM, umur, Jenis
kelamin, Pekerjaan, Agama, status, tanggal MRS, tanggal
pengkajian).
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utamaseharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,
Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan keluarga
d. Psikologis
 Integritas Ego

8
a Ansietas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Merasa bingung Mengeluh pusing
Anoreksia
Merasa khawatir dengan Palpitasi
akibat dari kondisi yang Merasa tidak berdaya
dihadapi
Sulit berkonsentrasi Frekuensi napas meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Tampak gelisah Tekanan darah meningkat
Diaforesis
Tampak tegang Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Sulit tidur Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi pada masa lalu

11.Diagnosis Ansietas
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak
terpenuhi, krisis maturasional, Ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan,
disfungsi sistem keluarga,hubungan orang tua – anak tidak
memuaskan, faktor keturunan (tempramen mudahteragitasisejak
lahir), penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan (mis.
Toksin,polutan,dll), kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit
tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi,merasa tidak berdaya,
frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah

9
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,
kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masalalu.

12.Intervensi Keperawatan Ansietas

N
DX Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
o

1 Ansietas Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA


intervensi keperawatan
selama .... X .... Jam REDUKSI ANSIETAS
maka tingkat ansietas
menurun dengan kriteria Observasi
hasil :
1) Identifikasi saat 1) Mengetahui tingkat
- Verbalisasi
tingkat ansietas ansietas pada pasien
kebingungan
menurun (skor 5) (mis. Kondisi,
2) Mengetahui kemampuan
waktu, stressor)
pengambilan keputusan
- Verbalisasi 2) Identifikasi

khawatir akibat kemampuan


3) Mengetahui tanda-tanda
kondisi yang mengambil
ansietas pasien
dihadapi menurun keputusan

(skor 5)
3) Monitor tanda-

- Prilaku gelisah tanda ansietas

menurun (skor 5) (verbal dan non


verbal
- Frekuensi Terapeutik
pernapasan 4) Membantu menciptakan
menurun (16- 4) Ciptakan suasana suasana terapeutik untuk

10
20x/menit) (skor terapeutik untuk menumbuhkan
5) menumbuhkan kepercayaan
kepercayaan 5) Membantu pasien untuk
- Tekanan darah 5) Temani pasien mengurangi kecemasan
menurun (90/60- untuk mengurangi
120/80) (skor 5) kecemasan, jika
memungkinkan
- Diaphoresis 6) Membantu kenyamanan
menurun (skor 5) 6) Pahami situasi pasien

yang membuat
anisetas
7) Agar pasien merasa

7) Dengarkan dihargai

dengan penuh
perhatian
8) Membantu pasien agar
tenang dan merasa yakin
8) Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
9) Membantu menciptakan
kenyamanan pasien
9) Tempatkan
barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan 10) Agar pasien mengetahui
hal yang memicu
10) Motivasi
kecemasan
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan 11) Agar pasien mengetahui

11
perencanaan realistis
11) Diskusikan tentang peristiwa yang
perencanaan akan datang
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

Edukasi 12) Agar pasien mengetahui


sensasi yang mungkin
12) Jelaskan dialami
prosedur,termasu
k sensasi yang
mungkin dialami 13) Agar pasien mengetahui
pengobataannya dengan

13) Informasikan jelas

secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
14) Agar pasien merasa
prognosis
tenang dan nyaman

14) Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
15) Agar pasien melakukan
pasien, jika perlu
hal-hal yang bersifat
kompetitif
15) Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak
kompetitif,sesuai

12
kebutuhan 16) Agar mengetahui
perasaan dan persepsi
pasien
16) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan 17) Membantu
persepsi menghilangkan
ketegangan pada pasien
17) Latih kegiatan
pengelihatan
untuk mengurangi 18) Membantu dalam
ketegangan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
18) Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri 19) Membantu teknik

yang tepat relaksasi pada pasien

19) Latih teknik


relaksasi
20) Membantu agar

Kolaborasi mengurangi rasa


kecemasan pada pasien

20) kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu

(TERAPI RELAKSASI)
1. Untuk mengetahui kondisi
umum pasien serta Gejala
Observasi
lain yang mengganggu

13
kemampuan kognitif
1) Identifikasi
penurunan tingkat
energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi,
atau gejala lain
yang
2. untuk mengetahui teknik
mengganggu
relaksasi yang efektif
kemampuan
digunakan
kognitif

2) Identifikasi teknik
3. Untuk memudahkan
relaksasi yang
proses relaksasi pada
pernah efektif
pasien
digunakan

3) Identifikasi
kesediaan,
kemampuan, dan 4. Untuk mengetahui
penggunaan kemampuan pasien dalam
teknik relaksasi
sebelumnya

4) Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi, 5. Untuk mengetahui respon
tekanan darah dan pasien terhadap proses
suhu sebelum dan relaksasi
sesudah latihan

14
5) Monitor respons 1) Untuk menciptakan
terhadap terapi suasana rileks pada
relaksasi pasien

Terapeutik
1) Ciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
2) Agar pasien mengetahui
pencahayaan dan
prosedur relaksasi
suhu ruang
nyaman jika
memungkinkan

2) Berikan informasi
3) Agar pasien merasa lebih
tertulis tentang
nyaman dan rilek
persiapan dan
prosedur teknik 4) Agar pasien lebih rileks
relaksasi

3) Gunakan pakaian
longgar
5) Untuk mengurangi rasa
4) Gunakan nada cemas pada pasien
suara lembut
dengan irama
lambat berirama

5) Gunakan
relaksasi sebagai
strategi
1) Agar pasien

15
penunjang dengan mengetahui
analgetik atau tujuan, manfaat
tindakan medis dan jenis
lain, jika sesuai relaksasi yang
digunakan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis
relaksasi yang 2) Untuk

tersedia (mis. memudahkan

Musik, proses relaksasi

meditasi,napas pada pasien

dalam,relaksasi
otot progresif
3) Agar pasien
menjadi rilek
2) Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
4) Agar pasien lebih
dipilih
rileks

3) Anjurkan
5) Agar pasien
mengambil posisi
terbiasa
nyaman
melakukan
relaksasi dan rasa
4) Anjurkan rileks
cemas dapat
dan merasakan
berkurang
sensasi relaksasi

6) Agar pasien
5) Anjurkan sering
mengetahui

16
mengulangi atau teknik relaksasi
melatih teknik yang benar
yang dipilih

6) Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi

B. KEHILANGAN DAN BERDUKA


1. Pengertian Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan
sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan
sesuatu yang sulit dihindari (Stuart, 2005), seperti kehilangan harta,
kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan. Berduka adalah reaksi
terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan merupakan
suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus
diberikan kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam
melalui proses berduka, sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan
yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian dari proses kehidupan.
Kehilangan dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual,
dipersepsikan, atau sesuatu yang diantisipasi. Jika diperhatikan dari objek
yang hilang, dapat merupakan objek eksternal, orang yang berarti,
lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.
Berbagai hal yang mungkin dirasakan hilang ketika seseorang
mengalami sakit apalagi sakit kronis antara lain sebagai berikut.
- Kesehatan - Kemandirian
- Rasa mengontrol kehidupannya

17
- Kemandirian sendiri
- Rasa mengontrol kehidupannya - Privasi
sendiri - Kesopanan
- Privasi - Gambar diri
- Kesopanan - Hubungan
- Gambar diri - Peran di dalam dan luar rumah
- Hubungan yang telah ada
- Peran di dalam dan luar rumah - Status sosial
yang telah ada - Kepercayaan diri
- Status sosial - Kepemilikan
- Kepercayaan diri - Keamanan keuangan
- Makna produktivitas dan
pemenuhan diri
- Gaya hidup
- Rencana atau impian di masa
depan
- Impian untuk kekal
- Uang
- Rutinitas sehari-hari
- Tidur
- Fungsi seksual
- Aktivitas di waktu luang

Berduka merupakan respons terhadap kehilangan. Berduka


dikarakteristikkan sebagai berikut.
a. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan ketidakyakinan.
b. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila
mengingat kembali kejadian kehilangan.
c. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai
dengan menangis, keluhan sesak pada dada, tercekik, dan
nafas pendek.

18
d. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.
e. Mengalami perasaan berduka.
f. Mudah tersinggung dan marah.

2. Manifestasi Klinis Kehilangan


Sdki, 2017
a. Data Mayor
 Merasa sedih
 Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
 Tidak menerima kehilangan
 Merasa tidak ada harapan
 Menangis
 Pola tidur berubah
 Tidak mampu berkonsentrasi
b. Data Minor
 Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
 Merasa tidak berguna
 Fobia
 Marah
 Tampak panik
 Fungsi imunitas terganggu

3. Klasifikasi Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau
orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan
mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung
oleh seseorang.

19
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang
dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan
atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak
biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan
tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap
keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam
kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain
yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada
arti dan kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang
sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam
waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah
kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian
yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian.

20
4. Tahanapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Kehilangan meliputi fase akut dan jangka panjang.
a. Fase akut
Berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri
atas tiga proses, yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan
kesadaran, serta restitusi.
 Syok dan tidak percaya
Respons awal berupa penyangkalan, secara emosional tidak
dapat menerima pedihnya kehilangan. Akan tetapi, proses ini
sesungguhnya memang dibutuhkan untuk menoleransi
ketidakmampuan menghadapi kepedihan dan secara perlahan
untuk menerima kenyataan kematian.
 Perkembangan kesadaran
Gejala yang muncul adalah kemarahan dengan menyalahkan
orang lain, perasaan bersalah dengan menyalahkan diri sendiri
melalui berbagai cara, dan menangis untuk menurunkan
tekanan dalam perasaan yang dalam.
 Restitusi
Merupakan proses yang formal dan ritual bersama teman dan
keluarga membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima
kenyataan kehilangan.
b. Fase jangka panjang
 Berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih lama.
 Reaksi berduka yang tidak terselesaikan akan menjadi
penyakit yang tersembunyi dan termanifestasi dalam berbagai
gejala fisik. Pada beberapa individu berkembang menjadi
keinginan bunuh diri, sedangkan yang lainnya mengabaikan
diri dengan menolak makan dan menggunakan alkohol.

21
Menurut Schulz (1978), proses berduka meliputi tiga tahapan, yaitu
fase awal, pertengahan, dan pemulihan.
1. Fase awal
Pada fase awal seseoarang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin,
tidak percaya, perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan
tersebut berlangsung selama beberapa hari, kemudian individu
kembali pada perasaan berduka berlebihan. Selanjutnya, individu
merasakan konflik dan mengekspresikannya dengan menangis dan
ketakutan. Fase ini akan berlangsung selama beberapa minggu.
2. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya
perilaku obsesif. Sebuah perilaku yang yang terus mengulang-ulang
peristiwa kehilangan yang terjadi.
3. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu
memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk
melanjutkan kehidupan. Pada fase ini individu sudah mulai
berpartisipasi kembali dalam kegiatan sosial.

Proses kehilangan terdiri atas lima tahapan, yaitu penyangkalan


(denial), marah (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression),
dan penerimaan (acceptance) atau sering disebut dengan DABDA.
Setiap individu akan melalui setiap tahapan tersebut, tetapi cepat atau
lamanya sesorang melalui bergantung pada koping individu dan
sistem dukungan sosial yang tersedia, bahkan ada stagnasi pada satu
fase marah atau depresi.
a. Tahap Penyangkalan (Denial)
Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah
tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari
kenyataan, mengisolasi diri terhadap kenyataan, serta berperilaku

22
seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang. Manifestasi yang
mungkin muncul antara lain sebagai berikut
 “Tidak, tidak mungkin terjadi padaku.”
 “Diagnosis dokter itu salah.”
 Fisik ditunjukkan dengan otot-otot lemas, tremor, menarik
napas dalam, panas/dingin dan kulit lembap, berkeringat
banyak, anoreksia, serta merasa tak nyaman.
 Penyangkalan merupakan pertahanan sementara atau
mekanisme pertahanan (defense mechanism) terhadap rasa
cemas.
 Pasien perlu waktu beradaptasi.
 Pasien secara bertahap akan meninggalkan penyangkalannya
dan menggunakan pertahanan yang tidak radikal.
 Secara intelektual seseorang dapat menerima hal-hal yang
berkaitan dengan kematian, tapi tidak demikian dengan
emosional.
Suatu contoh kasus, saat seseorang mengalami kehilangan akibat
kematian orang yang dicintai. Pada tahap ini individu akan
beranggapan bahwa orang yang dicintainya masih hidup, sehingga
sering berhalusinasi melihat atau mendengar suara seperti biasanya.
Secara fisik akan tampak letih, lemah, pucat, mual, diare, sesak napas,
detak jantung cepat, menangis, dan gelisah. Tahap ini membutuhkan
waktu yang panjang, beberapa menit sampai beberapa tahun setelah
kehilangan.
b. Tahap Marah (Anger)
Tahap kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan
kehilangan. Perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang
diproyeksikan kepada orang lain atau benda di sekitarnya. Reaksi fisik
menunjukkan wajah memerah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan
tangan mengepal. Respons pasien dapat mengalami hal seperti
berikut.

23
 Emosional tak terkontrol.
“Mengapa aku?”
“Apa yang telah saya perbuat sehingga Tuhan menghukum
saya?”
 Kemarahan terjadi pada Sang Pencipta, yang diproyeksikan
terhadap orang atau lingkungan.
 Kadang pasien menjadi sangat rewel dan mengkritik.
“Peraturan RS terlalu keras/kaku.”
“Perawat tidak becus!”
 Tahap marah sangat sulit dihadapi pasien dan sangat sulit
diatasi dari sisi pandang keluarga dan staf rumah sakit.
 Perlu diingat bahwa wajar bila pasien marah untuk
mengutarakan perasaan yang akan mengurangi tekanan emosi
dan menurunkan stres.
c. Tahap Penawaran (Bargaining)
Setelah perasaan marah dapat tersalurkan, individu akan memasuki
tahap tawar-menawar. Ungkapan yang sering diucapkan adalah
“....seandainya saya tidak melakukan hal tersebut. Mungkin semua
tidak akan terjadi ......” atau “misalkan dia tidak memilih pergi ke
tempat itu ... pasti semua akan baik-baik saja”, dan sebagainya.
Respons pasien dapat berupa hal sebagai berikut.
 Pasien mencoba menawar, menunda realitas dengan merasa
bersalah pada masa hidupnya sehingga kemarahan dapat
mereda.
 Ada beberapa permintaan, seperti kesembuhan total,
perpanjangan waktu hidup, terhindar dari rasa kesakitan secara
fisik, atau bertobat.
 Pasien berupaya membuat perjanjian pada Tuhan. Hampir
semua tawar-menawar dibuat dengan Tuhan dan biasanya
dirahasiakan atau diungkapkan secara tersirat atau
diungkapkan di ruang kerja pribadi pendeta.

24
“Bila Tuhan memutuskan untuk mengambil saya dari dunia ini
dan tidak menanggapi permintaan yang diajukan dengan
marah, Ia mungkin akan lebih berkenan bila aku ajukan
permintaan itu dengan cara yang lebih baik.”
“Bila saya sembuh, saya akan…….”
 Pasien mulai dapat memecahkan masalah dengan berdoa,
menyesali perbuatannya, dan menangis mencari pendapat
orang lain.
d. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien
sadar akan penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi.
Individu menarik diri, tidak mau berbicara dengan orang lain, dan
tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah tidur,
letih, dan penurunan libido. Fokus pikiran ditujukan pada orang-orang
yang dicintai, misalnya “Apa yang terjadi pada anak-anak bila saya
tidak ada?” atau “Dapatkah keluarga saya mengatasi permasalahannya
tanpa kehadiran saya?” Depresi adalah tahap menuju orientasi realitas
yang merupakan tahap yang penting dan bermanfaat agar pasien dapat
meninggal dalam tahap penerimaan dan damai. Tahap penerimaan
terjadi hanya pada pasien yang dapat mengatasi kesedihan dan
kegelisahannya.
e. Tahap Penerimaan (Acceptance)
Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan kehilangan.
Fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang.
Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga
sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan
dialihkan kepada objek lain yang baru. Individu akan
mengungkapkan, “Saya sangat mencintai anak saya yang telah pergi,
tetapi dia lebih bahagia di alam yang sekarang dan saya pun harus
berkonsentrasi kepada pekerjaan saya.........”

25
Seorang individu yang telah mencapai tahap penerimaan akan
mengakhiri proses berdukanya dengan baik. Jika individu tetap berada
di satu tahap dalam waktu yang sangat lama dan tidak mencapai tahap
penerimaan, disitulah awal terjadinya gangguan jiwa. Suatu saat
apabila terjadi kehilangan kembali, maka akan sulit bagi individu
untuk mencapai tahap penerimaan dan kemungkinan akan menjadi
sebuah proses yang disfungsional.

5. Bentuk Kehilangan
a. Kehilangan orang bermakna, misalnya seseorang yang dicintai
meninggal atau dipenjara.
b. Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita suatu
penyakit, amputasi bagian tubuh, kehilangan pendapatan, kehilangan
perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan,
dan kehilangan kemampuan seksual.
c. Kehilangan milik pribadi, misalnya benda yang berharga, uang, atau
perhiasan.

6. Pengkajian Kehilangan
a. Faktor Predisposisi
 Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau
dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
akan mengalami kesulitan dalam bersikap optimis dan
menghadapi kehilangan.
 Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan
teratur mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres
dengan lebih baik dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik.

26
 Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki
tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan
berisiko untuk kambuh kembali.
 Pengalaman kehilangan sebelumnya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di masa
kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi kehilangan di masa dewasa.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi
individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi
sakit, kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan
pekerjaan, kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.
c. Perilaku
 Menangis atau tidak mampu menangis.
 Marah.
 Putus asa.
 Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
d. Mekanisme Koping
 Denial
 Regresi
 Intelektualisasi/rasionalisasi
 Supresi
 Proyeksi

7. Diagnosa Keperawatan Berduka


Masalah keperawatan yang sering timbul pada pasien kehilangan
adalah sebagai berikut.
a. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual.
b. Berduka disfungsional.

27
c. Berduka fungsional.
8. Intervensi Berduka
a. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial)
adalah memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya dengan cara berikut.
 Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.
 Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan kehilangan pasien secara emosional.
 Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan
menghukum dan menghakimi.
 Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada
individu yang mengalami kehilangan.
 Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan,
menepuk bahu, dan merangkul.
 Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana,
jelas, dan singkat.
 Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.
b. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah
dengan memberikan dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk
mengungkapkan marahnya secara verbal tanpa melawan
kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah
adalah ekspresi frustasi dan ketidakberdayaan.
 Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah,
menangis).
 Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.
 Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
c. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar
(bargaining) adalah membantu pasien mengidentifikasi perasaan
bersalah dan perasaan takutnya.
 Amati perilaku pasien.

28
 Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.
 Tingkatkan harga diri pasien.
 Cegah tindakan merusak diri.
d. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah
mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu
pasien mengurangi rasa bersalah.
 Observasi perilaku pasien.
 Diskusikan perasaan pasien.
 Cegah tindakan merusak diri.
 Hargai perasaan pasien.
 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.
 Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.
 Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.
e. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance)
adalah membantu pasien menerima kehilangan yang tidak dapat
dihindari dengan cara berikut.
 Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.
 Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.

C. HALUSINASI
1. Pengertian Halusinasi
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang
bermakna secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri,
dkk. (2013) menegaskan “The term hallucination comes from the
Latin “hallucination”: to wander mentally or to be absent-minded”.
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005).
Halusinasi adalah perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal
maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang,
berlebihan, atau terdistrosi. (SDKI,2017).

29
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
merasakan suatu stimulus yang sebenernya tidak ada. Klien
mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman.
Pada gangguan halusinasi penglihatan, misalnya klien melihat suatu
bayangan menakutkan, padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah
satu manifestasi yang timbul adalah halusinasi membuat klien tidak
dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari. Halusinasi merupakan
salah satu dari sekian bentuk psikopatologi yang paling parah dan
membingungkan. Secara fenomenologis, halusinasi adalah gangguan
yang paling umum dan paling penting. Selain itu, halusinasi dianggap
sebagai karakteristik psikosis.

2. Etiologi Halusinasi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter
gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Faktor psikologis
pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih
sayang, atau overprotektif.
c. Sosio budaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian,
hidup sendiri), serta tidak bekerja.

30
3. Klasifikasi Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar
70% halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi
dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan, dan perabaan. Pengkajian dapat
dilakukan dengan mengobservasi perilaku klien dan menanyakan
secara verbal apa yang sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi
pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan,
halusinasi penghidu, halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan
cara mengobservasi perilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji
melalui wawancara dengan klien. Berikut ini merupakan deskripsi
kelima jenis halusinasi:
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar atau  Mengarahkan telinga pada  Mendengar suara atau bunyi
Suara sumber suara gaduh
(Auditory hearing voices  Marah marah tanpa sebab  Mendengar suara yan
or yang jelas menyuruh untuk melakukan
soundsHallucinations)  Bicara atau tertawa sendiri sesuatu yang berbahaya
 Menutup telinga  Mendengar suara yang
mengajak bercakap cakap
 Mendengar suara orang yang
sudah meninggal.

Halusinasi Penglihatan  Ketakutan pada sesuatu atau  Melihat makhluk tertentu,


(Visual Hallucinations) objek yang dilihat bayangan, seseorang yang
 Tatapan mata menuju tempat sudah meninggal, sesuatu yang
tertentu menakutkan atau hantu,
 Menuju kearah tertentu cahaya.

Halusinasi Pengecapan  Adanya tindakan mengecap  Klien seperti sedang


(Gustatory sesuatu, gerakan mengunyah, merasakan makanan atau rasa
Hallucinations) sering meludah atau muntah tertentu, atau mengunyah
sesuatu.

Halusinasi Penghidung  Adanya gerakan cuping  Mencium bau dari bau-bauan


(Olfactory hidung karena mencium tertentu, seperti bau mayat,
Hallucibnations) sesuatu atau mengarahkan makanan, feses, bayi atau
hidung pada tempat tertentu parfum

31
 Klien sering mengatakan
bahwa ia mencium suatu bau
 Halusinasi penciuman sering
menyertai klien demensia,
kejang, atau penyakut
serebrovaskular.

Halusinasi Perabaan  Menggaruk – garuk  Klien mengatakan ada sesuatu


(Tactile Hallucinations) permukaan kulit yang menggerayangi tubuh,
 Klien terlihat menatap seperti tangan, serangga, atau
tubuhnya dan terlihat makhluk halus
merasakan sesuatu yang  Merasakan sesuatu di
seputar tubuhnya permukaan kulit, seperti rasa
yang sangat panas dan dingin,
atau rasa tersengat aliran
listrik.

4. Tingkat Halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I
hingga tingkat IV.

Tabel. Tingkat, Karakteristik, dan Perilaku Halusinasi

Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien


Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah,  Menggerakkan bibir tanpa
Tingkat ansietas sedang dan ketakutan suara
Halusinasi merupakan  Mencoba berfokus pada  Menggerakkan mata
suatu kesenangan pikiran yang dapat dengan cepat
menghilangkan ansietas  Respons verbal yang lambat
 Pikiran dan pengalaman  Diam dan konsentrasi
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran (jika ansietas
dikontrol)

32
Tingkat II  Pengalaman sensori  Peningkatan sistem saraf
Menyalahkan menakutkan otak, tanda-tanda ansietas,
Tingkat ansietas berat  Mulai merasa seperti peningkatan denyut
Halusinasi kehilangan kontrol jantung, pernapasan, dan
menyebabkan rasa  Merasa dilecehkan oleh tekanan darah
antipati pengalaman sensori  Rentang perhatian
tersebut menyempit
 Menarik diri dari orang  Konsentrasi dengan
lain pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
realita
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi ditaati
Mengontrol tingkat menerima pengalaman  Sulit berhubungan dengan
ansietas berat sensorinya orang lain
pengalaman sensori  Isi halusinasi menjadi  Rentang perhatian hanya
tidak dapat ditolak lagi atraktif beberapa detik atau menit
 Kesepian bila  Gejala fisik ansietas berat
pengalaman sensori berkeringat, tremor, dan
berakhir tidak mampu mengikuti
PSIKOTIK perintah
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasai tingkat menjadi ancaman  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau bunuh diri
diatur dan dipengaruhi berlangsung selama  Tindakan kekerasan agitasi,
oleh waham beberapa jam atau hari menarik diri, atau katatonia
PSIKOTIK  Tidak mampu merespons
perintah yang kompleks
 Tidak mampu merespons
terhadap lebih dari satu

33
orang

5. Manifestasi Klinis Halusinasi


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi
adalah:
a. Data Mayor
 Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
 Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.
 Distrosi sensori
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
b. Data Minor
 Menyatakan kesal
 Menyendiri
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
 Curiga
 Melihat ke satu arah
 Mondar – mandir
 Bicara

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.

34
7. Patways
Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis gangguan persepsi
sensori :

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi


(Pendengaran, penglihatan, pengecapan,
perabaan, dan penciuman)

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah kronis

(Sumber : Sutejo,2018)

8. Penatalaksanaan Medis Halusinasi


Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah
dengan pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Stuart, Lara-ia,
2005) yaitu :
a. Psikofarmakologis , obat yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada
klien skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok
yang umum digunakan adalah Fenotiazin (Tindal),
Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine (Prolixine, Permitil),
Mesoridazin (Seren-til), Perfenazin (Trilafon), Proklorperazin
(Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin (Mellaril),
Trifluoperazin (Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-120
mg, Tioksanten Klorprotiksen (Tarac-tan), Tiotiksen (Navane)
75-600 mg, Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100mg,

35
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg,
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg,
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg.
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

9. Pengkajian Keperawatan Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart (2013) yang meliputi
stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
 Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor
herediter gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.
 Faktor psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan
adanya kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
 Sosio budaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah,
riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,
tingkat pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan
sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya aturan atau tuntutan dikeluarga

36
atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik
antar masyarakat.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi
adalah:
Data Mayor
 Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
 Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.
 Distrosi sensori
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
Data Minor
 Menyatakan kesal
 Menyendiri
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
 Curiga
 Melihat ke satu arah
 Mondar – mandir
 Bicara
d. Gejala Klinis
 Glaukoma
 Katarak
 Gangguan refraksi (miopi, hiperopia, astigmatisma,
presbiopia)
 Trauma okuler

37
 Trauma pada saraf kranialis II, III, IV dan VI akibat stroke,
aneurisma intrakranial, trauma/tumor otak).
 Infeksi okuler
 Presbikusis
 Malfungsi alat bantu dengar
 Delirium
 Demensia
 Gangguan amnestik
 Penyakit terminal
 Gangguan psikotik

10.Diagnosa Keperawatan Halusinasi


Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosa
keperawatan halusinasi adalah
a. Gangguan persepsisensori
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah kronis
d. Resiko prilaku kekerasan

38
11.Intervensi Keperawatan Halusinasi
Dx.
N
Keperawata Rencana Tindakan Keperawatan
o
n
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan TUM: Setelah dilakukan asuhan SIKI : Hubungan saling percaya
Persepsi Klien dapat keperawatan 15 menit 1. Bina hubungan saling percaya merupakan langkah awal
Sensori mengontrol halusinasi dalam 1 x pertemuan dengan : untuk melakukan
yang dialaminya diharapkan TUK dapat - Beri salam setiap berinteraksi interaksi.
TUK 1: tercapai dengan kriteria
- Perkenalkan diri, nama
Klien dapat membina hasil sebagai berikut:
hubungan saling - Wajah cerah, panggilan perawat, dan tujuan
percaya tersenyum perawat berkenalan
- Mau berkenalan - Tanyakan dan panggil nama
- Ada kontak mata kesukaan pasien
- Bersedia - Tunjukan sikap jujur dan
menceritakan menepati jani setiap kali
perasaan berinteraksi
- Bersedia - Tanyakan perasaan dan masalah
mengungkapkan yang dihadapi pasien
masalahnya - Buat kontrak interaksi yang
jelas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
pasien
TUK 2: Setelah dilakukan asuhan 2.1 Adakah kontak matasering dan Dengan mengenal
Pasien dapat mengenal keperawatan 15 menit singkat secara bertahap hasusinasi pasien kita

40
halusinasinya dalam 1 x pertemuan 2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dapat memberikan
diharapkan TUK dapat halusinasinya : bicara dan tertawa tindakan yang tepat
tercapai dengan kriteria tanpa stimulus, memandang kekiri untuk pasien
hasil sebagai berikut: atau ke kanan atau seolah-olah ada
- Pasien dapat teman bicara
menyebutkan waktu, 2.3 Bantu klien mengenali
isi, frekuensi halusinasinya
a. Apakah ada suara yang
timbulnya halusinasi
didengar
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan : apa yang dikatakan
c. Katakana bahwa perawat
percaya klien mendengar suara
itu, namun perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)

2.4 Diskusikan dengan klien


a. Situasi yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasinya
b. Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang , sore,
dan malam atau jika sendiri,

41
jengkel,atau sedih)

2.5 Diskusikan dengan klien apa yang


dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih senang) beri
kesempatan mengungkapkan
perasaannya
TUK 3: Setelah dilakukan asuhan 1.1 Identifikasi bersama klien cara Dengan ini pasien
Pasiendapatmengontro keperawatan selama 15 tindakan yang dilakukan jika dapat mengetahui
l halusinasinya menit dalam 2 x pertemuan terjadi halusinasi (tidur, marah, bagai mana cara
diharapkan TUK dapat mengontrol/mencega
menyibukkan diri, dll)
tercapai dengan kriteria h halusinasinya
hasil : 1.2 Diskusikan manfaat cara yang
- Klien dapat dilakukan klien, jika bermanfaat
menyebutkan cara beri pujian
baru untuk mengontrol 1.3 Diskusikan cara baru untuk
halusinasinya memutus atau mengontrol
- Klien dapat memilih halusinasi :
cara mengatasi a. Katakana “saya tidak mau
halusinasi seperti yang dengar kamu” (pada saat
telah didiskusikan halusinasi terjadi)
dengan klien b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota/kelua
rga) untuk bercakap-
cakapatau mengatakan
halusinaso yang didengar
3.4 Bantu klien memilih dan melatih

42
cara memutus halusinasi secara
bertahap
TUK 4: Setelah dilakukan asuhan a. Diskusikan dengan klien tentang Minum obat dapat
Klien dapat keperawatan selama 15 membatu proses
manfaat dan kerugian tidak minum
memanfaatkan obat menit dalam 1 kali penyembuhkan
dengan baik pertemuan diharapkan obat, nama, warna, dosis, cara, efek penyakit klien
TUK 4 tercapai dengan
terapi, dan efek samping
kriteria hasil :
- Klien dapat penggunaan obat
mendemonstras b. Pantau klien saat penggunaan obat
ikan
c. Beri pujian jika klien menggunakan
penggunaan
obat secara obat dengan benar
benar d. Diskusikan berhenti minum obat
- Klien dapat
tanpa konsultasi dengan dokter
memahami
akibat berhenti
minum obat
- Klien dapat
mengetahui
Nama, warna,
dosis, efek
terapi, efek
samping obat

43
TUK 5: Setelah 1 kali pertemuan, 5.1 Anjurkan klien untuk memberitahu Keluarga memahami
Klien dapat dukungan keluarga dapat membina
keluarga jika mengalami halusinasi pengetahuan tentang
dari keluarga dalam hubungan dengan perawat
mengontrol halusinasi. - Keluarga dapat 5.2 Diskusikan dengan keluarga (pada halusinasi dan
menyebutkan saat berkunjung/pada saat kunjungan menambah pengetahuan
pengertian, tanda dan
rumah). keluarga cara merawat
kegiatan untuk
mengendalikan a. Gejala halusinasi yang dialami anggota keluarga yang
halusinasi. pasien mempunyai masalah
b. Cara yang dapat dilakukan klien halusinasi.
dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga
untuk memutus halusinasi di
rumah, beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.

44
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. S DENGAN
ANSIETAS
1. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 67 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Tgl. Pengkajian : 22 Januari 2019

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan cemas karena gula darahnya naik dan merasa pusing.

III. PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Predisposisi: klien mengatakan tidak ada gangguan jiwa dalam
keluarganya, pernah dirawat di rumah sakit beberapa hari karena penyakit
diabetesnya kambuh, klien mengatakan hubungan dengan menantu dari
anak pertama kurang baik.
Presipitasi: klien mengatakan akhir-akhir ini, kurang lebih satu minggu,
mempunyai banyak pikiran mengenai penyakitnya, makan kurang teratur.

IV. FISIK
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Respiratory Rate : 18 x/mnt
Heart Rate : 96 x/mnt
Berat Badan : 63 kg
Gula Darah Sewaktu : 286
45
Keluhan fisik : Pusing, lemes.
Riwayat penyakit : Diabetes Mellitus kurang lebih selama 2 tahun

V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Ny.
Tn. S
S
Tn. W

Tn. J Ny. Tn. N


W

Keterangan:
: Laki-laki Meninggal : Perempuan meninggal

: Laki-laki : Perempuan

: Klien, pengambil keputusan : Tinggal Serumah

: Cerai

B. Konsep Diri
1. Body Image
Klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya, yang
paling disukai adalah bagian mata.
2. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak tunggal dan
bersyukur dilahirkan sebagai perempuan karena bisa melahirkan
anak.
3. Peran

46
Klien mengatakan tidak bekerja, ketika dirumah aktivitasnya
adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
4. Ideal diri
Klien mengatakan walaupun punya penyakit gula tetapi beliau
ingin agar tetap sehat supaya dapat mengerjakan pekerjaan rumah
dan mengurus rumah dengan baik sehingga tidak merepotkan anak-
anaknya yang sudah berkeluarga. Klien mengungkapkan bahwa
semenjak usia bertambah ia merasa mudah tersinggung, oleh
karena itu ia memilih untuk tinggal sendiri sehingga tidak ada
perselisihan dengan anaknya maupun menantunya. Adapun
mengenai kematian, beliau berharap bisa meninggal dengan tenang
tanpa ada kekambuhan penyakit.
5. Harga diri
Klien mengatakan ia memahami bahwa ia sudah lanjut usia
sehingga ia tidak bisa se-produktif dulu saat masih muda.

C. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Klien mengatakan saat ini orang yang berarti adalah anak
perempuannya yang sering memperhatikan beliau dan juga cucu-
cucunya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan cukup aktif mengikuti kegiatan seperti
pengajian, arisan RT yang diadakan satu bulan sekali.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jarang berhubungan dengan tetangga karena
tetangganya sibuk bekerja dan kebanyakan pulang di sore hari,
hanya jika ada waktu yang benar-benar luang baru bisa
berkomunikasi dengan tetangga, kadang-kadang ada anak kecil
dari tetangga sebelah main ke rumahnya, hubungan dengan
tetangga cukup baik.

47
D. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian dari
Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang terjadi dalam
kehidupannya.
2. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun serta mengikuti
pengajian yang diadakan di RT setempat.

VI. STATUS MENTAL


A. Penampilan
Klien Nampak rapi, baju bersih rambut diikat dengan rapi
B. Pembicaraan
Pembicaraan jelas dan mudah dimengerti.
C. Aktifitas motorik
Klien nampak cukup aktif beraktivitas ditandai dengan kondisi rumah
yang tertata rapi, klien tampak lemes.
D. Alam perasaan
Klien mengungkapkan rasa cemasnya karena gula darahnya yang naik
disertai dengan kepala pusing, klien merasa sedih.
E. Afek
Sesuai.
F. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, terlihat sedikit cemas dan gelisah ditandai dengan
ekspresi wajah yang sedih.
G. Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi.
H. Proses fikir
Tidak ada gangguan proses fikir.
I. Isi fikir
Tidak ada gangguan pada isi fikir

48
J. Waham
Tidak ada waham.
K. Tingkat kesadaran
Composmentis.
L. Memori
Memori masih baik, mampu menceritakan pengalaman masa lalu.
M. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi dan berhitung masih baik.
N. Kemampuan penilaian
Klien dapat memilih pilihan yang diinginkan seperti misalnya ketika
sakit ia memilih periksa ke tenaga kesehatan dan beristirahat terlebih
dahulu daripada mengerjakan pekerjaan rumah yang memberatkan.
O. Daya tilik diri
Klien tahu bahwa ia mengalami kecemasan terhadap kondisi
kesehatannya dan terkait komunikasi dengan anak-anaknya.

VII. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


A. Makan
Klien mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi nasi sedikit
yaitu satu centong, makan sayur dan daging porsi cukup. Sebelum
makan pasti minum obat diabetes.
B. BAB/BAK
BAK dalam satu hari kurang lebih 5 kali, BAB rutin 1 hari sekali.
C. Istirahat Tidur
Klien mengatakan tidurnya sudah cukup nyenyak, tidur jam 9 malam,
jam 12 malam bangun dan sholat, setelah itu tidur lagi dan jam
setengah 5 bangun pagi dan melakukan pekerjaan rumah.

VIII. PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

49
Klien mengatakan cukup teratur untuk kontrol di Petugas Kesehatan.
Setiap kali obat habis pasti kontrol kesehatan. Obat yang dikonsumsi
adalah glucobalamin, beliau tahu manfaat obat tersebut untuk mengatur
kadar insulin dalam darah. Klien rutin minum obat sebelum makan.

IX. KEGIATAN SEHARI-HARI


A. Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan menyiapkan makanan sendiri, beliau sudah cukup
memahami makanan mana yang di makan agar kadar gula darah dalam
tubuh bisa stabil, semua pekerjaan rumah dan kebutuhan sehari-hari
diatur sendiri, klien mendapatkan uang dari anak-anaknya, terutama
dari anak perempuannya.
B. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan belanja keperluan sehari-hari sendiri, apabila
bepergian naik kendaraan umum, menghadiri acara pengajian dan
arisan RT setempat.

X. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan apabila ada permasalahan yang dihadapi, ia melakukan
refreshing dengan cara merawat tumbuhan yang ditanaminya didepan
rumah.

XI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan tidak begitu suka dengan menantunya dari anak
pertama, dulu beliau sempat pernah tinggal bersama dengan anak
pertamanya, tetapi beliau merasa tidak diperhatikan contohnya memang
benar beliau ditawari mau makan apa, setelah itu dibelikan tetapi tidak
diberitahukan kepada klien bahwa makanan itu adalah miliknya, jadi
beliau pernah sampai sore tidak makan, selain itu klien mengatakan bahwa
menantunya jarang mengajak komunikasi. Oleh sebab-sebab seperti itu,
beliau memutuskan untuk tinggal dirumah sendiri saja agar tidak

50
merepotkan anak-anaknya dan hatinya bisa tenteram, karena beliau adalah
orang yang mudah tersinggung.
Hubungan dengan tetangga tidak ada masalah yang berarti.

XII. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi kecemasan.

ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS: Ansietas berhubungan dengan
- Klien mengatakan cemas karena ancaman pada status kesehatan.
gula darahnya naik dan merasa
pusing.
- Klien mengatakan akhir-akhir
ini, kurang lebih satu minggu,
mempunyai banyak pikiran
mengenai penyakitnya.
DO:
- Tekanan Darah : 140/90
mmHg
- Gula Darah Sewaktu : 286
- Keluhan fisik : Pusing,
lemes.
- Skor Hars : kecemasan sedang
- Riwayat penyakit :
Diabetes Mellitus kurang lebih
selama 2 tahun

2 DS: Resiko Ketidakberdayaan


- Klien mengungkapkan bahwa

51
semenjak usia bertambah ia
merasa mudah tersinggung,
oleh karena itu ia memilih
untuk tinggal sendiri sehingga
tidak ada perselisihan dengan
anaknya maupun menantunya.
DO:
- Berdasarkan kuesioner tumbuh
kembang psikososial Tim
Pascasarjana Keperawatan Jiwa
UI menunjukkan bahwa klien
merasa tidak dicintai dan berarti
dalam keluarga.
- Berdasarkan kuesioner tumbuh
kembang psikososial Tim
Pascasarjana Keperawatan Jiwa
UI menunjukkan bahwa
menurut klien, keluarga tidak
memfasilitasi kegiatan sosial,
kelompok dan agama sebab
klien menghendaki untuk
tinggal sendiri (tidak bersama
anaknya), jadi apapun kegiatan
dilakukan sesuai keinginan
klien bukan dorongan dari
anak-anaknya.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

52
1 Ansietas pada lansia Health education (5510)
1. Kaji pengetahuan lansia mengenai
kecemasan.
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
a. Tanda dan gejala psikis yang muncul
pada kecemasan
b. Tanda dan gejala fisik yang muncul pada
kecemasan
c. Cara menangani kecemasan dengan
- Nafas dalam
- Terapi SEFT
- Terapi Spiritual
Activity therapy: Senam Lansia

3. Resiko Ketidakberdayaan Health education (5510)


pada lansia 1. Kaji pengetahuan warga tentang karakteristik
lansia.
2. Beri pendidikan kesehatan mengenai
a. Ciri-ciri perkembangan lansia yang
normal dan tidak normal
b. Penanganan yang bisa dilakukan
keluarga dalam menghadapi lansia
dengan perkembangan tidak normal
c. Cara menstimulasi perkembangan lansia
Activity therapy : Senam Lansia
Hemodinamik Status
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Ukur gula darah sewaktu

53
54
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ANSIETAS
No Hari/Tanggal No Implementasi Respon
Dx
1 Senin, 19 Des 1,2 1. Membina S:
2019 hubungan saling - Klien mengatakan
Pukul 13.00 percaya. bersedia untuk diberikan
WIB 2. Melakukan asuhan keperawatan
pengkajian kesehatan mental.
mengenai tingkat - Klien mengatakan belum
kecemasan klien. tahu pasti cara untuk
mengontrol kecemasan
O:
- Klien kooperatif
- Skala hars menunjukkan
pada kecemasan tingkat
sedang.
2 Selasa, 20 Des 1,2 1. Melakukan S:
2019 pengkajian status - Klien menanyakan
Pukul 14.30 mental dengan apakah tekanan
WIB SPSMQ darahnya normal atau
2. Mengukur tanda- tidak.
tanda vital - Klien mengucapkan
terima kasih.
O:
- Tanda-tanda vital : TD:
140/90 mmHg, HR: 96
x/mnt, RR: 18 x/mnt.
- Pengkajjian SPSMQ
menunjukkan bahwa
status mental klien
masih dalam kondisi

55
baik.
3 Minggu, 25 1,2 1. Terapi Aktivitas S :
Des 2019 Kelompok Lansia - Klien mengatakan lebih
Pukul 08.10 : Senam Lansia. segar setelah melakukan
WIB 2. Pendidikan senam.
kesehatan tentang - Klien mengatakan
Hipertensi dan senang mengikuti senam
Cara Mengatasi karena bisa berkumpul
kecemasan karena dengan warga lain.
hipertensi: tarik - Klien mengatakan akan
nafas dalam dan menggunakan teknik
diit Hipertensi. nafas dalam apabila
kecemasan muncul.
O:
- Klien mengikuti senam
lansia dan pendidikan
kesehatan sampai
selesai.
- Klien terlihat antusias
mendengarkan
pendidikan .kesehatan
yang diberikan
mahasiswa
- Klien juga aktif bertanya
tentang keluhan mereka
masing-masing tentang
Hipertensi dan
kecemasan yang
dialaminya.
4 Rabu, 28 Des 1 Memberikan S:
pendidikan kesehatan - Klien mengatakan akan

56
2019 tentang kecemasan melakukan terapi SEFT
Pukul 16.00 dan terapi SEFT dan setelah sembahyang di
WIB spiritual untuk pagi hari disertai dengan
mengurangi doa.
kecemasan klien. O:
- Klien kooperatif.
- Klien tampak bisa
melakukan terapi SEFT
dengan baik.
5 Jumat, 30 Des 1,2 Terapi Aktivitas S:
2019 Kelompok Lansia : - Klien mengatakan akan
Pukul 08.00 Senam Lansia. mengikuti senam selama
WIB bisa.
O:
- Senam lansia di lakukan
di mushola dusun dan
diikuti oleh 34 orang
lansia dan pra lansia
dusun Gunung sari
- Klien terlihat antusias
mengikuti gerakan
senam yang dicontohkan
oleh mahasiswa
6 Jumat, 30 Des 1,2 Pendidikan kesehatan S :
2019 tentang pentingnya - Klien mengatakan
Pukul 08.30 kesehatan Mental. kesehatan mental itu
WIB sangat penting mbak,
tapi kadang melakukan
cara untuk
meningkatkan kesehatan
mental itu tidak mudah

57
karena kadang sering
terhanyut dengan
masalah yang dihadapi.
O:
- Klien bersama lansia
yang mengikuti senam
lansia dan pendidikan
kesehatan sampai akhir
dan tidak pulang
sebelum pendidikan
kesehatan selesai.
- Klien terlihat antusias
mendengarkan
pendidikan kesehatan
yang diberikan
mahasiswa
- Beberapa lansia juga
aktif bertanya tentang
keluhan mereka masing-
masing tentang stress
atau kecemasan yang
mereka alami.
8 Selasa, 2 Jan 1 1. Mengevaluasi S:
2020 terapi spiritual - Klien mengatakan
Pukul 14.00 dan SEFT untuk dengan melakukan
WIB 2 menurunkan sembahyang dan SEFT
1 kecemasan. ia merasakan lebih
2. Mengukur tanda- tenang, nyaman dan
1,2 tanda vital. ikhlas.
3. Melakukan - Klien mengatakan akan
2 pemeriksaan gula melakukan terapi

58
darah. spiritual dan SEFT
4. Mengeksplore secara rutin.
perasaan klien. - Klien mengatakan
5. Memberikan sangat senang dengan
pendidikan adanya keberadaan
kesehatan mahasiswa.
mengenai tumbuh - Klien mengatakan baru
kembang mengerti bahwa ada
psikososial pada tahapan tumbuh
lansia. kembang psikososial
lansia yang normal.
O:
- TTV: TD: 130/90
mmHg, HR: 98 x/mnt,
RR: 19 x/mnt, GDS: 165
- Klien terlihat sangat
memperhatikan dan
antusias mengenai
pendidikan kesehatan
tumbuh kembang
psikososial pada lansia.
9 Senin, 9 Jan 1,2 1. Melakukan S:
2020 pengukuran - Klien mengatakan
Pukul 16. 00 kembali skala bahwa sekarang
WIB kecemasan kecemasannya sudah
dengan HARS. mulai terkontrol cukup
2. Mengukur tanda- baik dan merasa lebih
tanda vital. rileks.
3. Mengukur gula - Klien mengatakan
darah. mencapatkan manfaat
4. Mengevaluasi dari terapi tersebut.

59
terapi spiritual - Klien mengatakan
dan SEFT. senang karena kadar
gula darah sudah
berangsur turun.
O:
- Berdasarkan pengkajian
kecemasan dengan
HARS mendapatkan
hasil tidak ada
kecemasan.
- TTV: TD: 130/80
mmHg, HR: 88 x/mnt,
RR: 18 x/mnt, GDS: 142

60
EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi Sumatif
1 Ansietas berhubungan dengan S:
ancaman pada status kesehatan. - Klien mengatakan bahwa
sekarang kecemasannya sudah
mulai terkontrol cukup baik dan
merasa lebih rileks.
- Klien mengatakan mencapatkan
manfaat dari terapi tersebut.
- Klien mengatakan senang
karena kadar gula darah sudah
berangsur turun.
- Klien mengatakan dengan
melakukan sembahyang dan
SEFT ia merasakan lebih
tenang, nyaman dan ikhlas.
- Klien mengatakan akan
melakukan terapi spiritual dan
SEFT secara rutin.
- Klien mengatakan sangat
senang dengan adanya
keberadaan mahasiswa.
O:
- Berdasarkan pengkajian
kecemasan dengan HARS
mendapatkan hasil tidak ada
kecemasan.
- TTV: TD: 130/80 mmHg, HR:
88 x/mnt, RR: 18 x/mnt, GDS:
142
- Klien kooperatif, klien tampak
lebih rileks.
A:
Masalah ansietas teratasi.
P:
- Lanjutkan penggunaan terapi
spiritual, nafas dalam dan SEFT
untuk mengurangi kecemasan.
- Kontrol diit diabetes mellitus.

2 Resiko Ketidakberdayaan S:
- Klien mengatakan kesehatan
mental itu sangat penting mbak,
tapi kadang melakukan cara
untuk meningkatkan kesehatan
mental itu tidak mudah karena
kadang sering terhanyut dengan
masalah yang dihadapi.
- Klien mengatakan baru
mengerti bahwa ada tahapan
tumbuh kembang psikososial
lansia yang normal.
- Klien mengatakan lebih segar
setelah melakukan senam.
- Klien mengatakan senang
mengikuti senam karena bisa
berkumpul dengan warga lain.

O:
- Senam lansia di lakukan di
mushola dusun dan diikuti oleh
34 orang lansia dan pra lansia
dusun Gunung sari
- Klien terlihat antusias
mengikuti gerakan senam yang
dicontohkan oleh mahasiswa.
- Klien mengikuti senam lansia
dan pendidikan kesehatan
sampai selesai.
- Klien terlihat antusias
mendengarkan
pendidikan .kesehatan yang
diberikan mahasiswa
- Klien juga aktif bertanya
tentang keluhan mereka
masing-masing tentang stress
atau kecemasan yang mereka
alami.
A:
Resiko ketidakberdayaan teratasi
P:
- Tetap mempertahankan terapi
aktivitas kelompok: senam
lansia.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEHILANGAN


DAN BERDUKA
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
1) Nama : Ny. R
2) Umur : 65 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : IRT
6) Alamat : Slawi
II. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama Penanggungjawab : Tn. K
2) Umur : 37 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Petani
6) Hubungan dengan pasien : Anak

III. Keluhan Utama


Saat pengkajian Tn. Kmengatakan ibunya murung, tidak mau
makan,jika mau makan tidak habis dan harus disuapi, hal ini
dilakukansetelah ditinggal pergi suamniya yang meninggal dunia
seminggu yang lalu. Tn. K juga mengatakan bahwa ibunya selalu
memangis dan tampak lemah. Keluarga sangat cemas dengan kondisi
ibunya.

IV. Keluhan Fisik


Ny. Rmengatakantidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.
V. Pemeriksaan Fisik
1) TTV
TD : 100 / 60 mmHg
HR : 80 x/ menit
RR : 22 x/menit
T : 36,7oC
2) Antropometri
BB : 48 Kg
TB : 155 cm

VI. Psikososial
1) Konsep diri
a. Gambaran diri
Ny.R mengatakan merasa bersalah atas meninggalnya suami
b. Identitas
Ny.R mengatakan dirinya seorang istri dan seorang ibu dari 2 anak
dan nenek dari 6 cucu.
c. Peran
Ny.R mengatakan dirinya tidak berguna lagi karena suami sudah
meninggal
2) Hubungan sosial
Ny.R mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan
orang lain, Ny.R mengatakan ingin sendiri saja.
3) Spiritual
Ny.R mengatakan dirinya beragama islam, Ny.R juga mengatakan
masih bisa beribadah seperti biasa.

VII. Status Mental


1) Penampilan
Penampilan Ny. R terlihat lemah, tidak rapi, terlihat dari kuku,rambut
dan pakainnya.
2) Pembicaraan
Ny.R kurang kooperatif saat berbicara
3) Aktifitas Motorik
Ny. R tampak lesu, sering murung dan menyendiri.
4) Alam Perasaan
Ny. R mengatakan sedih, karena merasa tidak berguna jika tidak
didampingi suami.
5) Afek Klien
Afek pasien yaitu datar, dimana saat diajak ngobrol pasien tidak
menunjukan perubahan raut muka atau ekspresi wajah.
6) Interaksi saat wawancara
Selama interaksi pasien kurang kooperatif, kurang konsentrasi dan
kontak mata kurang, sering berpaling pandangan dan menduduk,
ketika diajak ngobrol jawaban pasien simple dan singkat.
2. Analisa Data
NO Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : Berduka Kematian
- Tn. Kmengatakan ibunya keluarga atau
murung. Tn. K juga mengatakan orang yang
bahwa ibunya selalu menangis berarti
- Ny.R mengatakan merasa
bersalah atas meninggalnya
suami
- Ny. R mengatakan sedih, karena
merasa tidak berguna jika tidak
didampingi suami.

DO :
1. Ny. R tampak lesu
2. Ny. R tampak sering murung
3. Ny. R tampak menyendiri
4. Selama interaksi Ny. R kurang
kooperatif, kurang konsentrasi
dan kontak mata kurang, sering
berpaling pandangan dan
menduduk, ketika diajak
ngobrol jawaban pasien simple
dan singkat.

3. Diagnosa Keperawatan
Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti

4. Intervensi
N Tujuan & KH Intervensi
O
1 Setelah dilakukan intervensiselama 1 x Observasi
24 jam makaberduka membaik, dengan 1. Identifikasi reaksi awal terhadap
kiriteria hasil : kehilangan
a. Verbilisasi menerima kehilangan Terapeutik
meningkat dengan skor 5 2. Motivasi agar mau mengucapkan
b. Verbalisasi perasaan sedih perasaan kehilangan
menurun dengan skor 5 3. Motivasi untuk menguatkan dukungan
c. Verbalisasi perasaan bersalah keluarga atau orang terdekat
menurun dengan skor 5 Edukasi
4. Ajarkan melewati proses berduka
secara bertahap
5. Imlpementasi

No. DX Hari, Tanggal Implementasi Respon Paraf


1 Kamis, 1. Mengetahui reaksi awal S :
18 – 12-2019 pasien terhadap - Ny. R menjawab
kehilangan salam
- Ny. R
mengatakan
dirinya adalah
seorang istri, ibu
dari 2 anak, dan
nenek dari 6 cucu

O:
- Ny. R tampak
lesu
- Selama interaksi
2. Memotivasi agar pasien Ny. R kurang
mengungkapkan kooperatif,
perasaan kehilangan kurang
konsentrasi dan
kontak mata
kurang

S:
- Ny. R
mengatakan
dirinya sangat
sedih ditinggal
suaminya
- Tn. Kmengatakan
ibunya murung.
Tn. K juga
mengatakan
bahwa ibunya
selalu menangis
O:
- Ny. R tampak
sering murung
- Ny. R tampak
menyendiri
2 Kamis, 3. Memotivasi pasien S :
18 – 12-2019 untuk melakukan - Ny. R
perawatan diri seperti mengatakan
makan sendiri malas makan dan
tidak ada selera
makan
- Tn. Kmengatakan
ibunya tidak mau
makan,jika mau
makan tidak habis
dan harus disuapi,
hal ini dilakukan
setelah ditinggal
pergi suamniya
yang meninggal
dunia seminggu
yang lalu

O:
- Ny. R tampak
lemah
- Pemeriksaan
Fisik
4. Mengajarkan pasien a. TTV
melewati proses berduka TD : 100 / 60
seperti mengajak duduk mmHg
Bersama di meja makan HR : 80 x/
menit
RR : 22
x/menit
T : 36,7oC
b. Antropometri
BB : 48 Kg
TB : 155 cm

S:
Tn. K mengatakan
merasa khawatir
dengan kondisi ibunya

O:
- Ny. R tampak
makan tidak habis
- Ny. R tampak
makan disuapi
- Keluarga tampak
cemas

6. Evaluasi
No. DX Hari, Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
1 Kamis, S:
19– 01-2019 - Ny. R menjawab salam
- Ny. R mengatakan dirinya adalah seorang
istri, ibu dari 2 anak, dan nenek dari 6 cucu
- Ny. R mengatakan dirinya sangat sedih
ditinggal suaminya
- Tn. Kmengatakan ibunya murung. Tn. K
juga mengatakan bahwa ibunya selalu
menangis
O:
- Ny. R tampak lesu
- Selama interaksi Ny. R kurang kooperatif,
kurang konsentrasi dan kontak mata kurang
- Ny. R tampak sering murung
- Ny. R tampak menyendiri
A : masalah Ny. R tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi

C. ASUHAN KEPERAWATAN NY. S PADA PASIEN GANGGUAN


HALUSINASI DI RUANG DRUPADI UPT RSJ PROVINSI BALI
1. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
1) NAMA : Ny.S
2) UMUR : 52 th
3) ALAMAT : Nusa Dua
4) Pendidikan : SD
5) Agama : Hindu
6) Status : Menikah
7) Pekerjaan : Pedagang
8) Jenis Kelamin : Perempuan
9) No RM : 190728
10) Tanggal dirawat : 13/11/2019
11) Tanggal pengkajian : 11/12/2019
12) Ruang rawat : Drupadi

II. ALASAN MASUK


Pasien mengatakan sering pingsan dan bolak-balik masuk RSJ. Pasien
tidak mengingat siapa yang mengantarnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan pasien mengatakan
pernah bolak balik RSJ 3X
2) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena setiap pasien ingin
minum obat dirumah sering pingsan.
3) Tidak ada riwayat trauma.
4) Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
5) Tidak ada masalah keperawatan.
6) Pasien mengatakan tidak ada masa lau yang tidak menyenangkan.

IV. Pemeriksaan Fisik


1) Tanda-Tanda Vital:
TD : 100/60 mmHg
N : 85 x/mnt
S : 36,7 0C
R : 22 x/mnt
2) Ukuran: BB : 80 kg, TB: 158 cm *pasien tidak mengalami
kenaikan berat badan
3) Tidak ada keluhan fisik

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Genogram: pasien berumur 52 th merupakan anak keempat dari 5
bersaudara, pasien tinggal bersama orang tuanya.
2) Konsep diri:
a. Citra tubuh: pasien mengatakan tidak masalah dengan
bentuk tubuh yang ada
b. Identitas: pasien mengatakan puas dengan penampilannya
yang sekarang
c. Peran: pasien mengatakan adalah seorang ibu dari 2 orang
anak
d. Ideal diri: pasien mengatakan memiliki harapan untuk cepat
sembuh
e. Harga diri: pasien tampak percaya diri
3) Hubungan Sosial:
a. Pasien dekat dengan anak-anaknya
b. Saat di rumah pasien biasa melakukan kegiatan dengan
kelompok
c. Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
d. Tidak ada masalah keperawatan
4) Spiritual:
a. Pasien beragama hindu
b. Pasien sering berdoa sebelum tidur
c. Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1) Penampilan pasien cukup rapi
2) Tidak ada masalah dalam pembicaraan
3) Tidak ada keterlambatan aktivitas fisik
4) Alam perasaan: pasien mengatakan khawatir dengan anak-anaknya
5) Afek: tumpul: saat pengkajian pasien mampu berkomunikasi saat
diberikan stimulasi saja. Pasien jarang mengungkapkan
perasaannya kepada orang lain karena lebih suka memendamnya.
6) Presepsi: halusinasi penglihatan: pasien mengatakan melihat Ratu
Gede Sakti saat malam hari. Pasien pertama kali melihat bayangan
sejak umur 6 th.
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
7) Tidak ada masalah dalam proses berfikir
8) Tidak ada waham yang salah
9) Tingkat kesadaran: saat pengkajian pasien tampak tenang
10) Memori: saat pengkajian pasien tampak mengingat hal yang
dipelajari
11) Tidak ada masalah dalam konsentrasi
12) Klien dapat mengambil keputusan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1) Pasien dapat melakukan kebutuhan aktivitas fisiknya secara
mandiri
2) Pasien jarang tidur siang. Lama tidur malam 18.30-06.00

VIII. MEKANISME KOPING


1) Pasien terlihat mehindar saat marah, saat ditanyakan alasan marah
pasien menghindar, menjauh dari keramaian.
2) Koping tidak efektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1) Pasien tidak memiliki masalah dengan kelompok
2) Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungan
3) Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaan
4) Pasien mengatakan tidak memiliki masalah di rumah
5) Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan ekonomi

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


1) Penyakit Jiwa
2) Koping: pasien mengatakan saat sedih pasien tidak pernah
menceritakan kepada orang lain / sering menghindar

XI. ASPEK MEDIK


1) Diagnosa Medik: Skizofrenia
2) Terapi Medik: Merloparm 1x2mg; Haloperidol 2x5mg; Olanzapin
2x10mg; Meloxicam 1x15mg; Mbroxol 3x30mg

POHON MASALAH

RESIKO PERILAKU
EFFECT
KEKERASAN

GANGGUAN PERSEPSI CORE


SENSORI : HALUSINASI : PROBLEM
PENGLIHATAN

KOPING TIDAK EFEKTIF CAUSA

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
3. Intervensi Keperawatan

TGL/ DX KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
JAM KEP. HASIL
Minggu Gangguan TUM: Setelah dilakukan SIKI: Hubungan saling
11 Des Presepsi Klien dapat asuhan keperawatan 1. Bina Hubungan Saling percaya
2019 Sensori: mengintrol selama 15 menit Percaya dengan: merupakan
Halusinasi halusinasi dalam 1x  Beri salam setiap langkah awal
yang pertemuan berinteraksi untuk melakukan
dialaminya diharapkan TUK  Perkenalkan diri, nama interaksi
TUK 1:
dapat tercapai panggilan perawat dan
Klien dapat dengan kriteria tujuan perawat
membina
hasil sebagai berkenalan
hubungan
berikut:
saling percaya  Tanyakan dengan
 Wajah cerah, panggil nama kesukaan
tersenyum pasien
 Mau berkenalan  Tunjukan sikap jujur dan
 Ada kontak menepati janji setiap kali
mata berinteraksi
 Bersedia  Tanyakan perasaan dan
menceritakan masalah yag dihadapi
perasannya pasien
 Bersedia  Buat kontrak interaksi
mengungkapka yang jelas
n masalahnya  Dengarkan dengan
penuh perhatian.
Minggu, Gangguan Dengan mengenal
11 Des Persepsi halusinasi pasien
Setelah dilakukan 1. Adakah kontak mata sering
2019 Sensori: TUK 2: dapat
asuhan keperawatan dan singkat secara bertahap.
Halusinasi Klien dapat memberikan
1 x 15 menit 2. Observasi tingkah lau klien
mengenal tindakan yang
diharapkan TUK terkait halusinasinya:
halusinansinya tepat untuk klien.
dapat tercapai berbicara dan tertawa tanpa
dengan kriteria stimulus, memandang kekiri
hasil sebagai atau kekanan atau seolah-
berikut: olah ada teman bicara
 Pasien dapat 3. Bantu klien mengenal
menyebutkan halusinasinya:
waktu, isi,  Apakah ada melihat
frekuensi bayangan.
timbulnya  Jika klien menjawab ada,
halusinasinya lanjutkan: apa yang
dikatakan.
 Katakan bahwa perawat
percaya klien melihat
bayangan itu, namun
perawat sendiri tidak
melihatnya.
4. Diskusikan dengan klien
 Situasi yang
menimbulkan
halusinasinya
 Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi,siang,sore dan
malam atau jika sendiri,
jengkel atau sedih)
5. Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi beri kesempatan
mengungkapkan perasannya.

Minggu, Gangguan 1. Identifikasi bersama klien Dengan ini klien


11 Des Persepsi cara tindakan yang dilakukan dapat mengetahui
2019 Sensori: TUK 3: Setelah dilakukan jika terjadi pada halusinasi bagaimana cara
Halusinasi Klien dapat asuhan keperawatan 2. Diskusikan manfaat cara mengontrol/
mengontrol selama 1 x 15 menit yang dilakukan klien, jika mencegah
halusinasinya diharapkan TUK bermanfaat beri pujian halusinasinya.
dapat tercapai 3. Diskusikan cara baru untuk
dengan kriteria memutuskan atau mengontrol
hasil: halusinasiya:
 Klien dapat  Katakan “saya tidak mau
menyebutkan melihat kamu “ (pada
cara baru untuk saat halusinasi terjadi)
mengontrol
 Menemui orang lain
halusinasinya.
untuk bercakap-cakap
 Klien dapat mengatakan halusinasi
memilih cara yang dilihat.
mengatasi
 Bantu klien memilih dan
halusinasinya melatih cara memutus
seperti yang halusinasi secara
telah bertahap.
didiskusikan
Minggu, Gangguan Minum obat dapat
dengan klien
11 Des Persepsi 1. Diskusikan dengan klien membantu proses
2019 Sensori: TUK 4: penyembuhan
tentang manfaat dan kerugian
Halusinasi Klien dapat penyakit klien
Setelah dilakukan tidak minum obat
memanfaatkan obat
asuhan keperawatan 2. Pantau klien saat penggunaan
dengan baik
selama 1 x 15 menit obat.
diharapkan TUK 4 3. Beri pujian jika klien
tercapai dengan menggunakan obat dengan
kriteria hasil: benar.
 Kriteria 4. Diskusikan berhenti minum
mendemons- obat tanpa konsultasi dokter
Trasikan
penggunaan
obat secara
benar
 Klien dapat
memahami
akibat berhenti
minum obat
 Klien dapat
mengetahui
nama, warna,

Minggu, Gangguan dosis, efek Keluarga


11 Des Persepsi terapi, efek 1. Anjurkan klien untuk memahami
2019 Sensori: TUK 5 : samping obat memberi tahu keluarga jika pengetahuan
Halusinasi Klien dapat mengalami halusinasi tentang halusinasi
dukungan dari Setelah dilakukan 2. Diskusikan dengan keluarga dan menambah
keluarga dalam pertemuan selama 1  Gejala halusinasi yang pengetahuan
mengontrol x 15 menit keluarga dialami pasien. keluarga cara
halusinasinya dapat membina
 Cara yang dapat merawat anggota
hubungan dengan
dilakukan klien dan keluarga yang
perawat.
keluarga untuk memutus mempunyai
 Keluarga dapat halusinasi. masalah
menyebutkan
pengertian,  Cara merawat anggota halusinasi.
tanda, dan keluarga untuk memutus
kegiatan untuk halusinasi di rumah, beri
mengendalikan kegiatan jangan biarkan
halusinasi. sendiri makan bersama,
berpengian bersama.

3. Implementasi

HARI/TGL/
DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF
JAM
Minggu, 11 Gangguan persepsi Membina hubungan saling percaya DS : klien mengatakan
Desember 2019 sensori halusinasi dengan klien dengan menyapa dan “selamat siang”
09.15 memberi salam kepada klien Do : klien tampak mau
menjawab salam

09.15 Memperkenalkan diri dan DS : klien mengatakan


menanyakan nama klien serta nama namanya “Ny.S” yang
yang disenanginya berasal dari Nusa Penida
DO : klien tampak mau
mempekenalkan dirinya

09.15 Menanyakan perasaan, masalah yang DS : klien mengatakan


dihadapi klien dan membuat kontrak “perasaannya baik-baik
waktu dengan klien saja”
DO : klien tampak
mengangguk saat
menyetujui kontrak waktu
yang disepakati

Senin, 12 Gangguan persepsi Mengobservasi tingkah laku klien


Desember 2019 sensori halusinasi terkait halusinasinya DO : klien mengatakan dari
umur 6 bulan klien
10.10 beberapa kali melihat Ratu
Gede Sakti
DS : klien tampak
kooperatif
10.20 Membantu klien mengenali
halusinasinya
DO : klien mengatakan
terakhir kali melihat
bayangan Ratu Gede Sakti
saat Kuningan
DS : klien tampak
kooperatif
10.40 Mendisuksikan dengann klien situasi
yang menimbulkan halusinasinya,
waktu,dan frekuensi terjadinya DS : klien mengatakan
halusinasi halusinasi muncul saat klien
tidak sembahyang, tidak
mebanten saiban (ngejot)
dan saat pikirannya cemas
atau kondisinya menurun.
Bayangan muncul biasanya
saat malah hari.
Lamanya sekitar kurang
lebih 1 jam
Selasa, 13 Gangguan persepsi DO : klien tampak
Mendisukikan dengan klien yang
Desember 2020 sensori halusinasi kooperatif
dirasakan saat terjadi halusinasi
10.40
DS : klien mengatakan
terkadang merasa takut dan
terkadang merasa
tidak/biasa saja
DO : klien tampak antusias
10.50 Mengidentifikasi dan mendiskusikan mengungkapkannya
dengan klien tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi
 Mengontrol halusinasi DS : klien mengatakan

dengan cara menghardik sudah pernah diajari cara

 Mengontrol halusinasi menghardik yaitu “pergi,

dengan cara bercakap-cakap pergi saya tifak mau melihat


kamu, kamu bayangan
 Mengontrol halusinasi
palsu” sambil menutup
dengan melakukan aktivitast
mata
terjadwal
DO : klien mampu

Rabu, 14 Gangguan persepsi diarahkan saat

Desember 2020 sensori halusinasi Memberikan pujian atas diwawancarai

10.00 keberhasilan klien dalam mengontrol


halusinasinya
 Mendiskusikan dengan klien
tentang akibat/kerugian tidak
meminum obat
 Memberikan pujian atas
10.15 keberhasilan klien rutin DS : -
minum obat DO : klien tampak
tersenyum

 Mampu menyebutkan obat


10.20 yang diminum dengan tepat DS : klien mengatakan rutin
dan rajin meminum obat
DO : klien tampak
kooperatif

DS : -
DO : klien tampak
tersenyum

DS :klien mengatakn
meminum obat berwarna
biru dan putih
DO : klien tampak
kooperatif

4. Evaluasi Keperawatan

HARI/TANGGAL/JAM DIAGNOSA EVALUASI (SOAP) PARAF

Kamis, 15 Desember 2020 Gangguan persepsi sensori TUK 1


halusinasi S : klien mengatakan bernama “Ny.S” yang
berasal daeri Nusa Penida
O:
 : Klien tampak kooperatif
 Wajah cerah, raut wajah tersenyum
 Ada kontak mata
 Klien tampak bersedia menceritakan
perasaannya
 Klien mau berkenalan
A : TUK 1 tercapai
P : lanjutkan TUK 2

TUK 2
S : klien mengatakan terakhir kali melihat baying
Ratu Gede Sakti saat Kuningan
O:
 Klien tampaj kooperatif
 Klien mampu mengikuti arahan perawat
 Klien dapat mengnal halusinasinya
A : TUK 2 tercapai
P : lanjutkan TUK 3
Kamis, 15 Desember
2020
Gangguan persepsi sensori
halusinasi TUK 3
S : klien mengatakn sudah tahu cara mentrol
halusinasi dengan cara menghardik
O :
• Klien dapat menyebutkan cara mengontrol
halusinasi
• Klien tampak kooperatif
A : TUK 3 tercapai
P : lanjutkan TUK 4

TUK 4
S : klien mengatakan rajin minum ibat
O:
• Klien memahami akibat berhenti minum
obat
• Klien dapat menyebutkan 2 jenis obat dan
4 jenis obat yang ada
A : TUK 4 tercapai
P : lanjutkan TUK 5
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan


keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya (menurut WHO).

Kesehatan jiwa masyarakat telah menjadi bagian dari masalah kesehatan


masyarakat di Indonesia. Berbagai masalah multi-dimensional yang masih dan
akan terus dihadapi masyarakat menyangkut masalah ekonomi, bencana alam,
wabah penyakit merupakan factor pencetus terjadinya masalah pada kesehatan
jiwa masyarakat Indonesia. Masalah kesehatan jiwa di masyarakat dampaknya
sangat luas dan kompleks. Meskipun secara tidak langsung menyebabkan
kematian, namun akan mengakibatkan si penderita gangguan jiwa menjadi tidak
produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat di
sekitarnya

Definisi kesehatan jiwa menurut UU No.3 1966 tersebut adalah keadaan jiwa
yang sehat . mengenai usaha- usaha kesehatan jiwa dan penanganan penakit jiwa
diusahakan oleh pemerintah atau badan swasta dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam usaha- usaha kesehatan jiwa (promotif , preventif, kuratif,
rehabilitative).

Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa


kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-
orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula
(keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada). Kehilangan bisa meliputi
kehilangan objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri,
dan kehilangan hidup. Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan,
diperlukan prinsip- prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau
pada orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak).

Menurut Antai Otong (Psychiatric Nursing Biological and Behavioral


Concept, 1995) perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam
mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko, mengkaji respons pasien terhadap
stres sepanjang rentang kehidupannya, dan dalam mengembangkan komunikasi
yang terapeutik.

Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara


langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai
dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan
maslah kesehatan jiwa.

B. SARAN

Untuk mahasiswa diharapkan bisa menguasai materi tentang konsep kesehatan


jiwa masyarakat. Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan
perannya dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah
kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Ed.2. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Dalami, Ermawati,dkk,. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah


Psikososial. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : CV Andi Offset

Purwaningsih, Wahyu,dkk,. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta : Nuha


Medika Pres.

Sutejo. 2018. Keperawatan Jiwa (Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial). Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru.

SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesi. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai